Download - ALK sesi 12
Analisis Fundamental dan Teknikal
Saham PT. Multipolar.tbk (MLPL)
Mata Kuliah : Analisi Laporan Keuangan
(Dosen : Prof. Dr. Slamet Sugiri, MBA.)
Disusun Oleh :
Nama : Rika Henda Safitri
No. Mhs : 11/MPA-XXIIA/56
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
1
2011
Analisi Laporan Keuangan
Saham PT. Multipolar, Tbk (MLPL)
Pendahuluan
Peter Lynch dalam bukunya yang berjudul ; “One Up on Wall Street. How to use
what you already know to make money in the market”, mengatakan bahwa ada satu hal
utama yang perlu anda ketahui dalam investasi yaitu : Jangan mengikuti mentah-mentah
saran para professional. Mengapa? Setidaknya ada tiga alasan mengapa investor sebaiknya
mengabaikan rekomendasi saham dari para pakar yaitu karena mereka mungkin salah,
kalaupun mereka benar, investor tidak pernah tahu kapan mereka berubah pikiran dan
menjual saham yang direkomendasi tersebut dan investor punya sumber informasi lebih baik,
dan sumber itu ada di sekeliling investor..
Peter Lynch adalah manajer investasi (fund manager) Fidelity Magellan, reksa dana
dengan asset terbesar di tahun 1990-an. (Fidelity sampai sekarang masih merupakan salah
satu raksasa reksa dana di Amerika.) Pada waktu itu, Peter Lynch mungkin lebih terkenal dari
Warren Buffet karena ada ratusan ribu orang menanamkan modal di Fidelity Magellan dan
menikmati imbal-hasil (return) yang spektakuler. Investor yang memasukkan dana
US$10,000 pada tahun 1977, tahun pertama Peter Lynch mengelola Magellan, akan melihat
dana tersebut berkembang menjadi US$190,000 sepuluh tahun kemudian. Luar biasa. Peter
Lynch yang sudah terbukti sebagai pakar saham pada intinya mengatakan bahwa investor
bisa sukses berinvestasi saham dengan menggunakan apa yang sudah investor ketahui.
Sebelum melakukan investasi, investor memang sebaiknya mengetahui harga wajar dari
suatu saham dengan cara membandingkan nilai intrinsik saham dengan harga pasar yang berlaku.
Tujuan utamanya adalah untuk memilih perusahaan yang sahamnya undervalued (cheap) atau
overvalued (rich). Sekuritas yang ternyata undervalued berarti pasar gagal atau tidak menemukan
adanya faktor-faktor yang membenarkan harganya harus lebih tinggi. Artinya nilai sekuritas
harus lebih tinggi daripada harga jualnya. Setelah investor menyadari situasi tersebut, misalnya
karena manajemen mengumumkan EPS (earning per share) lebih tinggi yang diharapkan, para
investor akan membeli saham dan akan memaksa harga naik.
Paper ini akan melakukan analisis fundamental dan tehnikal terhadap saham
PT. Multipolar Tbk (MLPL). Apakah memang investasi pada saham seperti MLPL
2
menguntungkan? Hasil analisis ini diharapkan dapat digunakan oleh investor sebagai dasar
dalam mengambil keputusan investasi yaitu apakah akan berinvestasi dengan membeli saham
MLPL atau tidak.
Pembahasan
Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental
ekonomi suatu perusahaan. Analisis ini menitikberatkan pada rasio keuangan dan kejadian-
kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja perusahaan.
Analisis fundamental lebih cocok digunakan jika ingin memutuskan saham perusahaan mana
yang akan dibeli dalam jangka panjang. Secara prinsip, untuk melakukan analisis
fundamental idealnya dilakukan secara top-down, yaitu: Analisis Ekonomi, Analisis Industri,
dan Analisis Perusahaan (http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_fundamental).
1. Analisis Ekonomi
a. Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB)
Menurut Bank Dunia, Produk Domestik Bruto Indonesia adalah senilai 540
miliar dolar atau 0,87% dari ekonomi dunia,. Dari tahun 1967 sampai dengan tahun
2009, rata-rata Produk Domestik Bruto di Indonesia adalah 138.19 milyar dolar yang
mencapai angka historis tertinggi sebesar 540.28 milyar dolar pada bulan Desember
2009 dan rekor terendah rendah sebesar 5.98 milyar dolar pada bulan Desember 1967.
Indonesia merupakan Negara dengan perekonomian nasional terbesar di Asia
Tenggara yang ekonomi berbasis pasar di mana pemerintah memainkan peran penting
dengan memiliki lebih dari 164 perusahaan milik negara. Berikut adalah grafik GDP
Indonesia dari tahun 1998 s. d 2010 :
3
b. Pertumbuhan GDP atau PDB
Pada kuartal pertama tahun 2011, Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia
mengalami pertumbuhan sebesar 6,5 persen bila dibandingkan dengan kuartal yang
sama tahun sebelumnya. Dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010, pertumbuhan
rata-rata kuartalan PDB Indonesia adalah 1,34 persen yang mencapai angka historis
tertinggi sebesar 4,23 persen pada bulan September 2000 dan rekor terendah -3,87
persen pada bulan Desember 2002. Berikut adalah grafik pertumbuhan GDP dari
tahun 2007 s. d. 2011 :
‘
Dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi minimal 6 persen mulai tahun 2011,
PDB Indonesia akan senilai Rp 14.379 triliun (US$ 1,4 triliun) pada 2025. Dengan
4
PDB sebesar ini, Indonesia akan mulai beranjak menuju maju. Walaupun secara
agregat prognosis PDB Indonesia pada tahun 2025 masih jauh di bawah Brasil, Rusia,
India, dan China, namun karena beberapa negara maju mengalami pelemahan kinerja
ekonomi menyebabkan Indonesia akan mulai masuk ke dalam struktur negara di
dunia dengan perekonomian terbesar.
Potensi besar ekonomi Indonesia di masa mendatang bisa terjadi karena di
beberapa negara maju telah terjadi titik jenuh perekonomian yang terutama
disebabkan investasi di dalam negeri mereka sudah tidak bisa memberikan return
yang menarik. Hal ini tentu berbeda dengan Indonesia, dengan jumlah penduduk
terbesar keempat di dunia menyebabkan perekonomian dan investasi di Indonesia
akan terus memanfaatkan pertumbuhan penduduk tersebut. Pasar yang begitu besar
menjadi determinan penting pengerak investasi dan perekonomian. Walaupun pada
satu sisi, jumlah penduduk yang begitu besar menjadi masalah tersendiri namun inilah
salah satu pengerak utama perekonomian Indonesia.
c. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Selama Tahun 2010, Indonesia merupakan salah satu negara tujuan utama
investasi di dunia. Investasi portofolio di Indonesia selama 2010 merupakan salah satu
investasi yang memberikan return tertinggi di dunia. IHSG selama 2010 tumbuh
sebesar 46 persen, di mana per 2 Januari 2010 sebesar 2.534 dan pada saat penutupan
tahun perdagangan 2010 menjadi sebesar 3.703. Kinerja cemerlang ini menjadikan
IHSG merupakan indeks saham yang mengalami pertumbuhan tertinggi di wilayah
Asia Pasifik.
Dengan mempertimbangkan apa yang terjadi selama 2010, diprediksi bahwa
selama 2011 IHSG masih akan terus mengalami pertumbuhan. Sampai akhir tahun
2011, diprediksi IHSG akan bisa mencapai angka 4.000. Namun dengan catatan
bahwa krisis politik yang terjadi di negara kawasan arab tidak terjadi lagi setelah
bulan Maret.
5
Chart IHSG Tanggal 18 Agustus 2011
6
7
Berdasarkan data IHSG tanggal 18 Agustus 2011, volatilitas pergerakan bursa
naik tajam. Pasca kenaikan sebelumnya, Dow Jones justru kembali anjlok hingga 3,68
persen ke level 10.990,58. Bursa di Amerika (AS) turun setelah muncul berita bahwa
otoritas moneter giat melakukan pemeriksaan melekat terhadap cabang-cabang bank
Eropa di AS, untuk mencegah masalah sistemik disistem perbankan AS. Sementara
itu dari sisi makro, rilis angka inflasi AS menunjukkan bahwa tingkat inflasi Juli naik
0,5 persen MoM, atau lebih tinggi dari ekspektasi ekonom dilevel 0,2 persen MoM.
Leading Economic Index (LEI) AS dibulan Juli pun naik 0,5 persen ke level 115,8,
setelah menguat dibulan sebelumnya sebesar 0,3 persen.
Ditengah bursa Asia yang melemah, IHSG justru mencatat penguatan. IHSG
naik 1,71 persen ke level 4.020,99. Melemahnya bursa-bursa Eropa mempengaruhi
laju gerak bursa Asia.
IHSG di Bursa Efek Indonesia kembali menguat pada akhir transaksi
perdagangan dan bertahan di level psikologis 4.000, setelah sempat terkoreksi tipis
sehari sebelum libur memperingati hari kemerdekaan ke 66 Republik Indonesia. Pada
perdagangan hari ini, IHSG berakhir menguat 67,72 poin atau 1,71 persen ke level
4.020,99. Total nilai transaksi yang dibukukan mencapai Rp6,09 triliun dan volume
tercatat 12,81 juta lot dengan frekuensi 172.498 kali. Sebanyak 154 saham menguat,
89 melemah, 92 stagnan, serta 191 saham tidak terjadi transaksi. Berdasarkan gambar
tersebut diatas juga nampak bahwa hanya sektor property yang mengalami penurunan,
sedang untuk sektor lainnya mengalami kenaikan.
8
Sedang kondisi 40 perusahaan top yang mengalami kenaikan atau penurunan
adalah sebagai berikut :
d. Suku Bunga
Tingkat suku bunga bisa menjadi salah satu acuan kondisi ekonomi. Tingkat
suku bunga yang tinggi akan menghambat bergeraknya sektor riil, sebaliknya sektor
riil akan bergairah saat suku bunga rendah. Secara umum, kenaikan tingkat suku
bunga akan menyerap likuiditas di pasar yang pada akhirnya akan memicu penurunan
harga saham karena banyak pelaku pasar menjual sahamnya dan sebaliknya,
penurunan tingkat suku bunga akan membuat pelaku pasar optimis terhadap kondisi
sektor riil sehingga mendorong pelaku pasar untuk melakukan pembelian saham yang
tentu saja akan membuat harga saham bergerak naik. Adapun pergerakan suku bunga
yang diproksikan oleh BI Rate dari tahun 2007 s. d. 2011 adalah sebagai berikut :
TahunBI Rate (%)
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des2011 6,50 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6.75 6,75 6,75 6,752010 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.502009 8.75 8.25 7.75 7.50 7.25 7.00 6.75 6.50 6.50 6.50 6.50 6.502008 8.00 8.00 8.00 8.00 8.25 8.50 8.75 9.00 9.25 9.50 9.50 9.252007 9.50 9.25 9.00 9.00 8.75 8.50 8.25 8.25 8.25 8.25 8.25 8.00
9
Berdasarkan grafik tersebut diatas terlihat bahwa tingkat suku bunga Indonesia
mengalami tren penurunan sejak tahun 2006 dan stabil pada 6,50% sepanjang tahun
2010. Di tahun 2011 suku bunga bank Indonesia mengalami kenaikan menjadi 6,75%
di bulan Februari 2011 dan terus stabil ditingkat 6,75% sampai dengan bulan Juli
2011. Hal ini mendorong para pemegang saham akan tetap mempertahankan saham
yang dimiliki dan akan mengakibatkan peningkatan harga saham/ pergerakan IHSG.
e. Inflasi
Tingkat inflasi cukup berpengaruh terhadap harga saham dengan hubungan
yang berbanding terbalik. Harga saham akan naik jika inflasi rendah, dan sebaliknya
harga saham cenderung turun saat inflasi tinggi. Semakin turunnya tingkat inflasi
menandakan bahwa daya beli masyarakat semakin meningkat. Dengan meningkatnya
daya beli masyarakat, maka diharapkan bukan hanya kebutuhan sandang, pangan,
papan saja yang terpenuhi namun juga kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti
berinvestasi.
10
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa inflasi bulanan sejak tahun 2007
mengalami peningkatan hingga akhir tahun 2008. Hal ini berarti, harga saham akan
cenderung untuk melemah/ turun dalam rentang tahun tersebut. Inflasi mulai menurun
sejak tahun 2009 dan hal ini mengindikasikan bahwa harga saham akan cenderung
mengalami peningkatan/ naik. Selama tahun 2010 inflasi kembali bergerak naik
sampai dengan bulan Januari 2011, dan selanjutnya di bulan Juli 2011 mengalami
penurunan kembali. Hal ini berarti bahwa harga saham selama tahun 2010 s. d.
Januari 2011 akan cenderung untuk mengalami penurunan dan mulai akhir juli harga
akan mengalami kenaikan.
f. Kurs
Nilai mata uang rupiah atas dollar Amerika saat ini sedang mengalami
penguatan. Hal ini akan mendorong investor untuk mengalihkan investasinya dari
dollar ke saham, sehingga terjadi peningkatan penjualan saham yang mendorong
peningkatan harga saham. Penguatan ini didukung pula oleh stabilnya nilai mata uang
rupiah atas dollar Amerika yang berada pada kisaran harga Rp 8.500,00 s. d.
Rp 8.750,00 per dollar. Selain itu, penguatan dan stabilnya nilai Rupiah ini secara
umum juga meningkatkan optimisme pelaku pasar sehingga meningkatkan pula
gairah pasar saham.
11
Diprediksi sepanjang 2011 rupiah stabil di kisaran angka 9.000 per dollar AS.
Prediksi nilai tukar rupiah ini lebih bagus dibandingkan dengan asumsi nilai tukar
dalam APBN 2011 yang sebesar 9.300 per dollar AS. Namun demikian, terdapat
beberapa potensi yang membuat nilai tukar ini melemah jauh dari 9.000 per dollar.
Pertama, pemulihan ekonomi global, terutama di Amerika Serikat dan negara-negara
Uni Eropa akan menyebabkan dana yang ada di negera berkembang, termasuk di
Indonesia akan kembali masuk ke negara-negara maju tersebut. Namun demikian,
dilihat dari perbandingan fundamental return, negara-negara maju belum bisa
memberikan return yang kompetitif atau lebih besar dari emerging market. Kedua,
hedging yang dilakukan oleh beberapa pemain hedge fund besar berpotensi
menyebabkan terjadinya capital outflow.
g. Krisis di Amerika dan Eropa
Standard & Poor’s memangkas peringkat utang Pemerintah Amerika Serikat
menjadi AA+ dari posisi sebelumnya AAA. Dengan diturunkannya rating utang
Amerika Serikat satu knotch dari sebelumnya AAA menjadi AA+ oleh lembaga
pemeringkat S&P berimplikasi adanya perlambatan perekonomian AS. Hal tersebut
diperkirakan berakibat perlunya negara adidaya itu membayarkan bunga utangnya
lebih besar sehingga terdapat kenaikan yield dari surat utangnya.
Kekhawatiran para investor terhadap krisis AS tidak saja dengan penurunan
peringkat utang AS, tetapi juga kemungkinan perlambatan pertumbuhan ekonomi. 12
Investor pun seperti putus asa guna mencari tempat yang aman untuk menyelamatkan
dana mereka. AS perlu merestrukturisasi utangnya yang terus membengkak dengan
angka fantastis.
Sentimen negatif kemudian melanda pasar global dan domestik. Krisis utang
yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat, membuat semua investor bursa
melakukan taking profit. Akibatnya, IHSG, Hangseng, Wall Street dan pasar bursa
dunia lainnya mengalami penurunan volume transaksi. Ketakutan meningkatnya
premium risk perekonomian dunia ini, membuat mereka yang memegang uang
mengalihkan kekayaannya dari saham menjadi emas. Karenanya, harga emas terus
merangkak naik menyentuh 1681,72 per troy ons.
Anggito Abimanyu dalam artikelnya yang berjudul “Kebalkah Kita dari Krisis
AS?” yang dimuat dalam kompas.com tanggal 11 Agustus 2011 mengatakan bahwa
dampak krisis utang AS terhadap perekonomian Indonesia, seperti juga krisis di tahun
2008, relatif terbatas. Hal ini karena porsi ekspor Indonesia terhadap perekonomian
dunia relatif kecil dibandingkan negara lain seperti Singapura, Hongkong, Korea
Selatan, dan India. BI dan Bapepam juga menerapkan regulasi yang ketat terhadap
lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank, untuk pengembangan produk
derivatif keuangan. Rasio investasi, khususnya investasi asing dan joint venture,
dalam Produk Domestik Bruto Indonesia juga relatif rendah. Dengan struktur yang
terbatas pada paparan perekonomian dan keuangan global, perekonomian Indonesia
untuk sementara dapat terhindar dari krisis yang dalam.
2. Analisis Industri
Sukses tidaknya suatu investasi banyak ditentukan juga dari pemilihan sektor
industri yang tepat. Hal ini bisa tergambar dari pergerakan Indeks Harga Saham secara
sektoral yang menunjukkan variasi. Ada sektor industri tertentu yang peningkatannya
besar, ada yang cenderung mendatar (flat) ada juga sektor industri yang cenderung turun.
Bisa disimpulkan, perkembangan (growth) dari investasi kita salah satunya tergantung
kepada sektor industri yang kita pilih.
13
PT. Multipolar, Tbk (MLPL) termasuk dalam sektor industri consumer good.
Berdasarkan gambar tersebut diatas nampak bahwa consumer good index terus
mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini cukup menjanjikan di masa
yang akan datang.
Analisis terhadap industri akan membantu investor dalam memilih saham, namun
aspek lainnya juga harus mendapat perhatian. Aspek tersebut adalah aspek kualitatif yang
terdiri atas :
a. Sejarah Performa secara Jangka Panjang
PT. Multipolar Tbk dengan pangsa pasar sebesar 22% merupakan penyedia
layanan sistem dan solusi Teknologi Informasi (“TI”) terkemuka, tidak saja di bidang
aplikasi perbankan dan keuangan yang merupakan keunggulannnya, namun juga di
berbagai aplikasi bisnis TI lainnya. Jasa alih daya, dimana pelanggan dapat
mendelegasikan fungsifungsi TI kepada Multipolar, juga telah menunjukkan
pertumbuhan yang menggembirakan seiring dengan meningkatnya permintaaan akan
layanan ini. Hal ini tercermin dari pencapaian divisi TI ditengah persaingan yang
semakin ketat di bidang ini. Multipolar akan terus mengupayakan nilai tambah bagi
14
banyak pelanggannya yang memanfaatkan konsep solusi bisnis total. Selain itu,
pelanggan kamipun dapat memanfaatkan pengalaman Multipolar selama lebih dari
tiga dasawarsa.
Saham PT. Multipolar Tbk tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
kode MLPL diperdagangkan pada kisaran harga Rp 500 hingga Rp 2.000 sepanjang
tahun 2010. Jumlah modal disetor dan ditempatkan Perseroan tidak mengalami
perubahan pada tahun 2010 sementara Perseroan membagikan dividen senilai Rp
16,31 per saham dari laba tahun 2009 sesuai keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham Tahunan pada bulan Juni 2010.
PT. Multipolar Tbk melaporkan bahwa pendapatan kotor Perseroan yang
meningkat sebesar 13,24% dari Rp 12,7 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 14,4
triliun pada tahun 2009 dengan laba kotor meningkat sebesar 13,24% dari
sebelumnya Rp 3,2 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 3,7 triliun pada tahun 2009.
Laba usaha meningkat sebesar 3,95% dari Rp 524,4 miliar pada tahun 2008 menjadi
Rp 545,1 miliar pada tahun 2009 dan laba bersih juga meningkat sebesar 156,33%
dari tahun 2008 yang rugi sebesar Rp 196,5 miliar menjadi laba sebesar Rp 110,7
miliar pada tahun 2009. Tentunya prestasi ini sangat membanggakan mengingat
kondisi perekonomian yang kurang kondusif, terutama pada semester pertama tahun
2009. Perseroan telah membuktikan keberhasilannya menghadapi segala tantangan
yang ada, bahkan memanfaatkan peluang dengan mengukir kinerja yang memuaskan.
b. Kompetisi
Kondisi pasar yang terus berubah, kebutuhan pelanggan yang semakin
beragam, teknologi yang semakin konvergen dan persaingan yang semakin ketat tidak
boleh menyurutkan semangat kami. Kondisi ini justru memacu kami untuk melakukan
langkah-langkah strategis agar dapat memberikan yang terbaik kepada seluruh
pemangku kepentingan. Upaya strategis yang ditempuh Multipolar, yang menuntut
usaha keras, waktu dan biaya, pada akhirnya membuahkan hasil yang
menggembirakan. Hal ini terlihat dari pendapatan kotor Perseroan yang meningkat
sebesar 13,24% dari Rp 12,7 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 14,4 triliun pada
tahun 2009 dengan laba kotor meningkat sebesar 13,24% dari sebelumnya
Rp3,2triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 3,7 triliun pada tahun 2009. Laba usaha
meningkat sebesar 3,95% dari Rp 524,4 miliar pada tahun 2008 menjadi
15
Rp545,1miliar pada tahun 2009 dan laba bersih juga meningkat sebesar 156,33% dari
tahun 2008 yang rugi sebesar Rp 196,5 miliar menjadi laba sebesar Rp 110,7 miliar
pada tahun 2009. Tentunya prestasi ini sangat membanggakan mengingat kondisi
perekonomian yang kurang kondusif, terutama pada semester pertama tahun 2009.
Perseroan telah membuktikan keberhasilannya menghadapi segala tantangan
yang ada, bahkan memanfaatkan peluang dengan mengukir kinerja yang memuaskan.
Di bidang ritel, anak perusahaan Perseroan, PT Matahari Putra Prima Tbk
(“Matahari”) telah memberikan kontribusi yang signifikan kepada Perseroan dengan
peningkatan pendapatan dan laba yang mengesankan, yang didukung oleh
pertumbuhan dari 2 usaha utama Matahari, yaitu dari divisi department store dan food
business. Divisi department store membukukan penjualan sebesar Rp 6,9 triliun atau
tumbuh sebesar 15% dibandingkan dengan tahun lalu dan divisi food business dengan
total penjualan mencapai Rp 6,5 triliun atau meningkat 14,04% dibandingkan periode
yang sama tahun lalu.
Demikian juga dengan investasi kami yang lain, PT First Media Tbk (“First
Media”) yang terus menunjukkan pertumbuhan jumlah pelanggan, baik untuk layanan
TV kabel dan internet berkecepatan tinggi. Ekspansi First Media ini telah memberikan
hasil yang menggembirakan sebagaimana terlihat dalam peningkatan pendapatan First
Media sebesar 36,43% dari Rp 529,6 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp 722,5 miliar
pada tahun 2009 dan laba bersih meningkat 132,24% dari sebelumnya membukukan
rugi bersih sebesar Rp 101,7 miliar pada tahun 2008 menjadi laba bersih sebesar Rp
32,8 miliar pada tahun 2009.
3. Analisis Perusahaan
Tahap selanjutnya setelah melakukan analisis ekonomi dan industri adalah
melakukan analisis perusahaan Analisis perusahaan tidak bisa terlepas dari menganalisis
laporan keuangan perusahaan yang meliputi Neraca, Laporan Rugi-Laba, dan Laporan
Arus Kas. Adapun perhitungan rasio yang dapat kita pergunakan untuk menganalisa
kondisi perusahaan PT. Multipolar Tbk (MLPL) adalah sebagai berikut :
16
a. Pertumbuhan (Growth)
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010Net Income 1,007,822 1,443,585 1,880,492 3,455,702 4,146,282
Growth 43.24% 30.27% 83.77% 19.98%Total Asset 21,733,034 23,779,951 24,072,959 27,230,965 30,741,679
Growth 9.42% 1.23% 13.12% 12.89%Total Liabilities 8,558,428 9,640,418 8,553,688 8,848,424 9,421,403
Growth 12.64% -11.27% 3.45% 6.48%Total Equity 13,157,233 14,119,796 15,519,266 18,301,537 21,197,162
Growth 7.32% 9.91% 17.93% 15.82%Total Revenue 26,339,297 27,389,365 30,251,643 32,973,080 37,691,997
Growth 3.99% 10.45% 9.00% 14.31%
Total Asset dan Liabilities
Grafik diatas menunjukkan bahwa total asset mengalami peningkatan
setiap tahunnya dan sebaliknya total liabilities mengalami trend penurunan.
Pertumbuhan total asset terbesar terjadi di tahun 2009 sebesar 13,12% dan
selanjutnya di tahun 2010 sebesar 12,89%. Tahun 2008 meskipun termasuk tahun
krisis, namun total asset juga mengalami kenaikan tipis sebesar 1,23%.
Sebaliknya untuk total liabilities, penurunan terbesar terjadi di tahun 2008
yaitu -11,27%, tahun 2009 sebesar 3,45% dan tahun 2010 sebesar 6,48%. Trend
kenaikan total asset dan trend penurunan total liabilities menunjukkan bahwa
perusahaan dalam kondisi baik.
17
Total Equity
Total equity mengalami peningkatan setiap tahunnnya. Peningkatan terbesar
terjadi di tahun 2009 yaitu sebesar 17,93% dan tahun 2010 sebesar 15,82%.
Meskipun di tahun 2010 pertumbuhannya menurun, namun total equity tetap
tumbuh diatas 15%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perusahaan baik.
Total Revenue
Total revenue menunjukkan trend kenaikan yang menggembirakan. Total revenue
mengalami pertumbuhan terbesar di tahun 2010 sebesar 14,31% dan hal ini
menunjukkan bahwa prospek perusahaan adalah bagus.
18
Net Income
Net income mengalami pertumbuhan tahun 2007 sebesar 43,24%, tahun 2008
sebesar 30,27% dan pertumbuhan terbesar di tahun 2009 yaitu sebesar 83,77%.
Untuk net income tahun 2010 mengalami penurunan yaitu hanya 19,98%, namun
hal ini masih menunjukkan bahwa kinerja perusahaan adalah baik karena
pertumbuhan net income mendekati angka 20%.
b. Gross Profit Margin (GPM)
Data GPM PT. Multipolar Tbk (MLPL) mulai tahun 2006 s. d. 2010 adalah
sebagai berikut :
2006 2007 2008 2009 2010
17.91% 15.75% 17.05% 21.73% 23.52%
Sumber : www.idx.co.id dan Annual Report PT. Multipolar Tbk
Berdasarkan data diatas GPM MLPL mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dan hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan masih dalam kondisi baik atau menguntungkan.
GPM tahun 2009 mengalami pertumbuhan paling tinggi yaitu 4,68%. Hal ini
menunjukkan bahwa selama krisis perusahaan menguntungkan dan setelah krisis
tahun 2008 GPM tumbuh pesat sebesar 4,68%.
19
c. Operating Profit Margin (OPM)
Data OPM PT. MultipolarTbk (MLPL) mulai tahun 2006 s. d. 2010 adalah
sebagai berikut :
2006 2007 2008 2009 2010
8.32% 9.23% 10.46% 15.79% 15.54%
Sumber : www.idx.co.id dan Annual Report PT. Multipolar Tbk
Berdasarkan data diatas OPM MLPL mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dan hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan masih dalam kondisi baik atau menguntungkan.
Berdasarkan data diatas juga terlihat, meskipun di tahun 2008 terjadi krisis ekonomi,
namun OPM MLPL tetap positif dan tumbuh (10,46%) serta mengalami kenaikan
yang signifikan sebesar 5,33% di tahun 2009 menjadi 15,79%.
d. Net Profit Margin (NPM)
Data NPM PT. Multipolar Tbk (MLPL) mulai tahun 2006 s. d. 2010 adalah
sebagai berikut :
2006 2007 2008 2009 2010
3.83% 5.27% 6.22% 10.48% 11.00%
Sumber : www.idx.co.id dan Annual Report PT. Multipolar Tbk
Net Profit Margin (NPM) menunjukan berapa besar keuntungan bersih yang dapat di
peroleh dari setiap rupiah penjualan atau memaksimalkan pendapatan dan
meminimalkan biaya aktivitas operasi dalam jangka panjang. NPM MLPL mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun dan hal ini menunjukkan bahwa perusahaan masih
dalam kondisi baik atau menguntungkan. Berdasarkan data diatas juga terlihat,
meskipun di tahun 2008 terjadi krisis ekonomi, namun NPM MLPL tetap positif dan
tumbuh (6,22%) serta mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 4,26% di tahun
2009 menjadi 10,48%.
e. Debt to Equity Ratio (DER)
Data DER PT. Multipolar Tbk (MLPL) mulai tahun 2006 s. d. 2010 adalah
sebagai berikut :
2006 2007 2008 2009 2010
0.65 0.68 0.55 0.48 0.44
Sumber : www.idx.co.id dan Annual Report PT.Multipolar TbkBerdasarkan data diatas DER MLPL masih dibawah 1 dan mengalami trend menurun
20
dari tahun 2006 s. d. tahun 2010. DER dibawah 1 dan mengalami penurunan menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan baik dan aman.f. Return on Asset (ROA)
Data ROA PT. Multipolar Tbk (MLPL) mulai tahun 2006 s. d. 2010 adalah
sebagai berikut :
2006 2007 2008 2009 2010
7.38% 9.21% 11.03% 17.73% 14.25%Sumber : www.idx.co.id dan Annual Report PT.Multipolar Tbk
Berdasarkan data diatas ROA MLPL sampai dengan tahun 2009 mengalami
pertumbuhan terus menerus, namun di tahun 2010 ROA mengalami penurunan
3,48%. Data dari www.reuters.com (tersebut dibawah ini) menunjukkan bahwa
Return on Asset sampai dengan pertengahan tahun 2011 meningkat menjadi 16,26%
dan Return on AssetMLPL lebih tinggi dari ROA industry, sector dan S & P 500. Hal
ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan di tahun 2011 meningkat dan perusahaan
dalam kondisi baik.
Company Industry Sector S&P 500Return on Assets (TTM) 16.26 2.31 4.15 7.2Return on Assets - 5 Yr. Avg. 9.77 13.76 8.37 6.37
Sumber : www.reuters.com tanggal 19 Agustus 2011
g. Return on Equity (ROE)
Data ROE PT. Multipolar Tbk (MLPL) mulai tahun 2006 s. d. 2010 adalah
sebagai berikut :
2006 2007 2008 2009 2010
12.19% 15.62% 17.12% 26.38% 20.40%Sumber : Annual Report PT. Multipolar Tbk Tahun 2010
http://investing.businessweek.com tanggal 19 Agustus 2011
Berdasarkan data diatas ROE MLPL mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Meskipun tahun 2010 mengalami penurunan, namun Return on Equity masih diatas
20%. Data dari www.reuters.com (seperti tersebut dibawah ini) menunjukkan bahwa
ROE sampai dengan Juni 2011 mengalami peningkatan (22,85%) dan diatas ROE
industry dan sector
Company Industry Sector S&P 500Return on Equity (TTM) 22.85 8.75 10.18 25.04Return on Assets - 5 Yr. Avg. 15.25 23.62 18.65 20.70
h. Price Earning Ratio (PER)
Data PER PT. Gudang Garam Tbk (GGRM) mulai tahun 2006 s. d. 2010 21
adalah sebagai berikut :
2007 2008 2009 2010
PER (X) 10.07 4.35 12.56 19.18
PER Industry (X) 11.98 8.75 13.04 14.53
Sumber : www.idx.co.id
Price earnings ratio (PER) menunjukkan rasio dari harga saham saat ini
terhadap earnings atau berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap
kelipatan dari earnings (Jogiyanto, 2009: 145). PER menggambarkan apresiasi pasar
tehadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam
satuan kali. Bagi para investor semakin kecil PER suatu saham semakin bagus karena
saham tersebut tergolong murah.
Price Earning Ratio (PER) GGRM terlihat mengalami kenaikan, kecuali di
tahun 2008 yang mengalami penuruan hingga PER tahun 2008 menjadi 4,35. Namun
PER GGRM masih lebih tinggi dari pada rata-rata industry. Hal ini mengindikasikan
bahwa pada industri sejenis (barang konsumsi) harga pasar GGRM tergolong lebih
mahal. Data dari www.reuters.com (tersebut dibawah ini) juga menunjukan hal senada
yaitu PER GGRM diatas PER industry, namun dibawah PER sector.
Company Industry Sector S&P 500P/E Ratio (TTM) 23.12 8.39 24.8 14.41P/E High - Last 5 Yrs. 19.47 27.09 52.7 98.42P/E Low - Last 5 Yrs. 4.35 19.64 16.42 12.68
Sumber : www.reuters.com tanggal 19 Agustus 2011
i. Price Book Value (PBV)
Data PBV PT. Gudang Garam Tbk (GGRM) mulai tahun 2006 s. d. 2010
adalah sebagai berikut :
2007 2008 2009 2010 Juni 2011
PBV (X) 1.18 0.53 2.39 3.84 3.95
Sumber : www.idx.co.id
Price Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku
saham suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio PBV berarti pasar percaya akan
prospek perusahaan tersebut. Berdasarkan data di atas, nilai PBV mengalami
kenaikan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa
22
harga pasar saham lebih tinggi daripada nilai bukunya atau dapat dikatakan bahwa
harga saham underpriced (murah). Rasio PBV saham semakin tinggi yang merupakan
kabar baik bagi investor dan calon investor untuk membeli saham GGRM pada saat
ini.
Analisis Teknikal
1. Data Saham GGRM Tanggal 27 Juli 2011
Saham GGRM sudah memasuki are OverBought yang terdeteksi dari 2 titik
yaitu Candle sempat menyentuh 57000 dan ditutup di 53950, sedang titik FIBO-
P161,8 = 56250 dan Candle bermain diatas dari garis datar top kumo. Dalam kondisi
yang OverBought ini maka peluang Teknikal koreksi terjadi. Yang terpantau pada
Candle berada dibawah Conversion dan terjadinya Divergen volume yaitu Candle
naik namun volume cendrung turun. Hal ini merupakan signal kenaikan yang mulai
melemah, namun secara umum, GGRM masih dalam kondisi Up Trend yang terlihat
23
pada Candle masih berada cukup jauh dari posisi Cloud dan Future cloud masih
bergerak kearah atas
Berdasar grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa penurunan yang terjadi
bersifat teknikal dan masih lemah untuk mengubah arah trend atau dapat dikatakan
sebagai Weak Bearish Signal yang secara umum disarankan untuk : “Hold”. Kehati-
hatian dan kewaspadaan tetap diperlukan disini, terutama bila candle terus turun
hingga memotong garis Base.
2. Data Saham GGRM Tanggal 19 Agustus 2011
Berdasarkan grafik diatas, Nampak bahwa tanggal 19 Agustus 2011 ditutup
dengan Candlestick hitam panjang. Hal ini menunjukkan bahwa harga saham GGRM
menurun secara signifikan sejak harga tersebut dibuka dan ditutup karena di bawah
tekanan jual yang kuat. Harga saham GGRM sebelumnya adalah Rp 56.000 dan
diakhir sesi perdagangan harga saham GGRM menjadi Rp 53.000 (turun Rp -3.000).
Berdasarkan hal ini maka disarankan untuk “Hold”. Hasil analisis tanggal 27 Juli
2011 dengan tanggal 19 Agustus 2011 adalah sama yaitu “Hold”.
24
Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis fundamental dan teknikal tersebut diatas dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut :
a. Penurunan rating AAA menjadi AA+ oleh Standard & Poors menimbulkan spekulasi
kemampuan Amerika mengelola anggarannya. Krisis di Amerika dan melemahnya
pasar bursa di Asia dan Eropa telah menyebabkan volatilitas pergerakan bursa naik
tajam. Walaupun dari segi faktor ekonomi makro lainnya seperti GDP, inflasi, suku
bunga, kurs tidak terdapat permasalahan, namun pengaruh krisis tersebut telah
menyebabkan IHSG beberapa hari ikut terpengaruh, meski saat ini mulai mengalami
kenaikan.
b. Pasar rokok Indonesia saat ini dikuasai oleh lima produsen besar yaitu Sampoerna
yang menguasai 29 persen pangsa pasar, Gudang Garam 25 persen, Djarum 22
persen, Bentoel 7 persen, dan Nojorono menguasai sekitar 6,7 persen dan Sisanya
produsen lainnya. Masuknya BAT ke Bentoel masih sulit menggeser Sampoerna,
Gudang Garam, bahkan Djarum .
c. Industri rokok saat ini menghadapi tantangan yang sangat berat yaitu beban cukai
rokok yang semakin meningkat, pembatasan jumlah batang rokok yang diproduksi,
rencana pembatasan iklan rokok dan luas perkebunan tembakau serta persaingan
dengan perusahaan rokok asing.
d. Kinerja PT. Gudang Garam Tbk dari tahun 2006 s. d. 2010 bila dilihat total asset,
liabilities, equity, revenue dan net income secara keseluruhan baik. Hal ini terlihat
dari pertumbuhan total asset, revenue dan net income yang cukup signifikan, namun
kenaikan tipis liabilities tahun 2010 sebesar 6,48% menimbulkan catatan tersendiri
karena liabilities yang baik adalah yang semakin menurun.
e. Data rasio keuangan seperti GPM, OPM, NPM, ROA, ROE, DER dan PBV juga
menunjukkan bahwa kinerja dari PT. Gudang Garam Tbk tahun 2006 s. d. 2010
adalah baik, kecuali terkait PER yang masih lebih tinggi dari PER industri dan PER
berdasarkan S & P 500. Hal ini menunjukkan bahwa dalam industri sejenis harga
pasar saham PT. Gudang Garam Tbk tergolong mahal.
f. Hasil analisis teknikal tanggal 27 Juli 2011 menunjukkan adanya Weak Bearish
Signal dan tanggal 19 Agustus 2011 menunjukkan adanya candle hitam dengan ekor
25
panjang ke bawah yang berarti bahwa harga saham PT. Gudang Garam Tbk
mengalami penurunan signifikan.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, meskipun saham PT. Gudang Garam Tbk
termasuk saham blue chip penulis menyarankan agar investor bersikap hati-hati sebelum
melakukan investasi. Investor dapat mengambil sikap “Hold atau Wait” dengan melihat
kembali kondisi pasar, terutama pengaruh krisis ekonomi di Amerika dan Eropa, sebelum
membeli saham PT. Gudang Garam Tbk. Hal ini karena selain harga pasar saham
PT. Gudang Garam Tbk yang tergolong mahal dalam industrinya juga karena hasil
analisis teknikal menunjukkan adanya Weak Bearish Signal dan Candle hitam dengan
ekor panjang ke bawah.
Referensi
Hartono, Jogiyanto, Prof. Dr. MBA. Ak. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi
Ketujuh, Yogyakarta: BPFE
http://investing.businessweek.com
26
http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=207698:ihsg-akan-
mantap-menuju-level-4150&catid=18:bisnis&Itemid=95
http://www.strategydesk.co.id/read/ihsg-terus-melaju-area-4100-4150-target-berikutnya.html
http://www.etradingsekuritas.com/news/stock-news/ihsg-juli-bergerak-di-3500-4150-
mencari-batas-tren-kenaikan-ihsg.html
http://www.trimegah.com/id/market_infos/56
http://www.infobanknews.com/2011/07/ihsg-tak-mampu-bertahan-di-zona-hijau/
http://pojoksaham.com/2011/07/24/cara-membaca-candlestick/#more-1595
http://pojoksaham.com/2010/03/27/analisa-teknikal-menggunakan-yahoo-finance/
http://www.4-traders.com/PT-GUDANG-GARAM-TBK-69993/financials/
http://pojoksaham.com/2010/04/09/membaca-trend-harga-saham-menggunakan-moving-
average/
http://bisnis.vivanews.com/news/read/236878-ramalan-ekonomi-ri-hingga-akhir-tahun
http://pojoksaham.com/2010/03/27/analisa-teknikal-menggunakan-yahoo-finance/
http://www.saham.us/index.php/analisa-saham/chart-saham/candlestick
http://cps-sss.org/2011/08/11/efek-krisis-dunia/
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/08/11/01593097/Kebalkah.Kita.dari.Krisis.AS.
http://www.centroone.com/news/2011/08/2r/krisis-global-pemerintah-harus-gerak-cepat/
http://duniaindustri.com/rokok/425-industri-rokok-terkena-pukulan-ganda.html
www.bi.go.id
www.bps.go.id
www.idx.co.id
www.yahoofinance.com
www.reuters.com
27