cakupan dan determinan pemberian asi eksklusif di...
TRANSCRIPT
-
i
CAKUPAN DAN DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI PEMUKIMAN KUMUH DALAM PERKOTAAN
KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR
COVERAGE AND DETERMINANTS OF EXCLUSIVE
BREASTFEEDING IN URBAN SLUM AREA
TALLO DISTRICT OF MAKASSAR CITY
E R W I N
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
-
ii
CAKUPAN DAN DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI PEMUKIMAN KUMUH DALAM PERKOTAAN
KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Disusun dan diajukan oleh
E R W I N
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
-
iii
-
iv
-
v
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia_Nya yang tiada henti diberikan kepada
hamba_Nya. Salam dan salawat tak lupa kita kirimkan kapada Rasulullah
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Sungguh sebuah nikmat yang tak ternilai harganya manakala penulisan
tesis yang berjudul “Cakupan dan Determinan Pemberian ASI Eksklusif di
Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar”
Keberhasilan penulis sampai ke tahap penulisan tesis ini tidak
lepas dari motivasi dan bantuan berbagai pihak selama proses penelitian
hingga penyelesaian tesis ini sebagai tugak akhir. Karena itu,
perkenankanlah penulis untuk menyampaikan terima kasih yang sangat
mendalam dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Ansariadi, SKM.,M.Sc.PH.,Ph.D selaku Ketua Komisi Penasihat dan
Bapak Dr. Agus Bintara Birawida, S.Kel.,M.Kes selaku Anggota Komisi
Penasihat atas segala kesabaran, waktu, bantuan, bimbingan, nasihat,
arahan dan juga saran yang diberikan selama ini kepada penulis. Rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan pula
kepada Bapak Prof. Dr. drg. Andi Arsunan Arsin M.Kes , Bapak Prof. Dr.
drg. Andi Zulkifli, M.Kes., dan Ibu Dr. Ummu Salmah, SKM.,M.Sc selaku
Penguji yang telah memberikan arahan, saran dan masukan demi
perbaikan tesis ini.
-
vi
Tidak lupa pula penulis haturkan setulus jiwa, rasa terima kasih
sedalam-dalamnya dan penghargaan atas segala bentuk pengorbanan,
dukungan, do’a, kesabaran, dan restu kepada kedua orang tua tercinta
almarhum ayahanda saya La Aga “Al-Fatihah” dan ibu saya tersayang Wa
Ndohae, yang telah menjadi alasan utama penulis dalam menyelesaikan
tesis ini, serta saudara-saudari saya tercinta, kemenakan-kemenakan
tersayang terima kasih atas segala bentuk dukungan doa dan materi yang
diberikan selama ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA selaku Rektor Universitas
Hasanuddin.
2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin beserta staf.
3. Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin, Wakil Dekan, Dosen pengajar
dan seluruh pegawai yang telah memberikan dukungan dan bantuan
kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.
4. Dr. Ridwan M. Thaha, M.Sc. selaku ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas
Hasanuddin.
5. Para Dosen FKM Unhas, khususnya dosen Bagian Epidemiologi, yang
telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama
penulis mengikuti pendidikan.
-
vii
6. Bapak Camat Kecamatan Tallo Kota Makassar beserta staf yang telah
membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian.
7. Bapak Lurah Tallo, Lurah Rappokalling, Lurah Kaluku Bodoa, Lurah
Bulloa, Lurah Wala-walaya, Lurah Pannampu, dan lurah Tallo beserta
staf yang telah membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian.
8. Kepala RW dan Kepala RT serta Kader-kader yang telah membantu
peneliti dalam pelaksanaan penelitian
9. Seluruh informan yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis untuk dapat
menyelesaikan tesis ini sesuai dengan harapan.
10. Saudara-saudara dan rekan-rekan seperjuangan di Magister
Kesehatan Masyarakat/Epidemiologi Angkatan 2015 “Epiders 2015”
yang telah menjadi teman yang baik yang selalu menjadi tempat
penulis mengeluarkan keluh kesah selama proses perkuliahan dan
juga penyelesaian tesis ini.
11. Terimakasih banyak buat Kak Dr. Lalu Muhammad Saleh,
SKM.,M.Kes yang sudah menghadirkan adik-adik terbaik untuk
membantu dalam penelitian. Adik-adik Enumerator saya Dino, Mifta,
Fara, Andis, Shabrina, dan Anti, tak ada kata lain selain ucapan
terimakasih banyak yang tulus dari saya atas semua bantuannya
selama dalam penelitian, semangat studinya, semoga kalian lebih
sukses.
-
viii
12. Terimah kasih banyak buat kak Nur Ilham, SKM dan Maternal Group
yang menjadi tempat bertanya peneliti selama menyusun tesis dan
terimakasih banyak buat Kak Hanapiah, SKM yang tak henti-hentinya
selalu menyemangati peneliti dari semester awal sampai penyusunan
tesis.
13. Terimakasih banyak buat saudaraku La Ode Hidayat, S.Si.,MARS,
atas semua bantuan, dukungan yang diberikan. Silaturahim harus
tetap terjaga!
Pada akhirnya, manusia memang tidak pernah luput dari
kekhilafan, karena itu penulis sangat berterima kasih apabila terdapat kritik
dan saran demi penyempurnaan tesis ini. Semoga hasil karya ini dapat
memberikan manfaat terhadap pengambilan kebijakan dan perbaikan
program mengingat manfaat-manfaat dan keuntungan dalam memberikan
ASI eksklusif.
Makassar, 07 Agustus 2017
Penulis
-
ix
-
x
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ............................................. iv
PRAKATA ................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 12
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................... 12
D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 13
E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Rekomendasi Pemberian ASI Eksklusif ........................................ 16
B. Air Susu Ibu (ASI) ......................................................................... 20
C. Kapan dan Bagaimana ASI Diberikan ........................................... 28
D. Manfaat ASI .................................................................................. 28
E. Pemukiman Kumuh ....................................................................... 32
F. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) ................................... 34
G. Faktor Pemungkin (Enabling Factors) ........................................... 52
H. Faktor Penguat (Reinforcing Factors) ........................................... 56
I. Kerangka Teori .............................................................................. 59
J. Kerangka Konsep .......................................................................... 62
-
xii
K. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ...................................... 63
L. Hipotesis ....................................................................................... 75
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ................................................................... 76
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 77
C. Gambaran Lokasi Penelitian ......................................................... 79
D. Populasi dan Teknik Sampel ......................................................... 84
E. Proses Pengumpulan Data ........................................................... 86
F. Pengolahan Data .......................................................................... 87
G. Analisis Data ................................................................................. 88
H. Etika Penelitian ............................................................................. 91
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 93
B. Pembahasan ............................................................................... 114
C. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 132
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 134
B. Saran........................................................................................... 135
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Jumlah, luas dan letak wilayah menurut Kelurahan di Kecamatan Tallo, Tahun 2017
81
2 Jumlah RT, RW di Kecamatan Tallo tahun 2017
81
3 Fasilitas kesehatan menurut jenisnya di Kecamatan Tallo Tahun 2017.
83
4 Cakupan pemberian ASI eksklusif pemberian ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017
93
5 Karakteristik sosiodemografi di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017
95
6 Karakteristik status persalinan di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017
96
7 Distribusi frekuensi pengetahuan tentang ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017
97
8 Distribusi sikap ibu terhadap ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017
98
9 Distribusi keterpaparan informasi tentang ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017
102
10 Distribusi dukungan suami di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017
103
11 Distribusi dukungan keluarga di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017
104
12 Distribusi dukungan petugas kesehatan di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017
104
-
xiv
13 Hubungan sosiodemografi dengan pemberian ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017
106
14 Hubungan status persalinan dengan pemberian ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017
108
15 Hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017
108
16 Hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017
109
17 Hubungan keterpaparan informasi dengan pemberian ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017
110
18 Hubungan kunjungan ANC dengan pemberian ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017
111
19 Hubungan dukungan suami, dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017
112
20 Hasil analisis bivariat yang masuk dalam uji multivariat
113
21 Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik dengan menggunakan metode Backward LR
114
-
xv
DAFTAR GAMBAR
nomor Halaman
1 Kerangka teori Precede model phase 3 dan 4
61
2 Kerangka konsep pemberian ASI eksklusif Model
Precede
62
3 Skema rancangan studi Cross-sectional
77
4 Peta lokasi penelitian pemukiman kumuh kategori
berat Kecamatan Tallo Kota Makassar tahun
2017
78
DAFTAR SINGKATAN
-
xvi
AA : Arachidonic Acid
AIMI : Asosiasi Ibu Menyusu Indonesia
ANC : Antenatal Care
AKB : Angka Kematian Bayi
AKI : Angka Kematian Ibu
ASI : Air Susu Ibu
BALT : Brochus Asociated Lympocyte Tissue
BPS : Badan Pusat Statistik
CI : Coefisien Interval
Depkes : Departemen Kesehatan
DHA : Decoshexanoic Acid
GALT : Gut Asociated Lympocyte Tissue
HICs : High Income Countries
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
UNICEF : United Nations Children’s Fund
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
LMICs : Lower Middle Income Countries
LL : Lower Limit
Lg.A : Immunoglobullin A
MAL : Metode Amenorea Laktasi
MALT : Mammary Asociated Lympocyte Tissue
MDGs : Millenium Development Goals
MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
Omega 3 : Asam Linolenat
Omega 6 : Asam Linoleat
OR : Odds Ratio
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RI : Republik Indonesia
SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
SDGs : Sustainable Development Goals
-
xvii
UL : Upper Limit
UHH : Umur Harapan Hidup
UU : Undang-Undang
WHA : World Health Assembly
WHO : World Health Organization
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
nomor halaman
1 Lembar Penjelasan untuk Informan 146
2 Informed Consent Informan 147
3 Pedoman Wawancara 148
4 Hasil Analisis Data SPSS 159
5 Kode Etik Penelitian 191
6 Surat Izin Penelitian 192
7 Surat Keterangan Selesai Penelitian 195
8 Dokumentasi Penelitian 196
9 Curiculum Vitae 199
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah memberikan ASI saja pada bayi
tanpa memberikan makanan atau cairan lain termaksud air kecuali
untuk obat-obatan atau vitamin dan mineral (WHO, 2003). ASI eksklusif
mempengaruhi kelangsungan hidup dan perkembangan anak secara
keseluruhan (Gupta et al., 2010). ASI mengurangi angka morbiditas
dan mortalitas melalui pengurangan penyakit menular (Eidelman,
2012).Selain itu, menyusui dapat meningkatkan perkembangan kognitif
pada anak dan melindungi mereka dari risiko penyakit (Fall et al.,
2011). ASI Eksklusif dapat meningkatkan status gizi secara langsung
atau mengurangi infeksi (Keino et al., 2014).
ASI merupakan sumber nutrisi terbaik yang memiliki komposisi
bioaktif dan secara ilmiah dapat menyelamatkan kehidupan bayi dan
anak, serta berkontribusi dalam perbaikan status kesehatan ibu dan
anak (Heymann et al., 2013). ASI Eksklusif menjadi penting dalam
mencegah Stunting dan kelebihan berat badan pada anak-anak (Keino
et al., 2014). Menyusui menurunkan risiko penyakit diare empat sampai
empatbelas kali lipat (León-Cava et al., 2002) dan risiko penyakit
pernapasan lima kali lipat (Unicef and WHO, 2006). Menyusui
membantu mengurangi kematian bayi. Studi di seluruh dunia pada
negara-negara maju maupun negara berkembang telah menunjukkan
-
2
penurunan satu koma lima sampai lima kali lipat dalam kematian di
antara bayi yang disusui (Feachem and Koblinsky, 1984). Air Susu Ibu
menjadi Dasar ilmiah mutlak yang tepat sebagai awal pemberian
makanan dalam satu jam pertama setelah bayi lahir lemah (Edmond et
al., 2006) dan (Mullany et al., 2008).
Air Susu Ibu (ASI) memberikan banyak manfaat pada imunologi,
psikologis, sosial, ekonomi, dan lingkungan.Ini menghasilkan
peningkatan kesehatan Ibu dan bayi baik pada Lower Middle Income
Countries (LMICs) dan High Income Countries (HICs)(Eidelman,
2012).ASI eksklusif selama enam bulan dan diteruskan hingga dua
tahun atau lebih dengan Makanan Pendamping ASI bergizi seimbang
sejak usia enam bulan. Bayi tersebut terbukti memiliki IQ lebih tinggi
dan performa akademik lebih baik untuk mampu bersaing meraih
peluang lapangan kerja dan penghasilan yang layak (Der et al., 2006).
ASI juga nyata meningkatkan status gizi pada bayi, Sejak malnutrisi
berkontribusi pada sebagian penyebab kematian bayi (Heymann et al.,
2013)
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 menunjukan bahwa Angka Kematian Neonatal (AKN) tidak
mengalami penurunan yang signifikan sejak tahun 2007, yaitu sebesar
19 AKN per 1000 kelahiran hidup dari total 32 AKB per 1000 kelahiran
hidup (Kemenkes, 2013b). UNICEF menyatakan, sebanyak 30.000
kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia
-
3
setiap tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu)
secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran, tanpa harus
memberikan makanan atau minuman tambahan pada bayi. Lancet
2010 dalam (Amiruddin and Hasmi, 2014) menyatakan pemberian ASI
Eksklusif dapat menurunkan angka kematian bayi sebesar 13 % dan
dapat menurunkan prevalensi balita pendek.
Menyusui 4 sampai 6 bulan secara eksklusif dapat menurunkan
kesakitan dan kematian pada balita GENEVA (2001), (Kramer and
Kakuma, 2002). Ada bukti dari beberapa pengembangan negara telah
mengungkapkan bahwa pemberian ASI eksklusif dari setiap durasi
dibandingkan dengan semua bentuk lain dari ASI adalah lebih protektif
terhadapbeberapa infeksi dan penyakit selama masa bayi (Koyanagi et
al., 2009), (Mihrshahi et al., 2008), (GENEVA, 2001). sebuah studi di
Bangladesh menunjukkan menyusui sampai usia 6 bulan merupakan
faktor dominan dalam mengurangi angka kesakitan bayi (Mihrshahi et
al., 2008). ASI eksklusif selama 6 bulan terbukti paling protektif
terutama, terhadap infeksi gastrointestinal (Kramer and Kakuma, 2002),
(GENEVA, 2001) yang termasuk penyebab utama kematian balita
secara global (Unicef 2007 dalam (Fombong et al., 2016). Semua ibu di
seluruh dunia, menyusui telah terbukti untuk meningkatkan kesehatan
tertentu (GENEVA, 2001) seperti mengurangi risiko kanker payudara
dan ovarium, diabetes mellitus tipe 2 dan depresi pasca persalinan
(Kramer and Kakuma, 2002). Durasi dan jenis praktek menyusui
-
4
berdampak pada efek menguntungkan menyediakan untuk ibu dan
anak (Kramer and Kakuma, 2002) dan (GENEVA, 2001).
Secara Global cakupan ASI Eksklusif mencapai 36 persen pada
tahun 2011 (Unicef, 2013). Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 cakupan ASI Eksklusif di Indonesia mencapai 38.0%
persen, yang masih jauh dari Target Global World Health Assembly
(WHA) yaitu 50 persen pada tahun 2025 (WHO and UNICEF, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Sefene et al. (2013) di Kota Bahir Dar
Ethiopia menemukan prevalensi pemberian ASI eksklusif sebesar
49.1%. berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Varshney et al.
(2012) di pemukiman kumuh dalam perkotaan kota Anand, Gujarat
menemukan prevalensi pemberian ASI eksklusif sebesar 22.7%.
Indikator derajat kesehatan masyarakat diukur dari Umur Harapan
Hidup (UHH) yang terkait erat dengan Angka Kematian Bayi (AKB),
Angka Kematian Ibu (AKI), dan status gizi bayi dan balita. Sasaran
Pembinaan Perbaikan Gizi Masyarakat adalah meningkatnya
pelayanan gizi masyarakat (Kemenkes, 2015)
Mengacu pada capaian Target Rencana Strategi Kementerian
Kesehatan pada tahun 2015 yaitu sebesar 39 persen, maka secara
nasional cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
sudah mencapai target. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013, cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
di Propinsi Sulawesi Selatan yaitu 71.5 persen artinya cakupan
-
5
pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan
Propinsi Sulawesi Selatan telah mencapai target (Kemenkes, 2013a)
dan hampir mencapai level tertinggi target cakupan ASI Eksklusif tahun
2019 yaitu sebesar 80 persen (Bappenas, 2014).
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada maret 2016 mencapai
28,01 juta orang atau 10.86 persen. Persentase penduduk miskin
didaerah perkotaan pada maret 2016 sebesar 10.34 juta orang atau
7.79 persen (BPS, 2016b). Perhatian perlunya upaya kesehatan bagi
kelompok miskin kota yang sebagian besar tinggal di permukiman
kumuh pertama terlihat dengan adanya publikasi WHO dan UN-Habitat
yang membahas hal itu sebagai bagian utama dari upaya
pembangunan kota seperti misalnya laporan pertemuan regional WHO
2011 dan publikasi WHO dan UN-Habitat pada tahun yang sama
(Development and Organization, 2010).
Penelitian tentang cakupan dan determinan ASI eksklusif umumnya
dilakukan pada penduduk yang bersifat umum atau kelompok umur
tertentu. Meningkatnya urbanisasi pada perkotaan merupakan sebab
tingginya populasi pada pemukiman kumuh dalam perkotaan di negara
berkembang (Varshney et al., 2012). Permukiman yang tidak layak huni
karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang
tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak
memenuhi syarat merupakan kategori dalam pemukiman kumuh
menurut Undang – Undang Nomor 01 tahun 2011 tentang pemukiman.
-
6
Daerah perkotaan memiliki pertumbuhan yang cepat juga pada
populasi kumuh (Varshney et al., 2012). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2016 salah satu indikator utama
sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga adalah bayi
mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif (PMK, 2016).
Angka kematian bayi pada kelompok termiskin adalah 61 per 1000
kelahiran hidup, jauh lebih tinggi dari golongan terkaya sebesar 17 per
1000 kelahiran hidup. Penyakit infeksi yang merupakan penyebab
kematian balita dan bayi seperti infeksi saluran pernapasan akut, diare
dan tetanus lebih sering terjadi pada kelompok miskin (Amiruddin and
Hasmi, 2014)
Teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) perilaku seseorang
ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing
Factors), faktor pendukung (enabling factors), dan faktor
pendorong/penguat (reinforcing factors) dimana Faktor-faktor
presdisposisi yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif
meliputi umur ibu, etnik, mode kelahiran, tempat melahirkan, tempat
tinggal, paritas, konseling ANC tentang ASI Eksklusif, pekerjaan, tingkat
pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu terhadap ASI dan
pendapatan. Faktor pemungkin meliputi keterpaparan informasi dan
faktor pendukung meliputi dukungan suami dan dukungan keluarga
serta dukungan petugas kesehatan.
-
7
Khan et al. (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa
permukiman kumuh terdapat kelompok beresiko dengan keterbatasan
akses pelayanan kesehatan tentang pelayanan Antenatal Care (ANC)
dan ASI Eksklusif pada kelompok ibu hamil di permukiman kumuh,
ditemukan hasil bahwa sebagian besar ibu hamil di wilayah kumuh
masih mendapatkan pelayanan Antenatal Care kunjungan pertama
akan tetapi untuk persalinan sebagian besar dilakukan di rumah tanpa
pertolongan medis. Hambatan akses kesehatan diantaranya tradisi
keluarga, keterbatasan biaya dan perlakuan kasar dari petugas
kesehatan.
Penelitian yang dilakukan Dave et al. (2014a) pada daerah kumuh
dalam perkotaan di Kota Ahmedabad, India menemukan bahwakelas
sosial yang lebih tinggi, pendidikan tinggi dan penyuluhan yang
diberikan selama periode antenatal dan post natal tentang menyusui
memiliki dampak positif yang signifikan secara statistik dalam
menentukan attachment baik dalam menyusui. Hal ini dapat
memberikan rujukan yang tepat untuk tetap memberdayakan konseling
selama periode antenatal dan post natal berhubungan dengan
menyusui.
Penelitian Pati SS.,et.,al (2009) dan Raval D.,et.al (2011) dalam
Varshney et al. (2012) ada peningkatan risiko praktik pemberian makan
anak yang tidak benar pada daerah kumuh perkotaan. Area kumuh
perkotaan menjadi kelompok terabaikan yang menjadi sumber utama
-
8
permasalahan kesehatan dalam spektrum luas yang harus dikelola oleh
tenaga kesehatan.Kondisi lingkungan alami dari permukiman kumuh,
faktor perilaku, budaya, dan sosial yang unik dari populasi kumuh
sehingga sulit untuk mendeteksi spektrum, beban dan penyebab
penyakit. Kurangnya data kesehatan tentang kekumuhan menyebabkan
alokasi yang tidak tepat sasaran dan tidak realistik dari pelayanan
kesehatan baik oleh pemerintah maupun swasta (Riley et al., 2007).
Beberapa hal yang menjadi alasan masalah kesehatan pada
penduduk kumuh yaitu kesehatan pada penduduk kumuh akan
menentukan baik tidaknya indikator kesehatan perkotaan maupun
secara nasional, merupakan Gradien Transisi yang sangat bervariasi
dimana daerah kumuh bukan lagi merupakan bagian dari pedesaan
tetapi juga pada daerah perkotaan, ada perlakuan yang tidak adil dalam
pelayanan kesehatan dimana data secara konsisten menunjukan
kesehatan pada daerah kumuh jauh lebih buruk daripada daerah
perkotaan lainnya, kepadatan tinggi, lingkungan yang tidak sehat dan
perilaku hidup bersih dan sehat tidak terjaga (Mberu et al., 2016).
Iskandar MB (1990) dalam Kommula et al. (2014) menyatakan
bahwa setiap daerah dan masyarakat mempunyai kebisaan menyusui
berbeda beda. Untuk mengetahui perbedaan area kumuh dan bukan
kumuh penelitian Dave et al. (2014a) mengkalisifikasikan berdasarkan
pendapatan dalam status sosial ekonomi. Angka kematian anak di
daerah-daerah miskin pinggir perkotaan jauh lebih tinggi daripada rata-
-
9
rata angka kematian anak diperkotaan. Sebuah studi tentang “mega-
kota” di Jabotabek tahun 2000 menemukan bahwa angka kematian
anak sampai 5 lima kali lebih tinggi dikecamatan kecamatan perkotaan
pinggiran kota yang miskin di Jabotabek daripada dipusat kota Jakarta
(Amiruddin and Hasmi, 2014).
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada ibu mengurangi
kemungkinan anak mengalami stunting dan BBLR seperti penelitian
yang dilakukan pada tiga negara Asia Selatan yaitu Zimbabwe, Malawi
dan Tanzania(Makoka and Masibo, 2015).Anak – anak dari ibu yang
kurang berpendidikan umumnya memiki angka kematian yang lebih
tinggi daripada mereka yang lahir dari ibu yang lebih berpendidikan.
Selama kurun waktu 1998-2007, angka kematian bayi pada anak –
anak dari ibu yang tidak berpendidikan adalah 73 per 1000 kelahiran
hidup, sedangkan angka kematian bayi pada anak – anak dari ibu yang
berpendidiakn yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup (Amiruddin and Hasmi,
2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Kommula et al. (2014) pengetahuan
dan pemberian ASI Eksklusif pada daerah kumuh masih rendah.
Praktek pemberian air, madu, susu formula, bubur dilakukan sebelum
usia bayi enam bulan sebagian besar dipengaruhi oleh nenek dari
kedua belah pihak pasangan meskipun ibu tahu manfaat dari ASI
esklusif dengan ketebatasan pemahaman tentang istilah ASI eskslusif,
-
10
kurangnya supply ASI pada ibu dan masalah payudara serta
kembalinya Ibu bekerja (Myat Pan et al., 2016)
Penelitian yang dilakukan Rokade (2015) dan Kommula et al.
(2014) Beberapa faktor yang dapat menyebabkan ketidakberhasilan
ASI Eksklusif adalah sosial ekonomi, kependudukan dan epidemiologi,
seperti ibu bekerja, ibu usia di bawah 20 tahun, tidak ada ayah dalam
struktur keluarga, status sosial ekonomi rendah, kunjunagn ANC
rendah, bayi yang tidak tinggal sekamar dengan ibunya saat berada di
rumah sakit, menjadi ibu pertama kali, jenis kelahiran, dan faktor gizi
yang berhubungan, seperti penggunaan dot atau botol (Warkentin et
al., 2013).
Faktor keyakinan dan praktik sosial dan budaya seperti etnik yang
mengakibatkan tidak optimal dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu
mengangggap kolostrum sebagai susu yang kotor atau tidak sehat, dan
dengan menyusui payudara akan menjadi kendur (Wanjohi et al.,
2017), kesenjangan budaya dan agama merupakan faktor maternal
utama yang mempengaruhi praktek pemberian ASI Eksklusif (Fombong
et al., 2016).
Akses terhadap informasi merupakan hal penting untuk
meningkatkan pengetahuan dan kepedulian terhadap apa yang terjadi
disekeliling dan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku (Kemenkes,
2013b). Dukungan keluarga (Biswas, 2010) dan dukungan petugas
kesehatan (Abdullah and Ayubi, 2013) merupakan faktor yang
-
11
berhubungan secara signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan dan faktor-faktor tersebut sesuai dengan teori
Lawrence Green (1980).
Penelitian tentang ASI eksklusif dipermukiman kumuh dalam
perkotaan pernah dilakukan diberbagai negara di Asia seperti di Kota
Gwalior, India(Tiwari et al., 2009), Kota Ahmedaba, India(Dave et al.),
Kabupaten Anan, Gujarat (Varshney et al., 2012), Kota Bangladesh
(Arifeen et al., 2001), dan Kota Solapur, Maharashtra (Rokade, 2015)
tetapi penelitian tentang ASI eksklusif di Indonesia pada permukiman
kumuh dalam perkotaan belum pernah dilakukan.
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2010), perilaku merupakan
faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Untuk mencapai target
pemberian ASI Eksklusif maka intervensi terhadap perilaku menjadi
sangat strategis. Untuk melakukan intervensi yang tepat sasaran perlu
dilakukan suatu penelitian tentang cakupan pemberian ASI Eksklusif
pada usia bayi 0-6 bulan dan faktor - faktor yang mempengaruhinya
pada pemukiman kumuh dalam perkotaan, karena pemukiman kumuh
merupakan kelompok yang perlu diperhitungkan dalam pencapaian
target nasional pemberian ASI Eksklusif, dan dipemukiman kumuh
meningkatkan risiko kematian dan kesakitan pada bayi dan kasus gizi
buruk pada daerah tersebut (Sapna et al., 2009).
-
12
B. Rumusan Masalah
Jumlah penduduk miskin di Kota Makassar pada tahun 2015
mengalami penurunan jika dibanding dengan tahun 2014. Secara
absolut jumlah penduduk miskin turun pada periode 2015 sebesar 0,99
ribu jiwa, yaitu 64,23 ribu jiwa pada tahun 2014 menjadi 63,24 ribu jiwa
pada tahun 2015 (BPS, 2016a). Berdasarkan Profil Kesehatan Kota
Makassar tahun 2015 cakupan pemberian ASI Eksklusif Kota Makassar
usia 0 – 6 bulan sudah mencapai dan melebihi target yaitu 72,43
persen dari target renstra tahun 2015 yaitu 39 persen dan hampir
mencapai target nasional yaitu 80 persen (Kemenkes, 2016).
Menurut Undang – Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 128 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap bayi berhak
mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan, kecuali
atas indikasi medis. Namun, secara khusus belum pernah diadakan
survey atau penelitian mengenai gambaran cakupan dan faktor – faktor
yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai usia 6
bulan di pemukiman kumuh dalam perkotaan. Oleh sebab itu penelitian
ini ingin mengetahui determinan yeng berhubungan dengan pemberian
ASI Eksklusif di permukiman kumuh dalam perkotaan ?
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian
adalah :
-
13
1. Bagaimana cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai usia
6 bulan di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan
2. Faktor presdisposisi yang berhubungan dengan pemberian ASI
Eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan di Pemukiman Kumuh
dalam Perkotaan.
3. Faktor pemungkin yang berhubungan dengan pemberian ASI
Eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan di Pemukiman Kumuh
dalam Perkotaan.
4. Faktor penguat yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif
pada bayi sampai usia 6 bulan di Pemukiman Kumuh.
5. Faktor apa yang paling dominan dalam pemberian ASI Eksklusif
pada bayi sampai usia 6 bulan di Pemukiman Kumuh dalam
Perkotaan.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya determinan pemberian ASI eksklusif pada bayi
sampai usia 6 bulan di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan,
Kecamatan Tallo Kota Makassar
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai
usia 6 bulan di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan
b. Mengetahui hubungan antara faktor predisposisi yaitu umur,
etnik, jenis persalinan, paritas, tempat melahirkan, pekerjaan,
-
14
tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, sikap ibu terhadap ASI
dan pendapatan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif pada
bayi sampai usia 6 bulan di Pemukiman Kumuh dalam
Perkotaan.
c. Mengetahui hubungan antara faktor pemungkin yaitu
keterpaparan informasi dengan pemberian ASI Eksklusif pada
bayi sampai usia 6 bulan di Pemukiman Kumuh dalam
Perkotaan.
d. Mengetahui hubungan antara faktor penguat yaitu dukungan
suami, dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan
dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan
di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan.
e. Mengetahui faktor apa yang paling dominan dalam pemberian
ASI Eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan di Pemukiman
Kumuh dalam Perkotaan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Petugas Kesehatan
Mengembangkan promosi kesehatan khususnya tentang ASI
Eksklusif pada bayi agar bisa menjangkau ke semua kalangan.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan peneliti, khususnya dalam hal peningkatan perilaku
pemberian ASI Eksklusif pada bayi.
-
15
3. Bagi Masyarakat
Sebagai acuan dan dorongan masyarakat untuk meningkatkan
praktik pelaksanaan perilaku pemberian ASI eksklusif pada bayi oleh
ibu.
-
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rekomendasi Pemberian ASI Eksklusif
Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan setiap warga negara. Peningkatan kemajuan dan
kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada kemampuan dan
kualitas sumberdaya manusianya. Ukuran kualitas sumberdaya
manusia dapat dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat antara lain dapat dilihat
pada tingkat kemiskinan dan status gizi masyarakat (Bappenas, 2011).
Komitmen global untuk Millennium Development Goals (MDGs) telah
membawa kemajuan yang signifikan dalam kelangsungan hidup anak
dengan rata-rata penurunan 3,4%. secara global angka kematian balita
per tahun (1-59 bulan) sejak tahun 1990, namun Kemajuan dalam
pengurangan angka kematian neonatal dibilang jauh lebih lambat
secara global yaitu turun 2,0% setiap tahun sejak 1990, (Khanal et al.,
2015).
Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai agenda global
untuk pembangunan pasca 2015 merupakan seperangkat tujuan dan
target baru yang menggantikan Millenium Development Goals (MDGs)
pada tahun ini. Perlu adanya komitmen kuat dari negara-negara di
dunia terkait gizi agar menjadi aksi nyata. Selain itu, perlu lebih banyak
dana yang diinvestasikan dalam penyediaan makanan yang bergizi
-
17
(Loewe and Rippin, 2015). Program Pembangunan berkelanjutan atau
Sustainable Development Goals (SDGs), Indonesia memiliki 17 target
SDGs yang ingin dicapai pada 2030. Dari tujuhbelas target tersebut,
menyusui (Air Susu Ibu) menjadi peran penting dalam pengembangan
sumber daya manusia (Kementrian Kesehatan, 2015).
Perilaku menyusui dalam beberapa hari pertama kehidupan
memainkan peran penting dalam kesehatan neonatal (Munos et al.,
2014). Sebuah tinjauan sistematis menunjukkan bahwa inisiasi
menyusui dalam waktu 24 jam setelah kelahiran dikaitkan dengan
penurunan 44 persen menjadi 45 persen pada semua penyebab
kematian neonatal yang terkait dengan infeksi karena efek dari
pemberian ASI Eksklusif (Debes et al., 2013). Studi di Nepal (Mullany et
al., 2008), India (Garcia et al., 2011), dan Ghana (Tawiah-Agyemang et
al., 2008) telah melaporkan bahwa bayi baru lahir yang pertama kali
disusui dalam waktu 24 jam setelah kelahiran memiliki risiko relatif lebih
rendah dari kematian neonatal dan menyusui pada bayi yang baru lahir
untuk dimulai setelah hari pertama.
Strategi global untuk kesehatan bayi dan balita adalah bayi harus
mengkomsumsi ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan
untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, pengembangan dan
kesehatan. Setelah itu, untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan
gizi mereka, bayi harus menerima nutrisi yang memadai dan makanan
pendamping yang aman saat menyusui hingga usia dua tahun atau
-
18
lebih.(WHO, 2003). Sustanable Development Goals (SDGs) yang
terkait dengan menyusui yaitu tujuan dua dan tujuan tiga dimana
menitikberatkan pada penanggulangan kelaparan, dan masalah
kesejahteraan.
Untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, World Health
Organization (WHO) merekomendasikan ibu diseluruh dunia untuk
menyusui bayi secara eksklusif selama enam bulan. Setelah itu bayi
diberi makanan pendamping bergizi dan tetap menyusui sampai usia
dua tahun atau lebih. Konvensi tentang hak anak (1989) negara
menjamin setiapa nak berhak untuk hidu dan tumbuh berkembang yang
optimal. Untuk mendukung ini, dalam Global Strategy For Infant and
Young Child Feeding (WHO, 2003) merekomendasikan empat hal
penting dalam pemberian makanan bayi dan anak yaitu :
1. Memberikan ASI kepada bayi segera selama waktu 30 menit setelah
bayi lahir
2. Memberi ASi saja sampai anak berusia 6 bulan (ASI Eksklusif)
3. Memberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak bayi berusia 6
bulan sampai 24 bulan
4. Meneruskan pemberian ASi sampai anak berusia 24 bualan atau
lebih.
Kementerian Kesehatan (2011) dalam dalam Abdullah and Ayubi
(2013) tentang Deklarasi Innocenti tentang Promotion and Support of
Breasfeeding pada tahun 1990 menyerukan kepada setiap negara
-
19
didunia diharuskan memberikan perlindungan dan dorongan kepada ibu
agar berhasil memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.
Rekomendasi dari lembaga-lembaga dunia ini diadopsi di
Indonesia melalui UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 128
ayat 1 menyatakan “Setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif
sejak dilahirkan selama 6 bulan, kecuali atas indikasi medis”. Selain itu
Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004
menyatakan bahwa pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai anak
berusia 2 tahun untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang optimal.
Hidup sehat merupakan suatu hal yang seharusnya memang
diterapkan oleh setiap orang, mengingat manfaat kesehatan yang
sangat penting bagi setiap manusia, mulai dari konsentrasi dalam
bekerja dan beraktivitas dalam kehidupan sehari - hari tentu
memerlukan kesahatan, baik kesehatan pribadi maupun kesehatan
anak serta keluarga untuk mencapai keharmonisan keluarga
sebenarnya sangatlah mudah serta murah, dibandingkan biaya yang
harus kita keluarkan untuk pengobatan apabila mengalami gangguan
kesehatan. Akan tetapi yang kebanyakan yang terjadi sudah mengidap
penyakit baru mengobati sehingga akan membuat kerugian tersendiri
bagi yang mengalaminya (Ningsih, 2014) dan salah satu alternative
agar bayi dan anak bisa hidup sehat adalah dengan memberikan ASI
Eksklusif pada bayi baru lahir sampai usia 6 bulan (WHO, 2003)
-
20
Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terdiri dari
sepuluh indikator yang mencakup perilaku individu dan gambaran
rumah tangga (Promkes 2009). Data PHBS pada tahun 2007 mengacu
pada indikator PHBS yang sudah ditetapkan tahun 2004. Pada
Indikator individu meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif, kepemilikan/
ketersediaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, penduduk tidak
merokok, penduduk cukup beraktivitas fisik, dan penduduk cukup
mengonsumsi sayur dan buah.
B. Air Susu Ibu (ASI)
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012, Air Susu
Ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. Adanya
faktor protekstif dan nutrient yang sesuai dalam Air Susu Ibu (ASI)
menjamin status gizi bayi yang baik serta kesakitan dan kematian anak
menurun (Kementerian Kesehatan, 2014). Menurut World Health
Organization (WHO), Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah memberikan
ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa cairan apapun kecuali
vitamin, mineral sesuai anjuran medis. ASI adalah cara yang tidak ada
bandingnya menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat pada bayi
ASI juga merupakan bagian integral dari proses reproduksi
dengan implikasi penting bagi kesehatan Ibu. Rekomendasi global bayi
harus menerima ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan
-
21
untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada
kesehatannya. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan gizi saat
perkembangan mereka bayi harus menerima nutrisi yang memadai
dan makanan pendamping yang aman saat menyusui sampai usia dua
tahun atau lebih (WHO, 2003).
Departemen Kesehatan (2010) Dalam Riset Kesehatan Dasar
pola menyusui dikelompokan dalam tiga kategori yaitu menyusui
eksklusif, menyusui predominan, dan meyusui parsial sesuai definisi
WHO.
1. Menyusui eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau
minuman lain, termaksud air putih selain menyusui kecuali obat-
obatan dan vitamin atau minerak tetes. Dalam Riskesdas 2010,
menyusi eksklusif adalah komposit dari pertanyaan bayi masih
disusui, sejak lahir tidak pernah mendapatkan makanan atau
minuman selain ASI, selama 24 jam terakhir bayi hanya disusui
(tidak diberi makanan selain ASI).
2. Menyusui predominan adalah menyusui bayi tetapi pernah
memberikan sedikit air atau minuman berbasis air misalnya the
sebagai makanan atau minuman prelakteal sebelum ASI keluar.
Pada Riskesdas 2010, menyusui predominan komposist dari
pertanyaan : bayi masih disusui, selama 24 jam terakhir bayi hanya
disusui, sejak lahir tidak pernah mendapatkan makanan atau
minuman kecuali minuman berbasis air yaitu air putih atau air teh.
-
22
3. Menyusui parsial adalah menyusui bayi serta diberikan makanan
buatan selain ASI, baik susu formula, bubur atau makanan lainnya
sebelum bayi beumur enam bulan, baik diberikan secara kontinyu
maupun diberikan sebagai makanan prelakteal.
Pemberian ASI Eksklusif telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
No 33 Tahun 2012 dengan tujuan :
1. Menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif
sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya
2. Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya
3. Meningkatkan peran dan dukungan Keluarga, masyarakat,
Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI
Eksklusif
Tidak dapat dipungkiri bahwa ASI merupakan mukjizat Tuhan
yang diberikan kepada umatnya melalui Ibu yang menyusui bayinya
dengan ASI. ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh
unsur kebutuhan bayi, baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. Dan
pemberian ASI selama 1 jam pertama dalam kehidupannya dapat
menyelamatkan 1 juta nyawa bayi (Unicef, 2012).
-
23
1. Keunggulan ASI
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa
aspek yaitu : aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek
kecerdasan, neurologis, dan aspek penundaan kehamilan
a. Aspek Gizi
Keunggulan ASI ditinjau dari aspek gizi antara lain :
1) Manfaat Kolostrum
a) kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama
diare
b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung
dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan
gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada
bayi.
c) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan
mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga
sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama
kelahiran.
d) Membantu mengeluarkan meconium yaitu kotoran bayi
yang pertama berwarna hitam kehijauan
-
24
2) Komposisi ASI
a) ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi
yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk
mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut
b) ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang
berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasan bayi/anak.
c) Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki
perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai untuk
bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu
keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI
mengandung Whei lebih banyak yaitu 63;35. Komposisi ini
menyebabkan protein lebih mudah diserap.
3) Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
a) Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak
dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan
berperan penting untuk proses maturasi sel otak.
Percobaan pada binatang menunjukan bahwa defisiensi
taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata
b) Decoshexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)
adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyun
saturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan
sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI
-
25
sangat mencukupi untuk menjamin peetumbuhan dan
kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh
dapat dibentuk.disentesa dari substansi pembentuknya
(precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam
linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat)
4) Aspek Imonologik
a) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas
kontaminasi
b) Immunoglobullin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya
cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat
melumpuhkan bakteri pathogen E. Coli dan berbagai virus
saluran pencernaan
c) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen
zat kekebalan yang mengikat zat besi disaluran pencernaan
d) Lysosim, enzyme yang melindungi bayi terhdap bakteri (E.
Coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASO
300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
e) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari
4000 sel permil. Terdiri dari 3 macam yaitu : Brochus-
Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan,
Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibody saluran
pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue
(MALT) antibody jaringan payudara ibu.
-
26
f) Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang menganding
nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus
bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan
berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang
merugikan.
5) Aspek Psikoligik
a) rasa percaya diri untuk menyusui bahwa ibu mampu
menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi.
Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying
terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormone
terutama oksitosin yang apada akhirnya akan meningkatkan
produksi ASI.
b) Interaksi Ibu dan Bayi : pertumbuhan dan perkembangan
psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu – bayi tersebut
c) Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang
ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti
sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman
dan puas karena bayi merasakan kehangatab tubuh ibu dan
mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak
bayi masih dalam Rahim.
-
27
6) Aspek Kecerdasan
a) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat
dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang
dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
b) Peneltian menunjukan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI
memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-
6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun Dan 8.3 point lebih
tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang
tidak diberi ASI.
7) Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi dyaraf menelan,
menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat
lebih sempurna
8) Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur
6 bulan. Dengan demikian akanmenghemat pengeluaran rumah
tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya
9) Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid
dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat
kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenas sebagai
Metode Amenorea Laktasi (MAL) (Kemkes, 2001).
-
28
C. Kapan dan Bagaimana ASI di Berikan
Kapan dan bagimana ASI diberikan kepada bayi, menurut
Kementerian Kesehatan dinyatakan :
1. Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui
2. ASI mulai diberi segera setelah Ibu melahirkan dengan meletakkan
di dada ibu. Biarkan bayi berusaha mencari putting susu ibunya
(Inisiasi Menyusu Dini) untuk merangsang agar ASI cepat keluar dan
menghentikan pendarahan setelah melahirkan
3. Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan tidak perlu
dijadwal
4. Memberikan hanya ASI saja hingga bayi berusia enam bulan
5. Setelah bayi berusia enam bulan, selain ASI diberikan juga maknan
pendamping ASi (MP-ASI) dalam bentuk makanan lumat dan jumah
yang sesuai dengan pertambahan umur bayi
6. Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun.
D. Manfaat ASI
Khasiat kesehatan ASI memang telah lama diketahui banyka
orang. Namun, penelitian penelitian menyebutkan banyak manfaat ASI
yang telah berhasil ditemukan. Dengan adanya penemuan ini, saran
untuk memberikan ASI daripada susu forula semakin menguat.
1. Manfaat Bagi Bayi
Banyak manfaat yang diperoleh bayi saat mendapatkan ASI
dari ibunya, seperti :
-
29
a. Membuat bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng
b. Membuat bayi tidak sering sakit
c. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi
d. Pemberian ASI pada bayi akan meningkatkan perlindungan
terhadap banyak penykait seperti radang otak dan diabetes
e. ASI juga dapat membantu melindungi dari penyakit-penakit biasa
seperti infeksi telinga, diare, demam dan melindungi dari Sudden
Infant Death Syndrome (SIDS) atau kematian mendadak bayi
f. Ketika bayi yang sedang menyusui sakit, mereka perlu perawatan
rumah sakit jauh lebih kecil disbanding bayi yang minum susu
botol
g. Air susu ibu memberiakn zat nutrisi yang paling baik dan paling
lengkap bagi pertumbuhan bayi
h. Komponen air susu ibu berunah sesuai perubahan nutrisi yang
diperlukan bayi ketika ia tumbuh
i. Air susu ibu akan melindungi bayi terhadap alergi makanan, jika
makanan yang dikomsumsi sang ibu hanya mengandung sedikit
makanan yang menyebabkan alergi (Kementerian Kesehatan,
2013)
2. Manfaat Bagi Ibu
a. Aspek kontrasepsi
Ibu mungkin tidak menyadari bahwa ASI yang ibu berikan
dengan cara menyusui dapat memberikan aspek kontrasepsi bagi
-
30
ibu. Hal ini dapat terjadi karena hisapan mulut bayi pada putting
susu ibu merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post anterior
hipofise mengeluarkan prolactin. Prolactin masuk ke indung telur,
menekan produkdi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98 persen
metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah
kelahiran bila diberikan hanya ASI saja secara eksklusif dan
belum terjadi menstruasi kembali. Tapi jika ibu sudah mengalami
menstruasi maka ibu diwajibkan untuk menggunakan alat
kontrasepsi lain karena ASI yang diharapkan sebagai alat
kontrasepsi sudah dianggap gagal dengn adanya tanda
menstruasi tadi.
b. Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya
oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi
uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca
persalinan.Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca
persalinan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia
defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang
menyusui lebih rendah disbanding yang tidak menyusui. Selain itu
mencegah kanker dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya
secara eksklusif.Penelitian membuktikan bahwa ibu yang
memberikan ASI secara eksklusif memiliki risiko terkenan kanker
-
31
payudara dan kanker ovarium 25 persen lebih kecil daripada yang
tidak menyusui secara eksklusif.
c. Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih
cepat kemabli ke berat badan semula seperti sebelum hamil.Pada
saat hamil, badan bertambah besar, selain karena ada janin, juga
karena penimbunan lemak dalam tubuh. Cadangan lemak ini
sebenarnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam
proses produksi ASI. Dengan menyusui tubuh akan menghasilkan
ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi
sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Dan jika timbunan lemak
menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan
seperti seblum hamil. Menyusui juga membakar ekstra kalori
sebanyak 200-500 kalori perhari. Jumlah kalori ini hamper sama
dengan jumlah kalori yang dibuangseseorang jika ia berenang
selama beberapa jam ataunaik sepeda selama satu jam
d. Ungkapan kasih sayang
Menyusui juga merupakan ungkapan kasih saying nyata dari
ibu kepada bayinya. Hubungan batin antara ibu dan bayi akan
terjalin erat karena saat menyusui bayi menempel pada tubuh ibu
dan bersentuhan antar kulit. Bayi juga bisa mendengarkan detak
jantung ibu, merasakan kehangatan sentuhan kulit ibu dan
dekapan ibu (Wiji, 2013)
-
32
3. Manfaat Bagi Keluarga
Banyak manfaat yang diperoleh keluarga dari perilaku pemberian
ASI eksklusif kepada bayinya, seperti :
a) Tidak perlu biaya untuk pembelian susu formula dan
perlengkapannya
b) Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula,
misalnya merebus air dan mencuci botol susu
c) Tidak perlu biaya dan waktu untuk merawat dan mengobati bayi
yang sering sakit karena pemberian susu formula
d) Mengurangi biaya dan waktu untuk pemeliharaan kesehatan ibu
e) Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit
(hemat) dalam perawatan kesehatn dan berkurangnya
kekhawatiran bayi akan sakit
f) Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI eksklusif
g) Menghemat waktu keluarga bila bila bayi lebih sehat
h) Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi
keluarga sebab ASI selalu siap tersedia (Kementerian Kesehatan,
2013)
E. Pemukiman Kumuh
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2011,
Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem
yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan,
penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan,
-
33
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 01 tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman, Pemukiman Kumuh
adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan
bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat
Penetapan pemukiman kumuh menurut Surat Keputusan Walikota
Makassar Nomor 050.05/1341/Kep/IX/2014 dikategorikan menjadi 3
(tiga) kategori yaitu lokasi pemukiman kumuh kategori ringan yang
terdiri dari 17 (tujuhbelas) kelurahan, kategori sedang yang terdiri dari
49 (empat puluh Sembilan) kelurahan dan katergori berat yang terdiri
dari 36 (tiga puluh enam) kelurahan yang tersebar di seluruh Kota
Makassar.
Praktek menyusui dalam perkotaan walaupun lebih baik dari rata-
rata nasional tetapi masih jauh dari memuaskan. Hal ini tidak berlaku
pada semua lembaga atau norma atau tempat tempat tertentu dalam
suatu perkotaan. Melek huruf pada ibu merupakan salah satu faktor
penting dalam membesarkan anak. Layanan konseling menyusui perlu
banyak perbaikan di semua pelayanan kesehatan(Varshney et al.,
2012)
-
34
Secara umum, perbedaan kematian antara daerah perkotaan dan
perdesaan adalah dua per tiga untuk semua jenis kematian (Kommula
et al., 2014). Praktek pemberian air, madu, susu formula, bubur
dilakukan sebelum usia bayi enam bulan sebagian besar dipengaruhi
oleh nenek dari kedua belah pihak pasangan meskipun ibu tahu
manfaat dari ASI esklusif dengan ketebatasan pemahaman tentang
istilah ASI eskslusif, kurangnya supply ASI pada ibu dan masalah
payudara serta kembalinya Ibu bekerja (Myat Pan et al., 2016).
Manfaat ASI, terutama ASI eksklusif merupakan suatu hal yang
sudah terbukti. Khususnya pada lingkungan miskin di mana pengenalan
awal tentang susu selain ASI menjadi perhatian khusus karena
pengenceran atau dalam membuat susu berisiko terkontaminasi
patogen sehingga meningkatkan risiko morbiditas dan gizi buruk pada
bayi (Sapna et al., 2009).
F. Faktor Presdiposisi (Predisposing Factors)
1. Sosiodemografi
Lembaga Demografi FE UI (2000) dalam Abdullah and Ayubi
(2013) Demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan
keadaan perubahan-perubahan penduduk yang berhubungan
dengan komponen - komponen perubahan tersebut seperti kelahiran,
kematian, migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan
komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu.
Dalam pengertian yang lebih luas, demografi juga memperhatiakn
-
35
berbagai karakteristik individu maupun kelompok yang meliputi
karakteristik sosial dan demografi, karakteristik pendidikan dan
karakteristik ekonomi. Karakteristik sosial dan demografi meliputi :
umur, paritas, etnik, jenis persalinan, tempat melahirkan, tempat
tinggal, pekerjaan, pendidikan. Karakteristik sosial ekonomi meliputi
jenis pekerjaan, status ekonomi. Karakteristik pendidikan meliputi
tingkat pendidikan (Sefene et al., 2013)
a. Umur Ibu
Menurut Foster dalam Notoatmodjo (2010) untuk mengubah
perilaku individu perlu mengidentifikasi individu tersebut terlebih
dahulu. Identifikasi ini dapat berkaitan dengan karakteristik
individu seperti umur, jenis kelamin dan sebagainya. Menurut
Ebrahim (1978) dalam Ida (2012), tidak semua wanita mempunyai
kemampuan yang sama dalam menyusui. Pada umumnya wanita
lebih muda, kemampuan menyusui lebih baik daripada wanita
yang lebih tua.Salah satu penyebabnya dalah adanya
perkembangan kelenjar yang matang pada pubertas dan
fungsinya yang berubah sesudah melahirkan bayi.penelitian
Munos et al. (2014), merekomendasikan untuk menghindari recall
bias pada penelitian sebaiknya interval umur pada balita tidak
terlalu lama agar terhindar dari bias mengingat ibu ke kejadian
masa lalu.
-
36
Salah satu faktor yang penting dalam kehamilan adalah
umur ibu waktu hamil baik untuk kepentingan ibu maupun janin
dalam pembentukan ASI. Usia 16–20 tahun dianggap masih
berbahaya meskipun lebih kurang resikonya dibanding umur
sebelumnya, namun secara mental psikologis dianggap masih
belum cukup matang dan dewasa untuk menghadapi kehamilan
dan kelahiran. Umur 20–35 tahun adalah kelompok umur yang
paling baik untuk kehamilan sebab secara fisik sudah cukup kuat
juga dari segi mental sudah cukup dewasa. Umur > 35 tahun
dianggap sudah mulai bahaya lagi, sebab secara fisik jika jumlah
kelahiran sebelumnya cukup sudah mulai menurun kesehatan
reproduksinya apalagi banyak atau lebih dari tiga, dan
kemampuan ibu untuk menyusui yang usianya lebih tua, produksi
ASI-nya lebih rendah daripada yang usianya lebih muda (Depkes,
1999).
b. Jenis Persalinan
Varney dkk (2008) dalam Warsini (2015), Persalinan adalah
rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan
sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan
diakhiri dengan pelahiran plasenta. Menurut Liu (2007) dalam
(Warsini, 2015), melahirkan merupakan fungsi yang bersifat
fisiologis. Wajar bila ibu ingin melaksanakan fungsi ini dengan
-
37
cara yang mereka pertimbangkan paling tepat. Menurut
Prawirohardjo dalam (Warsini, 2015), persalinan adalah proses
membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun ke dalam jalan
lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir. Adapun jenis persalinan adalah :
1) Persalinan spontan
Menurut Prawirohardjo dalam Marmi (2012), persalinan
spontan dikatakan spontan jika persalinan berlangsung dengan
kekuatan ibunya sendiri dan melalui jalan lahir. Menurut
Mochtar dalam Marmi (2012), persalinan normal disebut juga
partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta
tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam. Pada persalinan normal setelah bayi lahir, dalam
waktu 30 menit bayi harus segera disusukan. Saat ini bayi
berada dalam keadaan bangun, dan reflek hisapnya sudah
timbul (Warsini, 2015).
2) Persalinan buatan
Menurut Prawirohardjo dalam (Warsini, 2015) persalinan
buatan adalah proses persalinan yang berlangsung dengan
bantuan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps
atau dilakukan operasi seksio sesaria. Ibu yang mengalami
bedah sesar dengan pembiusan umum tidak segera dapat
-
38
menyusui bayinya, karena ibu belum sadar akibat pembiusan.
Apabila keadaan ibu mulai membaik (sadar) penyusuan dini
dapat segera dimulai dengan bantuan tenaga perawat (Warsini,
2015)
3) Persalinan Anjuran
Menurut Prawirohardjo dalam (Warsini, 2015), persalinan
anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya
pemberian pitosin dan prostaglandin.
Penelitian yang dilakukan oleh Hasiana et al. (2015)
menggunakan desain analitik observasional dengan rancangan
penelitian cross sectional menemukan bahwa dari 23 subjek
yang bersalin melalui sectio caesarea, 13 subjek tidak berhasil
ASI eksklusif, dan dari 88 subjek yang bersalin normal, 14
subjek tidak berhasil ASI eksklusif. Hasil analisis dengan chi
square didapatkan bahwa sectio caesarea menurunkan
keberhasilan ASI eksklusif secara sangat signifikan (p < 0,001)
dan odds ratio 6,871 kali lebih besar kemungkinan gagal.
Sectio caesarea menurunkan keberhasilan ASI eksklusif.
Penelitian yang dilakukan oleh Warsini (2015), menemukan
bahwa ibu yang melahirkan secara normal memiliki
kemungkinan keberhasilan ASI Eksklusif 3,97 kali lebih besar
dari pada ibu yang melahirkan secara seksio sesarea.
-
39
Hal ini disebabkan oleh ibu yang mengalami operasi
seksio sesarea terutama dengan pembiusan umum tidak
mungkin segera dapat menyusui bayinya, karena ibu belum
sadar akibat pembiusan. Selain itu terjadinya luka pada
tindakan pembedahan pada operasi sesar juga menimbulkan
nyeri yang lebih berat bila dibandingkan dengan luka rupture
atau episiotomy pada daerah perineum saat melahirkan secara
normal (pervaginaan).
Ibu yang melahirkan secara normal akan lebih cepat
melakukan mobilisasi dini post partum karena ibu sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidur yaitu dalam 24 jam
sampai 48 jam dan dianjurkan agar secepat mungkin ibu
segera berjalan. Mobilisasi yang dini setelah melahirkan akan
memungkinkan ibu dapat segera merawat sendiri bayinya
termaksud dalam menyusui sehingga bayi sedini mungkin
mendapatkan ASI dari ibunya dan menghindarkan bayi dari
pemberian asupan makanan prelakteal yang akan
menggagalkan pemberian ASI eksklusif (Warsini, 2015).
c. Tempat Persalinan
Menurut SDKI 2012, Salah satu faktor utama berkontribusi
tingginya kematian ibu adalah terbatasnya tempat persalinan yang
memadai. Upaya untuk mengurangi risiko kesehatan ibu dan anak
-
40
adalah sangat penting dengan cara meningkatkan persalinan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan professional.
Kementerian Kesehatan menerapkan Seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan di Indonesia, baik Pemerintah maupun
Swasta diminta menerapkan 10 Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui,
tersebut yaitu :
1. Menetapkan Kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu
yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas
2. Melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan kebijakan
tersebut.
3. Memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang manfaat
menyusui dan talaksananya dimulai sejak masa kehamilan,
masa bayi lahir, sampai umur 2 tahun.
4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah
melahirkan di ruang bersalin.
5. Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan
cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi
atas indikasi medis.
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI
kepada bayi baru lahir.
7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu
bersama bayi 24 jam sehari.
-
41
8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa
pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi
ASI.
10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI di
masyarakat dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika
pulang dari Rumah Sakit/ Rumah Bersalin/ Sarana Pelayanan
Kesehatan.
Ibu umur dibawah 20 tahun yang melahirkan di fasilitas
kesehatan cenderung lebih kecil dibandingkan dengan ibu yang
lebih tua.Persalinan pada urutan kelahiran anak ke enam dan
lebih tampak cenderung melahirkan di rumah (67 prsen)
dibandingkan dengan urutan kelahiran anak pertama (30
persen).Terdapat hubungan negatif antara melahirkan di rumah
dan jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan.Ibu yang tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan lebih cenderung melahirkan di
rumah dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan
kehamilannya empat kali atau lebih selama kehamilan (masing-
masing 77 persen dan 31 persen). Adapun jenis falitas persalinan
adalah fasilitas pemerintah, swasta, dan rumah (Kemenkes,
2013b).
Penelitian yang dilakukan oleh Tampah-Naah and Kumi-
Kyereme (2013a), menemukan bahwa ibu yang melahirkan
-
42
difasilitas kesehatan pemerintah memiliki peluang 3,4 kali lebih
tinggi untuk memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan yang
melahirkan dirumah. Sejalan dengan penelitian Fombong et al.
(2016), menemukan ada hubungan tempat melahirkan di fasilitas
kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif.
Hal ini disebabkan oleh ibu yang melakukan persalinan
difasilitas kesehatan mendapatkan info lebih baik tentang ASI
eksklusif daripada yang yang bersalin di fasilitas non kesehatan
(Pertiwi, 2012). Hal ini disebakan pula program program tentang
pemberian ASI Eksklusif yang diterapakan oleh United Nations
Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO)
yang diselenggarakan di Jenewa pada tanggal 13 sampai dengan
17 Maret tahun 2000 dimana untuk menilai bayi dan praktik
pemberian makan pada anak-anak, meninjau intervensi, dan
merumuskan strategi yang komprehensif pada dekade
selanjutnya.
Telah disepakati bahwa strategi global harus membangun
dan terus menerus meingkatkan prestasi khususnya Baby friendly
Hospital Initiative (1991), International Code Of Marketing pada
makanan pendamping dan pengganti ASI pada tahun 1981
(Myres, 1982), dan deklarasi pada perlindungan, promosi dan
dukungan dalam menyusui (1990) (WHO, 2003). Dan 10 langkah
-
43
menuju keberhasilan menyusui di fasilitas – fasilitas kesehatan
(Kemenkes, 2010).
d. Etnik/suku
Ahli sosiologi dalam buku (AHMAD and WAHAB) yang
berjudul Hubungan Etnik Di Malaysia: Perspektif Teori Dan
Praktik, merujuk etnik sebagai satu kelompok manusia yang
mempunyai ikatan kebudayaan yang banyak persamaan seperti
persamaan agama, ras, mahupun asal usulnya. Kumpulan etnik
yang sama berkongsi adat, bahasa, pakaian tradisional, makanan
dan mempunyai hubungan sosial sesama mereka. Perkongsian
nilai telah menghasilkan identiti etnik tertentu yang secara tidak
langsung membahagikan masyarakat dengan kumpulan etnik
yang berbeda. Etnik juga didefinisikan sebagai:
“An ethnic group is defined as a collectivity within a larger
society having real or putative common ancestry, memories of a
shared historical past, and cultural focus on one or more symbolic
elements defined as the epitome of their peoplehood. Examples of
such symbolic elements are: kinship patterns, physical contiguity,
religious affiliation, language or dialect forms, tribal affiliation,
nationality, or any combination of these.” (Schermerhorn, R.
1996:17)”
Penelitian yang dilakukan oleh Fombong et al. (2016)
menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara etnik
-
44
dan pemberian ASI eksklusif dimana faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI tidak eksklusif adalah etnik. Penelitian senada juga
di temukan oleh Sefene et al. (2013) faktor yang mempengaruhi
penghentian ASI eksklusif dimasa bayi adalah etnik.
Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Wanjohi et al.
(2017), menemukan bahwa sosial budaya dalam etnik seseorang
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi dimana
keyakinan atau kepercayaan setiap etnik berbeda – beda dengan
berbagai tradisi turun temurun ada yang sejalan dengan perilaku
baik dalam kesehatan da nada juga yang bertentangan dengan
perilaku kesehatan.
e. Paritas
Paritas adalah jumlah kelahiran bayi dengan umur kehamilan
22 minggu atau lebih (bayi tunggal atau kembar dianggap telah
mampu bertahan hidup diluar kandungan) yang pernah dialami
ibu, dengan kata lain paritas adalah banyaknya bayi yang telah
dilahirkan oleh seorang ibu baik dalam keadaan hidup atau lahir
mati yang terdiri dari :
1. Nullipara, golongan ibu dengan paritas 0 (wanita yang belum
pernah melahirkan bayi).
2. Primipara, golongan ibu dengan paritas 1 (ibu yang telah
pernah melahirkan bayi selama 1 kali)
-
45
3. Multipara, golongan ibu dengan paritas 2-5 (ibu yang telah
pernah melahirkan sebanyak 2 hingga 5 kali)
4. Grande Multipara, golongan ibu dengan paritas lebih dari 5 (ibu
yang telah pernah melahirkan bayi selama lebih dari 5 kali)
(Amiruddin and Hasmi, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Sefene et al. (2013)
menemukan bahwa ibu dengan primipara berpeluang 2 kali untuk
berlatih ASI eksklusif dibanding dengan ibu yang multipara.
Penelitian berbeda di temukan oleh Kimani-Murage et al. (2011)
menemukan bahwa tidak ada hubungan paritas ibu dengan
penghentian ASI eksklusif.
Adanya kaitan antara paritas dengan perilaku ibu
nifas/menyusui dalam memberikan ASI eksklusif meunjukan
pengalaman ibu menyusui sangat berperan dalam tindakannya
memberikan ASI eksklusif. Seorang ibu dengan bayi pertamanya
mungkin akan mngalami masalah ketika menyusui yang
sebetulnya hanya karena tidak tahu cara-cara yang sebenarnya
dan apabila ibu mendengar ada pengalaman menyusui yang
kuang baik yang dialami oleh orang lain akan memmungkinkan ibu
ragu untuk memberikan ASI pada bayinya (Perinasia (2004)
dalam Hakim (2012).
Menurut perinansia (2004) dalam Hakim (2012), paritas
dalam menyusui adalah pengalaman pemberian ASI eksklusif,
-
46
menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui
dalam keluarga serta pengetahuan tentang manfaat ASI
berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk menyusui pada
kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga
serta pengetahuan tentang manfaat ASI berpengaruh terhadap
keputusan ibu untuk menyusui atau tidak. Dukungan dokter bidan/
petugas kesehatan lainnya atau kerabat dekat sangat dibutuhkan
terutama untuk ibu yang pertama kali hamil. Dalam pemberian ASI
eksklusif, ibu yang pertama kali menyusui pengetahuan terhdapa
pemberian ASI eksklusif belum berpengalaman dibandingkan
dengan ibu yang sudah berpengalaman menyusui anak
sebelumnya.
f. Pekerjaan Ibu
Menurut Notoatmodjo (2010), pekerjaan adalah aktivitas
atau kegiatan yang dilakukan oleh responden sehingga
memperoleh penghasilan. Menurut Klasifikasi Baku Jenis
Pekerjaan (KBJI), Bekerja adalah melakukan kegiatan atau
pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu
dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh
pendapatan atau keuntungan. Dalam hal ini pekerja keluarga yang
tidak dibayar termaksud kelompok penduduk yang bekerja.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan ketidakberhasilan
ASI Eksklusif adalah salah satunya adalah ibu bekerja (Warkentin
-
47
et al., 2013). Pekerjaan ibu juga bisa mempengaruhi pengetahuan
dan kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif.
Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan
dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini
disebabkan karena ibu yang bekerja diluar rumah (sector formal)
memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi,
termaksud mendapatkan informasi tentang pemberian ASI
eksklusif(Depkes, 2004).
g. Pendapatan
Faktor sosial ekonomi yang merupakan faktor penentu
mortalitas bayi dan anak. Namun faktor sosial ekonomi bersifat
tidak langsung harus melalui mekanismebiologi tertentu (variabel
antara) yang kemudian baru menimbulkan risiko morbiditas
kemudian bayi akan sakit yang jika tidak dapat disembuhkan
maka akan berujung pada kematian (Amiruddin and Hasmi, 2014).
Status Sosial Ekonomi (SES) merupakan faktor penentu
penting dari standar hidup dan status kesehatan karena
mempengaruhi kejadian dan prevalensi berbagai kondisi
kesehatan. Status sosial ekonomi juga mempengaruhi jaminan
sosial dalam hal aksesibilitas, keterjangkauan, penerimaan dan
pemanfaatan aktual dari berbagai fasilitas kesehatan (Agarwal,
2008).
-
48
Pada penelitian Thakur et al. (2016) menemukan bahwa ibu
dengan pendapatan rendah dan ibu dengan pendapatan sedang
lebih banyak memberikan ASI eksklusif dibanding dengan ibu
yang berpendapatan tinggi. Dalam penelitian ini menemukan
bahwa ada hubungan secara signifikan pendapatan perbulan
dengan pemberian ASI eksklusif.
h. Tingkat Pendidikan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Berbeda dengan Edgar Dalle yang mengatakan bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat, dan pemerintahan melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan yang berlangsung disekolah dan di luar
sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peseta didik agar
dapat memainkan peranandalam berbagai lingkunganhidup
secaratetap untuk masayang akan datang. Sementara John Stuart
Mill (filsuf Inggris, 1806-1873) mengemukakan bahwa pendidikan
itu meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk
-
49
dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan
tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.
Dari beberapa pengertian pakar pendidikan di atas kita dapat
menarik benang merah bahwa pendidikan terkait dengan daya
dalam proses pembentukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani
menuju tingkat kesempurnaan. Pendidikan terkait pula dengan
proses pematangan intelektual, emosional, dan kemanusiaan
yangdilakukan secaraterus-menerus. Dengan demikian
pendidikan diusahakan secara sadar melalui proses bimbingan,
pengajaran dan latihan. Pendidikan adalah pengaruh, usaha, dan
bantuan yang diberikan kepada anak didik agar mereka cakap
dalam melaksanakan tugas hidupnya.Hal itu dapat dilakukan
dengan membantu perkembangan kualitas diri menuju tingkat
kesempurnaan. Dengan kata lain, pendidikan adalah proses
memberikan pengaruh pada kebiasaan tingkah laku, pikiran, dan
perasaan peserta didik.
Jenjang Pendidikan Formal Menurut UU RI No. 20 tahun
2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi. UU RI No. 20 tahun 2003 pasal
14 menyebutkan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
-
50
Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan
kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah,
terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan ini
diperoleh baik secara formal maupun informal. Sedangkan ibu-ibu
yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, umumnya
terbuka menerima perubahan atau hal-hal baru guna
pemeliharaan kesehatannya (Depkes, 2004).
Pendidikan diperkirakan ada katannya dengan pengetahuan
ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif hail ini
dihubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu bahwa seseorang
yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan
yang lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang
rendah (Notoatmodjo, 2010).
Teori Green (1980) dalam (Notoatmodjo, 2010), salah satu
faktor penyebab perubahan perilaku seseorang adalah
pendidikan. Penelitian Radwan (2013) menemukan bahwa tingkat
pendidikan ibu berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif (p
value = 0,10). Senada dengan hal tersebut penelitian Mogre et al.
(2016) pula menemukan bahwa dengan berpendidikan tinggi tiga
kali lebih besar akan memberikan ASI eksklusif pada bayi mereka
(OR 3,5; 95% CI 1,6, 7,7; p = 0,002).
-
51
2. Sikap Terhadap ASI Eksklusif.
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi
yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-
tidak baik dan sebagainnya (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Allport (1954) dalam (Notoatmodjo, 2010), sikap itu
terdiri dari 3 komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek.
Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran
seseorang terhadap objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. Artinya,
bagaimana penilaian (terkandung didalam faktor emosi) orang
tersebut terhadap objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Artinya, sikap
adalah merupakan komponen atau tindakan atau perilaku terbuka.
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk
sikap yang utuh (total attitude).Dalam menentukan sikap yang utuh
ini, pengetahuan, pikiran dan keyakinan serta memegang peranan
penting.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah and Ayubi (2013)
menemukan bahwa sikap ibu merupakan variabel yang paling
dominan dalam pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang memiliki sikap
-
52
positif berpeluang 5,168 kali memberikan ASI Eksklusif dibanding ibu
yang memiliki sikap negatif (p =0.05).
3. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada
saat penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
objek (Notoatmodjo, 2010).
Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010), Pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan
perilaku pada seseorang. Ibu dengan pengetahuan lebih tinggi
tentang ASI Eksklusif lebih mungkin memberikan ASI Eksklusif pada
bayi mereka (P=0,001) (Mogre et al., 2016). Ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dengan praktek pemberian ASI
eksklusif (p = 0,013) (Wijayanti et al., 2016).
G. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
1. Keterpaparan Informasi
Sejauh ini, para penggiat ASI baik pemerintah maupun LSM
telah mensosialisaikan ASI Eksklusif, seperti Asosiasi Ibu Menyusui
Indonesia (AIMI) dimana memberikan informasi-informasi mengenai
ASI Eksklusif dan mendorong ibu untuk memberikan ASI eksklusif
pada bayi mereka.
-
53
Menurut Notoatmodjo (2010), media promosi yang baik adalah
media yang dapat memberikan informasi atau pesan pesan
kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran. Dengan
demikian, sasaran dapat mengubah perilakunya sesuai dengan
pesan yang disampaikan
Penelitian yang dilakukan oleh Suhertusi and Nurjasmi (2015)
tentang pengaruh media promosi kesehatan terhadap pemberian ASI
eksklusif menemukan bahwa ada peningkatan pengetahuan ibu
sebelum dan sesudah diberi promosi kesehatan dengan media
leaflet dan media film, dan media film lebih efektif meningkatkan
pengetahuan dibanding dengan media leaflet.
2. Kunjungan ANC
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala ni