bahasa rupa relief candi di komplek plaosan...

7
Bahasa Rupa Relief Candi di Komplek Plaosan Lor Ika Ismurdahwati Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Jalan Ngagel Dadi III-B/37, Surabaya, 60245 ABSTRACT Plaosan Lor Temple, or Plaosan Complex, or Plaosan Temple is situated in Plaosan area, central Java, Indonesia. This beautiful Plaosan Temple is also known as Buddhist temple located in Bugisan village, Prambanansubdistrict, West Java privince, Indonesia. Plaosan complex temple is divided into two parts, Plaosan Lor and Plaosan Kidul. It comprisesthree main buildings surrounded by hundreds of shrines. This study chooses Plaosan Lor Temple as its object because the condition of the building is still relatively complete compared to Plaosan Kidul which is almost left in ruins. The method and approach of this study is Bahasa Rupa (Fine Arts Language) which is especially used to analyze the reliefs existing in one of the rooms in Plaosan Lor main building. The result of the analysid shows that, the temples and one of the rooms in it, based on either the interior or exterior in the main building, are fuctioned as a payer room and also as a room to welcome guest willing to pray. Keyword: Fine Art Language, Plaosan Lor Temple, relief, main building. Pendahuluan Candi Plaosan Lor memiliki karakteristik bangunan yang unik. Eksterior bangunan utama dan dinding interior bergambarkan serangkaian ornamen yang menggambarkan suatu periode bangunan yang berasal dari cakrawala budaya satu kelompok atau etnis tertentu yang sama, atau berbeda atau bahkan lebih dari satu kelompok etnis. Melalui sudut pandang konseptual, komplek candi Plaosan Lor memiliki nilai yang besar sebagai warisan dari para pendahulu yang memiliki konsep terten- tu, sebagai penanda budaya. Oleh karena itu, perlu dipelajari lebih lanjut tentang keberadaan candi tersebut dengan segala fungsi dan manfaat dari bangunan dan ruang-ruang yang ada di dalamnya. Melalui analisis reliefnya, dengan cara yang sama dalam menganalisis relief candi Borobudur yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh Primadi Tabrani (1998), yang kemudian dituliskan dalam buku yang berjudul Messages from Ancient Walls. Sekaligus sebagai upaya pembuktian,bahwa bahasa

Upload: others

Post on 03-Dec-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAHASA RUPA RELIEF CANDI DI KOMPLEK PLAOSAN LORkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/pdf.pdfpemerintahan terpusat seperti yang kita bisa banyangkan pada dinasti Syailendra

Bahasa Rupa Relief Candi di Komplek Plaosan Lor Ika Ismurdahwati Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Jalan Ngagel Dadi III-B/37, Surabaya, 60245 ABSTRACT Plaosan Lor Temple, or Plaosan Complex, or Plaosan Temple is situated in Plaosan area, central Java, Indonesia. This beautiful Plaosan Temple is also known as Buddhist temple located in Bugisan village, Prambanansubdistrict, West Java privince, Indonesia. Plaosan complex temple is divided into two parts, Plaosan Lor and Plaosan Kidul. It comprisesthree main buildings surrounded by hundreds of shrines. This study chooses Plaosan Lor Temple as its object because the condition of the building is still relatively complete compared to Plaosan Kidul which is almost left in ruins. The method and approach of this study is Bahasa Rupa (Fine Arts Language) which is especially used to analyze the reliefs existing in one of the rooms in Plaosan Lor main building. The result of the analysid shows that, the temples and one of the rooms in it, based on either the interior or exterior in the main building, are fuctioned as a payer room and also as a room to welcome guest willing to pray. Keyword: Fine Art Language, Plaosan Lor Temple, relief, main building. Pendahuluan Candi Plaosan Lor memiliki karakteristik bangunan yang unik. Eksterior bangunan utama dan dinding interior bergambarkan serangkaian ornamen yang menggambarkan suatu periode bangunan yang berasal dari cakrawala budaya satu kelompok atau etnis tertentu yang sama, atau berbeda atau bahkan lebih dari satu kelompok etnis. Melalui sudut pandang konseptual, komplek candi Plaosan Lor memiliki nilai yang besar sebagai warisan dari para pendahulu yang memiliki konsep terten-

tu, sebagai penanda budaya. Oleh karena itu, perlu dipelajari lebih lanjut tentang keberadaan candi tersebut dengan segala fungsi dan manfaat dari bangunan dan ruang-ruang yang ada di dalamnya. Melalui analisis reliefnya, dengan cara yang sama dalam menganalisis relief candi Borobudur yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh Primadi Tabrani (1998), yang kemudian dituliskan dalam buku yang berjudul Messages from Ancient Walls. Sekaligus sebagai upaya pembuktian,bahwa bahasa

Page 2: BAHASA RUPA RELIEF CANDI DI KOMPLEK PLAOSAN LORkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/pdf.pdfpemerintahan terpusat seperti yang kita bisa banyangkan pada dinasti Syailendra

369

rupa yang telah di pelajari tersebut, dapat pula digunakan untuk membaca gabar-gambar relief pada candi-candi yang lain, selain candi Borobudur, di Magelang, Jawa Tengah, yang berbeda konsep dan sejarah keberadaannya. Bahasa Rupa Sebagai Alat Membaca Gambar Sehubungan dengan itu, dari ratusan relief yang tersebar, terpilih dua relief pada dinding partisi yang kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan Bahasa Rupa. Pendekatan Bahasa Rupa menganggap gambar sebagai gambar perwakilan yang sama dengan benda-benda asli, dari cara menceritakannya. Pada pemahaman tersebut, cara untuk menuliskan (menggambar) efek ‘gerakan’ pada relief dinding partisi interior utama yang sebenarnya telah menyampaikan sebuah cerita, tetapi belum diketahui cerita apa yang terdapat di dalamnya. Dalam gambar perwakilan bahasa rupa, gambar dari objek yang sama yang berasal dari satu kelompok etnis atau bangsa dapat diakui oleh yang lain. Aspek yang menarik dalam Bahasa Rupa, bukan gambar itu sendiri yang bercerita, tetapi cara menggambarnya yang bercerita. Oleh karena relief dinding candi Plaosan Lor memainkan bagian penting dalam upaya untuk menentukan nilai bangunan itu sendiri. Maka penentuan

nilai dari cerita tersebut, perlu dicari dan diketahui, sekaligus dipelajari, karena berasal dari pengembangan konsep para pendahulu yang tersimpan dalam benda-benda budaya, untuk kepentingan pengembangan konsep desain khas Indonesia di masa depan. Konsep bangunan utama Candi Komplek Plaosan Lor Daerah Plaosan, Jawa Tengah, Indonesia, merupakan tempat dari sebuah bangunan peninggalan luar biasa dari para leluhur Candi Plaosan. Komplek Plaosan atau Candi Plaosan, merupakan sala satu candi budha yang terletak di desa Bugisan, Kabupaten Prambanan, Provindi Jawa Tengah, Indonesia. Candi Plaosan mudah di akses dari Yogyakarta – Surakarta dengan menggunakan jalan utama sekitar 1 km ke kuil ini, yang terletak di pusat desa. Meliputi area seluas 2000 hektar, dan berada 148 di atas permukaan laut dan wilayah yang tepat adalah bujur 7° 44’13 “Lintang Selatan dan 110° 330’ 11,07” timur. Sekitar 200 m sebelah timur Candi Plaosan terdapat aliran Sungai Dengok dari utara ke selatan. Candi Plaosan dikelilingi oleh persawahan, dan vegetasi yang subur seperti pisan, jagung dan juga pemukiman manusia. Bangunan-bangunan

Page 3: BAHASA RUPA RELIEF CANDI DI KOMPLEK PLAOSAN LORkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/pdf.pdfpemerintahan terpusat seperti yang kita bisa banyangkan pada dinasti Syailendra

370

utama Candi komplek Plaosan Lor berdiri pada poros utara-selatan dan dikelilingi oleh tiga bangunan lebih kecil pada poros baris yang diatur dalam empat persegi panjang konsentris. Dua baris ini terdiri dari stupa, dan salah satu kuil kecil.

Dua bangunan utama memiliki bentuk persegi panjang dan dua ruang, yang masing-masing berisi tiga kamar berderet dalam satu baris dan dihubungkan oleh pintu yang sempit . Sehubungan dengan itu dari bukti terdapat, ruang kedua pada jaman lampau terdapat bekas lantai kayu, dan tangga menuju ke ruang tersebut juga terbuat dari kayu.

Dinding tubuh candi pada kedua atas dari tingkat bawah telah dibagi menjadi beberapa bagian, bagian tengah dari masing-masing jendela persegi panjang diapit oleh tokoh-tokoh dari makhluk surgawi, menciptakan kesan ketinggian bangunan. Bangunan-bangunan utama kembar memiliki atap meruncing memuncak dengan stupa, mencakup seluruh struktur. Semua ruang bawah tanah candi kembar mengandung patung yang indah, bertahta di ruang tersebut pada kursi teratai yang di tempatkan dekat dengan dinding partisi yang mengampit kursi teratai tersebut, termasuk dinding partisi bagian belakang.

Candi Komplek Plaosan Lor dibangun dan dikembangkan dengan baik selama 8 hingga 9 abad oleh monarki Mataram, dengan pengaruh budaya tradisi India. Candi Plaosan dibangun pada 825-850 Masehi oleh Sri Kahuluan atau Pramodharwardhani Putri dari dinasti Syailendra keturunan Raja Samaratungga. Pramodhawardhani menikah dengan Rakai Pikatan, yang beragama Hindu. Buddhisme, Jainisme, dan Hindu (Brahma dan Saiva/Siwa), berinteraksi secara sekaligus dalam

keluarga kerajaan yang memiliki kemampuan untuk membangun kuil mewah (mirip dengan periode Mataram Kuno). Sebagai konsekuensi dari pernikahan, konsep Budha bercampur dengan konsep Hindu, yang dapat dilihat dalam gaya bangunan dari era ini. Dalam kasus candi Plaosan, bangunan utama dengan stupa di atas atap (konsep Buddhis) bersatu dengan konsep pemisahan bangunan yang memiliki ruang-ruang pembagian perbedaan gender (konsep Hindu).

Dinasti Syailendra yang menganut agama Budha datang dari Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatera, Indonesia ke tengah Pulau Jawa, Jawa Tengah. Konsep bangunan Sumatera diambil dalam rencana lokasi Candi Plaosan, dengan pengaturan, bagian profan ditempatkan di sisi kanan dan bagian sakral di tempatkan di sisi kiri. Aspek Visual Relief di Gedung Utama Bangunan utama dari Candi Plaosan tampaknya tidak di presentasikan gaya arsitektur tertentu atau periode. Bentuk dan struktur dari bangunan utama kembar terhubung dengan fungsi keagamaan mereka. Menurut Soekmono (1990: 78) gaya dekorasi patung ini menentukan fungsi candi. Membuat mereka bagian dari monumen syailendra dengan perbedaan minoritas yang dihasilkan dari perbedaan dalam usia dan tradisi lokal. Tetapi pada penelitian ini, relief dari bangunan utama candi komplek Plaosan Lor dipelajari lebih lanjut untuk kepentingan melengkapi fungsi candi Plaosan Lor, selain dari patung-patung yang dibuat sebagai kelengkapan bangunan. Relief-relieh tersebut dibuat dengan menggunakan batuan atau relief dapat menggunakan media atau teknik patung yang menempel pada

Page 4: BAHASA RUPA RELIEF CANDI DI KOMPLEK PLAOSAN LORkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/pdf.pdfpemerintahan terpusat seperti yang kita bisa banyangkan pada dinasti Syailendra

371

dinding dan sangat cocok untuk adegan dengan banyak ornamen dan elemen lainnya seperti lanskap atau arsitektur. Banyak sarjana percaya bahwa konfigurasi komplek Plaosan Lor, dari yang telah dibangun di sekitar kuil utama

di tengah, mencerminkan sebuah dunia pemikiran yang didasarkan pada sistem pemerintahan terpusat seperti yang kita bisa banyangkan pada dinasti Syailendra. Misalnya, eksterior bangunan utama dan interior dinding bertuliskan serangkaian relief adalah aspek konsepsi dan kosmologis sebuah bangunan candi. Tetapi relief sebenarnya merupakan bagian terpenting untuk menentukan nilai dan fungsi bangunan. Makalah ini membahas pada serangkaian panel sebagai dua dimensi representasi visual yang sangat mirip dengan gambar seni modern. ’Annthropogical’ gerakan pada aspek visual dari relief ini mengarahkan perhatian dari objek seni budaya persepsi, dan berasal dari tradisi elit untuk lebih dapat menyebar dan berinteraksi pada praktek keseharian (Christopher Pinney, 2006: 131). Linguistic Visuality tentang relief bercerita dari bangunan utama candi komplek Plaosan Lor diucapkan dalam

serangkaian relief dinding. Untuk membuktikan bahwa Relief merupakan Linguistic Visuality, maka relief tersebut dianalisis dengan menggunakan pendekatan bahasa visual (bahasa rupa), mirip dengan penelitian Khusus Primadi Tabrani (1998) tentang cerita relief Lalitavistara Candi Borobudur. Masalah bahasa visual terus-menerus berhubungan dengan ‘cara membaca’ gambar sebagai visual. Relief dipandang sebagai modus utama komunikasi, relatif babas dari bahasa, dan harus diperlakukan sebagai visual dilayar, mirip dengan pengetahuan dan praktek yang sudah dirumuskan dari ‘tempat lain’ yang kemudian diproyeksikan. Masalah-masalah yang terdapat pada cara membaca representasi visual adalah, pertama, manusia modern terbiasa untuk ‘melihat’ gambar-gambarnya. Kami hanya mengamati objek yang dijelaskan dalam gambar dan melupakan bahwa sebuah gambar dapat berisi bahasa visual. Ketika gambar modern perlu mengatakan sesuatu, artis biasanya menambahkan beberapa teks di sebelah gambar (seperti dapat dilihat dalam kasus komik strip).Karena tidak ada teks yang ditemukan pada reliefcerita, biasanya kita hanya mampu menggambarkan gambar dengan mengilustrasikan, tapi cerita dan pesan dii balik itu sangat sulit untuk dimengerti. Kedua, hasil dari upaya ‘untuk membaca’ relief cerita tak langsung. Masalah ini terjadi karena kita sering disesatkan oleh cara kita sendiri yang modern, tersebut dari ‘melihat’ gambar. Kita membaca relief untuk menggambarkan apa yang kita baca. Ketika kita tidak bisa mengerti gambar, kita berpikir pendek dalam membuat cerita yang sesuai dengan relief. Serupa dengan

Page 5: BAHASA RUPA RELIEF CANDI DI KOMPLEK PLAOSAN LORkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/pdf.pdfpemerintahan terpusat seperti yang kita bisa banyangkan pada dinasti Syailendra

372

kasus gambar film/ gerak yang bercerita berbeda dibandingkan dengan versi novel. Bahasa visual memiliki cara sendiri mengatakan hal-hal, yang sangat berbeda yang biasa terdapat dari bahasa kata. Ketiga, relief berasal dari kebudayaan kuno yang jauh, kita perlu upaya extra dalam ‘membaca’ dan memahami mereka. Relief bangunan utama Plaosan Lor memiliki nilai tinggi warisan budaya materi. Penelitian ini mengeksplorasi pendekatan yang berbeda untuk memecahkan masalah, dengan menggunakan bahasa visual sebagai dasar teoritis dari penelitian dan analisis. Karakteristik visual dari relief yang berubah dari suatu peradaban, juga muncul dalam study budaya visual. Kisah bas-relief Seperti telah diinformasikan pasa paragraf sebelumnya, masing-masing bangunan utama komplek Plaosan Lor memiliki tiga kamar, utara, tengah dan selatan. Dari inspeksi dekat, karya-karya panel hanya ditemukan di dinding partisi utara dan selatan. Pada ruang bagian utara dinding partisi, terdapat bas-relief yang menampilkan tokoh laki-laki ditemukan di

dinding partisi interior. Satu adegan menggambarkan dua orang pria duduk dengan kaki disilangkan di bawah pohon keduanya bergaya memberi penghormatan dengan membuat gerakan menyembah tangan (Gambar 4). Pembantu dengan payung mereka duduk pada kedua sisi bawah pohon dengan penampilan serupa. Panel batuan lain dalam ruang utara menampilkan dua orang yang berdiri yang juga membuat gerakan menyembah (Gambar 5); satu orang memiliki topi yang berbentuk hiasan kepala, sementara yang lain mengenakan pakaian biksu. Kedua tokoh tersebut yang datang dan akan bbermeditasi, disertai dengan dua petugas yang membawa payung. Kedua relief (Gambar. 4 dan Gambar.5) dianalisis dengan menggunakan pendekatan bahasa visual. Hasil interpretasi digambarkan seperti terlihat pada tabel 1 dan tabel 2. Sebagai sebuah kuil Buddha, candi Plaosan Lor menerapkan pradaksina (searah jarum jam) garis melingkar visi. Garis melingkar dari visi yang ditetapkan dengan urutan cerita yang mulai pada dinding partisi interior ruang utara. Melalui lingkaran visi pradaksina, pengunjung memutar dan membalik dalam ruangan dengan mengamati gambar 4 untuk awal, dan diikuti oleh patung-patung

di altar dan berakhir di depan gambar

Page 6: BAHASA RUPA RELIEF CANDI DI KOMPLEK PLAOSAN LORkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/pdf.pdfpemerintahan terpusat seperti yang kita bisa banyangkan pada dinasti Syailendra

373

5,sebelum beralih ke ruang tengah dan ruang

selatan di cara serupa. Makna dari cerita tersebut adalah para pengunjung datang ke ruangan ini sebagai pendoa untuk hidup

murni. Penafsiran telah menetapkan nilai signifikan dari bangunab utama komplek Plaosan sebagai tempat kehidupan

Page 7: BAHASA RUPA RELIEF CANDI DI KOMPLEK PLAOSAN LORkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/pdf.pdfpemerintahan terpusat seperti yang kita bisa banyangkan pada dinasti Syailendra

374

pemurnian bagi orang yang mempercayainya. Penutup Setiap candi memiliki keunikan individu. Selain bentuk dan lay out gedung itu sendiri, relief dinding memainkan peran penting dalam menentukan nilai bangunan. Relief memberikan kesempatan kepada orang-orang modern untuk mempelajari filosofi dan fungsi dari arsitektur yang dibangun. Ada kemungkinan bahwa bangunan utama selatan pada satu waktu telah ada sebagai tempat biara bagi para imam anggota keluarga laki-laki kerajaan, sedangkan bangunan utama utara telah melayani sebagai tempat tinggal monastik untuk pendeta dari anggota peempuan dari garis keluarga kerajaan.

Dalam adegan garis circular pradaksina visi yang dianalisis dengan menggunakan pendekatan bahasa visual, peralatan, pakaian, aksesoris, dan kegiatan narasi menunjukkan nilai fungsi dari arsitektur yang dibangun. Budaya material candi komplek Plaosan Lor, menunjukkan bahwa bangunan itu sendiri adalah bentuk paling awal dari komposit konsep Buddha-Hindu, yang diawali dengan pernikahan konsep dua agama dan mengangkat banguna candi yang didirikan di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang kemudian disebut dengan candi Brahmasiwa. DAFTAR PUSTAKA Dyan Wahyuningsih 2005 Simbolisme Tantrayana pada

arsitektur Buddha di Jawa Tengah (Kajian estetik pada Komplek Percandian Plaosan Lor). Thesis. Institut Teknologi Bandung.

Pinney, Christopher 2006 Four Type of Visual Culture. In

Handbook of Material Culture. Edited by Chris Tilley et.al. [s.1]: Sage Publications.

Primadi Tabrani 1998 Messages from Ancient Walls.

Bandung: ITB Publisher.