Audit untuk Mengetahui Penyebab Kematian Ibu
di Tingkat Kabupaten
Gunawan Supratikto, MotherCare/lndonesia Careine Ronsmans, MotherCare/Washington
Margaret E. Wirth, MotherCare/lndonesia Endang Achadi, MotherCare/lndonesia
Seri Laporan MotherCare Indonesia No. 06
Publikasi ini dimungkinkan melalui dukungan yang diberikan oleh JOHN SNOW, INC./ MOTHERCARE PROJECT and THE OFFICE OF HEALTH AND NUTRITION, BUREAU FOR GLOBAL PROGRAMS, FIELD SUPPORT AND RESEARCH, U.S. AGENCY FOR INTERNA
TIONAL DEVELOPMENT, dibawah kontrak No. HRN-C-00-98-00050-00. Opini yang disampaikan dalm publikasi ini merupakan opini para penulisnya dan tidak berarti
merefleksikan pendapat/pandangan dari the U.S. Agency for International Development atau John Snow, Inc
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian lbu
Audit untuk Mengetahui Penyebab Keadaan Kematian lbu di Tingkat Kabuaten di Kalimantan Selatan, Indonesia
Gunawan Supratikto (1), Carine Ronsmans (3), Margareth Wirth (1),
Endang Achadi ( 1, 2)
(1) MotherCare!John Snow, Inc., Indonesia; (2) Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indo
nesia, Jakarta; (3) London School of Hygiene and Tropical Medicine, UK
PENDAHULUAN
Tingginya angka kematian ibu dan bayi di negara berkembang merupakan tantangan yang harus
dihadapi oleh pakar-pakar kesehatan. Banyaknya kematian ibu dan bayi sebenamya dapat
dihindari dengan penanganan yang tepa! dan proporsi terbesar disebabkan kama buruknya
penanganan persalinan (WHO 1994, Kusiako et al 2000). Dibutuhkan cara-cara inovatif untuk
menjamin bahwa wanita menerima pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi.
Satu cara untuk meningkatkan kualitas pelayanan wanita adalah dengan melakukan audit
pelayanan. Audit umumnya terfokus pada pelayanan di fasilitas kesehatan dan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara membandingkan pelayanan yang diberikan
dengan pelayanan standar yang disetujui (Crombie et al1993). Ketika defisiensi pelayanan
persalinan teridentifikasi, diupayakan mekanisme perbaikan dan tindakan.
Contoh audit nasional yang Ieiah berpengaruh dalam kontek kesehatan maternal adalah
penyelidikan kualitas kesehatan ibu pada tingkat nasional yaitu Penelusuran Rahasia Jnggris
(British Confidential Enquiries) terhadap kematian ibu, yang diajukan pada tahun 1952 (Ministry
of Health 1957). Sehubungan dengan penelusuran tersebut, dilakukan review terhadap seluruh
rekaman yang berkaitan dengan kematian ibu, pemeriksaan faktor-faktor yang menjadi
penyebab kematian, dan pembuatan rekomendasi untuk meningkatkan praktek klinik. Bila ada
pengalaman ekstensif dengan pendekatan seperti itu di negara maju, ada sedikit pengalaman
sejauh ini dengan audit atau penyelidikan pelayanan kesehatan ibu di negara-negara
berkembang (Mancey-Jones dan Brugha 1997).
1
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian lbu
Pada makalah ini, kami mengungkapkan pengalaman penelusuran kematian ibu dan bayi yang
bertujuan merekam faktor-faktor medis dan non medis yang mungkin berkontribusi terhadap
kematian ibu dan bayi. Pada tahun 1994, Departemen Kesehatan Rl memperkenalkan sistem
audit ibu dan bayi sebagai ala! untuk keberlanjutan surveilans kematian ibu dan bayi dan kualitas
pelayanan obstetrik dibawah tanggungjawab sistem kesehatan kabupaten. Sistem audit adalah
unik dimana upaya-upaya dibuat untuk mengalihkan uji pelayanan substandar ke formulasi
rekomendasi untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan. Tujuan dari makalah ini
adalah untuk menjabarkan sistem audit ibu dan bayi di tiga kabupaten di Kalimantan Selatan,
Indonesia dan untuk menggambarkan pelajaran kunci untuk perbaikan sistem.
Konteks Safe Motherhood di Kalimantan Selatan, Indonesia
Angka kematian ibu di Indonesia diperkirakan sekitar 390 per 100.000 kelahiran hid up (BPS,
1995). Fakta yang menyatakan bahwa mayoritas persalinan dilakukan di rumah oleh dukun
terlatih membawa DepKes meluncurkan program pelatihan bidan untuk ditempatkan di pos
kesehatan desa (posyandu). Pada tahun 1999,1ebih dari 54,000 bidan dilatih dan ditempatkan
di desa-desa. Bidan di desa diharapkan untuk tinggal di masyarakat yang mereka layani dan
kerja mereka disupervisi oleh dokter dan bidan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) di
kecamatan. Mereka memberikan pelayanan antenatal, persalinan dan pasca persalinan kepada
seluruh ibu selama kunjungan rumah atau di klinik. Bersama-sama dengan bidan di puskesmas,
mereka membentuk kader pelayan persalinan profesional yang mudah dicapai oleh wanita
hingga di daerah yang paling terpencil.
Pada tahun 1995, DepKes didukung oleh MotherCare, USA, memperkenalkan pelayanan Safe
Motherhood tambahan di tiga kabupaten di Kalimantan Selatan, sebuah propinsi yang agak
pedesaan di pulau Borneo, Indonesia. Survei saudara kandung yang dilakukan pada tahun
1995 memperkirakan angka kematian ibu di Kalimantan Selatan berjumlah 543 per 100,000
kelahiran hidup (Kantor Statistik Propinsi, 1996). Ada 5 rumah saki! pemerintah dan 55
puskesmas yang melayani sekitar satu juta penduduk di tiga kabupaten di Kalimantan Selatan.
Pada tahun 1997, diperkirakan sekitar 25 juta wan ita hamil di tiga kabupaten tersebut dilayani
oleh lebih dari 530 bidan di desa (sekitar 50 kehamilan per bidan per tahun).
2
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian lbu
Sistem Audit lbu dan Bayi (AMP)
Audit ibu dan bayi dikembangkan pada tahun 1994 sebagai salah satu dari banyak strategi
DepKes untuk menekan kematian ibu. DepKes membuat panduan MPA untuk dikembangkan di
delapan propinsi di Indonesia. Dari inisiatif ini, 'model' proyek MPA diterapkan di dua propinsi,
Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. lnisiatif Safe Motherhood didukung oleh MotherCare di
Kalimantan Selatan, yang dimulai pada akhir 1995, membangun pengalaman MPA dari dua
propinsi tersebut dan telah dikembangkan. Disini kami melaporkan proses perkembangan MPA
di tiga kabupaten yang tercakup oleh program MotherCare. Walaupun fokus MPA diberikan
untuk kematian bayi dan ibu, makalah ini hanya menampilkan laporan audit kematian ibu.
Tujuan dari MPA adalah untuk menurunkan kematian ibu dan bayi melalui perbaikan kualitas
pelayanan kesehatan ibu dan bayi di tingkat kabupaten. Secara lebih spesifik, tujuan dari MPA
adalah (1) mengidentifikasi faktor-faktor pelayanan yang tidak dapat dihindarkan atau
substandar untuk kematian ibu dan bayi, (2) meningkatkan link antara kantor dinas kesehatan
kabupaten, rumah saki! kabupaten dan puskesmas, (3) membuat rekomendasi untuk
memperbaiki organisasi pelayanan dan pelayanan klinik di tingkat kabupaten, dan (4)
mengetahui penyebab utama kematian ibu dan bayi. Disamping elemen pelayanan fasilitas,
MPAjuga mengungkapkan kendala-kendala di tingkat masyarakat dalam mencari pelayanan
seperti terlambat dalam membuat keputusan di tingkat keluarga dan masalah transportasi.
Dengan memfokuskan pada kendala medis dan non medis dalam memanfaatkan pelayanan
yang tepat di kabupaten, MPA dilihat sebagai alat berharga untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan ibu yang komprehensif di tingkat kabupaten.
Komponen sistem MPA
Penegasan dan /aporan kematian
Di Kalimantan Selatan, banyak kasus kematian bayi dan ibu yang terjadi di masyarakat atau
pad a saat transit ke fasilitas kesehatan, dan sistem registrasi kematian yang penting sering
hilang. Di Indonesia, luasnya cakupan bidan di desa memungkinkan untuk membuat registrasi
kematian yang lengkap. Pada tahun 1999, bidan di desa di Kalimantan Selatan menolong
hampir 100% wanita hamil untuk antenatal dan 50% saat persalinan. Bidan di desa bertanggung
jawab untuk melaporkan seluruh kematian ibu dan bayi di masyarakat ke puskesmas (gambar
1 ). Bidan mengetahui adanya kematian bisa karen a dia sendiri yang menolong, atau karena
tokoh masyarakat atau dukun melaporkannya. Selain itu, kematian ibu yang te~adi di rumah
3
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian lbu
saki! dilaporkan secara tidak langsung ke kantor kesehatan kabupaten, yang mengabari bidan di
desa yang bertanggung jawab terhadap masyarakat dimana almarhumah sebelumnya tinggal.
(Catalan: ketika rumah saki! melaporkan ke kantor kesehatan kabupaten, itu bulan berikutnya,
sehingga terlambat untuk melakukan verbal otopsi. Karena itu, seharusnya ada cara lain, yaitu
orang (BdD) yang melaporkan adanya kematian, melakukan otopsi dalam waktu seminggu, se
hingga bisa diketahui apakah kematian terjadi di rumah saki! atau bukan, dan sesuai perekaman
kematian di rumah saki!, baik apakah rumah saki! melaporkan atau tidak ke kantor kabupaten).
Interview pasca kematian
Segera setelah bidan di desa menemukan kematian ibu atau bayi di masyarakat, dia
mengunjungi keluarga almarhum untuk wawancara. Wawancara biasanya dilakukan dalam
waktu satu minggu setelah kematian. Otopsi verbal ini mencari Ianda-Ianda dan gejala-gejala
klinis yang tidak ter-cover serta faktor-faktor ekonomi yang menjadi penyebab kematian,
termasuk keterlambatan (Ronsmans dan Campbell 1995). Pemeriksaan klinis otopsi verbal
mencakup checklist sejarah obstetrik wanita, data mengenai kehamilan sekarang, sejarah
persalinan terakhir, sejarah persalinan, dan komplikasi pada persalinan terakhir.
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor non-medis penyebab kematian, pewawancara di pandu oleh
konsep kerangka kerja yang dikembangkan oleh MotherCare/JSI, yang disebut 'jalan untuk
selamat' (gambar 2). Jalan untuk selamat menyusun kembali rangkaian peristiwa yang
kompleks yang mungkin menyebabkan kematian ibu dan bayi. Perhatian terutama diberikan
kepada dokumentasi adanya dan alasan keterlambatan keluarga dalam mengambil keputusan
untuk merujuk si ibu yang mengalami komplikasi, keterlambatan dalam mendapatkan pelayanan
yang tepa!, dan keterlambatan dalam menerima pelayanan dari petugas kesehatan setelah
tingkat pelayanan yang tepa! Ieiah dicapai.
Untuk wanita yang Ieiah tiba di tempat pelayanan kesehatan sebelum meninggal, bidan di desa
juga menghubungi seluruh petugas pelayanan yang terkait (dukun bayi, bidan dan/atau dokter)
dan meminta informasi lebih lanjut dari mereka. Bila wanita Ieiah dirawat di rumah saki!, bidan di
desa juga melihat catatan medis dan elemen-elemen lain yang dia rasa relevan terhadap kasus.
Akhirnya, bida di desa menyimpulkan penyebab kematian dan melaporkannya secara langsung
ke puskesmas dimana bidan senior atau dokter memeriksa informasi yang dikumpulkan untuk
kelengkapan dan konsistensi. Stat di puskesmas juga memeriksa keakuratan penyebab
kematian. Seluruh lembaran interview dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten.
4
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian lbu
Team MPA kabupaten
Setiap satu atau dua bulan, diadakan pertemuan di tingkat kabupaten yang dihadiri oleh staf dari
puskesmas, bidan terlibat dalam kasus yang dibicarakan, dan team MPA kabupaten untuk
mendiskusikan kematian ibu dan bayi yang terjadi di kabupaten. Team MPA kabupaten terdiri
dari administrator kesehatan tingkat kabupaten dan dokter rumah saki! kabupaten. Bila
keterlibatan masyarakat dianggap sebagai penyebab utama kasus tertentu, perwakilan dari
organisasi wanita atau organisasi masyarakat lainnya diundang untuk mengikuti pertemuan
audit. Pertemuan audit biasanya terdiri dari 20-30 orang. Peserta yang menghadiri pertemuan
tidak dibayar tetapi mereka mendapatkan biaya pengganti untuk transportasi dan makanan.
Untuk lebih mendalam, diskusi partisipatori setiap kasus, jumlah kasus yang didiskusikan
dibatasi hanya dua atau tiga, biasanya hanya satu kematian ibu dan satu kematian bayi.
Kasus-kasus dipilih secara purposif berdasarkan masalah yang teridentifikasi, frekuensi
penyebab medis kematian dan untuk menjamin keragaman dari satu pertemuan ke pertemuan
berikutnya.
Pada pertemuan kabupaten, bidan di desa menyajikan latar belakang kasus dan kronologi
peristiwa yang membawa kepada kematian dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari
interview pasca kematian. Data puskesmas dan rekaman rumah saki! hanya ditampilkan bila
dibutuhkan. Berikutnya, peserta mendiskusikan kasus mengenai manajemen kasus klinis
dipandu oleh pakar obstetrik dan pediatrik dari rumah sa kit kabupaten. Tujuan dari pertemuan
tidak untuk menyalahkan tetapi untuk membuka tabir yang menjadi penyebab kematian. Dalam
menguji saksi pada keputusan klinis dan elemen struktur sistem kesehatan yang berkontribusi
kepada kematian ibu dan bayi, kelompok profesional kesehatan terlibat dalam review sejawat
konstruktif dan proses pembelajaran yang didisain untuk memperbaiki kualitas pelayanan di
setiap tingkatan.
Berdasarkan kepada faktor-faktor yang berkontribusi yang teridentifikasi selama pertemuan
audit, team MPA pada inisiatif manajemen disain tingkat kabupaten, mengajukan pelatihan
tambahan dan merekomendasikan protokol klinis serta perubahan kebijakan untuk menghindari
kesalahan yang sama di kemudian hari. Rekam formal keputusan yang dihasilkan selama
pertemuan di simpan oleh pelapor dan di review oleh kelompok pada akhir pertemuan. Hasil
dan rekomendasi juga didiskusikan pada awal subsequen pertemuan MPA untuk melihat
kemajuan yang dibuat dalam memecahkan masalah yang tidak terbuka pada pertemuan
sebelumnya.
5
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian lbu
Pertemuan regional (kecamatan)
Kabupaten menghadapi kesulitan dalam upaya untuk mempertahankan pertemuan dengan
forum kecil untuk diskusi aktif dan menyertakan sejumlah bidan yang signifikan dalam setiap
pertemuan. Dalam upaya untuk menyertakan lebih banyak lagi bidan unluk partisipasi,
kabupalen mengembangkan pertemuan regional yang lebih kecil yang diselenggarakan seliap
liga bulan. Pertemuan regional umumnya lerdiri dari empal atau lima puskesmas. Jadi selain
pertemuan di kabupalen yang diadakan seliap dua bulanan lerdapat pertemuan tingkal
kecamalan yang dilakukan setiap satu atau dua bulan.
Data dari sistem MPA
Kematian ibu
Anlara lahun 1995 dan 1999, bidan di desa melakukan 130 interview pasca kematian (50 di
Banjar, 25 di Barilo Kuala dan 55 di HSS). Kasus bervarias seliap lahunnya dan anlar
kabupalen (label 1 ). Kabupalen HSS kelihatannya memiliki laporan kematian ibu yang paling
komprehensif, selama jumlah kelahiran hidup lebih rendah dibandingkan kabupalen lainnya1 •
Penyebab klinis kematian adalah perdarahan (41%) sedangkan penyakit darah linggi
merupakan penyebab kematian kedua (32% ), dan sepsis alau dystocia hanya 5% dan 1% (label
2). Ke liga kabupaten memiliki pola laporan penyebab kemalian yang mirip salu sama lainnya.
Tingkal pemberi pelayanan lertinggi yang berhubungan dengan kemalian disajikan pada label 3.
Kurang dari selengah (41,5%) dari wanila telah bertemu dengan bidan alau dokler sebelum
meninggal. Sebagian besarwanila (69,2%) meninggal di luar fasililas kesehalan.
Faktor-faktor yang berkontribusi
lnformasi mengenai faklor-faklor yang berkonlribusi yang lersedia unluk 30 kemalian ibu Ieiah
diaudil pad a lahun 1998 dan 1999 (label 4 ). Kelerlambatan dalam mengambil kepulusan dan
rendahnya kualilas pelayanan di fasililas kesehatan dilihal sebagai faklor-faklor penyebab pada
1 Berdasarkan statistik 1996, jumlah kelahiran hidup per tahun adalah 11.977 di Baujar, 7.097 di Barito
Kuala dan 4.718 di HSS ( Ronsmans dkk 1999).
6
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian lbu
77% dan 60% kematian. Kendala ekonomi dianggap berkontribusi pada 37% kematian,
sedangkan jarak ke petugas atau fasilitas kesehatan atau kendala transportasi bukan sebagai
faktor yang menonjol. Yang menarik, team review menemukan bahwa penolakan untuk mencari
pelayanan mungkin berkontribusi terhadap setengah dari kematian.
Tabulasi faktor-faktor pendorong lidak mengungkapkan dalamnya informasi yang dapat
diperoleh dari otopsi verbal. Seperti pada studi kasus yang ditunjukkan pada gambar 3, faktor
faktor ganda mungkin berkontribusi terhadap kematian, dan tidak mudah untuk menentukan satu
faktor tunggal yang bisa mencegah kematian. Cerita yang disajikan pada gambar 3 adalah
mengenai Ny. A, yang meninggal karena retained placenta diikuti dengan perdarahan dan
shock. Jelas bahwa ada keterlambatan ganda dalam mengambil keputusan dan kendala
logistik. Pertama, kenyataan bahwa Ny. A menderita tiga jam retained placenta sebelum
mencari pertolongan medis terlatih karena dukun terlambat mengenal kondisi darurat. Kedua,
kelerlambatan dalam membuat keputusan di keluarga untuk membawa si ibu ke rumah saki!
kelika bidan di desa yang dipanggil menambahkan setengah jam lagi keterlambatan.
Keterlambatan berikutnya karena mendapatkan transportasi yang memerlukan waktu 45 menit,
dan akhirnya, keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan.
Selain itu, ada isu-isu tertentu pada kasus yang berhubungan dengan keputusan yang dibuat
oleh keluarga dan sikap terhadap sektor kesehatan. Ny. A dan keluarga lidak memilih petugas
kesehatan terlatih untuk persalinan tetapi lebih memilih dukun bayi.
Akhirnya, ada isu-isu yang teridentifikasi yang berhubungan dengan kualitas pelayanan
kesehatan yang tersedia. Antenatal care yang dilakukan oleh Ny. A tidak termasuk uji hemoglo
bin, yang bila rendah, mungkin menandakan perlunya perawatan dan bukan hanya sekedar
suplemen tablet besi rutin. Terlihat juga bahwa peralatan yang digunakan oleh bidan di desa di
posyandu tidak memadai. Bidan di desa mengatakan bahwa peralatan yang digunakan untuk uji
hemoglobin Ieiah rusak dan Ny. A lidak ingin pergi ke puskesmas untuk uji hemoglobin.
Panduan obstetrik pertemuan audit juga mencatat bahwa bid an di desa seharusnya memberikan
sekurangnya 5 botol (1000 cc) infus untuk mereka yang dalam keadaan shock, menekan
kantung infus bila dibutuhkan, dan menyarankan bahwa perlunya pelatihan lanjutan untuk bidan
didesa mengenai pelayanan darurat. Bidan di desa juga seharusnya dilengkapi dengan kit
dengan jarum suntik yang lebih flexible dan alur infus yang lebih cepat.
7
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian lbu
Upaya tindakan dan saran pemecahan
Contoh rekomendasi yang berasal dari MPA termasuk pelatihan tambahan untuk bidan,
mengenali kapan bank darah dan obat tertentu dibutuhkan, dan kebutuhan untuk panduan
pelayanan standar (gambar 4). MPA Ieiah dihasilkan dalam bentuk perbaikan yang kongkrit
dalam beberapa aspek sistem kesehatan kabupaten. Sebagai contoh, di kabupaten HSS hal
tersebut menjadi jelas melalui MPA bahwa ketidak tersediaan pengobatan yang tepat di tingkat
masyarakat berkontribusi terhadap jumlah kematian ibu yang disebabkan oleh eklamsia. Dalam
menanggapi hal ini, team kesehatan kabupaten memutuskan bahwa magnesium sulfa! harus di
suplai ke bidan di desa sebaga bagian standar dari suplai obat mereka. Contoh lain, ketidak
konsisten manajemen kasus antara bidan di puskesmas dan bidan di desa telah membawa
perkembangan dan distribusi protokol untuk menangani kondisi darurat obstetrik. DepKes saat
ini mengembangkan prokol esensial standar nasional untuk bidan dan prokol yang
dikembangkan menurut kondisi setempat digunakan sebagai ukuran interim sampai standar
nasional disebarluaskan.
Pembelajaran
lmplementasi sistem audit komprehensif memakan waktu yang lama dan sistem fV1PA yang
sekarang di Kalimantan Selatan hanyalah awal dari proses yang panjang yang akan
dikembangkan. Saat sistem dapat dikembangkan lebih lanjut, sejumlah pelajaran Ieiah
dipelajari.
Sistem MPA tidak hanya sekedar penelitian dan dokumentasi kematian ibu, tetapi lebih dari itu,
adalah sarana yang digunakan oleh kantor dinas kesehatan kabupaten untuk melenyapkan
rintangan untuk mendapatkan pelayanan berkualitas tinggi. Banyak studi Ieiah merekam
penyebab medis dan non-medis kematian ibu, menggunakan 'model tiga keterlambatan' atau
mengelompokkan kematian sebagai 'yang bisa dihindari' dan 'tidak bisa terhindari', tetapi sedikit
yang menawarkan cara sistemik monitoring dan merubah faktor-faktor ini (Fawcus dkk, 1996;
Kwast dkk 1989; Langer dkk 1999; 1992, Walraven dkk 2000). MPA dengan keterlibatan aktif
tokoh-tokoh utama pada sektor kesehatan tidak hanya menjamin kepemilikan temuan tetapi
juga memacu implementasi perubahan. Ketika terjadi kesulitan dan memakan waktu yang lama
pada proses internal audit, tanggung jawab petugas kesehatan dan pembuat kebijakan melalui
pendekatan ini bisa menjadi salah satu faktor paling kritis untuk meningkatkan responsif sektor
kesehatan terhadap tingginya tingkat kematian ibu.
8
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian lbu
MPA membantu membina hubungan kerja yang lebih dekat antar tingkat petugas kesehatan
dengan cara menyatukan petugas berbasis fasilitas dan berbasis masyarakat untuk bersama
sama menganalisa dan mengatasi penyebab kematian dan kesakitan di daerah mereka.
Dengan cara memperbaiki komunikasi antara kantor dinkes kabupaten, rumah saki! kabupaten,
petugas puskesmas dan bidan di desa, sistem MPAjuga berusaha untuk meningkatkan rujukan
gawat darurat obstetrik yang tepa!, yang merupakan elemen kritis dalam menghindari kematian
ibu. Akibatnya, tingginya pemahaman pejabat kesehatan kabupaten terhadap faktor-faktor di
masyarakat yang bisa menjadi pendorong kematian ibu dan bayi, bisa membuat mereka
menawarkan rekomendasi yang informatif dan praktis kepada puskesmas dan bidan di desa di
bawah supervisi mereka.
MPA bisa menguntungkan dilihat dari besarnya keterlibatan dan jelasnya definisi peran dan
tanggung jawab team propinsi. (Catalan untuk Carine: team propinsi juga terdiri dari obstetrik
dan pediatrik, yang berperan sebagai resource person untuk kabupaten yang tidak memiliki
obstetrik!pediatrik).peran utama team MPA propinsi seharusnya ditekankan kepada ke~a tingkat
kabupaten untuk menjamin kelancaran fungsi dari putaran informasi antar kabupaten dan
masyarakat dengan cara mendukung implementasi rekomendasi yang dibuat oleh proses MPA.
Adalah panting ide dari tim propinsi untuk sistem audit, setiap tim secara unik ditempatkan untuk
mentransfer informasi dan pelajaran dari setiap pertemuan MPA antar kabupaten dan membuat
perubahan kebijakan yang disebabkan oleh temuan audit MPA. Panduan yang Ieiah diperbaiki
untuk MPA harusnya menyertakan saran orang yang seharusnya terlibat pada tim MPA di tiap
level dan secara jelas mendefinisikan tanggungjawab tim.
Masukan tokoh masyarakat, tokoh agama dan pembuat keputusan dalam diskusi audit
mengembangkan pendekatan pemecahan intersektoral untuk safe motherhood. Walaupun hal
tersebut Ieiah diantisipasi bahwa dengan melibatkan tokoh masyarakat dalam pertemuan audit
isu-isu yang tidak hanya wewenang sektor kesehatan akan mendapat perhatian lebih besar,
walaupun pada prakteknya tidak mudah. Partisipasi individu atau kelompok yang tidak memiliki
keahlian medis dirasakan menakutkan bagi petugas kesehatan, terutama ketika defisiensi dalam
manajemen klinis didiskusikan. Pada prakteknya, MPA mungkin telah mengabaikan keterlibatan
anggota masyarakat bila atmosfir self critique terbuka diajurkan dikalangan petugas medis.
Pada tingkat selanjutnya, masukan keanggotaan yang lebih luas dapat diteliti.
Walaupun MPA tidak bermaksud untuk menyalahkan, ada sejumlah gambaran pada sistem
sekarang ini yang cenderung untuk meletakkan sebagian besar tanggungjawab- dan
kesalahan - pada bidan di desa. Bidan di desa merupakan pelapor utama, baik mereka
9
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian /bu
memberikan atau tidak pelayanan ke almarhumah. Kenyataannya adalah bahwa bidan mungkin
mendapat sangsi bila dia gaga! memberikan pelayanan kepada ibu di wilayah target yang
mengilustrasikan besarnya peranan bidan dalam mencegah kematian. Dokter kandungan, dilain
pihak, menunjukkan tingkat otority yang paling tinggi, dan karena hanya sekali mereka hadir,
tindakan atau pengetahuannya jarang tertantang. Kesimpulan akhir, karen a itu, mungkin
cenderung untuk meminta pendapat dokter kandungan daripada pernyataan konsensus dari
seluruh peserta pertemuan. Akhirnya, selama tidak ada rahasia dalam proses review internal,
pelayanan diberikan tanpa menggunakan temuan tindakan legal atau lainnya. Jelaslah,
perkembangan proses yang sebenarnya tanpa menyalahkan orang lain merupakan hal yang
tidak mudah, dan jumlah peraturan dan regulasi bagaimana cara untuk menjalankan dan
melaporkan pertemuan audit harus selalu dikembangkan.
Kasus audit dari kesakitan obstetrik yang parah mungkin alternatif atau komplemen yang
berguna untuk mengaudit kematian ibu (Filippi dkk 1999, Mantel dkk 1999). Kasus audit dari
kesakitan maternal yang parah adalah hal yang menjanjikan karena kesakitan lebih umum
dibandingkan kematian, dan membicarakan kondisi yang mengancam nyawa wanita mungkin
tidak terlalu menakutkan bagi petugas daripada mendiskusikan kematian ibu. Selama si ibu
selamat, elemen positif dalam pelayanan mung kin muncul dan staf lain akan memberikan
selamat karena telah menyelamatkan nyawa si ibu. Selain itu, kemungkinan berbicara dari si ibu
itu sendiri memberikan kesempatan untuk merubah pandangan si ibu mengenai pelayanan yang
dia peroleh. Hal itu juga merupakan informasi penunjang.
Dengan menggunakan bidan di desa sebagai sarana sentral untuk pelaporan, sistem MPA
cenderung untuk memusatkan kejadian kematian ibu di masyarakat daripada di fasilitas
kesehatan. (Hal ini tidak 100% benar. Kematian yang terlaporkan adalah kematian ibu yang
tinggal bukan yang meninggal di masyarakat, apakah dia meninggal di rumah atau di rumah
saki!, sehingga itu bukan benar-benar bias masyarakat). Saat pendekatan ini mengembangkan
komunikasi dan kerjasama antara bidan di desa dengan tingkat sistem pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi, jadi tidak harus menjadi tanggungjawab dokter dan bidan di fasilitas kesehatan.
Kurangnya otoritas dan keahlian bidan di desa dalah hal pelayanan rumah saki!
menempatkannya pada posisi yang sulit ketika menanyakan rekam rumah saki! dan dalam
melaporkan temuan.
10
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian lbu
Saya akan meletakkan ini sebagai paragraf yang terpisah, sebab kami perlu penekanan di sini. Sejak kualitas pelayanan berbasis fasilitas mendapat kritik yang seimbang dalam penurunan kematian ibu, audit berbasis fasilitas mungkin Ieiah melakukan penelitian berbasis masyarakat.
Audit hanya efektif bila pelayanan yang diberikan dibandingkan dengan standar pelayanan yang eksplisit (Crombie dkk 1993). Cukup sulit untuk mengembangkan panduan pengobatan. Walaupun Ieiah terbentuk dengan baik ketergantungan yang lebih besar harus ditempatkan pada bukti scientifik dan hanya sedikit pada ideologi atau opini pakar (Lohr dkk 1998), adalah bukan hal mudah untuk menantang kebijakan lokal. Ketika DepKes, didukung oleh MotherCare dan donor lainnya, mengembangkan panduan pengobatan untuk manajemen komplikasi obstetrik parah, mereka yang terlibat tidak selalu mengadopsi, atau melakukan pengembangan protokol sesuai dengan standar internasional. Satu dari praktek Ieiah disarankan pada pertemuan MPA. sebagai contoh, adalah penggunaan tampon vagina untuk menghentikan perdarahan. Apakah ini merupakan praktek yang biasa atau tidak di Indonesia (saya tidak tahu seberapa biasa), hanya sedikit bukti yang mendukung intervensi ini. lntegrasi pengobatan
berbasis bukti ke dalam praktek klinis jelas memerlukan waktu, tetapi upaya perlu dibuat untuk menggabungkan bukti scientifik ke dalam proses review.
Akhirnya, saat tujuan utama dari audit bukan kuantitatif, sistem membantu dalam pelaporan statistik informasi kematian ibu tingkat masyarakat yang tidak terlaporkan pada registrasi statistik yang vital. Penyebab kematian ibu yang terlaporkan melalui MPA adalah perdarahan dan darah tinggi, tetapi masih belum yakin sejauh mana penyebab ini menunjukkan pola aktual kematian di masyarakat sejak tingkat kelengkapan pelaporan masih belum diketahui. Di 7 rumah saki! yang memberikan pelayanan kepada tiga kabupaten, pola penyebab secara substansial berbeda, dengan darah tinggi menjadi faktor mayoritas (64%) kematian ibu di rumah saki!, diikuti dengan dystocia (16%) dan perdarahan (12%) (Ronsmans dkk 1999). Ketika kami tidak bisa membuat berapa kematian di rumah saki! juga dimasukkan pada MPA, perbedaan penyebab antar rumah saki! dan MPA menunjukkan bahwa penyebab kematian tertentu, khususnya perdarahan, upaya lanjutan untuk membantu si ibu mendapatkan pelayanan medis keselamatan jiwa tepa! waktu dijamin. Kematian karena sepsi, dilain pihak, cukup rendah di rumah saki! dan data MPA, yang menunjukkan bahwa sepsis bukan penyebab utama kematian di Indonesia (Ronsmans dkk 1999).
11
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian lbu
Kesimpulan
Sistem MPA di Indonesia adalah unik dalam hal keterlibatan aktif petugas pelayanan, pembuat
keputusan dan anggota masyarakat penting untuk meningkatkan responsif sektor kesehatan
terhadap tingginya tingkat kematian ibu. Sejauh ini, hanya sedikit pengalaman yang terdokumen
dengan pendekatan semacam itu di negara-negara berkembang, dan Indonesia mungkin
diletakkan sebagai contoh yang menjadi pelajaran yang berguna. Sistem MPA yang sekarang
diimplementasikan di Indonesia perlu di uji ulang terus menerus, dengan fokus optimis terhadap
proses sehingga perubahan yang seharusnya dalam sistem pelayanan kesehatan bisa
terdeteksi dan diletakkan pada tempatnya.
12
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian lbu
Daftar Pustaka
Biro Pusat Statistik (BPS), Indonesia, dan Menteri Negara Badan Koordinasi Keluarga Berencana NasionaiiKependudukan, dan Macro International, Inc. (MJ) 1g95. Indonesia Demographic and Health Survey 1994. Calverton, Maryland: BPS dan MI.
Crombie JK, Davies HTO, Abraham SCS, Florey CduV (1993). The audit handbook. lmprovinghealth care through clinical audit. Chichester: John Wiley & Sons.
Fawcus S, Mbizvo M, Lindmark G, Nystrom L. A community-based investigation of avoidable factors for maternal mortality in Zimbabwe. Studies in Family Planning 1996, 27:319-237.
Filippi V, Alihonou E, Mukantaganda S, Graham WJ, Ronsmans C. Near misses: maternal morbidity and mortality (Jetter) Lancet 1998,351:145-6.
Kusiako T, Ronsmans C, Van der Paal L. The contribution of complications of childbirth to perinatal mortality in Matlab, Bangladesh. Bulletin ofthe World Health Organization. (In press).
Kwast BE, Bekele M, Yoseph S, Gossa A, Mehari L, Frost 0. Confidential enquiries into maternal deaths in Addis Ababa, Ethiopia 1981-1983. Journal of Obstetrics and Gynaecology in East and Central Africa 1989, 8: 75-82.
Langer A, Hernandez B, Garcia-Barrios C, Saldana-Uranga GL, dan the National Safe Motherhood Committee Mexico (1999). Identifying interventions to prevent maternal mortality in Mexico: a verbal autopsi study. Dalam: Berer M, Ravindran TKS (eds). Safe Moterhood Initiatives: Critical Issues. Reproductive Health Matters. London: Blackwell Science.
Lohr KN, Eleazar K, Mauskopf J. Health policy issues and applications for evidence based medicine and clinical practice guidelines. Health Policy 1998, 46:1-19.
Mancey-Jones M, Brugha RF. Using perinatal audit to promote change: a review. Health Policy and Planning 1997, 12:183-192.
Mantel, G.D., Buchmann, e., Rees, H. and Pattinson, R.C. Severe acute maternal morbidity: a pilot study of a definition of a near miss. British Journal of Obstetrics and Gynaecology, 1998, 105:985-990.
Ministry of Health (1957). Report on confidential enquiries into maternal deaths in England and Wales 1952-1954. London: HMSO.
Kantor Pusat Statistik (1996). Indonesia: Departemen Kesehatan.
Rosnmans C, Campbell 0 (1995). Verbal autopsies for maternal death. Report of a WHO workshop. WHOIFHEIMSM/95.15 Geneva: WHO.
Ronsmans C, Achadi E, Sutratikto G, Zazri A, McDermott J. Use of hospital data for Safe Motherhood Programmes in South Kalimantan, Indonesia. Tropical Medicine and International Health 1999, 4:514-521.
Thaeddeus, S., dan D. Maine. Too far to walk: maternal mortality in context. Social Science and Medicine. 1994 38(8):109-110.
Wortd Health Organisation (1994). Mother Baby Package: implementing safe motherhood in countries. Maternal health and safe motherhood programme, Division of Family Health, Wortd Health Organisation (WHO/FHE/MSM/94.11 ), Geneva.
13
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian lbu
Gam bar 1: Sistem pelaporan pada audit ibu dan bayi
Rumah Sakit Kabupaten
·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·,
Laporan Kematian Ibu
Mehikukan Otopsi Verbal
'
Dinkes Kabupaten
Pertemuan MPA
i i ; ! ' i i ;
Kesimpulan & Rekomendasi
i ; ' i i i i ;
~--·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·L·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·! ' ' i i i i
Gam bar 2: Jalan untuk selamat
Mungkin kami seharusnya menggunakan versi MotherCare, yang mungkin lebih bagus? Siapa
yang punya file-nya?
14
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian /bu
Gambar 3: Studi Kasus Ny. A
Berikut ini merupakan kisah kematian ibu di satu kabupaten di Kalimantan Selatan. Kematian ini ditindak lanjuti dengan otopsi verbal dan audit penuh pada tingkat kabupaten dilakukan oleh seluruh staf puskesmas dan dokter obstetrik dan pediatrik.
Latar belakang:
Ny. A berusia 30 tahun ketika dia meninggal; dia meninggalkan tiga orang anak dan saat itu merupakan kehamilannya yang keempat. Tidak ada riwayat komplikasi pada ketiga kehamilan dan persalinannya yang terdahulu.
Riwayat Antenatal:
Pada trimester pertama dan kedua dari kehamilannya dia melakukan kunjungan ke posyandu dimana dia mendapatkan suntikan tetanus toxoid. Pada trimester ketiga dia mengunjungi bidan di desa sebanyak dua kali. Selama kehamilannya dia Ieiah menerima 90 tablet besi (sesuai dengan penduan DepKes) tetapi hemoglobin tidak diperiksa.
Peristiwa pada tanggal 25 Juni 1996
Pada pukul 5 pagi, Ny. A melahirkan seorang bayi yang sehat dibantu oleh seorang dukun bayi, tetapi plasenta mengalami kesulitan untuk keluar. Setelah menunggu selama 3 jamu. dalam keadaan Ny. A perdarahan dan dalam kondisi yang lemah, suami dan keluarganya memanggin bidan di desa dari desa tetangga. Bidan di desa melaporkan kepada atasannya di puskesmas dan kemudian membawa Ny. A ke luar rumah yang tidak bisa dilakukan melalui jalan darat dan memerlukan waktu 45 men it untuk menyusuri sungai dengan perahu karena kondisi air tidak memungkinkan untuk dilalui speedboat.
Pada pukul 9:50 pagi bidan di desa tiba di rumah Ny. A dimana saat itu plasenta masih belum keluar dan Ny. A mengalami perdarahan Qumlah darah yang hilang diukur berdasarkan adanya 3 kain yang berlumuran darah). Tali pusar masih belum dipotong; Ny. A tidak sadarkan diri, detak nadi 72 per menit. Bayi dalam kondisi sehat. Bidan di desa memotong tali pusar, membungkus bayi dengan kain, melakukan pengambilan plasenta secara manual menggunakan tehnik aseptik dan memberikan infu RL 500 cc dengan arus bebas. Pengambilan plasenta secara manual berlangsung sukses. Ny A diberikan Metergin 1 ampul IM. Bidan di desa
15
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian lbu
memandikan Ny. A, menjahit sobekan pada perineum, memijat uterus dan memakaikan gurita
(korset untuk membantu mengembalikan peru! kembali ke kondisi semula). Bidan di desa
memandikan bayi dan memeriksa kotoran bayi. Selain itu bayi ditimbang (3300 kg). Tali pusar
dikompres dengan betadin.
Pada pukul1 0:10 pagi infus masih mengalir bebas, tekanan darah rendah, detak nadi 76 per
menit dan respirasi 22 per menit. Bidan di desa menyarankan pihak keluarga untuk membawa
Ny. A ke rumah sa kit kabupaten. Proses pembuatan keputusan memerlukan waktu yang cukup
lama seperti tidak terburu-buru. Pada pukul10:25 pagi keluarga mulai mempersiapkan
transportasi ke rumah saki!. Bidan di desa tetap memberikan infus selama dalam perjalanan
dan tekanan darah turun menjadi 50/palpasi; perdarahan berhenti. Pada puku110:55, Ny. A
masih belum sadar, tekanan darah turun menjadi 40/palpasi.
Pada pukul11 :25 siang, sekitar 6 jam setelah persalinan, Ny. A meninggal dalam perjalanan ke
rumah saki!.
Penyebab kematian menurut bidan di desa:
Shock karena perdarahan akibat retained plasenta.
16
MotherCare Indonesia Audit Penyebab Kematian lbu
Gam bar 4: Contoh rekomendasi yang berasal dari MPA
Rekomendasi yang melibatkan sektor kesehatan
• Melengkapi bidan di desa dengan perlengkapan dan obat-obatan yang memadai untuk manajemen kasus gawat darurat
• Mengembangkan protokol standar untuk manajemen kasus gawat darurat di ling kat pedesaan
• Suplai Magnesium Sulfa! kepada seluruh bidan di desa • Meningkatkan supervisi oleh dokter obstetrik untuk puskesmas dan bidan di desa • Mengadakan pelatihan untuk bidan di desa untuk melakukan pencabutan plasenta secara
manual
• Mengadakan pelatihan untuk bidan didesa untuk manajemen shock • Suplai ventilasi mekanik ke seluruh rumah saki! • Sangsi terhadap bidan yang !ida ada di daerah tanggungjawabanya pada saat terjadi
persalinan (misal penundaan pembayaran gaji) • Meningkatkan gerakan Safe Motherhood nasional • Mendorong bidan di desa dan puskesmas untuk melakukan otopsi verbal segera setelah
terjadi kematian
• Melatih bidan di desa mengenai konsep MPA untuk membantu mengatasi ketakutan mereka berpartisipasi dalam MPA
Rekomendasi yang melibatkan sektor lain
• Membentuk tim rujukan desa yang melibatkan anggota masyarakat • Mengumpulkan dana masyarakat untuk membayar rujukan gawat darurat • Mengidentifikasi mekanisme transportasi di masyarakat (misal mobil, perahu) agar tersedia
pada saat terjadi kasus gawat darurat • Mendorong bidan di desa untuk melakukan pendekatan kepada tokoh agama ketika si ibu
atau anggota keluarga menolak untuk melakukan rujukan • Mendorong menggunakan 'sertifikat kesehatan' untuk keluarga miskin.
17