bab ii landasan teori a. tinjauan tentang bimbingan dan
TRANSCRIPT
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan tentang Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan dan konseling
a. Pengertian Bimbingan
Dalam buku “Bimbingan dan Konseling di Sekolah” karangan
W.S. Winkel S. J, menjelaskan pengertian dari bimbingan sebagai
berikut:
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari
kata “guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang
artinya menunjukkan jalan (showing the way), memimpin
(leading), memberikan petunjuk (giving instruction), mengatur
(regulating), mengarahkan (governing), memberi nasihat
(giving advice). Maka secara umum bisa diartikan suatu
bantuan atau tuntunan.1
Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year’s
Book of Education dalam buku “Bimbingan dan Konseling” karangan
Hallen A., yang menyatakan: “bimbingan adalah suatu proses
membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan
pribadi dan kemanfaatan sosial.”2
Selain definisi di atas, makna bimbingan bisa diketahui melalui
akronim kata “bimbingan” itu sendiri sebagaimana yang tertuang
1W.S. Winkel S. J, BimbingandanKonseling di Sekolah(Jakarta: Grasindo, 1991), 15.
2Hallen A, BimbingandanKonseling(Jakarta: CiputatPers, 2002), 3.
15
dalam buku “Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah
(Berbasis Integrasi)” karangan Tohirin sebagai berikut:
Bimbingan merupakan B (bantuan), I (individu), M (mandiri atau
kemandirian), B (bahan), I (interaksi), N (nasihat), G (gagasan), A
(asuhan), N (norma). Jadi, “bimbingan” bisa berarti: bantuan yang
diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang
dibimbing mencapai kemandirian dengan menggunakan berbagai
bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan
dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang
berlaku.3
b. Pengertian Konseling
Berdasarkan buku “Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah
(Berbasis Integrasi) yang diterbitkan Raja Grafindo Persada, karangan
Tohirin, istilah konseling berasal dari bahasa Inggris sebagai berikut:
Konseling berasal dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus
dikaitkan dengan kata “counsel” yang berarti pemberian nasihat(to
obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take
counsel). Berdasarkan arti tersebut, konseling secara etimologis berarti
pemberian nasihat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.4
Definisi konseling menurut beberapa ahli yang termaktub dalam buku
“Bimbingan dan Konseling” karangan Hallen A. adalah sebagai berikut:
Menurut Schmuller konseling merupakan alat yang paling penting dari
usaha pelayanan bimbingan”. Dikatakan pula oleh Ruth Strang bahwa
“Guidance is breader; counseling is a most importance tool of
guidance”. Sedangkan menurut Rogers mengemukakan sebagai berikut:
“konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu
yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah
lakunya.”5
3Tohirin, BimbingandanKonseling di Sekolahdan Madrasah (BerbasisIntegrasi) (Jakarta: Raja
GrafindoPersada, 2007), 20. 4Ibid.,21-22.
5Hallen A, BimbingandanKonseling(Jakarta : Ciputat Pers, 2002),10.
16
Adapun AmericanPersonnel and Guidance Association (APGA)
sebagaimana yang tertuang dalam buku “Bimbingan dan Konseling di Sekolah
dan Madrasah (Berbasis Integrasi)” karangan Tohirin mendefinisikan konseling
sebagai: “suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara profesional dan
individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan atau biasa
atau konflik atau pengambilan keputusan.”6
Sebagaimana makna bimbingan, makna konseling juga bisa dimaknai dari
akronim kata konseling sebagaimana yang tertera dalam buku “Bimbingan dan
Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi)” karangan Tohirin
adalah sebagai berikut:
Konseling merupakan K (kontak), O (orang), N (menangani), S (masalah),
E (expertatau ahli), L (laras), I (integrasi), N (norma), G (guna). Jadi,
“konseling” bisa berarti: kontak atau hubungan timbal balik antara dua
orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung
oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan
norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.7
Berdasarkan makna bimbingan dan konseling di atas secara terintegrasi
dapat dirumuskan makna bimbingan dan konseling sebagai berikut:
Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan
yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli)
melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara
keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan
menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari
pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap
muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap
masalah konseli sehingga dia mampu melihat masalah sendiri, mampu
menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu
memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.8
6Tohirin, BimbingandanKonseling.,23.
7Ibid., 25.
8Tohirin, BimbingandanKonseling., 25.
17
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Dalam buku “bagaimana konselor bertindak?” karangan endang ertiati,
Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah membantu peserta didik dalam :
a. Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan
masalah yang dilakukan dengan konseling seperti kesulitan belajar,
mengatasi masalah kebiasaan tidak baik.
b. Mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan,
pemilihan dan penyaluran minat dalam pendidikan dan pekerjaan.
c. Mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan emosi dan pemahaman
diri
d. Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yaitu
keluarga, sekolah, masyarakat.
e. Mengembangkan seluruh potensi yang ada dengan optimal
f. Mengatasi kesulitan masalah dari lingkungan yang lebih luas
g. Menyesuaikan diri terhadap keadaan dan tuntutan di dalam
lingkungannya dengan mengikuti norma-norma yang berlaku
h. Memahami kebutuhan-kebutuhan secara realistis
i. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan pribadi dan untuk
kepentingan umum dalam kehidupan bersama.9
Oleh karena itu, layanan tujuan bimbingan dan konseling secara umum
adalah membantu siswa mengenal bakat, minat, kemampuannya serta memilih
dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan
karir yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Sehingga layanan bimbingan
dan konseling menuntut adanya relevansi program pendidikan dengan tuntutan
dunia kerja dalam rangka menjawab tantangan kehidupan masa depan.
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Dalam buku “bagaimana konselor bertindak?” karangan endang ertiati,
Ada lima fungsi bimbingan dan konseling yang dijelaskan oleh sukiman yaitu :
9 Endang Ertiati suhesti, Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap ? (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2012), 8.
18
1) Fungsi pemahaman
Ada dua macam pemahaman, pertama yaitu pemahaman konseli
memahami tentang dirinya sendiri, orang tua, guru dan konselor yang
perlu terlebih dahulu memahami diri konseli yang akan dibantu. Kedua
berkaitan dengan pemahaman pada masalah yang sedang dihadapi
konseli. Pertama-tama konseli perlu memahami masalah yang sedang
dihadapinya, berikutnya pihak-pihak yang terkait.
2) Fungsi pencegahan
Fungsi ini mengupayakan terhindarkannya individu atau konseli dari
akibat yang tidak menguntungkannya, yaitu berasal dari hal-hal yang
berpotensi sebagai sumber permasalahan.
3) Fungsi pengentasan
Fungsi ini sebagai upaya teratasinya berbagai permasalahan konseli
sehingga masalah tersebut tidak menjadi hambatan bagi perkembangan
konseli.
4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi ini untuk memelihara dan mengembangkan potensi individu
dalam dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan, keberagaman.
5) Fungsi advokasi
Fungsi ini untuk membangtu konseli memperoleh pembelaan atas hak
yang kurang diperhatikan.10
Dari kelima fungsi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan
dan konseling itu sangat penting dilihat dari beberapa fungsi yaitu sebagai
pemahaman, pencegahan, pengentasan,pemeliharaan dan pengembangan
dan advokasi.
4. Layanan bimbingan dan konseling
Dalam buku bimbingan dan konseling karangan A. Hallen, Layanan
bimbingan dan konseling disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan
peserta didik. Jenis layanan bimbingan dan konseling diantaranya sebagai
berikut :
10
Endang Ertiati suhesti, Bagaimana Konselor.,9.
19
1) Layanan orientasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang kemungkinan peserta
didik memahami lingkungan (sekolah) yang baru dimasukinya,
dalam rangka mempermudah dan memperlancar berperannya
peserta didikdi lingkungan yang baru itu.
2) Layanan informasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang kemungkinan peserta
didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti
informasi pendidikan, informasi jabatan) yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk
kepentingan peserta didik.
3) Layanan penempatan dan penyaluran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang kemungkinan peserta
didik memperoleh menempatan dan penyaluran yang tepat
(misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok
belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang) sesuai
dengan potensi, bakat dan minat kondisi pribadi.
4) Layanan pembelajaran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang kemungkinan peserta
didik mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar
yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar.11
5) Layanan konseling perorangan
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang kemungkinan peserta
didik mendapat layanan langsung tatap muka (secara perorangan)
dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahan dan pengentasan permasalahan pribadi
yang dideritanya.
6) Layanan bimbingan kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinan
sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika
kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu
(dari guru pembimbing) atau membahas secara bersama-sama
pokok bahasan tertentu yang berguna untuk menunjang
pemahaman dan untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu
maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam
pengambilan keputusan atau tindakan tertentu
7) Layanan konseling kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang kemungkinan peserta
didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
masalah yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah
yang dibahas itu adalah masalah pribadi yang dialami masing-
masing anggota kelompok.12
11
Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta : Ciputat Pres, 2002),81-15. 12
Hallen, Bimbingan dan Konseling., 86-88.
20
Bimbingan dan konseling memiliki banyak layanan, tak hanya
layanan individu dan kelompok, namun mencangkup berbagai macam
layanan yang mencangkup layanan orientasi, informasi, penempatan dan
penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok dan
konseling kelompok. Ruang bimbingan dan konseling itu bukan tempatnya
anak-anak yang bermasalah namun tempatya anak-anak yang mau
mengembangkan prestasinya.
5. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling
1) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran pelayanan
a. Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah melayani semua
siswa, tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama,
dan status sosial ekonomi orang tua.
b. Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah berkenaan
dengan sikap dan perilaku siswa yang terbentuk dari beberapa aspek
kepribadian yang kompleks dan unik.
c. Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai
kebutuhan siswa itu sendiri.
d. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah
bertujuan mengembangkan penyesuaian siswa terhadap segenap
bidang kehidupan dan harus mempertimbangkan berbagai aspek
perkembangan siswa.
e. Perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan dalam
pemberian bantuan kepada para siswa.
2) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan masalah individu (siswa)
a. Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang
menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap
penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya
dengan kontak sosial dan pekerjaan dan sebaliknya pengaruh
lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
b. Keadaan sosial, ekonomi dan politik yang kurang kondusif
merupakan salah satu faktor timbulnya masalah pada diri siswa dan
hal itu menuntut perhatian seksama dari pembimbing (konselor)
dalam memecahkan atau mengentaskan masalah siswa.
21
3) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan
a. Bimbingan dan konseling sekolah dan madrasah harus disusun
secara integral dan sinergi dengan program sekolah (madrasah).
b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan
dengan kondisi sekolah yang bersangkutan, kebutuhan siswa, dan
masyarakat.
c. Program bimbingan dan konseling disusun dan diselenggarakan
secara berkesinambungan dari jenjang pendidikan pendidikan taman
kanak-kanak hingga perguruan tinggi.
d. Pelaksanaan bimbingan dan konseling diadakan evaluasi yang
sistematis untuk mengetahui kesesuaian antara program yang telah
direncanakan dengan pelaksanaannya.
4) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan
a. Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap
individu.
b. Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak
dilakukan oleh klien hendaklah atas kemauan sendiri bukan karena
kemauan atau desakan dari konselor.
c. Permasalahan khusus yang dialami oleh klien harus ditangani oleh
tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan khusus
tersebut.
d. Pelayanan bimbingan dan konseling harus dilaksanakan oleh tenaga
ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus dalam
bidang bimbingan dan konseling.
e. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling harus bekerja sama
antara pembmbing, para guru dan orang tua.13
6. Langkah-langkah Pelaksanaan BK di Sekolah
Langkah-langkah dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling
pada siswa karangan fenti hikmawati yang berjudul “Bimbingan Konseling”,
meliputi :
1) Identifikasi masalah
Pada langkah ini hendaknya diperhatikan guru adalah mengenal
gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa. Apabila
13
Thohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah berbasis Integrasi (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2007), 77-81.
22
siswa menunjukkan tingkah laku berbeda atau menyimang dari
biasanya, maka hal tersebut dapat diidentifikasi sebagai gejala dari
suatu masalah yang sedang dialami oleh siswa.
2) Diagnosis
Pada langkah diagnosis yang dilakukan adalah menetapkan “masalah”
berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya
masalah. Dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data
mengenai berbagai hal yang menjadi latar belakang atau yang melatar
belakangi kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang
menjadi latar belakang gejala yang muncul.
3) Prognosis
Langkah prognosis ini pembimbing menetapkan alternatif tindakan
bantuan yang akan diberikan. Selanjutnya melakukan perencanaan
mengenai jenis dan bentuk masalah apa yang sedang dihadapi
individu.
4) Pemberian Bantuan
Langkah pemberian bantuan ini dilaksanakan dengan berbagai
pendekatan dan teknik pemberian bantuan. Dalam hal ini pembimbing
dituntut kesabarannya untuk bisa membuka hati individu agar mau
menceritakan masalahnya dan menyakinkan hatinya. Oleh sebab itu,
seorang pembimbing hendaknya dapat menumbuhkan transferensi
yang positif, sehingga klien mau memproyeksikan perasaan
ketergantungannya kepada pembimbing (konselor).
5) Evaluasi dan Tindak Lanjut
Evaluasi dapat dilakukan selama proses pemberian bantuan
berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan. Pengumpulan data
dapat dilakukan dengan wawancara, angket, observasi, diskusi,
dokumentasi dan sebagainya. 14
Berdasarkan langkah-langkah pelaksanaan BK disekolah ini berarti
BK mempunyai cara tersendiri untuk mengidentifikasi masalah peserta
didiknya yaitu dengan cara identifikasi masalah, diagnosis, prognosis,
pemberian bantuan, evaluasi dan tindak lanjut.
B. Tinjauan tentang Guru BK
1. Pengertian Guru
Menurut Undang-undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003:
14
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2010), 29-32.
23
Pengertian dari guru atau pendidik adalah tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
melakukan bimbingan dan pelatihan,serta melakukan penelitian
dan pengabdian masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.15
Guru merupakan pengendali muridnya saat ia melaksanakan
pembelajaran di dalam kelas, memberikan bimbingan dan pelatihan
kepada muridnya jika ada murid yang belum faham akan pembelajaran
yang diberikannya.
2. Pengertian Guru BK
Menurut Kathryn Geldard dan David Geldard seorang konselor
adalah : “ seorang yang memberikan dorongan kepada kliennya untuk
melakukan apa yang ingin dilakukan, disamping mendorong mereka
untuk melakukan apa yang terbaik menurut si konselor bagi mereka”.16
Keberadaan guru bimbingan konseling sangatlah penting. Tentu
karena tanpa Guru BK (konselor) proses BK tidak akan bisa terjadi.
Ridwan dalam bukunya Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di
sekolah menyatakan bahwa : “Guru bimbingan dan konseling berperan
sebagai perencanaan, pelaksana, pengelola, pengendali, penilai dan pada
akhirnya menjadi pelopor dari hasil pelaksanaan layanannya.”17
15
Undang-undang SISDIKNAS (Jakarta : Fokusmedia, 2010), 21. 16
Kathryn Geldard dan David Geldard, Membantu Memecahkan Masalah Orang Lain dengan
TeknikKonseling (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), 10. 17
Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah (nan Efektif Bimbingan dan
Konseling diSekolah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 49.
24
Lebih spesifik, dalam ruang lingkup pendidikan yang islami, menurut
Aunur Rahim Faqih, konselor bimbingan konseling seyogyanya adalah orang-
orang yang memiliki kamauan (kompetensi) sebagai berikut :
a. Menguasai ilmu bimbingan dan konseling
b. Memahami (memiliki) wawasan pendidikan. Khususnya yang berkaitan
dengan kegiatan belajar-mengajar (termasuk psikologi pendidikan,
psikologi perkembangan dan lain-lain).
c. Memahami syariah islamiyah secara memadai.18
Tidak diragukan dan tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa konselor
adalah seseorang yang begitu penting artinya bagi klien atau peserta didik,
karena tidak ada yang lebih membahagiakan bagi seseorang selain terlepas dari
gelapnya aura permasalahan.
3. Pentingnya Guru BK
Kehadiran guru bimbingan dan konseling di sekolah dipandang sangat
penting seiring dengan perubahan cara pandang masyarakat pendidikan
terhadap eksistensi seorang guru. Bila dahulu seorang guru mempunyai peran
yang sangat penting dan menjadi pusat dalam proses belajar mengajar di kelas,
kini guru berperan sebagai pendamping yang menemani anak didik
belajaruntuk mencapai kecerdasan dan kedewasaan.
Kehadiran guru bimbingan dan konseling dipandang penting karena
adanya fakta yang tidak bisa dihindari, yakni perbedaan individual. Persoalan
penting lain yang membuat guru bimbingan dan konseling dibutuhkan
18
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam (Jogjakarta : UII Press, 2001), 113.
25
kehadirannya adalah perkembangan kehidupan masyarakat yang berubah
secara dinamis. Perubahan kehidupan masyarakat yang dinamis ini juga diikuti
dengan perubahan berbagai norma hidup yang ada di dalamnya. Keadaan
demikian akhirnya memaksa setiap orang untuk bisa beradaptasi atau bertahan
dalam berbagai perubahan tersebut.
Perkembangan industri dan pesatnya teknologi informasi yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat juga membutuhkan kesiapan dari anak didik agar
tidak ketinggalan zaman dan mempunyai kerier yang baik di kehidupan
mendatang. Di sinilah penting bagi guru bimbingan dan konseling untuk bisa
menemukan sekaligus membantu mengembangkan kemampuan anak didik
agar mempunyai kemampuan dalam menghadapi tantangan kehidupan
mendatang yang mengalami perkembangan industri dan pesatnya teknologi
informasi.19
4. Syarat-syarat Menjadi Guru BK
Betapa pentingnya peran seorang konselor sekolah (guru BK), hingga
iapun juga harus memiliki kredibel yang baik. Arifin dan Eti Kartikawati
seperti yang disitir oleh Tohirin, mengungkapkan bahwa :”petugas bimbingan
dan konseling di sekolah (termasuk madrasah) dipilih atas dasar kualifikasi : 1)
kepribadian, 2) pendidikan, 3) pengalaman dan kemampuan”.20
Syarat-syarat atau kualifikasi tersebut secara lebih jelas tertulis di bawah
ini :
19
Akhmad Muhaimin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013),
54-56. 20
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2007), 199.
26
a. Syarat yang berkenaan dengan Kepribadian
Dalam konteksislam kepribadian ditandai dengan kepemilikan iman,
makrifah, dan tauhid. Juga, dimilikinya aspek moralitas yang baik; seperti
nilai-nilai sopan-santun, adab etika dan tatakrama yang dilandaskan pada
ajaran agama islam.
b. Syarat yang berkenaan dengan Pendidikan
Seorang guru pembimbing atau konselor selayaknya memiliki pendidikan
dan pelatihan tentang bimbingan dan konseling. Pendidikan profesinya yaitu
jurusan bimbingan dan konseling Strata Satu (S1), S2 maupun S3. Juga harus
memiliki ilmu-ilmu tentang manusia dengan berbagai macam problemnya,
ilmu psikologi dan lain sebagainya.
c. Syarat yang berkenaan dengan Pengalaman
Syarat pengalaman bagi calon guru BK setidaknya diperoleh melalui
praktik mikro konseling, yakni PPL bimbingan dan konseling. Pengalaman
hidup pribadi guru bimbingan dan konselor yang mengesankan, juga akan
turut membantu upaya guru pembimbing atau konselor mencarikan
pemecahan masalah siswa.
d. Syarat yang berkenaan dengan Kemampuan
M.D. Dahlan menyatakan bahwa konselor dituntut untuk memiliki
berbagai ketrampilan melaksanakan konseling. Guru pembimbing atau
konselor harus mampu mengetahui dan memahami secara mendalam sifat-
sifat seseorang, daya kekuatan jiwa apakah yang mendorong seseorang
27
berbuat dan mendiagnosis berbagai persoalan siswa, selanjutnya
mengembangkan potensi individu secara positif.21
5. Tugas-Tugas Guru BK
Sarat-syarat menjadi guru BK diatas sangatlah penting dimiliki oleh
seorang konselor atau guru bimbingan konseling. Hal ini dikarenakan tugas
konselor yang sangat rumit dan berfariasi. H.M. Arifin mengungkapkan
tugas-tugas konselor (pembimbing), diantaranya adalah melaksanakan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Menjalin kerjasama dengan murid
b. Menjalin kerjasama dengan orang tua murid
c. Menjalin kerjasama dengan kolega-kolega (rekan-rekan) seprofesi
dan masyarakat.
d. Melakukan promosi-promosi dan hubungan dengan orang lain bagi
kepentingan anak bimbingnya.22
Tugas guru BK diatas harus dilaksanakan sebagai seorang guru BK,
karena itu sudah menjadi tuntutan bagi mereka yang menjadi guru BK yaitu
menjalin kerjasama dengan murid, kerjasama dengan wali murid, kerjasama
dengan masyarakat dan menjalin hubungan yang baik demi kepentingan anak
bimbingnya.
C. Tinjauan tentang Self Control
1. Pengertian Self Control
Self control atau kontrol diri menurut pendapat Chaplin, adalah
kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk
menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif.23
21
Tohirin, Bimbingan dan Konseling., 199-122. 22
H.M. Arifin, Teori-teori Konseling Agama dan Umum (Jakarta : PT. Golden Teryon Press,
2003), 28.
28
Dalam buku Tri Dayaksini & Hudaniah, Pengertian self control atau
kontrol diri adalah kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah
lakunya sendiri dan kemampuan untuk menekankan atau menghambat
dorongan yang ada.24
Sedangkan menurut Goldfried dan Merbaum, sebagaimana yang
telah dikutip oleh Tri Dayaksini & Hudaniah mendefinisikan bahwa : “
kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk mnyusun, membimbing,
mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa
individu kearah konsekuensi positif”.25
Menurut Tri Dayaknini & Hudaniah, kontrol diri merupakan satu
potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses-
proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang
terdapat di lingkungan yang berada di sekitarnya, para ahli berpendapat
bahwa kontrol diri dapat digunakan sebagai suatu intervensi yang bersifat
preventif selain dapat mereduksi efek-efek psikologis yang negatif dari
stresor-stresor lingkungan. Disamping itu kontrol diri memiliki makna
sebagai suatu kecakapan individu dalam kemampuan membaca situasi
diri dan lingkungannya serta kemampuan mengelola dan mengontrol
faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk
menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi dan interaksi sosial.26
23
Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), 316. 24
Tri Dayaksin & Hudaniah, Psikologi Sosial (Malang : UMM Pres, 2003), 74. 25
Ibid.,74. 26
Ibid.,76.
29
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa self
control adalah kemampuan individu untuk menekan, menahan, dan
mengontrol keinginan yang betentangan dengan tingkah laku yang sesuai
dengan aturan atau norma-norma sosial yang dapat diarahkan pada
konsekuensi yang positif seperti mengendalikan perilaku, kemampuan
dalam mengendalikan sebuah kejadian dan kemampuan dalam
mengambil keputusan.
2. Aspek-aspek Self Control
Daniel Goleman mengungkapkan bahwa orang yang mempunyai
kecakapan dalam pengendalian diri akan senantiasa :
a. Mengelola dengan baik perasaan-perasaan impulsif dan emosi-
emosi yang menekan mereka.
b. Tetap teguh, tetap positif, dan tidak goyah bahkan dalam situasi
yang paling berat,
c. Berpikir dengan jernih dan tetap terfokus kendati dalam
tekanan.27
Aspek -aspek kontrol diri yaitu :
a. Kontrol perilaku (behavioral control), yaitu kemampuan untuk
memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.
Kemampuan memodifikasi keadaan yang tidak menyenangkan
terdiri dari kemampuan mengontrol perilaku dan mengontrol
stimulus. Kemampuan mengontrol perilaku adalah kemampuan
untuk mengontrol siapa yang mengontrol situasi atau keadaan.
Kemampuan mengontrol stimulus adalah untuk mengetahui
bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikendaki
muncul.
b. Kontrol kognitif (cognitive control), yaitu kemampuan individu
untuk mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan cara
menginterpretasi, menilai, atau memadukan suatu kejadian
dalam kerangka positif sebagai adaptasi psikologis atau
mengurangi tekanan. Kemampuan untuk mengelola informasi
27
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapaim Puncak Prestasi, terj. Alex Tri Kantjono
Widodo (Jakarta : Pustaka Utama, 1999), 130.
30
yang tidak diinginkan meliputi kemampuan untuk
mengantisipasi peristiwa atau keadaan melalui berbagai
pertimbangan dan kemapuan menafsirkan suatu peristiwa atau
keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara
subjektif.
c. Kontrol keputusan (desicional kontrol), yaitu kemampuan
individu untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada
sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam
menentukan pilihan akan berfungsi dengan adanya suatu
kesempatan kebebasan atau kemungkinan pada diri individu
untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.28
Averill menurunkan aspek-aspek kontrol diri menjadi indikator-
indikator kontrol diri, yaitu :
a. Behavioral control
1. Mampu mengontrol perilaku
2. Mampu mengontrol stimulus
b. Cognitif control
1. Mampu memperoleh informasi
2. Mampu melakukan penialaian dengan cara memperhatikan
segi-segi positif
c. Desicional control
1. Mampu mengambil keputusan berdasarkan pada sesuatu yang
diyakini atau disetujuinya.29
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri
Surya berpendapat bahwa kendali diri mempunyai makna sebagai
daya yang memberi arah bagi individu dalam hidpnya dan bertanggung jawab
terhadap konsekuensi dari perilakunya. Semakin mampu individu
mengendalikan perilakunya, maka semakin mungkin menjalani hidupnya
secara efektif dan terhindar dari situasi yang dapat mengganggu perjalanan
28
Lina Nurlaelasari, Profil Kontrol Diri Peserta Didik dan Implikasinya bagi Bimbingan dan
Konseling (ejournal : Universitas Pendidikan Indonesia, 2013), 5.
29
James R. Averill, “Personal Control Over Aversive Stimuli and Its Relationship to Stress”,
Psichologycal Bulletin, 80 (Oct, 1973), 287.
31
hidupnya. Individu yang kurang memiliki kendali diri disebabkan karena
tidak belajar kecakapan dan pengorbanan untuk mencapai satu tujuan dan
tidak belajar bagaimana untuk menjadi dirinya sendiri. Masalah yang timbul
akibat tidak mampu mengendalikan diri adalah sebagai berikut :
a. Menunjukkan rendahnya disiplin diri
b. Rendahnya kecakapan untuk menata diri sendiri
c. Lebih banyak dikendalikan oleh kesadaran tidak rasional
d. Dikendalikan oleh kekuatan pihak lain yang tidak sehat
e. Lebih banyak dikendalikan oleh pikiran-pikiran orang lain
f. Dikendalikan oleh kebutuhan dan perasaan yang mentah
Ghufron mengemukakan bahwa Faktor -faktor yang
mempengaruhi kontrol diri terdiri dari faktor internal yaitu dalam diri
individu sendiri dan faktor eksternal yaitu dari lingkungan individu.
a. Faktor internal
Faktor internal yang ikut berperan ikut berperan terhadap
kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang,
maka semakin baik kemampuan mengontrol dirinya.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga terutama orangtua menentuka bagaimana
kemampuan mengontrol diri seseorang. Persepsi remaja
terhadap penerapan disiplin orangtua yang semakin demokratis
cenderung diikuti tingginya kemampuan mengontrol dirinya.
Bila orangtua menerapkan disiplin kepada anaknya secara
intens sejak dini dan orang tua tetap konsisten terhadap semua
konsekuensi yang dilakukan anak bila menyimpang dari apa
yang sudah ditetapkan, maka sikap konsisten ini akan
diinternalisasi oleh anak dan kemudian akan menjadi kontrol
diri baginya.30
30
Anggia Meytasari, Kontribusi Kontrol Diri terhadap Kedisiplinan Siswa di Sekolah dan
Implikasinya Bagi Program Bimbingan dan Konseling (Repository.upi.edu : Universitas
Pendidikan Indonesia, 2013),7-8.
32
4. Tujuan Pelaksanaan Self Control
Menurut juntika nurihsan, tujuan utama mengendalikan diri adalah
memperoleh keberhasilan, kemajuan dan kebahagiaan. Bila dilihat dari sudut
pandang agama, tujuan pengendalian diri adalah menahan diri dalam arti luas.
Menahan diri dari belenggu nafsu duniawi yang berlebihan dan tidak
terkendali, atau nafsu batiniah yang tidak seimbang.31
Strategi pengendalian diri antara lain :
1) Ingat terus pada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa mengatur
diri kita
2) Berfikir terlebih dahulu dengan menggunakan akal yang jernih
keuntungan dan kerugian bagi diri kita sebelum melakukan sesuatu
3) Bertanya pada hati nurani kita yang paling dalam kebaikan dan
keburukan yang akan ditimbulkan dari perbuatan kita
4) Bersabar apabila kita terkena musibah
5) Bersabar dalam mengerjakan sesuatu yang diperintahkan tuhan
6) Bersabar dalam menghindari sesuatu yang dilarang tuhan
7) Bersyukur apabila mendapat kenikmatan
8) Berempati pada orang lain.32
D. Tinjauan tentang Upaya Guru dalam Meningkatkan Self Control Siswa
Keberhasilan sekolah sangat tergantung pada kemampuan guru dan
pengelola sekolah menjadi stimulator perkembangan siswa. Sebagai
stimulator perkembangan siswa yang bernuansa islami, lingkungan sekolah
perlu membekali siswa untuk tetap tegar di era globalisasi yang menuntut
kemampuan berkompetisi namun tetap berpegang pada tuntunan agama.
Tujuan penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling terhadap
siswa di sekolah khususnya dalam pengembangan kemampuan belajar siswa
31
Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling (Bandung : Refika Aditama,
2009), 53. 32
Ibid., 54.
33
yaitu mencangkup : (a) pengembangan berbagai ketrampilan belajar siswa,
(b) pelaksanaan pendidikan perbaikan, (c) pelaksanaan program pengayaan
dan (d) pembimbing pada kelompok belajar siswa. Keempat konsep tersebut
didasari dengan konsep agama dan dilakukan melalui kerjasama antara guru
pembimbing dengan guru mata pelajaran. Sebagaimana Aubrey
mengemukakan bahwa :
Counselors need to become consultants to teachers, parents and
administrators by using their knowledge in : (a) human development
(b) career development (c) group process (d) learning theories (e)
school climates (f) human ecology (g) human relations.33
Berkaitan dengan kutipan diatas, jelaslah bahwa tugas guru
pembimbing sangat membutuhkan berbagai macam ketrampilan dan
teknologi dalam bidang konseling, agama, dan pendidikan karena ia harus
bekerjasama dengan siswa dan bahkan dengan guru mata pelajaran serta
kepala sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.
Strategi yang dilakukan guru untuk mengembangkan self control siswa
diantaranya melalui :
1) keteladanan agar tercipta keadilan pada saat penilaian di pelajaran
yang telah diampu, penerapan ini dapat diterapkan saat pelajaran di
kelas ataupun diluar kelas
2) pendekatan persuasif yaitu dengan pendekatan kepada siswa dari
hari ke hati tidak mengedepankan kekerasan dan lebih
memperingatkan dengan cara halus
3) sikap tegas, yang dimaksud sikap tegas disini bukan berarti guru
dapat bebas melakukan apa yang diinginkan tetapi lebih ke arah
tegas kepada siswa agar mampu mengendalikan dirinya
33
Neviyarni, Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Berorientasi Khalifah Fil Ardh (Bandung :
Alfabeta, 2009), 80-81.
34
sebagaimana dengan ketentuan yang telah diatur dalam peraturan
sekolah34
Dalam strategi mengambangkan self control siswa, guru
menggunakan strategi melalui keteladanan, pendekatan persuasif dan sikap
tegas. Adanya ketidaksesuaian antara persepsi dan standar nilai yang berlaku
di sekolah yang berlaku di sekolah. Bahwa disini persepsi adalah beberapa
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan di sekolah adanya
beberapa siswa yang melanggar peraturan sekolah baik saat pelajaran
berlangsung dan saat di luar kelas. Adanya siswa yang melanggar peraturan
sekolah merupakan bentuk siswa yang kurang mempunyai self control.
Karena dalam peraturan sekolah sudah diatur mengenai hal-hal apa saja yang
tidak diperbolehkan dan dilakukan di sekolah.
34
Ika Rahmawati, “Nanik Setyowati, Strategi Guru Dalam Mengembangkan Self Control Siswa Di
SMPN 1 Dlangu Mojokerto”, Jurnal Kajian Moral Dan Kewarganegaraan Vol. 02 No. 03 Thn.
2015.