buku diktat lp

85
MENGINTERNASIONALKAN BAHASA INDONESIA Erlan Aditya Ardiansyah 1.1 Pemerolehan Bahasa Proses bagi individu dalam meningkatkan pengetahuannya terhadap bahasa umumnya disebut pemerolehan, atau yang lebih populer dengan istilah pemerolehan bahasa. O’Grady (1997: 464) menuturkan “...language acquisition is a major intellectual achievement. In recent decades, an increasingly large amount of linguistic research has focused on the question of how children the world over are able to master the complexities og human language in the space of a few short years”. Dengan demikian, pemerolehan bahasa adalah pengayaan intelektual yang dimiliki manusiadalam berbahasa. Upaya mempelajari bahasa ini melibatkan aspek-aspek internal dan eksternal kebahasaan, baik pada bahasa ibu atau bahasa asing sebagai bahasa kedua. Oleh karena hampir sebagian besar masyarakat bahasa menemukan bahasa ibu sudah tidak memiliki tantangan, maka mulailah bahasa itu ditinggalkan dan beranjak mempelajari bahasa asing. Pemerolehan terhadap bahasa asing termasuk ke dalam tataran linguistik, seperti yang diungkapkan O’Grady (1997: 503) bahwa “The field of the second language 5

Upload: jatmika-nurhadi

Post on 06-Aug-2015

128 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Diktat LP

MENGINTERNASIONALKAN BAHASA

INDONESIA

Erlan Aditya Ardiansyah

1.1 Pemerolehan Bahasa

Proses bagi individu dalam meningkatkan pengetahuannya

terhadap bahasa umumnya disebut pemerolehan, atau yang lebih populer

dengan istilah pemerolehan bahasa. O’Grady (1997: 464) menuturkan

“...language acquisition is a major intellectual achievement. In recent

decades, an increasingly large amount of linguistic research has focused

on the question of how children the world over are able to master the

complexities og human language in the space of a few short years”.

Dengan demikian, pemerolehan bahasa adalah pengayaan intelektual

yang dimiliki manusiadalam berbahasa.

Upaya mempelajari bahasa ini melibatkan aspek-aspek internal dan

eksternal kebahasaan, baik pada bahasa ibu atau bahasa asing sebagai

bahasa kedua. Oleh karena hampir sebagian besar masyarakat bahasa

menemukan bahasa ibu sudah tidak memiliki tantangan, maka mulailah

bahasa itu ditinggalkan dan beranjak mempelajari bahasa asing.

Pemerolehan terhadap bahasa asing termasuk ke dalam tataran linguistik,

seperti yang diungkapkan O’Grady (1997: 503) bahwa “The field of the

second language acquisition (SLA) research investigates how people

attain proficiency in a language which is not their mother tongue”.

Pemerolehan diterapkan untuk memaparkan bagaimana masyarakat

5

Page 2: Buku Diktat LP

mempelajari ketentuan dan aturan suatu bahasa dan juga bagaimana

bahasa itu dipakai dalam komunitas sosial.

1.2 Pemerolehan Bahasa Indonesia di Dunia

Bahasa dalam kehidupan sosial merupakan objek menarik yang

memberikan gambaran yang luas mengenai karakteristik suatu komunitas

sosial, khususnya bahasa Indonesia. Bangsa Indonesia adalah salah satu

dari sedikit negara yang mempunyai bahasa kesatuan. Bahasa yang

disepakati dari banyaknya bahasa-bahasa daerah dan inilah yang

membuat banyak negara di dunia tertarik kepada Indonesia.

Pemerolehan bahasa Indonesia di berbagai negara asing tidak

hanya sebagai upaya melestarikan bahasa itu sendiri, tetapi juga menjadi

stimulus guna mengintroduksi kondisi sosial-budaya bangsa Indonesia.

Seorang individu yang mempelajari bahasa asing bukan semata ingin

mencapai prestise saja, tidak menutup kemungkinan individu tersebut

memiliki maksud dan motivasi yang hendak dicapai seperti yang

diungkapkan Holmes (2001: 73), ”Over half the world’s population is

bilingual and many people are multilingual. They acquire a number of

languages because they need them for different purpoeses in their

everyday interactions”.

Menurut data yang diperoleh Kementerian Luar Negeri Indonesia,

bahasa Indonesia telah diajarkan lebih dari 40 negara di dunia, seperti

Kanada, Amerika, Belanda, Vietnam, Australia, dan masih banyak lagi

negara lain. Akan tetapi, Australia berperan aktif mendistribusikan bahasa

Indonesia hingga dikembangkan menjadi kurikulum bahasa asing wajib di

sekolah-sekolah mulai tingkat SD sampai tingkat SMA.

1.3 Pemerolehan Bahasa Indonesia di Vietnam

Beberapa tahun lalu, otoritas pemerintah Vietnam mengumumkan

bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua atau bahasa resmi kenegaraan

yang terlebih dahulu dipusatkan di daerah Ho Chi Minh City. Bahasa

Indonesia kedudukannya saat ini setara dengan beberapa bahasa asing

Page 3: Buku Diktat LP

yang dipakain sebagai bahasa pengantar di Vietnam. Vietnam adalah

salah satu negara yang tidak pernah dijajah oleh bangsa barat, tetapi

pengaruh reformasi komunis sangat kuat di masa lampau. Oleh karena

gejolak politik yang cukup memanas, maka negara-negara yang

membawa bendera PBB mulai masuk dan proses penyebaran bahasa pun

tidak dapat dicegah lagi. Berdasarkan temuan tersebut, Vietnam tumbuh

menjadi negara multilingual yang menguasai lebih dari tiga bahasa asing.

Tercatat, bahasa Inggris, Prancis dan Jepang sebagai bahasa kedua yang

diprioritaskan.

Pemerintah Indonesia memberi apresiasi terhadap Vietnam dengan

memfasilitasi masyarakat yang bersedia mempelajari bahasa Indonesia

dengan berbagai upaya sarana dan prasarana yang disumbangkan baik di

tingkat sekolah atau universitas. Sarana yang disediakan adalah berupa

perangkat komputer, alat peraga, serta distribusi tenaga pengajar ahli

dan bantuan keuangan bagi setiap kegiatan yang berkaitan dengan upaya

promosi Bahasa Indonesia di wilayah kerja universitas masing-masing.

Bentuk keseriusan Vietnam dalam mempelajari bahasa Indonesia

diperlihatkan dengan membangun pusat studi Bahasa Indonesia oleh

beberapa universitas, yaitu Universitas Hong Bang, Universitas Nasional

HCMC dan Universitas Sosial dan Humaniora. Selain itu, perguruan tinggi

terkemuka di Vietnam itu mengagendakan lomba debat dan pidato dalam

Bahasa Indonesia, lomba esai mengenai Indonesia dan pameran

kebudayaan.

Saat itu, jumlah mahasiswa yang terdaftar sampai November 2008

sebanyak 63 pelajar. Berdasarkan survei yang dikembangkan oleh

universitas di atas, para pelajar sangat berantusias dalam mempelajari

Bahasa Indonesia dan bahkan kemungkinan besar jumlah calon pelajar

akan terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan paparan di atas,

kebijakan yang ditempuh pemerintah Vietnam dalam upaya

“menasionalkan” bahasa Indonesia bagi masyarakatnya tercermin dari

faktor berikut:

Page 4: Buku Diktat LP

1. Masyarakat Vietnam, khususnya kaum muda beranalogi pada

semakin intensnya hubungan bilateral dengan pemerintah Indonesia.

2. Bahasa Melayu adalah bahasa yang dipergunakan sebagian besar

negara ASEAN, tetapi faktanya bahasa tersebut mulai ditinggalkan

dan beralih pada bahasa Indonesia. Oleh karena itu, adanya indikasi

bahasa Indonesia menjadi lingua franca di kawasan ini selain bahasa

Inggris.

3. Vietnam adalah negara berkembang, maka membutuhkan negara

lain yang memadai dari segi sospolkom sebagai komparasi.

1.4 Pemerolehan Bahasa Indonesia di Australia

Merupakan kabar menggembirakan bahwa bahasa Indonesia dikenal

di seluruh dunia, terlebih lagi apabila dipelajari dan diajarkan dalam

sekolah formal seperti halnya di Australia. Faktanya, sekolah setingkat SD

atau primary school di Australia telah mengajarkan bahasa Indonesia

sebagai mata pelajaran wajib. Sebagai bentuk pengenalan, bahasa

Indonesia mulai diajarkan satu kali seminggu per kelas, mulai kelas 3 SD

hingga kelas 6. Bahkan, ada beberapa yang sudah mengenalkan bahasa

Indonesia sejak TK (preschool). Sebagai contoh, Chapman Primary School,

sekolah tingkat dasar yang berada di Canberra, Australia Capital Territory

(ACT) mengajaran bahasa Indonesia di kelas year 4 dan 5 (setingkat kelas

4 dan 5 SD). Dalam kelas bahasa Indonesia, sebagai upaya menarik minat

murid adalah:

1. Memperkenalkan kosakata yang mudah dipahami anak-anak,

biasanya meliputi alam sekitar, benda-benda, alat tulis, dll. Materi

mengenai perbendaharaan kata dengan tema activitas pun menjadi

menarik, karena dapat melatih kepiawaian alat pendengaran.

2. Metode penyampaian materi mengenai penulisan kalimat

sederhana, seperti kalimat bertema Posisi. Misalnya penggunaan

kata di samping, di atas, di bawah, di depan, di belakang.

Page 5: Buku Diktat LP

3. Setelah membuat kalimat, saatnya untuk pencapaian pengalaman

belajar, di mana siswa akan bermain untuk menerapkan apa yang

mereka tulis. Semua siswa berdiri dan dibagi dalam beberapa

kelompok, dan pada saat diucapkan kalimat posisi, misalnya ‘di atas

meja’ maka mereka adu cepat dengan kelompok lain untuk

meletakkan sesuatu – benda apapun – ke atas meja.

4. Upaya yang tepat dan sangat positif untuk diterapkan di pengajaran

bahasa Indonesia adalah metode yang kaya akan pengetahuan dan

variatif sehingga membuat siswa tertarik dan menyukai pelajaran

bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Metode dan materi bahasa

seharusnya disediakan secara online dan dapat diakses oleh murid.

Oleh karena memiliki perbedaan dalam konteks sosiobudaya, tetapi

seorang guru yang bijak dituntut untuk mampu menjembatani perbedaan

itu sesuai dengan kebutuhan pengajaran. Di sisi lain, kurangnya jumlah

guru bahasa Indonesia dan fasilitas yang kurang memadai mengakibatkan

proses belajar mengajar menjadi terhambat, sementara permintaan untuk

penambahan guru bahasa Indonesia bagi tingkat sekolah dasar semakin

meningkat. Ternyata, sistem perektrutan yang tidak sesuai dengan

prosedur pun menjadi faktor utama terhambatnya pendistribusian tenaga

pengajar. Selain itu, kesulitan penyediaan guru bahasa Indonesia juga

dipengaruhi oleh peraturan pemerintah setempat yang menetapkan

bahwa untuk menjadi guru utama, termasuk guru bahasa Indonesia harus

memenuhi kriteria tertentu, seperti harus lulus uji sertifikasi layak

mengajar dan syarat-syarat lainnya.

Berdasarkan paparan di atas, kebijakan yang ditempuh pemerintah

Australia mendistribusikan bahasa Indonesia bagi masyarakatnya

kemungkinan besar dipengaruhi oleh kondisi berikut:

1. Australia menjalankan politik tertutup selama beberapa dekade lalu

karena memertahankan statusnya sebagai negara barat. Oleh

karena merasa terkungkung dan tidak nyaman dengan kondisi ini,

maka Australia mulai membuka hubungan dengan negara-negara di

Asia, khususnya Indonesia.

Page 6: Buku Diktat LP

2. Bahasa Melayu adalah bahasa yang dipergunakan sebagian besar

negara ASEAN, maka bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar

yang digunakan untuk berkomunikasi mengingat tidak seluruh

masyarakat ASEAN memahami bahasa Inggris.

3. Letak geografis Indonsia dan Australia sangat berdekatan, dengan

demikian muncullah analogi pada semakin intensnya hubungan

bilateral bagi kedua negara.

4. Indonesia memiliki objek wisata yang eksotik, maka masyarakat

Australia tentunya memilih perjalanan yang murah untuk menikmati

liburan. Banyak di antaranya yang memutuskan untuk menetap dan

tinggal di Indonesia.

1.5 Bahasa Indonesia di Indonesia

Setelah mengulas kondisi bahasa Indonesia di dunia, muncul

pertanyaan bagaimana keadaannya di dalam negeri. Walaupun digunakan

dari Sabang sampai Merauke, tetapi masih banyak masyarakat yang tidak

menguasai bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang ditetapkan.

Faktanya, pelajaran bahasa Indonesia kurang diminati para siswa

dibandingkan bahasa Inggris.

Berdasarkan survei yang dikembangkan oleh Kemendikbud, hasil

Ujian Nasional selalu menunjukkan nilai ujian bahasa Inggris lebih tinggi

dibandingkan dengan nilai ujian bahasa Indonesia. Para siswa

mengungkapkan bahwa dari 6 mata pelajaran yang diujikan, soal ujian

bahasa Indonesia sangat sulit dijawab oleh dikarenakan banyak istilah

yang tidak dipahami.

Bahasa bagi dunia pendidikan tidak menjadi prioritas utama, bukti

konkrit atas pernyataan ini tercermin dari kurangnya minat siswa

mempelajari bahasa Indonesia. Selain itu, guru bahasa pun menunjukan

kekecewaannya karena selama ini pendidikan bahasa Indonesia di

sekolah hanya menjadi “pelengkap” di antara pelajaran lainnya.

Berdasarkan fakta ini, ditarik simpulan bahwa:

Page 7: Buku Diktat LP

1. Siswa tidak memahami secara mendalam tata cara dalam

berbahasa yang sesungguhnya. Padahal bahasa terbina dengan

baik apabila sejak dini dilatih dan dibina secara serius. Idealnya

para siswa harus dibiasakan membaca koran, karya-karya sastra,

menulis esei dan menganalisa tulisan serta menonton siaran

berita televisi.

2. Media massa, khususnya media televisi dalam menyampaikan

informasi atau hiburan tidak memelihara bahasa dalam konteks

baku dan kosakata maupun istilah yang digunakan sering kali

tidak seragam. Gejala inilah yang menjadi faktor pendukung

merusaknya bahasa Indonesia.

3. Pemerintah Daerah pun umumnya kurang perduli terhadap

penggunaan bahasa Indonesia. Ketidaktertiban dalam berbahasa

banyak sekali ditemukan di ruang publik.

1.6 Bahasa Indonesia di Dunia Kini

Bahasa Indonesia adalah bahasa pengantar yang sempat akan

disahkan menjadi bahasa resmi kedua di Australia dekade lalu. Saat itu,

banyak sekolah formal mengajarkan bahasa Indonesia hingga permintaan

tenaga kerja pun kian meningkat. Akan tetapi, atensi pelajar Australia

terhadap bahasa Indonesia tidak sebesar seperti tahun-tahun

sebelumnya. Bahasa Indonesia kini berada di bawah bahasa Jepang dan

Cina.

Sebagai tambahan, jumlah institusi yang mengajarkan bahasa

Indonesia kurang lebih 20 lembaga pendidikan tinggi. Namun, terdapat

penurunan jumlah mahasiswa sekitar 12 persen dalam kurun waktu dari

tahun 2001 hingga 2007. Di lain pihak, terjadi peningkatan jumlah

mahasiswa program bahasa Arab di lima perguruan tinggi sebesar 78

persen, bahasa Cina yang diajarkan di 26 institusi tumbuh 30 persen,

Korea meningkat sekitar 15,3 persen, dan Jepang meningkat 1,5 persen.

Sayangnya, jumlah universitas dan sekolah lanjutan yang

mengajarkan bahasa satu per satu menutup departemen bahasa

Page 8: Buku Diktat LP

Indonesia. Kondisi ini meresahkan guru dan dosen bahasa Indonesia

karena selain harus merelakan pekerjaannya, tapi juga tidak dapat lagi

menjadi penyambung diplomasi Republik Indonesia dan Australia.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan bahasa Indonesia tidak lagi

menarik untuk dipelajari bagi masyarakat Australia, di antaranya:

1. Parlemen Australia telah berubah haluan arah politik selama

pemerintahan John Howard, seperti pelarangan masyarakatnya

untuk mengunjungi Indonesia dengan memberlakukan

peringatan perjalanan (travel advisory) setelah peristiwa bom

Bali. Keadaan ini menghambat warga Australia yang ingin

mengunjungi Indonesia dalam rangka belajar bahasa Indonesia.

2. Sistem birokrasi dan beratnya sejumlah persyaratan dari

pemerintah Australia yang wajib dipenuhi guru atau dosen

sebelum diangkat sebagai tenaga pengajarsehingga pemerintah

Indonesia pun tidak memenuhi permintaan penambahan tenaga

pengajar bahasa Indonesia. Akibatnya, kekurangan tenaga

pengajar bahasa Indonesia di sekolah lanjutan banyak diisi oleh

warga Malaysia.

Kepopuleran bahasa Indonesia di dunia kemudian tidak berumur

panjang, seperti halnya yang diungkapkan Okawa. Seiichi Okawa,

koresponden salah satu stasiun TV Indonesia di Tokyo, menuturkan bahwa

minat masyarakat Jepang mempelajari bahasa Indonesia terus menurun

sejak tahun 2003. Menurut survei yang dilakukan stasion televisi itu,

masyarakat Jepang mulai tertarik belajar bahasa Cina dan Korea.

Penyebab beralihnya proses pemerolehan bahasa ini disebabkan kondisi

berikut:

1. Bangkitnya perekonomian Cina sehingga Jepang tidak ingin

tertinggal dan berusaha terus untuk lebih unggul dari berbagai

segi.

2. Tingginya pengaruh sosio budaya yang disusupi dalam film Korea

yang banyak diputar di Jepang membuat orang Jepang lebih suka

belajar bahasa Cina atau Korea.

Page 9: Buku Diktat LP

3. Faktor prestise, di mana mahasiswa yang belajar bahasa

Indonesia umumnya bukan karena ingin belajar bahasa Indonesia

tapi karena tidak diterima di jurusan bahasa Inggris, Perancis dan

bahasa lainnya.

1.7 Simpulan

Peran budaya daerah terhadap bahasa Indonesia dalam diplomasi

sangat krusial, tingginya minat orang asing belajar bahasa dan budaya

Indonesia harus disambut positif, baiknya lagi jika Indonesia menambah

Pusat Kebudayaan Indonesia di sejumlah negara guna membangun untuk

saling pengertian dan memperbaiki citra.

Berdasarkan paparan sebelumnya, bahasa Indonesia “hampir”

gagal menjadi bahasa yang dipakai di dunia berhulu pada bentuk promosi

yang menekankan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah.

Hal ini memberi dampak yang negatif terhadap bahasa Indonesia. Dengan

demikian, bahasa Indonesia memiliki citra yang kurang bagus dan

dianggap tidak penting untuk dipelajari. Seperti di Jepang, mahasiswa-

mahasiswa yang dianggap kurang pandai selalu diarahkan untuk

mengambil bahasa Indonesia. Akhirnya bahasa Indonesia berkesan

sebagai bahasa yang hanya cocok dipelajari oleh orang-orang yang bodoh

saja. Oleh karena itu, pemerolehan bahasa Indonesia di dunia hanya

bersifat sementara.

Dengan demikian, muncul analogi mengenai beberapa faktor

bahasa Indonesia dipelajari berbagai negara, di antaranya:

1. Kebiasaan konsumtif masyarakat Indonesia membuat produsen

peralatan rumah tangga, elektronik, kendaraan bermotor berlomba-

lomba memasarkan produknya karena menganggap Indonesia

adalah pasar potensial.

2. Budaya daerah yang unik dan objek wisata yang eksotik menarik

minat wisatawan mancanegara mengunjungi Indonesia, bahkan

banyak di antaranya menetap dan menjadi WNI. Oleh karena dua

Page 10: Buku Diktat LP

unsur tadi, maka calon wisatawan asing akan tertarik mempelajari

bahasa Indonesia sebelum memutuskan untuk berkunjung.

3. Faktor esospolbudhankam, negara-negara Asia ataupun dari bagian

benua lain melihat adanya peluang bahasa Indonesia menjadi lingua

franca yang digunakan di kawasan ASEAN dalam upaya membuka

hubungan bilateral atau pun multilateral.

DAFTAR BACAAN

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik-Perkenalan Awal.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Findlay, M. Shaw. 1998. Language and Communication. America: ABC-CLIO.

Holmes, Janet. 2001. An Introduction to Sociolinguistics. Longman.

O’Grady, William et al. 1997. Contemporary Linguistics. London and New

York: Longman.

Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

Syafyahya, Leni dan Aslinda. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung:

Refika Aditama.

DAFTAR SITUS

http://www.infodiknas.com/menginternasionalkan-bahasa-indonesia/

(diunduh tanggal 26 Maret 2012)

http://www.kaltimpost.co.id/?mib=berita.detail&id=61999 (diunduh

tanggal 26 Maret 2012)

http://oase.kompas.com/read/2009/10/29/01380419/

bahasa.indonesia.siapa.yang.seharusnya.belajar (diunduh tanggal 26

Maret 2012)

http://www.rajaalihaji.com/id/opinion.php?a=RkpML3c%3D= (diunduh

tanggal 29 Maret 2012)

Page 11: Buku Diktat LP

http://www.whooila.com/2010/12/bahasa-indonesia-telah-dipelajari-

oleh.html#ixzz1uEk8YqTH (diunduh tanggal 29 Maret 2012)

http://www.whooila.com/2010/12/wow-bahasa-indonesia-resmi-

sebagai.html#ixzz1uEkh0V8F (diunduh tanggal 29 Maret 2012)

PERENCANAAN BAHASA DI ZIMBABWE:

KONSERVASI DAN PENGELOLAAN ADAT

SEBAGAI

BAHASA HERITAGE BERWUJUD

Sariah

Pengantar

Ketika berkenalan dengan seorang dari Zambia, Afrika, karena

mengetahui saya dari Indonesia, ia kemudian bertanya, “Do you speak

Dutch?” “No, why should I speak Dutch” saya jawab. “I speak Bahasa,”

saya tambahkan lagi. Loh, kan Indonesia dijajah Belanda ratusan tahun,

kok Bahasa Belanda tidak menjadi Bahasa nasional. “Itulah hebatnya

Indonesia,” saya berbangga. “Sisa-sisa kolonialisme sudah kami buang

semua. Kami tak ingin punya keterikatan dengan bangsa yang pernah

menjajah kami,” tegas saya (Yansen, 2008).

Memang persoalan bahasa seperti ini jadi 'agak' aneh di Benua

Afrika. Sejarah kolonialisme masih meninggalkan bekas, paling tidak

bahasa. Banyak negara jajahan Inggris, semisal Afrika Selatan, Zimbabwe

dan Zambia, menjadikan Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi. Jajahan

3

Page 12: Buku Diktat LP

Perancis, semacam Pantai Gading dan Mali, menjadikan Bahasa Perancis

sebagai bahasa kenegaraan. Atau Mozambique yang berbahasa Portugis.

Sebagian lagi di Afrika bagian utara berbahasa Arab sebagai imbas dari

perluasan kekhalifahan Islam abad pertengahan.

Ketika merdeka, Timor Leste juga mengalami masalah bahasa yang

pelik. Ketika mereka menjadikan Bahasa Portugis sebagai bahasa resmi,

masalah tak selesai begitu saja. Waktu menjadi bagian dari Indonesia,

sebagian besar generasi muda mereka tak mengenal lagi Bahasa Portugis

yang dikuasai oleh orang-orang seangkatan Ramos Horta. Alhasil,

dokumen resmi di Timor Leste, saat ini dibuat dalam 4 bahasa: Tetum,

Indonesia, Portugis, dan Inggris.

Ada dua teori tentang asal-usul kata "Zimbabwe": Berbagai sumber

berpendapat bahwa kata tersebut berasal dari "mabwe dzimba--dza",

diterjemahkan dari Karanga dialek Shona sebagai "rumah besar dari batu"

(dzimba = jamak dari imba, "rumah"; mabwe = jamak dari BWE, "batu").

Arkeolog Peter Garlake mengklaim bahwa "Zimbabwe" adalah bentuk

dikontrak dzimba-Hwe yang berarti "rumah dihormati" dalam dialek

Zezuru dari Shona, dan biasanya diterapkan untuk rumah kepala suku.

Negara ini terkenal dengan Negara Apartheid (Negara yang di

dalamnya sangat membedakan ras / suku).

Zimbabwe adalah sebuah negara tanpa lautan, dikelilingi oleh Afrika

Selatan di selatan, Botswana di barat, Zambia di barat daya, dan

Mozambique di timur dan timur laut.

Inyangani adalah gunung tertinggi di Zimbabwe dengan ketinggian

2.592 meter. Perbatasan barat-laut ditandai oleh Sungai Zambezi. Air

terjun Victoria adalah tujuan turis populer di Zambezi. Di selatan,

Zimbabwe dipisahkan dengan Afrika Selatan oleh Sungai Limpopo.

Zimbabwe juga berbatasan dengan Namibia di barat melalui sebuah jalur

sempit.

Pendahuluan

Page 13: Buku Diktat LP

Generasi kita telah mewarisi kekayaan yang nyata dan berwujud

budaya sumber daya yang mewujudkan kolektivitas memori dari

masyarakat di seluruh dunia dan penopang arti identitas rakyat. Bahasa

sebagai sumber daya seperti halnya sumber daya nasional lainnya yang

perlu direncanakan. Ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan

situasi bahasa di Zimbabwe. Mengapa bahasa Inggris menjadi lingua

franca di Zimbabwe? Itu merupakan agenda yang mendasari misi

peradaban kolonialisme untuk mempersiapkan tanah eksploitasi ekonomi,

adat budaya, termasuk bahasa. Misionaris memainkan peran penting di

sini karena mereka agresif dan mengutuk Afrika nilai budaya sebagai

barbar dan berdosa. Bahasa Afrika yang dipandang rendah sebagai

inferior ke Bahasa Inggris dan ini dimaksudkan untuk menghancurkan

persatuan dan kemanusiaan dari orang Afrika. Ini membuat orang tidak

nyaman. Cabral (1983) menyatakan bahwa: kekaisaran dan pemerintahan

kolonial harus berusaha untuk melenyapkan identitas budaya orang-orang

terjajah. Ini adalah salah satu tujuan tersembunyi ideologi kolonial

asimilasi (Chabal, 1983: 183).

Sumber daya ini pada dasarnya tidak terbarukan. Kesadaran akan

besarnya tanggung jawab untuk ini memiliki kekayaan mengkristal

terutama di sekitar lingkungan bangunan sejarah, seperti: monumen dan

situs. Budaya Afrika Tradisional tahu bahwa berbagai lapisan realitas dari

material ke pesawat rohani datang secara bersamaan. Pengurus

berwenang, dalam mendefinisikan tren kebijakan budaya, seperti:

membuat sebuah piagam budaya nasional yang menjamin hormat,

martabat, persamaan dan peningkatan dari bahasa dan budaya dari

semua komunitas etnis mereka, dan menentukan bagaimana prinsip-

prinsip akan diterapkan (Sow dkk, 1979: 26). Memisahkan kitab suci dari

dunia nyata adalah jiwa distorsi. Ada rasa tanggung jawab paralel untuk

pembangunan museum dan dipersepsikan bersama sikap dan predisposisi

yang memungkinkan orang untuk mengatur pengalaman dengan cara

tertentu. Ini merupakan pusat interpretasi Afro-sentris terhadap realitas

sosial budaya.

Page 14: Buku Diktat LP

Kerangka Teoritis Budaya

Selama kolonialisme, Barat membuat kesalahan pedih dengan

meremehkan kekuatan budaya masyarakat Afrika. Munculnya gerakan

berdasarkan budaya di pertengahan 1930-an, Gerakan Negritude

terkenal, ditandai dengan upaya yang paling intens, yakni melawan teori-

teori palsu yang dikemukakan oleh kolonial sosial Darwinisme untuk

membenarkan eksploitasi yang dari ras kulit hitam. Itu juga membantu

membentuk identitas sosial-budaya hitam orang menjadi senjata untuk

mencapai emansipasi dan program budaya kelahiran kembali. Ini ditolak

akulturasi, asimilasi dan alienasi dengan menghadirkan dirinya sebagai

reaksi emosional dieksploitasi dan pria kulit hitam terhina. (Sow dkk, ibid:

13). Ini berusaha untuk mengembalikan kebanggaan nasional rakyat dan

membantu menghubungkan mereka dengan sejarah, tradisi budaya

mereka dan bahasa mereka. Ini adalah kekuatan ideologis yayasan, isi

dan sejarah perkembangan Negritude Gerakan yang membentuk analisis

saya dari konservasi dan pengelolaan bahasa pribumi sebagai warisan tak

berwujud yang akan dinilai dalam konteks kelahiran kembali budaya

masyarakat hitam. Ini teoritis kerangka kerja diperlukan di sini karena titik

awal yang sangat tepat dalam analisis budaya dan sastra respon dari

Afrika ke Eropa kolonialisme. (Ngara, 1990: 22).

Apa yang mengejutkan hari ini adalah bahwa perdebatan tentang

pemikiran budaya Afrika tradisional yang dilakukan oleh non-Afrika.

Festival Pan-Afrika pertama Aljazair memiliki Manifes Kebudayaan yang

mendefinisikan dirinya sebagai alternatif untuk Negritude.

Sub-tema C: Pelestarian dan pengelolaan warisan tak berwujud

Idenya adalah pada dasarnya untuk memberi kesempatan kepada

masyarakat kulit hitam di seluruh dunia untuk berkonsultasi bersama dan

merevitalisasi budaya serta kreativitas mereka sehingga untuk

menyeimbangkan dan memperluas. Setelah periode panjang dari

Page 15: Buku Diktat LP

dominasi kolonial berlangsung di mana nilai-nilai warisan budaya ditolak,

mencemooh dan terdistorsi, Kulit Hitam Afrika bekerja keras menegaskan

hak untuk berbeda dengan menolak Barat.

Budaya imperialisme dan memunculkan dorongan untuk kembali

pada sumber asli dalam sejarahnya. Ini menghasilkan sebuah budaya

renaisans Afrika yang memberikan kesempatan untuk kembali

Peningkatan budaya, menjadi ide utama untuk menginspirasi gerakan dan

teori kontemporer renaisans Afrika.

Situasi Bahasa Pascakolonial di Zimbabwe

Zimbabwe telah mencapai kemerdekaan lebih dari dua dekade yang

lalu tetapi tidak ada kebijakan bahasa yang jelas. Di sana belum ada

perdebatan perencanaan bahasa, yang ada hanya mewarisi kebijakan

bahasa Inggris yang berasal dari kebijakan kolonial, "tegas yang terpisah

pembangunan untuk berbagai ras" (Mkanganwi, 1992:9) Bahasa Inggris

terus mendominasi sosial kita, ekonomi dan politik.

Hampir semua negara independen lain Afrika Selatan sudah melalui

proses seleksi bahasa kecuali Zimbabwe. Bahasa nasional dan bahasa

resmi sering dibingungkan. Bahasa Resmi: bahasa yang digunakan untuk

pemerintah, bisnis dan keperluan resmi lainnya dalam suatu negara,

apakah ini merupakan bahasa internasional seperti Perancis, Inggris atau

Portugis, atau bahasa Afrika seperti Kiswahili

Bahasa Nasional:

(a) seorang Afrika yang berbahasa yang juga merupakan bahasa resmi,

atau

(b) bahasa yang telah ditetapkan menjadi bahasa nasional suatu negara

(Mkanganwi, Ibid:10).

Afrika Selatan, negara yang mendapat kemerdekaan kemarin, telah

mendapat kebijakan bahasa. Dalam negara kami, Inggris terus

mendominasi, tidak hanya sebagai bahasa bisnis, administrasi, politik dan

Page 16: Buku Diktat LP

media, tetapi juga sebagai bahasa pengantar di seluruh sistem

pendidikan, "sementara bahasa Afrika terus menjadi diturunkan di

sekolah-sekolah dan di luar vernacularised di komunitas yang lebih luas".

(Chimhundu, 1993: 57).

Zimbabwe adalah negara multibahasa dengan Shona dan Ndebele

yang jelas bahasa yang dominan dalam mereka daerah masing-masing.

McNamara dikutip dalam Chiwome dan Thondhlana (1989) mengamati

dalam studinya tentang bilingualisme bahwa belajar bahasa asing akan

memakan waktu lebih lama dari dalam bahasa ibu. Argumennya

menyiratkan bahwa kita bahasa pribumi, Shona dan inklusif Ndebele,

adalah media yang tepat dari instruksi yang memastikan pemahaman dan

transfer pengetahuan. (Chiwome dan Thondhlana, 1989:160). Shona

adalah jauh kelompok bahasa terbesar dan secara teknis yang paling

layak pilihan untuk bahasa nasional jika pilihan itu harus dikurangi

menjadi satu (Chimhundu dkk, 1998:2). Melalui bahasa, yang merupakan

aset budaya, kami mengirimkan pengetahuan dan informasi, kita

mengartikulasikan nilai-nilai, keyakinan, dan tradisi dan bahkan prestasi

masa lalu.

Selain itu, ada delapan kelompok bahasa lainnya yang lebih kecil,

yaitu Sotho, Chikenda, Sena, Xhosa, Tonga (Mudzi), Barwe, Hwesa, dan

Tshawo (satu-satunya bahasa non-Afrika yang dipakai di Zimbabwe),

semua populasi masing-masing kurang dari 1%. Prioritas itu harus

diberikan untuk mengembangkan bahasa pribumi, bahasa minoritas

inklusif karena mereka bekerja lebih rapuh dengan nilai budaya, seperti

tradisi lisan. Semua bahasa asli kami harus diselamatkan dari kelalaian

dan anonimitas. Setiap bahasa mencerminkan pandangan yang unik dari

dunia, pola pikir, dan budaya. Minoritas bahasa di Zimbabwe berada

dalam bahaya (menghilang). Bahasa tersebut harus digunakan di

akademisi, media, dan masyarakat secara keseluruhan.

Marginalisasi bahasa dan budaya minoritas di negeri ini kembali ke

periode awal kolonialisme dan situasi tidak berubah bahkan lebih dari dua

dekade setelah Zimbabwe meraih kemerdekaan politik. Setiap bahasa

Page 17: Buku Diktat LP

menggambarkan cara khusus untuk melihat pengalaman manusia dan

dunia itu sendiri. Perencanaan dan kebijakan bahasa harus menjadi faktor

penghalang dalam mencegah hilangnya bahasa pribumi dalam perjalanan

sejarah manusia. Pengakuan potensi bahasa sepenuhnya bergantung

pada kesempatan yang diberikan.Sebuah bahasa rakyat lisan dan tulisan

yang mungkin paling penting adalah atribut budaya kebijakan bahasa,

seperti kebijakan lainnya telah digunakan sebagai instumen dominasi,

fragmentasidan reintegrasi ke dalam struktur politik yang berkuasa.

Keberagaman bahasa demikian merupakan aset berharga manusia dan

hilangnya bahasa apapun berarti pemiskinan reservoir pengetahuan dan

alat untuk intrabudaya dan antarbudaya (perez de Cuellar, 1994:179).

Beberapa tanaman obat yang hanya diketahui orang dalam budaya

tradisional dengan nama khusus. Hilangnya suatu budaya dan bahasa

berarti pengetahuan tentang tanaman dan penyembuhan jua hilang.

Sebuah bahasa dikatakan terancam ketika tidak dipelajari oleh anak-anak

lagi. Bahasa juga berfungsi sebagai sarana ampuh untuk mengidentifikasi

suatu kelompok. Di bidang hukum bahasa Inggris adalah bertolak dari

referensi untuk persyaratan bahasa artikel 82 dan bahasa konstitusi 87.

Supaya memenuhi persyaratan diangkat mernjadi hakim tinggi

pengadilan atau Makamah Agung atau janji ke pengadilan, seorang

praktisi hukum harus memenuhi syarat setidaknya tujuh tahun dan

berlatih di negara di mana hukum umum adalah Romawi-Belanda atau

Inggris dan Inggris adalah bahasa resmi (Chimhundu dkk. Ibid:25).

Mengapa bahasa Inggris? Kita tertarik untuk bertanya. Sebaliknya, meski

berprofesi di bidang hukum, kedokteran, dan lain-lain, mereka harus tetap

menguasai bahasa pribumi sebagai kualifikasi mereka. Ia adalah orang

Afrika asli yang akan mewakili di pengadilan hukum dan kepada siapa

dokter akan mengelola obat-obatan. Shona dan Ndebele adalah bahasa

resmi dan bahasa nasional Zimbabwe dalam arti yang sebenarnya.

Bahasa kami adalah suara dan identitas sosial-budaya, jantung, dan isi

bahasa pertama anak Afrika. Jika pembangunan sosial-ekonomi Jepang

berakar pada bahasa dan budaya, mengapa Zimbabwe tidak bisa menjadi

Page 18: Buku Diktat LP

Jepang (dalam persoalan membangun bahasa dan budayanya) dalam arti

menjadikan orang Afrika percaya diri dan memiliki etika pekerjaan yang

dapat ditingkatkan melalui identitas budaya?

Pentingnya Bahasa Budaya

Promosi bahasa pribumi akan memberikan kontribusi signifikan

terhadap budaya rakyat. Peran budaya dalam pemecahan masalah dalam

masyarakat tidak dapat terjadi tanpa mengacu pada bahasa mereka.

Bahasa adat merupakan pencarian kebenaran dalam Afro-sentris

perusahaan. Mereka ada dalam komunitas orang yang menggunakan

seperakat simbol yang disepakati untuk mengekspresikan konsep, ide,

dan kebutuhan psikologis. Pembangunan situs hidup seperti Great

Zimbabwe adalah proses berdasarkan kristalisasi dari tindakan dan

keyakinan manusia dalam ruang dan waktu, hasil dari investasi imajinasi

kreatif, interaksi sosial melalui media bahasa ibu mereka. Itulah sebabnya

mengapa bahasa tidak hanya dilihat sebagai sarana komunikasi, tetapi

juga sebagai pembawa budaya.

Komunitas hitam bertekad untuk meningkatkan warisan budaya

karena saya berkeyakinan bahwa Afrika secara keseluruhan merupakan

keluarga budaya tunggal dan bahwa tidak ada kebutuhan untuk membuat

dikotomi yang akan menjadi kendala bagi persatuan Afrika (Sow dkk.,

Ibid:16). Orang Afrika tidak hanya berbagi budaya warisan umum yang

kaya, tetapi juga dihubungkan oleh rasa solidaritas yang dibentuk oleh

pengalaman perjuangan antikolonial dan mereka memiliki tekad bersama

untuk bersatu melawan ancaman imperialisme yang selalu ada. Melalui

bahasa kehadiran terus-menerus kekuatan kreatif harus mengakui bahwa

masa lalu tetap hidup, sedangkan benih masa depan berkecambah.

Ketakutannya adalah bahwa warisan budaya kita dapat ditelan dan

digantikan oleh Barat atau yang lainnya.

Masalah besar pertama memodernkan Afrika adalah mengenali

budaya tradisional diri mereka untuk mengambil stok itu dan sebagainya

untuk menentukan sifat dan nilai penting. Masalah berikutnya adalah

Page 19: Buku Diktat LP

untuk menciptakan suatu bahasa yang dimengerti sehingga budaya ini

bisa dibawa dalam jangkauan orang yang memiliki kesalahan dan praktik

hermenetis menjadi satu pusat inisiasi.

Setiap upaya serius untuk mengindentifikasikan budaya harus

mengikuti indeks budaya material, hubungan-hubungan sosial, dan aspek

komunikasi, komponen ideologis, dan komponen estetika sekelompok

orang. Ngara itu dalam seminar tentang “Kesadaran Budaya” (1991).

Evers menjelaskan bahwa budaya material yang berarti alat kerja

masyarakat, pakaian, tempat tinggal mereka, dan yang terkait

karakteristik oleh hubungan sosial dan komunikasi. Hal ini berarti struktur

kelas masyarakat dan interak sisosial berbagai kelompok dalam

masyarakat itu oleh ideologi pandangan masyarakat dunia dan termasuk

filsafat, agama, dan akhirnya estetika. Unsur kebudayaan dalam tradisi

artistik masyarakat dimanifestasikan dalam berbagai bentuk, seperti

sastra, musik, tari, patung, lukisan, kerajinan seperti ukiran, tenun, dan

tembikar.

Analisis indeks ini ini dalam kaitannya dengan bahasa asli Afrika

merupakan kesatuan organik yang menunjukkan bahwa budaya adalah

ekspresi kegiatan sosial orang-orang dalam kaitannya dengan daya juang,

lingkungan, dan unsur-unsur kekuatan manusia yang mengancam

kelangsungan hidup atau cara hidup mereka. Budaya lahir dalam

perjuangan bertahan hidup dan menaklukan alam, dan belenggu manusia

(Ngara, 1991:2). Atas pertimbangan akan kebenaran ubtuk menyimpulkan

bahwa setiap kelompok orang memiliki budaya pada setiap titik waktu

dan buadaya tidak statis, tetapi mengalami transformasi yang kontiniu

bersama perubahan kekuatan produksi.

Adat pengetahuan yang tertanam dalam budaya disampaikan

melalui bahasa masyarakat asli yang memiliki pengetahuan tersebut.

sebuah masyarakat budaya ditentukan dengan cara interaksi dengan

lingkungannya. Setiap kelompok orang yang terlibat dalam perjuangan

untuk bertahan hidup dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik

maupun manusia. Fakta ini bertentangan dengan fungsi kolonialis: asumsi

Page 20: Buku Diktat LP

bahwa sebelum mereka datang untuk ”Memberadabkan Afrika”, Afrika

tidak memiliki budaya “malam paling gelap kemanusiaan berbaring di

atas prakolonial sejarah Afrika” (Fanon 1986:170). Ini menunjukkan

kecurangan dan kemunafikan mereka (kolonial) untuk “Membudayakan

Misi” untuk Afrika, pernyataan palsu, yang di atasnya didasarkan untaian

berbagai ideologi kolonial. Mungkin aspek yang paling merusak

pengalaman kolonial seluruh Afrika adalah penolakan upaya rakyat Afrika

melestarikan warisan budayanya, di mana atribusi dari Great Zimbabwe

terhadap pengaruh luar tanpa sedikitpun bukti, harus menjadi klasik,

misalnya menghilangkan keraguan tentang keberadaan pribumi asal

Afrika.

Model-model kolonial diperkenalkan kepada kami tidak bertujuan

untuk memperbaiki dan mempromisikan yayasan yang ada dalam budaya

Afrika, tetapi ditujukan untuk menghancurkan mereka. Langkah pertama

menunju pembangunan di Zimbabwe adalah mengembangkan dan

mempromosikan bahasa ibu sebagai bahasa masyarakat dan bahasa

nasional. Tujuan makalah ini adalah untuk membangun pandangan

nasional dan kesatuan dalam keragaman dan juga mengambil bahasa

inggris dari dominasi. Dengan demikian, tujuan tersebut untuk

meningkatkan penggunaan bahasa asli kami. Chimhundu mengamati

bahwa “seperti di tempat lain di dunia pascakolonial, Zimbabwe

mengalami situasi dwibudaya dan bilingual yang tidak seimbang di mana

H (high) bahasa berstatus tinggi adalah bahasa resmi dari peninggalan

kekuasaan kolonial, sedangkan bahasa pribumi adalah L (low) atau status

bahasa rendah.

Chimhundu (1993:58) menegaskan bahwa bahasa Afrika yang

dipandang rendah kurang penting secara sosial dan budaya. Hal ini

adalah akibat dari kurangnya perhatian yang diberikan kepada pendudk

asli yang berbahasa ibu. Kondisi ini mendorong pemikiran bahwa semua

bahasa Afrika adalah bahasa daerah... (dan harus terus) di-downgrade,

dalam sistem pendidikan dan dalam kehidupan publik (ibid: 59).

Page 21: Buku Diktat LP

Di negara-negara Afrika, bahasa Eropa digunakan sebagai bahasa

resmi. Alasan utama adalah kesulitan dalam memilih bahasa pribumi yang

ditakutkan tidak berterima untuk sebagian masyarakat. Pemilihan bahasa

Eropa adalah keputusan perencanaan bahasa. Pemilihan bahasa oleh

pemerintah untuk tujuan resmi harus mempertimbangkan isu-isu

kesetiaan bahasa dan pemberdayaan. Di samping itu juga pilihan bahasa

membawa konsepsi pembangunan bangsa dan upaya untuk menempa

persatuan nasional dan integrasi nasional. Hal ini akan membuka jalan

untuk akses ke sumber daya yang langka dan layanan pemerintah yang

ditawarkan kepada masyarakat di sektor-sektor, seperti kesehatan,

pendidikan, pekerjaan, posisi, fasilitas, dan lain-lain. Hal ini akan

memungkinkan mayoritas populasi yang pernah diturunkan ke

masyarakat pinggiran untuk dapat berpartisipasi, tidak hanya dalam

ekonomi pembangunan negara, tetapi juga dalam diri mereka sendiri.

inilah sebabnya mengapa kita Fafunwa (1990) yang dikutip dalam Roy-

Compbell dan Gwete (1997) yang meyakinkan ketika ia mengatakan

bahwa kami memberikan pengetahuan dan keterampilan hampir secara

eksklusif dalam bahasa asing, sedangkan mayoritas kami adalah petani,

pengrajin, melakukan tugas sehari-hari mereka di Yoruba, Hausa, Ga,

Igbo, bambara, Kiswahili, dan lain-lain. Pertanyaannya aalah mengapa

tidak membantu mereka untuk menigkatkan sosial, ekonomi, dan

kegiatan politik melalui bahasa ibu? Mengapa mereka besikeras belajar

bahasa Inggris atau Perancis terlebih dahulu sebelum teknologi modern

bisa diperkenalkan kepada mereka?. Di kebanyakan negara berkembang

sebuah kota dan beberapa kota berkomunikasi dengan bahasa Inggris,

Perancis, dan lain-lain sementara penduduk desa dan dusun

berkomunikasi dengan bahasa ibu (Roy-Compbell dan Gwete, 1970:107).

Bahasa ibu adalah bahasa yang memberikan keunikan untuk

berbagai bentuk seni dan humanisme. Kita bisa meminjam gagasan dan

konsep, tetapi apersepsi yang mengatur perumusan konsep dalam

budaya tersebut dan analisis budaya yang memperkerjakan tidak bisa

Page 22: Buku Diktat LP

dialihkan. Itu adalah bahasa yang mencirikan manusia dan membuatnya

berbeda (asli).

BIBLIOGRAFI

Asante, M.K. (2003) Internet Pasal

Chabal, P. (1983) Amilcar Cabral: Kepemimpinan Revolusionerdan Perang

Rakyat. Cambridge: Cambridge University

Chimhundu, H. (1993) "Status Bahasa Afrika di Zimbabwe "di SAPEM.

Sastra Seri: Harare

Cooper, RL (1989) Bahasa Perencanaan dan Perubahan Sosial. Cambridge;

Cambridge University Press

Chiwome, E dan Thondhlana, J (1989) "Pengajaran dari Shona melalui

Media Shona dan Bahasa Inggris di SMA dan di University of

Zimbabwe "dalam Zambezia, 1989 xvi (ii).

Fanon, F. (1963) The Wretched of the Earth, Jakarta: Penguin Books.

Mkanganwi, K. (1992) "Bahasa Perencanaan di Southern Afrika ".

Perspektif Internasional tentang Perencanaan Bahasa: Proyek

Nasional Bahasa.

PERUBAHAN BAHASA DAN

PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN

BAHASA

Jatmika Nurhadi

2

Page 23: Buku Diktat LP

Abstrak

Tulisan ini mendeskripsikan faktor-faktor kompleks yang

memengaruhi perubahan bahasa masyarakat. Dengan demikian, para ahli

dapat menentukan keputusan seperti apa yang harus dibuat untuk

melakukan perencanaan dan kebijakan bahasa.

Kata kunci: perubahan bahasa, perencanaan bahasa, kebijakan bahasa

1. Perubahan Bahasa

1.1 Definisi Perubahan Bahasa

Perubahan bahasa adalah fenomena di mana fitur fonetik,

morfologi, semantik, sintaksis, dan fitur bahasa lain bervariasi dari waktu

ke waktu. Efek perubahan bahasa dari waktu ke waktu dikenal sebagai

perubahan diakronis. Dua disiplin linguistik yang khusus mempelajari

perubahan bahasa ini, yakni: linguistik historis dan sosiolinguistik.

Linguistik historis mengkaji bagaimana bahasa yang digunakan orang-

orang pada masa lalu dan selanjutnya berusaha menentukan bagaimana

bahasa berasal dari yang sebelumnya dan berhubungan satu sama lain.

Sosiolinguistik mempelajari asal-usul perubahan bahasa dan menjelaskan

bagaimana masyarakat berubah dan pengaruh perubahan tersebut

terhadap bahasa.

1.2 Penyebab Perubahan Bahasa

Perubahan bahasa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:

1) Faktor ekonomis: penutur cenderung membuat ucapan-ucapan

mereka menjadi seefisien dan seefektif mungkin untuk mencapai

tujuan komunikatif. Hal seperti ini disebut prinsip usaha minimal:

penutur yang menggunakan prinsip ekonomi dalam artikulasi

mereka, cenderung menghasilkan pengurangan fonetik bentuk ujar,

seperti: pengurangan vokal, pengurangan klaster, dan penghilangan

bunyi dalam percakapan. Semakin lama perubahan tersebut bisa

Page 24: Buku Diktat LP

berterima secara luas (menjadi perubahan suara biasa) dan

mungkin berakhir dengan diperlakukan sebagai standar.

2) Analogi: mengurangi bentuk kata demi menyamakan berbagai

bentuk kata ke akar.

3) Bahasa kontak: peminjaman kata-kata dari bahasa asing.

4) Media komunikasi: saluran yang digunakan untuk berinteraksi.

Sebagai contoh: penggunaan singkatan yang nonbaku pada sms.

5) Lingkungan budaya: Kelompok penutur akan mencerminkan

realitas, situasi, dan objek sesuai dengan lingkungan yang mereka

hadapi.

1.3 Tipe Perubahan Bahasa

Semua bahasa berubah terus-menerus dengan berbagai cara dan

variasi. Tipe-tipe perubahan tersebut adalah sebagai berikut.

1) Perubahan leksikal, contoh:

Masuknya kata-kata baru dalam bahasa Inggris menjadi lapangan

yang kaya untuk penyelidikan perubahan bahasa, meskipun para

ahli kesulitan mendefinisikan dengan tepat dan akurat kosakata

yang tersedia untuk bahasa Inggris. Sepanjang sejarahnya Inggris

tidak hanya meminjam kata dari bahasa lain tetapi mendaur ulang

dan mengombinasikan kosakata tersebut untuk menciptakan makna

baru, sementara di saat yang sama bahasa Inggris kehilangan

beberapa kata tua.

2) Perubahan Fonetik dan fonologi, contoh:

William Labov mencatat perubahan pengucapan dalam waktu yang

relatif singkat di sebuah resor Vineyard Martha, Amerika dan

menunjukkan bagaimana ini dihasilkan dari ketegangan dan proses

sosial. Bahkan dalam waktu yang relatif singkat media penyiaran

mengamati perbedaan antara pengucapan pembaca berita dari

1940-an dan 1950-an dengan pengucapan saat ini.

3) Perubahan ejaan, contoh:

Page 25: Buku Diktat LP

Era pra-cetak memiliki orang-orang melek lebih sedikit: bahasa

tidak memiliki sistem ortografi tetap, dan naskah-naskah tulisan

tangan yang bertahan hidup sering menampilkan kata-kata yang

dieja menurut pengucapan regional dan preferensi pribadi. Namun,

hal ini berbeda dengan masa sekarang. Bahasa bersistem dan

memiliki ortografi yang tetap sehingga memudahkan

penggunananya untuk berbahasa.

4) Perubahan semantik, contoh:

- peyorasi, di mana nilai rasa suatu istilah memperoleh hubungan

negatif

- ameliorasi, di mana nilai rasa suatu istilah memperoleh

hubungan positif

- perluasan, di mana suatu istilah membutuhkan arti yang lebih

luas

- penyempitan, di mana suatu istilah membutuhkan arti sempit

1.4 Sosiolinguistik dan Perubahan Bahasa

Coates (1993: 228), menjelaskan bahwa perubahan linguistik terjadi

dalam konteks heterogenitas linguistik. Dia menjelaskan bahwa

"perubahan linguistik dapat dikatakan telah terjadi ketika bentuk linguistik

baru digunakan oleh beberapa sub-kelompok dalam masyarakat tutur,

diadopsi oleh anggota lain dari komunitas itu dan diterima sebagai

norma."

2. Perencanaan dan Kebijakan Bahasa

Dengan adanya perubahan bahasa, hal ini menyebabkan terjadinya

perencanaan dan kebijakan bahasa. Mengenai perencanaan dan kebijakan

bahasa dideskripsikan sebagai berikut.

2.1 Perencanaan Bahasa

Perencanaan bahasa adalah suatu usaha untuk memengaruhi

fungsi, struktur, atau penyerapan satu bahasa atau jenisnya di dalam

Page 26: Buku Diktat LP

sebuah pembicaraan masyarakat. Hal ini sering dikaitkan dengan

perencanaan pemerintah, tapi juga digunakan oleh berbagai organisasi

non-pemerintah, seperti organisasi perintis dan bahkan perorangan.

Tujuan perencanaan bahasa bergantung pada bangsa atau organisasi,

tapi umumnya meliputi membuat keputusan perencanaan dan perubahan

yang mungkin demi efektivitas komunikasi. Merencanakan atau

memperbarui komunikasi yang efektif juga bisa membawa kepada

perubahan sosial lainnya seperti perpindahan bahasa atau asimilasi, dan

memberikan motivasi lain untuk merencanakan struktur, fungsi dan

penyerapan bahasa.

2.2 Kebijakan Bahasa

2.2.1Kebijakan Bahasa Tipe A

Menurut Ibrahim (1995: 265) bila kelompok elite telah

berkesimpulan tidak ada tradisi besar yang dapat diambil guna

menyatukan bangsa, maka politik bahasa cenderung diarahkan kepada

pembentukan negara eksoglosik, dengan mengambil bahasa bekas

penjajahnya sebagai bahasa nasional; sebuah orientasi yang berimplikasi

pada pencapaian efisiensi operasional – nasionalisme – yang lebih besar

daripada otentisitas etnis – nasionalisme.

2.2.2Kebijakan Bahasa Tipe B

Ibrahim (1995: 266) menyatakan bahwa bila kelompok elite dan

seluruh populasi masyarakat dalam beberapa hal sepakat akan adanya

tradisi besar dengan sebuah bahasa. Persetujuan yang banyak

berimplikasi pada kesatuan sosiokultural dan politik yang akhirnya

membuat bahasa diambil dari tradisi besar sebagai bahasa nasional.

2.2.3Kebijakan Bahasa Tipe C

Kebijakan tipe C dinyatakan Ibrahim (1995: 266) sebagai kebijakan

yang timbul dari pengakuan adanya beberapa tradisi besar yang saling

Page 27: Buku Diktat LP

berkompetisi, masing-masing dengan tradisi sosial, agamanya sendiri

atau dengan dasar geografis linguistiknya.

2.3 Parameter Pembentukan Politik Bahasa

Terdapat empat parameter kunci yang digunakan untuk

menentukan politik bahasa, yakni: (a) tipe bahasa; (b) status; (c) ratio,

dan (d) fungsi.

2.3.1Tipe Bahasa

Terdapat dua tipe bahasa, yakni: standar dan artifisial.

2.3.2Status Bahasa

Terdapat enam status bahasa yang disimbolkan sebagai berikut.

SO : Bahasa resmi mutlak, seperti bahasa Perancis di Perancis.

JO : Bahasa resmi daerah federasi-gabungan, seperti bahasa Inggris

dan Perancis di

Kamerun.

RO : Bahasa resmi regional, seperti bahasa Ibo di Nigeria Timur.

PL : Bahasa yang sedang dipromosikan statusnya, seperti bahasa

Inggris pidgin di Afrika

Barat.

TL : Bahasa yang mendapat toleransi, seperti bahasa imigran

pendatang di Kerajaan

Inggris.

DL : Bahasa yang dilarang penggunaannya dalam hal tertentu, seperti

Perancis

Normandia di Jerman.

2.3.3Ratio Bahasa

Terdapat enam tingkat ratio kebahasaan dengan persentase

sebagai berikut.

Page 28: Buku Diktat LP

100 – 90 : bahasa Inggris di Australia, Kerajaan Inggris dan USA.

89 – 70 : bahasa Inggris di Kanada.

69 – 40 : bahasa Belanda dan Perancis di Belgia.

39 – 20 : bahasa Perancis di Kanada, bahasa Amphari di Ethiopia.

19 – 3 : bahasa Afrikan di Afrika Selatan.

<3 : bahasa Gaelic Irlandia di Eire.

2.3.4Fungsi Bahasa

Terdapat delapan fungsi penggunaan bahasa, yakni:

WE : bahasa yang berfungsi komunikasi secara luas, seperti bahasa

Inggris di India.

WI : bahasa komunikasi luas internal, seperti bahasa Hindi di India dan

Pakistan.

MO : bahasa yang diajarkan secara luas, seperti bahasa Latin di

Kerajaan Inggris.

M1 : bahasa pengantar di sekolah, seperti bahasa Inggris di Sierra

Leone bagian barat.

M2 : bahasa pengantar di tingkat SMP, bahasa Inggris di Ghana.

M3 : bahasa pengantar di tingkat SMA.

M4 : bahasa pengantar di tingkat PT.

R : bahasa yang dipakai dalam kegiatan peribadatan, seperti di Roma,

Italia.

2.4 Politik Bahasa

Dalam tulisan ini akan dijelaskan bagaimana pembentukan politik

bahasa di tiga negara kawasan, yakni: Afrika Barat, India, dan Eropa.

2.4.1Afrika Barat

Dalam setiap masalah dan sebagai akibat dari adanya heterogenitas

linguistik maupun tidak adanya tradisi besar yang disepakati, masing-

masing negara yang tergabung di Afrika Barat (Kamerun, Gambia,Ghana,

Liberia, Nigeria, dan Sierra Leon), keenam negara tersebut telah

Page 29: Buku Diktat LP

menetapkan politik eksoglosik sehubungan dengan bahasa. Pemecahan

masalah yang paling lazim dilakukan adalah pemaksaan bahasa Inggris

sebagai BNR mutlak dan pengambilan bahasa-bahasa mayor yang asli

sebagai BRD di daerah tertentu, seperti di Nigeria, bahasa Inggris dipakai

sebagai bahasa federal; dan bahasa Ibo, Yoruba, dan Hausa dipakai

sebagai BRD di bagian timur, barat dan utara Kamerun, karena

penjajahnya dahulu, berdiri sebagai satu-satunya negara yang

mempunyai dua BNR – Bahasa Inggris dan Perancis – yang berlaku

sebagai sarana nasionisme biarpun tanpa usaha-usaha harmonisasi yang

kuat pembentukannya, yang oleh elite bilingual dapat bersifat menentang

tujuan nasionalisme.

Singkatnya, politik bahasa di Afrika Barat tetap eksoglosik, tidak ada

bahasa lokal yang diberi kesempatan untuk menjadi BN atau BR; inilah

situasi yang sangat berbeda dengan yang ada di daerah Asia

Persemakmuran.

2.4.2 India

Dihadapkan pada tuntutan mengatasi nasionalisme lokal dalam

menunjang nasionalisme seluruh India, pemerintah India dalam

institusinya memutuskan untuk meningkatkan status bahasa Hindi pada

status BNR. – bahasa federal – dan memberikan status BRD pada lebih

dari selusin bahasa asli di tingkat negara bagian. Namun, politik semacam

itu berakibat justru memperkuat nasionalisme di India utara yang telah

ada serta memprovokasikan India selatan untuk bereaksi. Selain itu,

dalam bentuk yang murni, akan membiarkan kesatuan India tanpa sarana

komunikasi eksternal. Dalam formulasi finalnya bahasa Hindi adalah BNR

tapi bahasa Inggris sebagai bekas penjajahnya dipertahankan menjadi

BNR pembantu sampai semua negara bagian mutlak menerima bahasa

Hindi sebagai BNR.

2.4.3Eropa

Page 30: Buku Diktat LP

Banyak orang yang mungkin keliru yang beranggapan bahwa

perencanaan bahasa adalah satu masalah unik bahkan spesifik bagi

negara berkembang. Sebenarnya perencanaan bahasa adalah masalah

penting bagi kawasan MEE (Eropa). Dengan empat bahasa utama di

kawasan MEE (bahasa Jerman, Inggris, Perancis, dan Italia) jelas tidak ada

kemungkinan dipilihnya satu dari empat itu yang menjadi BR. Masing-

masing negara memiliki BNR sendiri, setiap negara anggota adalah

negara endoglosik dan menggunakan kebijakan politik tipe B. Di dalam

organisasi MEE terdapat 7 bahasa resmi lain yang juga diakui. Hal ini

mengakibatkan MEE memiliki kebijakan empat BR dan tujuh BRD,

minoritas linguistik tetap ada dan hak-haknya masih perlu diformulasikan

dan diamankansehingga kemungkinan besar negara-negara tersebut

tetap menggunakan pola kebijakan bahasa tersebut.

3. Simpulan

Perubahan bahasa merupakan hal yang senantiasa terjadi dalam

kehidupan berbahasa. Perubahan bahasa merupakan hal normal. Hal

yang perlu diperhatikan adalah ke arah mana perubahan itu menuju, baik

atau buruk. Jika perubahan itu menuju ke arah baik tentunya perencanaan

bahasa dan kebijakan bahasa hanya dilakukan sebatas pemertahanan

efektivitas komunikasi. Namun, jika perubahan berlangsung ke arah yang

buruk, tentu perencanaan bahasa dan kebijakan bahasa harus dilakukan

secara menyeluruh dan terpadu, yang berdasarkan paramater-parameter,

seperti: tipe bahasa, status bahasa, ratio bahasa, dan fungsi bahasa yang

akan dikembangkan.

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Jakarta: Rineka Cipta.

Page 31: Buku Diktat LP

PERAN BAHASA ASLI PRIBUMI ‘INDIGENOUS LANGUAGE’

DALAM PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN BAHASA SUATU NEGARA

Asri Soraya Afsari

Abstrak

Makalah ini bertujuan untuk melihat bagaimana suatu negara

menentukan peran sebuah bahasa asli pribumi dalam perencanaan

4

Page 32: Buku Diktat LP

bahasa di negaranya. Bagi Negara multilingual, multikultural, dan

multirasial tentu tidak mudah untuk merealisasikan kebijakan bahasa

yang telah ditetapkan. Berbagai faktor luar bahasa, seperti sejarah,

kekuasaan, politik, ekonomi, dan agama turut pula menjadi kendala

dalam mewujudkan sinergisitas antara perencanaan bahasa dan

pelaksanaannya.

Kata kunci: bahasa pribumi asli, perencanaan bahasa, kebijakan bahasa

1. Pengantar

Permasalahan bahasa yang cukup serius sering kali dialami oleh

negara-negara yang memiliki lebih dari satu bahasa yang digunakan

sebagai alat komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat di negara itu.

Permasalahan ini terkait dengan penetapan status bahasa resmi dan

nasional. Penerimaan dan pengembangan sebuah bahasa sebagai bahasa

nasional dan resmi terkait pula dengan peranan nasionalisme dalam

sebuah negara. Fishman (1970) mengemukakan perbedaan antara

nasionalisme dan nationisme. Nationalisme terlihat umpamanya pada

penggunaan lambang seperti bendera dan beberapa kelembagaan.

Bahasa merupakan perwujudan dari sebuah nasionalisme, sebab bahasa

dianggap bukan hanya sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai

lambang kesatuan bangsa dan martabat bangsa. Usaha yang berkaitan

dengan masalah solidaritas, efisiensi di bidang pemerintahan, kesehatan,

pendidikan memainkan peranan penting pada nasionalisme. Istilah

bahasa dan resmi dan bahasa nasional seing dianggap mempunyai

persamaan arti. Namun mengingat perbedaan pengertian antara

nasioanlisme dan nationalism, istilah bahasa resmi dapat dibedakan dari

bahasa nasional. Menurut KBBI (2008) definisi bahasa Nasional adalah

bahasa yang menjadi bahasa standar atau bahasa perhubungan ‘lingua

franca’ di negara yang mempunyai banyak bahasa karena perkembangan

sejarah, kesepakatan bangsa, atau ketetapan perundang-undangan,

sedangkan bahasa resmi adalah bahasa yang digunakan dalam

Page 33: Buku Diktat LP

komunikasi resmi, seperti dalam perundang-undangan, surat-menyurat

resmi.

Fishman (1970) memberi batasan mengenai pengertian bahasa

nasional sebagai bahasa yang digunakan terutama sebagai alat

komunikasi untuk mencapai tujuan nasionalisme, yaitu solidaritas, sedang

bahasa resmi mempunyai tujuan utama untuk mewujudkan efisiensi

pemerintah dan yang berkaitan dengan nationalisme.

Bagi negara yang memiliki lebih dari satu bahasa yang dipakai oleh

warganya tentu saja tidak mudah dalam penentuan status itu (baca:

bahasa resmi dan bahasa standar). Karena itulah, diperlukan perencanaan

bahasa untuk menentukan kelangsungan hidup bahasa-bahasa yang

tumbuh itu. Chaer (2004) mengemukakan bahwa untuk menjamin

kelangsungan komunikasi kebangsaan perlu dilakukan suatu perencanaan

bahasa (Inggris: language planning) yang dimulai dengan kebijakan

bahasa (Inggris: language policy). Perencanaan dan kebijakan bahasa ini

dilakukan pada bahasa yang bukan saja multilingual, tapi juga multirasial,

dan multikultural. Sebuah negara dikatakan multilingual jika dalam

negara tersebut terdapat banyak bahasa yang digunakan dengan

berbagai ragamnya di dalam wilayah negara itu secara berdampingan.

Dikatakan multirasial, jika di suatu negara terdapat etnis yang berbeda,

yang biasanya dapat dikenali dari ciri-ciri fisik tertentu/ dari bahasa dan

budaya yang melekat pada etnis tersebut, dan jika di dalam suatu negara

terdapat berbagai budaya, adat istiadat, dan kebiasaan yang berbeda dari

penduduk yang mendiami negara tersebut, maka negara tersebut

dikatakan sebagai negara yang multikultural.

Negara kita, Indonesia termasuk ke dalam negara yang multilingual,

multirasial, dan multikultural. Negara Asia lainnya yang juga termasuk

negara yang multilingual, multirasial, dan multikultural adalah Malaysia,

Filipina, Singapura, dan India.

Dalam negara-negara yang memiliki situasi multilingual, misalnya di

negara-negara Asean, terdapat dua kondisi situasi kebahasaan yang

berbeda. Kelompok pertama, disebut kelompok heterogen yang

Page 34: Buku Diktat LP

tumpang tindih, dikatakan tumpang tidih karena negara tersebut

menggunakan bahasa-bahasa yang sangat terkait erat satu sama lain

secara genetis; sama halnya dengan kebudayaan yang mirip satu sama

lain. Dari aspek etnografis masing-masing negara itu homogen. Negara

yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Indonesia dan Filipina.

Kelompok kedua, disebut kelompok heterogen tanpa tumpang-tindih,

dikatakan demikian karena mayoritas penduduk di negara tersebut

menggunakan bahasa-bahasa yang tidak memiliki hubungan genetis. Dari

sisi etnografis maupun kebahasaan pun benr-benar heterogen. Negara-

negara di Asean yang termasuk dalam kelompok ini adalah Singapura dan

Malaysia (periksa Ohoiwutun, 2007:63). Jadi, dalam kelompok pertama

terjalin keterkaitan antara bahasa-bahasa yang dituturkan sedang dalam

kelompok kedua tidak ada hubungan keterkaitan.

Makalah ini akan memaparkan sekilas bagaimana peran sebuah

bahasa asli pribumi ‘indigeneous language’ dalam negara yang

multilingual, multirasial, dan multikultural, seperti Indonesia, Filipina,

Singapura, India dan Zimbabwe dalam kaitannya dengan perencanaan

bahasa dan kebijakan bahasa yang ditetapkan di negara-negara tersebut.

2. Peran Bahasa Asli Pribumi ‘Indigenous Langugae’ di

Indonesia, Filipina, Singapura, India dan Zimbabwe

Berdasarkan sumber bahasa yang akan dijadikan sebagai bahasa

resmi dan akan digunakan dalam suatu negara, terdapat 2 istilah untuk

membedakannya, yaitu: endoglosik ‘endoglossic’ dan eksoglosik

‘exoglossic’. Perbedaan ini terutama didasarkan pada pemilihan, yang

dilakukan dengan mengdatangkan atau mengimpor bahasa dari luar dan

yang tidak berbuat begitu, yaitu memilih satu atau lebih dari bahasa yang

ada dalam masyarakat yang bersangkutan. Kloss menggunakan istilah

endoglosik untuk pemilihan yang dilakukan di dalam sedang istilah

eksoglosik untuk pemilihan yang didatangkan dari luar (Anwar, 1990: 79).

Di Indonesia, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional

dan bahasa resmi kenegaraan. Dengan demikian, dalam hal penetapan

Page 35: Buku Diktat LP

sebuah bahasa asli sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi, Indonesia

termasuk ke dalam negara tipe endoglosik. Bagi negara seperti Filipina,

Singapura, India, dan Zimbabwe, yang memiliki bahasa nasional dan

bahasa resmi yang berbeda, maka keadaan tersebut dinamakan dengan

tipe eksoglosik. Berikut tabel yang memperlihatkan pemilihan bahasa asli

pribumi yang ditetapkan sebagai bahasa nasional dan resmi oleh

Indonesia, Filipina, India, Singapura, dan Zimbabwe.

NO

.

NEGARA BAHASA

NASIONAL

BAHASA RESMI

KENEGARAN

1 Indonesia Indonesia Indonesia

2 Filipina Pilipino Pilipino, Inggris,

Spanyol

3 India Hindi Hindi, Inggris

4 Singapura Melayu Melayu, Mandarin,

Tamil, Inggris

5 Zimbabwe Shona,

Ndebele

Inggris

Gambar 1. Tabel Negara Tipe Endoglosik dan Endoglosik-

Eksoglosik

(Sumber: Holmes, 2000:116, Chaer, 2004: 180)

Indonesia

Situasi kebahasaan

Indonesia merupakan Negara yang beruntung dalam hal penentuan

bahasa yang dijadikan sebagai bahasa resmi dan standar. Hal ini

disebabkan meski banyak faktor yang mungkin menimbulkan persoalan

kebahasaan, tetapi ada faktor yang menguntungkan, yakni telah

diberlakukannya bahasa Indonesia sebagai bahasa ‘lingua franca’

sebelum orang Eropa datang ke Indonesiasehingga ketika orang-orang

Eropa (Belanda) datang ke Indonesia, mereka justru memanfaatkan

Page 36: Buku Diktat LP

bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan orang pribumi (periksa

Nababan, 1984:59).

Bahasa Indonesia yang dijadikan sebagai nasional sekarang ini awalnya

berasal dari bahasa Melayu, yang sejak dahulu memang sudah dijadikan

sebagai bahasa perhubungan ‘lingua franca’, bukan saja di sekitar

kepulauan Nusantara, melainkan digunakan pula di pesisisr-pesisir Asia

Tenggara. Salah satu yang menjadi faktor dianggkatnya bahasa Melayu

menjadi bahasa Indonesia karena ketika diangkat sebagai bahasa

Indonesia dalam sumpah pemuda tahun 1928, bahasa Melayu secara

substansial sudah merupakan bahasa penuh ‘fullfledged language’ dan

menjadi bahasa ibu masyarakat yang tinggal di wilayah Sumatera sebelah

timur, Riau, dan Kalimantan (Hwia, 2010: 37).

Perencanaan Bahasa

Halim (1981) mengemukakan bahwa salah satu fungsi politik

bahasa Indonesia adalah memberikan pengarahan bagi perencanaan dan

pengembangan bahasa nasional. Lahirnya sumpah pemuda 1928 yang

salah satu butirnya berisi pengakuan bahwa bahasa Indonesia adalah

bahasa nasional, merupakan langkah awal yang menentukan di dalam

perumusan garis kebijaksanaan mengenai bahasa nasional Indoneia. UUD

1945, Bab XV, pasal 36 yang menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah

Bahasa Indonesia” mmberikan dasar yang kuat dan resmi bagi pemakaian

bahasa Indonesia, bukan saja sebagai bahasa perhubungan pada tingkat

nasional tetapi juga sebagai bahasa resmi kenegaraan.

Dalam praktiknya, perencanaan bahasa di Indonesia dapat

dikelompokkan menjadi 2 aspek sebagaimana disampaikan oleh J.V.

Neustupny (1974), yaitu perencanaan status dan perencanaan bahan.

Perencanaan korpus adalah perencanaan yang terkait dengan usaha

peningkatan status bahasa Indonesia. Misalnya, pemberian status bahasa

persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi. Setelah

itu, ditingkatkan lagi statusnya sebagai bahasa pengantar pendidikan di

lembaga-lembaga pendidikan, bahasa pengetahuan, bahkan sebagai

Page 37: Buku Diktat LP

bahasa budaya bangsa Indonesia. Perencanaan bahan adalah

perencanaan yang terkait dengan aktivitas penyusunan ejaan,

pembakuan ucapan, pembentukan istilah, penyusunan tata bahasa,

penyusunan kamus, dan sebagainya (Muslich, 2010:21).

Selanjutnya, Muslich mengatakan bahwa upaya perencanaan

bahasa di Indonesia, baik dalam bentuk pembinaan maupun

pengembangan sudah lama dilakukan, seiring dengan perkembangan dan

pertumbuhan bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari isu-isu yang muncul

dalam setiap Kongres Bahasa Indonesia sejak tahun 1938 (kongres I)

sampai sekarang. Serangkaian kegiatan pusat bahasa pun (kini berubah

menjadi Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) mencerminkan

betapa perhatian pemerintah terhadap bahasa Indonesia.

Filipina

Situasi Kebahasaan

Holmes (2001) mengemukakan bahwa Filipina dan Indonesia adalah

dua buah negara yang memiliki penutur dengan jumlah ratusan

perbedaan vernakular. Sebuah bahasa nasional tidak hanya digunakan

sebagai bahasa perhubungan ‘lingua franca’ dan bahasa resmi, tapi juga

merupakan sebuah fungsi dari simbol kesatuan nasional. Masalah yang

dihadapi oleh Filipina berkaitan dengan penetapan bahasa nasional dan

resmi tampaknya lebih rumit dari Indonesia. Hal ini disebabkan oleh

begitu membekasnya bahasa Spanyol dan Inggris, sebagai bahasa bekas

penjajah di Filipina.

Perencanaan Bahasa

Dalam negara multilingual, arti kekuasaan politik dalam pemilihan

bahasa nasional sangat jelas. Terdapat lebih dari seratus penutur

vernakular bahasa di Filipina. Ketika Filipina mendapatkan kemerdekaan

tahun 1946. Pilipino diumumkan sebagai bahasa nasional. Bahasa ini

berasal dari bahasa Tagalog. Betapa pun Pilipino adalah bahasa etnik dari

satu kelompok tertentu, tetapi tidak pernah diterima sepenuhnya. Jumlah

Page 38: Buku Diktat LP

penutur bahasa Tagalong 20 juta, Cebuana, sebagai contoh berpenutur

lima juta, dan Ilokano, bahasa asli pribumi lainnya berpenutur lebih dari

lima juta. Pemilihan bahasa Tagalog menggambarkan kekuasaan politik

dan ekonomi dari penuturnya yang berfokus pada wilayah ibu kota,

Manila. Perubahan nama Pilipino adalah usaha untuk membantu

mendapatkan penerimaan secara lebih luas, tapi kekesalan dari

keuntungan yang diberikan kepada kelompok etnik tertentu masih

dirasakan tajam (Holmes, 2001: 101).

Apa yang dikemukakan oleh Holmes berkaitan dengan penggantian

nama Pilipino itu terjadi pada tahun 1973 (lihat Chaer, 2004: 178, periksa

pula Nababan, 1984:57). Ketika itu majelis konstituante Filipina

mengganti nama Pilipino dengan nama Filipino dengan janji bahwa

bahasa baru ini akan didasarkan pada semua bahasa daerah yang ada di

Filipina. Meskipun begitu, kenyataannya sekarang ini masyarakat Filipina

masih menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi kenegaraan dan

komunikasi antarsuku. Alasan lainya adalah dengan menggunakan bahasa

Inggris mereka dapat melakukan komunikasi intrabangsa dan

antarbangsa.

Singapura

Situasi Kebahasaan

Singapura merupakan negara yang masyarakatnya multilingual,

multietnis, dan multirasial. Berkaitan dengan masalah kebahasaan,

Singapura tentu menghadapi masalah yang rumit pula dalam menetapkan

bahasa nasional dan bahasa resmi di negaranya. Singapura menetapkan

bahasa Melayu yang merupakan bahasa asli pribumi sebagai satu-satunya

bahasa nasional. Namun karena Singapura dihadapkan pada masyarakat

yang heterogen, maka di Singapura diberlakukan empat bahasa resmi,

yaitu Melayu, Mandarin, Tamil, dan Inggrissehingga negara ini masuk ke

dalam kelompok heterogen tanpa tumpang tindih karena kondisi

sosiokultural juga tidak menampakkan kesinambungan linear dari

hubungan-hubungan di masa silam, dari Proto-Melayu. Menilik sumber

Page 39: Buku Diktat LP

asal bahasa yang digunakan, Singapura termasuk ke dalam tipe

endoglosik-eksoglosik, karena Singapura memanfaatkan bahasa asli

pribumi dan bahasa luar sebagai sarana komunikasi antarmasyarakatnya.

Perencanaan Bahasa

Dalam menghadapi permasalahan bahasa yang terjadi di

negaranya, pemerintah Singapura mengambil langkah kebijakan bahasa.

Hal ini penting, sebab kebijakan bahasa merupakan salah satu faktor yang

berperan sangat besar dalam menentukan kelangsungan hidup suatu

bahasa (Wijana, 2006: 29). Selain itu, Kebijakan bahasa juga merupakan

usaha kenegaraan suatu bangsa untuk menentukan dan menetapkan

dengan tepat fungsi dan status bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di

negara tersebut, agar komunikasi kenegaraan dan kebangsaan dapat

berlangsung dengan baik (Chaer, 2004:182).

Apa yang dilakukan oleh pemerintah Singapura terkait langkah yang

diambil dalam penentuan kebijakan bahasanya dapat dikatakan berhasil,

sebab mereka terlebih dahulu melakuakan pemisahan dua hal, yakni

fungsi bahasa dan penggunaan bahasa. Dalam hal fungsi, pemerintah

Singapura menetapkan bahasa Melayu, sebagai kenasionalan, seperti

dalam lagu kebangsaan, aba-aba kemiliteran, dan slogan-slogan lainnya.

Dalam hal penggunaan bahasa, Pemerintah Singapura mengakui adanya

empat buah bahasa resmi, yaitu (1) bahasa Melayu, (2) bahasa Mandarin

(bahasa-bahasa Cina), (3) bahasa Tamil (termasuk bahasa India lainnya),

(4) bahasa Inggris (Chaer, 2004:179, periksa Nababan, 1984: 57).

Secara emosional berdasarkan urutannya, bahasa Melayu adalah

bahasa yang paling terhormat di Singapura, tetapi penggunanya relatif

kecil. Hal sebaliknya justru terjadi pada bahasa Inggris. Bahasa yang

dianggap kedudukannya paling rendah ini justru frekuensi penggunaanya

paling tinggi. Hal senada diungkapkan oleh Ohoiwutun (2007), ia

mengungkapkan bahwa di Singapura, bahasa Inggris semakin hari

semakin membuktikan diri sebagai alat komunikasi bagi seluruh

masyarakat negara pulau itu. Hal ini tentu tidak terjadi secara kebetulan

Page 40: Buku Diktat LP

saja. Tampaknya banyak fakor luar bahasa yang turut pula memengaruhi

sehingga bahasa Inggris begitu diminati oleh masyarakat Singapura

sebagai alat komunikasi. Salah satu faktor yang paling menonjol adalah

letak geografis negara Singapura yang merupakan kawasan perlintasan

dunia, ditambah Singapura mempunyai bandara Internasional yang

memungkinkan setiap orang harus bisa menguasai bahasa Inggris sebagai

bahasa Internasional. Selain itu, faktor ekonomi kiranya juga mendukung

ke arah tingginya intensitas penggunaan bahasa Inggris di negara

tersebut.

Secara umum, faktanya bahasa Inggris ternyata telah menjadi

bahasa ibu atau bahasa pertama lebih 45% penduduk 10 buah negara di

dunia seperti United Kingdom, Irlandia, Australia, New Zealand, Barbados,

Jamaika, Trinidad, Amerika Syarikat, Kanada dan Guyana (Fishman et al.,

1977), dan menjadi bahasa rasmi atau bahasa kedua di Botswana,

Cameroon, Fiji, Gambia, Ghana, India, Lesotho, Liberia, Malawai, Malta,

Mauritius, Namibia, Nauru, Nigeria, Filipina, Zimbabwe, Sierra Leone,

Singapura, Afrika Selatan, Swaziland, Tanzania, Tonga, Uganda, Saomoa

Barat dan Zambia (Richards, 1991). Dengan kedudukannya sebagai

bahasa dunia yang dominan dan kini dipercaya antara bahasa dunia yang

berperan besar dalam proses globalisasi, perbincangan tentang

pengajaran bahasa Inggris kepada penutur asing menjadi tema yang

mendapat perhatian besar sehingga perbincangan tentang pengajaran

bahasa Melayu kepada penutur asing mungkin dianggap oleh sebagian

orang sebagai hal yang kurang relevan (Sariyan, 2010:2)

India

Situasi Kebahasaan

India merupakan salah satu bangsa yang bahasanya paling

heterogen di dunia. Bahasa yang digunakan di sana kurang lebih

berjumlah 800. Akan semakin bertambah lagi jika dijumlahkan dengan

sebagian dialek-dialek yang terdapat di sana. Terdapat 4 bahasa tutur

berupa rumpun bahasa di India, yakni Indo-Aryan, Dravida, Austro-Asiatik,

Page 41: Buku Diktat LP

dan Tibeto Burma (Appel dan Muysken, 1988: 46). Dalam hal penetapan

bahasa nasional dan bahasa resmi, bangsa India menetapkan satu bahasa

nasional yang diambil dari salah satu bahasa asli pribumi mereka, yaitu

bahasa Hindi, sedang untuk bahasa resmi kenegaraan, mereka

menetapkan dua bahasa resmi, yaitu bahasa Hindi dan Inggris (periksa

Chaer,2004: 179).

Alasan mengapa bahasa Inggris kemudian dijadikan sebagai bahasa

resmi menurut Appel dan Muysken adalah karena di daerah India Selatan,

hampir seluruh masyarakatnya menyambut bahasa Inggris untuk

dilanjutkan sebagai bahasa resmi. Mengkuti apa yang diungkapkan oleh

Apte (1976) kiranya terdapat tuntutan bahwa perkembangan bahasa

Hindi tidak sebaik perkembangan bahasa India lainnya, terutama

dibandingkan dengan Tamil dan Bengali yang mempunyai sejarah

kesusatraan yang panjang.

Perencanaan Bahasa

Appel dan Muysken (1988) mengemukakan bahwa perencanaan

bahasa di India dilakukan setelah mereka mendapat kemerdekaan pada

tahun 1947. Pemerintahan federal membuat kebijakan bahasa. Bahasa

Inggris harus diganti oleh bahasa Hindi sebagai bahasa resmi federasi.

Hindi adalah satu dari bahasa yang penggunaannya terluas terutama di

India utara. Lebih lanjut, bahasa daerah harus digunakan sebagai bahasa

resmi kenegaraan India. Namun faktanya, pemerintah kurang lebih

mengenal garis bahasa di India. Karana itu dilakukan berbagai upaya

untuk mendorong perluasan bahasa Hindi dengan cara menstransliterasi

buku, kamus, dan ensiklopedia ke dalam bahasa Hindi, keyboards untuk

mesin tik, dan teleprinter pun distandardisasikan. Berikutnya, pemerintah

banyak membayar sedapat mungkin perhatian kepada pengembangan

bahasa-bahasa besar masing-masing. Terutama dalam hal komite

tertentu untuk merencanakan teknik baru, legal, dan tata bahasa

pemerintahan.

Page 42: Buku Diktat LP

Dua kebijakan bahasa yang rangkap di India mengalami kegagalan

disebabkan masalah politik, agama, dan adanya dorongan praktik dari

oposisi Hindi. Hasilnya tahun 1967, bahasa Inggrs kembali diadopsi

sebagai bahasa resmi kedua. Akibatnya, pada bidang pendidikan anak-

anak harus belajar dua bahasa (Inggris dan Hindi) sebagai bahasa ibu

mereka di sekolah. Anak lainnya, berbicara bahasa minoritas tidak

resmisehingga terdapat 3 pengajaran bahasa, yaitu Inggris, Hindi, dan

bahasa resmi kenegaraan lainnya yang hidup di India.

Perumusan bahasa resmi menjadi sangat penting di India, ketika

terjadi masalah pemilihan bahasa nasional. Seperti dalam bahasa India

yang multilingual, usaha untuk menjadikan bahasa Hindi satu-satunya

bahasa dengan status bahasa resmi tidak berhasil. Empat belas wilayah di

India mengenal bahasa Inggris sebagai bahasa resmi di samping bahasa

Hindi secara luas, ditambah perbedaan bahasa resmi yang dimiliki oleh

masing-masing negara bagian (Holmes, 2000:97, lihat pula Moeliono,

1985). Chaer (2004) menambahkan bahwa bahasa Inggris, sebagai

bahasa bekas pejajah sejak dahulu memang sudah menjadi bahasa

perhubungan ‘lingua franca’ di India.

Mengutip apa yang dikatakan Sakri (1993) dalam Lauder (2005),

bahwa bahasa alami memiliki kemampuan untuk berkembang ke segala

arah dan menyesuaikan dengan tuntunan komunikasi. Begitu pula kiranya

kenyataan yang terjadi dengan penggunaan bahasa Inggris yang ada di

negara India.

Zimbabwe

Situasi Kebahasaan

Zimbabwe adalah suatu negara di Afrika bagian selatan, yang

dahulu diketahui sebagai Rhodesia Selatan, dan kemudian Rhodesia.

Zimbabwe memiliki kekayaan alam yang memungkinkan produksi gula,

buah-buahan, jagung, tembakau, serta berbagai ternak. Populasi

Zimbabwe terbagi ke dalam 2 induk bahasa dan kelompok etnik : Shona

dan Ndebele. Shona terbagi dalam beberapa sub-etnik, seperti Tavara,

Page 43: Buku Diktat LP

Korekore, dan Manyika, dan secara tradisional dibedakan oleh wilayah dan

dialek Shona. Sekitar 62% dari populasi menganut agama Kristen atau

kepercayaan Sinkretisme (akulturasi kepercayaan Kristen dan indigenous)

(http://www.indowebster.web.id).

Bahasa Shona (atau ChiShona) adalah bahasa asli dari negara

Zimbabwe dan daerah sebelah selatan Zambia. Kata "Shona" berasal dari

kata Ndebele yang berarti itshonlanga (di mana matahari terbenam).

Shona adalah Bahasa Resmi dari Zimbabwe, di samping bahasa Ndebele

dan bahasa Inggris. Pengguna bahasa Shona terdiri dari 80% penduduk

Zimbabwe. Bahasa Shona juga digunakan di beberapa tempat di

Mozambik. Negara lain di mana bahasa Shona digunkan adalah Zambia

dan Botswana. Jumlah keseluruhan pengguna bahasa Shona sekurang-

kurangnya ada 7.000.000 orang. Zimbabwe terletak di antara Sungai

Zambezi dan Limpopo. Negara ini menggunakan bahasa Inggris dan

Bantu. Tadinya Zimbabwe adalah koloni Inggris Raya. Robert Mugabe

(yang sekarang masih menjadi presiden) adalah pemimpin rakyat

Zimbabwe yang merebut kemerdekaan negara tersebut pada tahun 1980.

Asal nama Zimbabwe adalah dari bahasa Bantu "dzimba dza mabwe"

yang berarti rumah dari batu (http://upload.wikimedia.org).

Seperti halnya Filipina India, dan Singapura, bahasa yang digunakan

oleh masyarakat Zimbabwe juga termasuk dalam tipe endoglosik-

eksoglosik, karena negara tersebut menetapkan bahasa asli pribumi, yaitu

bahasa Shona dan Ndebele sebagai bahasa nasional dan bahasa Inggris

sebagai bahasa resmi. Viriri mengungkapkan meski bahasa Inggris

ditetapkan sebagai bahasa resmi, pemerintah Zimbabwe berupaya

mendukung bahasa asli pribumi ‘indigeneous language’ terkait

kepentingan bahasa sebagai sarana kebudayaan. Masalah yang sangat

penting dalam perencanaan bahasa dan kebijakan di negara Afrika adalah

sebuah pengertian dari peran bahasa asli yang berhubungan dengan

bahasa asing.

Perencanaan Bahasa

Page 44: Buku Diktat LP

Fishman (1974) mendefinisikan perencanaan bahasa sebagai

“Pengejaran teorganisasi dari pemecahan untuk masalah sebuah bahasa”.

Perencanaan bahasa dalam negara ini dimulai sejak tahun 1960 sebagai

sebuah kegiatan sadar yang dibuat khusus oleh misionaris yang memulai

dengan mentransliterasi alkitab ke dalam bahasa Afrika. Status resmi

bahasa di Zimbabwe ditetapkan tahun 1987 sebagai tindakan pendidikan,

yang menyatakan bahwa “bahasa Inggris sebagai bahasa resmi, dan

Shona dan Ndebele adalah bahasa nasional yang digunakan terbatas

secara resmi.” (Roy-Campbell and Gwete, 1983:208 dalam Viriri).

Viriri juga menjelaskan setelah pemilihan terhadap bahasa

dilakukan, mereka melakukan pada perencanaan bahasa yang lebih

formal dengan mengembangkan ortografi bahasa. Tujuannya untuk

memperkenalkan bahasa Inggris sebagai bahasa asing kepada mereka,

dan menjadi bagian dari proses perencanaan bahasa selama

berlangsungnya era kolonial. Pemerintahan kolonial, bagaimanapun,

memperkenalkan bahasa mereka sebagai alat bahasa dari pemerintahan

dan kekuasaan. Bahasa Afrika dianggap tidak memadai untuk tujuan

pemerintahan. Sebuah kelompok elit di Afrika membuat perilaku sebagai

perantara antara pemerintahan kolonial dengan orang Afrika. Jadi

kebijakan bahasa Inggris mempunyai 2 cabang: sebuah kebijakan dari

bahasa asli untuk massa/rakyat dan bahasa Inggris untuk kalangan

tertentu yang terpilih. Dalam hal ini harus memberikan peningkatan yang

diperlukan untuk perencanaan bahasa kita sebagai konservasi dan ukuran

pengelolaan.

Lebih dalam Viriri menyatakan bahwa telah dilakukan berbagai

upaya untuk keperluan strategi pengembangan dan memecahkan

permasalahan bahasa. Beberapa masalah ini adalah sebuah pemilihan

medium bahasa, pengembangan atau pembaruan sistem penulisan,

perluasan kosakata, kompilasi kamus, penulisan tata bahasa,

mempersiapkan buku-buku teks. Lingkup lebih besar dari kegiatan

perencanaan bahasa dapat dikelompokkan ke dalam 2 tipe tujuan: status

Page 45: Buku Diktat LP

bahasa (posisi sebuah bahasa dalam masyarakat) dan korpus bahasa

(tubuh bahasa, seperti alfabetis, kata-kata, bunyi, ejahan, tata bahasa).

Di Zimbabwe, pemerintah harus mengalokasikan sumber finansial

penting untuk mempromosikan bahasa asli pribumi. Mereka harus

bergerak lebih satu tahap dalam menyediakan tenaga kerja untuk

memfasilitasi implementasi dari tujuan ini, seperti menerbitkan buku-buku

dan kamus untuk membuat orang sadar akan anjuran perubahan bahasa

asli pribumi.

3. Simpulan

Setiap bangsa atau negara memerlukan sebuah bahasa untuk

dijadikan sebagai bahasa nasional yang menjadi identitas bangsanya.

Bahasa asli pribumi ‘indigenous language’ merupakan sarana

transformasi budaya. Bahasa asli pribumi ‘indigenous language’ akan

menyediakan latar pemahaman nasionalime dan kesatuan nasional.

Bahasa asli pribumi merupakan sebuah aspek kunci komunikasi

yang membantu dalam membentuk pandangan dunia kita. Kebudayaan

berasimilasi melalui bahasa. Bahasa asli pribumi membuka makna dan

warisan kebudayaan setiap bangsa, baik Indonesia, Filipina, India,

Singapura termasuk Zimbabwe (Afrika). Melalui bahasa asli pribumi, kita

menyadap pengetahuan yang tersimpan dalam kebudayaan kita sebagai

bagian dari warisan tak berwujud yang memerlukan pelindungan dan

pengaturan sehingga kita dapat menyampaikan nilai berharga itu pada

generasi berikutnya.

Meskipun perencanaan bahasa adalah sebuah proses yang rumit,

hal tersebut hanya bisa bermanfaat bagi mereka yang berusaha untuk

menjalankannya melalui sebuah pendekatan yang beragam. Perencanaan

bahasa di suatu negara bisa mantap apabila status bahasa itu telah

tercantum dalam undang-undang Negara tersebut, baik sebagai bahasa

resmi maupun sebagai bahasa nasional. Perencanaan bahasa akan lebih

lancar dan terprogram apabila melibatkan pihak pemerintah (atau

Page 46: Buku Diktat LP

departemen terkait), masyarakat bahasa, pihak swasta, ahli bahasa, dan

partisan individu (Muslich, 2010: 16).

Keputusan pilihan politis digunakan untuk mengatur pemakaian

bahasa itu dengan tujuan tertentu. Karena itu pula, suatu ‘kebjakan

bahasa’ secara eksplisit dibuat berdasarkan latar belakang keanekaan

bahasa yang hidup dalam suatu pemerintahan dan bertujuan untuk

mengatur beragam fungsi pemakaian bahasa itu (Hwia, 2010:35). Namun

demikian, kenyataannya pemilihan politis tentang bahasa ternyata tidak

bisa lepas dari adanya motivasi beragam kepentingan dan dibuat dalam

berbagai format.

PUSTAKA ACUAN

Anwar, Khaidir

1990 Fungsi dan Peran Bahasa: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Appel, Rene and Pieter Muysken

1988 Language Contact and Bilingualism. London: Edward Arnold.

Apte, M.L.

1976 Multilingualism in India and Sosiopolitical implications: An Overview

in O’Barr and O’Barr 1976, 141-64.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina

2004 Sosiolinguistik: Perkenalan Awal (Edisi Kedua). Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional

2008 Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi Keempat).

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Fishman, J.

Page 47: Buku Diktat LP

1970 Sosiolinguistics: A Brief Introduction. Rowly-Massachusett: Newbury

House.

Fishman, J.

1974 Advances in Language Planning. Mouton & Co. The Hague.

Halim, Amran

1981 Fungsi Politik Bahasa Nasional dalam Politik Bahasa Nasional.

Dihimpun oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Depdikbud. Jakarta: Balai Pustaka.

Holmes, Janet

2001 An Introduction to Sosiolinguistics: Second Edition. London:

Longman Group.

Hwia, Ganjar

2010 Perencanaan Bahasa di Indonesia dan Rancangan Undang-Undang

Kebahasaan: Tuntutan Komunikasi dan Implikasinya dalam Geliat

Bahasa Zaman: Perubahan Bahasa-Bahasa di Indonesia Pasca-Orde

Baru, Ed. Mikihiro Moriyama dan Manneke Budiman. Jakarta: KPG

(Kepustakaan Populer Gramedia).

Lauder, Allan F dan Multamia RMT Lauder

2005 Berbagai Kajian Linguistik dalam Pesona Bahasa: Langkah Awal

Memahami Linguistik. Penyunting Kushartanti dkk. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Moeliono, A.M.

1985 Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Ancangan Alternatif di

dalam Perencanaan Bahasa. Jakarta: Djambatan.

Muslich, Masnur dan I Gusti Ngurah Oka

2010 Perencanaan Bahasa pada Era Globalisasi. Jakarta: Bumi Aksara

Nababan, P.W.J

1984 Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit PT Gramedia

Ohoiwutun, Paul

2007 Sosiolinguistik: Memahami Bahasa Konteks Masyarakat dan

Kebudayaan. Jakarta: Kesaint Blanc.

Page 48: Buku Diktat LP

Sariyan, Awang

2010 Pembuanaan Bahasa Melayu Di Luar Nusantara (Makalah).

Penyandang Kursi Pengajian Melayu Malaysia-China: Kementerian

Pengajian Tinggi Malaysia-Beijing Foreign Studies University

Wijana, I Dewa Putu

2006 Sosiolinguistik: Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Sumber Internet:

(http://www.indowebster.web.id).

(http://upload.wikimedia.org).

Language Planning in Zimbabwe.pdf. (Language Planning in Zimbabwe:

The Conservation And Management Ofindigenous Languages As Intangible

Heritage.Advice Viriri*, Zimbabwe)

BAHASA DAERAH DI INDONESIA

Megaria

1.PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia tergolong ke dalam bangsa yang multietnis,

multibudaya, dan multibahasa. Hal ini menandakan bahwa masyarakat

6

Page 49: Buku Diktat LP

Indonesia adalah masyarakat yang heterogen. Bahasa daerah adalah

kekayaan yang diturunkan oleh nenek moyang yang harus kita lestarikan.

Bahasa daerah sering juga disebut dengan istilah bahasa ibu, bahasa

yang harusnya merupakan bahasa pertama yang digunakan oleh anak-

anak sebelum bahasa Indonesia. Pemertahanan budaya dan bahasa

daerah merupakan tantangan yang besar bagi bangsa Indonesia saat ini.

Arus informasi dan teknologi yang semakin hari semakin canggih tidak

mustahil akan menggerus bahasa daerah yang ada di tanah air saat ini.

Perkembangan teknologi yang semakin hari semakin canggih dan

semakin mudah diperoleh baik di desa maupun perkotaan. Hal inilah yang

menjadi tantangan bagi bangsa yang sedang berkembang khususnya

Indonesia. Arus informasi jika tidak disaring secara selektif maka semakin

lama akan memudarkan bahasa daerah. Gendre bahasa baru pun menjadi

tantangan dalam pemerthanan bahasa, seperti munculnya bahasa

prokem, bahasa alay, bahasa banci, dan bahasa gaul lainnya.

Menurut KBBI (116: 2011) bahasa daerah adalah bahasa yang lazim

dipakai disuatu daerah ; bahasa suku bangsa seperti, Batak, Jawa, Sunda.

Pengertian ini sejalan dengan pendapat Alwi (5: 2011) bahasa daerah

adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa perhubungan bahasa

intradaerah atau intramasyarakat di samping bahasa Indonesia dan

dipakai sebagai sarana pendukung sastra serta budaya atau masyarakat

etnik di wilayah Republik Indonesia. Bahasa- bahasa daerah merupakan

bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup.

Menurut Mackey dalam Alwi (2011: 225) ada tiga faktor yang

menentukan kekuatan suatu bahasa, yaitu faktor kekuasaan bahasa

(language power), faktor daya tarik bahasa (language attaraction), dan

faktor daya tekan bahasa (language pressure). Kekuasaan bahasa

berkaitan dengan masalah demografi, penyebaran, mobilitas, ekonomi,

ideologi, dan kebudayaan. Daya tarik bahasa berkaitan dengan status,

teritorial, dan interlingual. Ciri perilaku (behaviorial traits) dan akulturasi

konsep (concept acculturation) merupakan kriteria untuk mengetahui

seberapa jauh daya tekan yang dimilki suatu bangsa.

Page 50: Buku Diktat LP

Berkaitan dengan perencanaan bahasa hal yang tidak bisa kita

hindari adalah perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, seperti

semakin meningkatnya arus globalisasi. Arus globalisasi ini ditandai

dengan semakin meningkatnya penggunaan teknologi-teknologi canggih

yang menjadikan arus informasi dari negara asing semakin mudah

dikonsumsi oleh masyarakat. Arus globalisasi ini nyatanya tidak hanya

marak di perkotaan, tetapi dahsyatnya arus informasi dan teknologi sudah

merambah ke daerah-daerah terpencil. Kecanggihan teknologi, seperti

televisi, internet, telepon genggam, semakin memudahkan masyarakat

untuk mendapatkan informasi dari luar dan mendapatkan kosakata asing.

Setiap hari masyarakat kita (Indonesia) disuguhi oleh beranekaragam

istilah-istilah asing sehingga perlu penerjemahan dan pengistilahan di

bidang informasi dan teknologi.

Fakta di masyarakat saat ini, tidak sedikit remaja Indonesia yang

menganggap dengan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa asing

menjadi sebuah pritise dan bahasa yang bergengsi. Dalam hal ini, bahasa

daerah menjadi inferior (tidak dominan) dan bahasa Indonesia atau

bahasa asing memiliki kecenderungan menjadi superior (dominan)

dibandingkan bahasa daerah terutama oleh kaum remaja khususnya yang

berdomisili di daerah perkotaan.

Sebagai contoh, fakta tentang penggunaan bahasa Lampung

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Achril Zalmansyah (2009)

dalam artikelnya yang berjudul “Pemertahanan Bahasa Lampung oleh

Remaja Lampung di Kabupaten Lampung Selatan”. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa 72,5 % responden yang menggunakan bahasa

Lampung di lingkungan keluarga dan hanya 45, 4% responden yang

menggunakan bahasa Lampung di lingkungan kalangan masyarakat.

Fenomena ini merupakan kenyataan pahit yang amat jelas terlihat dalam

kehidupan sehari-hari. Masyarakat Lampung terutama yang tinggal di

daerah perkotaan khususnya anak muda atau remaja Lampung akan

merasa “pe-de” (percaya diri) jika menggunakan bahasa Indonesia

Page 51: Buku Diktat LP

dengan logat Betawi (lu-gue) daripada menggunakan bahasa Lampung

sebagai bahasa pertamanya.

Faktor lain yang tidak kalah memprihatinkan adalah kurangnya rasa

bangga menggunakan bahasa Lampung sebagai bahasa ibu. Kaum muda

merasa tidak “pe-de” jika harus menggunakan bahasa ibu mereka untuk

berkomunikasi walaupun dengan teman sesama suku. Hal ini, tentu

bertolak belakang dengan keinginan dan program pemerintah daerah

Lampung, melalui dinas pendidikan untuk menjadikan bahasa Lampung

sebagai bahan ajar muatan lokal (mulok) baik di tingkat sekolah dasar

amupun di tingkat menengah. Menghadapi tantangan semacam ini

diperlukan sebuah perencanaan bahasa yang berfungsi untuk mengatur

dan mempertahankan kelestarian bahasa nusantara. Menurut Riani (2010)

perencanaan bahasa dapat memengaruhi perubahan sosial yang

diinginkan dalam masyarakat, misalnya undang-undang kebahasaan yang

dibuat supaya masyarakat semakin menghargai, mencintai, dan bangga

menggunakan bahasa Indonesia dalam kehiduapan sehari-hari.

2. FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA DAERAH

Bahasa daerah merupakan alat komunikasi yang sangat alami bagi

anak dan merupakan pengalaman batiniah. Pemakain bahasa ini untuk

mewariskan nilai-nilai dan pengalaman yang sifatnya tidak formal,

misalnya sopan santun berbicara, berpakaian, dan bergaul dalam norma-

norma daerah.

Sesuai dengan pasal 36 UUD 1945, bahasa-bahasa di Indonesia

seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Batak berkedudukan

sebagai bahasa daerah dan merupakan unsur kebudayaan nasional.

Bahasa daerah memilki fungsi sebagai (1) lambang kebanggan daerah,

(2) lambang identitas daerah, (3) dan alat perhubungan di dalam keluarga

dan masyrakat daerah. Bahasa daerah dalam hubungannya dengan fungsi

bahasa Indonesia, berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa nasional, (2)

bahasa pengantar di sekolah dasar tertentu pada tingkat permulaan

untuk memperlancar pengajaran bahaasa Indonesia dan mata pelajaran

Page 52: Buku Diktat LP

lainnya, dan (3) alat pengembangan serta pendukung kebudayaan

daerah.

Bahasa Daerah dan bahasa Indonesia memiliki hubungan sebagai

berikut.

a. Bahasa Daerah sebagai Pendukung Bahasa Nasional

Bahasa daerah merupakan bahasa pendukung bahasa Indonesia yang

keberadaannya diakui oleh Negara. UUD 1945 pada pasal 32 ayat (2)

menegaskan bahwa “Negara menghormati dan memilihara bahasa

daerah sebagai kekayaan budaya nasional.” Hal ini, sesuai dengan

perumusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, bahwa

bahasa daerah sebagai pendukung bahasa nasional merupakan sumber

pembinaan bahasa Indonesia. Sumbangan bahasa daerah kepada

bahasa Indonesia, antara lain, bidang fonologi, morfologi, sintaksis,

semantik, dan kosa kata. Demikian juga sebaliknya, bahasa Indonesia

mempengaruhi perkembangan bahasa daerah. Hubungan timbal balik

antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah saling melengkapi dalam

perkembangannya.

b. Bahasa Daerah sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar

Bahasa daerah menjadi bahasa pengantar di daerah tertentu untuk

memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan atau pelajaran lain di

daerah tertentu, bahasa daerah boleh dipakai sebagai bahasa

pengantar di dunia pendidikan tingkat sekolah dasar sampai dengan

tahun ketiga (kelas tiga). Setelah itu, harus menggunakan bahasa

Indonesia, kecuali daerah-daerah yang mayoritas masih menggunakan

bahasa daerah sebagai bahasa ibu.

c. Bahasa Daerah sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa

Indonesia

Seringkali istilah yang ada di dalam bahasa daerah belum muncul di

bahasa Indonesia sehingga bahasa indonesia memasukkannya istilah

tersebut, contohnya getuk (penganan dibuat dari ubi dan sejenisnya

Page 53: Buku Diktat LP

yang direbus, kemudian dicampur gula dan kelapa {ditumbuk

bersama}) karena di bahasa Indonesia istilah tersebut belum ada, maka

istilah getuk juga diresmikan di bahasa Indonesia sebagai istilah dari “

penganan dibuat dari ubi dan sejenisnya yang direbus, kemudian

dicampur gula dan kelapa (ditumbuk bersama) “.

d. Bahasa Daerah sebagai pelengkap bahasa Indonesia di dalam

penyelenggaraan pemerintah pada tingkat daerah

Dalam tatanan pemerintah pada tingkat daerah, bahasa daerah

menjadi penting dalam komunikasi antara pemerintah dengan

masyarakat yang kebanyakan masih menggunakan bahasa ibu

sehingga dari pemerintah harus menguasai bahasa daerah tersebut

yang kemudian bisa dijadikan pelengkap di dalam penyelenggaraan

pemerintah pada tingkat daerah tersebut.

3. JUMLAH BAHASA-BAHASA DI INDONESIA

Indonesia adalah negara yang mengenal banyak bahasa, pada

tahun 2010 jumlah bahasa yang ada di Indonesia 726 bahasa daerah,

seperti dikutip dari laman (http:/www.etnologue.com). Bahasa-bahasa

tersebut tesebar di seluruh provinsi di Indonesia. Berikut bahasa menurut

pembagian per daerah.

1. Pulau Sumatera terdapat sekitar 35 ragam bahasa

2. Pulau Jawa –Bali terdapat 13 ragam bahasa

3. Pulau Nusa Tenggara dan Maluku Barat Daya terdapat 74 ragam

bahasa

4. Pulau Maluku

- Maluku Tengah terdapat 54 ragam bahasa

- Maluku Utara terdapat 25 ragam bahasa

- Maluku Selatan 46 ragam bahasa

5. Pulau Kalimantan terdapat 74 ragam bahasa

6. Pulau Sulawesi terdapat 114 ragam bahasa

7. Pulau Papua

- Papua Barat Laut terdapat 62 ragam bahasa

Page 54: Buku Diktat LP

- Papua Timur 272 ragam bahasa

Berdasarkan rincian tersebut ragam bahasa daerah yang ada di

Indonesia berjumlah 726 bahasa, terdiri dari 719 bahasa lokal/daerah

(masih aktif digunakan sampai sekarang), 2 bahasa sekunder tanpa

penutur asli, dan 5 bahasa tanpa diketahui penuturnya. Akan tetapi, hasil

penelitian terbaru (2011) menunjukkan jumlah bahasa yang terdapat di

Indonesia meningkat menjadi 746 bahasa yang tersebar dari Sabang

sampai Merauke. Daerah-daerah yang memiliki sistem aksara hanya

sembilan yakni, Aceh, Batak, Lampung, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Sunda,

dan Sasak.

4. KEPUNAHAN BAHASA DAERAH

Teori evolusi tentang seleksi alam rupanya berlaku juga pada bahasa,

sejumlah bahasa daerah disinyalir nyaris punah atau bahkan sudah

punah. Punahnya sebuah bahasa dapat bersifat wajar atau alami karena

penuturnya tidak ada lagi yang hidup atau penuturnya sudah

meninggalkan bahasa pertamanya dan pindah ke bahasa lain sebagai alat

komunikasi sehari-hari. Kepunahan bahasa dapat terjadi juga karena

peristiwa yang tidak wajar, seperti yang dialami oleh penduduk Tasmania

pada akhir abad ke-19 oleh pemerintah Australia atau penduduk Banda.

Apa pun alasannya kemungkinan punahnya bahasa menimbulkan

keprihatinan UNESCO.

Menurut perkiraan UNESCO, ada sekitar 6700 bahasa di dunia dan

50% di antaranya tersebar di Papua Nugini, Indonesia, Nigeria, India,

Meksiko, Kamerun, Australia, dan Brazil terancam punah. Keadaan ini

menjadi keprihatinan UNESCO karena bahasa tidak hanya dipakai sebagai

alat komunikasi untuk menyampaikan pesan dan pengetahuan. Bahasa

juga dipakai untuk mempererat hubungan sosial dan mengalihkan praktik

sosial dan budaya, di samping untuk mengungkapkan emosi, keinginan,

dan nilai-nilai (Rachmat, dalam Suhardi: 2009).

Berdasarkan jumlah seluruh bahasa yang ada di dunia lebih

dari10% ada di Indonesia. Bahasa –bahasa yang ada di Indonesia

Page 55: Buku Diktat LP

beragam; ada yang didukung oleh jumlah penutur yang besar, yakni Jawa,

Sunda, dan Madura, misalnya masing-masing 75.200.000 orang, 27.

000.000 orang, dan 13.694.000 orang. Ada juga jumlah penutur bahasa

yang kecil jumlah penuturnya, seperti bahasa Kayan Wahau (di

Kalimantan), bahasa Benggoi (di Maluku), dan bahasa Baras (di Sulawesi

Selatan). Masing-masing dengan jumlah penutur 500 orang, 350 orang,

dan 250 orang (http:/www.etnologue.com).

Secara umum kelangsungan bahasa tergolong menjadi bahasa yang

aman, bahasa yang terancam punah, dan bahasa yang punah. Crystal

(2002:21) mengikuti Wurm, menggolongkan bahasa-bahasa yang lemah

kedudukannya menjadi sebagai berikut.

1. Bahasa yang berpeluang terancam punah: bahasa yang secara

sosial ekonomis kurang beruntung karena berada di bawah tekanan

bahasa yang lebih besar; bahasa ini mulai ditinggalkan oleh penutur

anak-anak.

2. Bahasa yang terancam punah: bahasa yang penutur termudanya

adalah pemuda adalah mereka yang beranjak dewasa; tidak ada

atau hanya sedikit yang belajar bahasa yang bersangkutan.

3. Bahasa yang benar-benar terancam punah: bahasa yang penutur

termudanya adalah mereka yang berusia 50 tahun atau bahkan

lebih tua.

4. Bahasa yang sekarat atau mati suri: bahasa yang jumlah

penuturnya sangat sedikit; sebagian besar di antara mereka sudah

beranjak tua.

5. Bahasa yang sudah punah: bahasa yang sudah tidak ada

penuturnya lagi.

Punahnya bahasa daerah disebabkan oleh kecenderungan

penggunaan bahasa Indonesia atau bahasa asing sebagai bahasa

pertama (bahasa ibu) yang diajarkan oleh orang tua kepada anak-anak

yang disebabkan oleh perkawinan antaretnis dan lingkungan sosial yang

heterogen atau multietnis. Kehadiran bahasa Indonesia ternyata memiliki

Page 56: Buku Diktat LP

kontribusi ikut mendesak punahnya bahasa daerah. Kini di Indonesia

terdapat 746 bahasa ibu, tetapi dari tahun ke tahun jumlahnya berkurang.

Di Papua, ada 273 bahasa daerah dan kini menjadi 271 bahasa. Di

Sumatera jumlah bahasa daerah berkurang dari 52 bahasa menjadi 49

bahasa. Di Sulawesi bahasa daerah berkurang dari 116 bahasa menjadi

114 bahasa. Menurut hasil penelitian UNESCO, kepunahan bahasa ibu

terbanyak terjadi di Indonesia

Menurut Kepala Bidang Peningkatan dan Pengendalian Bahasa

Badan Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional Sugiyono, mengatakan,

"Dari 746 bahasa daerah di Indonesia kemungkinan akan tinggal 75 saja.

Dalam teorinya ada karena peperangan, bencana alam tetapi penyebab

yang paling utama sekarang ini akibat urbanisasi dan perkawinan antar

etnis. Jika dua orang dari daerah berpindah ke Ibu kota atau ke kota besar

maka mereka akan berinteraksi dengan etnis lain, lalu bahasa etnisnya

sendiri akan ditinggalkan. Mereka akan memilih bahasa Indonesia sebagai

penghubung antar etnik satu dengan etnik yang lain,

(http://www.analisadaily.com/news/read/2012/04/15/45711/).

1. PERENCANAAN BAHASA DAERAH DI INDONESIA

Istilah perencanaan bahasa (language planning) pertama kali

diperkenalkan oleh Haugen (1959), menurutnya perencanaan bahasa

tidak semata-mata meramalkan masa berdasarkan apa yang diketahui di

masa lampau, tetapi perencanaan itu merupakan usaha yang terarah

untuk mempengaruhi masa depan. Sebagai contoh, usaha perencanaan

itu pembuatan tata ejaan yang normatif, penyusunana tata bahasa dan

kamus yang akan dijadikan pedoman bagi penutur dalam masyarakat

yang heterogen.

Perencanaan bahasa yang dimaksud adalah kegiatan yang

dilakukan oleh negara mengenai pengaturan pemakaian bahasa untuk

memperlancar komunikasi di bidang administrasi pemerintahan dan

bidang kehidupan lain di bidang yang bersangkutan. Di Indonesia

kehidupan bahasa didasarkan pada Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945

Page 57: Buku Diktat LP

yang berbunyi “ bahasa negara adalah bahasa Indonesia” dan

penjelasannya yang menyatakan bahwa bahasa daerah dipelihara oleh

negara.

Keprihatinan UNESCO terhadap masalah kepunahan bahasa

diwujudkan antara lain dengan meluncurkan proyek yang disebut “the

Red Book of Languages in Danger of Dissappearing” tujuannya untuk

mengumpulkan informasi-informasi tentang bahasa-bahasa yang

terancam punah. Fisman (2001) menggagas usaha membalik arah

kedudukan bahasa dari kedudukan “bergeser” menjadi “bertahan”. Usaha

itu dimulai dari tahap yang paling rumit, yakni merekonstruksi bahasa dan

mengusahakan agar orang-orang dewasa memakai bahasa yang dulu

dipakai oleh orang tua mereka sampai tahap yang paling mudah yakni

mengusahakan agar bahasa itu dipakai di ranah pendidikan, pekerjaan,

media massa, dan pemerintahan.

Berkaitannya dengan perencanaan bahasa, pihak Pusat Bahasa

menggalakkan gerakan untuk mencintai bahasa daerah dan tentu tidak

hanya peran dari pihak ini saja melainkan perlu adanya kerja sama dan

kepedulian dari seluruh lapisan masyarakat khususnya di Indonesia untuk

bersama-sama melestarikan bahasa daerah. Undang-undang nomor 22

tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah memungkinkan pemakaian

bahasa daerah seluas-luasnya. Hal yang tak kalah penting untuk

diperhatikan adalah harus ada pembagian alokasi pemakaian antara

bahasa daerah dan bahasa nasional.

Menurut Sugiyono dalam (http://www.analisadaily.com/news/read

/2012/04/15/45711) pihak Kementerian Pendidikan Nasional saat ini terus

melakukan pengumpulan kosa kata dan merekamnya serta melakukan

revitalisasi untuk menghidupkan kembali bahasa daerah dengan

menggelar berbagai festival seni di daerah-daerah. Bahasa yang bertahan

umunya punya sistem tulis artinya bahasanya sendiri mempunyai faslitas

untuk merekam bahasa itu dalam media selain lisan, ini lebih banyak

bertahan. Implikasinya bahasa yang punya sistem tulis itu pasti

berkembang, seperti Jawa, Sunda, Madura dan semua Melayu.

Page 58: Buku Diktat LP

Pengamat Bahasa dari Universitas Atmajaya Jakarta Bambang Kaswanti

Purwo menganjurkan agar setiap orang tua terbiasa menggunakan

bahasa daerah dirumahnya. Selain itu, Kementerian Pendidikan Nasional

harus mulai mewajibkan setiap murid menguasai setidaknya satu bahasa

daerah. Hal ini dilakukan agar bahasa daerah tidak punah.

Salah satu upaya yang kongkret yang berupaya mempertahankan

keberadaan bahasa daerah berupa penggalakan penerbitan buku-buku

dalam bahasa daerah yang berkaitan dengan karya sastra seperti novel,

kumpulan cerita pendek. Usaha lain yang dapat dilakukan dapat berupa

penghargaan dari pemerintah (dalam hal ini pusat bahasa). Kepada tokoh

yang dinilai berjasa dalam pemeliharaan kegiatan pemeliharaan budaya

dan bahasa daerah. Pihak swasta telah memprakarsai usaha ini seperti

yang diwujudkan dalam pemberian hadiah Rancage yang diberikan

kepada mereka yang berjasa membina kebudayaan Sunda atau

kebudayaan daerah lainnya. Melalui usaha-usaha kongkret itu diharapkan

bahasa daerah tetap terjaga eksisitensinya dan terpelihara

kelestariannya.

Sebagai contoh untuk mendukung keberadaan dan pengembangan

bahasa Lampung, Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Propinsi Lampung melalui Surat Keputusannya tanggal 5

Maret 1990, Nomor: 10229/II2.L1/J/1990, mengharuskan semua sekolah

(mulai dari SD, SLTP, SLTA/kejuruan/keguruan negeri dan swasta) yang

ada di wilayah Propinsi Lampung mengajarkan bahasa dan aksara

Lampung untuk mengisi program muatan lokal. Dalam surat keputusan

tersebut, juga ditetapkan bahwa kedudukan nilai pembelajaran bahasa

Lampung di dalam rapor ikut menentukan naik atau tidak naik kelas

seorang siswa dan ikut menunjang nilai Surat Tanda Tamat Belajar/STTB

(Sanusi, 1996:3).

SIMPULAN

Masa depan bahasa daerah tidak hanya menjadi perhatian besar

pemerintah daerah yang bekerja sama dengan pusat bahasa untuk tetap

Page 59: Buku Diktat LP

mengembangkan dan melestarikan bahasa-bahasa daerah. Akan tetapi,

generasi muda sebagai generasi penerus bangsa memiliki tanggung

jawab untuk mempertahankan dan mengembangkan bahasa daerah.

Peran teknologi yang semakin canggih pun harus dimanfaatkan

untuk meningkatkan pemertahanan bahasa daerah, misalnya melalu

jejaring sosial seperti sms, facebook, twitter atau melalui blog.

Pemanfaatan jejaring sosial ini dapat menyambung komunikasi dengan

komunitas atau grup orang-orang yang memiliki bahasa daerah yang

sama. Antar suku yang sama dapat menggunakan bahasa daerah mereka

untuk berkomunikasi atau membuat komunitas bahasa yang sama

antarsuku.

Pemertahanan bahasa daerah dari kelompok yang paling kecil,

misalnya dalam pernikahan yang beda etnis. Dalam hal ini orang tua

tetap mengajarkan kepada anak untuk tetap menggunakan bahasa

daerah. Jika orang bapaknya bahasa Jawa, ibunya bahasa Sunda hal ini

justru akan memperkaya bahasa anak.

Pemertahanan bahasa daerah dapat juga dilakukan melalui

pelestarian sastra daerah, melalui penerbitan karya sastra seperti cerpen,

puisi, dongeng, surat kabar yang menggunakan bahasa daerah. Dengan

demikian, diharapkan bahasa daerah dapat dilestarikan.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa BnadungAlwi, Hasan. 2011. Butir-Butir Perencanaan Bahasa (Kumpulan Makalah).

Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Alwi, et al. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi

Keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik (Perkenalan

Awal). Jakarta: Rineka Cipta. Suhardi, Basuki. 2009. Pedoman Penelitian Sosiolinguisttik. Jakarta: Pusat

Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

ElektronikHubungan fungsi bahasa daerah dan bahasa Indonesia di laman

http://wakuadratn.wordpress.com/2011/08/05/hubungan-fungsi-bahasa-daerah-dengan-bahasa-indonesia/ diunduh pada 11 April 2012

Page 60: Buku Diktat LP

Ancaman kepunahan bahasa di laman http://surabaya.tribunnews.com/2012/01/31/169-bahasa-daerah-di-indonesia-terancam-punah diunduh pada 11 April 2012

Hubungan fungsi bahasa daerah dan bahasa Indonesia di laman http://wakuadratn.wordpress.com/2011/08/05/hubungan-fungsi-bahasa-daerah-dengan-bahasa-indonesia/ diunduh pada 11 April 2012

Lewis, M.Paul (ed), 2009. Ethnolugue: Language of the word, sixteenth edition. Dallas, text: SIL International Online version http:/www.etnologue.com/ http:/www.etnologue.com melalui blog Andi Yasa di laman blogandiyasa. Blogspot.com/2010/07/Jumat/Jumlah bahasa-bahasa di Indonesia/) diunduh pada 11 April 2012

KEBIJAKAN PERENCANAAN BAHASA

Richardus Nikolaus

PENDAHULUAN

Istilah perencanaan bahasa seringkali diidentikkan dengan konteks

dunia ketiga sebagai alat untuk menciptakan bahasa nasional standar

yang merupakan bagian dari proses modernisasi dan nation building.

Padahal sebenarnya perencanaan bahasa tidak hanya terjadi pada dunia

ketiga dan bukan semata-mata hanya merupakan alat untuk menciptakan

bahasa nasional standar. Perencanaan bahasa mencakup sesuatu yang

lebih luas daripada hanya sekadar menciptakan bahasa nasional standar.

Perencanaan bahasa tidak hanya dapat dikerjakan dalam suatu level

nasional. Hal ini juga dapat dilakukan oleh suatu etnik, agama, atau

kelompok yang terdiri dari orang orang yang memiliki suatu profesi

tertentu. Perencanaan bahasa ini juga bisa dilakukan dengan melibatkan

lebih dari satu negara (dalam tingkat pemerintahan maupun

nonpemerintahan) atau dalam suatu organisasi atau konferensi

internasional maupun regional.

1

Page 61: Buku Diktat LP

Dalam tingkat pemerintahan, perencanaan bahasa akan mengambil

bentuk sebagai suatu kebijakan bahasa. Dalam tingkat non-pemerintahan,

perencanaan bahasa akan dilakukan oleh suatu organisasi, seperti SIL

International yang melakukan aktivitas untuk beberapa perencanaan

bahasa di beberapa tempat di dunia, khususnya untuk daerah yang belum

mengenal bahasa tulis.

Istilah perencanaan bahasa atau language planning pertama kali

diperkenalkan oleh Haugen (1959). Dalam artikelnya, Haugen

mengemukakan bahwa perencanaan bahasa adalah suatu usaha untuk

membimbing perkembangan bahasa ke arah yang diinginkan oleh para

perencana. Usaha-usaha tersebut misalnya menyiapkan ortografi,

penyusunan tatabahasa dan kamus yang normatif sebagai panduan untuk

penulis dan pembicara dalam suatu komunitas bahasa yang tidak

homogen (Cooper, 1989:29,Moeliono, 1981:5).

Perencanaan bahasa tersebut sangat diperlukan untuk

memecahkan berbagai masalah kebahasaan. Neustupny (1970) (dalam

Moeliono 1981:6) mengungkapkan masalah bahasa timbul akibat adanya

ketakpadanan atau ketakadakekuatan dalam bahasa. Ketakpadanan yang

pertama menyangkut ragam bahasa tertentu di dalam masyarakat,

sedangkan ketakpadanan kedua bertalian dengan penggunaan bahasa

orang perorang.

Untuk menangani kedua macam masalah kebahasaan tersebut

diusulkan dengan dua cara,yaitu:

(1) Ancangan garis haluan (policy approach)

Hal ini menangani masalah seperti pemilihan bahasa kebangsaan,

pembakuan bahasa, keberaksaan (literacy), tata ejaan, dan

pelapisan bahasa yang beragam.

(2) Ancangan pembinaan (cultivation approach).

Ancangan ini dicirikan oleh perhatian utama pada masalah

ketepatan dan

keefisienan dalam pemakaian bahasa, langgam bahasa (style), dan

kendala

Page 62: Buku Diktat LP

(constraint) dalam berkomunikasi.

Neustupny (1968) (dalam Moeliono 1981: 6-7) mengingatkan bahwa

ada tiga hal yang perlu diperhatikan jika kita akan melakukan

perencanaan suatu bahasa, yaitu:

(1)Tata hubungan antara kode bahasa dan ujaran;

(2)Tata hubungan antara kode bahasa dan pola perilaku

kemasyarakatan yang lain, dan

(3)Hubungan antara komunikasi verbal dan yang bukan verbal.

Selain itu, perencanaan bahasa juga harus dilakukan dari berbagai

sudut pandang sosiolinguistik, sosiologi, sosial psikologi, ilmu politik, dan

ekonomi karena perencanaan bahasa tidak dapat dilakukan terpisah dari

perencanaan sosial (Rubin & Jernudd, 1975).

MENGAPA PERENCANAAN BAHASA DIPERLUKAN?

Perencanaan bahasa muncul sebagai kebijakan dan keputusan atau

sebagai respon terhadap kebutuhan sosial politik. Perencanaan bahasa

diperlukan, misalnya, di mana sejumlah kelompok linguistik bersaing

untuk dapat akses dalam kehidup sehari hari, atau kelompok minoritas

linguistik tertentu yang tidak dapat mengakses mekanisme tersebut.

Sebagai contoh: Pengadilan Interpreter Act, yang menyediakan juru

bahasa untuk setiap korban, saksi, atau terdakwa yang bahasa ibunya

bukan bahasa Inggris, dan Voting Rights Act of 1975, yang menyediakan

untuk surat suara dua bahasa di daerah di mana lebih dari 5% dari

populasi berbicara bahasa lain selain bahasa Inggris. Kedua lembaga

pemerintah dan sosial harus efektif dan setara memenuhi kebutuhan

penduduk sehingga kelompok-kelompok bervariasi dalam repertoar

bahasa memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam

pemerintahan mereka dan untuk menerima layanan dari pemerintah

mereka.

Page 63: Buku Diktat LP

Keputusan perencanaan bahasa biasanya berusaha untuk

memenuhi kebutuhan, dengan mengurangi keanekaragaman bahasa,

seperti dalam kasus di mana satu bahasa dinyatakan bahasa nasional di

negara multibahasa (seperti bahasa Indonesia di Indonesia),atau di mana

berbagai bahasa tunggal dinyatakan "standar "untuk mempromosikan

persatuan linguistik di negara yang terdapat dialek yang berbeda beda itu

ada. Sebagai contoh meskipun banyak dialek Cina, namun promosi

sebagai bahasa nasional memberikan kontribusi untuk rasa persatuan

nasional.

APA SAJA YANG MERUPAKAN LANGKAH LANGKAH PERENCANAAN

BAHASA?

Upaya perencanaan bahasa biasanya meliputi beberapa tahap,

yaitu:

Tahap Analisis kebutuhan, yang melibatkan analisis sosial politik

dari pola komunikasi dalam masyarakat. Tahap selanjutnya dalam proses

perencanaan bahasa melibatkan pemilihan bahasa atau ragam bahasa

untuk tujuan perencanaan. Tahap ini kadang-kadang disebut sebagai

"perencanaan status" yang meliputi: Kodifikasi. Karakteristik atau kriteria

bahasa yang "baik" yang didirikan

Standardisasi.

Berbagai kesatuan bahasa dibuat, jika perlu. "Fine-tuning" bahasa

yang dipilih atau ragam bahasa ini disebut sebagai "perencanaan korpus"

dan termasuk tahap-tahap berikut: Elaborasi. Setiap dari berbagai

perkembangan, termasuk perluasan kosa kata, perluasan repertoar gaya,

dan penciptaan fon, memungkinkan bahasa untuk berfungsi dalam

rentang yang lebih besar. Budidaya. Pembentukan arbiter, seperti kamus

atau akademi bahasa, memelihara dan kemajuan status bahasa. Selain

pembentukan dan pelaksanaan perubahan melalui status dan

perencanaan korpus, evaluasi dan umpan balik menyediakan mekanisme

untuk menentukan seberapa baik upaya perencanaan bahasa yang maju.

Page 64: Buku Diktat LP

UPAYA PERENCANAAN BAHASA INDONESIA

Menurut (Sugono, 2005) upaya perencanaan bahas Indonesia meliputi:

1. Peningkatan mutu bahasa (Penyempurnaan EYD)

2. Pemantapan sistem bahasa.

3. Penelitian berbagai aspek tataran linguistik.

4. Peningkatan mutu peningkatan pengunaan bahasa.

5. Peningkatan kepedulian masyarakat terhadap bahas.

6. Pengadaan sarana kebahasaan buku acuan,panduanan dan sarana

informasi kebahasaan.

7. Peningkatan mutu tenaga kebahasaan.

8. Kelembagaan.

9. Perencanaan bahasa memerlukan kelembagaan yang handal.

APA YANG DILAKUAN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA YANG

SPESIFIK DAN MEMPENGARUHI?

Perencanaan bahasa dapat mempengaruhi semua bidang

penggunaan bahasa tetapi biasanya berkonsentrasi pada yang lebih

diamati. Menulis. Bentuk tertulis dari bahasa mungkin harus

dikembangkan, dimodifikasi atau standar. Contoh: Di Turki dalam menulis

selama berabad-abad dengan huruf Arab yang tidak mewakili vokal. Sejak

Turki memiliki delapan vokal, menulis dengan huruf Arab itu sangat sulit.

Pada tahun 1920 Ataturk menanggapi masalah ini dengan mewajibkan

bahwa Turki dalam menulis menggunakan abjad Romawi.

Leksikon. Kosakata dari suatu bahasa perlu untuk memperluas

untuk mengikuti perkembangan teknologi yang meningkat, sebagai

contoh: fungsi utama dari lembaga seperti Pusat bahasa di Swedia Teknis

Terminologi adalah untuk mengkoordinasikan bentuk lisan dan tulisan

standar serta untuk mempublikasikan istilah baru di media, pemerintah,

dan industri.

Sintaksis. Suatu bahasa perlu untuk memperluas bahasa dan fungsi

bahasa nasional. Tok Pisin dimulai sebagai sebuah pidgin di Papua Nugini.

Namun, seperti Tok Pisin menjadi lingua franca untuk daerah New Guinea,

Page 65: Buku Diktat LP

kosakata yang kecil, sintaksis yang terbatas, dan kurangnya tanda-tanda.

Perkembangan sintaksis yang diperlukan dari pidgin untuk

mengakomodasi penggunaan yang lebih luas dari bahasa dalam dokumen

hukum dan pemerintah persidangan.

BAGAIMANA SISTEM PENDIDIKAN MERESPON TERHADAP UNDANG-

UNDANG PERENCANAAN BAHASA

Respon sistem pendidikan untuk Peraturan Pemerintah baik

Perencanaan bahasa dapat meningkatkan atau mengurangi

keanekaragaman bahasa. Tanggapan yang mengurangi keanekaragaman

bahasa meliputi instruksi satu bahasa dalam bahasa target. Pendidikan

bilingual transisi, seperti dalam bahasa ibu mengasu anak secara

bertahap dikurangi.

Tanggapan yang mempromosikan keberagaman bahasa meliputi:

program pemeliharaan bahasa yang menekankan sama bahasa asli

anak,bahasa target dan budaya. Peran dan program seperti St Lambert

program di Quebec di mana berbahasa Inggris anak-anak diajarkan dalam

lingkungan yang sama sekali berbahasa Perancis (Lambert & Tucker,

1972).

Bahasa Indonesia Telah di atur oleh Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional),

merupakan lembaga tertinggi yang bertugas dalam perencanaan bahasa.

Kegiatan-kegiatan perencanaan bahasa di Indonesia tidak disebut

‘perencanaan’ tetapi Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia,

yang bisa diberitugas sebagai berikut:

1. Perencanaan dan pengembangan kurikulum dan silabus.

2. Perencanaan dan pengembangan buku pelajaran, buku

pegangan guru, buku bacaan, alat bantu pelajaran audiovisual,

dan lain-lain.

3. Koordinasi pelaksanaan dan pengawasan.

4. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam

materi,metode dan teknik dalam KBM.

Page 66: Buku Diktat LP

5. Evaluasi perencanaan dan pelaksanaan.

6. Perencanaan dan pengembangan pusat pengujian bahasa.

7. Mengadakan penyelidikan terus-menerus terhadap bahasa dalam

meningkatkan hasil dan mutu.

8. Penerbitan berkala profesi dan penerbitan lain sehubungan

dengan bidang-bidang tugasnya masing-masing.

9. Bidang lain yang berhubungan dengan pengajaran bahasa.

SIAPA YANG TERLIBAT DALAM UPAYA PERENCANAAN BAHASA?

Karena perencanaan bahasa biasanya merespon masalah sosial

politik di alam sosiolog atau ilmuwan politik pertama dapat

mengidentifikasi dan menilai kebutuhan untuk semacam tindakan. Ahli

bahasa dapat berpartisipasi dalam tahap penilaian kebutuhan untuk

menentukan apakah bahasa atau dialek yang dipilih secara memadai

menangani masalah tersebut. Ahli bahasa dapat menyarankan cara di

mana sintaksis atau morfologi yang standar, atau mungkin membantu

dalam memperluas kosakata secara teknis. Pendidik menggabungkan

undang-undang perencanaan ke dalam tindakan dan mengembangkan

program-program untuk memenuhi kebutuhan identifikasi.

Seorang penulis mengikuti tradisi menulis dalam berbahasa atau

dalam sebuah karya tulis yang lengkap dalam bahasa yang sebelumnya.

Ekspansi gaya memungkinkan perumusan dokumen pemerintah dalam

bahasa yang direncanakan.

Bahasa Nasional pada lembaga akademi dapat mengawasi satu atau lebih

tahapan proses perencanaan bahasa.

Lembaga pendidikan memegagang peranan penting dalam

Perencanaan bahas karena lewat lembaga pendidikan orang akan

mengetahui berbahasa yang baik dan benar. Contoh: Francaise Acadamie

bekerja untuk budidaya lanjutan dari bahasa Perancis terutama melalui

upaya pemurnian. Masyarakat Linguistik Turki mengejar kodifikasi

lanjutan dan standarisasi Turki melalui penghapusan pengaruh bahasa

Arab dan Persia.

Page 67: Buku Diktat LP

Di Indonesia pembelajaran bahasa Indonesia diatur dalam undang

undang dan menjadi bahasa Negara,bahasa persatuan dan bahasa

pengantar dalam tingkat Pendidikan.

APA YANG MERUPAKAN STATUS PERENCANAAN BAHASA DI

AMERIKA SERIKAT?

Bahasa Nasional secara de facto di Amerika Serikat adalah bahasa

Inggris. Namun imigran meningkat telah menghasilkan komunitas yang

besar dan layak di Amerika Serikat,yang bahasa ibunya bukan bahasa

Inggris.

Komposisi perubahan linguistik dari populasi telah mengakibatkan

tindakan legislatif, seperti Undang-Undang Pendidikan Bilingual (Bab VII)

tahun 1968 dan penyediaan surat suara dua bahasa yang bertujuan untuk

memastikan bahwa non-bahasa Inggris memiliki akses yang sama untuk

berpartisipasi dalam pemerintahan dan masyarakat.

Undang-undang lain seperti Amandemen yang diusulkan Bahasa

Inggris untuk Konstitusi AS dan 1986 Proposisi California 63, ditujukan

untuk membatasi penggunaan resmi bahasa lain selain bahasa Inggris

dan mempromosikan status resmi bahasa Inggris saja.

APA TANTANGAN MASA DEPAN UNTUK AMERIKA SERIKAT?

Seperti perkembangan terakhir dari upaya untuk mengatur masalah

perbedaan bahasa membuktikan bahwa perencanaan bahasa menjadi

lebih penting dalam masyarakat yang semakin multibahasa.

Sebuah respon legislatif koheren atau berhubungan dan informasi

atas pertanyaan-pertanyaan sosial dan politik yang diajukan oleh

komposisi perubahan populasi diperlukan agar legislator dan pendidik

dapat membuat pilihan informasi tentang kebijakan bahasa di berbagai

bidang seperti kebijakan pendidikan dan akses terhadap layanan dasar.

Tantangan masa depan Amerika antara lain :

(1)Bahasa dan budaya imigran menjadi berkembang

Page 68: Buku Diktat LP

(2)Kehilangan identitas kebahasaan

(3)Kurangnya minat dan sikap masyarakat untuk mempertahankan

bahasa.

(4)Lemahnya sistem perundang–undangan yang mengatur tentang

kebahasaan.