Download - 61350779 Hematomesis Melena (1)
-
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
1/23
Hematomesis Melena
Pengertian
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran faeses atau tinja yangberwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian
atas. Warna hematemesistergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara drah
dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi
atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.
Biasanya terjadi hematemesisbila ada perdarahan di daerah proksimal jejunun
dan melenadapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit
terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah
yang keluar selama hematemesisatau melenasulit dipakai sebagai patokan untuk menduga
besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesisdan melenamerupakan
suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas
Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan
lain-lain.
Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpuratrombositopenia dan lain-lain.
Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol,
dan lai-lain.
Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan bagian atas,
karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan
bagian atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di
Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan
saluran makan bagian atas (Hilmy 1971: 58 %)
Diagnosis
Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
http://nursing-diagnosis-nanda.blogspot.com/http://nursing-diagnosis-nanda.blogspot.com/http://nursing-diagnosis-nanda.blogspot.com/ -
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
2/23
Dilakukan anmnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita lamah atau kesadaran
menurun maka dapat diambil aloanamnesis. Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu,
misalnyahepatitis,penyakit hati menahun, alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik dan penyakit darah seperti: leukemia dan lain-lain. Biasanya pada
perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus tidak
dijumpai adanya keluhan rasa nyeri atau pedih di daerah epigastrium dan
gejala hematemesistimbul secara mendadak. Dari hasil anamnesis sudah dapat diperkirakan
jumlah perdarahan yang keluar dengan memakai takara yang praktis seperti berapa gelas,
berapa kaleng dan lain-lain.
Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas yang perlu diperhatikan
adalah keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah,tanda-tanda anemiadan gejala-gejala
hipovolemik agar dengan segera diketahui keadaan yang lebih serius seperti adanya rejatan
atau kegagalan fungsi hati. Disamping itu dicari tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis
hepatis, seperti spider naevi, ginekomasti, eritema palmaris, caput medusae, adanya kolateral,
asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai.
Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit, sediaan darah
hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan secara berkala untuk dapat
mengikuti perkembangan penderita.
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah esofagus
dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada lambung dan duodenum.
emeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal esofagus,
kardia dan fundus lambung untuk mencari ada/tidaknya varises. Untuk mendapatkan hasil
yang diharapkan, dianjurkan pemeriksaan radiologik ini sedini mungkin, dan sebaiknya
segera setelahhematemesisberhenti.
Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan secara endoskopik
menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal dan sumber perdarahan.
Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto
untuk dokumentasi, aspirasi cairan, dan biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada
perdarahan saluran makan bagian atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopikdapat dilakukan secara darurat atau sedini mungkin setelah hematemesisberhenti.
http://ncp-blog.blogspot.com/search/label/Hepatitis%20C%20Symptomshttp://ncp-blog.blogspot.com/search/label/Hepatitis%20C%20Symptomshttp://ncp-blog.blogspot.com/search/label/Hepatitis%20C%20Symptomshttp://signssymptoms.blogspot.com/2011/04/anemia.htmlhttp://signssymptoms.blogspot.com/2011/04/anemia.htmlhttp://signssymptoms.blogspot.com/2011/04/anemia.htmlhttp://signssymptoms.blogspot.com/2011/04/anemia.htmlhttp://ncp-blog.blogspot.com/search/label/Hepatitis%20C%20Symptoms -
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
3/23
Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi penyakit hati kronik
seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan saluran makan bagian atas.Pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya
terdapat dikota besar saja.
Terapi
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan
sebaiknya diraat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti dan pertolongan
yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas meliputi :
1. Pengawasan dan pengobatan umumo Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek
sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.
o Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bilaperdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.
o Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis selamabelum tersedia darah.
o Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perludipasang CVP monitor.
o Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untukmengikuti keadaan perdarahan.
o Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang danmempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.
o Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis
(simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.
o Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian antibiotikayang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi usus. Tindakan ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh
bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatik.
-
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
4/23
2. Pemasangan pipa naso-gastrikTujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung, lavage
(kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian air pada
kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadipenurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian perdarahan akan
berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan berulang kali memakai air sebanyak
100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat
diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan
aspirasi lambung sudah jernih.
3. Pemberian pitresin (vasopresin)Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus akan
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan
tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat berhenti.
Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga dapat terjadi
vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian obat tersebut
terutama pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan
elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan adanya penyakit jantungkoroner/iskemik.
4. Pemasangan balon SB TubeDilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat pecahnya
varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita tenang dan
kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat
tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul pada
waktu dan selama pemasangan.
5. Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini dalammenanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises
esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan ruptur
esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.
-
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
5/23
6. Pemakaian bahan sklerotikBahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 % sebanyak 3 ml
dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan dipermukaan varises kemudian
ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak memerlukan narkose umum dan dapat
diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu
pengobatan yang baru dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang
disebabkan pecahnya varises esofagus.
7. Tindakan operasiBila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan
perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi . Tindakan
operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi esofagus,
pintasan porto-kaval.
Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hari
membaik.
Prognosis
Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan
pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang buruk/.terganggu sehingga setiap
perdarahan baik besar maupun kecil mengakibatkan kegagalan hati yang berat. Banyak faktor
yang mempengaruhi prognosis penderita seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan darah selama
perawatan, dan lain-lain. Hasil penelitian Hernomo menunjukan bahwa angka kematian
penderita dengan perdarahan saluran makan bagian atas dipengaruhi oleh faktor kadar Hb
waktu dirawat, terjadi/tidaknya perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus, encefalopati
dan golongan menurut kriteria Child.
Mengingat tingginya angka kematian dan sukarnya dalam menanggulangi perdarahan
sakuran makan bagian atas maka perlu dipertimbangkan tindakan yang bersifat preventif
terutama untuk mencegah terjadinya sirosis hati.
ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS DAN HEMATEMESIS MELENA
A. PENGERTIAN
http://fakhrudin87.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-gastritis-dan_13.htmlhttp://fakhrudin87.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-gastritis-dan_13.htmlhttp://fakhrudin87.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-gastritis-dan_13.html -
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
6/23
Gastritis adalah suatu penyakit inflamasi dari mukosa lambung akibat peningkatan asam
lambung yang manifestasi klinisnya yaitu perdarahan saluran cerna atas berupa hematemesis
melena (Mansjoer, 2000).
Gastritis terbagi dua yaitu gastritis akut dan kronis. Gastritis akut dan kronis memiliki
manifestasi klinis dan komplikasi yang sama yaitu dapat ditemukan terjadinya perdarahan
saluran cerna atas atau perdarahan gastrointestinal atas berupa hematemesis melena.Hematemesis Melena inilah yang merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di
tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Mansjoer, 2000).
Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran cerna
bagian atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang mengandung
campuran darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal (Grace & Borley,
2007).
Hematemesis adalah muntah darah. Darah bisa dalam bentuk segar (bekuan/gumpalan
atau cairan berwarna merah cerah) atau berubah karena enzim dan asam lambung, menjadi
kecoklatan dan berbentuk seperti butiran kopi. Memuntahkan sedikit darah dengan warna
yang telah berubah adalah gambaran nonspesifik dari muntah berulang dan tidak selalu
menandakan perdarahan saluran pencernaan atas yang signifikan. Melena adalah keluarnyatinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dengan bau yang khas, yang lengket dan
menunjukkan perdarahan saluran pencernaan atas serta dicernanya darah pada usus halus
(Davey, 2005).
Hematemesis adalah dimuntahkannya darah dari mulut; darah dapat berasal dari saluran
cerna bagian atas atau darah dari luar yang tertelan (epistaksis, hemoptisis, ekstraksi gigi,
tonsilektomi). Tergantung pada lamanya kontak dengan asam lambung, darah dapat berwarna
merah, coklat atau hitam. Biasanya tercampur sisa makanan dan bereaksi asam. Melena
adalah feses berwarna hitamseperti ter karena bercampur darah; umumnya terjadi akibat
perdarahan saluran cerna bagian atas yang lebih dari 50-100 ml dan biasanya disertai
hematemesis ( Purwadianto & Sampurna, 2000).
Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan
perawatan segera di rumah sakit.
B. ETIOLOGI
Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas seperti hematemesis biasanya terjadi bila
ada perdarahan di daerah proksimal jejunum dan melena dapat terjadi tersendiri atau
bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml,
baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar
selama hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya
perdarahan saluran cerna bagian atas. Perdarahan pada saluran cerna bagian atas paling sering
disebabkan oleh ulkus peptikum, varises esophagus, gastritis erosive atau ulseratif
(mengkonsumsi alcohol dalam jumlah besar, obat-obatan yang ulserogenik: golongansalisilat, kortikosteroid, dan stress), esofagitis, karsinoma lambung, penyakit darah (leukemia,
DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura trombositopenia).
Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran cerna bagian
atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam perdarahan saluran
cerna bagian atas. Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas yang terbanyak dijumpai di
Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan
saluran cerna bagian atas (http://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/ asu
han-keperawatan-hematomesis-melena.html).
C. PATOFISIOLOGI
Adanya riwayat dyspepsia memperberat dugaan ulkus peptikum. Begitu juga riwayat
muntah-muntah berulang yang awalnya tidak berdarah, konsumsi alkohol yang berlebihanmengarahkan ke dugaan gastritis serta penyakit ulkus peptikum. Adanya riwayat muntah-
http://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asu%20han-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asu%20han-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asu%20han-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asu%20han-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asu%20han-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asu%20han-keperawatan-hematomesis-melena.html -
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
7/23
muntah berulang yang awalnya tidak berdarah lebih kearah Mallory-Weiss. Konsumsi
alkohol berlebihan mengarahkan dugaan ke gastritis (30-40%), penyakit ulkus peptikum (30-
40%), atau kadang-kadang varises. Penurunan berat badan mengarahkan dugaan ke
keganasan. Perdarahan yang berat disertai adanya bekuan dan pengobatan syok refrakter
meningkatkan kemungkinan varises. Adanya riwayat pembedahan aorta abdominalis
sebelumnya meningkatkan kemungkinan fistula aortoenterik. Pada pasien usia muda denganriwayat perdarahan saluran cerna bagian atas singkat berulang (sering disertai kolaps
hemodinamik) dan endoskopi yang normal, harus dipertimbangkan lesi Dieulafoy (adanya
arteri submukosa, biasanya dekat jantung, yang dapat menyebabkan perdarahan saluran
pencernaan intermitten yang banyak) (Davey, 2005).
Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran cerna bagian atas yang disebabkan
pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang buruk/.terganggu sehingga setiap
perdarahan baik besar maupun kecil mengakibatkan kegagalan hati yang berat. Banyak faktor
yang mempengaruhi prognosis penderita seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan darah selama
perawatan, dan lain-lain. Hasil penelitian Hernomo menunjukan bahwa angka kematian
penderita dengan perdarahan saluran cerna bagian atas dipengaruhi oleh faktor kadar Hb
waktu dirawat, terjadi/tidaknya perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus danencefalopati.
(http://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/ asuhan-keperawatan-
hematomesis-melena.html)
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala yang dapat di temukan pada pasien hematemesis melena adalah syok
(frekuensi denyut jantung,suhu tubuh), penyakit hati kronis (sirosis hepatis), dan koagulopati
purpura serta memar, demam ringan antara 38-39oC, nyeri pada lambung, hiperperistaltik,
penurunan Hb dan Ht yang tampak setelah beberapa jam, leukositosis dan trombositosis pada
2-5 jam setelah perdarahan, dan peningkatan kadar ureum darah setelah 24-48 jam akibat
pemecahan protein darah oleh bakteri usus (Purwadianto & Sampurna, 2000).
E. PENATALAKSANAAN
Pengobatan penderita perdarahan saluran cerna bagian atas
harus sedini mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan
pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan
saluran cerna bagian atas meliputi:
1.Pengawasan dan pengobatan
a. Penderita harus diistirahatkan mutlak, obatobat yang
menimbulkan efek sedatif morfin, meperidin dan paraldehid
sebaiknya dihindarkan .
b. Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung
dan bila perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.c. Infus cairan langsung dipasang dan diberikan larutan garam
fisiologis NaCl 0,9 % selama belum tersedia darah.
d. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran
penderita dan bila perlu dipasang CVP monitor.
e. Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan
untuk mengikuti keadaan perdarahan.
f. Transfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang
hilang dan mempertahankan kadar hemoglobin 50 - 70 %
nilai normal.
g. Pemberian obat obatan hemostatik seperti vitamin K 4x10
mg/hari, karbasokrom (Adona AC), antasida dan golonganH2 reseptor antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna
http://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.html -
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
8/23
untuk menanggulangi perdarahan.
h. Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa
disertai pemberian antibiotika yang tidak diserap oleh usus,
sebagai tindakan sterilisasi usus. Tindakan ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan
produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapatmenimbulkan ensefalopati hepatik.
2. Pemasangan pipa nasogastrik
Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi
cairan lambung, lavage (umbah lambung) dengan air , dan
pemberian obat-obatan. Pemberian air pada kumbah lambung
akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan
terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan
demikian perdarahan akan berhenti. Umbah lambung ini akan
dilakukan berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml
sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini
dapat diulang setiap 1 - 2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapatsegera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.
3. Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian
pitresin per infuse akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga
menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat
berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat merangsang otot polos sehingga
dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian obat
tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan
elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung
koroner/iskemik.
4. Pemasangan balon Sengstaken-Blakemore Tube
Dilakukan pemasangan balon Sengstaken-Blakemore tube(SB
tube) untuk penderita perdarahan akibat pecahnya varises.
Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif,
sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan tujuan pemakaian alat tersebut, cara
pemasangannya dan kemungkinan akibat yang dapat timbul pada waktu dan selama
pemasangan. Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB
tube ini dalam menanggulangi perdarahan
saluran cerna bagian atas akibat pecahnya varises esofagus.
Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi
jalan napas tidak pernah ditemukan.5.Pemakaian bahansklerotik
Bahansklerotik sodium morrhuate5 % sebanyak 5 ml atausotrdecol 3 % sebanyak 3
ml dengan bantuan fiberendoskopyang fleksibel disuntikan dipermukaan varises ke
mudian ditekan dengan balon SB tube. Cara pengobatan ini sudah
mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru
dalam menanggulangi perdarahan saluran cerna bagian atas yang disebabkan pecahnya
varises esofagus.
6.Tindakan operasi
Bila usaha - usaha penanggulangan perdarahan diatas
mengalami kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan
operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah:
-
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
9/23
ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto -kaval.
Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hati membaik.
( http://primanileda.blogspot.com/2009/01/asuhankeperawatan-gratis-free.html)
F. KOMPLIKASIKomplikasi yang bisa terjadi pada pasien Hematemesis Melena adalah koma
hepatik(suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan perubahan kesadaran,penurunan intelektual, dan kelainan neurologis yang menyertai kelainan parenkim hati),syok
hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah jantung dan tekanan darah
menurun), aspirasi pneumoni(infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk saluran
napas), anemi posthemoragik(kehilangan darah yang mendadak dan tidak disadari). (Mubin,
2006)
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit,
trombosit, kadar ureum kreatinin dan uji fungsi hati segera dilakukan secara berkala
untuk dapat mengikuti perkembangan penderita (Davey, 2005).
H. ASUHAN KEPERAWATANAsuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-
aspek pemeliharaan, rehabilitative, dan preventif perawatan kesehatan. Untuk sampai pada
hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan masalah
menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang
paling relevan dari system teori, dengan menggunakan metoda ilmiah (Doenges, 2000).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan Hematemesis Melena,
perawat memandang pasien sebagai individu yang utuh yang terdiri dari bio, psiko, sosial dan
spiritual, yang mempunyai kebutuhan sesuai tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan
pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat
diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan dalam
perumusan diagnosa keperawatan (Doenges,2000).
Cara pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu observasi,
wawancara dan pemeriksaan fisik. Selain itu dapat juga dengan catatan klien seperti catatan
klinik, dokumentasi dan kasus klien, dan literatur yang mencakup semua material, buku-
buku, majalah dan surat kabar.
Pengkajian pada klien Hematemesis Melena yang merujuk apa kasus Perdarahan
Gastrointestinal atas menurut Doenges (2000):
Aktivitas/IstirahatGejala: Kelemahan, kelelahan.
Tanda: Takikardia, takipnea/hiperventilasi (respons terhadap
aktivitas).
SirkulasiGejala: Hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia
(hipovolemia, hipoksemia), kelemahan/nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat/perlahan
(vasokontriksi), warna kulit: Pucat, sianosis, (tergantung pada jumlah
kehilangan darah, kelembaban kulit/membrane mukosa:
berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon
psikologik).
Integritas EgoGejala: Faktor stress akut atau kronis (keuangan, keluarga, kerja),
-
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
10/23
perasaan tidak berdaya.
Tanda :Tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
EliminasiGejala : Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena
perdarahan GI atau masalah yang berhubungan dengan GI,misalnya luka peptic/gaster, gastritis, bedah gaster, radiasi
area gaster, perubahan pola defekasi/ karakteristik feses.
Tanda: Nyeri tekan abdomen; distensi, bunyi usus: sering
hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan,
karakter feses: diare, darah warna gelap, kecoklatan, atau kadang-
kadang merah cerah; berbusa, bau busuk (steatore), konstipasi dapat terjadi
(perubahan diet, penggunaan antasida), haluaran urine: menurun, pekat.
Makanan/CairanGejala: Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal), masalah menelan; cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual/muntah,tidak toleran terhadap makanan, contoh makanan pedas, coklat; diet khusus untuk
penyakit ulkus sebelumnya, penurunan berat badan.
Tanda: Muntah: Warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah, membran
mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis), berat
jenis urin meningkat.
NeurosensoriGejala: Rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar,
kelemahan, status mental: tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung
tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume
sirkulasi/oksigenasi).
Nyeri/KenyamananGejala: Nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,
perih; nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi, rasa ketidaknyamanan/distress samar-
samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut),
nyeri epigastrium kiri sampai tengah/atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam
setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster), nyeri epigastrium terlokalisir di
kanan terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan
makanan atau antasida (ulkus duodenal), tak ada nyeri (varises esophageal atau gastritis),
faktor pencetus: makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obat tertentu (salisilat, reserpin,
antibiotic, ibuprofen), stressor psikologis.
Tanda: Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.KeamananGejala: Alergi terhadap obat/sensitive, misalnya ASA.
Tanda: Peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis/hipertensi
portal).
Penyuluhan/PembelajaranGejala : Adanya penggunaan obat resep/dijual bebas yang mengandung ASA, alcohol, steroid,
NSAID menyebabkan perdarahan GI, keluhan saat ini dapat diterima karena (misalnya
anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misalnya trauma kepala); flu usus, atau
episode muntah berat, masalah kesehatan yang lama misalnya sirosis, alkoholisme, hepatitis,
gangguan makan.
2. Diagnosis Keperawatan
-
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
11/23
Diagnosa keperawatan merupakan langkah kedua dari proses keperawatan setelah
pengkajian data. Diagnosa keperawatan adalah mengidentifikasi masalah kesehatan yang
aktual atau potensial yang dapat ditangani dengan intervensi keperawatan yang mandiri
(Smeltzer & Bare, 2002). Diagnosa keperawatan berorientasi pada kebutuhan dasar manusia
berdasarkan teori kebutuhan dasar Abraham Maslow, memperhatikan respon individu/klien
terhadap penyakit atau kondisi yang dialaminya.Menurut NANDA (1990) seperti yang dikutip dalam bukunya (Capernito, 1998),
diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat
sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan / proses kehidupan yang potensial atau aktual.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai yang
menjadi tanggung gugat perawat.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Hematemesis Melena merujuk
pada kasus Perdarahan Gastrointestinal Atas menurut Doenges (2000) adalah:
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan secara
aktif)
b. Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
hipovolemik karena perdarahan.c. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan rasa
panas/terbakar pada mukosa lambung dan rongga mulut. atau
spasme otot dinding perut.
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang penyakitnya.
e. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah penentuan tujuan dan rencana perawatan yang disusun untuk
membantu pasien mengatasi masalah yang sudah didiagnosa (Smeltzer & Bare).
Rencana tindakan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan.
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan perlu dibuat perencanaan intervensi keperawatan
dan aktivitas keperawatan.
Tujuan perencanaan adalah mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah
keperawatan pasien. Tahapan perencanaan keperawatan adalah menentukan prioritas,
merumuskan tujuan / sasaran dari perumusan kriteria hasil yang diinginkan, menentukan
rencana intervensi, menuliskan rencana intervensi.
Adapun rencana asuhan keperawatan yang dirumuskan berdasarkan kemungkinan
diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Hematemesis Melena merujuk pada kasus
Perdarahan Gastrointestinal Atas menurut Doenges (2000) adalah:
Diagnosa I
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan secara aktif).TujuanKebutuhan cairan terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Rencana
Tindakan :1.
Catat karakteristik muntah dan/ atau drainase.
Rasional:
Membantu dalam membedakan distress gaster. Darah merah cerah menandakan adanya atau
perdarahan arterial akut, mungkin karena ulkus gaster; darah merah gelap mungkin darah
lama (tertahan dalam usus) atau perdarahan vena dari varises.
Tanda vital dalam batas normal, turgor kulit baik, membran mukosa
lembab, produksi urine output seimbang, muntah darah dan berak darah
berhenti.
-
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
12/23
2. Awasi tanda vital; bandingkan dengan hasil normal klien/sebelumnya. Ukur TD dengan
posisi duduk, berbaring, berdiri bila mungkin .
Rasional:
Hipotensi postural menunjukkan penurunan volume sirkulasi.
3. Catat respons fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalnya perubahan mental,kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan suhu.
Rasional:
Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya perdarahan atau tidak adekuatnya
penggantian cairan.
4. Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan berat badan. Ukur
kehilangan darah/ cairan melalui muntah dan defekasi.
Rasional:
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
5. Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan pada saat defekasi. Jadwalkan
aktivitas untuk memberikan periode istirahat tanpa gangguan. Hilangkan rangsangan
berbahaya.Rasional:
Aktivitas/ muntah meningkatkan tekanan intra-abdominal dan dapat mencetuskan perdarahan
lanjut.
6. Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.
Rasional:
Mencegah refluks gaster dan aspirasi antasida dimana dapat menyebabkan komplikasi paru
serius.
Kolaborasi:
7. Berikan cairan/darah sesuai indikasi.
Rasional:
Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya perdarahan
(akut/kronis).
8. Berikan obat antibiotik sesuai indikasi.
Rasional:
Mungkin digunakan bila infeksi penyebab gastritis kronis.
9. Awasi pemeriksaan laboratorium; misalnya Hb/ Ht
Rasional: Alat untuk menentukan kebutuhan penggantian darah dan mengawasi keefektifan
terapi.
Diagnosa II
Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.Tujuan :Resiko gangguan perfusi jaringan tidak terjadi.
Kriteria Hasil :Mempertahankan/ memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda vital stabil, kulit hangat,
nadi perifer teraba, keluaran urine adekuat.
Rencana Tindakan :1. Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing/ sakit kepala.
Rasional:
Perubahan dapat menunjukkan ketidakadekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan
darah arterial.
2. Auskultasi nadi apikal. Awasi kecepatan jantung/irama bila EKG kontinu ada.Rasional:
-
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
13/23
Perubahan disritmia dan iskemia dapat terjadi sebagai akibat hipotensi, hipoksia,
asidosis, ketidakseimbangan elektrolit, atau pendinginan dekat area jantung bila lavase
air dingin digunakan untuk mengontrol perdarahan.
3. Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat, dan nadi perifer
lemah.
Rasional:Vasokontriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan/ atau dapat
terjadi sebagai efek samping pemberian vasopresin.
4. Catat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba nyeri hebat atau nyeri menyebar ke
bahu.
Rasional:
Nyeri disebabkan oleh ulkus gaster sering hilang setelah perdarahan akut karena efek bufer
darah.
5. Observasi kulit untuk pucat, kemerahan. Pijat dengan minyak. Ubah posisi dengan sering.
Rasional:
Gangguan pada sirkulasi perifer meningkatkan risiko kerusakan kulit.
Kolaborasi6. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi .
Rasional:
Mengobati hipoksemia dan asidosis laktat selama perdarahan akut.
7. Berikan cairan IV sesuai indikasi.
Rasional:
Mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi.
Diagnosa IIIGangguan rasa nyaman: nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan rasa panas/terbakar pada
mukosa lambung dan rongga mulut, atau spasme otot dinding perut.
Tujuan:Nyeri terkontrol.
Kriteria Hasil:Klien menyatakan nyerinya hilang dan tampak rileks, TTV stabil,TD=140/90 mmHg,
N=80x/i, RR= 20x/i, T= 36-37oC, skala nyeri 0-1.
Rencana Tindakan:1. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-1).
Rasional:
Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri klien
sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya
komplikasi.2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Rasional:
Membantu dalam membuat diagnose dan kebutuhan terapi.
3. Anjurkan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk klien.
Rasional:
Makanan mempunyai efek penetralisir, juga mencegah distensi dan haluaran gastrin.
4. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
Rasional:
Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam-macam antara individu.
5. Bantu latihan rentang gerak aktif/ aktif.
Rasional:Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri/ ketidaknyamanan.
-
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
14/23
Kolaborasi
6. Berikan obat analgesik sesuai indikasi.
Rasional:
Mengobati nyeri yang muncul.
Diagnosa IVKurang pengetahuan (kebutuhan belajar), tentang proses penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.
Tujuan :Pengetahuan klien tentang perawatan di rumah bertambah setelah diberikan pendidikan
kesehatan tentang hematemesis melena.
Kriteria Hasil :Klien menyatakan pemahaman penyebab perdarahannya sendiri (bila tahu) dan penggunaan
tindakan pengobatan.
Rencana Tindakan :1. Kaji sejauh mana ketidakmengertian klien dan keluarga tentang penyakit yang diderita.
Rasional:Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/ salah informasi dan memberikan kesempatan
untuk memberikan informasi tambahan sesuai kebutuhan.
2. Diskusikan dengan klien untuk melakukan pendidikan kesehatan.
Rasional:
Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama dengan klien.
3. Berikan penjelasan tentang penyakit yang klien derita, cara pengobatan dan perawatan di
rumah serta pencegahan kekambuhan penyakit.
Rasional:
Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan informasi/ keputusan
tentang masa depan dan kontrol masalah kesehatan.
4. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan
kesehatan.
Rasional:
Memberikan kesempatan klien dan keluarga untuk lebih memahami tentang penyakitnya.
5. Berikan evaluasi terhadap keefektifan pendidikan kesehatan.
Rasional:
Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien setelah diberi pendidikan kesehatan.
Diagnosa VKetakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian.
Tujuan:Ansietas berkurang / hilang.
Kriteria Hasil:Menunjukkan rasa rileks serta melaporkan rasa ansietas hilang atau berkurang.
Rencana Tindakan:1. Awasi respon fisiologis, misalnya takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala dan sensasi
kesemutan.
Rasional:
Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga berhubungan
dengan kondisi fisik/ status syok.
2. Catat petunjuk perilaku seperti gelisah, kurang kontak mata dan perilaku melawan.
Rasional:Indikator derajat takut yang dialami klien.
-
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
15/23
3. Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik.
Rasional:
Membantu klien menerima perasaan dan memberikan kesempatan untuk memperjelas
konsep.
4. Berikan lingkungan tenang untuk istirahat.
Rasional:Meningkatkan relaksasi dan keterampilan koping.
5. Dorong orang terdekat tinggal dengan klien. Berespons terhadap tanda panggilan dengan
cepat. Gunakan sentuhan dan kontak mata dengan tepat.
Rasional:
Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan
menjadi seorang diri.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah aktualisasi dari rencana perawatan melalui
intervensi keperawatan (Smeltzer & Bare, 2002).
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan oleh
perawat dan klien. Hal hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalahintervensi dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penugasan
keterampilan interpersonal, intelektual dan tehnikal. Intervensi harus dilakukan dengan
cermat dan efisien pada situasi yang tepat, kemampuan fisik, psikologis dilindungi dan
didokumentasikan keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan oleh
perawat dan klien. Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu fase persiapan klien dan
lingkungan. Kedua fase operasional merupakan puncak implementasi dengan berorientasi
pada tujuan implementasi dapat dilakukan dengan intervensi independen atau mandiri, serta
interdependen atau sering disebut intervensi kolaborasi. Bersamaan dengan ini, perawat tetap
melakukan going asesment yang berupa pengumpulan data yang berhubungan dengan reaksi
klien termasuk reaksi fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Ketiga fase interminasi,
merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual, dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik, dan psikologi dilindungi dan dokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (Gaffar, 1999).
Pelaksanaan adalah implementasi atau penerapan tindakan-tindakan keperawatan yang
telah direncanakan. Pada tahap ini ada beberapa yang perlu dikerjakan, antara lain :
a. Melaksanakan/menerapkan tindakan-tindakan keperawatan yang ada dalam rencana.
b. Mengisi format asuhan keperawatan.Beberapa prioritas keperawatan yang diterapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
pada klien dengan Hematemesis Melena merujuk pada kasus Perdarahan Gastrointestinal
Atas menurut Doenges (2000) adalah kontrol perdarahan, meningkatkan/mempertahankan
stabilitas hemodinamik, meningkatkan penurunan stres, dan memberikan informasi tentang
proses penyakit/prognosis, kebutuhan pengobatan, dan potensial komplikasi.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penentuan dari respon pasien terhadap intervensi keperawatan dan
sejauh mana tujuan sudah dicapai (Smeltzer & Bare, 2002).
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang merupakan aktifitas
berkesinambungan dari tahap awal (pengkajian) sampai tahap akhir (evaluasi) dan melibatkan
pasien/keluarga. Evaluasi bertujuan untuk menilai efektifitas rencana dan strategi asuhankeperawatan. Evaluasi terdiri dari evaluasi proses, untuk menilai apakah prosedur dilakukan
-
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
16/23
sesuai dengan rencana dan evaluasi hasil berfokus kepada perubahan perilaku dan keadaan
kesehatan pasien sebagai hasil tindakan keperawatan. Ada tiga alternatif dalam menafsirkan
hasil evaluasi yaitu :
a. Masalah teratasi
Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah laku dan perkembangan
kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.b. Masalah sebagian teratasi
Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan dan perkembangan
kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
c. Masalah belum teratasi
Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tidak menunjukkan perubahan perilaku
dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah yang baru (Nursalam, 2000).
Evaluasi yang diharapkan pada klien Hematemesis Melena merujuk pada kasus
Perdarahan Gastrointestinal Atas menurut Doenges (2000) adalah tanda vital dalam batas
normal (TD=140/90 mmHg, N=80x/i, RR= 20x/i, T= 36-37oC), turgor kulit normal,
membran mukosa lembab, produksi urine output seimbang, muntah darah dan berak darah
berhenti, kulit hangat, nadi perifer teraba, keluaran urine adekuat, nyeri hilang, skala nyeri 0-1, pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan perawat, tampak tenang, mendiskusikan
masalah kecemasannya dan menunjukkan rasa rileks serta melaporkan rasa ansietas hilang
atau berkurang.
Evaluasi dilakukan dengan melihat respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah diberikan dengan memperhatikan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Evaluasi
bisa bersifat formatif yaitu dilakukan secara terus-menerus untuk menilai setiap hasil yang
telah dicapai dan bersifat sumatif yaitu dilakukan sekaligus pada akhir semua tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
6. Dokumentasi
Dokumentasi memberikan catatan tentang penggunaan proses keperawatan untuk
memberikan perawatn secara individual. Pengkajian awal dicatat dalam riwayat atau data
dasar pasien. Diagnosa dari masalah/kebutuhan pasien, dan perencanaan asuhan pasien
dicatat pada rencana perawatan. Implementasi dari perencanaan dicatat dalam catatan
kemajuan. Evaluasi asuhan dicatat dalam catatan kemajuan atau rencana perawatan.
Dokumentasi bukan hanya persyaratan untuk akreditasi tetapi juga merupakan catatan
permanen tentang apa yang terjadi dengan setiap pasien. Dokumentasi ini merupakan
persyaratan legal dalam setiap lingkungan pelayanan kesehatan (Doenges, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Davey, Patrick (2005).At a Glance Medicine(36-37). Jakarta: Erlangga.
Doenges, Marylin E, et. al. (2000).Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (3rded.). Jakarta: EGC.
Jhoxer (2010). Asuhan Keperawatan Hematomesis Melena. Diambil pada 13 Juli 20
10 dari http://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-
hematomesis-melena.html.
Mansjoer, Arif (2000).Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1(3rded.).Jakarta: Media Aesculapius.
Mubin (2006).Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis Dan Terapi (2ndEd.). Jakarta:
EGC.
NANDA Internasional (2005).Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Budi Santosa
(Penerjemah).Philadelpia: Prima Medika.
http://kumpulan-asuhankeperawatan/http://kumpulan-asuhankeperawatan/http://kumpulan-asuhankeperawatan/ -
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
17/23
Purwadianto & Sampurna (2000). Kedaruratan Medik Pedoman Pelaksanaan Praktis (105-
110). Jakarta: Binarupa Aksara.
Primanileda (2009). Askep Hematemesis Melena. Diambil pada
13 Juli 2010 dari http://primanileda.blogspot.com/2009/01/asuhankeperawatan-
gratis-free.html.
Sumber :http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-
hematomesis-melena.html
D O W N L O A D A S K E P H E M A T O M E S I S M E L E N A G R A T I S :
D I S I N I D A N
D I S I N I
pengkajian Hematoemesis dan Melena
A. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat mengidap :Penyakit Hepatitis kronis, cirrochis hepatis, hepatoma, ulkus peptikum
2. Kanker saluran pencernaan bagian atas3. Riwayat penyakit darah, misalnya DIC4. Riwayat penggunaan obat-obat ulserogenik5. Kebiasaan/gaya hidup :
Alkoholisme, kebiasaan makan
B. Pengkajian Umum
1. Intake :anorexia,mual, muntah, penurunan berat badan.
2. Eliminasi :
http://primanileda.blogspot.com/2009/01/asuhanhttp://primanileda.blogspot.com/2009/01/asuhanhttp://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://purba-java.blogspot.com/2010/03/download-askep-gratis.htmlhttp://purba-java.blogspot.com/2010/03/download-askep-gratis.htmlhttp://download-my-ebook.blogspot.com/search/label/Download%20Ebook%20%3A%20Askephttp://download-my-ebook.blogspot.com/search/label/Download%20Ebook%20%3A%20Askephttp://ncp-blog.blogspot.com/search/label/NCP%20for%20Anorexia%20Nervosahttp://ncp-blog.blogspot.com/search/label/NCP%20for%20Anorexia%20Nervosahttp://ncp-blog.blogspot.com/search/label/NCP%20for%20Anorexia%20Nervosahttp://ncp-blog.blogspot.com/search/label/NCP%20for%20Anorexia%20Nervosahttp://download-my-ebook.blogspot.com/search/label/Download%20Ebook%20%3A%20Askephttp://purba-java.blogspot.com/2010/03/download-askep-gratis.htmlhttp://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://primanileda.blogspot.com/2009/01/asuhan -
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
18/23
o BAB :konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah hitam, konsistensi pekat,
jumlahnya)
oBAK :warna gelap, konsistensi pekat
3. Neurosensori :adanya penurunan kesadaran (bingung,halusinasi,koma).
4. Respirasi :sesak, dyspnoe, hipoxia
5. Aktifitas :lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot
C. Pengkajian Fisik
1. Kesadaran, tekanan darah, nadi, temperatur, respirasi
2. Inspeksi :Mata : conjungtiva (ada tidaknya anemis)Mulut : adanya isi lambung yang bercampur darah
Ekstremitas : ujung-ujung jari pucat
Kulit : dingin
3. Auskultasi :Paru
http://all-pathophysiology.blogspot.com/2011/04/pathophysiology-of-hallucination.htmlhttp://all-pathophysiology.blogspot.com/2011/04/pathophysiology-of-hallucination.htmlhttp://all-pathophysiology.blogspot.com/2011/04/pathophysiology-of-hallucination.htmlhttp://all-pathophysiology.blogspot.com/2011/04/pathophysiology-of-hallucination.html -
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
19/23
Jantung : irama cepat atau lambat
Usus : peristaltik menurun
4. Perkusi :Abdomen : terdengar sonor, kembung atau tidak
Reflek patela : menurun
5. Studi diagnostikPemeriksaan darah : Hb, Ht, RBC, Protrombin, Fibrinogen, BUN, serum, amonoiak,albumin.
Pemeriksaan urin : BJ, warna, kepekatan
Pemeriksaan penunjang : esophagoscopy, endoscopy, USG, CT Scan.
D. Pengkajian Khusus
Pengkajian Kebutuhan Fisiologis
1. OksigenYang dikaji adalah :
o Jumlah serta warna darah hematemesis.o Warna kecoklatan : darah dari lambung kemungkinan masih tertinggal,
potensial aspirasi.
o Posisi tidur klien : untuk mencegah adanya muntah masuk ke jalan nafas,mencegah renjatan.
o Tanda-tanda renjatan : bisa terjadi apabila jumlah darah > 500 cc dan terjadisecara kontinyu.
Jumlah perdarahan : observasi tanda-tanda hemodinamik yaitu tekanan darah, nadi,
pernapasan, temperatur. Biasanya tekanan darah (sistolik) 110 mmHg, pernafasan
cepat, nadi 110 x/menit, suhu antara 38 - 39 derajat Celcius, kulit dingin pucat atau
cyanosis pada bibir, ujung-ujung ekstremitas, sirkulasi darah ke ginjal berkurang,
menyebabkan urine berkurang.
-
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
20/23
2. CairanKeadaan yang perlu dikaji pada klien dengan hematemesis melenayang
berhubungan dengan kebutuhan cairan yaitu jumlah perdarahan yang terjadi. Jumlah
darah akan menentukan cairan pengganti.
Dikaji : macam perdarahan/cara pengeluaran darah untuk menentukan lokasi
perdarahan serta jenis pembuluh darah yang pecah. Perdarahan yang terjadi secara
tiba-tiba, warna darah merah segar, serta keluarnya secara kontinyu menggambarkan
perdarahan yang terjadi pada saluran pencernaan bagian atas dan terjadi pecahnya
pembuluh darah arteri. Jika fase emergency sudah berlalu, pada fase berikutnya
lakukan pengkajian terhadap :
o Keseimbangan intake output. Pengkajian ini dilakukan padaklien hematemesis melenayang disebabkan oleh pecahnya varices esofagus
sebagai akibat dari cirrochis hepatis yang sering mengalami asites dan edema.
o Pemberian cairan infus yang diberikan pada klien.o Output urine dan catat jumlahnya per 24 jam.o Tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang menurun, mata cekung, jumlah
urin yang sedikit. Untuk klien dengan hemetemesis melenasering mengalami
gangguan fungsi ginjal.
3. NutrisiDikaji :
o Kemampuan klien untuk beradaptasi dengan diit : 3 hari I cair selanjutnyamakanan lunak.
o Pola makan klieno BB sebelum terjadi perdarahano Kebersihan mulut : karena hemetemesis dan melena, sisa-sisa perdarahan
dapat menjadi sumber infeksi yang menimbulkan ketidaknyamanan.
4. TemperaturKlien dengan hematemesis melenapada umumnya mengalami kenaikan temperatur
sekitar 38 - 39 derajat Celcius. Pada keadaan pre renjatan temperatur kulit menjadidingin sebagai akibat gangguan sirkulasi. Penumpukan sisa perdarahan merupakan
-
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
21/23
sumber infeksi pada saluran cerna sehingga suhu tubuh klien dapat meningkat. Selain
itu pemberian infus yang lama juga dapat menjadi sumber infeksi yang menyebabkan
suhu tubuh klien meningkat.
5. EliminasiPada klien hematemesis melenapada umumnya mengalami gangguan eliminasi.
Yang perlu dikaji adalah :
o Jumlah serta cara pengeluaran akibat fungsi ginjal terganggu. Urine berkurangdan biasanya dilakukan perawatan tirah baring.
o Defikasi, perlu dicatat jumlah, warna dan konsistensinya.
o PerlindunganLatar belakang sosio ekonomi klien, karena pada hematemesis melenaperlu
dilakukan beberapa tindakan sebagai penegakan diagnosa dan terapi bagi
klien.
o Kebutuhan Fisik dan PsiologisPerlindungan terhadap bahaya infeksi. Perlu dikaji : kebersihan diri,
kebersihan lingkungan klien, kebersihan alat-alat tenun, mempersiapkan dan
melakukan pembilasan lambung, cara pemasangan dan perawatan pipa
lambung, cara persiapan dan pemberian injeksi IV atau IM.
Perlindungan terhadap bahaya komplikasi :
Kaji persiapan pemeriksaan endoscopy (informed concern). Persiapan yang berhubungan dengan pengambilan/pemeriksaan darah.
Diagnosa Keperawatan yang Muncul
1. Defisit volume cairan sehubungan dengan perdarahan (kehilangan secara aktif)
-
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
22/23
2. Potensial gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan hipovolemik karenaperdarahan.
3. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan asites dan menurunnyapengembangan diafragma.
4. Potensial inferksi sehubungan dengan berkurangnya sel darah putih.
5. Gangguan rasa nyaman: nyeri sehubungan dengan rasa panas/terbakar pada mukosalambung dan rongga mulut. atau spasme otot dinding perut.
6. Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentangpenyakitnya.
7. Kecemasan sehubungan dengan penyakitnya.
8. Risiko tinggi terjadinya gangguan kesadaaran.
Daftar Pustaka
Soeparman: Ilmu penyakit dalam Jilid II, FK-UI, Jakarta. 1984
Long, Phips, Medical surgical nursing, Philadelphia, WB. Sounders. 1991
Junadi, P. et all, Kapita selekta, Media Aesculapius, FK-UI, Jakarta. 1984
-
5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)
23/23