catatan pakjal.docx

33
CATATAN PAKJAL Categories ASUHAN KEPERAWATAN (5) judul kti (5) KTI AKL (2) KTI KEBIDANAN (4) Blog Archive 2014 (14) 2013 (613) o November (2) o October (9) o September (17) o August (83) o July (71) o June (34) o May (64) o April (77) o March (90) o February (66) o January (100) Jan 31 (6) Jan 30 (6) Jan 29 (6) Jan 28 (6) Jan 27 (5) Jan 26 (6) Jan 25 (7) Jan 24 (3) Jan 23 (5) Jan 22 (5) Jan 21 (5) Jan 18 (8) Jan 17 (6)

Upload: astydondonkkadlycious

Post on 17-Jan-2016

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: CATATAN PAKJAL.docx

CATATAN PAKJAL

Categories

ASUHAN KEPERAWATAN (5) judul kti (5) KTI AKL (2) KTI KEBIDANAN (4)

Blog Archive

►   2014 (14)

▼   2013 (613) o ►   November (2) o ►   October (9) o ►   September (17) o ►   August (83) o ►   July (71) o ►   June (34) o ►   May (64) o ►   April (77) o ►   March (90) o ►   February (66) o ▼   January (100)

►   Jan 31 (6) ►   Jan 30 (6) ►   Jan 29 (6) ►   Jan 28 (6) ►   Jan 27 (5) ►   Jan 26 (6) ►   Jan 25 (7) ►   Jan 24 (3) ►   Jan 23 (5) ►   Jan 22 (5) ►   Jan 21 (5) ►   Jan 18 (8) ►   Jan 17 (6) ►   Jan 16 (11) ▼   Jan 15 (5)

Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Penyakit I... FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIAPER RUSH

PADA B... Gambaran epidemiologi penyakit diare di Kabupaten

Page 2: CATATAN PAKJAL.docx

CARA MENGUKUR VARIABEL INFORMASI CARA MENGUKUR PENGETAHUAN

►   Jan 14 (8) ►   Jan 13 (2)

Gambaran epidemiologi penyakit diare di Kabupaten

16:22    No comments

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Salah satu misi pembangunan kesehatan dalam mewujudkan visi Indonesia sehat

2010, adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat

beserta lingkungan. Untuk itu diperlukan terciptanya lingkungan yang sehat termasuk tersedia

air yang aman memenuhi syarat kesehatan. Untuk dapat mewujudkan Visi Air Aman Bagi

Kesehatan ditetapkan misi penyehatan air yaitu mengamankan air yaitu “Mengamankan Air

Untuk Berbagai Kebutuhan dan Kehidupan Manusia” Misi ini akan tercapai apabila tersedia air

yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan (Depkes RI. 2000).

Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi

tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak- lebih dari biasanya (tiga kali

dalam sehari). Di Indonesia penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama, dimana insidens diare pada tahun 2000 yaitu sebesar 301 per 1000

penduduk, secara proporsional 55 % dari kejadian diare terjadi pada golongan balita dengan

episode diare balita sebesar 1,0 – 1,5 kali per tahun. Secara operasional diare balita dapat dibagi

2 klasifikasi, yaitu yang pertama diare akut adalah diare yang ditandai dengan buang air besar

Page 3: CATATAN PAKJAL.docx

lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali

atau lebih sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari, dan yang kedua yaitu diare bermasalah

yang terdiri dari disentri berat, diare persisten, diare dengan kurang energi protein (KEP) berat

dan diare dengan penyakit penyerta.

Beberapa hasil survei mendapatkan bahwa 76 % kematian diare terjadi pada balita, 15,5 %

kematian bayi dan 26,4 % kematian pada balita disebabkan karena penyakit diare murni.

Menurut hasil survei rumah tangga pada tahun 1995 didapatkan bahwa setiap tahun terdapat

112.000 kematian pada semua golongan umur, pada balita terjadi kematian 2,5 per 1000 balita.

Hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2002 mendapatkan prevalensi diare

balita di perkotaan sebesar 3,3 % dan di pedesaan sebesar 3,2 %, dengan angka kematian diare

balita sebesar 23/ 100.000 penduduk pada laki-laki dan 24/100.000 penduduk pada perempuan,

dari data tersebut kita dapat mengukur berapa kerugian yang ditimbulkan apabila pencegahan

diare tidak dilakukan dengan semaksimal mungkin dengan mengantisipasi faktor risiko apa yang

mempengaruhi terjadinya diare pada balita.

Faktor risiko yang sangat berpengaruh untuk terjadinya diare pada balita yaitu status

kesehatan lingkungan (penggunaan sarana air bersih, jamban keluarga, pembuangan sampah,

pembuangan air limbah) dan perilaku hidup sehat dalam keluarga. Sedangkan secara klinis

penyebab diare dapat dikelompokkan dalam enam kelompok besar yaitu infeksi (yang meliputi

infeksi bakteri, virus dan parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan (keracunan bahan-bahan kimia,

keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi baik jazad renik, ikan, buah-buahan, sayur-

sayuran, algae dll), imunisasi, defisiensi dan sebab-sebab lain.

Upaya pemerintah dalam menanggulangi penyakit diare, terutama diare pada balita sudah

dilakukan melalui peningkatan kondisi lingkungan baik melalui program proyek desa tertinggal

Page 4: CATATAN PAKJAL.docx

maupun proyek lainnya, namun sampai saat ini belum mencapai tujuan yang diharapkan, karena

kejadian penyakit diare masih belum menurun. Apabila diare pada balita ini tidak ditangani

secara maksimal dari berbagai sektor dan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi

masyarakatpun diharapkan dapat ikut serta menanggulangi dan mencegah terjadinya diare pada

balita ini, karena apabila hal itu tidak dilaksanakan maka dapat menimbulkan kerugian baik itu

kehilangan biaya untuk pengobatan yang cukup besar ataupun dapat pula menimbulkan kematian

pada balita yang terkena diare.

Kejadian Diare juga menpunyai trend yang semakin naik pada periode tahun 1996-2006.

Sedangkan dari tahun 2006 sampai tahun 2010 terjadi sedikit penurunan angka kesakitan, yaitu

dari 423 menjadi 411 per 1000 penduduk. Hasil Survei Morbiditas Diare dari tahun 2000 s.d

2010. Kejadian Diare juga menpunyai trend yang semakin naik pada periode tahun 1996-2006.

Sedangkan dari tahun 2006 sampai tahun 2010 terjadi sedikit penurunan angka kesakitan, yaitu

dari 423 menjadi 411 per 1000 penduduk. Hasil Survei Morbiditas Diare dari tahun 2000 s.d

2010 Penyakit diare termasuk dalam 10 penyakit yang sering menimbulkan kejadian luar biasa.

Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu Penyakit bersumber data KLB (STP KLB) tahun 2010,

diare menempati urutan ke 6 frekuensi KLB terbanyak setelah DBD, Chikungunya, Keracunan

makanan, Difteri dan Campak. Keadaan ini tidak berbeda jauh dengan tahun 2009, menurut data

STP KLB 2009 , KLB diare penyakit ke 7 terbanyak yang menimbulkan KLB. data STP KLB

tahun 2010 menurut provinsi. Sebagian besar provinsi (82%) sudah memiliki kelengkapan data

sebesar 100%, sebagian kecil memiliki kelengkapan < 90% (3 provinsi dengan kelengkapan data

antara 60-89% dan 1 provinsi dengan kelengkapan data 0,1-59 %). Dua provinsi yang tidak

melaporkan STP KLB yaitu provinsi Jawa Tengah dan provinsi Papua. Beberapa hal yang

diidentifikasi sebagai masalah antara lain tidak adanya format yang sesuai standar, perbedaan

Page 5: CATATAN PAKJAL.docx

format pelaporan KLB antara provinsi dengan kabupaten dan lain-lain. Jumlah kasus KLB Diare

pada tahun 2010 sebanyak 2.580 dengan kematian sebesar 77 kasus (CFR 2.98%). Hasil ini

berbeda dengan tahun 2009 dimana kasus pada KLB diare sebanyak 3.037 kasus, kematian

sebanyak 21 kasus (CFR 0.69%). Perbe-daan ini tentu saja perlu dilihat dari berbagai faktor,

terutama kelengkapan laporannya. Selain itu faktor perilaku kesadaran dan pengetahuan

masyarakat, ketersediaan sumber air bersih, ketersediaan jamban keluarga dan jangkauan

layanan kesehatan perlu dipertimbangkan juga sebagai faktor yang mempengaruhi kejadian luar

biasa diare

Dengan memperhatikan data-data tersebut diatas dimana di wilayah kerja Kabupaten kasus

diare masih tinggi (34.464 kasus, diare balita sebanyak 29,51 % dari seluruh kasus diare),

padahal cakupan sarana kesehatan lingkungan sudah cukup memadai (cakupan air bersih 64,19

%, cakupan jamban keluarga 87,43 % dan rumah sehat 83,97 %). Untuk mengetahui kenapa

penyakit diare pada balita di wilayah kerja Kabupaten masih tinggi, maka dilakukan penelitian

ini, berdasarkan latar belakang diatas kami akan mencari faktor risiko apa saja yang

mempengaruhi terjadinya penyakit diare terutama diare balita.

Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik meneliti tentang masalah tersebut

dengan judul Gambaran epidemiologi penyakit diare di Kabupaten.

1.2. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah tempat, waktu, golongan usia, jenis

kelamin, yang mengambarkan keadaan epidemiologi penyakit diare .

1.3. Ruang Lingkup Penelitian.

Page 6: CATATAN PAKJAL.docx

Mengingat keterbatasan biaya dan tenaga, maka penelitian ini hanya dibatasi pada

Gambaran epidemiologi penyakit diare yang dilihat dari segi tempat, waktu, golongan

usia, jenis kelamin.

1.4. Tujuan Penelitian.

1.4.1.       Tujuan Umum.

Untuk mengetahui Gambaran epidemiologi penyakit diare.

1.4.2.     Tujuan Khusus.

1.4.2.1.       Mengetahui Gambaran epidemiologi penyakit diare Tahun 2009-2011 berdasarkan

tempat (Puskesmas)

1.4.2.2.           Mengetahui Gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan waktu (bulanan)

1.4.2.3.           Mengetahui Gambaran epidemiologi penyakit diare berdasarkan golongan usia.

1.4.2.4.           Mengetahui Gambaran epidemiologi penyakit diare dari segi jenis kelamin.

1.5. Manfaat Penelitian.

1.5.1.   Manfaat Praktis.

Sebagai bahan masukan dan tambahan informasi tentang epidemiologi penyakit diare

bagi Dinas Kesehatan serta Instansi terkait lainnya yang mempunyai kebijakan dan tanggung

jawab terhadap permasalahan kesehatan masyarakat.

1.5.2.   Manfaat Teoritis.

Untuk mengaplikasikan dan memperdalam ilmu yang telah diperoleh pada serta

menambah wawasan penulis dan untuk melatih penulis dalam melakukan penelitian yang benar.

Sebagai bahan tambahan dalam perpustakaan.

Page 7: CATATAN PAKJAL.docx

BAB II.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Page 8: CATATAN PAKJAL.docx

2.1. Epidemiologi

2.1.1.      Pengertian

“Epidemiologi” berasal dari dari kata Yunani epi= atas, demos= rakyat, populasi manusia,

dan logos = ilmu (sains), bicara. Secara etimologis epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari

faktor-faktor yang berhubungan dengan peristiwa yang banyak terjadi pada rakyat, yakni

penyakit dan kematian yang diakibatkannya yang disebut epidemi. Kata “epidemiologi”

digunakan pertama kali pada awal abad kesembilanbelas (1802) oleh seorang dokter Spanyol

bernama Villalba dalam tulisannya bertajuk Epidemiología Española (Buck et al., 1998). Tetapi

gagasan dan praktik epidemiologi untuk mencegah epidemi penyakit sudah dikemukakan oleh

“Bapak Kedokteran” Hippocrates sekitar 2000 tahun yang lampau di Yunani. Hippocrates

mengemukakan bahwa faktor lingkungan mempengaruhi terjadinya penyakit. Dengan

menggunakan Teori Miasma Hippocrates menjelaskan bahwa penyakit terjadi karena

“keracunan” oleh zat kotor yang berasal dari tanah, udara, dan air. Karena itu upaya untuk

mencegah epidemi penyakit dilakukan dengan cara mengosongkan air kotor, membuat saluran

air limbah, dan melakukan upaya sanitasi (kebersihan). Teori Miasma terus digunakan sampai

dimulainya era epidemiologi modern pada paroh pertama abad kesembilanbelas ( Bhisma Murti,

2007).

Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari epidemi penyakit infeksi. Kini epidemiologi

tidak hanya mendeskripsikan dan meneliti kausa penyakit epidemik (penyakit yang “berkunjung”

secara mendadak dalam jumlah banyak melebihi perkiraan normal) tetapi juga penyakit endemik

(penyakit yang “tinggal” di dalam populasi secara konstan dalam jumlah sedikit atau sedang).

Epidemiologi tidak hanya mempelajari penyakit infeksi tetapi juga penyakit non-infeksi.

Menjelang pertengahan abad keduapuluh, dengan meningkatnya kemakmuran dan perubahan

Page 9: CATATAN PAKJAL.docx

gaya hidup, terjadi peningkatan insidensi penyakit kronis di negara-negara Barat. Sejumlah riset

epidemiologi lalu dilakukan untuk menemukan kausa epidemi penyakit kronis. Epidemiologi

penyakit kronis menggunakan paradigma “Black box”, yakni meneliti hubungan antara paparan

di tingkat individu (diare, diet) dan risiko terjadinya penyakit kronis, tanpa perlu mengetahui

variabel antara atau patogenesis dalam mekanisme kausal antara paparan dan terjadinya

penyakit. Upaya pencegahan penyakit kronis dilakukan dengan cara mengontrol faktor risiko,

yaitu mengubah perilaku dan gaya hidup (merokok, diet, olahraga, dan sebagainya) ( Bhisma

Murti, 2007).

Epidemiologi merupakan disiplin ilmu inti dari ilmu kesehatan masyarakat (public health).

Profesor Sally Blakley dalam kuliah pengantar epidemiologi pada Tulane School of Public

Health and Tropical Medicine, New Orleans, pada 1990 menyebut epidemiologi ”the mother

science of public health” (Blakley, 1990). Kesehatan masyarakat bertujuan melindungi, memeli-

hara, memulihkan, dan meningkatkan kesehatan populasi. Sedang epidemiologi memberikan

kontribusinya dengan mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi, meneliti paparan

faktor-faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya perbedaan distribusi penyakit

tersebut. Pengetahuan tentang penyebab perbedaan distribusi penyakit selanjutnya digunakan

untuk memilih strategi intervensi yang tepat untuk mencegah dan mengendalikan penyakit pada

populasi, dengan cara mengeliminasi, menghindari, atau mengubah faktor penyebab tersebut.

Pada 1983 International Epidemiological Association mendefinisikan epidemiologi "the

study of the distribution and determinants of health-related states or events in specified

populations, and the application of this study to control of health problems” - Epidemiologi

adalah “studi tentang distribusi dan determinan keadaan dan peristiwa terkait kesehatan pada

populasi, dan penerapannya untuk mengendalikan masalah kesehatan” (Last, 2001).

Page 10: CATATAN PAKJAL.docx

Epidemiologi merupakan sains. Sains berkembang untuk 3 tujuan utama: menjelaskan

(explanation), memprediksi (prediction), dan mengendalikan (control) (Strevens, 2011). Jadi

bukan sains jika tidak bertujuan untuk menjelaskan terjadinya fenomena, meramalkan fenomena,

mengontrol fenomena tersebut agar bermanfaat bagi manusia dan tidak merugikan manusia.

Untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol fenomena, sains menggunakan metode ilmiah

(scientific method). Demikian pula sebagai sebuah sains, epidemiologi menggunakan metode

ilmiah untuk menjelaskan distribusi dan determinan penyakit, meramalkan terjadinya penyakit,

dan menemukan

Page 11: CATATAN PAKJAL.docx

strategi yang tepat untuk mengontrol terjadinya penyakit pada populasi sehingga tidak menjadi

masalah kesehatan masyarakat yang penting (Slattery, 2002). Metode ilmiah meliputi perumusan

masalah penelitian, pengujian hipotesis, pengumpulan data melalui pengamatan dan

eksperimentasi, penafsiran data, dan penarikan kesimpulan yang logis. Metode ilmiah berguna

untuk menarik kesimpulan yang benar (valid) dan dapat diandalkan dalam jangka panjang

(reliable, consistent, reproducible).

2.1.2. Keadaan dan peristiwa terkait kesehatan.

Epidemiologi mempelajari tidak hanya penyakit tetapi juga aneka keadaan dan peristiwa

terkait kesehatan, meliputi status kesehatan, cedera (injuries), dan berbagai akibat penyakit

seperti kematian, kesembuhan, penyakit kronis, kecacatan, disfungsi sisa, komplikasi, dan

rekurensi. Keadaan terkait kesehatan meliputi pula perilaku, penyediaan dan penggunaan

pelayanan kesehatan.

2.1.3. Distribusi.

Distribusi (penyebaran) penyakit pada populasi dideskripsikan menurut orang (person),

tempat (place), dan waktu (time). Artinya, epidemiologi mendeskripsikan penyebaran penyakit

pada populasi menurut faktor sosio-ekonomi-demografi-geografi, seperti umur, jenis kelamin,

pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, ras, keyakinan agama, pola makan, kebiasaan, gaya

hidup, tempat tinggal, tempat bekerja, tempat sekolah, dan waktu terjadinya penyakit.

Studi epidemiologi yang mempelajari distribusi penyakit pada populasi disebut

epidemiologi deskriptif. Dengan epidemiologi deskriptif dapat diketahui besarnya beban

penyakit (disease burden) pada populasi tertentu, yang berguna untuk menentukan diagnosis

masalah kesehatan pada populasi dan menetapkan prioritas masalah kesehatan. Pengetahuan itu

selanjutnya dapat digunakan untuk membuat rencana alokasi sumber daya yang diperlukan untuk

Page 12: CATATAN PAKJAL.docx

mengatasi masalah kesehatan. Studi epidemiologi deskriptif juga berguna untuk merumuskan

hipotesis tentang determinan penyakit.

2.1.4. Determinan.

Epidemiologi mempelajari determinan penyakit pada populasi, disebut epidemiologi

analitik. Determinan merupakan faktor, baik fisik, biologis, sosial, kultural, dan perilaku, yang

dapat mempengaruhi terjadinya penyakit. Determinan merupakan istilah yang inklusif,

mencakup faktor risiko dan kausa penyakit. Faktor risiko adalah semua faktor yang berhubungan

dengan meningkatnya probabilitas (risiko) terjadinya penyakit. Untuk bisa disebut faktor risiko,

sebuah faktor harus berhubungan dengan terjadinya penyakit, meskipun hubungan itu tidak harus

bersifat kausal (sebab-akibat) (Last, 2001). Contoh, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi,

dan kebiasaan merokok tembakau, merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner, karena

faktor-faktor tersebut berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya penyakit jantung

koroner. Usia muda merupakan faktor risiko campak, karena populasi berusia muda belum

memiliki imunitas yang dibentuk dari paparan dengan epidemi campak sebelumnya, sehingga

memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami campak.

Faktor risiko dapat dibedakan menjadi faktor risiko yang dapat diubah (modifiable risk

factor) dan faktor risiko yang tak dapat diubah (unmodifiable risk factor). Contoh, kebersihan

merupakan faktor risiko penyakit diare yang dapat diubah, karena kebisaan kotor bisa dihentikan.

Usia merupakan faktor risiko diare yang tidak dapat diubah. Orang berusia dibawah 5 tahun

memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami diare daripada usia lebih dari 5 tahun, tetapi

usia tidak bisa diubah.

Page 13: CATATAN PAKJAL.docx

Sebaliknya, semua faktor yang berhubungan dengan berkurangnya risiko untuk terjadinya

penyakit disebut faktor protektif. Contoh, vaksin, kolesterol HDL, kebersihan, merupakan faktor

protektif.

Kedekatan (proximity) individu dengan suatu determinan penyakit sehingga individu dapat

berisiko mengalami penyakit disebut paparan (exposure). Epidemiologi analitik mempelajari

hubungan kausal (sebab-akibat) antara paparan suatu determinan dan terjadinya penyakit.

Paparan merupakan konsep yang penting dalam epidemiologi, karena paparan merupakan

prasyarat bagi determinan penyakit untuk bisa mulai menyebabkan penyakit, atau memulai

terjadinya infeksi pada penyakit infeksi. Jika terdapat determinan, faktor risiko, dan kausa

penyakit, tetapi tidak terdapat paparan (kedekatan) individu dengan determinan itu, maka

individu tidak akan mengalami penyakit. Pengetahuan tentang paparan suatu faktor sebagai

kausa penyakit berguna untuk mencegah dan mengendalikan penyakit pada populasi, dengan

cara mengeliminasi, menghindari, atau mengubah kausa.

Dua asumsi digunakan dalam epidemiologi deskriptif dan analiitik. Pertama, penyakit tidak

terjadi secara random (acak) melainkan secara selektif terkait dengan faktor penyebab penyakit.

Artinya, penyakit pada populasi tidak terjadi secara kebetulan, melainkan berhubungan dengan

faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit, disebut determinan penyakit. Kedua, faktor yang

mempengaruhi terjadinya penyakit dapat diubah sehingga dapat dilakukan upaya pengendalian

dan pencegahan penyakit pada populasi (Hennekens dan Buring, 1987).

2.2.   Studi Deskriptif Epidemiologi.

Menurut (Budiarto, 2005) analisa deskriptif epidemiologi dibagi berdasarkan variavel

orang, tempat dan waktu.

2.2.1. Variabel orang

Page 14: CATATAN PAKJAL.docx

Untuk mengidentifisi seseorang dengan variabel yang tak terhingga banyaknya, tetapi

hendaknya dipilih variabel yang dapat digunakan sebagai indikator. Untuk menentikan ciri

seseorang. Untuk menentukan indikator maka hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan,

kemampuan serta sarana yang tersedia. Variabel orang adalah umur, jenis kelamin, suku bangsa,

sosial ekonomi, budaya/agama, pekerjaan, status marital, dan golongan darah (Budiarto, 2005)

dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti variabel umur dan jenis kelamin.

a.       Umur

Variabel umur merupakan hal yang penting karena semua rate morbilitas dan rate

mortalitas yang dilaporkan hampis selalu berhubungan dengan umur.

Walaupun secara umum kematian dapat terjadi pada semua golongan umur, tetapi dari

berbagai catatan diketahui bahwa frekuensi kematian pada setiap golongan umur berbeda-beda,

yaitu kematian tertinggi terjadi pada golongan umur 0-5 tahun dan kematian terendah berada

pada golongan umur 15-25 tahun dan meningkat kembali pada usia diatas 40 tahun.

Hubungan antara umur dan penyakit tidak hanya pada frekuensinya saja, tetapi pada

tingkat beratnya penyakit, misalnya strepcocos dan e coli akan menjadi lebih berat bila

menyerang bayi dari pada golongan umur lain karena bayi masih sangat rentan terhadap inifeksi.

b.      Jenis kelamin

Secara umum setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan,

tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara laki-laki dengan perempuan.

Hal ini antara lain disebabkan perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondisi

fisiologis. Penyekit-penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan dari pada laki-laki antara

lain, diabetes militus, obesitas dan remation artitis.

Page 15: CATATAN PAKJAL.docx

Selain itu terdapat pula penyakit yang hanya menyerang perempuan seperti karsioma

mamae, karsioma serviks. Penyakit-panyakit yang lebih banyak menyerang laki-laki dari pada

perempuan antara lain penyakit jantung, infark miokar, karsioma paru dan hernia, sedangkan

penyakit yang hanya menyerang laki-laki seperti karsioma penis, ortitis dan karsioma prostat.

2.2.2. Variabel tempat

Variabel tempat merupakan salah satu variabel yang penting dalam epidemiologi deskriptif

karena pengetahuan tentang tempat atu kejadian penyakit atau tempat-tempat lokasi penyakit

endemis sangat dibutuhkan ketika melakukan penelitian dan sebaran berbagai penyakit diwilayah

tertentu berdasarkan:

a.       Geografis, yang ditentukan berdasarkan alamiah, administratif atau fisik, institusi. Dengan batas

alamiah dapat dibedakan negara yang beriklim tropis, subtropis dan negara yang beriklim empat.

Batas administrasi dapat ditentukan batas propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa.

b.      Batas institusi dapat berupa industri, sekolah atau kantor dan lain sebagainya.

2.2.3. Variabel waktu

Variabel waktu merupakan hal yang harus diperhatikan ketika melkukan analisa morbilitas

dalam studi epidemiologi karena pencatatan dan pelaporan insiden dan prevalensi selalu

didasarkan pada waktu, apakah mingguan, bulanan atau tahunan.

Laporan morbiditas ini menjadi sangat penting artinya dalam epidemiologi didasarkan

pada kejadian yang nyata dan bukan berdasarkan perkiraan atau estimasi. Selain itu, dengan

pencatatan dari laporan morbilitas dapat diketahui adanya perubahan-perubahan insidensi dan

prevalensi penyakit hingga hasilnya dapat digunakan untuk menyusun perencanaan dan

penanggulangan masalah kesehatan.

Page 16: CATATAN PAKJAL.docx

Mempelajari morbilitas berdasarkan waktu juga penting untuk mengetahui hubungan

antara waktu dan insiden penyakit atau fenomena lain. Fluktuasi insiden penyakit terdiri dari:

a.       Kecendrungan sekuler

b.      Variasi siklik

c.       Variasi musim, dan

d.      Variasi random.

2.3. Penyakit Diare

2.3.1. Pengertian

Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa Yunani yaitu “diarroi”

yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu

frekuen.8,9,42 Terdapat beberapa pendapat tentang definisi penyakit diare. Menurut Hippocrates

definisi diare yaitu sebagai suatu keadaan abnormal dari frekuensi dan kepadatan tinja, Menurut

Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare atau penyakit diare adalah bila tinja mengandung air lebih

banyak dari normal. Menurut WHO diare adalah berak cair lebih dari tiga kali dalam 24 jam, dan

lebih menitik beratkan pada konsistensi tinja dari pada menghitung frekuensi berak. Ibu-ibu

biasanya sudah tahu kapan anaknya menderita diare, mereka biasanya mengatakan bahwa berak

anaknya encer atau cair. Menurut Direktur Jenderal PPM dam PLP, diare adalahnpenyakit

dengan buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering

dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari)

Diare disebabkan oleh infeksi atau penyakit-penyakit yang menyebabkan kelebihan

produksi cairan atau mencegah asupan cairan, karena bakteri (E.Coli, Shigella, Salmonella,

Vibrio, Yersinia dan Campylobakter), Virus (Rotavirus, Norwalk virus, Adenovirus) atau parasit

(Amuba, Giardia lambii) bisa juga disebabkan oleh

Page 17: CATATAN PAKJAL.docx

-          Alergi protein air susu sapi

-          Intoleransi karbohidrat

-          Malabsobsi korbohidrat, lemak dan protein

-          Keracunan makanan, Zat kimia beracun, toksin mikroorganisme, Clostridium perfringent,

stafilokokus.

-          Imunodefisiensi.

Komplikasi terhadap diare dapat terjadi: Dehidrasi gangguan keseimbangan asam basa,

gangguan keseimbangan elektrolit, ketidak teratruran nutrisi dan anemia. (Rosa, 2004)

2.3.2. Klasifikasi Diare

Sebahagian besar diare yang menyebabkan dehidrasi adalah diare yang sangat encer, klasifikasi

Diare adalah sebagai berikut:

-          Bakteri penyebab diare di sebabkan oleh kolera.

-          Diare Persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari, sekitar 20% diare berlanjut

menjadi diare persisten yang sering kali menyebabkan kurang gizi dan kematian.

-          Disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinja terkadang diserta dengan lendir. Pada

umumnya disentri disebabkan oleh Shigela. Disentri amuba biasanya tidak terjadi pada anak

kecil. Seorang anak bisa saja sekaligus menderita diare cair dan disentri (Depkes RI,2005)

2.3.3.      Penilaian Diare

Anak yang menderita diare dinilai dalam hal :

-          Berapa lama anak menderita diare

-          Adakah darah dalam tinja untuk menentukan apakah anak menderita disentri.

-          Adakah tanda-tanda dehidrasi (Depkes RI, 2005)

2.3.4. Faktor resiko diare

Page 18: CATATAN PAKJAL.docx

Secara umum faktor risiko Diare pada dewasa yang sangat berpengaruh terjadinya penyakit

Diare yaitu faktor lingkungan (tersedianya air bersih , jamban keluarga, pembuangan sampah,

pembuangan air limbah), perilaku hidup bersih dan sehat, kekebalan tubuh, infeksi saluran

pencernaan, alergi, malabsorpsi, keracunan, immuno defisiensi serta sebab-sebab lain.

Sedangkan pada balita faktor risiko terjadinya Diare selain factor intrinsik dan ekstrinsik juga

sangat dipengaruhi oleh prilaku ibu atau pengasuh balita karena balita masih belum bisa menjaga

dirinya sendiri dan sangat tergantung pada lingkungannya, jadi apabila ibu balita atau pengasuh

balita tidak bisa mengasuh balita dengan baik dan sehat maka kejadian Diare pada balita tidak

dapat dihindari.

Penularan penyakit Diare pada balita biasanya melalui jalur fecal oral terutama karena :

1. Menelan makanan yang terkontaminasi (makanan sapihan dan air)

2. Kontak dengan tangan yang terkontaminasi

3. Beberapa faktor yang berkaitan dengan peningkatan kuman perut :

a. Tidak memadainya penyediaan air bersih

b. Kekurangan sarana kebersihan dan pencemaran air oleh tinja

c. Penyiapan dan penyimpanan makanan tidak secara semestinya.

4. Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlalu dini, susu botol, pemberian ASI

yang diselang-seling dengan susu botol pada 4-6 bulan pertama).

Beberapa ahli berpendapat bahwa kejadian diare disamping dipengaruhi oleh faktor-faktor

diatas juga dapat dipengaruhi oleh factor lain diantaranya adalah :

1) Faktor infeksi.

Faktor infeksi penyebab diare dapat dibag dalam infeksi parenteral dan infeksi enteral. Di

Negara berkembang campak yang disertai dengan diare merupakan faktor yang sangat penting

Page 19: CATATAN PAKJAL.docx

pada morbiditas dan mortalitas anak. Walaupun mekanisme sinergik antara campak dan diare

pada anak belum diketahui, diperkirakan kemungkinan virus campak sebagai penyebab diare

secara enteropatogen. Walaupun diakui pada umumnya bahwa enteropatogen tersebut biasanya

sangat kompleks dan dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, tempat, waktu dan keadaan sosio

ekonomi.

2) Faktor umur

Semakin muda umur balita semakin besar kemungkinan terkena diare, karena semakin

muda umur balita keadaan integritas mukosa usus masih belum baik, sehingga daya tahan tubuh

masih belum sempurna. Kejadian diare terbanyak menyerang anak usia 7 – 24 bulan, hal ini

terjadi karena :

- Bayi usia 7 bulan ini mendapat makanan tambahan diluar ASI dimana risiko ikut sertanya

kuman pada makanan tambahan adalah tinggi (terutama jika sterilisasinya kurang).

- Produksi ASI mulai berkurang, yang berarti juga anti bodi yang masuk bersama ASI

berkurang. Setelah usia 24 bulan tubuh anak mulai membentuk sendiri anti bodi dalam jumlah

cukup (untuk defence mekanisme), sehingga serangan virus berkurang.

3) Faktor status gizi.

Pada penderita kurang gizi serangan diare terjadi lebih sering terjadi. Semakin buruk

keadaan gizi anak, semakin sering dan berat diare yang diderita. Diduga bahwa mukosa

penderita malnutrisi sangat peka terhadap infeksi karena daya tahan tubuh yang kurang. Status

gizi ini sangat dipengaruhi oleh kemiskinan, ketidak tahuan dan penyakit. Begitu pula rangkaian

antara pendapatan, biaya pemeliharaan kesehatan dan penyakit, keadaan sosio ekonomi yang

kurang, hygiene sanitasi yang jelek, kepadatan penduduk rumah, pendidikan tentang pengertian

penyakit, cara penanggulangan penyakit serta pemeliharaan kesehatan

Page 20: CATATAN PAKJAL.docx

4) Faktor lingkungan

Penularan penyakit diare sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana sebagian besar

penularan melalui faecal oral yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana air bersih dan

jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan serta perilaku hidup sehat dari keluarga

Oleh karena itu dalam usaha mencegah timbulnya diare yaitu dengan melalui penyediaan

fasilitas jamban keluarga yang disertai dengan penyediaan air yang cukup, baik kuantitas

maupun kualitasnya. Upaya tersebut harus diikuti dengan peningkatan pengetahuan dan sosial

ekonomi masyarakat, karena tingkat pendidikan dan ekonomi seseorang dapat berpengaruh pada

upaya perbaikan lingkungan.

5) Faktor susunan makanan

Faktor susunan makanan berpengaruh terhadap terjadinya diare disebabkan karena

kemampuan usus untuk menghadapi kendala baik itu yang berupa :

a. Antigen : susunan makanan mengandung protein yang tidak homolog sehingga dapat berlaku

sebagai antigen. Lebih-lebih pada bayi dimana kondisi ketahanan local usus belum sempurna

sehingga terjadi migrasi molekul makro.

b. Osmolaritas : susunan makanan baik berupa formula susu maupun makanan padat yang

memberikan osmolaritas yang tinggi sehingga dapat menimbulkan diare.

c. Malabsorpsi : kandungan nutrient makanan yang berupa karbohidrat, lemak maupun protein

dapat menimbulkan intoleransi, malabsorpsi maupun alergi sehingga terjadi diare pada balita.

d. Mekanik : kandungan serat yang berlebihan dalam susunan makanan secara mekanik dapat

merusak fungsi usus sehingga timbul diare.

2.4.      Kerangka Teoritis.

 

Page 21: CATATAN PAKJAL.docx

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest Newer Post Older Post Home

0 komentar:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home Subscribe to: Post Comments (Atom)

Social Profiles

Search

Page 22: CATATAN PAKJAL.docx

Popular Posts Archives

200 JUDUL KTI TERBARU JURUSAN KEBIDANAN 2013

HUBUNGAN MOBILISASI DINI POST SECTIO CAESARIA (SC) DENGAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA OPERASI DI RUANG KEBIDANAN HUBUNGAN ...

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN FRAKTUR FEMUR DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM

BAB I PENDAHULUAN                       A. Latar Belakang Fraktur adalah 1. pemecahan suatu bagian khususnya tulang p , 2. P...

KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL (KBI) DAN KOMPRESI BIMANUAL EKTERNAL (KBE)

1.       Atonia Uteri Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah...

Gambaran epidemiologi penyakit diare di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Salah satu misi pembangunan kesehatan dalam mewu judkan visi Indonesia sehat 2010, ada...

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS IX SMP NEGERI

PENDAHULUAN 1.     Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melal...

Powered by Blogger.

Contributors

pakjal pidie Ridha Fariadi

13,422,219

Page 23: CATATAN PAKJAL.docx

Text Widget

Download

Sample Text

 

Labelso ASUHAN KEPERAWATAN (5) o judul kti (5) o KTI AKL (2) o KTI KEBIDANAN (4)

Copyright © 2011 CATATAN PAKJAL | Powered by Blogger Design by NewWpThemes | Blogger Template by Lasantha - Premium Blogger TemplateBest Wordpress Hosting