fakultas farmasi, universitas katolik widya mandala surabaya,...

10
JOURNAL OF PHARMACEY SCIENCE AND PRACTICE I VOLUME 6 I NUMBER 2 I OKTOBER 2019 74 Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (Allium sativum Linn.) Renna Yulia Vernanda*, Maria Revina Puspitasari, Hadianto Nur Satya Fakultas Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Indonesia Bawang putih yang telah mengalami proses fermentasi (Black garlic) telah terbukti memiliki kandungan total polifenol dan flavonoid yang lebih besar dibandingkan bawang putih segar. Salah satu varietas bawang putih adalah bawang putih tunggal (Allium sativum Linn.) yang hanya berisi satu umbi utuh yang kecil. Pada penelitian ini dilakukan standarisasi spesifik dan non spesifik simplisia dan ekstrak bawang putih tunggal terfermentasi (Allium sativum Linn.) yang diambil dari tiga daerah berbeda: Temanggung, Bromo, dan Banyuwangi. Hasil standarisasi spesifik dan non spesifik simplisia adalah bentuk bulat lonjong, warna coklat kehitaman, dan bau khas; kadar sari larut air >25%, kadar sari larut etanol >26%, total senyawa polifenol >4,5% b/b, total senyawa flavonoid >0,6% b/b, kandungan kimia yang terdapat pada simplisia adalah polifenol, flavonoid, dan saponin; kadar abu total <1,69%; kadar abu tidak larut asam <0,39%; kadar abu larut air <1,5%; pH 5 -6,5, dan susut pengeringan <13,50%. Hasil standarisasi spesifik dan non spesifik ekstrak bawang putih tunggal ( Allium sativum Linn.) terfermentasi adalah bentuk ekstrak kental, warna hitam kecoklatan, dan bau khas; kadar sari larut air >81%, kadar sari larut etanol >84%, total senyawa polifenol >12% b/b, total senyawa flavonoid >2% b/b; kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak adalah polifenol dan flavonoid; kadar abu total <4%, kadar abu tidak larut asam <0,25%, kadar abu larut air <3,5%, pH 5,5 – 6,5, dan bobot jenis 1,004-1,011. Kata kunci: Bawang putih tunggal, Fermentasi, Black garlic, Allium sativum Linn., Standarisasi spesifk, Standarisasi non spesifik Standardization of Specific and Non-Specific Dried Fermented Single Bulb Garlic and Fermented Single Bulb Garlic Extract (Allium sativum Linn.) Garlic that has undergo a fermentation process (Black garlic) has been shown to have a total content of flavonoids and polyphenols greater than fresh garlic. One of garlic varieties is single bulb Garlic (Allium sativum Linn.) which contains only one small bulb. This study aims to determine specific and non specific standardization of dried fermented single bulb Garlic and ethanol extract of fermented single bulb Garlic (Allium sativum Linn.). Samples were collected from three different regions: Temanggung, Bromo and Banyuwangi. The results of the study showed that dried fermented single bulb garlic have round shape oval, brown color blackish, and aromatic odor; water soluble content >25%, ethanol soluble content >26%, total polyphenols >4.5% b/b, total flavonoids >0.6% b/b; dred fermented single bulb Garlic contain polyphenols, flavonoids, and saponins; total ash content <1.69%, insoluble ash content <0.39%, water soluble ash content <1.5%, pH 5-6.5, and shrinkage drying <13.50%. The specific and nonspecific standardization result of ethanol extract showed were semisolid paste, a brownish black color, and a aromatic odor; water soluble content >81%, ethanol soluble content >84%, total polyphenols >12% b/b, total flavonoids >2% b/b; the ethanol extract contain polyphenols and flavonoids; total ash content <4%, acid insoluble ash content <0.25%, water soluble ash content <3.5%, pH 5.5 – 6.5, and density 1.004-1.011. Keywords: Garlic, Fermentation, Black garlic, Allium sativum Linn., Specific parameter standardization, Non- specific parameter standardization *Corresponding author: Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Jl. Raya Kalisari Selatan No. 1 Surabaya, e-mail: [email protected]

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fakultas Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, …repository.wima.ac.id/21668/1/1-Standarisasi_spesifik... · 2020. 2. 21. · kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak

JOURNAL OF PHARMACEY SCIENCE AND PRACTICE I VOLUME 6 I NUMBER 2 I OKTOBER 2019 74

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (Allium sativum

Linn.)

Renna Yulia Vernanda*, Maria Revina Puspitasari, Hadianto Nur Satya Fakultas Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Indonesia

Bawang putih yang telah mengalami proses fermentasi (Black garlic) telah terbukti memiliki kandungan total polifenol dan flavonoid yang lebih besar dibandingkan bawang putih segar. Salah satu varietas bawang putih adalah bawang putih tunggal (Allium sativum Linn.) yang hanya berisi satu umbi utuh yang kecil. Pada penelitian ini dilakukan standarisasi spesifik dan non spesifik simplisia dan ekstrak bawang putih tunggal terfermentasi (Allium sativum Linn.) yang diambil dari tiga daerah berbeda: Temanggung, Bromo, dan Banyuwangi. Hasil standarisasi spesifik dan non spesifik simplisia adalah bentuk bulat lonjong, warna coklat kehitaman, dan bau khas; kadar sari larut air >25%, kadar sari larut etanol >26%, total senyawa polifenol >4,5% b/b, total senyawa flavonoid >0,6% b/b, kandungan kimia yang terdapat pada simplisia adalah polifenol, flavonoid, dan saponin; kadar abu total <1,69%; kadar abu tidak larut asam <0,39%; kadar abu larut air <1,5%; pH 5 -6,5, dan susut pengeringan <13,50%. Hasil standarisasi spesifik dan non spesifik ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum Linn.) terfermentasi adalah bentuk ekstrak kental, warna hitam kecoklatan, dan bau khas; kadar sari larut air >81%, kadar sari larut etanol >84%, total senyawa polifenol >12% b/b, total senyawa flavonoid >2% b/b; kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak adalah polifenol dan flavonoid; kadar abu total <4%, kadar abu tidak larut asam <0,25%, kadar abu larut air <3,5%, pH 5,5 – 6,5, dan bobot jenis 1,004-1,011. Kata kunci: Bawang putih tunggal, Fermentasi, Black garlic, Allium sativum Linn., Standarisasi spesifk,

Standarisasi non spesifik

Standardization of Specific and Non-Specific Dried Fermented Single Bulb Garlic and Fermented Single Bulb Garlic Extract (Allium sativum Linn.)

Garlic that has undergo a fermentation process (Black garlic) has been shown to have a total content of flavonoids and polyphenols greater than fresh garlic. One of garlic varieties is single bulb Garlic (Allium sativum Linn.) which contains only one small bulb. This study aims to determine specific and non specific standardization of dried fermented single bulb Garlic and ethanol extract of fermented single bulb Garlic (Allium sativum Linn.). Samples were collected from three different regions: Temanggung, Bromo and Banyuwangi. The results of the study showed that dried fermented single bulb garlic have round shape oval, brown color blackish, and aromatic odor; water soluble content >25%, ethanol soluble content >26%, total polyphenols >4.5% b/b, total flavonoids >0.6% b/b; dred fermented single bulb Garlic contain polyphenols, flavonoids, and saponins; total ash content <1.69%, insoluble ash content <0.39%, water soluble ash content <1.5%, pH 5-6.5, and shrinkage drying <13.50%. The specific and nonspecific standardization result of ethanol extract showed were semisolid paste, a brownish black color, and a aromatic odor; water soluble content >81%, ethanol soluble content >84%, total polyphenols >12% b/b, total flavonoids >2% b/b; the ethanol extract contain polyphenols and flavonoids; total ash content <4%, acid insoluble ash content <0.25%, water soluble ash content <3.5%, pH 5.5 – 6.5, and density 1.004-1.011. Keywords: Garlic, Fermentation, Black garlic, Allium sativum Linn., Specific parameter standardization, Non-

specific parameter standardization

*Corresponding author: Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Jl. Raya Kalisari Selatan No. 1 Surabaya, e-mail: [email protected]

Page 2: Fakultas Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, …repository.wima.ac.id/21668/1/1-Standarisasi_spesifik... · 2020. 2. 21. · kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak

JOURNAL OF PHARMACE

PENDAHULUANKanker merupakan salah satu penyakit

yang menyebabkan kematian. Banyakdilakukan untuk mengatasi penyakit kanker, diantaranya adalah mencari sumber obat baru. Salah satu upaya penemuan obat baru yang banyak dilakukan adalah dengan pengembangan senyawa aktif atau obat melalui modifikasi struktur senyawa yang telahaktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan sel kanker. Untuk mendapatkan senyawa baru yang mempunyai aktivitas lebih tinggi maka diperlukan suatu pemrosesan.

Proses fermentasi pada bawang putih menyebabkan komponen yang tidak stabil pada bawang putih, seperti menjadi komponen yang lebih stabil yaitu allylcysteineyang merupakan antioksidan yang larut dalam air (Lee et al., 2009fermentasi ini menghasilkan bagarlic) yang sebelumnya banyak ditemukan di Korea dan Jepang sebagai produk makanan kesehatan. yang membutuhkan temperatur tinggi dan kelembaban tinggi yang nantinya menyebabkan perubahan warna dari putikarena komponen di dalamnya yang mengalami browning.

Black garlicfermentasi selama 21 hari mengandung total polifenol (58,33 ± 1,90 mg GAE/g) dan total flavonoid (15,37 ± 0,52 mg RE/g) lebih tinggi dibanding proses (Choi, Cha dan Lee,dilakukan oleh Kimmenyatakan bahwa ekstraksi difermentasi pada suhu 7060% mengandung epikatekin, epigalokatekin, galat, dan kuersetin.

Black garlicmengandung komponen kimia dan memiliki biofungsional yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak bawang putih segar. mengandung sejumlah asam amino dan substansi organo-sulfur,mempunyai potensi antitumor (Jinal., 2007). panas kaya akan memiliki aktivitas antitumor sampai 50% pada tikus fibrosarkoma (Wang

Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian standarisasi simplisia dan ekstrak bawang putih tunggal (secara spesifik dan non spesifik. Bawang putih tunggal merupakan varietas yang terbentuk tidak sengaja karena lingkungan penanaman yang tidak cocok. Umbi dari tanaman ini hanya berisi satu umbi utuh yang kecil. spesifik yang identitas, makroskopis, mikroskopis, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, fitokimia, dan penetapan kadar bahan aktif. Parameter standarisasi non spesifik yang JOURNAL OF PHARMACEY SCIENCE AN

PENDAHULUAN Kanker merupakan salah satu penyakit

yang menyebabkan kematian. Banyakdilakukan untuk mengatasi penyakit kanker, diantaranya adalah mencari sumber obat baru. Salah satu upaya penemuan obat baru yang banyak dilakukan adalah dengan pengembangan senyawa aktif atau obat melalui modifikasi struktur senyawa yang telahaktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan sel kanker. Untuk mendapatkan senyawa baru yang mempunyai aktivitas lebih tinggi maka diperlukan suatu pemrosesan.

roses fermentasi pada bawang putih menyebabkan komponen yang tidak stabil pada

utih, seperti menjadi komponen yang lebih stabil yaitu allylcysteine (SAC) dan yang merupakan antioksidan yang larut dalam air

, 2009; Choi, Cha dan Leefermentasi ini menghasilkan ba

yang sebelumnya banyak ditemukan di Korea dan Jepang sebagai produk makanan kesehatan. Black garlicyang membutuhkan temperatur tinggi dan kelembaban tinggi yang nantinya menyebabkan perubahan warna dari putikarena komponen di dalamnya yang mengalami

Black garlic yang dibuat dengan cara

fermentasi selama 21 hari mengandung total polifenol (58,33 ± 1,90 mg GAE/g) dan total flavonoid (15,37 ± 0,52 mg RE/g) lebih tinggi dibanding proses fermentasi selama 7 dan 14 hari

, Cha dan Lee, dilakukan oleh Kima, Kanga dan Gweonbmenyatakan bahwa ekstraksi difermentasi pada suhu 7060% mengandung epikatekin, epigalokatekin, galat, dan kuersetin.

Black garlic yang diekstraksi secara panas mengandung komponen kimia dan memiliki biofungsional yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak bawang putih segar. mengandung sejumlah asam amino dan substansi

sulfur, S-ally-mempunyai potensi antitumor (Jinal., 2007). Black garlicpanas kaya akan S-allylmemiliki aktivitas antitumor sampai 50% pada tikus fibrosarkoma (Wang

Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian standarisasi simplisia dan ekstrak bawang putih tunggal (secara spesifik dan non spesifik. Bawang putih tunggal merupakan varietas yang terbentuk tidak sengaja karena lingkungan penanaman yang tidak cocok. Umbi dari tanaman ini hanya berisi satu umbi utuh yang kecil. spesifik yang dilakukan meliputi organoleptis, identitas, makroskopis, mikroskopis, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, fitokimia, dan penetapan kadar bahan aktif. Parameter standarisasi non spesifik yang

SCIENCE AND PRACTICE I VOLUME

Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian. Banyakdilakukan untuk mengatasi penyakit kanker, diantaranya adalah mencari sumber obat baru. Salah satu upaya penemuan obat baru yang banyak dilakukan adalah dengan pengembangan senyawa aktif atau obat melalui modifikasi struktur senyawa yang telahaktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan sel kanker. Untuk mendapatkan senyawa baru yang mempunyai aktivitas lebih tinggi maka diperlukan

roses fermentasi pada bawang putih menyebabkan komponen yang tidak stabil pada

utih, seperti allicin dapat diubah menjadi komponen yang lebih stabil yaitu

(SAC) dan tetrahydroyang merupakan antioksidan yang larut dalam air

, Cha dan Leefermentasi ini menghasilkan bawang hitam (

yang sebelumnya banyak ditemukan di Korea dan Jepang sebagai produk makanan

Black garlic dibuat melalui proses yang membutuhkan temperatur tinggi dan kelembaban tinggi yang nantinya menyebabkan perubahan warna dari putih menjadi hitam karena komponen di dalamnya yang mengalami

yang dibuat dengan cara fermentasi selama 21 hari mengandung total polifenol (58,33 ± 1,90 mg GAE/g) dan total flavonoid (15,37 ± 0,52 mg RE/g) lebih tinggi

fermentasi selama 7 dan 14 hari 2014). Penelitian yang

Kanga dan Gweonbmenyatakan bahwa ekstraksi black garlicdifermentasi pada suhu 700C dan kelembaban 60% mengandung epikatekin, epigalokatekin,

yang diekstraksi secara panas mengandung komponen kimia dan memiliki biofungsional yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak bawang putih segar. mengandung sejumlah asam amino dan substansi

-L-cysteine mempunyai potensi antitumor (Jin

Black garlic yang diekstraksi secara allyl-L-cysteine

memiliki aktivitas antitumor sampai 50% pada tikus fibrosarkoma (Wang et al., 2010)

Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian standarisasi simplisia dan ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativumsecara spesifik dan non spesifik. Bawang putih tunggal merupakan varietas yang terbentuk tidak sengaja karena lingkungan penanaman yang tidak cocok. Umbi dari tanaman ini hanya berisi satu umbi utuh yang kecil. Parameter standarisasi

dilakukan meliputi organoleptis, identitas, makroskopis, mikroskopis, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, fitokimia, dan penetapan kadar bahan aktif. Parameter standarisasi non spesifik yang

D PRACTICE I VOLUME 6 I NUMBER

Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian. Banyak upaya telah dilakukan untuk mengatasi penyakit kanker, diantaranya adalah mencari sumber obat baru. Salah satu upaya penemuan obat baru yang banyak dilakukan adalah dengan pengembangan senyawa aktif atau obat melalui modifikasi struktur senyawa yang telah diketahui aktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan sel kanker. Untuk mendapatkan senyawa baru yang mempunyai aktivitas lebih tinggi maka diperlukan

roses fermentasi pada bawang putih menyebabkan komponen yang tidak stabil pada

dapat diubah menjadi komponen yang lebih stabil yaitu

tetrahydro-β-carbolinesyang merupakan antioksidan yang larut dalam air

, Cha dan Lee, 2014). Proses wang hitam (black

yang sebelumnya banyak ditemukan di Korea dan Jepang sebagai produk makanan

dibuat melalui proses yang membutuhkan temperatur tinggi dan kelembaban tinggi yang nantinya menyebabkan

h menjadi hitam karena komponen di dalamnya yang mengalami

yang dibuat dengan cara fermentasi selama 21 hari mengandung total polifenol (58,33 ± 1,90 mg GAE/g) dan total flavonoid (15,37 ± 0,52 mg RE/g) lebih tinggi

fermentasi selama 7 dan 14 hari 2014). Penelitian yang

Kanga dan Gweonb (2013black garlic yang

C dan kelembaban 60% mengandung epikatekin, epigalokatekin,

yang diekstraksi secara panas mengandung komponen kimia dan memiliki biofungsional yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak bawang putih segar. Black garlicmengandung sejumlah asam amino dan substansi

(SAC) yang mempunyai potensi antitumor (Jin-ichi Sasaki et

yang diekstraksi secara cysteine (SAC) dan

memiliki aktivitas antitumor sampai 50% pada ., 2010).

Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian standarisasi simplisia dan ekstrak

Allium sativum Linn.) secara spesifik dan non spesifik. Bawang putih tunggal merupakan varietas yang terbentuk tidak sengaja karena lingkungan penanaman yang tidak cocok. Umbi dari tanaman ini hanya berisi satu

Parameter standarisasi dilakukan meliputi organoleptis,

identitas, makroskopis, mikroskopis, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, skrinningfitokimia, dan penetapan kadar bahan aktif. Parameter standarisasi non spesifik yang

I NUMBER 2 I OKTOBER

Kanker merupakan salah satu penyakit upaya telah

dilakukan untuk mengatasi penyakit kanker, diantaranya adalah mencari sumber obat baru. Salah satu upaya penemuan obat baru yang banyak dilakukan adalah dengan pengembangan senyawa aktif atau obat melalui modifikasi

diketahui aktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan sel kanker. Untuk mendapatkan senyawa baru yang mempunyai aktivitas lebih tinggi maka diperlukan

roses fermentasi pada bawang putih menyebabkan komponen yang tidak stabil pada

dapat diubah menjadi komponen yang lebih stabil yaitu S-

carbolines yang merupakan antioksidan yang larut dalam air

, 2014). Proses black

yang sebelumnya banyak ditemukan di Korea dan Jepang sebagai produk makanan

dibuat melalui proses yang membutuhkan temperatur tinggi dan kelembaban tinggi yang nantinya menyebabkan

h menjadi hitam karena komponen di dalamnya yang mengalami

yang dibuat dengan cara fermentasi selama 21 hari mengandung total polifenol (58,33 ± 1,90 mg GAE/g) dan total flavonoid (15,37 ± 0,52 mg RE/g) lebih tinggi

fermentasi selama 7 dan 14 hari 2014). Penelitian yang

2013) yang

C dan kelembaban 60% mengandung epikatekin, epigalokatekin,

yang diekstraksi secara panas mengandung komponen kimia dan memiliki biofungsional yang lebih tinggi dibandingkan

Black garlic mengandung sejumlah asam amino dan substansi

(SAC) yang ichi Sasaki et

yang diekstraksi secara (SAC) dan

memiliki aktivitas antitumor sampai 50% pada

Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian standarisasi simplisia dan ekstrak

Linn.) secara spesifik dan non spesifik. Bawang putih tunggal merupakan varietas yang terbentuk tidak sengaja karena lingkungan penanaman yang tidak cocok. Umbi dari tanaman ini hanya berisi satu

Parameter standarisasi dilakukan meliputi organoleptis,

identitas, makroskopis, mikroskopis, kadar sari skrinning

fitokimia, dan penetapan kadar bahan aktif. Parameter standarisasi non spesifik yang

dilakukan meliputi parameter kadar air, kadaabu total, kadar abu tidak larut asam, kadar abu larut air, bobot jenis, dan pH.

distandarisasi dalam penelitian ini berasal dari tiga wilayah berbeda, yaitu: Temanggung, Bromo, dan Banyuwangi. Temanggung merupakan daerah yang terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 87,065 Ha. Umumnya berhawa dingin dimana udara pegunungan berkisar antara 2030permukaan wilayahnya termasuk dataran tinggi. Daerah ini memiliki ketinggian antam di atas permukaan laut. Secara geomorfologi, termasuk daerah dengan dataran, perbukitan, pegunungan, lembah, dan gunung dengan sudut lereng antara 0sangat curam) (PemerTemanggung, 2017). Provinsi Jawa Timur. Daerah Bromo memiliki suhu udara 3rata 6.600 mm/tahun dan ketinggianatas permukaan lautDaerah Banyuwangi terletak di Provinsi Jawa Timur. Daerah ini 22ketinggian 25(Pemerintah Kabupaten Banyuwangi METODE PENELITIANAlat

oven(Multiskan GoThermo Scientific); spektrofotometer UVwaterbathmicrotube sentrifugemikropipet ukuran 1µL (Orange, USA), dan 10USA); cawan porselen; gelas ukur; beker gelas; labu erlenmeyer; batang pengaduk; corong; corong pisah; kertas saring bebas abu (Whatman No 1); kertas saring; dan tabung reaksi.

Bahan

2 N, NHNaasetat, Amoniak, Pereaksi Steasny, Pereaksi Liebermann Burchard, reagen Dragendorff, reagen Mayer, reagen Folin Ciocalteau, Quersetin, Asam gAsam asetat glasial, Metanol, Toluen, Etil asetat, Amil alkohol, Etanol 96%, Etanol p.a, Akuades, dan bawang putih tunggal (Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari tiga wilayah yan

Tahapan PenelitianProses Fermentasi dan Pembuatan Simplisia

bawang putih tunggal yang segar dalam suhu 6575OKTOBER 2019

dilakukan meliputi parameter kadar air, kadaabu total, kadar abu tidak larut asam, kadar abu larut air, bobot jenis, dan pH.

Umbi bawang putih tunggal yang distandarisasi dalam penelitian ini berasal dari tiga wilayah berbeda, yaitu: Temanggung, Bromo, dan Banyuwangi. Temanggung merupakan daerah

ang terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 87,065 Ha. Umumnya berhawa dingin dimana udara pegunungan berkisar antara 20300C. Bercurah hujan cukup tinggi dan permukaan wilayahnya termasuk dataran tinggi. Daerah ini memiliki ketinggian antam di atas permukaan laut. Secara geomorfologi, termasuk daerah dengan dataran, perbukitan, pegunungan, lembah, dan gunung dengan sudut lereng antara 0sangat curam) (PemerTemanggung, 2017). Provinsi Jawa Timur. Daerah Bromo memiliki suhu udara 30

rata 6.600 mm/tahun dan ketinggianatas permukaan lautDaerah Banyuwangi terletak di Provinsi Jawa Timur. Daerah ini 220C – 300C dengan curah hujan 81,45 mm dan ketinggian 25Pemerintah Kabupaten Banyuwangi

METODE PENELITIANAlat

Timbangan analitik (Santorius, Germany); oven (Memmert, Germany); (Multiskan GoThermo Scientific); spektrofotometer UVwaterbath; alat fermentasi; pipa kapiler 10 µL; microtube sentrifugemikropipet ukuran 1µL (Orange, USA), dan 10USA); cawan porselen; gelas ukur; beker gelas; labu erlenmeyer; batang pengaduk; corong; corong pisah; kertas saring bebas abu (Whatman No 1); kertas saring; dan tabung reaksi.

Bahan

HCl pekat, HCl2 N, NH4OH, NaOH 1 N, FeClNa2CO3 7%, Vanilin Sulfat, Kalium asetat, Naasetat, Amoniak, Pereaksi Steasny, Pereaksi Liebermann Burchard, reagen Dragendorff, reagen Mayer, reagen Folin Ciocalteau, Quersetin, Asam galat, Eter, Gelatin, serbuk Mg, Butanol, Asam asetat glasial, Metanol, Toluen, Etil asetat, Amil alkohol, Etanol 96%, Etanol p.a, Akuades, dan bawang putih tunggal (Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari tiga wilayah yan

Tahapan PenelitianProses Fermentasi dan Pembuatan Simplisia

Black garlicbawang putih tunggal yang segar dalam suhu 65750C dan kelembaban 70

J PHARM SCI

dilakukan meliputi parameter kadar air, kadaabu total, kadar abu tidak larut asam, kadar abu larut air, bobot jenis, dan pH.

Umbi bawang putih tunggal yang distandarisasi dalam penelitian ini berasal dari tiga wilayah berbeda, yaitu: Temanggung, Bromo, dan Banyuwangi. Temanggung merupakan daerah

ang terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 87,065 Ha. Umumnya berhawa dingin dimana udara pegunungan berkisar antara 20

C. Bercurah hujan cukup tinggi dan permukaan wilayahnya termasuk dataran tinggi. Daerah ini memiliki ketinggian antam di atas permukaan laut. Secara geomorfologi, termasuk daerah dengan dataran, perbukitan, pegunungan, lembah, dan gunung dengan sudut lereng antara 0-70% (landai sampai dengan sangat curam) (PemerTemanggung, 2017). Daerah BromoProvinsi Jawa Timur. Daerah Bromo memiliki

0C – 200C dengan curah hujan ratarata 6.600 mm/tahun dan ketinggianatas permukaan laut (DiDaerah Banyuwangi terletak di Provinsi Jawa Timur. Daerah ini umumnya memiliki suhu udara

C dengan curah hujan 81,45 mm dan ketinggian 25-100 m di atas permukaan laut Pemerintah Kabupaten Banyuwangi

METODE PENELITIAN

Timbangan analitik (Santorius, Germany); (Memmert, Germany);

(Multiskan GoThermo Scientific); spektrofotometer UV-VIS (Hitachi, Japan);

; alat fermentasi; pipa kapiler 10 µL; microtube sentrifuge (Eppendorf, Germany); mikropipet ukuran 1-10 µL (Orange, USA), 10µL (Orange, USA), dan 10USA); cawan porselen; gelas ukur; beker gelas; labu erlenmeyer; batang pengaduk; corong; corong pisah; blue tip; yellow tipkertas saring bebas abu (Whatman No 1); kertas saring; dan tabung reaksi.

HCl pekat, HCl 2M, HCl 10%, CHClOH, NaOH 1 N, FeCl

7%, Vanilin Sulfat, Kalium asetat, Naasetat, Amoniak, Pereaksi Steasny, Pereaksi Liebermann Burchard, reagen Dragendorff, reagen Mayer, reagen Folin Ciocalteau, Quersetin,

alat, Eter, Gelatin, serbuk Mg, Butanol, Asam asetat glasial, Metanol, Toluen, Etil asetat, Amil alkohol, Etanol 96%, Etanol p.a, Akuades, dan bawang putih tunggal (Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari tiga wilayah yan

Tahapan Penelitian Proses Fermentasi dan Pembuatan Simplisia

Black garlic dibuat dengan menjaga bawang putih tunggal yang segar dalam suhu 65

C dan kelembaban 70

J PHARM SCI & PRACT, 2019, 6(2

dilakukan meliputi parameter kadar air, kadaabu total, kadar abu tidak larut asam, kadar abu larut air, bobot jenis, dan pH.

Umbi bawang putih tunggal yang distandarisasi dalam penelitian ini berasal dari tiga wilayah berbeda, yaitu: Temanggung, Bromo, dan Banyuwangi. Temanggung merupakan daerah

ang terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 87,065 Ha. Umumnya berhawa dingin dimana udara pegunungan berkisar antara 20

C. Bercurah hujan cukup tinggi dan permukaan wilayahnya termasuk dataran tinggi. Daerah ini memiliki ketinggian antara 500m di atas permukaan laut. Secara geomorfologi, termasuk daerah dengan dataran, perbukitan, pegunungan, lembah, dan gunung dengan sudut

70% (landai sampai dengan sangat curam) (Pemerintah

Daerah BromoProvinsi Jawa Timur. Daerah Bromo memiliki

C dengan curah hujan ratarata 6.600 mm/tahun dan ketinggian

(Dinas Kominfo, 2008Daerah Banyuwangi terletak di Provinsi Jawa

umumnya memiliki suhu udara C dengan curah hujan 81,45 mm dan

100 m di atas permukaan laut Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 20

METODE PENELITIAN

Timbangan analitik (Santorius, Germany); (Memmert, Germany); multiplate reader

(Multiskan GoThermo Scientific); VIS (Hitachi, Japan);

; alat fermentasi; pipa kapiler 10 µL; (Eppendorf, Germany);

10 µL (Orange, USA), 10µL (Orange, USA), dan 100-1000 µL (Orange, USA); cawan porselen; gelas ukur; beker gelas; labu erlenmeyer; batang pengaduk; corong;

yellow tip; alatkertas saring bebas abu (Whatman No 1); kertas

2M, HCl 10%, CHClOH, NaOH 1 N, FeCl3, NaCl, AlCl

7%, Vanilin Sulfat, Kalium asetat, Naasetat, Amoniak, Pereaksi Steasny, Pereaksi Liebermann Burchard, reagen Dragendorff, reagen Mayer, reagen Folin Ciocalteau, Quersetin,

alat, Eter, Gelatin, serbuk Mg, Butanol, Asam asetat glasial, Metanol, Toluen, Etil asetat, Amil alkohol, Etanol 96%, Etanol p.a, Akuades, dan bawang putih tunggal (Allium sativumTanaman yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari tiga wilayah yang berbeda.

Proses Fermentasi dan Pembuatan Simplisiadibuat dengan menjaga

bawang putih tunggal yang segar dalam suhu 65C dan kelembaban 70-75% selama 21 hari

& PRACT, 2019, 6(2): 74 – 83

75

dilakukan meliputi parameter kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar abu

Umbi bawang putih tunggal yang distandarisasi dalam penelitian ini berasal dari tiga wilayah berbeda, yaitu: Temanggung, Bromo, dan Banyuwangi. Temanggung merupakan daerah

ang terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 87,065 Ha. Umumnya berhawa dingin dimana udara pegunungan berkisar antara 200C -

C. Bercurah hujan cukup tinggi dan permukaan wilayahnya termasuk dataran tinggi.

ra 500-1450 m di atas permukaan laut. Secara geomorfologi, termasuk daerah dengan dataran, perbukitan, pegunungan, lembah, dan gunung dengan sudut

70% (landai sampai dengan intah Kabupaten

Daerah Bromo terletak di Provinsi Jawa Timur. Daerah Bromo memiliki

C dengan curah hujan rata-rata 6.600 mm/tahun dan ketinggian 2.329 m di

nas Kominfo, 2008). Daerah Banyuwangi terletak di Provinsi Jawa

umumnya memiliki suhu udara C dengan curah hujan 81,45 mm dan

100 m di atas permukaan laut , 2019).

Timbangan analitik (Santorius, Germany); multiplate reader

(Multiskan GoThermo Scientific); VIS (Hitachi, Japan);

; alat fermentasi; pipa kapiler 10 µL; (Eppendorf, Germany);

10 µL (Orange, USA), 10-100 1000 µL (Orange,

USA); cawan porselen; gelas ukur; beker gelas; labu erlenmeyer; batang pengaduk; corong;

; alat-alat gelas; kertas saring bebas abu (Whatman No 1); kertas

2M, HCl 10%, CHCl3, H2SO4

, NaCl, AlCl3, 7%, Vanilin Sulfat, Kalium asetat, Na-

asetat, Amoniak, Pereaksi Steasny, Pereaksi Liebermann Burchard, reagen Dragendorff, reagen Mayer, reagen Folin Ciocalteau, Quersetin,

alat, Eter, Gelatin, serbuk Mg, Butanol, Asam asetat glasial, Metanol, Toluen, Etil asetat, Amil alkohol, Etanol 96%, Etanol p.a, Akuades,

Allium sativum). Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini

g berbeda.

Proses Fermentasi dan Pembuatan Simplisia dibuat dengan menjaga

bawang putih tunggal yang segar dalam suhu 65-75% selama 21 hari

83

75

r abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar abu

Umbi bawang putih tunggal yang distandarisasi dalam penelitian ini berasal dari tiga wilayah berbeda, yaitu: Temanggung, Bromo, dan Banyuwangi. Temanggung merupakan daerah

ang terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 87,065 Ha. Umumnya berhawa dingin

-C. Bercurah hujan cukup tinggi dan

permukaan wilayahnya termasuk dataran tinggi. 1450

m di atas permukaan laut. Secara geomorfologi, termasuk daerah dengan dataran, perbukitan, pegunungan, lembah, dan gunung dengan sudut

70% (landai sampai dengan Kabupaten terletak di

Provinsi Jawa Timur. Daerah Bromo memiliki -

2.329 m di ).

Daerah Banyuwangi terletak di Provinsi Jawa umumnya memiliki suhu udara

C dengan curah hujan 81,45 mm dan 100 m di atas permukaan laut

Timbangan analitik (Santorius, Germany); multiplate reader

(Multiskan GoThermo Scientific); VIS (Hitachi, Japan);

; alat fermentasi; pipa kapiler 10 µL; (Eppendorf, Germany);

100 1000 µL (Orange,

USA); cawan porselen; gelas ukur; beker gelas; labu erlenmeyer; batang pengaduk; corong;

alat gelas; kertas saring bebas abu (Whatman No 1); kertas

4 , -

asetat, Amoniak, Pereaksi Steasny, Pereaksi Liebermann Burchard, reagen Dragendorff, reagen Mayer, reagen Folin Ciocalteau, Quersetin,

alat, Eter, Gelatin, serbuk Mg, Butanol, Asam asetat glasial, Metanol, Toluen, Etil asetat, Amil alkohol, Etanol 96%, Etanol p.a, Akuades,

). Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini

dibuat dengan menjaga -

75% selama 21 hari

Page 3: Fakultas Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, …repository.wima.ac.id/21668/1/1-Standarisasi_spesifik... · 2020. 2. 21. · kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

JOURNAL OF PHARMACE

tanpa penambahan perlakuan dan zat tambahan lainnya. Bawang putih tunggal segar akan mengalami perubahan warna dari putih menjadi coklat dan akhirnya menjadi berwarna hitam kurang lebih sebulan kemudian. Proses ini disebabkan oleh reaksi Hasil yang didapat merupakan simplisia bawang putih tunggal yang terfermentasi (Wang 2010) Proses Pembuatan Ekstrak

Simplisia bawang putih tunggal terfermentasi sebanyak 250 gram dihaluskan, kemudian diekstraksi secara dingin dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% (1:3). Remaserasi sebanyak 3x tiap 1 jam kemudian disaring dengan kain sebanyak 2x dan disaring dengan kertas saring sebanyak 1x. Lalu, filtrat yang diperoleh diuapkan pada suhu 50 Pengamatan Makroskopis dan

Pengamatan secara makroskopis umbi bawang putih tunggal (dilakukan dengan mengamati bentuk, warna kulit, panjang, dan diameter umbi. Pengamatan mikroskopis dengan membuat irisan melintang dan membujur pada umbi, lalu diamamedia air, kloralhidrat, dan Floroguchin HCl. Standarisasi Simplisiaa. Standarisasi Spesifik1. Identitas

Parameter identitas dilakukan dengan tujuan memberikan identitas objektif dari nama tumbuhan. Deskripsi tata nama mencakup nama ekstrak atau simplbagian tumbuhan yang digunakan serta nama Indonesia tumbuhan (D

2. Pemeriksaan Organoleptis

Uji organoleptik dilakukan dengan pengamatan terhadap bentuk, warna, bau, dan rasa (Dirjen POM

3. Penetapan

Sampel sejumlah 5 gram dimaserasi selama 24 jam dengan menggunakan 100 mL campuran air kloroform LP menggunakan labu bersumbat sambil berkalidan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Sejumlah 20 mL filtrat disaring dan diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, residu dipanaskan pada suhu 105bobot tetap. Kadar persen senyawa yang larut dalam air, dihitung terhadap ekstrak awal (Dirjen POM RI, 2000).

4. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Sampel sejumlah 5 gram dimaserasi selama 24 jam dengan menggunakan 100 mL etanol (95%) menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Sejumlah 20 mL filtrat disar

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

JOURNAL OF PHARMACEY SCIENCE AN

tanpa penambahan perlakuan dan zat tambahan lainnya. Bawang putih tunggal segar akan mengalami perubahan warna dari putih menjadi coklat dan akhirnya menjadi berwarna hitam kurang lebih sebulan kemudian. Proses ini disebabkan oleh reaksi Hasil yang didapat merupakan simplisia bawang

gal yang terfermentasi (Wang

Pembuatan EkstrakSimplisia bawang putih tunggal

terfermentasi sebanyak 250 gram dihaluskan, kemudian diekstraksi secara dingin dengan

maserasi menggunakan etanol 96% (1:3). Remaserasi sebanyak 3x tiap 1 jam kemudian disaring dengan kain sebanyak 2x dan disaring dengan kertas saring sebanyak 1x. Lalu, filtrat yang diperoleh diuapkan pada suhu 50

Pengamatan Makroskopis dan Pengamatan secara makroskopis umbi

bawang putih tunggal (dilakukan dengan mengamati bentuk, warna kulit, panjang, dan diameter umbi. Pengamatan mikroskopis dengan membuat irisan melintang dan membujur pada umbi, lalu diama

kloralhidrat, dan Floroguchin HCl.

Standarisasi Simplisia Standarisasi SpesifikIdentitas

Parameter identitas dilakukan dengan tujuan memberikan identitas objektif dari nama tumbuhan. Deskripsi tata nama mencakup nama ekstrak atau simplisia, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan serta nama Indonesia tumbuhan (D

Pemeriksaan OrganoleptisUji organoleptik dilakukan dengan

pengamatan terhadap bentuk, warna, bau, dan en POM RI, 2000).

Penetapan Kadar Sari Larut AirSampel sejumlah 5 gram dimaserasi selama

24 jam dengan menggunakan 100 mL campuran air kloroform LP menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Sejumlah

filtrat disaring dan diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, residu dipanaskan pada suhu 105bobot tetap. Kadar persen senyawa yang larut dalam air, dihitung terhadap ekstrak awal (Dirjen POM RI, 2000).

an Kadar Sari Larut EtanolSampel sejumlah 5 gram dimaserasi selama

24 jam dengan menggunakan 100 mL etanol (95%) menggunakan labu bersumbat sambil

kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Sejumlah 20 mL filtrat disaring kemudian diuapkan hingga

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

SCIENCE AND PRACTICE I VOLUME

tanpa penambahan perlakuan dan zat tambahan lainnya. Bawang putih tunggal segar akan mengalami perubahan warna dari putih menjadi coklat dan akhirnya menjadi berwarna hitam kurang lebih sebulan kemudian. Proses ini disebabkan oleh reaksi Mailard dan Hasil yang didapat merupakan simplisia bawang

gal yang terfermentasi (Wang

Pembuatan Ekstrak Simplisia bawang putih tunggal

terfermentasi sebanyak 250 gram dihaluskan, kemudian diekstraksi secara dingin dengan

maserasi menggunakan etanol 96% (1:3). Remaserasi sebanyak 3x tiap 1 jam kemudian disaring dengan kain sebanyak 2x dan disaring dengan kertas saring sebanyak 1x. Lalu, filtrat yang diperoleh diuapkan pada suhu 50

Pengamatan Makroskopis dan MikroskopisPengamatan secara makroskopis umbi

bawang putih tunggal (Allium sativumdilakukan dengan mengamati bentuk, warna kulit, panjang, dan diameter umbi. Pengamatan mikroskopis dengan membuat irisan melintang dan membujur pada umbi, lalu diama

kloralhidrat, dan Floroguchin HCl.

Standarisasi Spesifik

Parameter identitas dilakukan dengan tujuan memberikan identitas objektif dari nama tumbuhan. Deskripsi tata nama mencakup nama

isia, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan serta nama Indonesia tumbuhan (Dirjen POM RI, 2000)

Pemeriksaan Organoleptis Uji organoleptik dilakukan dengan

pengamatan terhadap bentuk, warna, bau, dan , 2000).

Kadar Sari Larut Air Sampel sejumlah 5 gram dimaserasi selama

24 jam dengan menggunakan 100 mL campuran air kloroform LP menggunakan labu bersumbat

kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Sejumlah

filtrat disaring dan diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, residu dipanaskan pada suhu 105bobot tetap. Kadar persen senyawa yang larut dalam air, dihitung terhadap ekstrak awal (Dirjen

an Kadar Sari Larut EtanolSampel sejumlah 5 gram dimaserasi selama

24 jam dengan menggunakan 100 mL etanol (95%) menggunakan labu bersumbat sambil

kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Sejumlah 20

ing kemudian diuapkan hingga

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

D PRACTICE I VOLUME 6 I NUMBER

tanpa penambahan perlakuan dan zat tambahan lainnya. Bawang putih tunggal segar akan mengalami perubahan warna dari putih menjadi coklat dan akhirnya menjadi berwarna hitam kurang lebih sebulan kemudian. Proses ini

dan BrowningHasil yang didapat merupakan simplisia bawang

gal yang terfermentasi (Wang et al

Simplisia bawang putih tunggal terfermentasi sebanyak 250 gram dihaluskan, kemudian diekstraksi secara dingin dengan

maserasi menggunakan etanol 96% (1:3). Remaserasi sebanyak 3x tiap 1 jam kemudian disaring dengan kain sebanyak 2x dan disaring dengan kertas saring sebanyak 1x. Lalu, filtrat yang diperoleh diuapkan pada suhu 50-600C.

Mikroskopis Pengamatan secara makroskopis umbi

Allium sativum Linn.) dilakukan dengan mengamati bentuk, warna kulit, panjang, dan diameter umbi. Pengamatan mikroskopis dengan membuat irisan melintang dan membujur pada umbi, lalu diamati pada

kloralhidrat, dan Floroguchin HCl.

Parameter identitas dilakukan dengan tujuan memberikan identitas objektif dari nama tumbuhan. Deskripsi tata nama mencakup nama

isia, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan serta nama

RI, 2000).

Uji organoleptik dilakukan dengan pengamatan terhadap bentuk, warna, bau, dan

Sampel sejumlah 5 gram dimaserasi selama

24 jam dengan menggunakan 100 mL campuran air kloroform LP menggunakan labu bersumbat

kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Sejumlah

filtrat disaring dan diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, residu dipanaskan pada suhu 1050C hingga bobot tetap. Kadar persen senyawa yang larut dalam air, dihitung terhadap ekstrak awal (Dirjen

an Kadar Sari Larut Etanol Sampel sejumlah 5 gram dimaserasi selama

24 jam dengan menggunakan 100 mL etanol (95%) menggunakan labu bersumbat sambil

kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Sejumlah 20

ing kemudian diuapkan hingga

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

I NUMBER 2 I OKTOBER

tanpa penambahan perlakuan dan zat tambahan lainnya. Bawang putih tunggal segar akan mengalami perubahan warna dari putih menjadi coklat dan akhirnya menjadi berwarna hitam kurang lebih sebulan kemudian. Proses ini

ng. Hasil yang didapat merupakan simplisia bawang

et al.,

Simplisia bawang putih tunggal terfermentasi sebanyak 250 gram dihaluskan, kemudian diekstraksi secara dingin dengan

maserasi menggunakan etanol 96% (1:3). Remaserasi sebanyak 3x tiap 1 jam kemudian disaring dengan kain sebanyak 2x dan disaring dengan kertas saring sebanyak 1x. Lalu, filtrat

Pengamatan secara makroskopis umbi Linn.)

dilakukan dengan mengamati bentuk, warna kulit, panjang, dan diameter umbi. Pengamatan mikroskopis dengan membuat irisan melintang

ti pada

Parameter identitas dilakukan dengan tujuan memberikan identitas objektif dari nama tumbuhan. Deskripsi tata nama mencakup nama

isia, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan serta nama

Uji organoleptik dilakukan dengan pengamatan terhadap bentuk, warna, bau, dan

Sampel sejumlah 5 gram dimaserasi selama 24 jam dengan menggunakan 100 mL campuran air kloroform LP menggunakan labu bersumbat

kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Sejumlah

filtrat disaring dan diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah

C hingga bobot tetap. Kadar persen senyawa yang larut dalam air, dihitung terhadap ekstrak awal (Dirjen

Sampel sejumlah 5 gram dimaserasi selama 24 jam dengan menggunakan 100 mL etanol (95%) menggunakan labu bersumbat sambil

kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Sejumlah 20

ing kemudian diuapkan hingga

kering dalam cawan dangkal beradasar rata yang telah ditara, residu dipanaskan pada suhu 105hingga bobot tetap. Kadar persen senyawa yang larut dalam etanol dihitung terhadap ekstrak awal (Dirjen POM RI, 2000).

5.

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (Allium sativum

OKTOBER 2019

kering dalam cawan dangkal beradasar rata yang telah ditara, residu dipanaskan pada suhu 105hingga bobot tetap. Kadar persen senyawa yang larut dalam etanol dihitung terhadap ekstrak awal (Dirjen POM RI, 2000).

5. Skrining Fit

a. Uji FlavonoidSampel ditambah dengan serbuk

Magnesium, ditambah 2 mL aklohol klorhidrik, dan ditambah 1 mL amil alkohol lalu dikocok kuat dan dibiarkan hingga memisah. Warna kuning pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya (Harborne, b. Uji Alkaloid

Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditetesi dengan HCl 2 N, lalu dibagi dalam beberapa tabung reaksi. Tiap tabung ditambahkan dengan masingpereaksi. Pada penambahan reaksi Mayer, positif mengandung alkaloid jika membentuk endapan pupereaksi Dragendorff, positif mengandung alkaloid jika terbentuk endapan jingga (Harborne, 1987).c. Uji Tanin dan Polifenol

Sebanyak 3 mL sampel ditambah 100 mL akuades panas, diekstraksi, didinginkan, dan disaring. Filtrat dfiltrat A, B, dan C. Filtrat A ditambah 3 tetes FeCl3 dan jika positif akan berwarna hitam kehijauan/biru kehitaman dan menunjukkan kandungan polifenol. Filtrat B ditambah NaCl dan gelatin, positif akan muncul endapan putih. Filtrat C ditambah pereaksi Steasny, positif jika muncul endapan pink 1987). d. Uji Steroid dan Triterpenoid

Larutan sampel ditambah denganLiebermannperlahan dan dibiarkan beberapa menit. Hasil positif steroid datau hijau, sedangkan triterpenoid memberikan warna merah atau ungu (Harborne, 1987).e. Uji Saponin

Sebanyak 2dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 10 mL air panas lalu didinginkan. Setelah itu, dikocok kuatdan ditambahkan 1 tetes HCl 2 N. Hasilnya positif dengan terbentuknya buih stabil setinggi 1-menit (Harborne, 1987).

6. Penetapan Total Senyawa Polifenol

al., 2014)Pembuatan Larutan Standar

Sebagai standar, dibuat kurva baku asam galat dengan konsentrasi 1000 ppm (0,025 gram dalam 100 ml etanol 96%). kemudian diencerkan hingga menjadi 5 macam konsentrasi

Allium sativum Linn.)

kering dalam cawan dangkal beradasar rata yang telah ditara, residu dipanaskan pada suhu 105hingga bobot tetap. Kadar persen senyawa yang larut dalam etanol dihitung terhadap ekstrak awal (Dirjen POM RI, 2000).

Skrining Fitokimia Uji Flavonoid

Sampel ditambah dengan serbuk Magnesium, ditambah 2 mL aklohol klorhidrik, dan ditambah 1 mL amil alkohol lalu dikocok kuat dan dibiarkan hingga memisah. Warna kuning pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya (Harborne, 1987).

Uji Alkaloid Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, ditetesi dengan HCl 2 N, lalu dibagi dalam beberapa tabung reaksi. Tiap tabung ditambahkan dengan masingpereaksi. Pada penambahan reaksi Mayer, positif mengandung alkaloid jika membentuk endapan putih atau kuning. Pada penambahan pereaksi Dragendorff, positif mengandung alkaloid jika terbentuk endapan jingga (Harborne, 1987).

Uji Tanin dan PolifenolSebanyak 3 mL sampel ditambah 100 mL

akuades panas, diekstraksi, didinginkan, dan disaring. Filtrat diambil lalu dipisah menjadi 3: filtrat A, B, dan C. Filtrat A ditambah 3 tetes

dan jika positif akan berwarna hitam kehijauan/biru kehitaman dan menunjukkan kandungan polifenol. Filtrat B ditambah NaCl dan gelatin, positif akan muncul endapan

Filtrat C ditambah pereaksi Steasny, positif jika muncul endapan pink

Uji Steroid dan TriterpenoidLarutan sampel ditambah dengan

Liebermann-Burchard. Larutan dikocok dan dibiarkan beberapa menit. Hasil

positif steroid ditunjukkan oleh warna biru atau hijau, sedangkan triterpenoid memberikan warna merah atau ungu (Harborne, 1987).

Uji Saponin Sebanyak 2-3 mL larutan sampel

dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 10 mL air panas lalu didinginkan. Setelah itu, dikocok kuatdan ditambahkan 1 tetes HCl 2 N. Hasilnya positif dengan terbentuknya buih stabil

-10 cm selama tidak kurang dari 10 (Harborne, 1987).

Penetapan Total Senyawa Polifenol., 2014)

Pembuatan Larutan StandarSebagai standar, dibuat kurva baku asam

galat dengan konsentrasi 1000 ppm (0,025 gram dalam 100 ml etanol 96%). kemudian diencerkan hingga menjadi 5 macam konsentrasi

kering dalam cawan dangkal beradasar rata yang telah ditara, residu dipanaskan pada suhu 105hingga bobot tetap. Kadar persen senyawa yang larut dalam etanol dihitung terhadap ekstrak awal

Sampel ditambah dengan serbuk Magnesium, ditambah 2 mL aklohol klorhidrik, dan ditambah 1 mL amil alkohol lalu dikocok kuat dan dibiarkan hingga memisah. Warna kuning pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya

Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditetesi dengan HCl 2 N, lalu dibagi dalam beberapa tabung reaksi. Tiap tabung ditambahkan dengan masingpereaksi. Pada penambahan reaksi Mayer, positif mengandung alkaloid jika membentuk

tih atau kuning. Pada penambahan pereaksi Dragendorff, positif mengandung alkaloid jika terbentuk endapan jingga

Uji Tanin dan Polifenol Sebanyak 3 mL sampel ditambah 100 mL

akuades panas, diekstraksi, didinginkan, dan iambil lalu dipisah menjadi 3:

filtrat A, B, dan C. Filtrat A ditambah 3 tetes dan jika positif akan berwarna hitam

kehijauan/biru kehitaman dan menunjukkan kandungan polifenol. Filtrat B ditambah NaCl dan gelatin, positif akan muncul endapan

Filtrat C ditambah pereaksi Steasny, positif jika muncul endapan pink

Uji Steroid dan Triterpenoid Larutan sampel ditambah dengan

. Larutan dikocok dan dibiarkan beberapa menit. Hasil

itunjukkan oleh warna biru atau hijau, sedangkan triterpenoid memberikan warna merah atau ungu

3 mL larutan sampel dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 10 mL air panas lalu didinginkan. Setelah itu, dikocok kuat-kuat selama 10 detik dan ditambahkan 1 tetes HCl 2 N. Hasilnya positif dengan terbentuknya buih stabil

0 cm selama tidak kurang dari 10 (Harborne, 1987).

Penetapan Total Senyawa Polifenol

Pembuatan Larutan Standar Sebagai standar, dibuat kurva baku asam

galat dengan konsentrasi 1000 ppm (0,025 gram dalam 100 ml etanol 96%). kemudian diencerkan hingga menjadi 5

untuk simplisia dan

76

kering dalam cawan dangkal beradasar rata yang telah ditara, residu dipanaskan pada suhu 1050C hingga bobot tetap. Kadar persen senyawa yang larut dalam etanol dihitung terhadap ekstrak awal

Sampel ditambah dengan serbuk Magnesium, ditambah 2 mL aklohol klorhidrik, dan ditambah 1 mL amil alkohol lalu dikocok kuat dan dibiarkan hingga memisah. Warna kuning pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid

Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditetesi dengan HCl 2 N, lalu dibagi dalam beberapa tabung reaksi. Tiap tabung ditambahkan dengan masing-masing pereaksi. Pada penambahan reaksi Mayer, positif mengandung alkaloid jika membentuk

tih atau kuning. Pada penambahan pereaksi Dragendorff, positif mengandung alkaloid jika terbentuk endapan jingga

Sebanyak 3 mL sampel ditambah 100 mL akuades panas, diekstraksi, didinginkan, dan

iambil lalu dipisah menjadi 3: filtrat A, B, dan C. Filtrat A ditambah 3 tetes

dan jika positif akan berwarna hitam kehijauan/biru kehitaman dan menunjukkan kandungan polifenol. Filtrat B ditambah NaCl dan gelatin, positif akan muncul endapan

Filtrat C ditambah pereaksi Steasny, positif jika muncul endapan pink (Harborne,

Larutan sampel ditambah dengan perekasi . Larutan dikocok

dan dibiarkan beberapa menit. Hasil itunjukkan oleh warna biru

atau hijau, sedangkan triterpenoid memberikan warna merah atau ungu

3 mL larutan sampel dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 10 mL air panas lalu didinginkan.

kuat selama 10 detik dan ditambahkan 1 tetes HCl 2 N. Hasilnya positif dengan terbentuknya buih stabil

0 cm selama tidak kurang dari 10

Penetapan Total Senyawa Polifenol (Choi et

Sebagai standar, dibuat kurva baku asam galat dengan konsentrasi 1000 ppm (0,025 gram dalam 100 ml etanol 96%). Larutan ini kemudian diencerkan hingga menjadi 5

untuk simplisia dan

76

kering dalam cawan dangkal beradasar rata yang C

hingga bobot tetap. Kadar persen senyawa yang larut dalam etanol dihitung terhadap ekstrak awal

Sampel ditambah dengan serbuk Magnesium, ditambah 2 mL aklohol klorhidrik, dan ditambah 1 mL amil alkohol lalu dikocok kuat dan dibiarkan hingga memisah. Warna kuning pada lapisan amil

flavonoid

Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditetesi dengan HCl 2 N, lalu dibagi dalam beberapa tabung reaksi. Tiap

masing pereaksi. Pada penambahan reaksi Mayer, positif mengandung alkaloid jika membentuk

tih atau kuning. Pada penambahan pereaksi Dragendorff, positif mengandung alkaloid jika terbentuk endapan jingga

Sebanyak 3 mL sampel ditambah 100 mL akuades panas, diekstraksi, didinginkan, dan

iambil lalu dipisah menjadi 3: filtrat A, B, dan C. Filtrat A ditambah 3 tetes

dan jika positif akan berwarna hitam kehijauan/biru kehitaman dan menunjukkan kandungan polifenol. Filtrat B ditambah NaCl dan gelatin, positif akan muncul endapan

Filtrat C ditambah pereaksi Steasny, (Harborne,

perekasi . Larutan dikocok

dan dibiarkan beberapa menit. Hasil itunjukkan oleh warna biru

atau hijau, sedangkan triterpenoid memberikan warna merah atau ungu

3 mL larutan sampel dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 10 mL air panas lalu didinginkan.

kuat selama 10 detik dan ditambahkan 1 tetes HCl 2 N. Hasilnya positif dengan terbentuknya buih stabil

0 cm selama tidak kurang dari 10

et

Sebagai standar, dibuat kurva baku asam galat dengan konsentrasi 1000 ppm (0,025

Larutan ini kemudian diencerkan hingga menjadi 5

untuk simplisia dan

Page 4: Fakultas Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, …repository.wima.ac.id/21668/1/1-Standarisasi_spesifik... · 2020. 2. 21. · kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak

JOURNAL OF PHARMACE

ekstrak, Masing-masing larutan dipipet 40 μl, kemudian ditambahkan 16 μl reagen Ciocalteausebanyak 16 μl, dikocok hingga homogen, kemudian ditambah dengan akuades hingga 400 μl, dan didiamkan selama 1 jam pada suhu ruangan. Absorbansi diukur pada panjang gelombang maksimal 756 nm.

Pembuatan Larutan Sampel

Sampel dibuat konsentrmenggunakan etanol 96% lalu diambil sebanyak 20 µL. Ditambahkan 8 µL regaen Folin-Ciocalteu. Setelah itu, ditambah 80 µL Na2CO3 selama 60 menit dalam tempat yang gelap kemudian diukur absorbansi pada panjang gelombang 765 nm. Kadar total fenol ekstrak dan simplisia ditentukan dengan menghitung absorbansi ekstrak dan simplisia dengan pereaksi absorbansi diplotkan dengan kurva standar total asam galat yang digunakan sebagai standar.

7. Penetapan Total Senyawa Flavonoid

al., 2014)Pembuatan Larutan Standar

Sebagai standar, dibuat kurva baku kuerseetin dengan konsentrasi 1000 ppm (0,025 gram dalam 100 ml etanol 96%). Larutan ini kemudian diencerkan hingga menjadi 5 macam konsentrasi dan ekstrak, yaitu: 10,20, 40, 60, dan 80 ppmMasing-masing ditambahkan 90 μl etanol 96%, 6 μl AlClkalium asetat dan 168 μl aquades. Larutan tersebut diinkubasi selama 30 menit di suhu ruangan, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 415 nm.

Pembuatan Larutan

Sampel dibuat konsentrasi 1% dengan menggunakan etanol 96% lalu diambil sebanyak 20 µL. Ditambahkan 60 µL etanol p.a, 4 µL AlClakuades. Inkubasi selama 30 menit kemudian diukur absorbansi pada panjang gelombang 415 nm. Kadar total flavonoid ekstrak dan simplisia ditentukan dengan menghitung absorbansi ekstrak dan simplisia dengan pereaksi AlCldiplotkan dengan kurva standar total flavonoid dari quercetin yang digunakan sebagai standar(Rao, Abdurrazak dan Mohd, 2016)

b. Standarisasi Non Spesifik

1. Kadar AbuSampel ditimbang sebanyak 2 sampai 3

gram dan dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, lalu diratakan. Selanjutnya krus dipijarkan perlahan

JOURNAL OF PHARMACEY SCIENCE AN

yaitu: 40, 60, 80, 100, dan 120 masing larutan dipipet 40 μl,

kemudian ditambahkan 16 μl reagen Ciocalteau. Larutan Nasebanyak 16 μl, dikocok hingga homogen, kemudian ditambah dengan akuades hingga 400 μl, dan didiamkan selama 1 jam pada suhu ruangan. Absorbansi diukur pada panjang gelombang maksimal 756 nm.

Pembuatan Larutan SampelSampel dibuat konsentr

menggunakan etanol 96% lalu diambil sebanyak 20 µL. Ditambahkan 8 µL regaen

Ciocalteu. Setelah itu, ditambah 80 µL 7%, dan 92 µL akuades. Inkubasi

selama 60 menit dalam tempat yang gelap kemudian diukur absorbansi pada panjang

lombang 765 nm. Kadar total fenol ekstrak dan simplisia ditentukan dengan menghitung absorbansi ekstrak dan simplisia dengan pereaksi Folin-Ciocalteuabsorbansi diplotkan dengan kurva standar total asam galat yang digunakan sebagai

Penetapan Total Senyawa Flavonoid., 2014)

Pembuatan Larutan StandarSebagai standar, dibuat kurva baku

kuerseetin dengan konsentrasi 1000 ppm (0,025 gram dalam 100 ml etanol 96%). Larutan ini kemudian diencerkan hingga menjadi 5 macam konsentrasi dan ekstrak, yaitu: 10,20, 40, 60, dan 80 ppm

masing larutan dipipet 30 μl kemudian ditambahkan 90 μl etanol 96%, 6 μl AlClkalium asetat dan 168 μl aquades. Larutan tersebut diinkubasi selama 30 menit di suhu ruangan, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 415 nm.

Pembuatan Larutan Sampel dibuat konsentrasi 1% dengan

menggunakan etanol 96% lalu diambil sebanyak 20 µL. Ditambahkan 60 µL etanol p.a, 4 µL AlCl3, 4 µL Kalium asetat, dan 112 µL akuades. Inkubasi selama 30 menit kemudian diukur absorbansi pada panjang gelombang

nm. Kadar total flavonoid ekstrak dan simplisia ditentukan dengan menghitung absorbansi ekstrak dan simplisia dengan pereaksi AlCl3, kemudian hasil absorbansi diplotkan dengan kurva standar total flavonoid dari quercetin yang digunakan sebagai standar

, Abdurrazak dan Mohd, 2016)

Standarisasi Non SpesifikKadar Abu

Sampel ditimbang sebanyak 2 sampai 3 gram dan dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, lalu diratakan. Selanjutnya krus dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, kemudian

SCIENCE AND PRACTICE I VOLUME

40, 60, 80, 100, dan 120 masing larutan dipipet 40 μl,

kemudian ditambahkan 16 μl reagen . Larutan Na2CO3 7% ditambahkan

sebanyak 16 μl, dikocok hingga homogen, kemudian ditambah dengan akuades hingga 400 μl, dan didiamkan selama 1 jam pada suhu ruangan. Absorbansi diukur pada panjang gelombang maksimal 756 nm.

Pembuatan Larutan Sampel Sampel dibuat konsentrasi 1% dengan

menggunakan etanol 96% lalu diambil sebanyak 20 µL. Ditambahkan 8 µL regaen

Ciocalteu. Setelah itu, ditambah 80 µL 7%, dan 92 µL akuades. Inkubasi

selama 60 menit dalam tempat yang gelap kemudian diukur absorbansi pada panjang

lombang 765 nm. Kadar total fenol ekstrak dan simplisia ditentukan dengan menghitung absorbansi ekstrak dan simplisia dengan

Ciocalteu, kemudian hasil absorbansi diplotkan dengan kurva standar total asam galat yang digunakan sebagai

Penetapan Total Senyawa Flavonoid

Pembuatan Larutan Standar Sebagai standar, dibuat kurva baku

kuerseetin dengan konsentrasi 1000 ppm (0,025 gram dalam 100 ml etanol 96%). Larutan ini kemudian diencerkan hingga menjadi 5 macam konsentrasi untuk simplisia dan ekstrak, yaitu: 10,20, 40, 60, dan 80 ppm

larutan dipipet 30 μl kemudian ditambahkan 90 μl etanol 96%, 6 μl AlClkalium asetat dan 168 μl aquades. Larutan tersebut diinkubasi selama 30 menit di suhu ruangan, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 415 nm.

Pembuatan Larutan Sampel Sampel dibuat konsentrasi 1% dengan

menggunakan etanol 96% lalu diambil sebanyak 20 µL. Ditambahkan 60 µL etanol

, 4 µL Kalium asetat, dan 112 µL akuades. Inkubasi selama 30 menit kemudian diukur absorbansi pada panjang gelombang

nm. Kadar total flavonoid ekstrak dan simplisia ditentukan dengan menghitung absorbansi ekstrak dan simplisia dengan

, kemudian hasil absorbansi diplotkan dengan kurva standar total flavonoid dari quercetin yang digunakan sebagai standar

, Abdurrazak dan Mohd, 2016)

Standarisasi Non Spesifik

Sampel ditimbang sebanyak 2 sampai 3 gram dan dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, lalu diratakan. Selanjutnya krus dipijarkan

lahan hingga arang habis, kemudian D PRACTICE I VOLUME 6 I NUMBER

40, 60, 80, 100, dan 120 ppm. masing larutan dipipet 40 μl,

kemudian ditambahkan 16 μl reagen Folin 7% ditambahkan

sebanyak 16 μl, dikocok hingga homogen, kemudian ditambah dengan akuades hingga 400 μl, dan didiamkan selama 1 jam pada suhu ruangan. Absorbansi diukur pada panjang

asi 1% dengan menggunakan etanol 96% lalu diambil sebanyak 20 µL. Ditambahkan 8 µL regaen

Ciocalteu. Setelah itu, ditambah 80 µL 7%, dan 92 µL akuades. Inkubasi

selama 60 menit dalam tempat yang gelap kemudian diukur absorbansi pada panjang

lombang 765 nm. Kadar total fenol ekstrak dan simplisia ditentukan dengan menghitung absorbansi ekstrak dan simplisia dengan

, kemudian hasil absorbansi diplotkan dengan kurva standar total asam galat yang digunakan sebagai

Penetapan Total Senyawa Flavonoid (Choi

Sebagai standar, dibuat kurva baku kuerseetin dengan konsentrasi 1000 ppm (0,025 gram dalam 100 ml etanol 96%). Larutan ini kemudian diencerkan hingga

untuk simplisia dan ekstrak, yaitu: 10,20, 40, 60, dan 80 ppm

larutan dipipet 30 μl kemudian ditambahkan 90 μl etanol 96%, 6 μl AlCl3, 6 μl kalium asetat dan 168 μl aquades. Larutan tersebut diinkubasi selama 30 menit di suhu ruangan, kemudian diukur absorbansinya pada

Sampel dibuat konsentrasi 1% dengan menggunakan etanol 96% lalu diambil sebanyak 20 µL. Ditambahkan 60 µL etanol

, 4 µL Kalium asetat, dan 112 µL akuades. Inkubasi selama 30 menit kemudian diukur absorbansi pada panjang gelombang

nm. Kadar total flavonoid ekstrak dan simplisia ditentukan dengan menghitung absorbansi ekstrak dan simplisia dengan

, kemudian hasil absorbansi diplotkan dengan kurva standar total flavonoid dari quercetin yang digunakan sebagai standar

, Abdurrazak dan Mohd, 2016).

Sampel ditimbang sebanyak 2 sampai 3 gram dan dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, lalu diratakan. Selanjutnya krus dipijarkan

lahan hingga arang habis, kemudian I NUMBER 2 I OKTOBER

ppm. masing larutan dipipet 40 μl,

Folin 7% ditambahkan

sebanyak 16 μl, dikocok hingga homogen, kemudian ditambah dengan akuades hingga 400 μl, dan didiamkan selama 1 jam pada suhu ruangan. Absorbansi diukur pada panjang

asi 1% dengan menggunakan etanol 96% lalu diambil sebanyak 20 µL. Ditambahkan 8 µL regaen

Ciocalteu. Setelah itu, ditambah 80 µL 7%, dan 92 µL akuades. Inkubasi

selama 60 menit dalam tempat yang gelap kemudian diukur absorbansi pada panjang

lombang 765 nm. Kadar total fenol ekstrak dan simplisia ditentukan dengan menghitung absorbansi ekstrak dan simplisia dengan

, kemudian hasil absorbansi diplotkan dengan kurva standar total asam galat yang digunakan sebagai

(Choi et

Sebagai standar, dibuat kurva baku kuerseetin dengan konsentrasi 1000 ppm (0,025 gram dalam 100 ml etanol 96%). Larutan ini kemudian diencerkan hingga

untuk simplisia dan ekstrak, yaitu: 10,20, 40, 60, dan 80 ppm.

larutan dipipet 30 μl kemudian , 6 μl

kalium asetat dan 168 μl aquades. Larutan tersebut diinkubasi selama 30 menit di suhu ruangan, kemudian diukur absorbansinya pada

Sampel dibuat konsentrasi 1% dengan menggunakan etanol 96% lalu diambil sebanyak 20 µL. Ditambahkan 60 µL etanol

, 4 µL Kalium asetat, dan 112 µL akuades. Inkubasi selama 30 menit kemudian diukur absorbansi pada panjang gelombang

nm. Kadar total flavonoid ekstrak dan simplisia ditentukan dengan menghitung absorbansi ekstrak dan simplisia dengan

, kemudian hasil absorbansi diplotkan dengan kurva standar total flavonoid dari quercetin yang digunakan sebagai standar

Sampel ditimbang sebanyak 2 sampai 3 gram dan dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, lalu diratakan. Selanjutnya krus dipijarkan

lahan hingga arang habis, kemudian OKTOBER 2019

didinginkan dan ditimbang. Jika metode ini arang tidak panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Sisa kertas dan kertas saring dalam krus yang sama kemudian dipijarkan. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, kemudian diuapkan, selanjutnya dipijarkan hingga bobot tetap dan dititerhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Dirjen POM RI, 2000).

2. Kadar Abu Tidak Larut Asam

Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu dididihkan dengan 25 mL asam sulfat encer P selama 5 menit. Bagian yang tidak larut asamkertas saring bebas abu, lalu dicuci dengan air panas dan dipijarkan hingga bobot konstan dan timbang. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Dirjen POM RI, 2000).

3. Kadar A

Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu dididihkan dengan 25 mL air selama 5 menit, bagian yang tidak larut dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, lalu dicuci dengan air panas dan dipijarkan hingga bobot konstan. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Dirjen POM RI, 2000).

4. Kadar Air

Pengukuran kadar air menggunakan metode gravimetri dilakukan dengan cara sampel sebanyak 10 gram dimasukkan dan ditimbang dengan seksama dalam watelah ditara. Ekstrak tersebut kemudian dikeringkan pada suhu 105ditimbang. Setelah itu dilanjutkan dengan pengeringan dan penimbangan dengan jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,2Penetapan kadar air dengan metode ini tidak sesuai untuk ekstrak yang mempunyai kandungan minyak atsiri tinggi (Dirjen POM RI, 2000).

5. pH

pH meter dikalibrasi terlebih dahulu pada pH 4 dan pH 7. Lalu, sampel dikonsentrasi 1%larutan sampel yang akan diukur. Setiap selesai mengukur satu larutan, penunjuk pada gagang pH meter disemprot dengan air bersih secukupnya dan bersihkan dengan ini dilakukan agar pengukuran pH larutan yang diukur tidyang sudah diukur sebelumnya.

6. Susut Pengeringan

Sampel sebanyak 1dalam botol timbangan dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu

J PHARM SCI

didinginkan dan ditimbang. Jika metode ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Sisa kertas dan kertas saring dalam krus yang sama kemudian dipijarkan. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, kemudian diuapkan, selanjutnya dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Dirjen POM RI, 2000).

Kadar Abu Tidak Larut AsamAbu yang diperoleh dari penetapan kadar

abu dididihkan dengan 25 mL asam sulfat encer P selama 5 menit. Bagian yang tidak larut asam dikumpulkan dan disaring melalui kertas saring bebas abu, lalu dicuci dengan air panas dan dipijarkan hingga bobot konstan dan timbang. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Dirjen POM RI, 2000).

Kadar Abu Larut AirAbu yang diperoleh dari penetapan kadar

abu dididihkan dengan 25 mL air selama 5 menit, bagian yang tidak larut dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, lalu dicuci dengan air panas dan dipijarkan hingga bobot konstan. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Dirjen POM RI, 2000).

Kadar Air Pengukuran kadar air menggunakan

metode gravimetri dilakukan dengan cara sebanyak 10 gram dimasukkan dan

ditimbang dengan seksama dalam watelah ditara. Ekstrak tersebut kemudian dikeringkan pada suhu 105ditimbang. Setelah itu dilanjutkan dengan pengeringan dan penimbangan dengan jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan

turut tidak lebih dari 0,2Penetapan kadar air dengan metode ini tidak sesuai untuk ekstrak yang mempunyai kandungan minyak atsiri tinggi (Dirjen POM

pH meter dikalibrasi terlebih dahulu pada pH 4 dan pH 7. Lalu, sampel dikonsentrasi 1%. pH meter dimasukkan pada larutan sampel yang akan diukur. Setiap selesai mengukur satu larutan, penunjuk pada gagang pH meter disemprot dengan air bersih secukupnya dan bersihkan dengan ini dilakukan agar pengukuran pH larutan yang diukur tidak tercampur dengan larutan yang sudah diukur sebelumnya.

Susut PengeringanSampel sebanyak 1

dalam botol timbangan dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu

J PHARM SCI & PRACT, 2019, 6(2

didinginkan dan ditimbang. Jika metode ini dapat dihilangkan, tambahkan air

panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Sisa kertas dan kertas saring dalam krus yang sama kemudian dipijarkan. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, kemudian diuapkan, selanjutnya dipijarkan hingga bobot

mbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Dirjen POM RI, 2000).

Kadar Abu Tidak Larut Asam Abu yang diperoleh dari penetapan kadar

abu dididihkan dengan 25 mL asam sulfat encer P selama 5 menit. Bagian yang tidak

dikumpulkan dan disaring melalui kertas saring bebas abu, lalu dicuci dengan air panas dan dipijarkan hingga bobot konstan dan timbang. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Dirjen POM RI, 2000).

bu Larut Air Abu yang diperoleh dari penetapan kadar

abu dididihkan dengan 25 mL air selama 5 menit, bagian yang tidak larut dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, lalu dicuci dengan air panas dan dipijarkan hingga bobot konstan. Kadar abu yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Dirjen POM RI, 2000).

Pengukuran kadar air menggunakan metode gravimetri dilakukan dengan cara

sebanyak 10 gram dimasukkan dan ditimbang dengan seksama dalam watelah ditara. Ekstrak tersebut kemudian dikeringkan pada suhu 1050C selama 5 jam dan ditimbang. Setelah itu dilanjutkan dengan pengeringan dan penimbangan dengan jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan

turut tidak lebih dari 0,2Penetapan kadar air dengan metode ini tidak sesuai untuk ekstrak yang mempunyai kandungan minyak atsiri tinggi (Dirjen POM

pH meter dikalibrasi terlebih dahulu pada pH 4 dan pH 7. Lalu, sampel di

. pH meter dimasukkan pada larutan sampel yang akan diukur. Setiap selesai mengukur satu larutan, penunjuk pada gagang pH meter disemprot dengan air bersih secukupnya dan bersihkan dengan ini dilakukan agar pengukuran pH larutan

ak tercampur dengan larutan yang sudah diukur sebelumnya.

Susut Pengeringan Sampel sebanyak 1-2 gram diletakkan

dalam botol timbangan dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu

& PRACT, 2019, 6(2): 74 – 83

77

didinginkan dan ditimbang. Jika metode ini dapat dihilangkan, tambahkan air

panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Sisa kertas dan kertas saring dalam krus yang sama kemudian dipijarkan. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, kemudian diuapkan, selanjutnya dipijarkan hingga bobot

mbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di

Abu yang diperoleh dari penetapan kadar

abu dididihkan dengan 25 mL asam sulfat encer P selama 5 menit. Bagian yang tidak

dikumpulkan dan disaring melalui kertas saring bebas abu, lalu dicuci dengan air panas dan dipijarkan hingga bobot konstan dan timbang. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Dirjen POM RI, 2000).

Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu dididihkan dengan 25 mL air selama 5 menit, bagian yang tidak larut dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, lalu dicuci dengan air panas dan dipijarkan hingga

yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Dirjen POM RI, 2000).

Pengukuran kadar air menggunakan metode gravimetri dilakukan dengan cara

sebanyak 10 gram dimasukkan dan ditimbang dengan seksama dalam wadah yang telah ditara. Ekstrak tersebut kemudian

C selama 5 jam dan ditimbang. Setelah itu dilanjutkan dengan pengeringan dan penimbangan dengan jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan

turut tidak lebih dari 0,25%. Penetapan kadar air dengan metode ini tidak sesuai untuk ekstrak yang mempunyai kandungan minyak atsiri tinggi (Dirjen POM

pH meter dikalibrasi terlebih dahulu pada pH 4 dan pH 7. Lalu, sampel dibuat

. pH meter dimasukkan pada larutan sampel yang akan diukur. Setiap selesai mengukur satu larutan, penunjuk pada gagang pH meter disemprot dengan air bersih secukupnya dan bersihkan dengan tissue. Hal ini dilakukan agar pengukuran pH larutan

ak tercampur dengan larutan

2 gram diletakkan dalam botol timbangan dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu

83

77

didinginkan dan ditimbang. Jika metode ini dapat dihilangkan, tambahkan air

panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Sisa kertas dan kertas saring dalam krus yang sama kemudian dipijarkan. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, kemudian diuapkan, selanjutnya dipijarkan hingga bobot

mbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di

Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu dididihkan dengan 25 mL asam sulfat encer P selama 5 menit. Bagian yang tidak

dikumpulkan dan disaring melalui kertas saring bebas abu, lalu dicuci dengan air panas dan dipijarkan hingga bobot konstan dan timbang. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap bahan yang telah

Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu dididihkan dengan 25 mL air selama 5 menit, bagian yang tidak larut dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, lalu dicuci dengan air panas dan dipijarkan hingga

yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah

Pengukuran kadar air menggunakan metode gravimetri dilakukan dengan cara

sebanyak 10 gram dimasukkan dan dah yang

telah ditara. Ekstrak tersebut kemudian C selama 5 jam dan

ditimbang. Setelah itu dilanjutkan dengan pengeringan dan penimbangan dengan jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan

5%. Penetapan kadar air dengan metode ini tidak sesuai untuk ekstrak yang mempunyai kandungan minyak atsiri tinggi (Dirjen POM

pH meter dikalibrasi terlebih dahulu pada buat

. pH meter dimasukkan pada larutan sampel yang akan diukur. Setiap selesai mengukur satu larutan, penunjuk pada gagang pH meter disemprot dengan air bersih

. Hal ini dilakukan agar pengukuran pH larutan

ak tercampur dengan larutan

2 gram diletakkan dalam botol timbangan dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu

Page 5: Fakultas Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, …repository.wima.ac.id/21668/1/1-Standarisasi_spesifik... · 2020. 2. 21. · kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

JOURNAL OF PHARMACE

penetapan lalu ditara. Ratakan bahan dalam botol timbangan hingga menjadi lapisan setebal kurang lebih 510 mm. Dimasukkan dalam ruang pengering, dibuka tutupnya, dan dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dsuhu ruang (Kemenkes

7. Bobot Jenis

Bobot jenis sampel ditentukan terhadap hasil pengenceran sampel 1% dalam pelarut etanol 96% dengan alat piknometer. Digunakan piknometer kering, bersih, dan telah dikalibrasi denganpiknometer dan bobot air pada suhu 25dimasukkan kedalam piknometer yang telah diisi hingga suhu 25

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bawang putih tunggal merupakan varietas yang terbentuk tidak sengaja karena lingkungan penanaman yang tid

Organoleptis

Bentuk Warna kulit

PanjangLebar

Gambar 1.

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

JOURNAL OF PHARMACEY SCIENCE AN

penetapan lalu ditara. Ratakan bahan dalam botol timbangan dengan menggoyangkan botol hingga menjadi lapisan setebal kurang lebih 510 mm. Dimasukkan dalam ruang pengering, dibuka tutupnya, dan dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dsuhu ruang (Kemenkes

Bobot Jenis EkstrakBobot jenis sampel ditentukan terhadap

hasil pengenceran sampel 1% dalam pelarut etanol 96% dengan alat piknometer. Digunakan piknometer kering, bersih, dan telah dikalibrasi denganpiknometer dan bobot air pada suhu 25dimasukkan kedalam piknometer yang telah diisi hingga suhu 250

HASIL DAN PEMBAHASANBawang putih tunggal merupakan varietas

yang terbentuk tidak sengaja karena lingkungan penanaman yang tidak cocok. Umbi dari tanaman

Organoleptis

Bulat lonjongWarna kulit

Panjang

(a)

(a)

Gambar 1. Bawang p

Keterangan: a) Temanggung merah, b) Temanggung putih, c) Bromo, d) Banyuwangi

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

SCIENCE AND PRACTICE I VOLUME

penetapan lalu ditara. Ratakan bahan dalam dengan menggoyangkan botol

hingga menjadi lapisan setebal kurang lebih 510 mm. Dimasukkan dalam ruang pengering, dibuka tutupnya, dan dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu ruang (Kemenkes RI, 2009)

Ekstrak Bobot jenis sampel ditentukan terhadap

hasil pengenceran sampel 1% dalam pelarut etanol 96% dengan alat piknometer. Digunakan piknometer kering, bersih, dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air pada suhu 25dimasukkan kedalam piknometer yang telah

0C.

HASIL DAN PEMBAHASAN Bawang putih tunggal merupakan varietas

yang terbentuk tidak sengaja karena lingkungan ak cocok. Umbi dari tanaman

Tabel 1Temanggung

Putih Bulat lonjong

Putih

3 -4,7 cm 1,4 -3,8 cm

(a)

Bawang putih tunggal yang

Keterangan: a) Temanggung merah, b) Temanggung putih, c) Bromo, d) Banyuwangi

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

D PRACTICE I VOLUME 6 I NUMBER

penetapan lalu ditara. Ratakan bahan dalam dengan menggoyangkan botol

hingga menjadi lapisan setebal kurang lebih 510 mm. Dimasukkan dalam ruang pengering, dibuka tutupnya, dan dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum pengeringan, biarkan botol dalam keadaan

alam eksikator hingga , 2009).

Bobot jenis sampel ditentukan terhadap hasil pengenceran sampel 1% dalam pelarut etanol 96% dengan alat piknometer. Digunakan piknometer kering, bersih, dan

menetapkan bobot piknometer dan bobot air pada suhu 250C, lalu dimasukkan kedalam piknometer yang telah

Bawang putih tunggal merupakan varietas yang terbentuk tidak sengaja karena lingkungan

ak cocok. Umbi dari tanaman

Tabel 1. Hasil Pengamatan MakroskopisTemanggung

MerahBulat lonjong Bulat lonjong

Putih kemerahan

1,8-3 cm 1,6-2,8 cm

(a) (b)

(b)

utih tunggal yang segar (atas) dan yang

Keterangan: a) Temanggung merah, b) Temanggung putih, c) Bromo, d) Banyuwangi

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

I NUMBER 2 I OKTOBER

penetapan lalu ditara. Ratakan bahan dalam dengan menggoyangkan botol

hingga menjadi lapisan setebal kurang lebih 5-10 mm. Dimasukkan dalam ruang pengering, dibuka tutupnya, dan dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum pengeringan, biarkan botol dalam keadaan

alam eksikator hingga

Bobot jenis sampel ditentukan terhadap hasil pengenceran sampel 1% dalam pelarut etanol 96% dengan alat piknometer. Digunakan piknometer kering, bersih, dan

menetapkan bobot C, lalu

dimasukkan kedalam piknometer yang telah

Bawang putih tunggal merupakan varietas yang terbentuk tidak sengaja karena lingkungan

ak cocok. Umbi dari tanaman

ini hanya berisi satu umbi utuh yang kecil. Berdasarkan hasil determinasi Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Nomor Bbawang putih tunggal dari Temanggung merah(TM)BanyuwangiAmaryillidaceae. Memiliki nama latin sativumputih lanang atau bawang putih tunggal.

bawang putih tunggal (memwarna kulit umbipanjang 1,5dan Gambar 1dilakukan pada umbi bawang putih tunggal (Allium sativummengamati pada irisan melintang dan membujur. Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan adanya beberapa fragmen, antara lain: epidermis, korteks, vaskuler (xilem dan floem), serabut, stomata tipe anisositik

Hasil Pengamatan Makroskopis

BromoMerah

Bulat lonjong Bulat lonjongPutih

kemerahan

3 cm 2,2 2,8 cm 0,8

(b)

(b)

segar (atas) dan yang (bawah).

Keterangan: a) Temanggung merah, b) Temanggung putih, c) Bromo, d) Banyuwangi

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (Allium sativum

OKTOBER 2019

ini hanya berisi satu umbi utuh yang kecil. Berdasarkan hasil determinasi Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Nomor B-320/IPH.3./KS/II/2019 maka umbi bawang putih tunggal dari Temanggung merah(TM), Temanggung putihBanyuwangi Amaryillidaceae. Memiliki nama latin sativum Linn. dputih lanang atau bawang putih tunggal.

Pengamatan makroskopis pada umbi bawang putih tunggal (memberikan hasilwarna kulit umbipanjang 1,5-5 cm, dan diameter 0,6dan Gambar 1dilakukan pada umbi bawang putih tunggal Allium sativum

mengamati pada irisan melintang dan membujur. Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan adanya beberapa fragmen, antara lain: epidermis, korteks, parenkim dengan tetes minyak, vaskuler (xilem dan floem), serabut, stomata tipe anisositik

Hasil Pengamatan MakroskopisBromo

Bulat lonjong Putih

2,2 – 4,6 cm 0,8 – 2,7 cm

(b) (c) (d)

(c)

segar (atas) dan yang telah mengalami fermentasi selama 21 hari

Keterangan: a) Temanggung merah, b) Temanggung putih, c) Bromo, d) Banyuwangi

Allium sativum Linn.)

ini hanya berisi satu umbi utuh yang kecil. Berdasarkan hasil determinasi Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya

320/IPH.3./KS/II/2019 maka umbi bawang putih tunggal dari Temanggung merah

anggung putih (BW)

Amaryillidaceae. Memiliki nama latin Linn. dengan nama Indonesia bawang

putih lanang atau bawang putih tunggal.Pengamatan makroskopis pada umbi

bawang putih tunggal (erikan hasil, yaitu: bentuk

warna kulit umbi putih kemerahan/keunguan5 cm, dan diameter 0,6

dan Gambar 1). Pengamatan mikroskopis dilakukan pada umbi bawang putih tunggal Allium sativum Linn.) yang segar dengan

mengamati pada irisan melintang dan membujur. Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan adanya beberapa fragmen, antara lain: epidermis,

parenkim dengan tetes minyak, vaskuler (xilem dan floem), serabut, stomata tipe anisositik (Gambar 2

Hasil Pengamatan Makroskopis Banyuwangi

Bulat lonjongPutih

keunguan

2,3 – 8 cm2,4 – 3,2 cm

(c) (d)

(c)

telah mengalami fermentasi selama 21 hari

Keterangan: a) Temanggung merah, b) Temanggung putih, c) Bromo, d) Banyuwangi

ini hanya berisi satu umbi utuh yang kecil. Berdasarkan hasil determinasi dari LIPI Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya

320/IPH.3./KS/II/2019 maka umbi bawang putih tunggal dari Temanggung merah

anggung putih (TP), Bromo merupakan famili

Amaryillidaceae. Memiliki nama latin engan nama Indonesia bawang

putih lanang atau bawang putih tunggal.Pengamatan makroskopis pada umbi

bawang putih tunggal (Allium sativumyaitu: bentuk bulat lonjong, putih kemerahan/keunguan

5 cm, dan diameter 0,6-4 cm (Tabel 1Pengamatan mikroskopis

dilakukan pada umbi bawang putih tunggal Linn.) yang segar dengan

mengamati pada irisan melintang dan membujur. Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan adanya beberapa fragmen, antara lain: epidermis,

parenkim dengan tetes minyak, vaskuler (xilem dan floem), serabut,

(Gambar 2).

Banyuwangi Kesimpulan

Bulat lonjong Bulat lonjong

keunguan Putih

Merah keunguan

8 cm 1,5 3,2 cm 0,6

(c) (d)

(d)

telah mengalami fermentasi selama 21 hari

Keterangan: a) Temanggung merah, b) Temanggung putih, c) Bromo, d) Banyuwangi

78

ini hanya berisi satu umbi utuh yang kecil. dari LIPI Pusat

Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya 320/IPH.3./KS/II/2019 maka umbi

bawang putih tunggal dari Temanggung merah, Bromo (BR), dan

merupakan famili Amaryillidaceae. Memiliki nama latin Allium

engan nama Indonesia bawang putih lanang atau bawang putih tunggal.

Pengamatan makroskopis pada umbi Allium sativum Linn.)

bulat lonjong, putih kemerahan/keunguan,

4 cm (Tabel 1Pengamatan mikroskopis

dilakukan pada umbi bawang putih tunggal Linn.) yang segar dengan

mengamati pada irisan melintang dan membujur. Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan adanya beberapa fragmen, antara lain: epidermis,

parenkim dengan tetes minyak, jaringan vaskuler (xilem dan floem), serabut, trakea, dan

Kesimpulan

Bulat lonjong Putih

Merah keunguan 1,5 – 9 cm 0,6 – 4 cm

telah mengalami fermentasi selama 21 hari

Keterangan: a) Temanggung merah, b) Temanggung putih, c) Bromo, d) Banyuwangi

78

ini hanya berisi satu umbi utuh yang kecil. dari LIPI Pusat

Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya 320/IPH.3./KS/II/2019 maka umbi

bawang putih tunggal dari Temanggung merah , dan

merupakan famili Allium

engan nama Indonesia bawang

Pengamatan makroskopis pada umbi Linn.)

bulat lonjong, ,

4 cm (Tabel 1 Pengamatan mikroskopis

dilakukan pada umbi bawang putih tunggal Linn.) yang segar dengan

mengamati pada irisan melintang dan membujur. Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan adanya beberapa fragmen, antara lain: epidermis,

jaringan an

Page 6: Fakultas Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, …repository.wima.ac.id/21668/1/1-Standarisasi_spesifik... · 2020. 2. 21. · kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak

5

JOURNAL OF PHARMACE

Gambar Keterangan: 1. Epidermis, 2. Korteks, 3. Jaringan vaskular (xilem dan floem), 4. Serabut, 5.Stomata tipe anisotitik

Pembuatan simplisia bawang putih tunggal terfermentasi sesuai dengan metode Wang proses fermentasi selama 21 hari pada suhu 65750C dan kelembaban 70

1

3

JOURNAL OF PHARMACEY SCIENCE AN

Gambar 2. Keterangan: 1. Epidermis, 2. Korteks, 3. Jaringan vaskular (xilem dan floem), 4. Serabut, 5.

tipe anisotitik, 7. Parenkim mengandung minyak.

Pembuatan simplisia bawang putih tunggal terfermentasi (Allium sativumsesuai dengan metode Wang proses fermentasi selama 21 hari pada suhu 65

C dan kelembaban 70

7

SCIENCE AND PRACTICE I VOLUME

Umbi Bawang Putih Tunggal pada Media Air dengan Perbesaran 10 x 42.3Keterangan: 1. Epidermis, 2. Korteks, 3. Jaringan vaskular (xilem dan floem), 4. Serabut, 5.

, 7. Parenkim mengandung minyak.

Pembuatan simplisia bawang putih tunggal Allium sativum Linn.) dilakukan

sesuai dengan metode Wang et al (201proses fermentasi selama 21 hari pada suhu 65

C dan kelembaban 70-75% tanpa penambahan

D PRACTICE I VOLUME 6 I NUMBER

Umbi Bawang Putih Tunggal pada Media Air dengan Perbesaran 10 x 42.3Keterangan: 1. Epidermis, 2. Korteks, 3. Jaringan vaskular (xilem dan floem), 4. Serabut, 5.

, 7. Parenkim mengandung minyak.

Pembuatan simplisia bawang putih tunggal Linn.) dilakukan

(2010) melalui proses fermentasi selama 21 hari pada suhu 65

75% tanpa penambahan

I NUMBER 2 I OKTOBER

Umbi Bawang Putih Tunggal pada Media Air dengan Perbesaran 10 x 42.3Keterangan: 1. Epidermis, 2. Korteks, 3. Jaringan vaskular (xilem dan floem), 4. Serabut, 5.

, 7. Parenkim mengandung minyak.

Pembuatan simplisia bawang putih tunggal Linn.) dilakukan

) melalui proses fermentasi selama 21 hari pada suhu 65-

75% tanpa penambahan

perlakuan dan zat tambahan lainnya.selama 21 hari menyebabkan bawang memiliki kandungan polifenol dan flavonoid lebih besar dibanding ketika difermentasi selama 7 hari, 14 hari, atau 28 hari.

OKTOBER 2019

Umbi Bawang Putih Tunggal pada Media Air dengan Perbesaran 10 x 42.3Keterangan: 1. Epidermis, 2. Korteks, 3. Jaringan vaskular (xilem dan floem), 4. Serabut, 5.

perlakuan dan zat tambahan lainnya.selama 21 hari menyebabkan bawang memiliki kandungan polifenol dan flavonoid lebih besar dibanding ketika difermentasi selama 7 hari, 14 hari, atau 28 hari.

J PHARM SCI

Umbi Bawang Putih Tunggal pada Media Air dengan Perbesaran 10 x 42.3

Keterangan: 1. Epidermis, 2. Korteks, 3. Jaringan vaskular (xilem dan floem), 4. Serabut, 5.

perlakuan dan zat tambahan lainnya.selama 21 hari menyebabkan bawang memiliki kandungan polifenol dan flavonoid lebih besar dibanding ketika difermentasi selama 7 hari, 14 hari, atau 28 hari. Hasil rendemen simplisia

J PHARM SCI & PRACT, 2019, 6(2

Umbi Bawang Putih Tunggal pada Media Air dengan Perbesaran 10 x 42.3Keterangan: 1. Epidermis, 2. Korteks, 3. Jaringan vaskular (xilem dan floem), 4. Serabut, 5.

perlakuan dan zat tambahan lainnya.selama 21 hari menyebabkan bawang memiliki kandungan polifenol dan flavonoid lebih besar dibanding ketika difermentasi selama 7 hari, 14

Hasil rendemen simplisia

& PRACT, 2019, 6(2): 74 – 83

79

Umbi Bawang Putih Tunggal pada Media Air dengan Perbesaran 10 x 42.3 Keterangan: 1. Epidermis, 2. Korteks, 3. Jaringan vaskular (xilem dan floem), 4. Serabut, 5. Trakea, 6.

perlakuan dan zat tambahan lainnya. Fermentasi selama 21 hari menyebabkan bawang memiliki kandungan polifenol dan flavonoid lebih besar dibanding ketika difermentasi selama 7 hari, 14

Hasil rendemen simplisia

2

4

6

83

79

, 6.

Fermentasi selama 21 hari menyebabkan bawang memiliki kandungan polifenol dan flavonoid lebih besar dibanding ketika difermentasi selama 7 hari, 14

Hasil rendemen simplisia

6

Page 7: Fakultas Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, …repository.wima.ac.id/21668/1/1-Standarisasi_spesifik... · 2020. 2. 21. · kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

JOURNAL OF PHARMACE

masing-masing daerah, yaitu(Temanggung Putih), 85,42% (Temanggung Merah), 88,75% (Bromo), dan 76,67% (Banyuwangi). Hasil organoleptis dari simplisia bawang putih tunggal terfermentasi adalah bentuk bulat lonjong, warna hitam, dan memiliki bau khas dengan Bulbus.

Proses ekstraksi bawang putih tunggal terfermentasi (menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Remaserasi dilakukan sebanyak 3x tiap 1 jam. Hasil rendemen untuk ekstrak 35,60% (Temanggung (Temanggung Merah), 27,25% (Bromo), dan 34,80% (Banyuwangi).lebih sedikit dibanding simplisia hal ini bisa disebabkan karena waktu perendaman yang belum maksimal dan pemilihan pelarut yang kurang sesuai sehingga rendedidapatkan jumlWang et al terfermentasi untuk mencegah kerusakan ekstrak akibat tumbuhnya kapang dan jamur maka dalam penelitian ini digunakan pelaEkstrak bawang putih tunggal terfermentasi (Allium sativummerupakan ekstrak kental, berwarna hitam kecoklatan, dan memiliki bau khas. Nama ekstrak dari bawang putih tunggal terfermentasi (sativum Linn.)Spissum.

Penetapan kadar sari larut air dan etanol bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah kandungan yang terlarut dalam pelarut tertentu. Hasil penetapan kadar sari larut simplisia adalah >26% dan kadar sarsimplisia >25% dapat senyawa aktif dalam suatu simplisia dipengaruhi oleh umur tanaman, waktu panen, dan iklim tempat tumbuh. Hasil ini menunjukkan senyawa aktif dalam simplisia bawang putih tunggal terfermentasi (tersari ke dalam pelarut polar maupun nonpolar. Kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol simplisia bawang putih tunggal terfermentasi dari Banyuwangi memiliki nilai paling rendah dibanding yang lain karena rendemen yang didapatkan juga paling rendah yaitu 76,67%.

Pada ekstrak, kadar sari larut etanol (>84%) dan kadar sari larut air (>81%) nilainya lebih tinggi dibanding simplisia.menunjukkan bahwa kadar senyawa dalam ekstrak lebih banyak dibmeskipun rendemen ekstrak kecilsenyawa-senyawa metabolit sekunder banyak tersari pada pelarut organik seperti etanol dibandingkan 2015).

Identifikasi golongan senyawa dilakukan dengan cara skrinterkandung pada simplisia adalah pol

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

JOURNAL OF PHARMACEY SCIENCE AN

masing daerah, yaitu(Temanggung Putih), 85,42% (Temanggung Merah), 88,75% (Bromo), dan 76,67% (Banyuwangi). Hasil organoleptis dari simplisia bawang putih tunggal terfermentasi adalah

bulat lonjong, warna hitam, dan memiliki dengan nama simplisia adal

Proses ekstraksi bawang putih tunggal terfermentasi (Allium sativummenggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Remaserasi dilakukan sebanyak 3x tiap 1 jam. Hasil rendemen untuk ekstrak

% (Temanggung (Temanggung Merah), 27,25% (Bromo), dan

% (Banyuwangi). bih sedikit dibanding simplisia hal ini bisa

disebabkan karena waktu perendaman yang belum maksimal dan pemilihan pelarut yang kurang sesuai sehingga rendedidapatkan jumlahnya sedikit. Pada penelitian

(2010), proses ekstraksi bawang putih terfermentasi menggunakan pelarut air

uk mencegah kerusakan ekstrak akibat tumbuhnya kapang dan jamur maka dalam penelitian ini digunakan pela

bawang putih tunggal terfermentasi Allium sativum Linn.)

merupakan ekstrak kental, berwarna hitam kecoklatan, dan memiliki bau khas. Nama ekstrak dari bawang putih tunggal terfermentasi (

Linn.) adalah Allium Sativum Extractum

Penetapan kadar sari larut air dan etanol bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah kandungan yang terlarut dalam pelarut tertentu. Hasil penetapan kadar sari larut

adalah >26% dan kadar sarsimplisia >25% dapat dilihat pada Tabel 2. senyawa aktif dalam suatu simplisia dipengaruhi oleh umur tanaman, waktu panen, dan iklim tempat tumbuh. Hasil ini menunjukkan senyawa aktif dalam simplisia bawang putih tunggal terfermentasi (Allium sativumtersari ke dalam pelarut polar maupun nonpolar. Kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol simplisia bawang putih tunggal terfermentasi dari Banyuwangi memiliki nilai paling rendah dibanding yang lain karena rendemen yang didapatkan juga paling rendah yaitu 76,67%.

Pada ekstrak, kadar sari larut etanol (>84%) dan kadar sari larut air (>81%) nilainya lebih tinggi dibanding simplisia.menunjukkan bahwa kadar senyawa dalam ekstrak lebih banyak dibmeskipun rendemen ekstrak kecil

senyawa metabolit sekunder banyak tersari pada pelarut organik seperti etanol dibandingkan pelarut anorganik

Identifikasi golongan senyawa dilakukan dengan cara skrining fitokimia. terkandung pada simplisia adalah pol

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

SCIENCE AND PRACTICE I VOLUME

masing daerah, yaitu(Temanggung Putih), 85,42% (Temanggung Merah), 88,75% (Bromo), dan 76,67% (Banyuwangi). Hasil organoleptis dari simplisia bawang putih tunggal terfermentasi adalah

bulat lonjong, warna hitam, dan memiliki nama simplisia adal

Proses ekstraksi bawang putih tunggal Allium sativum

menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Remaserasi dilakukan sebanyak 3x tiap 1 jam. Hasil rendemen untuk ekstrak

% (Temanggung Putih), 36,4% (Temanggung Merah), 27,25% (Bromo), dan

Jumlah rendemen ekstrak bih sedikit dibanding simplisia hal ini bisa

disebabkan karena waktu perendaman yang belum maksimal dan pemilihan pelarut yang kurang sesuai sehingga rende

ya sedikit. Pada penelitian ), proses ekstraksi bawang putih

menggunakan pelarut airuk mencegah kerusakan ekstrak akibat

tumbuhnya kapang dan jamur maka dalam penelitian ini digunakan pelarut etanol 96%.

bawang putih tunggal terfermentasi Linn.) yang dihasilkan

merupakan ekstrak kental, berwarna hitam kecoklatan, dan memiliki bau khas. Nama ekstrak dari bawang putih tunggal terfermentasi (

Allium Sativum Extractum

Penetapan kadar sari larut air dan etanol bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah kandungan yang terlarut dalam pelarut tertentu. Hasil penetapan kadar sari larut

adalah >26% dan kadar sardilihat pada Tabel 2.

senyawa aktif dalam suatu simplisia dipengaruhi oleh umur tanaman, waktu panen, dan iklim tempat tumbuh. Hasil ini menunjukkan senyawa aktif dalam simplisia bawang putih tunggal

lium sativum Linn.) mudah tersari ke dalam pelarut polar maupun nonpolar. Kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol simplisia bawang putih tunggal terfermentasi dari Banyuwangi memiliki nilai paling rendah dibanding yang lain karena rendemen yang didapatkan juga paling rendah yaitu 76,67%.

Pada ekstrak, kadar sari larut etanol (>84%) dan kadar sari larut air (>81%) nilainya lebih tinggi dibanding simplisia. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar senyawa dalam ekstrak lebih banyak dibanding simplisiameskipun rendemen ekstrak kecil

senyawa metabolit sekunder banyak tersari pada pelarut organik seperti etanol

pelarut anorganik (Marissa

Identifikasi golongan senyawa dilakukan ing fitokimia. Senyawa yang

terkandung pada simplisia adalah pol

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

D PRACTICE I VOLUME 6 I NUMBER

masing daerah, yaitu: 86,67% (Temanggung Putih), 85,42% (Temanggung Merah), 88,75% (Bromo), dan 76,67% (Banyuwangi). Hasil organoleptis dari simplisia bawang putih tunggal terfermentasi adalah

bulat lonjong, warna hitam, dan memiliki nama simplisia adalah Alii Sativi

Proses ekstraksi bawang putih tunggal Allium sativum Linn.)

menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Remaserasi dilakukan sebanyak 3x tiap 1 jam. Hasil rendemen untuk ekstrak adalah:

Putih), 36,4% (Temanggung Merah), 27,25% (Bromo), dan

Jumlah rendemen ekstrak bih sedikit dibanding simplisia hal ini bisa

disebabkan karena waktu perendaman yang belum maksimal dan pemilihan pelarut yang kurang sesuai sehingga rendemen yang

ya sedikit. Pada penelitian ), proses ekstraksi bawang putih

menggunakan pelarut air tetapi uk mencegah kerusakan ekstrak akibat

tumbuhnya kapang dan jamur maka dalam rut etanol 96%.

bawang putih tunggal terfermentasi yang dihasilkan

merupakan ekstrak kental, berwarna hitam kecoklatan, dan memiliki bau khas. Nama ekstrak dari bawang putih tunggal terfermentasi (Allium

Allium Sativum Extractum

Penetapan kadar sari larut air dan etanol bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah kandungan yang terlarut dalam pelarut tertentu. Hasil penetapan kadar sari larut etanol

adalah >26% dan kadar sari larut air dilihat pada Tabel 2. Kadar

senyawa aktif dalam suatu simplisia dipengaruhi oleh umur tanaman, waktu panen, dan iklim tempat tumbuh. Hasil ini menunjukkan senyawa aktif dalam simplisia bawang putih tunggal

Linn.) mudah tersari ke dalam pelarut polar maupun nonpolar. Kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol simplisia bawang putih tunggal terfermentasi dari Banyuwangi memiliki nilai paling rendah dibanding yang lain karena rendemen simplisia yang didapatkan juga paling rendah yaitu 76,67%.

Pada ekstrak, kadar sari larut etanol (>84%) dan kadar sari larut air (>81%) nilainya

Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar senyawa dalam

anding simplisiameskipun rendemen ekstrak kecil. Komponen

senyawa metabolit sekunder banyak tersari pada pelarut organik seperti etanol

(Marissa et al

Identifikasi golongan senyawa dilakukan Senyawa yang

terkandung pada simplisia adalah polifenol,

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

I NUMBER 2 I OKTOBER

: 86,67% (Temanggung Putih), 85,42% (Temanggung Merah), 88,75% (Bromo), dan 76,67% (Banyuwangi). Hasil organoleptis dari simplisia bawang putih tunggal terfermentasi adalah

bulat lonjong, warna hitam, dan memiliki ah Alii Sativi

Proses ekstraksi bawang putih tunggal Linn.)

menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Remaserasi dilakukan sebanyak 3x

adalah: Putih), 36,4%

(Temanggung Merah), 27,25% (Bromo), dan Jumlah rendemen ekstrak

bih sedikit dibanding simplisia hal ini bisa disebabkan karena waktu perendaman yang belum maksimal dan pemilihan pelarut yang

men yang ya sedikit. Pada penelitian

), proses ekstraksi bawang putih tetapi

uk mencegah kerusakan ekstrak akibat tumbuhnya kapang dan jamur maka dalam

rut etanol 96%. bawang putih tunggal terfermentasi

yang dihasilkan merupakan ekstrak kental, berwarna hitam kecoklatan, dan memiliki bau khas. Nama ekstrak

Allium Allium Sativum Extractum

Penetapan kadar sari larut air dan etanol bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah kandungan yang terlarut dalam pelarut

etanol i larut air

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia dipengaruhi oleh umur tanaman, waktu panen, dan iklim tempat tumbuh. Hasil ini menunjukkan senyawa aktif dalam simplisia bawang putih tunggal

Linn.) mudah tersari ke dalam pelarut polar maupun nonpolar. Kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol simplisia bawang putih tunggal terfermentasi dari Banyuwangi memiliki nilai paling rendah

simplisia yang didapatkan juga paling rendah yaitu 76,67%.

Pada ekstrak, kadar sari larut etanol (>84%) dan kadar sari larut air (>81%) nilainya

Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar senyawa dalam

anding simplisia Komponen

senyawa metabolit sekunder banyak tersari pada pelarut organik seperti etanol

et al,

Identifikasi golongan senyawa dilakukan Senyawa yang

ifenol,

flavonoid, dan saponin sedangkan ekstrak mengandung polifenolpositif setelah penambahan FeClterbentuknya warna hitam. Ion Fedalam mengalami hibridisasi. Pada uji flavonoid, penambahan HCl dan logam Mg untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat dalam senyawa flavonoid sehingga terbentuk warna merah tua jingga pada se

Kimura mengalami proses fermentasi (memiliki kandungan polifenol dan flavonoid. Penetapan kadar polifenol dan flavonoid dilakukan secara spektrofotometri.polifenol menggunakan reagen dan Nafenolik akan bereaksi dengan reagen Ciocalteau(Alvian dan Susanti, 2012). Dari hasil penelitian didapatkan persen kadar polifenol pada simplisia adalah Temanggung Merah(BR)(Tabel 2)14,271dan adalah asam galat dengan nilai r=0,989 persamaan y=0,0014x+0,0387. yang tertinggi pada simplisia adalah daerah Banyuwangi (Bromo (4,714% b/b).denga(12,393 % b/b) dan Bromo (Kandungan total senyawa polifenol simplisia dan ekstrak masing% b/b.kandungan paling banyak terdapat pada ekstrak dibanding pada simplisia.

menggunakan metode kolorimetri AlClpembentukan kompleks antara AlClgugus keto pada atom Cpada atom Cflavon dan flavonol. Metode ini dapat juga digunakan untuk menentukan jumlah golongan flavon dan flavonol. Standar yang digunakan adalah kuersetin dengan nilai r=0,995 dan persamaan garis y=0,0025xflavonoid pada simplisia adalah TM (1,227adalah 4,1Denganr=0,995. Kadar flavonoid tertinggi pada simadalah Temanggung Putih (1,313terendah Bromo tertinggi adalah dari Bromo terendah Banyuwangi total senyawa flavonoid simplisia dan ekstrakmasing

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (Allium sativum

OKTOBER 2019

flavonoid, dan saponin sedangkan ekstrak mengandung polifenolpositif setelah penambahan FeClterbentuknya warna hitam. Ion Fedalam mengalami hibridisasi. Pada uji flavonoid, penambahan HCl dan logam Mg untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat dalam senyawa flavonoid sehingga terbentuk warna merah tua jingga pada se

Sesuai dengan penelitian yang dilaKimura et almengalami proses fermentasi (memiliki kandungan polifenol dan flavonoid. Penetapan kadar polifenol dan flavonoid dilakukan secara spektrofotometri.polifenol menggunakan reagen dan Na2CO3. Gugus hidroksil pada senyawa fenolik akan bereaksi dengan reagen Ciocalteau membentuk kompleks berwarna biru (Alvian dan Susanti, 2012). Dari hasil penelitian didapatkan persen kadar polifenol pada simplisia adalah Temanggung PTemanggung Merah(BR) 4,714% b/b(Tabel 2). Sedangkan, pada ekstrak adalah 14,271% b/b, dan BW 12,393adalah asam galat dengan nilai r=0,989 persamaan y=0,0014x+0,0387. yang tertinggi pada simplisia adalah daerah Banyuwangi (Bromo (4,714% b/b).dengan kadar polifenol pada ekstrak, Banyuwangi (12,393 % b/b) dan Bromo (Kandungan total senyawa polifenol simplisia dan ekstrak masing% b/b. Secara garis besar menunjukkan kandungan paling banyak terdapat pada ekstrak dibanding pada simplisia.

Pada penetapan kadar flavonoid menggunakan metode kolorimetri AlClpembentukan kompleks antara AlClgugus keto pada atom Cpada atom Cflavon dan flavonol. Metode ini dapat juga digunakan untuk menentukan jumlah golongan flavon dan flavonol. Standar yang digunakan adalah kuersetin dengan nilai r=0,995 dan persamaan garis y=0,0025xflavonoid pada simplisia adalah TM (1,324 % b/b)1,227% b/b)

adalah TP 3,5054,175 (% b/b)Dengan persamaan r=0,995. Kadar flavonoid tertinggi pada simadalah Temanggung Putih (1,313terendah Bromo tertinggi adalah dari Bromo terendah Banyuwangi total senyawa flavonoid simplisia dan ekstrakmasing-masing

Allium sativum Linn.)

flavonoid, dan saponin sedangkan ekstrak mengandung polifenol dan flavonoid. positif setelah penambahan FeClterbentuknya warna hitam. Ion Fedalam mengalami hibridisasi. Pada uji flavonoid, penambahan HCl dan logam Mg untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat dalam senyawa flavonoid sehingga terbentuk warna merah tua jingga pada senyawa tersebut.

Sesuai dengan penelitian yang dilaet al (2017) bahwa bawang yang telah

mengalami proses fermentasi (memiliki kandungan polifenol dan flavonoid. Penetapan kadar polifenol dan flavonoid dilakukan secara spektrofotometri.polifenol menggunakan reagen

. Gugus hidroksil pada senyawa fenolik akan bereaksi dengan reagen

membentuk kompleks berwarna biru (Alvian dan Susanti, 2012). Dari hasil penelitian didapatkan persen kadar polifenol pada simplisia

Temanggung Putih Temanggung Merah (TM)

% b/b, dan BanyuwangiSedangkan, pada ekstrak adalah , TM 13,213% b/b

BW 12,393% b/b. Standar yang digunakan adalah asam galat dengan nilai r=0,989 persamaan y=0,0014x+0,0387. yang tertinggi pada simplisia adalah daerah Banyuwangi (6,7% b/b) dan paling rendah daerah Bromo (4,714% b/b). Hasil ini berba

n kadar polifenol pada ekstrak, Banyuwangi (12,393 % b/b) dan Bromo (Kandungan total senyawa polifenol simplisia dan ekstrak masing-masing adalah >4,5% b/b dan >12

Secara garis besar menunjukkan kandungan paling banyak terdapat pada ekstrak dibanding pada simplisia.

Pada penetapan kadar flavonoid menggunakan metode kolorimetri AlClpembentukan kompleks antara AlClgugus keto pada atom Cpada atom C-3 atau C-4 yang bertetangga dari flavon dan flavonol. Metode ini dapat juga digunakan untuk menentukan jumlah golongan flavon dan flavonol. Standar yang digunakan adalah kuersetin dengan nilai r=0,995 dan persamaan garis y=0,0025xflavonoid pada simplisia adalah

% b/b), BR (% b/b). Kadar flavonoid

TP 3,505 (% b/b), % b/b), dan BW 2,724

rsamaan y=0,0025xr=0,995. Kadar flavonoid tertinggi pada simadalah Temanggung Putih (1,313terendah Bromo (0,792% b/b). Pada ekstrak yang tertinggi adalah dari Bromo terendah Banyuwangi (2,724total senyawa flavonoid simplisia dan ekstrak

masing sebesar >0,6 % b/b dan >2% b/b.

flavonoid, dan saponin sedangkan ekstrak dan flavonoid. Uji polifenol

positif setelah penambahan FeClterbentuknya warna hitam. Ion Fedalam mengalami hibridisasi. Pada uji flavonoid, penambahan HCl dan logam Mg untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat dalam senyawa flavonoid sehingga terbentuk warna merah tua

awa tersebut. Sesuai dengan penelitian yang dila

(2017) bahwa bawang yang telah mengalami proses fermentasi (black garlicmemiliki kandungan polifenol dan flavonoid. Penetapan kadar polifenol dan flavonoid dilakukan secara spektrofotometri.polifenol menggunakan reagen Follin

. Gugus hidroksil pada senyawa fenolik akan bereaksi dengan reagen

membentuk kompleks berwarna biru (Alvian dan Susanti, 2012). Dari hasil penelitian didapatkan persen kadar polifenol pada simplisia

utih (TP) 6,624(TM) 6,217% b/bBanyuwangi (BW)

Sedangkan, pada ekstrak adalah % b/b, BR 14,841Standar yang digunakan

adalah asam galat dengan nilai r=0,989 persamaan y=0,0014x+0,0387. Kadar polifenol yang tertinggi pada simplisia adalah daerah

6,7% b/b) dan paling rendah daerah Hasil ini berbanding terbalik

n kadar polifenol pada ekstrak, Banyuwangi (12,393 % b/b) dan Bromo (14,841Kandungan total senyawa polifenol simplisia dan

masing adalah >4,5% b/b dan >12 Secara garis besar menunjukkan

kandungan paling banyak terdapat pada ekstrak

Pada penetapan kadar flavonoid menggunakan metode kolorimetri AlClpembentukan kompleks antara AlClgugus keto pada atom C-4 dan gugus h

4 yang bertetangga dari flavon dan flavonol. Metode ini dapat juga digunakan untuk menentukan jumlah golongan flavon dan flavonol. Standar yang digunakan adalah kuersetin dengan nilai r=0,995 dan persamaan garis y=0,0025x-0,014flavonoid pada simplisia adalah TP (1,313

(0,792% b/b)flavonoid pada ekstrak , TM 3,295 (

2,724 (% b/b)y=0,0025x-0,0148 dan

r=0,995. Kadar flavonoid tertinggi pada simadalah Temanggung Putih (1,313% b/b)

% b/b). Pada ekstrak yang tertinggi adalah dari Bromo (4,175% b/b)

2,724% b/b). total senyawa flavonoid simplisia dan ekstrak

sebesar >0,6 % b/b dan >2% b/b.

80

flavonoid, dan saponin sedangkan ekstrak Uji polifenol

positif setelah penambahan FeCl3 dengan terbentuknya warna hitam. Ion Fe3+ berperan dalam mengalami hibridisasi. Pada uji flavonoid, penambahan HCl dan logam Mg untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat dalam senyawa flavonoid sehingga terbentuk warna merah tua

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan (2017) bahwa bawang yang telah

black garlic) memiliki kandungan polifenol dan flavonoid. Penetapan kadar polifenol dan flavonoid dilakukan secara spektrofotometri. Pada uji

Follin Ciocalteu. Gugus hidroksil pada senyawa

fenolik akan bereaksi dengan reagen Folin membentuk kompleks berwarna biru

(Alvian dan Susanti, 2012). Dari hasil penelitian didapatkan persen kadar polifenol pada simplisia

6,624% b/b, % b/b, Bromo(BW) 6,7% b/b

Sedangkan, pada ekstrak adalah TP BR 14,841% b/b,

Standar yang digunakan adalah asam galat dengan nilai r=0,989 dan

Kadar polifenol yang tertinggi pada simplisia adalah daerah

6,7% b/b) dan paling rendah daerah nding terbalik

n kadar polifenol pada ekstrak, Banyuwangi 14,841% b/b).

Kandungan total senyawa polifenol simplisia dan masing adalah >4,5% b/b dan >12

Secara garis besar menunjukkan kandungan paling banyak terdapat pada ekstrak

Pada penetapan kadar flavonoid menggunakan metode kolorimetri AlCl3 dengan pembentukan kompleks antara AlCl3 dengan

4 dan gugus hidroksi 4 yang bertetangga dari

flavon dan flavonol. Metode ini dapat juga digunakan untuk menentukan jumlah golongan flavon dan flavonol. Standar yang digunakan adalah kuersetin dengan nilai r=0,995 dan

0,0148. Kadar 1,313% b/b) ,

% b/b), dan BW pada ekstrak

(% b/b), BR % b/b) (Tabel 3).

0,0148 dan r=0,995. Kadar flavonoid tertinggi pada simplisia

% b/b) dan % b/b). Pada ekstrak yang

% b/b) dan Kandungan

total senyawa flavonoid simplisia dan ekstrak, sebesar >0,6 % b/b dan >2% b/b.

80

flavonoid, dan saponin sedangkan ekstrak Uji polifenol

dengan berperan

dalam mengalami hibridisasi. Pada uji flavonoid, penambahan HCl dan logam Mg untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat dalam senyawa flavonoid sehingga terbentuk warna merah tua

kukan (2017) bahwa bawang yang telah

) memiliki kandungan polifenol dan flavonoid. Penetapan kadar polifenol dan flavonoid

Pada uji Ciocalteu

. Gugus hidroksil pada senyawa Folin

membentuk kompleks berwarna biru (Alvian dan Susanti, 2012). Dari hasil penelitian didapatkan persen kadar polifenol pada simplisia

, , Bromo

% b/b TP

, Standar yang digunakan

dan Kadar polifenol

yang tertinggi pada simplisia adalah daerah 6,7% b/b) dan paling rendah daerah

nding terbalik n kadar polifenol pada ekstrak, Banyuwangi

% b/b). Kandungan total senyawa polifenol simplisia dan

masing adalah >4,5% b/b dan >12 Secara garis besar menunjukkan

kandungan paling banyak terdapat pada ekstrak

Pada penetapan kadar flavonoid dengan dengan idroksi

4 yang bertetangga dari flavon dan flavonol. Metode ini dapat juga digunakan untuk menentukan jumlah golongan flavon dan flavonol. Standar yang digunakan adalah kuersetin dengan nilai r=0,995 dan

8. Kadar ,

BW pada ekstrak

BR .

0,0148 dan plisia

dan % b/b). Pada ekstrak yang

dan Kandungan

,

Page 8: Fakultas Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, …repository.wima.ac.id/21668/1/1-Standarisasi_spesifik... · 2020. 2. 21. · kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak

JOURNAL OF PHARMACE

ParameterPengujian

Identitas SimplisiaNama Latin: Bagian Tanaman: OrganoleptisBentuk: Warna: Bau: Kadar Sari Larut Air (%) Kadar Sari Larut Etanol (%)Kandungan KimiaTotal Senyawa Polifenol (% b/b)Total Senyawa Flavonoid

ParameterPengujian

Identitas SimplisiaNama Latin: Bagian: OrganoleptisBentuk: Warna: Bau: Kadar Sari Larut Air (%) Kadar Sari Larut Etanol (%)Kandungan KimiaTotal Senyawa Polifenol Total Senyawa Flavonoid

Standarisasi non spesifik yang dalam penelitian adalah kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar abu larut air, pH, susut pengeringan (simplisia), kadar air (ekstrak), dan bobot jenis (ekstrak). Kadar abu total memberikan gambaran kandungan mineral baik eksternal maupdiukur dengan memasukkan ekstrak ke dalam tanur dengan temperatur 450abu. Simplisia dan ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik dan turunannya terdekstruksi dan hanya tersisa senyawa anorganik saja. Kaabu total simplisia adalah <1,69 dan ekstrak <4%. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 261/MENKES/SK/IV/2009 bahwa kadar abu ekstrak tidak boleh lebih dari 10,2 %kadar abu total yang didapatkan sesuai dengan standar.

Kadar abu tidak larut asam kandungan mineral eksternal, masing

JOURNAL OF PHARMACEY SCIENCE AN

Parameter Pengujian

Identitas Simplisia Nama Latin: Bagian Tanaman: Organoleptis

Warna: Bau: Kadar Sari Larut 32,286±1,225

Sari Larut Etanol (%)

34,138±1,075

Kandungan Kimia Total Senyawa

(% b/b) Total Senyawa Flavonoid (% b/b)

Parameter Pengujian

Identitas Simplisia Nama Latin:

Organoleptis

Bau: Kadar Sari Larut

Kadar Sari Larut Etanol (%) Kandungan Kimia Total Senyawa

(% b/b) Total Senyawa Flavonoid (% b/b)

Standarisasi non spesifik yang dalam penelitian adalah kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar abu larut air, pH, susut pengeringan (simplisia), kadar air (ekstrak), dan bobot jenis (ekstrak). Kadar abu total memberikan gambaran kandungan mineral baik eksternal maupun internal. Penentuan kadar abu diukur dengan memasukkan ekstrak ke dalam tanur dengan temperatur 450abu. Simplisia dan ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik dan turunannya terdekstruksi dan hanya tersisa senyawa anorganik saja. Kaabu total simplisia adalah <1,69 dan ekstrak <4%. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 261/MENKES/SK/IV/2009 bahwa kadar abu

k tidak boleh lebih dari 10,2 %kadar abu total yang didapatkan sesuai dengan

Kadar abu tidak larut asam kandungan mineral eksternal, masing

SCIENCE AND PRACTICE I VOLUME

Tabel 2. Hasil Standarisasi Parameter Spesifik Simplisia

TemanggungPutih

Nama Latin: Bagian Tanaman:

32,286±1,225

34,138±1,075

6,624

1,313

Tabel 3.

TemanggungPutih

Nama Latin:

Bau: 96,889±0,696

96,471±1,847

14,271

3,505

Standarisasi non spesifik yang dalam penelitian adalah kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar abu larut air, pH, susut pengeringan (simplisia), kadar air (ekstrak), dan bobot jenis (ekstrak). Kadar abu total memberikan gambaran kandungan mineral baik

un internal. Penentuan kadar abu diukur dengan memasukkan ekstrak ke dalam tanur dengan temperatur 4500C sampai terbentuk abu. Simplisia dan ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik dan turunannya terdekstruksi dan hanya tersisa senyawa anorganik saja. Kaabu total simplisia adalah <1,69 dan ekstrak <4%. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 261/MENKES/SK/IV/2009 bahwa kadar abu

k tidak boleh lebih dari 10,2 %kadar abu total yang didapatkan sesuai dengan

Kadar abu tidak larut asam kandungan mineral eksternal, masing

D PRACTICE I VOLUME 6 I NUMBER

Hasil Standarisasi Parameter Spesifik Simplisia

Temanggung Merah

Nama Latin: Allium sativum

Bulat lonjong

Coklat

32,286±1,225 43,147±1,404

34,138±1,075 34,435±1,014

Polifenol, Flavonoid, dan Saponin6,217

1,324

Tabel 3. Hasil Standarisasi Parameter Spesifik Ekstrak

Temanggung Merah

Nama Latin: Allium Sativum

Hitam Kecoklatan

96,889±0,696 96,348±0,456

96,471±1,847 98,364±0,548

Polifenol dan Flavonoid 13,213

3,295

Standarisasi non spesifik yang dilakukan dalam penelitian adalah kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar abu larut air, pH, susut pengeringan (simplisia), kadar air (ekstrak), dan bobot jenis (ekstrak). Kadar abu total memberikan gambaran kandungan mineral baik

un internal. Penentuan kadar abu diukur dengan memasukkan ekstrak ke dalam

C sampai terbentuk abu. Simplisia dan ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik dan turunannya terdekstruksi dan hanya tersisa senyawa anorganik saja. Kadar abu total simplisia adalah <1,69 dan ekstrak <4%. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 261/MENKES/SK/IV/2009 bahwa kadar abu

k tidak boleh lebih dari 10,2 %. Jadi nilai kadar abu total yang didapatkan sesuai dengan

Kadar abu tidak larut asam menunjukkan kandungan mineral eksternal, masing-masing

I NUMBER 2 I OKTOBER

Hasil Standarisasi Parameter Spesifik SimplisiaLokasi Tumbuh

Merah

Allium sativum Linn.

Umbi Bulat lonjong

Coklat Kehitaman Khas

43,147±1,404 57,381±1,567

34,435±1,014 29,885±0,420

Polifenol, Flavonoid, dan Saponin6,217

1,324

Hasil Standarisasi Parameter Spesifik EkstrakLokasi Tumbuh

Temanggung Merah

Allium Sativum Umbi

Ekstrak kentalHitam Kecoklatan

Khas 96,348±0,456 82,672±0,904

98,364±0,548 99,133±0,165

Polifenol dan Flavonoid13,213

3,295

dilakukan dalam penelitian adalah kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar abu larut air, pH, susut pengeringan (simplisia), kadar air (ekstrak), dan bobot jenis (ekstrak). Kadar abu total memberikan gambaran kandungan mineral baik

un internal. Penentuan kadar abu diukur dengan memasukkan ekstrak ke dalam

C sampai terbentuk abu. Simplisia dan ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik dan turunannya terdekstruksi

dar abu total simplisia adalah <1,69 dan ekstrak <4%. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 261/MENKES/SK/IV/2009 bahwa kadar abu

. Jadi nilai kadar abu total yang didapatkan sesuai dengan

menunjukkan masing

untuk simplisia <0,39% dan ekstrak <0,25%. Kadar abu larut air menunjukkan adanya kandungan mineral internal yang berupa kandungan alami yang terdapat pada simplisa dan ekstrak itu sendiri. Untuk kadarsimplisia dan ekstrak masing<1,5% dan <3,5%. Ini menunjukkan bahwa kandungan mineral internal yang diinginkan lebih besar dibanding kandungan mineral eksternal yang tidak diinginkan yang biasanya berupa senyawa

putih tunggal terfermenatsi (Linn.) untuk simplisia adalah 5 5,5 pengeringan pada suhu 105konstan yang dinyatakan Pada suhu 105senyawa yang mempunyai titik didih rendah dari air akan ikut menguap juga (Depkes

OKTOBER 2019

Hasil Standarisasi Parameter Spesifik SimplisiaLokasi Tumbuh

Bromo

Linn.

Umbi Bulat lonjong

Kehitaman Khas

57,381±1,567

29,885±0,420

Polifenol, Flavonoid, dan Saponin4,714

0,792

Hasil Standarisasi Parameter Spesifik EkstrakLokasi Tumbuh

Bromo

Allium Sativum Linn.

kental Hitam Kecoklatan

Khas 82,672±0,904

99,133±0,165

Polifenol dan Flavonoid 14,841

4,175

untuk simplisia <0,39% dan ekstrak <0,25%. Kadar abu larut air menunjukkan adanya kandungan mineral internal yang berupa kandungan alami yang terdapat pada simplisa dan ekstrak itu sendiri. Untuk kadarsimplisia dan ekstrak masing<1,5% dan <3,5%. Ini menunjukkan bahwa kandungan mineral internal yang diinginkan lebih besar dibanding kandungan mineral eksternal yang tidak diinginkan yang biasanya berupa senyawa-senyawa pengoto

Hasil pengukuran pH simplisia bawang putih tunggal terfermenatsi (Linn.) untuk simplisia adalah 5 5,5 – 6,5. Pada simplisia diukur nilai susut pengeringan pada suhu 105konstan yang dinyatakan Pada suhu 105senyawa yang mempunyai titik didih rendah dari air akan ikut menguap juga (Depkes

J PHARM SCI

Hasil Standarisasi Parameter Spesifik Simplisia

Banyuwangi

25,714±0,278

29,885±0,420 26,932±0,624

Polifenol, Flavonoid, dan Saponin 6,7

1,227

Hasil Standarisasi Parameter Spesifik Ekstrak

Banyuwangi

Khas 82,672±0,904 95,174±1,123

99,133±0,165 84,669±0,639

12,393

2,724

untuk simplisia <0,39% dan ekstrak <0,25%. Kadar abu larut air menunjukkan adanya kandungan mineral internal yang berupa kandungan alami yang terdapat pada simplisa dan ekstrak itu sendiri. Untuk kadarsimplisia dan ekstrak masing<1,5% dan <3,5%. Ini menunjukkan bahwa kandungan mineral internal yang diinginkan lebih besar dibanding kandungan mineral eksternal yang tidak diinginkan yang biasanya berupa

senyawa pengotoHasil pengukuran pH simplisia bawang

putih tunggal terfermenatsi (Linn.) untuk simplisia adalah 5

6,5. Pada simplisia diukur nilai susut pengeringan pada suhu 105konstan yang dinyatakan Pada suhu 1050C air akan menguap dan senyawasenyawa yang mempunyai titik didih rendah dari air akan ikut menguap juga (Depkes

J PHARM SCI & PRACT, 2019, 6(2

KesimpulanBanyuwangi

25,714±0,278

26,932±0,624

6,7

1,227

KesimpulanBanyuwangi

Khas 95,174±1,123

84,669±0,639

12,393

2,724

untuk simplisia <0,39% dan ekstrak <0,25%. Kadar abu larut air menunjukkan adanya kandungan mineral internal yang berupa kandungan alami yang terdapat pada simplisa dan ekstrak itu sendiri. Untuk kadar abu larut air simplisia dan ekstrak masing-masing adalah <1,5% dan <3,5%. Ini menunjukkan bahwa kandungan mineral internal yang diinginkan lebih besar dibanding kandungan mineral eksternal yang tidak diinginkan yang biasanya berupa

senyawa pengotor dan logam.Hasil pengukuran pH simplisia bawang

putih tunggal terfermenatsi (Allium sativumLinn.) untuk simplisia adalah 5 – 6,5 dan ekstrak

6,5. Pada simplisia diukur nilai susut pengeringan pada suhu 1050C sampai berat konstan yang dinyatakan dengan nilai persen.

C air akan menguap dan senyawasenyawa yang mempunyai titik didih rendah dari air akan ikut menguap juga (Depkes

& PRACT, 2019, 6(2): 74 – 83

81

Kesimpulan

>25

>26

>4,5

>0,6

Kesimpulan

>81

>84

>12

>2

untuk simplisia <0,39% dan ekstrak <0,25%. Kadar abu larut air menunjukkan adanya kandungan mineral internal yang berupa kandungan alami yang terdapat pada simplisa dan

abu larut air masing adalah

<1,5% dan <3,5%. Ini menunjukkan bahwa kandungan mineral internal yang diinginkan lebih besar dibanding kandungan mineral eksternal yang tidak diinginkan yang biasanya berupa

r dan logam. Hasil pengukuran pH simplisia bawang

Allium sativum6,5 dan ekstrak

6,5. Pada simplisia diukur nilai susut C sampai berat

dengan nilai persen. C air akan menguap dan senyawa-

senyawa yang mempunyai titik didih rendah dari air akan ikut menguap juga (Depkes POM RI,

83

81

untuk simplisia <0,39% dan ekstrak <0,25%. Kadar abu larut air menunjukkan adanya kandungan mineral internal yang berupa kandungan alami yang terdapat pada simplisa dan

abu larut air masing adalah

<1,5% dan <3,5%. Ini menunjukkan bahwa kandungan mineral internal yang diinginkan lebih besar dibanding kandungan mineral eksternal yang tidak diinginkan yang biasanya berupa

Hasil pengukuran pH simplisia bawang Allium sativum

6,5 dan ekstrak 6,5. Pada simplisia diukur nilai susut

C sampai berat dengan nilai persen.

-senyawa yang mempunyai titik didih rendah dari

RI,

Page 9: Fakultas Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, …repository.wima.ac.id/21668/1/1-Standarisasi_spesifik... · 2020. 2. 21. · kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

JOURNAL OF PHARMACE

2000). Adapun hasil penetapan susut pengeringan simplisia adalah TP (10,2±0,721TM (5,67±0,306(11,07±0,306adalah <13,50% (Tabel 4).

Penentuan kadar air pada ekstrak <14% dengan masing%), TM (12,784±0,584dan BW (13,522±0,127yang rendah akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Nilai kadar air digunakan untuk memberi batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam ekstrak. Makin tinggi kadar air makin mudah untuk dikapang (jamur). Hal ini dapat menurunkan

ParameterPengujian

Kadar Abu Total (%)Kadar Abu Tidak Larut Asam (%) Kadar Abu Larut Air (%)pH Susut Pengeringan

ParameterPengujian

Kadar Abu Total (%)Kadar Abu Tidak Larut Asam (%) Kadar Abu Larut Air (%) pH Kadar Air (%)Bobot Jenis (g/cm KESIMPULAN

Hasil standarisasi spesifik dan nonspesifik simplisia bawang putih tunggal terfermen(Allium sativumlonjong, warna coklat kehitaman, dan bau khkadar sari larut air >25%, kadar sari larut etanol >26%, totasenyawa flavonoid >0,6%yang terdapat pada simplisia flavonoid, dan saponin. kadar abu tidak larut asam <0,39%, klarut air <1,5%, pH 5 <13,50%.

Hasil standarisasi spesifik dan non spesifik ekstrak etanolsativum Linn.) terfermentasi adalah bentuk

Daftar Pustaka Alvian, Riza dan Susanti HariTotal Ekstrak Metanol Kelopak Bunga Rosella Merah (Hisbiscus sabdariffa

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

JOURNAL OF PHARMACEY SCIENCE AN

2000). Adapun hasil penetapan susut pengeringan simplisia adalah TP (10,2±0,721TM (5,67±0,306 %), BR (12,33±1,137(11,07±0,306 %). Jadi susut pengeringan simplisia adalah <13,50% (Tabel 4).

Penentuan kadar air pada ekstrak <14% dengan masing-masing nilainya TP (12,170±0,607

), TM (12,784±0,584 dan BW (13,522±0,127yang rendah akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Nilai kadar air digunakan untuk memberi batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam ekstrak. Makin tinggi kadar air makin mudah untuk ditumbuhi mikroorganisme dan kapang (jamur). Hal ini dapat menurunkan

Tabel 4. Parameter Pengujian

Kadar Abu Total (%) Kadar Abu Tidak Larut

Kadar Abu Larut Air (%)

Susut Pengeringan (%)

Parameter Pengujian

Kadar Abu Total (%) Kadar Abu Tidak Larut

Kadar Abu Larut Air

Kadar Air (%) Bobot Jenis (g/cm3)

KESIMPULAN Hasil standarisasi spesifik dan nonspesifik

a bawang putih tunggal terfermenAllium sativum Linn.) adalah bentuk bulat

lonjong, warna coklat kehitaman, dan bau khadar sari larut air >25%, kadar sari larut etanol

otal senyawa polifenol >4,5% b/b, tsenyawa flavonoid >0,6%yang terdapat pada simplisia flavonoid, dan saponin.

r abu tidak larut asam <0,39%, klarut air <1,5%, pH 5 -6,5

Hasil standarisasi spesifik dan non spesifik etanol bawang putih tunggal (

Linn.) terfermentasi adalah bentuk

Daftar Pustaka

Alvian, Riza dan Susanti HariTotal Ekstrak Metanol Kelopak Bunga Rosella Merah Hisbiscus sabdariffa Linn) dengan Variasi tempat Tumbuh

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

SCIENCE AND PRACTICE I VOLUME

2000). Adapun hasil penetapan susut pengeringan simplisia adalah TP (10,2±0,721

), BR (12,33±1,137). Jadi susut pengeringan simplisia

adalah <13,50% (Tabel 4). Penentuan kadar air pada ekstrak <14%

masing nilainya TP (12,170±0,607 %), BR (12,683±0,351

dan BW (13,522±0,127 %) (Tabel 5). Kadar air yang rendah akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Nilai kadar air digunakan untuk memberi batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam ekstrak. Makin tinggi kadar air makin

tumbuhi mikroorganisme dan kapang (jamur). Hal ini dapat menurunkan

Tabel 4. Hasil Standarisasi

Putih1,315±0,036

Kadar Abu Tidak Larut 0,260±0,031

Kadar Abu Larut Air (%) 1,013±0,0145,717±0,006

10,2±0,721

Tabel 5. Hasil Standarisasi Parameter Non Spesifik Ekstrak

TemanggungPutih

3,640±0,059Kadar Abu Tidak Larut 0,210±0,032

Kadar Abu Larut Air 3,381±0,086

5,977±0,01512,170±0,6071,005±0,001

Hasil standarisasi spesifik dan nonspesifik a bawang putih tunggal terfermen

Linn.) adalah bentuk bulat lonjong, warna coklat kehitaman, dan bau kh

adar sari larut air >25%, kadar sari larut etanol l senyawa polifenol >4,5% b/b, t

senyawa flavonoid >0,6% b/b; kandungan kimia yang terdapat pada simplisia adalah poflavonoid, dan saponin. Kadar abu total <1,69%

r abu tidak larut asam <0,39%, k6,5, dan susut pengeringan

Hasil standarisasi spesifik dan non spesifik bawang putih tunggal (

Linn.) terfermentasi adalah bentuk

Alvian, Riza dan Susanti Hari, 2012, Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Metanol Kelopak Bunga Rosella Merah

n) dengan Variasi tempat Tumbuh

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

D PRACTICE I VOLUME 6 I NUMBER

2000). Adapun hasil penetapan susut pengeringan simplisia adalah TP (10,2±0,721 %),

), BR (12,33±1,137 %), dan BW ). Jadi susut pengeringan simplisia

Penentuan kadar air pada ekstrak <14% masing nilainya TP (12,170±0,607

), BR (12,683±0,351 %) (Tabel 5). Kadar air

yang rendah akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Nilai kadar air digunakan untuk memberi batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam ekstrak. Makin tinggi kadar air makin

tumbuhi mikroorganisme dan kapang (jamur). Hal ini dapat menurunkan

Hasil Standarisasi

TemanggungPutih Merah

1,315±0,036 1,620±0,0520,260±0,031 0,225±0,031

1,013±0,014 1,395±0,0315,717±0,006 5,910±0,15410,2±0,721 5,67±0,306

Hasil Standarisasi Parameter Non Spesifik Ekstrak

TemanggungPutih

3,640±0,059 2,535±0,0080,210±0,032 0,180±0,027

3,381±0,086 2,262±0,079

5,977±0,015 6,13±0,02612,170±0,607 12,784±0,5841,005±0,001 1,007±0,001

Hasil standarisasi spesifik dan nonspesifik a bawang putih tunggal terfermentasi

Linn.) adalah bentuk bulat lonjong, warna coklat kehitaman, dan bau khas

adar sari larut air >25%, kadar sari larut etanol l senyawa polifenol >4,5% b/b, total

andungan kimia dalah polifenol,

Kadar abu total <1,69%r abu tidak larut asam <0,39%, kadar abu

usut pengeringan

Hasil standarisasi spesifik dan non spesifik bawang putih tunggal (Allium

Linn.) terfermentasi adalah bentuk

Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Metanol Kelopak Bunga Rosella Merah

n) dengan Variasi tempat Tumbuh

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (

I NUMBER 2 I OKTOBER

2000). Adapun hasil penetapan susut %),

), dan BW ). Jadi susut pengeringan simplisia

Penentuan kadar air pada ekstrak <14% masing nilainya TP (12,170±0,607

%) ) (Tabel 5). Kadar air

yang rendah akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Nilai kadar air digunakan untuk memberi batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam ekstrak. Makin tinggi kadar air makin

tumbuhi mikroorganisme dan kapang (jamur). Hal ini dapat menurunkan

aktivitas biologi ekstrak dalam masa penyimpanan. Menurut Farmakope Herbal Indonesia (2009), umumnya kandungan kadar air yang dipersyaratkan adalah kurang dari 10%(Kemenkes RI, 2009)disimpulkan bahwa kadar air ekstrak bawang putih tunggal terfermentasi masih tinggi dan belum memenuhi standar. Pengukuran bobot jenis ekstrak untuk memberikan nilai besarnya massa per satuan volume yang merupakan parameter khusus untuk melihaekstrak cair sampai ekstrak pekat dapat dituang. Hasil bobot jenis ekstrak bawang putih tunggal terfermentasi (1,004

Hasil Standarisasi Parameter Non Spesifik SimplisiaLokasi Tumbuh

Temanggung Merah

1,620±0,052 0,225±0,031

1,395±0,031 5,910±0,154 5,67±0,306

Hasil Standarisasi Parameter Non Spesifik Ekstrak

Lokasi TumbuhTemanggung

Merah 2,535±0,008 0,180±0,027

2,262±0,079

6,13±0,026 12,784±0,584 1,007±0,001

Hasil standarisasi spesifik dan nonspesifik tasi

Linn.) adalah bentuk bulat as;

adar sari larut air >25%, kadar sari larut etanol otal

andungan kimia lifenol,

Kadar abu total <1,69%, adar abu

usut pengeringan

Hasil standarisasi spesifik dan non spesifik Allium

Linn.) terfermentasi adalah bentuk

ekstrak kental, warna hitam kecoklatan, dan bau khetanol >84%, total senyawa flavonoid >2% b/bkimia yang terdapat pada dan ftidak larut asam <0,25%, k<3,5%, jenis 1,004 UCAPAN TERIMA KASIH

PPOT Reserach Project Pusat Penelitian Obat Tradisional Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Metanol Kelopak Bunga Rosella Merah

n) dengan Variasi tempat Tumbuh

secara Spektrofotometri, – 80.

Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (Allium sativum

OKTOBER 2019

aktivitas biologi ekstrak dalam masa penyimpanan. Menurut Farmakope Herbal Indonesia (2009), umumnya kandungan kadar air yang dipersyaratkan adalah kurang dari 10%(Kemenkes RI, 2009)disimpulkan bahwa kadar air ekstrak bawang putih tunggal terfermentasi masih tinggi dan belum memenuhi standar. Pengukuran bobot jenis ekstrak untuk memberikan nilai besarnya massa per satuan volume yang merupakan parameter khusus untuk melihaekstrak cair sampai ekstrak pekat dapat dituang. Hasil bobot jenis ekstrak bawang putih tunggal terfermentasi (1,004-1,011.

Parameter Non Spesifik SimplisiaLokasi Tumbuh

Bromo

1,641±0,0440,275±0,05

1,332±0,0096,067±0,01512,33±1,137

Hasil Standarisasi Parameter Non Spesifik EkstrakLokasi Tumbuh

Bromo

3,779±0,0490,194±0,002

3,010±0,573

5,717±0,00612,683±0,3511,010±0,001

ekstrak kental, warna hitam kecoklatan, dan bau khas; kadar sari larut air >81%, ketanol >84%, otal senyawa flavonoid >2% b/b

kimia yang terdapat pada dan flavonoidtidak larut asam <0,25%, k<3,5%, kadar air <14%, jenis 1,004-1,011.

UCAPAN TERIMA KASIHPeneliti mengucapkan terima kasih kepada

PPOT Reserach Project Pusat Penelitian Obat Tradisional Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah mendanai penelitian ini

secara Spektrofotometri, 80.

Allium sativum Linn.)

aktivitas biologi ekstrak dalam masa penyimpanan. Menurut Farmakope Herbal Indonesia (2009), umumnya kandungan kadar air yang dipersyaratkan adalah kurang dari 10%(Kemenkes RI, 2009)disimpulkan bahwa kadar air ekstrak bawang putih tunggal terfermentasi masih tinggi dan belum memenuhi standar. Pengukuran bobot jenis ekstrak untuk memberikan nilai besarnya massa per satuan volume yang merupakan parameter khusus untuk melihaekstrak cair sampai ekstrak pekat dapat dituang. Hasil bobot jenis ekstrak bawang putih tunggal terfermentasi (Allium sativum

Parameter Non Spesifik Simplisia

Banyuwangi

1,641±0,044 1,481±0,0120,275±0,05 0,338±0,055

1,332±0,009 1,187±0,0386,067±0,015 5,673±0,02312,33±1,137 11,07±0,306

Hasil Standarisasi Parameter Non Spesifik Ekstrak

Bromo Banyuwangi

3,779±0,049 2,740±0,0040,194±0,002 0,190±0,005

3,010±0,573 2,540±0,006

5,717±0,006 5,983±0,01512,683±0,351 13,522±0,1271,010±0,001 1,007±0,002

ekstrak kental, warna hitam kecoklatan, dan bau adar sari larut air >81%, k

etanol >84%, total senyawa polifenol >12% b/b, otal senyawa flavonoid >2% b/b

kimia yang terdapat pada lavonoid; kadar abu total <4%, k

tidak larut asam <0,25%, kkadar air <14%, pH 5,5

1,011.

UCAPAN TERIMA KASIHPeneliti mengucapkan terima kasih kepada

PPOT Reserach Project Pusat Penelitian Obat Tradisional Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Katolik Widya Mandala

yang telah mendanai penelitian ini

secara Spektrofotometri, Jurnal Ilmiah

aktivitas biologi ekstrak dalam masa penyimpanan. Menurut Farmakope Herbal Indonesia (2009), umumnya kandungan kadar air yang dipersyaratkan adalah kurang dari 10%(Kemenkes RI, 2009). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar air ekstrak bawang putih tunggal terfermentasi masih tinggi dan belum memenuhi standar. Pengukuran bobot jenis ekstrak untuk memberikan nilai besarnya massa per satuan volume yang merupakan parameter khusus untuk melihat kemampuan ekstrak cair sampai ekstrak pekat dapat dituang. Hasil bobot jenis ekstrak bawang putih tunggal

Allium sativum Linn.) adalah

Parameter Non Spesifik Simplisia Kesimpulan

Banyuwangi

1,481±0,012 0,338±0,055

1,187±0,038 5,673±0,023 11,07±0,306

Hasil Standarisasi Parameter Non Spesifik Ekstrak

Banyuwangi

2,740±0,004 0,190±0,005

2,540±0,006

5,983±0,015 13,522±0,127 1,007±0,002

ekstrak kental, warna hitam kecoklatan, dan bau adar sari larut air >81%, kadar sari larut

al senyawa polifenol >12% b/b, otal senyawa flavonoid >2% b/b;

kimia yang terdapat pada ekstrak adalah polifenol adar abu total <4%, k

tidak larut asam <0,25%, kadar abu larupH 5,5 – 6,5, dan b

UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada

PPOT Reserach Project Pusat Penelitian Obat Tradisional Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Katolik Widya Mandala

yang telah mendanai penelitian ini

Jurnal Ilmiah Kefarmasian

82

aktivitas biologi ekstrak dalam masa penyimpanan. Menurut Farmakope Herbal Indonesia (2009), umumnya kandungan kadar air yang dipersyaratkan adalah kurang dari 10%

hingga dapat disimpulkan bahwa kadar air ekstrak bawang putih tunggal terfermentasi masih tinggi dan belum memenuhi standar. Pengukuran bobot jenis ekstrak untuk memberikan nilai besarnya massa per satuan volume yang merupakan

t kemampuan ekstrak cair sampai ekstrak pekat dapat dituang. Hasil bobot jenis ekstrak bawang putih tunggal

Linn.) adalah

Kesimpulan

<1,69 <0,39

<1,5 5 – 6,5 <13,50

Kesimpulan

<4 <0,25

<3,5

5,5 – 6,5 <14

1,004-1,011

ekstrak kental, warna hitam kecoklatan, dan bau adar sari larut

al senyawa polifenol >12% b/b, kandungan

ekstrak adalah polifenol adar abu total <4%, kadar abu

adar abu larut air 6,5, dan bobot

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada PPOT Reserach Project Pusat Penelitian Obat Tradisional Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Katolik Widya Mandala

yang telah mendanai penelitian ini.

Kefarmasian, 2(1): 73

82

aktivitas biologi ekstrak dalam masa penyimpanan. Menurut Farmakope Herbal Indonesia (2009), umumnya kandungan kadar air yang dipersyaratkan adalah kurang dari 10%

hingga dapat disimpulkan bahwa kadar air ekstrak bawang putih tunggal terfermentasi masih tinggi dan belum memenuhi standar. Pengukuran bobot jenis ekstrak untuk memberikan nilai besarnya massa per satuan volume yang merupakan

t kemampuan ekstrak cair sampai ekstrak pekat dapat dituang. Hasil bobot jenis ekstrak bawang putih tunggal

Linn.) adalah

Kesimpulan

1,011

ekstrak kental, warna hitam kecoklatan, dan bau adar sari larut

al senyawa polifenol >12% b/b, andungan

ekstrak adalah polifenol r abu t air obot

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada PPOT Reserach Project Pusat Penelitian Obat Tradisional Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Katolik Widya Mandala

.

, 2(1): 73

Page 10: Fakultas Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, …repository.wima.ac.id/21668/1/1-Standarisasi_spesifik... · 2020. 2. 21. · kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak

JOURNAL OF PHARMACE

Choi, Ii Sook, Cha, Han Sam, Lee, Young SoonPsycochemical and Antioxidant Properties of Black Garlic. Molecules. Korea: Kyung Hee University. Dirjen POM RI [Parameter Standarisasi Kesehatan RI. Dinas Kominfo, 2008, Profil Kabupaten, https://probolinggokab.go.id Harborne, J.B.Modern Menganalisa oleh K, Padinawinata dan I, Soediro, Penerbit ITB Bandung. Jin-ichi Sasakisativum) Extracts Enhance AntiMouse Tumors. Biotechnology Kemenkes RI [Kementeria2009. Farmakope Herbal IndonesiaDepartemen Kesehatan Republik Indonesia. Kepmenkes RI Nomor 261/MENKES/SK/IV/2009, 2009, Peraturan tentang Persyaratan Mutu Obat Tardisional, https://www.google.com/search?client=firefoxmenkes+RI+Nomor+261%2FMENKES%2FSK%29+, diakses Oktober 2019.

JOURNAL OF PHARMACEY SCIENCE AN

Choi, Ii Sook, Cha, Han Sam, Lee, Young SoonPsycochemical and Antioxidant Properties of Black Garlic.

. Korea: Kyung Hee University.

en POM RI [Direktorat Jendral POM RIParameter Standarisasi Ekstrak

inas Kominfo, 2008, Profil Kabupaten, https://probolinggokab.go.id, diakses Okrober 2019

Harborne, J.B. 1987. “Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan”,oleh K, Padinawinata dan I, Soediro, Penerbit ITB Bandung.

ichi Sasaki et al, 2007. Processed Black Garlic () Extracts Enhance Anti

Mouse Tumors. Medicinal and Aromatic Plant Biotechnology, 1(2): 278 – 281.

RI [Kementerian Kesehatan Republik Indonesia]Farmakope Herbal Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kepmenkes RI Nomor 261/MENKES/SK/IV/2009, 2009, tentang Persyaratan Mutu Obat Tardisional,

https://www.google.com/search?client=firefoxmenkes+RI+Nomor+261%2FMENKES%2FSK%2

+, diakses Oktober 2019.

SCIENCE AND PRACTICE I VOLUME

Choi, Ii Sook, Cha, Han Sam, Lee, Young SoonPsycochemical and Antioxidant Properties of Black Garlic.

. Korea: Kyung Hee University.

Direktorat Jendral POM RIEkstrak. Jakarta: Departemen

inas Kominfo, 2008, Profil Kabupaten, , diakses Okrober 2019

“Metode Fitokimia Penuntun Cara Tumbuhan”, Cetakan II, Diterjemahkan

oleh K, Padinawinata dan I, Soediro, Penerbit ITB Bandung.

2007. Processed Black Garlic () Extracts Enhance Anti-Tumor Potency Againts

Medicinal and Aromatic Plant 281.

n Kesehatan Republik Indonesia]Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kepmenkes RI Nomor 261/MENKES/SK/IV/2009, 2009, tentang Persyaratan Mutu Obat Tardisional,

https://www.google.com/search?client=firefoxmenkes+RI+Nomor+261%2FMENKES%2FSK%2

D PRACTICE I VOLUME 6 I NUMBER

Choi, Ii Sook, Cha, Han Sam, Lee, Young Soon, 2014Psycochemical and Antioxidant Properties of Black Garlic.

Direktorat Jendral POM RI], 2000. Jakarta: Departemen

inas Kominfo, 2008, Profil Kabupaten, , diakses Okrober 2019

“Metode Fitokimia Penuntun Cara Cetakan II, Diterjemahkan

oleh K, Padinawinata dan I, Soediro, Penerbit ITB Bandung.

2007. Processed Black Garlic (Allium Tumor Potency Againts

Medicinal and Aromatic Plant Science and

n Kesehatan Republik Indonesia]Edisi I. Jakarta:

Kepmenkes RI Nomor 261/MENKES/SK/IV/2009, 2009, tentang Persyaratan Mutu Obat Tardisional,

https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q= Kep menkes+RI+Nomor+261%2FMENKES%2FSK%2FIV%2F200

I NUMBER 2 I OKTOBER

2014, Psycochemical and Antioxidant Properties of Black Garlic.

2000, . Jakarta: Departemen

inas Kominfo, 2008, Profil Kabupaten,

“Metode Fitokimia Penuntun Cara Cetakan II, Diterjemahkan

oleh K, Padinawinata dan I, Soediro, Penerbit ITB Bandung.

Allium Tumor Potency Againts

Science and

n Kesehatan Republik Indonesia]. Edisi I. Jakarta:

Kepmenkes RI Nomor 261/MENKES/SK/IV/2009, 2009, tentang Persyaratan Mutu Obat Tardisional,

d&q= Kep FIV%2F200

KimaComparison of Phenolic Acids and Flavonoids in Black Garlic. Journal of Functional FoodsKimura, Shunsuke et al. 2017. Black Garlic: A Critical Review of Its Production, Bioactivity, and Application. and Drug Analysis LeeMinAntioxidant Effect of Garlic and Aged Black garlic in Animal Model of Type 2. 161. MarissaKatumpangan Air (Industri Pemerintah Temanggung, /detail/2/17/sekilas Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 2019, Kabupaten Banyuwangi, /gambaranumum.html Wang Danan, Meiru, Sasaki Jin(Allium sativumMedicinal and Aromatic Plant Science and Biotechnology4(1);

OKTOBER 2019

Kima Jim-Sa, OkComparison of Phenolic Acids and Flavonoids in Black Garlic. Journal of Functional FoodsKimura, Shunsuke et al. 2017. Black Garlic: A Critical Review of Its Production, Bioactivity, and Application. and Drug Analysis

Lee Young-Min, OhMin-Jung kang, Antioxidant Effect of Garlic and Aged Black garlic in Animal Model of Type 2. 161.

Marissa, A. dkk, 2015,Katumpangan Air (Industri 6(2):53-61.

Pemerintah Kabupaten TTemanggung, /detail/2/17/sekilas

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 2019, Kabupaten Banyuwangi, /gambaranumum.html

Wang Danan, Feng Yonghui, Jun Liu, Yan Jianzhong, Wang Meiru, Sasaki JinAllium sativum

Medicinal and Aromatic Plant Science and Biotechnology4(1); 37-40.

J PHARM SCI

, Ok-Ju Kanga, OhComparison of Phenolic Acids and Flavonoids in Black Garlic. Journal of Functional Foods 5: 80Kimura, Shunsuke et al. 2017. Black Garlic: A Critical Review of Its Production, Bioactivity, and Application. and Drug Analysis 25:62-70.

, Oh-Cheon Gweon, Yeong Myo-Jeong Kim, dan Jung

Antioxidant Effect of Garlic and Aged Black garlic in Animal Model of Type 2. Nutrition Research and Practice

dkk, 2015, Karakterisasi Ekstrak Etanol Herba Katumpangan Air (Peperomia pelluc

61.

Kabupaten Temanggung, 2017, Sekilas Temanggung, https://laman.temanggungkab.go.id/info /detail/2/17/sekilas-temanggung.html

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 2019, Kabupaten Banyuwangi, https://www.banyuwangikab.go.id/profil /gambaranumum.html, diakses Oktober 2019.

Feng Yonghui, Jun Liu, Yan Jianzhong, Wang Meiru, Sasaki Jin-Ichi, dan Lu Changlong, 2010, Black Garlic Allium sativum) Extracts Enhance the Immune System,

Medicinal and Aromatic Plant Science and Biotechnology

J PHARM SCI & PRACT, 2019, 6(2

u Kanga, Oh-Cheon GweonbComparison of Phenolic Acids and Flavonoids in Black Garlic.

5: 80-86. Kimura, Shunsuke et al. 2017. Black Garlic: A Critical Review of Its Production, Bioactivity, and Application. Journal of Food

Cheon Gweon, Yeong-Ju Seo, Jieun Im, Jeong Kim, dan Jung-In Kim, 2009,

Antioxidant Effect of Garlic and Aged Black garlic in Animal Nutrition Research and Practice

Karakterisasi Ekstrak Etanol Herba Peperomia pellucida L. Kunth).

emanggung, 2017, Sekilas https://laman.temanggungkab.go.id/info

temanggung.html, diakses Oktober 2019.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 2019, Kabupaten https://www.banyuwangikab.go.id/profil

, diakses Oktober 2019.

Feng Yonghui, Jun Liu, Yan Jianzhong, Wang Ichi, dan Lu Changlong, 2010, Black Garlic

) Extracts Enhance the Immune System, Medicinal and Aromatic Plant Science and Biotechnology

& PRACT, 2019, 6(2): 74 – 83

83

Cheon Gweonb, 2013,Comparison of Phenolic Acids and Flavonoids in Black Garlic.

Kimura, Shunsuke et al. 2017. Black Garlic: A Critical Review Journal of Food

Ju Seo, Jieun Im, In Kim, 2009,

Antioxidant Effect of Garlic and Aged Black garlic in Animal Nutrition Research and Practice 3(2): 156-

Karakterisasi Ekstrak Etanol Herba L. Kunth). Biopropal

emanggung, 2017, Sekilas https://laman.temanggungkab.go.id/info

, diakses Oktober 2019.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 2019, Kabupaten https://www.banyuwangikab.go.id/profil

Feng Yonghui, Jun Liu, Yan Jianzhong, Wang Ichi, dan Lu Changlong, 2010, Black Garlic

) Extracts Enhance the Immune System, Medicinal and Aromatic Plant Science and Biotechnology,

83

83

, Comparison of Phenolic Acids and Flavonoids in Black Garlic.

Kimura, Shunsuke et al. 2017. Black Garlic: A Critical Review Journal of Food

Ju Seo, Jieun Im, In Kim, 2009,

Antioxidant Effect of Garlic and Aged Black garlic in Animal -

Karakterisasi Ekstrak Etanol Herba Biopropal

emanggung, 2017, Sekilas https://laman.temanggungkab.go.id/info

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 2019, Kabupaten https://www.banyuwangikab.go.id/profil

Feng Yonghui, Jun Liu, Yan Jianzhong, Wang Ichi, dan Lu Changlong, 2010, Black Garlic

) Extracts Enhance the Immune System, ,