case report otho
TRANSCRIPT
-
8/12/2019 Case Report Otho
1/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 1
BAB I
ILUSTRASI KASUS
1.1Identitas Pasien Nama : Tn. T Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 40 Th Alamat : Desa Sumber Buluh, Tegal Siwalan, Probolinggo Pekerjaan : Buruh Tani Agama : Islam MRS : Senin, 18 Februari 2013Pukul. 20.30 WIB
1.2Kronologi KejadianPada tanggal 8 Juni 2012 sekitar Pukul 03.00 WIB pasien mengendarai sepeda motor di daerah
Corah Sabuh-Gending sepulang dari kolam lele, pasien berada di jalur kiri, tib-tiba dari arah
berlawanan muncul mobil isuzu panther dan langsung menghantam pasien dari arah depan.
Pasien jatuh ke sisi kanan jalan dengan posisi bagian yang sebelah kanan terkena benturandengan aspal terlebih dahulu. Kemudian dari arah depan, tangan pasien dilindas sepeda motor
yang lewat, sampai akhirnya ada yang menolong dan meminggirkan pasien. Pasien mengatakan
dalam keadaan tidak sadar.
Pasien selanjutnya dibawa pulang ke rumah. Sore harinya dibawa ke sangkal putung. Baru
berobat ke poli Orthopedi dan Traumatologi pada 13 februari 2013.
1.3Anamnesaa. Keluhan Utama : Patah pada lengan atas dan bawah tangan kananb. Riwayat Penyakit Sekarang
Patah sejak sejak delapan bulan yang lalu. Patah pada daerah lengan atas dan lengan
bawah. Pasien mengeluh nyeri pada daerah patahan, dan pasien juga tidak dapat
-
8/12/2019 Case Report Otho
2/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 2
mengangkat telapak tangan ke atas, serta tidak dapat mengangkat jempol, jari telunjuk
dan jari tengah.
c. Riwayat Penyakit DahuluDulu tidak pernah mengalami kejadian yang serupa ataupun kecelakaan lalu lintas. Pasien
tidak memiliki penyakit DM dan Hipertensi.
d. Riwayat PengobatanPasien sebelum ke Poli Orthopedi RSUD. Dr. Moh. Saleh Probolinggo sempat di bawa ke
Sangkal Putung di daerah Tegal Siwalan. Di sangkal putung pasien diberi penyangga
kayu pada lengan kanan, penyangga itu dipasang selama kurang lebih 6 bulan. Pada masa
tersebut, pasien rutin kontrol ke sangkal putung, dan diberi air obat.
Apabila pasien mengeluh nyeri, pasien memberli obat Super Tetra di apotek, lalu apabila
nyerinya tidak hilang, pasien pergi ke mantri terdekat dan seingat pasien diberi 3 macam
obat. Pasien diberi motivasi untuk berobat ke Dokter ortopedi, namun pasien
menyangkal karena tidak ada biaya. Sekitar bulan desember, pasien kembali ke sangkal
putung dan dipasang semacam paralon dan gips di lengan sampai sekarang. Kemudian
pasien pergi ke poli ortopedi pada tanggal 13 Februari 2013 dan MRS pada 18 Februari
2013.
e. Riwayat Sosial : Merokok (+)f. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada yang spesifik herediterg. Riwayat alergi (+) Alergi Seafood
1.4Pemeriksaan Fisika. Keadaan Umum : Cukupb. Kesadaran : Compos Mentisc. Airway : Jalan Napas Bebas, batuk (-)d. Breathing : RR : 16 x/menit
Sesak : (-)
Asthma : (-)
Suara Napas Tambahan : (-)
e. Circulation : Tensi : 140/90Nadi : 88 x/menit
-
8/12/2019 Case Report Otho
3/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 3
Perfusi : merah, hangat, kering
f. GCS : 456g. Suhu : 36,5 o Ch. a/i/c/d : -/-/-/-i. Grimace : (+)j. Makan/Minum : (+)k. Mual/muntah : (-)l. Status Generalis
1. KepalaLeher Kepala : Bentuk simetris, deformitas (-) Mata : Konjungtiva anemis (-), sclera ikterus (-), perdarahan (-) Leher : Pembesaran KGB (-), massa (-), deformitas tulang (-)
2. Thorax2.1 Jantung
Inspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi (-), jejas (-), deformitas (-) Palpasi : Gerakan dinding dada simetris , iktus kordis tidak teraba Perkusi : Batas jantung normal Auskultasi : S1 dan S2 regular, tunggal, tidak ada murmur (-)
2.2 Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi (-), jejas (-), deformitas (-) Palpasi : Gerakan dinding dada simetris, fremitus fokal ka/ki simetris Perkusi : Sonor Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
3. Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), asites (-), jejas (-) Palpasi : Defans muskuler (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba Perkusi : Timpani Auskultasi : Bising usus (+) normal
4. Tungkai bawah
Inspeksi : Memar (-), Bengkak (-), Deformitas (-), Perubahan warna kulit (-)
-
8/12/2019 Case Report Otho
4/22
-
8/12/2019 Case Report Otho
5/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 5
III. Darah Lengkap1 Haemoglobin 13,9 L: 13-18 g/dl
P: 12-16 g/dl
4 PCV
(hematokrit)
43 L:40-50%
P:35-47%
2 Leukosit 7.900 4000-
11000/cmm
5 Trombosit 322.000 150.000-
450.000/cmm
3 Diff.Count -/-
/5/59/35/1
0-2/0-1/1-3/45-
70/35-50/0-2%
Kesimpulan : pemeriksaan faal hati, ginjal dan darah lengkap dalam batas Normal
Pemeriksaan Radiologi
1. Foto polos AP Regio Humerus Dextra
Kesimpulan :
Old fracture 1/3 tengah os humerus
dengan dislokasio ad axim cum
distractionum
2. Foto Polos AP Regio Antebrachii danElbow Joint dextra
-
8/12/2019 Case Report Otho
6/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 6
Kesimpulan :
Old fractrure 1/3 proximal Os Radius
Ulna dengan dislokasi ad axim cum
contractionum
Kesan : Osteoarthritis Elbow joint
(Post Traumatica)
1.6Assestment1. Neglected Fraktur Os Humerus Dextra dengan lesi N. Medianus dan N. Radialis2. Neglected Fraktur R. Antebrachii Dextra
1.7Planning TheraphySelasa, 19 Februari 2013
- Profilaksis antibiotik Ceftriaxone 2 gRabu, 20 Februari 2013
Waktu mulai : Pk. 13.15 WIB Waktu selesai : Pk. 15.10 WIB Lama Operasi : 120 menit Tempat : Kamar Operasi, RSUD. Dr. Moh. Saleh Probolinggo Klasifikasi : Operasi Kotor3. Diagnosa Pre Operatif : Neglected non union Fraktur Os Humerus Dextra
dengan lesi N. Medianus dan N. Radialis, Neglected Fraktur R. Antebrachii Dextra,
atrofi musculus extensor dan supinator dextra.
Diagnosa Operatif : Idem Tindakan : ORIF
-
8/12/2019 Case Report Otho
7/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 7
- IRNA Bedah :
Pasien masuk IRNA Bedah ( Ruang Bougenville) Pk. 15.30, keadaan pasien stabil.
Intervensi yang diberikan :
1. Infus RL 20 tetes per menit2. Inj Ketorolac 3x30 mg3. Inj Ranitidine 2x1 g4. Inj Ondancetron 2x2 mg5. Inj Ceftriaxone 2x1 g6. Elevasi tangan kanan7. Pasien boleh makan dan minum apabila sudah sadar penuh
Gambar 6 :Kondisi lengan pasien pos operasi
1.8 Monitoring Post Op
1. Kamis, 21 Februari 2013S : Pasien menyatakan nyeri pada luka operasi, masih terasa pusing.
O : KU cukup, Kesadaran Compos Mentis, pusing (+), mual-muntah (-), ma/mi (-) Vital
sign :
- Tekanan darah : 120/80 mmHg- Nadi : 84 x/menit
-
8/12/2019 Case Report Otho
8/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 8
- RR : 16 x/menit- Suhu : 36,50CStatus Lokalis R. Brachii dan Antebrachii Dextra
Look : tensocrap (+), soft ban (+), bleeding aktif (-), swelling (+)
Feel : A : Pulsasi A. radialis dalam batas N, CRT (+)
V : Vena-vena distal dalam batas N
N : lesi N. Radialis dan N. Medianus. N. Ulnaris dalam batas N
Move : Limited et causa pain
A : Post ORIF Neglected Fracture non union humerus dextra dengan lesi N. Radialis dan
N. Medianus serta Neglected Fraktur antebrachii dextra hari pertama
P : Terapi :
1. Infus RL 20 tetes per menit2. Inj Ketorolac 3x30 mg3. Inj Ranitidine 2x1 g4. Inj Ondancetron 2x2 mg
Monitoring : Vital sign dan AVN distal.
2. Jumat, 22 februari 2013S : pasien mengeluh nyeri pada luka operasi, tangan bengkak
O : KU cukup, Kesadaran Compos Mentis, pusing (-), mual/muntah (-), ma/mi (+)
Vital Sign : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 16 x/menit, Suhu 36,50
C
Status Lokalis R. Brachii dan Antebrachii Dextra
Look : tensocrap (+), bleeding aktif (-), swelling > parah dari hari sebelumnya
Feel : AVN distal dalam batas N, kecuali masalah lesi N. Radialis dan N. Medianus nya
Move : Limited et causa pain.
A : Post ORIF Neglected Fracture non union humerus dextra dengan lesi N. Radialis dan
N. Medianus serta Neglected Fraktur antebrachii dextra hari kedua
P : Terapi : Infus RL, Inj. Ketorolac, Inj. Ranitidine.
Monitoring : AVN distal, Vital Sign dan Foto Rontgen Brachii dan Antebrachii Dextra
-
8/12/2019 Case Report Otho
9/22
-
8/12/2019 Case Report Otho
10/22
-
8/12/2019 Case Report Otho
11/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 11
Gambaran klinis
Pada anamnesis didapati nyeri di tempat patah tulang. hematom dalam jaringan lunak dapat
terbentuk sehingga lengan yang patah akan terlihat lebih besar. Pada pemeriksaan,jelas
ditemukan tanda fraktur. Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan keutuhan faal N.Radialis dan
A.Brachialis. karena komplikasi tersering adalah lesi N. Radialis (Wrist drop/drop hand)
Terapi
Pada umumnya, pengobatan patah tulang batang humerus dapat ditangani secara tertutup, karena
toleransinya yang baik terhadap angulasi, pemendekan, serta rotasi fragmen patahan tulang.
Angulasi fragmen sampai 300 masih dapat ditoleransi, ditinjau dari segi fungsi dan
kosmetik.Hanya pada fraktur terbuka yang perlu reposisi terbuka, diikuti dengan fiksasi interna.
Fraktur pada humerus dapat sembuh dengan mudah. Fraktur itu tidak membutuhkan reduksi
yang sempurna ataupun imobilisasi; beratnya lengan beserta gips luarnya biasanya cukup untuk
menarik fragmen sehingga menjajar. Gips menggantung dipasang dari bahu sampai pergelangan
tangan dengan siku yang berfleksi 90 derajat dan bagian lengan bawah tergantung pada kain
gendongan yamg melingkar pada leher pasien. Gips ini dapat diganti setelah 2-3 minggu dengan
gips yang pendek (dari bahu ke siku) atau suatu penahan polipropilen fungsional yang dipakai
selama 6 minggu selanjutnya. Pergelangan tangan dan jari diberi latihan sejak awal. Latihanbahu dengan pemberat dimulai dalam seminggu, tetapi abduksi aktif ditunda hingga fraktur telah
menyatu.
Kalau fraktur sangat tak stabil dan sulit dikendalikan fiksasi internal lebih baik dengan plat dan
sekrup. Pemasangan plat memerlukan banyak keahlian dan pemasangan pen mempunyai
kelemahan yaitu ujung proksimal pen dapat menggangu kerja supraspinatus.
Fraktur spiral menyatu sekitar 6 minggu, jenis lainnya dapat memakan waktu 4-6 minggu lebih
lama. Sekali menyatu, yang diperlukan hanyalah kain gendongan hingga fraktur berkonsolidasi
-
8/12/2019 Case Report Otho
12/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 12
2.2 MACAM LESI SARAF
1. NeuropraxisNeuropraxis terjadi bila ada gangguan konduksi impuls syaraf di serabut syaraf,
dan penyembuhan terjadi tanpa degenerasi wallerian. Neuropraxis adalah tipe cedera
syaraf yang paling ringan. Ncuropraxis dapat disebabkan oleh lesi biokimia yang
diakibatkan oleh kontusio atau cedera berupa getaran di serabut syaraf. Terjadi
kehilangan fungsi syaraf sementara yang reversibel terjadi dalam berjam-jam atau
berbulan-bulan ( pada umumnya 6-8 minggu ). Gangguan pada fungsi motorik biasanya
lebih banyak dibandingkan dengan fungsi sensorik. Regenerasi spontan terjadi dalam
waktu 1 - 4 bulan.
2. Axonotmesis.Axonotmesis melibatkan kehilangan kontinuitas dari akson dan pembungkus
myelin, jaringan ikat syaraf tidak ikut terlibat (jaringan encapsulating, epineurium dan
perineurium). Oleh karena kehilangan sambungan akson, degenerasi wallerian terjadi.
Kehilangan kedua fungsi motorik dan sensorik lebih cenderung mengarah ke
axonotmesis daripada neuropraxia, dan penyembuhan terjadi hanya melalui regenerasi
dari akson, yaitu proses yang memerlukan waktu. Axonotmesis merupakan kerusakan
yang lebih hebat daripada neuropraxia. Lesi proksimal dapat tumbuh ke arah distal
secepat 2 sampai 3 mm sehari dan lesi distal selambat 1,5 mm sehari. Regenerasi
memerlukan waktu beberapa minggu. Penyembuhan terjadi dalam 4-9 bulan.
3. NeurotmesisNeurotmesis adalah lesi yang lebih parah, tetapi masih dapat sembuh.
Neurotmesis terjadi pada kontusio yang parah, luka robek, dan laserasi. Tidak hanya
axon, tetapi jaringan ikat encapsulating juga kehilangan kontinuitas. Saraf tepi
mengalami disorganisasi berat hingga regenerasi tak dapat terjadi. Ini bisa karena
sayatan, tusukan, traksi ataupun penyuntikan saraf yang diikuti pembentukan skar.
-
8/12/2019 Case Report Otho
13/22
-
8/12/2019 Case Report Otho
14/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 14
saraf ini membagi diri dalam 2 cabang terminal yaitu:
a. cabang motoris profundus (nervus interosseus posterior)b. cabang kutaneus superfisialis
Percabangan ini biasanya terletak pada bagian proksimal lengan bawah, tetapi dapat bervariasi
dalam jarak 4 sampai 4,5 cm dibawah epikondilus
lateralis. N. interosseus posterior menembus muskulus supinator untuk mencapai sisi posterior
lengan bawah dan memberi persarafan motorik Cabang kutaneus mencapai superfisial kira-kira
10 cm diatas pergelangan tangan. Turun sepanjang sisi lateral lengan bawah dan berakhir dengan
memberi persarafan sensorik kekulit dorsum tangan, ibu jari, telunjuk dan jari tengah (Dyck
1975, Dejong 1979, Chusid 1988).
Nervus radialis pada lengan atas, memberi persarafan motorik untuk:
a. m.triseps dan m.ankoneus; ekstensor lengan bawahb. m.brakhioradialis; fleksor lengan bawah pada posisi semipronasic. m.ekstensor karpi radialis longus dan brevis; ekstensor radial tangan
Pada lengan bawah, melalui cabang motoris profunda memberi persarafan motorik untuk:
a. m. supinator; supinator lengan bawahb. m. ekstensor digitorum; ekstensor ruas jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan
kelingking
c. m.ekstensor digiti minime; ekstensor ruas kelingking dan tangand. m.ekstensor karpi ulnaris; ekstensor ulnar tangane. m.abduktor pollicis longus; abduktor ibu jari dan ekstensor radial tanganf. m.ekstensor pollicis brevis dan longus; ekstensor ibu jari dan ekstensor radial tangang. m.ekstensor indicis; ekstensor telujnuk dan tangan
Fungsi utama dari nervus radialis ini adalah untuk ekstensi sensi siku, pergelangan tangan dan
jari (Dyck 1987, Chusid 1988).
-
8/12/2019 Case Report Otho
15/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 15
Cabang sensorik nervus radialis biasanya mempersarafi sisi posterior lengan atas, lengan bawah,
tangan dan jari jari kecuali kelingking dan sisi ulnar jari manis, tetapi karena ada anstomosis dan
persarafan yang tumpang tindih, maka distribusi sensoriknys ini sulit ditentukan. Jika ada
terdapat maksimal pada daerah dorsum ibu jari dan telunjuk (Dejong 1979, Gilroy 1992, Dyck
1987).
II. Etiologi
Etiologi utama adalah Trauma. Pada fraktur dan dislokasi, neuropati terjadi karena penekanan
saraf oleh fragmen tulang,hematom, kallus yang berbentuk sesudah fraktur, atau karena
peregangan saraf akibat suatu dislokasi. Neuropati radialis sering terjadi pada fraktur kaput
humerus. Presis nervus radialis dapat terjadi akibat tidur dengan menggantungkan lengan diatas
sandaran kursi (Saturday night palsy), atau tidur dengan kepala diatas lengan atas. Akibat
penekanan pada waktu saraf ini menembus septum intermuskularis lateralis. Pada tempat mana
saraf ini terletak agak superfisial dan menempel pada tulang (Dyck 1987).
Disamping itu trauma pada waktu olah raga, penyebab lain adalah Infeksi. Dapat terjadi karena:
sifilis, herpes zoster, lepres dan TBC. Bisa mengenai saraf atau banyak saraf, Toksi. Lebih
spesifik mengenai nervus radialis adalah pada lead intoxication, Penyakit vaskuler dan
Neoplasma
-
8/12/2019 Case Report Otho
16/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 16
III. Lokalisasi Lesi dan Gejala Klinis
Lesi penyebab neuropati radialis dapat mengenai saraf disepanjang perjalanannya. Gejala yang
timbul dipengaruhi oleh lokasi lesi :
A. Pada level lengan atas lesi pada n.radialis dapat terjadi pada :Aksila, pada waktu melilit humerus di musculoradialis groove, atau sewaktu berjalan superfisial
pada sisi lateral lenga atas. Menyebabkan parese semua otot yang dipersarafinya yaitu triseps,
ekstensor pergelangan tangan, ekstensor jari dan brakhioradialis, dan disertai defisit sensorik
pada daerah yang dipersarafi yaitu sisi lateral-dorsal tangan, ibu jari, jari telunjuk dan jari
tengah. Lesi pada aksila dapat disebabkan kompresi oleh kruk, dislokasi sendi bahu, fraktur
humerus dan luka tembus (Dejong 1979, Dyck 1975, Patten 1980).
B. Lesi neuropati radialisLesi neuropati radialis sewaktu melilit humerus
atau sewaktu berjalan seperfisial pada aspek
lateral lengan atas, sering akibat kelamaan
menggantung lengan diatas sandaran kursi
(Saturday nigth palsy), akibat tertekannya
lengan karena posisi yang tidak tepat selama
anestesi atau tidur, penggunaan torniket yang
tidak benar atau akibat iritasi dan kompresi oleh
kallus sesudah fraktur tulang.
Gejalanya:
- tidak dapat ekstensi siku karena parese triseps- tidak dapat fleksi siku pada posisi lengan bawah antara pronasi dan supinasi karena
parese m.brakhioradialis
- tidak dapat supinasi lengan bawah karena parese m.brakhioradialis- tidak dapat supinasi lengan bawah karena parese m.supinator- wrist drop dan finger drop karena parese ekstensor pergelangan tangan dan jari- gangguan abduksi ibu jari tangan
-
8/12/2019 Case Report Otho
17/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 17
- refleks triseps negatif atau menurun- gangguan sensorik berupa parestesi atau baal pada bagian dorsal distal lengan bawah, sisi
leteral dan dorsal tangan, ibu jari, telunjuk dan jari tengah.
C. Lesi pada bagian saraf yang berjalan antara septum intermuskularis lateralis dan tempatdimana n.interosseus posterior menembus m.supinator mengakibatkan jari yang dipersarafi
oleh nervus ini.
Gejalanya:
- tidak dapat supinasi dan meluruskan jari- tidak ada wrist drop- refleks triseps positif- gangguan sensorik tidak ada
D. Lesi pada punggung pergelangan tangan, hanya akan menimbulkan gejala sensorik, tanpadefisit motorik.
2.4 LESI N. MEDIANUS
Lesi N. Medianus tebagi menjadi beberapa level, antara lain :
a. Diatas sikuLesi pada daerah ini menyebabkan daerah distal siku kehilangan fungsi pronasi dan
penurunan kemampuan fleksi telapak tangan.
b. Di siku N. Medianus pada tingkat ini atau lebih tinggi (diatas siku) menyebabkan "the Blessed
Hand," atau "Hand of Benediction."
Pada lengan lengan bawah dapat menyebabkan suatu sindroma yang disebut pronatorteres sindrom.
Lesi berupa kompresi saraf menyebabkan Median Nerve Palsyc. Pada lengan bawah Lesi setinggi percabangan N. Interosseus anterior menyebabkan Anterior interosseus
Syndrome.
d. Pada telapak tangan Kelainannya berupa Carpal Tunnel Syndrome Manifestasi lain adalah paralisis musculus thenar dan biasanya diikuti suatu atrofi.
-
8/12/2019 Case Report Otho
18/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 18
Tidak dapat mengoposisi dan fleksi ibu jari Kemampuan sensoris yang hilang : Palmar - 3 1/2 jari dan Dorsum - Finger tips'.
Gambar 4. Ket: Sensorik, hijau medianus, biru ulnaris,
merah radialis
2.5 NEGLECTED,MALUNION, NON UNION
Neglected fraktur adalah yang penanganannya lebih dari 72 jam. sering terjadi akibatpenanganan fraktur pada extremitas yang salah oleh bone setter Umumnya terjadi pada yang
berpendidikan dan berstatus sosioekonomi yang rendah. Neglected fraktur dibagi menjadi
beberapa derajat, yaitu:
a. Derajat 1 :fraktur yang telah terjadi antara 3 hari -3 minggu
b. Derajat 2 :fraktur yang telah terjadi antara 3 minggu -3 bulan
c. Derajat 3 :fraktur yang telah terjadi antara 3 bulan 1 tahun
d. Derajat 4 :fraktur yang telah terjadi lebih dari satu tahun
Malunion: adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya tetapi terdapat deformitas
yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan atau union secara menyilang misalnya
pada fraktur radius dan ulna.
Nonunion : disebut nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak
didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoartrosis dapat
terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi disebut infected
pesudoarthrosis.
-
8/12/2019 Case Report Otho
19/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 19
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pasien ini terdapat 4 masalah besar yang terjadi diantaranya
1. Neglected Non union fracktur humerusJeda antara terjadinya trauma dengan proses terapi yang harus dilalui adalah 8 bulan, secara
otomatis klasifikasi fraktur berubah menjadi suatu neglected fraktur dengan derajat 3 (antara
3 bulan-1 tahun). Dikatakan non union karena disebut nonunion apabila fraktur tidak
menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan konsolidasi sehingga terdapat
pseudoartrosis (sendi palsu).
2. Neglected closed fraktur antebrachii dextraFraktur pada daerah radius dan ulna 1/3 distal
3. Lesi N. Radialis dan N. MedianusSeperti telah diuraikan pada Bab I, dimana lesi N. Radialis dapat terjadi oleh berbagai
macam mekanisme. Pada kasus ini, lesi N. Radialis terjadi setinggi Korpus sekitar 1/3 distal
Os Humerus. Disini terdapat Sebuah celah benjolan oblik melintasi sebelah belakang,
batang, dari sebelah medial ke sebelah lateral dan memberi jalan kepada saraf radialis atau
saraf muskulo-spiralis sehingga disebut celah spiralis atau radialis.
Gejala yang sesuai dengan kelainan ini dan bermanifestasi pada pasien tersebut antara lain :
a. Drop hand/wrist hand karena parese ekstensor pergelangan tangan dan jarib. Tidak dapat supinasi lengan bawah karena parese m.brakhioradialisc. Tidak dapat supinasi lengan bawah karena parese m.supinatord. Gangguan abduksi ibu jari tangane. Gangguan sensorik berupa parestesi atau baal pada bagian dorsal distal lengan bawah,
sisi leteral dan dorsal tangan, ibu jari, telunjuk dan jari tengah.
4. Stiffnessatrofi ototOtot yang atrofi mulai otot-otot lengan bawah sampai otot jari-jari tangan. Mengapa ?
karena pasien tidak berani untuk menggerakkan tangan, kita tahu apabila tangan ini tidak
pernah digerakkan maka akan menyebabkan atrofi. Selain itu, gerakan sendi-sendi seperti
bahu dan siku menjadi kaku.
-
8/12/2019 Case Report Otho
20/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 20
Adanya lesi N. Medianus disebabkan karena trauma pada regio antebrachii setinggi pergelangan
tangan, sehingga Tidak dapat mengoposisi dan fleksi ibu jari serta kehilangan kemampuan
sensoris pada Palmar - 3 1/2 jari dan Dorsum - Finger tips
-
8/12/2019 Case Report Otho
21/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Laporan Kasus 21
BAB IV
PENUTUP
Kasus diatas adalah salah satu kasus kompleks di bidang orthopedi, antara lain Neglected nonunion fraktur humerus dengan lesi N. Radialis dan N. Medianus, neglected fraktur antebrachii,
dan stiffening serta atrofi otot karena sudah 8 bulan tidak digerakkan. Kasus ini sangat terlambat
mendapat penanganan dari paramedis. Padahal fraktur memerlukan penanganan yang cepat dan
tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Seperti pada kasus ini, padahal ada lesi pada N.
Radialis dan medianus tetapi karena pasien kurang sadar akan pentingnya kesehatan, akhirnya
tidak ditangani dengan benar. Proses pembentukan tulang baru sudah terjadi, dan rasanya
terlambat untuk memperbaiki saraf yang putus.
Lesi N. Radialis terjadi karena fraktur pada derah shaft humerus/ 1/3 distal humerus tepat
dilewati oleh Nervus ini, dan apabila terjadi lesi pada nervus ini pasien tidak dapat
mengektensikan pergelangan tangannya, mengabduksi ibu jari, serta gangguan sensorik distal
lengan bawah.
-
8/12/2019 Case Report Otho
22/22
Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo
L K
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad C. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. edisi 3, PT. Yarsif Watampone, Jakarta.2. Apley AG, Solomon L. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. edisi 7,
Widya Medika, Jakarta.
3. De jong, Wim. 1979. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC4. Japardi, Iskardar. 2002.Neuropati Radialis. Medan : Bagian Bedah FK USU digital
library
5. Holstein, Arthur. 2008.Fracture of The Humerus with Radial Nerves Paralysis. From Journal ofBone and Joint Surgery 1963;45:1382-1484.
6. Bharward, Amit. 2012. Study of Incidence and Treatment of Radial Nerve Palsy in the FractureShaft of Humerus. From International Journal of Collaborative Reasearch on Internal Medicine
and Public Health 2012 Vol. 4 No. 5 p.796-804
7. Anonim. 2013.Median Nerve.http://en.wikipedia.org/wiki/Median_nerve diakses 23 Februari2013.
http://en.wikipedia.org/wiki/Median_nerve%20diakses%2023%20Februari%202013http://en.wikipedia.org/wiki/Median_nerve%20diakses%2023%20Februari%202013http://en.wikipedia.org/wiki/Median_nerve%20diakses%2023%20Februari%202013http://en.wikipedia.org/wiki/Median_nerve%20diakses%2023%20Februari%202013http://en.wikipedia.org/wiki/Median_nerve%20diakses%2023%20Februari%202013http://en.wikipedia.org/wiki/Median_nerve%20diakses%2023%20Februari%202013