Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
125
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN
METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS IX A SMP
NEGERI 9 PONTIANAK
oleh Netti Yuniarti, St. Y. Slamet, Budhi Setiawan
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program PASCASARJANA UNS [email protected]
Abstract
The purposes of this class action research are to: (1) improve the quality of short
stories writing learning with mind mapping methods, and (2) improve the short story writing skill with mind mapping method. This study is Classroom Action Research, which is research type that a form of cooperation or collaboration between researchers, teachers, and students. Classroom Action research was carried out three cycles. Each cycle of two meetings, this includes four stages: (1) action planning, (2) the implementation of action, (3) observation, and (4) reflection. The subjects were students and teachers of class IX SMP Negeri 9 Pontianak. Data collection techniques used is observation, interviews, tests, and questionnaires. The data validity test used triangulation of data sources and methods. Data analysis techniques used analytical techniques of comparative descriptions, and critical, by comparing the improvement of processes and outcomes in each cycle with success performance indicators that has been set. Based on these results it can be concluded that the mind mapping method, can improve the quality of the learning process, and the results of short story writing skill of students class IX SMP Negeri 9 Pontianak. It can be seen through some of the indicators are as follows: (1) increase the quality of learning process to write short stories, which is characterized by: (a) increasing students’ interest to participating in the study, (b) increasing the teacher’s ability of to generate the student’s interest, (c) increasing the teacher’s ability to implement mind mapping methods in the learning, (d) increasing the teacher’s ability to manage the classroom, and (e) increasing the teacher’s ability to overcome some obstacles of short stories writing learning, and (2) increasing the students’ ability to write a short story from each cycle were implemented, such as the average value of pre cycle is 63,14, increased in the first cycle (66,71), second cycle (72,29) and third cycle (77,43). The value increase has met the minimum completeness criteria (KKM) set is 70.
Keywords: teaching quality, short stories writing competence, short stories, and
mind mapping PENDAHULUAN
Disebutkan dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP),
bahwa standar kompetensi Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia harus
berorientasi pada belajar bahasa untuk
berkomunikasi, dan belajar sastra untuk
menghargai manusia dan nilai-nilai
kemanusiaan (Depdiknas, 2006: 5). Belajar
bahasa untuk berkomuni-kasi memiliki
arti bahwa siswa harus diberi kesempatan
yang luas, langsung, dan nyata agar
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
126
mereka mampu meng-gunakan bahasa
yang dipelajari seba-gai alat atau media
untuk berbagi pengalaman, pikiran,
perasaan dengan orang lain secara baik
dan benar. Sementara itu, belajar sastra
untuk menghargai manusia dan nilai-nilai
kemanusiaan, memiliki arti bahwa dengan
mempelajari sastra diharapkan siswa
tumbuh kepekaan batin, rasa empati yang
dalam untuk saling menghargai
antarsesama.
Khususnya dalam belajar sastra,
terdapat dua hal yang perlu diperhatikan
dalam pembelajarannya, yaitu: (1) siswa
menganggap bahwa karya sastra
merupakan bahan–bahan pela-jaran yang
sulit untuk dimengerti, dan (2) sebagian
besar guru enggan untuk mengajarkan
sastra, sehingga pada umumnya guru
mengambil jalan pintas untuk
mengajarkan teori. (Ariadinata, 2006: 23).
Dari sisi guru, jalan pintas itu sangat
memudahkan karena me-mang teori
mudah diajarkan. Dengan mengajarkan
teori, tanggung jawab terhadap beban
kurikulum menjadi terkurangi. Selain itu,
berdasarkan pengalaman, model–model
tes yang kebanyakan diujikan adalah teori
(sedikit praktik, lebih–lebih apresiasi dan
kreasi). Dari sisi siswa juga melegakan
karena dengan lebih ba-nyak guru
mengajarkan teori, beban “membaca dan
menulis yang sulit” akan terhindarkan.
Fenomena dan gejala serupa yang
telah dipaparkan di atas, terjadi pula
dalam pembelajaran sastra di kelas XI A
SMP Negeri 9 Pontianak khususnya pada
pembelajaran menulis cerita pendek.
Rendahnya kualitas pembelajaran tersebut
dapat diindikatori oleh tiga hal, sebagaimana
yang diungkapkan oleh Soedijarto dalam
Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto,
M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi
dan jenis kegiatan belajar yang dihayati oleh
siswa, (2) peran guru dalam proses belajar-
mengajar, dan (3) suasana proses belajar.
Mengacu pada indikator pertama yang
digunakan untuk mengukur kualitas
pembelajaran tersebut, berdasarkan observasi
atau pengamatan peneliti pada Jumat, 14
September 2012, pembelajaran menulis cerita
pendek yang telah berlangsung di Kelas IX A
SMP Negeri 9 Pontianak dapat dikatakan
masih rendah, karena partisipasi siswa pada
ketika mengikuti pembelajaran menulis cerita
pendek, belum menunjukkan keaktifannya
yang maksimal. Dari indikator kedua
tersebut, kualitas pembelajaran menulis cerita
pendek yang telah berlangsung di Kelas IX A
SMP Negeri 9 Pontianak dapat dikatakan
masih kurang atau rendah. Hal ini
dikarenakan pembelajaran menulis cerita
pendek yang berlangsung masih berpusat
pada guru.
Untuk menyikapi permasalahan
tersebut diperlukan satu metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran menulis cerita
pendek. Diharapkan dengan peningkatan
kualitas proses pem-belajaran, hasil
pembelajaran berupa kemampuan menulis
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
127
cerita pendek siswa pun meningkat. Peta
pikiran atau biasa dikenal dengan istilah
mind mapping adalah metode yang tepat
untuk mengatasi permasalahan ter-sebut.
Berakar dari kesulitan siswa dalam
memahami dan menerapkan unsur
intrinsik dalam menulis cerita pendek
yang dibuatnya serta kesulitan dalam
mengembangkan ide cerita pendek
dipilihlah metode peta pikiran (mind
mapping).
Dalam metode peta pikiran (mind
mapping) tersebut, pertama-tama siswa
menuliskan satu kata kunci dari tema
yang dipilih di tengah kertas. Tema
tersebut kemudian dijabarkan dalam
ranting-ranting berupa unsur cerita
pendek yang meliputi alur, penokohan,
watak, setting, sudut pan-dang serta
ending cerita pendek yang telah dipilih.
Pada dasarnya, dengan metode ini, siswa
dituntut untuk mem-buat perencanaan
sebelum menulis cerita pendek. Bila dalam
perencanaan tulisan sering dikenal dengan
pem-buatan kerangka karangan (outlining),
maka dalam peta pikiran, outlining
tersebut berupa kata kunci yang
dilengkapi dengan gambar berwarna yang
dipetakan. Selain lebih menarik, kelebihan
lain dari peta pikiran ini adalah siswa
dapat menambah kata kunci di mana pun
jika di tengah kegiatan menulis ia
mendapatkan ide baru. Peta pikiran
tersebut dapat terus berkembang sesuai
dengan keinginan penulisnya. Dengan
demikian, dalam metode ini, siswa
dibebaskan untuk menulis “apa pun”
sesuai dengan keinginan serta kreativitas
mereka. Di samping itu, simbol serta
gambar berwarna yang digunakan
berpotensi mengoptimalkan fungsi kerja
otak kanan yang memacu kreativitas serta
imajinasi sehingga diharapkan siswa tidak
kehabisan ide dalam menulis cerita
pendek.
Implikasi dari uraian di atas dalam
kaitannya dengan penelitian ini adalah
perlu diterapkannya metode peta pikiran
(mind mapping) sebagai upaya
meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran menulis cerita pendek pada
siswa kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak
dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
(1) meningkatkan kualitas pro-ses
pembelajaran menulis cerita penek siswa
kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak dengan
metode peta pikiran (mind mapping), dan
(2) meningkatkan kemampuan menu-lis
cerita pendek dengan metode peta pikiran
(mind mapping) pada siswa IX A SMP
Negeri 9 Pontianak.
KAJIAN TEORI
Hakikat Kemampuan Menulis Cerita
Pendek
Kata kemampuan yang melekat pada frasa
(kelompok kata) “kemampuan menulis
cerita pendek” pada penelitian ini memiliki
acuan pengertian yang sepadan dengan
salah satu kategori keluaran belajar yang
disebutkan Gagne dan Briggs di atas, yaitu
kemampuan intelektual. Dijelaskan oleh
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
128
Winkel (1995: 73), yang dimaksud
kemampuan intelektual ialah kemampuan
untuk berhubungan dengan lingkungan
hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk
suatu representasi, khususnya konsep dan
berbagai lambang/simbol (huruf, angka,
kata, gambar). Menurut Muhibbin Syah
(2000: 119) kemampuan bukan hanya
meliputi gerakan motorik melainkan juga
pengejawantahan fungsi mental yang
bersifat kognitif. Jadi, kemampuan
intelektual di sini berkenaan dengan
kesanggupan orang dalam mendayaguna-
kan segala fungsi mental/ kognitifnya
untuk mencapai hasil secara maksimal.
Melalui penjelasan itu, kata kemampuan
pada penyebutan penelitian ini, bukan
dimaksudkan sebagai kemampuan
motorik yang berhubungan dengan
gerakan-gerakan otot tubuh seseorang.
Jadi kemampuan ialah kesanggupan
seseorang dalam menampil-kan potensi
maksimalnya tentang sesuatu. Bila itu
dikaitkan dengan kemampuan menulis,
dapat diartikan sebagai kesanggupan
seseorang dalam menuang-kan ide,
gagasan, dan pengalamannya melalui
bahasa tulis.
Menulis adalah kegiatan
berkomunikasi secara tidak langsung
untuk menyampaikan pesan dengan
mengguna-kan tulisan sebagai medium-
nya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian
huruf yang bermakna dengan segala
kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan
dan pungtuasi. Kegiatan menulis ini
bersifat produktif dan ekspresif.
Cerita pendek ialah kisahan pendek
yang dimaksudkan untuk memberikan
kesan tunggal yang do-minan, dan yang
berpusat pada satu tokoh dalam satu
situasi dan pada satu ketika.
Berdasarkan pengertian di atas, istilah
kemampuan menulis cerita pendek
diartikan sebagai kesanggupan seseorang
(siswa) dalam hubungannya dengan
bagaimana ia mendayagunakan semua
fungsi mental/kognitifnya untuk
menuangkan buah pikiran dan imaji-
nasinya secara teratur dan terorganisasi
ke dalam sebuah karangan yang ber-
bentuk cerita pendek.
Pembelajaran merupakan proes
kegiatan akademik yang berupa hu-
bungan timbal balik antara guru dengan
siswa, baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga siswa memperoleh
pengalaman belajar sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
Pembelajaran merupakan proses
berkesinambungan antara pembelajar
dengan segala sesuatu yang me-nunjang
terjadinya perubahan tingkah laku. Untuk
mencapai proses yang berkesinambungan
itulah, metode pembelajaran yang tepat
perlu diterap-kan.
Hakikat Metode Peta Pikiran (Mind
Mapping)
Peta pikiran (mind mapping)
merupakan salah satu metode belajar yang
dikembangkan oleh Tony Buzan tahun
1970-an yang didasarkan pada cara kerja
otak. Disebut metode, karena peta pikiran
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
129
ini berupa urutan langkah-langkah yang
sistematis. Otak mengingat informasi
dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-
bentuk, suara musik, dan perasaan. Otak
menyimpan informasi dengan pola dan
asosiasi seperti pohon dengan cabang dan
rantingnya. Otak tidak menyimpan
informasi menurut kata demi kata atau
kolom demi kolom dalam kalimat baris
yang rapi seperti yang kita keluarkan
dalam berbahasa.
Suroso (2004: 85) berpendapat bahwa
peta pikiran merupakan sejenis teknik
merangkum suatu persoalan, sejarah,
kejadian, atau suatu yang memiliki suatu
topik. Namun peta pikiran ini lebih jelas,
mendalam, menarik daripada rangkuman.
Sebab dalam peta pikiran digunakan
teknik grafis dan ruang (baik berupa
gambar dan symbol) serta warna untuk
menandai ide-ide dalam pikiran.
Untuk mengingat kembali dengan
cepat apa yang telah kita pelajari
sebaiknya meniru cara kerja otak dalam
bentuk peta pikiran. Dengan demikian,
proses menyajikan dan menangkap isi
pelajaran dalam peta-peta konsep
mendekati operasi alamiah dalam berpikir
(Sugiyanto, 2007: 41).
Implementasi Metode Peta Pikiran (Mind
Mapping) dalam Pembelajar-an Menulis
Cerita Pendek
Metode peta pikiran (mind mapping)
sangat tepat digunakan dalam
pembelajaran menulis. Wycoff (2003: 84)
mengemukakan bahwa pemetaan pikiran
adalah cara yang sangat baik untuk
menghasilkan dan menata gagasan
sebelum menulis.
Secara aplikatif, implementasi metode
peta pikiran ini adalah sebagai berikut.
Pertama-tama siswa memilih ide cerita
kemudian menuliskannya di atas selembar
kertas kosong. Penulisan berupa kata
kunci dari ide yang dipilih disertai dengan
simbol atau gambar berwarna.
Selanjutnya, siswa menulis-kan unsur-
unsur cerita pendek dalam ranting-ranting
yang melingkupi pusat/ ide cerita
tersebut. Setelah siswa mem-buat
perencanaan dalam bentuk peta pikiran,
siswa baru ditugaskan untuk menulis
cerpen. Ide yang muncul di tengah
aktivitas menulis dapat di-tuangkan dalam
cabang-cabang atau ranting mana pun
dalam peta pikiran untuk selanjutnya
dituangkan dalam cerpen.
Berdasarkan kajian teori di atas,
dapat diajukan hipotesis dalam penelitian
tindakan kelas ini sebagai berikut:
Dengan menggunakan metode peta
pikiran (mind mapping) dalam
pembelajaran sastra, khususnya menu-lis
cerita pendek, kualitas pem-belajaran dan
hasil kemampuan menu-lis cerita pendek
siswa kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak
dapat ditingkatkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9
Pontianak, dengan Alamat Jalan Pangeran
Natakusuma, Telepon (0561) 737674, yang
berstatus Akreditasi A dengan Nomor
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
130
Surat Ke-putusan 130/Kep/BASKO/2010
Tang-gal 14 Maret 2012. Sementara itu,
kelas yang digunakan untuk penelitian
tindakan kelas adalah kelas IX A dengan
pertimbangan di kelas tersebut terdapat
permasalahan pembelajaran Bahasa
Indonesia khususnya pem-belajaran
menulis dan kemampuan menulis cerita
pendek.
Waktu penelitian dilaksanakan selama
lima bulan yaitu pada bulan Juli –
Nopember 2012.
Penelitian ini berbentuk Pene-litian
Tindakan Kelas (Classroom Acti-on
Research) yaitu sebuah penelitian
kolaboratif antara peneliti, guru, dan
siswa untuk menciptakan kinerja
(tindakan) dalam pembelajaran di kelas
yang lebih baik. Sesuai dengan paparan di
depan, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan
kualitas pembelajaran menulis cerita
pendek, dan kemampuan menulis cerita
pendek siswa dengan penerapan metode
peta pikiran (mind mapping). Di samping
itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
mendeskripsikan penerapan metode peta
pikiran (mind mapping) dalam
pembelajaran menulis cerita pendek.
Strategi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kua-litatif.
Strategi ini bertujuan untuk
menggambarkan serta menjelaskan
kenyataan di lapangan. Kenyataan yang
dimaksud adalah proses pem-belajaran
menulis cerita pendek se-belum dan
sesudah diberi tindakan berupa penerapan
metode peta pikiran (mind mapping).
Subjek penelitian adalah siswa kelas
IX A SMP Negeri 9 Pontianak sejumlah 35
siswa, dengan rincian siswa laki-laki 15
orang, dan siswa perempuan 20 orang.
Selain siswa, subjek penelitian ini adalah
guru pengampu mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia IX A yaitu Bapak
Subhan, S.Pd., M.Pd., beliau adalah lulusan
magister (S2) Program Studi Pendidikan
Bahasa Indonesia dari Universitas
Tanjungpura Tahun 2011.
Sumber data penelitian tindakan kelas
ini meliputi:
1. Peristiwa proses pembelajaran me-
nulis cerita pendek.
Data yang dikumpulkan yaitu data
tentang pelaksanaan pembelajaran
menulis cerita pendek di kelas IX A SMP
Negeri 9 Pontianak baik sebelum tindakan
(survei awal) maupun yang telah dikenai
tindakan pada setiap siklusnya. Pada
survei awal atau sebelum tindakan kelas
dilaksanakan, data peristiwa proses
pembelajaran menulis cerita pendek
diperoleh mela-lui observasi (pengamatan
langsung) peneliti di kelas IX A pada
Jumat, 14 September 2012 pk 09.20-11.20.
Sementara itu, data peristiwa proses
pembelajaran menulis cerita pendek
dengan metode mind mapping pada Siklus
I diperoleh melalui observasi (pengamatan
langsung) pada Selasa,25 September 2012,
dan Jumat 28 September 2012; pada Siklus
II pengamatan terhadap peristiwa proses
pembelajaran menulis cerita pendek
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
131
dengan metode mind mapping dilaku-kan
pada selasa 9 oktober 2012, dan jumat 12
oktober 2012, dan pada siklus iii
pengamatan terhadap peristiwa proses
pembelajaran menulis cerita pendek
dengan metode mind mapping dilakukan
pada selasa 16 oktober 2012.
2. Informan
Sumber data penelitian yang berupa
informan di sini ada dua yaitu (a) guru
mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di kelas IX A, yaitu Bapak
Subhan, S.Pd., M.Pd., dan (b) tiga siswa
kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak, yaitu
(1) Bella Elvara Pratiwi, (2) Muhammad
Ilham; dan (3) Sekar Aprilia Maharani.
Data yang dikumpulkan mela-lui
sumber data guru mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di kelas IX A, yaitu
Bapak Subhan, S.Pd., M.Pd., adalah data
tentang (1) pelaksanaan pembelajaran
menulis cerita pendek dengan metode
mind mapping yang dilakukan di kelas; (2)
hambatan-hambatan yang dihadapi oleh
guru dalam pelaksanaan pem-belajaran
menulis cerita pendek dengan metode
peta pikiran (mind mapping); (3) usaha–
usaha yang ditempuh guru dalam
mengatasi ham-batan-hambatan yang
dihadapinya ketika melaksungkan
pembelajaran menulis cerita pendek
dengan metode peta pikiran (mind
mapping).
Data yang dikumpulkan mela-lui
sumber data para siswa kelas IX A SMP
Negeri 9 Pontianak adalah (1) data
mengenai keaktifan siswa meng-ikuti
proses pembelajaran menulis cerita
pendek dengan metode peta pikiran (mind
mapping) yang dilaksanakan oleh guru
yang dikum-pulkan dengan angket, (2)
data tentang tanggapan siswa terhadap
cara meng-ajar guru.
3. Dokumen
Dokumen yang dikumpulkan, antara
lain: (1) rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), (2) foto kegiatan
pembelajaran menulis cerita pendek
dengan metode peta pikiran (mind
mapping), (3) peta pikiran (mind map-ping)
yang dibuat siswa, (4) hasil tes siswa
berupa tulisan cerita pendek, serta (5)
hasil angket yang diisi oleh siswa, dan (6)
hasil angket yang diisi oleh guru
pengampu mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia.
Data-data dalam penelitian tindakan
kelas ini dikumpulkan dengan teknik:
observasi, wawancara, dan analisis
dokumen.
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis
kritis. Teknik analisis tersebut bermaksud
mengungkap kekurangan dan kelebihan
kinerja guru dan siswa selama proses
pembelajaran di dalam kelas. Kriteria
dalam teknik ini didasarkan pada
kerangka teoretis yang telah dipaparkan
sebelumnya. Hasil analisis dijadikan dasar
untuk menyusun rencana tindakan kelas
berikutnya sesuai dengan siklus yang telah
direncanakan. Karena penelitian ini
merupakan penelitian kolaboratif, analisis
data dilakukan bersama-sama antara
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
132
peneliti dan guru pengampu. Analisis
kritis terhadap kemampuan menulis cerita
pendek siswa mencakup isi cerita pendek
yang ditulis siswa, pengorganisasian
tulisan, kosakata yang digunakan,
pengembangan baha-sa serta penerapan
mekanika penu-lisan. Aspek isi mencakup
kreativitas siswa dalam menentukan ide
cerita serta mengembangkannya seunik
mungkin. Adapun analisis kritis yang
dilakukan terhadap proses pem-belajaran
yang berlangsung meliputi keaktifan serta
minat siswa terhadap pembelajaran
menulis cerita pendek.
Prosedur penelitian merupakan
rangkaian tahapan penelitian dari awal
hingga akhir penelitian. Penelitian ini
adalah proses pengkajian sistem berdaur
sebagaimana kerangka ber-pikir. Prosedur
dalam Penelitian Tindakan Kelas ini
mencakup langkah-langkah: (1) persiapan,
(2) studi/survei awal, (3) pelaksanaan
siklus, dan (4) penyusunan laporan.
Pelaksanaan siklus meliputi (a)
perencanaan tin-dakan (planning), (b)
pelaksanaan tin-dakan (acting), (c)
pengamatan (observing), (d) refleksi
(reflecting). Banyaknya siklus yang telah
dilak-sanakan ada tiga mengingat dalam
penelitian tindakan ini, pada siklus
terakhir (siklus III) telah mencapai
indikator kinerja atau capaian yang telah
ditetapkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan permasalahan yang
dirumuskan dalam bagian pendahuluan
serta deskripsi hasil penelitian, berikut ini
dijabarkan pembahasan hasil penelitian
penerapan metode peta pikiran (mind
mapping) pada pembelajaran menulis
cerita pendek di kelas IX SMP Negeri 9
Pontianak.
1. Penerapan Metode Mind Mapping
dalam Pembelajaran Menulis Cerita
Pendek
Berdasarkan hasil survei awal,
diperoleh gambaran bahwa minat dan
motivasi siswa dalam pembelajaran
menulis cerita pendek masih rendah.
Siswa kurang tertarik dengan cerita
pendek dan pembelajarannya. Hal tersebut
merupakan akibat dari proses
pembelajaran yang kurang memper-
hatikan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran. Dari hasil pengamatan awal
diperoleh permasalahan sebagai berikut :
a) pembelajaran masih ber-sifat
konvensional yang masih terpusat pada
guru; b) kemampuan menulis cerita
pendek siswa belum mema-dai/cukup,
nilai belum mencapai KKM, dan c) siswa
tidak tertarik / bosan dengan
pembelajaran menulis cerita pendek.
Guru masih menjadi pusat
pembelajaran, akibatnya pembelajaran
menjadi kurang kondusif dan kurang
menyenangkan. Kondisi tersebut mem-
bawa dampak yang negatif terhadap
kemampuan menulis cerita pendek. Dari
hasil ulangan harian dalam tahap
pratindakan, hanya 42,86% siswa yang
memperoleh nilai diatas kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70.
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
133
Sedangkan siswa yang lainnya yaitu
57,14% memperoleh nilai masih di-bawah
KKM yang ditetapkan dalam kurikulum.
Dari hasil tersebut dapat di-
simpulkan, bahwa antara proses pem-
belajaran dan hasil mempunyai hubungan
timbal balik yang erat. guru harus
mengubah paradigma dalam pembelajaran
sesuai dengan per-kembangan zaman.
Pemilihan metode pembelajaran yang
efektif menjadi hal penting bagi guru.
Berdasarkan per-masalahan tersebut
tindakan yang telah dilakukan dalam
penelitian adalah menerapkan menulis
cerita pendek. Alasan pemilihan metode
ini setelah berdiskusi : 1) melalui
pemetaan pikir-an kemampuan siswa
dalam mere-konstruksi kejadian menjadi
lebih terarah; 2) melalui metode ini siswa
akan terbiasa mengonsep sesuatu secara
terstruktur dan berdasarkan
pertimbangan dan pemetaan yang
matang.. Hal ini sangat memungkinkan
siswa untuk belajar menulis cerita pendek
dengan merekonstruksi ber-bagai kejadian
yang pernah mereka alami menjadi sebuah
cerita yang menarik.
Dengan metode peta pikiran (mind
mapping) dapat menjadikan siswa lebih
aktif dalam proses pem-belajaran, mereka
terlibat langsung dalam menyimak,
memahami, meng-analisis kejadian, dan
menulisnya menjadi cerita pendek yang
menarik. Pembelajaran ini disusun dalam
se-buah usaha untuk meningkatkan par-
tisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan
pengalaman pengambilan keputusan
secara pribadi, serta mem-berikan
kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama
siswa yang berbeda latar belakangnya.
Dengan bekerja berdasarkan konsep
berpikir yang matang, maka siswa akan
terbiasa untuk melakukan segala sesuatu
berdasarkan konsep pola pikir yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Metode peta pikiran (mind mapping)
telah diterapkan dalam pembelajaran
menulis cerita pendek melalui tindakan
sebanyak tiga siklus. Pada siklus I, siklus
II, dan siklus III dilaksanakan dalam dua
pertemuan. Berdasarkan hasil observasi
dan hasil tes yang telah dilakukan dari
siklus I sampai siklus III pembelajaran
menulis cerita pendek mengalami
peningkatan. Peningkatan mencakup
peningkatan kualitas proses pembelajaran
menulis cerita pendek dan peningkatan
kemampuan menulis cerita pendek siswa
kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak.
2. Pembahasan Persiklus
Pada bagian ini akan dibahas
kemampuan menulis dan keaktifan siswa
tiap siklus dalam proses pem-belajaran
dengan menggunakan me-tode peta
pikiran (mind mapping.)
a. Kemampuan Menulis Cerita Pendek
Pada siklus I jumlah siswa yang
mencapai KKM belum mencapai 75%.
Namun ada peningkatan dari pratindakan,
yaitu dari 42, 86 % yang memperoleh nilai
diatas kriteria ketun-tasan minimal (KKM)
meningkat menjadi 54,29%, kenaikan
sebesar 11,43 %. Setelah dilakukan analisis
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
134
dan refleksi kekurangan pada siklus I,
disepakati untuk dilaksanakan siklus II.
Pada siklus II siswa diberikan
pembelajaran menulis cerita pendek
dengan menerapkan metode Mind
Mapping tetapi diiringi dengan bebe-rapa
perbaikan. Pemberian reward berupa
pujian dan hadiah menambah motivasi
siswa. Peran guru dalam melakukan
pengawasan dan pengon-trolan lebih
diperhatikan. Pada siklus II mengalami
peningkatan kualitas proses dan hasil
pembelajaran. Nilai yang diperoleh di
siklus II meningkat menjadi 71,43% sudah
mencapai KKM atau peningkatan sebesar
17,14% dari siklus I. Peningkatan ini sudah
mencapai KKM sebesar 66,71 tetapi
ketuntasan klasikal belum mencapai 75%
sehingga menulis cerita pendek
dilanjutkan pada siklus III.
Pada siklus III pembelajaran sehingga
menulis cerita pendek dilakukan dengan
menerapkan metode Mind Mapping
dengan beberapa perbaikan-perbaikan atas
kekurangan pada siklus II. Pada siklus III
mengalami peningkatan dilihat dari
penilaian proses dan penilaian hasil.
Penilaian proses seperti dijelaskan pada
bab sebelumnya, sedangkan penilaian
hasil yang digunakan untuk mengetahui
kompetensi siswa dalam menulis cerita
pendek. Penilaian hasil pada siklus III
ditekankan pada kemampuan : (1)
mengidentifikasi tema, tokoh, latar, dan
alur dari cerita pendek yang dihasilkan; (2)
mengem-bangkan tema, tokoh, latar, dan
alur dalam sebuah cerita pendek dengan
memerhatikan gaya bahasa yang menarik.
1) Membacakan cerpen dengan
memerhatikan lafal, intonasi, dan
ekspresi
Setelah dilakukan uji kompe-tensi
siklus III siswa yang dapat mencapai KKM
sebanyak 88,57%. Sebelumnya 71,43%.
Pada siklus III ini pencapaian ketuntasan
klasikal sebesar 75% dan nilai kemampuan
minimal 70 telah tercapai sehingga
penelitian tindakan kelas yang dila-kukan
dinyatakan berhasil sehingga dianggap
selesai.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan tampak bahwa
secara teoritis dan secara empiris hasil
penelitian tersebut cukup bermanfaat
dalam meningkat-kan kualitas
pembelajaran dan me-ningkatkan
kemampuan menulis cerita pendek. Secara
teoritis penelitian yang dilakukan oleh
peneliti didukung dengan teori-teori yang
relevan dengan masalah yang dihadapi.
Secara empiris tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh peneliti memiliki dampak
yang bermanfaat bagi peningkatan
kemam-puan menulis cerita pendek.
Terhadap empat siswa yang tidak
mencapai batas minimal ke-tuntasan
belajar (nilai > 70) peneliti telah
melakukan wawancara mendalam baik
pada siswa tersebut maupun pada guru
yang bersangkutan. Dari wawan-cara pada
guru terungkap bahwa keempat siswa
tersebut tergolong siswa yang berkesulitan
belajar. Siswa tersebut memang lebih
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
135
lambat dalam pembelajaran. Hal ini
diketahui dari perolehan nilai siswa pada
pelajaran yang lain. Keempat siswa
tersebut mendapat nilai kurang dibanding
dengan siswa yang lain. Akan tetapi guru
yang bersangkutan menggaris bawahi
bahwa keempat siswa tersebut tergolong
rajin dan patuh pada guru. Biasanya guru
memberikan remidi lagi untuk anak-anak
yang nilainya masih kurang.
b. Proses Keaktifan Siswa
Keaktifan siswa dalam pem-belajaran
menulis cerita pendek mengalami
peningkatan. Keterlibatan siswa yang
diwujudkan dalam kerja sama antar siswa
dalam kelompok selama proses
pembelajaran me-ningkat. Keaktifan siswa
dalam pem-belajaran dipantau dengan
lembar penilaian sikap (afektif) yang
terdiri dari aspek : 1) kedisiplinan; 2)
minat; 3) kerja sama; 4) keaktifan; dan 5)
tanggung jawab.
Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran menjadi sangat penting
sehingga harus dipahami oleh guru, bahwa
guru harus menciptakan proses
pembelajaran yang menempatkan siswa
sebagai subjek dan guru tidak
mendominasi dalam proses pem-belajaran.
Hasil nilai kemampuan menulis cerita
pendek. Pada siklus I yaitu 35 siswa
dihasilkan nilai yang lebih dari KKM
54,39%, ketuntasan klasikal 54,39%, rata-
rata 66,71 yang kurang dari KKM 45,61%
hal ini disebabkan 1) aktivitas siswa masih
kurang; 2) siswa belum memahami metode
Mind Mapping dengan baik.
Pada siklus II dari 35 siswa dihasilkan
nilai lebih dari KKM 71,43%, ketuntasan
klasikal 71,43%, rata-rata 72,29 kurang
dari KKM 38,57% hal ini disebabkan 1)
siswa kurang aktif dalam proses pem-
belajaran; 2) siswa kurang optimal
berdiskusi dalam kelompok.
Sedangkan pada siklus III dari 35
siswa dihasilkan nilai lebih dari KKM
88,57%, ketuntasan klasikal 88,57%, rata-
rata 77,43 yang kurang dari KKM 11,43%
hal ini disebabkan 1) siswa tidak aktif
dalam proses pembelajaran; 2) siswa tidak
optimal berdiskusi dalam kelompok
3. Pembahasan Antar Siklus
a. Peningkatan Kualitas Pem-belajaran
Menulis Cerita Pendek
Setelah diterapkan metode Mind
Mapping dalam pembelajaran menulis
cerita pendek, maka dalam proses
pembelajaran selama ber-langsung terasa
lebih hidup dari pada sebelumnya.
Tindakan-tindakan yang dilaksanakan
dalam tiap siklus mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran menulis cerita
pendek siswa kelas IX A SMP Negeri 9
Pontianak. Hal ini dapat dilihat pada
indikator-indikator berikut :
1) Keaktifan Siswa
Pada pra tindakan keaktifan siswa
sangat rendah, pada siklus I keaktifan
siswa rendah, pada siklus II keaktifan
siswa sedang, sedangkan pada siklus III
keaktifan siswa tinggi.
2) Minat dan Motivasi Siswa
Pada pra tindakan minat dan
motivasi siswa kurang berminat, setelah
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
136
dilakukan tindakan dengan menerapkan
metode Mind Mapping, siswa tampak lebih
berminat dan termotivasi mengikuti
pembelajaran menulis cerita pendek.
Pemberian reward/penghargaan berupa
pujian dan hadiah berupa barang (buku
tulis) bagi individu yang memperoleh
point tertinggi mampu meningkatkan
minat dan motivasi siswa lain.
3) Tanggung Jawab dan Keberanian
Siswa
Pra tindakan tanggung jawab dan
keberanian siswa rendah, setelah
dilakukan pembelajaran dengan metode
Mind Mapping dapat melatih tanggung
jawab siswa untuk menger-jakan tugasnya.
Siswa menyatakan bahwa dengan metode
Mind Mapping mereka menjadi lebih
percaya diri. Mereka dapat berkomunikasi
lebih lancar tanpa rasa minder.
Keberanian siswa untuk men-ceritakan
kembali cerita pendek yang ditulisnya di
depan kelas meningkat. Keberanian siswa
sangat berkaitan dengan rasa harga diri.
Seperti yang diungkapkan Slavin (2007:
122) bahwa rasa harga diri yang dimiliki
oleh siswa adalah perasaan bahwa mereka
memang disukai oleh teman-teman
mereka dan perasaan bahwa siswa dapat
melakukan hal-hal yang berbau akademik
dapat diterima oleh teman-temannya.
4) Keterampilan guru dalam menge-lola
kelas
Kemampuan guru dalam mengelola
kelas merupakan salah satu penentu
keberhasilan proses pem-belajaran. Guru
yang professional mempunyai ciri-ciri 1)
memiliki ke-pribadian yang matang dan
ber-kembang; 2) penggunaan ilmu yang
kuat; 3) keterampilan untuk mem-
bangkitkan peserta didik kepada sains dan
teknologi; dan 4) pengembangan profesi
secara berkesinambungan. Pada pra
tindakan pembelajaran didominasi dengan
metode ceramah. Dalam pembelajaran
dengan metode Mind Mapping, peran guru
sebagai pengontrol kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran sudah tidak didominasi
dengan metode ceramah, guru sudah
menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif. Guru telah mampu
membangkitkan minat, keaktifan dan
tanggung jawab siswa. Guru aktif dalam
memantau kinerja siswa dan menekankan
kepada siswa bahwa mereka mempunyai
tanggung jawab untuk memastikan setiap
aspek yang dipelajari dapat diserap
dengan baik. Sewaktu para siswa sedang
bekerja, guru berkeliling kelas, dan kadang
guru duduk dengan tiap siswa untuk
mendengarkan bagaimana siswa bekerja.
5) Peningkatan kemampuan menulis
cerita pendek
Peningkatan kualitas pem-belajaran
menulis cerita pendek juga berimplikasi
pada kemampuan siswa dalam menulis
cerita pendek. Berdasarkan hasil
pengamatan awal dan hasil pra tindakan,
diperoleh nilai siswa yang rendah. Hal ini
disebabkan karena proses pembelajaran
yang belum menyentuh taraf apresiastif.
Keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran masih kurang, juga belum
memanfaatkan potensi diri secara optimal.
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
137
Hasil ulangan harian sebelum tindakan
dengan nilai rata-rata yang dicapai masih
rendah yaitu 63,14 masih dibawah KKM
yang ditetapkan dalam kurikulum yaitu
70. Berdasarkan permasalahan tersebut
peneliti melaksanakan penelitian tindakan
kelas untuk meningkatkan kemampuan
apresiasi siswa terhadap karya sastra
khususnya menulis cerita pendek dengan
menerapkan metode Mind Mapping.
Tujuannya agar siswa memiliki
kemampuan sesuai dengan standar
kompetensi yang telah ditentukan, juga
mencapai batas KKM yang ditetapkan
dalam kurikulum yakni 70 dan daya serap
mencapai 75%.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dengan menerapkan metode Mind
Mapping, merupakan pertama kali baru
dialami oleh siswa. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa siswa belum
memiliki pengalaman belajar dengan
metode Mind Mapping. Guru pun
menyadai bahwa minat siswa terhadap
pembelajaran menulis cerita pendek
masih rendah sehingga berpengaruh
terhadap nilai mereka. Guru belum pernah
menerapkan strategi pembelajaran khusus
yang mampu membangkitkan minat siswa
dan melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran. Dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran menulis cerita
pendek belum berjalan dengan baik.
Setelah diterapkan metode Mind Mapping
dalam pembelajaran menulis cerita
pendek dari siklus I sampai siklus III
mengalami peningkatan yang cukup
bagus.
Peningkatan tersebut dilihat dari
penilaian proses dan penilaian hasil.
Penilaian proses seperti dijelaskan pada
bab sebelumnya, sedangkan penilaian
hasil yang digunakan untuk mengetahui
kompetensi siswa dalam menulis cerita
pendek. Penilaian hasil pada siklus I dan
siklus II ditekankan pada kemampuan
siswa menulis cerita pendek dari kejadian-
kejadian yang pernah dialami kemudian
mampu menemukan unsur-unsur intrinsic
serta hal-hal yang menarik, dan
kemampuan menceritakan kembali cerita
pendek yang sudah ditulis. Aspek yang
dinilai meliputi : 1) Mengidentifikasi tema,
tokoh, latar, dan alur dari cerita pendek
yang dihasilkan. 2) Mengembangkan tema,
tokoh, latar, dan alur dalam sebuah cerpen
dengan memerhatikan gaya bahasa yang
menarik. Dan 3) Membacakan cerpen
dengan memer-hatikan lafal, intonasi, dan
ekspresi.
b. Kelebihan dan kelemahan antar siklus
Kekurangan pada pra tindakan
adalah siswa sering mengalami kesulitan
dalam menulis cerita pendek, minat siswa
rendah dan metode didominasi dengan
metode ceramah. Sedangkan kelebihan
guru mau mengubah metode
pembelajaran dari ceramah menjadi
metode Mind Mapping sehingga dapat
meningkatkan minat siswa.
Kekurangan pada siklus I adalah siswa
yang mencapai KKM masih rendah,
keaktifan siswa dalam pembelajaran
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
138
belum maksimal, siswa kurang serius dan
kurang konsentrasi. Guru belum mampu
mengelola kelas dengan menerapkan
metode Mind Mapping dengan baik.
Kelebihan pada siklus I adalah adanya
kemauan siswa untuk meningkatkan diri
dan menerima bimbingan guru untuk
menjadi lebih baik. Selain itu adanya
kemauan guru untuk meningkatkan diri
didalam menguasai metode Mind Mapping.
Kekurangan pada siklus II adalah
keaktifan siswa masih belum maksimal,
sebagaian siswa kurang konsentrasi, siswa
ada yang belum memperoleh sesuai KKM,
serta guru belum sepenuhnya mampu
melaksanakan metode Mind Mapping.
Kelebihan pada siklus II adalah adanya
kemauan siswa untuk meningkatkan diri
dan menerima bimbingan guru untuk
menjadi lebih baik. Guru meningkatkan
kinerjanya dalam proses pembelajaran
dengan metode Mind Mapping.
Kekurangan pada siklus III adalah
masih ada siswa yang belum aktif, kurang
serius, dan memperoleh nilai dibawah
KKM. Kelebihannya jumlah siswa yang
belum aktif, kurang serius dan yang
memperoleh nilai dibawah KKM jumlahnya
relatif kecil dari jumlah seluruh kelas.
c. Kendala-kendala yang Dihadapi dalam
Peningkatan Kemampuan Menulis
Cerita Pendek dengan Menerapkan
Metode Mind Mapping
Dalam suatu proses kegiatan belajar-
mengajar sering terjadi suatu hambatan-
hambatan atau kendala-kendala yang
sering dialami oleh guru maupun siswa.
Hal ini pun disebabkan oleh berbagai
pihak, baik oleh guru, siswa keterbatasan
sarana dan prasarana maupun faktor
lainnya. Kendala yang dihadapi dalam
peningkatan kemampuan menulis cerita
pendek dengan menerapkan metode Mind
Mapping dapat dideskripsikan sebagai
berikut :
1) Guru dan siswa yang belum terbiasa
menerapkan metode Mind Mapping
dalam proses pem-belajaran, pada
siklus I terkesan kaku sehingga situasi
pem-belajaran tidak kondusif. Kendala
ini dianalisis peneliti dan dila-kukan
perbaikan pada siklus II dan siklus III
sehingga berhasil diatasi.
2) Jumlah siswa dalam satu kelas yang
cukup besar, yaitu 35 siswa.
Menghadapi 35 siswa berarti
menghadapi 35 individu dengan
karakter yang berbeda-beda. Sehingga
melakukan pengawasan dan
pengontrolan terhadap 35 siswa
dalam satu kelas merupakan jumlah
yang besar dan merupakan pekerjaan
yang sulit. Hal ini tentu berhubungan
dengan metode Mind Mapping yang
mengharuskan peserta didik
memecahkan masalah secara individu.
3) Adanya siswa yang memang agak sulit
untuk dikondisikan, karena masih
memiliki kedisiplinan, tanggung
jawab, minat dan motivasi yang masih
rendah dalam pembelajaran.
4) Alokasi waktu yang terbatas untuk
terus melakukan penelitian. Masalah
alokasi waktu sebelumnya masih
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
139
klasik yang harus dimanajemen oleh
guru dalam mengorganisasikan materi
pelajaran. Namun, masalah waktu
dalam proses penelitian ini menjadi
salah satu kendala, karena peneliti
tidak dapat melakukan perbaikan lagi
terhadap ke-kurangan yang dianggap
masih perlu diperbaiki. Karena waktu
yang terbatas, tidak mungkin seluruh
siswa tampil satu per satu ke depan
kelas untuk men-ceritakan kembali
cerita pendek yang telah dibuat.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa metode Peta Pikiran
(Mind Mapping), dapat me-ningkatkan
mutu proses pembelajaran bahasa
Indonesia dan menghasilkan peningkatan
kualitas kemampuan menulis cerita
pendek siswa kelas IX A SMP Negeri 9
Pontianak. Hal tersebut terefleksi dari
beberapa indikator keberhasilan sebagai
berikut: (1) minat siswa dalam mengikuti
pembelajaran menulis meningkat, (2) guru
mampu membangkitkan minat siswa, (3)
guru mampu menerapkan metode Mind
Mapping (Peta Pikiran)dalam
pembelajaran, (4) guru mampu mengelola
kelas dengan baik serta dapat mengatasi
beberapa kendala dalam pembelajaran
menulis cerita pendek, dan (5)
kemampuan menulis cerita pendek siswa
terus meningkat dari nilai rata-rata 63,14
pada pra siklus, meningkat pada siklus I
(66,71), siklus II (72,29) dan siklus III
(77,43). Peningkatan nilai tersebut telah
memenuhi batas kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70.
Bagi peneliti lain, hasil penelitian
ini bisa dijadikan bahan referensi untuk
melakukan penelitian sejenis lainnya atau
mengkaji lebih mendalam tentang satu sisi
menarik dalam cerpen yang dikaji ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ariadinata. 2006. Pengajaran Sastra di Sekolah. Jakarta: Gramedia. Buzan, Tony. 2004. Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Sugiyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13. Suroso. 2004. Smart Brain Metode Menghafal Cepat dan Meningkatkan Ketajaman
Memori. Penerbit SIC. Syah, Muhibin. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syah, Muhibin. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Winkel, W.S. 1995. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.