bab ii tinjauan pustaka kerangka konsep berpikireprints.umm.ac.id/42166/3/bab ii.pdf · sebagaimana...

15
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Konsep Berpikir PT Raja Grafido Persada, Al Qur’an & Hadist Az-Zariat (51) : 9 Al Baqarah (2) : 43 At Taubah (9) : 60 Etos Kerja (HR. Thabrani) Studi Empiris Amirul Afif Muhamat and Norlida Jaaf, 2013, Anappraisal on the business Success of entrepreneurial asnaf : An empirical study on the state zakat organization (the Selangor Zakat Boardor Lembaga Zakat Selangor) in Malaysia. Journal of Financial Reporting and Accounting,. Arooj Zeb and Gohar Zaman, Assessing the Role of Zakat as a Social Safety Net and problems faced by Zakat Recipients in receiving Zakat Assistance in Pakistan, Abasyn Journal of Social Sciences. Vol: 7 Issue: 1 Irfan Syauqi Beik. 2009. Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan : Studi KasusDompet Dhuafa Republika. Jurnal Pemikiran & Gagasan. Vol II. Amalia, Kasyful Mahalli. 2012. Potensi Dan Peranan Zakat Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Kota Medan.Jurnal Ekonomi Ahmad Nashiruddi, Savid. 2017. Efektifitas Zakat Produktif dalam Pemberdayaan Ekonomi Mustahik: Studi pendahuluan pada Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Gresik. Jurnal Falah Ekonomi Syariah Vol. 3 No. 1. dan Keuangan, Vol. 1, No.1. Studi Teoritik Konsep Zakat (Hafihuddin D, 2002), (wahbah al Zuhalili, 1989) Pendayagunaan Zakat (Muhammad Abdul Manan, 1993) (Asnaini, 2008), (Sjechul Hadi Pamono, 1995), (M. Ridwan, 2005), (M. Daud Ali, 1998), (Yusuf Al Qardhawi, 1997). Objek Rumusan Masalah Penngumpulan Data Analisis Kuantitatif Kesimpulan Penelitian

Upload: others

Post on 27-Oct-2019

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Konsep Berpikir

PT Raja Grafido Persada,

Al – Qur’an & Hadist

Az-Zariat (51) : 9

Al – Baqarah (2) : 43

At Taubah (9) : 60

Etos Kerja (HR. Thabrani)

Studi Empiris

Amirul Afif Muhamat and Norlida

Jaaf, 2013, Anappraisal on the

business Success of entrepreneurial

asnaf : An empirical study on the

state zakat organization (the

Selangor Zakat Boardor Lembaga

Zakat Selangor) in Malaysia. Journal

of Financial Reporting and

Accounting,.

Arooj Zeb and Gohar Zaman,

Assessing the Role of Zakat as a

Social Safety Net and problems

faced by Zakat Recipients in

receiving Zakat Assistance in

Pakistan, Abasyn Journal of

Social Sciences. Vol: 7 Issue: 1

Irfan Syauqi Beik. 2009. Analisis

Peran Zakat dalam Mengurangi

Kemiskinan : Studi KasusDompet

Dhuafa Republika. Jurnal

Pemikiran & Gagasan. Vol II. Amalia, Kasyful Mahalli. 2012.

Potensi Dan Peranan Zakat Dalam

Mengentaskan Kemiskinan Di Kota

Medan.Jurnal Ekonomi

Ahmad Nashiruddi, Savid. 2017.

Efektifitas Zakat Produktif dalam

Pemberdayaan Ekonomi Mustahik:

Studi pendahuluan pada Badan Amil

Zakat (BAZ) Kabupaten Gresik.

Jurnal Falah Ekonomi Syariah Vol. 3

No. 1. dan Keuangan, Vol. 1, No.1.

Studi Teoritik

Konsep Zakat

(Hafihuddin D,

2002), (wahbah al

– Zuhalili, 1989)

Pendayagunaan

Zakat

(Muhammad

Abdul Manan,

1993) (Asnaini,

2008), (Sjechul

Hadi Pamono,

1995), (M.

Ridwan, 2005),

(M. Daud Ali,

1998), (Yusuf Al

– Qardhawi,

1997).

Objek

Rumusan

Masalah

Penngumpulan

Data

Analisis

Kuantitatif

Kesimpulan

Penelitian

9

A. Penelitian Terdahulu

Dibawah ini merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

analisis pendayagunaan zakat produktif dalam upaya mengubah status

mustahik menjadi muzakki. Sebagaimana hasil penelitiannya sebagai berikut:

Amirul Afif Muhamatand NorlidaJaaf, 2013, Anappraisal on the

business Success of entrepreneurial asnaf : Anempirical study on the state

zakat organization (The Selangor Zakat Boardor Lembaga Zakat Selangor)

in Malaysia. Dari penelitian ini menunjukkan korelasi positif yang

ditunjukkan dari tiga variable di dalam penentu tingkat kesuksesan dari

program dan regresi. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya modal dan

pengetahuan dari mustahik yang penting dalam faktor penentu kesuksesan

berwirausahaan.10

Arooj Zeb and Gohar Zaman, Assessing the Role of Zakat as a Social

Safety Net and problemsfaced by ZakatRecipientsin receiving Zakat

Assistancein Pakistan, Menyatakan bahwa; Zakat tidak memberikan efek

yang signifikan terhadap perekonomian yang ada di Pakistan. Masyarakat

Pakistan berkerja keras pada malam dan siang hari untuk memperbaiki

perekonomiaanya.Hal ini tidak berkaitan dengan penyaluran zakat yang ada

10 Amirul Arif Muhammad and Norlida jaaf 2013, Anapprasial on the business Succes of

Entrepreneurial : An empirical study on the zakat organization (the Selangor Zakat Boardor

lembaga Zakat Selangor) in Malaysia. Journal of Financial Reporting and Accounting, Vol. 11,

No. 1, hal 12-13.

10

di negara tersebut. Adanya zakat tidak terlalu memberi dampak pada

perkembagan ekonomi.11

Irfan Syauqi Beik, 2009, Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi

Kemiskinan : Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika, menyatakan bahwa:

Hasil analisa menunjukkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah keluarga

miskin dari 84 persen menjadi 74 persen. Kemudian dari aspek kedalaman

kemiskinan, zakat juga terbukti mampu mengurangi kesenjangan kemiskinan

dan kesenjangan pendapatan, yang diindikasikan oleh penurunan nilai P dari

Rp 540.657,01 menjadi Rp 410.337,06 dan nilai 1 dari 0,43 menjadi 1 0,33.

Sedangkan ditinjau dari tingkat keparahan kemiskinan, zakat juga mampu

mengurangi tingkat keparahan kemiskinan yang ditandai dengan penurunan

nilai Indeks Sen (P2) dari 0,46 menjadi 0,33 dan nilai indeks FGT dari 0,19

menjadi 0,11.12

Amalia, Kasyful Mahalli, 2012, Potensi Dan Peranan Zakat Dalam

Mengentaskan Kemiskinan Di Kota Medan, menyatakan bahwa:

Pendayagunaan zakat berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan di Kota

Medan. Dari hasil penelitian yang dilakukan masyarakat sangat setuju

pemanfaatan zakat melalui bantuan pinjaman & modal disertai pelatihan dan

ketrampilan yang nantinya akan membantu perekonomian masyarakat dan

menjadi mayarakat yang mandiri.13

11 Arooj Zeb and Gohar Zaman, Assessing the Role of Zakat as a Social Safety Net and

problems faced by Zakat Recipients in receiving Zakat Assistance in Pakistan, Abasyn Journal of

Social Sciences. Vol: 7 Issue: 1, hal11-12 12Irfan Syauqi Beik, 2009, Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan : Studi

KasusDompet Dhuafa Republik, Jurnal Pemikiran & Gagasan. Vol II, hal 11.

13Amalia, Kasyful Mahalli. 2012. Potensi Dan Peranan Zakat Dalam Mengentaskan

Kemiskinan Di Kota Medan, Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No.1, hal 12.

11

Ahmad Nashiruddin Savid, 2017, Efektifitas Zakat Produktif dalam

Pemberdayaan Ekonomi Mustahik: Studi Pendahuluan pada Badan Amil

Zakat (BAZ) Kabupaten Gresik, menyatakan beberapa hasil dari

penelitiannya ialah : Pertama, efektivitas ketepatan sasaran program yang

ditujukan untuk mustahik melalui bantua usaha secara produktif dapat

dikatakan cukup efektif. Hal ini disebabkan kesesuaian anatara syarat dan

kriteria penerima bantuan usaha produktif di BAZ Kabupaten Gresik dengan

kenyataan kondisi di lapangan. Kedua, efektifitas sosialisasi program belum

efektif, sebab menurut pernyataan para penerima program bantuan usaha

produktif dan kesehatan, rata-rata mereka mendapat informasi dari pengurus

BAZ Kabupaten Gersik yang dikenal, ataupun dari link dengan BAZ. Ketiga,

efektivitas tujuan program, yakni menjadikan mustahik menjadi muzakki

sekaligus mesejahterakan masyarakat didapatkan hasil kurang efektif karena

pendapatan yang diperoleh mustahik penerima bantuan usaha produktif masih

rendah. Pendapatan yang diperoleh belum mencapai kriteria untuk menjadi

seorang mustahik. Keempat, efektifitas pemantuan program yang dilakukan

oleh BAZ dapat dikatakan cukup efektif walaupun pemantuan dilkukan setiap

empat bulan sekali dengan mendatangi langsung ke tempat usaha binaan. 14

14Ahmad Nashiruddin Savid. 2017. Efektifitas Zakat Produktif dalam Pemberdayaan

Ekonomi Mustahik: Studi pendahuluan pada Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Gresik. Jurnal

Falah Ekonomi Syariah Vol. 3 No. 1, hal 106-107.

12

B. Tinjauan Teori

1. Konsep Zakat

a) Konsep dan Dasar Hukum Zakat

Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga. Secara etimologis, zakat

memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (at-thaharatu) dan

berkah (al-barakatu). Sedangkan secara terminologis, zakat mempunyai arti

mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan

kepada kelompok tertentu (Mustahik) dengan persyaratan tertentu pula.15

Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat, harta benda yang wajib dikeluarkan zakatnya, meliputi: emas,

perak, dan logam mulia lainnya; uang dan surat berharga lainnya;

perniagaan; pertanian, perkebunan, dan kehutanan; peternakan dan

perikanan; pertambangan; perindustrian; pendapatan dan jasa; dan rikaz

(barang temuan). Apabila kekayaan seorang muslim tidak memenuhi

salah satu ketentuan, misalnya nishab, maka kekayaan tersebut belum

wajib dikeluarkan zakatnya.

Ulama Malikiyah mendefinisikan zakat dengan ‘mengeluarkan

bagian tertentu yang telah sampai sehisab, merupakan milik sempurna dan

sampai jangka waktu tertentu untuk diserahkan kepada mustahik.16 Di

dalam Al-Qur’an Allah SWT telah menyebutkan beberapa ayat yang

15Hafidhuddin D, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani. 2002), Hal

7. 16 Wahbah al-Zuhalii, Al –Fiqh al-Islam wa Adillatuh.,(Beirut: Dar al-Fiqr.1989), hal 730.

13

menjelaskan tentang zakat, diantaranya dalam: Surat QS. Al Baqarah [2] :

4317:

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-

orang yang ruku”

Kemudian dalam ayat al-Qur’an selanjutya ada pada QS. At-

taubah [12]: 60. 18

ني ل م ا ع ل وا ني اك س م ل وا ء را ق ف ل ل ت ا ق د صم ل ا ا نم إني رم ا غ ل وا ب ا رق ل ا وف م ه وب ل ق ة ؤلمف م ل وا ا ه ي ل ع

ل ي ب س ل وف ي ب سم ل ا ن ب وا لمه ل لمه ا ل ا ن م ة ض ري فم ي ك ح م ي ل ع لمه ل وا

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang

dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang

berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam

perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

17 Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, (Jakarta: PT Hidakarya Agung), hal 10. 18Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 2004), hal 282.

14

b) Golongan yang Berhak Menerima Zakat

Orang – orang atau golongan yang berhak menerima zakat telah

diatur dalam ajaran syariat Islam, yakni ada delapan golongan (asnaf).

Ketentuan ini diatur dalam Al Qur’an Surat At-Taubah [12]: 60

Dalam Dalam Buku Tafsir al Maraghi (Maraghi, hal. 241,

1992) yang berhak menerima zakat ialah:

1) Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai

harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.

2) Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam

keadaan kekurangan.

3) Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan

membagikan zakat.

4) Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang

baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

5) Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang

ditawan oleh orang-orang kafir.

6) Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang

bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang

berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya

itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.

7) Pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam

dan kaum muslimin. Di antara mufasirin ada yang berpendapat

bahwafisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum

seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

15

8) Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami

kesengsaraan dalam perjalanannya

Dari uraian di atas sudah disebutkan golongan-golongan dari

mustahik. Apabila selain golongan di atas baik menyangkut

kemaslahatan umum atau khusus tidak boleh dibagikan zakat.

Termasuk tidak boleh membayarkan zakat untuk membangun masjid,

memperbaiki jalan-jalan, membangun perkantoran, dan lain sebagainya.

Namun, jika dari gologan tersebut yang paling utama untuk disalurkan

zakatya ialah golongan yang paling banyak membutuhkan. Dengan

demikian, barangsiapa yang paling mendesak dan paling membutuhkan,

dialah yang paling utama. Namun, secara umum yang paling

membutuhkan adalah orang-orang fakir dan orang-orang miskin.19

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah At Taubah ayat 60.

2. Zakat & Kesejahteraan Perekonomian

Menurut Mosher hal yang paling penting dalam kesejahteraan

perekonomian ialah pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan

rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan.20 Zakat dalam bidang

sosial bertindak sebagai alat kas yang diberikan kepada Islam untuk

menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya

akan tanggung jawab sosial yang mereka memiliki, sedang dalam bidang

ekonomi zakat mencegah penumpukan kekayaan yang mengerikan dalam

19 Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimi, Fatwa-Fatwa Zakat, Penerjemah Suharlan,

dkk. (Jatinegara: Darus Sunnah Press.2008), hal 99. 20A.T. Mosher, Menggerakkan dan Membangun Pertanian, (Jakarta: Jayaguna, 1987), hal

87.

16

tangan segelintir orang dan memungkinkan kekayaan untuk disebarkan

sebelum sempat menjadi besar dan sangat berbahaya ditangan pemiliknya,

maka sebagian diberikan kepada yang berhak.21 Hal ini bertujuan agar tidak

ada ketumpagan pendapatan antara yang kaya dan miskin, sehingga dapat

mengurangi tingkat kemiskinan yang ada.

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin per September 2017

mencapai agka 10,12 % dari total penduduk Indonesia, atau sekitar 26,58 juta

jiwa. Jumlah peduduk yang miskin di pedesaan mendominasi dengan proporsi

13,47%. Dalam kaitannya dengan organisasi pegelola zakat, BAZNAS dan

LAZ, mulai dari tingkat pusat hingga kabupaten/kota, bertekad untuk

menurunkan angka kemiskina sebesar 1% atau sekitar 280 ribu jiwa.22

Namun standart pengukuran tingkat kemiskinan yang dilakukan

BAZNAS berbeda dengan pemerintah. Indeks yang digunakan BAZNAS

diberi nama Indeks Kesejahteraan Puskas BAZNAS yang terdiri dari tiga

jenis komponen utama, yaitu:23

1. Kombinasi kecukupan material dan spiritual. Dengan kata lain

kesejahteraan diukur berdasarkan kemampuan seseorang dalam

memenuhi kebutuhan material dan spritualnya.Variable yang digunakan

adalah indeks kesejahteraan CIBEST.

2. Variable yang digunakan terkait dengan kondisi pendidikan dan

kesehatan mustahik, apakah zakat yang disalurkan mampu

21Muhammad Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta : PT. Dana

Bhakti Wakaf, 1993), hal 256. 22 Keputusan Rekornas Zakat oktober 2017. 23 Irfan Syaruqi Beik, Mengukur Kesejahteraan Dhuafa, Koran Republika, 25 Januari

2018, hal 20.

17

memperbaiki dan meningkatkan kondisi pendidikan dan kesehatan

mustahik atau tidak. Alat ukur yang digunakan ialah Indeks

Pembangunan Manusia (IPM).

3. Indeks kesejahteraan BAZNAS ini diukur berdasarkan aspek

kemandirian. Dimana kemandirian ini diukur berdasarkan tiga hal,

yaitu apakah mustahik yang dibina mampu memiliki pekerjaan tetap.

Lalu apakah memiliki bisnis yang bisa menunjang masa depan

kehidupannya, serta memiliki tabungan.

Bisnis atau usaha yag dapat menunjang masa depan artimya usaha

yang dijalani mustahik berkembang atau maju. Bisnis yang berkembang

menurut Henry Faizal Noor ialah bisnis yang dapat mecapai tujuanya

ialah jika medapat laba, karena laba ialah tujuan seseorang melakukan

bisnis24. Ini artinya jika mustahik penerima zakat produktif mendapat laba

atau labanya meningkat dari sebelumnya maka usaha tersebut dikatakan

berkembang.

3. Pendayagunaan Zakat

a) Pendayagunaan Zakat Produktif

Pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat,

adapun pengertian pendayagunaan sendiri munurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia: a. Pengusaha agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat. b.

Pengusaha (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas

24Henry Faizal Noor, Ekonomi Manajerial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal

397.

18

dengan baik.25 Kemudian, produktif berasal dari kata bahasa inggris yaitu

productive yang artinya berarti banyak menghasilkan; memberikan banyak

hasil; banyak menghasilkan barang-barang berharga; yang mempunyai

hasil baik.

Zakat produktif adalah pemberian zakat yang dapat membuat para

penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta

zakat yang telah diterimanya. Zakat produktif dengan demikian adalah

zakat dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik

tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk

membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat

memenuhi kebutuhan hidup secara terus-menerus.26

Pendayagunaan zakat adalah penafsiran yang lebih sederhana

terhadap distribusi dan alokasi zakat sebagaimana yang disebutkan dalam

surah At-Taubah ayat 60. Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman

dan sesuai dengan cita dan rasa syariat, pesan dan kesan ajaran Islam.27

Sedangkan menurut Permono, pendayagunaan zakat adalah segala sesuatu

yang berkaitan dengan usaha pemerintah dalam memanfaatkan hasil

pengumpulan zakat untuk didistribusikan kepada mustahik dengan

berpedoman syariah, tepat guna, serta bermanfaat yang efektif melalui

25Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993, Hal 189. 26Asnaini, ZakatProduktif dalam Perspektif Hukum Islam, cet.1, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2008), hal.63. 27 Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan Nasional,

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), hal 2.

19

pola pendistribusian yang bersifat produktif dan memiliki manfaat sesuai

dengan tujuan ekonomis zakat. 28

Sedangkan prosedur dalam pendayagunaan dana zakat dalam

aktifitas pendayagunaan zakat produktif adalah sebagai beikut; (1)

Melakukan studi kelayakan mustahik, (2) Menetapakan jenis usaha

produktif, (3) Melakukan bimbingan dan penyuluhan, (4) Melakukan

pemantauan, pengendalian dan pengawasan, (5) Melakukan evaluasi, dan

(6) Membuat laporan.

b) Model Sistem Pendayagunaan Zakat Produktif

Berikut adalah macam-macam model pendayagunaan zakat

produktif.29

1) Surplus Zakat Produktif

Merupakan pengumpulan dana zakat yang pendistribusiannya

hanya dibagikan sebagian dan digunakan pada pembiayaan usaha-usaha

produktif dalam bentuk zakat sertifikat. Dalam pelaksanaannya, zakat

diserahkan oleh muzakki kepada amil dan kemudian dikelola menjadi dua

bentuk, yaitu; sertifikat dan uang tunai. Uang yang terkandung dalam

sertifikat tersebut digunakan untuk operasional perusahaan, dengan

harapan perusahaan tersebut dapat menyerap tenaga kerja dari golongan

mustahik sendiri, serta perusahaan dapat memberikan bagi hasil kepada

mustahik pemegang sertifikat.Sehingga, apabila mustahik tersebut telah

28Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan

Nasional,(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992), hal41. 29Muhammad Ridwan Mas’ud, Zakat dan Kemiskinan: Instrumen Pemberdayaan

Ekonomi Umat, (Yogyakarta: UII Press, 2005), hal 122-124.

20

mencapai nisab dan haul maka mustahik dapat berperan menjadi muzakki

yang membayar zakat atau memberikan sadaqah.

2) In Kind

Merupakan pengelolaan zakat produkltif dimana alokasi dana zakat

yang akan didistribusikan kepada mustahik tidak bukan dalam bentuk

uang, tetapi dalam bentuk alat-alat produksi seperti mesin ataupun hewan

ternak.

3) Revolving Fund

Sistem pengelolaan zakat dimana amil memberikan pinjaman dana

zakat kepada mustahik dalam bentuk pembiayaan qardhul hasan. Jadi

mustahik tersebut dapat menggunakan dana tersebut untuk usaha dan

mustahik dapat mengembalikan dana tersebut dalam kurun waktu tertentu.

Pegembalian dana dari mustahik tersebut kemudian digulirkan oleh amil

untuk pendanaan mustahik lainnya.

Kemudian menurut M. Daud Ali pemanfaatan dana zakat produktif

sebagai berikut:30

1) Pendayagunaan produktif tradisional, maksudnya penyaluran dalam

bentuk barang-barang produktif, misalnya kambing, sapi, alat-alat

pertukangan, mesin jahit, dan sebagainya. Tujuan dari kategori ini adalah

untuk menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan kerja bagi

fakir-miskin.

2) Pendayagunaan produktif kreatif, pendayagunaan ini mewujudkan dalam

bentuk modal yang dapat dipergunakan baik untuk membangun sebuah

30 M.Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta:UI-Press, 1998), hal 62-

63.

21

proyek sosial maupun untuk membantu atau menambah modal seorang

pedagang atau pengusaha kecil.

Zakat memang seharusnya tidak hanya sekedar kosumtif saja,

namun yang dapat memberikan manfaat pada jangka panjang.Maka dari

itu pentingnya di Badan Amil Zakat mengadakan program zakat

produktif.kemudian, Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya fiqh Zakat yang

menyatakan bahwa pemerintah Islam diperbolehkan membangun pabrik-

pabrik atau perusahaan-perusahaan dari uang zakat untuk kemudian

kepemilikan dan keuntungannya digunakan bagi kepentingan fakir miskin,

sehingga kebutuhan mereka dapat terpenuhi sepanjang masa.31

C. Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara yang kebenarannya

harus diuji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari

tinjauan pustaka.32 Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan

pada bab I, maka hipotesis pada penelitian ini ialah adanya pengaruh

positif pendayagunaan zakat produktif pada tingkat kesejahteraan atau

perekonomian mustahik Baitul Mal Al-Amien Kelurahan Kedugkandang.

Berdasarkan keputusan sebagai berikut:

H0 : Omset mustahik sebelum dan sesudah medapatkan dana zakat

produktif Baitul Mal Al-Amien Kelurahan Kedungkadang adalah

identik (tidak berbeda secara nyata).

31 Yusuf Al-Qardawi, Hukum Zakat, Edisi terjemahan, (Bogor: Litera AntarNusa, 1997),

hal 36. 32Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Data Sekunder,

(Jakarta: Rajawali Press, 2010), hal 57.

22

H1 : Omset mustahik sebelum dan sesudah medapatkan dana zakat

produktif Baitul Mal Al-Amien Kelurahan Kedungkadang adalah

berbeda secara nyata.