daftar isi - sinta.unud.ac.id · thesis writing is motivated by legal issues management agreement...
TRANSCRIPT
1
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM............................................................................. i
HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM.............................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI....................................... iii
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI.................................... iv
HALAMAN KATA PENGANTAR......................................................................... v
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN............................................... viii
HALAMAN DAFTAR ISI....................................................................................... ix
ABSTRAK................................................................................................................ xii
ABSTRACT.............................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................. 5
1.3. Ruang Lingkup Masalah........................................................................ 6
1.4. Orisinalitas Penelitian............................................................................ 6
1.5. Tujuan Penelitian................................................................................... 7
a. Tujuan Umum................................................................................... 7
b. Tujuan Khusus.................................................................................. 7
1.6. Manfaat Penelitian................................................................................. 7
a. Manfaat Teoritis................................................................................ 7
b. Manfaat Praktis................................................................................. 8
1.7. Landasan Teoritis................................................................................... 8
2
1.8. Metode Penelitian.................................................................................. 16
a. Jenis Penelitian.................................................................................. 16
b. Jenis Pendekatan............................................................................... 17
c. Sifat Penelitian.................................................................................. 18
d. Jenis Sumber Data............................................................................. 18
e. Teknik Pengumpulan Data................................................................ 19
f. Teknik Penentuan Sampel Penelitian................................................ 20
g. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.............................................. 20
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, PENGELOLAAN
TANAH NEGARA DAN LEMBAGA MASYARAKAT ADAT
2.1. Pengertian Perjanjian............................................................................. 21
2.2. Pengertian dan Konsep Tanah Negara................................................... 28
2.3. Pengelolaan Tanah Negara oleh Lembaga Masyarakat Adat................ 34
BAB III BENTUK PERJANJIAN YANG DILAKUKAN OLEH DESA
ADAT DALAM PENGELOLAAN TANAH NEGARA
3.1. Perjanjian Sewa Menyewa Oleh Desa Adat Dalam Pengelolaan Tanah
Negara.................................................................................................... 39
3.2. Bentuk Perjanjian Sewa Menyewa Tanah Negara Oleh Desa Adat
Kedonganan Kabupaten Badung............................................................ 41
BAB IV PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH
NEGARA OLEH DESA ADAT KEDONGANAN DAN AKIBAT
HUKUMNYA
3
4.1. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Tanah Negara Oleh Desa
Adat
Kedonganan........................................................................................... 46
4.2. Akibat Hukum Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Tanah Negara
Oleh Desa Adat Kedonganan................................................................. 49
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan............................................................................................ 52
5.2. Saran...................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
4
PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGELOLAAN SEWA MENYEWA
TANAH NEGARA OLEH DESA ADAT KEDONGANAN
ABSTRAK
Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh permasalahan hukum perjanjian
pengelolaan sewa menyewa tanah negara oleh desa adat kedonganan.
Permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini yaitu mengenai
bagaimana bentuk perjanjian yang dilakukan oleh desa adat dalam pengelolaan
tanah negara serta bagaimana pelaksanaan perjanjian yang dilakukan oleh desa
adat dalam pengelolaan tanah negara dan akibat hukumnya. Skripsi ini
menggunakan metode penelitian hukum empiris yang terdiri dari penelitian
terhadap indentifikasi hukum dan penelitian terhadap efektivitas hukum.
Kewengan yang diberikan Bupati kepada BPKP2K tidak selaras dengan apa yang
diatur dalam Keputusan Bupati dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
33/PMK.06/2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara dan
untuk Badan Milik Daerah yang diatur dalam Permendagri Nomor17 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, dalam hal BPKP2K
melakukan penataan serta pengelolan yang jelas sesuai aturan. Terkait dengan hal
tersebut bahwa telah terjadi praktek perjanjian sewa-menyewa tanah negara yang
dilakukan oleh BPKP2K dengan memungut bayaran terhadap penggunaan tanah
negara yang tidak diatur besarannya dalam suatu Keputusan Bupati.
Kata Kunci: Perjanjian, Sewa-Menyewa Tanah Negara, Desa Adat,
Hukum Perdata.
5
MANAGEMENT AGREEMENT OF STATE LAND LEASE RENT BY
INDIGENOUS VILLAGE KEDONGANAN
ABSTRACT
Thesis writing is motivated by legal issues management agreement lease of
state land by the indigenous village of Kedonganan. Issues raised in writing this
essay is about how the shape of the agreement made by the indigenous villages in
the management of state land and how the implementation of the agreement made
by the indigenous villages in the management of state land and its legal
consequences. This thesis uses empirical legal research method which consists of
a study of legal identification and research on the effectiveness of the law. Regent
Kewengan given to BPKP2K not in tune with what is stipulated in the Decree of
the Regent and the Minister of Finance Regulation Number 33 / PMK.06 / 2012
on Procedures for Lease of State Property and for Regional Property Agency set
out in Regulation Number 17 Year 2007 on Technical Guidelines management of
the Region, in terms of making the arrangement and management of BPKP2K
clear by the rules. Related to the above that there has been a practice of land
lease agreements conducted by the state BPKP2K to charge a fee on the use of
state land that is not regulated amount in a decision of the Regent.
Keywords: Covenant, the State Land Lease-rental, Village People, Civil Law.
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tanah merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Manusia beraktifitas,
bermasyarakat, dan dalam melangsungkan kehidupannya memerlukan tanah, yang
hidup dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada baik di permukaan, di
dalam tubuh bumi, maupun di atas permukaan bumi. Demikian besar keberadaan
tanah bagi kehidupan, sehingga tanah menjadi bagian dasar dari kebutuhan
manusia. Tanah juga merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki nilai
ekonomis dan nilai sosial yang tinggi. Tanah tidak dapat diproduksi ataupun
diperbaharui seperti sumber daya alam yang lain yang dapat tergantikan.1
Mengingat kenyataan bahwa tanah merupakan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui dan pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka
pengaturan penguasaan tanah dipandang sangat penting. Tanah diatur dalam
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(selanjutnya disebut UUD NRI Tahun 1945) yang menyatakan bahwa tanah
dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan
kemakmuran rakyat Indonesia.
Hubungan hukum antara negara dengan tanah, yang dalam UUD NRI Tahun
1945 dirumuskan dengan istilah “dikuasai” itu, ditegaskan sifatnya sebagai
hubungan hukum publik oleh UUPA yang tercantum dalam Pasal 2.
1 Bernhard Limbong, 2012, Hukum Agraria Nasional, cet. I, Margaretha Pustaka, hal. 245
1
7
Pasal 2 UUPA menyebutkan rincian kewenangan hak menguasai dari
negara berupa kegiatan2 :
1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa
2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang orang
dengan bumi, air dan ruang angkasa
3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang orang
dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang
angkasa. Berdasarkan hak menguasai dari negara seperti ditegaskan dalam
Pasal 2.
Hak-hak atas tanah yang selanjutnya dirinci dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA,
adalah: hak milik, hak guna-usaha, hak guna-bangunan, hak pakai, hak sewa, hak
membuka tanah, hak memungut hasil hutan, dan hak-hak lain yang tidak tersebut
dalam hak-hak tersebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta
hak-hak yang sifatnya sementara yang akan ditetapkan sementara, dimaksudkan
untuk memberikan hak atas tanah berdasarkan peruntukannya dan subjek yang
memohon hak atas tanah tersebut.
Berkaitan dengan hak sewa yang diuraikan secara khusus dalam Pasal 44
ayat (1) UUPA dinyatakan bahwa “Seseorang atau suatu badan hukum
mempunyai hak sewa atas tanah, apabila ia berhak menggunakan tanah milik
orang lain untuk keperluan pembangunan, dengan membayar sejumlah uang
sebagai sewanya.”
2 Boedi Harsono, Hukum Agrarian Indonesia, Sejarah Dan Pembentukan Undang- Undang
Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaannya, Jilid 1 Hukum Tanah, Djambatan, Jakarta, 1994, hlm. 4
8
Dalam kegiatan ekonomi, bentuk hak-hak atas tanah dituangkan dalam
bentuk praktek ekonomi atau kegiatan bisnis, dalam arti kata tanah dapat
diperoleh dengan mengadakan perjanjian. Perjanjian sebagaimana didefinisikan
oleh ketentuan pasal 13.13 KUHPerdata3: “perjanjian adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau
lebih”. Perjaajian dengan demikian mengikat para pihak secara hukum untuk
mendapatkan hak atau melkasanakan kewajiban yang ditentukan dalam perjanjian
itu. Perjanjian memberikan kepastian bagi penyelesaian sengketa, dan perjanjian
ditujukan untuk memperjels hubungan hukum. Perjanjian dapat dilakuka secara
lisan dan dapat dilakukan di masyarakat adat untuk ikatan hukum yang sederhana,
sedangka perjanjian tertulis lazimnya dilakukan dimasyarakat yang relatif sudah
modern, berkaitan dengan bisnis yang hubungan hukumnya kompleks. Pernjanjian
tertulis untuk hubungan bisnis itu lazim disebut dengan kontrak.namun demikian
tidak semua perjanjian tertulis harus diberkan judul kontrak, tetapi tergantung
kepada kesepakatan para pihak, sifat materi perjanjian dan kelaziman dalam
mengunakan istilah untuk perjanjian tersebut.
Para pihak dalam perjanjian adalah merupakan subjek hukum. Subyek
hukum (Rechts Subject) adalah segala sesuatu yang pada dasarnya memiliki hak
dan kewajiban dalam lalu lintas hukum. Yang termasuk dalam pengertian subyek
hukum ialah Manusia atau orang (Naturlijke Person) dan Badan Hukum (Vicht
Person) contohnya : PT, PN, dan Koperasi. Badan hukum merupakan badan-
3 Ketut Artadi & Dewa Nyoman Rai Asmara, Implementasi Ketentuan- Ketentuan Hukum
Perjanjian Ke Dalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press, Denpasar, 2014, hlm. 28
9
badan atau perkumpulan. Badan hukum yakni orang yang diciptakan oleh hukum.
Oleh karena itu, badan hukum sebagai subjek hukum dapat bertindak hukum
(melakukan perbuatan hukum) seperti manusia. Dengan demikian, badan hukum
dapat melakukan persetujuan-persetujuan, memiliki kekayaan yang sama sekali
terlepas dari kekayaan anggota-anggotanya. Oleh karena itu, badan hukum dapat
bertindak dengan perantaraan pengurus-pengurusnya.
Badan hukum menurut pendapat Wirjono Prodjodikoro adalah sebagai
berikut: “suatu badan yang di damping menusia perorangan juga dapat bertindak
dalam hukum dan yang mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban dan
kepentingan-kepentingan hukum terhadap orang lain atau badan lain. Seperti
contohnya Perseroan Terbatas (PT). Namun dalam penerapannya Desa Adat yang
bukan merupakan subyek hukum dapat mengadakan perjanjian terhadap
pengelolaan sewa menyewa tanah negara. Dalam hal ini di desa adat Kedonganan
telah berlaku praktik sewa menyewa tanah negara yang dikelola oleh
kepengurusan badan pengelolaan kawasan pariwisata pesisir Kedonganan (BP-
KP2K) dengan masyarakat setempat. Hal ini ditegaskan melalui Keputusan Bupati
Badung Nomor 1238/ 01/HK/2010 tentang Persetujuan Pelaksanaan Penataan Dan
Pengelolaan Kawasan Pantai Kedonganan Kabupaten Badung Oleh Desa Adat
Kedonganan, namun dalam keputusan Bupati tidak terdapat bahwa kewenangan
desa adat Kedonganan dapat melakukan suatu tindakan hukum yaitu melakukan
suatu perjanjian menyewakan tanah negara kepada masayarakat sebagai bentuk
pengelolaan tanah negara. Melalui Peraturan Bupati dengan Nomor
1238/01/HK/2010 ini diputuskan bahwa Pemerintah Kabupaten Badung, hanya
10
menyetujui permohonan Desa Adat Kedonganan sebagai pelaksana dan
pengelolaan kawasanan pantai Kedonganan, yang ditegaskan dalam tugas dan
tanggung jawab Desa Adat Kedonganan sebagai pelaksanan penataan dan
pengelolaaan kawasan pesisir pantai. Kenyataan yang terjadi dilapngan adalah
bahwa desa adat sebagai pengelola kawasan pesisir pantai Kedonganan
melakukan pengelolaan terhadap kawasan psesisir pantai dengan menyewakan
tanah negara untuk dapat di fungsikan sebagai tempat usaha.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan
mengkaji sebagai bentuk karya Ilmiah (Skripsi) terhadap pengelolaan kawasan
pesisir pantai Kedonganan yang dikelola oleh Desa Adat Kedonganan atau BP-
KP2K dengan menyewakan tanah negara kepada masyarakat, dengan judul
”Pelaksanaan Perjanjian Pengelolaan Sewa Menyewa Tanah Negara oleh Desa
Adat Kedonganan”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah bentuk perjanjian yang dilakukan oleh desa adat dalam
pengelolaan tanah negara ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian yang dilakukan oleh desa adat dalam
pengelolaan tanah negara dan akibat hukumnya ?
11
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Sesuai dengan lingkup masalah yang telah ditentukan maka untuk
menghindari jangan sampai timbul suatu pembahasan yang nantinya keluar dari
pokok permasalahan, dalam kaitannya dengan judul yang telah dipilih tersebut,
maka untuk itu fokus pembahasan masalah dalam skripsi ini hanya mengenai
Perjanjian Pengelolaan Sewa Menyewa Tanah Negara oleh Desa Adat.
1.4. Orisinalitas Penelitian
Skripsi ini merupakan karya tulis asli sehingga dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya. Untuk memperlihatkan orisinalitas skripsi ini maka
dapat dilihat perbedaannya dengan skripsi terdahulu yang sejenisya itu berjudul
Status Hukum Memorandum Of Understanding (MOU) dalam Hukum Perjanjian
Indonesia dengan penulis bernama Ketut Surya Darma di Fakultas Hukum
Universitas Udayana pada tahun 2015 dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kedudukan hukum Memorandum Of Understanding (MOU)
dalam hukum perjanjian di Indonesia ?
2. Bagaimana kekuatan mengikat Momerandum Of Understanding (MOU)
dalam hukum perjanjian Indonesia?
Penulis dapat memastikan bahwa penelitian yang dilakukan dapat terjamin
keorisinalitasnya dan berbeda dengan skripsi yang telah disebutkan di atas. karena
dalam penelitian yang dilakukan penulis lebih menekankan pada Perjanjian
Pengelolaan Sewa Menyewa Tanah Negara oleh Desa Adat.
12
1.5. Tujuan Penelitian
Setiap pembahasan pasti memiliki tujuan tertentu karena dengan adanya
tujuan yang jelas maka akan memberikan arah yang jelas pula untuk mencapai
tujuan tersebut.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini ada 2 (dua) tujuanya itu tujuan
umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan Umum
Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan tersebut diatas maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perjanjian pengelolaan sewa
menyewa tanah negara oleh Desa Adat.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui serta memahami apakah Desa Adat dapat bertindak
sebagai subjek hukum dalam perjanjian sewa menyewa.
2. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukumya.
1.6. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang ada, maka manfaat dari penelitian
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Manfaat Teoritis
1. Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah dan
merumuskan hasil-hasil penelitian tersebut ke dalam bentuk tulisan.
13
2. Menerapkan teori-teori yang diperoleh dari bangku perkuliahan dan
menghubungkannya dengan praktek dilapangan.
3. Untuk memperoleh manfaat ilmu pengetahuan dibidang hukum pada
umumnya maupun dibidang hukum bisnis pada khususnya yaitu dengan
mempelajari literature yang ada di kombinasikan dengan perkembangan
yang terjadi dilapangan.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini sangat diharapkan dapat memberikan masukan bagi
mahasiswa, masyarakat dan lembaga pemerintah yang terkait berkenaan
dengan Perjanjian Pengelolaan Sewa Menyewa Tanah Negara oleh Desa Adat.
1.7. Landasan Teoritis
Suatu ilmu tanpa teori yang kuat, bagaikan bangunan tanpa fondasi yang
kukuh. Teori hukum dewasa ini telah berkembang kearah teori hukum yang
terintegritas. Teori hukum yang berintegritas dikembangkan oleh J. Hall
berlandaskan konsepsi “law in action” atau badan hukum sebagai pola tindak,
dengan unsur- unsurnya berupa idea atau konsep- konsep hukum (ideal or
concept), fakta dan nilai.4 Dalam membedah permasalah dalam penelitian ini
memerlukan teori sebagai pedoman dalam memecahpak permasalah dalam
penelitian ini. Teori hukum secara essensial bersifat interdisipliner, hal ini
mengandung arti bahwa teori hukum dalam derajat yang besar akan menggunakan
hasil-hasil penelitian dari berbagai disiplin yang mempelajari hukum. Dalam
4 Lord Lyoyd Hampstead& M.D.A Freman, 1985, Introduction To Jurisprudence, English
Language Book Society, London, hlm. 18-19
14
konteks perkembangan masyarakat dan perkembangan hukum pada saat ini, ilmu
hukum tidak dapat menutup diri terhadap perkembangan dan pengaruh konteks
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya. Ilmu hukum berkembang
bersamaan dan bersentuhan di dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan
yang berkembang dengan cepat, kompleks, dan universal dalam globalisasi.
1. Teori Perjanjian
Pengertian perjanjian diatur dalam ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata, yakni
perjanjian atau persetujuan adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dengan adanya peristiwa
tersebut (perjanjian) timbulah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih
yang disebut perikatan, dimana di dalamnya terdapat hak dan kewajiban masing-
masing pihak. Mengenai perikatan, disebutkan dalam Pasal 1233 KUHPerdata,
bahwa perikatan lahir karena suatu persetujuan atau karena Undang-Undang.
Subekti membedakan pengertian antara perikatan dengan perjanjian, yakni
bahwa hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah perjanjian itu
menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, disamping sumber-
sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu
setuju untuk melakukan sesuatu. Suatu perikatan adalah suatu perhubungan
hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak
menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban
untuk memenuhi tuntutan itu, sedangkan suatu perjanjian adalah suatu peristiwa
dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dmn dua orang itu saling
berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
15
Abdulkadir Muhammad menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu
persetujuan dengan mana dua pihak atau lebih saling mengikatkan diri untuk
melaksanakan suatu hal yang bersifat kebendaan dibidang harta kekayaan.
Definisi dalam arti sempit ini jelas menunjukkan telah terjadi persetujuan
(persepakatan) antara pihak yang satu (kreditor) dan pihak yang lain (debitor),
untuk melaksanakan satu hal yang bersifat kebendaan (sakelijk) sebagai objek
perjanjian.
Ricardo Simanjuntak menyatakan bahwa kontrak merupakan bagian dari
pengertian pernjanjian. Perjanjian sebagai suatu kontrak merupakan perikatan
yang mempunyai konsekuensi hukum yang mengikat para pihak yang
pelaksanaannya akan berhubungan dengan hukum kekayaan dari masing-masing
pihak yang terikat dalam perjanjian tersebut.
Syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian diatur dalam
Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu :
1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. suatu hal tertentu;
4. suatu sebab yang halal;
Kesepakatan (konsesualisme) bagi emreka yang mengikatkan dirinya,
maksudnya adalah bawha para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut harus
bersepakat atau setuju mengenai perjanjian yang akan diadakan tersebut, tanpa
adanya paksaan, kekhilafan, dan penipuan. Dalam hal ini antara para pihak harus
mengikatkan diri, dimana kesepakatan itu dapat dinyatakan secara tegas maupun
16
diam-diam. Bebas disini artinya bebas dari kekhilafan, paksaan, dan penipuan,
dimana berdasarkan Pasal 1321 KUHPerdata, perjanjian menjadi tidak sah apabila
kesepakatan tersebut terjadi karena adanya unsur-unsur kekhilafan, paksaan, atau
penipuan.
Kecakapan yaitu bahwa para pihak yang mengadakan perjanjian harus
cakap menurut hukum, serta berhak dan berwenang melakukan perjanjian.
Mengenai kecakapan, Pasal 1329 KUHPerdata menyatakan bahwa setiap orang
cakap melakukan perbuatan hukum kecuali yang oleh undang-undang dinyatakan
tidak cakap. Mengenai perjanjian diatur dalam ketentuan Pasal 1330 KUHPerdata,
yakni : orang belum dewasa. Mengenai kedewasaan, dalam ketentuan Pasal 330
KUHPerdata, kecakapan diukur apabila para pihak yang membuat perjanjian telah
berumur 21 tahun atau kurang dari 21 tahun tetapi sudah menikah dan sehat
pikirannya. Mereka yang berada dibawah pengampuan. Orang perempuan dalam
hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang.
Semua orang yang dilarang oleh Undang-Undang untuk membuat
perjanjian-perjanjian tertentu. Suatu hal tertentu, maksudnya disini adalah bahwa
perjanjian tersebut harus mengenai suatu objek tertentu. Sedangkan suatu sebab
yang halal, perjanjian haruslah berdasarkan hal-hal yang tidak bertentangan
dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban.
2. Teori Negara Hukum
Penggunaan teori negara hukum digunakan sebagai pisau analisa terhadap
menganalisa bagaimankan peran negara dalam mewujudkan keadilan dan
kepastian dalam masyarakat. Hal ini berkaitan dengan pengelolaan kawasan pesisr
17
pantai Kedonganan yang dilakukan oleh BP-KP2K. Berkaitan dengan hal
tersebut bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum, sebagimana diatur dalam
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
bahwa negara hukum adalah negara yang berlandaskan hukum dan yang
menjamin keadilan bagi warganya; segala kewenangan dan tindakan alat-alat
perlengkapan negara atau penguasa semata-mata berdasarkan hukum atau dengan
kata lain diatur oleh hukum. Hal yang demikian akan mencerminkan keadilan bagi
pergaulan hidup warganya.5 Secara teoritis pelaksanaan pemerintahann negara
dilandasi atau sangat dipengaruhi oleh ketentuan dalam konstitusi. Konstitusi
merupakan hukum dasar suatu negara yang memuat hal-hal yang fundamental
dalam suatu negara.
Samuel Edward Finer menjelaskan, sebuah konstitusi adalah:
“Codes of norm what aspire to regulate the allocation of power, function
and duties among the various agencies and offiver of government, and to
devine the relationship between these and the public”.6
Konsep negara hukum yang khusus bagi negara Republik Indonesia adalah
Negara Hukum Pancasila. Konsep Negara hukum ini menurut Padmo Wahyono7
adalah suatu kehidupan berkelompok bangsa Indonesia, atas berkat rahmat Allah
Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas dan merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur, yang
berdasarkan hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis sebagai wahana
untuk ketertiban dan kesejahteraan dengan fungsi pengayoman dalam arti
5 Abu DaudBusrodan Abu BakarBusro, 1983, Azas-AzasHukum Tata Negara, Ghalia
Indonesia, Jakarta, hal. 111. 6 Finer, Samuel Edward, 1995, Comparing Constitutions, Clandorn Press, Oxport, hal. 9.
7 PadmoWahyono, 1989, Pembangunan Hukum di Indonesia, Ind-Hill, Jkt, hal. 153-155.
18
menegakkan demokrasi, perikemanusiaan, dan keadilan sosial. Negara Hukum
Pancasila mengandung lima unsur yaitu:
a. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber-sumber hukum;
b. Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah lembaga tertinggi negara, yang
berwenang merubah dan menetapkan UUD yang melandasi segala peraturan
perundang-undangan lainnya;
c. Pemerintah berdasarkan sistem konstitusi;
d. Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya;
e. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka, artinya lepas dari
kekuasaan pemerintahan.8
3. Teori Kewenangan
Teori kewenangan ini digunakan untuk melihat sejauh mana wewenang BP-
KP2K selaku pemegang hak yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Badung
dalam hal pengelolaan kawasan pesisir pantai Kedonganan. Bahwa saat ini
pengelolaan yang dilakukan oleh BP-KP2K tidak sesuai dengan apa yang
dijinkan oleh pemerintah daerah kaupaten badung. Dalam hal pengelolaan
kawasan pesisir pantai Kedonganan pihak BP-KP2K selaku pemegang tanggung
jawab tidak melaksanakan apa yang diatur dalam Keputusan Bupati Nomor
1238/01/HK/2010. Berkaitan dengan hal tersebut dapat dilihat pandangan Philipus
M. Hadjon mengemukakan bahwa istilah wewenang atau kewenangan
8 I b i d,hal 156-158.
19
disejajarkan dengan bevoegheid, akan tetapi mempunyai perbedaan karakter.
Bevoegheid digunakan dalam hukum publik dan hukum privat sedangkan
wewenang selalu digunakan dalam hukum public;dengan demikian wewenang
sejajar dengan bevoegheid dalam hukum publik.9
Dalam konsep hukum publik, wewenang merupakan inti dari hukum tata
negara dan hukum administrasi negara. Dalam hukum tata negara, wewenang
dideskripsikan sebagai kekuasaan hukum. Wewenang berkaitan dengan
kekuasaan. Wewenang terdiri atas minimal tiga (3) unsur, yaitu: Pengaruh, dasar
hukum dan konformitas hukum. Wewenang dapat dilukiskan sebagai suatu
kemampuan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku
untuk menimbulkan akibat-akibat hukum yang sah;dengan adanya unsur
kekuasaan, wewenang merupakan legitimasi bagi dikeluarkannya keputusan-
keputusan sepihak yang bersifat mengikat terhadap orang lain. Pelaksanaan
wewenang itu dapat melahirkan norma-norma hukum material maupun hukum
formal. Teori atau konsep kewenangan selalu digunakan dalam konsep hukum
publik. Dalam kamus istilah hukum, disamakan arti kewenangan dan kompetensi
yaitu kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal.10
Seperti yang disebutkan di atas, bahwa kewenangan merupakan salah satu
konsep inti dalam hukum administrasi. Dalam hal ini perlu dibedakan antara
kewenangan dengan wewenang, walaupun dalam praktik perbedaannya tidak
selalu dirasakan perlu. Kewenangan adalah kekuasaan terhadap orang-orang
tertentu atau terhadap sesuatu bidang pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu
9 Philipus M. Hadjon, 1997, Tentang Wewenang, I, hal. 29.
10 Andreas Fockema, 1983, KamusIstilahHukumBelanda-Indonesia, Penerjemah Saleh
Adiwinata, Cet. Pertama, BinaCipta, Bandung, hal. 74.
20
yang bulat. Menteri misalnya, mempunyai kekuasaan terhadap orang (jabatan)
yang berada di bawahnya serta kepada bidang urusan pemerintahan yang
dialokasikan Presiden kepadanya.11
Kewenangan ini masih dapat diuraikan lebih lanjut lagi hingga menjadi
wewenang-wewenang. Wewenang didefinisikan dengan kekuasaan mengenai
suatu onderdil tertentu saja dari bidang urusan pemerintahan tertentu yang utuh.
Didalam kewenangan terdapat wewenang berupa kekuasaan untuk melakukan
suatu tindakan hukum public,misal wewenang menandatangani atau menerbitkan
surat-surat izin;dengan demikian kewenangan tidak dapat didelegasikan kepada
orang lain sedangkan wewenang-wewenang dapat didelegasikan kepada orang
lain. Ada kalanya kewenangan itu terdiri dari satu wewenang saja, dalam hal ini
antara kewenangan dan wewenang tidak perlu dibedakan.
Prajudi Atmosudirjo mengemukakan:“Kita perlu membedakan antara
kewenangan (authoritygezag) dan wewenang (completence, bevoegheid) walau
dalam praktek pembedaannya tidak selalu dirasakan perlu. Kewenangan adalah
apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan
legislative (diberikan oleh undang-undang), atau dari kekuasaan
eksekutif/administrative. Didalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang
(rechtsbevoegdheiden). Kewenangan adalah kekuasaan terhadap segolongan
orang-orang tertentu atau terhadap sesuatu bidang pemerintahan (dalam bidang
urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu
onderdil tertentu saja. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu
11
Syaukani, 2002, Otonomi Daerah Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal.5.
21
tindakan hukum publik, sedangkan kewenangan adalah kekuasaan untuk
melakukan suatu tindakan hukum privat atau hukum pribadi (hukum perdata).12
Mochtar Kusumaatmaja menyatakan, kekuasaan sering bersumber pada
wewenang formal (formal authority) yang memberikan wewenang atau kekuasaan
kepada seseorang atau suatu pihak dalam suatu bidang tertentu.13
Kewenangan
atau wewenang berkaitan dengan kekuasaan formal/legal, yaitu kekuasaan yang
bersumber dari ketentuan-ketentuan hukum, dan kewenangan selalu berkenaan
dengan hukum publik.
1.8. Metode Penelitian
Didalam melakukan penelitian ilmiah, tentunya menggunakan metode-
metode ilmiah dalam penelitiannya. Demikian pula pada penelitian dan penulisan
skripsi ini dilakukan dengan metode ilmiah, yaitu :
1.8.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah jenis penilitian
empiris yang berarti bahwa penelitian hukum ini akan berdasarkan pada
efektivitas hukum di dalam masyarakat. Kajian empiris adalah kajian yang
memandang hukum sebagai kenyataan, mencakup kenyataan sosial,
kenyataan kultur dan lain-lain. Kajian ini bersifat deskriptif, dimana kajian
12
Prajudi Atmosudirjo, 1981, HukumAdministrasi Negara, Cetakan IV, Ghalia Indonesia,
Jakarta, hal. 73-74. 13
Mochtar Kusumaatmaja, tanpa tahun, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam
Pembangunan Nasional, BinaCipta, Bandung, hal. 4.
22
empiris mengkaji law in action. Kajian empiris dunianya adalah das sein
(apa kenyataannya).14
Dalam penelitian empiris atas hukum akan menghasilkan teori-teori
tentang eksistensi dan fungsi hukum dalam masyarakat, berikut perubahan-
perubahan yang terjadi dalam proses-proses perubahan sosial. Maksud dari
dilakukannya penelitian secara empiris ini yaitu agar dapat menemukan
jawaban maupun pembahasan dari permasalahan yang diangkat dalam
skripsi ini, yang mana data-data maupun bentuk fakta yang terjadi dalam
masyarakat nyata ini tidaklah ada di dalam kajian
kepustakaan/perbendaharaan buku,maka dari itu dilaksanakannya suatu
penelitian secara empiris.
1.8.2. Jenis Pendekatan
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan fakta (The Fact Approach), yaitu penelitian dengan
mengumpulkan fakta-fakta yang penulis cari dan amati sendiri secara
metodelogis untuk dijadikan bahan dalam menunjuang penulisan skripsi ini.
Kemudian jika melihat dari sifat penelitian skripsi ini, maka sifat
penelitiannya adalah deskriptif, yang mana penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mendeskripsikan secara sitematis, faktual, dan akurat terhadap
suatu populasi atau daerah tertentu, mengenai sifat-sifat, karakterisitik atau
faktor-faktor tertentu. Yang mana diawali dengan hipotesis terlebih dahulu.
14
Achmad Ali dan Wiwie Heryani, 2012, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum,
Prenamedia Group, Jakarta, h. 2.
23
1.8.3. Sifat Penelitian
Skripsi ini menggunakan penelitian hukum empiris. Dalam suatu
penilitian empiris, terdapat pembedaan menurut sifat penelitiannya, yakni :
a) Penelitian Eksploratif (Penjajakan atau Penjelajahan)
Penelitian ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai
suatu gejala tertentu atau untuk mendapatkan ide-ide baru mengenai
suatu gejala itu. Penelitian eksploratif umumnya dilakukan terhadap
pengetahuan yang masih baru, belum banyak informasi mengenai
masalah diteliti atau bahkan belum ada sama sekali. Penelitian
eksploratif dianggap remeh oleh sebagian orang, karena tidak
mempunyai nilai ilmiah. Penelitian jenis ini misalnya penelitian
identifikasi hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis.
b) Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat
suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk
menentukan penyebaran suatu gejala lain dalam masyarakat.
Penelitian ini, berawal dari hipotesis, tetapi dapat juga tidak bertolak
dari hipotesis, dapat membentuk teori-teori baru atau memperkuat
materi yang sudah ada dan dapat menggunakan data kualitatif atau
kuantitatif.
c) Penelitian Eksplanatif (menerangkan)
Penelitian eksplanatif bertujuan menguji hipotesis-hipotesis tentang
ada tidaknya hubungan sebab akibat antara berbagai variable yang
diteliti. Dengan demikian, penelitian eksplanatif baru dapat dilakukan,
apabila informasi-informasi tentang masalah yang diteliti sudah cukup
banyak, artinya telah ada beberapa teori tertentu dan telah ada
berbagai penelitian empiris yang menguji berbagai hipotesis tertentu.
d) Penelitian verifikatif
Penelitian verifikatif ini bertujuan untuk menguji suatu teori.15
1.8.4. Jenis Sumber Data
Didalam melakukan penelitian hukum empiris, terdapat dua jenis data
yang akan digunakan, yaitu :16
1) Data Primer ialah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama
berupa data yang bersumber dari pengamatan langsung di lapangan.
15
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT.
RajaGrafindo, Jakarta, h. 25-28. 16
Ibid, h.30.
24
Dari pengamatan langsung di lapangan akan diperoleh data yang
relevan untuk selanjutnya akan dianalisis.
2) Data Sekunder ialah merupakan data mencakup dokumen-dokumen
resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan
data yang bersifat kepustakaan lainnya.
1.8.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan bahan hukum ataupun data dalam skripsi ini
menggunakan studi dokumen, yaitu melalui wawancara.
1. Teknik studi dokumen, digunakan untuk memperoleh data sekunder
dari penelitian hukum empiris, yang mana pada teknik ini dilakukan
penelitian atas bahan-bahan hukum yang relevan dengan
permasalahan yang diangkat pada skripsi ini. Studi dokumen dalam
hukum dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Bahan hukum primer, merupakan bahan-bahan hukum yang
mengikat, seperti konstitusi, peraturan perundang-undangan,
hukum adat, yurisprudensi, dan traktat. Dalam penelitian ini,
bahan hukum primer yang digunakan, ialah :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria.
4. Undangundang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan.
5. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001
Tentang Desa Pakraman.
6. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun
2009 – 2029.
7. Keputusan Bupati Badung Nomor 1238/01/Hk/2010 Tentang
Persetujuan Pelaksanaan Penataan Dan Pengelolaan Kawasan
Pantai Kedonganan Kabupaten Badung.
8. Surat Permohonan Prajuru Desa Adat Kedongan Nomor:
096/ Dak/ I/ 2010, Tanggal 12 Januari 2010.
b. Bahan hukum sekunder, bahan-bahan yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer, yakni rancangan
undang-undang, hasil penelitian, buku dan artikel.
25
c. Bahan hukum tersier, bahan-bahan yang memberikan penjelasan
atas bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum.
2. Teknik wawancara, adalah teknik pengumpulan data dengan bertanya
langsung kepada yang diwawancarai.17
Dalam skripsi ini akan
digunakan juga teknik wawancara dalam pengumpulan datanya untuk
mendapatkan fakta-fakta yang terdapat di dalam masyarakat seputar
permasalahan yang penulis angkat pada penelitian ini.18
1.8.6. Teknik Penentuan Sampel Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
probability sampling, dengan bentuk area (cluster) sampling atau cluster
random sampling, dengan menggunakan data dari Pemilik Restaurant di
Pinggir Pantai Kedonganan dan BPKP2K sebagai sampel penelitian.
1.8.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ilmu hukum empiris dikenal dua model analisis,
yaitu analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Dalam
mengangkat permasalahannya lebih menggunakan analisis data kualitatif
yang diterapkan pada penelitian sifatnya eksploratif dan diskriptif.
Analisis data kualitatif digunakan jika sifat data yang dikumpulkan
hanya sedikit, bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus sehingga
tidak dapat disusun dalam suatu struktur klasifikasi. Yang berarti
mengumpulkan bahan- bahan yang akan digunakan sebagai pemaparan
secara mendalam dan menjurus pada penelitian yang telah dibuat.19
17
Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri, Cet. IV,
Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 57. 18
Anonim, 2009, Buku Pedoman Pengenalan Bahan Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Udayana, Denpasar, h. 8. 19
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Metode Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta.