drop pct kel.3
TRANSCRIPT
JURNAL SEDIAAN LIQUID
Drop Paracetamol
Kelompok 3
Destia C.H` 904008
Nursela Hijriani 201110410311112
Alva Nur Rohma 201110410311115
Katasha Viga Anggriagati 201110410311136
Aprilia Widyastuti 201110410311143
Arin Dwica Vidianti 201110410311153
Dewi Ratnawati 201110410311167
Irsita Trisiyana P. 201110410311173
Nur Hajar Rahmani 201110410311236
Siti Robiatul 201110410311237
Rizkie Zaqiyah 201110410311255
Tanggal Pembuatan (tanggal diskusi) : 24 september 2013
Dosen Pembimbing :
PROGAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi Parasetamol
Parasetamol adalah metabolit aktif dari fenasetin yang bertanggungjawab
akan efek analgesiknya. Merupakan penghambat prostaglandin lemah dalam jaringan
perifer dan tidak memiliki efek inflamasi yang signifikan. Efek antipiretik
ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol mengandung tidak kurang dari
98% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 di hitung zat yang telah dikeringkan.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen,
Parasetamol tidak memiliki sifat anti radang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam
obat jenis NSAID. Parasetamol tidak menimbulkan iritasi pada lambung atau
mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arterious pada janin.
a. Karakteristik Parasetamol
Nama bahan obat : Paracetamol (FI III Hal: 37)
Sinonim : N-Acetil-P-Aminofenol, Acetaminofen
Struktur Kimia: C8H5NO2
BM : 151,16
Kemurnian : Paracetamol tidak kurang dari 98% dan tidak lebih
dari 101%C8H9NO2
Efek teraupetik : Analgesik, antipiretik
Pemerian : Hablur putih, tidak berbau, rasa pahit
b. Organoleptis Bahan Obat (FI III : 37)
Warna : Putih
Bau : tidak berbau
Rasa : Pahit
c. Mikroskopis (FI III , 37)
Bentuk Kristal : hablur atau serbuk hablur.
d. Karakteristik Fisika Mekanik ( FI IV, 649 )
Titik Lebur : 163 0 c – 172 0 c
Higroskopisitas : tidak higroskopis
e. Karakteristik Fisika Kimia
Kelarutan menurut ( FI III, 37) : larutan dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol(95%)P, dalam 40 bagian Gliserol P, dan 9 bagian propilenglikol.
Kelarutan menurut (FI IV,649) : Larut dalam air mendidih, dan dalam NaOH
1 N, mudah larut dalam etanol.
Stabilitas
Bahan Padat :
Terhadap Suhu : stabil
Terhadap Cahaya : tidak stabil
Terhadap kelembapan : stabil
Bahan Larutan :
Terhadap pelarut : stabil
f. Higroskopisitas
Pada kelembapan relatif sampai 90 % (Pharmaceutical Codex)
Pka : 9,5 pada suhu 25o C
Nama Kimia : N – Asetil – 4 aminofenol
g. Kelarutan (Martindale : The Ekstra Pharmacopeia 28th ed)
1 bagian Parasetamol larut dalam 70 bagian air, 20 bagian air mandidih,
dalam 7 sampai 10 bagian etanol (95%), dalam 13 bagian aseton, 40 bagian
gliserol dan dalam 9 bagian propolenglikol, sangat mudah larut dalam kloroform,
agak sukar larut dalam eter, larut dalam larutan alkali hidroksida membentuk
larutan jenuh dalam air dengan pH 5,1 sampai 6,5.
h. Khasiat dan Penggunaan : analgetikum dan antipiretikum
i. Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
j. Titik Lebur : antara 168° - 172°C
k. Stabilitas :
Parasetamol sangat stabil dalam aquades. Waktu paruhnya yang di dapar
pada pH 6 diperkirakan 21,8 tahun; degradasi dikatalisis oleh asam dan basa dan
waktu paruhnya 0,73 tahun pada pH 2 dan 2,28 tahun pada pH 9. Hasil
degradasinya adalah P-amini fenol dan asam asetat (Martindale: Ekstra
Pharmacopeia 28th ed)
Dalam larutan, Parasetamol membutuhkan proteksi dari cahaya. Dalam
keadaan kering Parasetamol murni stabil pada temperatur sampai 45°C. Jika hasil
hidrolisis parasetamol P aminofenol terdapat sebagai contaminan atau sebagai
hasil pemaparan kondisi yang lemah. P aminofenil dapat terdegradasi dengan
oksidasi pada Quinnonimine. Parasetamol relatif stabil terhadap oksidasi. (The
pharmaceutical Codex)
Hidrolisis parasetamol baik yang di katalisis oleh asam maupun basa
mengikuti reaksi orde 1 karena dipengaruhi oleh satu reaktan. Degradasi
Parasetamol tergantung pada konsentrasi dan tidak berikatan dengan kekuatan
ionik.
l. Tinjauan Bahan Obat
Farmakologi
Parasetamol merupakan salah satu derivat aminofenol. Derivat P-
aminofenol yang lain adalah fenasetin. Asetaminofen merupakan metabolit
fenasetin, parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik
yang sama. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.
Parasetamol di Indonesia lebih dikenal dengan nama Parasetamol dan tersedia
dalam obat bebas. Walaupun demikian laporan kerusakan fatal hepar akibat
overdosis akut perlu diperhatikan, efek anti inflamasi parasetamol hampir
tidak ada.
Efek Samping
Reaksi alergi terhadap derivat para-aminofenol jarang terjadi.
Manisfestasinya berupa aritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat
berupa demam dan lesi pada mukosa penggunaan semua jenis analgesik dosis
besar secara menahun terutama dalam kombinasi berpontensi menyebabkan
nefropati analgesik.
Toksisitas Akut
Akibat dosis toksik yang paling sering ialah nekrosis hati. Nekrosis tubuh
renalis serta koma hipoglikemik dapat juga terjadi hepatotoksisitas dapat
terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 mg (200-250 mg/kg BB)
parasetamol. Gejala pada hari pertama keracunan akut parasetamol belum
mencerminkan bahaya yang mengancam. Anoreksia, mual dan muntah serta
sakit perut terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlangsung selama
seminggu atau lebih. Gangguan hepar dapat terjadi pada hari kedua, dengan
gajala peningkatan aktivitas serum transminase, laktat dehidrogenase, kadar
bilirubin serum serta pemanjangan masa protobin. Aktivitas alkali fosfatase
dan kadar albumin serum tetap normal. Kerusakan hati dapat mengakibatkan
ensefalopati, koma dan kematian. Kerusakan hati yang tidak berat pulih dalam
beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Kerusakan ini tidak hanya disebabkan oleh Parasetamol, tetapi juga oleh
radikal bebas, metabolit yang sangat reaktif yang berikatan secara kovalen
dengan makromolekul vital sel hati. Karena itu hepatotoksisitas Parasetamol
meningkat pada pasien yang juga mendapat barbiturat. Antikonvulsi lain atau
pada alkoholik yang kronis. Kerusakan yang timbul berupa nekrosis
sentrilobularis. Kerusakan akut ini biasanya diobati secara simtomatik dan
suportif, tetapi pemberian senyawa sulfhidril tampaknya dapat bermanfaat,
yaitu dengan memperbaiki cadangan glutation hati. N-asetilsistein cukup
efektif bila diberikan peroral 24 jam setelah minum dosis toksik Parasetamol.
Farmakodinamik
Efek analgesik Parasetamol dan fenasetin serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan
efek sentral seperti salisilat.
Efek anti inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol dan
fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan
penghambat biosintesis PG yang lemah. Efek iritasi, erosi dan pendarahan
lambung tidak terlihat pada kedua obat ini., demikian juga gangguan
pernafasan dan keseimbangan asam basa.
(Farmakologi FK UI, edisi 5 hal. 238)
Farmakokinetik
Parasetamol dan fenasetin diabsorbsi cepat dan sempurna melaui saluran
cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan
masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.
Dalam plasma 25% Parasetamol dan 30% fenasetin berikatan dengan protein
plasma. Kedua obat ini di metabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian
asetaminofen (80%) di konjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil
lainnya dengan asam sulfat. Selain itu kedua obat ini di ekskresi melalui
ginjal, sebagian kecil parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk
terkonjugasi.
(Farmakologi dan Terapi, FK UI, ed 5 hal 238)
Indikasi
Di Indonesia penggunaan Parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik
telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik lainnya,
Parasetamol sebaiknya tidak di berikan terlalu lama karena kemungkinan
menimbulkan nefropati. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya
dosis lebih besar tidak menolong. Karena hampir tidak mengiritasi lambung,
Parasetamol sering di kombinasi dengan AINS untuk analgesik.
(Farmakologi dan Teraoi, FK UI, ed 5 hal 238)
Kontra Indikasi
Penggunaan Parasetamol tidak diperkenalkan pada penderita yang
hipersensitif terhadap asetaminofen dan penderita yang mempunyai gangguan
fungsi hati.
BAB II
PRA FORMULASI
A. Tabel Bahan Obat dan Karakteristik Fisika-Kimia
a. Tabel Khasiat dan Efek Samping Parasetamol
Senyawa Aktif Efek / Khasiat Efek Samping
Parasetamol Analgesik
Antipiretik
Gangguan pencernaan
Hipersensitifitas
Kelainan darah
Hepatotoksisitas
Mual, muntah, anorexia
b. Tabel Karakteristik Fisika-Kimia Parasetamol
Karakteristik Fisika-Kimia Keterangan Khusus
1. Karakteristik Fisika
Kelarutan dalam air
Larut dalam air mendidih dan
dalam NaOH 1N dan mudah
larut dalam etanol
Dalam
1:70 dengan air
1:40 dengan gliserol
1:9 dengan propilen glikol
1:7 dengan etanol 95%
(FI III: 37)
Bentuk
Serbuk hablur, putih, tidak
berbau, rasa seperti pahit
Digunakan untuk peroral
Tahan pemanasan
Mudah terbasahi
2. Karakteristik Kimia
Stabil pada pH 3,8-6,1
pKa 9,5
Tidak mudah teroksidasi
TL : 169-172
BJ : 1,21-1,23
Dari daftar tabel di atas, bahan dan sediaan yang kami pilih adalah:
Bahan aktif terpilih : Paracetamol
Alasan : karena bahan aktif paracetamol sedikit efek
sampingnya dibandingkan dengan analgesic
lain. ( missal = acetosal -> menimbulkan iritasi
pada lambung ).
Bentuk sediaan terpilih : drop
Alasan : -paracetamol adalah bahan obat yang rasanya
pahit, diharapkan dalam bentuk sediaan drop
dapat memperbaiki rasa dari bahan aktif
tersebut, sehingga dapat mempermudah
pemberian pada bayi dan anak-anak.
- dosis dapat di ubah-ubah dalam pembuatan
- dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan
kapsul dan tablet sulit di encerkan
- mudah penggunaannya bagi bayi, anak dan
orang yang sulit menelan
- penggunaan obat luar lebih mudah dapat
menutupi rasa dan bau tidak enak dari bahan
aktif
B. Dosis dan Jumlah per Kemasan
Perhitungan dosis (Martindale The Extra Pharmacopeia 27th ed)
a. Dosis dalam literatur
0,5 to 1 g; up to 4 g daily in divided doses children up to 1 year, 120 mg;1 to 5
year, 250 mg; 6 to 12 years; 250 to 500 mg,dewasa 500mg to1000 mg
b. Konsumen yang ditinjau : bayi
Usia
dalam
PRIA WANITA Rata-rata
Bobot (kg)
Tahun Bulan Bobot
(kg)
Panjang
(cm)
Bobot
(kg)
Panjang
(cm)
0 0 3,1 48 3,0 48 3,05
0 1 4,2 52 3,8 52 4,0
0 2 5,2 56 4,8 56 5,0
0 3 5,9 59 5,4 57 5,65
0 4 6,4 61 6,1 61 6,25
0 5 6,9 63 6,5 62 6,7
0 6 7,3 64 6,8 63 7,05
0 7 7,5 65 7,1 64 7,3
0 8 7,6 66 7,4 66 7,5
0 9 7,7 67 7,5 67 7,6
0 10 8,0 69 7,6 68 7,8
0 11 8,0 70 7,8 69 7,9
0 12 8,2 71 8,0 70 8,1
1 0 8,1 71,3 7,6 71,3 7,85
c. Alasan : Anak-anak pada rentang 0 bulan - 1 tahun lebih mudah untuk
meminum obat dalam bentuk cairan/larutan daripada bentuk tablet.
d. Dosis pemakaian : anak 0 bulan – 3 bulan : 30 – 60 mg tiap 8 jam jika
dperlukan.
anak 3 bulan-1 tahun : 60 mg-120mg
Anak 1-6 tahun : 120 – 250 mg
Anak 6-12 tahun: 250 – 500 mg
Diberikan setiap 4-6 jam setiap diperlukan.
Konsumen yang dituju = bayi 0 bulan – 1 tahun
Dosis untuk bayi ( Tabel Berat Badan ISO Vol. 46 hal 661 )
Dosis yang diperlukan 0-3 bulan = 3,05 – 5,65
3 bulan – 1 tahun = 5,65 -7,85
e. Volume takaran pipet = 0,3 ml, 0,4 ml ; 0,6 ml ; 0,8 ml
f. Volume terkecil takaran = 0,6ml
0-3 bulan = 0,6 ml -1,2 ml
3 bulan – 1 tahun = 1,2 ml -2,4 ml ≈ 60 mg – 120 mg
g. Di pilih dosis 30mg/0,6ml karena lebih efesien dalam pembuatan sediaan dan
pemakaiannya bisa untuk anak-anak 0 bulan - 1 tahun
h. Lama pengobatan : 3 hari
Pemakaian = 3 kali sehari.
Dosis
0 bulan – 3 bulan =0,6 ml -1,2 ml
1xh = 0,6 ml x 3 = 1,8 ml
1,2 ml x 3 = 3,6 ml
3xh = (1,8 ml-3,6 ml)x3 = 5,4ml – 10,8 ml
3bulan – 1tahun = 1,2 – 2,4 ml
1xh = 1,2 ml x 3 = 3,6 ml
2,4 ml x 3 = 7,2 ml
3xh = (3,6ml – 7,2ml )x 3 = 10,8ml ml – 21,6 ml
i. Di pilih kemasan terkecil 15 ml
Alasan :
Lebih efektif dan efisien untuk semua konsumen yang dituju dan karena
pertimbangan jumlah pemakaian (untuk 3 hari), dibuat dalam jumlah 120ml
karena memperhitungkan stabilitas bahan aktif pada saat penyimpanan.
C. Peryaratan Bentuk Sediaan
Bentuk Sediaan Sirup (Larutan)
Kadar Bahan Aktif
Dosis
pH sediaan
Kemasan terkecil
Warna
Bau
Rasa
Wadah Penyimpanan
90% - 110%
30 mg/0,6 ml
± 6,0
60ml
Ungu
Anggur
Manis
Botol
D. Macam – macam Bahan dan Fungsi
Fungsi
Bahan
Macam-macam bahan dan
Karakteristiknya
Bahan terpilih,
kadar, dan alasan
PELARUT Aquadestilata (FI III : 96)
Bentuk :
cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa.
Glyserin (HPE : 301)
Bentuk :
cairan jernih, tidak berbau, tidak
berwarna, kental, higroskopis, rasa
manis 0,6x sukrosa.
Propilen glikol,
glyserin, dan PEG
400 karena
berdasarkan
perbandingan
kelarutan, ketiga
bahan di atas
memiliki kelarutan
yang cukup tinggi
terhadap bahan
aktif asetaminofen.
Dengan bahan aktif
Kelarutan :
sedikit larut dalam aseton, larut
dalam etanol 95%, methanol, air,
tidak larut dalam benzena, kloroform
minyak, larut 1 : 500 dengan eter dan
1 : 11 dengan etil asetat.
Propilen Glikol (HPE : 624)
Bentuk :
cairan jernih, tidak berwarna, kental,
tidak berbau dengan rasa manis,
sedikit pahit.
Kelarutan :
campur dengan aseton, kloroform,
eter, etanol 95%, gliserin, air. Larut
dengan perbandingan 1 : 6 dengan
eter, tidak larut dengan minyak
mineral.
PEG 400 (FI III : 504)
Bentuk :
cairan kental, jernih, tidak berwarna
atau praktis tidak berwarna. Bau
khas lemah, agak higroskopik.
Kelarutan :
larut dalam air, dalam etanol, dalam
aseton, dalam glikol lain dan dalam
hidrokarbon, aromatik, praktis tidak
larut dalam eter, dan dalam
hidrokarbon alifatik.
750 mg PCT dapat
dilarutkan dalam
propilen glikol,
glyserin, dan PEG
400 dilarutkan
dalam
(Berdasarkan
perhitungan)
PENGAWET
(Presevatif)
PEMANIS
Propilen glikol (HPE : 624)
Pemerian :
jernih, tidak berwarna, kental, tidak
berbau dengan rasa manis mirip
gliserin.
Kelarutan :
dapat larut dalam aseton, kloroform,
etanol 95%, glyserin dan air, dalam
eter 1 : 6 tidak larut dalam mineral
oil tapi akan tercampur dengan
beberapa essensial oil.
Saccharin (FI IV : 748)
Bentuk :
serbuk Kristal berwarna putih, tidak
berbau/berbau aromatic lemah.
Larutan encer sangat manis. Larutan
bereaksi dengan lakmus.
Kelarutan :
Agak sukar larut dalam air, dalam
kloroform dan dalam eter. Larut dalam
air mendidih, sukar larut dalm etanol.
Mudah larut dalam larutan ammonia
encer, dalam larutan alkali hidroksida
dan dalam alkali karbonat dengan
pembentukan karbon dioksida
Propilen glikol,
karena konsentrasi
yang kita
tambahkan 15-30%
dan konsentrasi itu
yang digunakan
untuk pengawet.
Glyserin (HPE : 301)
Bentuk :
cairan jernih tidak berbau, tidak
berwarna, kental, higroskopis, rasa
manis 0,6x sukrosa.
Kelarutan : sedikit larut dalam aseton,
larut dalam ethanol 95%, methanol, air,
tidak larut dalam benzene, kloroform,
minyak, larut dalam 1 : 500 dengan eter
dan 1 : 11 dengan etil asetat
Sukrosa (FI IV : 762)
Bentuk :
Serbuk atau hablur kristal tidak
berwarna, masa hablur atau
berbentuk kubus atau serbuk hablur
putih, tidak berbau dan rasa manis,
stabil di udara, larutannya netral
terhadapa lakmus.
Kelarutan : Sangat larut dalam air, lebih
mudah larut dalam air mendidih, sukar
larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter.
E. Formula Terpilih
Formula 1
Nama bahan Fungsi Kadar % digunakan Jumlah
15mL
Parasetamol
Propilen glikol
Glyserin
PEG 400
NaH2PO4. 2H2O
Na2HPO4. 2H20
Saccharosa
Saccharin
Essense Anggur
Aquadest
Bahan aktif
Pelarut
Pelarut
Pelarut
Dapar
Dapar
Pemanis
Pemanis
Perasa
15% – 30%
< 50%
23%
40%
20%
0.02%
750mg
3,45mL
6mL
3mL
269,42mg
19,60mg
5mg
3mg
1 tetes
Ad 15mL
F. Larutan Dapar (FI III hal : 14-15)
Larutan dapar pada umumnya digunakan larutan dapar fosfat, larutan dapar
borat dan larutan dapar lain yang mempunyai kapasitas dapar rendah. Jika disebutkan
pH dalam paparan obat jadi, pengaturan pH di lakukan dengan penambahan asam,
basa, atau larutan dapar yang tertera pada daftar berikut ini, hingga pH dikehendaki:
1. Larutan Dapar Fosfat
Larutan NaH2PO4. 2H2O
2,55% (ml)
Larutan Na2HPO4. 12H2O
0,97% (ml)
pH
1 9 7,6
2 8 7,3
3 7 7,05
4 6 6,85
5 5 6,65
6 4 6,45
7 3 6,25
8 2 6,05
9 1 5,7
9,5 0,5 5,3
2. Larutan Dapar Isotonis
Larutan
NaH2PO4
80% (ml)
Larutan Na2HPO4
0.97% (ml) pH
NaCl yang diperlukan untuk
isotonis (g/100ml)
90 10 5,9 0,52
80 20 6,2 0,51
70 30 6,5 0,50
60 40 6,6 0,40
50 50 6,8 0,48
40 60 7,0 0,46
30 70 7,2 0,45
20 80 7,4 0,44
10 90 7,7 0,43
5 95 8,0 0,42
3. Larutan Dapar Borat
Larutan NaH2PO4. 2H2O
2,55% (ml)
Larutan Na2HPO4. 12H2O
0,97% (ml)
pH
1
2
9
8
9,05
8,95
3
4
5
6
7
8
9
9,5
9,85
7
6
5
4
3
2
1
0,5
0,15
8,80
8,65
8,50
8,30
8,05
7,65
7,00
6,80
6,30
Dalam Farmakope Indonesia edisi IV halaman 1144 tercantum atau disebutkan
tentang Dapar fosfat-sitrat:
Dapar fosfat-sitrat pH 7,2 Campur 87,0 ml larutan natrium fosfat dibasa
dodekahidrat P 7,15% dengan 13,0 ml larutan asam sitrat P 2,1%.
Dapar fosfat-sitrat pH 7,6 Campur 6,35 ml asam sitrat 0,1 M dengan natrium
fosfat dibasa dodekahidrat 0,2 M secukupnya hingga 100 ml.
a. Karakteristik Dapar Fosfat
1. Na2HPO4
Pemerian : hablur tidak berwarna, tidak berbau, rasa asin, dalam
udara kering rapuh
Kelarutan : larut dalam 5 bagian air, sukar larut dalam etanol (95%)
Incompatibilitas : dengan alkaloida, antipyrine, khloralhidrat, ion asetat
Pyrogaliol, resorsinol dan asam glukonote dan ciproxo.
ADI : untuk sediaan oral, maksimal penggunaan adalah 100
mmol phosphat per hari.
2. NaH2PO4
Pemerian : tidak berbau, tidak berwarna, slighly deliquescent crystal
(bentuk hydarat), granul (bentuk anhidrat)
Kelarutan : larut dalam satu bagian air, sangat larut dalam etano
(95%)
Incompatibilitas : dengan sam mineral, biasanya dengan bahan alkali dan
Karbonat.
ADI : up to 100 mmol of phosphat daily.
b. Perhitungan Dapar
Sediaan yang digunakan pH 6,0
Menggunakan dapar phosphat, phosphat memiliki pKa dalam suhu 25◦ C.
pKa1 = 2,15 (H2PO4) Na3HPO4
pKa2 = 7,20 (H2PO4-) Na2HPO4
pKa3 = 12,38 (HPO42-) NaH2PO4
pKa yang digunakan adalah pKa2 karena paling dekat dengan pH sediaan (pH 6,0)
dengan H2PO4- sebagai asam dan Na2HPO4 sebagai garam.
pH = pKa + log [garam] / [asam]
6,0 = 7,20 + log [Na2HPO4] / [H2PO4-]
-1,21 = log [Na2HPO4] / [H2PO4-]
0,0617 = [Na2HPO4] / [H2PO4-]
0,0617 [H2PO4-] = [Na2HPO4]
Kapasitas Dapar
pKa = 7,21 Ka = 6,17 x 10-8
pH = 6,0 [H3O+] = 10-6
Persamaan Van Slyke
ß = 2,3 C ( Ka [H3O+] ) / ( Ka + [H3O+] )2
0,02 = 2,3 C {(6.17 x 10-8)( 10-6)} / (6.17 x 10-8 + 10-6)2
0,02 = 2,3 C (0,0547)
0,02 = 0,1260 C
C = 0,1589 M
C = [garam] + [asam]
c = [Na2HPO4] + [H2PO4-]
0,1589 = 0,0617 [H2PO4-] + [H2PO4
-]
0,1589 = 1,0617 [H2PO4-] + [H2PO4
-]
[H2PO4-] = 0,156 / 1,063
[H2PO4-] = 0,1497 M
[Na2HPO4] = 0,1589 M – 0,1497 M = 0,0092
Untuk NaH2PO4.2H2O dalam 15 ml
NaH2PO4 = massa x 1000
Mr vol
0,1497 M = gram x 15
119,98 1000
gram =0,15 x119,98 x 0,1497
= 0,2694 g
Untuk Na2HPO4. 2H2Odalam 15 ml
Na2HPO4 = massa x 1000
Mr vol
= 0,15 x 141,95 x 9,2 x 10-3 M
= 0,01960g
G. Perhitungan Expiration Date
Parasetamol pada pH 6,0 : t 1/2 = 21,8 (Martindale)
Dengan menggunakan rumus :
Log k = (2,303 / t 1/2) x log (Co/Ct)
Maka :
Log k = (2,303 / t 1/2) x log (Co / 1/2Co)
Log k = (2,303 / 21,8) x log 2
Log k = 0,0318
Sehingga di peroleh nilai T90 sebesar :
Log k = (2,303 / t 1/2) x log (Co/Ct)
0.0318 = (2,303 / T90) x log (Co/0,9 Co)
0.0318 = 0,105 / T90
T90 = 3,31 tahun
Jadi masa kadaluwarsa parasetamol kurang lebih 3,31 tahun dari tanggal pembuatan
H. Resep Standart Drop Paracetamol berdasar . . . . .
Paracetamol 90mg/ml
Propilenglikol 73,9 %
Etanol 6,5 %
Aqua 19,6 %
I. Koefisien Dielektrik
Propilenglikol = 32
Etanol = 24
PEG = 12,5
Gliserin = 43
Aquadest = 78,5
J. Tetapan Dielektrik
(43 x50 )+ (32x10 )+ (5x 78,5 )+(10x 24)100
= 2150+320+392,5+240
100=31,025
K. Perhitungan ADI
Nama bahan Fungsi Kadar % digunakan Jumlah
15mL
Parasetamol
Propilen glikol
Glyserin
PEG 400
NaH2PO4. 2H2O
Bahan aktif
Pelarut
Pelarut
Pelarut
Dapar
15% – 30%
< 50%
23%
40%
20%
750mg
3,45mL
6mL
3mL
269,42mg
Na2HPO4. 2H20
Saccharosa
Saccharin
Essense Anggur
Aquadest
Dapar
Pemanis
Pemanis
Perasa
0.02%
19,60mg
5mg
3mg
1 tetes
Ad 15mL
FORMULA 1
Perhitungan ADI =
1. Propilen glikol = 25mg/kg.BB , BJ= 1,038 g/ml
Penggunaannya = 3,45 ml x 1,038 g/ml = 6,67 gram
Untuk umur 0 – 3 bulan =
1xh = 23% x (0,6 – 1,2 ml)x3 x 1,038 = 0,4297gram – 0,8595gram
Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =
1xh = 23% x (1,2 – 2,4 )x 3 x 1,038 = 1,0342gram – 1,7189 gram
ADI
Umur BB (kg) ADI ( 25 mg /kg.BB )
0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 76,25 mg – 141,25 mg
3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 141,25 mg – 196,25 mg
Kesimpulan = melebihi batas ADI, namun diperbolehkan karena tidak digunakan
sehari-hari.
2. Gliserin = 1,0 – 1,5 g/kg.BB , BJ=1,260g/ml
Penggunaannya : 6ml x 1,260 g/ml = 7,494 gram
Umur BB (kg) ADI (1,0-1,5g/kg.BB )
0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 3,05g-4,575g/5,65g-8,475g
3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 5,65g-8,475g/7,85g-11,775 g
Untuk umur 0 – 3 bulan =
1xh = 40% x (0,6 – 1,2 ml) x 3 x 1,249 = 0,8993– 1,7986 gram
Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =
1xh = 40%x (1,2 – 2,4 ) x 3 x 1,249 = 1,7986 –3,5971 gram
3. PEG 400 = 10mg/kg.BB , BJ= 1,13 g/ml
Penggunaan : 3ml x 1,13g/ml = 3,39 gram
Umur BB (kg) ADI (10mg//kg.BB )
0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 30,5mg-56,5mg
3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 56,5mg-78,5mg
Untuk umur 0 – 3 bulan =
1xh = 20% x (0,6 – 1,2 ml) x 3 x 1,13g/ml = 0,4068 – 0,8136 gram
Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =
1xh = 20%x (1,2 – 2,4 ) x 3 x 1,13g/ml = 0,8136 – 1,6272 gram
Konstanta Dielektrik :
Aquadest = 78,5
Etanol = 24
PEG = 12,5
Gliserin = 43
Propilenglikol = 32
KD = (12,5x 20 )+( 43x 40 )+ (32 x23 )+(17 x 78,5)
100 =
250+1720+736+1334,5100
=40,4
FORMULA 2
No Bahan Fungsi % Rentang Kadar
Pemakaian
Untuk 15 ml
1. Paracetamol Zat aktif 750mg
2. Gliserin (HPE,301) Pelarut <50% 25 % 3,75 ml
3. Propilenglikol (HPE,624) Pelarut 10-25 % 10 % 12 ml
4. PEG 400 pelarut 20% 16 % 2,4 ml
5. Sakarin Na (HPE , 641) pemanis q.s
6. Red cherry pewarna q.s
7. Aqua pelarut q.s Ad 60 ml
Perhitungan ADI =
1. Propilen glikol = 25mg/kg.BB , BJ= 1,036 g/ml
Penggunaannya = 3 ml x 1,036 g/ml = 3,918 gram
ADI
Umur BB (kg) ADI ( 25 mg /kg.BB )
0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 76,25 mg – 141,25 mg
3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 141,25 mg – 196,25 mg
Untuk umur 0 – 3 bulan =
1xh = 10% x (0,6 – 1,2 ml) x 3 x 1,036 = 0,0,2351 – 0,4702 gram
Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =
1xh = 10%x (1,2 – 2,4 ) x 3 x 1,036 = 0,4702 – 0,9403 gram
Kesimpulan = melebihi batas ADI, namun diperbolehkan karena tidak digunakan
sehari-hari.
2. Gliserin = 1,0 – 1,5 g/kg.BB , BJ=1,249g/ml
Penggunaannya : 3,75ml x 1,249 g/ml = 4,68 gram
Umur BB (kg) ADI (1,0-1,5g/kg.BB )
0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 3,05g-4,575g/5,65g-8,475g
3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 5,65g-8,475g/7,85g-11,775 g
Untuk umur 0 – 3 bulan =
1xh = 25% x (0,6 – 1,2 ml)x3 x 1,249 = 0,5621– 1,1241 gram
Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =
1xh = 25%x (1,2 – 2,4 )x 3 x 1,249 = 1,1241 – 2,2482 gram
3. PEG 400 = 10mg/kg.BB , BJ= 1,125 g/ml
Penggunaan : 2,4ml x 1,13g/ml = 2,71 gram
Umur BB (kg) ADI (10mg//kg.BB )
0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 30,5mg-56,5mg
3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 56,5mg-78,5mg
Untuk umur 0 – 3 bulan =
1xh = 16% x (0,6 – 1,2 ml) x3 x 1,13g/ml = 0,32544 – 0,650 gram
Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =
1xh = 16%x (1,2 – 2,4 )x 3 x 1,13g/ml = 0,650 – 1,3018 gram
Konstanta dielektrik
Aquadest = 78,5
Etanol = 24
PEG = 12,5
Gliserin = 43
Propilenglikol = 32
KD = ((20% x 32) + (20% x 43) + (15% x 12,5) + (45% x 78,5))
100
= 640 + 860 + 187,5 + 3532,5 = 52,20
100
CARA PERACIKAN
a. Formula I
1. Timbang Parasetamol
2. Ukur PEG di beaker gelas yang telah di kalibrasi sebanyak
3. Ukur propilenglikol di beaker gelas yang telah di kalibrasi sebanyak
4. Ukur gliserin di beaker glass yang telah dikalibrasi sebanyak
5. Masukkan PEG ke dalam beaker glass kemudian tambahkan propilen glikol
dan gliserin campur ad larut
6. Masukkan Parasetamol sedikit demi sedikit ke dalam campuran no. 5 aduk ad
larut dan homogen
7. Timbang sukrosa sebanyak kemudian larutkan dengan air hingga larut kira-
kira sebanyak
8. Masukkan larutan sukrosa ke dalam campuran no. 6 aduk ad homogen
9. Timbang NaH2PO4. 2H2O dan Na2HPO4.2H2O dan larutkan dalam air
sebanyak
10. Campurkan larutan dapar ke dalam no 8 aduk ad larut dan tercampur semua
11. Timbang essence leci larutkan dengan air kira-kira
12. Teteskan essence leci ke dalam larutan no. 10 sedikit demi sedikit hingga
warna yang diinginkan telah sesuai
13. Kemudian tambahkan perasa sesuai keinginan
14. Kemudian tambahkan air ad 60 ml aduk ad homogen
15. Masukkan ke dalam botol 60 ml, beri label dan masukkan ke dalam kemasan
sekunder yang telah dilengkapi brosur dan sendok takar
b. Formula II
1. Timbang Parasetamol
2. Ukur PEG di beaker gelas yang telah di kalibrasi sebanyak
3. Ukur propilenglikol di beaker gelas yang telah di kalibrasi sebanyak
4. Ukur gliserin di beaker glass yang telah dikalibrasi sebanyak
5. Masukkan PEG ke dalam beaker glass kemudian tambahkan propilen glikol
dan gliserin campur ad larut
6. Masukkan Parasetamol sedikit demi sedikit ke dalam campuran no. 5 aduk ad
larut dan homogen
7. Timbang sukrosa sebanyak kemudian larutkan dengan air hingga larut kira-
kira sebanyak
8. Masukkan larutan sukrosa ke dalam campuran no. 6 aduk ad homogeny
9. Timbang NaH2PO4. 2H2O dan Na2HPO4.2H2O dan larutkan dalam air
sebanyak
10. Campurkan larutan dapar ke dalam no 8 aduk ad larut dan tercampur semua
11. Timbang essence leci larutkan dengan air kira-kira
12. Teteskan essence leci ke dalam larutan no. 10 sedikit demi sedikit hingga
warna yang diinginkan telah sesuai
13. Kemudian tambahkan perasa sesuai keinginan
14. Kemudian tambahkan air ad 60 ml aduk ad homogen
15. Masukkan ke dalam botol 60 ml, beri label dan masukkan ke dalam kemasan
sekunder yang telah dilengkapi brosur dan sendok takar
L. Skema Pembuatan
Cara 1
PEG PROPILENGLIKOL GLICERIN
aduk ad homogen PARASETAMOL
Aduk ad larut & homogen
SUKROSA AQUA 5 ML
Aduk ad homogen
NaH2PO4. 2H2O AQUA 5 ML
Aduk ad larut
Na2HPO4. 2H2O Aduk ad larut
Saccharin AQUA 5ML
Aduk ad homogen
ESSENSE Anggur
Aduk ad homogen
Masuk botol
M. Perhitungan Bahan dalam Volume 60ml dan 150 ml (Formula I)
Nama Bahan Jumlah 60ml Jumlah 150ml
Parasetamol
Propilen glikol
PEG 400
Gliserin
NaH2PO42H2O
Na2HPO122H2O
Saccarin
Essence Anggur
Sukrosa
Aquadest
3 g
18,02g
13,56g
29,98g
78,4mg
1,77g
12mg
q.s
50mg
Ad 60 ml
9 g
45,05g
33,9g
74,94g
0,20g
2,69g
30mg
q.s
125
Ad 150ml
BAB III
EVALUASI
A. Parameter Evaluasi
1. Organoleptis
Bau : Anggur
Rasa : Manis sedikit pahit
Warna : Ungu
2. Uji Berat Jenis
Alat : Piknometer
Cara kerja :
1. Gunakan alat piknometer yang telah dibersihkah dan dalam keadaan
kering
2. Timbang piknometer kosong di timbangan analitik
3. Setelah ditimbang kosong, isi piknometer dengan air hingga terisi
penuh, kemudian timbang botol berisi air.
4. Buang air dalam piknometer, kemudian isi piknometer dengan
larutan sirup dan timbang. Lakukan sebanyak 3 kali pada larutan
sirup yang berbeda.
5. Setelah ditimbang semuanya hitung BJ masing-masing dan
kemudian di rata-rata dan cari standart deviasinya.
3. Penetapan pH
Alat : pH meter
Cara kerja :
1. Nyalakan alat pH meter.
2. Masukkan sediaan dalam beker glass kurang lebih 50 ml.
]3. Celupkan elektrode glass ke dalam sediaan untuk mengetahui pH
sediaan yang akan di ukur.
4. Tekan tombol pH pada alat pH meter
5. Catat angka pH yang muncul pada monitor pH meter
4. Viskositas
Alat : Viskometer
Cara kerja :
1. Cuci alat dengan alcohol 95% dan keringkan
2. Masukkan zat uji ke dalam viskometer sebanyak 3 ml
3. Hisap ujung pipa viskometer sampai zat uji naik melewati batas,
kemudian biarkan zat tersebut turun sampai batas tadi.
4. Pada saat zat sampai pada batas hidupkan stop watch hingga zat
tersebut turun tepat pada batas berikutnya.
B. Hasil Evaluasi
1. Organoleptis
Warna : Ungu
Rasa : Manis agak pahit
Bau : Anggur
2. Berat Jenis
Penimbangan Botol
Botol kosong : 33,39 gram
Botol + air : 57,53 gram
Botol + drop 1 : 61,94 gram
Botol + drop 2 : 61,99 gram
Botol + drop 3 : 61,98 gram
Berat jenis
Drop 1 : (61,94 gram - 33,39 gram)/ 24,488mL = 1,1659 g/mL
Dtop 2 : (61,99 gram - 33,39 gram) / 24,488mL = 1,1675 g/mL
Drop 3 : (61,98 gram - 33,39 gram) / 24,488mL = 1,1675 g/mL
Rata-rata : 1,1670 g/mL
Standart deviasi :
3. pH
pH Drop 1 : 5,73
pH Drop 2 : 5,73
pH Drop 3 : 5,73
Rata-rata : 5,73
4. Viskositas
Drop 1 : 1,3
Drop 2 : 1,3
Drop 3 : 1,3
Rata-rata : 1,3
C. Perencanaan Kemasan
Brosur
BAB IVPEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dalam membuat sediaan Drop
Parasetamol, langkah awal yang kami lakukan adalah memilih bahan aktif
Parasetamol, pelarut, pengawet, pemanis, pewarna, essence, dan larutan dapar.
Kemudian dari bahan-bahan tersebut kami mencari sifat fisiko-kimianya. Sehingga
kami dapat menentukan salah satu bahan yang akan digunakan dalam membuat
sediaan Drop Parasetamol. Dari bahan tersebut kami menentukan dosis sehingga
diketahui berapa jumlah Parasetamol dalam satu botolnya (15 ml). Selanjutnya kami
menentukan kadar pelarut yang dapat melarutkan Parasetamol sejumlah 750 gram.
Untuk mengetahui kelarutan parasetamol dalam formulasi, ada dua cara yaitu :
1. menghitung konstanta dielektrik
2. menggunakan data kelarutan parasetamol pada masing-masing pelarut
Dalam pembuatan formulasi kami, formulasi yang pertama dan kedua
mempunyai konstanta dielektrik lebih besar dari formula standard. Formula standard
ini diambil dari Formularium Nasional.
Dari penetapan/perhitungan kadar yang kami lakukan, maka kami
memutuskan untuk merancang 2 formulasi. Dari 2 formulasi yang kami pilih
mempunyai perbedaan konsentrasi dalam hal pelarut. Dalam pembuatannya kami
memakai cara, yaitu :
Dengan mencampurkan seluruh pelarutnya terlebih dahulu kemudian bahan
aktifnya (Parasetamol) dimasukkan dalam pelarut campuran tersebut. Kemudian
ditambahkan bahan-bahan lainnya.
Dari hasil praktikum yang didapatkan sediaan formula II lebih terlihat encer
daripada formula 1 sehingga kami memilih Formulasi I yang terlihat lebih kental.
Kemudian dari formulasi yang terpilih (formulasi I) kami membuat formula dengan
volume 150 ml. Dari volume 150 ml tersebut diperoleh hasil tidak sebaik formula
pada volume 60 ml, yaitu terjadinya pengendapan dikarenakan bahan aktif
(Parasetamol) ada yang tidak larut sempurna. Faktor-faktor yang menyebabkan hasil
pada volume 300 ml tidak sebaik pada volume 60 ml antara lain :
1. Pada volume kecil (60 ml) partikel-partikel dari bahan aktif (Parasetamol)
yang tidak larut tidak nampak sehingga sediaan terlihat lebih jernih.
Sedangkan pada volume besar (300 ml) partikel-partikel dari bahan aktif yang
tidak larut bisa terlihat jelas.
2. Dalam pengadukan pada volume 60 ml waktu yang diperlukan cukup lama,
sehingga pada volume 150 ml waktu yang diperlukan untuk pengadukan lebih
lama lagi.
3. Adanya faktor penuangan bahan (pelarut) dalam wadah sediaan sehingga
mempengaruhi kelarutan Parasetamol. Pada saat penuangan pelarut ke dalam
wadah sediaan masih ada sisa pelarut yang menempel pada beker glass
sehingga jumlah pelarut yang tertuang ke dalam wadah sediaan menjadi
berkurang.
4. Terjadinya larutan jenuh dalam sediaan, sehingga tidak dapat melarutkan
Parasetamol.
Namun dengan bantuan alat ultrasonik selama 5 menit paracetamol yang tadinya
tidak larut akhirnya melarut dan sediaan menjadi jernih seperti yang di harapkan.
Pada pengamatan pH yang dilakukan diperoleh pH 5,73 sedangkan pH yang
direncanakan adalah 6 ± 0,5 namun pH ini masih masuk dalam rentang pH stabil
paracetamol. pH yang tidak sesuai ini di karenakan beberapa alasan, yaitu :
1. Adanya penimbangan yang kurang akurat, maka mempengaruhi pH.
2. Adanya penambahan essense yang tidak teratur (berlebihan) sehingga dapat
mempengaruhi pH.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Formula yang terpilih adalah formula I, karena memberikan hasil yang
lebih baik daripada formula lainnya. Pada formula 1 ini tidak terjadi pengendapan
karena pelarut yang ditambahkan sudah cukup banyak dan tidak mengalami
kejenuhan sehingga bisa larut sempurna.
Namun pada saat volume 60 ml formula I cara 2 kami buat lebih besar
menjadi 300 ml, hasilnya tidak sebaik formula I cara 2 sebelumnya karena terjadi
pengendapan. Hal ini di sebabkan antara lain karena:
1. Pada volume kecil partikel dari bahan aktif (Parasetamol) yang tidak larut
tidak nampak jelas sehingga pada volume yang lebih besar baru terlihat.
2. Lamanya pengadukan
3. Adanya pelarut yang tidak ikut tertuang pada waktu pencampuran
4. Terjadinya larutan jenuh
Selain itu pH yang kami peroleh juga tidak sesuai dengan pH yang kami
rencanakan (6 ± 0.5) yaitu 5,73, hal ini terjadi karena:
1. Penimbangan yang kurang akurat
2. Penambahan essence yang tidak teratur.
Dari hasil formulasi yang kita buat diperoleh data sebagai berikut :
1. Organoleptis
Warna : ungu
Rasa : manis agak pahit
Bau : Anggur
2. Berat Jenis
Rata-rata : 1,1461 + 1,1488 + 1,1474 = 3.4423 / 3 = 1,1474
Standart deviasi : ± 0,0013
3. pH rata-rata = 6,67
Sediaan sirup Parasetamol yang dihasilkan tidak memenuhi kriteria karena
sediaan kami mengalami pengendapan sedangkan persyaratan sirup harus jernih.
B. SARAN
1. Untuk mengatasi pengendapan yang timbul seperti yang telah kami lakukan,
hendaknya konsentrasi pelarut yang akan di gunakan di buat lebih tinggi agar
tidak terjadi larutan jenuh. Atau bisa dengan bantuan alat ultrasonik.
2. Dilakukan optimasi berkali-kali agar formula yang di peroleh benar-benar
bagus dan sesuai dengan yang di rencanakan.
3. Untuk mengatasi pH yang tidak sesuai bisa dengan cara menimbang bahan-
bahan secara akurat dan teliti sehingga jumlah bahan obat yang telah di
rencanakan sesuai, tidak kurang dan lebih. Penambahan essence secara teratur
dan di hitung dengan benar karena essence bersifat asam sehingga
penambahan essence yang berlebih bisa mempengaruhi pH.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1979. Farmakope Indonesia.
Edisi Ketiga. Depkes RI. Jakarta
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1985. Farmakope Indonesia
Edisi Keempat. Depkes RI. Jakarta
3. Kibbe. A. H. 2000. Handbook of Pharmaceutical Exipients 5th ed. The
Pharmaceutical Press. London
4. Reynold. J. E. F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopeia 27th ed. The
Pharmaceutical Press. London
5. Martin, A. Etall. 1993 Farmasi Fisik 2 Edisi Ketiga. Universitas Indonesia
Press. Jakarta
6. USP 26, 2003 The Official Compendia of Standarts. The Board of
Trustees Washingtong DC