Download - Otitis Media Akut
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
1/31
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangTelinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang telinga. Daerah ini
menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam. Selain itu di daerah ini terdapat
saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung belakang dan
tenggorokan bagian atas. Fungsi saluran Eustachius ini adalah menjaga keseimbangan tekanan
udara di dalam telinga dan menyesuaikannya dengan tekanan udara di dunia luar dan
mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga tengah ke bagian
belakang hidung.
Otitis media akut (OMA) biasanya terjadi karena faktor pertahanan tuba Eustachius ini
terganggu. Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media.
Karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke telinga tengah juga
terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.
Otitis media akut insidennya sering dijumpai di masyarakat terutama mengenai bayi dan
anak-anak. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa, dan masih
banyak masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala,
pengobatan, dan komplikasi yang timbul dari penyakit ini. Pada bayi dan anak-anak sering
terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak
horizontal, dan juga adenoid pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa.
Penyakit otitis media ini masih sering dianggap remeh oleh sebagian besar masyarakat
padahal komplikasi lanjut dari penyakit ini bila tidak diobati adalah gangguan pendengaran
menjadi tuli dan timbul abses di otak sampai menyebabkan kematian.
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit OMA dan bahayanya komplikasi yangditimbulkan maka perhatian dan pengobatan pada penyakit ini tidak boleh diabaikan agar
terhindar dari komplikasi, berdasarkan kondisi tersebut maka dokter muda perlu mengetahui
tentang dasar klinis pada penyakit otitis media agar dapat menegakkan diagnosis yang tepat
dan penatalaksanaan yang baik.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat
laporan kasus pada pasien dengan otitis media akut.
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
2/31
2
B. TujuanDengan pembuatan laporan kasus ini, dokter muda berharap dapat:
1. Mengetahui dan memahami dasar klinis penyakit otitis media2. Mampu menganalisa kasus, penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat
untuk penyakit otitis media akut
3. Penulisan laporan kasus ini dapat dijadikan sumber informasi ilmiah yang dapatdipergunakan oleh dokter-dokter muda
4. Penulisan laporan kasus ini dapat dijadikan informasi yang komunikatif kepadapembacanya.
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
3/31
3
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas PasienNama : Tn. Fachruddin
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 16 tahun
Pekerjaan : Pelajar SMA
Alamat : jalan inspeksi kali sunter
Agama : Islam
Tanggal berobat : 10 April 2014
B. Anamnesis1. Keluhan utama:
Keluar cairan dari telinga kanan berwarna kuning-kehijauan dan nyeri sejak 2 minggu
yang lalu.
2. Riwayat penyakit sekarang:Pasien datang dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 2 minggu yang lalu,
disertai keluarnya cairan berwarna kuning-kehijauan, Cairan encer dan tidak bau, ada
keluhan telinga berdenging, tidak pusing, pasien menyangkal batuk pilek, sebelumnya
ada demam.
3. Riwayat penyakit dahulu: Pernah sakit seperti ini waktu smp kelas 3. Tidak di bawa ke dokter, sembuh
sendiri.
Sering batuk pilek setahun belakangan ini
4. Riwayat penyakit keluarga:Saudara sepupu pernah mengalami hal yang sama seperti ini
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
4/31
4
5. Riwayat alergi:Pasien tidak memiliki riwayat alergi dingin, debu, makanan, ataupun obat-obatan.
6. Riwayat pengobatan:Tidak pernah berobat sebelumnya.
7. Riwayat psikososial:Telinga sering dikorek-korek menggunakan cotton bud.
C. Pemeriksaan FisikKeadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Penafasan : 17 x/ menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : Afebris 36,5C
Status Generalis
1. Kepala : ubun-ubun tertutup, tidak tampak adanya trauma dan rambut tebal.2. Mata : Ananemis dextra-sinistra, konjungtiva anhiperemis dextra-sinistra,
sklera anikterik dextra-sinistra, refleks pupil dextra-sinistra isokor.
3. Telinga : lihat status lokalis4. Hidung : lihat status lokalis5. Mulut : bibir tidak kering, sianosis (-), stomatitis (-), lidah kotor dan tremor
(-)
6. Tenggorok : lihat status lokalis7. Leher : lihat status lokalis8. Thorax
a. Inspeksi : normochestsimetris, retraksi dinding dada (-)b. Palpasi : vocal premitus kedua lapang paru samac.
Perkusi : sonor pada semua lapang paru
d. Auskultasi : suara napas vesikuler(+/+), ronkhi(-/-), wheezing(-/-)
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
5/31
5
9. Jantunga. Inspeksi : ictus cordistidak terlihat
b. Palpasi : ictus cordisteraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistrac. Perkusi : batas jantung relatif dalam batas normald. Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, tidak terdengar bising jantung
10. Abdomena. Inspeksi : permukaan datar
b. Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-),splenomegali (-)c. Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomend. Auskultasi : bising usus (+) normal
11. Ekstremitasa. Superior : akral hangat, ruam makulopapular (-/-), edema (-/-), RCT < 2 detik
b. Inferior : akral hangat, ruam makulopapular (-/-), edema (-/-), RCT < 2detik.
D. Status lokalis THT1. Telinga
Tabel 1. Pemeriksaan telinga
AD AS
Normotia, helix sign (-),
tragus sign (-)
AurikulaNormotia, helix sign (-), tragus
sign (-)
tanda radang(-), pus(-), nyeritekan(-), fistula(-)
Preaurikula
tanda radang(-), pus(-), nyeritekan(-), fistula(-)
udem(-), fistel(-), sikatriks(-),
nyeri tekan(-)Retroaurikula
udem(-), fistel(-), sikatriks(-),
nyeri tekan(-)
Hiperemis(-), udem(-),
sekret(+) mukopurulen,
MAE
Hiperemis(-), udem(-),
serumen(-), sekret(-), massa(-)
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
6/31
6
serumen (+), massa (-)
Tidak dilakukan
Membran timpani
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Uji Rinne Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Uji Weber Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Uji Schwabach Tidak dilakukan
2. HidungTabel 2. Pemeriksaan hidung tidak dilakukan
Dextra Rhinoskopi anterior Sinistra
Mukosa
Sekret
Konka inferior
Septum
Massa
Passase udara
a. Sinus paranasal1) Inspeksi : pembengkakan pada wajah (-), bagian bawah mata (-), daerah
diatas mata (-)
2) Palpasi : nyeri tekan kedua pipi (-), atas orbita (-).b. Rinoskopi posterior : tidak dilakukan
3. TenggorokTabel 3. Pemeriksaan Orofaring
Dextra Pemeriksaan Orofaring Sinistra
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
7/31
7
Mulut
Tenang Mukosa mulut Tenang
Bersih, basah Lidah Bersih, basah
Tenang Palatum molle TenangKaries (-) Gigi geligi Karies (-)
Simetris Uvula Simetris
Tonsil
Tenang Mukosa Tenang
T0
Besar
T0
- Kripta -
- Detritus -
- Perlengketan -
Faring
Tenang Mukosa Tenang
- Granula -
- Post nasal drip -
Tabel 4. Pemeriksaan Nasofaring
Nasofaring (Rhinoskopi posterior)
Konka superior Tidak dilakukan
Torus tubarius Tidak dilakukan
FossaRossenmuller Tidak dilakukanPlika salfingofaringeal Tidak dilakukan
Tabel 5. Pemeriksaan Laringofaring
Laringofaring (Laringoskopi indirect)
Epiglotis Tidak dilakukan
Plika ariepiglotika Tidak dilakukan
Plika ventrikularis Tidak dilakukan
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
8/31
8
Plika vokalis Tidak dilakukan
Rima glotis Tidak dilakukan
4.
Pemeriksaan Maksilofasial
Tabel 6. Pemeriksaan Maksilofasial tidak dilakukan
Dextra Nervus Sinistra
I. OlfaktoriusPenciuman
II. Optikus Daya penglihatan Refleks pupil
III. Okulomotorius Membuka kelopak mata Gerakan bola mata ke superior Gerakan bola mata ke inferior Gerakan bola mata ke medial Gerakan bola mata ke
laterosuperior
IV. TroklearisGerakan bola mata ke latero inferior
V. Trigeminal Tes sensoris
Cabang oftalmikus (V1) Cabang maksila (V2) Cabang mandibula (V3)
VI. AbdusenGerakan bola mata ke lateral
VII. Fasial Mengangkat alis Kerutan dahi Menunjukkan gigi Daya kecap lidah 2/3 anterior
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
9/31
9
VIII.AkustikusTes garpu tala
IX. Glossofaringeal
Refleks muntah Daya kecap lidah 2/3 anterior
X. Vagus Refleks muntah dan menelan Deviasi uvula Pergerakan palatum
XI. Assesorius Memalingkan kepala Kekuatan bahu
XII. Hipoglossus Tremor lidah Deviasi lidah
5. LeherTabel 7. Pemeriksaan Leher
Dextra Pemeriksaan Sinistra
Pembesaran (-) Thyroid Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar submental Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar submandibula Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis superior Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis media Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis inferior Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar suprasternal Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar supraklavikularis Pembesaran (-)
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
10/31
10
E. ResumeSeorang remaja laki-laki 16 tahun datang ke puskesmas kecamatan kelapa gading dengan
keluhan nyeri pada telinga kanan dan keluar cairan berwarna kuning-kehijauan dan encer
sejak 2 minggu yang lalu. Di sertai keluhan telinga kanan berdenging, pendengaran
berkurang, pasien menyangkal batuk pilek. Pasien mengaku belakangan ini sering
mengorek-ngorek telinga menggunakan cotton bud. Sekitar 1 tahun belakangan ini,
pasien sering batuk pilek. Waktu smp kelas 3 pernah mengalami hal yang sama seperti
ini dan tidak berobat sembuh sendiri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 17 x/menit, suhu afebris 36,5 derajat celcius,
pada liang telinga kanan di temukan cairan bewarna kuning-kehijauan.
F. Diagnosis Banding1. Otitis media akut stadium perforasi Aurikuler dextra2. Otitis media supuratif subakut Aurikuler dextra3. Otitis media supuratif kronik Aurikuler dextrs
G. Diagnosa KerjaOtitis media akut stadium perforasi Aurikuler dextra
H. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan laboratorium: darah rutin (Hb, Hematokrit, Trombosit, Leukosit)2. Foto mastoid3. Tes Audiologi khusus
I. Penatalaksanaan1. Non-medikamentosa
a. Hindari telinga dari kemasukan airb. Menutup telinga dengan kapas saat mandi dan mengurangi aktivitas berkeringatc. Mencegah infeksi saluran pernapasan atas
2. Medikamentosaa. Tarivid(Ofloxacin) 2 dd 6 gtt
b. Amoxicillin 3 x 500 mg
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
11/31
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Telinga1. Telinga Luar
Gambar 1. Aurikula
Telinga luar atau pinna (aurikula= daun telinga) merupakan gabungan dari tulang
rawan yang diliputi kulit. Liang telinga (Meatus Akustikus Eksternus) berbentuk huruf S
dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian
dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm dan berdiameter 0,5
cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen
(modifikasi kelenjar keringat dan kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat
terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit
dijumpai kelenjar serumen.1
Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang di sebelah
medial. Seringkali terdapat penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang dan tulang
rawan tersebut. Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan liang
telinga, sementara prosesus mastoideus terletak dibelakangnya.2
Saraf fasialis meninggalkan foramen stilomastoideus dan berjalan ke lateral menuju
prosesus stiloideus di posterior liang telinga, dan kemudian berjalan di bawah liang
telinga untuk memasuki kelenjar parotis. Rawan liang telinga merupakan salah satu
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
12/31
12
patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari saraf fasialis, patokan lainnya
adalah sutura timpanomastoideus.2
Gambar 2. Pembagian anatomi telinga
Batas - batas MAE antara lain:
Anterior : fossa mandibular, parotis
Posterior : mastoid
Superior : resessus epitimpanikum cranial cavity
Inferior : parotis3
2. Telinga Tengah (Auris Media)Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak dengan
enam isi. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior sehingga kotak
tersebut berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke lateral ke arah
umbo dari membran timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah.2
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
Batas luar : membran timpani
Batas depan : tuba eustachius
Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang : auditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
13/31
13
Batas dalam : berturut - turut dari atas ke bawah, kanalis semi sirkularis
horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap
bundar (round window), dan promontorium.1
Gambar 3. Batasbatas telinga tengah
Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fossa kranii media. Pada
dinding bagian atas dinding posterior terdapat auditus ad antrum tulang mastoid dandibawahnya adalah saraf fasialis. Otot stapedius timbul pada daerah saraf fasialis dan
tendonnya menembus melalui suatu piramid tulang menuju ke leher stapes. Saraf korda
timpani timbul dari saraf fasialis di bawah stapedius dan berjalan ke lateral depan
menuju inkus tetapi di medial maleus, untuk keluar dari telinga tengah lewat sutura
petrotimpanika. Korda timpani kemudian bergabung dengan saraf lingualis dan
menghantarkan serabut-serabut sekretomotorik ke ganglion submandibularis dan serabut-
serabut pengecap dari duapertiga anterior lidah.2
Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang berada di sebelah
superolateral menjadi sinus sigmoideus dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus.
Keduanya adalah aliran vena utama rongga tengkorak. Cabang aurikularis saraf vagus
masuk ke telinga tengah dari dasarnya. Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis
karotikus. Di atas kanalis tersebut, muara tuba eustakius dan otot tensor timpani yang
menmpati daerah superior tuba kemudian membalik, melingkari prosesus kokleariformis
dan berinsersi pada leher maleus.2
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
14/31
14
Dinding lateral dari telinga tengah adalah tulang epitimpanum di bagian atas,
membrana timpani, dan dinding tulang hipotimpanum di bagian bawah. Bangunan yang
paling menonjol pada dinding medial adalah promontorium yang menutup lingkaran
koklea yang pertama. Saraf timpanikus berjalan melintas promontorium. Kanalis falopii
bertulang yang dilalui saraf fasialis terletak di atas fenestra ovalis mulai dari prosesus
kokleariformis di anterior hingga piramid stapedius di posterior.2
Rongga mastoid berbentuk seperti piramid dengan puncak mengarah ke kaudal.
Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fossa
kranii posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah dura mater pada daerah tersebut.
pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Tonjolan kanalis semi sirkularis
lateralis menonjol ke dalam antrum. Di bawah ke dua patokan ini berjalan saraf fasialis
dalam kanalis tulangnya untuk keluar da ri tulang temporal melalui foramen
stilomastoideus di ujung anterior krista yang dibentuk oleh insersio otot digastrikus.
Dinding lateral mastoid adalah tulang subkutan yang dengan mudah dapat dipalpasi di
posterior aurikula.2
a. Tuba EustakiusTuba eustakius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Bagian
lateral tuba eustakius adalah bagian yang bertulang. Sementara duapertiga bagian medial
bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak di sebelah atas bagian bertulang,
sementara kanalis karotikus terletak di bagian bawahnya. Bagian bertulang rawan
berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring di atas otot levator palatinum
dan tensor palatinum yang masing-masing disarafi pleksus faringeal dan saraf
mandibularis. Tuba eustakius berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada
kedua sisi membrana timpani.2
b. Membran TimpaniMembrana timpani adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya,
umbo, mengarah ke medial. Membrana timpani umumnya bulat. Penting untuk disadari
bahwa bagian dari rongga telinga tengah yaitu epitimpanum yang mengandung korpus
maleus dan inkus, meluas melampaui batas atas membrana timpani, dan bahwa ada
bagian hipotimpanum yang meluas melampaui batas bawah membrana timpani.
Membrana timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian luar, lapisan fibrosadi bagian tengah di mana tangkai maleus dilekatkan dan lapisan mukosa bagian
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
15/31
15
dalamlapisan fibrosa tidak terdapat diatas prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan
bagian membrana timpani yang disebut membrana shrapnell menjadi lemas (flaksid).2
Gambar 4. Membran timpani
3. Telinga DalamTelinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran
dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea
disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timfani dengan skala vestibuli.
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli
disebelah atas, skala timfani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis)
diantaranya. Skala vestibuli dan skala timfani berisi perilimfe, sedangkan skala media
berisi endolimfe. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan di endolimfa.
Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut membran vestibuli
(Reissners Membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada
membran ini terletak organ Corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah
yang disebut membran tektoria dan pada membran basalis melekat sel rambut yang
terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanallis Corti, yang membentuk organ
Corti.1
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
16/31
16
4. Innervasi TelingaTelinga dipersarafi oleh nervus kranial ke delapan yaitu nervus vestibulokoklearis.
Nervus vestibulokoklearis terdiri dari dua bagian: salah satu daripadanya pengumpulan
sensibilitas dari bagian vestibuler rongga telinga dalam yang mempunyai hubungan
dengan keseimbangan, serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nukleus vestibularis
yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medula oblongata, lantas kemudian
bergerak terus menuju serebelum. Bagian koklearis pada nervus vestibulokoklearis
adalah saraf pendengar yang sebenarnya. Serabut-serabut sarafnya mula-mula
dipancarkan kepada sebuah nukleus khusus yang berada tepat dibelakang talamus, lantas
dari sana dipancarkan lagi menuju pusat penerima akhir dalam korteks otak yang terletak
pada bagian bawah lobus temporalis.3
5. Vaskularisasi telingaTelinga di perdarahi oleh pembuluh-pembuluh darah kecil diantaranya adalah
ramus cochleae a. Labyrinthi yang memperdarahi badan koklea, ramus vestibulares
a.labyrinthi yang memperdarahi vestibulum. V. Spiralis anterior, v. Spiralis posterior, V.
Laminae spiralis, Vv. Vestibulares, dan V. Canaliculi cochleae.4
B. Fisiologi Telinga1. Fisiologi PendengaranProses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga
perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan
membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pengelepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
17/31
17
aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks serebri
atau korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.1, 5
2. Fisiologi KeseimbanganKeseimbangan dan orientasi tubuh seorang terhadap lingkungan di sekitarnya tergantung
pada input sensorik dari reseptor vestibuler labirin, organ visual dan proprioseptif. Gabungan
informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan
keadaan posisi tubuh pada saat itu.
Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan pelebaran
labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap pelebarannnya
terdapat sel-sel reseptor keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis semisirkularisdimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, yang
disebut dengan ampula. Di dalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri dari sel-sel
reseptor keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut
kupula.
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan
endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia
menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke
dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang pelepasan
neurotransmiter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensorik melalui saraf
aferen ke pusat keseimbangan otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka
terjadi hiperpolarisasi.
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibat
rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi energi
biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat
percepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi
mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung. Sistem vestibuler berhubungan
dengan sistem tubuh lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh
bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung
berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin.1, 5
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
18/31
18
Gambar 5. Organ keseimbangan
C. Otitis Media Akut1. Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
6
Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (otitis
media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME).
Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Selain itu terdapat juga otitis media
spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang
lain disebut otitis media adhesive. Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya
otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama
kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah.6
Harus dibedakan antara otitis media akut dan otitis media efusi. Otitis media efusi
lebih umum daripada otitis media akut. Ketika otitis media efusi didiagnosis dengan
otitis media akut, antibiotic yang diberikan bisa tidak sesuai. Otitis media efusi yaitu
adanya cairan ditelinga tengah tanpa adanya gejala infeksi. Otitis media efusi biasanya
disebabkan tertutupnya Tuba Eustachius dan cairan terperangkap di telinga tengah.
Gejala dari otitis media akut datang bila cairan di telinga tengah terinfeksi.7
Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang
telinga. Daerah ini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam.
Selain itu di daerah ini terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah
dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan bagian atas. Fungsi tuba Eustachius ini
adalah:
Menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan menyesuaikannya dengantekanan udara di dunia luar.
Mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga tengah kebagian belakang hidung.7
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
19/31
19
2. EtiologiTelinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di daerah nasofaring
dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba kedalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim dan antibody.6
Otitis media akut (OMA) biasanya terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini
terganggu. Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis
media. Karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke telinga
tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi
peradangan. Selain itu, pencetus lain adalah infeksi saluran napas atas. Kuman penyebab
OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus, Haemophilus
Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%), Streptococcus pneumoniae (38%),
Pneumococcus. Pada anak, makin sering anak terkena infeksi saluran napas, makin
besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena
tuba Eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal, dan juga adenoid pada
anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa.6, 8
3. Faktor Resikoa. Faktor risiko terhadap hostdiantaranya usia, prematuritas, ras, alergi, abnormalitas
craniofasial, refluks gastroesophageal, adanya adenoid, dan predisposisi genetik.
b. Faktor risiko karena lingkungan terdiri dari infeksi saluran napas atas, level sosialekonomi, perawatan kesehatan harian, dan lain-lain.
c. Riwayat infeksi saluran napas atas.d. Insiden meningkat pada saat musim gugur dan musim dingine. Riwayat keluarga adanya penyakit pada telinga tengah dapat meningkatkan
insiden.
f. Adanya saudara kandung yang terkena OMA berulang, dapat menjadi salah satufaktor risiko penyebab OMA.
g. Riwayat OMA pada usia 1 tahun, meningkatkan risiko adanya OMA berulang.94. Patogenesis
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas atas. Infeksi pada saluran
nafas atas akan menyebabkan edema pada mukosa saluran nafas termasuk mukosa tuba
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
20/31
20
eustakius dan nasofaring tempat muara tuba eustakius. Edema ini akan menyebabkan
oklusi tuba yang berakibat gangguan fungsi tuba eustakius yaitu fungsi ventilasi,
drainase dan proteksi terhadap telinga tengah. Tuba berperan dalam proteksi kuman dan
sekret dari nasofaring hingga ke telinga tengah, diantaranya melalui kerja silia. Ketika
terjadi oklusi tuba, fungsi silia tidak efektif untuk mencegah kuman dan sekret dari
nasofaring ke kavum timpani dengan akumulasi sekret yang baik untuk pertumbuhan
kuman. Sehingga terjadi proses supurasi di telinga tengah.6, 10, 11
5. Stadium Otitis Media AkutPerubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium:
a. Stadium Oklusi Tuba EustachiusStadium oklusi tuba Eustachius terdapat sumbatan tuba Eustachius yang
ditandai oleh retraksi membrana timpani akibat tekanan negatif dalam telinga tengah
karena terjadinya absorpsi udara. Selain retraksi, membrana timpani kadang-kadang
tetap normal atau hanya berwarna keruh pucat atau terjadi efusi. Stadium oklusi tuba
Eustachius dari otitis media supuratif akut (OMA) sulit kita bedakan dengan tanda
dari otitis media serosa yang disebabkan virus dan alergi. 6, 9, 10
b. Stadium Hiperemis (Pre Supurasi)Stadium hiperemis (pre supurasi) akibat pelebaran pembuluh darah di
membran timpani yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema
mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.6, 10
c. Stadium SupurasiStadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen (nanah).
Selain itu edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan sel epitel superfisial
hancur. Ketiganya menyebabkan terjadinya bulging (penonjolan) membrana timpani
ke arah liang telinga luar. Pasien akan tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat
dan rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur
nyenyak.6, 10
Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan
menimbulkan ruptur membran timpani akibat timbulnya nekrosis mukosa dan
submukosa membran timpani. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna
kekuningan. Nekrosis ini disebabkan oleh terjadinya iskemia akibat tekanan kapiler
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
21/31
21
membran timpani karena penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum
timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil.6
Keadaan stadium supurasi dapat kita tangani dengan melakukan miringotomi.
Bedah kecil ini kita lakukan dengan membuat luka insisi pada membran timpani
sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi
pada membran timpani akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur lebih sulit
menutup kembali. Bahkan membran timpani bisa tidak menutup kembali jika
membran timpani tidak utuh lagi.6, 10
d. Stadium PerforasiStadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret
berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang
telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut).
Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya
virulensi kuman.
Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu menurun dan
bisa tidur nyenyak. Jika membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret
(nanah) tetap berlangsung selama lebih 3 minggu maka keadaan ini disebut otitis
media supuratif subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih
1,5-2 bulan maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).
e. Stadium ResolusiStadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga
perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi.
Stadium ini berlangsung jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik,
dan virulensi kuman rendah. Stadium ini didahului oleh sekret yang berkurangsampai mengering.6, 10
Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi otitis
media supuratif kronik (OMSK). Kegagalan stadium ini berupa membran timpani
tetap perforasi dan sekret tetap keluar secara terus-menerus atau hilang timbul. Otitis
media supuratif akut (OMA) dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis
media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa
mengalami perforasi membran timpani.
6
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
22/31
22
6. Manifestasi KlinisGejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit
dan umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh
menurun pada stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA)
berdasarkan umur penderita, yaitu :
a. Bayi dan anak kecil. Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 390C (khas pada stadiumsupurasi), sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan
kadang-kadang memegang telinga yang sakit. Jika terjadi rupture membrane timpani,
maka secret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh menurun dan anak tertidur tenang.
b. Anak yang sudah bisa bicara. Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhutubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek.
c. Anak lebih besar dan orang dewasa. Gejalanya : rasa nyeri dan gangguanpendengaran (rasa penuh dan pendengaran berkurang).6
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut:6, 11
a. Penyakitnya muncul mendadak (akut)b. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di
telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:
1)menggembungnya gendang telinga2)terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga3)adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga4)cairan yang keluar dari telinga
c. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salahsatu di antara tanda berikut:
1)kemerahan pada gendang telinga2)nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.
Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun
telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam, sulit
makan, mual dan muntah, serta rewel. Namun gejala-gejala ini (kecuali keluarnya cairan
dari telinga) tidak spesifik untuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan
pada riwayat semata.6
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
23/31
23
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk memeriksa liang dan gendang
telinga dengan jelas).4 Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang
menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan
suram, serta cairan di liang telinga.9
Gambar 6. Membran timpani bulging
Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatik
(pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapidengan pompa udara kecil untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan
tekanan udara). Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali
dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas
diagnosis OMA. Namun umumnya diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan otoskop
biasa. Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan
terhadap gendang telinga). Namun timpanosentesis tidak dilakukan pada sembarang
anak. Indikasi perlunya timpanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi di bawah usia
enam minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan
kekebalan tubuh, anak yang tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik,
atau dengan gejala sangat berat dan komplikasi.9
7. PenatalaksanaanPengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.
a. Oklusi tuba EustachiusPengobatan bertujuan untuk membuka kembali Tuba Eustachius, sehingga
tekanan negative dalam telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung.
Hcl efedrina 0.5% dalam larutan fisiologis (anak < 12 tahun) atau Hcl efedrin 1%
dalam larutan fisiologik yang berumur diatas 12 tahun dan pada orang dewasa.
Selain itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab
penyakit adalah kuman.6
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
24/31
24
b. Hiperemis (pre supurasi)Pemberian antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Antibiotika yang
dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampisilin. Terapi awal diberikan
penisilin intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat dalam darah,
sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala
sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila
pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin
diberikan dengan dosis 50-100 mg/kgBB perhari dibagi dalam 4 dosis, atau
amoksisilin 40 mg/kgBB perhari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kgBB
perhari.6
c. SupurasiDiberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila
membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala klinis lebih cepat hilang
dan rupture dapat dihindari.6
d. PerforasiSering terlihat banyak secret yang keluar dan kadang terlihat secret keluar
secara berdenyut. Pengobatan diberikan adalah obat cuci telinga H2O23% selama 3-
5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya secret hilang dan perforasi menutup
kembali dalam waktu 7-10 hari.6
e. ResolusiMembrane timpani berangsur normal kembali, secret tidak ada lagi dan
perforasi membrane timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan
tampak secret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membrane timpani.
Keadaan ini disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Pada
keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu
setelah pengobatan masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya secret dari telinga tengah lebih dari 3
minggu, maka keadaan ini disebut otitis mediasupuratif subakut. Bila perforasi
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
25/31
25
menetap dan secret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka
keadaan ini disebut otitis media supuratif kronis.
Pada pengobatan OMA terdapat beberapa faktor resiko yang menyebabkan
kegagalan terapi. Risiko tersebut digolongkan menjadi resiko tinggi kegagalan terapi
dan resiko rendah.6
8. MiringotomiMiringotomi adalah tindakan insisi pars tensa membran timpani, agar terjadi
drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Miringotomi merupakan
tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan syarat tindakan ini harus dilakukan
secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang dan dapat dikuasai. Lokasimiringotomi adalah kuadran postero-inferior. Untuk tindakan ini harus memakai lampu
kepala yang mempunyai sinar cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai dengan
besar liang telinga, dan pisau khusus (miringotom) yang digunakan berukuran kecil dan
steril.6
Aturan tindakan miringotomi:9
1) Stadium hiperemis (pre supurasi). Bisa kita lakukan bila terlihat hiperemis difus.2) Stadium supurasi. Lakukan jika membran timpani masih utuh. Keuntungannya yaitu
gejala klinik lebih cepat hilang dan ruptur membran timpani dapat kita hindari.
Indikasi Miringotomi:9
1) Persisten pain dan recurrent otalgia2) Efusi telinga tengah dengan hiperemia dan bulging dan anak tampak sakit berat3) Severe earache4) Bila hasil pengobatan antibiotik kurang memuaskan5) Anak tiba-tiba menderita OMA selagi mendapat terapi AB untuk penyakit lain6) Bila OMA terjadi pada anak yang immunologically compromised7) OMA pada neonatus
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
26/31
26
Gambar 7. Miringotomi
Komplikasi miringotomi yang mungkin terjadi adalah perdarahan akibat trauma
pada liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra rotundum,
trauma pada nervus fasialis, trauma bulbus jugularis (bila anomali letak).6
9. Komplikasia. Intratemporal
1) Perforasi membran timpani2) Erosi tulang pendengaran3) Paresis nervus fasialis4) Mastoiditis akut koalesen5) Labirinitis supuratif6) Tuli sensorineural7) Petrositis
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
27/31
27
b.Ekstratemporal1) Abses subperiosteal2) Abses ekstradural3) Trombosis sinus lateralis
c. Intrakranial1) Abses otak2) Meningitis3) Hidrosefalus otikus12
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
28/31
28
BAB IV
ANALISA KASUS
A. DiagnosaDasar diagnosis kasus otitis media akut stadium perforasi Aurikuler dextra ini adalah:
Dari anamnesis didapatkan:
1. Remaja usia 16 tahun2. Telinga kanan keluar cairan berwarna kuning-kehijauan3. Telinga berdenging dan nyeri4. Penurunan pendengaran5. Keluahan dari semua di atas sifat nya mendadak (akut)Dari pemeriksaan status lokalis ditemukan:
1. Pada liang telinga kanan ditemukan cairan berwarna kuning-kehijauan.B. Analisa Kasus terhadap Tinjauan Pustaka
Dasar diagnosa otitis media akut :
- Penyakitnya muncul mendadak (akut)
- Kemerahan pada gendang telinga
- Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.
- kadang-kadang ditemukan cairan dari liang telinga (stadium perforasi)
- Faktor risiko karena level sosial ekonomi dan perawatan kesehatan harian.
C. Penatalaksanaan1.Non-medikamentosa
a. Hindari telinga dari kemasukan airb. Menutup telinga dengan kapas saat mandi dan mengurangi aktivitas berkeringatc. Mencegah infeksi saluran pernapasan atas
2. Medikamentosaa. Tarivid(Ofloxacin) 2 dd 6 gtt
b. Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 haric. Amoxicillin 3 x 500 mg
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
29/31
29
D. Prognosis1. Quo ad vitam ad bonam
Tidak ada gejala atau tanda yang mengarah pada ancaman kematian. Keadaan umum,
kesadaran dan tanda vital pasien masih dalam batas normal.
2. Quo ad functionam ad bonamOtitis media supuratif akut bila diobati akan sembuh, namun akan menimbulkan
ruptur dan perforasi membran timpani yang apabila tidak diobati akan menimbulkan
komplikasi.
3. Quo ad sanationam ad bonamDengan menghilangkan faktor predisposisi dan pengobatan yang baik dan tepat maka
penyakit ini dapat diobati secara tuntas dan sembuh.
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
30/31
30
BAB V
KESIMPULAN
1. Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tubaeustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid
2. Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang telinga. Daerahini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam. Pada daerah ini juga
terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung
belakang dan tenggorokan bagian atas
3. Otitis media akut (OMA) biasanya terjadi karena faktor pertahanan tuba Eustachiusterganggu menyebabkan pencegahan invasi kuman ke telinga tengah juga terganggu,
sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi proses inflamasi
4. Patogenesis penyakit otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas atas.Infeksi pada saluran nafas atas akan menyebabkan edema pada mukosa saluran nafas
termasuk mukosa tuba eustachius dan nasofaring tempat muara tuba eustachius.
Edema ini akan menyebabkan oklusi tuba yang berakibat gangguan fungsi tuba
eustachius yaitu fungsi ventilasi, drainase dan proteksi terhadap telinga tengah
5. Otitis media dapat dibagi atas 5 stadium berdasarkan perubahan mukosa telingatengah sebagai akibat infeksi yaitu: stadium oklusi tuba eustachius, stadium
hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi
6. Manifestasi klinis yang timbul dan penatalaksanaan yang diberikan sesuaiberdasarkan stadium penyakit
7. Penatalaksanaan yang dapat diberikan yaitu antibiotik, dekongestan untukmemperbaiki fungsi drainase dan ventilasi tuba Eustachius dan tindakan
miringotomi bila diperlukan sesuai indikasi
8. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari otitis media ini adalah mastoiditis koalesenakut dan komplikasi intrakranial berupa meningitis, abses otak dan paresis nervus
facial perifer.
-
5/26/2018 Otitis Media Akut
31/31
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetirto, Indro. Hendarmin, Hendarto. Gangguan pendengaran dan kelainan telinga.Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorok kepala leher. Edisi keeenam. Jakarta: FKUI. 2009. h. 1016.
2. Adams, George L. M.D et all.BOIES Fundamentals of otolaryngology.Edisi VI. Jakarta:EGC. 1997.
3. Pearce, Evelyn C.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia. 2004.4. Spanner, Spalteholz.Atlas Anatomi Manusia,Bagian ke II, edisi 16. Jakarta: Hipokrates.
1994.
5. Guyton.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta: EGC.1997.6. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar
ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi keeenam. Jakarta: FKUI.
2009. h. 6469.
7. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Ed 6.Jakarta: EGC. 2005.
8. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam:Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997.
h. 88118.
9. Donaldson. Otitis media acute.Diunduh dari:http://emedicine.medscape.com/article/859138-overview. tanggal 23 september 2012.
10.Pedoman Diagnosis dan Terapi. Bag/SMF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung danTenggorok. Edisi III. Surabaya: SMF THT RSUD Soetomo. 2005. h. 1013.
11. Standar Pelayanan Medis 10 Penyakit Terbanyak. Bagian Kesehatan Telinga, Hidung,Tenggorok-Bedah Kepala dan Leher PERJAN RSHS. Bandung: RSHS. 2004. h. 8687.
12. Djaafar ZA. Komplikasi Otitis Media Supuratif. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi keeenam. Jakarta:
FKUI. 2009. h. 7886.
http://emedicine.medscape.com/article/859138-overview.%20tanggal%2023%20september%202012http://emedicine.medscape.com/article/859138-overview.%20tanggal%2023%20september%202012http://emedicine.medscape.com/article/859138-overview.%20tanggal%2023%20september%202012