faktor-faktor yang mempengaruhi kredit macet …
TRANSCRIPT
1 1
JAM PEMBNAS JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN PEMBNAS
http://ejournal.stiepembnas.ac.id
e-ISSN : 2684-8694
p-ISSN : 2087-1384
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT MACET DAN
BERMASALAH DI BANK SUMUT CABANG GUNUNGSITOLI
Eliagus Telaumbanua
Email : [email protected]
Suka’aro Waruwu
Email : [email protected]
Abstract
In this study, researchers took a sample of 6 (six) people to be interviewed from 24 employees of Bank SUMUT
Gunungsitoli Branch. Then the types of data used by researchers in this study are primary data and secondary data. Both
types of data can be obtained by means of observation and. Furthermore, the data that has been obtained from the object of
research, then the researcher will analyze with qualitative descriptive data analysis techniques.
Based on the theoretical indicators of the study, the authors propose the results of the analysis and discussion as follows:
1. From the results of the interview as many as 30 items of questions the author obtained information about internal
factors and external factors that affect non-performing loans at Bank SUMUT Gunungsitoli Branch.
2. For internal factors this is due to employees who are less professional in handling credit.
3. For external factors apart from customer default, non-performing loans are also caused by natural disasters and fire.
4. The solution made by the Gunungsitoli Branch of Bank SUMUT in handling non-performing loans is very good.
5. Bank SUMUT Gunungsitoli Branch is categorized as Healthy Bank as evidenced by data on credit problems not
exceeding the 10% threshold according to the provisions. Keywords: Non Performing Credit and Bank Functions
Abstrak
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 6 (enam) orang untuk diwawancarai dari 24 orang
seluruh karyawan Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli. Kemudian jenis data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Kedua jenis data ini dapat diperoleh dengan cara observasi
dan. Seterusnya, data yang sudah diperoleh dari objek penelitian, maka selanjutnya peneliti akan menganalisa
dengan teknik analisa data deskriptif kualitatif.
Berdasarkan indikator teoritis dari penelitian maka penulis mengemukakan hasil analisis dan pembahasannya
sebagai berikut:
1. Dari hasil wawancara sebanyak 30 item pertanyaan penulis memperoleh informasi tentang faktor internal
dan faktor ekternal yang mempengaruhi kredit bermasalah di Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli.
2. Untuk faktor intenal hal ini disebabkan masalah profesionalisme dalam menangani kredit.
3. Untuk faktor eksternal selain dari faktor kelalaian nasabah kredit bermasalah juga disebabkan oleh faktor
bencana alam dan juga kebakaran.
4. Solusi yang dilakukan Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli dalam menangani kredit bermasalah sudah
sangat baik.
5. Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli termasuk kategori Bank Sehat dibuktikan dengan data permasalahan
kredit tidak melebihi ambang batas 10% sesuai ketentuan.
Kata Kunci: Kredit Bermasalah dan Fungsi Bank
JAM PEMBNAS, Vol. 7 Nomor 2 Desember 2020
2
PENDAHULUAN
Bank merupakan lembaga keuangan yang
bekerja berdasarkan kepercayaan terhadap
masyarakat, dalam kegiatan operasional Bank
menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam
bentuk kredit . Undang-Undang Republik Indonesia
No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 11 tentang perBankan
menjelaskan bahwa “penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga”
Hal ini menyebabkan masyarakat
memerlukan bantuan untuk meningkatkan usaha
berupa modal dari Bank dengan cara kredit. Secara
otomatis akan terwujud adanya suatu hubungan
hukum berupa perjanjian kredit dimana pihak Bank
berkedudukan sebagai kreditur sedangkan para
nasabahnya berkedudukan sebagai debitur. Bank
merupakan salah satu sumber penyedia dana yang
diantaranya dalam bentuk perkreditan bagi
masyarakat atau perorangan dan badan usaha guna
memenuhi kebutuhan konsumsi atau untuk
meningkatkan produksi.
Penyaluran kredit berperan penting dalam
perBankan karena selain menyejahterakan
masyarakat, Bank juga akan mendapatkan laba yang
merupakan sumber utama pendapatannya. Kredit
yang diberikan oleh Bank nantinya akan menjadi
sumber pendapatan karena adanya bunga atas
pinjaman kredit yang wajib dibayarkan secara rutin oleh
para debitur dalam kurun waktu tertentu.
Pemberian kredit yang berjalan lancar akan
mengembangkan dan meningkatkan kegiatan ekonomi
suatu negara. Kedudukan Bank sangat rentan dengan
adanya pemberian kredit yang di dalamnya
mengandung ”Degree Of Risk” yang tidak menutup
kemungkinan terjadinya suatu kredit macet (Astuti,
2009: 10).
Penelitian tentang pengaruh Non Performing Loan
(NPL) terhadap kredit menghasilkan hasil yang
bervariasi. Kredit bermasalah atau non performing loan
dapat diartikan juga sebagai pinjaman yang mengalami
kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan
atau karena faktor eksternal di luar kemampuan debitur
yang dapat diukur dari kolektibilitasnya (Kasmir,
2010:106).
Peningkatan atau penurunan NPL tersebut dapat
mempengaruhi penyaluran kredit secara negatif dan
signifikan. Non Performing Loan memiliki pengaruh
negatif terhadap penyaluran kredit Bank karena
semakin besar kredit bermasalah maka kredit yang
disalurkan oleh Bank akan turun. Semakin tinggi NPL
maka akan mendorong penurunan jumlah penyaluran
kredit, dan begitu pula sebaliknya demikian halnya
yang terjadi pada Bank Sumut Cabang Gunungsitoli.
Menurut pengamatan awal penulis pengurangan
risiko kredit bermasalah dapat di upayakan dengan
meneliti faktor-faktor penyebab terjadinya kredit
bermasalah. Contohnya pinjaman kredit yang
mengalami kemacetan karena ketidakmampuan
peminjam mengembalikan pinjaman kredit sehingga
kredit tidak dapat ditagih dan menimbulkan kerugian
JAM PEMBNAS, Vol. 7 Nomor 2 Desember 2020
3
sehingga pihak Bank harus melakukan penyitaan
dan pelelangan terhadap agunan yang dijadikan
jaminan oleh peminjam kredit. Menurut
pengamatan penulis peningkatan kredit bermasalah
ini menjadi satu landasan faktor-faktor yang
mempengaruhi kredit macet dan bermasalah pada
Bank Sumut Cabang Gunungsitoli.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul penelitian “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kredit Macet Dan Bermasalah Pada
Bank Sumut Cabang Gunungsitoli”.
STUDI PUSTAKA
Kredit mengandung pengertian adanya suatu
kepercayaan dari seseorang atau suatu badan yang
diberikan kepada seseorang atau badan lainnya
yaitu bahwa yang bersangkutan pada masa yang
akan datang akan memenuhi segala sesuatu
kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu.
Dalam pemberian kredit terdapat dua pihak yang
terlibat secara langsung, yaitu pihak yang
memberikan kredit (kreditur) dan pihak yang
memerlukan kredit atau penerima kredit (debitur).
Menurut Kasmir (2013:81) kredit adalah yaitu
“Kredit dalam bahasa sehari-hari diartikan
memperoleh barang dengan membayar dengan
cicilan atau angsuran dikemudian hari atau
memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya
dilakukan dikemudian hari dengan cicilan atau
angsuran sesuai dengan perjanjian”.
Pengertian kredit di atas ditegaskan oleh
Sembiring (2014 : 149), bahwa yang dimaksud
dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.”
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui
bahwa kredit adalah penyerahan uang atau tagihan atau
barang yang dapat menimbulkan tagihan kepada pihak
lain. Dengan memberikan pinjaman ini Bank berharap
akan memperoleh tambahan nilai dari pokok pinjaman
yang berupa bunga sebagai pendapatan bagi Bank yang
bersangkutan.
Dalam mengevaluasi kredit, Bank melakukan penilaian
terhadap calon debitur dengan prinsip 5C, yaitu
keyakinan Bank terhadap aspek character, capital,
capacity, collateral, dan condition of economic, serta
colleteral, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Character (Watak)
Penilaian Bank atas karakter calon debitur sehingga
Bank dapat menyimpulkan bahwa debitur tersebut
jujur, beriktikad baik, dan tidak akan menyulitkan
Bank di kemudian hari. Sebelum memberikan kredit,
Bank harus mengenal terlebih dahulu calon debitur,
terutama karakternya. Kajian mengenai karakter
dapat dilakukan dengan cara berikut.
a. Bank checking melalui Sistem Informasi Debitur
(SID) pada Bank Indonesia (BI). SID menyediakan
informasi kredit yang terkait nasabah, antara lain
informasi mengenai Bank pemberi kredit, nilai
fasilita kredit yang telah diperoleh, kelancaran
pembayaran, dan informasi lain yang terkait
dengan fasilitas kredit tersebut.
JAM PEMBNAS, Vol. 7 Nomor 2 Desember 2020
4
b. Mengupayakan trade chacking pada supplier
dan pelanggan debitur, untuk meneliti
reputasi nasabah dilingkungan para
stakeholders.
c. Mengupayakan informasi kepada asosisi
usaha dimana calon debitur terdaftar.
2. Capacity (Kemampuan)
Penilaian Bank atas kemampuan calon debitur
dalam bidang usahanya dan atu kemampuan
manajemen debitur sehingga Bank yakin bahwa
usaha yang akan di biayai dengan kredit tersebut
dikelola oleh orang-orang yang tepat/benar.
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan
dalam menilai capacity nasabah, antara lain
a. Pendekatan historis, yaitu menilai kinerja
nasabah pada masa lalu (past performance);
b. Pendekatan finansial, yaitu menilai
kemampuan keuangan calon debitur;
c. Pendekatan yuridis, yaitu melihat secara
yuridis personel yang berwenang mewakili
calon debitur dalam melakukan
penandatanganan perjanjian kredit dengan
Bank;
d. Pendekatan manajerial, yaitu menilai
kemampuan nasabah melaksanakan fungsi
manajemen dalam pemimpin perusahaan;
e. Pendekatan teknis, yaitu menilai kemampuan
calon debitur terkait teknis produksi, seperti
tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan,
administrasi, keuangan, dan lain-lain.
3. Capital (Modal)
Penilaian Bank atas posisi keuangan calon
debitur secara keseluruhan, termasuk aliran kas
debitur, baik masalalu maupun proyeksi yang akan
datang, sehingga dapat diketahui kemampuan
permodalan debitur dalam menunjang pembiayaan
proyek atau usaha debitur yang bersangkutan. Secara
umum jika modal sendiri besar, akan mendorong
kesungguhan nasabah untuk menjalankan usaha dan
menyelesaikan kewajibannya. Hal ini karena nasabah
ikut menanggung risiko apabila usahanya
mengalami kegagalan. Kecukupan modal bervariasi
untuk masing-masing industri bersekala besar
tentunya membutuhkan modal yang lebih besar
pula.
4. Condition of Economic (Kondisi Perekonomian)
Yaitu penilaian Bank atas kondisi pasar di dalam
nergi maupun luar negri, baik masa lalu mauoun
masa yang akan datang, sehingga dapat diketahui
prospek pemasaran dari hasil usaha debitur yang
dibiayai dengan kredit dari Bank. Beberapa hal yang
dapat digunakan dalam melakukan analisis condiion
of economy, antara lain.
a. Peraturan pemerintah pusat dan daerah;
b. Situasi politik dan perekonomian dunia serta
domestik;
c. Kondisi lain yang mempengaruhi peasaran;
5. Collateral (Agunan)
Yaitu penilaian Bank terhadap agunan yang dimiliki
oleh calon debitur. Agunan merupakan benda
berwujud dan/atau tidak berwujud yang diserahkan
hak dan kekuasaannya oleh calon debitur kepada
Bank guna menjamin pelunasan utang debitur,
apabila kredit yang diterimanya tidak dapat dilunasi
sesuai waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian
kredit atau addendum-nya. Agunan tersebut sangat
JAM PEMBNAS, Vol. 7 Nomor 2 Desember 2020
5
penting sebagai jalan terakhir untuk penyelesaian
kredit, apabila debitur tidak mampu memenuhi
kewajiban membayar pokok dan bunga.
Menurut Hermansyah (2013: 103) prinsip kredit
penilaian dengan 7P kredit adalah sebagai berikut
1. Personality (Kepribadian)
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya,
atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa
lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi,
tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam
menghadapi sutu masalah. Personality hampir
sama dengan character dari 5C.
2. Party
Yaitu mengklasifikasi nasabah kedalam
klasifikasi tertentu atau golongan-golongan
tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta
karakternya, sehingga nasabah dapat
digolongkan ke golongan tertentu dan akan
mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula
dari Bank. Kredit untuk pengusaha lemah sangat
berbeda dengan kredit untuk kredit pengusaha
yang kuat modalnya, baik dari segi jumlah,
bunga, dan persyaratan lainnya.
3. Purpose (Tujuan)
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam
mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang
diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit
dapat bermacam-macam apakah untuk tujuan
konsumtif, produktif, atau perdagangan.
4. Propect (Porspek Perusahaan)
Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang
akan datang apkah menguntungkan atu tidak,
atau dengan kata lain mempunyai prospek atau
sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu
fasilitas kredit yang dibiayi tanpa mempunyai
porspek, bukan hanya Bank yang rugi, tetapi juga
nasabah.
5. Payment (Pembayaran)
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah
mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari
sumber mana aja dana untuk pengembalian kredit
yang diperolehnya. Semakin banyak sumber
penghasilan debitur, akan semakin baik sehingga
jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi
oleh sektor lainnya.
6. Profitability
Untuk menganalisis bagimana kemampuan nasabah
dalam mencari laba. Profitability diukur dari
periode ke priode apakah akan tetap sama atau
semakin meningkat, apalagi dengan tambahan
kredit yang akan di perolehnya dari Bank.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang
dikucurkan oleh Bank, tetapi melalui suatu
perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan
barang atau orang jaminan asuransi.
Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit diatas,
pada dasarnya pembrian kredit oleh Bank kepada
nasabah debitur berpedoman kepada dua prinsip, yaitu
1. Prinsip Kepercayaan
Dalam hal ini dapat dikaitkan bahwa pemberian
kredit oleh Bank kepada nasabah debitur selalu
didasarkan kepada kepercayaan. Bank mempunyai
kepercayaan bahwa kredit yang diberikannya
bermanfaat bagi nasabah debitur sesuai dengan
pruntukannya, dan terutama sekali Bank percaya
JAM PEMBNAS, Vol. 7 Nomor 2 Desember 2020
6
nasabah debitur yang bersangkutan mampu
melunasi utang kredit beserta bunga dalam
jangka waktu yang telah ditentukan.
2. Prinsip Kehati-Hatian (Prudential Principle)
Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya,
termasuk pemberian kredit kepada nasabah
debitur harus selalu berpedoman dan
menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip ini
antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan
secara konsisten berdasarkan iktikad baik
terhadap semua persyaratan dan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan
pemberian oleh Bank yang bersangkutan.
Di samping penilaian dengan 5C dan 7P,
prinsip penilaian kredit dapat pula dilakukan
dengan studi kelayakan, terutama untuk kredit
dalam jumlah yang relatif besar. Adapun penilaian
kredit dengan studi kelayakan meliputi sebagi
berikut.
1. Aspek Hukum
Merupakan aspek untuk menilai keabsahan dan
keaslian dokumen-dokumen atau surat-surat
yang dimiliki oleh calon debitur seperti akt
notaris, izin usaha atau sertifikat tanah, dan
dokumen atu surat lainnya.
2. Aspek Pasar dan Pemasaran
Yaitu aspek untuk menilai porspek usaha
nasabah sekarang dan masa yang akan datang.
3. Aspek Keuangan
Merupakan aspek untuk menilai kemampuan
calon nasabah dalam membiayai dan mengelola
usahanya. Dari aspek ini akan tergambar berapa
besar biaya dan pendapatan yang akan
dikeluarkan dan diperolehnya. Penilaian aspek ini
dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.
4. Aspek Operasi/Teknis
Merupakan aspek untuk menilai tata letak ruangan,
lokasi usaha, dan kapsitas produksi suatu usaha
yang tercermin dari sarna dn prasarna yang
dimilikinya.
5. Aspek Manajemen
Merupakan aspek untuk menilai sumber daya
manusia yang dimiliki oleh perusahan, baik dari segi
kuantitas maupun segi kualitas.
6. Aspek Ekonomi/Sosial
Merupakam aspek untuk menilai dampak ekonomi
dan sosial yang ditimbulkan dengan adanya suatu
usaha terutama terhadap masyarakat, apakah lebih
banyak benefit atau cost atau sebaliknya.
7. Aspek AMDAL
Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan
yang akan timbul dengan adanya sutu usaha,
kemudian cara-cara pencegahan terhadap dampak
tersebut.
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan
tertentu. Tujuan Pemberian kredit tersebut tidak akan
terlepas dari misi Bank tersebut didirikan. Adapun
tujuan utama pemberian suatu kredit menurut Kasmir
(2013 : 94), adalah:
1. Mencari Keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari
pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama
dalam bentuk bunga yang diterima oleh Bank
sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang
dibeBankan kepada nasabah.
2. Membantu Usaha Nasabah
JAM PEMBNAS, Vol. 7 Nomor 2 Desember 2020
7
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha
nasabah yang memerlukan dana, baik dana
investasi maupun dana untuk modal kerja.
3. Membantu Pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang
disalurkan oleh pihak perBankan maka semakin
baik, mengingat semakin banyak kredit berarti
adanya peningkatan pembangunan di berbagai
sektor.
Kemudian disamping tujuan di atas suatu
fasilitas kredit memiliki fungsi diantaranya adalah
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas
uang
3. Untuk meningkatkan daya guna barang
4. Meningkatkan peredaran uang
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
6. Untuk meningkatkan kegairahan usaha
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional
Kredit bermasalah adalah pemberian suatu
fasilitas kredit mengandung risiko kemacetan.
Akibatnya, kredit tidak dapat ditagih, sehingga
menimbulkan kerugian.
Definisi kredit bermasalah menurut para ahli
Mahmoeddin, (2002:2). Kredit bermasalah adalah
kredit dimana debiturnya tidak dapat memenuhi
persyaratan yang telah diperjanjikan sebelumnya,
misalnya persyaratan mengenai pembayaran
bunga, pengambilan pokok pinjaman, peningkatan
margin deposit, pengikatan dan peningkatan
agunan, dan sebagainya.
Mantayborbir, et al, (2002:23) suatu kredit
dikatakan bermasalah karena debitur manprestasi atau
ingkar janji atau tidak menyelesaikan kewajibannya
sesuai dengan perjanjian baik jumlah maupun waktu,
misalnya pembayaran atas perhitungan bunga maupun
utang pokok.
Joyosumarno, edisi No.47, (1994:13.). Kredit
bermasalah adalah yang angsuran pokok dan bunganya
tidak dapat dilunasi selama lebih dari 2 masa angsuran
ditambah 21 bulan, atau penyelesaian kredit telah
diserahkan kepada prengadilan atau badan urusan
piutang lelang negara atau telah diajukan ganti rugi
kepada perusahaan angsuransi kredit.
Menurut Iswi (2010 : 35) bahwa “Kredit
bermasalah juga dapat diartikan kredit yang tergolong
kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit
macet”. Kasmir, (2013:109) menguraikan bahwa dalam
prateknya kemacetan suatu kredit atau kredit dianggap
bermasalah disebabkan oleh 2 unsur sebagai berikut
1. Dari pihak perBankan
Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak
analisis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya
terjadi, tidak diprediksi sebelumnya atau mungkin
salah dalam melakukan perhitungan. Dapat pula
terjadi akibat kolusi dari pihak analisis kredit
dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya
dilakukan secara subjektif.
2. Dari pihak nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat
dilakukan akibat 2 hal yaitu
a. Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini
nasabah sengaja untuk tidak membayar
kewajibanya kepada Bank sehingga kredit yang
diberikan macet. Dapat diakatan adanya unsur
JAM PEMBNAS, Vol. 7 Nomor 2 Desember 2020
8
kemauan untuk membayar.
b. Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si
debitur mau membayar akan tetapi tidak
mampu. Contohnya kredit yang dibiayai
mengalami musibah seperti kebakaran, hama,
kebanjiran dan sebagainya. Sehingga
kemampuan untuk membayar kredit tidak
ada.
Dalam hal kredit bermasalah atau macet
pihak Bank perlu melakukan penyelamatan,
sehingga tidak akan menimbulkan kerugian.
Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan
memberikan keringanan berupa jangka waktu atau
angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau
melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai
untuk membayar. Terhadap kredit yang mengalami
kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan
sehingga Bank tidak mengalami kerugian.
Menurut Ismail, (2010:12) Dalam penyaluran
kredit, tidak selamanya kredit yang diberikan Bank
kepada debitur akan berjalan dengan lancar sesuai
dengan yang diharapkan di dalam perjanjian kredit.
Secara umum ada dua faktor yang menyebabkan
kredit bermasalah, yaitu faktor internal Bank dan
faktor eksternal Bank.
1. Faktor Intern Bank
a. Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat
memprediksi apa yang akan terjadi dalam
kurun waktu selama jangka waktu kredit.
Misalnya, kredit diberikan tidak sesuai
dengan kebutuhan, sehingga nasabah tidak
mampu membayar angsuran yang melebihi
kemampuan.
b. Adanya kolusi antara pejabat Bank yang
menangani kredit dan nasabah, sehingga Bank
memutuskan kredit yang tidak seharusnya
diberikan. Misalnya, Bank melakukan over taksasi
terhadap nilai agunan.
c. Keterbatasan pengetahuan pejabat Bank terhadap
jenis usaha debitur, sehingga tidak dapat
melakukan analisis dengan tepat dan akurat.
d. Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait,
misalnya komisaris, direktur Bank sehingga
petugas tidak independen dalam memutuskan
kredit.
e. Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan
monitoring kredit debitur; dan sebagainya.
2. Faktor Ekstern Bank
a) Unsur kesengajaan yang dilakukan oleh nasabah
1) Nasabah sengaja untuk tidak melakukan
pembayaran angsuran kepada Bank, karena
nasabah tidak memiliki kemauan dalam
memenuhi kewajibannya;
2) Debitur melakukan ekspansi terlalu besar,
sehingga dana yang dibutuhkan terlalu besar.
Hal ini akan memiliki dampak terhadap
keuangan perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan modal kerja;
3) Penyelewengan yang dilakukan nasabah
dengan menggunakan dana kredit tersebut
tidak sesuai dengan tujuan penggunaan (side
streaming). Misalnya, dalam pengajuan kredit,
disebutkan kredit untuk investasi, ternyata
dalam praktiknya setelah dana kredit
dicairkan, digunakan untuk modal kerja; dan
sebagainya.
JAM PEMBNAS, Vol. 7 Nomor 2 Desember 2020
9
b) Unsur ketidaksengajaan
1) Debitur mau melaksanakan kewajiban
sesuai perjanjian, akan tetapi kemampuan
perusahaan sangat terbatas, sehingga tidak
dapat membayar angsuran;
2) Perusahaannya tidak dapat bersaing
dengan pasar, sehingga volume penjualan
menurun dan perusahaan rugi;
3) Perubahan kebijakan dan peraturan
pemerintah yang berdampak pada usaha
debitur;
4) Bencana alam yang dapat menyebabkan
kerugian debitur.
Menurut (Ismail, 2010). Baik faktor intern maupun
faktor extern menimbulkan beberapa dampak jika
kredit yang disalurkan oleh Bank, antara lain
1) Laba/Rugi Bank menurun Penurunan Laba
tersebut diakibatkan adanya penurunan
pendapatan bunga kredit.
2) Bad Debt Ratio menjadi lebih besar Rasio aktiva
produktif menjadi lebih rendah.
3) Biaya pencadangan penghapusan kredit
meningkat. Bank perlu membentuk pencadangan
atas kredit bermasalah yang lebih besar. Biaya
pencadangan penghapusan kredit akan
berpengaruh pada penurunan keuntungan Bank.
4) Return On Assets (ROA) dan Return On Equity
(ROE) menurun Penurunan laba akan memiliki
dampak pada penurunan Return On Assets,
karena Return turun, maka ROA dan ROE akan
menurun.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian merupakan suatu proses kegiatan
dalam rangka mencari, pengetahui, dengan tujuan agar
menemukan ilmu pengetahuan dengan cara yang ilmiah
dan tersusun secara sistematis. Menurut Sugiyono
(2011:13), Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
datanya adalah data kualitatif sehingga analisisnya juga
analisis kualitatif (deskriptif). Data kualitatif adalah data
dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar. Oleh sebab itu
penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif
menekankan analisis proses dari proses berpikir secara
induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan
antar fenomena yang diamati,dan senantiasa
menggunakan logika ilmiah. Gunawan (2014 : 80).
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai
Bank Sumut Cabang Gunungsitoli, yang berjumlah 24
orang sudah termasuk pegawai bagian kredit 4 (empat)
orang. Karena jumlah subjeknya kurang dari 100 orang,
maka dengan demikian sampel penelitian yang
digunakan penulis adalah dari 24 orang pegawai Bank
Sumut Cabang Gunungsitoli, maka yang diwawancarai
terkait judul penelitian berjumlah 6 orang.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Menurut
Sunyoto (2016:21), mengatakan bahwa “Data primer
adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti
untuk menjawab masalah penelitiannya, sedangkan data
sekunder adalah yang bersumber dari catatan yang ada
pada tempat penelitian, dan dari sumber lainnya yaitu
dengan mengadakan studi kepustakaan dengan
mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan
objek penelitian”.
Menurut Sugiyono (2013:225), menyatakan
bahwa: “teknik pengumpulan data dapat dilakukan
JAM PEMBNAS, Vol. 7 Nomor 2 Desember 2020
10
dengan pengamatan (observation), wawancara
(interview), angket (kuesioner), dokumentasi, dan
gabungan keempatnya”.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini, yakni
a. Wawancara (Interniewer), teknik pengumpulan
data dengan wawancara tidak terstruktur bersifat
luwes dan terbuka. Wawancara tidak terstruktur
dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan
dengan wawancara terstruktur karena dalam
melakukan wawancara dilakukan secara alamiah
untuk menggali ide dan gagasan informan secara
terbuka dan tidak menggunakan pedoman
wawancara. Sugiyono (dalam Gunawan,
2014:163).
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis interaktif. Model ini
ada tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam
menganalisis data penelitian kualitatif. Langkah-
langkah analisis data menurut Miles et. al. (dalam
Gunawan, 2014 : 310-211), adalah sebagai berikut
1. Reduksi data (data reduction), yaitu merupakan
kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan
mencari tema dan polanya.
2. Paparan data (data display), yaitu pemaparan
data sebagai sekumpulan informasi tersusun,
dan memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulanan pengambilan tindakan.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
(conclusion drawing/verifying) yaitu merupakan
hasil penelitian yang menjawab fokus
penelitian berdasarkan analisis data. Simpulan
disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian
dengan berpedoman pada kajian penelitian.
Berdasarkan model analisis interaktif, kegiatan
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan /verifikasi merupakan proses
siklus dan interaktif.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli beralamat di
jalan Hatta No. 1, Kelurahan Pasar Kecamatan
Gunungsitoli Kota Gunungsitoli., Sumatera Utara.
Pada sejarahnya Bank Pembangunan Daerah Sumatera
Utara disingkat BPDSU di didirikan di Medan pada
tanggal 04 November 1961 dalam bentuk Perusahaan
Daerah (PD) berdasarkan Akta Notaris Rusli Nomor
22 dengan sebutan BPDSU. Pada tahun 1962 tentang
ketentuan pokok Bank pembangunan daerah dan sesuai
dengan peraturan daerah tingkat 1 Sumatera Utara
Nomor 5 Tahun 1965 bentuk usaha diubah menjadi
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Modal dasar pada
saat itu sebesar 100 juta dan sahamnya dimiliki oleh
daerah tingkat I Sumatera Utara dan pemerintah daerah
tingkat II Sumatera Utara. Sejalan dengan program
rekapitulasi bentuk hukum BPDSU tersebut harus
diubah dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan
Terbatas (PT) agar saham Pemerintah Pusat dapat
masuk untuk mengembangkan dan di kemudian hari
saham pihak ketiga dimungkinkan dapat masuk atas
persetujuan DPRD tingkat I Sumatera Utara sehingga
berdasarkan hal tersebut maka pada tahun 1999 bentuk
hukum BPDSU dirubah menjadi Perseroan Terbatas
dengan nama PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera
JAM PEMBNAS, Vol. 7 Nomor 2 Desember 2020
11
Utara atau disingkat PT Bank SUMUT yang
berkedudukan dan berkantor pusat di Medan Jalan
Imam Bonjol No. 18 Medan.
Perubahan tersebut dituangkan dalam akta
pendirian Alina Hanum Nasution, S.H. dan telah
mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dibawah nomor C- 8224 HT.0
1.01.99, serta diumumkan dalam berita Negara
Republik Indonesia Nomor 54 tanggal 6 Juli 1999.
Modal dasar pada saat itu menjadi 400 miliar rupiah
yang selanjutnya dengan pertimbangan kebutuhan
proyeksi pertumbuhan Bank di tahun yang sama
modal dasar kembali ditingkatkan menjadi 500
miliar. Sesuai dengan akta Nomor 39, tanggal 10
Juni 2008 yang dimuat dihadapan H. Marwansyah
Nasution, S.H. notaris di Medan berkaitan dengan
akta penegasan Nomor 05, tanggal 10 November
2008 dan telah mendapat pengesahan dari Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
sebagaimana dinyatakan dalam Surat Keputusan
Nomor AHU- 87927. AH.01.02 tahun 2008 tanggal 20
November 2008 dan telah beberapa kali mengalami
perubahan. Hal ini telah diumumkan dalam
tambahan berita Negara Republik Indonesia Nomor
10, tanggal 3 Februari 2009, maka modal dasar
ditambahkan dari 500 miliar menjadi Rp. 1 triliun
anggaran dasar terakhir sesuai dengan Akta Nomor
16, tanggal 29 Oktober 2010, Akta Notaris No. 03,
tanggal 6 Desember 2010 mengenai pernyataan
keputusan rapat yang dibuat dihadapan Afrizal
Arsyad Hakim, S.H. notaris di Medan yang telah
mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Nomor AHU-AH 01-043350,
tanggal 10 Februari 2011. Anggaran Dasar terakhir
sesuai dengan akta Nomor 12, tanggal 18 Mei 2011 dari
notaris Afrizal Arsyad Hakim, S.H. mengenai
pernyataan keputusan rapat PT Bank Pembangunan
Daerah Sumatera Utara perubahan anggaran dasar ini
telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sebagaimana
dinyatakan dalam Surat Keputusan Nomor AHU-33566,
AHU.01.02 tahun 2011 tanggal 5 Juli 2011 dimana modal
dasar mengalami perubahan dari Rp. 1 triliun menjadi
Rp. 2 triliun.
PT Bank SUMUT awalnya merupakan Bank Non Devisa
yang kantor pusatnya pertama kali beralamatkan di
Jalan Palang Merah No. 6, menyewakan ruko milik
Sultan Negara pada tahun 1962 namun Bank SUMUT
berdasarkan persetujuan Bank Indonesia telah
meningkatkan status menjadi Bank Umum Devisa yang
diresmikan (launching) pada tanggal 7 September 2012
oleh pelaksana tugas gubernur Sumatera Utara di
gedung kantor pusat Bank SUMUT. Dari tahun ke tahun
PT Bank SUMUT mengalami peningkatan aset sehingga
untuk per 31 Desember 2013 aset PT Bank SUMUT
adalah sebesar Rp. 21.495 miliar.
Hasil analisis data dalam penelitian kualitatif teknik
analisis interaktif dilakukan bersamaan dengan
pengumpulan data-data yang diperoleh langsung
dengan bantuan form interview dan recorded. Rentang
waktu wawancara 06 Juni - 07 Juli 2020 di kantor PT
Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli.
Pertanyaan: (1, 2, 3, dan 4) Siapakah yang berhak
mengajukan kredit, menjadi nasabah kredit, yang
diprioritaskan untuk mendapatkan pelayanan kredit
dan yang mendominasi pengambilan pinjaman kredit di
JAM PEMBNAS, Vol. 7 Nomor 2 Desember 2020
12
Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli?
Berlian (Analisis Kredit Angsuran Lainnya) “bahwa
nasabah kredit adalah setiap orang yang telah cakap
hukum dan setiap orang yang telah memiliki usaha
penghasilan tetap yang akan dijadikan sumber
pengembalian kredit. Baik pengusaha wiraswasta
atau pegawai swasta dapat mengajukan
peminjaman kredit dan semua nasabah
diperlakukan sama meskipun yang menjadi nasabah
kredit di Bank SUMUT saat ini lebih didominasi
oleh PNS.
Pertanyaan: (5, 6, 7, dan 8) Seputar agunan yang
digunakan sebagai jaminan dalam peminjaman
kredit dan jangka waktu serta alasan penolakan
kredit oleh pihak Bank SUMUT
Risno (Analisis Kredit Usaha Rakyat) “alasan pihak
Bank SUMUT menolak pengajuan kredit dari calon
nasabah apabila usaha tidak layak, karakter calon
nasabah tidak baik, pernah mempunyai kredit
macet, agunan yang digunakan tidak cukup
memadai atau tidak memiliki nilai dan lokasi
nasabah susah dijangkau.”
Pertanyaan : (9, 10, 11, 12, 13, 14, dan 15) Seputar
bagaimana proses penagihan kredit kendala
penyebab kredit bermasalah dan nasabah yang lebih
dominan mengalami kredit bermasalah dan
penanganannya di oleh Bank SUMUT Cabang
Gunungsitoli.
Dian (Analisis Kredit Permaisuri) “penyebab kredit
bermasalah jika angsuran nasabah tidak terbayar
maka terkadang pihak Bank mengalami kesulitan
untuk meminta angsuran kepada pihak nasabah
karena suatu hal. Biasanya ini didominasi oleh Non-
PNS sebab pengusaha wiraswasta terkadang tidak
mendapatkan keuntungan dalam penjualannya
sehingga menjadi penghambat untuk menutupi
angsuran kreditnya setiap bulan, PNS ada juga yang
mengalami kredit bermasalah dan pihak Bank
SUMUT tentu dapat mengatasi kredit bermasalah
karena setiap perBankan pasti punya cara atau
solusi masing-masing untuk menyelesaikan yang
namanya kredit bermasalah.”
Risno (Analisis Kredit Usaha Rakyat) “proses
penagihan kredit bermasalah maka pihak Bank SUMUT
melakukan pendekatan persuasif, kunjungan rutin
memberikan surat peringatan, memasang plang pada
objek agunan dan terakhir melelang agunan sedangkan
kendala yang dihadapi seperti tidak ditemukan di
lokasi, dan nasabah yang tidak kooperatif dan pihak
Bank juga sering mendapat masalah dan sering
mengalami contohnya masalah pemahaman tentang
kredit, masalah ketidaklayakan usaha, masalah
kebutuhan yang tidak sesuai, masalah lokasi nasabah,
dan lain-lain. Kredit bermasalah ini biasanya non PNS
walaupun ada juga PNS karena meninggal dunia, PHK
kasus hukum dan yang non PNS biasanya karena
menurunnya omset usaha.”
Darni (Karyawan) “proses penagihan kredit bagi
nasabah yang memiliki kredit bermasalah yakni melalui
kunjungan melalui surat pemberitahuan dan via
telepon. Setiap melakukan penagihan pihak Bank
SUMUT juga mendapat kendala dan masalah hal ini
terjadi karena usaha nasabah tidak berkembang dan ini
lebih dominan adalah yang non PNS sedangkan PNS
ada juga sebagian dan penanganan oleh pihak Bank
berbeda-beda.”
Pertanyaan: (16, 17, 18, 19, 20 dan 21) Seputar sanksi
tunggakan kredit pelunasan hutang, sistem
penghapusan dan penyitaan oleh Bank SUMUT cabang
Gunungsitoli.
Risno (Analisis Kredit Usaha Rakyat) “bagi PNS bila
menunggak diberikan surat peringatan sedangkan non
PNS dibuat palang agunan sampai dilelang, asuransi
tidak semua nasabah diberlakukan misalnya kalau PNS
wajib diasuransikan sedangkan non PNS tidak wajib bila
yang bersangkutan meninggal dunia bagi PNS dianggap
lunas. Apabila segala persyaratan dipenuhi tepat waktu
sedangkan untuk non PNS apabila di awal perjanjian
diasuransikan dan persyaratan dipenuhi tepat waktu
bila kredit tidak dilunaskan pada saat jatuh tempo maka
pihak Bank akan melakukan pelelangan agunan dan
apabila sudah dilakukan pelelangan agunan maka
hutang atau kredit nasabah otomatis dianggap lunas.”
Berlian (Analisis Kredit Angsuran Lainnya) “bagi
keterlambatan pembayaran angsuran kredit tentunya
dikenakan sanksi berupa denda dan untuk klaim
asuransi berbeda-beda tergantung fasilitas kredit yang
diterima, pelelangan dilakukan apabila sudah masuk
pada tahap kredit macet dan sistem penghapusan
JAM PEMBNAS, Vol. 7 Nomor 2 Desember 2020
13
kreditnya dilakukan dengan cara lelang dengan
demikian kewajiban nasabah telah terpenuhi maka
kredit nasabah akan ditutup.”
Pertanyaan : (22, 23, 24, 25 dan 26) Dampak kredit
bermasalah penyelesaiannya penyebab konkrit dari
kredit bermasalah di Bank SUMUT Cabang
Gunungsitoli.
Ferry (Seksi Pemasaran) “dalam proses kredit
pemeriksaan berkas pengajuan kredit terlebih
dahulu diperiksa dan diteliti oleh pihak analisis
kredit. Bagi PNS lebih mudah pengurusannya.
Masalah risiko Bank tidak berpengaruh pada
bencana alam atau kebakaran, kreditur tersebut
harus melunasi pinjamannya di Bank tidak ada
toleransi kecuali ada kebijakan pusat dengan
pemerintah contoh waktu gempa di Nias maka ada
kebijakan dari pemerintah pusat bahwa Nias dan
Aceh dihapus semua utang APR-nya dan itu
biasanya harus dilihat dulu bila itu dilakukan
apakah tidak berimbas pada keuangan Bank, dan
sekarang ada asuransi kebakaran sedangkan
bencana alam tidak ada biasanya itu opsional tidak
ada paksaan dan nasabah yang mengalami kredit
bermasalah atau kredit macet kita hanya mencapai
7% tidak sampai 50% kalau sudah sampai 50%
berarti Bank tidak sehat, memang ada juga
beranggapan kalau 5% uangnya tidak sehat kredit
bermasalah 7% ini bisa diatasi karena manajemen
risiko nya jalan dengan adanya asuransi. Unsur
kelalaian dan kesengajaan dari nasabah ada juga
sehingga kredit yang bersangkutan tertunda
misalnya pindah instansi tapi tidak melapor
sehingga yang bersangkutan menerima gaji penuh
di tabungannya dampak kredit macet tidak
berpengaruh pada modal tetapi berpengaruh pada
laba karena laba tergerus, ambang batas nya tidak
boleh lebih dari 10% dan itu yang berlaku di Bank
SUMUT.
Hasil pembahasan faktor-faktor yang
mempengaruhi kredit bermasalah pada Bank
SUMUT Cabang Gunungsitoli.
A. Faktor Internal
1. Analisis kurang tepat
Nasabah kredit di Bank SUMUT cabang
Gunungsitoli adalah CPNS/PNS dan non PNS,
wiraswasta dan pengusaha juga dapat
mengajukan kredit apabila telah memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku. Nasabah peminjam
kredit saat ini lebih didominasi oleh PNS. Dalam
melakukan analisis kredit Bank SUMUT memiliki
4 orang karyawan analisis kredit yang melakukan
analisis terhadap setiap masalah nasabah yang
hendak melakukan peminjaman kredit sesuai
dengan jenis kredit yang dibutuhkan.
2. Kolusi
Setiap pengajuan kredit khususnya swasta atau
pengusaha, pihak Bank SUMUT selalu melakukan
survei sebelum memutuskan pencairan kredit
kepada nasabah dan terkadang ada oknum
pegawai Bank yang tidak profesional
menjalankan tugasnya sehingga banyak usaha
yang tidak wajar atau tidak layak untuk
mendapatkan pinjaman kredit namun diloloskan
untuk mendapatkan kredit. Agunan kredit
berdasarkan jenis pinjaman yang diajukan dan
jangka waktu tergantung keinginan dari nasabah
agunan dapat berupa SK pegawai bagi CPNS atau
PNS dan pegawai swasta, sertifikat hak milik atas
tanah dan bangunan. Pihak Bank dapat menolak
pengajuan kredit apabila tidak ada jaminan kredit
dari nasabah atau usaha yang tidak layak, pada
dasarnya calon debitur harus memenuhi
persyaratan dan ketentuan dari pihak Bank
SUMUT dalam mengajukan dalam mengajukan
pinjaman kredit.
3. Keterbatasan pengetahuan
JAM PEMBNAS, Vol. 7 Nomor 2 Desember 2020
14
Dampak kerugian bukan pada perputaran
modal melainkan pada laba yang terkuras
akibat kredit bermasalah dan setelah melalui
beberapa fase keputusan akhir dalam
mengatasi kredit bermasalah ini yaitu dengan
melakukan penyitaan atau pelelangan
terhadap aset yang dijadikan agunan oleh
nasabah pada saat melakukan perjanjian
kredit dengan pihak Bank SUMUT.
4. Intervensi
Pihak Bank SUMUT memberikan sanksi
berupa denda dan sanksi administrasi melalui
proses kunjungan surat peringatan dan
konfirmasi via telepon untuk mengingatkan
nasabah dalam pembayaran angsuran kredit
yang masih menunggak intervensi kadang
terjadi bila antara kreditur dan debitur ada
hubungan kekeluargaan misalnya kreditur
mengizinkan debitur untuk melakukan
penunggakan pembayaran atau dengan
pemberian dispensasi bunga.
5. Kelemahan monitoring
Dampak dari kredit bermasalah berimbas
pada kerugian Bank dan terkadang
penyelesaian ditempuh melalui jalur hukum
monitoring tetap dilakukan dengan adanya
kontrol internet maka pengawasan pada
bagian kredit dapat diperketat.
B. Faktor Eksternal
1. Unsur kesengajaan
Yang lebih dominan mengalami kredit
bermasalah adalah non PNS atau
wiraswasta (pengusaha). Hal ini
disebabkan karena kegagalan dalam
mengembangkan usaha atau mengalami
kebangkrutan sedangkan untuk PNS adanya
kredit bermasalah karena kelalaian atau
terlibat dalam kasus hukum misalnya kasus
korupsi dan kriminalitas lainnya dan ada juga
karena tidak melaporkan diri pada saat mutasi
atau pindah instansi kerja
2. Unsur ketidaksengajaan
Di sisi lain penyebab kredit bermasalah karena
kelalaian nasabah melunasi pinjamannya dan
ada juga karena faktor bencana alam atau
kebakaran namun hal ini bisa diantisipasi
dengan adanya asuransi, hanya saja tidak
semua nasabah khususnya wiraswasta atau
pengusaha mau diasuransikan sedangkan bagi
CPNS atau PNS wajib diasuransikan sesuai
ketentuan yang berlaku.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Secara umum Bank SUMUT sudah melakukan
survey dalam setiap proses pengajuan kredit oleh
nasabah berdasarkan Standar Operasi Prosedur
yang berlaku. Hal ini lebih ditekankan bagi
wiraswasta atau pengusaha.
2. Kredit bermasalah pada Bank SUMUT pernah
mencapai 7% namun tidak melebihi ambang
batas 10%, sesuai dengan ketentuan Bank
SUMUT masih dalam kategori Bank Sehat.
3. Pada dasamya faktor internal penyebab kredit
macet karena adanya pegawai yang kurang
profesional dalam melakukan survey maupun
JAM PEMBNAS, Vol. 7 Nomor 2 Desember 2020
15
dalam menganalisa calon debitur (nasabah).
4. Faktor external penyebab kredit bermasalah
adalah bencana alam dan kebakaran dan
juga faktor kelalaian atau unsur kesengajaan
dari pihak debitur itu sendiri.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka dapat
diberikan saran-saran berikut
1. Pihak Bank SUMUT disarankan melakukan
survey misalnya kondisi keuangan yang
bersangkutan apakah mampu untuk membayar
angsuran tiap bulannya atau tidak.
2. Baiknya pihak Bank SUMUT dalam
menentukan agunan diupayakan melihat
kondisi dan kemampuan ekonomi pihak debitur
sehingga pinjaman yang diberikan tidak
melebihi batas kewajaran yang membuat
debitur akhimya tidak mampu membayar
angsuran kreditnya.
3. Melihat kondisi kredit bermasalah sampai 7%
mendekati 10% ada baiknya pihak Bank SUMUT
berupaya menimalisir ada kredit bermasalah
sehingga dampaknya pada laba tidak terguras.
4. Untuk mengantisipasi kerugian yang
diakibatkan oleh bencana alam ataupun
kebakaran khususnya bangunan atau barang
berharga lainnya yang dijadikan jaminan kredit
oleh debitur ada baiknya pihak Bank SUMUT
tetap menawarkan atau bahkan mewajibkan
Debitur untuk ikut asuransi setidaknya
agunannya diasuransikan.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Anita. 2009. Analisis Kredit Macet pada PT,BPR
Restu Klaten Makmur. Skripsi. Fakultas Ekonomi:
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.
Teori dan Praktek. Bumi Aksara, Jakarta.
Hermansyah.2013. Hukum PerBankan Nasional
Indonesia. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta.
Ikatan Bankir Indonesia, 2015. Bisnis Kredit PerBankan.
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Ismail. 2010. Manajemen PerBankan : Dari Teori Menuju
Aplikasi.: Kencana. Jakarta.
Iswi Hariyani. 2010. Restrukturisasi & Penghapusan
Kredit Macet, PT. Elex Media Komputindo.
Jakarta.
Joyosumarno Subarjo, 1994. Upaya-upaya kreditur
Indonesia dan perBankan dalam menyelesaikan
kredit bermasalah. Majalah pengembangan
perBankan. edisi No.47
Kasmir. 2013. Dasar-Dasar PerBankan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Mahmoeddin, 2002. Melacak kredit bermasalah. Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta.
Mantayborbir, S. et al, 2002. Hukum Piutang Dan
Lelang Negara Di Indonesia. Pustaka Bangsa.
Medan.
Sembiring, Sentosa, 2014. Hukum Asuransi, Nuansa
Mulia, Bandung,
Sugiyono,2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R&D. Penerbit Alfa Beta, Bandung.
-------------,2011. Metode Penelitian Administrasi
dilengkapi dengan Metode R&D. Penerbit Alfa
Beta, Bandung.
Sunyoto Danang, 2016. Metodologi Penelitian
Akuntansi, Cetakan Kedua. Maret 2016. Penerbit
PT. Refika Aditama, Bandung.
JAM PEMBNAS, Vol. 7 Nomor 2 Desember 2020
16
Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun
1998