dewan pembinaan sma.2010.juknis penetapan nilai kkm di sma
TRANSCRIPT
1
STUDI ATAS PENERAPAN METODA KONVENSIONAL DAN METODA BERBASIS MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI
PENGANTAR TERHADAP PEMAHAMAN SISWA
Dwiyana Nurul FajarUniversity of [email protected]
ABSTRACTThe objective of this study are (1) to compare students comprehension in
Accounting Principle learning process using two different method; mathematics-
based method and conventional method, (2) to find an empirical evidence
whether an alternatives mathematics-based method is eligible to be implemented
in accounting learning.
This study is a quasi-experimental research with non-equivalent control group
design. The subject of this research is high school student. The participant in total
60 students comes from BPK Penabur Senior High School as a control group,
and Perintis 2 Senior High School Bandarlampung as an experiment group.
The independent t-test result shows that student learning achievement using
mathematics-based method is statistically equal with conventional method in both
competencies; debit or credit positioning and transaction analyzing. The equality
of learning achievement in both group shows that mathematics-based method is
eligible to be implemented in accounting learning process. The independent t-test
result shows that student learning achievement using mathematics-based
method is statistically equal with conventional method in both competencies;
debit or credit positioning and transaction analyzing. The equality of learning
achievement in both group shows that mathematics-based method is eligible to
be implemented in accounting learning process.
Keywords: Accounting Principles, Conventional Based Method, Mathematics
Based Method, learning Achievement
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemerhati akuntansi dari berbagai negara di dunia telah memberikan perhatian
dan evaluasi mengenai proses pembelajaran akuntansi diantaranya adalah Ingram
(1998) mengungkapkan bahwa pembelajaran akuntansi lebih mengandalkan pada
proses penghapalan sehingga kemampuan mahasiswa tidak berkembang dalam
menganalisis berbagai macam transaksi. Selain itu, Sangster et al. 2007 menyoroti
tentang pembelajaran akuntansi yang tidak mampu mendorong mahasiswa untuk
menghubungkan proses pembelajaran dengan praktik riil di lapangan. Di dukung
pula oleh penelitan Patten et al. 1990, Pincus, 1997 yang menyatakan bahwa
pembelajaran akuntansi tidak mampu menyediakan sumber daya manusia yang
memiliki kompetensi yang memadai dalam dunia praktik. Berbagai temuan di atas
mengerucut pada satu kesimpulan bahwa diperlukan perubahan dalam disain,
metoda, dan kurikulum pembelajaran akuntansi untuk mengatasi permasalahan di
atas (Saudagaran, 1996; Rankin et al. 2003).
Kesulitan dalam memahami akuntansi terjadi karena adanya ketidaksesuian antara
rasionalitas akuntansi yang ditawarkan oleh pengajar dengan rasionalitas pelajar.
Konsep dasar akuntansi yang digambarkan melalui persamaan dasar akuntansi
konvensional sulit diterima secara logika, terutama bagi mereka yang belum
memiliki pemahaman mengenai akuntansi (Warsono, 2010; 10). Dalam buku
yang berjudul “Reformasi Akuntansi” karangan Dr.Sony Warsono diungkapkan
bahwa terdapat metoda alternatif yang bisa digunakan untuk mengatasi
permasalahan dalam pembelajaran akuntansi, yaitu metoda berbasis matematika.
Pernyataan di atas sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Oleh karena itu
peneliti ingin melakukan penelitian yang dapat mengkonfirmasi gagasan tersebut.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Nauli (2011) mengenai perbandingan metoda pembelajaran akuntansi
pengantar antara metoda konvensional dan metoda berbasis matematika terhadap
prestasi dan kepuasan belajar. Penelitian sebelumnya menggunakan metoda
eksperimental kuasi. Hasil penelitian menunjukkan fakta menarik, didapatkan
3
bukti bahwa pembelajaran akuntansi bermetoda matematika dengan pembelajaran
akuntansi bermetoda konvensional berbeda secara signifikan dalam prestasi
belajar, dimana nilai rata-rata metoda berbasis matematika lebih tinggi
dibandingkan metoda konvensional.
Keterbatasan utama dalam penelitian sebelumnya adalah sulit untuk
menginterpretasikan hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan
variabel dependen. Meskipun beberapa faktor telah dikendalikan oleh peneliti,
tetapi ada faktor-faktor lain yang tidak teridentifikasi. Oleh karena itu, penelitian
ini dilakukan untuk menguji kembali hasil penelitian sebelumnya serta untuk
membuktikan secara empiris bahwa menggunakan metoda pembelajaran
akuntansi berbasis matematika, yaitu sebuah metoda dalam pembelajaran
akuntansi yang menggunakan perspektif matematika akan lebih memudahkan
siswa dalam memahami konsep dasar akuntansi dibandingkan dengan
menggunakan metoda pembelajaran akuntansi konvensional. Berdasarkan uraian
di atas, peneliti mencoba mengambil judul berikut; Studi atas Penerapan
Metoda Konvensional dan Metoda Berbasis Matematika dalam
Pembelajaran Akuntansi Pengantar terhadap Pemahaman Siswa.
Dalam penelitian ini digunakan metoda penelitian eksperimen. Peneliti ingin
menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat yang terjadi dalam treatment
group dan membandingkan hasil perlakuan dengan control group secara ketat
(Nazir, 2003;73). Jenis penelitian eksperimen sengaja dipilih untuk
mempermudah peneliti dalam mengidentifikasi dan memanipulasi variabel serta
objek penelitian.
Rumusan dan Batasan Masalah
Masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah metoda alternatif akuntansi berbasis matematika dapat
menjelaskan konsep penempatan debet atau kredit secara lebih baik
dibandingkan metoda konvensional yang selama ini diterapkan?
4
2. Apakah metoda alternatif akuntansi berbasis matematika dapat
menjelaskan konsep analisis transaksi dan mengidentifikasi pengaruhnya
terhadap persamaan dasar akuntansi secara lebih baik?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis bagi
pelaksanaan proses pembelajaran akuntansi terutama pada mata pelajaran
akuntansi pengantar yang menjadi penentu keberhasilan siswa dalam penguasaan
konsep dan pemahaman dasar ilmu akuntansi. Serta dapat memberikan manfaat
praktis bagi para tenaga pendidik untuk menyempurnakan proses belajar mengajar
melalui metoda alternatif demi mewujudkan kesuksesan siswa baik di dunia
sekolah maupun di tahap selanjutnya yakni dunia perkuliahan atau dunia kerja.
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Pembelajaran adalah proses yang melibatkan interaksi manusia baik terhadap
dirinya sendirinya ataupun terhadap orang lain, oleh karna itu beberapa teori
tentang pembelajaran sangat erat hubungannya dengan ilmu psikologi. Teori
belajar yang dihasilkan melalui perspektif psikologi salah satunya adalah teori
konstruktivisme. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada
pertengahan abad 20 (Sanjaya,2009:123). Konstruktivisme sangat berpengaruh di
bidang pendidikan, dan telah memunculkan metoda dan strategi mengajar baru
(Muijs & Reynolds, 2011:95). Innes (2004:1) mengungkapkan bahwa
“Constructivist views of learning include a range of theories that share the
general perspective that knowledge is constructed by learners rather than
transmitted to learners”.
Kontruktivisme meyakini proses belajar mencakup proses pengetahuan yang lebih
mendalam ketimbang menghafalkan materi (Brown & Campione,1996).
Pendekatan konstruktivisme dirasa lebih tepat dalam pembelajaran akuntansi,
mengingat ilmu akuntansi bukan hanya mengandalkan penerapan prinsip dasar,
tetapi juga membangun logika berfikir siswa untuk dapat menerjemahkan dan
merekam riilita transaksi bisnis kedalam bahasa akuntansi mulai dari penjurnalan
hingga penyusunan laporan keuangan.
5
Dekripsi Variabel
Metoda Pembelajaran
Metoda adalah seperangkat langkah yang tersusun secara sistematis. Sedangkan
pembelajaran merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa,
baik di dalam maupun di luar kelas dengan menggunakan berbagai sumber belajar
sebagai bahan kajian (Poedjiadi, 2005:75). Menurut Steven et al (2004:67),
metoda pembelajaran berkenaan dengan proses menentukan tujuan pembelajaran,
strategi dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat
digunakan untuk keefektifan pencapaian tujuan. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa metoda pembelajaran merupakan suatu cara yang dilakukan
oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai
tujuan. Metoda Pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
metoda pembelajaran akuntansi konvensional dan metoda pembelajaran akuntansi
berbasis matematika.
Pemahaman
Pemahaman diartikan dengan apresiasi, ingatan, keindahan, kesadaran, kognisi,
pengetahuan, pengertian, signifikasi, wawasan, interpretasi, kontruksi,
pembacaan, penafsiran, penangkapan, dan resensi (Endarmoko,2006).
Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian adalah bahwa peneliti ingin
mengukur dan membandingkan tingkat perbedaan pemahaman siswa melalui rata-
rata nilai yang diperoleh.
Kerangka Berpikir dan Pengembangan Hipotesis
Beberapa penelitian sebelumnya telah mengangkat tema-tema yang sangat
diperdebatkan dalam pembelajaran akuntansi. Semua perdebatan tersebut
mengarah pada satu kesimpulan bahwa pembelajaran akuntansi saat ini perlu
dievaluasi. Alasannya, karena sejauh ini belum dapat ditemukan metoda
pembelajaran akuntansi yang secara akademis dianggap efektif. Warsono (2009)
mengungkapkan bahwa metoda yang diterapkan tidak tepat sehingga
menyebabkan siswa tidak mampu menguasai secara benar, kemudian materi
akuntansi yang diajarkan tidak mudah dipahami oleh rasionalitas siswa karena
6
adanya ketidaksesuaian antara rasionalitas akuntansi yang ditawarkan oleh tenaga
pendidik dengan rasionalitas pelajar (Warsono, 2010: 8).
Menurut Suwardjono (2002) akuntansi bukan suatu pelajaran yang sulit tetapi
juga bukan pelajaran yang cepat tangkas. Akuntansi merupakan pelajaran yang
menuntut penalaran dan pemahamannya. Karena menuntut penalaran, maka
akuntansi berkaitan erat dengan rasionalitas dan cara berfikir seseorang. Siswa
SMK kelas X yang baru mempelajari akuntansi cenderung berfikir lebih kritis
terhadap materi akuntansi yang diberikan. Orang yang berfikir kritis secara tidak
sadar akan menolak materi yang disajikan tanpa nalar. Rasionalisasi atau
penalaran yang dimaksud adalah bagaimana siswa mampu memahami mekanisme
debet dan kredit secara tepat dalam menganalisis transaksi dan mencatat ke dalam
jurnal. Kesulitan tersebut pada akhirnya berdampak pada ketidakmampuan siswa
dalam menguasai materi akuntansi pengantar.
Pemahaman mengenai debet dan kredit merupakan hal yang penting dalam
mempelajari akutansi, pemahaman ini dapat dicapai melalui pengenalan terhadap
persamaan dasar akuntansi. Buku literatur yang digunakan dalam pembelajaran
akuntansi untuk tingkat SMK kebanyakan tidak menjabarkan darimana persamaan
akuntansi itu berasal, melainkan langsung memberikan model persamaan dasar
akuntansi dan memberikan contoh aplikasinya terhadap pencatatan transaksi
keuangan. Hal ini dikhawatirkan akan membuat para siswa hanya menghapal
tanpa mengetahui prinsip akuntansi yang digambarkan dalam persamaan dasar.
Persamaan dasar akuntansi menggambarkan prinsip dasar pencatatan akuntansi
yaitu double entry bookkeeping atau yang dikenal dengan model pembukuan
berpasangan. Prinsip yang dimaksud adalah jika kita memasukan entri di debit
maka kita juga harus memasukan entri di sisi kredit sebagai penyeimbangnya.
Dalam menjelaskan prinsip ini, pengajar dituntut untuk dapat memberikan
penalaran yang tepat, sehingga siswa dapat memahami prinsip tersebut sebagai
konsep dan bukan hanya sebagai peraturan yang harus dipatuhi tanpa alasan yang
jelas. Apabila pengajar hanya memperkenalkan model persamaan dasar akuntansi
dan kemudian langsung mendemonstrasikan pengaruh transaksi terhadap
persamaan tersebut, dikhawatirkan siswa akan menghapal akibat dari setiap
7
transaksi terhadap persamaan dasar tanpa memahami apa yang sesungguhnya
terjadi pada ketiga elemen persamaan tersebut (aset, utang dan ekuitas).
Metoda pembelajaran akuntansi konvensional
Sebagian buku teks akuntansi yang digunakan di tingkat SMK merumuskan
persamaan dasar akuntansi sebagai “Aset = Utang + Ekuitas”. Argumen yang
mendasari persamaan di atas adalah bahwa aset merupakan sumberdaya
(resources) perusahaan sedangkan utang dan ekuitas merupakan sumber
pendanaan (source of fund) atas aset tersebut. Sebagian buku teks akuntansi
lainnya menggunakan persamaan akuntansi ekstensi yang merupakan perluasan
dari persamaan sebelumnya yaitu “Aset = Utang + Ekuitas + Pendapatan – Biaya
– Distribusi Pemilik ”. Argumen yang mendasari persamaan tersebut adalah
bahwa aset merupakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sedangkan
utang dan ekuitas adalah sumber pendanaan atas aset tersebut. Pendapatan dan
Biaya adalah bagian dari ekuitas, dimana pendapatan menambah ekuitas
sedangkan biaya dan distribusi pemilik mengurangi ekuitas. Rasionalitas
konvensional persamaan akuntansi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Persamaan 1
Aset = Kewajiban + Ekuitas
Sumber daya Sumber pendanaan
Persamaan 2 (perluasan dari persamaan 1)
Aset = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan – Biaya - Distribusi Pemilik
Sumber daya Sumber Pendanaan
Konsep persamaan akuntansi konvensional tidak membenarkan elemen biaya
yang berada pada sisi kanan persamaan akuntansi dipindah ke sisi kiri, sebagai
alasannya adalah bahwa berdasarkan pada prinsip kesatuan usaha atau entitas
8
maka persamaan akuntansi merupakan persamaan khusus bukan persamaan
matematika (Suwardjono, 2002). Prinsip kesatuan usaha yang dimaksud adalah
bahwa perusahaan dianggap sebagai badan usaha ekonomik yang berdiri sendiri,
dan kedudukannya terpisah dari pemilik atau pihak lain yang menanamkan
dananya dalam perusahaan tersebut (Nauli, 2011).
Dengan sudut pandang prinsip kesatuan usaha, maka secara konseptual ekuitas
merupakan kewajiban perusahaan terhadap pemilik. Sehingga dampaknya adalah
ketika perusahaan menyerahkan barang atau jasa, maka akan ada aliran kas (aset)
yang masuk kepada perusahaan. Kas masuk itulah yang disebut dengan
pendapatan. Tambahan aset inilah yang nanti akan dikembalikan kepada pemilik
kalau perusahaan tidak diteruskan atau dilikuidasi (Suwardjono, 2002) dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pendapatan menambah ekuitas. Penalaran inipun
berlaku untuk konsep biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa biaya mengurangi
ekuitas. Berdasarkan uraian ini, maka persamaan dasar akuntansi tidak dapat
dibolak-balik secara sembarangan karena pendapatan dan biaya merupakan
komponen dari ekuitas.
Kesulitan dalam Memahami Rasionalisasi Persamaan Dasar Akuntansi
Konvensional
Persamaan dasar akuntansi metoda konvensional seringkali menimbulkan
kesulitan di kalangan siswa, karena logika akuntansi sulit untuk diterima secara
nalar. Dapat kita lihat pada ilustrasi soal berikut ini; pada tanggal 30 Januari
perusahaan membayar biaya listrik bulan januari sebesar Rp500.000, perubahan
dalam persamaan akuntansi akan menjadi
Aset = Utang + Ekuitas + Pendapatan - Biaya – Dis.Pemilik
Kas berkurang Rp500.000 Biaya Listrik Rp500.000
Analisis transaksi di atas adalah, pembayaran biya listrik menunjukkan adanya
uang kas yang keluar atau berkurang, pengurangan uang kas akan dicatat sebagai
9
penurunan nilai aset. Sedangkan untuk biaya listrik yang muncul menunjukkan
penambahan terhadap elemen biaya, namun karena elemen biaya mengurangi
ekuitas maka terjadinya biaya dicatat sebagai penurunan nilai biaya. Dengan cara
berpikir seperti itu maka persamaan akuntansi tetap terjaga. Jika persamaan dasar
akuntansi konvensional ini yang dipakai, maka siswa yang baru belajar akuntansi
akan sulit dalam melakukan penalaran atas proses konversi dari penambahan
biaya menjadi pengurangan biaya setiap kali melakukan transaksi biaya, sehingga
beresiko tinggi menyebabkan kesalahan (Warsono, 2010; Philips et al. 2009).
Kesulitan dalam merasionaliasi persamaan tersebut memicu siswa untuk
menghapal setiap terjadi transaksi biaya.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh pakar akuntansi menghasilkan usulan
untuk melakukan perubahan terhadap metoda pembelajaran konvensional yang
selama ini digunakan. Springer and Borthick (2004) mengungkapkan bahwa
pembelajaran akuntansi yang menitikberatkan pada aspek hapalan dapat
menyebabkan mahasiswa tidak mampu mengembangkan kompetensi yang
sebenarnya dibutuhkan akuntansi. Diller (2004) juga mengungkapkan hal serupa
bahwa kurikulum akuntansi yang lama cenderung menekankan pada aspek
penghapalan dan mekanisme pencatatan saja, sehingga tidak memberikan
gambaran yang lengkap mengenai lingkungan akuntansi yang sesungguhnya.
Kritikan dan masukan dari pakar ini sebaiknya direspon dengan baik untuk
kemajuan pengembangan pembelajaran akuntansi ke depan. Salah satu metoda
pembelajaran yang menarik untuk dikaji dan dikembangkan yang diharapkan
dapat menjadi solusi atas masalah-masalah tersebut adalah pendekatan
pembelajaran akuntansi berbasis matematika.
Metoda Pembelajaran Akuntansi Berbasis Matematika
Akuntansi berbasis matematika bukanlah konsep baru dalam pembelajaran
akuntansi, karena akuntansi pertama kali disusun berdasarkan logika matematika
sederhana yang dikodifikasi oleh seorang professor matematika, Luca Pacioli,
dalam bukunya Summa de Arithmetica, Geometria, Proportioni et
Proportionalita. Akuntansi berlandas pada persamaan dasar akuntansi (PDA)
yang terdiri dari tiga elemen, yaitu: aset, utang, dan ekuitas. Rasionalisasi
10
persamaan dasar akuntansi dapat dijelaskan dalam perspektif matematika dimana
aset dan biaya mencerminkan jenis-jenis pengunaan dana (use of fund) berada di
sisi kiri persamaan, sedangkan utang dan ekuitas mencerminkan sumber perolehan
dana atau source of fund berada pada sisi kanan persamaan (Warsono, 2010:64).
Perbedaan yang terdapat dalam perspektif matematika adalah bahwa elemen biaya
dan distribusi pemilik tidak dipandang sebagai bagian dari ekuitas, melainkan
merupakan elemen yang berdiri sendiri sebagai salah satu bentuk aktifitas
penggunaan dana. Rasionalitas persamaan akuntansi berbasis matematika dapat
digambarkan sebagai berikut:
Persamaan 3 (Modifikasi dari persamaan 2 pada metoda konvensinal)
Aset + Biaya + Distribusi Pemilik = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan
Penggunaan dana Sumber Perolehan dana
Use of fund Source of fund
Persamaan 3 tersebut adalah persamaan dasar berbasis matematika. Alasan utama
mengapa elemen biaya dan distribusi pemilik dapat dipindahkan ke sisi kiri
persamaan tersebut adalah bahwa elemen pendapatan dan biaya tidak dapat
dipaksakan sebagai bagian dari elemen ekuitas (Warsono, 2010: 72). Pemindahan
elemen biaya ke sisi kiri persamaan juga dibenarkan dalam kaidah persamaan
matematika, karena tanda “negatif” di depan elemen biaya berubah menjadi tanda
“positif” setelah menyeberangi tanda samadengan. Melalui pendekatan persamaan
dasar akuntansi berbasis matematika rasionalitas siswa akan terbangun dengan
sendirinya. Siswa dengan mudah memahami secara logis dalam menganalisis
setiap transaksi yang terjadi sehingga mampu menempatkan akun-akun di debet
dan kredit secara tepat. Pendekatan matematika ini dapat digunakan untuk
menjawab soal transaksi sebelumnya.
Perubahan di dalam persamaan dasar akuntansi akan menjadi seperti berikut:
Aset + Distribusi pemilik + Biaya = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan
11
Kas berkurang Biaya bertambah
Rp500.000 Rp500.000
Analisis transaksi di atas adalah, saat perusahan membayar biaya listrik
mencerminkan aktifitas penggunaan dana (use of fund) dimana uang kas secara
tunai berkurang sebesar Rp500.000 dan biaya listrik yang muncul mencerminkan
penambahan aktifitas penggunaan dana pada elemen biaya, sehingga kemunculan
biaya listrik dicatat sebagai kenaikan nilai biaya. Menurut peneliti, argumen ini
lebih mudah untuk diterima oleh nalar siswa, namun untuk memperkuat
pernyataan tersebut perlu dilakukan pengujian lebih lanjut.
Berdasarkan uraian di atas,peneliti berasumsi bahwa pendekatan perspektif
matematika lebih mengakomodir siswa untuk menjawab secara mudah dan logis
dikarenakan rasionalitas siswa yang terbangun dengan sendirinya. Rasionalitas
yang sudah terbangun dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep debet
atau kredit. Oleh karena itu, hipotesis yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H1 = Kemampuan siswa dalam menempatkan akun pada sisi debet ataupun kredit
akan lebih baik jika menggunakan metoda berbasis matematika dibandingkan
menggunakan metoda pembelajaran konvensional.
Kemampuan lain yang juga ingin diteliti adalah identifikasi pengaruh transkasi.
Identifikasi yang dimaksud adalah siswa dapat menentukan elemen mana dalam
persamaan dasar akuntansi yang akan bertambah atau berkurang sebagai akibat
adanya transaksi. Oleh karena siswa telah lebih mudah memahami konsep debet
atau kredit, maka akan lebih mudah pula bagi siswa untuk mengidentifikasi
pengaruh transaksi terhadap persamaan dasar akuntansi, sehingga peneliti
menawarkan hipotesis sebagai berikut:
H2 = Kemampuan siswa dalam menganalisis transaksi kemudian
mengidentifikasi pengaruhnya pada persamaan dasar akuntansi akan lebih baik
12
jika menggunakan metoda pembelajaran berbasis matematika dibandingkan
metoda pembelajaran konvensional.
METODE PENELITIAN
Desain Eksperimen
Penelitian ini menggunakan pendekatan metoda eksperimen, dengan desain two-
group posttest-only (Campbell and Stanley, 1963: 25) sebagai berikut:
R1 X O1
R2 O2
R mengindikasikan bahwa subyek-subyek penelitian telah ditempatkan secara
acak ke dalam grup dan selanjutnya dipisahkan menjadi grup eksperimen (R1) dan
grup kontrol (R2). X menunjukkan kemunculan stimulus eksperimental
(treatment) ke dalam grup, yaitu pembelajaran akuntansi pengantar dengan
metoda berbasis matematika. O mengidentifikasi pengukuran atau aktivitas
observasi, dimana O1 merupakan hasil pengukuran grup eksperimen dan O2
merupakan hasil pengukuran grup kontrol. Efek eksperimental diukur dengan
perbedaan antara O1 dan O2.
Langkah eksperimen dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Grup EksperimenSiswa SMA kelas X
30 partisipan
Siswa masuk ke dalam Laboratorium Komputer untuk menyaksikan tayangan aplikasi
pembelajaran via Adobe Flashplayer Presentation selama
±15 menit
Partisipan diminta mengerjakan tes yang berisi pertanyaan mengenai kemampuan matematika dalam
waktu ± 3 menit
Nilai rata-rata kedua grup dibandingkan
Grup KontrolSiswa SMK kelas X
30 partisipan
Siswa masuk ke dalam ruangan dan diberi
pengarahan dan instruksi sebelum melakukan tes
Partisipan diminta mengerjakan tes yang berisi pertanyaan mengenai
kemampuan akuntansi dalam waktu ±10 menit
Partisipan di dalam ruangan diminta mengerjakan tes yang berisi
pertanyaan mengenai kemampuan matematika dalam waktu ± 3 menit
Partisipan diminta mengerjakan tes yang berisi pertanyaan mengenai
kemampuan akuntansi dalam waktu ±10 menit
13
Gambar 1.1 Langkah Eksperimen
Pengukuran Variabel
14
Metoda pembelajaran yang digunakan merupakan variabel independen. Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel independen yakni metoda konvensional dan
metoda berbasis matematika. Pemahaman siswa adalah variabel dependen.
Peneliti ingin mengetahui sejauh mana variabel metoda pembelajaran memberikan
perbedaan terhadap variabel pemahaman siswa. Variabel dependen (pemahaman
siswa) diukur dengan teknik tes. Teknik tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, dan kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau grup
(Suharsimi, 2006:150). Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam tes
diadaptasi dan dimodifikasi dari buku Akuntansi Pengantar untuk SMK yaitu
Modul Akuntansi 1A untuk SMK dan MAK KTSP 2008 (Dwi Harti, 2011) dengan
total 15 pertanyaan. Untuk mengetahui kemampuan matematika yang dimliki,
peserta diminta menjawab 40 pertanyaan mengenai logika matematika dasar
dalam waktu 3 menit.
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah variabel yang dianggap dapat
mempengaruhi hubungan kausal antara variabel independen dan variabel
dependen. Adanya pengaruh variabel selain variabel independen dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan pengukuran (error measurement), oleh karena
itu variabel ini perlu dikendalikan (Ghozali, 2008:10). Variabel kontrol yang
ditetapkan dalam penelitian ini antara lain :
a. Kemampuan matematika partisipan, dilihat dari nilai rapor semester
terakhir untuk mata pelajaran matematika dan hasil tes kemampuan
matematika sederhana
b. Jenis Kelamin
Variabel kontrol sengaja ditetapkan untuk memastikan bahwa hasil pemahaman
siswa dalam pembelajaran akuntansi pengantar disebabkan semata-mata karena
faktor metoda pembelajaran yang digunakan.
Teknik Analisis Data
15
Metoda analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menguji
hipotesis, dengan membandingkan perbedaan rata-rata dari dua grup. Pengujian
hipotesis menggunakan uji independent group t-test. Model ini dipilih karena
peneliti mengambil sampel dua grup yang independen dan tidak berhubungan satu
sama lain (Levin and Rubin,2000; 496). Selanjutnya untuk mengukur variabel
kontrol yang diperkirakan akan menyebabkan error measurement, peneliti
menggunakana Analysis of Covariance (ANCOVA). ANCOVA memungkinkan
peneliti menghilangkan bagian dari dependent variabel-variabel error variance
yang dapat diprediksi dari pengetahuan tentang variabel covariate sehingga dapat
meningkatkan power, dan menyesuaikan variabel dependen agar terbebas dari
pengaruh linear yang disebabkan oleh variabel kovariat/kontrol, yang pada
akhirnya dapat meminimalisir bias dalam penelitan (Ghozali, 2008).
Manipulation Check
Manipulation Check adalah proses dimana pengamat memastikan bahwa
partisipan telah masuk ke dalam perlakuan yang di inginkan (Campbell and
Stanley ,1963:35). Manipulation Check dilakukan untuk menguji logis tidaknya
suatu pertanyaan atau instruksi dalam eksperimen. Hasilnya dapat digunakan
untuk menegaskan bahwa partisipan memahami tugas-tugas yang diberikan
sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang diberikan berhasil. Dalam
penelitian ini Manipulation Check dilakukan melalui pertanyaan yang akan
diberikan ditengah tayangan video adobe flashplayer, pertanyaan tersebut adalah;
Apakah Rumus Persamaan dasar Akuntansi?. Selanjutnya partisipan diharuskan
menjawab pertanyaan tersebut dengan cara mengetikkan rumus persamaan dasar
akuntansi yang telah ditayangkan dari slide sebelumnya. Jawaban yang benar dari
pertanyaan tersebut merupakan password untuk melanjutkan tayangan video
flashplayer. Apabila jawaban salah, maka partisipan akan diberi kesempatan
untuk mencoba lagi, ataupun mengulang tayangan sebelumnya agar bisa
menjawab pertanyaan.
Populasi dan Sampel
16
Populasi subyek penelitian adalah siswa SMA kelas X di Bandar Lampung.
Sampel diambil untuk menjadi subyek eksperimen. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sampling, dengan penetapan kriteria sebagai
berikut;
1.Grup kontrol adalah siswa yang sedang mempelajari akuntansi pengantar
dengan metoda konvensional, yakni siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
jurusan akuntansi kelas X. Peneliti memilih sekolah yang tergolong favorit untuk
memastikan siswa yang terpilih menjadi partisipan adalah siswa yang memiliki
pengetahuan cukup mengenai akuntansi pengantar.
2. Grup Eksperimen adalah siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X yang
belum pernah mempelajari akuntansi sebelumnya. Peneliti memilih sekolah yang
non-favorit untuk menjadi partisipan grup eksperimen. Alasannya adalah, peneliti
ingin memastikan bahwa aplikasi pembelajaran akuntansi berbasis matematika
yang dibuat benar-benar mudah dimengerti oleh seluruh kalangan siswa, mulai
dari siswa yang berkemampuan dibawah rata-rata hingga siswa yang
berkemampuan di atas atas rata-rata.
Kriteria penentuan sekolah favorit dan non-favorit didasarkan pada hasil
akreditasi Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madtasah Propinsi Lampung.
Sekolah yang dikategorikan favorit adalah yang mendapat akreditasi A atau B,
sedangkan sekolah dengan kategori non-favorit adalah yang terakreditasi C
ataupun tidak terakreditasi (TT).
Data hasil akreditasi tahun 2012 menunjukkan bahwa SMK BPK Penabur
mendapat predikat B dengan nilai akreditasi 83, sedangkan SMA Perintis 2
Bandar lampung masuk kedalam kategori sekolah Tidak Terakreditasi (TT).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pelaksanaan Eksperimen
17
Penelitian terhadap grup kontrol dilakukan pada hari Jumat,5 April 2013
bertempat di SMK BPK Penabur pukul 08.30-09.00 WIB. Sebanyak 30 siswa
diminta untuk mengikuti penelitian dengan cara mengerjakan soal yang diberikan.
Dalam pelaksanaannya, peneliti dibantu oleh dua tenaga pengajar untuk
mengarahkan serta mengondisikan partisipan agar penelitian dapat berjalan lancar
dan sesuai harapan.
Teknis kegiatan diawali dengan mengisi bagian A yaitu daftar pertanyaan yang
berisi data demografi partisipan, kemudian mengerjakan bagian B berisi tes
kemampuan matematika yang terdiri dari 40 soal matematika sederhana dalam
waktu 3 menit. Selanjutnya partisipan mengerjakan bagian C berisi tes
kemampuan akuntansi sebanyak 16 soal dalam waktu 10 menit. Tes kemampuan
akuntansi dibagi menjadi beberapa bagian seperti berikut;
1. Bagian C-1 berisi 6 pertanyaan berkaitan dengan kemampuan
menempatkan akun pada sisi debet atau kredit.
2. Bagian C-2 berisi 5 pertanyaan mengenai penggolongan transaksi kedalam
aktifitas penggunaan dana atau aktifitas perolehan dana.
3. Bagian C-3 berisi 5 pertanyaan mengenai kemampuan menganalisis
transaksi dan menempatkan pengaruhnya dalam persamaan dasar
akuntansi.
Penelitian terhadap grup eksperimen dilakukan pada tanggal 11 April 2013 yang
berlokasi di dua tempat yakni SMA Perintis 2 Bandar lampung dan warung
internet dungeon Jl.Chairil Anwar No 11 Bandar lampung, pukul 10.00-
12.00WIB. Penelitian terhadap grup eksperimen memerlukan lokasi yang
memiliki kelengkapan media seperti komputer dan headphone karena perlakuan
yang diberikan adalah menyaksikan tayangan video pembelajaran akuntansi
melalui aplikasi adobe flashplayer. Namun, fasilitas yang ada pada SMA Perintis
2 Bandar lampung kurang memadai sehingga eksperimen tidak dapat dilakukan di
laboratorium sekolah. Oleh karena itu, peneliti menggunakan warung internet
dungeon yang berlokasi tidak jauh dari SMA Perintis 2 Bandar lampung (±100
meter) untuk dijadikan lokasi eksperimen. Peneliti menggunakan ruangan
basement yang berisikan 15 unit komputer lengkap dengan headphone. Oleh
18
karna sampel yang dibutuhkan adalah 30 siswa, maka eksperimen dibagi menjadi
dua sesi.
Grup eksperimen terdiri dari 20 orang siswa kelas X-2 dan 10 orang siswa kelas
X-1. Teknis kegiatan diawali dengan meminta 15 orang siswa sesi pertama untuk
mengisi daftar pertanyaan bagian A mengenai data partisipan dan dilanjutkan
dengan tes kemampuan matematika selama 3 menit, kegiatan ini dilakukan di
ruang kelas SMA Perintis 2 Bandar lampung. Kemudian partisipan dibawa
menuju lokasi eksperimen yaitu warung internet dungeon dengan menggunakan
angkutan umum yang telah disewa oleh peneliti. Setibanya di ruangan
eksperimen, partisipan diminta untuk menyaksikan tayangan pembelajaran selama
15-20 menit,selanjutnya partisipan diminta untuk menjawab pertanyaan bagian C
mengenai kemampuan akuntansi dalam waktu 10 menit. Setelah selesai, partisipan
sesi pertama dikembalikan ke sekolah dan dilanjutkan dengan eksperimen pada
peserta sesi kedua. Untuk meningkatkan antusiasme siswa dalam menyaksikan
dan memperhatikan tayangan, peneliti memberikan reward sebesar Rp20.000
apabila partisipan dapat menjawab pertanyaan yang ada di tengah-tengah
tayangan (Manipulation Check), kemudian untuk meningkatkan kesungguhan
siswa dalam menjawab soal, peneliti memberikan reward Rp2.000 untuk setiap
jawaban yang benar. Pemberian reward dilakukan dengan pandangan bahwa
manusia sebagai makhluk homo ekonomikus, yaitu bahwa seseorang akan
berupaya mengubah strategi atau pandangan untuk memperoleh nilai manfaat
ekonomi yang lebih dari suatu keadaan atau situasi (Pradiptyo et al. 2011). Pada
saat pelaksanaan eksperiman seluruh siswa pada sesi pertama dan kedua dapat
menjawab pertanyaan Manipulation Check.
Deskripsi Kemampuan Awal Partisipan
Penelitian ini menetapkan beberapa variabel yang diduga mempengaruhi causal
effect yaitu: kemampuan matematika, dan jenis kelamin. Cara yang digunakan
untuk mengendalikan efek dari variabel kontrol adalah dengan teknik padanan
sepasang (pair-matching). Pair-matching dilakukan dengan cara masing-masing
item di grup eksperimen dipadankan dengan item di grup kontrol (Hartono, 2008)
dan menyertakan variabel-variabel tersebut dalam uji statistik sehingga causal
19
effect antara metoda pembelajaran dan prestasi belajar dapat diukur secara tepat
apakah disebabkan oleh hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen ataukah ada faktor lain yang mempengaruhinya. Untuk menguji
kesepadaan antara dua grup partisipan, dilakukan uji independent sample-test
terhadap dua grup sampel yang tidak berhubungan. Hasil pengujian statistik dapat
dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 Uji Kesepadanan Kemampuan Matematika berdasarkan Nilai
Rapor
KriteriaGrup Kontrol Grup Eksperimen Signifikansi
(2-tailed)N Rata-rata N Rata-rata
Nilai Rapor 30 68,17 30 74,53 .000
Sumber : Data diolah SPSS 16.0
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui level signifikansi untuk kemampuan matematika
yang diukur dengan nilai rapor adalah 0,000 (<0,05) sehingga keputusan uji yang
diambil adalah menolak H0 (H0 : µ1 = µ2). Hasil ini menunjukkan bahwa secara
statistik terdapat perbedaan rata-rata nilai rapor antara grup eksperimen dan grup
kontrol. Ketentuan penetapan nilai rapor pada setiap sekolah tergantung pada
nilai Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yang ditetapkan melalui kebijakan
kepala sekolah dan dewan guru pada sekolah yang bersangkutan (Dewan
Pembinaan SMA,2011). Karena alasan di atas, peneliti berasumsi bahwa
perbedaan rata-rata nilai rapor antara kedua grup kurang tepat apabila dijadikan
dasar untuk mengatakan bahwa kemampuan matematika salah satu grup adalah
lebih baik dibandingkan grup lain. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengujian
kembali untuk mengukur kemampuan matematika dari masing-masing grup.
Pengujian dilakukan dengan menjawab pertanyaan matematika sederhana
sebanyak 40 soal selama 3 menit.
Hasil pengujian statistik dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Uji Kesepadanan Kemampuan Matematika berdasarkan Hasil Tes
KriteriaGrup Kontrol Grup Eksperimen Signifikansi
(2-tailed)N Rata-rata N Rata-rata
20
Hasil Tes 30 13,90 30 12,37 .153
Sumber : Data diolah SPSS 16.0
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui level signifikansi untuk kemampuan matematika
yang diukur dengan nilai tes kemampuan matematika adalah 0,153 (>0,05)
sehingga keputusan uji yang diambil adalah menerima H0 (H0 : µ1 = µ2). Hasil ini
berarti bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil tes antara
grup eksperimen dan grup kontrol. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan matematika kedua grup adalah sepadan.
Analisis Hasil Pengujian
a. Pengujian H1 menggunakan Two independent sample t-test
Rumusan masalah yang ingin dijawab dalam kasus ini adalah “Apakah terdapat
perbedaan kemampuan dalam menempatkan akun di sisi debet atau kredit antara
kedua grup sebagai akibat adanya perbedaan perlakuan metoda pembelajaran yang
diberikan?” . Jawaban dari pertanyaan tersebut didapatkan melalui pengujian
hipotesis yang diajukan dalam penelitian yang menyatakan kemampuan siswa
dalam menempatkan akun pada sisi debet ataupun kredit akan lebih baik jika
menggunakan metoda berbasis matematika dibandingkan menggunakan metoda
pembelajaran konvensional.
Hasil pengujian Two independent sample t-test dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Hasil Two independent sample t-test untuk Kemampuan
Penempatan Akun di sisi Debet atau Kredit
Metoda Group Statistic t-test for Equality of Means
Pembelajaran N Mean Std.Dev t Sig.(2-tailed) Mean Diff.
Konvensional 30 3.97 1,189-.987 .328 -.333
Matematika 30 4,30 1,418
Sumber : Data diolah SPSS 16.0
21
Dari tabel 4.4 terlihat bahwa nilai rata-rata grup kontrol yang menggunakan
metoda konvensional adalah 3,97. Sedangkan nilai rata-rata grup eksperimen yang
menggunakan metoda berbasis matematika adalah 4,30.
Hasil keluaran SPSS menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata kedua grup adalah
0,333. Nilai probabilitas (P value) adalah 0,328 lebih besar dari taraf signifikansi
0,05. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan jika P value > 0,05 maka
Hipotesis null tidak dapat ditolak. Oleh karena itu, keputuan yang diambil adalah
H0 : µ1 = µ2, yang berarti secara statistik tidak terdapat perbedaan signifikan rata-
rata kemampuan antara grup kontrol dan grup eksperimen. Selanjutnya dalam
menentukan apakah metoda yang satu lebih baik dibandingkan metoda yang lain
dapat dilihat melalui nilai mean pada tabel statistic group (Ghazali,2008).
Walaupun tidak signifikan, namun melalui nilai mean dapat kita lihat bahwa
metoda matematika dapat dikatakan lebih baik dibandingkan metoda
konvensional, dimana nilai rata-rata metoda matematika 4,30 lebih besar
dibandingkan metoda konvensional dengan nilai rata-rata 3,97.
Pengujian H2 menggunakan Two independent sample t-test
Permasalahan yang ingin dijawab dalam hipotesis ini adalah “Apakah terdapat
perbedaan kemampuan dalam menganalisis transaksi dan mengidentifikasi
pengaruhnya terhadap persamaan dasar akuntansi kedua grup sebagai akibat
adanya perbedaan perlakuan metoda pembelajaran yang diberikan? selanjutnya
peneliti juga akan menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian, dimana
kemampuan siswa dalam menganalisis transaksi dan mengidentifikasi
pengaruhnya pada persamaan dasar akuntansi akan lebih baik jika menggunakan
metoda pembelajaran berbasis matematika dibandingkan metoda pembelajaran
konvensional.
Hasil pengujian Two independent sample t-test dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Hasil Two independent sample t-test untuk Kemampuan Analisis
Transaksi dan Identifikasi Pengaruhnya terhadap Persamaan Dasar
Akuntansi
22
Metoda Group Statistic t-test for Equality of Means
Pembelajaran N Mean Std.Dev t Sig.(2-tailed) Mean Diff.
Konvensional 30 1,87 1,3581,009 .317 .333
Matematika 30 1,53 1,196
Sumber : Data diolah SPSS 16.0
Dari tabel 4.5 terlihat bahwa rata-rata kemampuan grup kontrol yang
menggunakan metoda konvensional adalah 1,87. Sedangkan rata-rata kemampuan
grup eksperimen yang menggunakan metoda berbasis matematika adalah 1,53.
Hasil keluaran SPSS menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata kedua grup adalah
0,333. Nilai probabilitas (P value) adalah 0,317 lebih besar dari taraf signifikansi
0,05. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan jika P value > 0,05 maka
hipotesis null tidak dapat ditolak. Jadi, keputusan yang diambil adalah H0 : µ1 =
µ2, yang berarti secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
nilai rata-rata kemampuan grup kontrol dan grup eksperimen. Berdasarkan tabel
4.5 terlihat bahwa nilai mean pada metoda konvensional lebih besar dibandingkan
metoda berbasis matematika walaupun tidak signifikan. Hasil ini tidak
mendukung hipotesis dua yang menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam
menganalisis transaksi dan mengidentifikasi pengaruhnya pada persamaan dasar
akuntansi akan lebih baik jika menggunakan metoda pembelajaran berbasis
matematika dibandingkan metoda pembelajaran konvensional.
c. Analysis of Covariance (ANCOVA)
Variabel kontrol yang ditetapkan oleh peneliti antara lain jenis kelamin, nilai
rapor matematika semester terakhir, serta nilai tes kemampuan matematika
sederhana. Untuk dapat melihat secara keseluruhan pengaruh variabel kontrol
terhadap causal effect antara metoda pembelajaran dan prestasi belajar, peneliti
menampilkan hasil perhitungan statistik ANCOVA sebagai berikut:
Tabel 4.6 Levene’s Test of Equality of Error Variances
F Df1 Df2 Sig.
.659 1 58 .454
23
Hasil uji Levene menunujukkan nilai F sebesar 0,659 dan probabilitas 0,454
(p>0,05) yang berarti hipotesis null diterima dimana varians kedua grup adalah
sama (sesuai dengan asumsi ANCOVA).
Tabel 4.7 Hasil uji Test of Between-Subject Effect
Dependent variabel : Total_Skor
Source Type Sum of
Square
Df Means
Square
F Sig
Corrected Model 1178.581a 4 294.645 1.400 .246
Intercept 272.637 1 272.637 1.295 .205
Metoda 651.887 1 651.887 3.096 .084
Jenis Kelamin 110.721 1 110.721 .526 .471
Nilai Rapor 44.809 1 44.809 .213 .646
Tes Matematika 138.210 1 138.210 .656 .421
Error 11579.232 55 210.531
Total 233281.250 60
Corrected Total 12757.812 59
a. R Squared = .092 (Adjusted R Squared = .026)
Sumber : Data diolah SPSS 16.0
Hasil pengujian ANCOVA bahwa ketiga variabel kontrol yang ditetapkan yaitu
jenis kelamin, nilai rapor, dan tes matematika tidak berpengaruh signifikan
terhadap total skor. Hasil ini terlihat pada nilai signifikansi dari ketiga variabel
yang lebih besar dari 0,05, dimana jenis kelamin memiliki nilai signifikansi 0,471
sedangkan nilai rapor dan tes matematika masing-masing memiliki nilai
signifikansi 0,646 dan 0,421. Jadi dapat disimpulkan bahwa total skor yang
didapat dalam penelitian hanya dipengaruhi oleh penggunaan metoda
pembelajaran sebagai variabel independen.
Pembahasan
24
Hasil uji memberikan gambaran bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara
rata-rata grup yang menggunakan metoda konvensional dengan grup yang
menggunakan metoda berbasis matematika dalam pembelajaran akuntansi.
Walaupun secara statistik tidak ditemukan cukup bukti untuk mendukung
hipotesis yang diajukan oleh peneliti, namun jika membandingkan secara
langsung nilai rata-rata antara kedua grup pada tabel 4.4 (kolom mean
difference), jelas terlihat bahwa terdapat rata-rata sebesar 0,333 antara kedua
grup. Rata-rata nilai grup yang menggunakan metoda berbasis matematika lebih
tinggi dibandingkan nilai grup yang menggunakan metoda konvensional dalam
kompetensi penempatan akun pada sisi debet atau kredit. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa metoda matematika lebih baik dalam menjelaskan konsep
debet dan kredit dibandingkan metoda konvensional meskipun tidak secara
signifikan.
Hasil yang hampir sama juga terlihat dalam pengujian statistik untuk hipotesis
yang ditawarkan dalam penelitian mengenai kemampuan siswa dalam
mengidentifikasi pengaruh transaksi terhadap persamaan dasar akuntansi. Nilai
signifikansi 1.009 (p>0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat
perbedaan signifikan pada nilai rata-rata kedua grup. Namun hasil yang sedikit
berbeda tampak pada kolom means kedua grup, dimana nilai rata-rata metoda
konvensional lebih tinggi dibandingkam metoda matematika walaupun tidak
secara signifikan. Hal ini menunjukkan keadaan yang juga tidak mendukung
hipotesis yang ditawarkan bahkan bertolak belakang. Peneliti berasumsi bahwa
hal tersebut terjadi karena alasan berikut:
1. Di dalam mempelajari materi analisis transaksi diperlukan waktu tatap
muka minimal 1x 45 menit, karena materi ini mengharuskan siswa untuk
terlebih dahulu memahami karakteristik transaksi dengan mengerjakan
soal latihan secara langsung dan berulang. Sedangkan pada saat
pelaksanaan eksperimen, peserta hanya memiliki waktu ±15 menit untuk
menyaksikan tayangan simulasi pengerjaan soal analisis transaksi dan
25
identifikasi pengaruhnya terhadap persamaan dasar akuntansi, sehingga
pemahaman yang didapat oleh siswa tidak secara mendalam.
2. Penurunan konsentrasi siswa yang terjadi saat pelaksanaan eksperimen.
Sesi pertama pelaksanaan eksperimen dimulai pada pukul 10.00 WIB,
sedangkan untuk sesi kedua eksperimen dimulai pada pukul 11.00 WIB.
Penundaan selama ±10 menit terjadi pada sesi kedua dikarenakan daya
listrik warnet mengalami penurunan yang membuat seluruh komputer
tidak dapat dihidupkan. Hal ini menyebabkan antusiasme partisipan sedikit
menurun. Kondisi ini terbukti pada saat pemberian instruksi oleh tim
eksperimenter, sebagian peserta kurang fokus dan kurang memahami
instruksi.
Kejadian ini merupakan ancaman bagi validitas internal eksperimen , yaitu
pengaruh maturation. Pengaruh maturation adalah pengaruh yang terjadi karena
faktor perubahan kematangan biologis ataupun psikologis dalam rentang waktu
pelaksanaan eksperimen (Campbell dan Stanley, 1963:5). Peneliti mencoba
mengeliminir pengaruh tersebut dengan mempersingkat waktu pelaksanaan
eksperimen dalam waktu 30 menit dan tidak terdapat jeda yang panjang pada
masing-masing tahapan. Namun, penundaan yang terjadi di lapangan tidak dapat
dikendalikan oleh peneliti sehingga menyebabkan psikologis siswa berubah
ditandai dengan menurunnya antusiasme siswa dalam melaksanakan eksperimen.
Peneliti menduga hal ini telah memberikan pengaruh pada pelaksanaan
eksperimen sesi kedua, yang menyebabkan nilai rata-rata siswa lebih rendah
dibandingkan pada kelompok siswa sesi pertama.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis hasil pengujian dan pembahasan, peneliti
menyimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan kemampuan siswa dalam
menempatkan akun pada sisi debet ataupun kredit akan lebih baik jika
menggunakan metoda berbasis matematika dibandingkan menggunakan metoda
26
pembelajaran konvensional tidak dapat didukung. Hal ini dikarenakan tidak
terdapat bukti statistik yang cukup dalam penelitian untuk menolak hipotesis null.
Hipotesis selanjutnya yang ditawarkan dalam penelitian menyatakan bahwa
kemampuan siswa dalam menganalisis transaksi kemudian mengidentifikasi
pengaruhnya pada persamaan dasar akuntansi akan lebih baik jika menggunakan
metoda pembelajaran berbasis matematika dibandingkan metoda pembelajaran
konvensional juga tidak didukung secara statistik. Hasil uji merujuk pada
keputusan yang sama bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara nilai rata-rata kedua grup.
Meskipun hipotesis tidak didukung, namun nilai rata-rata kedua grup yang tidak
berbeda secara signifikan membuktikan bahwa metoda pembelajaran matematika
masih dapat dijadikan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi
dalam pembelajaran akuntansi. Pernyataan tersebut didukung oleh fakta bahwa
kemampuan siswa kelas X SMA perintis 2 Bandar lampung yang belum pernah
mendapat pembelajaran akuntansi, dan hanya mendapatkan pengajaran selama
±15 menit melalui tayangan Adobe Flashplayer presentation dapat disejajarkan
dengan kemampuan siswa kelas X jurusan akuntansi SMK BPK Penabur yang
telah mempelajari akuntansi pengantar selama ± 1 tahun. Namun untuk lebih
memastikan hal tersebut, tentunya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengkonfirmasi keefektifan metoda alternatif ini.
Saran
Peneliti menyadari akan keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini, oleh
karena itu beberapa evaluasi dan saran yang dapat diberikan bagi penelitian
selanjutnya antara lain sebagai berikut:
1. Penggunaan aplikasi Adobe Flashplayer Presentation masih perlu
disempurnakan terutama dari segi substansi isi/materi dan dari segi
pemilihan bahasa, tampilan efek, gambar, serta suara. Aplikasi
sebelumnya memiliki kualitas suara yang kurang baik sehingga beresiko
menyebabkan siswa kurang jelas dalam mendengar meteri maupun
instruksi yang disampaikan. Saran bagi penelitian ke depan, diharapkan
27
dapat membuat aplikasi pembelajaran yang lebih canggih, atraktif dan
interaktif sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa.
2. Lokasi eksperimen yang berbeda. Suasana ruangan yang tidak sama antara
kedua grup diduga memberikan perbedaan kenyamanan dan konsentrasi
dalam pelaksanaan eksperimen. Saran bagi penelitian kedepan, akan lebih
baik jika lokasi yang digunakan sama, sehingga memungkinkan peneliti
untuk mengendalikan dengan baik berbagai aspek yang dapat
mempengaruhi psikologi partisipan terutama dalam hal konsentrasi.
3. Pemilihan subjek penelitian dengan menggunakan sekolah non-favorit
memberikan tantangan tersendiri mengingat karakter siswa yang
cenderung sulit dikondisikan. Keadaan yang kurang terkendali dalam
pelaksanaan eksperimen membuat suasana menjadi kurang kondusif dan
menghambat konsentrasi partisipan. Hasil yang berbeda mungkin akan
ditemukan apabila sampel yang dipilih merupakan siwa sekolah favorit
dengan karakteristik siswa yang cenderung lebih disiplin.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Saukhul M. 2011. Penelitian Kuantitatif dalam Teknologi
Pembelajaran.Jurnal Teknologi Pendidikan Unversitas Negeri Suranaya
Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madrasah Propinsi Lampung. Hasil
Akreditasi. April 2012. Badan Akreditasi Nasional. April2013.
http://www.ban-sm.or.id/provinsi/lampung/akreditasi
Brown, AL and Campione . 1996. Relationships of goal orientation,
metacognitive activity, and practice strategies with learning outcomes and
transfer. Journal of Applied Psychology Vol 83(2), Apr 1998, 218-233.
28
Campbell, D. & Stanley, J. 1963. Eksperimental and quasi-eksperimenal designs
for research. Chicago, IL: Rand-McNally.
Dewan Pembinaan SMA.2010.Juknis Penetapan Nilai KKM di SMA.Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Endarmoko,Eko.2006.Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta. PT.Gramedia Pustaka
Utama
Ghozali, Imam. 2008. Desain Peneitian Eksperimental : Teori Konsep dan
Analisis Data dengan SPSS 16.0. Semarang. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Hartono, J. 2007. Metodalogi Penelitian Bisnis: Salah kaprah dan Pengalaman
Pengalaman. Yogyakarta : BPFE.
Hartono, J. 2008. Metodalogi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta :Penerbit
Andi.
Ingram, R. W. 1998. A Note on Teaching Debits And Credits In Elementary
Accounting. Issues in Accounting Education Vol. 13, No. 2: 411–415.
Innes, Robert B. 2004. Reconstructing undergraduate education: using learning
science to design effective courses. Lawrence Earlbaum Associates
Publisher
Levin, R & Rubin, D.2000.Statistic for Management.Prentice Hall
29
Morrison, Gary R., Steven M. Ross, & Jerrold E. Kemp. (2004). Design effective
instruction, (4th Ed.). New York: John Wiley & Sons
Muijs, Daniel and Reynolds, David. 2011. Effective teaching: evidence and
practice. Third edition.London, GB : Sage
Nauli,Pigo. 2011. Perbandingan Metoda Pembelajaran akuntansi Pengantar
Antara Metoda Konvensional Dan Metoda Berbasis Matematika Terhadap
Prestasi Dan Kepuasan Belajar. Simposium Nasional Akuntansi 14. Aceh
Peter Salim dan Yenny Salim.2002. Kamus bahasa Indonesia kontemporer.
Jakarta.Modern English Press.
Poedjiadi, Anna. 2005. Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran
Kontekstual Bermuatan Nilai. Jakarta : Rosda
Pradiptyo, R, B. Sasmitasiwi and G. A. sahadewo. 2011. Evidence of Homo
Economicus? Finding From Experiment on Evalutionary Prisoners’
Dilemma Game. SSRN. Sangster, A., G. N. Stoner and P. A. McCarthy.
2007. Lessons for the Classroom From Luca Pacioli. Issues in Accounting
Education Vol. 22, No.3: 447-457
Rukmini Sri. 1998. Psikologi Umum.Jakarta:Rineka Cipta.
Sanjaya,Wina. 2009. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.Prenada Media Group
Saudagaran, S. M. 1996. The First Course in Accounting: An Innovative
Approach, Issues in Accounting Education Vol. 11, No. 1: 83–94.
30
Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta
Suwardjono. 2002. Akuntansi Pengantar Bagian 1 Proses Penciptaan Data
Pendekatan sistem.Yogyakarta.: BPFE.
Tulus . 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Grasindo. Jakarta
Warsono-Bin-Hardono, S, A. Darmawan, dan M. A. Ridho. 2009. Akuntansi
Pengantar I Berbasis Matematika siklus Akuntansi di Perusahaan Jasa,
Dagang, dan Manufaktur. Asgard Chapter.
Warsono-bin-Hardono, S, A. Darmawan, dan M. A. Ridho. 2009. Using
Mathematics To Teach Accounting Principles. American Accounting
Association San Antonio Texas, USA dan Asian Academic Accounting
Association Conference. Istanbul, Turkey.
Warsono-bin-Hardono, S. 2010. Reformasi Akuntansi; Membongkar Bounded
Rationality Pengembangan Akuntansi. Asgard Chapter.