arab spring in tunisia

2

Click here to load reader

Upload: akbar

Post on 11-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

proses terjadinya revolusi di Tunisia pada 2011 pada saat pemerintahan Ben Ali di mana salah satu yang menjadi indikasi terjadinya demonstrasi besar-besaran pada 2011 adalah besarnya angka pengangguran, lesunya perekonomian Tunisia, korupsi dll

TRANSCRIPT

  • Nama : Akbar Kurniadi (1112113000092)

    Prodi/Smst : Hubungan Internasional/ 6 C

    Matkul : Studi Kawasan Afrika dan Timur Tengah

    Review Artikel:

    Under the Emperors Neoliberal Clothes! Why the International Financial Institutions Got it Wrong in Tunisia. In Genealogies of Dissent: The Making of the Tunisian Revolution by Emma C. Murphy (Gana: Nouri Indiana University Press, 2013).

    Tindak korupsi, banyaknya pengangguran, dan buruknya sistem pemerintahan di

    bawah kepemerintahan otoriter Ben Ali selama hampir 24 tahun di Tunisia seakan sudah

    tidak dapat membendung kemarahan rakyat Tunisia. Akhirnya terjadi serangkaian unjuk

    rasa yang berlangsung di berbagai kota di Tunisia yang membuat Presiden Zine El Abidine

    Ben Ali mundur dari jabatannya pada 14 Januari 2011. Pengunjuk rasa memprotes

    kenaikan harga pangan dan bahan bakar, pengangguran, korupsi, dan kebebasan berbicara.

    Masyarakat memberontak sebagai bentuk tuntutan mereka terhadap pemerintah yang

    seakan tidak bisa lagi bahkan mengenyampingkan kebutuhan masyarakatnya. Terlihat dari

    tingkat pengangguran Tunisia yang tinggi, dan para lulusan-lulusan sarjana yang tidak bisa

    mendapatkan pekerjaan yang layak merujuk kepada tingkat kesejahteraan masyarakat

    Tunisia yang memburuk.

    Selama masa pemerintahan Zine El Abidine Ben Ali, tercatat bahwa terjadi

    peningkatan kestabilan politik dan peningkatan kesejahteraan dengan mengembangkan

    program pembangunan. Data statistik menunjukkan bahwa selama masa pemerintahan Ben

    Ali tercapai prestasi berupa peningkatan pendapatan per kapita, penurunan tingkat

    kemiskinan, peningkatan angka harapan hidup, dan pengendalian peningkatan jumlah

    penduduk. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut, program pembangunan yang

    dicanangkan dan dilaksanakan dalam masa pemerintahan Ben Ali sudah terbukti berhasil

    engan didukung data yang menyatakan bahwa pada tahun 2002-2008 terjadi pertumbuhan

    GDP melampaui 4.6% sehingga terjadi peningkatan standar hidup yang menunjukkan

    keseimbangan kebijakan sosial dan pendekatan ekonomi yang humanis. Angka harapan

    hidup meningkat dari 67 tahun pada 1984 menjadi 74,6 tahun pada 2008. Pertumbuhan

    penduduk berhasil dikendalikan dari 2,34 persen tahun 1967 menjadi 1,09 persen tahun

    2008. Demikian juga income per kapita rata-rata meningkat dari 960 dinar tahun 1986

    menjadi 4.847,2 dinar tahun 2008.

    Data-data tersebut di atas menunjukkan bahwa Tunisia meraih prestasinya pada

    masa masa pemerintahan Ben Ali. Namun, pada kenyataannya, di balik prestasi yang diraih

    oleh pemerintah, terjadi gejolak di tengah masyarakat yang merasa diperlakukan tidak

    selayaknya oleh para elit pemerintahan. Rakyat Tunisia merasa bahwa kebebasan pers telah

    dibatasi dan telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia oleh aparat pemerintahan. Selain

  • itu, secara ekonomi, masyarakat merasa bahwa peningkatan perekonomian di Tunisia tidak

    membawa dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat Tunisia. Justru

    jurang kesenjangan yang terdapat antara kaum kelas atas dan masyarakat kelas bawah

    semakin lebar, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin melarat. Hal ini dirasa

    sebagai ketidakadilan yang diterima masyarakat. Selain itu, masyarakat juga menyadari

    bahwa sebagian besar perusahaan, sekolah, pusat perbelanjaan, dan lahan bisnis lain

    dikuasai dan dimonopoli oleh Ben Ali dan keluarga. Looking at 220 companies owned

    by family members that were seized by Tunisian authorities after the regime fell, the World

    Bank determined that while the firms accounted for only three percent of economic output,

    they controlled 21 percent of net private sector profits.

    Selain itu, masyarakat Tunisia merasakan bahwa terjadi peningkatan pengangguran

    di tengah masyarakat. The number of unemployed people increased to 700.000, compared

    with fewer than 500.000 at the end of 2010. As a result, the unemployment rate reach 17

    percent, compared with 14 percent before the revolution. Bahkan, pada masa menjelang

    penggulingan pemerintahannya, terjadi peningkatan pengangguran yang luar biasa tinggi

    karena adanya kesenjangan antara ketersediaan lapangan pekerjaan dengan jumlah calon

    pekerja. Hal ini, menjadikan Tunisia, di mata dunia, sebagai negara dengan perkembangan

    perekonomian yang baik, padahal pada kenyataannya peningkatan perekonomian tersebut

    tidak mewakili seluruh level masyarakat di Tunisia.

    Selain itu, kebijakan Ben Ali pada masa pemerintahannya tersebut dibarengi

    dengan kian dalamnya kesenjangan ekonomi. Program pemerintahan Ben Ali

    menyebabkan orang kaya menjadi semakin kaya dan orang miskin semakin bertambah

    miskin. Yang terjadi di Tunisia adalah kekuasaan milik keluarga Ben Ali yang menguasai

    bisnis dan perekonomian Tunisia. Berdasarkan seluruh penjabaran data-data statistik

    mengenai pencapaian yang berhasil diraih oleh pemerintahan Ben Ali dengan dikaitkan

    dengan kondisi masyarakat Tunisia secara keseluruhan, maka dapat dilihat bahwa telah

    terjadi monopoli kekuasaan yang dilakukan oleh sang pemimpin diikuti dengan korupsi

    besar-besaran yang dilakukan oleh Ben Ali dan keluarga. Hal ini membuat tidak meratanya

    peningkatan perekonomian yang dapat dirasakan oleh masyarakat Tunisia secara

    keseluruhan.

    Penulis berpendapat bahwa Gagalnya pemerintahan Ben Ali dalam membawa

    kestabilan yang berkelanjutan bagi masyarakat Tunisia menunjukkan adanya masalah

    internal yang disebabkan adanya bad leadership. Bad leaders yang dalam hal ini ditujukan

    pada Ben Ali dan jajaran pemerintahannya, mengelola pemerintahan Tunisia dengan

    ketidakadilan, otoritarianisme, dan kekuasaan yang berpusat pada satu pihak, sehingga

    menyebabkan masyarakat merasakan tekanan, ketidakbebasan, dan hidup dalam

    ketidakpastian ekonomi. Dan permasalahan ekonomi (economic problem), cepat atau

    lambat akan menjadi pemicu terjadinya konflik internal.