Download - Alternatif PLTN
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
1/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
ALTERNATIF PLTN PADA PEMBANGKITAN ENERGI
LISTRIK DITINJAU DARI BEBERAPA ASPEK
IV.1. UMUM
Sasaran utama Pembangunan Jangka Panjang Tahap II dititikberatkan
pada pembangunan bidang ekonomi dan pengembangan industri nasional.
Untuk mendukung pengembangan industri di masa mendatang tersebut,
diperlukan penyediaan sumber energi yang cukup besar. Namun perlu diingat
bahwa pertumbuhan pembangunan harus dilandasi azas pemerataan dengan
sasaran utama terciptanya kualitas masyarakat yang maju dengan kehidupan
dalam suasana tentram, sejahtera lahir dan batin.
Oleh karena itu, dalam rangka program diversifikasi energi, aspek
ketersediaan energi, aspek teknologi, aspek keselamatan, aspek sosial, aspek
ekonomi dan aspek lingkungan serta penerapan alih teknologi dan partisipasi
industri nasional perlu dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif
pembangkitan tenaga listrik masa mendatang.
Atas dasar pertimbangan beberapa aspek diatas maka akan terlihat
apakah energi nuklir merupakan alternatif pembangkit listrik yang layak untuk
mendukung pembangunan di masa mendatang atau tidak.
IV.2. TEKNOLOGI PLTN
Energi nuklir dirumuskan oleh Albert Einstein pada tahun 1905 yang
kemudian mencapai kemajuan dengan keberhasilan Enrico Fermi menemukan
1
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
2/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
reaksi berantai yang disebut fisi pada tahun 1936. Dari reaksi fisi tersebut
dihasilkan energi panas.
Dalam pengembangan selanjutnya, energi nuklir telah dimanfaatkan
sebagai Pembangkitan Tenaga Listrik. Prinsip daripada pembangkit listrik energi
nuklir ini sama dengan pembangkit konvensional lainnya, bedanya hanya pada
panas yang dihasilkan untuk tenaga uap, dimana untuk PLTN, panas tersebut
dihasilkan melalui reaksi pembelahan inti atom dalam suatu reaktor nuklir.
Gambar 4.1 memperlihatkan bagaimana siklus bahan bakar pada sebuah PLTN.
Dalam proses ini dibutuhkan air yang berfungsi sebagai pendingin dan
moderator, serta Uranium-235 (U235) sebagai bahan bakar. Proporsi Uranium-
235 dalam bahan bakar nuklir kecil sekali dan terdistribusi secara merata dalam
isotop Uranium-238 (U238) yang tidak dapat membelah sehingga tidak akan
memungkinkan terjadinya reaksi berantai yang tak terkendali di dalamnya.
UF6 Bahanbuangan
Plutonium Uranium
GAMBAR 4.11
SIKLUS BAHAN BAKAR NUKLIR
1 Prof. Ir. Abdul Kadir, "Energi Nuklir Untuk Pembangkitan Tenaga Listrik", Energi & Listrik. Edisi1982.
2
1. Penambangan2. Pengkonsentrasian
KonversiU3O8 UF6
Pengkayaan UF60,2% 2 - 4%
Pembuatan ElemenBahan BakarUF6 UO2Bedak Pelet
PenyimpananAkhir
UNH UF6
Proses Ulang
1. Pendinginan2. Transportasi
Pusat ListrikTenaga Nuklir
(PLTN)
PemanfaatanBahan Bakar
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
3/23
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
4/23
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
5/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
Yaitu setiap struktur dengan peralatan serta sistem-sistem yang
dirancang untuk mencegah atau membatasi keluarnya zat radioaktif dari
sistem proses keluar di sekitar PLTN. Sistem ini erat hubungannya.
Prinsip kesempurnaan sistem dan peralatan suatu pembangkit energi
nuklir dapat digambarkan sebagai berikut :
Adanya tiga penahan berlapis yang memisahkan antara zat/partikel
radioaktif dengan lingkungan sekitar, sehingga menjamin penangkaran
zat / partikel radioaktif. Ketiga penahan tersebut adalah kelongsong
bahan bakar uranium dari stainless steel, tangki reaktor dari baja
pilihan dengan tebal 20 cm, dan kubah reaktordari beton dengan
tebal 20 m.
Sistem proteksi menghadapi kelemahan yang berasal dari manusia maupun
peralatan yang digunakan. Antara lain adalah tersedianya dua atau tiga
buah sistem/peralatan yang dipasang secara terpisah/paralel.
Kelongsong Bahan Bakar
Penggunaan kelongsong bahan bakar dimaksudkan untuk mengungkung
unsur-unsur hasil fisi (pembelahan inti atom) yang radio-aktif agar ke luar dan
terlarut dalam air pendingin. Kelongsong bahan bakar ini terbuat dari logam
tertentu yang mempunyai titik lebur sangat tinggi (diatas 1700o
C). Selain itu
juga mempunyai ketahanan terhadap korosi hingga suhu tinggi, pengelasan
kelongsong dilakukan pada ruang hampa udara untuk terjadinya oksidasi yang
dapat menyebabkan korosi. Oleh karena itu, dengan terbungkusnya bahan
nuklir dengan kelongsong yang sangat kuat, unsur-unsur hasil fisi yang radio-
aktif diharapkan tidak akan keluar dari tangki reaktor.
5
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
6/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
Batang Kendali ( Tangki Reaktor )
Kemungkinan pelelehan kelongsong hanya akan terjadi pada suhu yang
sangat tinggi, dimana hal ini akan terjadi apabila reaktor berada dalam keadaan
super-kritis, yaitu suatu keadaan dimana jumlah netron yang berada dalam
teras reaktor naik terus. Sehingga dapat menyebabkan makin banyaknya
netron yang menembaki bahan bakar, akibatnya makin banyak pula panas yang
dilepaskan.
Agar reaksi berantai terus berlangsung tanpa menimbulkan keadaan
super-kritis tersebut, maka jumlah netron yang dipakai untuk melangsungkan
reaksi fisi harus dibuat tetap sama dengan jumlah semula, dengan kata lain
harus ada sebagian netron yang dimusnahkan. Untuk menyerap atau
memusnahkan kelebihan netron tersebut dapat dilakukan melalui batang
kendali (control road), yang siap melakukan penyerapan netron apabila
dikehendaki.
Bangunan Pelindung Reaktor
Sistem pengamanan terakhir untuk menghindari keluarnya zat-zat radio-
aktif dari instalasi nuklir adalah bangunan beton dan baja berbentuk kubah,
yang melingkupi seluruh reaktor nuklir. Bangunan pelindung ini dirancang
tahan terhadap benturan yang cukup kuat sehingga kemungkinan kebocoran
akan lebih terjamin. Pentingnya bangunan pelindung reaktor dapat dibuktikan
dengan adanya kecelakaan reaktor nuklir di Chernobyl dan Three Mile Island.
Radio-aktif menyebar keluar dari PLTN Chernobyl karena instalasinya tidak
memiliki sistem pengaman bangunan pelindung reaktor, sehingga banyak
menimbulkan korban jiwa dan efek lain akibat terkena radiasi dari zat radio-
aktif yang tersebar. Sedangkan reaktor nuklir di Three Mile Island karena
6
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
7/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
memiliki bangunan pelindung pada reaktornya, pada saat terjadinya kecelakaan
tidak sampai menimbulkan korban. Dengan demikian, keberadaan dari
bangunan pelindung reaktor ini sangat diperlukan sekali demi keamanan
pengoperasian PLTN.
Baik peralatan maupun cara bekerjanya sistem-sistem di atas adalah
bebas serta tidak tergantung satu sama lainnya, dan bahkan satu sama lain
saling merupakan satu sistem pengaman yang berlapis-lapis dari PLTN. Selain
itu diusahakan juga kemungkinan kegagalan ganda (secara bersamaan) dari
ketiga sistem-sistem di atas sangat kecill.
Berdasarkan penilaian terhadap keselamatan suatu PLTN, satu-satunya
potensi bahaya terbesar dari PLTN adalah bila terjadi penyebaran zat-zat
radioaktif ke lingkungan secara besar-besaran, yang diakibatkan oleh
melelehnya bahan bakar nuklir. Hal ini akan terjadi apabila ketiga bagian
sistem keamanan diatas gagal berfungsi secara bersamaan.
IV.2.2.1. Probabilitas Kecelakaan PLTN
Seperti sistem teknologi lain, PLTN juga dapat gagal berfungsi
sebagaimana diharapkan, walaupun kemungkinan itu kecil. Berdasarkan hasil
penelitian Rasmussen nilai kemungkinan kecelakaan sebuah reaktor nuklir
adalah 107
. Ini berarti dalam 107
kasus reaktor/tahun akan terdapat satu
kecelakaan. Ketidak-beruntungannya adalah kalau kejadian itu terjadi pada
saat pengamatan kita dimana secara praktis hasilnya menjadi 1.
Dari gambar berikut dapat dijelaskan probabilitas suatu kejadian yang
dapat mengakibatkan kecelakaan pada PLTN.
7
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
8/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
Peristiwa/kecelakaan yang pertama kali dalam hal ini adalah pecahnya
pipa utama dari pendingin. Peristiwa ini diperkirakan keboleh-jadiannya, P1 .
Kemudian timbul pertanyaan, apakah tenaga listrik tersedia atau tidak.
Keboleh-jadian P2 diperuntukkan bagi gagalnya/tidak tersedianya tenaga listrik
yang diperlukan untuk menjalankan sistem keselamatan-darurat. Jika tidak
tersedia tenaga listrik maka tidak ada satupun unit-unit keselamatan darurat
yang dapat beroperasi hingga bahan bakar akan meleleh, dan akibatnya banyak
sekali zat-zat radioaktif yang akan keluar. Keboleh-jadian dari peristiwa ini
adalah P1xP2. Demikian seterusnya, pohon-kejadian pada gambar 4.2 dapat
menerangkan kebolehjadian dari kegagalan masing-masing sub sistem.
in t e g r i t a s
c o n t a in t m e n t
P e n g a m b i lh a s i l f is iS is t e m
P e n d in g inD a r u r a t T e r a s
( E C C S )
T e n a g a L is t r ik
P ip a P e n d in g inP e c a h
P 1
1 - P 2
T e r s e d ia
P 2
G a g a l / t i d a kt e r s e d ia
1 - P 3
B e r f u n g s i
P 3
T id a k
1 - P 4
B e r o p e r a s i
P 4
T id a k
1 - P 4
B e r o p e r a s i
P 4
T id a k
1 - P 5
P 5
B a ik
J e le k
B a ik
P 5
J e le k
S a n g a t s e d ik i t
S e d ik i t
S e d ik i t
S e d a n g
B e s a r
S a n g a t b e s a r
S a n g a t b e s a r
Z a t r a d io a k t if y a n g
t e r s e b a r k e lu a r
P 1
P 1 x P 5
P 1 x P 4
P 1 x P 4 x P 5
P 1 x P 3
P 1 x P 3 x P 4
P 1 x P 2
GAMBAR 4.22POHON KEJADIAN YANG DISEDERHANAKAN DARI LOCA
Dengan bekerjanya sistem pengaman secara menyeluruh dalam sebuah
PLTN, maka akan sedikit sekali zat radioaktif yang keluar ke lingkungan, bila
2 Sutaryo Supadi, dkk., BATAN/Sub Komisi Teknologi Reaktor KP2PLTN., Penilaia KeamananPLTN.Berita Ilmu Pengetahuan & Teknologi. No : 3 Tahun 1976.
8
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
9/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
dibandingkan dengan urut-urutan peristiwa sebaliknya seperti tercermin pada
baris terbawah.
IV.2.2.2. Resiko Akibat Kecelakaan PLTN
Pada grafik berikut dapat dilihat perbandingan resiko kecelakaan antara
PLTN dan kecelakaan non-nuklir, yaitu seringnya frekuensi (kejadian per tahun)
dari jumlah korban yang jatuh akibat suatu kejadian tertentu. Sebagai contoh
misalnya, jumlah 100 orang korban akibat kecelakaan dari beroperasinya 100
buah PLTN, mempunyai frekuensi sebesar 1/10000 kejadian per tahun.
Sedangkan untuk jumlah korban yang sama akibat kecelakaan-
kecelakaan kebakaran dan pesawat terbang jatuh, masing-masing mempunyai
frekuensi satu dalam 10 per tahun dan satu dalam 2 per tahun, atau dengan
kata lain masing-masing 1000 dan 5000 kali lebih besar dibanding dengan
kecelakaan nuklir.
Kecuali korban jiwa, studi telah menyimpulkan kerugian-kerugian harta
akibat bila terjadi kecelakaan PLTN ataupun kecelakaan non-nuklir baik yang
disebabkan oleh peristiwa-peristiwa alamiah maupun yang buatan manusia
seperti terlihat pada gambar 4.4 berikut.
9
1 / 1 0 . 0 0 0 . 0 0 0
1 / 1 . 0 0 0 . 0 0 0
1 / 1 0 0 . 0 0 0
1 / 1 0 . 0 0 0
1 / 1 . 0 0 0
1 / 1 0 0
1 / 1 0
1
1 0
1 0 1 0 0 1 . 0 0 0 1 0 . 0 0 0 1 0 0 . 0 0 0 1 . 0 0 0 . 0 0 0
F a ta li t ie s
Frekuensi(Evens/Years)
T o t a l M a n C a u s e d
A i r C r a s h e s T o t a l
Fires
Explosions
A i r C r a s h e s
P e r s o n s O n
G r o u n d
D a m F a i lu r e s
C h l o r i n e R e l e a s e s
1 0 0 N u c l e a r
P o w e r P l a n t
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
10/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
GAMBAR 4.33
FREKUENSI KEMATIAN AKIBAT KEJADIAN-KEJADIAN BUATAN MANUSIA
GAMBAR 4.44
FREKUENSIKERUGIAN HARTA
AKIBATKECELAKAAN-
KECELAKAAN SECARAALAMIAH ATAU
BUKAN
Dari gambar 4.4
diatas dapat
diambil
kesimpulan bahwa
kerugian harta yang sama akibat kecelakaan 100 PLTN kira-kira 100 sampai
1000 kali lebih kecil kemungkinannya dibanding dengan sebab-sebab yang lain.
Kerugian harta dalam kecelakaan PLTN terdiri dari komponen-komponen :
a. Biaya yang diperlukan untuk memindahkan untuk sementara orang-orang
dari daerah yang terkontaminasi.
b. Nilai kerugian akibat tidak dapat digunakannya milik/harta benda
penduduk yang barang - barangnya perlu dibersihkan akibat
kontaminasi,
selama beberapa minggu sampai beberapa bulan.
3 Ibid.4 Ibid.
10
1 / 1 . 0 0 0 . 0 0 0
1 / 1 0 0 . 0 0 0
1 / 1 0 . 0 0 0
1 / 1 . 0 0 0
1 / 1 0 0
1 / 1 0
1
1 M 1 0 M 1 0 0 M 1 B 1 0 B 1 0 0 B
N ( D o l l a r s )
Frekuensi(Events/year
NaturalEvent
ManCau
sedEvents
1 0 0 N u c l e a r
P o w e r P l a n t s
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
11/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
c. Biaya untuk menjamin masyarakat luas agar tidak terkena radioaktif yang
mengotori makanan dan supply air minum.
Disamping resiko-resiko yang digambarkan pada kedua grafik diatas,
disamping korban jiwa kiranya perlu digambarkan efek negatif pada kesehatan
manusia yang dapat ditimbulkan oleh kecelakaan PLTN. Efek kesehatan ini
meliputi pula efek jangka panjang yang dapat berupa kanker, efek keturunan
dan kelainan pada kelenjar gondok. Korban-korban tersebut dapat menjadi
kira-kira dua kali lebih banyak dibanding dengan jumlah yang meningggal.
Akan tetapi jumlah tersebut dapat diabaikan bila dibanding dengan 8 juta orang
per tahun yang menderita akibat kecelakaan-kecelakaan lainnya.
IV.3. ASPEK EKONOMI
Seperti uraian pada pembahasan terdahulu, dalam menentukan biaya
pembangkitan listrik ada tiga komponen biaya yang harus diperhatikan, yakni :
biaya investasi awal, biaya operasi dan perawatan, serta biaya bahan bakar.
Semua jenis pembangkit listrik dapat dibangun dengan biaya investasi
yang murah, tapi karena biaya bahan bakar yang mahal, maka harga listriknya
akan mahal. Sebagai contoh pada pembangkit listrik dengan bahan bakar
batubara, ongkos investasinya relatif murah tetapi karena menggunakan bahan
bakar yang tersedia jauh dari tempat pembangkitan listrik, maka biaya bahan
bakarnya cukup tinggi.
Berdasarkan strategi penyediaan energi listrik Model MARKAL (dalam
pembahasan pada Bab terdahulu), PLTN belum bisa bersaing secara ekonomis
dengan pembangkit lainnya karena membutuhkan investasi awal yang sangat
besar. Dalam perhitungan tersebut biaya PLTN diambil sebesar $ 210/kW
11
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
12/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
dengan discount rate normal sebesar 12%. Oleh karena itu, dalam perencanaan
PLTN secara ekonomis dilakukan analisis sensitivitas terhadap investasi dan
discount rate-nya.
Jika dilakukan analisa sensitifitas pada PLTN dengan tingkat discount
rate yang berbeda, yaitu 4 %, 6 %, 8 % dan 10 %, maka dari hasil akhir
perhitungan biaya keseluruhan, PLTN baru bisa bersaing untuk discount rate 8
%, 6 % dan 4 %, dimana biaya pembangkitan untuk masing-masing discount
rate tersebut adalah 51,59.10-3 $/kW, 42,30.10-3 $/kW dan 34,86.10-3 $/kW.
Dibandingkan dengan PLTU-Batubara, PLTN memang memerlukan biaya
investasi awal yang besar, akan tetapi dalam operasinya biaya bahan bakarnya
cukup rendah, dan memerlukan bahan bakar dalam jumlah yang kecil. Sebagai
perbandingan kebutuhan bahan bakar pada PLTN, PLTU - Batubara dan PLT
Minyak seperti terlihat pada tabel berikut.
TABEL 4.15
KEBUTUHAN BAHAN BAKAR
Sebuah instalasi pembangkit berdaya 1000 MWe beroperasi dengan load faktor 75% akanmemproduksi 6,6 TWh per tahun. Perbandingan kebutuhan bahan bakarnya untuk PLTN, PLTU-Batubara dan PLT-Minyak adalah :
PLT Nuklir, membutuhkan 27 ton uranium diperkaya tiap tahun, diperlukan transportasidengan beberapa truk, atau diperlukan 160 ton uranium alam.
PLTU Batubara, membutuhkan 2,6 juta ton batubara tiap tahun, diperlukan transportasidengan 5 rangkaian kereta pengangkut, tiap pengangkutan 1400 ton per hari.
PLT Minyak, membutuhkan 2 juta ton minyak per tahun, diperlukan transportasi dengan 10super tanker.
Namun disadari karena PLTN memerlukan investasi yang besar, maka
daya-saing ekonomi sangat sensitif terhadap faktor-faktor yang terkait bagi
5 Ir. Adiwardoyo, dkk., Penggunaan Energi Nuklir Dalam Mendukung Pembangunan YangBerkesinambungan. Hasil Lokakarya Energi, Jakarta., 1993. Sumber : Nuclear Power Techniquesand Sustainble Development, IAEA., Vienna, 1992.
12
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
13/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
proyek investasi tinggi umumnya, yaitu waktu yang diperlukan untuk perizinan,
waktu yang diperlukan untuk pembangunan, bunga pinjaman dan lain
sebagainya.
IV.4. ASPEK SOSIO-EKONOMI PLTN
Studi tentang dampak sosio-ekonomi yang dilakukan oleh BATAN
bertujuan untuk mengidentifikasikan sumber-daya daerah yang dapat ikut serta
dalam pembangunan daerah, kemudian membandingkan perkembangan daerah
dengan tanpa pembangunan PLTN sampai dengan tahun 2005. Pembangunan
PLTN dilokasi Ujung Watu Pantai Utara Gunung Muria diasumsikan dimulai
tahun 1990 sampai tahun 1998. Dari hasil studi tersebut diambil beberapa
kesimpulan, diantaranya :
a. Pembangunan PLTN memberikan dampak manfaat keseluruhan kepada
ekonomi dan masyarakat lokal.
b. Dampak paling intensif adalah di daerah sampai jarak 10 km dari PLTN,
dimana penghasilan rumah tangga rata-rata menjadi dua kali lipat selama
tahap pembangunan, sedang sesudah PLTN beroperasi naik lebih dari 80%.
c. Dampak di daerah 20 - 50 km dari PLTN adalah tambahan sebesar 83%
pada produk ekonomi dan 70% pada lapangan/kesempatan kerja.
d. Perbaikan ekonomi di daerah akan mengurangi migrasi penduduk ke luar
daerah sebanyak 28.000 orang (sampai 7 tahun sesudah operasi).
Sedangkan lapangan kerja baru akan tersedia bagi 13.500 orang.
IV.5. ASPEK LINGKUNGAN
Tinjauan mengenai dampak lingkungan PLTN dalam pembahasan ini
dipisahkan antara dampak lingkungan dengan resiko. Dampak merupakan hal
13
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
14/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
yang pasti terjadi, sedangkan resiko merupakan dampak/akibat yang mungkin
terjadi. Secara sederhana kedua hal ini bisa dibicarakan bersama, karena
meskipun terjadinya resiko amat kecil namun bila terjadi kecelakaan
dampaknya tidak bisa diabaikan.
Dalam menilai potensi sumber energi untuk masa mendatang yang
berwawasan lingkungan, dapat diambil kriteria tentang daya saing ekonomi,
dampak kesehatan dan dampak lingkungan, ketersediaan sumber dalam jangka
panjang, keunggulan dalam diversifikasi serta penerimaan masyarakat.
Kekhwatiran terbesar dalam pembangkitan listrik dengan bahan bakar
fosil adalah mengenai dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Sampai saat ini
Pembangkit listrik dengan energi fosil telah mencapai 63% dari keseluruhan
pembangkitan, diantaranya PLTU-Batubara, Minyak, dan Gas. Dampak
pembakaran batubara diantaranya adalah dihasilkannya karbon dioksida,
dioksida sulfur dan oksida nitrogen serta debu dan partikel ke atmosfir. Energi
fosil dari minyak menghasilkan dioksida karbon lebih kecil, sedangkan gas
merupakan pembangkit yang relatif paling bersih. Namun demikian masih ada
resiko tumpahan dan kebocoran minyak dan gas dalam proses transportasi dan
penyimpanan.
Untuk pembangkit listrik nuklir, jika ditinjau dari dampak lingkungan
yang ditimbulkan, penggunaan PLTN pada operasi normal sangat bersih dan
pada kondisi abnormal dapat diatasi dengan aman. PLTN tidak membebaskan
asap/debu hasil pembakaran ke lingkungan. Untuk menanggulangi masalah
pencemaran sampah/limbah radioaktif, teknologi nuklir telah menemukan cara-
cara penanggulangannya.
14
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
15/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
Ditinjau dari masalah dampak lingkungan ini, maka keberadaan PLTN di
Indonesia akan memungkinkan karena dapat mengurangi pencemaran terhadap
lingkungan dengan membatasi dan mengurangi secara bertahap pembebasan
karbondioksida ke atmosfir yang menjadi penyebab pemanasan global atmosfir
bumi.
IV.5.1. Dampak Radiasi Hasil Belahan Terhadap Manusia
Fragmen-fragmen yang diproduksi selama reaksi inti disebut hasil
belahan, yang terdiri dari atom-atom radioaktif, seperti xenon-133, krypton-85
dan yodium-131. Zat radioaktif ini meluruh menjadi atom lain yang lebih stabil
dengan memancarkan sinar alpha, beta dan sinar gamma. Sinar yang
dipancarkan oleh atom tersebut sangat berbahaya bagi tubuh manusia,
terutama sinar gamma yang mempunyai daya tembus sangat tinggi, hanya
dapat dihentikan oleh tembok beton setebal 1 meter.
Zat-zat radioaktif inilah yang menyebabkan timbulnya bahaya PLTN jika
terjadi kecelakaan. Oleh karena itu, semua sistem pengaman PLTN ditujukan
untuk mencegah atau menghalangi terlepasnya zat radioaktif tersebut ke
lingkungan.
Radiasi akan berbahaya bagi manusia apabila dosisnya tinggi, jauh
melebihi nilai batas yang diperkenankan, yaitu antara 0,05 milli Sievert (mSv)
sampai 2,2 mSv.
Dilihat dari tingkat radiasi yang diterima, maka efek radiasi terhadap
manusia dapat dibagi atas 2 golongan :
a. Efek non-stokastik.
15
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
16/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
Efek ini akan timbul apabila radiasi yang diterima melebihi dosis ambang.
Akibat dari efek ini antara lain, katarak pada mata, erytema pada kulit,
gejala kerontokan pada rambut, dan sebagainya.
b. Efek Stokastik.
Efek radiasi ini tergantung dari kepekaan tubuh seseorang dalam menerima
radiasi tersebut.
Jika ditinjau dari resiko yang mungkin terjadi pada PLTN (walaupun
kemungkinannya sangat kecil) apabila timbulnya kebocoran atau kegagalan
sistem pengaman reaktor, maka akibatnya langsung akan diterima oleh
operator, karyawan, maupun masyarakat lokal. Apalagi untuk skala yang besar,
maka akibatnya bisa meluas sampai tingkat regional, nasional atau bahkan
internasional. Oleh karena itu, dalam perencanaan pembangunan PLTN, jika
diperhitungkan kemungkinan resiko yang ditimbulkan, haruslah dengan
teknologi yang benar-benar andal. Sehingga dampak/resiko terhadap
lingkungan, baik dalam tahap konstruksi, tahap operasi, maupun pasca operasi,
dapat ditanggulangi.
IV.5.2. Pengelolaan Limbah Nuklir
Dibandingkan dengan volume limbah yang dihasilkan oleh industri kimia
atau pembangkit dengan bahan bakar fosil, maka limbah yang dihasilkan
operasi dari pengoperasian PLTN sangat kecil, sebagaimana yang terlihat pada
tabel 4.2.
Disamping dibiarkan meluruh dengan waktu, secara garis besarnya
penanganan limbah radioaktif terdiri dari 3 prinsip, yaitu : pengurangan
16
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
17/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
volume, pengolahan menjadi bentuk stabil secara fisik maupun kimia yang
disesuaikan dengan teknik transportasi dan penyimpanannya, selanjutnya
memindahkan limbah radioaktif dipindahkan ke tempat yang terisolasi dari
lingkungan hidup.
TABEL 4.26
PERBANDINGAN PRODUKSI LIMBAHPLTN DAN PLTU-BATUBARA
PLTN (1000 MWe, load factor 75%)Produksi limbah per tahun :
sampah aktivitas tinggi : 27 ton bahan bakar bekas, jika melalui proses ulang danvitrifikasi sekitar 3 m3
sampah aktivitas tingkat sedang : 310 ton sampah aktivitas tingkat rendah : 460 ton beberapa gas radioaktif tingkat rendah dari cerobong yang aman bagi kesehatan
masyarakat sisa dari tambang uranium dan instalasi proses biji yang lebih kecil dari sisa tambang
batubara, per unit listrik yang diproduksi.
PLTU-Batubara (1000 MWe, load factor 75%)
Produksi limbah tahunan :
CO2 : 6,5 juta ton SO2 : 44.000 ton NOx : 22.000 ton Abu : 320.000 ton, mengandung sekitar 400 ton racun logam berat seperti
arsenik, kadmium, merkuri dan timah.
Beberapa contoh pengolahan limbah sebagai berikut :
a. Limbah berbentuk gas/partikel
Limbah ini dialirkan melalui sistem filter (prefilter, filter absolut, filter
charcoal) sehingga akan tertangkap, sedangkan udara dilewatkan saluran
tunda ke atmosfir secara terkendali dengan memonitor tingkat radiasinya.
6 Ir. Adiwardoyo, dkk., Penggunaan Energi Nuklir Dalam Mendukung Pembangunan YangBerkesinambungan. Hasil-Hasil Lokakarya Energi., Jakarta, 1993. Sumber :Nuclear PowerNuclear Techques and Sustainble Development, IAEA, Vienna, 1993.
17
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
18/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
Jika suatu waktu filter tersebut perlu diganti dengan yang baru, maka filter
lama akan diperlakukan sebagai limbah padat.
b. Limbah berbentuk cair
Limbah ini diproses melalui suatu sistem evaporasi (penguapan),
endapannya ditampung di dalam wadah kemudian dicampur semen/resin
hingga menjadi padat. Wadah kemudian disimpan di tempat penyimpanan.
a. Limbah padat
Limbah ini dibakar, abunya ditampung dalam wadah dan kemudian
dicampur semen untuk dipadatkan. Sampah padat tidak dapat dibakar,
biasanya langsung dimasukkan ke dalam wadah (bila perlu dipotong-potong
terlebih dahulu) dan dicampur semen/resin.
Tempat penyimpanan secara geologi yang dalam untuk limbah tingkat
tinggi atau bahan bakar bekas terdiri dari kombinasi rekayasa dan rintangan
alam yang membentuk suatu sistem terintegrasi untuk mengisolasi limbah.
Sistem tersebut terdiri dari wadah tempat menampung limbah, material
penyangga yang ditempatkan disekitar wadah untuk mencegah kontak dengan
air tanah dan menahan material radioaktif yang mungkin keluar, serta sistem
seal untuk ruang tempat penyimpanan. Periode waktu tempat penyimpanan
limbah radioaktif tingkat tinggi ini adalah lebih dari 100 ribu tahun.
IV.6. ASPEK PEMILIHAN LOKASI PLTN
Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan, biaya, daya dukung
lokasi dan effisiensi, pemilihan lokasi PLTN merupakan langkah yang sangat
penting. Dimanapun PLTN itu didirikan, maka PLTN harus memberikan nilai
aman bagi lingkungan dan masyarakat serta kelangsungan daripada PLTN itu
18
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
19/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
sendiri. Mengingat kecelakaan suatu reaktor nuklir merupakan kejadian yang
dapat menimbulkan bahaya yang disebabkan oleh radiaktif, maka dalam
pemilihan lokasi PLTN haruslah memperhatikan beberapa faktor, yakni faktor
gempa, geologi, demografi, penggunaan tanah, drainage, penggunaan air
buangan. Untuk effisiensi biaya dan kelancaran pembangunan dan
pengoperasian PLTN, maka perlu dipertimbangkan faktor transportasi, bahan
bangunan, jarak ke jaringan listrik.7
IV.6.1. Prosedur Pemilihan Lokasi PLTN
Dalam menentukan lokasi PLTN, perlu dilakukan beberapa tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap evaluasi dengan penilaian numerik.
Dalam tahap ini, dilakukan inventarisir daerah-daerah yang mungkin dapat
dijadikan lokasi PLTN. Daerah-daerah tersebut di survey, dan hasil dari
survey dievaluasi dengan nilai numerik untuk menentukan nilai tertinggi
dari daerah-daerah tersebut. Total nilai dari evaluasi ini dijadikan sebagai
acuan dalam pemilihan lokasi PLTN.
b. Tahap penciutan daerah.
Hasil yang diperoleh dari tahap pertama, setelah direvisi berdasarkan data
terakhir yang bisa dikumpulkan, digunakan untuk tahap penciutan daerah.
Beberapa daerah tertentu yang mempunyai nilai total evaluasi tertinggi
dilakukan penelitian yang lebih teliti, dan selanjutnya dipilih salah satu
daerah yang ditetapkan sebagai lokasi PLTN.
c. Tahap studi tapak.
7
BATAN, Proceeding Lokakarya Teknologi PLTN. BATAN, Jakarta, 1975., pp 5-10.19
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
20/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
Studi tapak merupakan penelitian lebih lanjut terhadap lokasi yang terpilih.
Studi ini bersifat menyeluruh, dimana dalam studi ini ditentukan titik ikat
lokasi berdasarkan nilai terbaik dari titik-titik yang disurvey. Selain itu juga
diteliti daya dukung lingkungan terhadap PLTN dan pengaruh PLTN terhadap
lingkungan lokasi yang dipilih.
IV.6.2. Kriteria Penilaian Lokasi
Faktor-faktor yang menjadi kriteria penilaian suatu daerah sebagai lokasi
yang akan dipilih dalam pembangunan PLTN adalah :
Faktor Geologi
Faktor Tingkat Gempa.
Faktor Drainage.
Faktor Kepadatan Penduduk.
Faktor Kelistrikan.
Faktor Transportasi Jalan Raya.
Faktor Transportasi Jalan Kereta Api.
Faktor Letak Pelabuhan.
Faktor Bahan Bangunan.
Faktor Penggunaan Tanah.
Faktor Penggunaan Air Buangan
IV.6.3. Hasil Pemilihan Lokasi PLTN
Sebelum ditentukan lokasi terpilih, maka ditetapkan beberapa daerah
yang mungkin dapat dijadikan lokasi PLTN. Mengingat kebutuhan air yang
sangat besar untuk pengoperasian PLTN, maka lokasi PLTN dipilih di daerah
pantai. Adapun sasaran dari pembangunan PLTN adalah pulau Jawa karena
20
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
21/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
mempunyai kepadatan penduduk dan kebutuhan energi listrik yang sangat
tinggi. Dengan melihat hasil penilaian diatas, maka ditetapkanlah beberapa
lokasi yang layak untuk pembangunan PLTN, seperti terlihat pada tabel berikut.
Dari lima lokasi terbaik yang dipilih, dilakukan survei ulang untuk
penyempurnaan data. Dari hasil survei ulang tersebut, didapatkan bahwa Desa
Ujung Watu di Pantai Utara Gunung Muria sebagai lokasi terpilih, yang
ditetapkan oleh BATAN dan mendapat rekomendasi dari IAEA.
TABEL 4.3URUTAN HASIL PENILAIAN LOKASI PLTN
PERINGKAT DAERAH/LOKASI TOTAL NILAI
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
Pantai Pangandaran dan Parigi
Pantai Utara Gunung Muria
Pantai Situbondo
Pantai Popoh
Pantai Pemanukan
Pantai Cabang Bungin
Pantai Kecamatan Pedes
Pantai Pontang
Pantai Pelabuhan Ratu Selatan
Pantai Pelabuhan Ratu Utara
Pantai Teluk Pacitan
268
264
254
244
242
239
238
237
219
211
210
IV.7. PERSIAPAN DALAM PEMBANGUNAN PLTN
IV.7.1. Studi Kelayakan
Salah satu persiapan pembangunan PLTN adalah suatu Studi kelayakan.
Studi ini merupakan pemutakhiran ulang Studi Kelayakan Proyek PLTN yang
berisi kajian-kajian menyeluruh tentang kelayakan introduksi PLTN di Indonesia
dari semua aspek. Sesuai dengan keputusan sidang Badan Koordinasi Energi
21
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
22/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
Nasional (Bakoren), studi ini dilaksanakan oleh BATAN dengan pengarahan oleh
panitia teknis energi.
Secara garis besar studi ini akan diuraikan dalam segi :
Ekonomi energi dan pendanaan.
Teknologi dan keselamatan reaktor (PLTN).
Daur bahan bakar dan limbah radioaktif.
Infrastruktur dan potensi industri.
Temasuk dalam lingkungan ini adalah analisa dampak lingkungan yang
mencakup dampak sosial, ekonomi dan budaya.
Secara umum proyek pembangkit listrik akan layak bila memang akan
ada permintaan (demand) terhadap energi listrik. Kemudian diselidiki berbagai
sumberdaya energi yang tersedia secara nasional maupun yang tersedia di
pasaran internasional.
Sebelumnya juga perlu dinilai teknologi pembangkitan mana yang dapat
dipilih, termasuk ketersediaan bahan bakarnya. Juga letak/lokasi yang akan
dibangun perlu dikonfirmasikan berdasarkan kriteria keandalan dan
keselamatan, disamping juga persepsi masyarakat sekitar lokasi.
IV.7.2. Persiapan Dalam Teknologi
Dalam rangka mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam pembangunan
PLTN ini, telah dilakukan langkah-langkah konsisten untuk menguasai teknologi
yang berkaitan dengan PLTN. Karena spektrum teknologi yang terkait dengan
PLTN cukup luas, maka telah diprioritaskan pembinaan teknologi tersebut
secara bertahap pada aspek pemahaman PLTN itu sendiri, bagaimana
pembangunannya dan untuk selanjutnya pengoperasian yang aman dan efisien.
22
-
8/8/2019 Alternatif PLTN
23/23
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.
IV.7.3. Pembinaan Sumberdaya Manusia
Dalam rangka membina sumberdaya manusia Indonesia untuk
mendukung pelaksanaan introduksi PLTN, persiapan telah dilakukan dalam dua
kategori, yakni :
a. Kegiatan yang berorientasi proyek PLTN.
b. Kegiatan pendukung yang berorientasi program PLTN.
Untuk kegiatan yang berorientasi proyek PLTN, meliputi pembinaan
sumberdaya manusia untuk kegiatan : perencanaan proyek, pelaksanaan
proyek, pembuatan peralatan dan komponen, konstruksi PLTN, ujicoba PLTN
serta operasi dan pemeliharaan PLTN. Sedangkan untuk kegiatan pendukung
diarahkan pada pelaksanaan kegiatan : perencanaan program nuklir, daur
bahan bakar nuklir, pengawas dan perizinan nuklir, penelitian dan
pengembangan dalam ketenagaan nuklir, serta pendidikan dan pelatihan.
Sebagai gambaran jumlah pelaksana yang diperlukan untuk proyek PLTN
berdaya 600 - 1300 MWe adalah :
a. Untuk kegiatan pabrikasi dan konstruksi membutuhkan sekitar 5000
orang teknisi.
b. Untuk kegiatan manajemen dan rekayasa proyek membutuhkan
sekitar 250 - 350 orang tenaga profesional.
c. Untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan membutuhkan sekitar
170 - 270 orang tenaga terlatih yang berkualitas.
23