Download - Septal Abscess
-
7/27/2019 Septal Abscess
1/21
1
PENATALAKSANAAN ABSES SEPTUM NASI
PADA ANAKDiana Sari, Abla G Irwan
Bagian IKTHT- KL FK Unsri/
Departemen KTHT-KL RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang
AbstrakAbses septum nasi adalah kumpulan pus yang terdapat antara tulang rawan atau
tulang pada septum nasi dengan mukoperikondrium atau mukoperiosteum. Abses
septum jarang ditemui dan biasanya terjadi pada laki-laki. Sebanyak 74%
mengenai umur dibawah 31 tahun dan 42% mengenai umur 3-14 tahun. Lokasi
yang paling sering ditemukan adalah pada bagian anterior kartilago septum.
Penyebab abses septum nasi tersering karena trauma. Khususnya pada
anak biasanya karena trauma minor hidung. Penyebab lainnya akibat penyebaran
infeksi sinus, komplikasi operasi hidung, infeksi gigi, vestibulitis, tuberkulosis
dan gangguan sistem imun.
Abses septum nasi merupakan kasus emergensi yang harus ditangani
sesegera mungkin. Penatalaksanaan berupa insisi dan drainase abses disertai
pemberian antibiotik spektrum luas.
Dilaporkan satu kasus abses septum nasi pada anak yang telah dilakukan
aspirasi, insisi dan drainase secara lokal anestesi juga diberikan antibiotikintravena.
Kata kunci : abses septum nasi, etiologi, penatalaksanaan
AbstractA nasal septal abscess is defined as a collection of pus between the cartilage or
bony septum and its normally applied mucoperichondrium or mucoperiostium.
Nasal Septal abscess is rare and usually occurs in men. As many as 74% under
the age of 31 years and 42% over the age of 3-14 years. The location is most often
found in the anterior septum cartilage. A nasal septal abscess common cause ofabscesses due to trauma. Especially in children is usually due to minor trauma to
the nose. Other causes due to the spread of sinus infection, complications of nasal
surgery, dental infections, vestibulitis, tuberculosis and immune system disorders.
A nasal septal abscess is emergency cases should be handled as soon as possible.
The management of abscess such as needle aspiration, incision and drainage
with given antibiotics board spectrum. It was reported one case of nasal septal
abscess in children who had performed needle aspiration, incision and drainage
with local anesthetics and intravenous antibiotics.
Keywords: nasal septal abscess, etiology, treatment
-
7/27/2019 Septal Abscess
2/21
2
PENDAHULUAN
Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian
lebih dari biasanya, sebagai salah satu organ pelindung tubuh terpenting terhadap
lingkungan yang tidak menguntungkan.1 Abses septum dikenalkan pertama kali
oleh Cloquet pada tahun 1810 yang berhasil menyembuhkannya dengan cara
drainase. 2
Abses septum nasi merupakan suatu kumpulan pus yang terdapat di antara
kartilago atau tulang septum dengan mukoperikondrium atau mukoperiosteum. 3-7
Kasus ini sangat jarang terjadi sehingga tidak banyak dibicarakan dalam berbagai
kepustakaan.3,4,5
Ambrus dkk (1981) dan Tavares dkk (2002) menyatakan 75% abses
septum nasi disebabkan oleh trauma6,8 Kebanyakan abses septum nasi disebabkan
oleh trauma yang kadang tidak disadari oleh pasien. Selain trauma, abses septum
nasi juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari infeksi sinus, infeksi gigi, pasca
operasi hidung (septoplasti), vestibulitis dan tuberkulosis.3-6,8,9 Beberapa laporan
kasus menyatakan abses septum nasi disebabkan oleh jamur pada pasien-pasien
dengan gangguan sistem imun.2,8,10
Gejala abses septum nasi adalah hidung tersumbat progresif yang ditandai
dengan rasa nyeri pada hidung seperti berdenyut terutama terasa dipuncak hidung.
juga terdapat keluhan demam, sakit kepala dan terasa lunak pada daerah sekitar
hidung.3
Penatalaksanaan abses septum nasi harus dilakukan sesegera mungkin
yaitu dengan aspirasi jarum dilanjutkan dengan insisi dan drainase abses serta
pemberian antibiotik spektrum luas secara parenteral.3,11,12
Abses septum harus segera diobati sebagai kasus darurat karena
komplikasinya dapat berat, yaitu dalam waktu yang tidak lama dapat
menyebabkan nekrosis pada tulang rawan septum sehingga menimbulkan
deformitas berupa hidung pelana, retraksi kolumela, dan pelebaran dasar hidung.
Bila hilangnya tulang rawan septum terjadi pada anak, maka dapat menyebabkan
gangguan perkembangan wajah.7
-
7/27/2019 Septal Abscess
3/21
3
Abses septum nasi dapat juga menyebabkan komplikasi seperti infeksi ke
intrakranial dan trombosis sinus kavernosus, sehingga setiap kasus septum nasi
dianggap sebagai kasus darurat yang memerlukan penaganan yang tepat dan
segera. Diagnosis yang terlambat dan penatalaksanaan yang tidak tepat dapat
menimbulkan komplikasi.4,5
KEKERAPAN
Abses septum nasi jarang ditemui dan biasanya terjadi pada laki-laki.5,6,13
Sebanyak 74% mengenai umur dibawah 31 tahun dan 42% mengenai umur
diantara 3-14 tahun. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada bagian
anterior kartilago septum.5
Suatu penelitian di Massachuesetts Eye and Ear Infirmy (1981) hanya
menemukan 16 kasus dalam 10 tahun.5,14Studi kasus seri di Royal Childrenss
Hospital Melbourne Australia (1996) melaporkan sebanyak 20 pasien abses
septum selama 18 tahun.5,15 Penelitian pada 57 anak usia kurang dari 10 tahun
dengan fraktur nasal tidak ditemukan hematom ataupun abses septum.5 Blahova
melaporkan sebanyak 241 anak dengan fraktur nasal, hanya 2 orang mengalami
abses septum. Chukuezi mengidentifikasi sebanyak 46 anak Nigeria dengan
hematom septum yang menderita abses septum.5
Abses septum nasi di RSMH berdasarkan data rawat inap pasien THT,
didapatkan 1 kasus abses septum nasi dalam 2 tahun. Abses septum dapat terjadi
unilateral atau bilateral tetapi belum ada laporan mengenai angka pastinya.
ANATOMI
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang
dipisahkan dibagian tengahnya oleh septum menjadi kavum nasi kanan dan kiri.16
Tebal septum nasi secara normal 2-4mm yang sekaligus menjadi dinding medial
dari kavum nasi.5
Septum nasi dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian tulang yang
membentuk septum adalah lamina perpendikularis os etmoid, os vomer, krista
nasalis os maksila dan krista nasalis os palatina. Bagian tulang rawan adalah
-
7/27/2019 Septal Abscess
4/21
4
kartilago septum (lamina kuadrangularis) dan kolumela. Septum nasi dilapisi oleh
perikondrium pada bagian tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang,
sedangkan diluarnya dilapisi oleh mukosa hidung. Bagian terbesar dari septum
nasi dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid posterior dan kartilago
septum anterior.13,16,17,
Lamina perpendikularis os etmoid membentuk sepertiga atas atau lebih
septum nasi, berhubungan dengan bagian horizontal os etmoid yang bagian
bawahnya bertumpu pada os vomer. Di bagian anterior dan superior berhubungan
dengan os frontal dan os nasal, di posterior berhubungan dengan tonjolan os
sfenoid, di postero-inferior dengan os vomer dan antero-inferior dengan kartilago
septum. Vomer terletak di septum nasi bagian posterior dan inferior. Dibagian
superior membentuk sendi os sfenoid dan lamina perpendikularis os etmoid, dan
di bagian inferior dengan krista nasalis os maksila dan os palatina. Krus medial
dari kartilago alar mayor dan prosesus nasal bawah (krista) maksila membentuk
bagian anterior septum.1,16,17
Kartilago septum nasi merupakan sekeping tulang rawan tunggal yang
berbentuk quadrilateral sebagai bagian anterior inferior septum nasi. Dibelakang
bersatu dengan bagian tulang septum dan lamina perpendikularis os etmoid,
bagian bawahnya bertumpu pada lekukan os vomer, krista maksila dan spina
maksila. Periosteum dan perikondrium dari tulang rawan septum dihubungkan
oleh jaringan konektif yang dibentuk oleh ligamentum yang memungkinkan
terjadinya gerakan dari tulang tersebut.1
-
7/27/2019 Septal Abscess
5/21
5
Gambar 1. Anatomi septum nasi. 1. Kartilago kuadrangularis. 2. Os nasal. 3. Lamina
perpendikularis os etmoid. 4. Vomer. 5. Krista nasalis os palatina 6. Krista nasalis os
maksila. 7. Kolumela (Dikutip dari Bailey Head and Neck Surgery Otolaryngology 2006)
Perdarahan
Perdarahan hidung sebagian besar berasal dari arteri karotis eksterna dan
interna. Arteri sfenopalatina (cabang dari arteri maksilaris dan arteri karotis
eksterna) dan arteri palatina desendens memperdarahi bagian posteroinferior
septum sedangkan bagian anterosuperior septum dan dinding lateral memperoleh
perdarahan dari arteri etmoidalis anterior dan posterior. Arteri palatina mayor
(juga cabang arteri maksilaris) melalui kanalis insisivus menyuplai darah ke
bagian anteroinferior. Cabang arteri labialis superior (cabang arteri fasialis)
menyuplai bagian anterior tuberkel septum. Pada bagian kaudal septum yatiu tepat
di belakang vestibulum terdapat pleksus Kiesselbach yang merupakan anstomosis
dari arteri sfenopalatina, arteri etmoidalis anterior dan arteri palatina mayor.
Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan
dengan arteri. Vena pada vestibulum dan struktur luar hidung mempunyai
hubungan dengan sinus kavernosus melalui vena oftalmika superior. 13,16,18,19
-
7/27/2019 Septal Abscess
6/21
6
Gambar. 2 Perdarahan septum nasi (Dikutip dari Anatomy of The Nose and
Paranasal Sinuses. Scott and BrownsOtolaryngology 1997)
Persarafan
Bagian anterior dan superior rongga hidung mendapat persarafan sensoris
dari nervus etmoidalis anterior yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris
yang berasal dari nervus oftalmikus (n.V-1). Rongga hidung lainnya, sebagian
besar mendapat persarafan sensoris dari nervus maksila melalui ganglion
sfenopalatinum.1,16,20
Ganglion sfenopalatinum selain memberikan persarafan sensoris, juga
memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion
ini menerima serabut sensoris dari nervus maksila (n.V-2), serabut
parasimpatis dari nervus petrosus profundus. Disamping mempersarafi hidung,
ganglion sfenopalatina mempersarafi kelenjar lakrimalis dan palatum.18,21
-
7/27/2019 Septal Abscess
7/21
7
Gambar 3. Persarafan septum nasi ((Dikutip dari Anatomy of The Nose and
Paranasal Sinuses. Scott and Browns Otolaryngology 1997)
ETIOLOGI
Menurut Ambrus dkk (1981) terjadinya abses septum nasi paling sering
ditemukan akibat trauma pada hidung (75%).14 Keadaan ini dapat terjadi akibat
kecelakaan, perkelahian maupun olahraga. Trauma dapat mengakibatkan luka
pada mukosa septum sehingga dapat menyebabkan hematom septum nasi. Tiga
sampai lima hari setelah terjadi hematom septum nasi, hematom mengalami
infeksi sekunder sehingga terjadi abses septum nasi.11
Hematom septum nasi pada dewasa terjadi akibat trauma wajah yang
bermakna dan fraktur hidung. Pada anak, hematom septum nasi ditemukan pada
trauma minor hidung seperti berkelahi, jatuh dari sepeda, benturan bola ke muka
atau benturan dengan objek keras. Hematom septum nasi dengan atau tanpa
trauma harus tetap dicurigai akibat kekerasan pada anak (child abuse) terutama
bayi dan anak kecil.2,11,14
-
7/27/2019 Septal Abscess
8/21
8
Penyebab lain adalah akibat penyebaran dari sinusitis etmoid dan sinusitis
sfenoid. Beck (1945) melaporkan suatu kasus abses septum nasi sebagai
komplikasi dari sinus etmoid.5,8 Collins (1985) juga melaporkan kasus abses
septum nasi yang disebabkan oleh sinusitis sfenoid akut.5,8
Abses septum nasi juga dapat terjadi akibat komplikasi dari operasi
hidung. Lo (2004) menemukan 7% abses septum disebabkan trauma akibat
tindakan septomeatoplasti.22 Disamping itu dapat juga akibat penyebaran dari
infeksi gigi.5,8 Da Silva (1982) melaporkan 2 kasus abses septum nasi akibat
infeksi gigi.5 Ozan, Polat dan Heler (2006) juga melaporkan 1 kasus yang
disebabkan infeksi gigi.4
Penyebab lain abses septum nasi adalah vestibulitis (13,4%) dan yang
tidak diketahui penyebabnya (6,7%).6 Menurut Singh dkk (2004) abses septum
nasi dapat disebabkan oleh tuberkulosis hidung.23 Penelitian Walker dkk (2007)
melaporkan 1 abses septum nasi yang disebabkan oleh jamur pada pasien dengan
ganguan sistem imun.2
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi abses septum nasi biasanya tergantung dari penyebabnya.
Beberapa mekanisme untuk terjadinya abses septum nasi yaitu hematom septum
yang terinfeksi, penyebaran langsung infeksi sepanjang permukaan jaringan,
infeksi gigi, penyebaran melalui pembuluh darah vena ke orbita dan sinus
kavernosus.5
Trauma pada hidung menyebabkan pembuluh darah di sekitar tulang
rawan robek, sehingga darah akan berkumpul diantara tulang rawan dan
mukoperikondrium yang melapisinya menyebabkan tulang rawan mengalami
penekanan, nekrosis sehingga tulang rawan jadi destruksi. Hematom ini
merupakan media yang sangat mudah terinfeksi dan menimbulkan proses supurasi
yang berkembang menjadi abses. Abses septum nasi dapat mengakibatkan
nekrosis tulang rawan septum oleh karena menghalangi suplai darah ke tulang
rawan septum nasi. jika sudah terjadi nekrosis akan menyebabkan terjadinya
perforasi, sehingga proses supurasi yang semula unilateral menjadi bilateral.
-
7/27/2019 Septal Abscess
9/21
9
Destruktif tulang membentuk kavitas yang akan diisi oleh jaringan ikat.
Hilangnya sebagian besar jaringan penyokong bagian bawah hidung dan adanya
retraksi jaringan parut akan menyebabkan terjadinya deformitas hidung berupa
hidung pelana dan retraksi kolumela.5
Penyebaran langsung sepanjang permukaan jaringan yang berasal dari
infeksi sinus. Lamina perpendikularis os etmoid merupakan jalan masuk langsung
bila terdapat infeksi dari sinus frontal dan sphenoid ke etmoid kemudian septum
hidung.8 Huang dkk (2006) menduga abses septum nasi yang disebabkan oleh
infeksi sekunder dari sinus terjadi karena tidak adanya katup pada sistem vena
pada sinus-sinus yang menyebabkan hubungan bebas dengan bakteriemia atau
tromboflebitis sepsis.3,5,6
Infeksi gigi dapat menyebabkan abses septum nasi melalui penyebaran
langsung. Gigi taring bagian atas secara anatomi dekat dengan dasar hidung yang
menjelaskan fakta bahwa abses gigi taring dapat menonjol ke dasar hidung.4,5
Abses septum nasi yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat terjadi sebagai
infeksi lokal atau manifestasi sekunder dari tempat lain.24 Pada fase awal infeksi,
organisme ini melalui aliran darah akan mencari sistem limfe dan organ lain,
meninggalkan fokus yang akan menimbulkan gejala klinis dalam waktu lama.23
DIAGNOSIS
Anamnesis
Hidung tersumbat yang progresif merupakan gejala yang paling sering
ditemukan pada abses septum nasi. Gejala lainnya adalah nyeri pada hidung
seperti berdenyut terutama di puncak hidung, lesu, demam, sakit kepala dan terasa
lunak pada daerah sekitar hidung.3,4,5,12
Gejala yang timbul tergantung penyebab abses septum nasi. Oleh karena
itu perlu ditanyakan kemungkinan-kemungkinan penyebab abses septum nasi
seperti riwayat trauma, adanya gejala-gejala sinusitis, operasi hidung, riwayat
sakit gigi, riwayat mencabut bulu hidung, riwayat batuk lama juga riwayat
penyakit atau tindakan sebelumnya.3,4,5,12
-
7/27/2019 Septal Abscess
10/21
10
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak hidung bagian luar (apeks nasi)
hiperemi, oedem, dan kulit mengkilat. Didapatkan nyeri pada sentuhan. Rinoskopi
anterior tampak pembengkakan septum nasi baik unilateral maupun bilateral
terutama pada bagian anterior dengan warna yang bervariasi dari abu-abu sampai
ungu kemerahan, pada sentuhan terasa lunak, perabaan menggunakan benda
tumpul pembengkakan terasa fluktuatif. Pemberian kapas yang dibasahi dengan
solutio tetrakain efedrin 1% tidak mengempis.3,4,5,11,12,14
Selain itu juga diperiksa nyeri tekan pada sinus, keadaan gigi-geligi dan
pemeriksaan lain yang berhubungan dengan kemungkinan penyebab abses septum
nasi.3,4,5,12
Tindakan pungsi dan aspirasi berguna untuk membantu menegakkan
diagnosis dan pemeriksaan kultur, selain itu juga dapat mengurangi tekanan dalam
abses dan mencegah terjadinya infeksi intrakranial.3
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mencari penyebab abses septum
nasi yang akan berkaitan dengan terapi, juga untuk melihat sejauh mana terjadinya
komplikasi. Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah laboratorium, foto toraks,
foto sinus paranasal dan kultur resistensi pus. Selain itu dapat dilakukan
pemeriksaan tomografi komputer.3,4,5,12
MIKROBIOLOGI
Stafilokokus aureus adalah organisme yang paling sering didapat dari
hasil kultur pada abses septum.3 Kadang-kadang ditemukan Streptkokus
pneumonia, Streptokokus mileri, Streptokokus viridian, Stafilokokus epidermidis,
Streptockcus hemolitikus, Haemofilus influenzae dan organisme anaerob.3,4,5,11
Penelitian Tavares dkk (2002) melaporkan sebanyak 42,9% dari hasil kultur
adalah Stafilokokus aureus, selain itu juga ditemukan bakteri Streptokokus
viridan (21,4%),Enterokokus fekalis (7,1%) dan Streptokokus piogens (7,1%).6,26
-
7/27/2019 Septal Abscess
11/21
11
Brook (1998) dalam penelitiannya melaporkanPeptostreptokokus magnus,
Pretovella intermedia danPeptostreptokokus anarobius sebagai bakteri penyebab
abses septum nasi.25
Spesies Aktinomises, Aspergillius flavus dan mungkin Kandida,
Kriptokokus, Trikosporan, Kokidiodes imitis, Blastomises dermatidis dan
Histoplasma kapsulatum dapat ditemukan pada hasil kultur.9,27
KOMPLIKASI
Komplikasi berhubungan dengan perkembangan wajah pada anak, karena
kartilago berguna untuk menunjang hidung dan perkembangan wajah.4,5
Komplikasi dari abses septum nasi dapat berupa estetik maupun intrakranial.
Komplikasi estetis berupa deformitas hidung (saddle nose) yang disebabkan oleh
nekrosis kartilago sehingga terjadi kerusakan sebagian besar jaringan penyokong
bagian bawah hidung.4,5
Perforasi septum nasi yang disebabkan oleh karena abses dapat
menyebabkan terjadinya kavitas yang kemudian diisi jaringan ikat menyebabkan
terjadinya retraksi, jaringan parut, kemudian menyebabkan terjadinya retraksi
kolumela. Ada laporan bahwa hidung ras kulit hitam lebih resisten untuk
terjadinya deformitas kosmetik dibandingkan hidung ras Kaukasia.26
Penyebaran infeksi dari septum dapat terjadi ke mata, meningen, sinus
kavernosus dan otak. Berdasarkan literatur didapatkan beberapa infeksi
intrakranial yang berhubungan dengan abses septum nasi. Komplikasi termasuk
meningitis bakteri, abses otak dan empiema subaraknoid dan trombosis sinus
kavernosus.11
PENATALAKSANAAN
Abses septum nasi merupakan kasus emergensi yang harus ditangani
sesegera mungkin. Pertama kali disarankan untuk melakukan aspirasi jarum
sebelum melakukan insisi dan drainase abses, kemudian dikirim untuk pewarnaan,
kultur dan resistensi tes.3,5,6,7
-
7/27/2019 Septal Abscess
12/21
12
Langkah selanjutnya adalah insisi dan drainase. Beberapa peneliti
menyarankan pemasangan drain untuk mencegah reakumulasi pus dan peneliti
lain menyarankan pemasangan tampon hidung.5
Insisi dapat dilakukan dengan anestasi lokal atau anestasi umum. Insisi di
buat vertikal pada daerah yang paling berfluktuasi, diusahakan sedekat mungkin
dengan dasar hidung agar pus dapat keluar semua. Insisi abses dapat unilateral
atau bilateral, kemudian dilakukan evakuasi pus, bekuan darah, jaringan nekrotik
dan jaringan granulasi sampai bersih, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan
drain. Drain yang dipasang dapat berupa pipa (penrose drain) yang dijahit pada
tempat insisi atau drain dari karet. Drain dipertahankan sampai 2-3 hari, jika drain
masih diperlukan dapat dipertahankan.13
Pada kedua rongga hidung dipasang tampon anterior setelah dilakukan
insisi dan pemasangan drain, tampon anterior tiap hari diganti dan dipertahankan
selama 2 sampai 3 hari. Bila pus masih ada luka dibuka lagi.3,5
Pemberian antibiotik spektrum luas untuk gram positip dan gram negatip
serta kuman anaerob dapat diberikan secara parenteral. Sebelum diperoleh hasil
kultur dan tes resistensi dianjurkan untuk pemberian preparat penisilin intravena
dan terapi terhadap kuman anaerob. Pada kasus tanpa komplikasi, terapi antibiotik
parenteral diberikan selama 3-5 hari dan dilanjutkan dengan pemberian oral
selama 7-10 hari.3,5
Bila terjadi destruksi kartilago septum nasi maka rekonstruksi harus segera
dilakukan untuk mempertahankan punggung septum nasi dan mukosa septum,
menghindari perforasi dan mencegah kelainan perkembangan muka. Selain itu
sumber infeksi abses septum nasi juga harus diobati.13
LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan usia 10 tahun berasal dari luar kota datang ke
poliklinik THT RSMH Palembang dengan keluhan utama benjolan kemerahan di
bagian tengah hidung kanan dan kiri disertai keluhan tambahan nyeri seperti
berdenyut di puncak hidung. Anamnesis didapatkan lebih kurang tiga minggu
sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami pilek tanpa disertai batuk dan
-
7/27/2019 Septal Abscess
13/21
13
demam serta terasa gatal pada hidung. Karena gatal pasien sering mengorek-
ngorek hidungnya.
Dua hari kemudian pasien mengeluh bengkak di bagian tengah kedua
hidungnya dan nafas agak tersumbat disertai hidung terasa membengkak. Saat itu
pasien mengeluh demam yang tidak terlalu tinggi. Lalu pasien berobat ke bidan,
dinyatakan infeksi saluran nafas atas dan diberi empat macam obat yang tidak
bermerk.
Dua minggu sebelum masuk rumah sakit pasien merasa bengkak ditengah
hidungnya semakin hari semakin merah, nyeri, hidung semakin terasa tersumbat
disertai demam tinggi kemudian pasien berobat ke dokter dan diberi obat tiga
macam.
Satu minggu sebelum masuk rumah sakit pasien merasa demam dan nyeri
berkurang, bengkak di bagian tengah hidung masih merah dan hidung terasa lebih
tersumbat lalu pasien berobat ke RSMH.
Pasien tidak mengeluh terlalu sering bersin-bersin di pagi hari, riwayat
trauma, sering nyeri di daerah bawah mata, pangkal hidung dan dahi, terasa ada
ingus mengalir ke tenggorok, hidung bau, operasi hidung, infeksi gigi, batuk-
batuk lama disangkal.
Pada pemeriksaan fisik hidung luar terdapat deformitas pada hidung
berupa pembengkakan pada apeks nasi dan dorsum nasi. Rinoskopi anterior
tampak kavum nasi dekstra dan sinistra sempit, sekret mukopurulen, konka
inferior eutropi, bengkak berwarna merah sebelah kanan lebih besar dari kiri pada
anterior septum nasi dan terasa nyeri. Pada waktu perabaan terdapat fluktuasi pada
daerah yang bengkak. Pemeriksaan fisik lainnya tidak ditemukan kelainan. Tidak
ditemukan infeksi gigi dan infeksi sinus.
-
7/27/2019 Septal Abscess
14/21
14
Gambar 4. Abses septum nasi sebelum penatalaksanaan.
Untuk diagnostik dilakukan aspirasi jarum pada daerah fluktuatif di kavum
nasi dekstra dan didapatkan pus 3cc. Pus lalu dikirim ke laboratorium untuk
pemeriksaan kultur dan resistensi tes.
Pasien didiagnosis dengan abses septum nasi dan di rawat inap di bangsal
THT RSMH Palembang.
Satu hari setelah dirawat dilakukan insisi abses dengan anestesi lokal.
Dilakukan aspirasi jarum pada abses septum nasi sinistra di daerah yang palingfluktuatif didapatkan pus bercampur darah sebanyak 3cc, kemudian dilakukan
insisi secaraKillian. Insisi diperdalam dengan klem. Dilakukan evakuasi pus dan
bekuan darah didapatkan 10cc. Jaringan nekrotik dan jaringan granulasi
dikeluarkan sampai bersih. Dilakukan penekanan abses septum kanan kearah kiri.
Kemudian kartilago septum dievaluasi dan tidak ditemukan adanya nekrosis, lalu
dipasang drain karet dan tampon hidung anterior kearah septum pada kedua
kavum nasi.
-
7/27/2019 Septal Abscess
15/21
15
Gambar 5. Abses septum nasi intra-operatif
Hasil foto toraks tidak ditemukan kelainan, hasil foto sinus paranasal
tampak massa berdensitas jaringan lunak yang mengisi kavum nasi kanan dan kiri.
Tidak tampak tanda-tanda sinusitis. Hasil laboratorium lekosit 10.400/ul.
Pasien diberikan antibiotik sefotaksim 2x250mg intravena. metronidazole
3x250mg intravena dan analgetik parasetamol 3x250mg peroral.
Tiga hari setelah insisi dan drainase abses septum nasi, drain dilepas.
Tampak septum nasi hiperemis, bengkak minimal dan tidak fluktuatif, luka insisikering. Tampon anterior dipasang kembali pada kedua kavum nasi, obat-obat
sebelumnya dilanjutkan.
Hari keenam pasca insisi dan drainase abses, tampon anterior dilepas.
Tampak kavum nasi dekstra dan sinistra lapang, konka inferior eutropi, septum
nasi hiperemis minimal, tidak dijumpai pembengkakan dan perforasi.
-
7/27/2019 Septal Abscess
16/21
16
Gambar 6. Hari keenam pasca insisi dan drainage abses.
Hasil kultur resistensi didapatkan Stafilokokus aureus yang sensitif dengan
sefotaksim. Setelah dirawat selama tujuh hari pasien dipulangkan dengan
diberikan antibiotik oral amoksisilin 3x250mg selama tujuh hari.
Satu bulan setelah dirawat, pasien kontrol ulang ke poliklinik THT RSMH
Palembang, tidak ada lagi keluhan hidung tersumbat, tidak ada kemerahan pada
septum dan tidak ditemukan komplikasi berupa perforasi septum nasi dan hidung
pelana.
Gambar 7. Kavum nasi satu bulan setelah insisi dan drainase abses.
-
7/27/2019 Septal Abscess
17/21
17
DISKUSI
Dilaporkan satu kasus abses septum nasi pada seorang anak perempuan
berusia 10 tahun. Berdasarkan kepustakaan kasus abses septum nasi merupakan
kasus yang jarang. Biasanya pada laki-laki dan 74% mengenai umur di bawah 31
tahun. Kasus umur 3-14 tahun sebanyak 42%.5
Anamnesis didapatkan keluhan utama pasien adalah benjolan kemerahan
di bagian tengah hidung kanan dan kiri disertai nyeri di puncak hidung, hidung
tersumbat progresif, demam dan sakit kepala. Gejala tersering abses septum nasi
adalah hidung tersumbat yang progresif disertai nyeri berdenyut di puncak hidung,
lesu, demam, sakit kepala dan terasa lunak pada daerah sekitar hidung.3,4,5,12
Anamnesis juga didapatkan pada pasien riwayat penyakit sebelumnya
pilek tanpa disertai batuk dan demam serta terasa gatal pada hidung sehingga
pasien sering mengorek-ngorek hidungnya. Riwayat trauma, nyeri di daerah
bawah mata, pangkal hidung dan dahi, terasa ada ingus mengalir ke tenggorok,
hidung bau, operasi hidung, infeksi gigi, batuk-batuk lama disangkal oleh pasien.
Menurut Ambrus dkk (1981) 75% abses septum nasi disebabkan oleh trauma.14
Pada pasien ini terjadi trauma pada hidung yaitu sering mengorek hidung
mengakibatkan luka pada mukosa septum sehingga terjadi hematom yang
mengalami infeksi sekunder sehingga terjadi abses septum nasi. Banyak penyebab
lain terjadinya septum nasi tetapi pada pasien ini tidak ditemukan.
Pemeriksaan fisik didapatkan hiperemi, oedema dan kulit mengkilat pada
apeks dan dorsum nasi. Rinoskopi anterior tampak bengkak berwarna merah di
sebelah kanan dan kiri pada anterior septum nasi. Perabaan terasa nyeri dan
fluktuatif. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa tampak deformitas pada
hidung luar disertai pembengkakan septum nasi baik unilateral maupun bilateral
terutama pada bagian anterior dengan warna bervariasi dari abu-abu sampai ungu
kemerahan pada sentuhan lunak dan fluktuatif. 3,4,5,11,12,14
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratorium darah rutin dan kimia darah, radiologi toraks dan sinus paranasal.
Hal ini sesuai kepustakaan, pemeriksaan penujang bertujuan untuk mencari
-
7/27/2019 Septal Abscess
18/21
18
penyebab yang berhubungan dengan terapi juga untuk melihat kemungkinan
komplikasi. 3,4,5,12
Penatalaksanaan pada pasien ini berupa aspirasi jarum dilanjutkan insisi
dan drainase dengan anestesi lokal kemudian dipasang drain dan tampon hidung
anterior. Pemberian antibiotik sefotaksim dan metronidazole intravena dilanjutkan
amoksisilin per oral. Sesuai dengan kepustakaan, abses septum nasi merupakan
kasus emergensi yang harus ditangani sesegera mungkin berupa aspirasi jarum,
insisi, drainase dan pemasangan tampon anterior hidung juga antibiotik gram
positip dan gram negatip secara intravena selama 3-5 hari dilanjutkan pemberian
antibiotik oral selama 10 hari.3,5
Hasil kultur resistensi pus didapatkan Stafilokokus aureus yang sensitif
dengan sefotaksim. Menurut penelitian Tavares dkk (2002) sebanyak 42,5% hasil
kultur adalah Stafilokokus aureus.6
Satu bulan setelah tindakan insisi dan drainase abses septum nasi, pada
pasien ini tidak ditemukan lagi hidung tersumbat dan kemerahan pada septum
juga komplikasi berupa perforasi dan hidung pelana. Jadi pada kasus ini tidak
ditemukan komplikasi meskipun kasus ini terlihat salah dan telat didiagnosis
karena awalnya dianggap infeksi saluran pernafasan atas lalu diobati. Penyakit
terus berlanjut sehingga terjadi abses septum nasi. Dikarenakan penatalaksanaan
yang cepat dan tepat maka tidak menimbulkan komplikasi.
-
7/27/2019 Septal Abscess
19/21
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Hilger PA. Hidung : Anatomi dan Fisiologi Terapan. Boies Buku AjarIlmu Penyakit THT. Edisi 6, Philadelphia, Saunders 1996:173-189
2. Walker R, Gardner L, Sindwani R. Fungal Nasal Septal Abscess in TheImmunocompromised Patient. Otolaryngology-Head and Neck Surgery
2007;136:506-507.
3. Huang PH, Chiang YC, Yang TH dkk. Clinical Photograph Nasal SeptalAbscess. Otolaryngology-Head and Neck Surgery 2006;135:335-336.
4. Ozan F, Polat S, Yeler H. Nasal Septal Abscess Caused by DentalInfection: A Case Report. The Internet Journal of Otorhinolaryngology
2006;4:2.
5. Santiago R, Villalonga P, Maggioni A. Nasal Septal Abscess: A CaseReport International Pediatrics 1999;14:229-231.
6. Tavares RA, Neves MC, Angelico FV dkk. Septal Haematoma andAbscess: Study of 30 Cases. Brazilian Journal of Otorhinilaryngology
2002;66:800-803.
7. Debnam JM, Gillenwater AM, Ginsbuerg LE. Nasal Septal Abscess InPatients with Immunosuppresion. Dept of Radiology and Head and Neck
Surgery 2007;28:1878-1879.
8. Brain D. The Nasal Septum. In: Scott and Browns Otolaryngology. 6th ed.Great Britain: Butterworth-Heinemann 1997;4:11:p1-2.
9. Jafek BW, Dodson BT. Nasal Obstruction. In: Bailey BJ ed. Head andNeck Surgery Otolaryngology. 3rd ed. Philadelpia: Lippincit-Raven
2001:p306.
10.Atherino CCT, Mirelles RC, Moreira LAS. Nasal Septal Abscess Due toDental Prothesis. Head and Neck Surgery Otolaryngology 1996;121:235.
11.Savage RR, Valvich C. Hematoma of The Nasal Septum. Pediatrics inReview 2006;27:478-479.
-
7/27/2019 Septal Abscess
20/21
20
12.Huizing EHG, de Groot JAM. Septal Hematoma and Abscess. In:Functional Reconstructive Nasal Surgery. 1st ed. New York: Thieme,
2003:p177-178.
13.Lee KJ. The Nose and Paranasal Sinuses. Essential Otolaryngology Headand Neck Surgery 9th ed. 2008;402-412.
14.Ambrus PS, Eavey MD, Baker AS et al. Management of Nasal SeptalAbscess. The Laryngoscope 1981;91:575-582.
15.Canty PA, Berkowitz RG. Haematoma and Abscess of The Nasal Septumin Children. Head and Neck Surgery Otolaryngology 1996;122:1373-
1376.
16.Soetjipto D, Wardani RS. Sumbatan Hidung. Buku Ajar Ilmu KesehatanTHT-KL. Edisi ke-6. Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2007; 118-125
17.Walsh WE, Kern RC. Sinonasal Anatomy, Function, and Evaluation.In :Bailey Head and Neck Surgery Otolaringology. 4th ed. Philadelphia:
Lippincot-Raven, 2006 :p:315
18.Lund VJ. Anatomy of The Nose and Paranasal Sinuses. In: Scott andBrowns Otolaryngology. 6th ed. Great Britain: Butterworth-Heinemann,
1997;1;5:p11-14.
19.Becker W, NaumannHH, Pfaltz CR. Nose, Nasal Sinuses, and Face. In:Ear, Nose and Throat disease, A Pocket Reference. 3rd ed. New York:
Thieme, 1989:p170-180.
20.Ballenger JJ. Hidung dan Sinus Paranasal. Edisi 13. Philadephia : Lea danFebiger, 1994; 1-25.
21.Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Anatomy of The Nose, ParanasalSinuses, and Face. In: Basic Otorhinolaryngology. 1st ed. New York:
Thieme, 2006:p2-7.
22.Lo SH, Wang PA. Nasal Septal Abscess as a Complication of LaserInferior Turbinectomy. Original Article. Chang Gung Med Journal
2004;27:5:390-392.
23.Singh M, Singh R, Sonsale AP. Tubercular Septal Abscess. BHJ Journal2004;4602:243.
-
7/27/2019 Septal Abscess
21/21
21
24.Gray H. Nasal Anatomy and Function. Rhinoplasty 4 You 2005 (cited2010 December 22) Available from www.newimage.com.
25.Brook I. Recovery of Anaerobic Bacteria from A Post Traumatic NasalSeptal Abscess-A Report of Two cases. Ann Otol Rhinol Laryngol
1998;959-960.
26.Mcdonald TJ. Manifestasions of Systemic Diseases of The Nose. In:Cummings CW ed. Otolaryngology-Head and Neck Surgery. 3rd ed.
America: Mosby-Year, 1999:p848-849.
27.Kingdom TT, Tami TA. Actinomycosis of The Nasal Septum in A PatientInfected with The Human Immunodeficiency Virus. Otolaryngology-Head
and Neck Surgery 1994;111:130-133.
http://www.newimage.com/http://www.newimage.com/