edisi xlvi / april - juni| 2019 s seputar informasi bina

32
Si BiMa Seputar informasi Bina Marga dan Penataan Ruang Jalan Mantap, Ekonomi Lancar Edisi XLVI / April - Juni| 2019 UPAYA MENGUBAH “TEMPAT SAMPAH RAKSASA”

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

siBiMaSeputar informasi Bina Marga dan Penataan Ruang

Jalan Mantap, Ekonomi Lancar

Edisi XLVI / April - Juni| 2019

UPAYA MENGUBAH “TEMPAT SAMPAH RAKSASA”

Pengarah:Kepala Dinas Bina Marga dan

Penataan RuangA. Koswara

Penanggung jawab:Sekretaris Dinas Bina Marga dan

Penataan RuangDrs. Satrio, M.Si.

Pemimpin Redaksi:Sekretaris Dinas Bina Marga dan

Penataan RuangDrs. Satrio, M.Si.

Sekretaris:Kepala Sub Bagian Kepegawaian

dan UmumRahayu K. Soewignya, SE

Redaktur Pelaksana:Adnan Guntara, ST., MT

M. Aswal, ST., MT.Hendra Wardhana, ST., MT.

Koresponden/Fotografer:Galih

Narasumber:Ir. Barmansyah Bursjah M.Si.

Ir. Gumilang, MT. Drs. Satrio, M.Si.

Ir. Agus Hendrarto, MM.Yongga Bhakti, ST., MT.Agus Budiono, ST., MM.

Agus Salim ST., MT. Aseng Supriatna, ST., M.Si.

Sirkulasi/Umum:Endang Cahyana, Hari A. Sumirat

Operator Komputer:Andri S.

Alamat Redaksi:Jl. Asia Afrika no. 79 Bandung.

Telp. (022) 423 1602 (022) 423 1603 e-mail redaksi:

[email protected]

IN BOX

peristiwaURC Bima SaktiKonektivitas Transportasi Terintegrasi18Jalan Sudah MantapKonektivitas Harus Meningkat20

Ramadhan Melatih Kepemimpinan23

Bersinergi Catatkan Rekor ORI22

Raih Kemuliaan dengan Mendirikan Shalat dan Membaca Al Quran23Porpemprov XVII DBMPR Jabar Sapu Bersih Medali Golf24

laporan utama

Upaya Mengubah“Tempat Sampah Raksasa”4Pokja ViSi Pengendali Aksi7Sobek : Skema Pemodelan Banjir9Buka-Bukaan Pertanggungjawaban Di Ruang Pameran10Semua Stakeholder TerlibatJabar Juara Makin Cepat13Sinergi Dan KolaborasiBangun Jalan Rapi Jali16

sejenakPascalebaran, Mampukah Hikmah Ramadhan Tidak Bubaran?30

wawasan

Melalui Aplikasi “Ritme” Kinerja Pegawai Terdeteksi28

MenelisikGaris Sempadan Jalan26

Lensa27

mang bima

Tinggal Benerna3

Mang BiMa ngageuing

3SiBiMa | April - Juni 2019

“H AMPURA Broh, sayah loba kasalahan jeung dosa ka didinya, boh nu dihaja oge nu teu dihaja,” ceuk Mang Bima bari sasalaman terus nangkeup Si Abroh.

“Sami-sami, Bim. Sawangsul na sayah ge maaf lahir batin, pasti loba kasalahan, dosa, sok sering suudzon ka didinya teh,” jawab Si Abroh bari ngusapan tonggong Mang Bima.

“Hayu urang muka lembaran baru nu bersih ayeuna mah, tapi bukan hanya di kehidupan nyata sehari-hari, tapi juga dalam lembaran-lembaran halaman dunia maya atau media sosial. Nu geus kotor ku sagala macam caci maki, nyinyiran, fitnah, suudzon, hoax, jeung loba sagala macam kagorengan,” Mang Bima ngomong panjang, bari narima leungeun babaturan na nu rek sasalaman.

“Heueuh bener, Bim. Kahiji , ayeuna urang geus boga pamingpin Indonesia nu anyar kapilih lewat proses pemilu. Kaduana, urang geus lewat bulan penuh ampunan jeung barokah, maenya rek dikotoran deui,” Si Abroh mairan.

“Sekarang mah mari kita saling bergandengan tangan, patarema leungeun, hirup sauyunan, gotong royong, bekerja lagi, melayani lagi. Membangun kehidupan yang baik untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Eta lin tujuan kabeh manusa,” Mang Bima ngomong rada teges.

“Enya atuh, rek naon deui urang teh. Pamingpin geus kapilih, tinggal kabeh nitenan naon nu rek dikerjakeun na, naon program na, kumaha strategi na. Progam na nguntungkeun sakabeh rakyat henteu, terutama rakyat miskin. Lamun nguntungkeun kabeh rahayat, nya urang sokong. Tapi mun ngan nguntungkeun golongan na wungkul, tah mun kitu urang ‘sintreuk’ ku sarerea,” ceuk Si Abroh, bari pepeta nyintreuk ceuli sorangan.

“Satujuh, broh,” Mang Bima ngomong bari mere jempol 2 hareupeun beungeut Si Abroh.“Lain satujuh hungkul Bim. Kita juga harus bekerja dan melayani yang bener. Ulah cuma bisa kritik,

tetapi diri sendiri juga cawadeun batur, goreng gawe,” tempas Si Abroh.“Siap , Broh! Sayah akan meningkatkan kinerja dalam bekerja dan melayani, asal penghasilan atawa

gajih disesuaikan alias naek,” ceuk Mang Bima bari ngabelehem.“Ah ….. maneh mah sagala teh sok goreng tungtungna. Urusan nu kitu mah, pasti na ge nu boga

hadas pasti merhatikeun. Tapi tong poho syukuri nu ayeuna katarima. Urang teh jadi ASN alias PNS geus Alhamdulillah. Sabab di luar loba keneh jelema nu harayang arasup jadi PNS. Urang teh jelema pilihan nu bisa ngelehkeun ribuan, bahkan jutaan saingan,” ceuk Si Abroh.

Mang Bima tungkul bari ngurut dada. “Bener urang teh jelema pilihan, ngan tinggal bener na, nunjukkeun kinerja nu hade sebagai tanda syukur,” gerentes na.

TINGGAL BENERNA

4 April - Juni 2019 | SiBiMa

LAPORAN UTAMA

UPAYA MENGUBAH “TEMPAT SAMPAH RAKSASA” DK

5SiBiMa | April - Juni 2019

T AHUN 2007, masyarakat Indonesia, khususnya Jawa Barat, dikejutkan dengan pernyataan harian Washington Post yang menyebut Sungai Citarum

sebagai sungai paling tercemar di dunia. Predikat ini tak lepas dari laporan dua aktivis lingkungan dari makechange.world, Gary dan Sam Bencheghib, yang sudah mencoba menelusuri beberapa area Sungai Citarum. Bahkan keduanya sempat melihat seberapa parah tingkat pencemaran yang ada di Sungai Citarum. Sungai Citarum tak ubahnya “tempat sampah raksasa terpanjang dan terkotor sedunia”.

Tahun 2013, Sungai Citarum kembali masuk sebagai 10 Most Polluted Places in The World menurut organisasi lingkungan Green Cross Swiss dan organisasi nirlaba Blacksmith Institute International. Kedua organisasi ini menyampaikan dalam laporan tahunannya, sekitar 200 juta jiwa di dunia telah terkena polusi beracun, salah satunya dari Sungai Citarum, hingga menyebabkan berbagai risiko kesehatan, termasuk kanker. Hal ini sangat miris, mengingat sebagian Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum merupakan wilayah permukiman penduduk. Jutaan warga menggantungkan hidupnya pada sungai sepanjang 297 km ini.

Sungai terpanjang di wilayah Provinsi Jawa Barat ini memiliki nilai sejarah serta sudah melekat dengan kehidupan ekonomi dan sosial warga di sekitarnya. Berdasarkan data Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung (BPDASHL) Citarum Ciliwung, luas seluruh DAS Citarum mencapai 721.945,66 hektar. DAS ini penting, karena menjadi sumber 80% kebutuhan air minum penduduk DKI Jakarta. Sungai Citarum pun menjadi penyedia air irigasi bagi 420 ribu hektar area persawahan di wilayah Cianjur dan Karawang. Sungai Citarum juga menjadi penyangga energi listrik sebanyak 1.888 Mega Watt untuk Jawa dan Bali, dengan tiga waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dibangun di alirannya, yaitu Saguling, Cirata, dan Jatiluhur.

Sumber mata air Citarum berasal dari tujuh mata air di lereng Gunung Wayang yang membentuk danau buatan bernama Situ Cisanti, di Desa Cibeureum, Kertasari, Kabupaten Bandung. Namun, beberapa anak sungai dari wilayah di sekitarnya menyatukan alirannya ke Sungai Citarum, seperti Cikapundung, Cibeet, Cisangkuy, dan lain-lain. Alirannya mengarah ke arah barat, melewati Majalaya dan Dayeuhkolot, berbelok ke arah barat laut dan utara, menjadi perbatasan Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Bandung Barat. Kemudian melewati Kabupaten Purwakarta dan terakhir Kabupaten Karawang (batas dengan Kabupaten Bekasi). Sungai Citarum lalu bermuara di ujung Karawang.

Perubahan Citarum mulai terlihat pada paruh kedua dasawarsa 1980-an, sejak industrialisasi gencar dilakukan di sekitar DAS Citarum. Data dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menyebutkan, sekitar 2.800 pabrik berdiri di DAS Citarum dan sebagian besar membuang limbah produksinya ke Sungai Citarum atau anak-anak sungai yang mengalir ke Sungai Citarum. Sekitar 280 ribu ton cemaran limbah cair per hari masuk ke aliran

Sungai Citarum, ditambah ribuan ton sampah domestik rumah tangga yang dibuang ke Sungai Citarum.

Kerusakan Sungai Citarum pun tak hanya terjadi di area tengah. Wilayah hulu sungai yang rimbun mulai berganti menjadi perkebunan dan ladang palawija, sehingga hutan dan kawasan resapan air di hulu hilang secara masif. Akibatnya, laju aliran permukaan (run off) terjadi, dan menghasilkan sedimentasi tinggi. Penggundulan hutan yang berlangsung pesat di wilayah hulu serta area tengah sungai yang dicemari limbah industri dan sampah warga membuat kondisi Sungai Citarum kian memprihatinkan hingga area hilir.

Tahun 1986, banjir besar melanda wilayah sepanjang Bandung Selatan, karena Sungai Citarum meluap. Pemerintah membuat proyek normalisasi Sungai Citarum dengan mengeruk, melebarkan, bahkan meluruskan alur sungai yang berkelok. Sayangnya, proyek ini tidak membuahkan hasil, karena tak ada perubahan perilaku warga sekitar. Citarum masih menjadi lokasi pembuangan sampah domestik, plastik hingga limbah industri, sehingga sungai pun bertambah buruk, sempit dan dangkal, penuh sampah hingga airnya pun berwarna hitam pekat. Tahun-tahun selanjutnya, program normalisasi Sungai Citarum hanya menjadi ritual musiman yang tidak membawa perubahan berarti.

Program Citarum HarumAKHIR tahun 2017, Panglima Daerah Militer (Pangdam) III

Siliwangi saat itu, Mayjen Doni Monardo, menginisiasi Program Citarum Harum, yang tujuannya ingin mengembalikan fungsi sungai dan menyelesaikan masalah Citarum dari area hulu hingga hilir. Ia yang belum lama dilantik menjadi Pangdam III Siliwangi merasa heran, mengapa Sungai Citarum dari tahun ke tahun tidak ada perubahan, bahkan semakin memprihatinkan kondisinya.

Doni menginstruksikan operasi “perang” melawan pencemaran Sungai Citarum dan bertekad menjadikan sungai ini kembali harum. Ia pun menginstruksikan untuk menangkap pengelola pabrik yang masih membuang limbah ke Sungai Citarum. Data dari Satuan Tugas (Satgas) Citarum mencatat, lebih dari 31 pabrik diduga membuang limbang tanpa melewati Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL).

Adapun Satgas Citarum Harum dari kalangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) terdiri dari total 7.100 personel gabungan. Satgas ini dipimpin langsung Komandan Satgas dan dibagi dalam 22 Sektor. Namun, setelah Program Citarum Harum dicanangkan, Presiden Joko Widodo menunjuk langsung penanggung jawab kegiatan ini, yakni Menteri

Berstatus sebagai sungai terpanjang di Jawa Barat , Citarum menjadi landmark alam

tersendiri bagi Provinsi Jawa Barat. Sayangnya, sungai yang membentang 297 km dari lereng

Gunung Wayang hingga bermuara di ujung Karawang ini dicap sebagai sungai terkotor

sedunia.

6 April - Juni 2019 | SiBiMa

Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan. Meski begitu, program ini tetap melibatkan TNI dan elemen-elemen masyarakat lainnya.

Pada 22 Februari 2018, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 15 tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Ekosistem Daerah Aliran Sungai Citarum, dengan pencanangan Program Citarum Harum di Situ Cisanti. Program ini merupakan program strategis dari pemerintah pusat yang melibatkan seluruh elemen pemerintahan seperti kementerian, pemerintah daerah serta TNI untuk berpartisipasi dalam merevitalisasi kerusakan DAS Citarum.

Program Citarum Harum rencananya akan dijalankan selama tahun dari tahun 2019-2025, hingga air di Sungai Citarum mampu memenuhi standar baku mutu dari Kementerian Lingkungan Hidup dan layak untuk dikonsumsi. Untuk itu, aliran Citarum dibagi menjadi 22 sektor. Setiap sektor koordinasinya dipimpin seorang perwira berpangkat kolonel. Komunikasi dibangun dengan berbagai pihak, termasuk lembaga/kementerian, akademisi, mahasiswa, komunitas, ulama, budayawan, media, dan aktivis.

Jauh sebelum ada program “Citarum Harum”, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah berulang kali menjalankan program rehabilitasi untuk sungai terpanjang di Jawa Barat itu. Pada periode 2000-2003, pernah ada program “Citarum Bergetar”. Kata “bergetar” singkatan dari bersih, geulis (cantik dalam bahasa Sunda), dan lestari. Program Citarum Bergetar berfokus pada pengendalian pemulihan konservasi dan pemberdayaan masyarakat. Namun program ini belum optimal mengatasi pencemaran di sungai yang menghidupi setidaknya 27,5 juta jiwa warga Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Masalah Sungai Citarum kian kompleks. Mulai dari deforestasi hutan di area hulu, sampah yang tak terangkut tiap hari, kotoran manusia dan ternak, ratusan ribu ton limbah industri per hari, hingga persoalan tata ruang di hulu dan sepanjang bantaran sungai.

Pemprov Jabar kembali mencanangkan program pemulihan pada tahun 2013 dengan nama “Citarum Bestari”, akronim dari bersih, sehat, indah, lestari. Lewat Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 75 Tahun 2015, gerakan Citarum Bestari resmi diluncurkan. Anggaran sekitar Rp 80 miliar pun disiapkan demi memuluskan jalan menggapai target tahun 2018 air Sungai Citarum bisa diminum langsung.

Dan terakhir, Sungai Citarum yang kembali populer dengan predikat sungai terkotor lagi-lagi membuat pemerintah bereaksi dengan menerbitkan program baru “Citarum Harum”. Sumber Pendanaan kegiatan program ini, menurut Kepala Dinas Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) A. Koswara MP, total keseluruhan dana yang dibutuhkan adalah Rp. 16.471 Miliar yang berasal dari dari pemerintah pusat melalui APBN sebesar 45,38%, APBD Pemerintah Provinsi Jawa Barat 35,83%, APBD Kabupaten/Kota 16,86 %, BUMN 1,87%,0,06% Polri, Swadaya & swasta. Khusus dana rencana Aksi Pengendalian Pemanfaatan Ruang yang dibutuhkan Pokja VI dari tahun 2019-2025 adalah sebesar Rp. 31,2 Miliar semuanya dari APBD Provinsi, untuk Pengelolaan Sumber Daya Air dibutuhkan dana Rp.4.703.375 juta yang dibagi APBD Kabupaten/Kota Rp.15.309, APBN Provinsi Rp.222.150, APBN Rp.4.426.615 juta, BUMN Rp. 119.300. Sedangkan kebutuhan pendanaan penataan KJA, yaitu sebesar Rp.800.233 juta dengan perincian APBD Provinsi Rp. 41.997 juta, BUMN Rp. 161.577 juta dan APBD Kabupaten/Kota Rp. 596.660 juta. (wawan / DK)

DK

LAP

OR

AN

UTA

MA

7SiBiMa | April - Juni 2019

S ETELAH melakukan pengkajian, menurut Hendra Wardana, Kepala Seksi Penataan Ruang DBMPR Jabar, ada beberapa permasalahan utama yang dikritisi

Pokja VI. Di antaranya belum terdatanya ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dari kabupaten/kota yang berada di DAS Citarum, belum ada regulasi pengendalian pemanfaatan ruang, banyaknya alih fungsi lahan hingga terjadinya banjir di sekitar DAS, dan berkurangnya daya dukung waduk akibat kegiatan budidaya keramba jaring apung (KJA).

Berdasarkan permasalahan itu, Pokja VI membuat rencana/program (Quality Statement) kerja beserta dampak/impak (Indicator Impact) sebagaimana tertera dalam tabel .

Pertama adalah terkendalinya pemanfaatan ruang di DAS Citarum yang akan berimbas pada berkurangnya jumlah indikasi pelanggaran pemanfaatan ruang. Kedua, mengupayakan kawasan sekitar DAS bebas banjir yang berimpak pada berkurangnya kejadian banjir dan tertatanya KJA di kawasan DAS Citarum. Impak yang diharapkan, jumlah KJA yang sesuai dengan daya dukung

Sebagai gambaran, Kepala DBMPR Jabar, A. Koswara MP., menuturkan, KJA terbagi dalam tiga areal waduk, yaitu Jatiluhur (27.300 petak), Cirata (5.000 petak), dan Saguling (6.500 petak). Pokja mencontohkan kasus waduk Cirata. Berdasarkan Pergub No. 41 tahun 2012 tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan Pertanian dan Kawasan Waduk, luas KJA yang diizinkan 12.000 petak, namun dalam kenyataannya jumlah KJA pernah mencapai angka 98.379 petak. Tahun 2018, telah dilakukan penertiban

POKJA VI

SI PENGENDALI AKSISalah satu masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum adalah persoalan tata ruang. Oleh karena

itu, Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat (DBMPR Jabar) sebagai salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di tubuh Pemprov Jabar bersama Asisten Teritorial

Kodam III/Siliwangi ditunjuk sebagai Ketua yang diberi tugas memonitor dan mengendalikan masalah tata ruang di Jawa Barat masuk ke dalam Kelompok Kerja (Pokja) VI tentang penataan

tata ruang/sungai , bersama 11 pejabat lainnya Kepala Dinas, Pejabat Kabupaten/Kota, Diut PT IP PLN, Dirut PJB PLN dan Dirut Jasa Tirta Ini berdasarkan SK Gubernur No. 614/2018 tentang Pokja

PPK DAS Citarum dengan tugas membuat rencana aksi pengendalian pemanfaatan ruang dan pengelolaan sumber daya air DAS Citarum dengan .

10.321 petak, sehingga masih terdapat 88.076 petak lebih besar dari jumlah petak yang diizinkan.

Perihal banjir, penyebabnya tak lain penurunan tanah di cekungan Bandung (Land Subsidence), di samping intensitas curah hujan yang tinggi, alih fungsi lahan, serta terjadinya pendangkalan dan penyempitan sungai. Alhasil, dalam pengendalian banjir pada TA 2019-2021, Pokja VI berencana meningkatkan kapasitas Sungai Citarum.

Pada akhirnya, dari seluruh perencanaan kegiatan Pokja VI dalam penataan tata ruang dan sungai, ada tiga strategi penanganan Citarum. Pertama, pengendalian pemanfaatan ruang. Dimulai dari tahun 2019 bisa tersedia data ketidaksesuaian pemanfaatan DAS Citarum 20% (2019), 70% (2020), dan 100% (2021). Bersamaan dengan itu, pada tahun 2020 dimulai pengurangan jumlah indikasi pelanggaran pemanfaatan ruang. Hingga tahun 2024, pelanggaran itu ditargetkan berkurang 15% setiap tahun.

“Tahun 2024, pelanggaran diupayakan bisa berkurang sampai 75%,” jelas A. Koswara saat memaparkan Pokja VI di hadapan para pejabat Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Senin (24/4).

Strategi kedua penataan KJA. Pada tahun 2019, penataan KJA dengan target jumlah KJA yang tertata dan jumlah pengurangan KJA di waduk Saguling saja diharapkan berkurang 2.000, dan selanjutnya berkurang 5.000 KJA di tahun 2025. Sementara di waduk Cirata, KJA ditargetkan berkurang 21. 892 sampai tahun 2022 dan tahun 2023 berkurang 19.098. Sedangkan di waduk Jatiluhur ditargetkan

Quality Statement dan Indicator Impact

Program Indicator Output Indicator Outcome Indicator Impact

Penataan Ruang

• Tersedia data perijinan pemanfaatan ruang yang lengkap di DAS Citarum.

• Rekomendasi tindak lanjut ketidaksesuaian pemanfaatan ruang

• Tersedianya data ketidaksesuaian pemanfaatan ruang di DAS Citarum\

• Berkurangnya Jumlah Indikasi pelanggaran pemanfaatan ruang.

Berkurangnya alih fungsi lahan di DAS Citarum

Pengeloaan Sumber Daya Air

• Terbangunnya floodway dan kolam retensi untuk pengendalian banjir

• Terselenggaranya upaya untuk meningkatkan kapasitas tampung air

Sebaran luas, Durasi dan tinggi di 5 (lima) lokasi genangan

Berkurangnya kejadian banjir di sekitar DAS Citarum

Penataan Keramba Jaring air

• Terselengaranya penataan dan pembongkaran KJA

• Terselenggaranya pelatihan dan pendampingan teknis alih usaha

Jumlah KJA yang tertata Jumlah KJA sesuai dengan daya dukung

8 April - Juni 2019 | SiBiMa

berkurang 27.300 KJA pada tahun 2019, kemudian berkurang lagi 3.700 KJA.

Strategi ketiga adalah pengendalian banjir serta pengelolaan sumber daya air. Targetnya kawasan DAS Citarum bebas banjir dengan indikator berkurangnya jumlah kejadian banjir di DAS Citarum. Tepatnya berupa berkurangnya luas genangan, durasi genangan, dan tinggi genangan.

“Untuk luas genangan, pada tahun 2019 ditargetkan tinggal 72% dan terus berkurang sampai tahun 2025 tinggal 10%. Lamanya genangan (durasi) biasanya 7 hari. Maka, pada tahun 2019 ditargetkan bisa ditekan 4 hari. Sampai tahun 2025 ditargetkan bisa diperbaiki paling lama durasi genangan hanya 5 jam. Sedangkan untuk tinggi genangan yang dari biasanya mencapai sampai 3 meter, maka setiap tahun diupayakan diperbaiki dengan turun rata-rata 0,5 meter, sehingga sampai tahun 2025 hanya tinggal 0,5 meter,” ungkap Koswara.

Rencana Strategi Pengendalian Pemanfaatan RuangTERKAIT rencana aksi pengendalian pemanfaatan ruang

yang merupakan strategi prioritas atau mendesak adalah identifikasi pemanfaatan ruang, verifikasi rencana tata ruang kabupaten/kota sinkronisasi peta dasar, pendataan izin pemanfaatan ruang di DAS Citarum, dan pendataan kondisi lapangan sepanjang DAS Citarum sebagai masukan OPD untuk membuat program/kegiatan.

Selanjutnya, melakukan review program-program di kabupaten/kota yang mengatur terwujudnya Rencana Tata Ruang (RTR) dan mengintegrasikannya dengan DAS Citarum. “Kami pun mendorong keterlibatan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengawasan pemanfaatan ruang yang sesuai RTR kabupaten/kota di DAS Citarum,” ujar Koswara.

Selain strategi prioritas, ada juga beberapa strategi jangka menengah. Pertama, aspek perencanaan, yakni mengusulkan pembuatan pedoman/ regulasi berupa peraturan presiden yang mengatur rencana tata ruang sekaligus sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan ruang DAS Citarum. Kedua, aspek pengendalian, di antaranya menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang DAS Citarum agar tetap sesuai dengan RTR serta mengembalikan fungsi pemanfaatan ruang dan memulihkan kapasitas ruang.

dan atau penataan situ/waduk, pembangunan embung, serta peningkatan kapasitas Sungai Citarum beserta anak- anak sungainya. Adapun upaya non struktural antara lain penataan kawasan sempadan sungai, pemeliharaan sungai, dan pelaksanaan gerakan kemitraan penyelamatan air (GN-KPA).

Sementara target jangka panjang selama 10 tahun berikutnya (2026 – 2036) adalah bisa menangani banjir di daerah Rancaekek, Dayeuhkolot, Pasteur/Pagarsih, Gedebage, dan Cimahi. Kemudian, sudah melaksanakan relokasi masyarakat terdampak banjir, meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap sungai, dan meningkatkan peran TKPSDA secara berkelanjutan

Monitoring dan Evaluasi Pengendalian Banjir1. Target outcome berkurangnya persentase luas

genangan sebesar 20%, durasi genangan menjadi 20 jam, dan tinggi genangan menjadi 0,5 m pada tahun 2023 diperoleh dari data sekunder hasil analisa pemodelan banjir DAS Citarum Hulu menggunakan software SOBEK oleh BBWS Citarum bekerja sama dengan Puslitbang Sumber Daya Air. Data itu dapat di-update setiap tahun sesuai rencana atau pelaksanaan penanganan struktural yang akan dilakukan.

2. Untuk mengevaluasi pencapaian target indikator pengurangan banjir dapat dilakukan beberapa hal. Di antaranya : a. Pemantauan pengurangan luasan dan tinggi

genangan banjir akan dilakukan dengan memasang peilskal pada lokasi-lokasi terdampak banjir, terutama pada 5 lokasi yang diprioritaskan.

b. Pemberdayaan masyarakat /LSM agar dapat memberikan informasi kepada Dinas SDA Provinsi Jawa Barat dan BBWS Citarum pada saat terjadi banjir di lokasi terdampak.

c. Pemasangan alat telemetri yang dilengkapi dengan Early Warning System (EWS) untuk memantau elevasi muka air di sungai maupun kejadian hujan di bagian hulu DAS.

d. Pemantauan luasan genangan banjir melalui citra satelit seperti yang dikeluarkan LAPAN.

5. Melakukan pengumpulan data primer berdasarkan hasil koordinasi dengan instansi terkait pada saat terjadi banjir. (wawan / DK)

Pengendalian Banjir dan Pengelolaan Sumber Daya AirPERIHAL strategi dalam pengendalian banjir dan

pengelolaan sumber daya air, Pokja VI bakal fokus mereduksi luasan, durasi, dan tinggi genangan banjir. Targetnya pun dibagi dalam target jangka mendesak dan target jangka panjang.

Untuk target jangka mendesak atau prioritas, upaya struktural yang akan ditempuh meliputi normalisasi dan penataan 5 buah oxbow, normalisasi dan atau rehabilitasi sungai di DAS Citarum, pembuatan polder/kolam retensi, pembangunan floodway, pembuatan cekdam di kawasan hulu sungai, peningkatan ketersediaan air baku, revitalisasi DK

9SiBiMa | April - Juni 2019

Monitoring dan Evaluasi Pengendalian BanjirPEMANTAUAN serta evaluasi selama pelaksanaan program dan setelah program selesai dilaksanakan : 1. Waktu, tahapan pelaksanaan pemantauan, dan

evaluasi dilakukan secara kontinu dan berkala pada saat kegiatan sedang berjalan dengan :a. Mengirim surat permintaan data kepada badan

pengelola waduk dan Disnakanla Kabupaten. b. Peninjauan ke lapangan. c. Rapat evaluasi kegiatan penertiban KJA.

2. Kegiatan pemantauan dan evaluasi diarahkan pada pengelolaan rencana aksi untuk memperbaiki penyimpangan dalam implementasinya. Sementara evaluasi dampak diarahkan kepada kelompok sasaran untuk menilai keuntungan yang diperoleh dalam kelompok sasaran, yaitu masyarakat pembudidaya dan eks pembudidaya ikan KJA. (wawan / DK)

Strategi Jangka Mendesak (Prioritas) • Sosialisasi penataan KJA. • Sensus pendataan KJA yang berada di wilayah waduk

Cirata, Saguling, dan Jatiluhur. • Program alih usaha budidaya di darat bagi pembudidaya

ikan yang terdampak penataan KJA (budidaya ikan hias, kios penjualan ikan, pembenihan dan pembesaran ikan lele, pembenihan dan pembesaran ikan mas, pembesaran ikan lele dan nila sistem bioflok, dll).

• Demplot KJA yang ramah lingkungan melalui sistem penerapan Smart KJA dan CBF.

• Penentuan target operasi (TO) KJA. • Pembongkaran Air (Kar Air), Pembongkaran Darat (Kar

Darat), dan Inventarisasi. Tahapan sosialisasi, sensus KJA, dan penentuan TO sudah dilaksanakan mulai tahun 2018 sampai Maret 2019.

METODE SOBEK dilakukan dengan mengakomodasi rencana aksi pekerjaan konstruksi untuk penanganan banjir yang telah dan akan dilakukan : • Base Case merupakan kasus dasar dengan besaran

penampang melintang sesuai kondisi awal tahun 2013 dan pengukuran terakhir untuk kondisi tahun 2016, termasuk normalisasi Sungai Cikijing, Cimande, dan Cikeruh.

• Running Model tahun 2019 menambahkan adanya pembangunan kolam retensi Cieunteung.

• Running Model tahun 2020 menambahkan adanya kolam retensi Cieunteung dan pembangunan tunnel Nanjung.

• Running Model tahun 2021 menambahkan adanya kolam retensi Cieunteung, pembangunan tunnel Nanjung, dan floodway Cisangkuy.

• Running Model tahun 2022 menambahkan adanya kolam retensi Cieunteung, pembangunan tunnel Nanjung, floodwayCisangkuy, dan steepening/deepening di Sungai Citarum (segmen Sapan – Nanjung).

Strategi Jangka Panjang • Melakukan konservasi DAS Citarum dengan cara

restocking ikan endemik. • Melakukan revitalisasi KJA melalui penerapan sistem

Smart KJA dan CBF.

Penataan Keramba Jaring Apung (KJA)KEBIJAKAN dan strategi pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan di waduk Cirata, Saguling, dan Jatiluhur secara garis besar terdiri dari : • Mengurangi jumlah KJA sesuai dengan daya dukung

perairan waduk Cirata, Saguling, dan Jatiluhur • Menerapkan teknologi kegiatan pembudidayaan

ikan yang ramah lingkungan dengan cara Smart KJA dan Culture Base Fisheries/CBF (penangkapan ikan berbasis budidaya).

• Melakukan penebaran ikan (restocking) di perairan waduk Cirata, Saguling, dan Jatiluhur.

SOBEK : SKEMA PEMODELAN

BANJIR

DK

10 April - Juni 2019 | SiBiMa

LAPORAN UTAMA

L APORAN Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) akhir tahun anggaran 2018 pada dasarnya merupakan progress report atas kinerja Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang selama satu tahun.

Kegagalan dan keberhasilan pencapaian indikator kinerja akan dijadikan sebagai acuan tindakan perbaikan dalam pelaksanaan program dan kegiatan tahun mendatang.

Pada tahun anggaran 2018, total anggaran yang dikelola oleh Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang adalah sebesar Rp. 1.837.398. 665.531,00 realisasi anggaran sebesar 1.720.813.250.122,00 yaitu terdiri dari Belanja Langsung Rp. 1.764.510.692.242,00 dan belanja tidak langsung Rp. 72.887.973.289,00, realisasi belanja tidak langsung Rp. 72.359.530.324,00 atau 99,27%

Anggaran tersebut diperuntukkan untuk melaksanakan 14 program dan 111 kegiatan yang terdiri dari sub urusan kebinamargaan, sub urusan penataan ruang dan sub urusan jasa konstruksi.

PERTANGGUNGJAWABANDI RUANG PAMERAN

BUKA-BUKAAN

Pemerintah Provinsi Jawa Barat menggelar pameran,

Kamis (28/3), di halaman samping Gedung Sate,

Bandung. Pameran ini berisi Visualisasi Laporan Kegiatan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa

Barat (DBMPR Jabar).

Sub Urusan Jasa KonstruksiADA beberapa kegiatan yang diselenggarakan

Sub Urusan Jasa Konstruksi. Di antaranya sertifikasi bagi tukang bidang jasa konstruksi, penyempurnaan sistem jasa konstruksi, sosialisasi norma/standar NSPK tentang penyelenggaraan jasa konstruksi, pembebasan lahan untuk Masjid Al-Jabbar, serta perencanaan dan pembangunan Masjid Al-Jabbar.

Dibandingkan beberapa kegiatan lain urusan jasa konstruksi, pembangunan Masjid Al-Jabbar Provinsi Jawa Barat merupakan tugas yang penuh tantangan. Dengan desain rancangan Gubernur Ridwan Kamil dan tim (saat itu masih menjabat Wali Kota Bandung), tahapan pembangunan masjid masih berlangsung. Saat ini, pembangunan memasuki tahap pemasangan kaca atap dan plafon. Secara keseluruhan, masjid ditargetkan selesai akhir tahun 2020.

Sub Urusan Jalan URUSAN jalan merupakan tugas utama

DBMPR Jabar dalam pemeliharaan, peningkatan maupun pembangunan jalan dengan cakupan yang cukup luas. Sebagai gambaran, jaringan jalan yang ada di Jabar adalah jaringan jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten/kota.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 290/KPTS/M/2015 tanggal 25 Mei 2015, jalan nasional di Jabar sepanjang 1.789.200 km. Jalan provinsi, berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 620/KEP.1086-REK/2016 tanggal 4 November 2016, panjangnya 2.360,580 km. Sedangkan panjang jaringan jalan kabupaten / kota, menurut Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 620/KEP.1350-REK/2016 tanggal 23 Desember 2016, adalah 43.570.184 km.

PETA STATUS JALAN

DK

11SiBiMa | April - Juni 2019

Rekapitulasi Kegiatan di Unit Pelayanan Teknis Dinas Wilayah Pelayanan (UPTD WP)

UPTD Pengelolaan Jalan Wilayah Pelayanan IIUPTD Pengelolaan Wilayah Pelayanan I

Pengelolaan Jalan : • Peningkatan ruas jalan Parungpanjang – Bunar,

peningkatan ruas jalan Cileungsi – Cibeet, peningkatan ruas jalan Cileungsi - Cibinong (Citeureup), pembangunan jalan Cikadu - Kebon Muncang - batas Kab. Bandung/Cianjur.

• Rehabilitasi jalan Mayor Oking (Cibinong), rehabilitasi ruas jalan Cariu - Jagatamu/Baged (batas Kab. Bogor/Karawang), rehabilitasi ruas jalan Selajambe - Cibogo – Cibeet, rehabilitasi ruas jalan Sp3. Perintis Kemerdekaan (Pasir Hayam) – Cibeber, rehabilitasi ruas jalan Cibeber – Sukanagara, rehabilitasi ruas jalan Sukanagara – Sindangbarang 1,3 km.

Pengelolaan Jembatan : • Rehabilitasi Jembatan Cipamingkis, Warung Belut,

Cibeet, Cipatujah.

Pengelolaan Jalan : • Peningkatan ruas jalan Sukabumi (Pembangunan - Jl

Raya Pelabuhan - Jend. Ahmad Yani - Rh. Didi Sukardi - Garuda), Pembangunan Jalan Ruas Ciemas – Ciateul – Puncak - Darma, Pembangunan Jalan Ruas Lingkar Sukabumi Segmen 1 dan 3

• Rehabilitasi jalan Jl. Cibadak – Cikidang – Pelabuhan Ratu, rehabilitasi Sp. Karanghawu – Bts. Prov. Banten (Cikotok), Jl. Cikembar - Cikembang, Jl Sp. Surade - Ujunggenteng, Pembuatan Bundaran dan petunjuk arah di jalan provinsi, Jl Otto Iskandar, Pembangunan Jalan Ruas Lingkar Sukabumi Segmen 1 dan 3.

Pengelolaan Jembatan : • Rehabilitasi Jembatan Cimandiri, Pasirkananga,

Cijangkar II, Cigadog, Cimanggir, Cilengka 1, Cigambrang, Cimanggu 2

• Penggantian jembatan Cibatu A, Bojonglugu, Cibening, Cibaregbeg, Ciseureuh, Cibubuay II, Cipawenang I, Cikiara

• Pembangunan jembatan Muara Palangpang, Ciselang, FO Cibatu, Cigunung.

PermasalahanTIDAK semua program kegiatan bisa dilaksanakan

sesuai dengan rencana. Ada beberapa kendala di lapangan yang bisa jadi permasalahan. Contohnya dalam kegiatan UPTD Wilayah Pelayanan II, ada titik permasalahan dalam proses pengerjaan pembangunan flyover(FO) Cibatu ruas jalan Lingkar Cibolang – Baros (Lingkar Sukabumi segmen I) sepanjang 40,01 meter.

“Penyedia jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai perjanjian pekerjaan pada tanggal 20 Desember 2018. Hingga tenggat waktu tersebut, realisasi fisik yang tercapai baru 91,77%,” jelas Aswal.

Demikian pula dengan pembangunan Masjid Al-Jabbar tahapI yang baru mencapai 95% dari target 100% pada 30 Desember 2018. Selain itu, pembangunan pun terkendala pembebasan lahan. Pembebasan lahan tidak seluruhnya terealisasi (realisasi hanya 95%), karena terdapat warga yang bukti kepemilikan lahannya belum lengkap. Alhasil, proses pembebasan lahan tidak bisa dilaksanakan.

Solusi untuk hal tersebut adalah para penyedia barang /jasa yang tidak dapat menyelesaikan kegiatan sesuai perjanjian pekerjaan diberikan kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan walaupun melampaui tahun anggaran. Ini sesuai dengan ketentuan pasal 56 Perpres No. 16 tahun 2018 tentang pengadaan barang/jasa.

Sub Urusan Penataan RuangSALAH satu tugas pokok dan fungsi Dinas Bina Marga

dan Penataan Ruang yaitu sub bidang penataan ruang. Wewenang dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi sebagaimana dimaksud di atas meliputi:• Perencanaan tata ruang wilayah provinsi; • Pemanfaatan ruang wilayah provinsi; dan • Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.

Dalam penataan ruang kawasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud di atas, pemerintah daerah provinsi melaksanakan: • Penetapan kawasan strategis provinsi; • Perencanaan tata ruang kawasan strategis provinsi; • Pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi; dan • Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis

provinsi.

DK

dok. DBMPR

dok. DBMPR

12 April - Juni 2019 | SiBiMa

UPTD Pengelolaan Jalan Wilayah Pelayanan IIIUPTD Pengelolaan Jalan Wilayah Pelayanan V

UPTD Pengelolaan Jalan Wilayah Pelayanan IV

UPTD Pengelolaan Jalan Wilayah Pelayanan VI

Pengelolaan Jalan : • Peningkatan ruas jalan Kesambi - Bts. Karawang/

PurwakarTa (Curug), Rajamandala - Cipeundeuy – Cikalongwetan, Cipamokolan (Bts. Kota Bandung/Jbt. Tol) - Sp. Manirancan - Jl. Lingkar Luar Majalaya, Jalan Majalaya (Sp.3 Jl. Cikareo/Jl. Tengah) - Sawahbera (Sp.3 Cijapati) - Bts. Bdg/Garut (Cijapati), Jalan Bojong Soang - Sp. Munjul (Jl. Siliwangi), Bts. Kab. Bandung/Cianjur - Pondok Datar, Simpang Leuwigajah – Nanjung, Gedebage Selatan (Rel KA - Sp. Derwati - Bts Kota Bandung/Jbt.Tol), Jl. Raya Dayeuh Kolot, Dayeuhkolot – Banjaran, . Munjul - Ciparay (Jl. Sp. Munjul - Jl. Raya Laswi Ciparay)

• Rehabilitasi jalan Rajamandala - Jbt. Citarum Lama, Lembang – Maribaya, Sp. Orion – Cihaliwung, Subang - Bts. Kab. Bandung/ Kab. Subang, Pamanukan – Pagaden, Oto Iskandardinata (Subang), Cagak - Bts. Subang/Sumedang (Cikaramas), Cagak - Bts. Purwakarta/Subang, Kalijati – Sukamandi, Pagaden – Subang, Tanjungpura - Batujaya (Bts. Bekasi/Karawang), Palumbonsari - Johar - Tegalloa (Loji), Tegalloa (Loji) - Baged/Jagatamu (Bts. Kab. Karawang/Bogor), Kapten Halim (Purwakarta), Purwakarta – Wanayasa, Kolonel Masturi - Gatot Subroto (Cimahi), Jl. Moh. Toha (Sp. Jl. BKR - Bts. Kota/Kab. Bandung - Jl. Sukajadi - Jl. Pajajaran (Sp. Pasirkaliki - Sp. Cicendo) - Jl. Bkr - Jl. Pelajar Pejuang 45 (Bandung), Jl. Raya Laswi (Ciparay), Banjaran – Pangalengan, Tanjungpura - Batujaya (Bts. Bekasi/Karawang), Palumbonsari - Johar - Tegalloa (Loji), Tegalloa (Loji) - Baged/Jagatamu (Bts. Kab. Karawang/Bogor).

Pengelolaan Jalan : • Peningkatan ruas jalan Cijelag - Bts. Sumedang/

Indramayu, Bts. Bandung/Garut• Rehabilitasi jalan Cimanuk - Otista - Bratayuda - Jend.

Sudirman - Suherman (Garut), Sumadra – Bungbulang, Sumedang-Bts. Sumedang/Subang (Cikaramas), Situraja– Darmaraja, Sp.Kirisik-Bts.Sumedang, Parakan Muncang-Warung Simpang, Wado (Sp.Kirisik) - Bts. Sumedang(Kirisik), Bts.Bandung/Garut, Garut – Cikajang, Garut-Bts. Garut/Tasik, Cikajang – Sumadra, Cikajang-Pameungpeuk.

Pengelolaan Jembatan : • Rehabilitasi jembatan Ciluncat, Leuwiawi• Penggantian jembatan Cipeujeuh, Kiara Goong,

Cikadawung, Cigadog, Cikodok, Ciudian, Ciparay, Cilumbung, Cibalubur.

Pengelolaan Jalan : • Peningkatan ruas jalan Kadipaten (Jl. Pasar Balong)

- Bts. Majalengka/Indramayu, Akses Non Tol Ke BIJB, Pelebaran Jalan menuju BIJB, Ciledug - Losari (Jl. Let. Jen. D.I Panjaitan)

• Rehabilitasi jalan Jangga – Cikamurang, Bts. Majalengka/Cirebon – Cigasong, Talaga - Bts. Majalengka/Sumedang (Kirisik), Leuwimunding – Rajagaluh, Parapatan – Budur, Ir. Sutami, Karangampel – Jatibarang, Pekandangan – Jatibarang, Kesambi (Cirebon), Ciledug - Losari (Jl. Let. Jen. D.I Panjaitan), - Bts. Majalengka/Cirebon (Jl. Imam Bonjol), Dewi Sartika (Sumber), Tegalgubug - Arjawinangun - Jagapura (Bts. Cirebon/Indramayu (Gopala), Weru - Sumber/Jl. Fatahillah (Sumber), Jangga – Cikamurang, Parapatan – Budur, Leuwimunding - Rajagaluh, Bts. Majalengka/Cirebon – Cigasong, Talaga - Bts. Majalengka/Sumedang (Kirisik)

Pengelolaan Jembatan :• Rehabilitasi jembatan Kemlaka, Cideres, Citerus• Pembangunan jembatan Underpass Jbt. KA Jatibarang• Penggantian jembatan Panunggal, Cilesang

Pengelolaan Jalan : • Peningkatan ruas jalan Sp.3 Pamoyanan - Suryalaya -

Warudoyong (Bts, Kab. Tasikmalaya/Ciamis), Panaekan/Goler - Cimaragas - Bts. Kota Banjar, Peta Rehabilitasi Jalan di UPTD Pengelolaan Jalan Wilayah Pelayanan III

• Rehabilitasi jalan Ciawigebang – Jalaksana, Garuda (Tasikmalaya), Bts. Garut/Tasikmalaya – Singaparna, Singaparna – Tasikmalaya, Tasikmalaya – Karangnunggal, Karangnunggal – Cipatujah, Kalipucang – Majingklak, Jl. Raya Luragung (Luragung), Jl. Raya Ciawigebang (Ciawigebang), Ciawigebang - Bts. Cirebon/Kuningan (Waled), Kuningan – Ciawigebang, Tasikmalaya - Manonjaya - Panaekan/Goler, Jl. Raya Cimaragas/(Bts. Kota Banjar – Banjar, Warudoyong (Bts.Kab. Tasikmalaya/Ciamis) - Sp.3 Winduraja (Kawali), Cibingbin - Batas Jateng (Penanggapan).

Pengelolaan Jembatan :• Rehabilitasi jembatan Kopeng, Cipansor, Ciwahangan

(wawan / DK)

dok. DBMPR

dok. DBMPR

LAP

OR

AN

UTA

MA

13SiBiMa | April - Juni 2019

SEMUA STAKEHOLDER TERLIBAT

JABAR JUARA MAKIN CEPAT

Forum OPD (Organisasi Perangkat Daerah) Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (BMPR) Jawa Barat merupakan bagian dari proses perencanaan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 86 tahun 2017 tentang pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah serta Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat , Nomor 6 tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat.

“M ELALUI rapat Forum OPD ini, diupayakan implementasi dari kebijakan nasional serta daerah dalam pembangunan kebinamargaan

dan penataan ruang dapat berjalan lebih teratur, harmonis dan bermanfaat besar untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sesuai dengan Visi Gubernur Yaitu Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Dan Batin Dengan Inovasi Dan Kolaborasi,” ujar A. Koswara MP, Kepala Dinas BMPR Jawa Barat di hadapan Bappeda serta Bina Marga dan Tata Ruang Kabupaten/Kota se-Jawa Barat,Kamis (14/3) di Hotel Savoy Homann, Bandung.

Forum OPD hari, lanjut Koswara, merupakan kali pertama pada masa Jabatan Gubernur Mochamad Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum sebagai Gubernur Dan Wakil Gubernur Provinsi Jawa Barat periode 2018-2023, oleh sebab itu Forum OPD ini harus mengacu kepada Visi Dan Misi Gubernur yang sudah dituangkan dalam Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018 – 2023.

Penjabaran visi dan misi gubernur sebagaimana yang dituangkan dalam RPJMD dilakukan dengan inovasi dan kolaborasi. “Pelaksanaan pembangunan diharapkan tidak hanya sebatas proses atau cara yang selama ini telah dilakukan, namun disertai dengan berbagai bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah juga diharapkan terjalin kolaborasi yang intens antara pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat dengan Pemerintah Pusat maupun dengan Pemerintah Kabupaten/Kota,” jelas Koswara.

Dengan demikian, tegas Koswara akan tercipta keselarasan antara perencanaan strategik di RPJMD dengan perencanaan strategis di kabupaten/kota dan perencanaan operasional di perangkat daerah dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, sekaligus sebagai perwujudan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan Provinsi Jawa Barat.DK

14 April - Juni 2019 | SiBiMa

RPJMD Provinsi Jawa Barat tahun 2018-2023, terdapat beberapa bentuk pembaharuan yaitu:

1. Kolaborasi pemangku kepentingan pembangunan melalui implementasi pendekatan pentahelix – abcgm (academic,business,community,government,andmedia);

2. Kolaborasi pendanaan pembangunan dari APBN, APBD provinsi, APBD kabupaten/kota, dana masyarakat/umat, pinjaman daerah, CSR, KPBU dan obligasi daerah;

3. Penerapan dynamicgovernmentsebagai inovasi penyelenggaraan pemerintahan daerah;

4. Pendekatan spasial dan a-spasial melalui 6 wilayah pengembangan;

5. Sinkronisasi aplikasi dan interkoneksi data dalam sistem informasi pembangunan daerah.

Sub Bidang KebinamargaanSesuai dengan amanat gubernur dalam sub bidang

kebinamarga kita akan mewujudkan transportasi juara, yaitu jalan mulus 100%. “Langkahnya dengan membangun serta merevitalisasi jalan provinsi di Jawa Barat dengan tingkat kemantapan dan konektivitas yang tinggi baik melalui pembangunan atau perbaikan jalan provinsi maupun akselerasi pembangunan jalan tol dengan koordinasi multi pemangku kepentingan serta bantuan dana untuk perbaikan jalan kabupaten/kota,” ungkap Koswara.

Langkah yang akan dilakukan segera yaitu perencanaan bersama secara terintegrasi (co design) dengan melakukan review sistem jaringan transportasi yang ada, menilai ulang konektivitas wilayah untuk solusi kesenjangan di wilayah selatan, daerah-daerah per batasan serta konektivitas antar pusat pengembangan, pusat pertumbuhan dan lain-lain serta menyempurnakan konektivitas antar hierarki fungsi jalan di samping itu akan dilakukan review tata kelola pengelolaan jalan untuk mewujudkan jalan mulus 100% sebagaimana yang diamanatkan oleh gubernur.

Sub Bidang Jasa Konstruksi Dalam sub bidang jasa konstruksi, sebagai wakil

pemerintah pusat di daerah akan melakukan pemberdayaan dan pengawasan jasa konstruksi dan akan dilakukan pelatihan tenaga ahli jasa konstruksi. di samping itu akan dilakukan pengelolaan sistem informasi jasa konstruksi. tujuan dari penyelenggaraan jasa konstruksi ini yaitu :

a. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil jasa konstruksi yang berkualitas;

b. Mewujudkan ketertiban penyelenggaraan jasa konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam menjalankan hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; serta,

c. Mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang jasa konstruksi.

DK

DK

DK

(wawan / DK)

15SiBiMa | April - Juni 2019

Alokasi AnggaranKebijakan alokasi anggaran merupakan

serangkaian kebijakan yang telah ditetapkan sebagai upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan alokasi anggaran yang tersedia untuk sebesar-besarnya kepentingan masyarakat, serta dalam rangka pencapaian efektivitas program.

“Mengingat keterbatasan anggaran, maka pengalokasiannya berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan,” jelas Koswara.

Dalam mempercepat pembangunan infrastruktur di Jawa Barat membutuhkan pembiayaan yang cukup besar dan tidak memungkinkan dibebankan kepada APBD oleh sebab itu, akan diperkuat integrasi sumber pendanaan pembangunan melalui APBN, kolaborasi APBD Kabupaten/Kota, obligasi, pinjaman bank, KPBU/PPP, dana umat dan swasta.

“Kolaborasi sangat diperlukan agar tercipta sinkronisasi dalam penuntasan program dan kegiatan yang telah direncanakan, sehingga nantinya diharapkan pembangunan daerah menjadi lebih terarah dan dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat,” ujar Koswara.

Kolaborasi dapat dilakukan dengan syarat bahwa program dan kegiatan provinsi sejalan dan sinergis dengan program dan kegiatan pemerintah kabupaten/kota, sehingga antara provinsi dan kabupaten/kota dapat bekerja sama di dalam pelaksanaan program dan kegiatan. adapun penuntasannya dilakukan dengan sharing pendanaan ataupun pembagian peran pendanaannya.

Sub Bidang Penataan Ruang Amanat UU No 26 tahun 2007 tentang penataan

ruang, bahwa rencana tata ruang merupakan landasan perencanaan pembangunan. oleh karena itu dokumen penataan ruang seperti RTRW atau pun RDTR dapat betul-betul dijadikan rujukan dalam pembangunan.

Pendekatan spasial mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 tahun 2010 tentang rencana tata ruang wilayah Provinsi Jawa Barat tahun 2009-2029, khususnya dalam menyelaraskan kebijakan ruang antar wilayah, antar sektor dan dimensi waktu pembangunan RPJMD tahun 2019-2023.

Kedudukan RTRW adalah sebagai pedoman dalam:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) dan rencana sektoral lainnya;

b. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;

c. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah kabupaten/kota, serta keserasian;

d. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;

e. Penataan ruang KSP ; dan f. Penataan ruang wilayah kabupaten/kota.

“Dalam sub bidang penataan ruang ini, “pekerjaan rumah” terbesar kita yaitu menyelesaikan revisi RTRW propinsi dan kab / kota, menyelesaikan RDTR dan kab / kota, menyusun RTR kawasan strategis propinsi, serta meningkatkan keterpaduan perencanaan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang,” jelas Koswara.

DK

DK

16 April - Juni 2019 | SiBiMa

LAPORAN UTAMA

A GUS Hendrarto, Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pembangunan DBMPR Jabar yang menjadi pembicara dalam forum itu memaparkan beberapa hal terkait

rencana program lima tahun ke depan. “Sesuai dengan misi ketiga Gubernur, DBMPR Jabar mencanangkan program Transportasi Juara. Ada beberapa cara baru yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dalam merealisasikan tujuan tersebut,” ujar Agus kepada para kepala Bappeda serta Kepala Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Kabupaten/Kota se-Jabar.

Pertama, kolaborasi kepentingan pembangunan melalui implementasi pendekatan Penthahelix ABCGM (Academic, Business,Community,Government,Media). Kedua, kolaborasi pendanaan pembangunan dari APBD kabupaten/kota, dana masyarakat, pinjaman daerah, CSR, KPBU, dan obligasi daerah.

“Bila hanya mengandalkan anggaran dari sumber-sumber pembiayaan daerah (APBD) untuk mencapai target itu, saya kira masih jauh dari harapan. Oleh karena itu, dana dari sumber lain dimasukkan di sini dan akan digiatkan,” tandas Agus.

Ada juga pendekatan baru yang tertuang dalam RPJMD, yakni melalui penerapan dynamicgovernmentsebagai inovasi penyelenggaraan pemerintahan daerah. Caranya dengan pendekatan spasial dan a-spasial melalui 6 wilayah pembangunan serta sinkronisasi aplikasi dan interkoneksi data dalam sistem informasi pembangunan daerah.

“Ini tentu menjadi sesuatu yang sangat strategis supaya program yang dilaksanakan kabupaten/kota bisa bersinergi, terutama dalam pelayanan pada masyarakat,” ungkap Agus yang pernah bertugas di BPJ/UPTD Wilayah Pelayanan 3 Bandung.

Seperti diketahui, jaringan jalan terdiri atas tiga jaringan, yaitu jalan nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Berdasarkan keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) No: 290/KPTS/M/2015, jaringan jalan nasional di Jabar sepanjang 1.789,20 km. Untuk jalan provinsi, berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 620/Kep.1086-Rek/2016, sepanjang 2.360,58 km. Terakhir, jalan kabupaten/kota, menurut Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 620/Kep.1350-Rek/2016, terbentang sepanjang 43.570,184 km.

BANGUN JALAN RAPI JALISINERGI DAN KOLABORASI

Jalan mulus 100%. Itulah prioritas Gubernur Jawa Barat periode 2018-2023, Ridwan Kamil, dalam mempercepat pertumbuhan dan pemerataan

pembangunan berbasis lingkungan dan tata ruang yang berkelanjutan. Misi ini direalisasikan melalui perencanaan pembangunan dan revitalisasi jalan di Provinsi Jabar. Hal itu didiskusikan melalui Forum Organisasi Perangkat

Daerah (OPD) Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jabar (DBMPR Jabar) di Hotel Savoy Homann, Bandung, Kamis (14/3).

DK

17SiBiMa | April - Juni 2019

Namun dari keseluruhan jaringan jalan di Jabar itu, tingkat kemantapannya tidak semuanya sama mulus. Berdasarkan perhitungan Permen PU No.19/SE/M/2016 tentang Penentuan Indeks Kondisi Perkerasan (IKP), dari jalan di Jabar sepanjang 231.776 km ternyata sebesar 9,8 %-nya masih mengalami kerusakan. Maka, demi tercapainya target jalan mulus 100%, DBMPR Jabar memiliki beberapa cara untuk menunjang program gubernur tersebut.

Agus menyebutkan, “Yang pertama kami akan melakukan peningkatan kemantapan jalan melalui pemeliharaan jalan dan jembatan. Kemudian satu tingkat lebih atas lagi, kami akan melakukan pemeliharaan berkala dan peningkatan struktur jalan.”

Selain itu, Agus memaparkan pula konektivitas melalui pelebaran jalan. Pelebaran bakal dilakukan pada beberapa ruas jalur vertikal Jabar bagian selatan serta jalur penghubung ke Bandara Internasional Jawa Barat atau BIJB (Pangandaran-Tasik-Ciamis-Kuningan). Ditambah beberapa jalur strategis meliputi jalur wisata serta kawasan industri yang sesuai dengan rencana tata ruang. Jalan yang semula lebarnya sekitar 5 – 6 meter akan diupayakan diperlebar hingga 7 meter.

Pekerjaan rumah lain yang harus dituntaskan DBMPR Jabar adalah kemacetan jalan. Selain lebar jalan yang masih di bawah standar, terutama pada jalur selatan Jabar, perkembangan volume kendaraan yang kian meningkat tak luput menjadi penyebab kemacetan tersebut. Alhasil, pemecahan masalah dilakukan salah satunya dengan membangun flyover(FO) di titik-titik tertentu.

“Kami akan berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk membangun FO di beberapa ruas jalan provinsi, yaitu FO Cimareme, Padalarang, Jatibarang, dan Cirebon,” ucap Agus.

Selain di beberapa titik ruas jalan provinsi, DBMPR Jabar akan membangun FO di beberapa ruas jalan di Bandung yang sering terkena imbas kemacetan. Di antaranya Jalan Supratman, Laswi, hingga Kadipaten. Pun ditargetkan

menyelesaikan pembebasan lahan FO Jalan Kopo dan Buah Batu.

Keseluruhan perencanaan pembangunan dan perbaikan jalan kabupaten/kota itu tentu memerlukan koordinasi antara DBMPR Jabar dengan semua stakeholder, utamanya terkait bantuan pendanaan. Bantuan dana itu guna meningkatkan infrastruktur jalan nasional, provinsi, kabupaten/kota yang berkesinambungan.

Agus menambahkan, bantuan keuangan dari para stakeholder untuk pembangunan jalan kabupaten/kota akan diutamakan buat berbagai aspek yang meliputi akses simpul transportasi (dermaga, bandara, stasiun, dan lain-lain) serta akses jalan jalur ekonomi dan pelayanan publik.

Rencana Inovasi PendanaanMEMANG tak mudah bagi DBMPR Jabar merealisasikan

program gubernur ini. Terkait dana, pengelolaan infrastruktur jalan jelas membutuhkan investasi sangat besar, sementara anggaran pemerintah terbatas. Alhasil, masyarakat dan dunia usaha perlu dilibatkan.

Oleh karena itu, rencana inovasi pendanaan sangat dibutuhkan demi menghindari dana yang ngos-ngosan, sehingga pelaksanaan sejalan dengan apa yang diharapkan. Inovasi pendanaan itu antara lain ditempuh melalui Build-Operate-Transfer (BOT).

Model ini memungkinkan penerima konsesi mendapatkan kembali investasi serta biaya dan operasi pemeliharaan. Salah satu inovasi yang sudah diterapkan adalah proses pembangunan jalan tol dalam Kota Bandung (NS-Link Bandung). Selain itu, melalui skema ini proyek yang didanai akan diserahkan kepada pemerintah pada akhir masa konsesi.

“Badan usaha swasta yang menerima konsesi dari pemerintah ditugaskan mendanai, merancang, membangun, dan mengoperasikan suatu fasilitas yang dinyatakan dalam kontrak konsesi,” beber Agus. (wawan – feby / DK)

DK

DK

DK

DK

18 April - Juni 2019 | SiBiMa

PeRisTiwA

M AKA, Pemprov Jabar mengadakan apel siaga gelar pasukan pengamanan lalu lintas dan angkutan lebaran di halaman Gedung Sate, Senin (27/5). Ini salah satu perwujudan

kesiapan pemerintah dalam rangka menyukseskan pengamanan dan pengangkutan lebaran tahun 2019. Fokusnya antara lain kesiapan armada angkutan lebaran dan prasarana pendukungnya.

Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum, dalam pidato pembukaannya memperkirakan, 18,29 juta orang akan mudik lebaran secara nasional dan 3,7 juta orang di antaranya bakal mudik ke berbagai daerah di Jabar. Selain daerah tujuan mudik, Jabar juga merupakan lintasan pergerakan lalu lintas dan angkutan arus mudik maupun arus balik.

Oleh karena itu, “Saya menghimbau seluruh stakeholder di Jabar untuk berupaya maksimal dalam membantu mengatur dan mengamankan pergerakan arus mudik maupun arus balik, sehingga para pemudik dapat melakukan perjalanan dengan lancar, aman, tertib, dan selamat sampai tujuan,” ujarnya.

Menyinggung titik rawan lokasi mudik, Uu meminta semua stakeholder yang terlibat untuk melakukan mekanisme

kerja yang terkoordinasi. Pelayanan terhadap pemudik diutamakan melalui penyediaan Pos Komando Taktis (Poskotis) yang tersebar di sejumlah titik strategis. Fungsinya sebagai rest area, checkpoint, dan menjadi layanan informasi mudik. Poskotis ditunjang berbagai sarana dan fasilitas yang dibutuhkan pemudik.

Pada kesempatan itu, Uu menggulirkan tiga program yang menjamin infrastruktur dan penanganan arus lalu lintas dipersiapkan dengan baik, khususnya untuk warga Jabar maupun warga dari luar provinsi yang hendak mudik ke daerah-daerah di Jabar.

Pertama, Pemprov Jabar menguji coba aplikasi CCTV Jabar Transport Hub yang berfungsi sebagai akses masyarakat dalam mencari informasi teraktual kondisi lalu lintas di Jabar. Kedua, “Salembur” atau Sasarengan Mudik ka Lembur, yakni mudik gratis untuk warga Jabar. Terakhir, meluncurkan Unit Reaksi Cepat Bina Marga Siap Aksi (URC Bima Sakti) yang menjadi tanggung jawab dinas kebinamargaan se-Jabar.

UU menjelaskan, “Unit ini dibentuk untuk melayani laporan atau komplain dari masyarakat berkaitan dengan kerusakan jalan yang ada. Unit ini bentuk responsivitasPemprov Jabar dalam meningkatkan layanan publik berupa

Mudik menjelang Hari Raya Idul Fitri sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia. Tak terkecuali masyarakat Jawa Barat. Oleh karena itu, ketersediaan armada serta infrastruktur yang memadai menjadi hal yang wajib dirasakan warga yang hendak pulang kampung. Inilah titik fokus Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov) Jabar. Memberi kenyamanan dan keamanan bagi para pemudik.

KONEKTIVITAS TRANSPORTASITERINTEGRASI

URC BIMA SAKtI

wawan/DK

19SiBiMa | April - Juni 2019

infrastruktur jalan, khususnya selama masa angkutan lebaran.”

Uu kemudian meresmikan ketiga program itu didampingi Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat (DBMPR Jabar), A. Koswara, serta Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat (Dishub Jabar), Heri Antasari.

DBMPR Jabar Siap Atasi Jalur MudikKENYAMANAN mudik salah satunya bergantung pada

faktor kemantapan jalan. Indra Maha, Kepala Seksi Regulasi dan Kerja Sama DBMPR Jabar, menuturkan, sifat jalan bersifat dinamis. Dilewati kendaraan maupun tidak, jalan tidak akan luput dari kerusakan. Alhasil, pemeliharaan jalan menjadi job desk wajib DBMPR Jabar, terutama di momen lebaran.

“Kalau muncul pertanyaan, apakah jalan perlu dipelihara? Ya, memang harus. Jalan terekspos sinar matahari setiap hari, sehingga lama kelamaan mengalami

penuaan dan kerusakan, menjadi getas dan kaku jadi ketika dilewati akhirnya mudah retak-retak dan pecah,” ujar Indra,

Perihal peluncuran tim URC Bima Sakti, Indra mengungkapkan, alasan pembentukannya lantaran komplain dan masukan dari masyarakat mengenai problema dan kerusakan jalan. “Tim URC akan bekerja tanggap langsung ke lokasi begitu ada masalah jalan, sehingga keluhan atau aspirasi masyarakat dapat segera ditangani,” tegasnya.

Tim URC disediakan di setiap KSUP. Dalam satu KSUP yang rentang jaraknya antara 50-100 km disediakan satu URC. Upaya ini guna mengatasi kendala jarak antar balai yang jauhnya bisa mencapai 250-550 km.

URC, Indra mengungkapkan, adalah program berkelanjutan (kontinyu). “Kami juga telah membuka alamat medsos yang sangat terbuka buat masyarakat untuk mengajukan aspirasinya. Bukan hanya untuk keperluan sekarang, melainkan akan terus berlanjut. Karena kemantapan dan kenyamanan jalan sangat tergantung pada upaya pemeliharaan jalan, maka ada momentum mudik maupun tidak, jalan harus mulus,” ujar indra Maha. (feby – wawan / DK)

wawan/DK

wawan/DK

wawan/DK

20 April - Juni 2019 | SiBiMa

Pe

RisT

iwA

H AL ini ditekankan Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat (DBMPR Jabar), A. Koswara. Dia menekankan, kemantapan

jalan merupakan bagian dari indikator konektivitas jalan, sehingga Pemerintah Provinsi Jabar mengupayakan tingkat konektivitas meningkat hingga 60%.

Dalam acara “Jabar Punya Informasi (Japri)” di Taman Air Mancur, Gedung Sate, Kamis (21/3), Koswara menjelaskan, kuantitas dan kualitas jalan perlu diperhatikan pada ruas jalan provinsi maupun kabupaten/kota untuk meningkatkan angka konektivitas. “Soal kemantapan jalan itu baru sebagian dari kinerja yang saya tunaikan. Penilaian utama sekarang adalah indikator konektivitas,” ujar Koswara ketika menjadi narasumber di acara Japri yang juga dihadiri Asisten Daerah 2 Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Jabar, Eddy Nasution, serta Dosen Teknik Sipil ITB, Eri Susanto.

Pada tahun 2019, di Jabar terdapat jalan nasional sepanjang 1.789 kilo meter, jalan provinsi 2.360 kilo meter, dan jalan milik kabupaten/kota 32.438 kilo meter. Sementara kegiatan fisik dan pengawasan di 6 UPTD pengelola jalan dan jembatan Jabar pada 2019 mencapai 102 paket pengerjaan.

Anggaran untuk peningkatan jalan dan jembatan milik provinsi mencapai Rp 242 miliar, rehabilitasi Rp 617 miliar, dan pengerjaan fisik total Rp 860 miliar. Selain itu, DBMPR Jabar memiliki anggaran untuk belanja langsung senilai Rp 1,2 triliun untuk meningkatkan kemantapan dan konektivitas jalan di Jabar.

Bicara soal konektivitas, Koswara memfokuskan untuk mendukung jaringan sektor unggulan seperti sektor wisata serta akses Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati. Tetapi perhatian khusus DBMPR Jabar kali ini adalah konektivitas untuk menyelesaikan kesenjangan infrastruktur di wilayah selatan Jabar.

Pasalnya, menurut Koswara, fokus DBMPR Jabar mengembangkan konektivitas di areal Jabar selatan lantaran aksesibilitas di sana masih memiliki sejumlah kekurangan. Awalnya pengembangan Jabar selatan sebagian besar ditujukan untuk pariwisata dan hutan lindung. Sedangkan dari segi infrastruktur, bagian selatan Jabar belum

JALAN SUDAH MANTAPKONEKTIVITASHARUS MENINGKAT

Sebagaimana tertuang dalam RPJMD akhir 2018, diketahui bahwa tingkat

kemantapan jalan Provinsi Jawa Barat sudah mencapai 90,06%.

Namun itu tidak selaras dengan konektivitasnya yang kisarannya

masih di bawah 50%.

wawan/DK

21SiBiMa | April - Juni 2019

sepenuhnya sempurna dibandingkan infrastruktur Jabar utara dan tengah yang sudah mantap.

Koswara menyontohkan, antara kota A dengan kota B terhubung oleh 10 ruas jalan. Namun, jalan yang berkondisi baik hanya dua ruas jalan yang merupakan jalan provinsi dan nasional, sedangkan delapan jalan lainnya terlalu sempit atau berkualitas buruk. Biasanya jalan ini berstatus jalan kabupaten atau desa.

Contoh nyata misalnya apa yang dialami warga Singajaya di Kabupaten Garut. Untuk sampai Pameungpeuk yang jalannya terkonektivitas dengan baik, mereka harus memutar melewati Cikajang dan Cisompet. Alhasil, jalan ini nilai konektivitasnya sedikit. Akibatnya, jarak antarkecamatan yang berada di kawasan tersebut menjadi jauh dan kurang efektif. Pasalnya, orang harus memutar jalan untuk mencapai kecamatan lain yang sebenarnya berjarak dekat

“Di kawasan selatan Jabar, akses jalan antara satu kecamatan dengan kecamatan lain harus muter dulu, padahal jaraknya dekat. Dari Garut tengah mau ke kawasan selatannya bisa muter hingga lima jam,” jelas Koswara, sembari mengungkapkan, sejauh ini, poros konektivitas Jabar selatan yang sudah terbangun di antaranya jalur Ciletuh-Sukabumi-Pelabuhan Ratu hingga Pangandaran.

Sementara itu Asisten Daerah 2 Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Jabar, Eddy Nasution, menjelaskan, kemantapan jalan tanpa konektivitas akan menjadi percuma. Pasalnya, kemantapan jalan adalah bagian dari konektivitas juga.

Sesuai dengan apa yang tertuang dalam RPJMD, konektivitas dan kemantapan jalan diharapkan dapat mendukung aktivitas perekonomian dan pertumbuhan pembangunan di Jabar. “Kalau kondisi infrastruktur jalan sesuai yang diharapkan, maka konektivitas yang diharapkan pada satu daerah dengan daerah lainnya tidak akan terganggu,” ujar Eddy yang pernah menjabat Plt Kepala DBMPR Jabar.

Menyinggung soal pengembangan jalan di jalur selatan, dia mengungkapkan, Pemrov Jabar akan banyak membangun akses. Di antaranya akses Cileunyi-Garut-Tasik-Banjar, bahkan

hingga ke Cilacap, Jawa Tengah. Selain itu, Eddy mengharapkan, konektivitasnya dapat

tersambung ke kawasan wisata Pangandaran. Adapun pembangunan jalan yang menghubungkan jalur selatan dengan jalur tengah Jabar kelak jalan tersebut akan menghubungkan kawasan pusat pariwisata Ciletuh.

Dia menambahkan, DBMPR Jabar sudah melakukan pembebasan lahan untuk pembangunan tol Cipali yang mengarah ke BIJB Kertajati. “Cukup banyak pembangunan jalan di Jabar. Harapannya ke depan, pembangunan jalan ini bermanfaat untuk menghubungkan sentra produksi yang ada di kabupaten terhadap pusat-pusat pertumbuhan kota dan pembangunan jalan desa,” ujar Eddy.

Untuk itu, diperlukan kolaborasi antara pusat, provinsi, dan daerah untuk mewujudkan jalan yang mantap. Masalahnya, anggaran pembangunan jalan setiap tahun masih kurang. Oleh karena itu, “Kalau bisa, jika ada pengembangan sebuah kawasan oleh swasta, maka juga harus dibarengi membangun jalannya sebagai bentuk andil swasta dalam pembangunan Jabar,” tegas Eddy.

Eddy menuturkan, anggaran total DBMPR Jabar tahun 2019 sebesar Rp 1,2 triliun. APBD Provinsi Jabar itu digunakan untuk belanja modal sekitar 30 persen. Sisanya, untuk bantuan kabupaten/kota. “Kami harus memonitor anggaran bantuan ke kabupaten/kota agar sesuai dengan tujuan pembangunan,” katanya.

Adapun proyek strategis DBMPR Jabar tahun ini antara lain pembangunan Masjid Al-Jabbar, flyover Jalan Gatot Subroto – Jalan Laswi, flyover Jalan Supratman - Jalan Jakarta, dan penataan Jalan Diponegoro. “Kami pun akan membangun jalur penyelamatan di jalur jalan Bandung - Subang. Selain dari APBD Jabar, anggarannya juga dari pemerintah pusat,” kata Eddy.

Sementara Dosen Teknik Sipil ITB, Eri Susanto, menambahkan, jalan mantap yang dimaksud adalah jalan dalam kondisi bagus dan sedang. “Artinya, bukan jalannya tidak ada bolong, tapi masih bagus untuk dilalui kendaraan. Selain mantap, jalan juga harus terkoneksi, terutama menghubungkan titik-titik ekonomi di Jawa Barat,” tuturnya. (wawan – febi / DK)

wawan/DK

wawan/DK

22 April - Juni 2019 | SiBiMa

PeRisTiwA

S EBANYAK 10.500 orang memadati kantor Pemprov Jabar hingga dicatat Original Rekor Indonesia (ORI) sebagai kegiatan tadarus dan buka puasa bersama

dengan peserta terbanyak melalui videoconference. Mengusung tema “Memuliakan Al Quran, Memperkuat Ukhuwah, dan Menghadirkan Cinta”, Bubos 2019 menghadirkan Ustaz Aam Amirudin yang mengupas hikmah Nuzulul Quran.

Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat (DBMPR Jabar) ikut ambil bagian sebagai peserta dalam acara itu dan mendapat tempat di booth atau lapak nomor tiga di depan gedung paviliun Podomoro. Lima puluh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov Jabar memang diundang memeriahkan acara itu.

Peserta lainnya meliputi para Aparatur Sipil Negara (ASN), kaum dhuafa, anak yatim, lansia, komunitas, dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Sementara umat agama lain pun turut serta merayakan buka bersama di Gesat.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dalam sambutannya pada acara Bubos 2019 mengatakan, “Ini adalah program kebersamaan luar biasa dalam memuliakan bulan suci Ramadan. Di situasi yang ber-dinamika ini, Alhamdulillah, hari ini kita membawa kegiatan yang menyejukkan, kegiatan yang menyegarkan, yang mengingatkan kita betapa indahnya ukhuwah islamiyah,” ujar gubernur yang kerap disapa Kang Emil itu.

Bubos 2019, lanjut Kang Emil, sekaligus menampilkan wajah bangsa Indonesia yang sesungguhnya. “Inilah wajah Indonesia yang sebenarnya. Hari ini Bubos dilaksanakan di 27 kota/kabupaten se-Jawa Barat. Kemudian tadarus serentak juga mendapatkan rekor ORI. Mudah-mudahan spirit hari ini dari Provinsi Jawa Barat resonansinya bisa sampai ke seluruh Indonesia,” tuturnya.

Pada kesempatan itu, Gubenur juga menandatangani nota kesepakatan dengan salah satu perusahaan ojek online. Tujuannya sebagai penguatan para pelaku sektor informal dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) via inovasi teknologi dengan perusahaan transportasi online tersebut.

Sementara itu, istri Gubernur Jabar, Atalia Praratya Kamil, yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Jabar menyebutkan,

BERSINERGI CATATKAN

REKOR ORISabtu (25/5), halaman Gedung Sate dan ruas Jalan Diponegoro, Bandung, tampak ramai oleh perhelatan Buka Bersama On The Street (Bubos) 2019 yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) beserta Jabar Bergerak, Tim Penggerak PKK Jawa Barat, dan sederet sponsor.

Bubos 2019 bertujuan mendalami makna indahnya berbagi dan kebersamaan yang terjalin di Jabar. “Jadi, ini sebenarnya botram masyarakat Jabar. Komunitas diwajibkan membawa anak yatim sendiri, lalu menyantuni sendiri, dan memberi makan sendiri. Kami hanya menyiapkan tempat supaya kita bisa makan bersama-sama,” jelasnya.

Atalia mengungkapkan, Bubos 2019 merupakan cerminan visi misi Jawa Barat Juara Lahir Batin. Contohnya final lomba adzan, tahfiz, dan tadarus Al Quran. “Ini penting, karena agama menjadi dasar anak-anak Jabar. Jadi, Juara Lahir Batin nggak cuma fisiknya seperti insfrastruktur, tetapi pemerintah memikirkan pula masa depan bangsa dengan penanaman nilai-nilai agama,” pungkasnya. (feby – wawan / DK)

wawan/DK

wawan/DK

wawan/DK

23SiBiMa | April - Juni 2019

KEPEMIMPINANRAMADHAN MELATIH

D IIRINGI rintik hujan, mereka memasuki Masjid Al-Hikmah yang terletak di dalam kantor. “Alhamdulillah, hari ini acara

dibarengi dengan hujan. Semoga menjadi berkah,” ujar Koswara di hadapan pimpinan sturuktural, Kepala UPTD, dan pegawai lainnya.

Koswara kemudian menyampaikan arti Ramadhan dalam melatih kepemimpinan diri. “Makna puasa bila diterapkan dalam kehidupan kepemimpinan sangat besar. Selain itu juga bisa menjadi bahan evaluasi buat kita semua. Karena yang paling susah adalah memimpin diri sendiri,” ujarnya.

Dengan berpuasa, lanjut Koswara, manusia dilatih mengendalikan dan memimpin diri sendiri.

Pe

RisT

iwA

Ramadan hari ke-6 Senin (13/5) pimpinan dan pegawai Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat bersama Sekretaris Daerah Pemprov Jabar, Iwa Karniwa, dan jamaah lain melaksanakan buka dan tarawih bersama di Masjid Al-Muttaqien di areal Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Bandung.

Menurut Hendra Wardana, Kepala Seksi Perencanaan Tata Ruang DBMPR Jabar, pada hari itu DBMPR Jabar menjadi penanggung jawab menyiapkan kegiatan buka dan tarawih bersama. Mewakili Kepala DBMPR Jabar, Hendra mengatakan, “Alhamdulillah, karena rahmatNya, kita masih diberi kesempatan melaksanakan sholat berjamaah. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih untuk semua yang hadir.”

Sebelum tarawih, Ustadz Hafidz Muslih, dosen Universitas Islam Negeri Bandung menyampaikan tausiyah. Dia mengupas Al-Quran Surat Al-Fathir ayat 29-30, yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah

dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”

Dijelaskannya, Allah akan memberikan kesempurnaan, kemuliaan, dan kesuksesan pada manusia. Kuncinya dengan membaca Al Quran terus menerus secara konsisten dan mengamalkan isi yang terkandung di dalamnya. Di antaranya dengan mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian dari rejeki yang diberikan Allah. Kunci kedua dengan mendirikan shalat. Al Quran menyebutkan, dalam mendirikan shalat ada yang disebut khorsyahun (shalat khusuk), yaitu shalat yang dilaksanakan dengan tenang, teratur, dan tidak buru buru. Beikutnya, shalat haafidun, yakni selain melaksanakan shalat fardu dan sunah, juga menjaga perilaku yang baik. Kemudian, shalat naaidun, yaitu orang yang mendirikan shalat dan jika diberikan ujian oleh Allah, maka dia hanya akan mengeluh kepada Allah dengan sabar dan shalat sebagai penolongnya. Bagi orang tersebut, makin banyak ujian yang Allah berikan, maka semakin dekat dengan dia kepada Allah melalui sabar dan shalat.

Hafid Muslih menandaskan, bila istiqamah membaca Al Quran, mendirikan shalat, dan berbagi terhadap sesama manusia, maka hal itu akan mengantarkan kepada kesuksesan, kesempurnaan, dan kemuliaan di hadapan Allah dan makhlukNya. (feby – wawan / DK)

Mengendalikan diri berarti mengendalikan emosi, menyalurkan energi diri, lalu menerapkan kedisiplinan pada diri sendiri. Ini kerap sulit dilakukan manusia. “Orang yang tidak bisa mengendalikan diri tidak akan bisa jadi pemimpin yang baik,” ujar mantan staf Bappeda Jabar ini.

Seorang pimpinan yang baik, seperti para Kepala UPTD, harus bisa membimbing anak buahnya dengan baik. “Bagaimana sebuah arahan, sebuah perintah menjadi kekuatan yang mengikat secara emosional, dan sebagainya. Tanpa kita bisa memimpin diri sendiri, kita tidak mungkin bisa memimpin orang lain,” tegas Koswara.

Meski baru tiga bulan memimpin, Koswara mengaku, belum sepenuhnya mengenal karakter para pegawai DBMPR Jabar. Melalui psikologi kerja, ia mempelajari hal itu dengan cermat supaya dapat beradaptasi dan membuat berbagai perbaikan atas kekurangan yang ada. “Oleh karena itu, saya mengajak teman-teman semua untuk membuka pikiran, membuka wawasan dalam melakukan pekerjaan, sehingga kita bisa melakukan pekerjaan dengan semangat dan dengan motivasi perubahan,” tuturnya.

Koswara juga mengajak keluarga besar DBMPR Jabar untuk belajar mengevaluasi diri. Lantaran tanpa evaluasi, seseorang tidak akan bisa melakukan perbaikan dan perubahan. “Jadikan momentum Ramadhan sebagai sarana untuk melatih kepemimpinan diri sendiri. Mengevaluasi untuk melakukan perbaikan. Dengan perbaikan, kita bisa berubah. Tanpa perbaikan, kita tidak bisa melakukan perubahan,” pungkasnya.

Puasa Meningkatkan Strong CharacterUstadz Hafidz Muslih dalam menjelaskan, puasa Ramadhan bagi umat

Islam sangat baik untuk meningkatkan karakter yang kuat (strong character). “Pada bulan Ramadhan, hal yang membatalkan puasa itu sedikit, tapi yang merusak iman dan pahala banyak, salah satunya bohong. Makanya Rasulullah mengatakan, siapa yang tidak bisa meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh lagi pada lapar dan hausnya,” ujarnya.

Dia menambahkan, melatih integritas terhadap etos kerja dapat ditempuh melalui kejujuran. “Rasulullah mengatakan, kejujuran membawa kebaikan. Kebaikan membawa keberkahan. Oleh karena itu, jauhilah dusta. Pekerjaan, Insya Allah, akan selesai dengan baik kalau kita jujur,” katanya. (feby- wawan / DK)

RAIH KEMULIAAN dENGAN MENdIRIKAN SHALAt dAN MEMBAcA AL QURAN

wawan/DK

wawan/DK

24 April - Juni 2019 | SiBiMa

Pe

RisT

iwA

P ORPEMPROV XVII yang diikuti 2.500 aparatur sipil negara (ASN) seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemprov Jabar ini digelar hingga

26 April 2019. Lima belas cabang olah raga dipertandingkan dalam ajang ini, antara lain gerak jalan, senam, tarumpah panjang, billiard, bola basket, golf, hadang, bola voli, bulu

tangkis, catur, futsal, tenis meja dan tenis lapangan. Rangkaian acara pembukaan diawali dengan defile

pendukung acara dan para atlet tiap OPD, lalu ditutup tim atlet Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang membawa rombongan kesenian serta juara “Jajaka Mojang” Kabupaten/Kota se-Jawa Barat.

dBMPR JABAR SAPU BERSIH MEdALI GOLF

PORPEMPROV XVII

Ditandai pelepasan rangkaian balon yang membawa spanduk “Porpemprov XVII-2019” oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dan istri Atalia Ridwan Kamil, serta Sekretaris Daerah Pemprov Jabar, Iwa Karniwa, Pekan Olah Raga Pemerintah Provinsi (Porpemprov) Jabar XVII tahun 2019 di SOR Arcamanik, Jalan Pacuan Kuda Arcamanik, Bandung, Selasa (23/4), resmi dibuka.

wawan/DK

25SiBiMa | April - Juni 2019

Gubernur dalam sambutannya mengatakan, kesehatan jasmani harus dimiliki para ASN agar mampu melayani masyarakat secara optimal. “Untuk memberikan pelayanan terbaik harus terlihat dari luar juga. Salah satunya memiliki fisik yang sehat dan kuat,” ujarnya.

Melalui Porpemprov, Ridwan Kamil mengajak seluruh peserta menjunjung tinggi sportivitas. “Olah raga harus diiringi dengan sportivitas. Kuncinya jangan curang. Kalau mau menang, ya harus ngesang,” imbuhnya.

Emil berpesan, ASN harus memiliki tiga nilai yang harus dijunjung, yaitu benteng integritas, layani masyarakat dengan ikhlas, dan meningkatkan profesionlisme. “Tiga nilai ini harus tampak dalam wujud fisik yang bugar, sehat, dan kuat,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Porpemprov XVII-2019, Daud Achmad, mengatakan, kegiatan ini merupakan program tahunan yang diselenggarakan Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) Jabar. Melalui Porpemprov, diharapkan dapat terjalin silaturahmi antara seluruh ASN di Jabar. “Diharapkan kita dapat menjunjung sportivitas agar bisa diterapkan sehari-hari dalam dunia kerja serta mampu memelihara kesehatan jasmani,” sebutnya.

Daud menerangkan, Porpemprov ke-17 ini pun menjadi ajang seleksi atlet yang akan mewakili Jabar di tingkat nasional dalam Pornas Korpri 2021 di Bangka Belitung. “Kita berhasil menjadi juara umum pada tahun 2013 dan 2017. Semoga nanti bisa kembali meraih juara umum,” ujar Asisten Daerah (Asda) I Jabar itu, sembari menambahkan, bila dalam Pornas Korpri 2021 mendatang Jabar bisa kembali mempertahankan juara umum, maka artinya bakal meraih Piala Presiden.

Sapu Bersih Medali GolfDALAM perhelatan Porpemprov XVII-2019, DBMPR Jabar

mengirim 75 atlet untuk berlaga dalam 7 cabang olah raga. Menumpukan pada cabang olah raga andalan bulu tangkis putri, ternyata atlet cabang golf justru menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan.

Dimotori Kepala DBMPR Jabar, A. Koswara, tiga atlet golf DBMPR Jabar menyapu semua medali yang diperebutkan. Medali emas disabet A. Koswara. Medali perak direnggut Agus Salim , Kepala UPTD V . Sementara medali perunggu diraih Sansan (wawan – feby / DK)

wawan/DK

wawan/DK

wawan/DK

wawan/DK

wawan/DK

wawan/DK

26 April - Juni 2019 | SiBiMa

wAwAsAN

Pemanfaatan bagian-bagian jalan tersebut memiliki persyaratan teknis yang harus diikuti dengan mengajukan izin dan mendapat rekomendasi teknis dan pengelola jalan tersebut. Untuk jalan provinsi harus mendapatkan rekomendasi teknis dari Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat (DBMPR Jabar).

G ARIS Sempadan Jalan atau GSJ adalah garis batas luar pengaman untuk dapat mendirikan bangunan di kiri kanan jalan di luar Ruang Milik Jalan dan

di luar Ruang Pengawasan Jalan. GSJ berguna untuk mempertahankan daerah pandangan bebas bagi para pengguna jalan. Bangunan yang dimaksud adalah sesuatu yang didirikan berupa rumah, gedung, jembatan, tower, dan bangunan lainnya.

GSJ dibuat supaya setiap orang tidak semuanya membangun sebuah bangunan. Selain itu, GSJ nantinya juga berguna untuk terciptanya lingkungan yang nyaman, rapi, dan aman. Lebih pentingnya lagi adalah tidak ternganggunya fungsi jalan serta terlindungnya konstruksi jalan.

MENELISIKGARIS SEMPAdAN JALANoleh : Mohammad Aswal

Untuk menunjang terciptanya lingkungan yang teratur serta dalam upaya tertib pemanfaatan lahan dari

kegiatan mendirikan bangunan-bangunan di Ruang Pengawasan

Jalan dan Ruang Milik Jalan ditetapkanlah Garis Sempadan Jalan.

Bagian-Bagian Jalan

• RUMAJA (Ruang Manfaat Jalan) adalah ruang yang terdapat pada badan jalan yang berbatasan dengan pedestrian atau trotoar.

• RUMIJA (Ruang Milik Jalan) adalah ruang yang terdapat pada pedestrian sisi kiri hingga sisi kanan jalan. Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang menerjemahkannya sebagai jalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang masih menjadi bagian dari Ruang Milik Jalan, dibatasi oleh batas ruang milik jalan, dan dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan datang.

• RUWASJA (Ruang Pengawasan Jalan) adalah ruang yang terdapat pada sempadan antar bangunan sisi kiri dan kanan jalan, atau ruang tertentu di luar Ruang Milik Jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.

• Jalan kolektor primer tidak kurang dari 10 meter diukur dari tepi luar Rumija.

• Jembatan untuk pengamanan konstruksi, tidak kurang dari 100 m, diukur dari tepi luar pangkal jembatan ke arah hulu dan ke arah hilir jembatan.

Jarak Garis Sempadan Jalan

Objek Pemanfaatan LahanObjek pemanfaatan lahan di dalam ruang milik jalan diperuntukkan bagi :• Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).• Pemasangan portal (bando) atau jenis

konstruksi lainnya yang melintang jalan.• Pemasangan tiang papan reklame/

billboard.• Penanaman utilitas umum berupa pipa

maupun kabel.• Fasilitas jalan ke luar masuk persil.

27SiBiMa | April - Juni 2019

LeNsA

One Way Ticket

LKPJ -Pameran Pilihan

Musrenbang Jabar 2020

KEPALA Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Jawa Barat, A, Koswara MP berulang tahun yang ke-51 pada 5 April 2019. Syukuran dilaksanakan di ruang Adi Bima utama yang dihadiri pimpinan struktural, pegawai dan keluarga.Selain menyampaikan terima kasih, Koswara juga menyebutkan semua manusia hanya diberi satu tiket “One way Ticket” oleh Allah SWT sampai menuju ke akhir tujuan. Untuk itu. Koswara mengajak semua yang hadir untuk memanfaatkan hidup untuk memberikan yang terbaik. Koswara berpesanpada seluruh keluarga besar Dinas Binamarga dan Penataan Ruang masih banyak tugas dan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Inilah saat nya memberikan serta menunjukan yang terbaik melalui kinerja dan pelayanan. (wawan / DK) GUBERNUR Jawa Barat,

Ridwan Kamil beserta Sekretaris Kementerian Pariwisata Indonesia, menghadiri acara musyawarah perencanaan pembangunan (musrembang) RKPD Provinsi Jawa Barat tahun 2020 berlokasi di The Trans Luxury Hotel, Jl. Gatot Subroto No.289 Bandung. Beliau turut menyampaikan perencanaan pembangunan aksesibilitas menuju kawasan wisata Jawa Barat serta pembangunan Tol Cisumdawu. (wawan – feby / DK)

Pemprov Jawa Barat menggelar Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun Anggaran 2018 di halaman Gedung Sate, Bandung, kamis (28/3). Kegiatan pameran ini merupakan visualisasi LKPJ Gubernur Jawa Barat 2018 dengan mengambil tema “Bersama membangun Jawa Barat Juara Lahir Batin”. Maka masyarakat dapat melihat dan menilai hal apa saja dilakukan Pemprov tahun 2018. (wawan / DK)

wawan/DK

wawan/DK

wawan/DK

28 April - Juni 2019 | SiBiMa

D ALAM konsep K-MOB, ASN dituntut untuk mengisi absen dan SKP Pribadi melalui smartphone. Selain itu, hal baru dari K-MOB adalah kinerja pribadi

yang mempengaruhi kinerja instansi secara umum. K-MOB merupakan penyempurnaan dari sistem SKP Online yang dikembangkan sebelumnya.

Penyempurnaan akan terus berlanjut mengikuti perkembangan. Saat ini, K-MOB masih dalam tahap

pembiasaan dan belum efektif diterapkan di jajaran Pemprov Jabar. Penyempurnaan bertujuan agar para ASN bekerja lebih efektif serta penilaian kinerja akan didapat berdasarkan data yang lebih valid.

SKP Online (K-MOB) merupakan aplikasi real time yang mengukur kinerja pegawai mulai sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja yang disinkronkan dengan data presensi pegawai, data penyerapan anggaran, dan data output kinerja

KINERJA PEGAWAI tERDEtEKSI“RITME” MELALUI

APLIKASI

Untuk mengoptimalkan cara kerja dan pengawasan aparat sipil negeri (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar),

diluncurkanlah Sasaran Kerja Pegawai (SKP) Online dengan aplikasi baru K-Mobile (K-MOB). Aplikasi ini diharapkan dapat lebih mempermudah

penentuan keakuratan nilai, perilaku kerja, dan disiplin pegawai.

wAwAsAN

dok. Jabar

29SiBiMa | April - Juni 2019

pegawai yang tersedia. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 menjadi landasan bisnis proses aplikasi SKP Online (K-MOB) yang dimodifikasi sesuai kondisi, kebutuhan, dan target kerja instansi.

Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Jabar akan meresmikan aplikasi SKP Online (K-MOB) pada bulan April 2019 dengan nama RITME (Real Time Management System) sebagai data presensi (kehadiran) pegawai berbasis kinerja. Saat ini, sedang dilakukan pengenalan dan sosialisasi ke semua dinas dan ASN di lingkungan Pemrov Jabar.

RITME adalah aplikasi mobile untuk presensi, SKP, dan Sistem Informasi Pegawai (SIMPEG) berbasis android yang didesain untuk digunakan di kalangan internal pegawai pemerintah. Fungsinya sebagai alat ukur kinerja perangkat daerah dan pegawai negeri. RITME terdiri atas tiga modul utama, yakni presensi mobile, SKP mobile, dan SIMPEG mobile. Ketiga modul itu dapat dikerjakan melalui HP android milik masing-masing pegawai.

Presensi yang dilakukan RITME adalah skema presensi harian normal, skema presensi dinas luar (DL) full, skema presensi dinas luar, skema presensi masuk kerja, skema presensi normal + izin, cuti, skema presensi normal + lembur, skema presensi lembur di luar hari kerja, dan lain-lain.

SKP mobile terdiri atas tiga fitur, yaitu SKP tahunan, bulanan, dan bawahan. Pengisian form SKP target bisa dilakukan secara bulanan. Pada akhir tahun, sistem akan merekap menjadi laporan SKP tahunan.

Sementara dengan SIMPEG mobile, setiap pegawai akan sangat mudah meng-update data kepegawaian maupun data personal. Menunya meliputi data kepegawaian, data personal, riwayat calon pegawai negeri sipil (CPNS), pegawai negeri sipil (PNS), data kepangkatan, data jabatan, riwayat pendidikan, dan lain-lain.

Adapun fitur pengawasan/laporan merupakan pengawasan kinerja pegawai bawahan secara realtime serta mudah dalam mengukur tingkat kinerja unit kerja dan personal pegawai. Isinya antara lain kehadiran pegawai beserta skema kerja realtime ; penelusuran lokasi GPS pegawai ; laporan dinas dari perjalanan dinas setiap pegawai bawahan ; laporan presensi harian, bulanan, dan tahunan per pegawai bawahan ; laporan presensi harian pegawai berdasarkan level unit ; laporan rekapitulasi unit kerja berjenjang sampai unit di bawahnya ; laporan pegawai bermasalah dengan presensi ; dan lain-lain.

Dalam aplikasi tersebut ada juga laporan prestasi yang merupakan rekapitulasi bulanan dari presensi harian, realisasi SKP inidividu/personal, dan realisasi SKP APBD. Laporan prestasi dibagi dua, yaitu sasaran kerja dengan bobot 60% (realisasi APBD 40% dan SKP individu 20%) serta perilaku kerja dengan bobot 40% (orientasi pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerja sama, kepemimpinan).

Laporan presensi (kehadiran) sendiri berisi riawayat presensi harian selama satu tahun dan dikelompokkan berdasarkan bulan (terdiri atas laporan presensi serta laporan aktivitas lain seperti dinas luar, izin, lembur, dan cuti).

Dengan aplikasi K-MOB, karier seorang ASN bisa mengalami akselerasi. Hal ini sesuai dengan penekanan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dalam menilai pencapaian karier ASN. Ada tiga aspek yang menjadi penilaian karier ASN,

yaitu aspek sasaran kinerja, perilaku kinerja, dan inovasi. Dengan inovasinya, seorang ASN bisa mendapat kenaikan pangkat luar biasa.

Dalam K-MOB, para ASN akan mengisi rincian tugas pokok dan fungsi (tupoksi) di dalam smarthpone-nya sesuai dengan jabatan masing-masing ASN yang sudah disesuaikan dengan Peraturan Gubernur Nomor 24 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2017 tentang Daftar Nomenklatur Jabatan Pelaksana Pegawai Negeri Sipil Pada Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat.

Dalam K-MOB, para ASN diharuskan melaporkan capaian kinerja sesuai dengan rincian tupoksi setiap hari, kemudian capaian kinerja tersebut akan dikonversikan ke dalam nilai rupiah. Dengan cara seperti itu, take home pay setiap ASN sesuai dengan capaian kinerja ASN itu sendiri. Jadi, bisa disimpulkan bahwa tidak akan ada potongan tunjangan bagi ASN.

“Jadi, jika dalam hari tertentu salah satu ASN tidak dapat bekerja, maka tidak akan ada nilai rupiah yang didapat ASN itu. Sebaliknya, semakin banyak ASN itu berkarya dan berinovasi, maka akan lebih besar nilai rupiah yang bisa didapatkannya,” ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Jabar, Iwa Karniwa.

Di sisi lain, lanjut Iwa, penggunaan aplikasi K-MOB juga dapat meningkatkan efisiensi anggaran. Pasalnya, dengan keberadaan aplikasi K-MOB, maka kini presensi pegawai tidak usah lagi menggunakan mesin fingerprintyang harganya jutaan rupiah. Padahal, jumlah mesin fingerprint yang dibutuhkan cukup banyak, sehingga pengadaannya memerlukan anggaran yang besarnya fantastis.

Pada tanggal 21 Januari 2019, aplikasi K-MOB sudah dilegalisasi melalui Surat Edaran Nomor : 060/03/BKD tentang Aplikasi Kinerja Mobil. Artinya, seluruh ASN di lingkungan Pemprov Jabar sudah harus melakukan penyesuaian dengan aplikasi K-MOB. Sistem yang dibangun aplikasi K-MOB diharapkan dapat memicu ASN untuk melakukan kinerja lebih baik dan lebih menghargai setiap karya maupun kinerja yang dihasilkannya. Sekaligus bisa membawa ASN lebih profesional dalam mewujudkan target “Jabar Juara dengan Ngabret”. (Wawan / DK)

dok. Jabar

30 April - Juni 2019 | SiBiMa

sejeNAk

Tidak bubaran?

HIKMAHPascalebaran mampukah

IDUL Fitri hadir sehari setelah penutup ibadah puasa Ramadhan. Sudah tentu kita semua bersama seluruh kaum muslimin senantiasa menyambut dan merayakannya dengan penuh kegembiraan, keceriaan, kebahagiaan, dan kesukacitaan.

I dul Fitri atau lebaran adalah hari perayaan bagi mereka yang berpuasa. Dalam ragam tradisi di Indonesia, masing-masing orang akan meminta permaafan kepada orang tua

bagi yang lebih muda dan orang tua memberikan permaafan kepada mereka yang lebih muda. Paling utama adalah orang tua biologis --bapak, ibu, nenek, kakek, dan seterusnya ke atas, sanak saudara, tetangga, serta teman-teman. Ketika orang tua sudah wafat, maka biasanya kita akan pergi ke makam untuk menziarahi mereka, membacakan doa bagi mereka begitu usai shalat Idul Fitri. Hal seperti ini sebenarnya bisa dilakukan kapan saja, namun bagi orang Indonesia, Idul Fitri adalah kesempatan terbaik.

Semua tindakan di atas pada dasarnya adalah simbolisasi kita untuk kembali kepada keadaan yang asal. Apa yang asal dalam kehidupan manusia adalah fitrah kita sebagai manusia.

Fitri di sini memiliki makna suci, bersih, dan sesuai dengan asal sebagaimana sabda Nabi bahwa manusia pada hakikatnya dilahirkan dalam keadaan fitri. Karenanya, ucapan-ucapan yang disampaikan sesaat setelah Idul Fitri seperti minal aa’idin walfaaizin, taqabbalallahu minna waminkum taqabbal ya kariim, dan lainnya, adalah hal yang sangat dekat secara makna dengan keadaan fitri tersebut.

Dari dimensi agama, Hari Raya Idul Fitri adalah momen di mana manusia berefleksi tentang diri mereka (muhasabah), tentang orang lain, dan juga tentang Tuhannya setelah menjalani puasa sebulan penuh. Letak hikmah bermula dari hari pertama Idul Fitri sampai hari-hari kembali lagi ke Idul Fitri berikutnya. Dalam interval waktu tersebut, kita dikatakan sebagai sukses dan menang apabila mampu menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Jika kita mampu mencapainya, maka hikmah puasa itu bisa diraih.

Bagi umat Islam, momentum Hari Raya Idul Fitri adalah saat-saat penting untuk bersilaturrahmi dan saling memaafkan. Seluruh kesalahan yang pernah dilakukan terhadap sesama selama setahun seolah ingin dilebur di hari lebaran nan mubarak itu. Di sini kita saling bermaafan, minal a’idin wal faizin.

Sadar atau tidak sadar, ungkapan itu dalam masyarakat kita sering dimaknai, “mohon maaf lahir dan batin”. Meski secara kontekstual pemaknaan itu tidak terlalu menyimpang, keluasan dan kedalaman makna ungkapan tersebut tidaklah sepenuhnya terwakili dalam ungkapan “mohon maaf lahir dan batin”. Mengapa begitu?

31SiBiMa | April - Juni 2019

Dalam istilah agama, ada yang disebut huququllah atau hak-hak Allah dan ada pula yang disebut huququl insan atau hak asasi manusia. Dosa atau kesalahan manusia kepada Allah menimbulkan hak bagi Allah untuk menuntut penebusan dari manusia. Kita menjalankan puasa Ramadhan, misalnya, merupakan upaya menebus dosa itu dan memohon ampun kepada-Nya. Puncaknya adalah pada momen Idul Fitri, yaitu kembali kepada fitrah kita, kepada kesucian. Kembali kepada kesucian itu yang kemudian disimbolkan dengan adanya maaf dari Allah, lalu disempurnakan dengan maaf dari manusia. Dalam kehidupan keseharian atau bermasyarakat, kita pasti tidak luput dari berbuat salah kepada sesama. Allah tidak akan mengampuni kesalahan yang kita lakukan terhadap sesama jika kita tidak mau minta maaf kepada yang bersangkutan. Di sinilah sebenarnya kaitan antara ungkapan minal a’idin walfaizin yang berdimensi vertikal dengan ungkapan “mohon maaf lahir dan batin” yang berdimensi harizontal.

Hidup pada dasarnya suatu gerak, suatu aktivitas dalam waktu. Ketika Allah meniupkan ruh kedalam jasad manusia, hidup pun telah dimulai. Karena pada saat itu, fitrah atau kejadian asal manusia bersentuhan secara fisik maupun mental dengan alam materi yang membuatnya tidak lagi bersih atau suci. Ditambah lagi , manusia itu makhluk yang lemah, sehingga mudah terjerembab ke dalam kenikmatan materi yang semu. Semakin lama ia tenggelam dalam kemeriahan alam materi, semakin kotor pula alam ruhaninya. Akhirnya, terjatuhlah manusia ke alam kesengsaraan.

Untuk bisa kembali ke alam surgawi atau kebahagiaan, manusia harus melalui proses pembersihan diri. Ramadhan adalah bulan yang mendatangkan rahmat, ampunan, sekaligus pencegah agar manusia tidak jatuh ke lembah kesengsaraan. Dengan demikian, umat Islam dapat masuk kembali ke alam kebahagiaan, alam surgawi, alam kesucian yang dilambangkan dengan Idul Fitri.

Sebenarnya, lambang-lambang dari kecenderungan manusia untuk kembali kepada asal kejadiannya juga ditemukan dalam segenap kegiatan menjelang dan di Hari Raya Idul Fitri. Kita melihat, misalnya, orang-orang selalu menyempatkan diri untuk pulang kampung. Mereka bahkan rela berjejal dan berdesakan di atas kereta atau bus, saling sikut, saling dorong, dan sebagainya.

Inilah mudik lebaran yang sebenarnya, yang berarti “kembali ke asal”, ke kampung halaman, “kembali ke fitrah”. Tujuan mudik sama sekali jauh di atas kepentingan material, tetapi didorong kecenderungan spiritual, yaitu hasrat berkumpul dengan sanak saudara sekaligus untuk saling memaafkan.

Memaafkan memang pekerjaan gampang-gampang susah. Tidak semua orang mau berbesar hati memaafkan kesalahan orang lain. Apalagi jika orang itu menganggap kesalahan tersebut terlalu besar, sehingga kata maaf dianggap terlalu ringan dan tidak cukup untuk menebus kesalahan itu. Kata memaafkan sendiri, sebagaimana tersurat dalam Q.S. Ali Imran : 134, didahului dengan kata menahan amarah. Karena orang yang tidak bersedia memaafkan kesalahan orang lain, biasanya memendam amarah atau menyimpan dendam.

Dalam Al Quran, kata “dendam” yang terkait fenomena yang manusiawi, paling sedikit disebutkan dua kali. Seperti dalam ayat, “Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka” (Q.S. Al-A’raf : 43).

Kesimpulan ringkas yang diuraikan petunjuk Al Quran ini adalah sifat dendam, yang salah satu bentuknya tidak mau memaafkan kesalahan orang lain, bukanlah sifat orang

beriman. Sebab, Allah sendiri adalah Maha Pemaaf. Allah juga mencirikan orang-orang yang beriman sebagai orang yang mau memberi maaf apabila sedang marah.

Jelas, memaafkan adalah suatu kualitas dan tingkatan moral tersendiri. Jika kita memaafkan kesalahan orang lain, berarti kita menutupi kesalahan orang itu dan rasa marah kita sendiri. Sebab, keduanya saling berkaitan dengan keikhlasan untuk memberi maaf. Kini pertanyaannya, mampukah kita meletakkan makna ungkapan “mohon maaf lahir dan batin” itu dalam kerangka seperti yang dituju Al Quran tersebut?

Umat Islam diingatkan bahwa sehebat apa pun pertentangan hendaknya segera dicarikan penyelesaian dengan mengedepankan semangat ukhuwah atau persaudaraan sejati guna membangun ishlah atau perdamaian di antara sesama umat manusia. Bagi kalangan tertentu yang menginginkan dakwah secara radikal dan menimbulkan permusuhan, Idul Fitri adalah saat terbaik untuk merenungkan kembali jalan dakwah yang lebih arif dan bijak, yakni dakwah bil hikmah.

Pesan Nabi Muhammad SAW, “Jangan sampai perselisihan itu berlanjut lebih dari tiga hari.” Mudah-mudahan melalui Hari Idul Fitri kita bisa memetik hikmah untuk diterapkan dalam kehidupan nyata, agar rasa damai dan persaudaraan selalu menyertai kita di mana pun dan kapan pun.

Berakhirnya momen puasa Ramadhan meninggalkan banyak hikmah. Namun tidak semua orang mau meraih dan mempertahankan hikmah tersebut pascapuasa. Puasa sebulan penuh yang begitu kaya dengan makna kerendahan hati, kesalehan sosial, dan filantropi harus mampu menjadi cerminan dan istiqamah dipertahankan bagi pribadi dan karakter orang beriman di luar Ramadhan.

Namun, kenapa hal itu tidak terjadi, bahkan intensitasnya tidak mengalami penurunan? Jawabnya kembali kepada kita semua : sejauh mana kita mampu memandang ibadah kita --yang ikhlas karena Allah-- memiliki dimensi kemanusiaan dan perubahan sosial.

Jangan sampai Hari Idul Fitri yang sering pula disebut lebaran menjadi hari bubaran. Bubar puasanya, bubar pula ke masjidnya, bubar juga baca Al Quran-nya, dan seterusnya. Pun apakah bubar Ramadhan berarti bubar pula ketaatannya?. (dari berbagai sumber)

SelamatHari Raya

Idul Fitri

Mohon Maaf Lahir & Batin

Dina s B i n a Mar g a d a n P e n a t aa n R u a n gP r o v i n s i Jaw a Bar a t

1440 H