Download - Teori Emosi (Nia)
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
1/36
Teori Emosi
Posted on 01/09/2009by fery76
Perasaan paling dasar yang kita alami mencakup bukan hanya motif-motif seperti rasa lapar dan seks tetapi juga
emosi seperti kebahagiaan dan kemarahan. Emosi dan motif berhubungan erat. Walaupun mirip, emosi dan
motif perlu dibedakan. Salah satu perbedaan yang umum adalah bahwa emosi dipicu dari luar atau dibangkitkan
oleh peristiwa eksternal, reaksi emosional ditujukan kepada peristiwa tersebut. Motif dibangkitkan dari
dalam/oleh peristiwa internal dan secara alami diarahkan kepada objek tertentu di lingkungan seperti (makanan,
air, atau pasangan).
Komponen-Komponen Emosi.
Daftar komponen emosi mencakup:
1. Respon tubuh Internal, terutama yang melibatkan sistem syaraf otonomik. Misal: Jika marah tubuh Anda
kadang-kadang gemetar atau suara Anda menjadi tinggi, walaupun Anda tidak menginginkannya.
2. Keyakinan atau penilaian kognitif, bahwa telah terjadi keadaan positif atau negatif tertentu. Misal: saat
mengalami suatu kebahagiaan, seringkali melibatkan tentang alasan kebahagiaan itu.
3. Ekspresi Wajah, Misal: jika Anda merasa muak atau jijik, mungkin Anda mengerutkan dahi, membuka mulut
lebar-lebar dan kelopak mata sedikit menutup.
4. Reaksi terhadap Emosi, mencakup reaksi spesifik. Misal: kemarahan menyebabkan agresi.
Dasar Fisiologis
Jika kita mengalami suatu emosi yang kuat seperti rasa marah atau takut, mungkin kita merasakan sejumlah
perubahan pada tubuh. Sebagian besar perubahan fisiologis yang terjadi selama rangsangan emosional terjadi
akibat aktivasi cabang simpatik dari sistem syaraf otonomik untuk mempersiapkan tubuh melakukan tindakan
darurat. Sistem simpatik bertanggung jawab untuk terjadinya perubahan-perubahan berikut:
1. Tekanan darah dan denyut jantung meningkat.
2. Pernapasan menjadi lebih cepat.
3. Pupil mata mengalami dilatasi.
4. Keringat meningkat sementara sekresi saliva dan mukus menurun.
5. Kadar gula darah meningkat untuk memberikan lebih banyak energi.
6. Darah membeku lebih cepat untuk persiapan kalau-kalau terjadi luka.
7. Mobilitas saluran gastrointestinal menurun, darah dialirkan dari lambung dan usus ke otak dan otot rangka.
8. Rambut dikulit menjadi tegak, menyebabkan merinding.
Sistem syaraf simpatis mempersiapkan organisme untuk mengeluarkan energi. Saat emosi menghilang, sistem
parasimpatik (sistem penghemat energi) mengambil alih dan mengembalikan organisme ke keadaan normalnya.
Intensitas Emosi.
Para peneliti telah mempelajari kehidupan emosional individu-individu dengan cedera pada medula spinalis. Jika
medula spinalis mengalami gangguan atau lesi, sensasi dibawah tempat cedera tidak dapat mencapai otak.
Karena sebagian sensasi itu berasal dari sistem syaraf simpatik, cedera menurunkan kontribusi rangsangan
otonomik untuk merasakan emosi. Penurunan rangsangan otonomik menyebabkan penurunan intensitas emosi
yang dialami.
Diferensiasi Emosi.
Wiliam James menyatakan bahwa persepsi perubahan tubuh adalah pengalaman subjektif dari suatu emosi:
(Kita takut karena kita lari.; Kita marah karena kita memukul). Ahli psikologi Denmark, Carl Lange, sampai
pada posisi yang serupa, tapi baginya perubahan tubuh termasuk rangsangan otonomik. Posisi kombinasi
mereka disebut teori James-Lange. Teori ini menyatakan: Karena persepsi rangsangan otonomik (dan mungkin
perubahan tubuh lain) membentuk pengalaman suatu emosi, dan karena emosi yang berbeda terasa berbeda,
pastilah terdapat pola tersendiri aktivitas otonomik untuk tiap emosi. Dengan demikian teori James-Lange
menyatakan bahwa rangsangan otonomik mendiferensiasikan emosi.
Teori ini mengalami serangan hebat pada tahun 1920-an (terutama bagian teori tentang rangsangan otonomik).
Serangan ini dipimpin oleh ahli psikologi Walter Cannon (1927) yang mengajukan tiga kritik utama:
1. Karena organ internal merupakan struktur yang relatif tidak sensitif dan tidak terpasok baik oleh syaraf,
perubahan internal terjadi terlalu lambat agar dapat menjadi sumber emosi.
2. Perubahan tubuh yang di induksi secara artifisial berkaitan dengan suatu emosi. Sebagai contoh: injeksi obat
http://fery76.wordpress.com/2009/09/01/teori-emosi/http://fery76.wordpress.com/2009/09/01/teori-emosi/http://fery76.wordpress.com/2009/09/01/teori-emosi/ -
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
2/36
seperti epinephrine tidak menghasilkan pengalaman emosi yang sesungguhnya.
3. Pola rangsangan otonomik tampaknya tidak banyak berbeda dari satu keadaan emosional dengan keadaan
emosional lain, sebagai contohnya walaupun kemarahan menjadikan jantung kita berdebar lebih cepat, demikian
pula jika kita melihat orang yang kita cintai.
Argumen ketiga secara eksplisit menyangkal bahwa perangsangan emosional dapat mendiferensiasi emosi.
Ahli psikologi telah mencoba menangkis pandangan Cannon ketiga sambil mengembangkan pengukur sub-komponen rangsangan otonomik yang semakin akurat. Akhirnya semua penelitian hanya membuktikan bahwa
terdapat suatu perbedaan fisiologis diantara emosi, dan perbedaan tersebut dihayati dan dialami sebagai
perbedaan kualitatif antara emosi. Walaupun rangsangan otonomik membantu membedakan beberapa emosi,
kecil kemungkinannya ia membedakan semua emosi.
Kognisi dan Emosi.
Jika kita mengalami suatu peristiwa atau tindakan, kita menginterpretasikan situasi itu berkaitan dengan tujuan
pribadi dan kesehatan kita; hasil dari penilaian adalah keyakinan yang positif dan negatif. Interpretasi ini dikenal
sebagai penilaian kognitif, yang memiliki dua bagian tersendiri: proses penilaian dan keyakinan yang
dihasilkannya.
Intensitas dan Diferensiasi Emosi.
Penilaian kita terhadap suatu situasi dapat mempengaruhi intensitas pengalaman emosional kita. Penilaiankognitif mungkin juga sangat bertanggung jawab untuk membedakan emosi. Tidak seperti rangsangan otonomik,
keyakinan yang terjadi dari penilaian adalah cukup kaya untuk dibedakan dari banyak jenis perasaan dan proses
penilaian sendiri mungkin cukup cepat untuk mempengaruhi kecepatan munculnya beberapa emosi.
Komponen-komponen rangsangan otonomik dan penilaian kognitif merupakan peristiwa yang sangat kompleks
yang melibatkan sub-komponen, dan sub-komponen itu tidak semuanya terjadi pada waktu yang bersamaan.
Dimensi-dimensi Emosi.
Ahli psikologi telah mengambil pendekatan yang berbeda terhadap masalah dimensi mana dari suatu situasi
yang menentukan emosi mana yang akan terjadi. Salah satu pendekatan menganggap bahwa terhadap
sekelompok kecil emosi primer dan tiap emosi tersebut berhubungan dengan situasi hidup fundamental. Emosi
tersebut dapat meliputi rasa takut, marah, gembira, percaya, muak, antisipasi dan terkejut.
Pendekatan lain untuk menentukan determinan emosi menekankan proses kognitif. Pendekatan ini memulaidengan sekumpulan primer dimensi situasional yang dialami seseorang. Smith dan Ellsworth menemukan bahwa
sekurangnya diperlukan enam dimensi untuk mendeskripsikan 15 emosi yang berbeda (termasuk kemarahan,
rasa bersalah dan kesedihan). Dimensi tersebut antara lain:
a. Sifat disenangi suatu situasi (menyenangkan atau tidak menyenangkan).
b. Upaya yang diperkirakan dilakukan pada situasi.
c. Kepastian situasi.
d. Perhatian yang akan dilimpahkan pada situasi.
e. Pengendalian yang dirasakan seseorang terhadap situasi.
f. Pengendalian yang dikaitkan dengan kekuatan bukan manusiawi terhadap situasi.
Beberapa Implikasi Klinis.
Fakta bahwa penilaian kognitif dapat mendiferensiasikan emosi membantu memahami teka-teki observasi klinis.
Klinisi melaporkan bahwa kadang-kadang seorang pasien tampaknya mengalami suatu emosi tetapi tidak
menyadarinya. Titik pertemuan lain antara analisis klinis dan riset eksperimental adalah perkembangan
emosional.
Penelitian klinis menyatakan bahwa sensasi kesenangan dan distres seseorang hanya berubah sedikit saat ia
berkembang dari anak-anak menjadi dewasa; tetapi yang berkembang adalah ide tentang sensasi.
Terakhir, penelitian mengenai penilaian, cocok dengan fenomena yang dikenal baik, bukan hanya oleh klinisi
tetapi juga oleh semua orang. Tingkat mana situasi membangkitkan suatu emosi tergantung pada pengalaman
kita sebelumnya.
Emosi tanpa Kognisi.
Walaupun penilaian kognitif jelas sangat penting untuk mengalami banyak emosi, tetapi tampaknya terdapat
kasus emosi dimana tak ada penilaian kognitif yang tampaknya terlibat. Jika seekor tikus menerima kejutan listrik
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
3/36
untuk pertama kalinya. Misal: mungkin ia hanya sedikit memikirkannya, dan reaksi emosionalnya sama sekali
tidak memiliki aktivitas kognitif.
Terdapat dua jenis pengalaman emosional: yang berdasarkan pada penilaian kognitif dan yang mendahului
kognisi. Walaupun kita dapat memiliki pengalaman emosional tanpa penilaian kognitif. Pengalaman tersebut
mungkin terbatas pada perasaan positif atau negatif yang tidak terdeferensiasi.
Ekspresi dan Emosi.Ekspresi wajah yang menyertai emosi jelas berfungsi mengkomunikasikan emosi tersebut. Penelitian belum lama
ini menyatakan bahwa selain fungsi komunikatifnya, ekspresi emosi berperan pada pengalaman subjektif emosi,
sama seperti rangsangan dan penilaian.
Komunikasi Ekspresi Emosi.
Ekspresi wajah tertentu tampaknya memiliki makna universal, tanpa memandang kultur tempat individu tersebut
dibesarkan. Misal: Ekspresi universal dari kemarahan adalah wajah memerah, kening berkerut, lubang hidung
membesar, rahang mengatup dan gigi diperlihatkan. Jadi disamping ekspresi dasar emosi yang tampaknya
universal, terdapat bentuk ekspresi yang konvensional, sejenis bahasa emosi yang dikenali oleh orang lain di
dalam suatu kultur.
Lokalisasi Otak.
Ekspresi emosional yang universal sangat spesifik: otot tertentu digunakan untuk mengekspresikan emositertentu. Kombinasi universalitas dan spesifitas ini menyatakan bahwa sistem neurologis khusus mungkin telah
berkembang pada manusia untuk menginterpretasikan ekspresi emosional primitif. Bukti terakhir menyatakan
bahwa memang terdapat sistem seperti itu, dan terletak di hemisfer serebral kanan.
Hipotesis Umpan Balik Wajah.
Ide bahwa ekspresi wajah, selain fungsi komunikatifnya, juga berperan dalam pengalaman emosi kita kadang-
kadang dinamakan hipotesis umpan balik wajah. Menurut hipotesis, sama seperti kita menerima umpan balik
tentang (atau menghayati) rangsangan otonomik kita, kita juga menerima umpan balik tentang ekspresi wajah
kita, dan umpan balik ini bergabung dengan komponen emosi lainnya untuk menghasilkan pengalaman yang
lebih kuat.
Aliran Darah dan Temperatur Otak.
Kontraksi otot wajah tertentu dapat mempengaruhi aliran darah di pembuluh darah sekitarnya. Hal ini selanjutnyamempengaruhi aliran darah selebral yang dapat menentukan temperatur otak, yang selanjutnya memfasilitasi
dan menginhibisi pelepasan berbagai neurotransmiter dan neurotransmiter ini mungkin mungkin merupakan
bagian dari aktivitas kortikal yang mendasari emosi. Sebagai contohnya: jika tersenyum, konfigurasi otot-otot
wajah mungkin menyebabkan penurunan temperatur di daerah otak dimana dilepaskan neurotransmiter
serotonin. Perubahan temperatur ini mungkin menghambat pelepasan neurotransmiter yang menyebabkan suatu
perasaan positif. Dengan demikian jalur kritis pindah dari ekspresi wajah ke aliran darah ke temperatur otak ke
ekspresi emosi.
Reaksi Umum dalam Keadaan Emosional.
Terdapat beberapa reaksi saat kita berada dalam keadaan emosional:
a. dapat memberi kita energi atau mengganggu kita.
b. menentukan apa yang kita perhatikan dan pelajari.
c. Menentukan pertimbangan apa yang kita gunakan dalam memandang dunia.
Energi dan Gangguan.
Berada dalam keadaan emosional kadang-kadang memberikan energi, tetapi di lain waktu dapat mengganggu,
tergantung pada intensitas pengalaman individu yang mengalaminya dan lamanya pengalaman. Berkaitan
dengan intensitas, rangsangan emosi yang ringan cenderung menghasilkan kesiagaan dan minat dalam situasi
sekarang. Tetapi jika emosi menjadi kuat, apakah menyenangkan atau tiak menyenangkan, mereka biasanya
menghasilkan gangguan pikiran atau perilaku.
Perhatian dan Belajar: Kongruensi Mood.
Jika mengalami suatu emosi, kita cenderung memperhatikan lebih banyak pada peristiwa yang cocok dengan
mood kita dibandingkan peristiwa yang tidak. Sebagai konsekuensinya, kita mempelajari lebih banyak tentang
peristiwa yang kongruen dengan mood kita.
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
4/36
Mood seseorang selama belajar dapat meningkatkan ketersediaan memori yang cocok dengan mood itu, dan
memori tersebut akan lebih mudah dikaitkan dengan materi baru yang juga cocok dengan mood.
Penilaian dan Perkiraan: Efek Mood.
Mood emosional kita dapat mempengaruhi penilaian kita terhadap orang lain dan mempengaruhi pertimbangan
kita tentang frekuensi berbagai resiko di dunia.
Mood buruk menyebabkan kita melihat resiko tersebut lebih sering terjadi; mood baik menyebabkan kita melihatresiko itu sebagai jarang. Jadi, konsekuensi umum dari suatu mood adalah memperkuat mood itu.
Agresi sebagai suatu reaksi Emosional.
Diantara reaksi emosional tipikal, ahli psikologi telah memilih satu untuk banyak penelitian: Agresi. Alasan
mengapa ahli psikologi telah memfokuskan riset mereka kepada agresi adalah karena dua teori besar tentang
perilaku sosial membuat asumsi yang sangat berbeda tentang sifat agresi.
Teori psikoanalitik Freud memandang agresi sebagai respon yang dipelajari. Riset tentang agresi membantu kita
menilai teori yang saling bertentangan tersebut.
Agresi sebagai suatu dorongan.
Menurut teori psikoanalitik Freud, banyak dari tindakan kita ditentukan oleh naluri (instink) terutama naluri
seksual. Jika ekspresi naluri tersebut tidak terpuaskan (mengalami frustasi), dorongan agresi dibangkitkan. Para
ahli selanjutnya dalam tradisi psikoanalitik memperluas hipotesis frustasi agresi dengan pernyataan: jika upayaseseorang untuk mencapai suatu tujuan dihalangi, dibangkitkanlah suatu dorongan agresif yang memotivasi
perilaku untuk menghancurkan penghalang (orang atau benda) yang menyebabkan frustasi itu.
Dasar Biologis Agresi pada Manusia.
Suatu faktor biologis yang mungkin berhubungan dengan agresi pada pria adalah kadar testoteron. Penelitian
terakhir menyatakan bahwa testosteron yang lebih tinggi dikaitkan dengan tingkat agresi yang lebih tinggi.
Agresi sebagai respon Dipelajari.
Teori belajar sosial mengurusi interaksi sosial manusia, tetapi memiliki asal mula pada penelitian behavioristik
proses belajar pada hewan. Teori ini difokuskan pada pola perilaku yang dikembangkan oleh manusia sebagai
respon dari kontak dengan lingkungannya. Dengan penekanan pada proses belajar, tidak heran bahwa teori
belajar sosial menolak konsep agresi sebagai dorongan yang dihasilkan oleh frustasi; Teori ini menyatakan
bahwa agresi adalah serupa dengan semua respon yang dipelajari lainnya. Agresi dapat dipelajari melaluipengamatan atau peniruan, dan semakin ia sering diperkuat, semakin sering akan terjadi.
Teori belajar sosial berpendapat bahwa:
a. Agresi hanya salah satu dari beberapa reaksi terhadap pengalaman frustasi yang tidak disukai.
b. Agresi adalah respon yang tak memiliki sifat seperti dorongan dan dengan demikian dipengaruhi oleh
konsekuensi yang diharapkan dengan perilaku tersebut.
Peniruan Agresi.
Salah satu sumber bukti pendukung teori belajar sosial adalah penelitian yang menunjukan bahwa agresi, seperti
respons lain, dapat dipelajari melalui peniruan.
Penguatan Agresi.
Sumber bukti lain untuk teori belajar sosial adalah bahwa agresi sensitif terhadap penguatan dalam cara yang
serupa dengan respons dipelajari lainnya. Konsekuensi dari agresi memiliki peranan penting dalam membentuk
perilaku.
Ekspresi Agresif dan Katarsis.
Penelitian yang mencoba membedakan antara agresi sebagai dorongan dan agresi sebagai respons yang
dipelajari seringkali berfokus pada katarsis (menyingkirkan emosi dan mengalaminya secara kuat).
Jika agresi merupakan suatu dorongan maka agresi harus bersifat katartik, yang menghasilkan penurunan
intensitas perasaan dan tindakan agresif.
Dilain pihak, jika agresi merupakan suatu respons yang dipelajari, ekspresi agresi harus menghasilkan
peningkatan tindakan tersebut.
Bertindak secara Agresif.
Ahli psikologi telah melakukan banyak penelitian laboraturium untuk menentukan apakah agresi menurun jika
telah diekspresikan atau tidak.
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
5/36
Terdapat situasi dimana ekspresi agresi dapat menurunkan insidensinya. Hal ini mungkin terjadi karena orang
merasakan lebih kuat dan lebih menguasai, ketimbang karena telah menurunkan dorongan agresif.
Menonton Kekerasan.
Korelasi tidak menyatakan hubungan sebab akibat. Mungkin anak yang lebih agresif lebih senang menonton
acara televisi yang penuh kekerasan, artinya memiliki sifat agresif menyebabkannya menonton kekerasan, bukan
sebaliknya.Penelitian tentang agresi telah menjadikan jelas bahwa reaksi emosional adalah peristiwa yang kompleks.
Demikian pula, tiap komponen emosi yang kita bicarakan; rangsangan otonomik, penilaian kognitif dan ekspresi
emosi, sendirinya merupakan peristiwa kompleks yang melibatkan banyak faktor. Tidak diragukan lagi bahwa
kita masih sedikit mengetahui tentang kehidupan kita ini.
sumber dari: pengantar psikologi.
3 Votes
Emosi dan Motif
Posted Rab, 05/11/2008 - 19:40 by rozali
Selama ini kajian-kajian tentang belajar kurang memperhatikan peran dan pengaruh emosi pada proses dan hasil
belajar yang dicapai seseorang. Tetapi, sejak orang mulai memperhatikan peran besar otak dalam segala bentuk
perilaku manusia, maka emosi mulai jadi perhatian, termasuk peranannya dalam meningkstkan hasil belajar.
Emosi tidak lagi dipandang sebagai penghambat dalam kehidupan sebagaimana pandangan konvesional,
melainkan sebagai sumber kecerdasan, kepekaan, dan berperan dalam menghidupkan perkembangan serta
penalaran yang baik. Bahkan saat ini disadari bahwa untuk mencapai keberhasilan belajar, maka proses belajar
yang terjadi haruslah menyenangkan.
Pengertian Emosi
Definisi emosi dirumuskan secara bervariasi oleh para psikolog, dengan orientasi teoritis yang berbeda-beda,antara lain sebagai berikut :
William James (dalam DR. Nyayu Khodijah) mendefinisikan emosi sebagai keadaan budi rohani yang
menampakkan dirinya dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh.
Goleman, 1999 (dalam DR. Nyayu Khodijah) mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan biologis dan psikologis
dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak..
Kleinginna & Kleinginna (dalam DR. Nyayu Khodijah) mencatat ada 92 definisi yang berbeda tentang emosi.,
Namun disepakati bahwa keadaan emosional adalah suatu reaksi kompleks yang melibatkan kegiatan dan
perubahan yang mendalam serta dibarengi dengan perasaan yang kuat.
Teori-Teori Emosi
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
6/36
Walgito, 1997 (dalam DR. Nyayu Khodijah), mengemukakan tiga teori emosi, yaitu :
Teori Sentral,
Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu; jadi individu
mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya.
Contohnya : orang menangis karena merasa sedih
Teori Periferal
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli berasal dari Amerika Serikat bernama William James (1842-1910).
Menurut teori ini justru sebaliknya, gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang
dialami oleh individu, tetapi malahan emosi yang dialami oleh individu merupakan akibat dari gejala-gejala
kejasmanian. Menurut teori ini, orang tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya ia susah karena menangis.
Teori Kepribadian
Menurut teori ini, emosi ini merupakan suatu aktifitas pribadi, dimana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan
dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah. Karena itu, maka emosi meliputi pula perubahan-
perubahan kejasmanian. Misalnya apa yang dikemukakan oleh J. Linchoten.
Fungsi Emosi
Bagi manusia, emosi tidak hanya berfungsi untuk Survival atau sekedar untuk mempertahankan hidup, seperti
pada hewan. Akan tetapi, emosi juga berfungsi sebagai Energizer atau pembangkit energi yang memberikan
kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi juga merupakan Messenger atau pembawa pesan
(Martin dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006)
Survival, yaitu sebagai sarana untuk mempertahankan hidup. Emosi memberikan kekuatan pada manusia untuk
membeda dan mempertahankan diri terhadap adanya gangguan atau rintangan. Adanya perasaan cinta, sayang,
cemburu, marah, atau benci, membuat manusia dapat menikmati hidup dalam kebersamaan dengan manusia
lain.
Energizer, yaitu sebagai pembangkit energi. Emosi dapat memberikan kita semangat dalam bekerja bahkan juga
semangat untuk hidup. Contohnya : perasaan cinta dan sayang. Namun, emosi juga dapat memberikan dampak
negatif yang membuat kita merasakan hari-hari yang suram dan nyaris tidak ada semangat untuk
hidup.Contohnya : perasaan sedih dan benci.
Messenger, yaitu sebagai pembawa pesan. Emosi memberitahu kita bagaimana keadaan orang-orang yang
berada disekitar kita, terutama orang-orang yang kita cintai dan sayangi, sehingga kita dapat memahami dan
melakukan sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut. Bayangkan jika tidak ada emosi, kita tidak tahu bahwa
disekitar kita ada orang yang sedih karena sesuatu hal yang terjadi dalam keadaan seperti itu mungkin kita akantertawa-tawa bahagia sehingga membuat seseorang yang sedang bersedih merasa bahwa kita bersikap empati
terhadapnya.
Jenis dan Pengelompokkan Emosi
Secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian yaitu
Emosi positif (emosi yang menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang
mengalaminya, diataranya adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan sebagainya.
Emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada orang
yang mengalaminya, diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya.
e. Pengaruh Emosi pada belajar
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
7/36
Emosi berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar (Meier dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006). Emosi
yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi
yang negatif dapat memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Oleh karena itu,
pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan emosi positif pada diri pembelajar. Untuk
menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan dengan penciptaan kegembiraan belajar. Menurut
Meier, 2002 (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006) kegembiraan belajar seringkali merupakan penentu utama
kualitas dan kuantitas belajar yang dapat terjadi. Kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana kelas yang
ribut dan penuh hura-hura. Akan tetapi, kegembiraan berarti bangkitnya pemahaman dan nilai yang
membahagiakan pada diri si pembelajar. Selain itu, dapat juga dilakukan pengembangan kecerdasan emosi pada
siswa. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya secara sehat terutama
dalam berhubungan dengan orang lain.
2. MOTIF
a. Pengertian Motif
Menurut Winkel, 1996 (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), menyatakan Motif adalah daya penggerak dalam diri
seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu.
Menurut Azwar (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), disebutkan bahwa Motif adalah suatu keadaan, kebutuhan,
atau dorongan dalam diri seseorang yang disadari atau tidak disadari yang membawa kepada terjadinya suatu
perilaku.
Dari beberapa pendapat di atas, maka kami dapat menyimpulkan bahwasannya Motif merupakan suatu
dorongan dan kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk
mencapai tujuan tertentu.
b. Macam-Macam Motif
Menurut WoodWorth dan Marquis, 1957 (dalam DR. Nyayu khodijah, 2006), motif itu dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu :
Motif yang berhubungan dengan kebutuhan Kejasmanian (organic needs), yaitu merupakan motif yang
berhubungan dengan kelangsungan hidup individu atau organisme, misalnya motif minum, makan, kebutuhan
pernapasan, seks, kebutuhan beristirahat.
Motif darurat (emergency motives), yaitu merupakan motif untuk tindakan-tindakan dengan segera karena
sekitar menuntutnya, misalnya motif untuk melepaskan diri dari bahaya, motif melawan, motif untuk mengatasi
rintangan-rintangan, motif untuk bersaing.
Motif Obyektif (obyective motives), yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan dengan keadaan
sekitarnya, baik terhadap orang-orang atau benda-benda. Misalnya, motif eksplorasi, motif manipulasi, minat.
Minat merupakan motif yang tertuju kepada sesuatu yang khusus.
b. Kekuatan Motif
Suatu motif dikatakan kuat apabila motif itu dapat mengalahkan kekuatan motif yang lain. Sehubungan dengan
hal tersebut beberapa eksperimen dilaksanakan untuk mengetahui tentang kekuatan motif-motif itu.
c. Konflik Motif
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
8/36
Keadaan sehari-hari menunjukkan bahwa kadang-kadang orang menghadapi beberapa macam motif yang saling
bertentangan satu dengan yang lain. Misalnya pada suatu waktu seseorang mempunyai motif untuk belajar,
tetapi juga mempunyai motif untuk melihat film. Dengan keadaan demikian maka akan terjadi pertentangan atau
konflik dalam diri orang tersebut antara motif yang satu dengan motif yang lain. Jadi, konflik motif akan terjadi
bila adanya beberapa tujuan yang ingin dicapai sekaligus secara bersamaan. Ada beberapa kemungkinan respon
yang dapat diambil bila individu menghadapi bermacam-macam motif, yaitu :
Pemilihan atau Penolakan
Dalam menghadapi bemacam-macam motif individu dapat mengambil pemilihan yang tegas. Dalam pemilihan
yang tegas individu dihadapkan kepada situasi dimana individu harus memberikan salah satu respon (pemilihan
atau penolakan) dari beberapa macam objek atau situasi yang dihadapi
Kompromi
Jika individu menghadapi dua macam objek atau situasi, adanya kemungkinan individu dapat mengambil respon
yang bersifat Kompromi, yaitu menggabungkan kedua macam objek tersebut. Tetapi, tidak semua objek atau
situasi dapat diambil respon atau keputusan kompromi. Dalam hal yang akhir ini individu harus mengambilpemilihan atau penolakan dengan tegas.
Meragu-ragukan (bimbang)
Jika individu diharuskan mengadakan pemilihan atau penolakan diantara dua objek atau hal yang buruk atau
baik, maka sering timbul kebimbangan pada individu. Kebimbangan terjadi karena masing-masing objek
mempunyai nilai-nilai positif ataupun negatif, kedua-duanya mempunyai sifat atau segi yang menguntungkan
tetapi juga mempunyai segi yang merugikan.
Kebimbangan umumnya tidak menyenangkan bagi individu dan kadang-kadang menimbulkan perasaan yang
mengacaukan hingga keadaan psikis, sehingga individu mengalami hambatan-hambatan. Keadaan ini dapat
diatasi dengan cara individu mengambil suatu keputusan dengan mempertimbangkan dan melakukan
pemeriksaan dengan teliti terhadap segala aspek dari objek tersebut.
e. Peran Motivasi dalam mencapai keberhasilan Belajar
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam
penumbuhan gairah, perasaan dan semangat untuk belajar. Dengan demikian motivasi memiliki peran strategis
dalam belajar, baik pada saat memulai belajar, saat sedang belajar maupun saat berakhirnya belajar. Agar
perannya lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam aktifitas belajar haruslah dijalankan. Prinsip-Prinsip
tersebut adalah :
Motivasi sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar
Motivasi intrinsic lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar
Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman
Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan belajar
Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar
Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Khodijah,Nyayu.2006.Psikologi Belajar.Palembang:IAIN Raden Fatah Press
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
9/36
Partini, Sri. 1995. Psikologi Perkembangan. Ikip Yogyakarta.
Walgito,Bimo.1997.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta:Andi Offset
rozali's blog
Silakanloginataudaftardulu untuk mengirim komentar
Perkembangan Emosi
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
http://www.psb-psma.org/blogs/rozalihttp://www.psb-psma.org/blogs/rozalihttp://www.psb-psma.org/user/login?destination=node%2F320%23comment-formhttp://www.psb-psma.org/user/login?destination=node%2F320%23comment-formhttp://www.psb-psma.org/user/login?destination=node%2F320%23comment-formhttp://www.psb-psma.org/user/register?destination=node%2F320%23comment-formhttp://www.psb-psma.org/user/register?destination=node%2F320%23comment-formhttp://www.psb-psma.org/user/register?destination=node%2F320%23comment-formhttp://www.psb-psma.org/user/register?destination=node%2F320%23comment-formhttp://www.psb-psma.org/user/login?destination=node%2F320%23comment-formhttp://www.psb-psma.org/blogs/rozali -
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
10/36
Dosen : Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog
Di susun oleh :
Bella Ananda Putri Siregar
(0602509022)
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
11/36
Universitas Al Azhar Indonesia
Fakultas Psikologi dan Pendidikan
Pendidikan Anak Usia Dini
2010
Kata Pengantar
Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan
untuk memenuhi kegiatan belajar mengajar.
Banyak halangan dan rintangan yang saya hadapi dalam menyelesaikan tugas penyusunan
makalah ini, namun atas limpahan rahmat dan karunia Allah STW serta bantuan dari semua pihak,
maka tugas makalah ini dapat saya selesaikan, dalam kesempatan ini pula saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog. Selaku Dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan.
2. Teman-teman saya yang telah memberikan dukungan dan motivasinya.
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
12/36
3. Orang tua saya yang telah memberikan doa dan restunya.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak, ibu serta teman-teman yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan tugas makalah. Selalin itu saya pun menyadari masih banyak
kelemahan dan kekurangan pada makalah ini, untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun, agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Desember 2010
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I. Pendahuluan
Latar Belakang .............................................................................. 4
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
13/36
Perumusan Masalah .............................................................................. 4
Tujuan .............................................................................. 5
BAB II. Landasan Teori
Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer .................................................... 6
Teori Emosi James Lange ............................................................................ 6
Teori Emergency Cannon ............................................................................. 7
Pengertian Emosi ............................................................................ 8
Aspek-aspek kecerdasan emosi .............................................................. 12
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi ......................... 13
Kapan seseorang akan mengalami emosi? ................................................. 13
Timbulnya Emosi .......................................................................... 13
Bagaimana cara seseorang dalam mengendalikan emosi? ....................... 14
BAB III. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan ......................................................................... 16
Saran ......................................................................... 16
Daftar Pustaka ......................................................................... 18
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
14/36
BAB I. Pendahuluan
Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan emosi, yang dapat dilihat dari tingkah laku lainnya yang
ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Contohnya seperti seorang bayi yang baru
lahir ia dapat menangis dan akan mencapai proses kematangannya ketika ia akan tertawa nanti.
Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu,
yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang
selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari yang disebut Warna Efektif. Warna
efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar.
Perbedaan antara emosi dan perasaan tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena
keduanya merupakan suatu hal yang bersifat kualitatif yang tidak ada batasnya. Terkadang,
warna efektif dapat dinyatakan sebagai perasaan atau dapat dinyatakan sebagai emosi. Oleh
karena itu, emosi bukan hanya disebabkan karena perasaan saja, tetapi warna afektif yang
meliputi keadaan seseorang. Ada yang kuat, lemah atau mungkin samar-samar.
Dengan demikian, pada makalah ini akan dibahas mengenai emosi yang berkaitan
dengan teori-teori tentang emosi tersebut.
Perumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan perkembangan emosi atau arti dari emosi itu sendiri?
2. Dimana dapat berlangsungnya terjadi emosi?
3. Kapan seorang manusia dapat merasakan emosi atau dalam sebuah teori kapan para
peneliti melahirkan teori tentang emosi tersebut?
4. Mengapa emosi tersebut dapat timbul dan apa akibatnya?
5. Siapa saja yang dapat mengalami perubahan emosi?
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
15/36
6. Bagaimana cara seseorang dalam mengendalikan emosi?
Tujuan dan Manfaat
Makalah ini dibuat bukan hanya untuk melengkapi nilai tugas saya, tetapi juga untuk
menginformasikan kepada teman-teman, dosen ataupun guru dan para pembaca tentang
Perkembangan Emosi dan mengupas serta membuka wawasan baru mengenai perkembangan
emosi tersebut yang berkaitan dengan pendidikan.
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
16/36
BAB II. Landasan Teori
Terdapat beberapa teori tentang emosi yang dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu
adalah sebagai berikut,
1. Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer
Teori ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan.
Reaksi fisiologik dapat saja sama (hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat,
adrenalin dialirkan dalam darah dan sebagainya) namun jika rangsangannya menyenangkan
seperti diterima di perguruan tinggi yang diminati, emosi yang timbul dinamakan senang.
Sebaliknya jika rangsangannya membahayakan (misalnya melihat ular yang berbisa) emosi
yang timbul dinamakan takut. Para ahli psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori
kognisi.
Menurut Berkowitz (1993), banyak pemikiran saat ini tentang peran ateribusi dalam
emosi mulai dengan sebuah teori kognitif yang sangat dikenal yang dipublikasikan oleh
Stanley Schachter dan Jerome Singer pada tahun 1962 . konsepsi Berkowitz tentang
bagaimana pikiran tingkat tinggi menentukan pembentukan suasana emosional setelah
munculnya reaksi saraf, relatif primitif dan emosional dipengaruhi oleh formula ini.
Schachter dan Singer mengemukakan bahwa emosi tertentu merupakan fungsi dari
reaksi-reaksi tubuh tertentu. Menurutnya pula kita tidak merasa marah karena ketegangan
otot, rahang yang berderak, denyut nadi kita menjadi cepat, dan sebagainya tetapi karena kita
secara umum jengkel dan kita mempunyai beberapa kognisi tertentu tentang sifat kejengkelan
kita.
2. Teori Emosi James Lange
Menurut teori ini, emosi merupakan hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang
dayang dari luar. Jadi jika seseorang misalnya melihat harimau, reaksinya adalah peredaran
darah makin cepat karena denyut jantung makin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara
dan sebagainya. Respon-respon tubuh ini kemudian dipersepsikan dan timbullah rasa takut.
Mengapa rasa takut yang timbul? Ini disebabkan oleh hasil pengalaman dan proses belajar.
Orang bersangkutan dari hasil pengalamannya mengetahui bahwa harimau adalah makhluk
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
17/36
yang berbahaya, karena itu debaran jantung dipersepsikan sebagai rasa takut.
Emosi menurut kedua ahli ini, terjadi adanya perubahan pada sistem vasomotor (otot-
otot). Suatu peristiwa dipersepsikan menimbulkan perubahan fisiologis dan perubahan
psikologis yang disebut emosi. Dengan kata lain menurut James Lange, seseorang bukan
tertawa karena senang, melainkan ia senang karena tertawa.
James Lange mengemukakan proses-proses terjadinya emosi dihubungkan dengan
faktor fisik dengan urutan sebagai berikut :
1. Mempersepsikan situasi di lingkungan yang mungkin menimbulkan emosi
2. Memberikan reaksi terhadap situasi dengan pola khusus melalui aktivitas fisik
3. Mempersiapkan pola aktivitas fisik yang mengakibatkan munculnya emosi secara khusus.
Uraian ini disingkat menjadi :
LingkunganOtakPerubahan pada tubuh + emosi
James Lange menghasilkan lima tingkatan emosi dalam proses emosi yang terdiri dari
:
1, Situasi
2. Persepsi tentang situasi
3. Perubahan-perubahan dalam tubuh
4. Perbuatan yang terlihat, misalkan melarikan diri dari bahaya
5. Keadaan sadar dari emosi
3. Teori Emergency Cannon
Teori ini dikemukakan oleh Walter B. Cannon (1929), ia menyatakan bahwa karena
gejolak emosi itu menyiapkan seseorang untuk mengatasi keadaan yang genting, orang-orang
primitif yang membuat respon semacam itu bisa survivedalam hidupnya.
Cannon menyalahkan teori James Lange karena beberapa alasan, termasuk fokus
eksklusif teori pada organ dalam. Cannon mengatakan, antara lain bahwa organ dalam
umumnya terlalu intensitif dan terlalu dalam responsnya untuk bisa menjadi dasar
berkembangnya dan berubahnya suasana emosional yang seringkali berlangsung demikian
cepat. Meskipun begitu, ia sebenarnya tidak beranggapan bahwa organ dalam merupakan
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
18/36
satu-satunya faktor yang menentukan suasana emosional.
Pengertian Emosi
Perilaku kita sehari-hari pada umumnya diwarnai oleh perasaan tertentu seperti senang atau
tidak senang, suka atau tidak suka, sedih dan gembira. Perasaan yang terlalu menyertai perbuatan-
perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Apabila warna afektif tersebut kuat, perasaan itu
dinamakan emosi (Sarlito 1982:59). Beberapa contoh emosi yang lainnya adalah cinta, marah, takut,
cemas, malu, kecewa dan benci.
Apakah definisi dari emosi? Apakah sebagian orang mendefinisikan emosi sama seperti
perasaan yang mendalam apabila dirasakan? Emosi dan perasaan adalah dua konsep yang berbeda,
tetapi perbedaan keduanya tidak dapat dinyatakan secara tegas. Emosi dan perasaan merupakan
gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan tetapi tidak jelas batasannya. Pada suatu saat,
warna afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi dapat disebut sebagai emosi. Misalnya,
marah yang ditunjukkan dalam bentuk diam. Oleh karena itu, emosi dan perasaan tidak mudah
untuk dibedakan.
Menurut Crow & Crow (1958), pengertian emosi adalah An emotion, is an affective
experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup
states in the individual, and that shows it self in his evert behavior. Jadi, emosi adalah warna afektif
yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan baik.
Penggolongan emosi dapat dibedakan menjadi menjadi sebagai berikut :
1. Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah atau sangat takut) menyebabkan aktivitas
yang sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh diaktivkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar untukmenentukan apakah seseorang sedang takut atau sedang marah
2. satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara. Misalnya kalau marah sati
orang contohnya dapat gemetar di tempat dan yang lain mungkin memaki atau yang lain lagi
mungkin lari dan diam.
3. Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan pada sifat
rangsangnya buakn pada keadaan emosinya sendiri. Jadi takut adalah emosi yang timbul terhadap
suatu bahaya dan marah adalah emosi yang timbul dari suatu yang menjengkelkan.
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
19/36
4. Pengenalan emosi secara subyektif dan introspektif juga sukar dilakukan karena selalu saja akan
ada pengaruh dari lingkungan.
Pada saat emosi, sering terjadi perubahan-perubahan fisik pada seseorang, seperti :
a. reaksi elektris pada kulit meningkat bila terpesona
b. peredaran darah bertambah cepat bila marah
c. denyut jantung bertambah cepat bila terkejut
d. bernapas panjang kalau kecewa
e. pupil mata membesar bila marah
f. air liur mengering bila takut atau tegang
g. bulu roma berdiri kalau takut
h. pencernaan menjadi sakit atau mencret-mencret kalau tegang
i. otot menjadi tegang atau bergetar
j. komposisi darah berubah dan kelenjar-kelenjar lebih aktif
Perkembangan emosi dialami oleh seorang bayi, anak-anak, remaja dan dewasa. Dimana
seeorang akan merasakannya sebagai sebuah persepsi yang dilalui oleh sistem-sistem saraf mereka
sesuai dengan perkembangan emosinya.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:79) reaksi yang menyenangkan pada bayi dapat
diperoleh dengan cara mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba, membuat suara keras atau
membiarkan bayi menggunakan popok yang basah. Rangsangan ini menimbulkan reaksi emosional
berupa tangisan dan ativitas yang kuat. Sebaliknya reaksi yang menyenangkan dapat tampak jelas
tatkala bayi menyusui pada ibunya.
Pada umumnya anak kecil lebih emosional daripada orang dewasa karena pada usia ini anak
masih relatif muda dan belum dapat mengendalikan emosinya. Anak kecil memiliki perilaku yang
sangat memaksa. Mereka hanya mempunyai sedikit kendali dari dorongan hati mereka dan mudah
merasa putus asa. Pada saat anak mencapai usia tiga tahun mereka sudah menumbuhkan beberapa
sikap toleransi untuk mengatasi hal tersebut. Mereka juga sudah dapat mengembangkan beberapa
sikap pengendalian diri; mereka tidak bereaksi terhadap setiap dorongan hati. Perkembangan emosi
berkaitan dengan pengendalian diri, apa yang disukai dan yang tidak disukai.
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
20/36
.Pada usia dua sampai empat tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan
amarahnya atau temper tantrums (Elizabeth B. Hurlock, 1978). Anak yang berusia tiga dan empat
tahun menyenangi kejutan-kejutan dan juga peristiwa roman. Mereka memerlukan keamanan
dengan mengetahui bahwa ada suatu struktur dalam kehidupan sehari-hari. Anak yang berusia tiga
dan empat tahun juga sudah mulai menunjukkan selera humor. Pada usia lima sampai enam tahun
anak mulai matang dan mulai menyadari akibat-akibat dari emosinya. Ekspresi emosi anak dapat
berubah secara drastis dan cepat, contohnya baru saja anak menangis tetapi setelah beberapa menit
kemudian anak bisa gembira lagi karena mendapatkan hiburan dari orang yang mengendalikan
emosinya.
Anak-anak yang berusia tujuh dan delapan tahun mulai mencoba kembali untuk
memperoleh kendali yang lebih baik lagi dari tanggapan emosional mereka. Mereka mulai
menyadari kondisi di dunia dan lebih menaruh perhatian terhadap cerita-cerita baru yang mereka
lihat di televisi atau yang mereka dengar dari bahan diskusi orang-orang dewasa.
Anak yang berusia tujuh dan delapan tahun mulai menunjukkan ketekunan di dalam usaha
yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan mereka. Ini sering menyebabkan orang tua mereka
menjadi kesal dimana ketika anak meminta orang tua untuk melakukan suatu hal secara berulang
kali. Pada usia ini anak-anak mengembangkan sikap empati yang lebih memperkenalkan diri kepada
orang lain dan juga merasa bersalah ketika mereka melukai orang lain, baik secara fisik ataupun
emosional. Mereka mencoba untuk menimbulkan rasa nyaman terhadap keluarga atau teman tanpa
diminta untuk melakukannya.
Sedangkan pola emosi remaja juga hampir sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis
emosi yang secara normal sering dialami remaja adalah kasih sayang, gembira, amarah, takut dan
cemas, cinta, cemburu, kecewa, sedih dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat
rangsangan yang membangkitkan emosi dan pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap
emosinya.
Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja dalam dua rentang usia, yaitu usia 12-15
tahun dan usia 15-18 tahun. Adapun ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun adalah sebagai
berikut :
- Cenderung bersikap pemurung. Sebagian disebabkan karena perubahan biologis dalam
hubungannya dengan kematangan seksual dan sebagiannya lagi karena kebingungannya
dalam menghadapi orang dewasa. Karena kemurungan, hal ini dapat memicu terjadinya
suasana hati yang depresi yang lebih banyak dialami oleh perempuan.
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
21/36
- Ada kalanya bersikap kasar dalam menutupi kekurangannya dalam hal percaya diri
- Ledakan-ledakan kemarahan sering terjadi sebagai akibat dari kombinasi ketegangan
psikologis, ketidakstabilan biologis dan kelelahan karena bekerja yang terlalu keras atau pola
makan yang tidak tepat ataupun tidur yang kurang cukup.
- Cenderung berperilaku tidak toleran terhadap orang lain dengan membenarkan
pendapatnya sendiri
- Mengamati orang tua dan guru secara lebih objektif dan mungkin marah apabila tertipu
dengan gaya guru yang bersifat sok tahu.
Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun adalah sebagai berikut :
- Sering memberontak sebagai ekspresi dari perubahan dari masa kanak-kanak ke dewasa
- Dengan bertambahnya kebebasan, banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang
tuanya. Mereka mengharapkan perhatian, simpati dan nasihat orang tua.
- Sering melamun untuk memikirkan masa depannya.
Para peneliti mengemukakan bahwa perubahan pubertas berkaitan dengan meningkatnya
emosi-emosi negatif. Meskipun demikian sebagian besar peneliti berkesimpulan bahwa pengaruh
hormonal itu kecil dan jika hal itu terjadi, biasanya berkaitan dengan faktor lain seperti stres, pola
makan, aktivitas seksual dan relasi sosial. Sesungguhnya pengalaman lingkungan dapat memberikan
kontribusi yang lebih besar terhadap emosi remaja dibandingkan perubahan hormonal.
Banyak remaja yang tidak dapat mengelola emosinya secara lebih efektif. Sebagai akibatnya
mereka rentan mengalami depresi, kemarahan, kurang mampu meregulasi emosinya yang
selanjutnya dapat memicu munculnya berbagai masalah seperti kesulitan akademis.
Ciri-ciri emosi yang dapat dibedakan antara emosi anak dan emosi orang dewasa adalah sebagai
berikut :
Emosi Pada Anak Emosi Pada Orang Dewasa
Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba Berlangsung lebih lama dan berakhir dengan
lambat
Terlihat lebih hebat dan kuat Terlihat lebih hebat atau kuat
Bersifat sementara atau dangkal Lebih lama
Lebih sering terjadi Jarang terjadi
Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya Sulit diketahui karena lebih pandai
menyembunyikannya
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
22/36
Pada masa dewasa perkembangan emosi mereka, akan mereka tujukan kepada hal-hal
tentang percintaan, mulai meninggalkan rumah, mengembangkan karir dan bersosialisasi.
Aspek-aspek Kecerdasan Emosi
Goleman (1997) mengatakan bahwa kecerdasan emosioanal adalah kemampuan lebih yang
dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan
emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Kecerdasan emosi adalah kecerdasan
yang dimiliki seseorang yang dapat mengendalikan emosinya, menuntut diri untuk belajar mengakui
dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan menanggapinya dengan tepat, menerapkan
dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Aspek-aspek kecerdasan emosi adalah sebagai berikut :
1.. Pengelolaan diri
Mengandung arti bagaimana seseorang mengelola diri dan perasaan-perasaan yang
dialaminya dan tahan terhadap frustasi.
2. Kemampuan untuk memotivasi diri
Kemampuan ini berguna untuk mencapai tujuan jangka panjang untuk mengatasi setiap
kesulitan yang dialami bahkan untul mekegakan kegagalan yang terjadi.
3. Empati
Empati ini dibangun dari kesadaran diri dengan memposisikan diri senada, serasa dengan
emosi orang lain akan membantu untuk memahami perasaan orang lain tersebut.
4. Keterampilan sosial
Merupakan keterampilan yang dapat dipelajari seseorang semenjak kecil mengenai pola-
pola berhubungan dengan orang lain.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
23/36
Sejumlah penelitian tentang emosi menunjukkan bahwa perkembangan emosi terutama
bagi remaja sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960:266).
Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi.
Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan berpikir kritis untuk memahami makna yang
sebelumnya tidak dimengerti dan menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Demikian pula
kemampuan mengingat dan menghapal mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian remaja
menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih
muda.
Kapan seseorang akan mengalami emosi?
Seseorang akan merasakan emosi ketika mengalami kejadian atau suatu hal tertentu
kebanyakan ahli yakin bahwa emosi akan lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Kebanyakan
orang akan meluapkan amarahnya dan emosinya akan cepat reda daripada menyimpan suasana hati
yang sedang bersedih, karena itu akan memakan waktu yang sangat lama, mungkin sampai berjam-
jam.
Timbulnya emosi
Emosi timbul karena adanya stimuli pembangkit emosi. Dengan demikian emosi bukan
peristiwa keseluruhan sampai timbulnya perasaan dan dorongan serta terjadinya sambutan-
sambutan fisis dan fisilogis lewat pekerjaan susunan saraf yang berlangsung secara otomatis. Untuk
dapat terjadi peristiwa timbulnya emosi, stimuli harus dihubungkan dengan minat dan kehendak.
Sebagai contoh, jika seseorang mengarahkan minatnya terhadap seorang individu, benda atau
situasi maka akan terjadilah kemungkinan reaksi potensi emosi sehingga ia distimuli oleh hal-haltersebut dimana ia menaruh perhatian.
Suatu stimuli yang membangkitkan satu emosi tidak dapat menimbulkan emosi yang lainnya
dalam waktu yang sama. Tetapi stimuli yang satu itu dapat saja membangkitkan emosi-emosi yang
berbeda dan bahkan berlawanan pada waktu-waktu yang berlainan.
Bagaimana cara seseorang dalam mengendalikan emosi?
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
24/36
Contoh aktivitas yang dapat membantu anak-anak dalam perkembangan emosinya :
- Mintalah anak untuk menggambarkan suatu situasi di mana rasa frustasi dan kemarahan
seharusnya ditangani dengan sewajarnya
- Menggunakan boneka sebagai model yang tepat dalam pemberian respons terhadap emosi
- Membantu anak-anak belajar untuk mengakui tentang suatu hal dan memberi label
terhadap perasaan mereka sendiri
- Memilih literatur di mana setiap karakter bereaksi dengan emosi yang sewajarnya dan
mendiskusikan bagaimana mereka merasakan dan juga bagaimana mereka bertindak
- Memberikan rasa empati bagi anak-anak yang merasa ketakutan dan juga yang
membutuhkan perhatian
- Izinkan anak-anak untuk berbagi lelucon mereka, hargai setiap tahapan perkembangan rasa
humor mereka.
Sedangkan ada beberapa tahap atau cara untuk mengendalikan emosi seseorang khusunya bagi
remaja dan dewasa. Seseorang harus mampu untuk tetap terbuka untuk rasa menyenangkan
ataupun tidak menyenangkan, mampu melibatkan diri atau menarik diri secara reflektif dari suatu
emosi dan mendasarkan pada pertimbangan informasi dan kegunannya. Berikutnya, seseorang
harus mampu memantau emosi secara reflektif dalam hubungan diri sendiri dan dengan orang lain.
Selalu berpikir positif dan merefleksikan hanya untuk meluapkan amarah saja dan tidak untuk
mendendam.
Ada contoh sebuah kasus yang dialami seseorang yang berkebangsaan Indonesia, yang
bernama Doni, ia seorang mahasiswa psikologi di suatu perguruan tinggi negri yang tidak dapat
melanjutkan kuliahnya karena kekurangan biaya.
Dalam kasus ini, Doni dapat dikatakan orang yang memiliki kecerdasan emosi apabila ia
dapat mengendalikan diri terhadap keadaan yang menimpanya, sehingga ia mampu memotivasi
dirinya untuk bangkit dari keadannya. Walaupun terasa berat, tetapi Doni akan mencapai
kecerdasan emosinya apabila ia dapat bertahan dan tidak menggunakan emosi yang berlebihan.
Mungkin dengan jalan lain Doni dapat bekerja atau mencari penghasilan untuk menutupi
kekurangan biayanya. Apabil Doni tidak putus asa dan berhasil menghadapi kecerdasannya dengan
baik, maka ia dapat dikatakan orang yang memiliki kecerdasan emosi, karena Doni memiliki ciri-ciri
dari kecerdasan emosi, yaitu mampu memotivasi diri, tahan terhadap frustasi dan mampu
mengendalikan diri. Stress dan masalah yang dihadapi dirinya tidak menyebabkan kemampuan
berpikirnya melemah dan tidak membuatnya patah semangat ataupun malas belajar dalam
melanjutkan pendidikannya
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
25/36
BAB III. Kesimpulan dan Saran
KESIMPULAN
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
26/36
Pada umumnya setiap orang pasti dapat mengekspresikan perasaan senang, takut, sedih,
marah dan sebagainya. Ekspresi yang dapat diperlihatkan antara lain dengan emosi atau marah atau
menangis dan tertawa atau bergembira. Perbedaan emosi dengan perasaan merupakan suatu hal
yang bersifat kualitatif yang tidak ada batasnya tergantung dari warna afektifnya masing-masing.
Dengan perbedaan emosi antara anak-anak sampai dewasa, kita bisa melihat bagaimana
seseorang memperlihatkan emosinya maupun yang hanya diam ataupun yang berlebihan sekalipun
emosi tersebut merupakan kemarahan atau kegembiraan. Apabila masih anak-anak emosi yang
diperlihatkan cenderung lebih sering terjadi dan berlangsung singkat atau cepat reda, karena
biasanya anak kecil lebih gampang terhibur dan melupakan kemarahan atau rasa emosi yang mereka
alami. Berbeda dengan remaja atau orang dewasa yang terkadang suka membendung emosinya
sampai waktu yang lama dan sulit untuk diluapkan.dan pandai menyembunyikannya, yang terkadang
dapat membuat mereka stres atau sakit.
Emosi itu sendiri sebenarnya melibatkan dua hal yang penting yaitu psikologis dan fisik. Hal
ini dapat dilihat dari reaksi fisik seseorang yang disertai dengan penyesuaian dari dalam diri individu
tentang keadaan mental dan fisik serta tingkah laku yang tampak.
Orang yang mampu menghadapi frustasinya, mampu memotivasi diri dan mampu
mengendalikan diri adalah orang yang mempunyai kecerdasan emosional. Dia mampu juga
merasakan empati dan bersikap senada pula bagi orang yang sedang mengalami emosi dan berusaha
mengendalikan emosi orang lain tersebut. Sifat ini baik untuk dimiliki seseorang agar tidak mudah
menghadapi stres atau kesulitan dan frustasi di dalam hidup.
SARAN
Emosi adalah warna afektif dari perasaan seseorang untuk menunjukkan reaksinya. Reaksi
itu bermacam-macam, ada yang senang, gembira, suka, semangat, cinta, takut, marah, cemas
ataupun gelisah dan sebagainya. Terlebih bagi anak usia dini, emosi yang ditunjukkan sangat
bervariasi yang dimulai dari infant (bayi) yang ia tampakkan dari tangisan atau raungan. Biasanya
bayi menangis karena ia merasa lapar atau kegerahan, dan kita sebagai pendidik dan orang tua harus
mengerti dan paham arti dari emosi yang ia tampakkan dari reaksi fisik seperti itu.
Bagi anak usia dini yang sudah berusia dua sampai lima tahun, emosi mereka mulai tidak
terkontrol dan bersifat memaksa, untuk itu bagi kita para pendidik dan orang tua harus pintar dalam
menghadapi emosi (mungkin sampai temper tantrum) si anak dengan cara memberikan perhatian
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
27/36
fokus kepada anak dengan lemah lembut tetapi tidak memanjakannya. Apabila hal tersebut masih
membuat si anak tidak bisa mengkontrol emosinya, sebaiknya kita abaikan saja dan dengan tegas
kita mengatakan bahwa kita sebagai orang tua tidak menyukai tingkah laku anak yang seperti itu,
maka anak akan mengerti dan merasa lelah sendiri atas apa yang ia lakukannya itu.
Semakin lama anak akan beranjak dewasa dan semakin mengerti bagaimana ia harus
memposisikan emosinya. Sebaiknya kita harus mengajarkan kepada anak kita sedari dini untuk bisa
menjaga emosinya dan tidak meraung-raung atau malah melakukan aktivitas fisik seperti
membenturkan kepala ke dinding atau malah memaki-maki. Karena hal tersebut merupakan hal
yang buruk dan hanya memalukan diri sendiri apabila dilakukan di keramaian umum. Berilah
pelajaran-pelajaran kecerdasan emosi kepada anak sedari dini agar ketika ia sudah dewasa nanti, ia
bisa mengendalikan dirinya dari emosi dan dapat bersikap empati terhadap orang lain.
Daftar Pustaka
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
28/36
Fatimah, Enung. (2008). Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik).Bandung: CV.
Pustaka Setia.
Santrock, John W. (2007). Remaja Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.
Sobur, Alex. (2005). Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Syaodih, Emawulan. (2010). Perkembangan Anak Taman Kank-kanak. Bandung.
http://www.ehow.com/about_5076921_early-adulthood-emotional-
development.html#ixzz17EFMuP1G
http://www.suite101.com/content/theories-of-emotions-a304249#ixzz17EQykFM9
http://id.wikipedia.org/wiki/Emosi
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN
MENGHADAPI PENSIUN PADA PEGAWAIJul 2nd, 2008 ?> byadmin2
Ditulis dalam kategoriSkripsi Psikologi| 5 Comments
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahMenurut Mc.Gregor (Asad, 1981) seseorang bekerja karena merupakan kondisi
bawaan seperti bermain atau beristirahat, untuk aktif dan mengerjakan sesuatu. Smithdan Wakeley (Asad, 1981) menambahkan dengan teorinya yang menyatakan bahwaseseorang didorong untuk beraktivitas karena berharap bahwa hal ini akan membawapada keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sekarang.
Manusia bekerja tidak hanya untuk mendapatkan upah, tetapi juga untukmendapatkan kesenangan karena dihargai oleh orang-orang dalam lingkungannya. Akantetapi kesenangan ini menjadi berkurang ketika orang tersebut memasuki masa pensiun.
Rumke (Sadli, 1991) menyatakan bahwa usia 55 65 tahun merupakan usia
pensiun. Pada saat itu seseorang kehilangan pekerjaannya, status sosialnya, fasilitas,
materi, anak anak sudah besar besar dan pergi dari rumah. Teman teman danrelasi relasi tidak lagi mengunjunginya. Ia menjadi kesepian. Bersamaan dengan itukesehatannya makin menurun. Berkaitan dengan keadaan tersebut Kroeger (1982)
http://www.ehow.com/about_5076921_early-adulthood-emotional-development.html#ixzz17EFMuP1Ghttp://www.ehow.com/about_5076921_early-adulthood-emotional-development.html#ixzz17EFMuP1Ghttp://www.ehow.com/about_5076921_early-adulthood-emotional-development.html#ixzz17EFMuP1Ghttp://www.suite101.com/content/theories-of-emotions-a304249#ixzz17EQykFM9http://www.suite101.com/content/theories-of-emotions-a304249#ixzz17EQykFM9http://id.wikipedia.org/wiki/Emosihttp://id.wikipedia.org/wiki/Emosihttp://www.skripsi-tesis.com/07/02/hubungan-kecerdasan-emosi-dengan-kecemasan-menghadapi-pensiun-pada-pegawai-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/02/hubungan-kecerdasan-emosi-dengan-kecemasan-menghadapi-pensiun-pada-pegawai-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/02/hubungan-kecerdasan-emosi-dengan-kecemasan-menghadapi-pensiun-pada-pegawai-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/author/admin2/http://www.skripsi-tesis.com/author/admin2/http://www.skripsi-tesis.com/author/admin2/http://www.skripsi-tesis.com/category/skripsi-psikologihttp://www.skripsi-tesis.com/category/skripsi-psikologihttp://www.skripsi-tesis.com/category/skripsi-psikologihttp://www.skripsi-tesis.com/category/skripsi-psikologihttp://www.skripsi-tesis.com/author/admin2/http://www.skripsi-tesis.com/07/02/hubungan-kecerdasan-emosi-dengan-kecemasan-menghadapi-pensiun-pada-pegawai-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/02/hubungan-kecerdasan-emosi-dengan-kecemasan-menghadapi-pensiun-pada-pegawai-pdf-doc.htmhttp://id.wikipedia.org/wiki/Emosihttp://www.suite101.com/content/theories-of-emotions-a304249#ixzz17EQykFM9http://www.ehow.com/about_5076921_early-adulthood-emotional-development.html#ixzz17EFMuP1Ghttp://www.ehow.com/about_5076921_early-adulthood-emotional-development.html#ixzz17EFMuP1G -
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
29/36
mengatakan bahwa pensiun adalah salah satu titik balik yang signifikan dalam karierseseorang selama hidupnya atau setidak tidaknya untuk mayoritas orang dewasa yangtelah menghabiskan seluruh atau sebagian besar hidup mereka dalam bekerja.
Pensiun merupakan suatu perubahan yang penting dalam perkembangan hidupindividu yang ditandai dengan terjadinya perubahan sosial. Perubahan ini harus dihadapioleh para pensiunan dengan penyesuaian diri terhadap keadaan tidak bekerja,
berakhirnya karier di bidang pekerjaan, berkurangnya penghasilan, dan bertambahbanyaknya waktu luang yang kadang kadang terasa sangat mengganggu (Kimmel,1974).
Pensiun merupakan akhir dari seseorang melakukan pekerjaannya. Pensiun
seharusnya membuat orang senang karena bisa menikmati hari tuanya. Tapi banyak
orang bingung bahkan cemas ketika akan menghadapi pensiun. Banyak alasan
dikemukakan, mereka mengatakan bahwa mereka butuh pekerjaan.
Beverly (Hurlock, 1994) berpendapat bahwa pensiun seringkali dianggap sebagai
kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang
sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi
kelak. Dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor
terpenting yang bisa mendatangkan kepuasan (karena uang, jabatan dan memperkuat
harga diri). Oleh karenanya, sering terjadi orang yang pensiun bukannya bisa menikmati
masa tua dengan hidup santai, sebaliknya, ada yang mengalami problem serius
(kejiwaan maupun fisik).
Pendapat hampir sama juga dikemukakan oleh Kartono (1981) yang menyatakan
bahwa seseorang yang memasuki masa pensiun sering kali merasa malu karena
menganggap dirinya sebagai pengangguran sehingga menimbulkan perasaan-
perasaan minder, rasa tidak berguna, tidak dikehendaki, dilupakan, tersisihkan, tanpa
tempat berpijak dan seperti tanpa rumah. Hal ini berbeda dengan ketika orang
tersebut masih bekerja, dirinya merasa terhormat dan merasa berguna. Selain itu
pada waktu masih bekerja seseorang mendapatkan bermacam-macam fasilitas
materiil, sedangkan setelah pensiun semua fasilitas kerja tidak ada lagi. Oleh karena
itulah seseorang yang memasuki masa pensiun mengalami kondisi kekosongan,
merasa tanpa arti dan tanpa guna sehingga menjelang masa pensiun orang tersebutmengalami kecemasan akan bayangan-bayangan yang dihayalkannya sendiri. Padahal
sebenarnya, yang menjadi kriteria pokok itu bukan kondisi dan situasi pensiun dan
menganggur itu in-concreto, akan tetapi bagaimana caranya seseorang menghayati
dan merasakan keadaannya yang baru itu. Kondisi mental dan tipe kepribadian
seseorang sangat menentukan mekanisme reaktif seseorang menanggapi masa
pensiunnya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa orang cenderung merasa cemas
ketika akan memasuki masa pensiun. Hal ini dikarenakan orang tersebut mempunyai
sudut pandang negatif tentang pensiun. Sebagai contoh MK yang pensiun tahun 1971
dengan jabatan Deputi kepala wilayah sebuah BUMN di Sumatera Selatan, ketika
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
30/36
akan memasuki masa pensiunnya mulai merasakan kecemasan yang membuatnya
merasa terganggu (hasil wawancara dengan MK pada tanggal 4 Januari 2005). Hal ini
dikarenakan pikiran bahwa masa pensiun adalah masa yang sangat tidak
menyenangkan, suram, tidak akan dihormati lagi, dan kehilangan semua fasilitas
jabatan yang selama ini dinikmati (Soegino, 2000).
Rasa cemas ketika akan memasuki pensiun juga dialami oleh JL yang merupakan
seorang guru di Kota Pangkalpinang. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan JL
diketahui bahwa ia begitu cemas karena masa pensiunnya akan segera tiba. Ia akan
kehilangan pekerjaan padahal anak anaknya masih bersekolah. Ia bingung bagaimana
akan melanjutkan kehidupannya dengan uang pensiun yang dianggap tidak cukup (hasil
wawancara dengan JL pada tanggal 12 Januari 2005).
Berdasarkan contoh kasus di atas dapat diketahui bahwa sumber kecemasan
seseorang yang memasuki masa pensiun berbeda-beda, dapat karena cemas karena
kehilangan jabatan dan fasilitas bagi mereka yang sudah memegang jabatan, dapat
karena cemas akan kehilangan sumber pencaharian setelah memasuki masa pensiun,
dapat karena bayangan tidak akan dihargai setelah memasuki masa pensiun, dan lain-
lain.
Menurut Back (Hurlock, 1994) hal hal yang dapat mempengaruhi seseorang
dalam menerima masa pensiun sebenarnya adalah kondisi emosionil para pekerja
terhadap pensiun itu sendiri. Apabila pensiun semakin dianggap sebagai perubahan ke
status baru, maka pensiun akan semakin tidak dianggap sebagai membuang status yang
berharga dengan demikian akan terjadi transisi yang lebih baik. Memasuki masa transisi
ini seseorang sudah menyusun rencana rencana yang harus dilakukan setelah tiba
masa pensiun.
Berdasarkan uraian Back (Hurlock, 1994) di atas dapat diketahui bahwa kondisi
emosionil yang menganggap bahwa masa pensiun hanya merupakan masa transisi dari
sebuah kehidupan kerja menjadi kehidupan tanpa bekerja, akan membuat seorang
karyawan yang memasuki masa pensiun menjadi tidak terlalu terbebani dengan
keadaan tersebut. Hal terpenting yang perlu dilakukan oleh orang yang memasuki masa
transisi adalah melakukan persiapan-persiapan memasuki masa tersebut.
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
31/36
Kecerdasan emosi mencakup pengendalian diri, semangat, ketekunan, serta
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi,
kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati, tidak melumpuhkan kemampuan berpikir,
kemampuan membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa,
kemampuan memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk
menyelesaikan konflik, serta kemampuan untuk memimpin (Goleman, 2000). Orang-
orang yang dikuasai dorongan hati yang kurang memiliki kendali diri, mengalami
kekurangmampuan dalam pengendalian moral (Hurlock, 1994).
Berdasarkan pengalaman, apabila suatu masalah menyangkut pengambilan
keputusan dan tindakan, aspek perasaan sama pentingnya dan sering kali lebih penting
daripada nalar. Emosi itu memperkaya; model pemikiran yang tidak menghiraukan
emosi merupakan model yang miskin. Nilai-nilai yang lebih tinggi dalam perasaan
manusia, seperti kepercayaan, harapan, pengabdian, cinta, seluruhnya lenyap dalam
pandangan kognitif yang dingin. Orang cenderung menekankan pentingnya IQ dalam
kehidupan manusia. Padahal kecerdasan tidaklah berarti apa-apa bila emosi yang
berkuasa. Kecerdasan emosimenambahkan jauh lebih banyak sifat-sifat yang membuat
manusia menjadi lebih manusiawi. Terdapat pemikiran bahwa IQ menyumbang paling
banyak 20% bagi sukses dalam hidup, sedangkan 80% ditentukan oleh faktor lain
(Goleman, 2000).
Banyak bukti memperlihatkan bahwa orang yang secara emosi cakap, yang
mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan yang mampu
membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif memiliki keuntungan
dalam setiap bidang kehidupan, entah itu dalam hubungan asmara dan persahabatan,
hubungan kerja, ataupun ketika akan memasuki masa berhenti dari bekerja (Goleman,
2000).
Orang dengan keterampilan emosi yang berkembang baik berarti kemungkinan
besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang
mendorong produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu
atas kehidupan emosinya akan mengalami pertarungan batin yang merampas
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
32/36
kemampuan mereka untuk berkonsentrasi pada karir/pekerjaan ataupun untuk memiliki
pikiran yang jernih.Ohman & Soares (1998) melakukan penelitian yang menghasilkan kesimpulan
bahwa sistem emosi mempercepat sistem kognitif untuk mengantisipasi hal buruk
yang mungkin akan terjadi. Stimuli yang relevan dengan rasa takut menimbulkan
reaksi bahwa hal buruk akan terjadi. Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan
individu untuk antisipasi datangnya hal tidak menyenangkan yang mungkin akan
terjadi. Secara otomatis individu akan bersiap menghadapi hal-hal buruk yang
mungkin terjadi bila muncul rasa takut.
Sebelum seseorang pensiun sebaiknya menyusun suatu perencanaan untuk
menghadapi masa pensiun. Dalam penyusunan perencanaan ini diperlukan
kecerdasan emosi untuk mengatur perencanaan. Orang dengan kecerdasan emosi
yang baik akan mampu mengatasi kecemasan yang ada dalam dirinya. Ia tidak akan
membiarkan ketakutan ketakutan tumbuh dan berkembang dalam dirinya. Saat
akan memasuki masa pensiun ia sudah menyusun kegiatan kegiatan. Ia akan tetap
menjalani hidup seperti biasa. Perubahan perubahan yang terjadi dalam dirinya itu
dianggap hal biasa karena itu adalah suatu proses kehidupan. Bekal bekal yang ada
dalam dirinya yang ia dapatkan selama bekerja dijadikan modal untuk tetap
berkarier. Banyak perusahaan yang bersedia menerima karyawan lanjut usia. Ia juga
sudah mengantisipasi perubahan perubahan yang lain seperti penyesuaian terhadap
lingkungan, baik itu keluarga maupun masyarakat. Orang dengan kecerdasan emosi
yang baik akan berpikir bagaimana membuat pensiun yang bermakna.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan
emosi dengan kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritisnya adalah untuk menambah khazanah pengetahuan terutamapsikologi perkembangan.
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
33/36
2. Manfaat praktis
Dapat menambah pengetahuan dan berguna bagi orang-orang yang akan
menghadapi pensiun. Mereka dapat mengetahui apa sebenarnya yang memicu
seseorang cemas ketika akan menghadapi pensiun dan bagaimana cara
menanggulanginya.
D. Keaslian Penelitian1. Keaslian Topik
Penelitian yang dilakukan ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah
ada sebelumnya. Namun dalam hal ini dari segi alat ukur dan subjek penelitian,
penelitian ini benar-benar asli dan belum pernah diteliti sebelumya.
Ada beberapa penelitian tentang kecemasan menghadapi pensiun dan
kecerdasan emosi, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Hascar Yaningtyas
Dyah Utami (2000) yang meneliti pengaruh ketabahan (hardiness) dan kecemasan
menghadapi masa pensiun. Hasilnya ada hubungan antara ketabahan (hardiness)dan
kecemasan menghadapi masa pensiun.
Penelitian lain penelitian dari Yulianti (2003) yaitu tentang hubungan
penerimaan diri dengan stres menghadapi pensiun pada pegawai negeri sipil
Kabupaten Karang Anyar yang hasilnya ada hubungan yang sangat signifikan antara
penerimaan diri dengan stres menghadapi pensiun pada pegawai negeri sipil
Kabupaten Karang Anyar.
Penelitian tentang pensiun dilakukan oleh Wahyuni (2003), yaitu tentang
perbedaan kecemasan menghadapi pensiun pada pria dan wanita pegawai negeri sipil
Pemerintah Kota Samarinda. Hasilnya ada perbedaan kecemasan menghadapi
pensiun yang signifikan pada pegawai negeri sipil (PNS) yang berjenis kelamin pria
dan pegawai negeri sipil (PNS) yang berjenis kelamin wanita di Pemerintah Kota
Samarinda. Sumber kecemasan yang dirasakan oleh pegawai negeri berjenis kelamin
pria juga berbeda dengan sumber kecemasan yang dialami pegawai negeri yang
berjenis kelamin wanita. Pada pegawai negeri pria kecemasan disebabkan bayangan
akan kehilangan jabatan dan kehormatan yang selama ini dipegangnya. Di lain pihak
sumber kecemasan pada pegawai negeri wanita lebih disebabkan oleh bayangan akan
kehilangan fasilitas yang selama ini dinikmatinya ketika bekerja.
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
34/36
Hubungan persepsi tentang pensiun dengan penerimaan diri pada anggota
persatuan pensiun Bank BNI Cabang Kota Yogyakarta diteliti oleh Hamdi (2004).
Penelitian ini mendapatkan adanya persepsi tentang pensiun yang berbeda-beda dari
orang yang menjadi anggota persatuan pensiun Bank BNI Cabang Yogyakarta. Akan
tetapi dari hasil analisis secara statistik ternyata hasilnya tidak ada hubungan
persepsi tentang pensiun dengan penerimaan diri pada anggota persatuan pensiun
bank BNI Cabang Kota Yogyakarta.
Hubungan antara penerimaan diri dengan kecemasan psikologis dalam
menghadapi masa pensiun pada pegawai Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala
Yogyakarta oleh Purwanto (2004). Penelitian ini meneliti tentang penerimaan diri
yang dialami karyawan terhadap pensiun yang akan dihadapinya dengan kecemasan
dalam menghadapi pensiun. Konsep dasar penelitian ini adalah bagi karyawan yang
mampu menerima keadaan pensiun dengan baik akan mempunyai tingkat kecemasan
yang rendah, sebaliknya bagi karyawan yang kurang mampu menerima keadaan
pensiun dengan baik akan mempunyai tingkat kecemasan yang tinggi. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa memang ada hubungan antara penerimaan diri dengan
kecemasan psikologis dalam menghadapi masa pensiun pada pegawai Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta.
Selain itu ada penelitian dari Wulandari dan Fajar Astuti (2002) yaitu
hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan menghadapi pensiun pada guru
yang memiliki pekerjaan sampingan. Hasil penelitiannya adalah ada hubungan antara
dukungan sosial dengan kecemasan menghadapi pensiun pada guru yang memiliki
pekerjaan sampingan.
Penelitian tentang kecerdasan emosi antara lain penelitian yang dilakukan oleh
Tjahjoanggoro, dkk, (2001) hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi kerja
distributor multi level marketing (MLM). Hasil penelitiannya ada hubungan yang
sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan prestasi kerja distributor.
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
35/36
Penelitian lain mengenai kecerdasan emosi adalah penelitian dari Melianawati,
dkk, (2001) yang meneliti hubungan antara kecerdasan emosi dengan kinerja
karyawan. Konsep awal dari penelitian ini adalah karyawan yang mempunyai
kecerdasan emosi yang tinggi akan mempunyai kinerja yang tinggi pula, sebaliknya
karyawan yang mempunyai kecerdasan emosi yang rendah akan mempunyai kinerja
yang rendah pula. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang menggaji
karyawannya berdasarkan kinerja yang dimiliki karyawan. Hasil penelitiannya ada
hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan kinerja karyawan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain adalah bahwa penelitian ini
lebih mengungkapkan pada sisi emosi orang yang akan menghadapi pensiun.
Bagaimana emosi seseorang itu timbul dalam dirinya sehingga mempengaruhi pola
pikir yang akhirnya menimbulkan kecemasan saat orang akan menghadapi pensiun.
Selain itu bagaimana peran kecerdasan emosi dalam diri seseorang dalam
menghadapi pensiun. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda.
Dalam penelitian ini subjek menggunakan pegawai negeri sipil (PNS) sebagai subjek
yaitu PNS di Kota Pangkalpinang.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian lain adalah aspek emosi yang
diteliti adalah aspek kecemasan dan aspek kecerdasan emosi. Secara umum teori
yang dipergunakan untuk menjelaskan kedua aspek tersebut sama dengan penelitian
lain akan tetapi berbeda dari penekanannya, yaitu ditekankan pada kecemasan
menghadapi pensiun.
2. Keaslian Teori
Penelitian yang penulis lakukan menggunakan teori kecemasan dari Soegino
(2000) serta teori kecerdasan emosi yang diambil dari Goleman (2000).
3. Keaslian Alat Ukur
Peneliti menggunakan alat ukur yang disusun oleh penulis sendiri
berdasarkan aspek-aspek kecemasan menghadapi pensiun menurut Soegino (2000)
serta aspek-aspek kecerdasan emosi menurut Goleman (2000).
-
5/28/2018 Teori Emosi (Nia)
36/36
4. Keaslian Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan peneliti berbeda dengan subyek
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Peneliti menggunakan subyek
penelitian yaitu para pegawai PT Timah dan pegawai PEMDA Pangkalpinang yang
berusia 50-58 tahun.
===================================================
Ingin memiliki Skripsi/Tesisversi lengkapnya? Hubungi Kami.
===================================================
Tulisan terkait:
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ABORSI DENGAN SIKAP PROLIFE PADA
REMAJA PUTRI
HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN PERILAKU SELINGKUH PADA SUAMI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PROFESIONALISME POLISI PARIWISATA DENGAN RASA
AMAN PADA WISATAWAN DI YOGYAKARTA
Keyword yang masuk untuk tulisan ini:
skripsi psikologi perkembangan, skripsi kecemasan, aspek kecemasan, menghadapi pensiun,
kecemasan menghadapi pensiun, teori kecemasan, kecerdasan emosi PDF, kecemasan
menghadapi masa pensiun, menghadapi masa pensiun, skripsi kecerdasan emosional,
hubungan kecerdasan emosi dengan kecemasan menghadapi pensiun, teori kecerdasan
emosional, aspek-aspek kecemasan, kecemasan pada lansia, Contoh skripsi psikologi
perkembangan, makalah kecemasan, skripsi tentang kecemasan, penelitian kecemasan, tesis
Kecerdasan Emosional, kecerdasan emosional pdf, PERSIAPAN MENGHADAPI PENSIUN,
kecemasan, alat ukur kecerdasan emosi, teori kecerdasan emosi, skripsi tentang kecerdasan
emosional, kecemasan dalam menghadapi masa pensiun, aspek emosi, aspek-aspek
kecerdasan emosi, pengaruh kecerdasan emosional, skripsi kecerdasan emosi, teori pensiun,
teori hardines, hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecemasan menghadapi masa
pensiun
"Appreciation of what was written depends solely on the mind of the reader. Therefore, we cannot guarantee you high
grades because it will be the single discretion of your teacher. What we can pledge is to exhaust all means to give you
a well-written quality work. With the teamwork that we have, we are bound to achieve this goal."
Advetorial
http://www.skripsi-tesis.com/layananhttp://www.skripsi-tesis.com/layananhttp://www.skripsi-tesis.com/layananhttp://www.skripsi-tesis.com/layananhttp://www.skripsi-tesis.com/layananhttp://www.skripsi-tesis.com/layananhttp://www.skripsi-tesis.com/layananhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-pengetahuan-tentang-aborsi-dengan-sikap-prolife-pada-remaja-putri-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-pengetahuan-tentang-aborsi-dengan-sikap-prolife-pada-remaja-putri-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-pengetahuan-tentang-aborsi-dengan-sikap-prolife-pada-remaja-putri-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-pengetahuan-tentang-aborsi-dengan-sikap-prolife-pada-remaja-putri-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-stres-kerja-dengan-perilaku-selingkuh-pada-suami-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-stres-kerja-dengan-perilaku-selingkuh-pada-suami-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-persepsi-profesionalisme-polisi-pariwisata-dengan-rasa-aman-pada-wisatawan-di-yogyakarta-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-persepsi-profesionalisme-polisi-pariwisata-dengan-rasa-aman-pada-wisatawan-di-yogyakarta-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-persepsi-profesionalisme-polisi-pariwisata-dengan-rasa-aman-pada-wisatawan-di-yogyakarta-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-persepsi-profesionalisme-polisi-pariwisata-dengan-rasa-aman-pada-wisatawan-di-yogyakarta-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-persepsi-profesionalisme-polisi-pariwisata-dengan-rasa-aman-pada-wisatawan-di-yogyakarta-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-persepsi-profesionalisme-polisi-pariwisata-dengan-rasa-aman-pada-wisatawan-di-yogyakarta-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-stres-kerja-dengan-perilaku-selingkuh-pada-suami-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-pengetahuan-tentang-aborsi-dengan-sikap-prolife-pada-remaja-putri-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-pengetahuan-tentang-aborsi-dengan-sikap-prolife-pada-remaja-putri-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/layanan