S KR I PS I
EFEKTIFITAS POSISI HIGH FOWLER (90o) DAN SEMI FOWLER (45o)
DENGAN KOMBINASI PURSED LIPS BREATHING TERHADAP
PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
DI RSUD CARUBAN
Oleh :
EKA FITRI ANDANI
201402071
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
ii
S KR I PS I
EFEKTIFITAS POSISI HIGH FOWLER (90o) DAN SEMI FOWLER (45o)
DENGAN KOMBINASI PURSED LIPS BREATHINGTERHADAP
PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN PENYAKIT
PARU OBSTRUKTIF KRONIK
DI RSUD CARUBAN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
EKA FITRI ANDANI
201402071
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
iii
iv
v
QUOTES
“ORANG LAIN TAKAN PEDULI DENGAN APA YANG KAMU KEJAR, BISA JADI ORANG LAIN MENGINGINKANMU
TETAP JADI ORANG KECIL, SEBAB MEREKA TAKUT KALAH SAING. TAPI YAKINLAH, KELUARGAMU ADALAH
PENDORONG TERCAPAINYA MASA DEPANMU, IA FASILITASI SEGALA HAL YANG KAMU BUTUH. HINGGA KAMU
MENJADI ORANG YANG DIBUTUH. HARAPKU, JIKA NANTI KAMU TERJATUH, JANGAN SESEKALI MENGELUH,
TETAPLAH MENJADI PRIBADI YANG UTUH”
“ Jangan pernah berfikir negatif tentang hidup ini, sesulit apapun
masalahmu dan seberat apapun bebanmu kamu tak akan
sendirian selagi mau berbagi”
“Mulailah dengan Bismillah kerjakan dengan iklas ahiri dengan Hamdalah, insyaAllah segala urusanmu akan dipermudah”
vi
Kata Persembahan
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan Yang Maha Esa dan
Maha Adil nan Penyayang, atas takdirmu telah jadikan aku manusia yang
senangtiasa berpikir, berilmu, beriman, dan bersabar dalam menjalani kehidupan
ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih
cita-cita besarku.
Ku persembahakan karya kecil ini yang berbalut peluh keringatmu. Mamah dan
Ayah, saya tidak bisa mulai menggambarkan betapa beruntungnya saya memiliki
orang tua yang menakjubkan dalam hidup saya. melihat cinta sejati melalui Anda
berdua membuat hatiku bahagia. Mamah selama saya ingat, Anda selalu berada
di sisi saya, untuk memberi saya dukungan, kepercayaan diri, dan bantuan. Anda
selalu orang yang saya cari, sangat kuat, sangat sensitif, sangat cantik ,
memberikan stabilitas dalam keluarga, penuh tawa, penuh air mata, penuh cinta,
dan masih hari ini, Anda adalah segalanya seorang ibu yang seharusnya. apa pun
yang saya miliki adalah karena Anda. Ayah tidak ada yang bisa saya bayar untuk
apa yang telah Anda lakukan kepada saya. tidak ada yang bisa menggantikan
Anda. tidak ada cara untuk menyesal menjadi anakmu. tidak ada imajinasi apa
yang aku inginkan tanpa dirimu. Maaf membuatmu sedih dan kecewa. aku minta
maaf bahwa aku selalu membelanjakan uangmu. Saya sangat menyesal bahwa
saya marah setiap kali Anda tidak membiarkan saya melakukan sesuatu yang
saya inginkan. saya sangat menyesal atas semua yang saya tidak ingat satu per
satu. pada akhirnya, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih dan maaf. aku
punya satu janji untukmu, aku akan membuatmu bangga suatu hari nanti.
Adek laki-laki saya Jouvan Dira Al-Ihram terima kasih membuat hari saya lebih
berwarna dengan tak pernah akur setiap bersama, semoga setiap langkahmu
lebih bermakna.
8 Tahun kebaikan kalian slalu membuat saya mengerti bahwa kebaikan adalah
yang utama. Terima kasih Bapak Agus dan Ibuk Susilo serta abang terbaik mas
iar yang suka ngajakakin maen dan njajain. Love you fams
Kadang saya merasa tidak punya siapa-siapa, ada orang yang saya ajak bicara
dan bergaul bahkan beberapa saya panggil teman terbaik. Tidak peduli berapa
banyak teman yang saya miliki,seberapa banyak saya berbicara dengan mereka
atau mengahabiskan waktu bersama mereka. Akan slalu tak tergantikan dirimu
sahabatku Siti Khasanah & Laelia Ema Angraini
vii
Untuk temanku Dina Putri Ardianti terimakasih atas langkah yang kamu temani
saat pembuatan skripsi ini, semoga kita bisa saling menemani sampai Altar
Pelaminan. Findy Nur Isa, , Tri Wulandari, Yona Hevi Seiyudha, Alvionita
kalian segalanya yang membantuku dalam mengerjakan skripsi ini dan tanpa
kalian tidak akan sampai pada titik ini, Rizky Dwi Oktaviani dan Eko Winarno
makasih untuk pertemanannya dan untuk anak keperawatan A-B terimakasih
untuk 4 tahun telah menemaniku.
Ketika saya menjengkelkan dan merasa tidak diinginkan, ketika mereka
menghela nafas dan tampak tidak peduli sama sekali, saat itu seseorang yang
bersedia meluangkan waktunya dan sering membantu saya. Dan untuk pertama
kali merasa nyaman seperti diperlakukan sebagai adek perempuan. Terima kasih
memberi peluang merasakan memiliki seorang kakak laki-laki sepertimu mas
Bagus Aji S.
Buat ibuk kos, terima kasih telah menjaga diriku slama ini. Terima kasih juga
buat anak kos yang ter’coks banget. And the last, makasih buat mbak rani yang
overload kalau ngomelin buat ngerjain skripsi dan yang sudah bikin skripsi saya
jadi rapi ( because di edittin ha ha ha).
Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat kupersembahkan
kepada kalian semua.
Beribu-ribu maaf tercurahkan, skripsi ini kupersembahkan
viii
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Eka Fitri Andani
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Pacitan, 04 ,Mei 1995
Agama : Islam
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. Lulus dari Sekolah Dasar Negeri Jetis Lor 3 Nawangan, Pacitan Tahun
2006/2007
2. Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Nawangan, Pacitan Tahun
2009/2010
3. Lulus dari Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kesehatan LPK ”Prima Husada”
Madiun Tahun 2010/2011
4. Lulus dari Madrasah Aliyah Negeri 1 Madiun Tahun 2013/2014
5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun 2014- sekarang
x
Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Mulia Madiun
ABSTRAK
Eka Fitri Andani
EFEKTIFITAS POSISI HIGH FOWLER (90o) DAN SEMI FOWLER (45o)
DENGAN KOMBINASI PURSED LIPS BREATHING TERHADAP
PENINGKATAN STURASI OKSIGEN PADA PASIEN PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK
108 halaman + 14 tabel + 3 gambar + 19 lampiran
PPOK merupakan suatu penyakit kronik dan merupakan gabungan dari
Emfisiema, Bronkitis kronis, asma yang ditandai dengan batuk, dispnea,
obstruktif saluran nafas. Angka kejadian penyakit PPOK tinggi, sudah menjadi
masalah kesehatan jutaan orang didunia. Adapun tindakan yang dapat diberikan
untuk meningkatkan saturasi oksigen yang mengalami sesak nafas yaitu dengan
pemberian posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o) dengan kombinasi
pursed lips breathing memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada
mengembang penuh sehingga peningkatan saturasi oksigen terkontrol dan
meningkatkan tekanan jalan nafas selama ekspirasi. Tujuan penelitian ini untuk
mengidentifikasi nilai saturasi oksigen sebelum dan sesudah posisi high fowler
(90o) dan semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing di RSUD
Caruban Kabupaten Madiun.
Sampel dalam penelitian di ambil dengan teknik purposive sampling
dimana metode peeitian yang digunakan kuantitatif dengan penelitian Quasy
eksperimental dengan non Equavalent Control Group Design. Pengumpulan data
menggunakan studi lembar observasi dengan alat pulse oxymetry. Analisa data
mengunakan perhitungan statistic spss.16.0 dengan uji Wilcoxon dan mann-
Whitney U test dengan α (0.05).
Hasil menunjukkan bahwa nilai saturasi oksigen sebelum dan sesudah
pada posisi high fowler (90o) dengan kombiasi PLB menunjukkan nilai rata-rata
pretest 91.93-posttest 99.87. Untuk nilai saturasi oksigen pada posisi semi fowler
(45o) dengan kombinasi PLB pretest 91.06-posttest 97.68. Ada pengaruh diantara
kedua tindakan posisi dengan kombinasi PLB. Akan tetapi lebih efektif posisi
high fowler (90) dengan kombinasi PLB untuk meningkatkan saturasi oksigen
dengan ρ-value (0.000) < α (0.05).
Ada efektifitas antara posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o)
dengan kombinasi Pursed lips breathing yang diberikan pada penderita PPOK di
RSUD Caruba Kabupaten Madiun, namun high fowler (90o) lebih efektif dalam
meningkatkan saturasi oksigen.
Kata kunci: PPOK, Posisi High Fowler (90o), Semi Fowler (45o), Pursed Lips
Breathing, Saturasi Oksigen
xi
Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Mulia Madiun
ABSTRACT
Eka Fitri Andani
THE EFFECTIVENESS OF HIGH FOWLER POSITION (900) AND SEMI
FOWLER (450) WITH PURSED LIPS BREATHING COMBINATION ON
THE INCREASING OXYGEN SATURATION OF CHRONIC
OBSTRUCTIVE LUNG DISEASE PATIENTS
108 Pages + 14 Tables + 3 Figures + 19 Appendices
COLD is a chronic disease and a combination of Emfisiema, chronic
bronchitis, asthma which is characterized by coughing, dyspnea, obstructive
airway. The incidence of high COLD has become a health problem for millions of
people in the world. The actions that given to increase the oxygen saturation that
come through the shortness of breath by giving the pursed lips breathing high
fowler is (90o) and semi fowler is (45o) position allowing the abdomen to lift
slowly and the chest to expand fully so that the oxygen increased saturation is
controlled and increases the road pressure breath during expiration. The aim of
this study was to identify oxygen saturation values before and after high fowler is
(90o) and semi fowler is (45o) positions with pursed lips breathing combination in
Caruban Hospital of Madiun District.
The sample of the study was taken by purposive sampling technique where
the research method used quantitative of experimental Quasy research with Non
Equivalent Control Group Design. The data collection used observation sheet
study with pulse oxymetry tools. The data analysis is using statistical calculations
in Spss.16.0 with Wilcoxon and Mann-Whitney U tests with α (0.05).
The results showed that the oxygen saturation value before and after the
high fowler position is (90o) with the PLB combination showed an average of the
pretest score is 91.93-posttest is 99.87. For oxygen saturation value in semi-
fowler position is (45o) with a combination of PLB pretest is 91.06-posttest is
97.68. There is an effect between the two position actions with a combination of
PLB. However, it is more effective of the high fowler position (90o) with PLB
combination to increase oxygen saturation with ρ-value (0.000) <α (0.05).
There is an effectiveness between high fowler (90o) and semi fowler (45o)
positions with Pursed lips breathing combination that given to COLD patients in
Caruban Hospital of Madiun District, but the high Fowler (90o) is more effective
on increasing oxygen saturation.
Keywords: COLD, High Fowler Position (90o), Semi-Fowler (45o), Pursed Lips
Breathing, Oxygen Saturation
xii
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................... i
Sampul Dalam ..................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv
Quotes ................................................................................................................. v
Persembahan ....................................................................................................... vi
Halaman Pernyataan .......................................................................................... viii
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... ix
Abstrak ............................................................................................................... x
Abstract .............................................................................................................. xi
Daftar Isi.............................................................................................................. xii
Daftar Tabel ........................................................................................................ xiv
Daftar Gambar ..................................................................................................... xv
Daftar Lampiran .................................................................................................. xvi
Daftar Istilah........................................................................................................ xvii
Daftar Singkatan..................................................................................................xviii
Kata Pengantar .................................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Teori ..................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................ 6
1.5 Keaslian Penelitian ..................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Paru Obstruktif ................................................ 10
2.1.1 Pengertian PPOK ............................................................... 10
2.1.2 Klasifikasi PPOK ............................................................... 11
2.1.3 Etiologi PPOK.................................................................... 12
2.1.4 Patofisiologi PPOK ............................................................ 15
2.1.5 Derajat PPOK ..................................................................... 16
2.1.6 Manisfestasi Klinis ............................................................. 16
2.1.7 Komplikasi PPOK .............................................................. 17
2.1.8 Penatalaksanaan PPOK ...................................................... 18
2.2 Konsep Sistem Pernafasan ......................................................... 24
2.2.1 Sistem Pernafasan .............................................................. 24
2.2.2 Pengertian Pernafasan ........................................................ 24
2.2.3 Perubahan Pola Nafas ........................................................ 26
2.2.4 Keefektifan Pola Nafas ...................................................... 27
2.3 Konsep Posisi High Fowler ......................................................... 29
2.3.1 Definisi Posisi High Fowler ............................................... 29
2.3.2 Tujuan dan Mekanisme High Fowler ................................ 29
2.3.3 Prosedur ............................................................................ 29
xiii
2.4 Konsep Posisi Semi Fowler ......................................................... 30
2.4.1 Pengertian Posisi Semi Fowler ........................................... 30
2.4.2 Tujuan Posisi Semi Folwer ................................................ 31
2.4.3 Prosedur ............................................................................ 31
2.5 Konsep Pursed Lips Breathing .................................................... 32
2.5.1 Pengetian Pursed Lips Breathing ....................................... 32
2.5.2 Tujuan Pursed Lips Breathing ........................................... 34
2.5.3 Prosedur ............................................................................. 35
2.6 Konsep Saturasi Oksigen ............................................................. 35
2.6.1 Pengertian Oksigen ............................................................ 35
2.6.2 Pengertian Saturasi Oksigen ............................................. 36
2.6.3 Tujuan ............................................................................... 36
2.6.4 Prosedur ............................................................................ 37
2.7 Kerangka Teori ........................................................................... 38
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PEELITIAN
3.1 Kerangka Teori ............................................................................ 39
3.2 Hipotesis ...................................................................................... 40
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 41
4.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 42
4.2.1 Populasi .............................................................................. 42
4.2.2 Sampel Penelitian ............................................................... 42
4.3 Teknik Sampling ......................................................................... 45
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 45
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .............. 47
4.5.1 Identitas Variabel ............................................................... 47
4.5.2 Definisi Opeasional Variabel ............................................. 47
4.6 Intrumen Penelitian ..................................................................... 49
4.7 Lokasi Waktu............................................................................... 49
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 49
4.9 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ................................ 50
4.9.1 Pengolahan Data ................................................................ 50
4.9.2 Analisa Data ....................................................................... 52
4.10 Etika Penelitian ........................................................................... 54
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian ............................................... 57
5.2 Hasil Penelitian ........................................................................... 58
5.2.1 Data Umum ....................................................................... 58
5.2.2 Data Khusus ....................................................................... 60
5.3 Pembahasan ................................................................................ 64
5.4 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 69
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................ 70
6.2 Saran ........................................................................................... 71
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 73
Lampiran ............................................................................................................ 76
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ........................................................... 8
Tabel 2.1 Derajat PPOK .................................................................. 16
Tabel 4.1 Skema atau Rancangan Penelitian .................................... 42
Tabel 4.2 Definisi Operasional ......................................................... 48
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan umur ....................... 58
Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin .......... 58
Tabel 5.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ............. 59
Tabel 5.4 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ............... 59
Tabel 5.5 Hasil nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit
paru obstruktif ................................................................... 60
Tabel 5.6 Hasil perubahan nilai saturasi oksigen .............................. 61
Tabel 5.7 Hasil nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit
paru obstruktif. .................................................................. 61
Tabel 5.8 Hasil perubahan nilai saturasi oksigen .............................. 62
Tabel 5.9 Hasil uji pengaruh nilai saturasi oksigen posisi
high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi
pursed lips breathing. ....................................................... 62
Tabel 5.10 Hasil perbandingan keefektifitassan posisi
high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi
pursed lips breathing ......................................................... 63
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halamam
Gambar 2.2 Kerangka Teori ............................................................... 38
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................... 39
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian .............................................. 46
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Surat Izin Pencarian Data Awal ............................ 76
Lampiran 2 Persetujuan Izin Penelitian RSUD Caruban ............................... 80
Lampiran 3 Surat Ijin Selesai Penelitian ........................................................ 81
Lampiran 4 Lembar Penjelasan Penelitian ..................................................... 82
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................................... 83
Lampiran 6 Lembar SOP Posisi High Fowler (90) ....................................... 84
Lampiran 7 Lembar SOP Posisi Semi Fowler (45) ...................................... 86
Lampiran 8 Lembar SOP Pursed Lips Breathing .......................................... 88
Lampiran 9 Lembar SOP Saturasi Oksigen ................................................... 89
Lampiran 10 Lembar Observasi ....................................................................... 90
Lampiran 11 Hasil Observasi ............................................................................ 91
Lampiran 12 Tabulasi Data Responden ............................................................ 92
Lampiran 13 Distribusi Frekuensi..................................................................... 94
Lampiran 14 Uji normalitas .............................................................................. 96
Lampiran 15 Uji Wilcoxon .............................................................................. 99
Lampiran 16 Uji Mann-Whitney tes ................................................................. 101
Lampiran 17 Dokumentasi ............................................................................... 103
Lampiran 18 Jadwal Penyusunan Skripsi ........................................................ 105
Lampiran 19 Lembar Konsultasi Bimbingan ................................................... 106
xvii
DAFTAR ISTILAH
Air trapping : udara terperangkap dalam alveoli
Aktiviti : Aktifitas
Annonymity : Tanpa nama
Coding : Pengkodean
Composmentis : kesadaran Penuh
Contidentiality : Kerahasiaan
Delivery : Mengirim
Drop out : Keluar
Dyspnea : kondisi sesak
Editing : Penyuntingan Data
Eksaserbasi : perburukan progresif dari sesak, batuk, wheezing,
dada terasa berat atau kombinasi
Ekshalansi : mendorong keluar udara dari paru
Ekspansi : upaya untuk menjadi lebih besar atau lebih luas
Elastic Recoil : kecenderungan untuk kembali ke posisi/bentuk
semula setelah teregang
Forced expiratory maneuver : ekspirasi paksa
Heterogen : terdiri atas berbagai unsur yang berbeda sifat atau
berlainan jenis
High fowler : posisi tidur dengan ketiggian kepala 60-90o
Inform Consent : Lembar Persetujuan
Intervensi : tindakan keperawatan
Kolaps : penimbunan udara atau gas di dalam rongga pleura
Malaise : gejala penyakit yang umum
Pursed lips braething : latihan pernafasan yang dihirup melalui hidung dan
dikeluakan melalui mulut
Reinforcement : suatu rangsangan yang diberikan untuk
memperkuat kemungkinan munculnya suatu
perilaku yang baik sehingga respons menjadi
meningkat karena diikuti dengan stimulus yang
mendukung
Scoring : penilaian
Semi fowler : posisi tidur dengan kepala ditinggikan 15-45
Tabulating : tabel data
Takipnea : penafasan cepat dan dangkal
Tripsin : enzim pencernaan
Variable Dependen : Variabel bebas
Variable Independen : Variabel terikat
xviii
DAFTAR SINGKATAN
EKG : Elektrokardiogram
FEV1 : Forced Expired Volume in one second
FEV2/ FVC : Forced Vital Capacity
ICU : intensive care unit
PH : Potential of Hydrogen
PLB : Pursed Lips Breathing
PPOK : Penyakit Paru Obstruktif Paru
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SATS : Site Acceptance Test
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
VEP/ KVP : Kapasitas Vital Paksa
VEP1 : Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama
WHO : World Health Organization
ΔP : Tekanan Uap
xix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Posisi High Fowler (90) dan Semi Fowler (45) dengan Kombinasi
Puersed Lips Breathing Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Pada Pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronik di RSUD Caruban” dengan baik. Tersusunnya
skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan moral kepada
penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
2. Ibu Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Bapak Edy Bachrun, S.KM., M.Kes selaku Dewan Penguji.
4. Bapak Kuswanto, S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing 1 beserta
Bapak Cholik Harun R., M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.
5. Seluruh Staf Rumah Sakit RSUD Caruban yang telah memberikan ijin dan
kesempatan untuk melakukan penelitian.
6. Kedua Orang tua saya Bapak Sulasno dan Ibu Ismiatin yang telah memberi
dorongan dan semangat tanpa henti.
7. Keluarga Madiun yang sudah 8 tahun ini selalu menemanku.
xx
8. Teman-teman yang telah memberi dorongan dan bantuan berupa apapun
dalam penyusunan tugas skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita Aamiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Madiun, 26 Juli 2018
Peneliti,
Eka Fitri Andani
NIM. 201402071
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru-paru yang
ditandai dengan penyumbatan terus-menerus aliran udara dari paru-paru. Ini
adalah penyakit paru-paru yang mengancam kehidupan yang di diagnosis
mengganggu pernafasan normal dan tidak sepenuhnya reversible. Mencakup
bronkitis kronis dan efisiema (WHO, 2016). Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kejadian PPOK akan
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perokok, polusi udara
dari industri dan asap kendaraan yang menjadi faktor risiko penyakit tersebut
(Khasanah, 2015). PPOK merupakan Penyakit Kronik yang ditandai dengan batuk
produktif dan dipnea, terjadinya obstruksi saluran nafas sekalipun penyakit ini
bersifat kronik dan merupakan gabungan dari emfisiema, bronkitis kronik,
maupun asma, tetapi dalam keadaan tertentu terjadi perburukan dari fungsi
pernafasan (Tabrani, 2013).
Diperkirakan 65 juta orang memiliki risiko untuk mengalami penyakit
PPOK yang parah. Lebih dari 3 juta orang meninggal karena PPOK pada tahun
2005 (5% dari semua kematian global). Hal ini diketahui bahwa hampir 90% dari
kematian PPOK terjadi pada negara menengah yang berpenghasilan rendah.
PPOK lebih umum pada laki-laki, tetapi peningkatan penggunaan tembakau di
2
kalangan perempuan di negara-negara berpenghasian tinggi dan risiko yang lebih
tinggi dari paparan polusi udara dalam ruangan (seperti bahan bakar biomassa
yang digunakan untuk memasak dan pemanas) di negara-negara berpenghasilan
rendah, jumlah penyakit pada laki-laki dan perempuan hampir sama (WHO,
2016). Jumlah kematian akibat PPOK diproyeksikan meningkat lebih dari 30%
dalam 10 tahun kepedapan kecuali tindakan segera diambil untuk mengurangi
faktor risiko yang mendasari, terutama penggunaan tembakau. Ekstimasi
menunjukkan bahwa PPOK menjadi tahun 2030 penyebab utama ketiga kematian
di seluruh dunia.
Di Amerika Serikat data tahun 2007 menunjukkan bahwa pre-velensi
PPOK sebesar 10,1%, pada laki-laki sebesar 11,8% dan untuk perempuan 8,5%.
Sedangkan mortalitas menduduki peringkat keempat penyebab terbanyak yaitu
18,6 per 100.000 penduduk. Sedangkan prevalensi PPOK di negara-negara Asia
Tenggara diperkirakan 6,3% dengan prevalensi tertinggi terdapat di Vietnam
(6,7%) dan China (6,3%) (Oemiti, 2013). Di Indonesia sendiri prevalensi PPOK
tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur (10,0%), di ikuti Sulawesi Tenngah
(8,0%), Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan masing-masing 6,7% (Riskesdas,
2013). Penderita PPOK pada kabupaten Madiun pada tahun 2015 sebanyak 332,
pada tahun 2016 sebanyak 347 dan pada tahu 2017 terdapat 390 penderita (dinkes
kabupaten Madiun, 2017. Forbilitas penyakit RSUD CARUBAN Kabupaten
Madiun untuk kasus penyakit paru obstruktif kronik menyatakan pada tahun 2016
sebanyak 97 penderita dan terjadi peningkatan pada tahun 2017 menjadi 125
3
penderita. Sehingga terjadi adanya peningkatan kasus penyakit paru obstruktif
Kronik selama 3 tahun berturut-turut mulai tahun 2015-2017 di RSUD Caruban.
Sesak nafas atau dyspnoe merupakan gejala yang umum dijumpai pada
penderita PPOK (Khasanah, 2015). PPOK memiliki gejala-gejala yang progresif,
salah satunya yang sangat berpengaruh yang membuat pasien PPOK datang
berobat yaitu sesak nafas. Sesak nafas salah satu gejala kompleks yang merupakan
keluhan utama, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu fisiologi, psikologi, sosial,
dan juga lingkungan. Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang diakibatkan oleh
elevasi kadar CO2 dan penungkatan risiko gagal nafas dan tidak melatih paru-paru
untuk bekerja sediri. Maka dari itu diberikan tindakan lain yang dapat membantu
meningkatkan oksigenasi, agar tidak ketergantungan dengan pemberian oksigen
dalam jangka panjang. Tindakan yang dapat dilakukan dengan terapi oksigen
dalam meningkatan satursi oksigen yaitu tindakan posisi high fowler dan semi
fowler dengan kombinasi pursed lips breathing. Posisi high fowler adalah posisi
dimana tempat tidur diposisikan dengan ketinggian dengan 60o-90o bagian lutut
tidak ditinggikan. Posisi high fowler sangan mambantu bagi klien yang
mengalami dyspnea karena menghilangkan tekanan pada diafragma yang
memungkinkan pertukaran volume yang lebih besar dari udara (Barbara, 2009).
Tujuan dari posisi high fowler yaitu menghilangkan tekanan pada diafragma dan
memungkinkan pertukaran volume yang lebih besar dari udara. Posisi high fowler
pada pasien PPOK telah dilakukan sebagai salah satu cara ubtuk menurunkan
sesak nafas, jika sesak nafas berkurang maka kebutuhan saturasi oksigen dalam
darah tercukupi.
4
Posisi semi fowler adalah sebuah posisi setengan duduk atau duduk
dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan menjadi 45o dan
posisi ini dilakukan dengan maksud untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernafasan pasien (Musrifatul & Aziz, 2008). Tujuan dan
mekanisme dilakukan posisi ini adalah untuk memfasilitasi pasien yang sedang
kesulitan bernafas. Dikarenakan ada gaya gravitasi yang menarik diafragma
kebawah sehingga ekspansi paru lebih baik pada posisi semi fowler.
Latihan pernafasan sering kali indikasikan untuk klien yang ekspansi
parunya terbatas, seperti pada klien Penyakit Paru Obstruktif Menahun atau klien
yang baru pulih dari pembedahan totak (Kozier, 2010). Pursed lips breathing
adalah latihan pernafasan dengan menghirup udara melalui hidung dan
mengeluarkan udara dengan cara bibir lebih dirapatkan atau dimonyongkan
dengan waktu ekshalasi lebih diperpanjang. Terapi rehabilitasi pari-paru dengan
pursed lips breathing ini adalah cara yang sangat mudah dilakukan, tanpa
memerlukan alat bantu apapun, dan juga tanpa efek negatif seperti pemakaian
obat-obattan (Smeltzer & Bare, 2013). Tujuan dari pursed lips breathing ini
adalah untuk membantu klien memperbaiki transport oksigen, menginduksi pola
nafas lambat dan dalam, membatu pasien untuk mengontrol pernafasan, mencegah
kolaps dan melatih otot-otot ekspirasi untuk memperpanjang ekshalasi dan
meningkatkan tekanan jalan nafas selama ekspirasi, dan mengurangi jumlah udara
yang terjebak (Smeltzer & Bare, 2013).
Peneliti lain pernah melakukan riset mengenai peningkatan saturasi
oksigen pada posisi high fowler dan semi fowler, namun peneliti yang
5
mengkombinasikan antara posisi high fowler dengan pursed lips breathing dan
posisi semi fowler dengan pursed lips breathing belum ada yang melakukan.
Maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Efektifitas
posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips
breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan rumusan masalah
penelitian ini adalah ”bagaimana efektifitas posisi high fowler (90o) dan semi
fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing terhadap peningkatan
saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui keefektifan posisi high fowler (90o) dan semi
fowler(45o) dengan kombinasi pursed lips breathing terhadap peningkatan
oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi nilai saturasi oksigen sebelum dan sesudah dilakukan
tidakan posisi high fowler (90o) dengan kombinasi pursed lips breathing.
2. Mengidentifikasi nilai saturasi oksigen sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan posisi semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing.
6
3. Menganalisis Pengaruh posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o)
dengan kombinasi pursed lips breathing terhadap peningkatan saturasi
oksigen
4. Membandingkan keefektifan posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o)
dengan kombinasi pursed lips breathing.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai refrensi penelitian
selanjutnya dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang
akan datang.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat Bagi Mahasiswa
Sebagai siswa penerapan ilmu yang di dapatkan di bangku kuliah dan
mendapatkan pengalaman dengan praktik langsung dilapangan atau
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama ini yang berhubungan
dengan efektifitas posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o) dengan
kombinasi pursed lips breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen
pada pasien penyakit paru obstruktif kronik.
2. Manfaat Bagi isntitusi pendidikan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada institusi bahwa
posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed
lips breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien penyakit
paru obstruktif kronik.
7
3. Manfaat Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah wawasan pembaca di dalam masyarakat
tentang posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o) dengan kombinasi
pursed lips breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien
penyakit paru obstruktif kronik.
4. Bagi Peneliti
Mendapatkan kemampuan melakukan riset kuantitatif dan menambah
pengetahuan serta pengalaman dalam penelitian di bidang keperawatan
tentang posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o) dengan kombinasi
pursed lips breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien
penyakit paru obstruktif kronik.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar oleh peneliti selanjutnya dalam
melakukan penelitian terkait dengan efektifitas posisi high fowler (90o)
dan semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing terhadap
peningkatan saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik.
8
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
JUDUL NAMA TAHUN VARIABEL METODE
PENELITIAN HASIL
EFEKTIFITAS
POSISI
CONDONG
KEDEPAN
DAN PURSED
LIPS
BREATHING
(PLB)
TERHADAP
PENINGKATA
N SATURASI
OKSIGEN
PASIEN
PENYAKIT
PARU
OBSTRUKTIF
KRONIK
Suci
khasanah
2015 - Posisi
condong
kedepan
- Pursed lips
breathing
- Saturasi
oksigen
Eeksperimen
randomized
control trial pre
test with control
groub dengan
random
sampling
Ada perbedaan
SaO2 pada klp 1,
ƿ (0,000), hasil
post hoc SaO2
hari ke-1 vs hari
ke-2 ƿ = 0,170;
hari ke-1 vs hari
ke-3 ƿ =0,003;
hari ke-2 vs hari
ke-3 ƿ = 0,004.
Tidak ada
perbedaan SaO2
pada klp 2, ƿ
(0,479).
Adaperbedaan
SaO2 pada klp 3,
ƿ (0,000) dan
hasil post hoc
SaO2 hari ke-1 vs
hari ke-2 ƿ =
0,01;hari ke-1 vs
hari ke-3 ƿ =
0,007; hari ke-2
vs hari ke-3 ƿ =
0,015. Tidak ada
perbedaan
SaO2antar
kelompok pada
hari ke-1, ƿ
(0,084) > α (0,05).
Hari kedua dan
ketiga tidak ada
perbedaanSaO2
antara klp 1
dengan klp 3 (ƿ =
0,089 & 0,156)
tetapi ada
perbedaan SaO2
antara klp
1dengan klp 2 (ƿ
= 0,033 & 0,003)
dan antara klp 2
dengan klp 3 (ƿ =
0,006 & 0,002).
POSISI
SEMIFOLER
DAN POSISI
HIGHFOLER
TERHADAP
Meili
rianta
2014 - Posisi
semifouler
- Posisi
highfouler
- Saturasi
Metode quasy
eksperimen pre
and post test
without control
dengan
Rerata perubahan
saturasi oksigen
telah dilakukan
posisi semifouler
sebvesar 93.20
9
JUDUL NAMA TAHUN VARIABEL METODE
PENELITIAN HASIL
PERUBAHAN
SATURASI
OKSIGEN
PADA PASIEN
ASMA
BRONKIAL
diruang rawat
INAP D3 DAN
E3 RUMAH
SAKIT UMUM
DAERAH
CIBABAT
oksigen consecutive
sampling
sedangkan pada
posisi high fouler
sebesar 94.60.
berdasarkan uji
paired t-test
diperoleh angka
signifikan yaitu
p= 0.001
PENGARUH
PURSED LIPS
BREATHING
(PLB)
TERHADAP
NILAI
IFORCED
EXPIRATORY
VOLUME IN
ONE SECOND
(FEVI) PADA
PENDERITA
PENYAKIT
PARU
OBSTRUKTIF
DI RS PARU
DR ARIO
WIRAWAN
SALATIGA
Stefanie
kusuma
dewi
2015 - Pursed lips
breathing
- nilai iforced
expiratory
volume in one
second (fevi)
Quasi
experimen
design dengan
pendekatan pre
test post test
design
Analisis data
dengan
menggunakan
wilcoxon test
menunjukkan
nilai ≤0,05
sehingga h0
ditolak dan ha
diterima.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada terdapat pada
variabel, metode dan tempat penelitiannya, antara lain sebagai berikut:
1. Variabel penelitian ini menambahkan variabel Purshed Lips Breathing
guna mengetahui saturasi oksigen pada pasien PPOK.
2. Metode yang digunakan adalah quasy eksperimen dengan non equivalent
control grup design.
3. Tempat penelitian dilakukan di RSUD Caruban Kabupaten Madiun.
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
2.1.1 Pengertian PPOK
Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyakit kronik yang ditandai
dengan batuk produktif dan dispnea dan terjadinya osbtruktif saluran nafas
sekalipun penyakit ini bersifat kronik dan merupakan gabungan dari efisiema,
bronkitis kronis maupun asma, akan tetapi dalam keadaan tertentu terjadi
perburukan dari fungsi pernafasan (Tabrani, 2013). PPOK adalah sekelompok
penyakit paru yang ditandai oleh peningkatan resistensi saluran nafas yang terjadi
akibat penyempitan lumen saluran nafas bawah. Ketika resistensi saluran nafas
meningkat, harus diciptakan gradien tekanan yang lebih besar untuk
mempertahankan kecepatan aliran udara yang normal sekalipun. Sebagai contoh
jika resisten lebih besar dua kali lipat akibat penyempitan lumen saluran nfas,
maka ΔP harus ditingkatkan dua kali lipat juga melalui kontraksi otot pernafasan
yang lebih besar untuk menghasilkan kecepatan aliran udara masuk dan keluar
paru seperti yang dicapai orang sehat dalam keadaan istirahat. Karena itu, orang
dengan PPOK harus bekerja lebih giat untuk bernafas. Penyakit Paru Obstruktif
Kronik mencangkup tiga penyakit kronik (jangka panjang): Bronkitis Kronis,
Asma, Emfisiema (Sherwood, 2013).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), dapat dicegah dan penyakit
yang dapat diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus menerus
yang biasanya progresif dan terkaitan dengan kronis ditingkatkan respon inflamasi
11
di saluran udara dan paru-paru terhadap partikel atau gas. Eksaserbasi dan
kormobilitas berkontribusi pada keseluruhan keparahan pada pasien (GOLD,
2016). Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga
memperlihatkan tanda-tanda emfisiema, termasuk penderita asma persisten berat
dengan obstruktif jalan nafas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria
PPOK.
2.1.2 Klasifikasi PPOK
Klasifikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Sherwood
(2009):
1. Bronkitis Kronik
Bronkitis kronik adalah suatu penyakit peradangan saluran nafas bawah
jangka panjang, umunya dipicu oleh pajanan berulang ke asap rokok,
polutan udara, atau alergrn. Sebagai respon terhadap iritasi kronik, saluran
nafas menyempit karena penebalan edematosa kronik lapisan dalamnya
disertai oleh pembentukan berlebihan mukus kental.
2. Asma
Pada asma, sumbatan saluran nafas disebabkan oleh menebalnnya dinding
saluran nafas yang ditimbulkan oleh peradangan dan edema yang dipicu
oleh histamin, tersumbatnnya saluran nafas oleh sekresi berlebihan mukus
kental, hiperresponsivitas saluran nafas yang ditandai oleh kontraksi hebat
salura nafas kecil akibat spasme otot polos di dinding saluran nafas.
Pemicu yang menyebabkan peradangan dan respons bronkokonstriksi
yang berlebihan ini menyangkup pejanan berulang ke alergen (misalnya
12
kutu, debu rumah atau serbuk sari tanaman), iritan (misalnya asap rokok),
dan infeksi.
3. Emfisiema
Ditandai oleh kolapsnya saluran nafas halus dan rusaknya dinding
alveolus. Penyakit ireversibel dapat timbul melalui dua cara berbeda.
Efisiema paling sering terjadi karena pelepasan berlebih enzim perusak,
misalnya tripsin dari makrofag alveolus sebagai mekanisme pertahanan
terhadap pajanan kronik asap rokok atau iritan lain.
2.1.3 Etiologi
1. Merokok
Pada tahun 1964, penasehat committee surgeon general of the united states
menyatakan bahwa merokok merupakan faktor resiko utama mortalitas
bronkitis kronik dan emfisiema. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
dalam waktu satu detik setelah forced expiratory maneuver (FEV1),
terjadi penurunan mendadak dalam volume ekspirasi yang bergantung
pada intensitas merokok. Hubungan antara penurunan fungsi paru dengan
intesitas merokok ini berkaitan dengan peningkatan merokok yang tinggi
dikalangan pria menjelaskan penyebab tingginya prevelensi PPOK
dikalangan pria. Sementara prevelensi PPOK dikalangan wanita semakin
meningkat akibat peningkatan jumlah wanita yang merokok dari tahun
ketahun (Reilly et al, 2008).
PPOK berkembang pada hampir 15% perokok. Umur pertama kali
merokok, jumlah batang rokok yang dihisap dalam setahun, serta status
13
terbaru perokok memprediksikan mortalitas akibat PPOK. Individu yang
merokok mengalami penurunan pada FEV1 dimana kira-kira hampir 90%
perokok beresiko menderita PPOK(Kamangar, 2010).
2. Hiperesponsif saluran pernafasan
Menurut Dutch hypothesis, Asma, Bronkitis kronik, dan Emfisiema
adalah variasi penyakit yang hampir sama yang diakibatkan oleh faktor
genetik dan lingkunagn. Sementara British hypothesis menyatakan bahwa
asma dan PPOK merupakan dua kondisi yang berbeda; asma diakibatkan
reaksi alergi sedangkan PPOK adalah proses inflamasi dan kerusakan yang
terjadi akibat merokok. Penelitian yang menilai hubungan tingkat respon
saluran pernafasan dengan penurunan fungsi paru membuktikan bahwa
peningkatan respon saluran pernafasan merukapan pengukuran yang
signifikan bagi penurunan fungsi paru (Reilly et al, 2008).
3. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan adalah faktor resiko yang berpotensi
untuk perkembangan dan progresi PPOK pada orang dewasa. Dipercaya
bahwa infeksi saluran nafas pada masa anak-anak juga berpotensi sebagai
faktor presdisposisi perkembangan PPOK. Meskipun infeksi saluran nafas
adalah penyebab peting terjadinya eksaserbasi PPOK, hubungan infeksi
saluran nafas dewasa dan anak-anak dengan perkembangan PPOK masih
belum bisa dibuktikan (Reilly et al, 2008).
14
4. Pemaparan akibat pekerjaan
Peningkatan gejalan gangguan saluran pernafasan dan obstruksi
saluran nasaf juga bisa diakibatkan pemaparan terhadap abu dan debu
selama bekerja. Pekerjaan seperti melombong arang abu dan perusahaan
penghasilan tekstil dari pada kapas untuk mengalami obstruksi saluran
nafas. Pada pekerjaan yang terpapar dengan kadmium pula, FEV1,
FEV2/FVC, dan Dlco carbon monoxide diffusing capacity of lung. Hal ini
terjadi seiring dengan peningkatan kasus obstruksi saluran nafas dan
emfisima
5. Polusi udara
Beberapa peneliti melaporkan peningkatan gejala gangguan saluran
pernfasan pada individu yang tinggal dikota daripada didesa yang
berhubungan dengan polusi udara yang lebih tinggi di kota. Meskipun
demikian, hubungan polusi udara dengan terjadinya PPOK masih bisa
dibuktikan. Pemaparan terus-menerus dengan asap hasil pembakaran
biomass dikatakan menjadi faktor resiko yang signifikan terjadinya PPOK
pada kaum wanita dibeberapa negara. Meskipun begitu, polusi udara
adalah faktor resiko yang kurang penting berbanding merokok (Reilly et
al, 2008).
6. Faktor genetik
Definisi α1-antitripsin adalah satu-satunya faktor genetik yang
beresiko untuk terjadinya PPOK. Insiden kasus ini PPOK yang disebabkan
defisiensi α1-antitripsin merupakan inhibitor protease di Amerika Serikat
15
adalah kurang daripada satu peratus. Α1-antitripsin merupakan inhibitor
protease yang diproduksi di hati dan bekerja menginhibisi neutrophil
elatase diparu.
2.1.4 Patofisiologi
Patofisiologi penyebab PPOK menurut Price et al, (2003) dan Stanley et
al., 2007). Adanya proses penuaan menyebabkan penurunan fungsi paru-paru.
Keadaan ini juga menyebabkan berkurangnya elastisitas jaringan paru dan dinding
dada sehingga terjadi penurunan kekuatan kontraksi otot pernafasan dan
menyebabkan sulit bernafas. Kandungan asap rokok dapat merangsang terjadinya
peradangan kronik paru paru. Mediator peradangan dapat merusak struktur
penunjang di paru-paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya
alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi
karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif
setelah inspirasi. Apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap
di dalam paru dan saluran udara kolaps (Grece et al, 2011).
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yaitu jumlah
oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.
Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan aliran darah ke paru-paru.
Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem
respirasi seperti fungsi ventilasi paru. Faktor risiko merokok dan polusi udara
menyebabkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada
dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan pada dinding bronkiolus
terminalis akan terjadi obstruksi pada bronkiolus terminalis yang mengalami
16
obstruksi pada awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat
inspirasi akan banyak terjebak dalam alveolus pada saat ekspirasi sehingga terjadi
penumpukan udara (air trapping). Kondisi inilah yang menyebabkan adanya
keluhan sesak nafas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal
ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan
fase ekspirasi (Price et al, 2003).
2.1.5 Derajat PPOK
Tabel 2.1 Derajat PPOK Menurut GOLD (2010).
DERAJAT KLINIS FAAL PARU
Gejala klinis (batukm produksi, spuntum) Normal
Derajat I:
PPOK
Ringan
Gejala batuk kronik dan produksi sputum
ada tetapi tidak sering. Pada derajat ini
pasien sering tidak menyadari bahwa faal
paru mulai menurun
VEP1 VEP /KVP < 70%
1 Derajat II : ≥80%
prediksi
Derajat II:
PPOK
Sedang
Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas
dan kadang ditemukan gejala batuk dan
produksi sputum. Pada derajat ini biasanya
pasien mulai memeriksakan kesehatannya
VEP1 50% < VEP /KVP
< 70% 1 < 80% prediks
Derajat III:
PPOK Berat
Gejala sesak lebih berat, penurunan
aktivitas, rasa lelah dan serangan
eksasernasi semakin sering dan berdampak
pada kualitas hidup pasien
VEP1 30% < VEP /KVP
< 70% 1 Derajat IV : <
50% prediksi
Derajat
IV:POOK
Sangat Berat
Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal
napas atau gagal jantung kanan dan
ketergantungan oksigen. Pada derajat ini
kualitas hidup pasien memburuk dan jika
eksaserbasi dapat mengancam jiwa
VEP1 VEP /KVP < 70%
1 < 30% prediksi atau
VEP1 < 50% prediksi
disertai gagal nafas kronik
2.1.6 Manisfestasi Klinis
Penyakit paru obstrukstif kronik (PPOK) sering dikaitkan dengan gejala
eksaserbasi akut dimana kondisi pasien mengalami perburukan dari kondisi
sebelumnnya dan bersifat akut. Eksaserbasi aku ini dapat ditandai dengan gejala
yang khas, seperti sesak nafas yang semakin memburuk, batuk prodiktif dengan
perubahan volume atau purulesi spuntum atau dapat juga memberikan gejala yang
17
tidak khas seperti malaise, kelelahan dan gangguan tidur. Gejala klinis PPOK
eksaserbasi akut ini dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala respirasi dan gejala
sistemik. Gejala respirasi berupa sesak nafas yang semakin bertambah berat,
peningkatan volume dan purulensi spuntum, batuk yang sering, dan nafas yang
dangkal dan cepat. Gejala sistemik ditandai dengan peningkatan suhu tubuh,
peningkatan denyut nadi serta gangguan status mental pasien (Riyanto & Hisyam,
2006).
Serta menurut Mansjoer (2008) dan GOLD (2010) manifestasi klinis pada
PPOK yaitu malfungsi kronis pada sistem pernafasa yang manisfestasi awal
ditandai dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang muncul dipagi
hari. Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek, sesak nafas
akut, frekuensi nafas yang cepat, penggunaan otot bantu pernafasan dan ekspirasi
lebih lama dari pada inspirasi.
2.1.7 Komplikasi PPOK
Komplikasi menurut PDPI (2016), yang dapat terjadi pada PPOK adalah
1. Gagal nafas
a. Gagal nafas kronik
Hasil analisis gas darah Po2< 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg, dan pH
normal. Penatalaksanaan:
1) Jaga keseimbangan Po2 dan Pco2
2) Bronkodilator adekuat
3) Terapi oksigen yang ade kuat terutama waktu tidur
4) Antioksidan
18
b. Gagal nafas aku pada gagal nafas kronik
Gagal nafas akut pada gagal nafas kronik, ditandai oleh:
1) Sesak nafas dengan atau tanfa sianosis
2) Spuntum bertambah dan pururlen
3) Demam
4) Kesadaran menurun
2. Infeksi berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan
terbentuknya koloni kuman, hal ini memudahkan terjadinya infeksi
berulang. Pada kondisi kronik ini imuniti menjadi lebih rendah,
ditandai dengan menurunnya kadar limposit darah.
3. Kor Pulmonal
Di tandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50%, dapat
disertai gagal jantung kanan.
2.1.8 Penatalaksanaan PPOK
1. Penatalaksanaa Umum
a. Tujuan penatalaksaan
1) Mengurangi gejala
2) Mencegah eksaserbasi berulang
3) Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
4) Meningkatkan kualiti hidup penderita
19
b. Penatalaksanaan secara umum meliputi
1) Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka
panjang pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan
edukasi pada asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang
ireversibel dan progesif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan
keterbatasan aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan fungsi
paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel,
menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari
edukasi atau tujuan pengobatan dari asma. Tujuan edukasi pada
pasien PPOK meliputi :
a) Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan
b) Melaksanakan pengobatan yang maksimal
c) Mencapai aktifitas optimal
d) Meningkatkan kualiti hidup
Edukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan
berlanjut secara berulang pada setiap kunjungan, baik bagi
penderita sendiri mupun bagi keluarganya. Edukasi dapet diberikan
di poliklinik, ruang rawat, bahkan di unit gawat darurat ataupun di
ICU dan di rumah. Secara intensif edukasi diberikan di kllinik
rehabilitasi atau klinik konseling, karena memerlukan waktu yang
khusus dan memerlukan alat peraga. Edukasi yang diharapkan
dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK, penyesuaian aktiviti
20
dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kualiti hidup pasien PPOK. Bahan dan cara pemberian edukasi
harus sesui dengan derajat berat penyakit, tingkat pendidikan,
lingkuan sosial, kultur dan kondisi ekonomi penderita. Secara
umum bahan edukasi yangn harus diberikan yaitu:
a) Penetahuaun dasar tentang PPOK
b) Obat-obatan, manfaat dan efek samping
c) Cara pencegahan perburukan penyakit
d) Menghindari pencetus (berhenti merokok)
e) Penyesuaian aktiviti
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat
dilaksanakan ditentukan skaa prioriti bahan edukasi sebagai
berikut:
a) Berhenti merokok
Disampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu
diagnosis PPOK ditegakkan
b) Penggunaan obat-obatan
Macam obat dan sejenisnya, cara megunaannya yang benar
(oral, MDI, atau nebulizer), waktu pengunaan yang tepat (rutin
dengan selang waktu tertentu atau kalau perlu saja), dosis obat
yang tepat dan efek samping.
21
c) Penggunaan oksigen
Kapan oksigen digunakan, berapa dosisnya, mengetahui efek
samping kelebihan dosis oksigen.
d) Mengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigen
e) Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengeloalaannya. Tanda
ekasaserbasi antara lain batuk atau sesak bertambah, spuntum
bertambah, spuntum berubah warna.
f) Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi
g) Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktiviti
Edukasi diberikan dengan bahasa yang sederhana dan
mudah diterima, langsung ke pokok permasalahan yang ditemukan
pada waktu itu. Pemberian edukasi sebaiknya diberikan berulang
dengan bahan edukasi yang tidak terlalu banyak pada setiap kali
pertemuan. Edukasi merupakan hal penting pada setiap kali
pertemuan. Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan
jangka panjang pada PPOK stabil, karena PPOK merupakan
penyakit kronik progresif yang ireversibel. Sedangkan pemberian
edukasi berdasarkan derajat penyakit:
a) Ringan
Penyebabkan dan pola penyakit PPOK yang ireversibel,
mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus,
antara lain berhenti merokok, segera berobat bila timbul gejala.
22
b) Sedang
Menggunakan obat dengan tepat, mengenal dan mengatasi
eksaserbasi dini, program latihan fisik dan pernafasan.
c) Berat
Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi, penyesuaian
aktifiti dengan keterbatasan, penggunaan oksigen dirumah.
2) Obat-obatan
a) Bronkodilator
b) Antiinflamasi
c) Antioksida
d) Mukolitik
e) Antitusif
3) Terapi oksigen
Pada pasien PPOK terjadi hipoksemia progresif dan
berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan sel dan jaringan.
Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahanakan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel
baik di otot maupun organ-organ lainnya.
4) Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi
dengan gagal nafas akut, gagal nafas akut pada gagal nafas kronik
atau pada pasien PPOK derajat verat dengan nafas kronik. Ventilasi
mekanik dapat digunakan dirumah sakit di ruang ICU atau di
23
rumah. Ventilasi mekanik dapat dilakukan dengan cara ventilasi
mekanik dengan intubasi dan ventilasi mekanik tanpa intubasi.
5) Nutrisi
Nutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena
bertambhanya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi
yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni
menyebabkan terjadinya hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi
akan menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan derajat
penurunan fungsi paru dan perunahan analisis gas darah.
6) Rehabilitasi
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi
latihan dan memperbaiki kualiti hidup penderit PPOK, penderita
yang di masukkan ke dalam program rehabilitasi adalah mereka
yang telah mendapatkan pengobatan optimal yang disertai simptom
pernafasan berat, beberapa masuk ruang gawat darurat dan kualiti
hidup yang menurun.
7) Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan
dengan meningkatkan elastic recoil sehingga mempertahankan
potensi jalan nafas (Davey, 2005).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Peatalaksanaan pererawatan dari penyakit paru obstruktif adalah :
1) Mempertahankan patensi jalan nafas
2) Membantu tidakan untuk mempermudah pertukaran gas
24
3) Meningkatkan masukan nutrisi
4) Mencegah komplikasi, meperlambat memburuknya kondisi
5) Memberikan informasi tentang proses penyakit/ prognosis dan program
pengobatan (Doenges, 2000)
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah :
1) Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gelaja tidak hanya pada
fase akut, tetapi juga fase kronik.
2) Memperbaiki kemampuan penderiata dala melaksanakakn aktifitas
harian
3) Mengurangi laju progresivitas apabila penyakit dapat dideteksi lebih
awal
2.2 KONSEP SISTEM PERNAFASAN
2.2.1 Sistem Pernafasan
Fungsi sistem pernafasan adalah pertukaran gas. Oksigen dari udara yang
dihirup berdifusi dari alveolus paru ke darah dalam kapiler paru. Karbondioksida
yang dihasilkan selama metabolisme sel berdifusi dari darah kedalam alveolus dan
kemudian di keluarkan. Organ sistem pernafasan memfasilitasi pertukaran gas ini
dan melindungi tubuh dari benda asing seperti partikel dan patogen (Kozier,
2010).
2.2.2 Pengertian Pernafasan
Pernafasan adalah sebuah proses pertukaran gas antara individu dengan
lingkungan. Proses pernafasan melibatkan dua komponen:
25
1. Ventilasi paru atau pernafasan, perpindahan udara antara lingkunngan dan
alveolus.
2. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveolus dan kapiler paru
(Kozier, 2010).
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung (oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak mengadung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi (Syaifuddin, 2006).
Jadi diparu-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dari
udara masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis.
Seterusnya CO2 akan dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernafasan)
dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian
masuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) menuju ke aorta lalu ke seluruh
tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), di sini terjadi oksidasi (pembakaran).
Sebagai ampas (sisanya) dari pertukaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan
melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan/ atrium dekstra)
lalu kebilik kanan (ventrikel dekstra) dan setelah itu keluar melalui arteri
pulmonalis ke jaringan paru-paru. Ahirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel
dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme,
sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus
urogenital dan kulit (Syaifuddin, 2006).
Setelah udara dari luar diproses, didalam hidung masih akan terjadi
perjalanan yang panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat
26
epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan
tidak masuk ke trakea, sedangkan waktu bernafas epiglotis terbuka begitu
seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring maka kita akan batuk, hal ini
untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebut dari laring. Dan selain hal itu,
akan dibantu oleh bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring debu-debu, kotoran
dan benda asing. Terdapatnya benda asing/ kotoran tersebut bisa dikelurkan
melalui hidung dan mulut. Dengan kejadian di atas udara yag masuk kedalam
alat-alat pernafasan benar-benar bersih (Syaifuddin, 2006).
Tetapi jika kita bernafas dengan mulut, udara yang masuk keddalam paru-
paru tidak dapat disaring, dilembabkan/dihangatkan, hal ini bisa mengakibatkan
gangguan terhadap tubuh. Dan sel-sel bersilia/ bulu-bulu getar dapat rusak apabila
adanya gas beracun dan dalam keadaan dehidrasi. Akan tetapi dalam keadaan
tertentu diharapkan kita bernafas melalui mulut, misalnya pada operasi hidung,
pengangkatan polib, karena setelah operasi pada kedua hidung di isi tampon
sehingga bernafas melalui mulut tidak akan merugikan (Syaifuddin, 2006).
2.2.3 Perubahan Pola Nafas
Pola nafas menunjukkan frekuensi, volume, irama dan kemudahan relative
atau upaya pernafasan. Respirasi normal (eupnea) bersifat tenang, berirama, dan
tanpa mengeluarkan usaha. Takipnea (frekuensi cepat) dijumpai pada saat
demamm, asidosis metabolik, nyeri, dan hiperkapnia atau hipoksemia. Bradipnea
adalah frekuensi pernafasan yang lambat secara abnormal, yang dapat dijumpai
pada klien yang menggunakan obat-obatan seperti morfin, yang mengalami
27
alkalosis metabolik, atau mengalami peningkatan tekanan intracranial (misalnya,
akibat cedera otak). Apnea adalah henti nafas (Kozier, 2010).
Hipervetilasi yang sering kali disebut hiperventilasi alveolar adalah suatu
peningkatan pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Selama hiperventilasi,
frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat, dan lebih banyak CO2 yang
dibuang dari pada yang dihasilkan. Sebuah tipe hiperventilasi tertentu yang
menyertai untuk mengonpensasi (mengeluarkan pernafasan kusmul) dengan
menghembuskan karbondioksida melalui nafas dalam dan pernafasan cepat.
Hiperventilasi juga dapat terjadi sebagai respon terhadap stress, seperti yang
dijelaskan sebelumnya (Kozier, 2010).
Hipoksia adaah suatu kondisi ketidakcukupan oksigen di tempat manapun
didalam tubuh, dari gas yang di isnpirasi ke jaringan. Hipoventilasi, yaitu
ketidakadekuatan ventilasi alveolar, dapat menyebabkan hipoksia. Hipoventilasi
dapat terjadi karena penyakit otot pernafasan, obat-obatan, atau anastesi. Dengan
hipoventilasi, karbondioksida sering kali menumpuk dalam darah, sebuah kondisi
yang dibuat hiperkarbia (hiperkapnia). Sianosis (tanda kebiruan pada kulit,
bantalan kuku, dan membran mukosa, akibat penurunan saturasi oksigen
hemoglobin) dapat juga terjadi (Kozier, 2010).
2.2.4 Keefektifan Pola Nafas
Keefektifan pola afas pada manusia dapat di lihat dari sistem pernafasan
yang normal, diperlukan beberapa faktor menurut Somari (2012), seperti berikut
ini:
28
1. Suplai oksigen yang ade kuat
Faktor-faktor yang berperan dalam oksigenasi meliputi peningkatan
ventilasi alveolar, penyesuaian komposisi asam basa darah dan cairan
tubuh lain, peningkatan kapasitas pengangkutan oksigenasi, serta
peningkatan curah jantung. Hal-hal yang dapat menyebabkan suplai
oksigen terganggu adalah inhalasi udara yang mengandung oksigen pada
tekanan subnormal dan hal ini biasanya disebabkan oleh inhalasi asap,
keracunan karbon monoksida, serta dilusi udara yag dihirup dengan gas-
gas inert (nitrogen, helium, hydrogen atau gas anestesi seperti nitro
oksida).
2. Saluran udara yang utuh
Saluran udara yang utuh dari trakeobronkial sampai membran alveolar
menjadi faktor yang penting dalam pertukaran O2 dan CO2. Hal-hal yang
dapat menjadi hambatan dalam pertukaran gas tersebut karena adanya
obstruksi mekanik seperti tenggelam atau adanya benda asing yang
percabangan trakeobronkial.
3. Fungsi pergerakan dinding dada dan diafragma yang abnormal
Kelemahan fungsi dinding dada akan mempengaruhi pola pernafasan.
Peneyabab utama disrupsi kelemahan fungsi tersebut adalah trauma pada
dada, seperti fraktur iga atau luka pada dada.
4. Adanya alveoli dan kapiler yang bersama-sama membentuk unit
pernafasan terminal dalam jumlah yang cukup.
29
5. Jumlah hemoglobin yang adekuat untuk membawa oksigen pada sel-sel
tubuh.
6. Suatu sistem sirkulasi yang utuh dan pompa jantung yang efektif
7. Berfungsinya pusat pernafasan.
2.3 KONSEP POSISI HIGH FOWLER
2.3.1 Definisi posisi high fowler
Posisi high fowler adalah dimana tempat tidur di posisikan dengan
ketinggian 60-90o bagian lutut tidak ditinggiakan. Posisi high fowler ini sangat
membantu bagi klien yang mengalami dyspnea karena menghilangkan tekanan
pada diafragma yang memungkinkan pertukaran volume yang lebih besar dari
udara (Barbara, 2009).
2.3.2 Tujuan dan Mekanisme Posisi high fowler
1. Memberikan rasa nyaman
2. Membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan kardiovaskular
3. Untuk melakukan aktifitas tertentu
2.3.3 Prosedur
1. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan.
3. Memakai sarung tangan.
4. Menaikkan pasien, jika pasien kooperatif:
a. Perawat berdiri disebelah kanan pasien.
b. Mengajukan pasien untuk menekuk kedua lutut.
30
c. Tangan kanan perawat dibawah ketiak dan tangan kiri dibelakang
punggung pasien dan pergelangan tangan kiri menyangga leher pasien.
d. Menganjurkan pasien untuk mendorong badannya kebelakang dan
menompang badan dengan kedua lengan.
5. Bila pasien tidak kooperatif / tidak dapat membantu:
a. 2 perawat berdiri di kedua sisi tempat tidur.
b. Masing-masing perawat merentangkan 1 tangan dibawah leher dan 1
tangan dibawah pangkal paha saling berpegangan.
c. Menganjurkan pasien untuk meletakkan kedua tangan di atas perut
d. Salah 1 perawat memberikan aba-aba dan bersama-sama mengangkat
psien ke atas.
6. Menyusun bantal atau tempat tidur yang bisa di naik turunkan dengan
sudut 90o
7. Memberikan posisi yang enak, letakkan bantal untuk menompang lengan
kanan kiri.
8. Pasang selimut pasien
9. Mencuci tangan
10. Catat tindakan yang telah dilakukan
2.4 KONSEP POSISI SEMI FOWLER
2.4.1 Pengertian Posisi semi fowler
Posisi semi fowler adalah sebuah posisi setengah duduk atau duduk dimana
bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan menjadi 45o dan posisi ini
dilakukan dengan maksud untuk mempertahankan kenyamanan dan memfaslitasi
31
fungsi pernafasan pasien (Musrifatul & Aziz, 2008). Posisi semi fowler atau
posisi setengah duduk adalah posisi tempat tidur yang meninggikan batang tubuh
dan kepala dinaikkan 15-45o. Apabila klien berada dalam posisi ini, gravitasi
menarik diafragma ke bawah, memungkinkan ekspansi dada dan ventilasi paru
yang lebih besar (Kozier, 2010).
Dan menurut Supadi (2008) bahwa posisi semi fowler membuat oksigen
didalam paru-paru semakin meningkat sehingga memperingan kesukaran nafas.
Posisi ini akan mengurangi kerusakan membran alveolus akibat tertimbunnya
cairan. Hal tersebut dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga 02 delivery menjadi
optimal. Sesak nafas akan berkurang dan ahirnya perbaikan kondisi klien lebih
cepat.
2.4.2 Tujuan Posisi semi fowler
1. Memberikan rasa nyaman
2. Membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan kardiovaskular
3. Untuk melakukan aktifitas tertentu
2.4.3 Prosedur
1. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan.
3. Memakai sarung tangan.
4. Menaikkan pasien, jika pasien kooperatif:
a. Perawat berdiri disebelah kanan pasien.
b. Mengajukan pasien untuk menekuk kedua lutut.
c. Tangan kanan perawat dibawah ketiak dan tangan kiri dibelakang
punggung pasien dan pergelangan tangan kiri menyangga leher pasien.
32
d. Menganjurkan pasien untuk mendorong badannya kebelakang dan
menompang badan dengan kedua lengan.
5. Bila pasien tidak kooperatif / tidak dapat membantu:
a. 2 perawat berdiri di kedua sisi tempat tidur.
b. Masing-masing perawat merentangkan 1 tangan dibawah leher dan 1
tangan dibawah pangkal paha saling berpegangan.
c. Menganjurkan pasien untuk meletakkan kedua tangan di atas perut
d. Salah 1 perawat memberikan aba-aba dan bersama-sama mengangkat
pasien ke atas.
6. Menyusun bantal atau tempat tidur yang bisa di naik turunkan dengan
sudut 45o
7. Memberikan posisi yang enak, letakkan bantal untuk menompang lengan
kanan kiri.
8. Pasang selimut pasien
9. Mencuci tangan
10. Catat tindakan yang telah dilakukan
2.5 KONSEP PURSED LIPS BREATHING
2.5.1 Pengertian pursed lips breathing
Pursed lips breathing (PLB) adalah terapi yang digunakan untuk pasien
dengan penyakit ISPA. Hal ini sering digunaan dalam rehabilitasi paru termasuk
pasien paru obstruktif kronik (PPOK) untuk menringankan dyspnea. Pursed lips
breathing adalah bernafas dengan perlahan dan menggunakan diafragma,
sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembag
33
penuh (Parsudi, dkk.,2002). Pursed lips breathing adalah latihan pernafasan
dengan menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan cara
bibir lebih dirapatkan atau dimonyongkan dengan waktu ekshalansi lebih
perpanjang. Terapi rehabilitasi paru-paru dengan pursed lips breathing ini adalah
cara sangat mudah dilakukan, tanpa memerlukan alat bantun apapun, dan juga
tanpa efek negatif seperti pemakaian obat-obattan (Smeltzer & Bare, 2013).
pursed lips breathing adalah suatu latihan bernafas yang terdiri dari dua
mekanisme yaitu inspirasi secara kuat dan dalam serta ekspirasi aktif dan panjang.
Proses ekspirasi secara normal merupakan proses mengeluarkan nafas tanpa
menggunaan energi. Bernafas pursed lips breathing melibatkan proses ekspirasi
secara paksa (khasanah, 2015). Ekspirasi secara paksa tentunya akan meningkatan
kekuatan kontraksi otot intra abdomen sehingga tekanan intra abdomenpun
meningkat melebihi pada saat ekspirasi pasif.
Tekanan intra abdomen yang meningkatkan lebih kuat lagi tentunya akan
meningkatkan pula pergerakan diafragma ke atas membuat rongga torak semakin
mengecil ini menyebabkan tekanan intraalveolus semakin meningkat sehingga
melebihi tekanan udara atmosfir. Kondisi tersebut akan menyebabkan udara
mengalir keluar dari paru ke atmosfir. Ekspirasi yang dipaksa pada bernafas
pursed lips breathing juga akakn menyebakan obstruksi jalan nafas dihilangkan
sehingga resistensi pernafasan menurun. Penurunan resistensi pernafasan akan
memperlancar udara yang dihembuskan dan atau dihirup. Bernafas pursed lips
breathing selain ekspirasi dipaksa juga diperpanjang.
34
2.5.2 Tujuan pursed lips breathing
Pursed lips breathing ini adalah untuk membantu klien memperbaiki
transport oksigen, meginduksi pola nafas lambat dan dalam, membantu pasien
untuk mengontrol pernafasan, mencegah kolaps dan melatih otot-otot ekspirasi
untuk memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan jaan nafas selama
ekspirasi, dan mengurangi jumlah udara yang terjebak (Smeltzer dan Bare, 2013).
Upaya memperpanjang ekspirasi akan mencegah udara dihembuskan secara
spontan yang dapat berakibat paru kolap atau runtuh dengan demikian bernafas
pursed lips breathing membantu mengeluarkan udara yang terperangkap pada
psien PPOK sehingga CO2 di paru dapat dikeluarkan (Khasanah 2015).
Pengeluaran CO2 dari paru memberikan peluang pada O2 untuk mengisi
ruang alveolus lebih banyak lagi. Apalagi pada bernafas Pursed lips breathing
juga ada mekanisme inspirasi yang kuat dan dalam, maka mekanisme ini akan
membantu asupan O2 ke alveolus. Tingginya tekanan O2 di alveolus dibandingkan
dengan tekanan O2 dikapiler paru dan rendahnya tekanan CO2 di alveolus
dibandingkan dengan tingginya tekanan CO2 di kapiler paru menyebabkan
meningkatkan gradien tekanan gas-gas tersebut di antara kedua sisi. Perbedaan
gradien tekanan O2 yang tinggi meningkatkan pertukaran gas, yaitu difusi O2 dari
alveolus ke kapiler paru. Perbedaan tekanan CO2 yang tinggi juga meningkatkan
pertukaran gas, yaitu difusi CO2 dari kapiler paru ke alveokus untuk selanjutnya
dikeluarkan ke atmosfir (Khasanah, 2015).
35
2.5.3 Prosedur
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
3. Atur posisi nyaman dengan high fowler dan semi fowler
4. Fleksikan lutut pasien untuk merileksasikan otot abdominal
5. Letakkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tempat dibawah tulang iga
6. Anjurkan pasien untuk mulai dengan cara menarik nafas dalam melalui
hidung dengan bibir tertutup
7. Kemudian anjurkan klien untuk menahan nafas sekitar 1-2 detik dan
disusul dengan menghembuskan nafas melaui bibir dengan bentuk mulut
seperti orang meniup
8. Lakukan 4-5 kali latihan
9. Catat respon yang terjadi setiap kali melakukan latihan nafas dalam
10. Cuci tangan
2.6 KONSEP SATURSI OKSIGEN
2.6.1 Pengertian Oksigen
Oksigen atau zat asam adalah salah satu bahan farmakologi, merupakan
gas yang tidak berwarna, tidak berbau digunakan untuk proses pembakaran dan
oksidasi. Oksigen merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah
bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada
Temperatur dan tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen,
yaitu senyawa gas diatomic. (Sudarmoko & Susanto, 2010).
36
2.6.2 Pengertian Saturasi Oksigen
Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan
oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 – 100 %. Dalam
kedokteran, oksigen saturasi (SO2), sering disebut sebagai "SATS", untuk
mengukur persentase oksigen yang diikat oleh hemoglobin di dalam aliran darah.
Pada tekanan parsial oksigen yang rendah, sebagian besar hemoglobin
terdeoksigenasi, maksudnya adalah proses pendistribusian darah beroksigen dari
arteri ke jaringan tubuh (Hidayat, 2007). Pemantauan saturasi O2 yang sering
adalah dengan menggunakan oksimetri nadi yang secara luas dinilai sebagai salah
satu kemajuan terbesar dalam pemantauan klinis (Giuliano & Higgins, 2005).
Oksimetri nadi yang terdiri dari dua diode pengemisi cahaya (satu cahaya merah
dan satu cahaya inframerah) pada satu sisi probe, kedua diode ini
mentransmisikan cahaya merah dan inframerah melewati pembuluh darah,
biasanya pada ujung jari atau daun telingan, menuju fotodetektor pada sisi lain
dari probe (Welch, 2005).
2.6.3 Tujuan
1. Menilai data dasar saturasi oksigen yang merupakan bagian pengkajian
oksigenasi.
2. Deteksi dini terhadap perubahan saturasi yang sering berubah terutama
pada keadaan kritis.
3. Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas oksigenasi pasien seperti
suction, reposisi, merunah konsentrasi O2.
37
2.6.4 Prosedur
1. Persiapan alat : pulse oximeter beserta sensornya
2. Cara kerja:
a. Cuci tangan
b. Lokasi tempat sensor dibersihkan dari darah/ kotoran lain.
c. Pilih sensor yang tepat sesuai lokasi tempat sensor
d. Sambungkan oximeter dengan menekan tombol power on/ off
e. Set alarm secara tepat da cek fungsi lainnya.
f. Untuk mematikan tekan kembali tombol power on/ off
g. Sambungkan sensor lempeng/ klim pada tangan/ kaki/ telingan
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Lokasi tempat penempatan sensor.
a. Sensor klip ditempatkan pada jari telunjuk tangan atau telinga.
b. Sensor lempeng di tempatkan pada jari-jari, ibu jari kali, hidung.
38
2.7 KERANGKA TEORI
Gambar 2.2 Kerangka teori PPOK
Faktor presdiposisi
1. Merokok
2. Hiperesponsif saluran pernafasan
3. Infeksi saluran pernafasan
4. Pemaparan akibat pekerjaan
5. Polusi
6. Faktor genetik
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(bronkritis kronik, asma, emfisiema)
Patofisiologi
1. Berkurangnya elastisitas jaringan paru dan
dinding dada
2. Terjadi penurunan kekuatan kontraksi
pernafasan
Manisfestasi klinis
1. Sesak nafas
2. Batuk produktif
3. Malaise
4. Kelelahan
5. Gangguan tidur
6. Peningkatan volume dan purulensi
spuntum
7. Nafas yang dangkal dan cepat
8. Penggunaan otot bantu pernafasan dan
ekspansi lebih lama dari pada inspirasi
Penatalaksanaan
Farmakologi
1. Obat-obatan
(Bronkodilator,
Antiinflamasi,
Antibiotik,
Mukolitik, Antitusif
2. Terapi oksigen
3. Ventilasi mekanik
Non-farmakologi
1. Edukasi
2. Nutrisi
3. Rehabilitasi
4. Terapi posisi
39
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah abtrak dari suatu realitas agar dapat di
komunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam,
2015).
Keterangan :
: Diteliti : Berpengaruh
: Tidak Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian efektifitas posisi high fowler (90o) dan
semi fower (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing.
Peningkatan saturasi oksigen
Pemberian posisi high
fowler(90o) dan semi
fowler(45o) dengan kombinasi
pursed lips breathing
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(bronkitis kronik, asma emfisiema)
40
Gambar 3.1 Menjelaskan mekanisme efektifitas pemberian posisi high
fowler (90o) dan semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing yang
sebagai variabel indepedent terhadap peningkatan saturasi oksigen yang sebagai
variabel dependent pada pasien penyakit paru obstruktif kronik.
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pernyataan
penelitian. Hipotesis disusu sebelum penelitian dilaksanakan karena hipotesis
akan bias memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan, analisis, dan
interprestasi data (Nursalam, 2016).
H1 : Ada perbedaan efektifitas posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o)
dengan kombinasi pursed lips breathing terhadap peningkatan saturasi
oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik.
41
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Cara peneliti meliputi desain penelitian,
kerangka kerja, populasi, sampel, teknik sampling, identifikasi variabel, definisi
operasional, teknik pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, etika
penelitian, dan keterbatasan penelitian (Arikunto, 2010).
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian
yang di harapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun penelitian pada
seluruh proses penelitian (Nursalam, 2011).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian Quasy eksperimental. Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah non Equavalent Control Group Design, dimana pada penelitian ini
membandingkan hasil intervensi posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o)
dengan kombinasi pursed lips breathing. Pada kelompok eksperimen yang
sampelnya di observasi terlebih dahulu sebelum diberikan perlakuan kemudian
setelah diberikan perlakuan sampel tersebut di observasi kembali dengan
kelompok kontrol yang sampelnya diobservasi sebelum dan sesudah dengan
diberikan perlakuan.
42
Tabel 4.1 Desain penelitian Quasy eksperimental non Equavalent Control Group
Design
Subyek Pra Perlakuan Pasca-tes
P 01 Posisi high fowler (90o) dengan
kombinasi pursed lips breathing
02
K 01 Posisi semi fowler (45o) dengan
kombinasi pursed lips breathing
02
Keterangan :
P : Perlakuan
K : Kontrol
01 : Pengukuran awal sebelum dilakukan perlakuan (pre test)
X : Perlakuan (posisi high fowler dan semi fowler dengan kombinasi
pursed lips breathing
02 : Pengukuran kedua setelah dilakukan perlakuan (post test)
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2012). Populasi penelitian ini adalah pasien PPOK. Jumlah
populasi berdasarkan rata-rata perbulan berjumlah 40 di RSUD Caruban.
4.2.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam bagian dari populasi yang dianggap mewakili populasinya
(Notoatmodjo, 2012). Besar sampel pada penelitian ini di tentukan dengan kriteria
inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2016). Untuk menetukan besar sampel dalam
penelitian ini menggunakan rumus Federer ditentukan berdasarkan total kelompok
43
(t) yang digunakan dalam penelitiian sehingga t = 2 kelompok makan besar
sampel yang digunakan:
(𝑡 − 1)(𝑛 − 1) ≥ 15
(2 − 1)(𝑛 − 1) ≥ 15
1(𝑛 − 1) ≥ 15
(−1) ≥ 15/1
𝑛 − 1 ≥ 5
𝑛 ≥ 16
Keterangan :
n : jumlah pengulangan
t : jumlah pengelompokan
Sehingga dengan menggunkan rumus diatas maka besar sampel kami
menggunakan sebanyak 32 responden yang kami bagi untuk masing- masing
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol adalah n = 16 responden.
Untuk menghindari Drop out dalam penelitian, maka perlu penambahan
jumlah sampel agar besar sampel tetap terpenuhi dengan rumus berikut :
n′ =𝑛
(1 − 𝑓)
=16
(1 − 0,1)
=16
0,9
= 17,7
= 18
44
Keterangan :
n’ : ukuran sampel pengganti droup out
n : ukuran sampel asli
1-f : perkiraan proposi Droub Out, yang diperkirakan 10%(f= 0,1)
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel ahir yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah 18 responden.
Kriteria Sampel
1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2016).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah.
a. pasien PPOK dengan usia 35 keatas
b. pasien dengan kesadaran composmentis
c. pasien yang memiliki saturasi oksigen dibawah 95
d. pasien yang terpasang oksigen dengan nasal kanul
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
tidak memenuhi kriteria inklusi (Nursalam, 2016).
a. Pasien PPOK yang rawat jalan
b. Pasien yang memiliki saturasi oksigen di bawah 80
c. Pasien dengan kondisi tidak sadar
45
4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan satu proses seleksi sampel yang digunakan
dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga sebuah sampel akan mewakili
keseluruhan yang ada. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling, pengambilan sampel secara purposive didasarkan
pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat sendiri berdasarkan ciri atau sifat-
sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012).
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep
yang ingin diteliti atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka
konsep ini dikembangkan atau diacukan kepada tujuan penelitian yang telah
dirumuskan serta didasari oleh kerangka teori yang telah disajikan dalam tinjauan
pustaka sebelumnya. Oleh karena itu kerangka konsep terdiri dari variabel-
variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain (Notoatmodjo,
2012).
46
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian Efektifitas Posisi High fowler (90o) dan
Semi fowler (45o) dengan kombinasi Pursed lips breathing terhadap
Peningkatan Saturasi Oksigen pada pasien PPOK di RSUD Caruban.
Populasi
semua Pasien yang mengalami PPOK di RSUD Caruban berjumlah 40 pasien yang memenuhi
kriteria
Sampel
sebagian pasien yang mengalami PPOK sejumlah 36 pasien
Sampling
purposive sampling
Desain Penelitian
Quasy Eksperiment Non Equavalent Control Groub Desaign
Pegumpulan Data
lembar obvervasi
Variabel Dependent
nilai saturasi oksigen
Variabel Independent
posisi high fowler (90o)dan semi fowler
(45)dengan kombinasi pursed lips
breathing
Pengelolaan Data
editing, coding, entry data , tabulating
Analisis Data
uji uji Wilcoxon dan mann- whitney U test.
Hasil dan Kesimpulan
Laporan
47
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Identitas Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
pegertian tertentu (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini terdapat2 variabel
yaitu :
1. Variabel independent (Bebas)
Variabel independent adalah variabel yang nilainya menentukan variabel
lain (Nursalam, 2016). Variabel independent dalam penelitian ini adalah
posisi high fowler(90o) dan semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed
lips breathing.
2. Variabel Dependent (Terikat)
Variabel Dependent adalah variabel yang diminta dan diukur untuk
menentukan ada tidaknya hubungan atau efektifitas dari variabel bebas
(Nursalam, 2016). Variabel Dependent dalam penelitian ini adalah nilai
saturasi oksigen.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan penelitian
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek
atau fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi,
komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2016).
48
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasinal Parameter Alat
Ukur
Skala
Data Skor
Independent
Posisi high
fowler (90o)
dan semi fowler
(45o) dengan
kombinasi
pursed lips
breathing
1. posisi high
fowler(90o) adalah
posisi duduk dengan
ketinggian 60-900,
bertujuan untuk
menghilangkan
tekanan pada
diafragma untuk
meningkatkan
pertukaran volume
2. posisi semi fowler
adalah sebuah posisi
setengah duduk
dimana bagian kepala
tempat tidur lebih
tinggi atau dinaikan
menjadi 15-45.
bertujuan
memfasilitasi pasien
yang sedang
kesulitan bernafas
3. pursed lips breathing
adalah latihan
perafasan dengan
menghirup udara
melalui hidung dan
mengeluarkan udara
dengan cara bibir
lebih dirapatkan atau
di monyongkan
dengan waktu
ekshalansi lebih
panjang. tujuannya
untuk memperbaiki
transpost oksigen,
menginduksi pola
nafas lambat dan
dalam, mencegah
kolaps dan melatih
otot-otot ekspirasi
Persiapan,
proses
pemberian
terapi posisi
high fowler
(90o) dan semi
fowler (45o)
dengan
kombinasi
pursed lips
braething
SOP - -
Dependen
saturasi oksigen
Presentasi hemoglobin
yang berikatan dengan
oksigen dalam arteri,
saturasi oksigen normal
adalah antara 95-100%
yang di uji dengan
oxymetri.
Dengan adanya
pemeriksaan:
Pemerikasaan
saturasi oksigen
sampai batas
normal 95-
100%
Lembar
observasi
dengan
menggun
akan
pulse
oxymetri
Rasio -
49
4.6 Istrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data pada waktu penelitian menggunakan suatu metode (Arikunto,
2010). Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi untuk menilai saturasi
oksigen setelah tindakan intervensi posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o)
dengan kombinasi pursed lips breathing dengan menggunakan alat oxymetri.
4.7 Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian ini dilakukan di RSUD Caruban dan dilakukan pada
bulan Desember 2017- Juni 2018.
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
1. Mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat ijin dari Stikes
Bhakti Husada Mulia Madiun.
2. Mengurus surat ijin kepada BANKESBANGPOL
3. Mengurus surat ijin ke RSUD Caruban
4. Memilih data responden yang memenuhi kriteria inklusi untuk dipilih
menjadi sampel
5. Memberi penjelasan kepada responden tentang tujuan, manfaat, dan
prosedur penelitian posisi high fowler(90o) dan semi fowler(45o) dengan
kombinasi pursed lips breathing
6. Mendatangi pasien dengan memperkenalkan diri dan juga memberikan
informed consent sebagai bentuk persetujuan, setelah itu memberikan
penjelasan dengan adanya pemberian posisi high fowler(90o) dan semi
50
fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing, setelah itu
menjelaskan prosedur lalu mengobservasi pasien dan diberikan intervensi
dan evaluasi frekuensi pernafasan.
7. Membagi responden menjadi dua kelompok, kelompok satu sebagai
intervensi diberikan perlakuan high fowler (90o) dengan kombinasi pursed
lips breathing dan kelompok dua sebagai kontrol diberikan perlakuan semi
fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing.
8. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan pretest saturasi
oksigen, kemudian dilakukan intervensi posisi high fowler (90) dengan
kombinasi pursed lips breathing dan satu kelompok kontrol juga diberikan
intervensi posisi semi fowler (45) dengan kombinasi pursed lips
breathing. Tindakan plb dilakukan 5 kali dengan istirahat 1 menit dan di
ulang sampai 3 kali. Baru dilakukan post untuk mengetahui saturasi
oksigen..
9. Peneliti memberikan reinforcement positif pada semua responden atau
keterlibatannya dalam penelitian. Dan selanjutnya peneliti melakukan
pengelohana data
4.9 Teknik pengelolaan data dan Analisa Data
4.9.1 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu diproses dan
dianalisa secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut ditabulasi dan
dikempokan sesuai dengan variabel yang diteliti (Nursalam, 2016). Langkah-
langkah pengolahan data :
51
1. Editing
Kegiatan yang bertujuan untuk melihat kembali apakah isian pada
lembar pengumpulan data sudah cukup baik sebagai upaya menjaga
kualias data agar dapat diprotes lebih lanjut. Pada saat melakukan
penelitian, apakah ada soal yang belum diisi oleh responden maka
responden diminta untuk mengisi kembali.
2. Coding
Mengubah data yang berbentuk kalimat menjadi bentuk angka. Pada
penelitian ini diberikan kode antara lain :
a. Umur
35- 45
46- 55
56- 75
76 >
b. Jenis kelamin
Laki-laki : 1
Perempuan : 2
c. Pendidikan
Tidak sekolah : 1
SD : 2
SMP : 3
SMA/SMK : 4
Diploma/Sarjana : 5
52
d. Pekerjaan
Tidak bekerja : 1
Pedagang : 2
Petani : 3
Pegawai negeri : 4
Swasta : 5
TNI/POLRI : 6
e. Rutinitas minum obat
Rutin minum obat : 1
Tidak rutin minum obat : 2
3. Entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atu data komputer, kemudian membuat distribusi
frekuensi.
4. Tabulating
Pembuatan tabel Jawaban dimasukan ke tabel, langkah ahir dari
penelitian ini adalah melakukan analisa data. Selanjutnya data dimasukkan
ke komputer dan dianalisis secara statistik.
4.10 Analisa Data
Tahap analisa data merupakan bagian penting untuk mencapai tujuan
penelitian, dimana tujuan pokok penelitian yaitu dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian yang mengungkap suatu fenomena. Data mentah yang
didapat tidak dapat menggambarkan informasi yang diinginkan untuk menjawab
53
masalah penelitian tersebut (Nursalam, 2015). Teknik analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik menggunakan program
spss 16,0. Peneliti menggunakan analisis inferensial untuk mengetahui efektifitas
posisi high fowler dan semi fowler dengan kombinasi pursed lips breathing
terhadap peningkatan saturasi oksigen.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap masing-masing variabel yang
diteliti. Tujuan dari analisa univariat adalah menjelaskan karakteristik
setiap variabel peneliti (Notoatmodjo, 2012). Data yang berbentuk
distribusi frekuensi yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan.
2. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012).
Penelitian ini menggunakan analisis bivariat kelompok yang mendapat
perlakuan. Untuk mengetahui perbandingan kelompok perlakuan posisi
high fowler (90o) dan semi-fowler (45o) dengan kombinasi pured lips
breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen dengan paired t-test dan
independent t-test. Perhitungan uji statistik menggunakan perhitungan
dengan sistem komputerisasi SPSS.
Ada beberapa syarat yang harus terpenuhi yaitu :
a. Jumlah sampel sedikit (<50)
b. Skala data bersifat numerik :Rasio atau Interval
c. Data berdistribusi normal dengan uji normalitas shapiro wilk.
54
d. Data harus Homogen.
Uji homogenitas menggunakan metode levene’s. Dimana didapatkan
hasil nilai yang didapatkan > 0,05 maka data dikatakan homogen.
Hasil analisa disimpulkan sebagai berikut:
1. Menolak H0 (menerima H1) bila diperoleh nilai p < 0,05.
2. Menerima H0 (menolak H1) bila diperoleh nilai p > 0,05.
Apabila ketentuan paired t-test dan independent t-test di atas tidak
memenuhi syarat, maka harus diganti dengan uji Wilcoxon dan mann-
whitney U test.
4.11 Etika Penelitian
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia menjadi
isu sentral yang berkembangan saat ini. Penelitian ilmu keperawatan, karena
hampir 99% subjek yang digunakan adalah manusia, maka peneliti harus
memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Apabila hal ini tidak dilaksanakan,
maka peneliti akan melanggar hak-hak (otonom) manusia yang kebutuhan sebagai
klien. Peneliti yang sekaligus juga perawat, sering memperkuat subjek penelitian
seperti memperlakukan kliennya, sehingga subjek hars menurut semua ajuran
yang diberikan. Padalah pada kenyataan hal ini sangan bertentangan dengan
prinsip-prinsip etika penelitian (Nursalam, 2016) :
1. Informend consent
Lembar persetujuan diberikan kepada setiap calon responden yang diteliti
yang memenuhi kriteria inklusi. Bila calon responden menolak, maka
55
peneliti tidak dapat memeriksa dan tetap menghormati hak-hak yang
bersangkutan.
2. Anonymity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden, tetapi lembar persetujuan tersebut diberikan kode tertentu.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya sekelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
56
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menyajikan hasil dan pembahasan penelitian tentang
efektifitas posisi high fowler(90°) dengan kombinasi pursed lips breathing dan
posisi semi fowler(45°) dengan kombinasi pursed lips breathing terhadap
peningkatan saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif di RSUD
Caruban Kab.Madiun. Penelitian ini dilaksanakan pada 23 April 2018 sampai 04
Juni 2018 dengan jumlah responden sebanyak 32 orang dengan pasien menderita
Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Dimana 16 responden menjadi kelompok
perlakuan dan 16 responden menjadi kelompon kontrol. Dimana untuk
penentuannya diambil sesuai dengan posisi awal pasien yang telah ditetapkan oleh
pihak tenaga Medis.
Pada perlakuan ini peneliti mengkaji pasien sesuai dengan posisi awal
yang telah diberikan oleh pihak tenaga Medis. Peneliti memberikan informconsent
kepada pasien maupun keluarga pasien, kemudian peneliti melakukakan pretest
saturasi oksigen menggunakan alat Puls Oksimentri pada jempol tangan kiri.
Setelah hasilnya terdeteksi dan hasil di bawah 95% maka peneliti memberikan
posisi high fowler (90) atau semi fowler (45). Peneliti memberikan posisi high
fowler (90o), jika posisi awal responden 50-90o dan memberikan posisi semi
fowler (45o), jika posisi awal responden 15-45o. Dari masing-masing tindakan di
kombinasikan dengan Pursed lips breathing yang di lakukan 5 kali kemudian
istirahat 1 menit dan di ulangi sebanyak 3 kali.
57
Data hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu: data umum dan
khusus. Data umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden
berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan. Sedangkan data
khususnya menyajikan peningkatan nilai saturasi oksigen sebelum dan sesudah
diberikan tindakan posisi high fowler (90°) dan semi fowler (45°) dengan
kombinasi pursed lips breathing.
5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian
RSUD Caruban, Kab.Madiun merupakan satu dari sekian RS milik
PEMKAB Madiun yang berupa RSU, dinaungi oleh Pemda Kabupaten dan
Tergolong kedalam Rumah Sakit Tipe C yang merupakan institusi pemberian jasa
layanan kesehatan pada masyarakat bersifat sosial ekonomi yang mengutamakan
keuntungan, dan memberikan pelayanan bagi seluruh lapisan masyarakat
termasuk masyarakat yang tidak mampu sesuai dengan kaidah-kaidah peraturan
yang telah ditetapkan. Sarana layanan kesehatan ditunjukan baik pada masyarakat
sehat maupun yang sakit secara umum atau masyarakat dengan gangguan paru
dan sistem pernafasan secara khusus. Penelitian ini dilaksanakan di ruang khusus
penyakit dalam tidak menular di ruangan Cemara RSUD Caruban, dengan
kapasitas 13 tempat tidur, diantaranya kamar kelas 3 dengan jumlah tempat tidur
10, kelas 2 dengan jumlah 2 tempat tidur dan satu tempat tidur untuk ruang
isolasi. Di ruang Cemara sendiri terdapat alat yang lengkap untuk merawat pasien
dengan penyakit dalam di antaranya Suction, EKG, Nebulizer, Puls Oksimetri dan
lain-lain. Akan tetapi untuk tempat tidur banyak yang tidak mendukung sehingga
58
dalam menaikkan posisi pasien dilakukan manual. Rumah sakit ini juga
menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Data Umum
Data umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden
berdasarkan umur, karakteristik berdasarkan jenis kelamin, karakteristik
responden berdasarkan pendidikan, karakteristik berdasarkan pekerjaan.
1. Karakteristik responden berdasarkan umur.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur
di RSUD Caruban Kab. Madiun pada tanggal 23 April 2018 - 04
Juni 2018.
Usia
(Tahun)
Mean Modus SD Min-Max Sum
60.1250 66.00 8.46 48.00-75.00 1924.00
(Sumber : Data Primer, 2018)
Tabel 5.1 Berdasarkan Karakteristik Responden dari Usia Pasien
Penyakit Paru Obstruktif di Ruang Cemara RSUD Caruban Kab.Madiun
23 April 2018 sampai 04 Juni 2018, memiliki rata-rata berdasarkan usia
yaitu sebagian besar berumur 60 tahun dengan standart deviasi 8.46.
2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin RSUD Caruban Kab. Madiun pada tanggal 23 April
2018- 04 Juni 2018.
No Jenis Kelamin jumlah Presentasi (%)
1 Laki-laki 24 75.0
2 Perempuan 8 25.0
Jumlah 32 100.0
(Sumber : Data Primer, 2018)
Tabel 5.2 Hasil pengukuran Distribusi Frekuensi Berdasarkakan jenis
Kelamin pada Pasien Penyakit Paru Ostruktif Kronik di Ruang Cemara
59
RSUD Caruban Kab.Madiun 23 April 2018 sampai 04 Juni 2018, dan
dapat diketahui sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24
(75%) dan sebagian kecil berjenis kelamin perempuan sebanyak 8
responden (25%).
3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
pendidikan RSUD Caruban Kab. Madiun pada tanggal 23 April
2018- 04 Juni 2018.
No Pendidikan Jumlah Presentasi (%)
1 SD 3 9.4
2 SLTP 7 21.9
3 SLTA 18 56.2
4 Perguruan Tinggi 4 12.5
Jumlah 32 100.0
(Sumber : Data Primer, 2018)
Tabel 5.3 Hasil pengukuran Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pendidikan pada pasien Penyakit Paru Ostruktif Kronik di Ruang Cemara
RSUD Caruban Kab. Madiun 23 April 2018 sampai 04 Juni 2018, dan
dapat diketahui sebagian besar berpendidikan SLTA sebanyak 18 (56.5%)
dan sebagian kecil berpendidikan SD sebanyak (9.4%).
4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
pekerjaan RSUD Caruban Kab. Madiun pada tanggal 23 April
2018- 04 Juni 2018.
No Pekerjaan Jumlah Presentasi (%)
1 Tidak Kerja 3 9.4
2 Pedagang 3 9.4
3 Petani 10 31.2
4 Pegawai Negeri 5 15.6
5 Swasta 10 31.2
6 TNI/ PORLI 1 3.1
Jumlah 32 100.0
(Sumber : Data Primer, 2018)
60
Tabel 5.4 Hasil Perguruan Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan
pada pasien Penyakit Paru Ostruktif Kronik di Ruang Cemara RSUD
Caruban Kab.Madiun 23 April 2018 sampai 04 Juni 2018, dan dapat
diketahui sebagai besar berperkerjaan sebagai besar pekerjaan sebagai
petani dan swasta sebanyak 10 (31,2%) dan sebagian kecil berperkerjaan
sebagai PORLI sebanyak 1 responden (3.1%).
5.2.2 Data Khusus
Data khusus menyajian data hasil pretest dan posttest posisi high fowler
(90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi Pursed lips breathing terhadap
peningkatan saturasi oksigen pada kelompok kontrol, data hasil pretest dan
posttest posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi Pursed
lips breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen pada kelompok eksperimen
dan hasil statistik Mann-Whitney U test merupakan sebagian dari statistik non-
parametrik.
1. Nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik sebelum
dan sesudah dilakukan posisi high fowler (90) dengan kombinasi pursed
lips breathing
a. Tabel 5.5 Hasil nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru
obstruktif.
N Mean
Std.
Deviation Minimum Maximum
Pretest_High_Fowler 16 91.93 2.32 87 94
Postest_High_Fowler 16 99.87 0.34 99 100
(Sumber : Data Primer, 2018)
Tabel 5.5 terjadi peningkatan nilai rata-rata sebelum tidakan dan
setelah tidakan yaitu dari 91.93 menjadi 99.06, dengan standart deviasi
sebelum tindakan 2.32 dan setelah tindakan standart devisiasi menjadi
61
0.34, dan terdapat nilai minimum dan maksimum sebelum tidakan yaitu
87-94 dan terjadi peningkatan setelah tindakan yaitu menjadi 99-100.
b. Tabel 5.6 Hasil perubahan nilai saturasi oksigen
n
Postest_High_Fowler -
retest_High_Fowler
Menurun 0
Meningkat 16
Sama 0
(Sumber : Data Primer, 2018)
Berdasarkan tabel 5.6 hasil perubahan nilai saturasi oksigen pretest-
pottest high fowler (90°) tidak ada penurunan dan sebaliknya terjadi
peningkatan 100%, sedangkan untuk nilai yang sama tidak ada.
2. Nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik sebelum
dan sesudah dilakukan posisi semi fowler (45) dengan kombinasi pursed
lips breathing
a. Tabel 5.7 Hasil nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru
obstruktif.
N Mean Std.
Deviation Minimum Maximum
Pretest_Semi_Fowler 16 91.06 2.01 88 94
Postest_Semi_Fowler 16 97.68 1.53 95 100
(Sumber : Data Primer, 2018)
Tabel 5.7 terjadi peningkatan nilai rata-rata sebelum tindakan dan
setelah tindakan yaitu dari 91.06 menjadi 97.68, dengan standart deviasi
sebelum tindakan 2.01 dan setelah tindakan standart deviasi menjadi 1.53,
dan nilai minimum maksimum sebelum tindakan yaitu 88-95 dan terjadi
peningkatan setelah tindakan yaitu 95-100.
62
b. Tabel 5.8 Hasil perubahan nilai saturasi oksigen
n
Postest_Semi_Fowler -
Pretest_Semi_Fowler
Menurun 0
Meningkat 16
Sama 0
(Sumber : Data Primer, 2018)
Berdasarkan tabel 5.8 hasil perubahan nilai saturasi oksigen pretest-
pottest semi fowler (45°) tidak ada penurunan dan sebaliknya terjadi
peningkatan 100%, sedangkan untuk nilai yang sama tidak ada.
3. Pengaruh posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi
pursed lips breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen
Tabel 5.9 Hasil uji pengaruh nilai saturasi oksigen posisi high fowler (90)
dan semi fowler (45) dengan kombinasi pursed lips breathing.
N Mean Std.
Deviation Minimum Maximum
Nilai
ρ Pretest_High_Fowler 16 91.93 2.32 87 94
0.000 Postest_High_Fowler 16 99.87 0.34 99 100
N Mean Std.
Deviation Minimum Maximum Nilai
Pretest_Semi_Fowler 16 91.06 2.01 88 94
0.000 Postest_Semi_Fowler 16 97.68 1.53 95 100 (Sumber : Data Primer, 2018)
Tabel 5.9 dapat diketahui hasil nilai rata-rata pada pretest high fowler
(90o) yaitu 91.93, postest high fowler (90o) adalah 99.87 sedangkan pada
semi fowler (45o) pretest adalah 91.06 dan untuk posttest 97.68 , untuk
standart deviasi pada high fowler (90) pretest yaitu 2.32 dan posttest 0.34
sedangkan untuk semi fowler (45o) pretest 2.01 dan posttest 1.53, untuk
nilai minimal maksimum pada high fowler (90) pretest 87-94 dan posttest
99-100 dan untuk semi fowler (45) pretest 88-95 dan posttest 99-100.
Sebelum dilakukan uji Independen T-Test peneliti melakukan uji
Normalitas dan Homogenity Of Variance untuk mengetahui apakah data
63
berdistribusi normal dan Homogen. Di karena uji tidak normal dan
homogen, Oleh sebab itu maka peneliti menggunakan uji lain yaitu uji
mann-whitney U test .
Hasil uji mann-whitney U test, dengan menggunakan derajat
kemaknan α =0,05. Setelah dilakukan uji statistik dengan bantuan program
spss diperoleh nilai ρ value =0,00 dengan jumlah responden 32 orang
sehingga ρ value<α (0.00 <0.05) artinya H0 ditolak dan H1 diterima, maka
dapat diartikan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara posisi high
fowler(90°) dan semi fowler(45°) terhadap nilai saturasi oksigen terhadap
penyakit paru obstruktif kronik.
4. Efektifitas posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan
kombinasi pursed lips breathing
Tabel 5.10 Hasil perbandingan keefektifitassan posisi high fowler (90)
dan semi fowler (45) dengan kombinasi pursed lips breathing.
Kelompok N Mean Hasil
Selisih high fowler 16 16.84 269.50
semi fowler 16 16.16 258.50
(Sumber : Data Primer, 2018)
Tabel 5.10 diketahui hasil perbandingan antara posisi high fowler
(90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi pursed lips breathing.
Didapatkan hasil nilai selisih rata-rata pada posisi high fowler (90)
adalah 16.84 dengan hasil 269.50 dan pada semi fowler (45) adalah
16.16 dengan hasil 258.50 . Ini menjunjukkan bahwa hasil high fowler
(90) lebih efektif dibandingkan dengan posisi semi fowler (45).
64
5.3 Pembahasan
5.3.1 Nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik
sebelum dan sesudah dilakukan posisi high fowler (90) dengan
kombinasi pursed lips breathing
Berdasarkan hasil penelitiain terhadap 16 responden di ruang Cemara
RSUD Caruban Kab. Madiun, pada Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa rata-rata
nilai saturasi oksigen sebelum pemberian posisi high fowler (90) dengan
kombinasi pursed lips breathing (mean) 91.93, dengan standart deviasi 2.32, dan
nilai mininum maksimum 87-94. Sedangkan sesudah diberikan posisi high fowler
(90) dengan kombinasi pursed lips breathing didapatkan rata-rata menjadi
(mean) 99.06, kemudian standart deviasi 0.34, dan nilai minimum maksimum 99-
100.
Menurut asumsi peneliti setelah diberikan tindakan Dapat dijelaskan
bahwa pada posisi high fowler (90°) dengan kombinasi pursed lips breathing yang
diberikan pada 16 respoden mengalami peningkatan 100% dan tidak memiliki
nilai peningkatan yang sama. Setelah diberikan posisi high fowler (90°) dengan
kombinasi pursed lips breathing menaikkan nilai saturasi oksigen pada pasien
penyakit paru obstruktif kronik, posisi ini mengurangi sesak karena
menghilangkan tekananan pada diafragma yang dapat mempermudah pertukaran
volume udara yang lebih besar dan memperbaiki transport oksigen dengan
mengontrol pernafasan sehingga pengeluaran CO2 dari paru memberikan peluang
pada O2 untuk mengisi ruang alveolus lebih banyak (Khasanah, 2015).
Selanjutnya sesuai dengan data karakteristik jenis kelamin, responden
yang paling banyak mengalami penyakit paru obatruktif adalah laki-laki, ini
65
berarti bahwa laki-laki lebih beresiko untuk terkena PPOK (Reilly et al, 2008).
Responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 24 dari 32 responden dan
perempuan 8 dari total 32 responden. Sejalan dengan penelitian Nieniek R. (2017)
dengan judul lama sakit berhubungan dengan kualitas hidup pasien penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) menunjukkan data dari Riskesdas (2013) di Amerika
Serikat bahwa prevalensi PPOK pada laki-laki sebesar 11,8% dan untuk
perempuan 8,5%. Dan untuk hasil penelitiannya sendiri dari 60 responden
terdapat 48 orang berjenis kelamin laki-laki dan 12 orang berjenis kelamin
perempuan.
5.3.2 Nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik
sebelum dan sesudah dilakukan posisi semi fowler (45) dengan
kombinasi pursed lips breathing
Berdasarkan hasil penelitiain terhadap 16 responden di ruang Cemara
RSUD Caruban Kab. Madiun, pada Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa rata-rata
nilai saturasi oksigen sebelum pemberian posisi semi fowler (45) dengan
kombinasi pursed lips breathing (mean) 91.06, dengan standart 2.01, dan nilai
minimum maksimum 88-95. Sedangkan sesudah diberikan posisi semi fowler
(45) dengan kombinasi pursed lips breathing didapatkan rata-rata menjadi
(mean) 97.68, standart deviasi 1.53, dan nilai minimum maksimum 95-100.
Menurut asumsi peneliti setelah diberikan tindakan dapat dijelaskan bahwa
pada posisi semi fowler (45°) dengan kombinasi pursed lips breathing yang
diberikan pada 16 respoden juga mengalami peningkatan 100% dan juga tidak
memiliki nilai peningkatan yang sama. Posisi semi fowler (45°) dapat
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernafasan (Musrufatul
66
dan Aziz, 2008). Dimana posisi ini dapat membuat gravitasi menarik diafragm ke
bawah dan memungkinkan ekspansi dada dan ventilasi paru yang lebih besar
(Kozier, 2010). Perpindahan oksigen dari alveolus ke dalam pembuluh darah dan
berlaku sebaliknya untuk karbondioksida, difusi dapat terjadi dari daerah yang
bertekanan tinggi ke tekanan rendah. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada
difusi gas dalam paru yaitu, faktor membran, darah, sirkulasi dan posisi. Posisi
tubuh juga mempengaruhi volume dan kapasitas paru, biasanya menurun bila
berbaring dan meningkat bila berdiri. Perubahan pada posisi ini disebabkan oleh
dua faktor yaitu kecenderungan isi abdomen menekan ke atas melawan diafragma
pada posisi berbaring dan peningktan volume darah paru pada posisi berbaring,
yang berhubungan dengan pengecilan ruang yang tersedia untuk udara dalam paru
( Guyton, 2007). Pada posisi semi fowler (45°) diafragma masih menekan ke atas,
sehingga pada posisi ini belum sepenuhnya dapat memaksimalkan untuk ruang
volume udara dalam paru-paru.
Sedangkan Data karakteristik umur, didapatkan rata-rata umur 60 tahun.
fungsi paru seseorang mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun, setelah itu
fungsinya perlahan-lahan akan menurun. Seorang dengan PPOK, penurunan
fungsi paru akan lebih cepat. Apalagi bila sering terjadi infeksi saluran napas
atas/bawah dan tidak segera diobati sampai sembuh. Karena bekerja lokal, obat
nebu jauh lebih aman dan bisa diberikan berkali-kali dalam sehari.
Hasil dari penelitian Nieniek R. (2017) dengan judul lama sakit
berhubungan dengan kualitas hidup pasien penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK) di dapatkan seluruh responden yang diteliti berusia dewasa ahir dengan
67
total responden 60 orang. Dan pada Berita Kedokteran Masyarakat (BKM
Journal of Community Medical and Publik Health) yang berjudul faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas hidup pasien penyakit paru obstruktif kronis
mengatakan sebagian besar pasien penyakit paru obstruktif kronis berusia 61-70
tahun. Kondisi tersebut sejalan dengan penelitian di Korea Selatan dan Belanda
dimana proporsi tertinggi paien penyakit paru obstruktif kronis pada usia tersebut.
5.3.3 Pengaruh posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan
kombinasi pursed lips breathing terhadap peningkatan saturasi
oksigen
Berdasarkan hasil uji statistik pada Tabel 5.9 dapat diketahui hasil uji
mann-whitney U test, dengan menggunakan derajat kemaknan α=0,05. Setelah
dilakukan uji statistik dengan bantuaun program spss diperoleh nilai ρ value =0,00
dengan jumlah responden 32 orang sehingga ρ value <α (0.00 <0.05) artinya H0
ditolak dan H1 diterima, maka dapat diartikan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara posisi high fowler(90°) dan semi fowler(45°) terhadap nilai
saturasi oksigen terhadap penyakit paru obstruktif kronik.
Tindakan posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) merupakan
intervensi yang dapat mengurangi sesak nafas sehingga meningkatkan saturasi
oksigen di dalam darah (Barbara, 2009). Upaya memperpanjang ekspirasi akan
mencegah udara dihembuskan secara spontan yang dapat berakibat paru kolaps
atau runtuh, dengan demikian dengan bernafas pursed lips breathing membantu
mengeluarkan udara yang terperangkap pada pasien PPOK sehingga CO2 di paru
dapat dikeluarkan sehingga meningkatkan nilai saturasi oksigen. Saturasi oksigen
adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri.
68
Oksigen merupakan unsur kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan
mudah dengan unsur lain terutama menjadi oksida.
Pengeluaran CO2 dari paru memberikan peluang O2 untuk mengisi ruang
alveolus lebih banyak lagi. Apalagi pada bernafas pursed lips breathing juga ada
mekanisme inspirasi yang kuat dan dalam, maka mekanisme ini akan membantu
meningkatkan asupan O2 ke alveolus.
5.3.4 Efektifitas posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan
kombinasi pursed lips breathing
Hasil menunjukkan perubahan nilai saturasi oksigen setelah dilakukan
posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi pursed lips
breathing pada Tabel 5.10 diketahui hasil perbandingan antara posisi high fowler
(90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi pursed lips breathing. Didapatkan
hasil nilai selisih mean pada posisi high fowler (90) adalah 16.84 dan pada semi
fowler (45) adalah 16.16. Ini menunjukkan bahwa hasil high fowler (90) lebih
efektif dibandingkan dengan posisi semi fowler (45). Perbedaan rerata perubahan
nilai saturasi oksigen adalah sebesar 0.68.
Dapat diartikan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian posisi
high fowler (90) dengan kombinasi pursed lips breathing terhadap peningkatan
saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obatruktif. Untuk memperoleh ataupun
mendapatkan O2 agar dapar digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeliminasi CO2
yang dihasilkan juga oleh sel (Sherwood). Sedangkan untuk mendisribusikan
udara kedalam paru melalui trakea, bronkus, dan bronkiolus. Hal yang terpenting
dari seluruh bagan pernafasan adalah menjaga agar saluran tetap terbuka agar
69
udara dapat masuk dan keluar alveoli dengan mudah (Guyton dan Hall, 2008).
Sehingga pemberian posisi high fowler (90) dengan kombinasi pursed lips
breathing dapat diberikan untu pasien penyakit paru obstruktif sebagai salah satu
terapi untuk membantu keefektifan nilai saturasi oksigen.
5.4 Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengakui adanya banyak
kelemahan dan kekurangan sehingga memungkinkan hasil yang ada belum
optimal atau bisa dikatakan sempurna. Banyak sekali kekurangan tersebut antara
lain:
1. Salah satu alat Standart Operasional Prosedur dalam penelitian ini yaitu
menggunakan bantal untuk menjadikan posisi menjadi 90° ataupun 45°.
Bantal di anggap tidak konsisten dalam melakukan tindakan ini karena
tekstur bantal yang tidak tetap.
2. Pasien yang kurang kooperatif.
70
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta diuraikan pada
pembahasan yang terpapar di bab sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan
kesimpulan sebagai beerikut:
1. Nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik sebelum
dan sesudah dilakukan posisi high fowler (90) dengan kombinasi pursed
lips breathing pada pasien penyakit paru obstruktif kronik di RSUD
caruban terjadi peningkatan dengan rata-rata pretest 91.93 dan posttest
99.87.
2. Nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik sebelum
dan sesudah dilakukan posisi semi fowler (45) dengan kombinasi pursed
lips breathing pada pasien penyakit paru obstruktif kronik di RSUD
caruban terjadi peningkatan dengan rata-rata pretest 91.06 dan posttest
97.68.
3. Ada pengaruh posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan
kombinasi pursed lips breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen
pada pasien penyakit paru obstruktif kronik di RSUD.
4. Efektifitas posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan
kombinasi pursed lips breathing breathing terhadap peningkatan saturasi
oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik di RSUD caruban
71
untuk posisi high fowler (90) adalah 16.84 dan pada semi fowler (45)
adalah 16.16. Ini menjunjukkan bahwa hasil high fowler (90) lebih efektif
dibandingkan dengan posisi semi fowler (45). Perbedaan rerata perubahan
nilai saturasi oksigen adalah sebesar 0.68.
6.2 Saran
1. Bagi RSUD Caruban
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka penggunaan
posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi puersed
lips breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen dapat dilanjutkan atau
diterapkan pada pasien penyakit paru obstruktif paru. Tetapi lebih
disarankan yang posisi high fowler (90o) dengan kombinasi pursed lips
breathing.
2. Bagi Institusi STIKES Bhakti Huasada Mulia Madiun
Diharapkan skripsi ini dapat dijadikan referensi dan digunakan bagi
mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya, sehingga
mahasiswa akan mampu mengetahui mengenai pembelajaran pemberian
posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi pursed
lips breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen.
72
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini masih banyak kekurangan dalam pemberian intervensi
diantaranya masalah penambahan pengukuran high fowler (90) dan semi
fowler (45) dengan kombinasi puersed lips breathing karena ada beberapa
tempat tidur yang tidak mendukung.
73
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Aziz dan Uliyah. 2008. Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik: Aplikasi
Dasar-dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Barbara. 2009. Fundamental Nursing Skills and Concepts. United States of
America.
Davey, Patrick. 2005. At Aglance Medicine. Jakarta: Erlangga.
Dinas Kesehatan. 2017. Laporan Universal. Kabupaten Madiun.
Doengoes, Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Gold. 2010. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, Global
Strategi for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronoc
Obstructive Pulmonary Disease.
. 2016. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, Global
Strategi for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronoc
Obstructive Pulmonary Disease.
Grace, et.all. 2011. Ata Glace Lima Bedah. Edisi 3. Yogyakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama.
Hidayat, A.A 2007.Metode Penelitian Kebidanan: Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Ignatavious & work man. 2006. Medical Surgical Nurshing Critical Thingking for
Collaborative Care. Vol.2. Elsevler Sauders: Ohia.
Kamangar, N. 2010. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Kasanah, S. 2013. Efektifitas Posisi Condong kedepan dan Pursed lips breathing
(PLB) terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Pasien Penyakit Paru
Osbtruktif Kronik. Jurnal. Stikes Harapan Bangsa Purworejo.
Kozier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume 2; Edisi 7. Jakarta:
EGC.
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC.
74
Notoatmojo, S. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam, 2011. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pendekatan Praktis
Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
, 2013. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pendekatan Praktis
Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Oemiti. 2013. Lama Sakit Berhubungan dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Jurnal.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/3130
Di akses pada: 20 desember 2017, jam 10.00 WIB.
Parsudi, dkk. 2002. Standart Operatioanal Prosedur Pursed lips breathing.
https://www.scribd.com/document/322005934/SOP-PLB. Diakses pada: 11
Januari 2018, pukul 11.00 WIB.
PDPI. 2016. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Para
Indonesia.
Price, S. A, et.all. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. jakarta:
EGC.
. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Reilly, J.J., Jr., Silverman, E.K., Shapiro, S.D., (2008). Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. In: Fauci et al., ed. Harisson’s Principles of Internal
Medicine. 17 thEd. Vol. 2, Part 10, Chapter 254: 1635-1643
file:///C:/Users/USER/Downloads/Documents/tinjauan%20pustaka%201%2
0ppok.pdf
Riskesdas. 2013. Lama Sakit Berhubungan dengan Kualitas Hidup Pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Jurnal. Studi Keperawatan Bogor
Poltekkes Kemenkes Bandung.
Di akses pada: 19 Desember 2017, jam 08.00 WIB.
Riyanto, B. S., Hisyam B. 2006. Buku Ajar Penyakit Dalam: Obstruksi Saluran
Pernapasan Akut,. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD
FKUI, P.984-5
RS. GANDARIA. 2015. Standar Operasional Prosedur Saturasi Oksigen.
https://www.scribd.com/document/324655126/SOP-monitor-saturasi-
oksigen. Diakses pada: 12 Januari 2018, pukul 12.00 WIB.
75
RSUD Caruban. 2018. Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
Sherwood, L. 2013. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.
Smeltzer S.C., Bare G. B. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume
1; Edisi 8. Jakarta: EGC.
Somantri I. 2012. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Stanley, M. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2006. Fisiologi Tubuh Manusia. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Tabrani. 2013. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans info Media.
Tim Pengajar PRODI S1 Keperawatan STIKES BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN. 2015. Buku Kompetensi Keterampilan Klinik Kebutuhan Dasar
Manusia Program Studi S1 Keperawatan STIKES BHAKTI HUSADA
MULIA MADIUN. www.bhaktihusadamulia.ac.id.
WHO. 2016. Cronic Obstructive Pulmonary Disease.
http://www.who.int/topics/chronic-obstructive-pulmonary-disease/en/2016.
Diakses pada: 13 Desember 2017, pukul 17.00 WIB
76
Lampiran 1 Surat Ijin Pencarian Data Awal
77
78
79
80
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
81
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian
82
Lampiran 4 Lembar Penjelasan Penelitian
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN EFEKTIFITAS POSISI HIGH
FOWLER (90o) DAN SEMI FOWLER(45o) DENGAN KOMBINASI
PURSED LIPS BREATHING TERHADAP PENINGKATAN
SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN PENYAKIT
PARU OBSTRUKTIF KRONIK
DI RSUD CARUBAN
Oleh
EKA FITRI ANDANI
Penulis adalah mahasiswa sarjana keperawatan STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun, peneliti an ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan sarjana keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Tujuan penulisan ini untuk mempelajari pemberian posisi high fowler
(90o) dan semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing terhadap
peningkatan saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik di
RSUD Caruban, partisipasi saudara dalam penuliisan ini akan membawakan
dampak positif dalam upaya mencari keterkaitan pemberian posisi high fowler
(90o) dan semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing terhadap
peningkatan saturasi oksigen. Peneliti mengharap informasi yang ada berikan
nanti sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya dan tanpa dipengaruhi oleh
orang lain. Peneliti menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara.
Informasi yang saudara berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu
pendidikan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.
Partisipasinya anda dalam penulisan ini bersifat bebas, anda bebas untuk
ikut atau tidak tanpa adanya sanksi apapun. Jika anda bersedia menjadi responden
penelitian ini, silahkan anda menandatangani kolom yang tersedia.
Madiun, Juni 2018
Peneliti
EKA FITRI ANDANI
201402071
83
Lembar 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Inform Consent)
Bersedia/ Tidak Bersedia
Dengan Hormat,
Saya sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun :
Nama : EKA FITRI ANDANI
NIM : 201402071
Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang” efektifitas posisi high
(90o) fowler dan semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing
terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif
kronik di RSUD Caruban”
Adapun informasi Bapak/Ibu berikan akan dijamin kerahasiaannya dan
saya bertanggung jawab apabila informasi yang diberikan merugikan Bapak/Ibu.
Sehubungan dengan hal tersebut, apabila Bapak/Ibu setuju ikut serta dalam
penelitian ini dimohon untuk menandatangani kolom yang disediakan.
Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.
Madiun, Juni 2018
Peneliti,
EKA FITRI ANDANI
NIM. 201402071
Responden,
( )
84
Lampiran 6 Lembar Standart Operasional Prosedur
(SOP)
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
STANDART
OPERASIONAL
PROSEDUR
POSISI HIGH FOWLER (90o)
PENGERTIAN Posisi duduk dengan ketinggian 60-900
TUJUAN 1. Memberikan rasa nyaman
2. Membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan
dan kardiovaskular
3. Untuk melakukan aktifitas tertentu
TEMPAT Di RSUD Caruban
PROSEDUR
PELAKSANAAN
Persiapan alat:
1. Tempat tidur
2. Bantal 2-4
Persiapan pasien :
Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yangakan
dilakukan
Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Menaikkan pasien, jika pasien kooperatif:
a. Perawat berdiri disebelah kanan pasien.
b. Mengajukan pasien untuk menekuk kedua lutut.
c. Tangan kanan perawat dibawah ketiak dan
tangan kiri dibelakang punggung pasien dan
pergelangan tangan kiri menyangga leher pasien.
d. Menganjurkan pasien untuk mendorong
badannya kebelakang dan menompang badan
dengan kedua lengan.
4. Bila pasien tidak kooperatif / tidak dapat
membantu:
a. 2 perawat berdiri di kedua sisi tempat tidur.
b. Masing-masing perawat merentangkan 1 tangan
dibawah leher dan 1 tangan dibawah pangkal
paha saling berpegangan.
c. Menganjurkan pasien untuk meletakkan kedua
tangan di atas perut
d. Salah 1 perawat memberikan aba-aba dan
bersama-sama mengangkat pasien ke atas.
85
5. Menyusun bantal atau tempat tidur yang bisa di
naik turunkan dengan sudut awal 60o dan dirubah
menjadi sudut 90o
6. Memberikan posisi yang enak, letakkan bantal
untuk menompang lengan kanan kiri.
7. Pasang selimut pasien
8. Mencuci tangan
9. Catat tindakan yang telah dilakukan
86
Lampiran 7 Lembar Standart Operasional Prosedur
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
STANDART
OPERASIONAL
PROSEDUR
POSISI SEMI FOWLER (45o)
PENGERTIAN Posisi duduk dengan ketinggian 15-45
TUJUAN 1. Memberikan rasa nyaman
2. Membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan
dan kardiovaskular
3. Untuk melakukan aktifitas tertentu
TEMPAT Di RSUD Caruban
PROSEDUR
PELAKSANAAN
Persiapan alat:
1. Tempat tidur
2. Bantal 2-4
Persiapan pasien :
Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yangakan
dilakukan
Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Menaikkan pasien, jika pasien kooperatif:
a. Perawat berdiri disebelah kanan pasien.
b. Mengajukan pasien untuk menekuk kedua lutut.
c. Tangan kanan perawat dibawah ketiak dan
tangan kiri dibelakang punggung pasien dan
pergelangan tangan kiri menyangga leher
pasien.
d. Menganjurkan pasien untuk mendorong
badannya kebelakang dan menompang badan
dengan kedua lengan.
4. Bila pasien tidak kooperatif / tidak dapat
membantu:
a. 2 perawat berdiri di kedua sisi tempat tidur.
b. Masing-masing perawat merentangkan 1 tangan
dibawah leher dan 1 tangan dibawah pangkal
paha saling berpegangan.
c. Menganjurkan pasien untuk meletakkan kedua
tangan di atas perut
d. Salah 1 perawat memberikan aba-aba dan
bersama-sama mengangkat psien ke atas.
87
5. Menyusun bantal atau tempat tidur yang bisa di
naik turunkan dengan sudut awal 15o dan dirubah
menjadi sudut 45o
6. Memberikan posisi yang enak, letakkan bantal
untuk menompang lengan kanan kiri.
7. Pasang selimut pasien
8. Mencuci tangan
9. Catat tindakan yang telah dilakukan
88
Lampiran 8 Lembar Standart Operasional Prosedur
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
STANDART
OPERASIONAL
PROSEDUR
PURSED LIPS BREATHING
PENGERTIAN pursed lips breathing (PLB) adalah terapi yang digunakan
untuk rehabilitasi paru termasuk pasien paru obstruktif
kronik (PPOK) untuk meringankan dyspnea. Pursed lips
breathing adalah bernafas dengan perlahan dan
menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan
abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh
(Parsudi, dkk.,2002).
TUJUAN 1. Meningkatkan efisiensi ventilasi
2. Menurunkan RR
3. Sebagai teknik bernafas dalam rehabilitasi paru
TEMPAT RSUD CARUBAN
PROSEDUR 1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
3. Atur posisi nyaman dengan high fowler (90o)dan semi
fowler(45o)
4. Fleksikan lutut pasien untuk merileksasikan otot
abdominal
5. Letakkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tempat
dibawah tulang iga
6. Anjurkan pasien untuk mulai dengan cara menarik
nafas dalam melalui hidung dengan bibir tertutup
7. Kemudian anjurkan klien untuk menahan nafas sekitar
1-2 detik dan disusul dengan menghembuskan nafas
melaui bibir dengan bentuk mulut seperti orang
meniup
8. Lakukan 5 kali latihan kemudian istirahat dalam 1
menit, dan di ulang selama 3 kali.
9. Catat respon yang terjadi setiap kali melakukan
latihan nafas dalam
10. Cuci tangan
89
Lampiran 9 Lembar Standart Operasional Prosedur
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
STANDART
OPERASIONAL
PROSEDUR
SATURASI OKSIGEN
PENGERTIAN Presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen
dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95-
100%
TUJUAN 1. Menilai data dasar saturasi oksigen yang merupakan
bagian pengkajian oksigenasi.
2. Deteksi dini terhadap perubahan saturasi yang sering
berubah terutama pada keadaan kritis.
3. Mngevaluasi respon pasien terhadap aktivitas
oksigenasi pasien seperti suction, reposisi, merunah
konsentrasi O2.
TEMPAT RSUD CARUBAN
PROSEDUR Persiapan alat : pulse oximeter beserta sensornya
Cara kerja:
a. Cuci tangan
b. Lokasi tempat sensor dibersihkan dari darah/ kotoran
lain.
c. Sambungkan oximeter dengan menekan tombol
power on/ off
d. Set alarm secara tepat da cek fungsi lainnya
e. Pilih sensor yang tepat sesuai lokasi tempat sensor
yaitu jempol tangan kiri.
f. Sambungkan sensor lempeng/ klim pada tangan/
kaki/ telingan (peneliti menggunakan jempol tangn
kiri).
g. Untuk mematikan tekan kembali tombol power on/
off.
90
Lampiran 10 Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
NILAI SATURSI OKSIGEN
A. Identitas Responden
1. Identitas Responden
a. No Responden :
b. Nama Responden :
c. Jenis Kelamin : (L / P)
d. Umur :
e. Pendidikan :
o Tidak sekolah
o DS
o SLTP
o SLTA sederajat
o Perguruan
f. Pekerjaan :
o Tidak bekerja
o Pedagang
o Petani
o Pegawai negeri
o Swasta
o TNI/POLRI
B. Nilai Saturasi Oksigen
1. Nilai saturasi oksigen sebelum dan setelah melakukan terapi pemberian
posisi high fowler 90o dan semi fowler 45o dengan kombinasi pursed lips
breathing
INTERVENSI SEBELUM SESUDAH
Posisi high fowler (90o) dengan kombinasi
pursed lips breathing
Posisi semi fowler (45o) dengan kombinasi
pursed lips breathing
Taggal pelaksanaan :
Hasil pemeriksaan :
91
Lampiran 11 Hasil Observasi
HIGH FOWLER (90°)
No Nama (Inisial) Nilai Saturasi Oksigen
Sebelum Sesudah
1 Tn.T 91 99
2 Tn.I 94 100
3 Tn.S 88 100
4 Tn.S 94 100
5 Ny. S 94 100
6 Tn.T 94 100
7 Ny.T 93 100
8 Tn.S 91 100
9 Tn.K 87 100
10 Tn.Y 94 100
11 Ny.P 90 99
12 Tn.F 94 100
13 Ny.I 91 100
14 Tn.W 90 100
15 Ny.M 94 100
16 Tn.P 91 100
SEMI FOWLER (45°)
No Nama (Inisial) Nilai Saturasi Oksigen
Sebelum Sesudah
1 Ny.N 89 99
2 Tn.T 88 97
3 Tn.M 90 99
4 Tn.M 89 98
5 Ny. S 89 98
6 Tn.B 89 95
7 Tn.E 89 98
8 Ny.L 94 99
9 Tn.U 89 99
10 Tn.B 90 95
11 Ny.S 93 100
12 Tn.A 92 96
13 Ny.E 89 96
14 Tn.D 89 97
15 Ny.M 94 98
16 Tn.I 88 99
92
Lampiran 12 Data Tabulasi
DATA TABULASI RESPONDEN SEBELUM DAN SESUDAH POISI HIGH FOWLER (90°)
No Tanggal Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Nilai sebelum Nilai sesudah
1 23-Apr-18 Tn.T 48 L SMA Pegawai Negeri 91 99
2 24-Apr-18 Tn.I 53 L SMA Swata 94 100
3 24-Apr-18 Tn.S 63 L SMA Petani 88 100
4 25-Apr-18 Tn.S 66 L SMA Petani 94 100
5 26-Apr-18 Ny. S 72 P SMP Petani 94 100
6 28-Apr-18 Tn.T 62 L SMA Swata 94 100
7 30-Apr-18 Ny.T 69 P SMA Pedagang 93 100
8 01-Mei-18 Tn.S 67 L SMP Petani 91 100
9 05-Mei-18 Tn.K 66 L SMA Pedagang 87 100
10 06-Mei-18 Tn.Y 73 L SD Tidak Bekerja 94 100
11 09-Mei-18 Ny.P 69 P SMA Swata 90 99
12 09-Mei-18 Tn.F 51 L Perguruan Pegawai Negeri 94 100
13 11-Mei-18 Ny.I 49 P Perguruan Pegawai Negeri 91 100
14 13-Mei-18 Tn.W 52 L SMA Swata 90 100
15 13-Mei-18 Ny.M 61 P SMA Swata 94 100
16 16-Mei-18 Tn.P 73 L SMP Tidak Bekerja 91 100
93
DATA TABULASI RESPONDEN SEBELUM DAN SESUDAH POSISI SEMI FOWLER (45°)
No Tanggal Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Nilai sebelum Nilai sesudah
1 25-Apr-18 Ny.N 53 P SMP Petani 89 99
2 25-Apr-18 Tn.T 63 P SMA Swasta 88 97
3 28-Apr-18 Tn.M 50 L Perguruan Pegawai Negeri 90 99
4 02-Mei-18 Tn.M 49 L SMA Porli 89 98
5 04-Mei-18 Ny. S 59 L SMA Petani 89 98
6 06-Mei-18 Tn.B 75 L SD Tidak Bekerja 89 95
7 11-Mei-18 Tn.E 48 L SMA Swasta 89 98
8 16-Mei-18 Ny.L 54 P SD Petani 94 99
9 17-Mei-18 Tn.U 52 L SMA Swasta 89 99
10 19-Mei-18 Tn.B 66 L SMP Petani 90 95
11 23-Mei-18 Ny.S 55 L SMP Petani 93 100
12 23-Mei-18 Tn.A 58 L Perguruan Pegawai Negeri 92 96
13 26-Mei-18 Ny.E 55 L SMA Swasta 89 96
14 28-Mei-18 Tn.D 60 L SMA Pedagang 89 97
15 30-Mei-18 Ny.M 61 L SMA Swasta 94 98
16 04-Jun-18 Tn.I 72 L SMP Petani 88 99
94
Lampiran 13 Data Frekuensi
Data Frekuensi
Statistics
Umur
N Valid 32
Missing 0
Mean 60.1250
Median 60.5000
Mode 66.00
Std. Deviation 8.46530
Minimum 48.00
Maximum 75.00
Sum 1924.00
Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid L 24 72.7 75.0 75.0
P 8 24.2 25.0 100.0
Total 32 97.0 100.0
Missing System 1 3.0
Total 33 100.0
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SD 3 9.1 9.4 9.4
SLTP 7 21.2 21.9 31.2
SLTA 18 54.5 56.2 87.5
Perguruan 4 12.1 12.5 100.0
Total 32 97.0 100.0
Missing System 1 3.0
Total 33 100.0
95
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Bekerja 3 9.1 9.4 9.4
Pedagang 3 9.1 9.4 18.8
Petani 10 30.3 31.2 50.0
Pegawai Negeri 5 15.2 15.6 65.6
Swasta 10 30.3 31.2 96.9
TNI/Porli 1 3.0 3.1 100.0
Total 32 97.0 100.0
Missing System 1 3.0
Total 33 100.0
96
Lampiran 14
UJI NORMALITAS
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pretest_High_Fowler 16 50.0% 16 50.0% 32 100.0%
Postest_High_Fowler 16 50.0% 16 50.0% 32 100.0%
Pretest_Semi_Fowler 16 50.0% 16 50.0% 32 100.0%
Postest_Semi_Fowler 16 50.0% 16 50.0% 32 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Pretest_High_
Fowler
Mean 91.9375 .58072
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 90.6997
Upper Bound 93.1753
5% Trimmed Mean 92.0972
Median 92.5000
Variance 5.396
Std. Deviation 2.32289
Minimum 87.00
Maximum 94.00
Range 7.00
Interquartile Range 3.75
Skewness -.826 .564
Kurtosis -.310 1.091
Postest_High_
Fowler
Mean 99.0625 .41300
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 98.1822
Upper Bound 99.9428
5% Trimmed Mean 99.2361
Median 1.0000E2
97
Variance 2.729
Std. Deviation 1.65202
Minimum 95.00
Maximum 100.00
Range 5.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -2.141 .564
Kurtosis 3.671 1.091
Pretest_Semi_
Fowler
Mean 90.0625 .50389
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 88.9885
Upper Bound 91.1365
5% Trimmed Mean 89.9583
Median 89.0000
Variance 4.062
Std. Deviation 2.01556
Minimum 88.00
Maximum 94.00
Range 6.00
Interquartile Range 2.50
Skewness 1.187 .564
Kurtosis .008 1.091
Postest_Semi_
Fowler
Mean 97.6875 .38426
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 96.8685
Upper Bound 98.5065
5% Trimmed Mean 97.7083
Median 98.0000
Variance 2.362
Std. Deviation 1.53704
Minimum 95.00
Maximum 100.00
Range 5.00
Interquartile Range 2.75
98
Skewness -.531 .564
Kurtosis -.773 1.091
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest_High_Fowler .250 16 .008 .837 16 .009
Postest_High_Fowler .360 16 .000 .593 16 .000
Pretest_Semi_Fowler .326 16 .000 .768 16 .001
Postest_Semi_Fowler .206 16 .069 .908 16 .108
a. Lilliefors Significance Correction
99
Lampiran 15
UJI WILCOXON
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Pretest_High_Fowler 16 91.9375 2.32289 87.00 94.00
Postest_High_Fowler 16 99.8750 .34157 99.00 100.00
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Postest_High_Fowler - Pretest_High_Fowler
Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 16b 8.50 136.00
Ties 0c
Total 16
a. Postest_High_Fowler < Pretest_High_Fowler
b. Postest_High_Fowler > Pretest_High_Fowler
c. Postest_High_Fowler = Pretest_High_Fowler
Test Statisticsb
Postest_High_Fowler -
Pretest_High_Fowler
Z -3.552a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Pretest_Semi_Fowler 16 90.0625 2.01556 88.00 94.00
Postest_Semi_Fowler 16 97.6875 1.53704 95.00 100.00
100
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Postest_Semi_Fowler - Pretest_Semi_Fowler
Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 16b 8.50 136.00
Ties 0c
Total 16
a. Postest_Semi_Fowler < Pretest_Semi_Fowler
b. Postest_Semi_Fowler > Pretest_Semi_Fowler
c. Postest_Semi_Fowler = Pretest_Semi_Fowler
est Statisticsb
Postest_Semi_Fowler -
Pretest_Semi_Fowler
Z -3.530a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
101
Lampiran 16
Mann-Whitney Test
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
selisih high fowler 16 16.84 269.50
semi fowler 16 16.16 258.50
Total 32
Test Statisticsb
selisih
Mann-Whitney U 122.500
Wilcoxon W 258.500
Z -.210
Asymp. Sig. (2-tailed) .833
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .838a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Kelompok
Case Processing Summary
kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
selisih_high_fowler high fowler 16 100.0% 0 .0% 16 100.0%
selisih_semi_fowler high fowler 16 100.0% 0 .0% 16 100.0%
Descriptivesa,b
kelompok Statistic Std. Error
selisih_high_fowler high fowler Mean 7.9375 .54367
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 6.7787
Upper Bound 9.0963
5% Trimmed Mean 7.8194
Median 7.5000
Variance 4.729
102
Std. Deviation 2.17466
Minimum 6.00
Maximum 12.00
Range 6.00
Interquartile Range 3.75
Skewness .758 .564
Kurtosis -.666 1.091
selisih_semi_fowler high fowler Mean 7.5625 .59139
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 6.3020
Upper Bound 8.8230
5% Trimmed Mean 7.6250
Median 8.5000
Variance 5.596
Std. Deviation 2.36555
Minimum 3.00
Maximum 11.00
Range 8.00
Interquartile Range 3.75
Skewness -.538 .564
Kurtosis -.787 1.091
a. There are no valid cases for selisih_high_fowler when kelompok = 2,000. Statistics cannot be computed for this level.
b. There are no valid cases for selisih_semi_fowler when kelompok = 2,000. Statistics cannot be computed for this level.
Tests of Normalityb,c
kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
selisih_high_fowler high fowler .251 16 .008 .829 16 .007
selisih_semi_fowler high fowler .228 16 .025 .929 16 .231
a. Lilliefors Significance Correction
b. There are no valid cases for selisih_high_fowler when kelompok = 2,000. Statistics cannot be
computed for this level.
c. There are no valid cases for selisih_semi_fowler when kelompok = 2,000. Statistics cannot be
computed for this level.
103
Lampiran 17
DOKUMENTASI
104
105
Lampiran 18
Jadwal Penyusunan Skripsi
No Nama kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1. Pengajuan judul
2. Penyusunan dan
konsultasi proposal
3. Ujian proposal
4. Revisi proposal
5. Penelitian
6. Proses penyusunan
skripsi
7. Bimbingan skripsi
8. Ujian skripsi
106
Lampiran 19 Lembar Konsultasi Bimbingan
107
108