cakupan dan determinan pemberian asi eksklusif di...

93
CAKUPAN DAN DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PEMUKIMAN KUMUH DALAM PERKOTAAN KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR COVERAGE AND DETERMINANTS OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN URBAN SLUM AREA TALLO DISTRICT OF MAKASSAR CITY E R W I N PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    CAKUPAN DAN DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

    DI PEMUKIMAN KUMUH DALAM PERKOTAAN

    KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR

    COVERAGE AND DETERMINANTS OF EXCLUSIVE

    BREASTFEEDING IN URBAN SLUM AREA

    TALLO DISTRICT OF MAKASSAR CITY

    E R W I N

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2017

  • ii

    CAKUPAN DAN DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

    DI PEMUKIMAN KUMUH DALAM PERKOTAAN

    KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR

    Tesis

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

    Program Studi

    Kesehatan Masyarakat

    Disusun dan diajukan oleh

    E R W I N

    Kepada

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2017

  • iii

  • iv

  • v

    PRAKATA

    Bismillahirrahmanirrahim

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

    segala rahmat dan karunia_Nya yang tiada henti diberikan kepada

    hamba_Nya. Salam dan salawat tak lupa kita kirimkan kapada Rasulullah

    Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

    Sungguh sebuah nikmat yang tak ternilai harganya manakala penulisan

    tesis yang berjudul “Cakupan dan Determinan Pemberian ASI Eksklusif di

    Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar”

    Keberhasilan penulis sampai ke tahap penulisan tesis ini tidak

    lepas dari motivasi dan bantuan berbagai pihak selama proses penelitian

    hingga penyelesaian tesis ini sebagai tugak akhir. Karena itu,

    perkenankanlah penulis untuk menyampaikan terima kasih yang sangat

    mendalam dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Bapak

    Ansariadi, SKM.,M.Sc.PH.,Ph.D selaku Ketua Komisi Penasihat dan

    Bapak Dr. Agus Bintara Birawida, S.Kel.,M.Kes selaku Anggota Komisi

    Penasihat atas segala kesabaran, waktu, bantuan, bimbingan, nasihat,

    arahan dan juga saran yang diberikan selama ini kepada penulis. Rasa

    hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan pula

    kepada Bapak Prof. Dr. drg. Andi Arsunan Arsin M.Kes , Bapak Prof. Dr.

    drg. Andi Zulkifli, M.Kes., dan Ibu Dr. Ummu Salmah, SKM.,M.Sc selaku

    Penguji yang telah memberikan arahan, saran dan masukan demi

    perbaikan tesis ini.

  • vi

    Tidak lupa pula penulis haturkan setulus jiwa, rasa terima kasih

    sedalam-dalamnya dan penghargaan atas segala bentuk pengorbanan,

    dukungan, do’a, kesabaran, dan restu kepada kedua orang tua tercinta

    almarhum ayahanda saya La Aga “Al-Fatihah” dan ibu saya tersayang Wa

    Ndohae, yang telah menjadi alasan utama penulis dalam menyelesaikan

    tesis ini, serta saudara-saudari saya tercinta, kemenakan-kemenakan

    tersayang terima kasih atas segala bentuk dukungan doa dan materi yang

    diberikan selama ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

    1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA selaku Rektor Universitas

    Hasanuddin.

    2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin beserta staf.

    3. Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

    Masyarakat Universitas Hasanuddin, Wakil Dekan, Dosen pengajar

    dan seluruh pegawai yang telah memberikan dukungan dan bantuan

    kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan

    Masyarakat Universitas Hasanuddin.

    4. Dr. Ridwan M. Thaha, M.Sc. selaku ketua Program Studi Ilmu

    Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas

    Hasanuddin.

    5. Para Dosen FKM Unhas, khususnya dosen Bagian Epidemiologi, yang

    telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama

    penulis mengikuti pendidikan.

  • vii

    6. Bapak Camat Kecamatan Tallo Kota Makassar beserta staf yang telah

    membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian.

    7. Bapak Lurah Tallo, Lurah Rappokalling, Lurah Kaluku Bodoa, Lurah

    Bulloa, Lurah Wala-walaya, Lurah Pannampu, dan lurah Tallo beserta

    staf yang telah membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian.

    8. Kepala RW dan Kepala RT serta Kader-kader yang telah membantu

    peneliti dalam pelaksanaan penelitian

    9. Seluruh informan yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam

    memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis untuk dapat

    menyelesaikan tesis ini sesuai dengan harapan.

    10. Saudara-saudara dan rekan-rekan seperjuangan di Magister

    Kesehatan Masyarakat/Epidemiologi Angkatan 2015 “Epiders 2015”

    yang telah menjadi teman yang baik yang selalu menjadi tempat

    penulis mengeluarkan keluh kesah selama proses perkuliahan dan

    juga penyelesaian tesis ini.

    11. Terimakasih banyak buat Kak Dr. Lalu Muhammad Saleh,

    SKM.,M.Kes yang sudah menghadirkan adik-adik terbaik untuk

    membantu dalam penelitian. Adik-adik Enumerator saya Dino, Mifta,

    Fara, Andis, Shabrina, dan Anti, tak ada kata lain selain ucapan

    terimakasih banyak yang tulus dari saya atas semua bantuannya

    selama dalam penelitian, semangat studinya, semoga kalian lebih

    sukses.

  • viii

    12. Terimah kasih banyak buat kak Nur Ilham, SKM dan Maternal Group

    yang menjadi tempat bertanya peneliti selama menyusun tesis dan

    terimakasih banyak buat Kak Hanapiah, SKM yang tak henti-hentinya

    selalu menyemangati peneliti dari semester awal sampai penyusunan

    tesis.

    13. Terimakasih banyak buat saudaraku La Ode Hidayat, S.Si.,MARS,

    atas semua bantuan, dukungan yang diberikan. Silaturahim harus

    tetap terjaga!

    Pada akhirnya, manusia memang tidak pernah luput dari

    kekhilafan, karena itu penulis sangat berterima kasih apabila terdapat kritik

    dan saran demi penyempurnaan tesis ini. Semoga hasil karya ini dapat

    memberikan manfaat terhadap pengambilan kebijakan dan perbaikan

    program mengingat manfaat-manfaat dan keuntungan dalam memberikan

    ASI eksklusif.

    Makassar, 07 Agustus 2017

    Penulis

  • ix

  • x

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ............................................. iv

    PRAKATA ................................................................................................... v

    ABSTRAK .................................................................................................. vi

    ABSTRACT ............................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

    DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv

    DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xv

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................ 12

    C. Pertanyaan Penelitian ................................................................... 12

    D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 13

    E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 14

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Rekomendasi Pemberian ASI Eksklusif ........................................ 16

    B. Air Susu Ibu (ASI) ......................................................................... 20

    C. Kapan dan Bagaimana ASI Diberikan ........................................... 28

    D. Manfaat ASI .................................................................................. 28

    E. Pemukiman Kumuh ....................................................................... 32

    F. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) ................................... 34

    G. Faktor Pemungkin (Enabling Factors) ........................................... 52

    H. Faktor Penguat (Reinforcing Factors) ........................................... 56

    I. Kerangka Teori .............................................................................. 59

    J. Kerangka Konsep .......................................................................... 62

  • xii

    K. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ...................................... 63

    L. Hipotesis ....................................................................................... 75

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian ................................................................... 76

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 77

    C. Gambaran Lokasi Penelitian ......................................................... 79

    D. Populasi dan Teknik Sampel ......................................................... 84

    E. Proses Pengumpulan Data ........................................................... 86

    F. Pengolahan Data .......................................................................... 87

    G. Analisis Data ................................................................................. 88

    H. Etika Penelitian ............................................................................. 91

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian ............................................................................. 93

    B. Pembahasan ............................................................................... 114

    C. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 132

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................................. 134

    B. Saran........................................................................................... 135

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    1 Jumlah, luas dan letak wilayah menurut Kelurahan di Kecamatan Tallo, Tahun 2017

    81

    2 Jumlah RT, RW di Kecamatan Tallo tahun 2017

    81

    3 Fasilitas kesehatan menurut jenisnya di Kecamatan Tallo Tahun 2017.

    83

    4 Cakupan pemberian ASI eksklusif pemberian ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017

    93

    5 Karakteristik sosiodemografi di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017

    95

    6 Karakteristik status persalinan di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017

    96

    7 Distribusi frekuensi pengetahuan tentang ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017

    97

    8 Distribusi sikap ibu terhadap ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017

    98

    9 Distribusi keterpaparan informasi tentang ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017

    102

    10 Distribusi dukungan suami di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017

    103

    11 Distribusi dukungan keluarga di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017

    104

    12 Distribusi dukungan petugas kesehatan di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017

    104

  • xiv

    13 Hubungan sosiodemografi dengan pemberian ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017

    106

    14 Hubungan status persalinan dengan pemberian ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017

    108

    15 Hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017

    108

    16 Hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017

    109

    17 Hubungan keterpaparan informasi dengan pemberian ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017

    110

    18 Hubungan kunjungan ANC dengan pemberian ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017

    111

    19 Hubungan dukungan suami, dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017

    112

    20 Hasil analisis bivariat yang masuk dalam uji multivariat

    113

    21 Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik dengan menggunakan metode Backward LR

    114

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    nomor Halaman

    1 Kerangka teori Precede model phase 3 dan 4

    61

    2 Kerangka konsep pemberian ASI eksklusif Model

    Precede

    62

    3 Skema rancangan studi Cross-sectional

    77

    4 Peta lokasi penelitian pemukiman kumuh kategori

    berat Kecamatan Tallo Kota Makassar tahun

    2017

    78

    DAFTAR SINGKATAN

  • xvi

    AA : Arachidonic Acid

    AIMI : Asosiasi Ibu Menyusu Indonesia

    ANC : Antenatal Care

    AKB : Angka Kematian Bayi

    AKI : Angka Kematian Ibu

    ASI : Air Susu Ibu

    BALT : Brochus Asociated Lympocyte Tissue

    BPS : Badan Pusat Statistik

    CI : Coefisien Interval

    Depkes : Departemen Kesehatan

    DHA : Decoshexanoic Acid

    GALT : Gut Asociated Lympocyte Tissue

    HICs : High Income Countries

    IMD : Inisiasi Menyusu Dini

    UNICEF : United Nations Children’s Fund

    Kemenkes : Kementerian Kesehatan

    LMICs : Lower Middle Income Countries

    LL : Lower Limit

    Lg.A : Immunoglobullin A

    MAL : Metode Amenorea Laktasi

    MALT : Mammary Asociated Lympocyte Tissue

    MDGs : Millenium Development Goals

    MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu

    Omega 3 : Asam Linolenat

    Omega 6 : Asam Linoleat

    OR : Odds Ratio

    PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

    Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

    RI : Republik Indonesia

    SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

    SDGs : Sustainable Development Goals

  • xvii

    UL : Upper Limit

    UHH : Umur Harapan Hidup

    UU : Undang-Undang

    WHA : World Health Assembly

    WHO : World Health Organization

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    nomor halaman

    1 Lembar Penjelasan untuk Informan 146

    2 Informed Consent Informan 147

    3 Pedoman Wawancara 148

    4 Hasil Analisis Data SPSS 159

    5 Kode Etik Penelitian 191

    6 Surat Izin Penelitian 192

    7 Surat Keterangan Selesai Penelitian 195

    8 Dokumentasi Penelitian 196

    9 Curiculum Vitae 199

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah memberikan ASI saja pada bayi

    tanpa memberikan makanan atau cairan lain termaksud air kecuali

    untuk obat-obatan atau vitamin dan mineral (WHO, 2003). ASI eksklusif

    mempengaruhi kelangsungan hidup dan perkembangan anak secara

    keseluruhan (Gupta et al., 2010). ASI mengurangi angka morbiditas

    dan mortalitas melalui pengurangan penyakit menular (Eidelman,

    2012).Selain itu, menyusui dapat meningkatkan perkembangan kognitif

    pada anak dan melindungi mereka dari risiko penyakit (Fall et al.,

    2011). ASI Eksklusif dapat meningkatkan status gizi secara langsung

    atau mengurangi infeksi (Keino et al., 2014).

    ASI merupakan sumber nutrisi terbaik yang memiliki komposisi

    bioaktif dan secara ilmiah dapat menyelamatkan kehidupan bayi dan

    anak, serta berkontribusi dalam perbaikan status kesehatan ibu dan

    anak (Heymann et al., 2013). ASI Eksklusif menjadi penting dalam

    mencegah Stunting dan kelebihan berat badan pada anak-anak (Keino

    et al., 2014). Menyusui menurunkan risiko penyakit diare empat sampai

    empatbelas kali lipat (León-Cava et al., 2002) dan risiko penyakit

    pernapasan lima kali lipat (Unicef and WHO, 2006). Menyusui

    membantu mengurangi kematian bayi. Studi di seluruh dunia pada

    negara-negara maju maupun negara berkembang telah menunjukkan

  • 2

    penurunan satu koma lima sampai lima kali lipat dalam kematian di

    antara bayi yang disusui (Feachem and Koblinsky, 1984). Air Susu Ibu

    menjadi Dasar ilmiah mutlak yang tepat sebagai awal pemberian

    makanan dalam satu jam pertama setelah bayi lahir lemah (Edmond et

    al., 2006) dan (Mullany et al., 2008).

    Air Susu Ibu (ASI) memberikan banyak manfaat pada imunologi,

    psikologis, sosial, ekonomi, dan lingkungan.Ini menghasilkan

    peningkatan kesehatan Ibu dan bayi baik pada Lower Middle Income

    Countries (LMICs) dan High Income Countries (HICs)(Eidelman,

    2012).ASI eksklusif selama enam bulan dan diteruskan hingga dua

    tahun atau lebih dengan Makanan Pendamping ASI bergizi seimbang

    sejak usia enam bulan. Bayi tersebut terbukti memiliki IQ lebih tinggi

    dan performa akademik lebih baik untuk mampu bersaing meraih

    peluang lapangan kerja dan penghasilan yang layak (Der et al., 2006).

    ASI juga nyata meningkatkan status gizi pada bayi, Sejak malnutrisi

    berkontribusi pada sebagian penyebab kematian bayi (Heymann et al.,

    2013)

    Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

    2012 menunjukan bahwa Angka Kematian Neonatal (AKN) tidak

    mengalami penurunan yang signifikan sejak tahun 2007, yaitu sebesar

    19 AKN per 1000 kelahiran hidup dari total 32 AKB per 1000 kelahiran

    hidup (Kemenkes, 2013b). UNICEF menyatakan, sebanyak 30.000

    kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia

  • 3

    setiap tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu)

    secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran, tanpa harus

    memberikan makanan atau minuman tambahan pada bayi. Lancet

    2010 dalam (Amiruddin and Hasmi, 2014) menyatakan pemberian ASI

    Eksklusif dapat menurunkan angka kematian bayi sebesar 13 % dan

    dapat menurunkan prevalensi balita pendek.

    Menyusui 4 sampai 6 bulan secara eksklusif dapat menurunkan

    kesakitan dan kematian pada balita GENEVA (2001), (Kramer and

    Kakuma, 2002). Ada bukti dari beberapa pengembangan negara telah

    mengungkapkan bahwa pemberian ASI eksklusif dari setiap durasi

    dibandingkan dengan semua bentuk lain dari ASI adalah lebih protektif

    terhadapbeberapa infeksi dan penyakit selama masa bayi (Koyanagi et

    al., 2009), (Mihrshahi et al., 2008), (GENEVA, 2001). sebuah studi di

    Bangladesh menunjukkan menyusui sampai usia 6 bulan merupakan

    faktor dominan dalam mengurangi angka kesakitan bayi (Mihrshahi et

    al., 2008). ASI eksklusif selama 6 bulan terbukti paling protektif

    terutama, terhadap infeksi gastrointestinal (Kramer and Kakuma, 2002),

    (GENEVA, 2001) yang termasuk penyebab utama kematian balita

    secara global (Unicef 2007 dalam (Fombong et al., 2016). Semua ibu di

    seluruh dunia, menyusui telah terbukti untuk meningkatkan kesehatan

    tertentu (GENEVA, 2001) seperti mengurangi risiko kanker payudara

    dan ovarium, diabetes mellitus tipe 2 dan depresi pasca persalinan

    (Kramer and Kakuma, 2002). Durasi dan jenis praktek menyusui

  • 4

    berdampak pada efek menguntungkan menyediakan untuk ibu dan

    anak (Kramer and Kakuma, 2002) dan (GENEVA, 2001).

    Secara Global cakupan ASI Eksklusif mencapai 36 persen pada

    tahun 2011 (Unicef, 2013). Menurut Riset Kesehatan Dasar

    (Riskesdas) 2013 cakupan ASI Eksklusif di Indonesia mencapai 38.0%

    persen, yang masih jauh dari Target Global World Health Assembly

    (WHA) yaitu 50 persen pada tahun 2025 (WHO and UNICEF, 2014).

    Penelitian yang dilakukan oleh Sefene et al. (2013) di Kota Bahir Dar

    Ethiopia menemukan prevalensi pemberian ASI eksklusif sebesar

    49.1%. berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Varshney et al.

    (2012) di pemukiman kumuh dalam perkotaan kota Anand, Gujarat

    menemukan prevalensi pemberian ASI eksklusif sebesar 22.7%.

    Indikator derajat kesehatan masyarakat diukur dari Umur Harapan

    Hidup (UHH) yang terkait erat dengan Angka Kematian Bayi (AKB),

    Angka Kematian Ibu (AKI), dan status gizi bayi dan balita. Sasaran

    Pembinaan Perbaikan Gizi Masyarakat adalah meningkatnya

    pelayanan gizi masyarakat (Kemenkes, 2015)

    Mengacu pada capaian Target Rencana Strategi Kementerian

    Kesehatan pada tahun 2015 yaitu sebesar 39 persen, maka secara

    nasional cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan

    sudah mencapai target. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

    tahun 2013, cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan

    di Propinsi Sulawesi Selatan yaitu 71.5 persen artinya cakupan

  • 5

    pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan

    Propinsi Sulawesi Selatan telah mencapai target (Kemenkes, 2013a)

    dan hampir mencapai level tertinggi target cakupan ASI Eksklusif tahun

    2019 yaitu sebesar 80 persen (Bappenas, 2014).

    Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada maret 2016 mencapai

    28,01 juta orang atau 10.86 persen. Persentase penduduk miskin

    didaerah perkotaan pada maret 2016 sebesar 10.34 juta orang atau

    7.79 persen (BPS, 2016b). Perhatian perlunya upaya kesehatan bagi

    kelompok miskin kota yang sebagian besar tinggal di permukiman

    kumuh pertama terlihat dengan adanya publikasi WHO dan UN-Habitat

    yang membahas hal itu sebagai bagian utama dari upaya

    pembangunan kota seperti misalnya laporan pertemuan regional WHO

    2011 dan publikasi WHO dan UN-Habitat pada tahun yang sama

    (Development and Organization, 2010).

    Penelitian tentang cakupan dan determinan ASI eksklusif umumnya

    dilakukan pada penduduk yang bersifat umum atau kelompok umur

    tertentu. Meningkatnya urbanisasi pada perkotaan merupakan sebab

    tingginya populasi pada pemukiman kumuh dalam perkotaan di negara

    berkembang (Varshney et al., 2012). Permukiman yang tidak layak huni

    karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang

    tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak

    memenuhi syarat merupakan kategori dalam pemukiman kumuh

    menurut Undang – Undang Nomor 01 tahun 2011 tentang pemukiman.

  • 6

    Daerah perkotaan memiliki pertumbuhan yang cepat juga pada

    populasi kumuh (Varshney et al., 2012). Peraturan Menteri Kesehatan

    Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2016 salah satu indikator utama

    sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga adalah bayi

    mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif (PMK, 2016).

    Angka kematian bayi pada kelompok termiskin adalah 61 per 1000

    kelahiran hidup, jauh lebih tinggi dari golongan terkaya sebesar 17 per

    1000 kelahiran hidup. Penyakit infeksi yang merupakan penyebab

    kematian balita dan bayi seperti infeksi saluran pernapasan akut, diare

    dan tetanus lebih sering terjadi pada kelompok miskin (Amiruddin and

    Hasmi, 2014)

    Teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) perilaku seseorang

    ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing

    Factors), faktor pendukung (enabling factors), dan faktor

    pendorong/penguat (reinforcing factors) dimana Faktor-faktor

    presdisposisi yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif

    meliputi umur ibu, etnik, mode kelahiran, tempat melahirkan, tempat

    tinggal, paritas, konseling ANC tentang ASI Eksklusif, pekerjaan, tingkat

    pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu terhadap ASI dan

    pendapatan. Faktor pemungkin meliputi keterpaparan informasi dan

    faktor pendukung meliputi dukungan suami dan dukungan keluarga

    serta dukungan petugas kesehatan.

  • 7

    Khan et al. (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa

    permukiman kumuh terdapat kelompok beresiko dengan keterbatasan

    akses pelayanan kesehatan tentang pelayanan Antenatal Care (ANC)

    dan ASI Eksklusif pada kelompok ibu hamil di permukiman kumuh,

    ditemukan hasil bahwa sebagian besar ibu hamil di wilayah kumuh

    masih mendapatkan pelayanan Antenatal Care kunjungan pertama

    akan tetapi untuk persalinan sebagian besar dilakukan di rumah tanpa

    pertolongan medis. Hambatan akses kesehatan diantaranya tradisi

    keluarga, keterbatasan biaya dan perlakuan kasar dari petugas

    kesehatan.

    Penelitian yang dilakukan Dave et al. (2014a) pada daerah kumuh

    dalam perkotaan di Kota Ahmedabad, India menemukan bahwakelas

    sosial yang lebih tinggi, pendidikan tinggi dan penyuluhan yang

    diberikan selama periode antenatal dan post natal tentang menyusui

    memiliki dampak positif yang signifikan secara statistik dalam

    menentukan attachment baik dalam menyusui. Hal ini dapat

    memberikan rujukan yang tepat untuk tetap memberdayakan konseling

    selama periode antenatal dan post natal berhubungan dengan

    menyusui.

    Penelitian Pati SS.,et.,al (2009) dan Raval D.,et.al (2011) dalam

    Varshney et al. (2012) ada peningkatan risiko praktik pemberian makan

    anak yang tidak benar pada daerah kumuh perkotaan. Area kumuh

    perkotaan menjadi kelompok terabaikan yang menjadi sumber utama

  • 8

    permasalahan kesehatan dalam spektrum luas yang harus dikelola oleh

    tenaga kesehatan.Kondisi lingkungan alami dari permukiman kumuh,

    faktor perilaku, budaya, dan sosial yang unik dari populasi kumuh

    sehingga sulit untuk mendeteksi spektrum, beban dan penyebab

    penyakit. Kurangnya data kesehatan tentang kekumuhan menyebabkan

    alokasi yang tidak tepat sasaran dan tidak realistik dari pelayanan

    kesehatan baik oleh pemerintah maupun swasta (Riley et al., 2007).

    Beberapa hal yang menjadi alasan masalah kesehatan pada

    penduduk kumuh yaitu kesehatan pada penduduk kumuh akan

    menentukan baik tidaknya indikator kesehatan perkotaan maupun

    secara nasional, merupakan Gradien Transisi yang sangat bervariasi

    dimana daerah kumuh bukan lagi merupakan bagian dari pedesaan

    tetapi juga pada daerah perkotaan, ada perlakuan yang tidak adil dalam

    pelayanan kesehatan dimana data secara konsisten menunjukan

    kesehatan pada daerah kumuh jauh lebih buruk daripada daerah

    perkotaan lainnya, kepadatan tinggi, lingkungan yang tidak sehat dan

    perilaku hidup bersih dan sehat tidak terjaga (Mberu et al., 2016).

    Iskandar MB (1990) dalam Kommula et al. (2014) menyatakan

    bahwa setiap daerah dan masyarakat mempunyai kebisaan menyusui

    berbeda beda. Untuk mengetahui perbedaan area kumuh dan bukan

    kumuh penelitian Dave et al. (2014a) mengkalisifikasikan berdasarkan

    pendapatan dalam status sosial ekonomi. Angka kematian anak di

    daerah-daerah miskin pinggir perkotaan jauh lebih tinggi daripada rata-

  • 9

    rata angka kematian anak diperkotaan. Sebuah studi tentang “mega-

    kota” di Jabotabek tahun 2000 menemukan bahwa angka kematian

    anak sampai 5 lima kali lebih tinggi dikecamatan kecamatan perkotaan

    pinggiran kota yang miskin di Jabotabek daripada dipusat kota Jakarta

    (Amiruddin and Hasmi, 2014).

    Tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada ibu mengurangi

    kemungkinan anak mengalami stunting dan BBLR seperti penelitian

    yang dilakukan pada tiga negara Asia Selatan yaitu Zimbabwe, Malawi

    dan Tanzania(Makoka and Masibo, 2015).Anak – anak dari ibu yang

    kurang berpendidikan umumnya memiki angka kematian yang lebih

    tinggi daripada mereka yang lahir dari ibu yang lebih berpendidikan.

    Selama kurun waktu 1998-2007, angka kematian bayi pada anak –

    anak dari ibu yang tidak berpendidikan adalah 73 per 1000 kelahiran

    hidup, sedangkan angka kematian bayi pada anak – anak dari ibu yang

    berpendidiakn yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup (Amiruddin and Hasmi,

    2014).

    Penelitian yang dilakukan oleh Kommula et al. (2014) pengetahuan

    dan pemberian ASI Eksklusif pada daerah kumuh masih rendah.

    Praktek pemberian air, madu, susu formula, bubur dilakukan sebelum

    usia bayi enam bulan sebagian besar dipengaruhi oleh nenek dari

    kedua belah pihak pasangan meskipun ibu tahu manfaat dari ASI

    esklusif dengan ketebatasan pemahaman tentang istilah ASI eskslusif,

  • 10

    kurangnya supply ASI pada ibu dan masalah payudara serta

    kembalinya Ibu bekerja (Myat Pan et al., 2016)

    Penelitian yang dilakukan Rokade (2015) dan Kommula et al.

    (2014) Beberapa faktor yang dapat menyebabkan ketidakberhasilan

    ASI Eksklusif adalah sosial ekonomi, kependudukan dan epidemiologi,

    seperti ibu bekerja, ibu usia di bawah 20 tahun, tidak ada ayah dalam

    struktur keluarga, status sosial ekonomi rendah, kunjunagn ANC

    rendah, bayi yang tidak tinggal sekamar dengan ibunya saat berada di

    rumah sakit, menjadi ibu pertama kali, jenis kelahiran, dan faktor gizi

    yang berhubungan, seperti penggunaan dot atau botol (Warkentin et

    al., 2013).

    Faktor keyakinan dan praktik sosial dan budaya seperti etnik yang

    mengakibatkan tidak optimal dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu

    mengangggap kolostrum sebagai susu yang kotor atau tidak sehat, dan

    dengan menyusui payudara akan menjadi kendur (Wanjohi et al.,

    2017), kesenjangan budaya dan agama merupakan faktor maternal

    utama yang mempengaruhi praktek pemberian ASI Eksklusif (Fombong

    et al., 2016).

    Akses terhadap informasi merupakan hal penting untuk

    meningkatkan pengetahuan dan kepedulian terhadap apa yang terjadi

    disekeliling dan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku (Kemenkes,

    2013b). Dukungan keluarga (Biswas, 2010) dan dukungan petugas

    kesehatan (Abdullah and Ayubi, 2013) merupakan faktor yang

  • 11

    berhubungan secara signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif pada

    bayi usia 0-6 bulan dan faktor-faktor tersebut sesuai dengan teori

    Lawrence Green (1980).

    Penelitian tentang ASI eksklusif dipermukiman kumuh dalam

    perkotaan pernah dilakukan diberbagai negara di Asia seperti di Kota

    Gwalior, India(Tiwari et al., 2009), Kota Ahmedaba, India(Dave et al.),

    Kabupaten Anan, Gujarat (Varshney et al., 2012), Kota Bangladesh

    (Arifeen et al., 2001), dan Kota Solapur, Maharashtra (Rokade, 2015)

    tetapi penelitian tentang ASI eksklusif di Indonesia pada permukiman

    kumuh dalam perkotaan belum pernah dilakukan.

    Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2010), perilaku merupakan

    faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi

    kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Untuk mencapai target

    pemberian ASI Eksklusif maka intervensi terhadap perilaku menjadi

    sangat strategis. Untuk melakukan intervensi yang tepat sasaran perlu

    dilakukan suatu penelitian tentang cakupan pemberian ASI Eksklusif

    pada usia bayi 0-6 bulan dan faktor - faktor yang mempengaruhinya

    pada pemukiman kumuh dalam perkotaan, karena pemukiman kumuh

    merupakan kelompok yang perlu diperhitungkan dalam pencapaian

    target nasional pemberian ASI Eksklusif, dan dipemukiman kumuh

    meningkatkan risiko kematian dan kesakitan pada bayi dan kasus gizi

    buruk pada daerah tersebut (Sapna et al., 2009).

  • 12

    B. Rumusan Masalah

    Jumlah penduduk miskin di Kota Makassar pada tahun 2015

    mengalami penurunan jika dibanding dengan tahun 2014. Secara

    absolut jumlah penduduk miskin turun pada periode 2015 sebesar 0,99

    ribu jiwa, yaitu 64,23 ribu jiwa pada tahun 2014 menjadi 63,24 ribu jiwa

    pada tahun 2015 (BPS, 2016a). Berdasarkan Profil Kesehatan Kota

    Makassar tahun 2015 cakupan pemberian ASI Eksklusif Kota Makassar

    usia 0 – 6 bulan sudah mencapai dan melebihi target yaitu 72,43

    persen dari target renstra tahun 2015 yaitu 39 persen dan hampir

    mencapai target nasional yaitu 80 persen (Kemenkes, 2016).

    Menurut Undang – Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

    Kesehatan pasal 128 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap bayi berhak

    mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan, kecuali

    atas indikasi medis. Namun, secara khusus belum pernah diadakan

    survey atau penelitian mengenai gambaran cakupan dan faktor – faktor

    yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai usia 6

    bulan di pemukiman kumuh dalam perkotaan. Oleh sebab itu penelitian

    ini ingin mengetahui determinan yeng berhubungan dengan pemberian

    ASI Eksklusif di permukiman kumuh dalam perkotaan ?

    C. Pertanyaan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian

    adalah :

  • 13

    1. Bagaimana cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai usia

    6 bulan di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan

    2. Faktor presdisposisi yang berhubungan dengan pemberian ASI

    Eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan di Pemukiman Kumuh

    dalam Perkotaan.

    3. Faktor pemungkin yang berhubungan dengan pemberian ASI

    Eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan di Pemukiman Kumuh

    dalam Perkotaan.

    4. Faktor penguat yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif

    pada bayi sampai usia 6 bulan di Pemukiman Kumuh.

    5. Faktor apa yang paling dominan dalam pemberian ASI Eksklusif

    pada bayi sampai usia 6 bulan di Pemukiman Kumuh dalam

    Perkotaan.

    D. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Diketahuinya determinan pemberian ASI eksklusif pada bayi

    sampai usia 6 bulan di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan,

    Kecamatan Tallo Kota Makassar

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengetahui cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai

    usia 6 bulan di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan

    b. Mengetahui hubungan antara faktor predisposisi yaitu umur,

    etnik, jenis persalinan, paritas, tempat melahirkan, pekerjaan,

  • 14

    tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, sikap ibu terhadap ASI

    dan pendapatan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif pada

    bayi sampai usia 6 bulan di Pemukiman Kumuh dalam

    Perkotaan.

    c. Mengetahui hubungan antara faktor pemungkin yaitu

    keterpaparan informasi dengan pemberian ASI Eksklusif pada

    bayi sampai usia 6 bulan di Pemukiman Kumuh dalam

    Perkotaan.

    d. Mengetahui hubungan antara faktor penguat yaitu dukungan

    suami, dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan

    dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan

    di Pemukiman Kumuh dalam Perkotaan.

    e. Mengetahui faktor apa yang paling dominan dalam pemberian

    ASI Eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan di Pemukiman

    Kumuh dalam Perkotaan.

    E. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Petugas Kesehatan

    Mengembangkan promosi kesehatan khususnya tentang ASI

    Eksklusif pada bayi agar bisa menjangkau ke semua kalangan.

    2. Bagi Peneliti

    Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu

    pengetahuan peneliti, khususnya dalam hal peningkatan perilaku

    pemberian ASI Eksklusif pada bayi.

  • 15

    3. Bagi Masyarakat

    Sebagai acuan dan dorongan masyarakat untuk meningkatkan

    praktik pelaksanaan perilaku pemberian ASI eksklusif pada bayi oleh

    ibu.

  • 16

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Rekomendasi Pemberian ASI Eksklusif

    Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan

    kesejahteraan setiap warga negara. Peningkatan kemajuan dan

    kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada kemampuan dan

    kualitas sumberdaya manusianya. Ukuran kualitas sumberdaya

    manusia dapat dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM),

    sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat antara lain dapat dilihat

    pada tingkat kemiskinan dan status gizi masyarakat (Bappenas, 2011).

    Komitmen global untuk Millennium Development Goals (MDGs) telah

    membawa kemajuan yang signifikan dalam kelangsungan hidup anak

    dengan rata-rata penurunan 3,4%. secara global angka kematian balita

    per tahun (1-59 bulan) sejak tahun 1990, namun Kemajuan dalam

    pengurangan angka kematian neonatal dibilang jauh lebih lambat

    secara global yaitu turun 2,0% setiap tahun sejak 1990, (Khanal et al.,

    2015).

    Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai agenda global

    untuk pembangunan pasca 2015 merupakan seperangkat tujuan dan

    target baru yang menggantikan Millenium Development Goals (MDGs)

    pada tahun ini. Perlu adanya komitmen kuat dari negara-negara di

    dunia terkait gizi agar menjadi aksi nyata. Selain itu, perlu lebih banyak

    dana yang diinvestasikan dalam penyediaan makanan yang bergizi

  • 17

    (Loewe and Rippin, 2015). Program Pembangunan berkelanjutan atau

    Sustainable Development Goals (SDGs), Indonesia memiliki 17 target

    SDGs yang ingin dicapai pada 2030. Dari tujuhbelas target tersebut,

    menyusui (Air Susu Ibu) menjadi peran penting dalam pengembangan

    sumber daya manusia (Kementrian Kesehatan, 2015).

    Perilaku menyusui dalam beberapa hari pertama kehidupan

    memainkan peran penting dalam kesehatan neonatal (Munos et al.,

    2014). Sebuah tinjauan sistematis menunjukkan bahwa inisiasi

    menyusui dalam waktu 24 jam setelah kelahiran dikaitkan dengan

    penurunan 44 persen menjadi 45 persen pada semua penyebab

    kematian neonatal yang terkait dengan infeksi karena efek dari

    pemberian ASI Eksklusif (Debes et al., 2013). Studi di Nepal (Mullany et

    al., 2008), India (Garcia et al., 2011), dan Ghana (Tawiah-Agyemang et

    al., 2008) telah melaporkan bahwa bayi baru lahir yang pertama kali

    disusui dalam waktu 24 jam setelah kelahiran memiliki risiko relatif lebih

    rendah dari kematian neonatal dan menyusui pada bayi yang baru lahir

    untuk dimulai setelah hari pertama.

    Strategi global untuk kesehatan bayi dan balita adalah bayi harus

    mengkomsumsi ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan

    untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, pengembangan dan

    kesehatan. Setelah itu, untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan

    gizi mereka, bayi harus menerima nutrisi yang memadai dan makanan

    pendamping yang aman saat menyusui hingga usia dua tahun atau

  • 18

    lebih.(WHO, 2003). Sustanable Development Goals (SDGs) yang

    terkait dengan menyusui yaitu tujuan dua dan tujuan tiga dimana

    menitikberatkan pada penanggulangan kelaparan, dan masalah

    kesejahteraan.

    Untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, World Health

    Organization (WHO) merekomendasikan ibu diseluruh dunia untuk

    menyusui bayi secara eksklusif selama enam bulan. Setelah itu bayi

    diberi makanan pendamping bergizi dan tetap menyusui sampai usia

    dua tahun atau lebih. Konvensi tentang hak anak (1989) negara

    menjamin setiapa nak berhak untuk hidu dan tumbuh berkembang yang

    optimal. Untuk mendukung ini, dalam Global Strategy For Infant and

    Young Child Feeding (WHO, 2003) merekomendasikan empat hal

    penting dalam pemberian makanan bayi dan anak yaitu :

    1. Memberikan ASI kepada bayi segera selama waktu 30 menit setelah

    bayi lahir

    2. Memberi ASi saja sampai anak berusia 6 bulan (ASI Eksklusif)

    3. Memberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak bayi berusia 6

    bulan sampai 24 bulan

    4. Meneruskan pemberian ASi sampai anak berusia 24 bualan atau

    lebih.

    Kementerian Kesehatan (2011) dalam dalam Abdullah and Ayubi

    (2013) tentang Deklarasi Innocenti tentang Promotion and Support of

    Breasfeeding pada tahun 1990 menyerukan kepada setiap negara

  • 19

    didunia diharuskan memberikan perlindungan dan dorongan kepada ibu

    agar berhasil memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

    Rekomendasi dari lembaga-lembaga dunia ini diadopsi di

    Indonesia melalui UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 128

    ayat 1 menyatakan “Setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif

    sejak dilahirkan selama 6 bulan, kecuali atas indikasi medis”. Selain itu

    Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004

    menyatakan bahwa pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai anak

    berusia 2 tahun untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi

    yang optimal.

    Hidup sehat merupakan suatu hal yang seharusnya memang

    diterapkan oleh setiap orang, mengingat manfaat kesehatan yang

    sangat penting bagi setiap manusia, mulai dari konsentrasi dalam

    bekerja dan beraktivitas dalam kehidupan sehari - hari tentu

    memerlukan kesahatan, baik kesehatan pribadi maupun kesehatan

    anak serta keluarga untuk mencapai keharmonisan keluarga

    sebenarnya sangatlah mudah serta murah, dibandingkan biaya yang

    harus kita keluarkan untuk pengobatan apabila mengalami gangguan

    kesehatan. Akan tetapi yang kebanyakan yang terjadi sudah mengidap

    penyakit baru mengobati sehingga akan membuat kerugian tersendiri

    bagi yang mengalaminya (Ningsih, 2014) dan salah satu alternative

    agar bayi dan anak bisa hidup sehat adalah dengan memberikan ASI

    Eksklusif pada bayi baru lahir sampai usia 6 bulan (WHO, 2003)

  • 20

    Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terdiri dari

    sepuluh indikator yang mencakup perilaku individu dan gambaran

    rumah tangga (Promkes 2009). Data PHBS pada tahun 2007 mengacu

    pada indikator PHBS yang sudah ditetapkan tahun 2004. Pada

    Indikator individu meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga

    kesehatan, bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif, kepemilikan/

    ketersediaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, penduduk tidak

    merokok, penduduk cukup beraktivitas fisik, dan penduduk cukup

    mengonsumsi sayur dan buah.

    B. Air Susu Ibu (ASI)

    Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012, Air Susu

    Ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. Adanya

    faktor protekstif dan nutrient yang sesuai dalam Air Susu Ibu (ASI)

    menjamin status gizi bayi yang baik serta kesakitan dan kematian anak

    menurun (Kementerian Kesehatan, 2014). Menurut World Health

    Organization (WHO), Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah memberikan

    ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa cairan apapun kecuali

    vitamin, mineral sesuai anjuran medis. ASI adalah cara yang tidak ada

    bandingnya menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan

    perkembangan yang sehat pada bayi

    ASI juga merupakan bagian integral dari proses reproduksi

    dengan implikasi penting bagi kesehatan Ibu. Rekomendasi global bayi

    harus menerima ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan

  • 21

    untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada

    kesehatannya. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan gizi saat

    perkembangan mereka bayi harus menerima nutrisi yang memadai

    dan makanan pendamping yang aman saat menyusui sampai usia dua

    tahun atau lebih (WHO, 2003).

    Departemen Kesehatan (2010) Dalam Riset Kesehatan Dasar

    pola menyusui dikelompokan dalam tiga kategori yaitu menyusui

    eksklusif, menyusui predominan, dan meyusui parsial sesuai definisi

    WHO.

    1. Menyusui eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau

    minuman lain, termaksud air putih selain menyusui kecuali obat-

    obatan dan vitamin atau minerak tetes. Dalam Riskesdas 2010,

    menyusi eksklusif adalah komposit dari pertanyaan bayi masih

    disusui, sejak lahir tidak pernah mendapatkan makanan atau

    minuman selain ASI, selama 24 jam terakhir bayi hanya disusui

    (tidak diberi makanan selain ASI).

    2. Menyusui predominan adalah menyusui bayi tetapi pernah

    memberikan sedikit air atau minuman berbasis air misalnya the

    sebagai makanan atau minuman prelakteal sebelum ASI keluar.

    Pada Riskesdas 2010, menyusui predominan komposist dari

    pertanyaan : bayi masih disusui, selama 24 jam terakhir bayi hanya

    disusui, sejak lahir tidak pernah mendapatkan makanan atau

    minuman kecuali minuman berbasis air yaitu air putih atau air teh.

  • 22

    3. Menyusui parsial adalah menyusui bayi serta diberikan makanan

    buatan selain ASI, baik susu formula, bubur atau makanan lainnya

    sebelum bayi beumur enam bulan, baik diberikan secara kontinyu

    maupun diberikan sebagai makanan prelakteal.

    Pemberian ASI Eksklusif telah diatur dalam Peraturan Pemerintah

    No 33 Tahun 2012 dengan tujuan :

    1. Menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif

    sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan

    memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya

    2. Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI

    Eksklusif kepada bayinya

    3. Meningkatkan peran dan dukungan Keluarga, masyarakat,

    Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI

    Eksklusif

    Tidak dapat dipungkiri bahwa ASI merupakan mukjizat Tuhan

    yang diberikan kepada umatnya melalui Ibu yang menyusui bayinya

    dengan ASI. ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh

    unsur kebutuhan bayi, baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. Dan

    pemberian ASI selama 1 jam pertama dalam kehidupannya dapat

    menyelamatkan 1 juta nyawa bayi (Unicef, 2012).

  • 23

    1. Keunggulan ASI

    Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa

    aspek yaitu : aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek

    kecerdasan, neurologis, dan aspek penundaan kehamilan

    a. Aspek Gizi

    Keunggulan ASI ditinjau dari aspek gizi antara lain :

    1) Manfaat Kolostrum

    a) kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk

    melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama

    diare

    b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung

    dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

    Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan

    gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada

    bayi.

    c) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan

    mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga

    sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama

    kelahiran.

    d) Membantu mengeluarkan meconium yaitu kotoran bayi

    yang pertama berwarna hitam kehijauan

  • 24

    2) Komposisi ASI

    a) ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi

    yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk

    mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut

    b) ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang

    berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan

    kecerdasan bayi/anak.

    c) Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki

    perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai untuk

    bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu

    keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI

    mengandung Whei lebih banyak yaitu 63;35. Komposisi ini

    menyebabkan protein lebih mudah diserap.

    3) Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI

    a) Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak

    dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan

    berperan penting untuk proses maturasi sel otak.

    Percobaan pada binatang menunjukan bahwa defisiensi

    taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata

    b) Decoshexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)

    adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyun

    saturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan

    sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI

  • 25

    sangat mencukupi untuk menjamin peetumbuhan dan

    kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh

    dapat dibentuk.disentesa dari substansi pembentuknya

    (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam

    linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat)

    4) Aspek Imonologik

    a) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas

    kontaminasi

    b) Immunoglobullin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya

    cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat

    melumpuhkan bakteri pathogen E. Coli dan berbagai virus

    saluran pencernaan

    c) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen

    zat kekebalan yang mengikat zat besi disaluran pencernaan

    d) Lysosim, enzyme yang melindungi bayi terhdap bakteri (E.

    Coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASO

    300 kali lebih banyak daripada susu sapi.

    e) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari

    4000 sel permil. Terdiri dari 3 macam yaitu : Brochus-

    Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan,

    Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibody saluran

    pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue

    (MALT) antibody jaringan payudara ibu.

  • 26

    f) Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang menganding

    nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus

    bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan

    berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang

    merugikan.

    5) Aspek Psikoligik

    a) rasa percaya diri untuk menyusui bahwa ibu mampu

    menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi.

    Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying

    terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormone

    terutama oksitosin yang apada akhirnya akan meningkatkan

    produksi ASI.

    b) Interaksi Ibu dan Bayi : pertumbuhan dan perkembangan

    psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu – bayi tersebut

    c) Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang

    ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti

    sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman

    dan puas karena bayi merasakan kehangatab tubuh ibu dan

    mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak

    bayi masih dalam Rahim.

  • 27

    6) Aspek Kecerdasan

    a) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat

    dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang

    dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

    b) Peneltian menunjukan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI

    memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-

    6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun Dan 8.3 point lebih

    tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang

    tidak diberi ASI.

    7) Aspek Neurologis

    Dengan menghisap payudara, koordinasi dyaraf menelan,

    menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat

    lebih sempurna

    8) Aspek Ekonomis

    Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu

    mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur

    6 bulan. Dengan demikian akanmenghemat pengeluaran rumah

    tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya

    9) Aspek Penundaan Kehamilan

    Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid

    dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat

    kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenas sebagai

    Metode Amenorea Laktasi (MAL) (Kemkes, 2001).

  • 28

    C. Kapan dan Bagaimana ASI di Berikan

    Kapan dan bagimana ASI diberikan kepada bayi, menurut

    Kementerian Kesehatan dinyatakan :

    1. Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui

    2. ASI mulai diberi segera setelah Ibu melahirkan dengan meletakkan

    di dada ibu. Biarkan bayi berusaha mencari putting susu ibunya

    (Inisiasi Menyusu Dini) untuk merangsang agar ASI cepat keluar dan

    menghentikan pendarahan setelah melahirkan

    3. Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan tidak perlu

    dijadwal

    4. Memberikan hanya ASI saja hingga bayi berusia enam bulan

    5. Setelah bayi berusia enam bulan, selain ASI diberikan juga maknan

    pendamping ASi (MP-ASI) dalam bentuk makanan lumat dan jumah

    yang sesuai dengan pertambahan umur bayi

    6. Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun.

    D. Manfaat ASI

    Khasiat kesehatan ASI memang telah lama diketahui banyka

    orang. Namun, penelitian penelitian menyebutkan banyak manfaat ASI

    yang telah berhasil ditemukan. Dengan adanya penemuan ini, saran

    untuk memberikan ASI daripada susu forula semakin menguat.

    1. Manfaat Bagi Bayi

    Banyak manfaat yang diperoleh bayi saat mendapatkan ASI

    dari ibunya, seperti :

  • 29

    a. Membuat bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng

    b. Membuat bayi tidak sering sakit

    c. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi

    d. Pemberian ASI pada bayi akan meningkatkan perlindungan

    terhadap banyak penykait seperti radang otak dan diabetes

    e. ASI juga dapat membantu melindungi dari penyakit-penakit biasa

    seperti infeksi telinga, diare, demam dan melindungi dari Sudden

    Infant Death Syndrome (SIDS) atau kematian mendadak bayi

    f. Ketika bayi yang sedang menyusui sakit, mereka perlu perawatan

    rumah sakit jauh lebih kecil disbanding bayi yang minum susu

    botol

    g. Air susu ibu memberiakn zat nutrisi yang paling baik dan paling

    lengkap bagi pertumbuhan bayi

    h. Komponen air susu ibu berunah sesuai perubahan nutrisi yang

    diperlukan bayi ketika ia tumbuh

    i. Air susu ibu akan melindungi bayi terhadap alergi makanan, jika

    makanan yang dikomsumsi sang ibu hanya mengandung sedikit

    makanan yang menyebabkan alergi (Kementerian Kesehatan,

    2013)

    2. Manfaat Bagi Ibu

    a. Aspek kontrasepsi

    Ibu mungkin tidak menyadari bahwa ASI yang ibu berikan

    dengan cara menyusui dapat memberikan aspek kontrasepsi bagi

  • 30

    ibu. Hal ini dapat terjadi karena hisapan mulut bayi pada putting

    susu ibu merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post anterior

    hipofise mengeluarkan prolactin. Prolactin masuk ke indung telur,

    menekan produkdi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.

    Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98 persen

    metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah

    kelahiran bila diberikan hanya ASI saja secara eksklusif dan

    belum terjadi menstruasi kembali. Tapi jika ibu sudah mengalami

    menstruasi maka ibu diwajibkan untuk menggunakan alat

    kontrasepsi lain karena ASI yang diharapkan sebagai alat

    kontrasepsi sudah dianggap gagal dengn adanya tanda

    menstruasi tadi.

    b. Aspek kesehatan ibu

    Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya

    oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi

    uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca

    persalinan.Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca

    persalinan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia

    defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang

    menyusui lebih rendah disbanding yang tidak menyusui. Selain itu

    mencegah kanker dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya

    secara eksklusif.Penelitian membuktikan bahwa ibu yang

    memberikan ASI secara eksklusif memiliki risiko terkenan kanker

  • 31

    payudara dan kanker ovarium 25 persen lebih kecil daripada yang

    tidak menyusui secara eksklusif.

    c. Aspek penurunan berat badan

    Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih

    cepat kemabli ke berat badan semula seperti sebelum hamil.Pada

    saat hamil, badan bertambah besar, selain karena ada janin, juga

    karena penimbunan lemak dalam tubuh. Cadangan lemak ini

    sebenarnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam

    proses produksi ASI. Dengan menyusui tubuh akan menghasilkan

    ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi

    sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Dan jika timbunan lemak

    menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan

    seperti seblum hamil. Menyusui juga membakar ekstra kalori

    sebanyak 200-500 kalori perhari. Jumlah kalori ini hamper sama

    dengan jumlah kalori yang dibuangseseorang jika ia berenang

    selama beberapa jam ataunaik sepeda selama satu jam

    d. Ungkapan kasih sayang

    Menyusui juga merupakan ungkapan kasih saying nyata dari

    ibu kepada bayinya. Hubungan batin antara ibu dan bayi akan

    terjalin erat karena saat menyusui bayi menempel pada tubuh ibu

    dan bersentuhan antar kulit. Bayi juga bisa mendengarkan detak

    jantung ibu, merasakan kehangatan sentuhan kulit ibu dan

    dekapan ibu (Wiji, 2013)

  • 32

    3. Manfaat Bagi Keluarga

    Banyak manfaat yang diperoleh keluarga dari perilaku pemberian

    ASI eksklusif kepada bayinya, seperti :

    a) Tidak perlu biaya untuk pembelian susu formula dan

    perlengkapannya

    b) Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula,

    misalnya merebus air dan mencuci botol susu

    c) Tidak perlu biaya dan waktu untuk merawat dan mengobati bayi

    yang sering sakit karena pemberian susu formula

    d) Mengurangi biaya dan waktu untuk pemeliharaan kesehatan ibu

    e) Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit

    (hemat) dalam perawatan kesehatn dan berkurangnya

    kekhawatiran bayi akan sakit

    f) Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI eksklusif

    g) Menghemat waktu keluarga bila bila bayi lebih sehat

    h) Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi

    keluarga sebab ASI selalu siap tersedia (Kementerian Kesehatan,

    2013)

    E. Pemukiman Kumuh

    Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2011,

    Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem

    yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan,

    penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan,

  • 33

    pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

    permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem

    pembiayaan, serta peran masyarakat.

    Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 01 tahun 2011

    tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman, Pemukiman Kumuh

    adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan

    bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas

    bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat

    Penetapan pemukiman kumuh menurut Surat Keputusan Walikota

    Makassar Nomor 050.05/1341/Kep/IX/2014 dikategorikan menjadi 3

    (tiga) kategori yaitu lokasi pemukiman kumuh kategori ringan yang

    terdiri dari 17 (tujuhbelas) kelurahan, kategori sedang yang terdiri dari

    49 (empat puluh Sembilan) kelurahan dan katergori berat yang terdiri

    dari 36 (tiga puluh enam) kelurahan yang tersebar di seluruh Kota

    Makassar.

    Praktek menyusui dalam perkotaan walaupun lebih baik dari rata-

    rata nasional tetapi masih jauh dari memuaskan. Hal ini tidak berlaku

    pada semua lembaga atau norma atau tempat tempat tertentu dalam

    suatu perkotaan. Melek huruf pada ibu merupakan salah satu faktor

    penting dalam membesarkan anak. Layanan konseling menyusui perlu

    banyak perbaikan di semua pelayanan kesehatan(Varshney et al.,

    2012)

  • 34

    Secara umum, perbedaan kematian antara daerah perkotaan dan

    perdesaan adalah dua per tiga untuk semua jenis kematian (Kommula

    et al., 2014). Praktek pemberian air, madu, susu formula, bubur

    dilakukan sebelum usia bayi enam bulan sebagian besar dipengaruhi

    oleh nenek dari kedua belah pihak pasangan meskipun ibu tahu

    manfaat dari ASI esklusif dengan ketebatasan pemahaman tentang

    istilah ASI eskslusif, kurangnya supply ASI pada ibu dan masalah

    payudara serta kembalinya Ibu bekerja (Myat Pan et al., 2016).

    Manfaat ASI, terutama ASI eksklusif merupakan suatu hal yang

    sudah terbukti. Khususnya pada lingkungan miskin di mana pengenalan

    awal tentang susu selain ASI menjadi perhatian khusus karena

    pengenceran atau dalam membuat susu berisiko terkontaminasi

    patogen sehingga meningkatkan risiko morbiditas dan gizi buruk pada

    bayi (Sapna et al., 2009).

    F. Faktor Presdiposisi (Predisposing Factors)

    1. Sosiodemografi

    Lembaga Demografi FE UI (2000) dalam Abdullah and Ayubi

    (2013) Demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan

    keadaan perubahan-perubahan penduduk yang berhubungan

    dengan komponen - komponen perubahan tersebut seperti kelahiran,

    kematian, migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan

    komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu.

    Dalam pengertian yang lebih luas, demografi juga memperhatiakn

  • 35

    berbagai karakteristik individu maupun kelompok yang meliputi

    karakteristik sosial dan demografi, karakteristik pendidikan dan

    karakteristik ekonomi. Karakteristik sosial dan demografi meliputi :

    umur, paritas, etnik, jenis persalinan, tempat melahirkan, tempat

    tinggal, pekerjaan, pendidikan. Karakteristik sosial ekonomi meliputi

    jenis pekerjaan, status ekonomi. Karakteristik pendidikan meliputi

    tingkat pendidikan (Sefene et al., 2013)

    a. Umur Ibu

    Menurut Foster dalam Notoatmodjo (2010) untuk mengubah

    perilaku individu perlu mengidentifikasi individu tersebut terlebih

    dahulu. Identifikasi ini dapat berkaitan dengan karakteristik

    individu seperti umur, jenis kelamin dan sebagainya. Menurut

    Ebrahim (1978) dalam Ida (2012), tidak semua wanita mempunyai

    kemampuan yang sama dalam menyusui. Pada umumnya wanita

    lebih muda, kemampuan menyusui lebih baik daripada wanita

    yang lebih tua.Salah satu penyebabnya dalah adanya

    perkembangan kelenjar yang matang pada pubertas dan

    fungsinya yang berubah sesudah melahirkan bayi.penelitian

    Munos et al. (2014), merekomendasikan untuk menghindari recall

    bias pada penelitian sebaiknya interval umur pada balita tidak

    terlalu lama agar terhindar dari bias mengingat ibu ke kejadian

    masa lalu.

  • 36

    Salah satu faktor yang penting dalam kehamilan adalah

    umur ibu waktu hamil baik untuk kepentingan ibu maupun janin

    dalam pembentukan ASI. Usia 16–20 tahun dianggap masih

    berbahaya meskipun lebih kurang resikonya dibanding umur

    sebelumnya, namun secara mental psikologis dianggap masih

    belum cukup matang dan dewasa untuk menghadapi kehamilan

    dan kelahiran. Umur 20–35 tahun adalah kelompok umur yang

    paling baik untuk kehamilan sebab secara fisik sudah cukup kuat

    juga dari segi mental sudah cukup dewasa. Umur > 35 tahun

    dianggap sudah mulai bahaya lagi, sebab secara fisik jika jumlah

    kelahiran sebelumnya cukup sudah mulai menurun kesehatan

    reproduksinya apalagi banyak atau lebih dari tiga, dan

    kemampuan ibu untuk menyusui yang usianya lebih tua, produksi

    ASI-nya lebih rendah daripada yang usianya lebih muda (Depkes,

    1999).

    b. Jenis Persalinan

    Varney dkk (2008) dalam Warsini (2015), Persalinan adalah

    rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil

    konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan

    sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan

    diakhiri dengan pelahiran plasenta. Menurut Liu (2007) dalam

    (Warsini, 2015), melahirkan merupakan fungsi yang bersifat

    fisiologis. Wajar bila ibu ingin melaksanakan fungsi ini dengan

  • 37

    cara yang mereka pertimbangkan paling tepat. Menurut

    Prawirohardjo dalam (Warsini, 2015), persalinan adalah proses

    membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun ke dalam jalan

    lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong

    keluar melalui jalan lahir. Adapun jenis persalinan adalah :

    1) Persalinan spontan

    Menurut Prawirohardjo dalam Marmi (2012), persalinan

    spontan dikatakan spontan jika persalinan berlangsung dengan

    kekuatan ibunya sendiri dan melalui jalan lahir. Menurut

    Mochtar dalam Marmi (2012), persalinan normal disebut juga

    partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang

    kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta

    tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang

    dari 24 jam. Pada persalinan normal setelah bayi lahir, dalam

    waktu 30 menit bayi harus segera disusukan. Saat ini bayi

    berada dalam keadaan bangun, dan reflek hisapnya sudah

    timbul (Warsini, 2015).

    2) Persalinan buatan

    Menurut Prawirohardjo dalam (Warsini, 2015) persalinan

    buatan adalah proses persalinan yang berlangsung dengan

    bantuan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps

    atau dilakukan operasi seksio sesaria. Ibu yang mengalami

    bedah sesar dengan pembiusan umum tidak segera dapat

  • 38

    menyusui bayinya, karena ibu belum sadar akibat pembiusan.

    Apabila keadaan ibu mulai membaik (sadar) penyusuan dini

    dapat segera dimulai dengan bantuan tenaga perawat (Warsini,

    2015)

    3) Persalinan Anjuran

    Menurut Prawirohardjo dalam (Warsini, 2015), persalinan

    anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan

    ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya

    pemberian pitosin dan prostaglandin.

    Penelitian yang dilakukan oleh Hasiana et al. (2015)

    menggunakan desain analitik observasional dengan rancangan

    penelitian cross sectional menemukan bahwa dari 23 subjek

    yang bersalin melalui sectio caesarea, 13 subjek tidak berhasil

    ASI eksklusif, dan dari 88 subjek yang bersalin normal, 14

    subjek tidak berhasil ASI eksklusif. Hasil analisis dengan chi

    square didapatkan bahwa sectio caesarea menurunkan

    keberhasilan ASI eksklusif secara sangat signifikan (p < 0,001)

    dan odds ratio 6,871 kali lebih besar kemungkinan gagal.

    Sectio caesarea menurunkan keberhasilan ASI eksklusif.

    Penelitian yang dilakukan oleh Warsini (2015), menemukan

    bahwa ibu yang melahirkan secara normal memiliki

    kemungkinan keberhasilan ASI Eksklusif 3,97 kali lebih besar

    dari pada ibu yang melahirkan secara seksio sesarea.

  • 39

    Hal ini disebabkan oleh ibu yang mengalami operasi

    seksio sesarea terutama dengan pembiusan umum tidak

    mungkin segera dapat menyusui bayinya, karena ibu belum

    sadar akibat pembiusan. Selain itu terjadinya luka pada

    tindakan pembedahan pada operasi sesar juga menimbulkan

    nyeri yang lebih berat bila dibandingkan dengan luka rupture

    atau episiotomy pada daerah perineum saat melahirkan secara

    normal (pervaginaan).

    Ibu yang melahirkan secara normal akan lebih cepat

    melakukan mobilisasi dini post partum karena ibu sudah

    diperbolehkan bangun dari tempat tidur yaitu dalam 24 jam

    sampai 48 jam dan dianjurkan agar secepat mungkin ibu

    segera berjalan. Mobilisasi yang dini setelah melahirkan akan

    memungkinkan ibu dapat segera merawat sendiri bayinya

    termaksud dalam menyusui sehingga bayi sedini mungkin

    mendapatkan ASI dari ibunya dan menghindarkan bayi dari

    pemberian asupan makanan prelakteal yang akan

    menggagalkan pemberian ASI eksklusif (Warsini, 2015).

    c. Tempat Persalinan

    Menurut SDKI 2012, Salah satu faktor utama berkontribusi

    tingginya kematian ibu adalah terbatasnya tempat persalinan yang

    memadai. Upaya untuk mengurangi risiko kesehatan ibu dan anak

  • 40

    adalah sangat penting dengan cara meningkatkan persalinan yang

    dilakukan oleh tenaga kesehatan professional.

    Kementerian Kesehatan menerapkan Seluruh fasilitas

    pelayanan kesehatan di Indonesia, baik Pemerintah maupun

    Swasta diminta menerapkan 10 Langkah Menuju Keberhasilan

    Menyusui. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui,

    tersebut yaitu :

    1. Menetapkan Kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu

    yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas

    2. Melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan kebijakan

    tersebut.

    3. Memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang manfaat

    menyusui dan talaksananya dimulai sejak masa kehamilan,

    masa bayi lahir, sampai umur 2 tahun.

    4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah

    melahirkan di ruang bersalin.

    5. Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan

    cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi

    atas indikasi medis.

    6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI

    kepada bayi baru lahir.

    7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu

    bersama bayi 24 jam sehari.

  • 41

    8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa

    pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui

    9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi

    ASI.

    10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI di

    masyarakat dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika

    pulang dari Rumah Sakit/ Rumah Bersalin/ Sarana Pelayanan

    Kesehatan.

    Ibu umur dibawah 20 tahun yang melahirkan di fasilitas

    kesehatan cenderung lebih kecil dibandingkan dengan ibu yang

    lebih tua.Persalinan pada urutan kelahiran anak ke enam dan

    lebih tampak cenderung melahirkan di rumah (67 prsen)

    dibandingkan dengan urutan kelahiran anak pertama (30

    persen).Terdapat hubungan negatif antara melahirkan di rumah

    dan jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan.Ibu yang tidak

    melakukan pemeriksaan kehamilan lebih cenderung melahirkan di

    rumah dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan

    kehamilannya empat kali atau lebih selama kehamilan (masing-

    masing 77 persen dan 31 persen). Adapun jenis falitas persalinan

    adalah fasilitas pemerintah, swasta, dan rumah (Kemenkes,

    2013b).

    Penelitian yang dilakukan oleh Tampah-Naah and Kumi-

    Kyereme (2013a), menemukan bahwa ibu yang melahirkan

  • 42

    difasilitas kesehatan pemerintah memiliki peluang 3,4 kali lebih

    tinggi untuk memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan yang

    melahirkan dirumah. Sejalan dengan penelitian Fombong et al.

    (2016), menemukan ada hubungan tempat melahirkan di fasilitas

    kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif.

    Hal ini disebabkan oleh ibu yang melakukan persalinan

    difasilitas kesehatan mendapatkan info lebih baik tentang ASI

    eksklusif daripada yang yang bersalin di fasilitas non kesehatan

    (Pertiwi, 2012). Hal ini disebakan pula program program tentang

    pemberian ASI Eksklusif yang diterapakan oleh United Nations

    Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO)

    yang diselenggarakan di Jenewa pada tanggal 13 sampai dengan

    17 Maret tahun 2000 dimana untuk menilai bayi dan praktik

    pemberian makan pada anak-anak, meninjau intervensi, dan

    merumuskan strategi yang komprehensif pada dekade

    selanjutnya.

    Telah disepakati bahwa strategi global harus membangun

    dan terus menerus meingkatkan prestasi khususnya Baby friendly

    Hospital Initiative (1991), International Code Of Marketing pada

    makanan pendamping dan pengganti ASI pada tahun 1981

    (Myres, 1982), dan deklarasi pada perlindungan, promosi dan

    dukungan dalam menyusui (1990) (WHO, 2003). Dan 10 langkah

  • 43

    menuju keberhasilan menyusui di fasilitas – fasilitas kesehatan

    (Kemenkes, 2010).

    d. Etnik/suku

    Ahli sosiologi dalam buku (AHMAD and WAHAB) yang

    berjudul Hubungan Etnik Di Malaysia: Perspektif Teori Dan

    Praktik, merujuk etnik sebagai satu kelompok manusia yang

    mempunyai ikatan kebudayaan yang banyak persamaan seperti

    persamaan agama, ras, mahupun asal usulnya. Kumpulan etnik

    yang sama berkongsi adat, bahasa, pakaian tradisional, makanan

    dan mempunyai hubungan sosial sesama mereka. Perkongsian

    nilai telah menghasilkan identiti etnik tertentu yang secara tidak

    langsung membahagikan masyarakat dengan kumpulan etnik

    yang berbeda. Etnik juga didefinisikan sebagai:

    “An ethnic group is defined as a collectivity within a larger

    society having real or putative common ancestry, memories of a

    shared historical past, and cultural focus on one or more symbolic

    elements defined as the epitome of their peoplehood. Examples of

    such symbolic elements are: kinship patterns, physical contiguity,

    religious affiliation, language or dialect forms, tribal affiliation,

    nationality, or any combination of these.” (Schermerhorn, R.

    1996:17)”

    Penelitian yang dilakukan oleh Fombong et al. (2016)

    menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara etnik

  • 44

    dan pemberian ASI eksklusif dimana faktor yang mempengaruhi

    pemberian ASI tidak eksklusif adalah etnik. Penelitian senada juga

    di temukan oleh Sefene et al. (2013) faktor yang mempengaruhi

    penghentian ASI eksklusif dimasa bayi adalah etnik.

    Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Wanjohi et al.

    (2017), menemukan bahwa sosial budaya dalam etnik seseorang

    mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi dimana

    keyakinan atau kepercayaan setiap etnik berbeda – beda dengan

    berbagai tradisi turun temurun ada yang sejalan dengan perilaku

    baik dalam kesehatan da nada juga yang bertentangan dengan

    perilaku kesehatan.

    e. Paritas

    Paritas adalah jumlah kelahiran bayi dengan umur kehamilan

    22 minggu atau lebih (bayi tunggal atau kembar dianggap telah

    mampu bertahan hidup diluar kandungan) yang pernah dialami

    ibu, dengan kata lain paritas adalah banyaknya bayi yang telah

    dilahirkan oleh seorang ibu baik dalam keadaan hidup atau lahir

    mati yang terdiri dari :

    1. Nullipara, golongan ibu dengan paritas 0 (wanita yang belum

    pernah melahirkan bayi).

    2. Primipara, golongan ibu dengan paritas 1 (ibu yang telah

    pernah melahirkan bayi selama 1 kali)

  • 45

    3. Multipara, golongan ibu dengan paritas 2-5 (ibu yang telah

    pernah melahirkan sebanyak 2 hingga 5 kali)

    4. Grande Multipara, golongan ibu dengan paritas lebih dari 5 (ibu

    yang telah pernah melahirkan bayi selama lebih dari 5 kali)

    (Amiruddin and Hasmi, 2014).

    Penelitian yang dilakukan oleh Sefene et al. (2013)

    menemukan bahwa ibu dengan primipara berpeluang 2 kali untuk

    berlatih ASI eksklusif dibanding dengan ibu yang multipara.

    Penelitian berbeda di temukan oleh Kimani-Murage et al. (2011)

    menemukan bahwa tidak ada hubungan paritas ibu dengan

    penghentian ASI eksklusif.

    Adanya kaitan antara paritas dengan perilaku ibu

    nifas/menyusui dalam memberikan ASI eksklusif meunjukan

    pengalaman ibu menyusui sangat berperan dalam tindakannya

    memberikan ASI eksklusif. Seorang ibu dengan bayi pertamanya

    mungkin akan mngalami masalah ketika menyusui yang

    sebetulnya hanya karena tidak tahu cara-cara yang sebenarnya

    dan apabila ibu mendengar ada pengalaman menyusui yang

    kuang baik yang dialami oleh orang lain akan memmungkinkan ibu

    ragu untuk memberikan ASI pada bayinya (Perinasia (2004)

    dalam Hakim (2012).

    Menurut perinansia (2004) dalam Hakim (2012), paritas

    dalam menyusui adalah pengalaman pemberian ASI eksklusif,

  • 46

    menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui

    dalam keluarga serta pengetahuan tentang manfaat ASI

    berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk menyusui pada

    kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga

    serta pengetahuan tentang manfaat ASI berpengaruh terhadap

    keputusan ibu untuk menyusui atau tidak. Dukungan dokter bidan/

    petugas kesehatan lainnya atau kerabat dekat sangat dibutuhkan

    terutama untuk ibu yang pertama kali hamil. Dalam pemberian ASI

    eksklusif, ibu yang pertama kali menyusui pengetahuan terhdapa

    pemberian ASI eksklusif belum berpengalaman dibandingkan

    dengan ibu yang sudah berpengalaman menyusui anak

    sebelumnya.

    f. Pekerjaan Ibu

    Menurut Notoatmodjo (2010), pekerjaan adalah aktivitas

    atau kegiatan yang dilakukan oleh responden sehingga

    memperoleh penghasilan. Menurut Klasifikasi Baku Jenis

    Pekerjaan (KBJI), Bekerja adalah melakukan kegiatan atau

    pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu

    dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh

    pendapatan atau keuntungan. Dalam hal ini pekerja keluarga yang

    tidak dibayar termaksud kelompok penduduk yang bekerja.

    Beberapa faktor yang dapat menyebabkan ketidakberhasilan

    ASI Eksklusif adalah salah satunya adalah ibu bekerja (Warkentin

  • 47

    et al., 2013). Pekerjaan ibu juga bisa mempengaruhi pengetahuan

    dan kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif.

    Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan

    dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini

    disebabkan karena ibu yang bekerja diluar rumah (sector formal)

    memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi,

    termaksud mendapatkan informasi tentang pemberian ASI

    eksklusif(Depkes, 2004).

    g. Pendapatan

    Faktor sosial ekonomi yang merupakan faktor penentu

    mortalitas bayi dan anak. Namun faktor sosial ekonomi bersifat

    tidak langsung harus melalui mekanismebiologi tertentu (variabel

    antara) yang kemudian baru menimbulkan risiko morbiditas

    kemudian bayi akan sakit yang jika tidak dapat disembuhkan

    maka akan berujung pada kematian (Amiruddin and Hasmi, 2014).

    Status Sosial Ekonomi (SES) merupakan faktor penentu

    penting dari standar hidup dan status kesehatan karena

    mempengaruhi kejadian dan prevalensi berbagai kondisi

    kesehatan. Status sosial ekonomi juga mempengaruhi jaminan

    sosial dalam hal aksesibilitas, keterjangkauan, penerimaan dan

    pemanfaatan aktual dari berbagai fasilitas kesehatan (Agarwal,

    2008).

  • 48

    Pada penelitian Thakur et al. (2016) menemukan bahwa ibu

    dengan pendapatan rendah dan ibu dengan pendapatan sedang

    lebih banyak memberikan ASI eksklusif dibanding dengan ibu

    yang berpendapatan tinggi. Dalam penelitian ini menemukan

    bahwa ada hubungan secara signifikan pendapatan perbulan

    dengan pemberian ASI eksklusif.

    h. Tingkat Pendidikan

    Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun

    2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

    peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

    memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

    kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

    diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

    Berbeda dengan Edgar Dalle yang mengatakan bahwa

    pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,

    masyarakat, dan pemerintahan melalui kegiatan bimbingan,

    pengajaran, dan latihan yang berlangsung disekolah dan di luar

    sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peseta didik agar

    dapat memainkan peranandalam berbagai lingkunganhidup

    secaratetap untuk masayang akan datang. Sementara John Stuart

    Mill (filsuf Inggris, 1806-1873) mengemukakan bahwa pendidikan

    itu meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk

  • 49

    dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan

    tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.

    Dari beberapa pengertian pakar pendidikan di atas kita dapat

    menarik benang merah bahwa pendidikan terkait dengan daya

    dalam proses pembentukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani

    menuju tingkat kesempurnaan. Pendidikan terkait pula dengan

    proses pematangan intelektual, emosional, dan kemanusiaan

    yangdilakukan secaraterus-menerus. Dengan demikian

    pendidikan diusahakan secara sadar melalui proses bimbingan,

    pengajaran dan latihan. Pendidikan adalah pengaruh, usaha, dan

    bantuan yang diberikan kepada anak didik agar mereka cakap

    dalam melaksanakan tugas hidupnya.Hal itu dapat dilakukan

    dengan membantu perkembangan kualitas diri menuju tingkat

    kesempurnaan. Dengan kata lain, pendidikan adalah proses

    memberikan pengaruh pada kebiasaan tingkah laku, pikiran, dan

    perasaan peserta didik.

    Jenjang Pendidikan Formal Menurut UU RI No. 20 tahun

    2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa

    pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

    berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

    menengah dan pendidikan tinggi. UU RI No. 20 tahun 2003 pasal

    14 menyebutkan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas

    pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

  • 50

    Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan

    kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah,

    terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan ini

    diperoleh baik secara formal maupun informal. Sedangkan ibu-ibu

    yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, umumnya

    terbuka menerima perubahan atau hal-hal baru guna

    pemeliharaan kesehatannya (Depkes, 2004).

    Pendidikan diperkirakan ada katannya dengan pengetahuan

    ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif hail ini

    dihubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu bahwa seseorang

    yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan

    yang lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang

    rendah (Notoatmodjo, 2010).

    Teori Green (1980) dalam (Notoatmodjo, 2010), salah satu

    faktor penyebab perubahan perilaku seseorang adalah

    pendidikan. Penelitian Radwan (2013) menemukan bahwa tingkat

    pendidikan ibu berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif (p

    value = 0,10). Senada dengan hal tersebut penelitian Mogre et al.

    (2016) pula menemukan bahwa dengan berpendidikan tinggi tiga

    kali lebih besar akan memberikan ASI eksklusif pada bayi mereka

    (OR 3,5; 95% CI 1,6, 7,7; p = 0,002).

  • 51

    2. Sikap Terhadap ASI Eksklusif.

    Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau

    objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi

    yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-

    tidak baik dan sebagainnya (Notoatmodjo, 2010).

    Menurut Allport (1954) dalam (Notoatmodjo, 2010), sikap itu

    terdiri dari 3 komponen pokok yaitu :

    a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek.

    Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran

    seseorang terhadap objek.

    b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. Artinya,

    bagaimana penilaian (terkandung didalam faktor emosi) orang

    tersebut terhadap objek.

    c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Artinya, sikap

    adalah merupakan komponen atau tindakan atau perilaku terbuka.

    Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk

    sikap yang utuh (total attitude).Dalam menentukan sikap yang utuh

    ini, pengetahuan, pikiran dan keyakinan serta memegang peranan

    penting.

    Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah and Ayubi (2013)

    menemukan bahwa sikap ibu merupakan variabel yang paling

    dominan dalam pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang memiliki sikap

  • 52

    positif berpeluang 5,168 kali memberikan ASI Eksklusif dibanding ibu

    yang memiliki sikap negatif (p =0.05).

    3. Tingkat Pengetahuan

    Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

    tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya

    (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada

    saat penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

    sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

    objek (Notoatmodjo, 2010).

    Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010), Pengetahuan

    merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan

    perilaku pada seseorang. Ibu dengan pengetahuan lebih tinggi

    tentang ASI Eksklusif lebih mungkin memberikan ASI Eksklusif pada

    bayi mereka (P=0,001) (Mogre et al., 2016). Ada hubungan yang

    signifikan antara tingkat pengetahuan dengan praktek pemberian ASI

    eksklusif (p = 0,013) (Wijayanti et al., 2016).

    G. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

    1. Keterpaparan Informasi

    Sejauh ini, para penggiat ASI baik pemerintah maupun LSM

    telah mensosialisaikan ASI Eksklusif, seperti Asosiasi Ibu Menyusui

    Indonesia (AIMI) dimana memberikan informasi-informasi mengenai

    ASI Eksklusif dan mendorong ibu untuk memberikan ASI eksklusif

    pada bayi mereka.

  • 53

    Menurut Notoatmodjo (2010), media promosi yang baik adalah

    media yang dapat memberikan informasi atau pesan pesan

    kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran. Dengan

    demikian, sasaran dapat mengubah perilakunya sesuai dengan

    pesan yang disampaikan

    Penelitian yang dilakukan oleh Suhertusi and Nurjasmi (2015)

    tentang pengaruh media promosi kesehatan terhadap pemberian ASI

    eksklusif menemukan bahwa ada peningkatan pengetahuan ibu

    sebelum dan sesudah diberi promosi kesehatan dengan media

    leaflet dan media film, dan media film lebih efektif meningkatkan

    pengetahuan dibanding dengan media leaflet.

    2. Kunjungan ANC

    Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan

    kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu

    hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala ni