Download - Modul Farmako Cardio Praktikan
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
1/26
I. HIPERTENSI
Klasifikasi Menurut JNC VII
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 atau ≥ 100
Rekomendasi 1
Pada populasi umum usia ≥60 tahun Terapi farmakologis dimulai : sistolik ≥150 mm Hg atau diastolik ≥90 mm Hg Target TD : sistolik
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
2/26
Rekomendasi 5
Pada populasi usia ≥18 tahun disertai diabetes Terapi farmakologis dimulai : sistolik ≥140 mm Hg atau diastolik ≥90 mm Hg Target TD : sistolik
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
3/26
Tambahkan obat kelas 4 (ex: Betablocker, aldosterone atau rujuk pada dokter yang ahli
dalam mana emen Hi ertensi
Dewasa ≥18 tahun, diawali perubahanlifest le
Usia
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
4/26
A. Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air, dan klorida
sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya
terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Diuretik mempunyai 5
golongan, golongan tiazid, diuretik kuat, diuretik hemat kalium, carbonic
anhidrase inhibitor, dan diuretik osmotik. Penjelasan lebih mengenai 5
golongan ini akan dipelajari pada blok NU. Berikut akan dibahas golongan-
golongan dari diuretik yang digunakan pada terapi antihipertensi :
1. Tiazid
a. Mekanisme kerja
Menghambat transport NaCl di tubulus distal ginjal
meningkatkan
ekskresi Na dan Cl meningkatkan eksresi air Volume darah
menurun
Cardiac Output menurun
Tekanan Darah turun
b. Indikasi
Sampai sekarang masih digunakan sebagai terapi utama dalam
pengobatan hipertensi.
c.
ESO
- Hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia, hiperkalsemia
-
Hambat ekskresi asam urat
- Serangan gout akut (pada pasien hiperurisemia)
-
Meningkatkan LDL dan trigliserida
- Hiperglikemi (pada DM)
- Gangguan fungsi seksual
d.
Dosis dan contoh obat
Obat Dosis (mg) Pemberian Sediaan (mg)
CT 12.5-25 1dd 25, 50
lortalidon 12.5-25 1dd 50
ndapamid 1.25-2.5 1dd 2.5
endroflumetiazid 2.5-5 1dd 5
etolazon 2.5-5 1dd 2.5, 5, 10
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
5/26
2. Diuretik kuat
a. Mekanisme kerja
Bekerja di di ansa henle asenden bagian epitel yang tebal dengan
menghambat kotranspor Na, K, Cl dan hambat reabsorbsi air dan
elektrolit.
b.
Indikasi
Hanya diperlukan pada hipertensi berat, adanya gangguan fungsi
ginjal dan payah jantung.
c. ESO
Hampir sama dengan tiazid, kecuali diuretik kuat menimbulkan
hiperkalsiuria dan menurunkan kadar kalsium darah.
d. Dosis dan contoh obat
Obat Dosis (mg) Pemberian Sediaan
Furosemid 20-80 2-3 dd
Tab 40 mg, amp 20 mg
Torsemid 2.5-10 1-2 dd
Tab 5 mg, 10, 20, 100 mg, amp 10
mg/ml
Bumetanid 0.5-4 2-3 dd
Tab 0.5 mg, 1 mg, 2 mg
As.etakrinat 25-100 2-3dd Tab 25 dan 50 mg
3.
Diuretik Hemat Kalium
a. Mekanisme kerja
Hambat reabsorbsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan
antagonis kompetitif (spironolakton) atau secara langsung (triamteren
dan amilorid) di hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah
korteks.
b. Indikasi
Digunakan kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah
hipokalemia
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
6/26
c. ESO
- Ginekomastia
- Mastodinia
- Gangguan menstruasi
- Penurunan libido pada pria
d.
Dosis dan contoh obat
Obat Dosis (mg) Pemberian Sediaan
Amilorid 5-10 mg 1-2 dd
Spironolakton 25-100 mg 1 dd
Tab 25 mg,100 mg
Triamteren 25-300 mg 1 dd
Tab 50 mg,100 mg
Mekanisme dan Tempat Kerja Obat Diuretik :
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
7/26
B. Simpatolitik
1. β-bloker
a. Mekanisme
Menghambat reseptor beta adrenergik sehingga :
- Terjadi penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas
miokard menurunkan curah jantung
-
Hambatan sekresi renin penurunan produksi angiotensi II
- Menekan aktivitas saraf simpatis
b. Penggunaan
Terutama pada pasien hipertensi dengan penyakit jantung koroner,
aritmia supraventrikel dan angina pektoris.
c. Kontraindikasi
- Pasien asma
- PPOK
- Bradikardi
-
Blokade AV derajat 2 dan 3
- Sick sinus syndrome
-
Gagal jantung yang belum stabil
- DM
d.
ESO
- Bronkospasme
- Bradikardi
-
Menurunkan kekuatan kontraksi miokardium
- Hambatan nodus SA
-
Efek sentral, seperti mimpi buruk, depresi, dan halusinasi
- Gangguan fungsi seksual
-
Mengurangi gejala hipoglikemi
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
8/26
e. Sediaan dan dosis
Dosis awal Dosis maks
Sediaan
Obat (mg/hr) (mg/hr)
1. Kardioselektif
a. Atenolol 25 100 Tab 50 mg, 100 mg
b. Metoprolol 50-100 200 Tab 50 mg, 100 mg
2. Kardiononselektif
a. Karvedilol 12.5 50 Tab 25 mg
b. Labetolol 100 300 Tab 100 mg
2. α-blocker
a. Mekanisme kerja
Antagonis reseptor α-1 di perifer vasodilatasi arteri dan vena
menurunkan resistensi perifer
b.
Penggunaan
- Cocok untuk pasien hipertensi dengan dislipidemia dan atau
DM
- Digunakan untuk mengurangi hiperplasia prostat
c. ESO
- Hipertensi ortostatik pada pemberian dosis awal atau
peningkatan dosis
-
Sakit kepala
- Palpitasi
-
Edema perifer
- Hidung tersumbat
-
Mual
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
9/26
d. Dosis dan sediaan
Obat Dosis awal Dosis Sediaan
(mg/hr) maksimal
(mg/hr)
Prazosin 0.5 4 Tab 1 mg, 2 mg
Terazosin 1-2 4 Tab 1 mg, 2 mg
Bunazosin 1-5 3 Tab 0.5 mg, 1 mg
Doksazosin 1-2 4 Tab 1 mg, 2 mg
C.
Angiotensin Receptor B locker (ARB)
1. Mekanisme kerja
Menghambat reseptor angiontensin I (AT1) dan tipe II (AT2).
Obat golongan ini tidak memiliki efek terhadap metabolism bradikinin
dan memiliki potensi menghamat kerja angiotensin secara lebih
menyeluruh. Penghambatan pada AT1 akan menyebabkan
pengurangan vasokontriksi dan penurunan pengeluaran aldosteron dan
ADH. Bioavailabilitas obat golongan ini secara umum sangat rendah
90%
- - l -
l
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
10/26
2. ESO
a. Angioedema (insiden angioedema lebih kecil dibandingkan dengan
ACE-inhibitor)
b. Hipotensi
c.
Oliguria
d. Progressive azotemia
e.
Acute renal failure
3. Contoh obat
a.
Kandesartan tablet 4 mg, 8 mg, 16 mg
b. Losartan tablet 50mg
c. Eprosartan tablet 400mg
d. Irbesartan tablet 600mg
D. Angiotensin Converting Enzyme – Inhibitor (ACE-I)
1.
Mekanisme kerja
Menghambat converting enzyme yang menghidrolisisangiotensin I menjadi angiotensin II dan meningkatkan bradikinin
(vasodilator poten). Penghambat angiotensin II menurunkan tekanan
darah terutama dengan mengurangi tahanan vaskuler perifer. Obat-obat
ini tidak mengaktifkan reflex simpatis dan dapat digunakan dengan aman
untuk penderita jantung iskemik.
2. Indikasi
Hipertensi sedang atau berat, gagal jantung, infark miokard,
penyakit ginjal kronik.
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
11/26
3. Kontraindikasi
Wanita hamil trimester kedua dan ketiga, insufisiensi ginjal, syok
kardiogenik, hipotensi parah
4. ESO
Paling sering adalah batuk dan angioedema. Batuk terjadi karena
adanya peningkatan reseptor proinflamasi, yakni bradikinin. ESO
lainnya: hipotensi berat, gagal ginjal akut, hiperkalemia, dll.
5.
Contoh obat
Captopril, enalapril, lisinopril, benazepril, ramipril, dll
Captopril : 2-3 kali sehari 6,25 mg - 12,5 mg 1 jam sebelum makan,
sediaan tablet 12,5 mg , 25 mg, 50 mg
Enalapril : 2 kali sehari 1,25 mg. Sediaan tablet 5 mg dan 10 mg
Lisinopril : 1 kali sehari 2,5 mg. Sediaan tablet 5 , 10, dan 20 mg.
Benazepril : 5 – 80 mg per hari
Ramipril : 1,25-20 mg per hari (dosis tunggal atau terbagi)
6. Interaksi obat :
a.
Suplemen kalium atau diuretic hemat kalium menyebabkan
hiperkalemia.
b.
Antiinflamasi non steroid menyebabkan mengganggu efek hipotensi.
7. Potensi obat
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
12/26
E. Calcium Channel Bloker (CCB)
1. Mekanisme kerja
Obat golongan ini berikatan pada kanal Ca di sisi dalam membrane
menghambat Ca masuk ke dalam sel otot polos pembuluh darah atau
jantung relaksasi otot polos pembuluh darah resistensi perifer
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
13/26
4. Contoh obat :
a. Hidralazin
Menimbulkan efek relaksasi arteriol, tetapi vena tidak.
Hidralazin digunakan sebagai terapi kombinasi untuk terapi
hipertensi berat.
Indikasi : gagal jantung kongestif, penanganan kedaruratan
hipertensi pada wanita hamil
Kontraindikasi : digunakan dengan sangat hati-hati pada pasien
berusia tua dan pasien hipertensi yang juga menderita penyakit
arteri koroner karena kemungkinan dapat memicu iskemia
miokardial akibat takikardia refleks.
b. Minoksidil
Efek vasodilator arteriol dihasilkan oleh pembukaan kanal
kalium pada membrane otot polos oleh metabolit aktifnya.
Indikasi : hipertensi parah dan resisten terhadap obat
c. Natrium nitroprussid
Vasodilator kuat yang diberikan secara parenteral untuk
hipertensi emergency dan gagal jantung berat. Nitroprussid
dapat melebarkan pembuluh darah arteri dan vena
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
14/26
II. GAGAL JANTUNG
A. Klasifikasi CHF menurut NYHA:
I : telah terjadi disfungsi namun tidak ada tanda dan gejala meskipun
beraktivitas
II
: adanya tanda dan gejala ketika melakukan aktivitas moderate, ex:
menaiki tangga
III
: terdapat gangguan ketika melakukan aktivitas ringan sekalipun,
berkurang ketika istirahat
IV : istirahat total
B. Patofisiologi dan tempat kerja obat secara garis besar
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
15/26
Disease spesific treatment:
-CHD: aspirin, beta-blocker,
statin
-HT: obat gol.II jika diperlukan
ACEI
Beta blocker
Nonmedikamentosa:
Perubahan gaya hidup
NYHA class I
Beta-Blocker***
Spironolakton
(classIII)
+/- digoxin
+/-antagonis reseptor
angiotensin II
membaikOedem
NYHA class II-III
Perubahan gaya hidup
ACEI **Diuretic* + ACEI**
≠ Cairan berlebih
farmakologiPencegaha serangan akut,
ex: iskemik/infark
+Beta-Blocker***
*loop diuretic paling sering digunakan seperti furosemide, meskipun belum ada bukti
bawa loop diuretic lebih efektif dan lebih aman ketimbang tiazid
** jika alergi terhadap ACEI gunakan antagonis reseptor angiotensin II
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
16/26
Obat Gagal Jantung
ACE-I
Angiotensin Receptor Blocker
Diuretik
Obat Gagal Jantung
Beta Blocker
Digitalis
Antagonis Aldosteron
A. ACE-I
a. Mekanisme Kerja
Secara klinis, bila digunakan untuk pasien gagal jantung maka
ACEI akan bekerja dengan (Klabunde, 2010):
1)
Mengurangi afterload, yang meningkatkan stroke volume ventrikel
dan meningkatkan fraksi ejeksi.
2) Mengurangi preload, yang menurunkan kongesti paru dan sistemik
dan mengurangi edema.
3)
Menurunkan aktivasi simpatik, yang telah terbukti merugikan pada
gagal jantung.
4) Meningkatkan rasio suplai oksigen dengan permintaan dengan
menurunkan permintaan melalui pengurangan afterload dan
preload.
5)
Mencegah angiotensin II dari memicu remodeling jantung yang
merugikan.
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
17/26
B. Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
a. Mekanisme Kerja
ARB merupakan antagonis reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1)
reseptor pada pembuluh darah dan jaringan lainnya seperti jantung.
Reseptor ini digabungkan ke Gq - protein dan sinyal IP3 jalur
transduksi yang merangsang kontraksi otot polos pembuluh darah.
Karena ARB tidak menghambat ACE, mereka tidak menyebabkan
peningkatan bradikinin yang menyebabkan vasodilatasi yang
dihasilkan oleh inhibitor ACE dan juga beberapa efek samping dari
ACE inhibitor (batuk dan angioedema) (Klabunde, 2007).
b. ESO
Efek samping dari ARB relatif rendah dan dapat ditoleransi
dengan baik. Obat ini tidak meningkatkan kadar bradikinin seperti
ACE inhibitor, sehingga tidak timbul efek samping seperti batuk
kering dan angioedema. ARB merupakan kontraindikasi pada
kehamilan. Pasien dengan stenosis arteri ginjal bilateral mungkin
mengalami gagal ginjal jika ARB diberikan. Alasannya adalah bahwa
peningkatan sirkulasi dan angiotensin II intrarenal dalam kondisi ini
akan menyempitkan arteriol eferen lebih dari arteriol aferen dalam
ginjal, yang membantu untuk menjaga tekanan kapiler glomerulus dan
filtrasi (Klabunde, 2007).
Menghilangkan penyempitan ini dengan memblokir reseptor
angiotensin II pada arteriol eferen dapat menyebabkan penurunan
mendadak dalam laju filtrasi glomerulus. Namun tidak menjadi
masalah dengan stenosis arteri ginjal unilateral karena ginjal yang
tidak terpengaruh biasanya dapat mempertahankan filtrasi yang cukup
setelah At1 reseptor diblokir (Klabunde, 2007).
C. Diuretik
a. Loop Diuretic
1)
Farmakokinetik
Loop diuretic diabsorbsi secara cepat. Mereka dieliminasi
oleh ginjal melalui filtrasi glomerular dan sekresi tubular. Obat ini
bekerja di sisi luminal tubulus, aktivitas diuretik mereka berkorelasi
dengan sekresi mereka ditubulus proksimal. Pengurangan sekresi
diuretik loop dapat terjadi karena adanya pemberian obat seperti
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
18/26
NSAID atau probenesid, yang bersaing untuk disekresi di tubulus
proksimal.
b. Tiazid
1) Farmakokinetik
Biasanya semua Tiazid diberikan peroral. Klortiazid
merupakan obat yang kurang larut dalam lemak sehingga harus
diberikan dalam jumlah yang cukup besar.Klortalidon diabsorbsi
perlahan dan masa kerjanya panjang.Pada indapamid, betuk
ekskresinya dapat menimbulkan efek diuretik pada tubulus kontortus
distal. Semua Tiazid diekskresikan oleh sistem asam organik dan
bersaing pada eksresi asam urat. Maka dapat disimpulkan bahwa
semakin banyak kadar Tiazid dalam darah, semakin tinggi kadar
asam urat darah karena ekskresinya yang bersaing dengan asam urat.
2) ESO
a) Alkalosis metabolik hipokalemia dan hiperurisemia
b) Toleransi gangguan karbohidrat
c)
Hiperlipidemia
d) Hiponatremia
e)
Reaksi alergi
D. Beta Blocker
a.
Farmakokinetik
Golongan ini mudah diserap secara oral. Kadar puncak di plasma sekitar
1-3 jam pasca menelan obat. Bioavaibilitas obat ini tergolong rendah
karena melewati metabolisme lintas pertama di hepar. Beta blocker
didistribusikan dalam jumlah besar, dengan waktu paruh rata-rata 3-10
jam.
b. Mekanisme Kerja
Secara farmakodinamik, obat golongan ini bersaing dalam menempati
reseptor beta adrenergik. Pada pasien dengan hipertensi, beta blocker
bekerja menurunkan tekanan darah. Selain itu, pada organ jantung, obat
golongan ini juga memiliki efek penurunan kecepatan denyut
jantung (kronotropik negatif) dan memperkuat kontraktilitas
(inotropik positif).
c.
Indikasi
Efektif digunakan sebagai obat hipertensi dan gagal jantung.
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
19/26
d. Kontraindikasi
Pasien asma dikontraindikasikan dengan obat ini. Dahulu beta blocker
dilarang pada kasus gagal jantung, namun sekarang digunakan secara
hati-hati pada pasien gagal jantung kronis, namun tidak pada gagal
jantung akut.
e.
Efek samping
Hipotensi, Bradikardi, Rasa lelah, Retensi urin.
f.
Contoh dan Bentuk Sediaan Obat
Esmolol
Parenteral: 10 mg/mL for IV injection; 250 mg/ mL for IV infusion
Labetalol
Oral: 100, 200, 300 mg tablets Parenteral:
5 mg/mL for injection Metoprolol
(generic, Lopressor, Toprol)
Oral: 50, 100 mg tablets Oral sustained-release: 25, 50, 100, 200 mg
tablets Parenteral: 1 mg/mL for injection
Nadolol
Oral: 20, 40, 80, 120, 160 mg tablets
Nebivolol
Oral: 2.5, 5, 10 mg tablets
Penbutolol
Oral: 20 mg tablets
Pindolol
Oral: 5, 10 mg tablets
Propranolol
Oral: 10, 20, 40, 60, 80, 90 mg tablets; 4, 8, 80 mg/mL solutions
Parenteral: 1 mg/mL for injection
E. Kardiotonik/Digitalis/Glikosida Jantung
a. Farmakokinetik
65-80% diabsorbsi pada pemberian oral.Saat berada di dalam peredaran
darah, seluruh glikosida jantung didistribusikan ke banyak jaringan,
termasuk sistem saraf pusat.Digoksin tidak dimetabolisme secara luas
oleh manusia.Sebagian besar diekskresikan tanpa perubahan oleh ginjal.
b.
Mekanisme Kerja
Digitalis memiliki dua efek besar, yaitu
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
20/26
1) Meningkatkan curah jantung dengan efek inotropik positif.
2) Menurunkan kecepatan konduksi melalui nodus AV dan nodus SA
pada jantung.
c. Indikasi
Gagal jantung dan atrial fibrilasi.
d.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas, AV blok.
e.
Efek Samping
Nyeri kepala, kelemahan, gangguan penglihatan, mual, anoreksia, aritmia.
f. Contoh dan Bentuk Sediaan Obat
Digoxin
Oral: 0.125, 0.25 mg tablets; 0.05, 0.1, 0.2 mg capsules*; 0.05 mg/mL
elixir
Parenteral: 0.1, 0.f 25 mg/mL for injection
F. Antagonis aldosteron
a. Farmakokinetik
Sebagian besar diinaktivasi di hepar. Onsetnya cenderung lambat,
membutuhkan beberapa hari sampai efek penuh tercapai.
b.
Mekanisme kerja
Obat yang juga tergolong diuretik ini menurunkan absorbs Na+ di tubulus
dan ductus colligentes, sehingga menahan retensi Na+, air dan beberapa
zat lainnya.
c. Indikasi
Gagal jantung, hipertensi dan beberapa penyakit ginjal.
d. Kontraindikasi
Pasien dengan insufisiensi ginjal, dan keadaan hiperkalemia.
e. Efek samping
Ginekomastia, hiperkalemia, asidosis metabolik, gagal ginjal akut, batu
ginjal.
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
21/26
III. OBAT ANTIARITMIA
Aritmia adalah gangguan irama jantung, suatu kondisi dimana jantung
berdenyut tidak menentu, baik kecepatan, irama, maupun tempat asal
impuls dan gangguan konduksi yang menyebabkan perubahan aktivasi
atrium dan ventrikel. Kelainan yang terjadi adalah pembentukan impuls,
konduksi impuls, atau pembentukan dan konduksi impuls. Obat
antiaritmia dapat digolongkan kedalam beberapa kelas berdasarkan efek
obatnya, yaitu:
a. Golongan 1
- Penghambat kanal natrium
- Golongan 1A : kuinidin, prokainamid, disopiramid
- Golongan 1B : lidokain, fenitoin, tokainid,
meksiletin
- Golongan 1C : flekainid, enkainid, propafenon
b.
Golongan 2
- Mengurangi aktivitas adrenergik-β
-
Propanolol, asebutolol, esmolol
c. Golongan 3
- Blokade kanal kalium
- Bretilium, amoidaron, sotalol
d. Golongan 4
- Blokade kanal kalsium
-
Verapamil, diltiazem
2
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
22/26
IV. OBAT ANTIANGINA
Angina pectoris merupakan kondisi iskemia jaringan yang ditandai
dengan nyeri dada hebat yang disebabkan karena ketidakseimbanganantara kebutuhan oksigen miokard dengan pasokan oksigen melalui
pembuluh darah koroner. Obat antiangina berperan dalam mengurangi
kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan faktor-faktor penentu
kebutuhan oksigen (frekuensi jantung, volume ventricular, tekanan darah
dan kontraktilitas). Kelompok obat yang digunakan untuk terapi angina
adalah:
A. Nitrat organik
Nitrogliserin merupakan terapi utama yang berefek cepat
untuk angina. Nitrogliserin menyebabkan aktivasi guanilil siklase
dan peningkatan cGMP yang memicu relaksasi semua jenis otot
polos. Efek langsung nitrogliserin adalah relaksasi vena dan >>
kapasitas vena
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
23/26
2
5
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
24/26
Cara Kerja Praktikum
A. Capaian pembelajaran
1. Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan jantung katak setelah
pemberian sulfas atropin
2. Khusus
a.
Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh kelistrikan jantung
b. Mahasiswa mampu menjelasakan peran syaraf autonom dalam
mengatur jantung
c. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme sulfas atropin terhadap
perubahan fisiologis jantung
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Beaker Glass
b. Spuit Tuberculin
c. Pinset
d. Gunting
e. Perusak SSP Katak
f. Isolasi
g. Papan
h. Penggantung Katak
2.
Bahan
a. Sulfas Atropin 0,5 cc
b. Ringer Laktat
3. Binatang percobaan
a. 2 Ekor Katak
C. Rencana Kerja
1. Rusak SSP masing – masing katak.
2. Terlentangkan masing – masing katak di atas papan.
3.
Gunting kulit bagian ventral katak untuk membuka abdomen sampai
thoraks dari katak
4. Buka selaput perikardium katak
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
25/26
5. Jaga jantung katak agar tetap basah dengan diteteskan larutan ringer
laktat secukupnya
6. Katak pertama berikan 1 tetes larutan ringer laktat tiap 1 menit,
sedangkan katak kedua berikan sulfas atropin 1 tetes.
7. Catat denyut, ukuran, warna, irama atrium dan ventrikel selama 5 menit
selama 15 menit.
-
8/19/2019 Modul Farmako Cardio Praktikan
26/26
D. Buka selaput perikardium dari katak.
E. Jaga agar jantung katak tetap basah dengan diberikan larutan ringer laktat.
F.
Pada
G. Catat