bab ii landasan teori a. tinjauan tentang bimbingan dan

21
14 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan konseling a. Pengertian Bimbingan Dalam buku “Bimbingan dan Konseling di Sekolah” karangan W.S. Winkel S. J, menjelaskan pengertian dari bimbingan sebagai berikut: Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang artinya menunjukkan jalan (showing the way), memimpin (leading), memberikan petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mengarahkan (governing), memberi nasihat (giving advice). Maka secara umum bisa diartikan suatu bantuan atau tuntunan. 1 Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year’s Book of Education dalam buku “Bimbingan dan Konseling” karangan Hallen A., yang menyatakan: “bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.” 2 Selain definisi di atas, makna bimbingan bisa diketahui melalui akronim kata “bimbingan” itu sendiri sebagaimana yang tertuang 1 W.S. Winkel S. J, BimbingandanKonseling di Sekolah(Jakarta: Grasindo, 1991), 15. 2 Hallen A, BimbingandanKonseling(Jakarta: CiputatPers, 2002), 3.

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan tentang Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan konseling

a. Pengertian Bimbingan

Dalam buku “Bimbingan dan Konseling di Sekolah” karangan

W.S. Winkel S. J, menjelaskan pengertian dari bimbingan sebagai

berikut:

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari

kata “guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang

artinya menunjukkan jalan (showing the way), memimpin

(leading), memberikan petunjuk (giving instruction), mengatur

(regulating), mengarahkan (governing), memberi nasihat

(giving advice). Maka secara umum bisa diartikan suatu

bantuan atau tuntunan.1

Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year’s

Book of Education dalam buku “Bimbingan dan Konseling” karangan

Hallen A., yang menyatakan: “bimbingan adalah suatu proses

membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan

mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan

pribadi dan kemanfaatan sosial.”2

Selain definisi di atas, makna bimbingan bisa diketahui melalui

akronim kata “bimbingan” itu sendiri sebagaimana yang tertuang

1W.S. Winkel S. J, BimbingandanKonseling di Sekolah(Jakarta: Grasindo, 1991), 15.

2Hallen A, BimbingandanKonseling(Jakarta: CiputatPers, 2002), 3.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

15

dalam buku “Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah

(Berbasis Integrasi)” karangan Tohirin sebagai berikut:

Bimbingan merupakan B (bantuan), I (individu), M (mandiri atau

kemandirian), B (bahan), I (interaksi), N (nasihat), G (gagasan), A

(asuhan), N (norma). Jadi, “bimbingan” bisa berarti: bantuan yang

diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang

dibimbing mencapai kemandirian dengan menggunakan berbagai

bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan

dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang

berlaku.3

b. Pengertian Konseling

Berdasarkan buku “Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah

(Berbasis Integrasi) yang diterbitkan Raja Grafindo Persada, karangan

Tohirin, istilah konseling berasal dari bahasa Inggris sebagai berikut:

Konseling berasal dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus

dikaitkan dengan kata “counsel” yang berarti pemberian nasihat(to

obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take

counsel). Berdasarkan arti tersebut, konseling secara etimologis berarti

pemberian nasihat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.4

Definisi konseling menurut beberapa ahli yang termaktub dalam buku

“Bimbingan dan Konseling” karangan Hallen A. adalah sebagai berikut:

Menurut Schmuller konseling merupakan alat yang paling penting dari

usaha pelayanan bimbingan”. Dikatakan pula oleh Ruth Strang bahwa

“Guidance is breader; counseling is a most importance tool of

guidance”. Sedangkan menurut Rogers mengemukakan sebagai berikut:

“konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu

yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah

lakunya.”5

3Tohirin, BimbingandanKonseling di Sekolahdan Madrasah (BerbasisIntegrasi) (Jakarta: Raja

GrafindoPersada, 2007), 20. 4Ibid.,21-22.

5Hallen A, BimbingandanKonseling(Jakarta : Ciputat Pers, 2002),10.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

16

Adapun AmericanPersonnel and Guidance Association (APGA)

sebagaimana yang tertuang dalam buku “Bimbingan dan Konseling di Sekolah

dan Madrasah (Berbasis Integrasi)” karangan Tohirin mendefinisikan konseling

sebagai: “suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara profesional dan

individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan atau biasa

atau konflik atau pengambilan keputusan.”6

Sebagaimana makna bimbingan, makna konseling juga bisa dimaknai dari

akronim kata konseling sebagaimana yang tertera dalam buku “Bimbingan dan

Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi)” karangan Tohirin

adalah sebagai berikut:

Konseling merupakan K (kontak), O (orang), N (menangani), S (masalah),

E (expertatau ahli), L (laras), I (integrasi), N (norma), G (guna). Jadi,

“konseling” bisa berarti: kontak atau hubungan timbal balik antara dua

orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung

oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan

norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.7

Berdasarkan makna bimbingan dan konseling di atas secara terintegrasi

dapat dirumuskan makna bimbingan dan konseling sebagai berikut:

Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan

yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli)

melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara

keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan

menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.

Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari

pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap

muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap

masalah konseli sehingga dia mampu melihat masalah sendiri, mampu

menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu

memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.8

6Tohirin, BimbingandanKonseling.,23.

7Ibid., 25.

8Tohirin, BimbingandanKonseling., 25.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

17

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Dalam buku “bagaimana konselor bertindak?” karangan endang ertiati,

Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah membantu peserta didik dalam :

a. Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan

masalah yang dilakukan dengan konseling seperti kesulitan belajar,

mengatasi masalah kebiasaan tidak baik.

b. Mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan,

pemilihan dan penyaluran minat dalam pendidikan dan pekerjaan.

c. Mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan emosi dan pemahaman

diri

d. Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yaitu

keluarga, sekolah, masyarakat.

e. Mengembangkan seluruh potensi yang ada dengan optimal

f. Mengatasi kesulitan masalah dari lingkungan yang lebih luas

g. Menyesuaikan diri terhadap keadaan dan tuntutan di dalam

lingkungannya dengan mengikuti norma-norma yang berlaku

h. Memahami kebutuhan-kebutuhan secara realistis

i. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan pribadi dan untuk

kepentingan umum dalam kehidupan bersama.9

Oleh karena itu, layanan tujuan bimbingan dan konseling secara umum

adalah membantu siswa mengenal bakat, minat, kemampuannya serta memilih

dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan

karir yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Sehingga layanan bimbingan

dan konseling menuntut adanya relevansi program pendidikan dengan tuntutan

dunia kerja dalam rangka menjawab tantangan kehidupan masa depan.

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Dalam buku “bagaimana konselor bertindak?” karangan endang ertiati,

Ada lima fungsi bimbingan dan konseling yang dijelaskan oleh sukiman yaitu :

9 Endang Ertiati suhesti, Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap ? (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

2012), 8.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

18

1) Fungsi pemahaman

Ada dua macam pemahaman, pertama yaitu pemahaman konseli

memahami tentang dirinya sendiri, orang tua, guru dan konselor yang

perlu terlebih dahulu memahami diri konseli yang akan dibantu. Kedua

berkaitan dengan pemahaman pada masalah yang sedang dihadapi

konseli. Pertama-tama konseli perlu memahami masalah yang sedang

dihadapinya, berikutnya pihak-pihak yang terkait.

2) Fungsi pencegahan

Fungsi ini mengupayakan terhindarkannya individu atau konseli dari

akibat yang tidak menguntungkannya, yaitu berasal dari hal-hal yang

berpotensi sebagai sumber permasalahan.

3) Fungsi pengentasan

Fungsi ini sebagai upaya teratasinya berbagai permasalahan konseli

sehingga masalah tersebut tidak menjadi hambatan bagi perkembangan

konseli.

4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

Fungsi ini untuk memelihara dan mengembangkan potensi individu

dalam dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan, keberagaman.

5) Fungsi advokasi

Fungsi ini untuk membangtu konseli memperoleh pembelaan atas hak

yang kurang diperhatikan.10

Dari kelima fungsi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan

dan konseling itu sangat penting dilihat dari beberapa fungsi yaitu sebagai

pemahaman, pencegahan, pengentasan,pemeliharaan dan pengembangan

dan advokasi.

4. Layanan bimbingan dan konseling

Dalam buku bimbingan dan konseling karangan A. Hallen, Layanan

bimbingan dan konseling disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan

peserta didik. Jenis layanan bimbingan dan konseling diantaranya sebagai

berikut :

10

Endang Ertiati suhesti, Bagaimana Konselor.,9.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

19

1) Layanan orientasi

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang kemungkinan peserta

didik memahami lingkungan (sekolah) yang baru dimasukinya,

dalam rangka mempermudah dan memperlancar berperannya

peserta didikdi lingkungan yang baru itu.

2) Layanan informasi

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang kemungkinan peserta

didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti

informasi pendidikan, informasi jabatan) yang dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk

kepentingan peserta didik.

3) Layanan penempatan dan penyaluran

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang kemungkinan peserta

didik memperoleh menempatan dan penyaluran yang tepat

(misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok

belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang) sesuai

dengan potensi, bakat dan minat kondisi pribadi.

4) Layanan pembelajaran

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang kemungkinan peserta

didik mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar

yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar.11

5) Layanan konseling perorangan

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang kemungkinan peserta

didik mendapat layanan langsung tatap muka (secara perorangan)

dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan

pengentasan permasalahan dan pengentasan permasalahan pribadi

yang dideritanya.

6) Layanan bimbingan kelompok

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinan

sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika

kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu

(dari guru pembimbing) atau membahas secara bersama-sama

pokok bahasan tertentu yang berguna untuk menunjang

pemahaman dan untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu

maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam

pengambilan keputusan atau tindakan tertentu

7) Layanan konseling kelompok

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang kemungkinan peserta

didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan

masalah yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah

yang dibahas itu adalah masalah pribadi yang dialami masing-

masing anggota kelompok.12

11

Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta : Ciputat Pres, 2002),81-15. 12

Hallen, Bimbingan dan Konseling., 86-88.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

20

Bimbingan dan konseling memiliki banyak layanan, tak hanya

layanan individu dan kelompok, namun mencangkup berbagai macam

layanan yang mencangkup layanan orientasi, informasi, penempatan dan

penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok dan

konseling kelompok. Ruang bimbingan dan konseling itu bukan tempatnya

anak-anak yang bermasalah namun tempatya anak-anak yang mau

mengembangkan prestasinya.

5. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling

1) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran pelayanan

a. Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah melayani semua

siswa, tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama,

dan status sosial ekonomi orang tua.

b. Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah berkenaan

dengan sikap dan perilaku siswa yang terbentuk dari beberapa aspek

kepribadian yang kompleks dan unik.

c. Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai

kebutuhan siswa itu sendiri.

d. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah

bertujuan mengembangkan penyesuaian siswa terhadap segenap

bidang kehidupan dan harus mempertimbangkan berbagai aspek

perkembangan siswa.

e. Perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan dalam

pemberian bantuan kepada para siswa.

2) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan masalah individu (siswa)

a. Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang

menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap

penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya

dengan kontak sosial dan pekerjaan dan sebaliknya pengaruh

lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.

b. Keadaan sosial, ekonomi dan politik yang kurang kondusif

merupakan salah satu faktor timbulnya masalah pada diri siswa dan

hal itu menuntut perhatian seksama dari pembimbing (konselor)

dalam memecahkan atau mengentaskan masalah siswa.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

21

3) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan

a. Bimbingan dan konseling sekolah dan madrasah harus disusun

secara integral dan sinergi dengan program sekolah (madrasah).

b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan

dengan kondisi sekolah yang bersangkutan, kebutuhan siswa, dan

masyarakat.

c. Program bimbingan dan konseling disusun dan diselenggarakan

secara berkesinambungan dari jenjang pendidikan pendidikan taman

kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

d. Pelaksanaan bimbingan dan konseling diadakan evaluasi yang

sistematis untuk mengetahui kesesuaian antara program yang telah

direncanakan dengan pelaksanaannya.

4) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan

a. Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap

individu.

b. Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak

dilakukan oleh klien hendaklah atas kemauan sendiri bukan karena

kemauan atau desakan dari konselor.

c. Permasalahan khusus yang dialami oleh klien harus ditangani oleh

tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan khusus

tersebut.

d. Pelayanan bimbingan dan konseling harus dilaksanakan oleh tenaga

ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus dalam

bidang bimbingan dan konseling.

e. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling harus bekerja sama

antara pembmbing, para guru dan orang tua.13

6. Langkah-langkah Pelaksanaan BK di Sekolah

Langkah-langkah dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling

pada siswa karangan fenti hikmawati yang berjudul “Bimbingan Konseling”,

meliputi :

1) Identifikasi masalah

Pada langkah ini hendaknya diperhatikan guru adalah mengenal

gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa. Apabila

13

Thohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah berbasis Integrasi (Jakarta : Raja

Grafindo Persada, 2007), 77-81.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

22

siswa menunjukkan tingkah laku berbeda atau menyimang dari

biasanya, maka hal tersebut dapat diidentifikasi sebagai gejala dari

suatu masalah yang sedang dialami oleh siswa.

2) Diagnosis

Pada langkah diagnosis yang dilakukan adalah menetapkan “masalah”

berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya

masalah. Dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data

mengenai berbagai hal yang menjadi latar belakang atau yang melatar

belakangi kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang

menjadi latar belakang gejala yang muncul.

3) Prognosis

Langkah prognosis ini pembimbing menetapkan alternatif tindakan

bantuan yang akan diberikan. Selanjutnya melakukan perencanaan

mengenai jenis dan bentuk masalah apa yang sedang dihadapi

individu.

4) Pemberian Bantuan

Langkah pemberian bantuan ini dilaksanakan dengan berbagai

pendekatan dan teknik pemberian bantuan. Dalam hal ini pembimbing

dituntut kesabarannya untuk bisa membuka hati individu agar mau

menceritakan masalahnya dan menyakinkan hatinya. Oleh sebab itu,

seorang pembimbing hendaknya dapat menumbuhkan transferensi

yang positif, sehingga klien mau memproyeksikan perasaan

ketergantungannya kepada pembimbing (konselor).

5) Evaluasi dan Tindak Lanjut

Evaluasi dapat dilakukan selama proses pemberian bantuan

berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan. Pengumpulan data

dapat dilakukan dengan wawancara, angket, observasi, diskusi,

dokumentasi dan sebagainya. 14

Berdasarkan langkah-langkah pelaksanaan BK disekolah ini berarti

BK mempunyai cara tersendiri untuk mengidentifikasi masalah peserta

didiknya yaitu dengan cara identifikasi masalah, diagnosis, prognosis,

pemberian bantuan, evaluasi dan tindak lanjut.

B. Tinjauan tentang Guru BK

1. Pengertian Guru

Menurut Undang-undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003:

14

Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2010), 29-32.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

23

Pengertian dari guru atau pendidik adalah tenaga profesional yang

bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,

melakukan bimbingan dan pelatihan,serta melakukan penelitian

dan pengabdian masyarakat, terutama bagi pendidik pada

perguruan tinggi.15

Guru merupakan pengendali muridnya saat ia melaksanakan

pembelajaran di dalam kelas, memberikan bimbingan dan pelatihan

kepada muridnya jika ada murid yang belum faham akan pembelajaran

yang diberikannya.

2. Pengertian Guru BK

Menurut Kathryn Geldard dan David Geldard seorang konselor

adalah : “ seorang yang memberikan dorongan kepada kliennya untuk

melakukan apa yang ingin dilakukan, disamping mendorong mereka

untuk melakukan apa yang terbaik menurut si konselor bagi mereka”.16

Keberadaan guru bimbingan konseling sangatlah penting. Tentu

karena tanpa Guru BK (konselor) proses BK tidak akan bisa terjadi.

Ridwan dalam bukunya Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di

sekolah menyatakan bahwa : “Guru bimbingan dan konseling berperan

sebagai perencanaan, pelaksana, pengelola, pengendali, penilai dan pada

akhirnya menjadi pelopor dari hasil pelaksanaan layanannya.”17

15

Undang-undang SISDIKNAS (Jakarta : Fokusmedia, 2010), 21. 16

Kathryn Geldard dan David Geldard, Membantu Memecahkan Masalah Orang Lain dengan

TeknikKonseling (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), 10. 17

Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah (nan Efektif Bimbingan dan

Konseling diSekolah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 49.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

24

Lebih spesifik, dalam ruang lingkup pendidikan yang islami, menurut

Aunur Rahim Faqih, konselor bimbingan konseling seyogyanya adalah orang-

orang yang memiliki kamauan (kompetensi) sebagai berikut :

a. Menguasai ilmu bimbingan dan konseling

b. Memahami (memiliki) wawasan pendidikan. Khususnya yang berkaitan

dengan kegiatan belajar-mengajar (termasuk psikologi pendidikan,

psikologi perkembangan dan lain-lain).

c. Memahami syariah islamiyah secara memadai.18

Tidak diragukan dan tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa konselor

adalah seseorang yang begitu penting artinya bagi klien atau peserta didik,

karena tidak ada yang lebih membahagiakan bagi seseorang selain terlepas dari

gelapnya aura permasalahan.

3. Pentingnya Guru BK

Kehadiran guru bimbingan dan konseling di sekolah dipandang sangat

penting seiring dengan perubahan cara pandang masyarakat pendidikan

terhadap eksistensi seorang guru. Bila dahulu seorang guru mempunyai peran

yang sangat penting dan menjadi pusat dalam proses belajar mengajar di kelas,

kini guru berperan sebagai pendamping yang menemani anak didik

belajaruntuk mencapai kecerdasan dan kedewasaan.

Kehadiran guru bimbingan dan konseling dipandang penting karena

adanya fakta yang tidak bisa dihindari, yakni perbedaan individual. Persoalan

penting lain yang membuat guru bimbingan dan konseling dibutuhkan

18

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam (Jogjakarta : UII Press, 2001), 113.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

25

kehadirannya adalah perkembangan kehidupan masyarakat yang berubah

secara dinamis. Perubahan kehidupan masyarakat yang dinamis ini juga diikuti

dengan perubahan berbagai norma hidup yang ada di dalamnya. Keadaan

demikian akhirnya memaksa setiap orang untuk bisa beradaptasi atau bertahan

dalam berbagai perubahan tersebut.

Perkembangan industri dan pesatnya teknologi informasi yang terjadi

dalam kehidupan masyarakat juga membutuhkan kesiapan dari anak didik agar

tidak ketinggalan zaman dan mempunyai kerier yang baik di kehidupan

mendatang. Di sinilah penting bagi guru bimbingan dan konseling untuk bisa

menemukan sekaligus membantu mengembangkan kemampuan anak didik

agar mempunyai kemampuan dalam menghadapi tantangan kehidupan

mendatang yang mengalami perkembangan industri dan pesatnya teknologi

informasi.19

4. Syarat-syarat Menjadi Guru BK

Betapa pentingnya peran seorang konselor sekolah (guru BK), hingga

iapun juga harus memiliki kredibel yang baik. Arifin dan Eti Kartikawati

seperti yang disitir oleh Tohirin, mengungkapkan bahwa :”petugas bimbingan

dan konseling di sekolah (termasuk madrasah) dipilih atas dasar kualifikasi : 1)

kepribadian, 2) pendidikan, 3) pengalaman dan kemampuan”.20

Syarat-syarat atau kualifikasi tersebut secara lebih jelas tertulis di bawah

ini :

19

Akhmad Muhaimin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013),

54-56. 20

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada, 2007), 199.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

26

a. Syarat yang berkenaan dengan Kepribadian

Dalam konteksislam kepribadian ditandai dengan kepemilikan iman,

makrifah, dan tauhid. Juga, dimilikinya aspek moralitas yang baik; seperti

nilai-nilai sopan-santun, adab etika dan tatakrama yang dilandaskan pada

ajaran agama islam.

b. Syarat yang berkenaan dengan Pendidikan

Seorang guru pembimbing atau konselor selayaknya memiliki pendidikan

dan pelatihan tentang bimbingan dan konseling. Pendidikan profesinya yaitu

jurusan bimbingan dan konseling Strata Satu (S1), S2 maupun S3. Juga harus

memiliki ilmu-ilmu tentang manusia dengan berbagai macam problemnya,

ilmu psikologi dan lain sebagainya.

c. Syarat yang berkenaan dengan Pengalaman

Syarat pengalaman bagi calon guru BK setidaknya diperoleh melalui

praktik mikro konseling, yakni PPL bimbingan dan konseling. Pengalaman

hidup pribadi guru bimbingan dan konselor yang mengesankan, juga akan

turut membantu upaya guru pembimbing atau konselor mencarikan

pemecahan masalah siswa.

d. Syarat yang berkenaan dengan Kemampuan

M.D. Dahlan menyatakan bahwa konselor dituntut untuk memiliki

berbagai ketrampilan melaksanakan konseling. Guru pembimbing atau

konselor harus mampu mengetahui dan memahami secara mendalam sifat-

sifat seseorang, daya kekuatan jiwa apakah yang mendorong seseorang

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

27

berbuat dan mendiagnosis berbagai persoalan siswa, selanjutnya

mengembangkan potensi individu secara positif.21

5. Tugas-Tugas Guru BK

Sarat-syarat menjadi guru BK diatas sangatlah penting dimiliki oleh

seorang konselor atau guru bimbingan konseling. Hal ini dikarenakan tugas

konselor yang sangat rumit dan berfariasi. H.M. Arifin mengungkapkan

tugas-tugas konselor (pembimbing), diantaranya adalah melaksanakan

kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Menjalin kerjasama dengan murid

b. Menjalin kerjasama dengan orang tua murid

c. Menjalin kerjasama dengan kolega-kolega (rekan-rekan) seprofesi

dan masyarakat.

d. Melakukan promosi-promosi dan hubungan dengan orang lain bagi

kepentingan anak bimbingnya.22

Tugas guru BK diatas harus dilaksanakan sebagai seorang guru BK,

karena itu sudah menjadi tuntutan bagi mereka yang menjadi guru BK yaitu

menjalin kerjasama dengan murid, kerjasama dengan wali murid, kerjasama

dengan masyarakat dan menjalin hubungan yang baik demi kepentingan anak

bimbingnya.

C. Tinjauan tentang Self Control

1. Pengertian Self Control

Self control atau kontrol diri menurut pendapat Chaplin, adalah

kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk

menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif.23

21

Tohirin, Bimbingan dan Konseling., 199-122. 22

H.M. Arifin, Teori-teori Konseling Agama dan Umum (Jakarta : PT. Golden Teryon Press,

2003), 28.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

28

Dalam buku Tri Dayaksini & Hudaniah, Pengertian self control atau

kontrol diri adalah kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah

lakunya sendiri dan kemampuan untuk menekankan atau menghambat

dorongan yang ada.24

Sedangkan menurut Goldfried dan Merbaum, sebagaimana yang

telah dikutip oleh Tri Dayaksini & Hudaniah mendefinisikan bahwa : “

kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk mnyusun, membimbing,

mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa

individu kearah konsekuensi positif”.25

Menurut Tri Dayaknini & Hudaniah, kontrol diri merupakan satu

potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses-

proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang

terdapat di lingkungan yang berada di sekitarnya, para ahli berpendapat

bahwa kontrol diri dapat digunakan sebagai suatu intervensi yang bersifat

preventif selain dapat mereduksi efek-efek psikologis yang negatif dari

stresor-stresor lingkungan. Disamping itu kontrol diri memiliki makna

sebagai suatu kecakapan individu dalam kemampuan membaca situasi

diri dan lingkungannya serta kemampuan mengelola dan mengontrol

faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk

menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi dan interaksi sosial.26

23

Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), 316. 24

Tri Dayaksin & Hudaniah, Psikologi Sosial (Malang : UMM Pres, 2003), 74. 25

Ibid.,74. 26

Ibid.,76.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

29

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa self

control adalah kemampuan individu untuk menekan, menahan, dan

mengontrol keinginan yang betentangan dengan tingkah laku yang sesuai

dengan aturan atau norma-norma sosial yang dapat diarahkan pada

konsekuensi yang positif seperti mengendalikan perilaku, kemampuan

dalam mengendalikan sebuah kejadian dan kemampuan dalam

mengambil keputusan.

2. Aspek-aspek Self Control

Daniel Goleman mengungkapkan bahwa orang yang mempunyai

kecakapan dalam pengendalian diri akan senantiasa :

a. Mengelola dengan baik perasaan-perasaan impulsif dan emosi-

emosi yang menekan mereka.

b. Tetap teguh, tetap positif, dan tidak goyah bahkan dalam situasi

yang paling berat,

c. Berpikir dengan jernih dan tetap terfokus kendati dalam

tekanan.27

Aspek -aspek kontrol diri yaitu :

a. Kontrol perilaku (behavioral control), yaitu kemampuan untuk

memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.

Kemampuan memodifikasi keadaan yang tidak menyenangkan

terdiri dari kemampuan mengontrol perilaku dan mengontrol

stimulus. Kemampuan mengontrol perilaku adalah kemampuan

untuk mengontrol siapa yang mengontrol situasi atau keadaan.

Kemampuan mengontrol stimulus adalah untuk mengetahui

bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikendaki

muncul.

b. Kontrol kognitif (cognitive control), yaitu kemampuan individu

untuk mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan cara

menginterpretasi, menilai, atau memadukan suatu kejadian

dalam kerangka positif sebagai adaptasi psikologis atau

mengurangi tekanan. Kemampuan untuk mengelola informasi

27

Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapaim Puncak Prestasi, terj. Alex Tri Kantjono

Widodo (Jakarta : Pustaka Utama, 1999), 130.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

30

yang tidak diinginkan meliputi kemampuan untuk

mengantisipasi peristiwa atau keadaan melalui berbagai

pertimbangan dan kemapuan menafsirkan suatu peristiwa atau

keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara

subjektif.

c. Kontrol keputusan (desicional kontrol), yaitu kemampuan

individu untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada

sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam

menentukan pilihan akan berfungsi dengan adanya suatu

kesempatan kebebasan atau kemungkinan pada diri individu

untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.28

Averill menurunkan aspek-aspek kontrol diri menjadi indikator-

indikator kontrol diri, yaitu :

a. Behavioral control

1. Mampu mengontrol perilaku

2. Mampu mengontrol stimulus

b. Cognitif control

1. Mampu memperoleh informasi

2. Mampu melakukan penialaian dengan cara memperhatikan

segi-segi positif

c. Desicional control

1. Mampu mengambil keputusan berdasarkan pada sesuatu yang

diyakini atau disetujuinya.29

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri

Surya berpendapat bahwa kendali diri mempunyai makna sebagai

daya yang memberi arah bagi individu dalam hidpnya dan bertanggung jawab

terhadap konsekuensi dari perilakunya. Semakin mampu individu

mengendalikan perilakunya, maka semakin mungkin menjalani hidupnya

secara efektif dan terhindar dari situasi yang dapat mengganggu perjalanan

28

Lina Nurlaelasari, Profil Kontrol Diri Peserta Didik dan Implikasinya bagi Bimbingan dan

Konseling (ejournal : Universitas Pendidikan Indonesia, 2013), 5.

29

James R. Averill, “Personal Control Over Aversive Stimuli and Its Relationship to Stress”,

Psichologycal Bulletin, 80 (Oct, 1973), 287.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

31

hidupnya. Individu yang kurang memiliki kendali diri disebabkan karena

tidak belajar kecakapan dan pengorbanan untuk mencapai satu tujuan dan

tidak belajar bagaimana untuk menjadi dirinya sendiri. Masalah yang timbul

akibat tidak mampu mengendalikan diri adalah sebagai berikut :

a. Menunjukkan rendahnya disiplin diri

b. Rendahnya kecakapan untuk menata diri sendiri

c. Lebih banyak dikendalikan oleh kesadaran tidak rasional

d. Dikendalikan oleh kekuatan pihak lain yang tidak sehat

e. Lebih banyak dikendalikan oleh pikiran-pikiran orang lain

f. Dikendalikan oleh kebutuhan dan perasaan yang mentah

Ghufron mengemukakan bahwa Faktor -faktor yang

mempengaruhi kontrol diri terdiri dari faktor internal yaitu dalam diri

individu sendiri dan faktor eksternal yaitu dari lingkungan individu.

a. Faktor internal

Faktor internal yang ikut berperan ikut berperan terhadap

kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang,

maka semakin baik kemampuan mengontrol dirinya.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga.

Lingkungan keluarga terutama orangtua menentuka bagaimana

kemampuan mengontrol diri seseorang. Persepsi remaja

terhadap penerapan disiplin orangtua yang semakin demokratis

cenderung diikuti tingginya kemampuan mengontrol dirinya.

Bila orangtua menerapkan disiplin kepada anaknya secara

intens sejak dini dan orang tua tetap konsisten terhadap semua

konsekuensi yang dilakukan anak bila menyimpang dari apa

yang sudah ditetapkan, maka sikap konsisten ini akan

diinternalisasi oleh anak dan kemudian akan menjadi kontrol

diri baginya.30

30

Anggia Meytasari, Kontribusi Kontrol Diri terhadap Kedisiplinan Siswa di Sekolah dan

Implikasinya Bagi Program Bimbingan dan Konseling (Repository.upi.edu : Universitas

Pendidikan Indonesia, 2013),7-8.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

32

4. Tujuan Pelaksanaan Self Control

Menurut juntika nurihsan, tujuan utama mengendalikan diri adalah

memperoleh keberhasilan, kemajuan dan kebahagiaan. Bila dilihat dari sudut

pandang agama, tujuan pengendalian diri adalah menahan diri dalam arti luas.

Menahan diri dari belenggu nafsu duniawi yang berlebihan dan tidak

terkendali, atau nafsu batiniah yang tidak seimbang.31

Strategi pengendalian diri antara lain :

1) Ingat terus pada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa mengatur

diri kita

2) Berfikir terlebih dahulu dengan menggunakan akal yang jernih

keuntungan dan kerugian bagi diri kita sebelum melakukan sesuatu

3) Bertanya pada hati nurani kita yang paling dalam kebaikan dan

keburukan yang akan ditimbulkan dari perbuatan kita

4) Bersabar apabila kita terkena musibah

5) Bersabar dalam mengerjakan sesuatu yang diperintahkan tuhan

6) Bersabar dalam menghindari sesuatu yang dilarang tuhan

7) Bersyukur apabila mendapat kenikmatan

8) Berempati pada orang lain.32

D. Tinjauan tentang Upaya Guru dalam Meningkatkan Self Control Siswa

Keberhasilan sekolah sangat tergantung pada kemampuan guru dan

pengelola sekolah menjadi stimulator perkembangan siswa. Sebagai

stimulator perkembangan siswa yang bernuansa islami, lingkungan sekolah

perlu membekali siswa untuk tetap tegar di era globalisasi yang menuntut

kemampuan berkompetisi namun tetap berpegang pada tuntunan agama.

Tujuan penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling terhadap

siswa di sekolah khususnya dalam pengembangan kemampuan belajar siswa

31

Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling (Bandung : Refika Aditama,

2009), 53. 32

Ibid., 54.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

33

yaitu mencangkup : (a) pengembangan berbagai ketrampilan belajar siswa,

(b) pelaksanaan pendidikan perbaikan, (c) pelaksanaan program pengayaan

dan (d) pembimbing pada kelompok belajar siswa. Keempat konsep tersebut

didasari dengan konsep agama dan dilakukan melalui kerjasama antara guru

pembimbing dengan guru mata pelajaran. Sebagaimana Aubrey

mengemukakan bahwa :

Counselors need to become consultants to teachers, parents and

administrators by using their knowledge in : (a) human development

(b) career development (c) group process (d) learning theories (e)

school climates (f) human ecology (g) human relations.33

Berkaitan dengan kutipan diatas, jelaslah bahwa tugas guru

pembimbing sangat membutuhkan berbagai macam ketrampilan dan

teknologi dalam bidang konseling, agama, dan pendidikan karena ia harus

bekerjasama dengan siswa dan bahkan dengan guru mata pelajaran serta

kepala sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.

Strategi yang dilakukan guru untuk mengembangkan self control siswa

diantaranya melalui :

1) keteladanan agar tercipta keadilan pada saat penilaian di pelajaran

yang telah diampu, penerapan ini dapat diterapkan saat pelajaran di

kelas ataupun diluar kelas

2) pendekatan persuasif yaitu dengan pendekatan kepada siswa dari

hari ke hati tidak mengedepankan kekerasan dan lebih

memperingatkan dengan cara halus

3) sikap tegas, yang dimaksud sikap tegas disini bukan berarti guru

dapat bebas melakukan apa yang diinginkan tetapi lebih ke arah

tegas kepada siswa agar mampu mengendalikan dirinya

33

Neviyarni, Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Berorientasi Khalifah Fil Ardh (Bandung :

Alfabeta, 2009), 80-81.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Bimbingan dan

34

sebagaimana dengan ketentuan yang telah diatur dalam peraturan

sekolah34

Dalam strategi mengambangkan self control siswa, guru

menggunakan strategi melalui keteladanan, pendekatan persuasif dan sikap

tegas. Adanya ketidaksesuaian antara persepsi dan standar nilai yang berlaku

di sekolah yang berlaku di sekolah. Bahwa disini persepsi adalah beberapa

pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan di sekolah adanya

beberapa siswa yang melanggar peraturan sekolah baik saat pelajaran

berlangsung dan saat di luar kelas. Adanya siswa yang melanggar peraturan

sekolah merupakan bentuk siswa yang kurang mempunyai self control.

Karena dalam peraturan sekolah sudah diatur mengenai hal-hal apa saja yang

tidak diperbolehkan dan dilakukan di sekolah.

34

Ika Rahmawati, “Nanik Setyowati, Strategi Guru Dalam Mengembangkan Self Control Siswa Di

SMPN 1 Dlangu Mojokerto”, Jurnal Kajian Moral Dan Kewarganegaraan Vol. 02 No. 03 Thn.

2015.