THE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE AND ATTITUDES ABOUT BLOOD
DONORS AGAINST ACTION FOR BLOOD DONORS ON STUDENTS OF
FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH MAKASSAR
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG DONOR DARAH
DENGAN TINDAKAN BERDONOR DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
DESTI MONASARI ASSHAGAB
10542025110
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Kedokteran
PEMBIMBING
dr. Suryani Tawali, MPH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Peneliti panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat
menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan
Dan Sikap Tentang Donor Darah Dengan Tindakan Berdonor Darah Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar” sebagai
salah satu syarat menyelesaikan studi serta memperoleh gelar Sarjana Strata Pertama di
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini adalah berkat bimbingan, kerja sama serta
bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak sehingga segala rintangan yang dihadapi
selama penelitian dan penyusunan ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu pada
kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu saya tercinta ‘Marlina’ dan Ayah saya tersayang ‘La Maronta Galib’ juga kepada
seluruh keluarga besar Asshagab yang telah banyak memberikan dorongan dan
bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Kakak-kakak kebanggaan saya : Muhtar Asshagab, St. Mutiara Ningsih Asshagab, dan
Sri Milawati Asshagab yang tiada henti-hentinya memberikan contoh dan nasehat
terbaik kepada saya.
3. Adik-adik kesayangan saya : Tipe Sultan Ahmad Asshagab, Murah Riski Novi
Asshagab, Madania Asshagab, Mazratul Ramadhani Asshagab, M. Aljabar Mutokhir
Asshagab, dan Mentari Bintang Asshagab yang selalu menyemangati dan membantu
dalam pengolahan data kuesioner.
ii
4. Ayahanda Dekan Fakultas Kedokteran (dr. H. Mahmud Gaznawi) beserta staf pegawai
yang telah memberikan bantuan kepada peneliti selama menempuh pendidikan di
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Ayahanda dr. H. Budu Phd, SpM-KVR yang telah memberikan banyak motivasi dan
semangat dalam kehidupan akademik.
6. Dosen Pembimbing, dr. Suryani Tawali MPH, yang telah meluangkan waktu selama
proses pengajuan judul, proposal, hingga selesainya skripsi ini atas bimbingannya
yang dengan penuh perhatian, kesabaran dalam memberikan pengarahan, koreksi dan
dukungan moril.
7. Segenap dokter-dokter / dosen dari Fakultas Kedokteran yang telah banyak
membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti.
8. Saudara seangkatan di Hipothalamus ‘010 yang selalu menghibur dan menyemangati
satu sama lain. Terkhusus kepada sahabat terbaik saya Muthiah Muchlis dan Indra
Wiratama, serta teman-teman kelompok belajar (Arhami Awal, Iin Alfriani Amran,
Andi Asmita Abrar, Jihan Hariyati Ismail, dan Andi Dedi Pradana Putra), hal
membahagiakan berjuang dan berusaha bersama-sama.
9. Teman-teman satu bimbingan skripsi saya (Aris Eko Suprapto, Elisa Vina Jayanti,
Satriani, dan Azhar Fauzan) yang senantiasa dalam susah, senang, panas maupun
hujan saling memberi dukungan selama penyusunan skripsi ini.
10. Kakak panutan saya, Noory Okthariza, atas dukungan, bantuan, dan semangatnya
dalam penyusunan skripsi ini.
11. Semua responden dalam penelitian ini atas kesediaan dan kerjasamanya hingga skripsi
ini dapat dirampungkan.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
iii
Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di sisi
Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin.
Akhirnya, penulis menyadari terdapat banyak kekurangan yang ada dalam
penyusunan skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Billahifisabililhaq Fastabiqulkhaerat
Wassalamualaikum Wr,Wb
Makassar, Februari 2014
Peneliti
DESTI MONASARI ASSHAGAB
iv
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FEBRUARI, 2014
DESTI MONASARI ASSHAGAB 10542025110SURYANI TAWALI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG DONOR DARAH DENGANTINDAKAN BERDONOR DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
RANGKUMANLATAR BELAKANG : Darah merupakan materi biologis dalam jumlah terbatas danbelum dapat disintesis di luar tubuh. Ketersedian darah dan komponen darah pentinguntuk keperluan transfusi darah sehingga dapat mengatasi berbagai kondisi gawat daruratyang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang bermakna. Untuk memenuhikebutuhan darah di Indonesia, diperlukan usaha yang berkesinambungan untuk merekrutdonor baru dan mempertahankan donor yang telah ada.
TUJUAN : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap,serta karakteristik sosiodemografi responden terhadap tindakan berdonor darah dikalangan mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
METODE : Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study dengan teknikpengambilan sampel Stratified Proportional Random Sampling. Jumlah responden dalampenelitian ini berjumlah 165 orang. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner.
HASIL : Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan respondendikategorikan cukup (57,0%), sikap responden dikategorikan positif (72,1%), dan tindakanberdonor darah masih kurang (20,6%). Sebagian besar responden berjenis kelaminperempuan (75,2%) dengan rata-rata usia antara 18-23 tahun, dan suku mayoritas Bugis(52,1%)
KESIMPULAN : Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan,karakteristik sosiodemografi (umur dan suku) terhadap tindakan donor darah (p >0,05,namun terdapat signifikansi antara sikap dan karakteristik sosiodemografi jenis kelaminresponden terhadap tindakan donor darah (p <0,05).
SARAN : Peneliti berharap promosi dan pendidikan kesehatan mengenai donor darahkepada masyarakat terutama mahasiswa Fakultas Kedokteran UniversitasMuhammadiyah Makassar lebih ditingkatkan sehingga dapat mempertahankan danmeningkatkan tindakan berdonor darah.
KATA KUNCI : Tindakan donor darah, pengetahuan dan sikap tentang donor darah,karakteristik responden, mahasiswa berdonor darah
v
THESIS
FACULTY OF MEDICINEMUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR
FEBRUARY, 2012
DESTI MONASARI ASSHAGAB 10542025110SURYANI TAWALI
THE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE AND ATTITUDES ABOUT BLOODDONORS AGAINST ACTION FOR BLOOD DONORS ON STUDENTS OFFACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SUMMARY
BACKGROUND : Blood is a limited amount of biological material and can not besynthesized outside of the body. The availability of blood and blood components areimportant for blood transfusion purposes so that it can cope with various emergencyconditions that can lead to meaningful morbidity and mortality. To meet the needs of bloodin Indonesia, it is required continuous efforts to recruit new donors and maintain existingdonors.Objective : This study aims to determine the relationship of knowledge and attitudes, aswell as the characteristics of the respondents’ sociodemoghrapic against action for blooddonors on students of Faculty of Medicine University of Muhammadiyah Makassar.Methods : This study used a cross-sectional study design with Stratified ProportionalRandom Sampling as a sampling technique. The number of respondents in this study is 165people. The Data is obtained by distributing the questionnaire.Results : This research found that knowledge of respondents could be categorized as“quite” (57,0%), the attitudes of respondents could be categorized as “positive” (72.1%),and the action for blood donors was still “less” (20.6%). Most of the respondents werewomen (75,2%) with an average age between 18-23 years old and the majority is Bugis(52,1%).CONCLUSION : No significant relationship was found between the level of knowledgeand sociodemoghrapic characteristics (age and ethnicity) against action for blood donors(p>0,05, but there was significant relationship between the attitudes andsociodemoghrapic characteristics (sex) against action for blood donors (p<0,05).SUGGESTION : Researcher hoped that the promotion and health education regarding toblood donors for public, specifically for students of Faculty of Medicine University ofMuhammadiyah Makassar, can be improved so that it can maintain and enhance theactions for blood donors.
KEYWORDS : Action for blood donors, knowloedge and attitudes about blood donors,respondents’ characteristics, the student for blood donors
vi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... .. i
RANGKUMAN ........................................................................................................ iv
SUMMARY .............................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. .. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1. Tujuan Umum .................................................................................. 4
2. Tujuan Khusus.................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 5
1. Manfaat Teoritis ............................................................................... 5
2. Manfaat Teknis................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan ........................................................................................... 7
1. Pengertian ........................................................................................ 7
2. Tingkat Pengetahuan ....................................................................... 7
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan .......................... 9
vii
4. Pengukuran Pengetahuan ................................................................ 11
B. Sikap ............................................................................................. ......... 12
1. Pengertian ........................................................................................ 12
2. Komponen Pokok Sikap .................................................................. 12
3. Tingkatan Sikap ............................................................................... 13
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Pembentukan Sikap ..... 14
5. Pengukuran Sikap ............................................................................ 17
C. Transfusi Darah .... ................................................................................. 17
1. Pendahuluan ........... ......................................................................... 17
2. Pengertian ....................................................................................... 18
3. Pengelolaan Darah ........................................................................... 18
4. Syarat-Syarat Teknik Menjadi Donor Darah .................................. 19
5. Pengambilan Donor Darah .............................................................. 20
6. Skrining dan Pemeriksaan Uji Saring ........... .................................. 21
7. Indikasi Pemberian Darah dan Komponen Darah............................ 22
8. Pemeriksaan Golongan Darah Donor .............................................. 24
9. Resiko Penularan Infeksi ................................................................. 26
10. Kontaminasu Darah Donor ............................................................ 28
D. Kerangka Teori ...................................................................................... 30
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep .................................................................................. 31
B. Hipotesis ............................................................................................. .. 31
1. Hipotesis Nol ................................................................................... 31
2. Hipotesis Alternatif ......................................................................... 32
viii
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian .................................................................................... 33
1. Lokasi Penelitian ........... .................................................................. 33
2. Waktu Penelitian ............................................................................. 33
B. Metode Penelitian ................................................................................... 33
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................ 34
1. Variabel Penelitian ........... ............................................................... 34
2. Definisi Operasional ....................................................................... 34
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 38
1. Data Primer ........... .......................................................................... 38
2. Data Sekunder ................................................................................. 38
3. Instrument Penelitian ....................................................................... 38
4. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................ 39
E. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... .. 39
1. Populasi ........... ............................................................................... 39
2. Perhitungan dan Besar Sampel ........................................................ 40
3. Kriteria Sampel ........... .................................................................... 41
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .... ............................................... 41
1. Teknik Pengolahan Data ........... ...................................................... 41
2. Teknik Analisis Data ....................................................................... 42
G. Etika Penelitian ...................................................................................... 43
H. Alur Penelitian ....................................................................................... 43
BAB V HASIL
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 44
B. Hasil Penelitian........................................................................................ 44
ix
1. Analisis Univariat ............................................................................ 45
2. Analisis Bivariat .............................................................................. 51
BAB VI PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden ....................................................................... 56
B. Hubungan Jenis Kelamin dengan Tindakan Berdonor Darah ............... 56
C. Hubungan Umur dengan Tindakan Berdonor Darah ............................. 57
D. Hubungan Suku dengan Tindakan Berdonor Darah .............................. 57
E. Hubungan Tingkat Penetahuan dengan Tindakan Berdonor Darah ...... 58
F. Hubungan Sikap dengan Tindakan Berdonor Darah ............................. 59
G. Tindakan Berdonor Darah ..................................................................... 61
BAB VII KAJIAN ISLAM
A. Transfusi Darah Menurut Islam.............................................................. 65
B. Hukum Transfusi Darah ......................................................................... 66
C. Hukum Menjual Darah untuk Kepentingan Transfusi ........................... 69
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................... ....................................................................... 72
B. Saran ............................... ...................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... .. 74
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
Kuesioner
Hasil Uji SPSS
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Bentuk Darah, Indikasi Pemberian dan Masa Simpan Darah ............ .. 23
Tabel 2.2 Pembagian Golongan Darah Sistem ABO .......................................... .. 25
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Angkatan ................... .. 45
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............ .. 45
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ......................... .. 46
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan ............... .. 47
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suku .......................... .. 47
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahun .. .. 48
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap ......................... .. 48
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Donor .............. .. 49
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Motivasi Responden Berdonor Darah .............. .. 50
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Alasan Responden Menolak Berdonor Darah .. .. 50
Tabel 5.11 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tindakan Berdonor Darah ........... .. 51
Tabel 5.12 Hubungan Umur Dengan Tindakan Berdonor Darah ........................ .. 52
Tabel 5.13 Hubungan Suku Dengan Tindakan Berdonor Darah .......................... .. 53
Tabel 5.14 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tindakan Berdonor Darah .. 53
Tabel 5.15 Hubungan Sikap Dengan Tindakan Berdonor Darah ......................... .. 54
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang DonorDarah Dengan Tindakan Berdonor Darah Pada Mahasiswa FakultasKedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar
Lampiran 2 Hasil Uji SPSS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan darah bagi kelangsungan hidup manusia penting adanya. Darah
merupakan materi biologis dalam jumlah yang terbatas dan belum dapat disintesis di
luar tubuh. Sehingga ketersediaan darah di sarana kesehatan sangat ditentukan oleh
partisipasi masyarakat dalam mendonorkan darahnya untuk keperluan transfusi
darah.1,2
Transfusi darah adalah salah satu bagian penting dalam pelayanan kesehatan
modern. Bila digunakan dengan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa seseorang
dan meningkatkan derajat kesehatan. Indikasi tepat transfusi darah dan komponen
darah adalah untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas
bermakna yang tidak dapat diatasi dengan cara lain. Secara universal, diketahui bahwa
transfusi darah dibutuhkan untuk menangani pasien anemia berat, pasien dengan
kelainan darah bawaan, pasien yang mengalami kecederaan parah, pasien yang hendak
menjalankan tindakan bedah operatif dan pasien yang mengalami penyakit liver
ataupun penyakit lainnya yang mengakibatkan tubuh pasien tidak dapat memproduksi
darah atau komponen darah sebagaimana mestinya.2,3,4
Pada negara berkembang, transfusi darah juga sangat diperlukan untuk
menangani kegawatdaruratan melahirkan sehingga tidak berujung pada anemia berat.
Tanpa darah yang cukup, seorang ibu dapat mengalami gangguan kesehatan bahkan
kematian. Terkait hal tersebut, diketahui bahwa MMR (Maternal Mortality Rate)
merupakan salah satu indikator kesehatan suatu negara. Saat ini MMR Indonesia
2
mencapai 307, artinya terjadi 307 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan,
pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama kematian ibu
melahirkan adalah perdarahan (8%, SKRT 2001), artinya dapat disimpulkan bahwa
tingginya angka kematian ibu di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kualitas
pelayanan, pengelolaan dan pelaksanaan usaha transfusi darah.3,5
Angka kematian akibat dari tidak tersedianya cadangan tranfusi darah pada
negara berkembang relatif tinggi. Ketidakseimbangan perbandingan ketersediaan
darah dengan kebutuhan rasional merupakan penyebab utama masalah ini. Jika
mengkaji lebih dalam, di negara berkembang seperti Indonesia, persentase donasi
darah lebih minim dibandingkan dengan negara maju, padahal tingkat kebutuhan
darah setiap negara secara relatif adalah sama, dan semakin majunya suatu negara,
maka kebutuhan akan darah pun semakin banyak. Indonesia memiliki tingkat
penyumbang enam hingga sepuluh orang per 1.000 penduduk. Hal ini jauh lebih kecil
dibandingkan dengan sejumlah negara maju di Asia, misalnya di Singapura tercatat
sebanyak 24 orang yang melakukan donor darah per 1.000 penduduk, berikut juga di
Jepang tercatat sebanyak 68 orang yang melakukan donor darah per 1.000
penduduk.6,7
Indonesia membutuhkan sedikitnya satu juta pendonor darah guna memenuhi
kebutuhan 4,8 juta kantong darah per tahunnya. Menurut Ketua umum Palang Merah
Indonesia (PMI), Jusuf Kalla8, jumlah kebutuhan darah ideal suatu negara adalah
sebanyak dua persen dari jumlah penduduk. Jika di Indonesia jumlah penduduknya
240 juta jiwa, maka jumlah kebutuhan darah mencapai 4,8 juta kantong darah per
tahun. Namun, sejauh ini PMI baru bisa mengumpulkan 1,9 juta kantong darah. Jadi
masih kurang sekitar 3 juta kantong. Hal tersebut menggambarkan bahwa kebutuhan
akan darah di Indonesia yang tinggi tetapi darah yang terkumpul dari donor darah
3
masih rendah dikarenakan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia untuk menjadi
pendonor darah sukarela masih rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
kendala misalnya karena masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang masalah
transfusi darah, persepsi akan bahaya bila seseorang memberikan darah secara rutin.
Selain itu, kegiatan donor darah juga terhambat oleh keterbatasan jumlah UTD PMI di
berbagai daerah, PMI hanya mempunyai 188 unit tranfusi darah (UTD). Mengingat
jumlah kota/kabupaten di Indonesia mencapai sekitar 440.8,9
Di beberapa kota, termasuk kota Makassar, rata-rata kebutuhan darah di rumah
sakit setiap harinya mencapai 80 sampai 100 kantong darah dengan ukuran setiap
kantongnya sekitar 250 cc. golongan darah yang dibutuhkan bervariasi baik golongan
darah O, A, B, maupun AB. Namun pasokan darah yang mampu disediakan PMI
cabang Makassar masih antara 30 hingga 50 pendonor. Hal ini membuktikan bahwa
partisipasi donor darah di kota Makassar masih kurang. Bahkan dari 40 ribu pendonor
yang tercatat pada PMI di sulawesi selatan, yang aktif mendonorkan darahnya secara
berkala hanya sekitar 3.000 orang. Terbatasnya jumlah pendonor darah terutama donor
darah sukarela dan frekuensi donor menyebabkan PMI belum mampu memenuhi
kebutuhan darah. Keterbatasan jumlah pendonor darah sukarela ini dapat disebabkan
oleh pengetahuan tentang donor darah yang kurang, anggapan dan persepsi yang salah
mengenai donor darah, atau ketakutan akan prosedur teknis donor darah.10,11
Donor darah sebagian besar dilakukan oleh orang yang bekerja di bidang
swasta yaitu 57,60% dari keseluruhan pendonor, sedangkan mahasiswa/pelajar hanya
mencapai 14,90%12. Donor darah ini dilakukan oleh mahasiswa berasal dari berbagai
universitas dan beberapa fakultas yang terdata aktif pada donor darah diantaranya
Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan
Fakultas MIPA. Namun, Fakultas Kedokteran tercatat hanya 21 pendonor darah pada
4
tahun 2009.12 Hal ini menunjukkan masih kurangnya peran mahasiswa Fakultas
Kedokteran untuk donor darah, sedangkan mahasiswa yang bergerak di bidang
kesehatan ini dinilai sesuai untuk berperan dalam membantu masalah kesehatan yang
terjadi seperti masalah tidak seimbangnya kebutuhan dan ketersediaan darah.
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran bagaimana hubungan
pengetahuan dan sikap tentang donor darah dengan tindakan berdonor darah pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana hubungan pengetahuan tentang donor darah dengan tindakan berdonor
darah pada mahasiswa?
2. Bagaimana hubungan sikap tentang donor darah dengan tindakan berdonor darah
pada mahasiswa?
3. Apakah karakteristik sosiodemografi seperti jenis kelamin, usia, maupun
suku/asal daerah berhubungan dengan tindakan berdonor darah mahasiswa?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang donor darah
dengan tindakan berdonor darah pada mahasiswa FK UNISMUH.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
5
a. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang donor darah dengan
tindakan berdonor darah pada mahasiswa FK UNISMUH.
b. Untuk mengetahui hubungan tingkatan sikap tentang donor darah dengan
tindakan berdonor darah pada mahasiswa FK UNISMUH.
c. Untuk mengetahui hubungan karakteristik sosiodemografi seperti jenis kelamin,
usia, maupun suku/asal dengan tindakan berdonor darah mahasiswa FK
Unismuh
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a) Bagi Peneliti Sendiri
Penelitian ini menjadi pengalaman berharga serta dapat menambah
wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang
telah diterima selama kuliah.
b) Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap
tentang donor darah dengan tindakan berdonor darah pada Mahasiswa FK
UNISMUH dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut
yang berhubungan tentang donor darah.
2. Manfaat Teknis
a) Bagi Mahasiswa di FK UNISMUH
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi FK UNISMUH untuk
lebih termotivasi dan ikut serta dalam pelaksanaan Donor Darah Sukarela,
perencanaan upaya peningkatan promosi donor darah, dan juga memperbanyak
kegiatan donor darah di lingkungan kampus.
6
b) Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan peneliti selanjutnya sebagai referensi
meneliti lebih lanjut.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Menurut Notoatmojo13 (2003) pengetahuan adalah proses yang didasari oleh
pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
bersikap langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Pengetahuan juga
merupakan hasil tahu dan hasil tahu ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dan pada bukunya yang lain
Notoatmodjo14 (2007) mengartikan pengetahuan sebagai hasil dari tahu, dimana
‘tahu’ ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut teori Bloom 1908 (dalam Notoatmodjo13, 2003 : 121) tingkat
pengetahuan ada enam tingkat yaitu :
a. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
8
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu adalah
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajarinya antara lain : menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan.
b. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dapat menginterpretasi benar
tentang objek yanga diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan menyebutkan cotoh menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari, misalnya dapat menjelaskan
mengapa harus datang ke Posyandu.
c. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Apliksi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, dan prinsip.
d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan
e. Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat
9
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan
terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada
f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria yang ada
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo13
(2003) adalah :
a. Umur
Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-
penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang
dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin
bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan
seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang
diperoleh dari orang lain.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh
kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam
pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan
hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah
menerima ide-ide dan teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam
10
menentukan kualitas manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan
memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi pendidikan, hidup
manusia akan semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan
membuahkan pengetahuan yang baik yang menjadikan hidup yang berkualitas.
c. Paparan media massa
Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik maka
berbagai ini berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga
seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi
yang lebih banyak dan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang
dimiliki.
d. Sosial ekonomi (pendapatan)
Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun skunder keluarga, status
ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding orang dengan status
ekonomi rendah, semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang semakin
mudah dalam mendapatkan pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih
berkualitas
e. Hubungan sosial
Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu sebagai
komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. Apabila
hubungan sosial seseorang dengan individu baik maka pengetahuan yang
dimiliki juga akan bertambah.
f. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
11
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Pengalaman seseorang
individu tentang berbagai hal biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan
dalam proses pengembangan misalnya sering mengikuti organisasi
4. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo14 (2007), Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban
dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dilakukan 100% dan
hasilnyaberupa persentasi dengan rumus yang digunakan sebagai berikut :
P = 100 %Keterangan :
a. P = persentasi
b. f = frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan
yang telah dipilih responden atas pernyataan yang diajukan
c. n = jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan
responden selaku peneliti
d. 100% = bilangan genap
Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diiterpretasikan
dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
a) Baik : hasil presentasi76%-100%
b) Cukup : hasil presentasi 56%-75%
c) Kurang : hasil presentasi <56% (A. Wawan dan Dewi M, 2010)
12
B. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan-batasan di atas dapat
disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial.15
Menurut Newcomb salah satu ahli psikologi sosial yang dikutip oleh
Notoadmodjo15 (2003) menyatakan bahwa . sikap itu merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berprilaku
dengan cara tertentu terhadap objek sikap, sehingga sikap dan perilaku dapat
mempengaruhi seseorang dalam melakukan suatu tindakan.
2. Komponen Pokok Sikap
Komponene sikap terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Komponen kogntif, disebut juga komponen perseptual, yang berisi
kepercayaan yang berhubungan dengan persepsi individu terhadap objek
sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui, pandangan, keyakinan, pikiran,
pengalaman pribadi, kebutuhan emosinal, dan informasi dari orang lain.
Misalnya sikap seseorang terhadap tindakan untuk melakukan transfusi
darah.16
b. Komponen afektif , komponen ini menunjukkan dimensi emosional subjektif
13
individu terhadap objek sikap, baik bersifat positif (rasa senang) maupun
negatif (rasa tidak senang). Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh apa
yang kita percayai sebagai suatu yang benar terhadap objek sikap tersebut.
Misalnya bagaimana orang menilai tindakan transfusi darah, apakah orang
tersebut setuju atau tidak untuk melakukn transfusi darah.16
c. Komponen konatif (komponen prilaku), komponen ini merupakan
predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang
dihadapinya. Misalnya sikap terhadap tindakan untuk melakukan transfusi
darah, apa mereka termasuk orang yang rutin atau minimal pernah melakukan
transfusi darah.16
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.14
3. Tingkatan Sikap
Sikap terdiri dari empat tingkatan yaitu : 17
a. Menerima ( receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Oleh
karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang
menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
14
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
ketiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Sikap mempunyai
arah artinya sikap terpilih pada dua arah kesetujuan yaitu setuju dan tidak
setuju. Orang yang setuju terhadap suatu objek maka arahnya positif dan
sebaliknya orang yang tidak setuju maka arahnya negatif. Sikap memiliki
intensitas artinya kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama
walaupun arahnya mungkin tidak berbeda.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Pembentukan Sikap
Sikap manusia dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : 17
a. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang dialami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai
tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang
berkaitan dengan objek psikologis. Apakah penghayatan tersebut akan
membentuk sikap positif atau sikap negatif, akan tergantung pada berbagai
faktor lain.17
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi,
15
penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama
berbekas. 17
b. Pengaruh orang lain
Orang lain disekitar merupakan salah satu diantara komponen sosial
yang mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, yang
diharapkan, yang tidak ingin dikecewakan atau orang yang berarti khususnya
akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu. Diantara
orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang
yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman
kerja, isteri atau suami dan lain-lain. 17
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Apabila hidup dalam
masyarakat yang mempunyai norma sangat mungkin individu tersebut akan
mempunyai sikap yang mendukung. Apabila kita hidup dalam budaya sosial
yang sangat mengutamakan kelompok, maka sangat mungkin kita akan
mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang
mengutamakan kepentingan perorangan. 17
d. Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam menyampaikan
informasi sebagai tugas pokoknya media massa membawa pula pesan-pesan
yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuai hal memberikan landasan kognitif baru bagi
16
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa
oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif
dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.17
e. Lembaga pendidikan dan agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu
yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari
pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan
ajaran agama menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan
kalau pada gilirannya konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap
individu terhadap sesuatu hal. 17
f. Faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
macam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan
ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera
berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap
yang lebih persisten dan bertahan lama. Suatu contoh bentuk sikap yang
didasari oleh faktor emosional adalah prasangka (prejudice). Prasangka
seringkali merupakan bentuk sikap negatif yang didasari oleh kelainan
kepribadian pada orang-orang yang sangat frustasi.17
Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan sikap menurut
17
WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo, pemberian informasi untuk
meningkatkan pengetahuan yaitu dengan pemberian informasi sehingga
menimbulkan kesadaran dan dapat melalui penyuluhan.18
5. Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan
pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat reponden.14
C. Transfusi Darah
1. Pendahuluan
Kemajuan dalam ilmu bedah dan pengobatan mengakibatkan bertambah
seringnya dilakukan transfusi darah. Pemberian darah ataupun komponennya
dimaksudkan antara lain untuk menjamin kemampuan penyediaan oksigen dalam
batas curah jantung yang dapat dihasilkan oleh tubuh, menjamin cukup tersedia
trombosit dan faktor-faktor pembekuan, dan untuk mencukupi isi ruang
intravaskular.19
Transfusi darah sering merupakan penyelamat jiwa, akan tetapi morbiditas
dan motalitas setelah transfusi darah juga cukup tinggi. Karena itu transfusi darah
seyogiyanya hanya diberikan apabila ada indikasi yang jelas. Biasanya seorang
dewasa normal masih dapat dengan baik mengatasi gangguan fungsional yang
ditimbulkan oleh kehilangan 10% isi darah, 20% kemampuan membawa oksigen
atau kehilangan 40% faktor pembekuan. Kehilangan sebanyak dua kali jumlah
18
tersebut di atas masih belum mengakibatkan kematian walaupun menimbulkan
gejala yang cukup berat.20
2. Pengertian
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1980, definisi transfusi darah
adalah tindakan medis memberikan darah kepada seorang penderita yang
darahnya telah tersedia dalam botol kantong plastik.
Usaha transfusi darah adalah segala tindakan yang dilakukan dengan
tujuan untuk memungkinkan penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan
pemulihan kesehatan yang mencakup masalah-masalah pengadaan, pengolahan,
dan penyampaian darah kepada orang sakit. Darah yang digunakan adalah darah
manusia atau bagian-bagiannya yang diambil dan diolah secara khusus untuk
tujuan pengobatan dan pemulihan kesehatan.
Penyumbang darah adalah semua orang yang memberikan darah untuk
maksud dan tujuan transfusi darah.21
3. Pengelolaan Darah
Yang dimaksud dengan pengelolaan darah adalah tahapan kegiatan untuk
mendapatkan darah sampai dengan kondisi siap pakai, yang mencakup antara
lain21 :
a. Rekruitmen donor.
b. Pemeriksaan golongan darah.
c. Pemeriksaan uji saring.
d. Pengambilan darah donor.
e. Pemisahan darah menjadi komponen darah.
f. Pemeriksaan kococokan darah donor dengan pasien.
19
g. Penyimpanan darah di suhu tertentu.
h. Dan lain-lain.
4. Syarat-syarat Teknis Menjadi Donor Darah
Untuk menjadi donor darah, seorang calon donor harus berusia antara 17 -
60 tahun. Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat izin
tertulis dari orangtua ; berat badan minimum 50 kg; temperatur tubuh secara oral
antara 36,6 - 37,5°C ; tekanan darah baik, yaitu sistole 110 - 160 mm Hg dan
diastole 70 - 100 mm Hg; denyut nadi teratur 50 - 100 kali/ menit ; kadar
hemoglobin untuk wanita minimal 12 gr % dan pria minimal 12,5 gr %. Jumlah
penyumbangan pertahun sebanyak 3-4 kali, dengan jarak penyumbangan
sekurang-kurangnya tiga bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum
kesehatan donor.
Seseorang tidak dibolehkan menjadi donor darah pada keadaan pernah
menderita hepatitis B atau hepatitis C dan berhubungan kontrak erat dengan
penderita hepatitis dalam enam bulan terakhir, menindik atau menato badan dalam
kurun waktu enam bulan terakhir, pasca operasi gigi dalam kurun waktu 72 jam
terakhir, pasca operasi kecil dalam enam bulan terakhir, pasca operasi besar dalam
12 bulan terakhir, menerima vaksinasi polio, influenza kolera, tetanus dipteria
atau profilaksis dalam 24 jam terakhir, menerima vaksinasi virus hidup parotitis
epidemica, measles dan tetanus toxin dalam dua minggu terakhir, menerima
injeksi imunisasi rabies terapetik dalam satu tahun terakhir, memiliki reaksi alergi
dalam satu minggu terakhir, melakukan transplantasi kulit dalam satu tahun
terakhir, sedang hamil dan sesudah persalinan dalam enam bulan terakhir, sedang
menyusui, ketergantungan obat, ketergantungan alkohol akut dan kronik,
menderita sifilis, menderita tuberkolosa, menderita epilepsi dan sering kejang,
20
menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk,
mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi
G6PD, thalasemia, polisitemiavera, termasuk kelompok masyarakat yang
mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis,
berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril) dan yang terakhir
adalah pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah. 21
5. Pengambilan Darah Donor
Seorang calon donor yang datang ke UTD akan diminta untuk menbaca
dan menjawab sendiri persyaratan-persyaratan menjadi donor, mengisi formulir
pendaftaran donor dan diperbolehkan untuk menanyakan hal-hal yang tidak
dimengerti kepada petugas. Riwayat medis calon donor akan ditanyakan.
Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan hemoglobin dengan mengambil darah
dari ujung jari anda untuk diperiksa. Dokter akan melalukan pemeriksaan fisik
sederhana dan tekanan darah dan akan memberikan pertanyaan sehubungan
dengan isian formulir pendaftaran. Pengambilan darah akan mengambil waktu
kurang lebih 15 menit. 21
Seorang asisten atau laboran akan bersama calon pendonor dan calon
pendonor diminta untuk beristirahat selama 5-10 menit dalam posisi berbaring.
Lama penyumbangan bervariasi terbantung dari banyak tidaknya penyumbang
darah. Pengambilan donor darah dilakukan secara bergantian. Darah yang diambil
sekitar 250cc atau 350 cc, kira-kira 7-9% dari volume rata-rata orang dewasa.
Darah dikumpulkan ke dalam kantung plastik 250 ml yang mengandung 65 – 75
mL CPC (Citrate Phosphate Dextrose) atau ACD (Acid Citrate Dextrose).
Volume tersebut akan digantikan oleh tubuh dalam waktu 24-48 jam dengan
minum yang cukup. 21
21
Setelah menyumbangkan darah, pendonor dipersilahkan menuju ruang
istirahat sambil duduk untuk memberikan kesempatan tubuh menyesuaikan diri
sambil menikmati hidangan. Kartu donor akan diberikan sebelum meninggalkan
ruangan. 21
6. Skrining atau Pemeriksaan Uji Saring
Transfusi darah merupakan jalur ideal bagi penularan penyebab infeksi
tertentu dari donor kepada resipien. Untuk mengurangi potensi transmisi penyakit
melalui transfusi darah, diperlukan serangkaian skrining terhadap faktor-faktor
risiko yang dimulai dari riwayat medis sampai beberapa tes spesifik. Tujuan
utama skrining adalah untuk memastikan agar persediaan darah yang ada sedapat
mungkin bebas dari penyebab infeksi dengan cara melacaknya sebelum darah
tersebut ditransfusikan. Untuk skrining donor darah yang aman maka pemeriksaan
harus dilakukan secara individual (tiap individual bag atau satu unit darah). Jenis
pemeriksaan yang digunakan sesuai dengan standard WHO, dalam hal ini
meliputi pemeriksaan atas sifilis, hepatitis B, hepatitis C dan HIV. Metode tes
dapat menggunakan uji cepat khUnismuhs (rapid test), automated test maupun
ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay). Laboratorium yang menguji 1-
35 donasi per minggu sebaiknya menggunakan rapid test. Laboratorium yang
menguji 35-60 donasi per minggu sebaiknya menggunakan metoda uji aglutinasi
partikel dan yang menguji lebih dari 60 donasi per minggu sebaiknya
menggunakan EIA. Metode yang umum digunakan di UTD cabang adalah rapid
test. 22
22
Dalam mempertimbangkan berbagai pengujian, perlu disadari data yang
berkaitan dengan sensitivitas dan spesifitas masing-masing pengujian. Sensitivitas
adalah suatu kemungkinan adanya hasil tes yang akan menjadi reaktif pada
seorang individu yang terinfeksi, oleh karena itu sensitivitas pada suatu pengujian
adalah kemampuannya untuk melacak sampel positif yang selemah mungkin.
Spesifisitas adalah suatu kemungkinan adanya suatu hasil tes yang akan menjadi
non-reaktif pada seorang individu yang tidak terinfeksi, oleh karena itu spesifitas
suatu pengujian adalah kemampuannya untuk melacak hasil positif non-spesifik
atau palsu. 22
Dalam mempertimbangkan masalah penularan penyakit melalui transfusi
darah, perlu diingat bahwa seorang donor yang sehat akan memberikan darah
yang aman. Donor yang paling aman adalah donor yang teratur, sukarela, dan
tidak dibayar. Jelasnya bahwa para donor yang berisiko terhadap penyakit infeksi
harus didorong agar tidak menyumbangkan darahnya. 22
7. Indikasi Pemberian Darah dan Komponen Darah
Faktor keamanan dan keefektifan transfusi darah bergantung pada indikasi
transfusi darah dan pemberian komponen darah yang tepat. Transfusi darah atas
indikasi yang tidak tepat tidak akan memberi keuntungan bagi pasien, bahkan
malah menambah resiko yang tidak perlu. Keputusan untuk melakukan transfusi
darah harus selalu berdasarkan penilaian yang tepat dari segi klinis penyakit dan
hasil pemeriksaan laboratorium. Pada tabel 2.1 tersedia macam-macam daftar
bentuk darah yang dipisahkan, indikasi pemberian komponen darah dan masa
simpannya. merah sedangkan pada serum tidak ditemukan. 5
23
Tabel 2.1. Bentuk Darah, Indikasi Pemberian dan Masa Simpan Darah
No. Bentuk Darah IndikasiMasa
SimpanKeterangan
1. Darah lengkap
1. Pendarahan2. Anemia3. Renjetan Oligonemik4. Kelainan darah sepertianemia aplastik
21 hari
2.Eritrositterkonsentrasi
Anemia kronis dimanavolume sirkulasi tidakbertambah
21 hari
Khususnya untukpasien jantung,anemia berat,sepsis, pasiensangat muda
ataupun sangat tua
3.Darah lengkapsegar
Pendarahan dengantrombositopenia(trombosit <40.000/mL)
12 jam
4. Darah baruTransfusi tukar padaneonatus
2 hariBila kadar kalim
pasien masihrendah
5.Eritrositcucian
1. Hemoglobinurianoktrunal paroksimal2. Resipien yang emilikiantibody terhadap leukosit/trombosit3. Reaksi transfusiterhadap antigen plasma4. Pasca transplantasiorgan5. Pasien dengandefisiensi imunitas
6 jamLeukosit belum
dapat hilangseluruhnya
6. Eritrosit bekuSama seperti indikasi untukeritrosit cucian
6 jam setelahdicairkan
Pembuatan mahal
7. Plasma kering1. Untuk meningkatkanvolume sirkulasi2. Luka bakar
8 tahunUmur 3 jam setelah
dicairkan
8.Plasma bekuSegar
Defisiensi faktorpembekuan sepertihemofilia, pasca transfusemasif, kelebihan dosiscoumarin dan ntikoagulanindandione
Harus segeradipakai setelah
dicairkan
24
No. Bentuk Darah IndikasiMasa
SimpanKeterangan
9.KonsentrasiFraksi Proteinplasma
Sama dengan indikasiplasma kering
2 tahunTidak mengandung
fibrinogen
10. Albumin Hipoalbuminemia3 jam setelah
preparasi
11. Fibrinogen Afibrinogenemia3 jam setelah
preparasi12. Kripresipitat Defisiensi faktor VII
13.Faktor VIIIkering
Hemofilia3 jam setelah
preparasi
14.KonsentratTrombosit
Trombositopenia karenaberbagai macam sebab
2-3 hari
Sumber: James, D.C., 1981. Blood Transfusion and Notes on Realted Aspects of
Blood Clotting and Heamoglobinopathies. In: James, D.C., Scientific Foundation of
Anesthesia. London :WB Saunders, 375-91.23
8. Pemeriksaan Golongan Darah Donor
Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3
dari 4 golongan darah dalam sistem AB0 pada tahun 1900 dengan cara
memeriksa golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana
ini pun dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para
donor.
Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B,
dikenal dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak
memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah 0). Kesimpulannya ada dua
macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B,
atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan 0.
Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih
kolega dari Landsteiner menemukan golongan darah AB pada tahun 1901.
25
Pada golongan darah AB, kedua antigen A dan B ditemukan secara
bersamaan pada sel darah merah sedangkan pada serum tidak ditemukan
antibodi.21 sedangkan menurut sistem AB0, golongan darah dibagi menjadi 4
golongan seperti yang tertera pada Tabel 2.2.
Untuk menentukan golongan darah seseorang tidak diperlukan biaya
yang besar dan relatif mudah karena hanya memerlukan beberapa tetes dari
sampel darah. Sebuah serum anti-A dicampur de darah. Serum lainnya dengan
anti-B dicampurkan pada sisa sampel. Penilaian dilakukan dengan
memperhatikan apakan ada penggumpalan pada salah satu sampel darah
tersebut. Sebagai contoh, apabila sampel darah yang dicampur serum anti-A
tersebut menggumpal namun tidak menggumpal pada sampel darah yang
dicampur serum ant i-B maka antigen A ada pada sampel darah tersebut. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa sampel darah tersebut diambil dari orang
dengan golongan darah A (Palomar College Behavioral Sciences Department,
2009).
Tabel 2.2. Pembagian Golongan Darah Sistem ABO
GolonganDarah
Antigen A Antigen BAntibodiAnti-A
AntibodiAnti-B
A + - - +
B - + + -
0 - - + +
AB + + - -
Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia
dibedakan atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang dengan
26
Rh-positif (Rh+), berarti darahnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan
reaksi positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan
anti-Rh (antibodi Rh). Kelompok satunya lagi adalah kelompok orang dengan Rh
negatif (Rh-), berarti darahnya tidak memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan
dengan reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan saat dilakukan tes dengan
anti-Rh (antibodi Rh).
Menurut Landsteiner24 golongan darah Rh ini termasuk keturunan
(herediter) yang diatur oleh satu gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu R dan r. R
dominan terhadap r sehingga terbentuknya antigen-Rh ditentukan oleh gen
dominan R. Orang Rh+ mempunyai genotip RR atau Rr, sedangkan orang Rh-
mempunyai genotip rr.
9. Resiko Penularan Infeksi
a. Pendahuluan
Resiko penularan penyakit infeksi melalui transfusi darah bergantung
pada berbagai hal, antara lain prevalensi penyakit di masyarakat, keefektifan
skrining yang digunakan, status imun resipien dan jumlah donor tiap unit
darah. Penularan penyakit terutama timbul pada saat window period yaitu
periode segera setelah infeksi dimana darah donor sudah infeksius tetapi hasil
skrining masih negatif.25,26
b. Transmisi HIV
Penularan HIV melalui transfusi darah pertama kali diketahui pada
akhir tahun 1982 dan awal 1983. Pada tahun 1983 Public Health Service
(Amerika Serikat) merekomendasikan orang yang berisiko tinggi terinfeksi
HIV untuk tidak menyumbangkan darah. Bank darah juga mulai menanyakan
27
kepada donor mengenai berbagai perilaku berisiko tinggi, bahkan sebelum
skrining antibodi HIV dilaksanakan, hal tersebut ternyata telah mampu
mengurangi jumlah infeksi HIV yang ditularkan melalui transfusi.
Berdasarkan laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
selama 5 tahun pengamatan, hanya mendapatkan 5 kasus HIV/tahun yang
menular melalui transfusi setelah dilakukannya skrining antibodi HIV pada
pertengahan maret 1985 dibandingkan dengan 714 kasus pada 1984.
Untuk mengurangi risiko penularan HIV melalui transfusi, bank darah
mulai menggunakan tes antigen p24 pada tahun 1995. Setelah kurang lebih 1
tahun skrining, dari 6 juta donor hanya 2 yang positif.26
c. Penularan Hepatitis B dan C
Penggunaan skrining antigen permukaan hepatitis B pada tahun
1975 menyebabkan penurunan infeksi hepatitis B yang ditularkan
melalui transfusi, sehingga saat ini hanya terdapat 10% yang menderita
hepatitis pasca transfusi. Makin meluasnya vaksinasi hepatitis B
diharapkan mampu lebih menurunkan angka penularan virus hepatitis B.
Meskipun penyakit akut timbul pada 35% orang yang terinfeksi, tetapi
hanya 1-10% yang menjadi kronis26
Transmisi infeksi virus hepatitis non-A non-B sangat berkurang
setelah penemuan virus hepatitis C dan dilakukannya skrining anti-HCV.
Risiko penularan hepatitis C melalui transfusi darah adalah 1:103.000
transfusi. Infeksi virus hepatitis C penting karena adanya fakta bahwa
85% yang terinfeksi akan menjadi kronik, 20% menjadi sirosis dan 1-5%
menjadi karsinoma hepatoselular. Mortalitas akibat sirosis dan karsinoma
hepatoselular adalah 14,5% dalam kurun waktu 21-28 tahun. Prevalensi
28
hepatitis B di Indonesia adalah 3-17% dan hepatitis C 3,4% sehingga
perlu dilakukan skrining hepatitis B dan C yang cukup adekuat.27,28
d. Penularan Syphilis
Syphilis dapat menular kepada orang lain selain melalui hubungan
seks yaitu melalui transfusi darah. Penularan sifilis di Kanada telah
berhasil dihilangkan dengan penyeleksian donor yang cukup hati-hati dan
penggunaan tes serologis terhadap penanda sifilis. Indonesia syphilis
dikenal dengan nama penyakit raja singa.29
10 Kontaminasi Darah Donor
a. Kontaminasi Bakteri
Kontaminasi bakteri mempengaruhi 0,4% konsentrat sel darah merah
dan 1-2% konsentrat trombosit. Kontaminasi bakteri pada darah donor dapat
timbul sebagai hasil paparan terhadap bakteri kulit pada saat pengambilan
darah, kontaminasi alat dan manipulasi darah oleh staf bank darah atau staf
rumah sakit pada saat pelaksanaan transfusi atau bakteremia pada donor saat
pengambilan darah yang tidak diketahui.5, 29
Jumlah kontaminasi bakteri meningkat seiring dengan lamanya
penyimpanan sel darah merah atau plasma sebelum transfusi. Penyimpanan
pada suhu kamar meningkatkan pertumbuhan hampir semua bakteri.
Beberapa organisme, seperti Pseudomonas tumbuh pada suhu 2-6°C dan
dapat bertahan hidup atau berproliferasi dalam sel darah merah yang
disimpan, sedangkan Yersinia dapat berproliferasi bila disimpan pada suhu
4°C. Stafilokokus tumbuh dalam kondisi yang lebih hangat dan berproliferasi
dalam konsentrat trombosit pada suhu 20-40°C. Oleh karena itu, risiko
meningkat sesuai dengan lamanya penyimpanan. Gejala klinis akibat
29
kontaminasi bakteri pada sel darah merah timbul pada 1 : 1 juta unit
transfusi. Risiko kematian akibat sepsis bakteri timbul pada 1 : 9 juta unit
transfusi sel darah merah. Di Amerika Serikat selama tahun 1986-1991,
kontaminasi bakteri pada komponen darah sebanyak 16%; 28% di
antaranya berhubungan dengan transfusi sel darah merah. Risiko
kontaminasi bakteri tidak berkurang dengan penggunaan transfusi darah
autolog.28
b. Kontaminasi parasit
kontaminasi parasit dapat timbul hanya jika donor menderita
parasitemia pada saat pengumpulan darah. Kriteria seleksi donor berdasarkan
riwayat bepergian terakhir, tempat tinggal terdahulu, dan daerah endemik,
sangat mengurangi kemungkinan pengumpulan darah dari orang yang
mungkin menularkan malaria, penyakit Chagas atau Leismaniasis. Di Kanada
dan Amerika Serikat penularan penyakit Chagas melalui transfusi sangat
jarang. Sedangkan resiko penularan malaria di Kanada diperkirakan 1 :
400.000 unit konsentrat sel darah merah, di Amerika Serikat 1 : 4 juta unit
darah, sedangkan di Irlandia saat ini tidak ada laporan mengenai penularan
malaria melalui transfusi darah.28,25
30
D. Kerangka Teori
Keterangan :
Variabel Independen
Variabel Dependen
DonorDarah
Pengetahuan
Pengambilan darahdonor
Pemeriksaangolongan darah
Pengelolaandarah
Skrining ataupemeriksaan uji saring
Syarat-syarat teknismenjadi donor darah
Resiko PenularanInfeksi
Syarat-syarat TeknisMenjadi Donor Darah
Indikasi Pemberian Darah danKomponen Darah
Kontaminasi DarahDonor
Sikap KarakteristikSosiodemografi
JenisKelamin
Usia
Agama
Pendidikan
Suku
Keterlibatanorganisasi, dll
TRANSFUSIDARAH
31
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Pada penelitian ini, kerangka konsep mengenai hubungan pengetahuan dan
sikap tentang donor darah dengan riwayat mendonor darah akan diuraikan, dimana
variabel independen pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan karakteristik
sosiodemografi mahasiswa FK Unismuh angkatan 2010, 2011, dan 2012 dan variabel
dependen pada penelitian ini adalah pernah atau tidak pernah mendonorkan darah.
B. Hipotesis
1. Hipotesis Nol (H0)
Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap tentang
donor darah dengan tindakan berdonor darah pada mahasiswa FK Unismuh. Serta
tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik sosisodemografi
32
responden dengan tindakan responden tersebut untuk melakukan suatu transfusi
darah.
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap tentang donor
darah dengan tindakan berdonor darah pada mahasiswa yang pernah mendonorkan
darah ataupun tidak pernah mendonorkan darahya. Serta hal ini juga memiliki
hubungan yang signifikan dengan karakteristik responden baik itu dari jenis
kelamin, usia, maupun suku/asal daerah dengan tindakan berdonor darah
33
BAB 4
METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penentuan lokasi akan dilakukan dalam wilayah
Kotamadya Makassar, di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar dengan penentuan responden terhadap beberapa karakteristik responden
seperti jenis kelamin, usia, maupun suku/asal daerah yang berbeda sehingga
diperoleh persepsi yang beragam antar sampel bergantung dari kategori yang telah
ditentukan.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dengan mengusulkan judul penelitian,
penelusuran daftar pustaka, persiapan proposal penelitian, konsultasi dengan
pembimbing, merancang kuesoner, pelaksanaan penelitian sampai dengan
penyusunan laporan akhir yang dimulai dari pertengahan bulan September tahun
2013 dan diharapkan selesai awal bulan Januari tahun 2014.
B. Metode Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah “Cross sectional study” yaitu dilakukan
dengan cara pengumpulan data sekaligus dalam satu waktu, untuk mengetahui
perbedaan pengetahuan dan sikap tentang donor darah antara mahasiswa yang pernah
mendonorkan darah dan tidak pernah mendonorkan darah yang juga dihubungankan
dengan karakteristik responden seperti jenis kelamin, usia, maupun suku/asal daerah
dengan riwayat mendonorkan darah.
34
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan
karakteristik sosiodemografi mahasiswa FK Unismuh angkatan 2010, 2011, dan
2012 sedangkan variabel tergantungnya adalah pernah atau tidak pernah
mendonorkan darah.
2. Definisi Operasional
a. Mahasiswa FK Unismuh angkatan 2012, 2011, dan 2010
Definisi : Mahasiswa FK Unismuh angkatan 2010, 2011, dan 2012 adalah
seluruh mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan perkuliahan pada tahun
2013 di Fakultas Kedokteran Unismuh.
Cara ukur : Dengan cara mengisi kuesoner berdasarkan jawaban yang
diberikan responden kepada peneliti.
Alat ukur : Kuesoner
Skala pengukuran : Ordinal
Hasil ukur :
a. 2010
b. 2011
c. 2012
b. Jenis kelamin
Definisi : Jenis kelamin adalah jenis kelamin yang diakui oleh responden
yaitu Mahasiswa aktif FK Unismuh angkatan 2010, 2011, dan 2012
Cara ukur : Dengan cara mengisi kuesoner berdasarkan jawaban yang
diberikan responden kepada peneliti.
35
Alat ukur : Kuesoner
Skala pengukuran : Nominal
Hasil ukur :
a. Laki-laki
b. Perempuan
c. Usia
Definisi : Usia adalah usia yang diakui oleh responden yaitu Mahasiswa aktif
FK Unismuh angkatan 2010, 2011, dan 2012
Cara ukur : Dengan cara mengisi kuesoner berdasarkan jawaban yang
diberikan responden kepada peneliti.
Alat ukur : Kuesoner
Skala pengukuran : Rasio
Hasil ukur :
a. < 20
b. 20
c. > 20
d. Suku
Definisi : Suku adalah suku bangsa responden yaitu Mahasiswa aktif FK
Unismuh angkatan 2012, 2011, dan 2010.
Cara ukur : Dengan cara mengisi kuesoner berdasarkan jawaban yang
diberikan responden kepada peneliti.
Alat ukur : Kuesoner
Skala pengukuran : Nominal
Hasil ukur :
a. Bugis
36
b. Makassar
c. Dll
e. Tindakan Berdonor Darah
Definisi : Tindakan mendonorkan darah adalah status aksi donor darah
responden yaitu Mahasiswa aktif FK Unismuh angkatan 2010, 2011, dan
2012
Cara ukur : Dengan cara mengisi kuesoner berdasarkan jawaban yang
diberikan responden kepada peneliti.
Alat ukur : Kuesoner
Skala pengukuran : Nominal
Hasil ukur :
a. Pernah yaitu responden pernah mendonorkan darahnya
b. Tidak pernah yaitu responden yang tidak pernah mendonorkan
darahnya
f. Pengetahuan tentang Donor Darah
Definisi : Apa yang diketahui oleh Mahasiswa FK Unismuh tentang
gambaran ketersediaan darah di UTD PMI Cabang Makassar, golongan darah
mayoritas penduduk Indonesia, pengertian donor darah, pengertian donor
pengganti, volume darah yang diambil sekali donor darah, frekuensi donor
darah, skrining darah donor, pemberian terapi transfusi darah, kegunaan
berdonor darah, serta beberapa mitos-mitos tentang donor darah.
Cara ukur : Dengan cara mengisi kuesoner berdasarkan jawaban yang
diberikan responden kepada peneliti. kuesoner yang diberikan berisi 12,
terdiri dari 2 jenis, yaitu delapan nomor pertanyaan tertutup dengan 3
alternatif jawaban dan empat nomor penyataan dengan alterntif jawaban
37
setuju atau tidak setuju. Tiga alternatif jawaban tersebut terdiri dari dua
jawaban yang salah dan satu jawaban benar. Apabila jawaban responden
benar, akan diberi nilai 1, bila jawaban responden salah diberi nilai 0. Dengan
demikian, skor tertinggi adalah 12.
Alat ukur : Kuesoner
Skala pengukuran : Ordinal
Hasil ukur :
a. Tingkat pengetahuan baik, apabila jawaban responden benar >
75% dari nilai tertinggi, yaitu skor > 9
b. Tingkat pengetahuan cukup, apabila jawaban responden benar
antara 56-75% dari nilai tertinggi, yaitu skor antara 7-9
c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila jawaban responden benar
antara <56% dari nilai tertinggi, yaitu skor <7
g. Sikap tentang Donor Darah
Definisi : Tanggapan ataupun respon Mahasiswa FK Unismuh terhadap
pernyataan hipotesis yang berhubungan dengan donor darah.
Cara ukur : Dengan cara mengisi kuesoner berdasarkan jawaban yang
diberikan responden kepada peneliti. Kuesioner yang diberikan terdiri dari 14
pernyataan hipotesis, 7 pernyataan hipotesis untuk mahasiswa yang pernah
mendonorkan darah dan 7 pernyataan hipotesis untuk mahasiswa yang tidak
pernah mendonorkan darah. Tidak dilakukan skoring pada pernyataan 1 dan
2. Untuk pernyataan 3-7, diberikan 5 alternatif jawaban yaitu : Sangat Setuju
(SS) diberi nilai 4, Setuju (S) diberi nilai 3, Ragu-Ragu (RR) diberi nilai 2,
Tidak Setuju (TS) diberi nilai 1, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 0.
Dengan demikian, jumlah skor tertinggi adalah 20.
38
Alat ukur : Kuesoner
Skala pengukuran : Ordinal
Hasil ukur :
a. Sikap Positif, bila jawaban responden benar ≥ 80% dari nilai
tertinggi, yaitu skor ≥ 16
b. Sikap Negatif, bila jawaban responden benar antara < 80% dari
nilai tertinggi, yaitu skor < 16
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa
kuesoner. Kuesoner ini disusun secara terstruktur dimana responden diminta
untuk memilih jawaban yang paling benar dan sesuai menurut responden.
Kuesoner pada penelitian ini merupakan modifikasi dari kuesoner penelitian
sebelumnya, dan juga disusun sendiri oleh peneliti dimana kuesoner itu juga
dihubungankan dengan karakteristik sosiodemografi reponden, dan bebeapa
pertanyaan untuk menilai pengetahuan dan sikap responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung atau penunjang dari data
primer, khususnya yang memiliki relevansi dengan topik penelitian yang dibahas.
Data sekunder diperoleh dari data berupa jumlah mahasiswa dan absensi
kehadiran mahasiswa di FK Unismuh Makassar.
3. Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan adalah kuesoner, berupa data diri responden
39
dan pertanyaan tentang pengetahuan dan sikap responden tentang donor darah
dengan tindakan berdonor darah
4. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data pada kegiatan penelitian yang dilakukan
meliputi dua tahapan, yaitu :
a. Tahap persiapan
Mempersiapkan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan ini
seperti izin penelitian, koordinasi dengan Universitas Muhammadiyah
Makassar, serta bagian tata usaha yang akan membantu dalam pengumpulan
data sekunder.
b. Tahap pelaksanaan
- Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama satu minggu
- Sampel yang di gunakan semua mahasiswa FK Unismuh yang di pilih
secara acak.
- Mahasiswa yang terpilih sebagai sampel dibagi dalam 3 Angkatan.
- Tiap-tiap Angkatan akan dibagikan kuesoner
- Lakukan penilaian terhadap hasil post test untuk membandingkan tingkat
pengetahuan dan sikap mahasiswa yang dihubungkan dengan
karakteristik sosiodemografi responden.
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif angkatan
2010, 2011, dan 2012 di FK Unismuh. Populasi pada penelitian ini berjumlah 280
orang.
40
2. Perhitungan dan Besar Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari mahasiswa FK Unismuh
angkatan 2012, 2011, dan 2010.
Menurut Notoadmojo (2004) perhitungan jumlah sampel dilakukan
dengan menggunakan rumus:
n ≥ N1 + N (d²)Keterangan :
- n = Jumlah sampel
- N = Besar populasi
- d = Derajat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan = 0,05
Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat
ketepatan relatif adalah sebesar 5%.
Berdasarkan rumus diatas, maka :
n ≥ 2801 + 280 (0,05²)≥ 164.1 ≈ 165 orang
Sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar ± 165 mahasiswa
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Stratified
Proportional Random Sampling. Sampel tersebut didistribusikan merata pada
Mahasiswa FK Unismuh :
- Mahasiswa/i stambuk 2010 : 95/280 x 165 = 58,5 = 55 orang
- Mahasiswa/i stambuk 2011 : 97/280 x 165 = 58,5 = 57 orang
- Mahasiswa/i stambuk 2012 : 93/280 x 165 = 53 orang
41
3. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah hal-hal yang harus ada pada seseorang agar
dapat menjadi responden. Kriteria inklusi penelitian ini adalah:
- Seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar angkatan 2012, 2011, dan 2010
b. Kriterian Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah hal-hal yang tidak boleh ada pada seseorang
yang akan menjadi responden. Kriteria eksklusi harus didasari oleh kriteria
inklusi. Adapun kriteria eksklusi penelitian ini adalah:
- Mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden
- Mahasiswa yang tidak hadir dalam penelitian
- Mahasiswa yang mengisi data kuesioner tidak lengkap
- Mahasiswa yang tidak mengembalikan kuesioner penelitian.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah ada hasil dari pengumpulan data secara
kuesioner. Data yang diperoleh dari setiap sampel akan dimasukkan ke dalam
komputer oleh peneliti. Adapun tahapan pengolahan data yang dilakukan, yaitu:
a. Editing
Editing bertujuan untuk meneliti kembali jawaban. Editing dilakukan di
lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau ketidaksengajaan kesalahan
pengisian dapat segera dilengkapi atau disempurnakan. Editing dilakukan
dengan cara memeriksa kelengkapan data, mamperjelas serta melakukan
42
pengolahan terhadap data yang dikumpulkan.
b. Coding
Coding yaitu memberikan kode angka pada atribut variabel agar lebih
memudahkan dalam analisa data. Coding dilakukan dengan cara
menyederhanakan data yang terkumpul dengan cara memberi kode atau
simbol tertentu.
c. Entry
Entry yaitu kegiatan memasukan data dari hasil kuesioner ke dalam
komputer setelah kuesioner terisi semua dengan menggunakan program
statistik.
d. Cleaning
Cleaning yaitu pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam
komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
Kemudian data disimpan pada proses saving dan terakhir adalah analysis
data dengan program SPSS.
2. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh berupa karakteristik responden, riwayat mendonorkan
darah, pengetahuan dan sikap tentang donor darah akan dianalisis dengan
menggunakan program SPSS (Statistic Package Social Science) 18.0.
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi, baik
variabel bebas, variabel terikat dan karakteristik responden.
b. Analisis Bivariat
Analisi bivariat dilakukan dengan uji chi square untuk mengetahui hubungan
yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat.
43
Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada tingkat signifikan
(nilai p), yaitu :
1) Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis alternatif ditolak.
2) Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis alternatif diterima.
G. Alur Penelitian
Gambar 2.3. Alur Penelitian
H. Etika Penelitian
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada instansi sebagai
permohonan izin untuk melakukan penelitian.
2. Subyek penelitian terlebih dahulu diberikan pengantar tentang prosedur
penelitian dan dimintai persetujuannya.
3. Setiap subyek yang berpartisipasi dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaan
identitasnya, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian
yang akan dilakukan.
Rumusan
masalah
Identifikasi
variabel
Penentuan
subjek/responden
penelitian (populasi
dan sampel)
Kriteria
inklusi
dan
Eksklusi
Pengumpulan
data sampel
Pengolahan
dan analisis
data
Hasil
penelitianKesimpulan
44
BAB V
HASIL
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi yang berada di
negara indonesia yang beribukota di Makassar terletak antara 0°12‟ - 8° Lintang
Selatan dan 116°48‟ - 122°36‟ Bujur Timur, yang berbatasan dengan Provinsi
Sulawesi Barat di sebelah utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di sebelah
timur, batas sebelah barat dan timur masing-masing adalah Selat Makassar dan Laut
Flores.
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tercatat 45.519,24 km2
yang secara
administrasi pemerintahan terbagi menjadi 21 kabupaten dan 3 kota, dengan 304
kecamatan dan 2.953 desa/kelurahan. Terdapat kurang lebih 123 Universitas di
Provinsi Sulawesi Selatan yang tersebar di setiap kabupaten/kota. Satu diantaranya
yang dijadikan sebagai tempat pengambilan sampel penelitian ini adalah Universitas
Muhammadiyah Makassar
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar angkatan 2010, 2011 dan 2012. Variabel yang diteliti
dalam penelitian ini adalah hubungan pengetahuan dan sikap tentang donor darah
dengan tindakan berdonor darah Adapun data yang diperoleh sebagai berikut :
45
1. Analisis Univariat
a. Angkatan
Pada tabel 5.1 menunjukkan distribusi responden berdasarkan kelompok
angkatan
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Angkatan
Angkatan n Persen (%)
2010 55 33,3
2011 57 34,5
2012 53 32,1
Total 165 100,0
Sumber : Kuesioner mahasiwa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar,angkatan 2010, 2011 dan 2012
Pada tabel di atas diketahui distribusi responden berdasarkan
kelompok angkatan 2010 adalah 55 mahasiswa (33,3%), frekuensi angkatan
2011 adalah 57 mahasiswa (34,5%), dan frekuensi angkatan 2012 adalah 53
mahasiswa (32,1 %)
b. Jenis Kelamin
Pada tabel 5.2 menunjukkan distribusi responden berdasarkan kelompok jenis
kelamin.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n Persen (%)
Laki-laki 41 24,8
Perempuan 124 75,2
Total 165 100,0
Sumber : Kuesioner mahasiwa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar,angkatan 2010 dan 2012
46
Pada tabel di atas diketahui distribusi responden berdasarkan
kelompok jenis kelamin laki-laki adalah 41 mahasiswa (24,8%) sedangkan
perempuan adalah 124 mahasiswa (75,2%).
c. Umur
Pada tabel 5.3 menunjukkan distribusi responden berdasarkan kelompok
umur
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Umur n Persen (%)
<20 43 26,1
20 69 41,8
>20 53 32,1
Total 165 100,0
Sumber : Kuesioner mahasiwa fakultas kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar,angkatan 2010, 2011 dan 2012
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa distribusi responden
berdasarkan kelompok umur yang terbanyak adalah pada umur 20 tahun
yaitu sebanyak 69 mahasiswa (41,8%), <20 tahun 43 mahasiswa (26,1%) dan
>20 tahun 32,1%)
d. Berat Badan
Pada tabel 5.4 menunjukkan distribusi responden berdasarkan kelompok berat
badan.
47
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan
Berat Badan (Kg) n Persen (%)
<45 37 22,4
>45 128 77,6
Total 165 100,0
Sumber : Kuesioner mahasiwa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar,angkatan 2010 dan 2012
Pada tabel di atas diketahui distribusi responden berdasarkan
kelompok Berat Badan <45 kg adalah 37 mahasiswa (22,4%) sedangkan >45
kg adalah 128 mahasiswa (77,6%).
e. Suku
Pada tabel 5.5 menunjukkan distribusi responden berdasarkan kelompok suku
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suku
Suku n Persen (%)
Bugis 86 52,1
Makassar 44 26,7
Lain-lain 35 21,2
Total 165 100,0
Sumber : Kuesioner mahasiwa fakultas kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar,angkatan 2010 dan 2012
Pada tabel diatas diketahui distribusi responden berdasarkan
kelompok suku Bugis adalah 86 mahasiswa (52,1%), Makassar adalah 44
mahasiswa (26,7%), dan suku lain-lain adalah 35 mahasiswa (21,2 %).
48
f. Tingkat Pengetahuan
Pada tabel 5.6 menunjukkan distribusi responden berdasarkan tingkat
pengetahuan
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan n Persen (%)
Baik 20 12,1
Cukup 94 57,0
Kurang 51 30,9
Total 165 100,0
Sumber : Kuesioner mahasiwa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar,angkatan 2010, 2011 dan 2012
Pada tabel di atas diketahui distribusi responden berdasarkan tingkat
pengetahuan yang dikategorikan baik adalah sebanyak 20 mahasiswa
(12,1%), cukup 94 mahasiswa (57,0%), dan yang berpengetahuan kurang
adalah 51 mahasiswa (30,9%).
g. Sikap
Pada tabel 5.7 menunjukkan distribusi responden berdasarkan sikap.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap
Sikap n Persen (%)
Positif 119 72,1
Negatif 46 27,9
Total 165 100,0
Sumber : Kuesioner mahasiwa fakultas kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar,angkatan 2010, 2011 dan 2012
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa sikap yang dikategorikan positif
49
memiliki persentase yang lebih besar yaitu 119 mahasiswa (72,1%),
sedangkan sikap kategori negatid sebanyak 46 mahasiswa (27,9%).
h. Status Donor, Motivasi Berdonor, dan Alasan Responden Menolak Berdonor
Darah
Pada Tabel 5.8 menunjukkan distribusi responden berdasarkan kelompok
Status Donor
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Donor
Status Donor n Persen (%)
Pernah 34 20,6
Tidak Pernah 132 79,4
Total 165 100,0
Sumber : Kuesioner mahasiwa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar angkatan 2010, 2011 dan 2012
Pada tabel di atas diketahui distribusi responden berdasarkan
kelompok status donor adalah 34 mahasiswa (20,6%), sedangkan yang tidak
pernah mendonor adalah 131 mahasiswa (79,4%).
Motivasi responden untuk berdonor darah berbeda-beda begitupun
alasan mengapa responden menolak untuk berdonor darah, data lengkap
distribusi frekuensi motivasi responden berdonor darah dan dilihat pada tabel
5.9 dan tabel 5.10 secara berturut-turut.
50
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Motivasi responden Berdonor Darah
Motivasi n Persen (%)
Karena promosi kesehatan publik 2 5,9Tertarik untuk mencoba atau iseng 8 23,5Diwajibkan sebagai anggota suatu organisasi atau instansi 8 23,5Tertarik untuk mendapatkan hasil pemeriksaan darah /skrining darah
4 11,8
Keluarga atau saudara Anda mebutuhkan transfusi darah 5 14,7Karena perasaan iba terhadap pasien 7 20,6
Total 34 100,0
Sumber : Kuesioner mahasiwa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar
angkatan 2010, 2011 dan 2012
Dari tabel 5.9 di atas dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar
responden berdonor darah adalah karena tertarik untuk mencoba atau iseng
dan karena diwajibkan sebagai anggota suatu organisasi atau instansi yaitu
sebanyak 8 mahasiswa (23,5%).
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Alasan Responden Menolak Berdonor Darah
Alasan n Persen (%)
Tidak memiliki kriteria donor 53 40,5Tidak tahu bagaimana menjadi donor 7 5,3Tidak pernah ada anggota keluarga atau teman yangmemerlukan darah
6 4,6
Takut terinfeksi 16 12,2Takut terhadap jarum 16 12,2Takut akan efek samping donor darah 12 9,2Lain-lain 21 16,0
Total 131 100,0
Sumber : Kuesioner mahasiwa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar
angkatan 2010, 2011 dan 2012
51
Dari tabel 5.10 di atas dapat diketahui bahwa frekuensi alasan terbesar
responden belum atau tidak berdonor darah adalah karena tidak memiliki
kriteria berdonor darah yaitu sebanyak 53 mahasiswa (40,5%)
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen. Untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan dan sikap mahasiswa tentang donor darah dengan tindakan berdonor
darah pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.
a. Hubungan jenis kelamin dengan tindakan berdonor darah
Tabel 5.11 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tindakan Berdonor Darah
Jenis Kelamin
STATUS DONOR
TOTAL P
OR
(CI 95%)Pernah Tidak Pernah
N % N % N %
<0.0016,276
(2,771 – 14,212)Laki-Laki 19 46,3 22 53,7 41 100
Perempuan 15 12,1 109 87,9 124 100
TOTAL 34 20,6 131 79,4 165 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah laki-laki yang pernah
berdonor darah sebanyak 19 mahasiswa (46,3%) dan yang tidak pernah berdonor
darah sebanyak 22 mahasiswa (53,7%). Sedangkan jumlah perempuan yang
pernah mendonorkan darahnya adalah sebanyak 15 mahasiswa (12,1%) dan yang
tidak pernah mendonorkan darahnya adalah 109 mahasiswa (87,9%). Adapun
hasil uji statistik Chi square menunjukkan bahwa p = 0,000 (<0,05) Ho ditolak
52
artinya terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tindakan berdonor pada
mahasiswa.
b. Hubungan umur dengan tindakan berdonor darah
Tabel 5.12 Hubungan Umur Dengan Tindakan Berdonor Darah
Umur
STATUS DONORTOTAL
Pernah Tidak Pernah P
n % n % n %
>20 14 26,4 39 73,6 53 100
0.19520 15 21,7 54 78,3 99 100
<20 5 11,6 38 88,4 43 100
TOTAL 34 20,6 131 79,4 165 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa usia >20 tahun yang pernah
berdonor darah sebanyak 14 mahasiswa (26,4%) dan yang tidak pernah berdonor
darah sebanyak 39 mahasiswa (73,6%), usia 20 tahun yang pernah berdonor darah
adalah 15 mahasiswa (21,7%) dan yang tidak pernah berdonor darah adalah 54
mahasiswa (78,3%), sedangkan usia <20 tahun yang pernah berdonor darah
adalah 5 mahasiswa (11,6%) dan yang tidak pernah berdonor darah adalah 38
mahasiswa (88,4%). Adapun hasil uji statistik Chi square menunjukkan bahwa p
= 0,195 (>0,05) sehingga Ho diterima artinya tidak terdapat hubungan antara
umur dengan tindakan berdonor pada mahasiswa.
c. Hubungan suku dengan tindakan berdonor darah
53
Tabel 5.13 Hubungan Suku Dengan Tindakan Berdonor Darah
Suku
STATUS DONORTOTAL
Pernah Tidak Pernah P
n % n % n %
Bugis 18 20,9 68 79,1 86 100
0.993Makassar 9 20,5 35 79,5 44 100
Lain-Lain 7 20,0 28 80,0 35 100
TOTAL 34 20,6 131 79,4 165 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa suku Bugis yang pernah berdonor
darah sebanyak 18 mahasiswa (20,9%) dan yang tidak pernah berdonor darah
sebanyak 68 mahasiswa (79,1%), suku Makassar yang pernah berdonor darah
adalah 15 mahasiswa (21,7%) dan yang tidak pernah berdonor darah adalah 54
mahasiswa (78,3%), sedangkan usia <20 tahun yang pernah berdonor darah
adalah 5 mahasiswa (11,6%) dan yang tidak pernah berdonor darah adalah 38
mahasiswa (88,4%). Adapun hasil uji statistik Chi square menunjukkan bahwa p
= 0,993 (>0,05) sehingga Ho diterima artinya tidak terdapat hubungan antara suku
dengan tindakan berdonor pada mahasiswa.
d. Hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan berdonor darah
Tabel 5.14 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan TindakanBerdonor Darah
Tingkat
Pengetahuan
STATUS DONORTOTAL
Pernah Tidak Pernah P
n % n % n %
Baik 2 10,0 18 90,0 20 100
0.286Cukup 23 24,5 71 75,5 94 100
Kurang 9 17,6 42 82,4 51 100
TOTAL 34 20,6 131 79,4 165 100
54
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang berpengetahuan baik dan
pernah berdonor darah adalah 2 mahasiswa (10,0%) dan yang tidak pernah
berdonor darah sebanyak 18 mahasiswa (90,0%), mahasiswa yang
berpengetahuan cukup dan pernah berdonor darah adalah 23 mahasiswa (24,5%)
dan yang tidak pernah berdonor darah adalah 71 mahasiswa (75,5%), sedangkan
mahasiswa yang berpengetahuan kurang dan pernah berdonor darah adalah 9
mahasiswa (18,4%) dan yang tidak pernah berdonor darah adalah 42 mahasiswa
(82,4%). Adapun hasil uji statistik Chi square menunjukkan bahwa p = 0,286
(>0,05) sehingga Ho diterima artinya tidak terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan tindakan berdonor pada mahasiswa.
e. Hubungan Sikap Dengan Tindakan Berdonor Darah
Tabel 5.15 Hubungan Sikap Dengan Tindakan Berdonor Darah
Sikap
STATUS DONORTOTAL P
OR
(CI 95%)Pernah Tidak Pernah
N % N % N %
0.0018,092
(1.853 -35,330)Positif 32 26.9 87 73.1 119 100
Negatif 13 14.4 74 85.2 46 100
TOTAL 34 20,6 131 79,4 165 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang bersikap Positif dan pernah
berdonor darah adalah 32 mahasiswa (26,9%) dan yang tidak pernah berdonor
darah sebanyak 87 mahasiswa (73,1%), sedangkan mahasiswa yang bersikap
negatif namun pernah berdonor darah adalah 13 mahasiswa (14,4%) dan yang
tidak pernah berdonor darah adalah 74 mahasiswa (85,2%). Adapun hasil uji
55
statistik Chi square menunjukkan bahwa p = 0,006 (<0,05) sehingga Ho ditolak
artinya terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan berdonor pada
mahasiswa.
56
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur
dan suku. Responden dalam penelitian ini berjumlah 165 mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. Responden yang didapat
merupakan mahasiswa aktif di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.
B. Hubungan Jenis Kelamin dengan Tindakan Berdonor Darah
Dilihat dari jenis kelamin, diketahui bahwa responden laki-laki lebih banyak
daripada responden perempuan. Jumlah responden laki-laki yang mendonor adalah 19
dari 41 mahasiswa, sedangkan jumlah responden perempuan yang mendonor hanya 15
dari 124 mahasiswa. Hal ini karena, perempuan biasanya memiliki rasa takut terhadap
jarum suntik ataupun darah, dan ada beberapa keadaan bahwa perempuan tidak dapat
mendonorkan darah yaitu ketika sedang haid, hamil, dan menyusui, selain itu, wanita
banyak menderita anemia sehingga tidak dapat mendonorkan darah.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Janice30 yang menyatakan bahwa
lebih banyak responden laki-laki (59,6%) yang pernah mendonorkan darah dibanding
perempuan. Hal ini dapat terjadi karena banyak wanita yang tidak memenuhi kriteria
berdonor darah baik dari segi berat badan maupun kecenderungan mengalami anemia.
Menurut Mildvan yang dikutip dari Janice30 bahwa perempuan memiliki
kecenderungan 71% mengalami anemia daripada laki-laki. Donor darah bagi penderita
anemia dapat membahayakan kesehatan pendonor.
57
C. Hubungan Umur dengan Tindakan Berdonor Darah
Berdasarkan hasil penelitian, umur responden bervariasi antara 18 – 23 tahun,
dan terdapat satu responden yang berusia 24 dan 27 tahun. Kategori umur responden
ini dibagi menjadi tiga yaitu kurang dari 20 tahun, 20 tahun, dan lebih dari 20 tahun.
Rata-rata usia responden adalah 20 tahun dengan jumlah 69 mahasiswa.
Umur minimum untuk mendonorkan darah adalah 18 tahun dan umur
maksimum untuk mendonorkan darah adalah 60 tahun karena pada umur dibawah 17
tahun tersebut membutukan zat besi yang tinggi sedangkan pengambilan darah pada
umur 60 tahun ke atas berbahaya bagi pendonor karena meningkatnya insiden
penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular pada umur lanjut.21
Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara umur
dengan tindakan berdonor darah responden dimana nilai P > 0,05. Hal ini bisa
disebabkan karena keterbatasan umur responden yang rata-rata berusia 20 tahun. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Asri31, hanya menjelaskan distribusi dari umur
responden dan tidak menjelaskan hubungan antara umur dengan tindakan berdonor
darah.
D. Hubungan Suku dengan Tindakan Berdonor Darah
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden terbanyak bersuku
Bugis yaitu 18 mahasiswa dari total 86 mahasiswa, kemudian suku Makassar 9
mahasiswa dari 44 mahasiswa, dan suku lain 7 mahasiswa dari 35 mahasiswa. Hal ini
karena lebih dari 50% responden adalah suku Bugis. Selain itu sebagian besar
pendonor darah merupakan anggota dari perkumpulan/organisasi biasa mengadakan
donor darah sebagai salah satu kegiatannya.
58
Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara suku atau
asal daerah seseorang dengan tindakan berdonor darah dimana nilai P > 0,05. Hal ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Janice bahwa suku Jawa (62,5%)
dan Melayu (52,6%) cenderung lebih banyak yang berdonor darah. Menurut Steele et
al yang dikutip oleh Janice juga menyatakan bahwa ada hubungan antara suku dan
etnis terhadap kemauan mendonorkan darah. Namun, hal ini tidak dapat
digeneralisasikan karena adanya ketidakseimbangan karakteristik suku responden.
Pada penelitian yang dilakukan Janice juga ditemukan adanya signifikansi antara
karakteristik agama responden dengan status donor darah dengan agama Islam. Hal ini
disebabkan pada penelitian tersebut terdapat beragam status agama responden.
Sehingga, sama halnya dengan suka, bahwa hasil tersebut tidak dapar digeneralisasi.30
E. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Berdonor Darah
Pengetahuan responden dalam penelitian ini dinilai dengan menggunakan
beberapa pertanyaan tentang donor darah. Semua pertanyaan tersebut merupakan
pertanyaan dasar yang penting untuk diketahui oleh responden dan masyarakat guna
meningkatkan pengetahuan yang kemudian menjadi dasar untuk menciptakan perilaku
donor darah terutama donor darah sukarela. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan bersifat langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
Sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki pengetahuan yang
cukup tentang donor darah yaitu 94 mahasiswa (57,0%) atau lebih dari 50% dari
seluruh jumlah responden. Penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Janice30, dimana sebagian besar responden yaitu 39,1% memiliki
pengetahuan yang cukup dan hanya sebagian kecil yang berpengetahuan baik. Sama
59
halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Janice, pada penelitian ini juga kategori
mahasiswa yang berpenegetahuan baik hanya 12,1% bahkan yang pernah berdonor
darah hanya 5,9%. Sehingga berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan
hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan
tindakan berdonor darah pada mahasiswa dengan nilai P <0,05.
Pengetahuan seseorang dalam hal ini responden dipengengaruhi oleh beberapa
hal, terutama dalam hal ini sumber informasi yang diterima, berarti secara kualitas
informasi yang diterima responden tentang donor darah baik dari teman, perkumpulan,
media cetak, media elektronik, petugas kesehatan, dsb belum cukup baik.
Pada kerangka konsep penelitian digambarkan bahwa pengetahuan responden
dipengaruhi oleh karakteristik dan sumber informasi yang diterima oleh responden.
Pengetahuan responden akan mempengaruhi bagaimana sikap responden terhadap
donor darah. Menurut Notoatmodjo17, menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki
seseorang sangat bergantung pada informasi yang diterimanya. Bila informasi yang
diterimanya adalah informasi yang salah maka akan menyebabkan kekeliruan dalam
pengetahuan yang bisa menimbulkan terjadinya salah persepsi. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang sedang, maka
dapat disimpulkan bahwa informasi yang diterima responden mengenai donor darah
sudah benar meskipun sumber informasi responden dikategorikan kurang.
F. Hubungan Sikap dengan Tindakan Berdonor Darah
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari 50% responden
memiliki sikap yang positif mengenai donor darah. Bahkan 32 mahasiswa dari 34
mahasiswa yang mendonor memiliki sikap positif. Hal ini menunjukkan sikap yang
positif dari sebagian besar responden, dan dari sikap baik ini dapat diketahui bahwa
60
sebagian besar responden memiliki kesiapan untuk bertindak. Menurut Notoatmodjo13
tindakan adalah gerakan/perbuatan dari tubuh setelah mendapatkan rangsangan
ataupun adaptasi dari dalam tubuh maupun luar tubuh atau lingkungan. Tindakan
seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana
kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Sehingga, secara logis sikap
akan dicerminkan dalam bentuk tindakan, namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap
dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis.
Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).
Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan baik itu fasilitas ataupun faktor pendukung dari
berbagai pihak. Sikap positif pada responden ini dapat dikarenakan berbagai
kemungkinan, baik itu karakteristik responden, pengetahuan ataupun motivasi
responden itu sendiri. Dalam penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan responden
mengenai donor darah dikategorikan cukup, padahal untuk menentukan sikap yang
utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.13
Sehingga, pengetahuan responden yang cukup belum tentu tidak dapat menciptakan
sikap yang positif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Janice30, dimana sebagian besar
responden yaitu 78,1% memiliki tingkat sikap yang baik terhadap donor darah. Sikap
responden yang positif ternyata memiliki hubungan yang signifikan dengan tindakan
mahasiswa dalam berdonor darah, hal ini dapat dilihat bahwa 94,1% dari total
mahasiswa yang pernah berdonor adalah mahasiswa yang memiliki sikap positif
terhadap donor darah. Terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata
diperlukan faktor pendukung, kondisi yang memungkinkan, atau fasilitas. Sikap positif
61
yang responden miliki harus selalu di dukung agar dapat menjadi suatu tindakan yang
berkesinambungan.
G. Tindakan Donor Darah Responden
Tindakan donor darah responden dalam penelitian ini dilihat berdasarkan
status donor yang dikategorikan menjadi sudah pernah donor darah atau tidak pernah
donor darah. Responden yang tidak pernah donor darah berjumlah 131 mahasiswa
979,4%), sedangkan responden yang pernah donor darah hanya berjumlah 34
mahasiswa (20,6%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak
pernah donor darah. Distribusi responden berdasarkan status donor secara lengkap
terdapat pada tabel 5.1.
Dilihat dari segi pengetahuan responden yang cukup dan sikap responden
yang positif pula, diketahui bahwa seharusnya perilaku donor darah responden juga
baik. Namun, hasil penelitian mengenai status donor darah menunjukkan bahwa
sebagian besar responden justru tidak pernah donor darah. Responden yang pernah
donor darah hanya mencapai 20,6% dari keseluruhan responden yaitu 34 orang dari
165 responden. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tingkat pengetahuan seseorang
cukup, dan sikap seseorang positif, belum tentu perilakunya juga akan baik.
Penelitian di Hongkong menunjukkan bahwa meskipun responden
mengetahui kegunaan donor darah dan juga tahu pentingnya darah untuk keselamatan
jiwa pasien, namun masih tidak diketahui alasan mengapa responden yang tidak
pernah donor darah tidak memiliki keinginan untuk donor darah. Kurangnya informasi
tentang darah dan donor darah menyebabkan banyaknya orang yang tidak mau donor
darah, dan alasan itu yang digunakan oleh orang-orang yang tidak pernah donor untuk
membebaskan mereka dari donor darah.32
62
Perilaku adalah bentuk respon yang sangat bergantung pada karakteristik
maupun faktor internal seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan jenis
kelamin serta faktor eksternal berupa lingkungan, sosial budaya, ekonomi, dan politik
dari orang yang bersangkutan.14 Perilaku juga merupakan fungsi dari niat seseorang
untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatan, dukungan
sosial dari masyarakat sekitar, ada atau tidaknya informasi atau fasilitas kesehatan,
otonomi/keputusan pribadi dan situasi yang memungkinkan.13 Oleh karena itu,
walaupun diberikan stimulus yang sama, namun respon setiap orang dapat berbeda
karena adanya otonomi/keputusan pribadi untuk berperilaku. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa meskipun seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan dan sikap
yang baik, tidak semua orang akan memiliki perilaku yang baik berupa donor darah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di Israel33, dimana dari 400
responden, 100 responden pernah donor darah dan 300 responden tidak pernah donor
darah. Penelitian oleh Marantidou di Yunani34, dari 1600 responden, responden yang
pernah donor hanya 1136 orang. Hal ini menunjukkan masih rendahnya perilaku donor
darah, tidak hanya pada mahasiswa kedokteran, tetapi bahkan di negara lain tingkat
donor darah hanya dilakukan oleh sebagian kecil dari populasi masyarakat yang ada.
Padahal kebutuhan akan darah sudah semakin meningkat. Hasil penelitian ini sedikit
berbeda dengan penelitian di Hong Kong32, dimana dari 3.316 responden, ada sekitar
2.523 (76,1%) merupakan pendonor dan 785 (23,7%) yang bukan merupakan
pendonor. Perbedaan banyaknya jumlah pendonor di setiap negara ini sangat
bergantung pada sistem perekrutan donor darah dan perilaku individu pada negara
tersebut.
Seseorang tentu memiliki alasan untuk mendonorkan darahnya atau
menerapkan perilaku donor darah pada dirinya. Alasan ini menjadi penting karena
63
membuat orang tersebut mempertahankan perilaku donor darahnya. Penelitian di
Hongkong, pendonor melakukan donor darah karena ingin mendapatkan hasil
pemeriksaan darah (53,1%) atau pemeriksaan/medical check-up gratis (47,3%).32
Pemeriksaan darah/medical check-up gratis inilah yang menjadi alasan untuk
responden donor darah, dimana pemeriksaan darah gratis ini akan membantu pendonor
untuk mengetahui mengenai kesehatannya. Alasan lain adalah karena diwajibkan
sebagai anggota organisasi. Kelompok memiliki kekuatan atas individu sehingga mau
tidak mau individu harus mengikuti standar yang telah ditetapkan dalam kelompok35.
Penelitian di Yunani menunjukkan ada tiga alasan utama yang menjadi pendorong
responden untuk donor darah yaitu ketersediaan darah untuk pendonor di kemudian
hari jika dibutuhkan (85,1%), mendapat cuti kerja (40%) misalnya bidang pelayanan
umum di Yunani memberikan cuti kerja bagi orang yang donor darah, dan
pemeriksaan darah gratis (39,9%) (kolesterol, trigliserida, dan lain-lain).34 Alasan
apapun yang menjadi motif seseorang untuk donor darah dapat dibenarkan sejauh
alasan tersebut bertujuan baik bagi perilaku pendonor itu.
Seseorang juga memiliki alasan menolak donor darah. Penelitian di Yunani
menunjukkan alasan responden yang menolak donor darah adalah karena masalah
kesehatan (37,7%), tidak pernah ditawarkan (21,6%), dan tidak ada orang yang
membutuhkan (20,2%) yang jadi alasan utama. Alasan lain adalah karena tidak ada
yang mengingatkan dan menunggu ada orang yang membutuhkan baru akan donor
darah. Hal ini menjadi pemikiran untuk mengusahakan bagaimana mekanisme
pengingat agar orang-orang yang memenuhi syarat untuk donor dan memiliki
keinginan untuk donor dapat diingatkan untuk donor darah. Alasan lain yang membuat
pemuda tidak donor darah adalah takut jarum, takut melihat darah, takut merasa sakit,
takut menjadi anemia, takut lemas, dan takut terinfeksi.34 Penelitian lain juga
64
menunjukkan bahwa takut akan proses pengambilan darah merupakan faktor yang
membuat anak muda di Kanada tidak donor darah.36 Usaha untuk merekrut pendonor
salah satunya adalah dengan menginformasikan kepada masyarakat agar berpikir
realistik.34 Penelitian di Hong Kong, responden menyatakan bahwa hal-hal yang
menjadi penghalang dalam perilaku donor darah seperti takut sakit (45,8%), takut
jarum (34,3%), takut melihat darah (20,3%), terlalu kurus (22,5%), takut menjadi
pusing (15,5%), tidak memiliki waktu untuk donor (21,6%), takut mempengaruhi
kesehatan (14%). Cara untuk mempromosikan donor darah adalah dengan
menghilangkan penghalang menjadi penting. 32
65
BAB VII
KAJIAN ISLAM
A. Transfusi Darah Menurut Islam
Kata transfusi darah berasal dari bahasa Inggris “Blood Transfution” yang
artinya memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan
ditolong. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan jiwa seseorang karena kehabisan
darah. Menurut Asy-Syekh Husnain Muhammad Makhluuf merumuskan definisinya
sebagai berikut :37
حیح إلى المریص لانقاذ حیاتھ بدم الإنسان بنقلھ نقل الدم للعلاج ھو الإ نتفاع من الص
Artinya : “Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia, dengan cara
memindahkannya dari (tubuh) orang yang sehat kepada orang yang
membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya.
Darah yang dibutuhkan untuk keperluan transfusi adakalanya secara langsung
dari donor dan adakalanya melalui Palang Merah Indonesia (PMI) atau Bank Darah.
Darah yang disimpan pada Bank darah sewaktu-waktu dapat digunakan untuk
kepentingan orang yang memerlukan atas saran dan pertimbangan dokter ahli, hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan antara golongan darah donor dan golongan
darah penerimanya.
Oleh karena itu, darah donor dan penerimanya harus dites kecocokannya
sebelum dilakukan transfusi. Adapun jenis-jenis darah yang dimiliki manusia yaitu
golongan AB, A, B, dan O.
66
B. Hukum Transfusi Darah
Menurut hukum Islam pada dasarnya, darah yang dikeluarkan dari tubuh
manusia termasuk najis mutawasithah. Maka darah tersebut hukumnya haram untuk
dimakan dan dimanfaatkan, sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Maidah ayat 3:
Artinya : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan
(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan
anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa
untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ayat di atas pada dasarnya melarang memakan maupun mempergunakan
darah, baik secara langsung ataupun tidak. Akan tetapi apabila darah merupakan satu-
67
satunya jalan untuk menyelamatkan jiwa seseorang yang kehabisan darah, maka
mempergunakan darah dibolehkan dengan jalan transfusi. Bahkan melaksanakan
transfusi darah dianjurkan demi kesehatan jiwa manusia,38 sebagaimana firman Allah
dalam surat al-Maidah ayat 32 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh)
orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan
dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan
manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami
dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara
mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan
dimuka bumi.
Yang demikian itu sesuai pula dengan tujuan syariat Islam, yaitu bahwa
sesungguhnya syariat Islam itu baik dan dasarnya ialah hikmah dan kemaslahatan bagi
umat manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Kemaslahatan yang terkandung dalam mempergunakan darah dalam transfusi
darah adalah untuk menjaga keselamatan jiwa seseorang yang merupakan hajat
manusia dalam keadaan darurat, karena tidak ada bahan lain yang dapat dipergunakan
untuk menyelamatkan jiwanya. Maka, dalam hal ini najis seperti darah pun boleh
68
dipergunakan untuk mempertahankan kehidupan. Misalnya seseorang yang menderita
kekurangan darah karena kecelakaan, maka dalam hal ini diperbolehkan menerima
darah dari orang lain. Hal tersebut sangat dibutuhkan (dihajatkan) untuk menolong
seseorang yang keadaannya darurat, sebagaimana keterangan Qaidah Fiqhiyah yang
berbunyi:
ة. ة كانت أو خاص رورة عام الحاجة تنزل منزلة الض
“Perkara hajat (kebutuhan) menempati posisi darurat (dalam menetapkan
hukum Islam), baik yang bersifat umum maupun yang khusus.”
رورة ولاكراھة مع الحاجة .لاحرام مع الض
“Tidak ada yang haram bila berhadapan dengan keadaan darurat, dan tidak
ada yang makruh bila berhadapan dengan hajat (kebutuhan).”
Maksud yang terkandung dalam kedua Qaidah tersebut menunjukkan bahwa
Islam membolehkan hal-hal yang makruh dan yang haram bila berhadapan dengan
hajat dan darurat. Dengan demikian transfusi darah untuk menyelamatkan seorang
pasien dibolehkan karena hajat dan keadaan darurat.
Kebolehan mempergunakan darah dalam transfusi dapat dipakai sebagai
alasan untuk mempergunakannya kepada yang lain, kecuali apabila ada dalil yang
menunjukkan kebolehannya. Hukum Islam melarang hal yang demikian, karena dalam
hal ini darah hanya dibutuhkan untuk ditransfer kepada pasien yang membutuhkannya
saja, sesuai dengan kaidah Fiqhiyah:
رھا رورة بقدر تعز .ما أبیح للض
“Sesuatu yang dibolehkan karena darurat dibolehkan hanya sekedar
menghilangkan kedharuratan itu.”
69
Memang dalam Islam membolehkan memakan darah binatang bila betul-betul
dalam keadaan darurat, sebagaimana keterangan dalam Q.S al-Maidah ayat 3 yang
berbunyi sebagai berikut :
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging
babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi
Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ayat diatas menunjukkan bahwa bangkai, darah, daging babi dan binatang
yang ketika disembelih disebut nama selain nama Allah, adalah haram dimakan. Akan
tetapi apabila dalam keadaan terpaksa dan tidak melampaui batas, maka boleh
dimakan dan tidak berdosa bagi yang memakannya.
Sesungguhnya Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki
kesukaran dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama. Maka penyimpangan terhadap
hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh nash dalam keadaan terpaksa dapat
dibenarkan, asal tidak melampaui batas. Keadaan keterpaksaan dalam darurat tersebut
bersifat sementara, tidak permanen. Ini hanya berlaku selama dalam keadaan darurat.
C. Hukum Menjual Darah Untuk Kepentingan Transfusi
Jual beli termasuk salah satu sistem ekonomi Islam. Dalam Islam, ekonomi
lebih berorientasi kepada nilai-nilai logika, etika, dan persaudaraan, yang
kehadirannya secara keseluruhan hanyalah untuk mengabdi kepada Allah. Dalam
hadits Jabir yang diriwayatkan dalam kedua kitab shahih, Bukhari dan Muslim. Jabir
berkata yang artinya sebagai berikut :
70
“Rasulullah saw. bersabda, sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya
mengharamkan memperjualbelikan khamar, bangkai, babi dan berhala. (lalu
Rasulullah ditanya para sahabat), bagaimana (orang Yahudi) yang memanfaatkan
minyak bangkai; mereka pergunakan untuk memperbaiki kapal dan mereka gunakan
untuk menyalakan lampu? Rasul menjawab, semoga Allah melaknat orang Yahudi,
diharamkan minyak (lemak) bangkai bagi mereka, mereka memperjualbelikannya dan
memakan (hasil) harganya.”
Hadits Jabir38 ini menjelaskan tentang larangan menjual najis, termasuk
didalamnya menjual darah, karena darah juga termasuk najis sebagaimana yang
dijelaskan oleh surah Al-Maidah ayat 3. Menurut hukum asalnya menjual barang najis
adalah haram. Namun yang disepakati oleh para ulama hanyalah khamar atau arak dan
daging babi. Sedangkan memperjualbelikan barang najis yang bermanfaat bagi
manusia, seperti memperjualbelikan kotoran hewan untuk keperluan pupuk,
dibolehkan dalam Islam (menurut madzhab Hanafi).
Menjual darah untuk kepentingan transfusi diperbolehkan asalkan penjualan
itu terjangkau oleh yang menerima bantuan darah. Karena yang menjual darah atau
donor memerlukan tambahan gizi untuk kembali memulihkan kondisi tubuhnya
sendiri setelah darahnya didonorkan, tentunya untuk memperoleh gizi tambahan
tersebut memerlukan biaya.
Demikian juga apabila darah itu dijual kepada suatu Bank Darah atau
Yayasan tertentu yang bergerak dalam pengumpulan darah dari para donor, ia dapat
meminta bayaran dari yang menerima darah, agar Bank Darah atau yayasan tersebut
dapat menjalankan tugasnya dengan lancar. Dana tersebut dapat dipergunakan untuk
menutupi kebutuhan-kebutuhan dalam tugas oprasional Bank Darah dan Yayasan,
71
termasuk gaji dokter, perawat, biaya peralatan medis dan perlengkapan lainnya. Akan
tetapi bila penjualan darah itu melampaui batas kemampuan pasien untuk tujuan
komersial, jelas haram hukumnya.
72
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian mengenai
hubungan pengetahuan dan sikap tentang donor darah dengan tindakan berdonor darah
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar,
diperoleh hasil :
1. Terdapat hubungan yang signifikasn antara sikap dengan tindakan berdonor darah,
dimana sikap yang positif terhadap donor darah cenderung akan dicerminkan
dalam suatu tindakan berdonor darah.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tindakan
berdonor darah, dimana laki-laki lebih banyak yang pernah berdonor darah
dibanding perempuan.
3. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan,
karakteristik sosiodemografi : umur dan suku terhadap status donor darah.
B. Saran
1. Meningkatkan promosi atau pendidikan kesehatan mengenai donor darah kepada
masyarakat terutama mahasiswa Fakulatas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar guna meningkatkan tindakan berdonor darah pada
mahasiswa.
2. Diharapkan pihak fakultas dapat mengadakan kerjasama dengan pihak Unit
Transfusi Darah Cabang PMI Kota Makassar untuk melakukan kegiatan donor
darah secara rutin guna meningkatkan minat mahasiswa untuk menjadi donor
73
darah sukarela di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih memperluas variabel-variabel
lainnya dalam hal ini karakteristik sosiodemografi responden. Selain itu dapat
pula memperluas cakupan sampel tidak hanya pada kalangan mahasiswa
kedokteran, namun juga fakultas lain ataupun masyarakat luas.
74
DAFTAR PUSTAKA
1. Utami, K wahyu. Sejuta Manfaat Donor Darah. 2012. Available From :
http://health.okezone.com/read/2012/06/21/482/651233/sejuta-manfaat-donor-darah
[Accessed 15 September 2013].
2. HTA Indonesia. Transfusi Komponen Darah: Indikasi dan Skrining. 2003. Available
From :
http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc_download&gid=
261&Itemid=142 [Accessed 15 September 2013].
3. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Pengelolaan Bank Darah Rumah Sakit
(BDRS). Direktorat Bina pelayanan medik dasar. Direktorat Jendral Bina pelayanan
medik. Departeman Kesehatan ri. Jakarta ; 2008.
4. Tim Penyusun. Pedoman Pelayanan Transfusi Darah Modul I. Jakarta : Unit
Tansfusi Darah PMI Pusat. 2001.
5. World Health Organization. The Clinical Use of Blood: Handbook. Geneva : World
Health Organization. 2002. Available from :
http://www.who.int/bct/Main_areas_of_work/Resource_Centre/CUB/English/Handb
ook.pdf. [Accessed 20 September 2013].
6. Aziz AS. Upaya Menghimpun Dan Melestarikan Donor Darah. Jakarta: Buletin
Transfusi Darah No.279/November Tahun ke XXVII UTD-PMI Pusat ; 2000.
7. Astuti WD, Laksono AD. Keamanan Darah di Indonesia Potret Keamanan
Transfusi Darah di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan. 1st ed.
Surabaya. Maret 2013. Yayasan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat. Available
75
from : http://www.pmibali.or.id/transfusi-darah/pengelolahan-darah-dan-servive-
cost-biaya-pengganti-pengelolahan-darah
8. http://www.pmi.or.id/ina/publication/?act=detail&p_id=419 [Accessed 29 September
2013].
9. PMI Sumatera Utara. Pelayanan Penyediaan Darah, Antara Fakta dan Kenyataan.
Medan : PMI Sumut ; 2009.
10. Daniel. Stok Darah PMI Makassar untuk Dua Hari. 2010. Available :
http://www.antara-sulawesiselatan.com/berita/19699/stok-darah-pmi-makassar-
untuk-dua-hari [Accessed 29 September 2013].
11. Daniel. Persediaan Darah PMI Makassar Cukup Dua Hari. 2011. Available from :
http://www.antara-sulawesiselatan.com/berita/24605/persediaan-darah-pmi-
makassar-cukup-dua-hari [Accessed 30 September 2013].
12. Pelaksana P2D2S. Laporan Pengerahan Pelestarian Donor Darah Sukarela
(P2D2S) Tahun 2009. Pontianak: Unit Transfusi Darah Cabang Kota Pontianak ;
2009.
13. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta ; 2003.
14. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta ;
2007.
15. Notoatmodjo, S. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta:
Penerbit Andi Offset ; 1997
16. Notoatmodjo, S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Yogyakarta: PT
Andi Offset. 1993.
17. Notoatmodjo, S. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Rineka Cipta. 2003.
76
18. Universitas Sumatra. Penyuluhan Kesehatan. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter%20II.pdf.
[Accessed 30 September 2013].
19. Miller, R.D, dkk. Blood Component, Colloid and Autotransfusion Therapy. In:
Miller, RD, .Anesthesia Vol. II. New York: Churchill Livingstone, 885—922. 1981.
20. Rodman, GH. Bleeding and Clotting Disorders: Blood Transfusions, Complications
and Component Therapy. In: Rodman, G.H., Text Book of Critical Care.
Philadelphia : WB Saunders Company, 730-2. 1983.
21. Palang Merah Indonesia. Serba Serbi Transfusi Darah. Jakarta : Palang Merah
Indonesia. 2002. http://www.palangmerah.org/pelayanan_transfusi.asp [Accessed 30
September 2013].
22. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Pelayanan Transfusi Darah: Skrining
Untuk Penyakit Infeksi. Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat, Direktorat
Promosi Kesehatan. 2001
23. James, D.C. Blood Transfusion and Notes on Realted Aspects of Blood Clotting and
Heamoglobinopathies. In: James, D.C, Scientific Foundation of Anesthesia. London
:WB Saunders, 375-91. 1981.
24. Landsteiner K, Wiener AS. An Agglutinable Factor in Human Blood Recognized by
Immune Sera for Rhesus Blood. Proc Soc Exp Biol Med 43:223.
25. National Blood Users Group. A Guideline For Transfusion of Red Blood Cells in
Surgical Patients. Irlandia: National Blood Users Group. 2001. Available from :
http://www.doh.ie/pdfdocs/blood.pdf. [Accessed 30 September 2013].
26. Goodnough, dkk. Transfusion Medicine : Blood Transfusion. N Eng J Med 340: 438-
47. 1999.
77
27. Panitia Medik Transfusi RSUP Dr. Soetomo. Pedoman Pelaksanaan Transfusi
Darah dan Komponen Darah. Edisi 3. RSUP Dr. Soetomo-Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. 2001.
28. Zallen G, dkk. Age of Transfused Blood is an Independent Risk Factor for Postinjury
Multiple Organ Failure. Am J Surg 1999;178:570-2.
29. Canadian Medical Association. Guidelines for Red Blood Cell and Plasma
Transfusion for Adults and Children. Can Med Assoc J 1997;156:S1-24.
30. Janice. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Donor Darah dengan Tindakan
Berdonor Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
[Skripsi]. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2009.
31. Budiningsih, Asri. Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Pendonor Sukarela untuk Mendonorkan Darah di UTD-PMI Kota Medan Tahun
2010. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2010.
32. Hong J, Loke AY. Hong Kong Young People’s Blood Donation Behaviour. Asian J
Transfus Sci. 2011 January ; 5 (1) : 49-52
33. Malik MR, dkk. Determinants of Blood Donation Behaviour of General Public in
Pakistan.
34. Marantidou O, dkk. Factors that Motivate and Hinder Blood Donation in Greece.
Transfusion Medicine. 2007;17:443-450
35. Sarwono WS. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers ; 2006.
36. Hupfer ME, dkk. Understanding Canadian Student Motivations and Beliefs about
Giving Blood. Transfusion. 2005 ; 45 : 149162.
37. Mahjudin, Masailul Fiqhiyah. Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa
Kini, Jakarta : Kalam Mulia, 2003, hlm. 89 dalam Husain Muhammad Makhluff,
78
Fataawaa Syariiyah wa-Buhuutsul Islaamiyah, Juz II, (Qairo: Al-Madaniy, 1971),
hlm. 218.
38. Chuzaimah T, dkk. Problematika Hukum Islam Kontemporer. Jakarta : PT. Pustaka
Firdaus, 2002. Cet. 3
1
LAMPIRAN 1 – KUESIONER PENELITIAN
Lembaran Persetujuan Responden
Mahasiswa/i Yth.,
Saya yang bernama Desti Monasari Asshagab, mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar yang untuk selanjutnya disebut sebagai peneliti
hendak melakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. Peneliti memerlukan Mahasiswa/i,
yang selanjutnya disebut sebagai responden, sebagai subjek dalam penelitian. Responden
diminta untuk mengisi angket sesuai petunjuk. Angket tersebut terdiri dari 8 halaman.
Halaman pertama berisi lembaran persetujuan responden, halaman kedua berisi
pertanyaan mengenai karakteristik responden. Halaman 3-4 adalah penilaian pengetahuan
responden tentang donor darah yang terdiri dari 12 pertanyaan. Halaman 5-8 adalah
penilaian terhadap sikap responden tentang donor darah yang terdiri dari 7 pertanyaan.
Nama Respoden tidak akan dicantumkan pada hasil penelitian dan jawaban dari
Responden hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian. Pengisian angket kurang
lebih memakan waktu 15-20 menit.
Jika responden setuju untuk mengisi angket ini, silahkan menandatangani kolom
yang telah tersedia. Peneliti berterima kasih dan sangat menghargai waktu yang telah
diluangkan Responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Makasar,............................. 2013
(..............................................)
TTD
2
Kuesioner Penelitian
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FK UNISMUH
ERHADAP TINDAKAN DONOR DARAH
Nama :
Umur :
Angkatan :
Tanggal Pengisian :
Karakteristik responden
Jenis Kelamin : Pria Wanita
Berat Badan : < 45 kg > 45 kg
Suku : Bugis
Makassar
Buton
Papua
Jawa
Dll, sebutkan : _______________
Status Donor Darah : Pernah Tidak pernah
Terlibat dalam Organisasi : Ya, sebutkan : _______________
Tidak
3
Pengetahuan Mahasiswa Tentang Donor Darah
Pentujuk : Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
PENGETAHUAN UMUM
1. Ketersediaan darah di UTD cabang Makassar…
a. Selalu memenuhi kebutuhan
b. Tidak mencukupi
c. Melebihi kebutuhan
2. Masyarakat Indonesia umumnya ber-Rhesus…
a. Positif
b. Negatif
c. Positif dan negatif
PENGETAHUAN TENTANG DONOR DARAH
3. Menurut Anda apa yang dimaksud dengan donor darah?
a. Memberikan darah untuk orang lain
b. Tindakan pengambilan darah dari tubuh kita untuk di transfusikan kepada orang
lain
c. Merelakan sejumlah darah dari tubuhnya diambil secara medis untuk diberikan
kepada orang lain yang membutuhkan
4. Berapa volume darah yang biasa diambil untuk sekali donor darah?
a. 250 ml
b. 300 ml
c. 350 ml
5. Frekuensi donor darah yang diperbolehkan adalah … kali per tahun karena eritrosit
yang diambil dapat digantikan kembali oleh tubuh setelah … hari
4
a. 1-2 kali, 150 hari
b. 3-4 kali, 120 hari
c. 5-6 kali, 50 hari
6. Skrining yang wajib dilakukan pada donor adalah…
a. Malaria, HIV, Hepatitis A, Hepatitis D
b. HIV, Syphilis, Hepatitis B, Hepatitis C
c. Hanya HIV saja
PENGETAHUAN TERAPI TRANSFUSI DARAH DAN MANFAAT
7. Pemberian terapi transfusi darah yang sesuai adalah…
a. Pemberian darah lengkap pada setiap pasien yang memerlukan transfusi darah
b. Pemberian komponen darah sesuai dengan kebutuhan
c. Pemberian PRC (Packed Red Cell)
8. Dengan menjadi pendonor, Anda akan..
a. Memperoleh imbalan material dan makin banyak teman
b. Merasa lemas dan pusing selama berminggu-minggu
c. Memperoleh keuntungan berupa skrining darah gratis dan dapat menyelamatkan
nyawa orang lain
PENGETAHUAN TENTANG MITOS-MITOS DONOR DARAH
No Pernyataan Setuju Tidak
9. Dengan mendonorkan darah bisa membuat Anda gemuk
10.Seseorang yang mempunyai penyakit diabetes, kolesterol, dantekanan darah tinggi boleh mendonor darah
11.Seorang Vegetarian tidak boleh berdonor darah karena zat besinyakurang
12.Seseorang yang dalam pengobatan atau setelah meminum obatboleh mendonor
5
Sikap Mahasiswa Terhadap Donor Darah
Bila Anda PERNAH mendonorkan darah, lanjutkan halaman 5 angket ini.
Bila Anda TIDAK PERNAH medonorkan darah, lanjutkan ke halaman 7 dari
angket ini.
Petunjuk : Pilihlah salah satu situasi yang paling tepat menggambarkan keadaan
Anda!
1. Motivasi Anda untuk mendonorkan darah pertama kali:
Karena promosi kesehatan publik
Tertarik untuk mendapatkan imbalan
Tertarik untuk mendapatkan apresiasi sosial
Tertarik untuk mencoba / iseng
Tertarik untuk mendapatkan hasil pemeriksaan darah / skrining darah
Diwajibkan sebagai anggota suatu organisasi atau instansi
Keluarga atau saudara anda membutuhkan transfusi darah
Karena perasaan iba terhadap pasien
2. Berapa kali Anda pernah mendonorkan darah?
1 2 3 > 3
Petunjuk :
1. Pilihlah salah satu jawaban dari kolom yang tersedia sesuai dengan penilaian Anda
2. Alternatif jawaban dalam kuesioner ini adalah :
- SS = Sangat Setuju
- S = Setuju
- RR = Ragu-Ragu
- TS = Tidak Setuju
- STS = Sangat Tidak Setuju
6
No Pernyataan SS S RR TS STS
1.
Mendonorkan darah sangat baik karena dapatmembantu orang lain yang memerlukan darah.Alasan :
2.
Mendonorkan darah sebaiknya dilakukan secarasukarela dan rutin.Alasan :
3.
Dengan mendonorkan darah secarah rutin kita dapatmengetahui kondisi kesehatan karena sebelummelakukan donor darah terlebih dahulu dilakukanpemeriksaan kesehatan.Alasan :
4.
Bila terjadi praktik menjual darah demi mencariprofit/ keuntungan, Saya akan menolak untukmendonorkan darah.Alasan :
5.
Saya tidak akan menerima kompensasi berupamateri untuk kerugian waktu ataupunketidaknyamanan (kesakitan fisik) yang sayarasakan ketika mendonorkan darahAlasan :
7
Petunjuk : Pilihlah salah satu situasi yang paling tepat menggambarkan keadaan
Anda!
1. Pernahkah Anda ditawarkan untuk menjadi pendonor darah?
Pernah
Tidak Pernah
2. Alasan Anda menolak/tidak pernah menjadi pendonor darah?
Tidak memiliki kriteria donor
Tidak tahu bagaimana menjadi donor
Tidak pernah ada anggota keluarga atau teman yang memerlukan darah
Tidak peduli
Takut terinfeksi
Takut terhadap jarum
Takut akan efek samping donor darah
Dll, sebutkan : ________________
Petunjuk :
1. Pilihlah salah satu jawaban dari kolom yang tersedia sesuai dengan penilaian Anda
2. Alternatif jawaban dalam kuesioner ini adalah
- SS = Sangat Setuju
- S = Setuju
- RR = Ragu-Ragu
- TS = Tidak Setuju
- STS = Sangat Tidak Setuju
8
No Pernyataan SS S RR TS STS
1.
Saya berencana/memiliki keinginan untukmendonorkan darah.Alasan :
2.
Saya akan mendonorkan darah bila anggota keluargaatau teman saya membutuhkan darah.Alasan :
3.
Saya akan mendonorkan darah kepada orang asingwalaupun tanpa diberi imbalan.Alasan :
4.
Saya peduli terhadap besarnya angka kematian karenaketerlambatan / kurangnya ketersediaan darah.Alasan :
5.
Saya bersedia berpartisipasi/bekerja sama/membantumerekrut donor darah.Alasan :
LAMPIRAN 2 – HASIL UJI SPSS
A. Distribusi Frekuensi dari Karakteristik Umum
Angkatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2010 55 33,3 33,3 33,3
2011 57 34,5 34,5 67,9
2012 53 32,1 32,1 100,0
Total 165 100,0 100,0
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid >20 53 32,1 32,1 32,1
20 69 41,8 41,8 73,9
<20 43 26,1 26,1 100,0
Total 165 100,0 100,0
BB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid >45 128 77,6 77,6 77,6
<45 37 22,4 22,4 100,0
Total 165 100,0 100,0
JK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 41 24,8 24,8 24,8
Perempuan 124 75,2 75,2 100,0
Total 165 100,0 100,0
Suku
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid Bugis 86 52,1 52,1 52,1
Makassar 44 26,7 26,7 78,8
Dll 35 21,2 21,2 100,0
Total 165 100,0 100,0
Pengetahuan
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid Baik 20 12,1 12,1 12,1
Cukup 94 57,0 57,0 69,1
Kurang 51 30,9 30,9 100,0
Total 165 100,0 100,0
Sikap
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid Positif 119 72,1 72,1 72,1
Negatif 46 27,9 27,9 100,0
Total 165 100,0 100,0
Pernah
Frequency PercentValid
PercentCumulative
Percent
Valid Karena promosikesehatan publik
2 5,9 5,9 5,9
Tertarik untukmencoba / iseng
8 23,5 23,5 29,4
Tertarik untukmendapatkan hasilpemeriksaan darah /skrining darah
8 23,5 23,5 52,9
Diwajibakan sebagaianggota suatuorganisasi atau instansi
4 11,8 11,8 64,7
Keluarga atau saudaraanda membutuhkantransfusi darah
5 14,7 14,7 79,4
Karena perasaan ibaterhadap pasien
7 20,6 20,6 100,0
Total 34 100,0 100,0
TidakPernah
Frequency PercentValid
PercentCumulative
Percent
Valid Tidak memiliki kriteriadonor
53 40,5 40,5 40,5
Tidak tahu bagaimanamenjadi donor
7 5,3 5,3 45,8
Tidak pernah adaanggota keluarga atauteman yangmemerlukan darah
6 4,6 4,6 50,4
Takut terinfeksi 16 12,2 12,2 62,6
Takut terhadap jarum 16 12,2 12,2 74,8
Takut akan efeksamping donor darah
12 9,2 9,2 84,0
Dll 21 16,0 16,0 100,0
Total 131 100,0 100,0
B. CROSSTAB
JK * StatusDonor Crosstabulation
StatusDonor
TotalPernah Tidak Pernah
JK Laki-laki Count 19 22 41
Expected Count 8,4 32,6 41,0
% within JK 46,3% 53,7% 100,0%
% within StatusDonor 55,9% 16,8% 24,8%
% of Total 11,5% 13,3% 24,8%
Perempuan Count 15 109 124
Expected Count 25,6 98,4 124,0
% within JK 12,1% 87,9% 100,0%
% within StatusDonor 44,1% 83,2% 75,2%
% of Total 9,1% 66,1% 75,2%
Total Count 34 131 165
Expected Count 34,0 131,0 165,0
% within JK 20,6% 79,4% 100,0%
% within StatusDonor 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 20,6% 79,4% 100,0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig. (2-
sided)Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 22,086a 1 ,000Continuity Correctionb 20,043 1 ,000
Likelihood Ratio 19,775 1 ,000Fisher's Exact Test ,000 ,000N of Valid Cases 165
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,45.b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for JK (Laki-laki /
Perempuan)
6,276 2,771 14,212
For cohort StatusDonor = Pernah 3,831 2,150 6,826
For cohort StatusDonor = Tidak
Pernah
,610 ,456 ,817
N of Valid Cases 165
Umur * StatusDonor Crosstabulation
StatusDonor
TotalPernah Tidak Pernah
Umur >20 Count 14 39 53
Expected Count 10,9 42,1 53,0
% within Umur 26,4% 73,6% 100,0%
% within StatusDonor 41,2% 29,8% 32,1%
% of Total 8,5% 23,6% 32,1%
20 Count 15 54 69
Expected Count 14,2 54,8 69,0
% within Umur 21,7% 78,3% 100,0%
% within StatusDonor 44,1% 41,2% 41,8%
% of Total 9,1% 32,7% 41,8%
<20 Count 5 38 43
Expected Count 8,9 34,1 43,0
% within Umur 11,6% 88,4% 100,0%
% within StatusDonor 14,7% 29,0% 26,1%
% of Total 3,0% 23,0% 26,1%
Total Count 34 131 165
Expected Count 34,0 131,0 165,0
% within Umur 20,6% 79,4% 100,0%
% within StatusDonor 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 20,6% 79,4% 100,0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3,266a 2 ,195Likelihood Ratio 3,501 2 ,174N of Valid Cases 165
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is8,86.
Suku * StatusDonor Crosstabulation
StatusDonor
TotalPernah Tidak Pernah
Suku Bugis Count 18 68 86
Expected Count 17,7 68,3 86,0
% within Suku 20,9% 79,1% 100,0%
% within StatusDonor 52,9% 51,9% 52,1%
% of Total 10,9% 41,2% 52,1%
Makassar Count 9 35 44
Expected Count 9,1 34,9 44,0
% within Suku 20,5% 79,5% 100,0%
% within StatusDonor 26,5% 26,7% 26,7%
% of Total 5,5% 21,2% 26,7%
Dll Count 7 28 35
Expected Count 7,2 27,8 35,0
% within Suku 20,0% 80,0% 100,0%
% within StatusDonor 20,6% 21,4% 21,2%
% of Total 4,2% 17,0% 21,2%
Total Count 34 131 165
Expected Count 34,0 131,0 165,0
% within Suku 20,6% 79,4% 100,0%
% within StatusDonor 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 20,6% 79,4% 100,0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square ,014a 2 ,993Likelihood Ratio ,014 2 ,993N of Valid Cases 165
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is7,21.
Pengetahuan * StatusDonor Crosstabulation
StatusDonor
TotalPernah Tidak Pernah
Pengetahuan Baik Count 2 18 20
Expected Count 4,1 15,9 20,0
% within Pengetahuan 10,0% 90,0% 100,0%
% within StatusDonor 5,9% 13,7% 12,1%
% of Total 1,2% 10,9% 12,1%
Cukup Count 23 71 94
Expected Count 19,4 74,6 94,0
% within Pengetahuan 24,5% 75,5% 100,0%
% within StatusDonor 67,6% 54,2% 57,0%
% of Total 13,9% 43,0% 57,0%
Kurang Count 9 42 51
Expected Count 10,5 40,5 51,0
% within Pengetahuan 17,6% 82,4% 100,0%
% within StatusDonor 26,5% 32,1% 30,9%
% of Total 5,5% 25,5% 30,9%
Total Count 34 131 165
Expected Count 34,0 131,0 165,0
% within Pengetahuan 20,6% 79,4% 100,0%
% within StatusDonor 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 20,6% 79,4% 100,0%
Chi-Square Tests
Value DfAsymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square
2,505a 2 ,286
Likelihood Ratio 2,726 2 ,256N of Valid Cases 165
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is 4,12.
Sikap * StatusDonor Crosstabulation
StatusDonor
TotalPernah Tidak Pernah
Sikap Positif Count 32 87 119
Expected Count 24,5 94,5 119,0
% within Sikap 26,9% 73,1% 100,0%
% within StatusDonor 94,1% 66,4% 72,1%
% of Total 19,4% 52,7% 72,1%
Negatif Count 2 44 46
Expected Count 9,5 36,5 46,0
% within Sikap 4,3% 95,7% 100,0%
% within StatusDonor 5,9% 33,6% 27,9%
% of Total 1,2% 26,7% 27,9%Total Count 34 131 165
Expected Count 34,0 131,0 165,0
% within Sikap 20,6% 79,4% 100,0%
% within StatusDonor 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 20,6% 79,4% 100,0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Pearson Chi-Square 10,305a 1 ,001ContinuityCorrectionb
8,973 1 ,003
Likelihood Ratio 12,858 1 ,000Fisher's Exact Test ,001 ,001N of Valid Cases 165
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,48.b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% ConfidenceInterval
Lower Upper
Odds Ratio for Sikap(Positif / Negatif)
8,092 1,853 35,330
For cohortStatusDonor = Pernah
6,185 1,544 24,768
For cohortStatusDonor = Tidak
Pernah
,764 ,674 ,866
N of Valid Cases 165