atika samy kencana(11-062)-peran ekstrak neem terhadap penyakit periodontal
DESCRIPTION
review oral BiologyTRANSCRIPT
PERANAN EKSTRAK MIMBA TERHADAP PENYAKIT PERIODONTAL
Atika Samy Kencana04111004062
Program Studi Kedokteran Gigi, Univesitas Sriwijaya, Indralaya, Sumatera Selatan, Indonesia
ABSTRAK
Neem (Azadirachta indica) is a herbaceous plant that produces fruit with the same
name, widely spread in Indonesia with name “Mimba”. Many benefits are derived
from this plant, they are antimicrobial activity, antipireutic, antigingivitis, antiplaque
and others function. This article reviews the current knowledge of the effect of
Azadirachta indica on the periodontal disease. Extracts of Azadirachta indica
compounds tanin, flavonoid, and saponin that exhibited pronounced activity against
Gram-positive and Gram-negative bacteria. Results of the research showed that Neem
can be used as alternative teurapetic for periodontal disease such as gingivitis and
periodontitis.1 Further research is needed to fully understand the clinical importance
in the prevention and treatment of periodontal disease by Azadirachta indica.
Keywords: Neem, Azadirachta Indica, antimicrobial, antigingivitis, antiplaque
PENDAHULUAN
Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi
sebagai penyangga gigi, terdiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal dan
tulang alveolar. Permulaan terjadinya kerusakan biasanya timbul pada saat plak
bacterial terbentuk pada mahkota gigi, meluas disekitarnya dan menerobos sulkus
gingiva yang nantinya akan merusak gingiva di sekitarnya. Plak menghasilkan
sejumlah zat yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam perkembangan
penyakit periodontal. Peradangan pada gingiva dan perkembangannya pada bagian
tepi permukaan gigi terjadi ketika koloni mikroorganisme berkembang.2,3
Pencegahan dan perawatan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan
menghilangkan etiologi utamanya yaitu plak dan kalkulus. Kalkulus terdiri dari plak
bakteri dan merupakan suatu massa yang mengalami pengapuran, terbentuk pada
permukaan gigi secara alamiah. Plak bakteri merupakan suatu massa hasil
pertumbuhan mikroba yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva bila
seseorang mengabaikan kebersihan mulut. Bakteri yang terkandung dalam plak di
daerah sulkus gingiva mempermudah kerusakan jaringan. Hampir semua penyakit
periodontal berhubungan dengan plak bakteri dan telah terbukti bahwa plak bakteri
bersifat toksik. Bakteri dapat menyebabkan penyakit periodontal secara tidak
langsung dengan jalan meniadakan mekanisme pertahanan tubuh, mengurangi
pertahanan jaringan tubuh, menggerakkan proses immuno patologi.3,4,5
Inflamasi pada jaringan periodontal seperti periodontitis disebabkan oleh
bakteri yang bervariasi. Bakteri yang dominan adalah bakteri anaerob karena
lingkungan yang kondusif untuk pertubuhannya. Berdasarkan penelitian Vytaute
Peciuliene dkk (2008) bakteri yang didapatkan pada periodontitis apikalis kronis
adalah Streptococcus, Enterococci, Laktobasilus, Actinomyces spp,
Peptostreptococci, Candida, dan Eubacterium. Sedangkan penelitian Rocas I.N dan
Siqueira J.F (2008) didapatkan bakteri Osenella uli, Eikenella corrodens,
Porphyromonas endodontalis, Peptostreptococcus, Bakterioides, Eubacterium,
staphylococcus aureus dan Fusobakterium nucleatum.2
Pencegahan dan perawatan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan
menghilangkan etiologi utamanya yaitu plak dan kalkulus yang terdiri dari varian
bakteri. Namun, perawatan dengan pengangkatan plak dan kalkulus saja tidak cukup,
bakteri yang menyebabkan penyakit periodontal juga harus dihilangkan. Maka saat
ini telah dilakukan pengujian peranan tanaman obat Mima terhadap penyakit
periodontal.
Mimba (Azadirachta indica) merupakan tanaman multi fungsi. Menurut
Sukrasno dan Tim Lentera (2003), mimba mempunyai banyak manfaat sebagai
insektisida alami, antimikrobial, antigingivitis, antiplak, spermisida, sabun minyak
mimba dan pelumas minyak mimba.4
MIMBA
Mimba (Azadirachta indica) merupakan tanaman multi fungsi, karenanya
tanaman ini juga dikenal sebagai Wonderful tree. Menurut Sukrasno dan Tim Lentera
(2003), daun dan biji mimba mempunyai banyak manfaat. Biji mimba dapat
dimanfaatkan untuk insektisida alami, fungisida, antibakteri, spermisida, sabun
minyak mimba dan pelumas minyak mimba. Manfaat mimba sebagai insektisida
alami telah banyak dibuktikan dalam beberapa penelitian, namun manfaat biji mimba
sebagai antibakteri belum banyak dikaji peneliti.4,6
Berdasarkan taksonominya mimba tergolong dalam Divisi Spermatophyta,
Anak divisi Angiospermae, Kelas Dycotiledoneae , Anak kelas Monochlamydeae,
Bangsa Rutales, Suku Meliaceae, Anak suku Meliadeae, Marga Azadirachta, dan
Jenis Azadirachta indica. Mimba memiliki beberapa nama lain atau nama daerah,
diantaranya : Nimba (sunda), intaran (Bali dan Nusa Tenggara), mambha atau
mempheuh (Madura) dan sebagainya. 4,6
Sumber: http://bptsitubondo.wordpress.com/2008/06/05/mimba-azadirachta-indica-ajuss-
bag-i/
Mimba merupakan pohon dengan ketinggian 10-15 meter. Mimba terdiri dari
akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Kulit tebal, batang agak kasar, daun
menyirip genap, dan berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan runcing, sedangkan
buahnya merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah mimba dihasilkan dalam
satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya berwarna
kuning, biji bulat, diameter 1cm, ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya
melekat kulit buah berwarna putih. Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena
itu kayunya tidak terdapat dalam ukuran besar. Mimba tumbuh baik di daerah panas,
di ketinggian 1-700 meter dari permukaan laut dan tahan tekanan air.3,6
Daun mimba tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun
majemuk menyirip genap. Anak daun berjumlah genap di ujung tangkai, dengan
jumlah helaian 8-16, tepi daun bergerigi, bergigi, beringgit, helaian daun tipis seperti
kulit dan mudah layu. Helaian anak daun berwarna coklat kehijauan, bentuk bundar
telur memanjang tidak setangkup serupa bentuk bulan sabit agak melengkung,
panjang helaian daun 5 cm, lebar 3-4 cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun
miring, tepi daun bergerigi kasar. Tulang daun menyirip, tulang cabang utama
umumnya hampir sejajar satu dengan lainnya.3,5
Daerah utama tanaman mimba adalah di kawasan Asia Selatan dan Asia
Tenggara. Plasma nutfah tanaman mimba banyak ditemukan di India dan Thailand.
Beberapa ahli berpendapat bahwa mimba merupakan tanaman asli India. Ahli lainnya
menyatakan bahwa mimba tersebar di hutan-hutan diwilayah Asia Tenggara dan Asia
Seletan termasuk Pakistan, Srilanka, Thailand, Malaysia serta Indonesia.4
Tanaman mimba banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat,
Bali dan NTB. Pada umumnya tanaman mimba digunakan sebagai tanaman peneduh
jalan, sering dijumpai di tepi-tepi jalan di kota-kota yang panas dan kering misalnya
Jepara, Rembang, Situbondo dan Pamekasan. Di Indonesia, mimba paling banyak
ditanam di Bali jumlahnya diperkirakan kurang lebih 500.000 pohon. Tanaman
mimba dikenal sebagai “Neeb” dalam bahasa Urdu dan Hindi, “Mimba” dalam
bahasa Sansekerta, “Neeb” dalam bahasa Arab, “Azaddirecsit” dalam bahasa Persia
dan “Margosa” dalam bahasa Inggris. Di Indonesia dikenal sebagai mimba.2,4,5
PENYAKIT PERIODONTAL
Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi
sebagai penyangga gigi, terdiri dari ginggiva, sementum, jaringan ikat periodontal
dan tulang alveolar. Penyakit periodontal merupakan berbagai macam alterasi
patologik pada jaringan periodontal. Penyakit ini mengalam berbagai perubahan
mengenai teori tentang etiologinya. Sebelum tahun 1960 para ilmuan percaya bahwa
penyakit periodontal hanya disebabkan oleh adanya deposit dari kalkulus yang
berperan sebagai iritan mekanis pada jaringan periodontal. Pada tahun 1965-1980
para ilmuwan berpendapat bahwa penyakit periodontal dapat terjadi tidak hanya
akibat dari kalkulus saja, tapi bisa juga akibat akumulasi dari bakteri plak yang ada
di rongga mulut.7-10
Berdasarkan hasil penelitian ilmuwan penyakit periodontal tidak hanya
disebabkan oleh bakteri plak saja, respon dari inang terhadap bakteri plak mempunyai
efek penting dari kerusakan jaringan periodontal, kondisi oral, kebiasaan, penyakit
sistemik, dan faktor genetik juga merupakan faktor resiko dari penyakit periodontal.9
Bentuk umum dari penyakit periodontal adalah gingivitis dan periodontitis,
dua penyakit ini merupakan penyakit yang paling banyak terjadi pada populasi
manusia di dunia. Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan dengan
tanda klinis gingiva berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah tanpa
ditemukan kerusakan tulang alveolar. Gingivitis yang disebabkan oleh plak
merupakan penyakit gingiva yang paling sering terjadi, derajat keparahan dan
lamanya penyakit dipengaruhi oleh interaksi bakteri – sel inang, dan juga faktor
sistemik, pengobatan serta nutrisi.7-9
Periodontitis adalah suatu penyakit peradangan jaringan pendukung gigi yang
disebabkan oleh kelompok mikroorganisme tertentu yang biasanya berasal dari plak
gigi, yang dapat mengakibatkan penghancuran progresif jaringan ikat periodontal dan
tulang alveolar, dengan pembentukan saku, resesi, atau keduanya.7
Periodontitis kronik merupakan tipe periodontitis yang paling sering terjadi,
biasanya terjadi pada orang dewasa, namun dapat juga mengenai anak-anak. Derajat
keparahan dari periodontitis kronik sebanding dengan faktor kesehatan rongga mulut
dan jumlah paparan agen patologik yang ada pada rongga mulut.7-9
Infeksi periodontal dimulai oleh invasi oral patogen yang berkolonisasi pada
biofilm plak gigi pada permukaan akar gigi. Sejalan dengan waktu, bakteri dalam
plak gigi akan menyebar dan berkembang kemudian toksin yang dihasilkan bakteri
akan mengiritasi ginggiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Gingiva
menjadi tidak melekat lagi pada gigi dan membentuk saku yang akan bertambah
dalam sehingga makin banyak tulang dan jaringan pendukung yang rusak. Bila
penyakit ini berlanjut terus dan tidak segera dirawat maka lama kelamaan gigi akan
goyang dan lepas dengan sendirinya.7,8,11
Plak bakteri merupakan suatu massa hasil pertumbuhan mikroba yang melekat
erat pada permukaan gigi dan gingiva bila seseorang mengabaikan kebersihan mulut.
Berdasarkan letak huniannya, plak dibagi atas supra gingival yang berada disekitar
tepi gingival dan plak sub-gingiva yang berada apikal dari dasar gingival.12
Bakteri yang terkandung dalam plak di daerah sulkus gingiva mempermudah
kerusakan jaringan. Hampir semua penyakit periodontal berhubungan dengan plak
bakteri dan telah terbukti bahwa plak bakteri bersifat toksik. Bakteri dapat
menyebabkan penyakit periodontal secara tidak langsung dengan jalan mengganggu
pertahanan jaringan tubuh ataupun menggerakkan proses immuno patologi. 12
Kalkulus terdiri dari plak bakteri dan merupakan suatu massa yang mengalami
pengapuran, terbentuk pada permukaan gigi secara alamiah. Kalkulus merupakan
penyebab terjadinya gingivitis dan lebih banyak terjadi pada orang dewasa, kalkulus
bukan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Faktor penyebab timbulnya
gingivitis adalah plak bakteri yang tidak bermineral, melekat pada permukaan
kalkulus, mempengaruhi gingiva secara tidak langsung.12
PERIODONTOPATIK MIKROORGANISME
Spesies patogen periodontal termasuk Actinobacillus actinomycetemcomitans,
Bacteroides forsythus, Campylobacter rectus, Fusobacterium nucleatum, Prevotella
intermedia / nigrescens, Porphyromonas gingivalis, dan treponema. 13
Banyak bukti menunjukkan peran utama bakteri dalam etiologi baik gingivitis
maupun periodontitis. Studi dari mikroflora ditemukan di sulkus gingiva, atau dalam
poket periodontal dalam berbagai bentuk penyakit periodontal dapat diringkas
sebagai berikut:
(1) Sulkus gingiva yang sehat terdapat mikroflora yang kurang didominasi oleh
organisme gram positif. Ini biasanya spesies Streptococcus dan fakultatif
Actinomyces.
(2) Dengan perkembangan gingivitis, ada peningkatan yang ditandai dalam
jumlah organisme gram-negatif yang meliputi Fusobacterium nucleatum,
Bacteroides melaninogenicus subspesies intermedius dan spesies
Hemophilus. Bersama dengan organisme gram negatif lainnya, terdiri dari
sekitar 45% isolat. Sejumlah besar batang motil dan spirochetes juga terlihat
dalam sampel gingivitis.
(3) Dalam periodontitis, flora terutama terdiri dari batang anaerob gram negatif
(75%). Bacteroides gingivalis, Bacteroides melaninogenicus subspesies
intermedius dan Fusobacterium nucleatum adalah isolat yang paling
menonjol dari lesi berat. 30-50% flora dari lesi ini, sering ditemukan batang
motil dan spirochetes.
(4) Kedalaman mikroflora pocket dalam bentuk lokal dari juvenile periodontitis
juga terutama terdiri dari organisme gram negatif (sekitar 65%). Bukti dari
studi Newman dan Socransky menunjukkan bahwa sejumlah besar dari
isolat dari poket juvenile periodontitis adalah Capnocytophaga. Hanya
sedikit organisme gram negatif yang merupakan anggota penting dari flora
di juvenile periodontitis yang telah diidentifikasi sebagai Actinobacillus
actinomycetemcomitans.13
Prevalensi P. gingivalis, P. intermedia, dan A. actinomycetemcomitans
meningkat seiring kenaikan kedalaman probing dan P. gingivalis meningkat pada
situs bernanah. Terkait dengan nanah, P. gingivalis dan P. intermedia ditemukan di
abses periodontal dan absen dari abses yang diobati. Suhu subgingiva yang lebih
tinggi dikaitkan dengan prevalensi P. intermedia, A. actinomycetemcomitans, dan P.
gingivalis. P. intermedia meningkat pada lokasi molar ketiga yang erupsi dengan
tanda kemerahan, nyeri pada palpasi, dan nanah. Kehilangan tulang alveolar dikaitkan
dengan P. intermedia. 13
P. micros dapat melekat pada sel epitel dan patogen periodontal lainnya,
termasuk P. gingivalis dan F. nucleatum. Sel P. micros juga memiliki kemampuan
untuk mengikat lipopolisakarida A. actinomycetemcomitans pada permukaannya yang
secara signifikan meningkatkan kapasitas mereka untuk menginduksi produksi dari
TNF- α oleh makrofag.14,15
AKTIVITAS ANTIMIKROBIAL
Tanaman mimba mempunyai beberapa kegunaan. Di India tanaman ini
disebut “the village pharmacy”, dimana mimba digunakan untuk penyembuhan
penyakit kulit, penyakit kardiovaskular, demam, antiinflamasi, antibakteri,
antidiabetes, dan insektisida. Daun mimba juga di gunakan sebagai repelan, obat
penyakit kulit, hipertensi, diabetes, anthelmintika, ulkus peptik, dan antifungi. Selain
itu bersifat antibakteri dan antiviral.2,3
Daun Mimba rasanya pahit, berkhasiat sebagai penurun panas (antipiretik)
dan antirematik. Kandungan kimia daun mimba antara lain azachdirichtin, minyak
gliserda, asam asetiloksituranoe, dan senyawa lain untuk mengobati diabetes mellitus,
hepatitis, kanker, liver, eksim dan penambah nafsu makan. Daun Mimba juga
mengandung bahan aktif flavonoida, triterpenoid, glokosida, dan senyawa antivirus. 2,4
Daun dan kulit Azadirachta indica mengandung saponin, disamping itu
daunnya juga mengandung flavonoida dan tanin. Akibat kerja dari flavonoid, tanin,
dan saponin yang terdapat dalam daun mimba, menyebabkan rusaknya membran
sitoplasma Staphylococcus aureus. Rusaknya membran sitoplasma menyebabkan ion
anorganik yang penting, nukleotida, koenzim, dan asam amino merembes keluar sel,
serta mencegah masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi yang diperlukan bakteri
untuk menghasilkan energi. 2,3,5
Tanin yang dikandung mimba merupakan kelompok derivat dari fenol yang
mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Toksisitas tanin
dapat merusak membran sel bakteri, dengan mengkerutkan dinding sel atau membran
sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya
permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya
terhambat atau bahkan mati. Efek antibakteri tanin antara lain melalui: reaksi dengan
membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik.24
Adanya tanin sebagai antibakteri akan mengganggu sintesa peptidoglikan sehingga
pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna. Keadaan ini akan menyebabkan
sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik sehingga sel bakteri
menjadi mati. Mekanisme kerja tanin sebagai antimikroba berubungan dengan
kemampuan tanin dalam menginaktivasi adesin sel mikroba (molekul yang menempel
pada sel inang) yang terdapat pada permukaan sel. Tanin yang mempunyai target
pada polipeptida dinding sel akan menyebabkan kerusakan pada dinding sel, karena
tanin merupakan senyawa fenol. Jika terbentuk ikatan hidrogen antara tanin dengan
protein, terutama pada pH mendekati isoelektrik (4-5) kemungkinan protein yang
terendapkan. Fenomena ini dikenal dengan denaturasi protein. Jika protein dari
bakteri terdenaturasi, enzim akan inaktif sehingga metabolisme bakteri terganggu
yang berakibat pada kerusakan sel.2,16,17
Tanin juga berfungsi sebagai desinfektan yang mampu menghambat
pertumbuhan organisme (bakteriostatik) dan mampu mematikan suatu organisme.
Adapun fungsi tanin yaitu sebagai pelindung dehidrasi, proses pembusukan, dan
mengurangi pembengkakan. Pada kadar tanin yang tinggi, tanin mempunyai arti
pertahanan pada tumbuhan yaitu mengusir hewan pemangsa tumbuhan. Di dalam
tumbuhan, letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma sehingga apabila
hewan memakan tumbuhan yang mengandung tanin, maka reaksi penyamakan akan
terjadi. Reaksi penyamakan inilah yang akan menyebabkan jaringan pada hewan akan
rusak. Oleh karena itu, sebagaian besar tumbuhan yang mengandung tanin dihindari
oleh herbivora karena rasanya yang sepat.2
Flavonoid adalah salah satu grup dari polifenol alami yang terdiri dari 3000
struktur yang mempunyai inti flavon C-15 yang sama yaitu dua cincin benzene (A
dan B) yang berikatan dengan oksigen. Efek medicinal dari flavonoid mencakup efek
meningkatkan integritas vaskuler, anti trombotik, vasodilator, antivirus. Fenol dan
banyak senyawa fenolik merupakan unsur-unsur antibakteri yang kuat. Pada
konsentrasi yang biasa digunakan, fenol dan derivatnya menimbulkan denaturasi
protein. Dari kandungan flavonoidnya inilah, daun mimba (Azadirachta indica A.
Juss) dapat digunakan sebagai antimikroba.2
Flavonoid memiliki kemampuan dalam membentuk senyawa kompleks
terhadap protein extraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri,
sehingga menghambat sintesis asam nukleat bakteri sehingga inti sel bakteri tidak
dapat terbentuk yang akhirnya membuat bakteri mati tanpa dapat diperbaiki lagi.
Flavonoid merupakan senyawa fenol sementara senyawa fenol dapat bersifat
koagulator protein.18
Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin.
Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid atau saponin triterpenoida. Saponin
tersebar luas di antara tanaman tinggi. Saponin merupakan senyawa berasa pahit
menusuk, menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput
lendir. Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir darah merah lewat reaksi
hemolisis.2,5
Saponin bisa berfungsi sebagai anti fungal dan anti bakteri yang akan merusak
membran sitoplasma dan membunuh sel. Saponin memproduksi cytokines seperti
interleukin dan interferons yang berperan dalam efek imunostimulan. Interleukin
dan interferons akan bereaksi dengan antigen (benda-benda asing) yang masuk ke
dalam tubuh.23
Pada nimba terdapat zat aktif azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin, dan
nimbidin. Zat aktif nimbidin berfungsi sebagai antrimikroorganisme, seperti
antivirus, antibakteri, dan fungisida. Nimbidin ini merupakan zat aktif yang paling
banyak terdapat dalam daun nimba.19
Kemungkinan mekanisme anti inflamasi mimba adalah dengan menghambat
prostaglandin E dan 5 HT dan dengan demikian mengurangi peradangan. Tindakan
antibakteri dapat dijelaskan dengan azadiachtin yang dikenal untuk menghancurkan
dinding sel bakteri dan dengan demikian pasti menghambat pertumbuhan bakteri,
juga pemecahan dinding sel mengganggu tekanan osmotik dan menyebabkan
kematian sel. 20
ANTIGINGIVITIS DAN ANTIPLAK
Meskipun chlorhexidine telah ditemukan pada tahun 1950-an, namun masih
dianggap salah satu agen antiplak yang paling efektif dalam kedokteran gigi. Namun,
penggunaan jangka panjang chlorhexidine dibatasi oleh rasa yang tidak enak dan
kecenderungan untuk menodai warna gigi menjadi coklat. Oleh karena itu, efektivitas
ekstrak daun Azadirachta indica terhadap pembentukan plak dikaji untuk pengobatan
berbagai penyakit manusia, terutama terhadap penyakit yang berasal dari bakteri dan
jamur. Formulasi baru dengan khasiat yang sama atau leih unggul dan mungkin
beberapa efek jangka panjang perlu diselidiki. Obat kumur ekstrak A. indica
dirumuskan bersama dengan pemanis dan perasa sehingga dapat meningkatkan
kooperatif pasien. 20
Data dari penelitian yang dilakukan Anirban Chatterjee et al menunjukkan
bahwa obat kumur A. indica sama efektif dalam mengurangi indeks periodontal
seperti chlorhexidine. Dosis pengobatan diterapkan setelah sarapan dan setelah
makan siang. Penurunan aliran saliva pada waktu malam hari dapat dikaitkan juga
dalam keberhasilan menurunkan indeks plak dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan yang signifikan pada gingival index,
bleeding index, dan plaque index selama 21 hari. Hasil studi mereka juga konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Botelho et al yang melaporkan bahwa A.
indica berbasis obat kumur sangat berkhasiat dan dapat digunakan sebagai terapi
alternatif dalam pengobatan mulut dengan penyakit periodontal. Studi tertentu juga
telah membuktikan bahwa ekstrak mimba menyebabkan penurunan yang lebih baik
dalam indeks plak dan bakteri. 20,21
Keterangan: Gambar. Pasien Neem pada awal; Gambar. Pasien Neem pada hari ke-7;
Gambar. Pasien Neem pada hari ke-21 20
KESIMPULAN
Mimba mengandung tanin, flavonoid, dan saponin serta azadiachtin seagai
antimkroial, antigingivitis dan antiplak dengan cara merusak dinding sel maupun
memran sitoplasma bakteri serta menghambat sintesis asam nukleat bakteri, sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri bahkan dapat menyebabkan kematial sel bakteri.
0,19% Azadirachta indica (mimba) memiliki properti anti-inflamasi yang
signifikan. Dengan demikian, dapat digunakan sebagai tambahan untuk terapi
mekanis dalam mengobati plak yang menginduksi gingivitis. Penelitian mengenai
mimba ini memiliki dampak penting dalam rangka menciptakan sebuah intervensi
kesehatan mulut yang efektif dan murah bagi masyarakat sosio-ekonomi rendah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chatterjee A, Saluja M, Singh N, Kandwal A. To evaluate the antigingivitis
and antipalque effect of an Azadirachta indica (neem) mouthrinse on plaque
induced gingivitis: A double-blind, randomized, controlled trial. J Indian Soc
Periodontol 2011;15:398-401
2. Antony VV. 2006. Evaluation of the efficacy of Azadirachta indica (neem)
extract gel as a local drug delivery in the Treatment of patients with chronic
periodontitis – A double blind randomised clinical trial. J.S.S. Dental College
& Hospital
3. Rukmana. 2003. Mimba Tanaman Penghasil Pestisida Alami. Jakarta:
Kanisius.
4. Sukarsono. 2003. Mimba Tanaman Obat Multifungsi. Jakarta: AgroMedia.
5. Kardinan dan Ruhnayat. 2003. Mimba (Azadirachta indica A.Juss) Tanaman
Multi Manfaat. Perkembangan Teknologi TRO Vol. XV, No. 1.
6. Ambarwati. Efektivitas Zat Antibakteri Biji Mimba (Azadirachta indica) untuk
Menghambat Pertumbuhan Salmonella thyposa dan Staphylococcus aureus. J
Biodiversitas 2007:8:320-5
7. Cotti Elisabetta, Dessi Cristina, Piras Alessandra, Mercuro Guiseppe. Can a
chronic dental infection be considered a cause of cardiovasculer disease?. A
Review of The Literature. International Journal of Cardiology.; 2010
8. Anthony WJ. Community Dental Health, Third Edition: 152
9. Goucher, Jhon. Foundation of Periodontics for the Dental Hygienist.
Lippincot Williams & Wilkins; 2007
10. Lamnont, Richard. J. Oral Microbiology and immunology. ASM press; 2006
11. Rose LF, Mealey BL. Periodontics: medicine, surgery, and implants. Saint
Louis: Elsevier Mosby; 2004
12. Carranza FA, Jr.: Glickman's Clinical Periodontology, Sixth Edition,
Philadelphia, London, W. B. Saunders Company, 2003.
13. Sharma S. 2009. To evaluate the efficacy of soluneem (a water soluble neem
formulation from Azadirachtin indica) against periodontopathic
microorganisms-an in vitro microbiological study. D.A.Pandu Memorial
R.V.Dental College
14. K. Ljiljana, M. Jelena, I. Marija, O. Radmila. Microbial Etiology of
Periodontal Disease: Review Medicine and Biology. 2008; 15:. 1 – 6
15. Dumitrescu, Alexandrina L. 2010. Etiology and Pathogenesis of Periodontal
Disease. New York: Springer
16. Sari, FP. 2009. Ekstraksi Zat Aktif Antimikroba dari Tanaman Yodium
(Jatropha Multifida Linn) sebagai Bahan Baku Alternatif Antibiotik Alami.
Universitas Diponegoro.
17. Naim, 2004. Senyawa Antimikroba dari Tumbuhan. Fkh dan Sekolah
Pascasarjana Ipb.
18. Ajizah, A., 2004, Sensitivitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak
Daun Psidium Guajava L. Bioscientiae, Vol. 1, No. 1 : 31-8.
19. Kardinan A dan Ruhayat A. 2003. Mimba, Budidaya dan Pemanfaatan.
Jakarta:Penebar Swadaya
20. Chatterjee A, Saluja M, Singh N, Kandwal A. To evaluate the antigingivitis
and antipalque effect of an Azadirachta indica (neem) mouthrinse on plaque
induced gingivitis: A double-blind, randomized, controlled trial. J Indian Soc
Periodontol 2011;15:398-401
21. Botelho MA, et al. Efficacy of a mouthrinse based on leaves of the neem tree
(Azadirachta indica) in the treatment of patients with chronic gingivitis: A
double-blind, randomized, controlled trial. J Med Plants Res 2008;2:341-6.