i
TUGAS AKHIR (6025024A)
ANALISA PENGGANTIAN MESIN WINDLASS KONVENSIONAL DENGAN MESIN WINDLASS HIDROLIK.
ACHMAD RIZKI RIZALDHI 0216030025
PROGRAM STUDI TEKNIK BANGUNAN KAPAL
JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019
DOSEN PEMBIMBING
Ir. HARIYANTO SOEROSO, MT
i
TUGAS AKHIR (6025024A)
ANALISA PENGGANTIAN MESIN WINDLASS KONVENSIONAL DENGAN MESIN WINDLASS HIDROLIK.
ACHMAD RIZKI RIZALDHI 0216030025
DOSEN PEMBIMBING : Ir. HARIYANTO SOEROSO, MT
PROGRAM STUDI TEKNIK BANGUNAN KAPAL JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019
ii
Halaman ini sengaja dikosongkan
iii
LEMBAR PENGESAHAN
iv
v
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama :Acmad Rizki Rizaldhi
NRP. :0216030025
Jurusan/Prodi :D-III Teknik Bangunan Kapal
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
Tugas Akhir yang akan saya kerjakan dengan judul :
ANALISA PENGGANTIAN MESIN WINDLASS KONVENSIONAL
DENGAN MESIN WINDLASS HIDROLIK.
Adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya orang lain.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.
Surabaya,15 Agustus 2019
Yang membuat pernyataan,
(Achmad Rizki Rizaldhi)
NRP. 0216030025
PERNYATAAN BEBAS
PLAGIAT
No. : F.WD I. 021
Date : 14 Juli 2019
Rev. : 01
Page : 1 dari 1
vi
Halaman ini sengaja dikosongkan
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini yang berjudul :
“ANALISA PENGGANTIAN MESIN WINDLASS
KONVENSIONAL DENGAN MESIN WINDLASS HIDROLIK.”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Laporan tugas akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan
bagi kelulusan untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md.) dan juga
merupakan salah satu kurikulum yang ada di Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya. Disamping itu penyelesaian tugas akhir ini bertujuan agar mahasiswa
dapat menerapkan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah, sehingga nantinya
dapat dijadikan bekal untuk terjun kedunia industri sebenarnya.
Selama Pengerjaan laporan Tugas Akhir ini penulis telah banyak
mendapat bantuan serta masukan dari berbagai pihak. Karenanya pada
kesempatan yang baik ini perkenankan saya dengan segala kerendahan hati dan
ketulusan yang sedalam – dalamnya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kekuatan, kemudahan, keselamatan,
keberuntungan, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Tugas Akhir ini.
2. Orang tua yang selalu memberi dukungan, motivasi dan doa yang tulus
selama menempuh studi di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
3. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc.,MRINA selaku Direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
4. Bapak Ir. Rudianto, MT. selaku ketua Jurusan Teknik Bangunan Kapal.
viii
5. Bapak Denny Oktavian selaku koordinator tugas akhir Teknik Bangunan kapal.
6. Bapak Ir. Haryanto Soeroso, MT., selaku dosen pembimbing yang dengan
kesabaran memberikan petunjuk, bimbingan dan arahan dalam penelitian
Tugas akhir.
7. Seluruh dosen pengajar studi teknik bangunan kapal yang telah membekali dan
membimbing selama masa perkuliahan.
8. Teknisi, staff dan karyawan PT. Najatim yang turut membantu dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini.
9. Teman-teman seperjuangan Program Studi Teknik Bangunan Kapal 2016.
10. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas akhir ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan yang
telah diberikan. Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun, yang nantinya bisa menjadikan kesempurnaan dari
pengerjaan laporan Tugas Akhir baik untuk saat ini atau dimasa yang akan datang.
Surabaya, 13 Agustus 2019
Penulis
ix
ANALISA ANALISA PENGGANTIAN MESIN WINDLASS
KONVENSIONAL DENGAN MESIN WINDLASS HIDROLIK
Achmad Rizki Rizaldhi
ABSTRAK
Secara umum jangkar dan rantai jangkar dioperasikan dengan windlass,
walaupun ada beberapa kasus dioperasikan dengan capstan. Fungsi dari mesin jangkar
/ windlass adalah sebagai alat yang dipasang dikapal guna keperluan mengangkat dan
mengulurkan jangkar dan rantai jangkar melalui tabung jangkar (hawse pipe). Namun
pada kapal tertentu, untuk kapal buatan tahun abad 19 berbeda dengan kapal buatan
abad 20 khusunya pada fungsi windlass. Untuk mesin windlass pada kapal buatan abad
19 hanya bisa untuk hibob dan untuk lego dilakukan secara manual sedangkan pada
kapal abad 20 di haruskan bisa di gunakan untuk lego beserta hibob jangkar. Di
Indonesia masih ada penggunaan kapal model lama untuk keperluan pelayaran jarak
dekat khusunya untuk kapal kargo. Seperti yang pernah saya temui di dock dengan
nama KM.Berguna yang menggunakan windlass model lama di mana windlass tersebut
masih menggunakan gearbox terspisah dengan mesin penggeraknya dimana mesin
tersebut dulunya menggunakan mesin donfeng tetapi pada tahun 2013 di lakukan pada
sector mesin saja tidak secara keseluruhan yang hanya mampu hibob dalam 10 menit
per-sheckel yang tidak sesuai dengan standart abad 20 yang mampu melakukan hibob
3 menit per-sheckel yang sesuai dengan persyaratan yang ada di BKI. Dan untuk
perawatannya benar-benar harus di perhatikan serta tidak boleh kena air.disisni penulis
menyarankan untuk menggantikan windlass tersebut dengan windlass yang sesuai
standart abad 20 agar memudahkan ABK untuk melakukan lego serta hibob jangkar.
Penelitian ini menggunakan metode study yaitu dengan melakukan perhitungan dan
menganalisa kecocokan windlass yang cocok untuk kapal KM Berguna untuk
menggantikan windlass model lama.
Kata Kunci : Windlass, Anchor, Mooring Winch, Forecastle
x
Halaman ini sengaja dikosongkan
xi
REPLACEMENT ANALYSIS OF CONVENTIONAL WINDLASS
MACHINE WITH HYDRAULIC WINDLASS MACHINE.
Achmad Rizki Rizaldhi
ABSTRACT
In general anchors and anchor chains are operated with windlass, although
there are some cases operated with capstan. The function of the anchor / windlass
machine is as a tool mounted on a ship for the purpose of lifting and holding out
the anchor and anchor chain through a hawse pipe. But on certain ships, for ships
made in the 19th century are different from ships made in the 20th century,
especially in the windlass function. For windlass engines on 19th-century ships it
can only be used for hibob and for lego it is done manually while for 20th century
ships it must be used for lego along with anchor hibob. In Indonesia there is still
the use of old model ships for the purposes of short-distance shipping, especially
for cargo ships. As I have met in the dock with the name KM. Berguna use the old
model windlass where the windlass is still using a gearbox separate from the
driving machine where the machine used to use donfeng engine but in 2013 it was
done on the engine sector alone not as a whole able to hibob in 10 minutes per-
sheckel which is not in accordance with 20th century standards that are able to do
a 3-minute persheckel in accordance with the requirements of BKI. And for
treatment it really must be considered and should not be subjected to water. Here
the authors suggest to replace the windlass with the windlass according to the
standard of the 20th century to make it easy for ABK to do lego and hibob anchor.
This study uses a study method by calculating and analyzing the suitability of
windlass that is suitable for KM Berguna ships replace the old model windlass.
Keywords: Windlass, Anchor, Mooring Winch, Forecastle
xii
Halaman ini sengaja dikosongkan
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ...................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT ........................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah.......................................................................................... 4
BAB 2 DASAR TEORI .......................................................................................... 5
2.1 Windlass ....................................................................................................... 5
2.2 Windlass model lama ................................................................................... 6
2.3 Sistem mesin jangkar model baru (WINDLASS) ....................................... 8
2.3.1. Jenis-jenis mesin jangkar (Windlass) ................................................... 8
2.3.2. Jenis-jenis Penggerak mesin jangkar (Windlass) ............................... 10
2.4 Sistem kerja Windlass ................................................................................ 11
2.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian windlass : ............ 13
2.6 Bagian bagian derek jangkar ...................................................................... 14
2.7 Jangkar ........................................................................................................ 15
2.7.1 Pengertian jangkar ................................................................................ 15
2.7.2 Jangkar Menurut BKI Vol II Bab 18.................................................... 16
2.8 Rantai Jangkar ............................................................................................ 18
2.8.1 Rantai Jangkar Menurut (BKI Vol II,2016) Bab 18 ........................... 18
xiv
2.8.2 Bagian-Bagian Rantai Jangkar ............................................................ 19
2.8.3 Cara Pemeliharaan Rantai Jangkar ...................................................... 21
2.9 Rumus yang digunakan ............................................................................... 21
2.10 Katalog Windlass ....................................................................................... 24
2.11 Bak Penyimpanan Rantai (Chain locker) .................................................. 26
2.12 Tabung Jangkar (Hawse Pipe) ................................................................... 27
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 29
3.1 Diagram Alir Penelitian .............................................................................. 29
3.2 Langkah - Langkah Penelitian .................................................................... 30
3.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 37
BAB 4 PEMBAHASAN ....................................................................................... 39
4.1 Pembahasan................................................................................................. 39
4.2 Data Perhitungan ......................................................................................... 40
4.3 Penentuan Windlass. ................................................................................... 47
4.4 Perbandingan............................................................................................... 48
4.4.1 Mesin Lama (Konvensional). .............................................................. 48
4.4.2 Mesin baru(Mesin Hidrolik). ............................................................... 52
4.4.3 Perbandingan mesin. ............................................................................ 52
4.5 Perencanaan Peletakan ................................................................................ 53
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 57
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 57
5.2 Saran ........................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 59
xv
DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Mesin kerek jangkar (windlass) model ........................................... 6
Gambar 2. 2 Payungan mesin jangkar ................................................................. 7
Gambar 2. 3 Horizontal Windlass ....................................................................... 8
Gambar 2. 4 Vertical Windlass............................................................................ 9
Gambar 2. 5 Windlass kombinasi Mooring Winch .......................................... 11
Gambar 2. 6 Form uji peralatan jankar .............................................................. 12
Gambar 2. 7 Derek jangkar dengan tenaga penggerak listrik............................ 14
Gambar 2. 8 Bagian-bagian Jangkar.................................................................. 16
Gambar 2. 9 Swivel Rantai Jangkar ................................................................... 19
Gambar 2. 10 Kenter Shackle .............................................................................. 20
Gambar 2. 11 Joining Shackle ............................................................................. 20
Gambar 2. 12 Anchor Shackle ............................................................................. 21
Gambar 2. 13 Katalog Windlass .......................................................................... 25
Gambar 2. 14 Chain Locker ................................................................................ 26
Gambar 2. 15 Hawse Pipe ................................................................................... 27
Gambar 3. 1 Flowchart penelitian ....................................................................... 29
Gambar 3. 2 Kapal KM Berguna ......................................................................... 30
Gambar 3. 3 Gearbox Mesin Windlass KM Berguna .......................................... 31
Gambar 3. 4 Mesin Windlass KM Berguna ........................................................ 31
Gambar 3. 5 Pelindung Mesin Windlass KM Berguna ....................................... 32
Gambar 3. 6 Perkiraan letak Model windlass lama tampak samping .................. 34
Gambar 3. 7 Perkiraan letak Model windlass lama tampak atas ......................... 35
Gambar 4. 1 KM Berguna ................................................................................... 39
Gambar 4. 2 Table Anchor,Chain Cable & Ropes .............................................. 40
Gambar 4. 3 Table Anchor Windlass. .................................................................. 47
Gambar 4. 4 Model windlass lama ..................................................................... 48
Gambar 4. 5 Perkiraan letak Model windlass lama tampak samping .................. 50
Gambar 4. 6 Perkiraan letak Model windlass lama tampak atas ......................... 51
Gambar 4. 7 Model windlass baru ....................................................................... 53
Gambar 4. 8 Perkiraan letak Model windlass Baru tampak atas ......................... 54
Gambar 4. 9 Perkiraan letak Model windlass Baru tampak samping .................. 55
xvi
Halaman Sengaja Dikosongkan
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan. Dimana di Indonesia, wilayah
perairan lebih luas dibandingkan wilayah daratan. Untuk itu maka
kehidupan warga Indonesia tidak terlepas dari transportasi laut yaitu kapal.
Alat transportasi kapal ini dapat difungsikan sebagai alat pengangkut
berbagai hal, baik barang maupun manusia, baik dalam skala besar maupun
kecil.
Dalam industri perkapalan, khususnya pada saat proses pembuatan
kapal harus merencanakan semua item agar kapal tersebut dapat maksimal
ketika digunakan. Item yang dibuat saat perencanaan awal seperti lines plan,
rencana umum, dan konstruksi. Setelah semua item itu sudah jadi maka
diperlukan sebuah sistem perlengkapan kapal beserta desainnya dengan
perhitungan yang akurat. Hal ini disebabkan karena sebuah kapal itu
menyangkut hal-hal yang sangat penting diantaranya adalah keselamatan
jiwa, fasilitas, materi dan barang yang nilainya cukup besar. Namun pada
kapal dengan perbedaan tahun misalnya, kapal buatan tahun tahun 70-an
keatas mempunyai standart yang berbeda dengan standart kapal zaman
sekarang teruama pada bagian windlass yang masih menggunakan mesin
ongkel (Dongfeng) yang dilengkapi dengan gearbox yang hanya bisa
melakukan hibob tanpa bisa melakukan lego jangkar yang hanya
menggunakan tenaga manual dalam artian jangkar di lepaskan bebas sampai
dasar laut sesuai dengan berapa jumlah shackle rantai.
Windlass di kapal merupakan salah satu mesin bantu penting berfungsi
untuk menggerakkan jangkar dan chain pada proses lego jangkar dan juga
angkat jangkar. Pemilihan windllas dilihat dari segi ukurannya tergantung
dari beberapa hal antara lain ukuran kapal, service dari kapal, berat jangkar
dan rantai jangkar, losses akibat gelombang air, losses akibat gesekan dari
hawspipe (30%-40%). Pada beberapa kapal, windlass digunakan sebagai
2
alat emergency dan dapat dikombinasikan dengan mooring winch dan
warping head pada kapal container, tanker, ro-ro, dan kapal penumpang.
Pada saat perencanaan khususnya perencanaan sistem perlengkapan
kapal tidak menutup kemungkinan adanya permasalahan. Misalnya saja
masalah pada windlass pada kapal KM Berguna tidak sesuai standart yang
sesuai dengan standart yang di terapkan sekarang. Karena setandart yang di
gunakan pada kapal tersebut menggunakan standart lama karena masih
menggunakan gearbox dan hanya melakukan penggantian pada mesin. Pada
penggunaan mesin pada awalnya menggunakan mesin Dongfeng dan
sekarang di ganti menggunakan mesin motor yang di nyalakan dengan
bantuan aki yang hanya mampu melakukan hibob mebutuhkan waktu 10
menit per-shackel.
Dalam standart yang berlaku sekarang pada alat Tambat Khsusunya
Windlass, diperlukan suatu perencanaan yang akurat. Perencanaan itu
seperti bisanya atau tidak apakah windlass tersebut bisa melakukan lego dan
hibob, dan juga batas maksimum kecepatan saat melakukan hibob semisal
3 menit per-sheckel sesuai dengan standart BKI sekarang. Dalam
perencanannya juga harus mempertimbangkan ukuran beserta jenis type
penggeraknya dan daya mesin yang digunakan agar fungsi windlass dapat
tercapai dengan maksimal sesuai dengan standart.
Dalam hal ini terdapat solusi untuk mengatasi hal tersebut. Dengan
menggunakan windlass yang sesuai dengan perhitungan yang akurat pada
kapal dapat bekerja sesuai fungsinya dengan baik dan juga awet dalam
penggunaannya serta sesuai dengan standart yang berlaku. Hal tersebut
yang melandasi penulis untuk melakukan analisa tentang “ANALISA
PENGGANTIAN MESIN WINDLASS KONVENSIONAL DENGAN
MESIN WINDLASS HIDROLIK”. Selain untuk menganalisa Windalass
tipe lama juga untuk memberikan masukan Windlass yang sesuai standart
baru untuk kapal KM Berguna.
3
1.2 Rumusan Masalah
Secara umum masalah yang akan diselesaikan dalam penyusunan tugas
akhir ini adalah :
1. Apakah jenis mesin jangkar yang terpasang sudah sesuai dengan standart?
2. Berapakah waktu yang di butuhkan untuk mengangkat jangkar per-sheckel
setelah di ganti dengan mesin berstandart baru?
3. Bagaimana cara mengetahui perbedaan perawatan windlass dengan Mesin
yang berbeda ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui mesin windlass yang sesuai untuk menggantikan mesin
jangkar yang lama yang sesuai dengan standart.
2. Untuk mengetahui waktu yang di butuhkan untuk mengangkat jangkar
persheckel setelah di ganti dengan mesin baru.
3. Untuk mengetahui perbadingan perawatan pada mesin windlass lama
dengan yang baru.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat agar :
1. Peneliti mampu menganalisa perbedaan jenis windlass berpengaruh pada
kapal dan sebagai syarat kelulusan Diploma-3 Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya
2. Industri dapat mengetahui kelayakan sebuah windlass yang akan di
gunakan pada kapal yang yang akan melakuakan penggantian sebuah
windlass.
3. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya dapat menggunakan penelitian ini
sebagai media pembelajaran mahasiswa atau peneliti selanjutnya.
4
1.5 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang digunakan dalam project work ini adalah :
1. Pembahasan hanya difokuskan pada penggantian mesin windlass
konvensional dengan mesin windlass hidrolik yang bisa memenuhi
standart.
2. Pembahasan tidak menghitung total biaya pemasangan beserta harga
sebuah mesin windlass
3. Perhitungan menggunakan klasifikasi Indonesia (BKI).
5
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Windlass
Secara umum jangkar dan rantai jangkar dioperasikan dengan windlass,
walaupun ada beberapa kasus dioperasikan dengan capstan. Fungsi dari mesin
jangkar / windlass adalah sebagai alat yang dipasang dikapal guna keperluan
mengangkat dan mengulurkan jangkar dan rantai jangkar melalui tabung
jangkar (hawse pipe). Ada banyak jenis mesin jangkar sesuai dengan
penggeraknya, posisi porosnya beserta jenis penempatan (Horizontal &
Vertical) dan pabrik pembuatnya (Lare Blitar, 2018).
Windlass mempunyai kemampuan untuk mengangkat jangkar pada
kecepatan rata-rata 5-6 fathoms/menit dari kedalaman 30-60 fathoms. Fathoms
adalah satuan ukuran dalamnya air, 1 fathoms = 1.8288 meter (Konsep Dasar
Kapal 2 SMK). Setiap kapal niaga pelayaran besar selalu dilengkapi dengan
windlass yang dijalankan dengan uap, listrik atau hidrolik (biasanya untuk
derek tunggal) (SONNY MULAKSONO, 2013).
Mesin jangkar harus ditempatkan pada geladak haluan kapal agar lebih
memudahkan pengoperasian penurunan dan penaikan jangkar. Pemasangan
mesin jangkar di geladak kapal, plat geladak didaerah pondasi mesin jangkar
harus diperkuat dengan penebalan plat serta konstruksi pondasi yang kuat.
Mesin jangkar harus dilengkapi dengan sistem rem. Rem ini berfungsi untuk
memperlambat putaran poros dan memberhentikan penurunan rantai jangkar
dan jangkar (Yogker, 2014).
Apabila mesin jangkar/windlass dilengkapi dengan chain stopper yang
terpasang kuat pada forecastle deck, maka alat ini harus memiliki kemampuan
beban putus 80% dari beban putus rantai. Apabila chain stopper tidak terpasang
maka mesin jangkar harus dapat menahan tarikan dengan beban putus 80%
beban putus rantai dengan tanpa adanya deformasi pada peralatannya juga slip
pada sistim pengeremannya.(Siswa, n.d.)
6
Pemilihan windllas dapat dilihat dari segi ukurannya tergantung dari
beberapa hal antara lain ;
- Ukuran kapal
- Service dari kapal
- Berat jangkar dan rantai jangkar
- Kerugian akibat gelombang air
- Kerugian akibat gesekan dari hawspipe (30%-40%)
(SONNY MULAKSONO, 2013)
2.2 Windlass model lama
Windlass model tahun 70-an berbeda dengan jenis windlass model yang di
gunakan sekarang. Karena mesin dengan penggerak terpisah yang memerlukan
banyak tempat. Serta mesin yang relative membutuhkan perawatan yang
ekstra. Untuk tahun 70-an mesin untuk penarik jangkar menggunakan mesin
dongfeng yang di salurkan ke gearbox tersendiri untuk melakukan hibob dan
untuk melakukan lego jangkar di lakukan secara manual dengan tenaga
manusia dan tidak menggunakan mesin untuk menghentikan rantai yang
tertarik oleh jangkar ke dasar laut(SONNY MULAKSONO, 2013).
Gambar 2 1 Mesin kerek jangkar (windlass) model lama (Sumber : Dokument Pribadi)
7
Untuk mesin yang di gunakan bisanya menggunakan mesin dongfeng dan
ada juga yang menggunakan mesin mobil tergantung umur sebuah mesin dan
torsi yang di butuhkan untuk menarik jangkar tersebut. Mesin butuh
perlindungan yang harus di lengkapi pelindung yang berguna untuk
melindungi mesin agar terhindar dari air baik air hujan atau air laut dan juga
harus terhindar dari panas matahari langsung untuk itu di buatkan payungan
khusus untuk melindungi mesin dan gearbox(Lare Blitar, 2018).
Gambar 2 2 Payungan mesin jangkar (sumber : Dokument Pribadi)
Untuk pengoprasiannya membutuhkan alat bantu berupa aki untuk mesin
mobil dan dongfeng mebutuhkan tenaga manusia untuk menyalakan mesin.
Setelah mesin menyala tenaga di salurkan ke gearbox untuk menggerakkan
rantai agar jangkar bisa ditarik ke atas (hibob). Tetapi untuk melakukan lego
jangkar mesin tidak bisa di gunakan karena gearboxnya hanya bisa untuk
menarik. Namun pada pengoperasiannya kadang tidak sesuai dengan spek
mesin karena terhambat oleh gearbox mesin penarik yang besar. Misalnya
mesin berkapasitas 20 hp hanya mampu menarik jangkar dengan estimasi 10
menit per-sheckel. Maka dari itu pengoperasian windlass tersebut cenderung
memakan waktu lebih lama yang menurut standart untuk melakukan penarikan
maksimal 3 menit per-sheckel(INDONESIA, 2019).
8
2.3 Sistem mesin jangkar model baru (WINDLASS)
2.3.1. Jenis-jenis mesin jangkar (Windlass)
Mesin jangkar digunakan untuk menarik atau menurunkan jangkar
pada saat lego jangkar. Tipe mesin jangkar menurut peletakannya
digeladak ada dua tipe yaitu horizontal wind lass yang kebanyakan
dipasang pada kapal barang dan tanker dan vertikal wind lass yang
banyak dipasang pada kapal penumpang dan kapal peran (SONNY
MULAKSONO, 2013).
Pengertiannya seperti berikut:
a) Windlass berporos horizontal
Peralatan ini terdiri dari motor berarus searah, wild cat dimana
kecepatannya dapat diatur, dilengkapi alat pemutus arus searah bila
terjadi beban lebih agar motor listrik tidak terbakar. Juga dilengkapi
kepala penggulung tali tambat dan alat untuk mendukung
kecepatan dengan menggunakan arus searah. Horizontal Windlass
adalah tipe windlass yang mempunyai poros (poros dari wildcat,
gearbox utama, dan gypsy head) yang horizontal dengan dek kapal.
Windlass horizontal digerakan oleh motor hidrolik dan motor listrik
ataupun oleh mesin uap. Windlass jenis ini lebih murah dalam
pemasangannya tapi dibutuhkan perawatan yang lebih sulit karena
permesinannya yang berada diatas dek dan terkena langsung
dengan udara luar dan gelombang yang lebih rentan terhadap korosi
(SONNY MULAKSONO, 2013).
Gambar 2 3 Horizontal Windlass (SONNY MULAKSONO, 2013).
9
b) Windlass berporos vertikal
Prinsip kerja windlass ini pada dasarnya sama dengan wind lass
berporos horizontal dan alat pengunci wild cat menggunakan tenaga
manual. Mesin banyak digunakan pada kapal perang karena mesin
mudah dipelihara, kontrol rantai saat diturunkan mudah. Vertikal
windlass adalah tipe windlass yang mempunyai sumbu poros dari
wildcat yang arahnya vertikal terhadap deck kapal. Biasanya motor
penggerak dilengkapi gigi, rem dan permesinan lain yang letaknya
dibawah dek cuaca dan hanya wildcat dan alat control saja yang
berada diatas dek cuaca. Hal itu memberikan keuntungan, yaitu
terlindunginya permesinan dari cuaca. Keuntungan lainnya adalah
mengurangi masalah dari relative deck defleksion dan
menyerdehanakan instalasi dan pelurusan dari windlass. Untuk
menggulung tali tambat (warping), sebuah capstan disambungkan
pada poros utama diatas windlass. Windlass vertikal mempunyai
fleksibilitas yang tinggi dalam menarik jangkar dan pengaturan
mooring (SONNY MULAKSONO, 2013).
Gambar 2 4Vertikal Windlass (SONNY MULAKSONO, 2013).
10
2.3.2. Jenis-jenis Penggerak mesin jangkar (Windlass)
Adapun penggerak mesin jangkar menurut sumber tenaga dibagi atas tiga
yaitu:
a. Windlass dengan penggerak tenaga uap
Jenis windlass ini dapat digunakan pada kapal tanker karena
kapal ini dilengkapi dengan boiler Bantu untuk menghasilkan uap.
Penggerak ini sangat menguntungkan karena uap mempunyai resiko
kebakaran yang kecil dan juga dapat digunakan sebagai pemadam
kebakaran dan pada pembersihan tangki. Akan tetapi instalasi pipa
dan peletakan mesin penggerak ini membutuhkan banyak tempat di
geladak dan kerjanya bersuara berisik (SONNY MULAKSONO,
2013).
b. Wind lass dengan penggerak tenaga listrik
Jenis windlass ini banyak digunakan pada kapal-kapal
modern kecuali kapal-kapal yang mengangkut muatan yang
memiliki resiko mudah terbakar atau meledak akibat percikan api
dari listrik. Peralatan ini tidak berisik dalam kerjanya dan tidak
membutuhkan banyak tempat di geladak akil dan geladak dalam
kondisi bersih (SONNY MULAKSONO, 2013).
c. Windlass dengan penggerak elektrohidrolik
Penggerak wind lass yang menggunakan mesin hidrolik
memakai arus bolak-balik. Mesin ini diletakkan pada geladak di
bawah wind lass. Tenaga diisi oleh motor listrik berkecepatan tetap.
Peralatan ini terdiri dari motor listrik, pompa torak hidrolik, motor
hidrolik, poros dan roda gigi, kepala penggulung tali tambat, wild
cat, pompa pengeluaran minyak hidrolik, roda tangan dan katup
relief (SONNY MULAKSONO, 2013).
11
2.4 Sistem kerja Windlass
Sistem kerja mesin jangkar (Windlass), Jangkar ditarik dengan
melalui hawse pipe jangkar yang terkait dengan menggunakan joining
shackle dan dilengkapi dengan swivel sehingga apabila jangkar berputar
maka rantai jangkar tidak melilit dan rantai akan melalui chain stopper
yang terpasang digeladak. Selanjutnya rantai ditarik oleh drum (gipsy)
mesin jangkar yang berputar dengan penggerak motor listrik / hidrolik /
manual / mesin diesel. Kemudian rantai ditarik masuk melalui chain pipe
terus turun masuk ke bak rantai dan pada ujungnya rantai dikaitkan pada
chain slip dengan dikaitkan pada segel penghubung seterusnya segel ini
dikaitkan pada cable clench yang dipasang kuat pada salah satu konstruksi
kapal seperti sekat. Rangkaian rantai pada bagian ujung dalam dekat dengan
bak rantai dilengkapi slip hook dibagian chain slip, dimana pada saat
darurat dapat dengan mudah dilepas (Karina Puteri Wardani, n.d.).
Windlass dikombinasikan Dengan Mooring Winch
Gambar 2 5 Windlass kombinasi Mooring Winch (SONNY MULAKSONO, 2013)
Untuk kondisi tertentu windlass dikombinasikan dengan mooring winch.
Sehingga untuk operasionalnya hanya dibutuhkan satu mesin penggerak
dan kopling untuk perpindahan operasioanl antara windlass dan mooring
winch. Untuk Persyaratan minimum penarikan penarikan jangkar 9 m /
menit yang sudah tercantum di form persyaratan seatrial (INDONESIA,
2019).
12
Gambar 2 6 Form uji peralatan jankar (INDONESIA, 2019)
13
2.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian windlass :
1. Periksalah apakah mungkin kerjanya terhalang obyek asing.
2. Berikan minyak pelumas pada semua tempat pelumasan, tempatkan
semuaminyak dan mangkok pelumas sesuai dengan aturan kerja dan
periksa pula permukaan minyak pelumas transmisi roda gigi.
3. Buka katup-katup penghembus dari silinder dan katup saluran uap
masuk.
4. Buka katup-katup pada saluran pipa pengisian uap masuk dari windlass
atau capstan dan keluarkan uap sisa yang habis dipakai.
5. Pasang ban rem dan lepaskan penarik-penarik kabel dari bagian
penggerak.
6. Periksa apakah kopling-kopling sudah terkait dengan benar.
7. Periksa apakah penggerak dengan tangan terlepas sebagaimana
mestinya.
8. Buka penuh katup pembuangan uap, goncangkan katup pemasukan uap
dan mulai penghembusan dan pemanasan silinder-silinder windlass atau
capstan.
9. Setelah pemanasan pendahuluan, yakinkan bahwa mesin dapat
digerakan sendiri dengan memutar porosnya bebrapa putaran ke
masing- masing arah. Apabila tidak ada suatu letusan terdengar, maka
windlass atau capstan siap bekerja (Karina Puteri Wardani, n.d.).
Selama operasional mesin, harus dilihat pengisian pelumas dan
didengarkan suara-suara yang timbul.Apabila terdengar suara tidak
normal, maka windlass harus segera dimatikan untuk diperiksa. Bila
windlass dihentikan untuk waktu yang singkat, maka katup uap masuk dan
katup uap keluar harus ditutup dan katup penghembus harus dibuka.
Apabila windlass atau capstan tidak bekerja untuk jangka waktu lama,
maka kotoran dari minyak harus dibersihkan, katup-katup harus ditutup
dan kerja ban rem dan kopling-kopling harus dicoba (Bang Kamal, n.d.).
14
2.6 Bagian bagian derek jangkar
Pada beberapa kapal, windlass digunakan sebagai alat emergency dan dapat
dikombinasikan dengan mooring winch dan warping head pada kapal container,
tanker, ro-ro, dan kapal penumpang. Untuk memenuhi persaratan derek jangkar
setiap pabrik mempunyai bentuk sendiri dalam pelaksanaannya (Achir Marine,
2014).
Pada gambar di bawah ini terlihat gambar derek jangkar dengan tenaga
penggerak listrik.(Siswa, n.d.)
Gambar 2 7 Derek jangkar dengan tenaga penggerak listrik (Sumber : katalog Modrec)
Bagian-bagian derek jangkar antara lain terdiri dari :
1. Mesin/motor yang digerakan oleh diesel/elektik,
2. Spil/wildcat merupakan gulungan/thromol yang dapat menyangkutkan
3. rantai jangkar pada saat melewatinya,
4. Kopling atau peralatan yang dapat melepaskan atau menhubungkan
5. spil dengan mesin,
6. Band rem untuk mengendalikan spil apabila tidak dihubungkan dengan
7. mesin,
8. Roda-roda gigi, dihubungkan dengan poros,
9. Tromol/gypsies, untuk melayani tros kapal dipasang pada ujung-ujung
dari poros utama. (Tom Burden, 2019)
Dasarnya hampir sama dengan derek jangkar dengan tenaga uap di sini
perputaran dari proses antaranya disebabkan oleh sebuah ultra motor,
15
melalui poros cacing (worm gear) antara poros motor dan poros cacing
terdapat slip coupling, di mana akan memutuskan arus bila motornya
mendapat beban yang terlalu besar, sehingga dengan demikian
kumparannya tidak sampai terbakar.(SONNY MULAKSONO, 2013).
2.7 Jangkar
2.7.1 Pengertian jangkar
Jangkar merupakan alat labuh yang mempunyai bentuk dan berat khusus
yang akan diturunkan kekedalaman air sampai dengan dasar, sehingga pada
saat jangkar diturunkan maka kapal sangat terbatas pergerakkannya dengan
posisi jangkar dan panjang rantai yang diturunkan, hal ini untuk menahan
supaya kapal tidak bergerak dan tetap dalam posisinya, gerakan kapal di
akibatkan oleh:
1.Dorongan akibat arus air dibagian bawah garis air kapal.
2.Dorongan angin terhadap bagian kapal diatas garis air
3.Dorongan akibat pergerakan pitching dan rolling karena gelombang
(SONNY MULAKSONO, 2013).
Dorongan tersebut secara umum akan ditahan oleh sistim jangkar lengkap
dengan perlengkapan mesin jangkar yang kadang kala didaerah tertentu juga
ditambah dengan tali tambat lain (mooring rope) supaya kapal benar-benar
tidak berubah posisinya. Jangkar dirangkaikan dengan rantai jangkar yang
pergerakan turun dan naik diatur dengan menggunakan Mesin Jangkar
(Anchor windlass) yang dipasang diatas forecastle deck.Nama Jangkar sesuai
penempatannya pada kapal dan kegunaan yang disesuaikan dengan daerah
operasi kapal (SONNY MULAKSONO, 2013).
16
Keterangan:
1.Ancor Ring
2.Anchor Shank
3.Anchor Palm
4.Anchor Crown
5.Anchor Arm
6.Anchor Bill
Gambar 2 8 Bagian-bagian Jangkar (Sumber : Perlengkapan Kapal, Ir. Koestowo)
2.7.2 Jangkar Menurut BKI Vol II Bab 18
1. Jangkar harus dihubungkan pada rantai jangkarnya dan ditempatkan
dikapal dalam keadaan siap pakai.Harus dijamin bahwa setiap
jangkar dapat disimpan pada dudukan dan ulup jangkar sedemikian
sehingga jangkar tersebut tetap berada pada posisi aman pada kondisi
berlayar.
Jangkar buritan dalam pengertian Peraturan ini disebut jangkar arus
dari kapal laut kecil yaitu angka perlengkapan sampai dengan dan
termasuk Z =205. Pemasangan jangkar arus dan rantai jangkar atau
kabel baja terkait hanyalah anjuran, pemenuhannya bukan merupakan
persyaratan kelas.
2. Jangkar harus dari rancangan yang disetujui. Berat kepala jangkar
paten (jangkar biasa tanpa tongkat), termasuk pin dan bagian-bagiannya,
tidak boleh kurang dari 60 persen berat keseluruhan jangkar.
3. Untuk jangkar bertongkat, berat total jangkar, termasuk tongkat,
harus memenuhi angka-angka di dalam tabel klass. Berat tongkat 20
17
persen dari total beratini.
4. Berat tiap jangkar haluan boleh berbeda hingga 7% di atas atau
dibawah persyaratan berat tiap jangkar asalkan berat keseluruhan
jangkar haluan tidak kurang dari jumlah berat jangkar yang di
persyaratkan.
5. Bila jangkar khusus yang disetujui sebagai "Jangkar Berdaya Pegang
Tinggi" dipakai, makaberat jangkar boleh 75% dari berat. "Jangkar
Berdaya Pegang Tinggi" adalah jangkar yang cocok untuk
pemakaian di kapal setiap waktu dan yang tidak mensyaratkan
penyesuaian sebelumnya atau penempatan khusus pada dasar laut.
Untuk persetujuan sebagai "Jangkar Berdaya Pegang Tinggi",
pengujian yang memuaskan harus dilakukan untuk berbagai macam
jenis dasar laut dan jangkar harus mempunyai daya pegang
sedikitnya dua kali jangkar paten ("Jangkar Admiralty Standard
Tanpa Tongkat) pada berat yang sama. Berat jangkar yang diuji harus
mewakili rentang seluruh ukuran yang bakal dibuat. Pengujian harus
dilakukan paling sedikit pada dua ukuran jangkar dalam gabungan
rantai jangkar yang sesuai untuk beratnya. Jangkar yang di uji dan
jangkar tanpa tongkat standar harus kurang lebih sama berat.
Panjang rantai yang dipakai untuk pengujian kurang lebih 6 hingga
10 kali kedalaman air.
Pengujian biasanya dilakukan dari kapal tunda, bagaimanapun, cara
pengujian lain yang berbasiskan di darat (misalnya dengan mesin
derek yang sesuai) dapat disetujui.
Tiga pengujian harus dilakukan untuk setiap jangkar dan tipe dasar
laut. Daya tarik harus diukur dengan alat dinamometer atau dicatat
dengan alat pencatat. Perhitungan daya tarik didasarkan pada kurva
rpm daya tarik batang tambat kapal tunda dapat disetujui. Pengujian
dengan perbandingan dengan jangkar HHP yang telah disetujui
sebelumnya dapat diterima sebagai dasar persetujuan. Berat jangkar
18
maksimum yang disetujui boleh 10 kali berat jangkar terbesar yang di
uji.
6. Bila di pasang perlengkapan jangkar buritan, maka perlengkapan
tersebu tdalam semua hal harus sesuai dengan peraturan perlengkapan
jangkar. Berat tiap jangkar buritan paling kurang 35 persen dari berat
jangkar haluan.
Diameter rantai jangkar harus ditentukan dari klass sesuai dengan
berat jangkar. Bila di pasang mesin jangkar buritan, maka
persyaratan dalam Peraturan klass harus diperhatikan (BKI Vol
II,2016) (Tutu, 2016)
2.8 Rantai Jangkar
2.8.1 Rantai Jangkar Menurut (BKI Vol II,2016) Bab 18
Spesifikasi rantai jangkar menurut BKI Vol II Bab 18 yaitu :
1) Diameter rantai jangkar yang diberikan dalam tabel berlaku untuk
rantai jangkar yang dibuat dari bahan rantai jangkar yang ditetapkan
dalam persyaratan jilid V untuk mutu berikut :
a. Mutu K1 (kualitas biasa)
b. Mutu K2 (kualitas khusus)
c. Mutu K3 (kualitas sangat khusus)
2) Bahan mutu K1 yang dipakai untuk rantai jangkar yang dihubungkan
dengan “jangkar berdaya pegang tinggi” harus mempunyai kuat tarik
Rm tidak kurang dari 400 N/mm2
3) Rantai jangkar mutu K2 dan K3 harus dikeraskan dan dilunakkan
pasca produksi dan dibeli hanya dari pabrik pembuat yang diakui
4) Panjang total rantai jangkar yang diberikan dalam tabel harus dibagi
kira-kira sama antara kedua jangkar haluan
5) Baik rantai jangkar dengan mata rantai bersekang maupun rantai
jangkar dengan matarantai pendek dapat dipakai untuk jangkar arus.
6) Untuk sambungan jangkar dengan rantai jangkar segel tipe-Kenter
yang disetujui dapat dipilih sebagai pengganti segel Dee biasa.
19
Sambungan ujung dengan kili-kili harus dipasang diantara jangkar dan
rantai jangkar. Sebagai ganti sambungan ujung dengan kili-kili dapat
digunakan segel-kili-kili yang disetujui. Bagaimana pun, segel kili-kili
tidak boleh disambungkan kebatang jangkar kecuali disetujui secara
khusus. Jumlah yang cukup dari segel cadangan yang sesuai harus
disimpan diatas kapal untuk memudahkan pemasangan jangkar
cadangan setiap waktu.
7) Sambungan ujung dalam rantai jangkar pada konstruksi kapal harus
dilengkapi dengan peralatan yang cocok yang memungkinkan, dalam
keadaan darurat, peluncuran yang mudah rantai jangkar kelaut yang
dapat di operasikan dari suatu posisi yang dapat dicapai di luar bak
rantai. Ujung dalam rantai jangkar harus dikaitkan pada konstruksi
lambung dengan suatu pengencang yang dapat menahan gaya tidak
kurang dari 15% dan tidak lebih dari 30% dari beban putus nominal
rantai jangkar. (BKI, Peraturan Klasifikasi Dan Konstruksi Kapal Laut
Baja, 2006)(Tutu, 2016).
2.8.2 Bagian-Bagian Rantai Jangkar
1. Swivel
Perangkat mata rantai yang memungkinkan jangkar berputartanpa
mengakibatkan rantai yang dipasang terpeluntir.
Gambar 2 9 Swivel Rantai Jangkar (Sumber Probadi)
20
2. Kenter Shackle& Joining Shackle
Berfungsi untuk menyambung rantai jangkar yang satu dengan
yang lain.
Gambar 2 10 Kenter Shackle (Sumber Pribadi)
Gambar 2 11Joining Shackle (Sumber Pribadi)
3. Anchor Shackle
Berfungsi menyambung swivel atau rantai jangkar ke jangkar.
21
Gambar 2 12 Anchor Shackle(Sumber Pribadi)
2.8.3 Cara Pemeliharaan Rantai Jangkar
Sesuai dengan ketentuan dari peraturan klasifikasi, kondisi mata
rantai jangkar akan diperiksa. Untuk periode setiap tahun (annual survey)
mata rantai yang terlihat yaitu di daerah length atau segel pertamadekat
dengan jangkar diperiksa secara visual dan apabila terlihat ada keausan
atau bagian stud yang terlepas maka segel tersebut direkomendasikan
untuk segera diganti pada saat kapal dok. Persyaratan pemeriksaan rantai
jangkar secara keseluruhan harus dilaksanakan setiap lima tahun (pada
saat spesial survey) dengan cara seluruh rantai jangkar lengkap dengan
swivel dan kenter segel harus digelar dan dikalibrasi ukuran diameter
mata rantainya. Pada umumnya pemilik kapal yang sudah memiliki
sistem perencanaan pemeliharaan, pengecekan rantai mereka laksanakan
setiap dua tahun setengah pada waktu kapal naik dok.
2.9 Rumus yang digunakan
Untuk menentukan windlass yang akan di gunakan maka di butuhkan
Perhitungan daya windlass(BKI Vol II, 2016).
a. Gaya tarik jangkar (Tcl)
Untuk mengangkat 2 buah jangkar diperlukan gaya sebesar ;
Tcl = 2,35 (Ga + Pa.La)
Dimana ;
Ga = berat jangkar (kg)
La = panjang rantai jangkar yang menggantung (m)
22
Pa = berat rantai jangkar per meter. (kg)
b. Torsi pada kabel lifter (Mcl)
Mcl = Tcl x Dcl/(2hcl) (kg.m)
Dimana ;
Dcl = diameter efektif kabel lifter
= 2 Rcl = 13,6 dm/m = 0,013 dm
hcl = efisiensi kabel lifter (0,9-0,92)
d. Torsi pada poros motor Windlass(Mm)
Mm = Mcl /(Ia x ha)
Dimana ;
Ia = perbandingan putaran poros motor windlass (Nm) dengan putaran
kabel Lifter
(Ncm).
Ia = Nm/Ncm, dimana ; ncm = putaran kabel lifter
Ia = (π Nm . Dcl)/60 Va
Va = Kecepatan tarik rantai jangkar (Va = 0,2 m/dt)
ha = efisiensi total peralatan (kabel lifter, shaft bearing, poros roda
gigi, poros
cacing). Besarnya ( 0,70 – 0.85).
Nm = Putaran motor (523 – 1160) rpm
e. Daya motor penggerak windlass (Ne)
Ne = (Mm x Nm)/716,2 (HP)
Konversi hp ke kw
1 hp = 745,7 watt = 0,746 kW.
Konversi rpm ke m/s
m/s= 2π x r
60𝑥 rpm
Konversi m/s ke menit
23
s = 𝑚
𝑚/𝑠
Selanjutnya untuk menentukan beban windlass yang akan di gunakan maka
di butuhkan perhitungan beban geladak pada forecasetle (BKI Vol III,
2016).
e. Beban Geladak Cuaca
PD = PO 20.𝑇
(10+𝑠−𝑇).𝐻 x CD (kN/m2)
Dimana :
PO = 2.1 x (Cb + 0.7) x CO x CL x f x CRW (kN/m2)
Cb = Coeficion blok
CO = ( 𝐿
25 + 4.1) crw =
CL = √𝐿
90 =
f = Probability factor
= 1.000 untuk Shell plating, Wheather deck
= 0.750 untuk gading, deck beam, stiffeners
= 0.600 untuk gading besar, strong beam
CRW = 1.0
PO1 = 2.1 x (CB + 0.7) x CO x CL x f x CRW KN/m2
(Untuk Shell platting)
PO2 = 2.1 x (CB + 0.7) x CO x CL x f x CRW KN/m2
(Untuk deck beam, stiffeners)
PO3 = 2.1 x (CB + 0.7) x CO x CL x f x CRW KN/m2
(Untuk strong beam)
Z = Jarak vertical pusat beban terhadap garis dasar (base line)
= H
24
CF = Faktor distribusi sesuai Tabel dibawah :
f. Beban Geladak Cuaca untuk daerah Haluan kapal
CD = 1.0 + c/3 x (x/L – 0.7) dimana X/L = 0.93 (untuk haluan kapal)
Dimana :
c = 0.15L – 10 L.min = 100 m L.max = 200m
g. Perhitungan Center Girder Pada forecastle
W = c . a . l 2 . PD . k ( cm 3 )
Dimana :
c = 0.75 untuk balok geladak
a = Jarak gading = 0.6 m.
l = Panjang tak ditumpu
k = 1
PD = Beban Geladak
2.10 Katalog Windlass
Untuk menentukan windlass yang cocok dan sesuai dengan hasil
yang di dapat dari rumus yang di atas maka di butuhkan katalog unntuk
menyesesuaikan spek dan diameter rantai yang akan di gunakan. Katalog
yang akan di gunakana sebagai berikut:
25
Gambar 2 13 Katalog Windlass (Sumber : Katalog Modrec).
26
2.11 Bak Penyimpanan Rantai (Chain locker)
Umumnya pada kapal-kapal pengangkut letak chain locker ini
adalah di depan collision bulkhead dan di atas forepeak tank. Sebelumnya
chain locker diletakkan di depan ruang muat, hal ini tidak praktis karena
mengurangi volume ruang muat Pada kapal-kapal penumpang apabila
deep tank terletak dibelakang, maka chain locker biasanya diletakkan
diatasnya.
Ditinjau dari bentuknya chain locker terbagi atas 2 (dua) bagian :
1. Berbentuk segi empat
2. berbentuk silinder
Gambar 2 14 Chain Locker (SONNY MULAKSONO, 2013).
Beberapa ketentuan-ketentuan dari Chain Locker :
1. Umumnya didalamnya dilapisi dengan kayu untuk mencegah suara
berisik pada saat lego / hibob jangkar
2. Dasar dari chain locker dibuat berlobang untuk mengeluarkan
kotoran yang dibawa dengan bak dasar dari semen dibuat miring
supaya kotoran mudah mengalir
3. Disediakan alat pengikat ujung rantai jangkar agar tidak hilang
pada waktu lego jangkar
4. Harus ada dinding pemisah antara kontak rantai sebelah kiri dan
kanan, sehingga rantai di kiri dan kanan tidak membelit dan tidak
menemui kesukaran dalam lego jangkar.
27
2.12 Tabung Jangkar (Hawse Pipe)
Tabung Jangkar ( Hawse Pipe ) - merupakan tabung yang dilalui
rantai jangkar yang konstruksinya terletak dilambung kapal dibagian
kiri ( PS ) dan kanan ( SB ) haluan kapal hingga geladak depan (
Forecastle Deck ). Tabung jangkar ini juga merupakan posisi dan tempat
jangkar dikapal, bagian tiang jangkar akan masuk ke dalam lubang
tabung jangkar ( Hawse Pipe ).
Tabung Jangkar ( Hawse Pipe )
Gambar 2 15 Hawse Pipe (SONNY MULAKSONO, 2013)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penempatan Hawse pipe :
1. Pada saat operasi pengangkatan ataupun penurunan jangkar dari laut,
jangkar tidak membentur bagian haluan dari kapal walaupun kapal
dalam keadaan trim kebelakang 5 derajat.
2. Pada saat penarikan untuk penempatan jangkar, tiang jangkar harus dapat
masuk ke dalam hawse pipe dengan mudah walaupun keadaan posisi
anchor plam tidak baik.
3. Posisi lubang digeladak kapal dan dilambung harus dibuat dengan sudut
yang baik sehingga mengurangi tekanan gesekan rantai jangkar pada
28
saat pengoperasian. Pada kedua lubang ini diberi penguat khusus seperti
bentuk lingkar " donat " yang terbuat dari besi cor.
4. Anchor Arm dan anchor plam harus dapat merapat ke lambung kapal
untuk menghindari benturan atau getaran pada saat kapal berlayar atau
terkena ombak. Pada saat penurunan, jangkar harus dapat meluncur
secara gravitasi tanpa terhambat karena bentuk dan posisi hawse pipe.
5. Dalam pembuatan hawse pipe harus diperhitungkan panjangnya supaya
mencukupi untuk panjang tiang jangkar.
6. Penempatan dan konstruksi hawse pipe juga harus menghindari
penembusan deck dibawah forecastle.
7. Konstruksi pemasangan hawse pipe harus memenuhi ketentuan dari
badan klasifikasi.
Untuk diameter dalam dari hawse pipe disesuaikan dengan diameter
rantai jangkar yang akan digunakan, dan diperhitungkan pada saat
pengoperasian gerakan naik dan turun dari rantai jangkar tidak
terganggu. Biasanya digunakan sebagai patokan adalah diameter dalam
dari hawse pipe sebesar 10,4 dari diameter rantai jangkar. Pada hawse
pipe bagian yang dipertebal ( Besi cor ) adalah bagian atas dan bawah
lubang hawse pipe, hal ini dikarena gerakan rantai akan selalu
bergesekan dibagian tersebut.Tabung Jangkar ( Hawse Pipe ) -
merupakan tabung yang dilalui rantai jangkar yang konstruksinya
terletak dilambung kapal dibagian kiri ( PS ) dan kanan ( SB ) haluan
kapal hingga geladak depan ( Forecastle Deck ). Tabung jangkar ini juga
merupakan posisi dan tempat jangkar dikapal, bagian tiang jangkar akan
masuk ke dalam lubang tabung jangkar ( Hawse Pipe ).
29
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian
Gambar 3 1 Flowchart penelitian
MULAI
Menentukan
objek, topik dan
fokus
Observasi
Perumusan
masalah
Hasil Analisa
Pengumpulan
data
Selesai
Kesimpulan
Analisa Data
30
3.2 Langkah - Langkah Penelitian
• Start (mulai)
Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada tanggal 24 Mei 2019 saat
melakukan On The Job Training di PT. BKI (Persero) dengan
melakukan pengamatan secara langsung dalam survei dimana letak
KM.Berguna berada.
• Menentukan Obyek, Topik dan Fokus
Pada saat survey di temukanlah permasalahan pada windlass yang
tidak sesuai dengan yang sudah ada sekarang, di karenakan kapal yang
di pakai adalah kapal buatan 1978. Yang aturannya masih menggunakan
aturan lama.
Gambar 3 2Kapal KM Berguna (Sumber : Pribadi)
Untuk windlass nya menggunakan aturan model yang lama dimana
mesin dan gearbox terpisah yang menyebabkan daya mesin terkurangi
dan hanya mampu menarik jangkar 10 menit per-sheckel dimana waktu
tersebut tidak bisa memenuhi standart BKI yang batas minimumnya 9
meter per-menit. yang dimana pada 1 satu sheckel terdapat 27 meter dan
31
didapat hasil 1 sheckel membutuhkan hanya 3 menit. untuk itu penulis
menganalisa bagaimana jika mesin tersebut diganti sesuai dengan
standart yang di gunakan sekarang tanpa merubah hawse pipe dan
lubang chain locker.
Gambar 3 3 Gearbox Mesin Windlass KM Berguna (Sumber : Pribadi)
Gambar 3 4 Mesin Windlass KM Berguna (Sumber : Pribadi)
Untuk tempatnya sendiri membutuhkan tempat yang agak luas untuk
menampung mesin serta gearbox serta payungan untuk melindungi
mesinnya.
• Observasi
o Perawatan
Pada perawatan di temukan banyak sekali yang harus di
perhatikan terutama pada bagian mesin yang hampir tidak boleh
32
terkena panas matahari dan segala jenis air sama sekali
sehingga membutuhkan payungan untuk melindunginya
sehingga mesin tersebut tetap aman dan bisa di opersionalkan
dengan aman.
Gambar 3 5 Pelindung Mesin Windlass KM Berguna (Sumber : Pribadi)
o Cara pengunaan
Untuk untuk menyalakan mesin tersebut
membutuhkan kerja ekstra dikarenakan mesin tersebut di
nyalakan dengan aki yang terpisah yang di letakkan pada
kamar mesin pada bagian belakang kapal sehingga harus
membawa aki ke bagian depan kapal. Untuk efisiensi
penggunaan cenderung kurang bersahabat untuk para ABK
karena memerlukan tenaga ekstra dan berpotensi bahaya jika
mesin di gunakan pada saat hujan lebat dan badai.
• Perumusan Masalah
Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian ini
yaitu untuk mempertegas dan membatasi masalah-masalah yang
menjadi acuan dalam pembahasan penelitian. Dalam tahap ini, batasan
masalah diterapkan untuk memfokuskan analisa pada permasalahan
yang sudah dipilih. Perumusan masalah hanya berfokus pada
penggantian mesin windlass yang lama dengan yang baru tanpa
33
merubah posisi hawse pipe dan lubang chain locker. Yang lebih mudah
dalam hal perawatan dan penggunaan.
• Pengumpulan Data
Pendataan dilakukan dengan studi literatur sistem windlass pada
kapal dan kelayakan windlass yang ada di buku maupun internet serta
observasi ke lapangan untuk melihat keadaan windlass. Data yang
diambil adalah spek mesin windlass KM.Berguna meliputi keadaan,
system kerja mesin, dan perawatan yang di tanyakan pada para ABK
kapal. Data diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan parameter
yang sesuai, kemudian dikompilasi dengan rumus-rumus yang ada.
• Analisa Data
Analisa dilakukan dengan metode study yang didukung dengan data
kompilasi yang sesuai dengan masalah yang dibahas. Data yang di
analisa yaitu menganalisa penggantian windlass model lama dengan
model baru dengan penyesuaian peletakan dengan gambar di karenakan
hanya untuk perencanaan. Gambar yang akan di gunakan untuk
menentukan posisi windlass yang baru dengan tidak merubah lubang
hawse pipe dan chain locker:
34
Gambar 3 6 Perkiraan letak Model windlass lama tampak samping (sumber : dokumen pribadi)
35
Gambar 3 7 Perkiraan letak Model windlass lama tampak Atas (sumber : dokumen pribadi)
36
• Hasil Analisa
Hasil analisa merupakan pembahasan tentang analisa yang telah
dilakukan. Dapat berupa beberapa usulan gagasan penelitian yang
inovatif. Hasil analisa penelitian ini yaitu berupa teori penggantian
windlass model baru yang bisa sesuai dengan tidak merubah posisi
hawse pipe dan lubang chainlocker dan untuk segi perawatan dan
efisisensi penggunaan agar bisa memudahkan para ABK yang ada di
KM.Berguna.
• Kesimpulan
Kesimpulan merupakan tahap akhir dari pengerjaan penelitian yang
berisi kesimpulan dari analisa yang telah dilakukan. Bahwa penggantian
mesin windlass bisa di lakukan tanpa merubah posisi lubang hawse pipe
dan chain locker. Dengan standart penarikan yang sesuai dengan
peraturan yang ada sekarang.
• Finish (selesai)
Tahap ini yaitu tahap paling akhir yang menunjukkan bahwa
penelitian telah selasai dilakukan.
37
3.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan tahapan dan rencana penelitian akan diuraikan dalam tabel
berikut :
Tabel 3.1 Tabel Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan Bulan Ke
Capaian 1 2 3 4 5 6
1 Persiapan 5%
Penentuan Topik, Objek,
dan Fokus Penelitian 10%
Survey Lapangan 15%
Studi Literatur 20%
2 Perumusan Masalah 30%
3 Pengumpulan Data 40%
4 Analisa Data 60%
5 Hasil Analisa Data 70%
6 Kesimpulan 80%
7 Konsultasi Laporan 90%
8 Penulisan Laporan 100%
38
Halaman Sengaja Dikosongkan
39
BAB 4
PEMBAHASAN 4.1 Pembahasan
Gambar 4 1 KM.Berguna (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Name : KM Berguna
Type : Cargo
Lpp : 30 m
Lwl : 31.5m
LoA : 39 m
T : 3 m
H : 5 m
B : 3.5 m
Cb : 0.621
Vs : 8 knots
40
4.2 Data Perhitungan
Dalam pemilihan mesin windlass yang cocok untuk menggantikan mesin
yang lama agar sesuai dengan standart baru maka di perlukan perhitungan yang
mengacu pada BKI volume II , section 18 B, 2014.dapat di hitung menggunakan
per-samaan(4.2.1)
Dikarenakan data rantai sama jangkar sudah di beritahu oleh KKM yang
bertanggung jawab pada mesin tersebut maka Perlengkapan-perlengkapan yang
sudah digunakan dapat diketahui sebagai berikut :
Dari data yang di berikan tersebut dapat diketahui ukuran jangkar dari table
Equipment Number
Gambar 4 2 Table Anchor,Chain Cable & Ropes(Sumber : BKI volume II)
41
A. Data Jangkar
- JANGKAR ( ANCHOR )
- Jumlah jangkar = 2 buah
- Berat jangkar = 250 kg
- RANTAI JANGKAR
- Panjang rantai jangkar = 302.5 m
- Diameter rantai jangkar =
D1 : 24 mm
D2 : 20,5 mm
D3 : 20,5 mm
- TALI TARIK
- Panjang = 180 m
- Beban putus = 100 kN
- TALI TAMBAT ( MOORING ROPES )
- Jumlah = 3 buah
- Panjang = 120 m
- Beban putus = 60 KN
Bahan yang dipakai untuk tali tambat terbuat dari nilon. Adapun
ukuran- ukuran yang dipakai berdasarkan data-data dari BKI 1996
melalui angka penunjuk Z didapatkan:
- Jumlah tali tambat = 3 buah
- Panjang tali tambat = 120 m
- Beban putus = 60 kN
42
Keuntungan dari tali nylon untuk tambat :
- Tidak rusak oleh air dan sedikit menyerap air
- Ringan dan dapat mengapung di permukaan air.
B. PERHITUNGAN DAYA WINDLASS
Windlass direncanakan diletakan di forecastle deck untuk
menaikan dan menurunkan jangkar.
a. Gaya tarik angkat jangkar ( Tcl )
Dari buku “Marine Auxiliary Machinary and System”
Ketagurov halaman 401, untuk mengangkat dua buah jangkar,
perhitungan gaya tarik diberikan dengan persamaan sebagai
berikut :
Tcl = 2fh x Ga + ( Pa x La ) x ( 1 - /a )
Dimana :
Ga : berat jangkar = 250 kg
La : panjang rantai jangkar yang menggantung = 302.5 m
Pa : berat rantai jangkar permeter
= 0.0218 x dc2
( dc : diameter rantai untuk ordinary quality) untuk
stud link chain
= 0.0218 x 242
= 12.56 kg
= berat jenis material jangkar dan rantai = 7850 kg/m2
= berat jenis air laut = 1025 kg/m
43
fh = faktor gesekan pada house hole dan stopper = ( 1,28-
1,35 ) diambil sebesar 1,30
Sehingga :
Tcl = 2 x 1,30 x ( 250 + (12.56 x 100 ) x ( 1 - 1025/7850 )
= 3489,2 kg
Syarat dari Biro Klasifikasi Indonesia , Windlass harus mampu
memberikan gaya tarik untuk kecepatan tarik minimum 0,15 m/s
sebesar :
Z = 37,5 x dc2 ( untuk grade rantai jangkar KI/ ordinary quality )
= 37,5 x 242
= 21600 N
Berarti perencanaan gaya tarik dari perhitungan memenuhi
syarat .
b. Torsi pada kabel lifter ( Mcl )
Mcl = Tcl x Dcl/2 x cl
Dimana :
Dcl : diameter efektif kabel lifter
= 0,0136 x dc
= 0,0136 x 24 = 0.3264 m
= efisiensi kabel lifter ( 0,9 – 0,92 )
diambil = 0.92
Sehingga :
44
Mcl = ( 3489,2 x 0.3264) / 2 x 0,92
= 523,89 kgm
c. Torsi pada poros motor (Mm)
Mm = Mcl / ia x
Dimana :
Ia = perbandingan putaran poros motor windlass dengan
Putaran kabel lifter . ia = nm/ cl
Untuk windlass yang digerakan listrik, putaran motor penggerak
nm diambil 1000 rpm .
ncl = putaran kabel lifter ( Marine Auxiliary Machinary and
System hlm 408 )
= 60 x Va/ 0,04 x dc
Va = kecepatan tarik rantai jangkar (6) (min. 0,15 m/s)
diambil = 0.2 m/s
ncl = 60 x 0.2 / 0.04 x 24
= 12.5 kg.m
ia = Nm/Ncl Dimana Nm = 523 rpm – 1165 rpm
diambil 1000 rpm
= 1000/12.5 = 80
na = efisiensi peralatan mesin jangkar bila dengan spur gear (
0,7 –0,85) diambil 0,7
Jadi :
45
Mm = 523,89 / [80 x 0,7] = 9.35 Rpm
d. Daya motor penggerak windlass (Ne)
Ne = Mm x nm/716,2 = 5.38 x 1000/716.2 = 13 Hp
Maka:
Konversi hp ke kw
1 hp = 745,7 watt = 0,746 kW.
=13 x 745,7
= 9.694,1 watt
= 9.694,1 x 0,746
= 7,231 kW (Memenuhi standart katalog Gambar 4.3)
Konversi rpm ke m/s
m/s= 2π x 1,08
60𝑥9.35
= 1,052 m/s
Konversi m/s ke menit
s = 162
1,052
60 = 154 detik
= 60
154 = 2.5 Menit
(Memenuhi Standart pada form pada Gambar 2.4)
e. Perhitungan Beban Geladak Cuaca
PDA = PO 20.𝑇
(10+𝑠−𝑇).𝐻 x CD (kN/m2)
46
Dimana :
PO =
Cb = 0.621
CDA = 1 + x/L A/3x ( x/L F - 0.7)
= x A= 0.2 x L Konst (L Konst=30.24)
= 6.048
= x F= 1 x L Konst (L Konst=30.24)
= 30.24
= 1 + 6.048 / 3 x (30.24 – 0.7)
=0.605
zF= H + 1/3 x 1/50 x B
= 5 + 1/3 x 1/50 x 3.5 = 5023
PDF = PO 20.𝑇
(10+𝑠−𝑇).𝐻 x CD
= 8.54 20.3
(10+5023−3).5 x 0.605
= 5.154 kN/m2
f. Perhitungan Center Girder Pada forecastle
W = c . a . l 2 . PD . k ( cm 3 )
Dimana :
c = 0.75 untuk balok geladak
a = Jarak gading = 0.6 m.
l = Panjang tak ditumpu
k = 1
PD = Beban Geladak
W = c . a . l 2 . PD . k ( cm 3 )
= 0.75 x 0.6 x 1 2 x 5.15373 x 1
=4.74 cm 3
47
4.3 Penentuan Windlass.
Pada perhitungan daya windlass ini dapat diasumsikan bahwa mesin bisa
digantikan dengan mesin yang lebih efisien. Yang dapat menggantikan mesin
konvensional dengan pemilihan dengan katalog windlass yang sesuai.
Gambar 4 3 Table Anchor Windlass (Sumber : Modrec Deck Machinary)
48
4.4 Perbandingan.
Untuk menganalisa penggantian mesin windlass dapat kita ketahui dulu
dari spek mesin dan model seperti apa yang sebelumnya terdapat pada kapal
dan mesin baru apa yang bisa menggantikan peran dari mesin jangkar yang
lama dengan efisisensi penggunaan serta perwatan pada mesin jangkar yang
sesuai standart terbaru.
4.4.1 Mesin Lama (Konvensional).
Mesin windlass yang terdapat pada KM Berguna menggunakan
model mesin permesinan windlass yang masih menggunakan
gearbox dan mesin penggerak secara terpisah yang biasanya
memakan tempat banyak serta perawatan yang rumit.yang masih di
gunakan sejak tahun 1970 sampai sekarang.
Gambar 4 4 Model windlass lama (sumber : dokumen pribadi
49
Untuk perawatan mesin model lama tersebut membutuhkan perhatian
khusus di sektor mesin di karenakan mesin tersebut mesin
konvensional sehingga mesin harus aman dari terik matahari dan air
baik air laut serta air hujan, oleh karena itu mesin di tutupin dengan
teras buatan agar mesin bisa terlindung dengan sempurna. Untuk
menghidupkan mesin tersebut membutuhkan aki mobil tersebut yang
di simpan pada ruangan kamar mesin yang harus di bawah ke
forecastle untuk menghidupkan mesin tersbut. Yang hanya bisa di
gunakan untuk hibob jangkar saja. Dan untuk melakukan lego jangkar
di lakukan secara manual .
Data mesin yang Di peroleh dari galangan
Hibob: 10 menit (Per-shackel)
Daya : 20 Hp
Type mesin: Mitsubishi Ps 20
Gearbox : Terpisah
50
Gambar 4 5 Perkiraan letak Model windlass lama tampak atas (Sumber : Dokument Pribadi)
51
Gambar 4 6 Perkiraan letak Model windlass lama tampak samping (sumber : dokumen pribadi)
52
4.4.2 Mesin baru(Mesin Hidrolik).
Mesin yang digunakan secara umum dengan standart yang berlaku
sekarang yang biasanya mesin menggunakan Hidraulik system dengan
motor penggerak listrik. Dalam penempatan tidak banyak memakan
tempat dan lebih ringkas .
Gambar 4 7 Model windlass (Sumber : Modrec Deck Machinary)
Untuk perawatan mesin hidrolik cenderung mudah karena tidak
membutuhkan tenda yang yang harus melindungi mesin segala
cuaca.dan untuk menghidupkan mesin tersebut yang memakai tombol
yang kilistrikan yang sudah di sambungkan dengan kelistrikan kapal
tanpa harus membawa aki tersendiri. Dan mesin tersebut bisa untuk
lego dan hibob jangkar.
4.4.3 P erbandingan mesin.
Perbandingan kedua mesin tersebut terletak dari efisiensi perawatan
dan penggunaan mesin. Mesin konvensional cenderung lebih rumit
yang mengharuskan para ABK mengecek rutin mesin tersebut yang
tidak boleh terkena air terlalu sering dan terkena panas matahari secara
berlebihan sedangkan mesin hidrolik yang hanya tidak memerlukan
pengecekan terlalu sering. Dan untuk efisiensi penggunaan mesin
konvensional cenderung menyusahakan para ABK yang pada saat
menghidupkan mesin yang harus mengambil aki dari kamar mesin ke
53
forecastle sedangkan mesin hidrolik hanya menekan tombol yang
sudah terhubung dengan system kelistrikan kapal. Dari perbandingan
tersebut jelas mesin hidrolik lebih efisien untuk di gunakan dilihat dari
perawatan posisi penempatan yang tidak memerlukan banyak tempat
serta untuk menghidupkan mesin tidak terlalu membutuhkan tenaga
para ABK.
Data mesin yang di peroleh dari perhitungan
Hibob: 2,5 menit (Per-shackel)
Daya : 13 Hp
Type mesin: Modrec MD-AWH-24
Gearbox : Menyatu
4.5 Perencanaan Peletakan
Untuk perencanaan peletakan mesin tidak merubah lubang chain loker
dengan howse pipe hanya pengurangan pondasi mesin windlass. Berikut
adalah perencenaan mesin lama:
54
Adapun perencanaan peletakan mesin windlass terbaru:
Gambar 4 8 Peletakan Model windlass baru tampak atas (sumber : dokumen pribadi)
55
Gambar 4 9 Peletakan Model windlass Baru tampak samping (sumber : dokumen pribadi)
56
Halaman Sengaja Dikosongkan
57
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dari
rumusan masalah yang diangkat, dapat ditarik kesimpulan bahwa mesin
hidrolik lebih efisien. Pernyataan tersebut dibuktikan dari hasil perhitungan,
dan perencanaan sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Mesin hidrolik yang sesuai untuk mengantikan mesin konvensional agar
sesuai dengan standart yang berlaku. karena mesin buatan tahun 70-an
memiliki standart yang berbeda yang dimana mesin tahun 70-an terpisah
deangan gearbox dan membutuhkan ruang yang banyak.Berbeda dengan
standart mesin windlass sekarang yang mesinnya sudah lebih efisien
ruang serta memiliki kekuatan yang setara.
2. Dengan menghitung kembali nilai untuk penarikan rantai jangkar dan
menentukan mesin baru penulis mendapati perubahan yaitu :
Jenis mesin : Modrec MD-AWH-24
Waktu Tarik : 2,5 menit (Per – sheckel )
Daya Tarik : 13 Hp
Untuk standar dari kelas hanya menyebutkan waktu tarik rantai jangkar
per sheckel yaitu 3 menit.
Berdasarkan penjelasan diatas maka pemilihan mesin telah memenuhi
standart dari klass.
3. Perawatan mesin windlass hidrolik lebih memudahkan para ABK
daripada mesin windlass konvensional.
58
5.2 Saran
Dari hasil penelitian diatas, hal yang dapat dilakukan untuk meneruskan
penelitian tersebut adalah
1. Menghitung berapa beban yang akan di terima oleh geladak forecastle
2. Berapa jumlah stiffener yang dibutuhkan untuk menumpu beban dari
mesin windlass.
3. Dapat menggunakan aplikasi penguji kontruksi seperti ANSYS,
SOLIDWORK, dsb.
59
DAFTAR PUSTAKA
Achir Marine. (2014). Mesin Jangkar. Retrieved August 13, 2019, from
http://id.chinaacir.com/news/anchor-machines-5283145.html
Bang Kamal. (n.d.). No Title. Retrieved from
http://katakamal.blogspot.com/2010/06/perlengkapakan-pada-sistem-
jangkar.html
INDONESIA, B. K. (2016). Pedoman Lambung Edisi 2016 Biro Klasifikasi
Indonesia (Vol. 2).
INDONESIA, B. K. (2019). Guidance for sea trials of motor vessels 2019.
Karina Puteri Wardani. (n.d.). No Title. Retrieved from
https://www.scribd.com/doc/205191905/Windlass
Lare Blitar. (2018). Mesin Jangkar (Windlass) dan Perhitungan Kapasitasnya.
Retrieved from 20 juli website: http://www.lareblitar.com/2018/07/mesin-
jangkar-windlass-dan-perhitungan.html
Siswa, M. (n.d.). No Title. Retrieved from
https://ruangmegah.blogspot.com/2015/06/mesin-jangkar-anchor-
windlass.html
SONNY MULAKSONO. (2013). Konsep Dasar Kapal (2nd ed.; Sumaryanto,
Ed.). Malang: 2013.
Tom Burden. (2019). Selecting an Anchor Windlas. Retrieved August 13, 2019,
from 25 April website: https://www.westmarine.com/WestAdvisor/Selecting-
An-Anchor-Windlass
Tutu, S. (2016). Jangkar dan Rantai Jangkar. Retrieved August 13, 2019, from
https://smithship.blogspot.com/2016/10/jangkar-dan-rantai-jangkar.html
Yogker, K. (2014). Perhitungan Daya Windlass. Retrieved August 13, 2019, from
25 mei website: https://www.scribd.com/doc/226002755/Perhitungan-Daya-
Windlass
60
61
62
63
64
65
66