aplikasi geologi dan geofisika untuk …digilib.unila.ac.id/56060/3/skripsi full tanpa bab...
TRANSCRIPT
APLIKASI GEOLOGI DAN GEOFISIKA UNTUK PENGEMBANGANGEOWISATA PULAU SEKEPAL DAN PULAU MENGKUDU DI DESA
TOTOHARJO, KECAMATAN BAKAUHENI, KAPUBATEN LAMPUNGSELATAN
(Skripsi)
Oleh
NANA MAULANA
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
2019
i
ABSTRACT
GEOLOGICAL AND GEOPHYSICAL APPLICATIONS FORGEOTOURISM OF SEKEPAL ISLAND AND MENGKUDU ISLAND IN
TOTOHARJO VILLAGE, BAKAUHENI DISTRICT, SOUTH LAMPUNGREGENCY
By:
NANA MAULANA
Geotourism is a natural tourism activity that focuses on the geological appearanceof the earth's surface in order to encourage understanding of the environment andculture, appreciation and conservation and local wisdom. Totoharjo Village is avillage located in Bakauheni District, South Lampung Regency, LampungProvince. Totoharjo Village has geotourism potential located on Sekepal Island,Mengkudu Island and Batu Lapis Beach. To support the geotourism potential,especially the provision of clean water, geological surveys and geoelectric surveyshave been carried out. Based on the results of the geological and geoelectricsurveys, 22 sites consisting of 19 geotourism sites and 3 non-tourism sites wereobtained. Based on the results of the 1D geoelectric survey, in Mengkudu Island,there was a low resistivity area at a depth of 5 m which indicated sea waterintrusion. Based on the results of the 3D geoelectric survey, the distribution ofgroundwater is known to be the value of the medium resistivity range 0 - 2.5 ohmsshown in blue to light blue. While the distribution of rocks is known that themedium resistivity value range 126-250 ohmm is shown in yellow to red. Thedistribution of groundwater and rocks can be found at a depth of 20 m. Based onthe results of the SWOT analysis, for the development of geotourism in the villageof Totoharjo, Bakauheni Subdistrict, South Lampung Regency, there still needs tobe development of supporting infrastructure on Geotourism objects, managementof tourism management by the community and local government, and activecommunity role in nature conservation.
Keywords: Geology, Geotourism, Resistivity Method, Tourism
ii
ABSTRAK
APLIKASI GEOLOGI DAN GEOFISIKA UNTUK PENGEMBANGANGEOWISATA PULAU SEKEPAL DAN PULAU MENGKUDU DI DESA
TOTOHARJO, KECAMATAN BAKAUHENI, KAPUBATEN LAMPUNGSELATAN
Oleh :
NANA MAULANA
Geowisata adalah kegiatan wisata alam yang berfokus pada kenampakan geologispermukaan bumi dalam rangka mendorong pemahaman akan lingkungan hidupdan budaya, apresiasi dan konservasi serta kearifan lokal. Desa Totoharjomerupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Bakauheni, KabupatenLampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Totoharjo memiliki potensi geowisatayang terletak di Pulau Sekepal, Pulau Mengkudu dan Pantai Batu Lapis. Untukmendukung potensi geowisata tersebut khususnya pengadaan air bersih, telahdilakukan survei geologi dan survei geolistrik. Berdasarkan hasil survei geologidan geolistrik, diperoleh 22 situs yang tediri dari 19 situs geowisata dan 3 situsnon geowisata. Berdasarkan hasil survei geolistrik 1D, di Pulau Mengkudumenunjukkan adanya daerah resistivitas rendah pada kedalaman 5 m yangdiindikasikan terjadi intrusi air laut. Berdasarkan hasil survei geolistrik 3D,persebaran air tanah diketahui nilai resistivitas sedang kisaran 0 – 2,5 ohmmditunjukkan dengan warna biru sampai biru muda. Sedangkan persebaran batuandiketahui nilai resistivitas sedang kisaran 126 – 250 ohmm ditunjukkan denganwarna kuning sampai merah. Persebaran air tanah dan batuan dapat dijumpai padakedalaman dari permukaan 20 m. Berdasarkan hasil analisis SWOT, untukpengembangan geowisata di Desa Totoharjo, Kecamatan Bakauheni, KabupatenLampung Selatan masih harus perlu dilakukan pengembangan infrastrukturpenunjang pada objek Geowisata (geotourism), pengelolaan managemenpariwisata oleh masyarakat maupun pemerintah daerah, serta peranan masyarakatsecara aktif dalam konservasi alam.
Kata kunci : Geologi, Geowisata, Metode Resistivitas, Pariwisata
APLIKASI GEOLOGI DAN GEOFISIKA UNTUK PENGEMBANGANGEOWISATA PULAU SEKEPAL DAN PULAU MENGKUDU DI DESA
TOTOHARJO, KECAMATAN BAKAUHENI, KAPUBATEN LAMPUNGSELATAN
Oleh
NANA MAULANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
pada
Jurusan Teknik Geofisika
Fakultas Teknik Universitas Lampung
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
2019
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Way Jepara, pada tanggal 08 Juli
1996, anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Ma’mun dan Ibu Atiah Erniati. Penulis menempuh
pendidikan dimulai sejak Taman Kanak-kanak (TK)
Muslimin Labuhan Ratu diselesaikan pada tahun 2002,
Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Braja Sakti, Kec. Way Jepara
Kab. Lampung Timur diselesaikan pada tahun 2008, pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Way Jepara Kab. Lampung Timur diselesaikan
pada tahun 2011, pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Way
Jepara Prov. Lampung diselesaikan pada tahun 2014. Selama di SMA, Penulis
tercatat aktif di Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai Wakil Ketua Bidang
Teknologi, Informasi dan Komunikasi pada tahun 2011-2012, Wakil Ketua Umum
OSIS SMA Negeri 1 Way Jepara pada tahun 2012-2013, Ketua Umum Majelis
Perwakilan Kelas (MPK) SMA Negeri 1 Way Jepara pada tahun 2013-2014 dan
Sekretaris Forum OSIS Lampung Timur pada tahun 2013-2014. Pada tahun 2014
sampai sekarang sebagai Wakil Ketua Angkatan 2014 di Ikatan Alumni
Smansawara (IKASWARA). Selain itu, Penulis tercatat sebagai Finalis 10 besar
Karya Tulis Ilmiah Populer dalam acara Pesta Sains di Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2012.
viii
Juara 1 Karya Tulis Ilmiah Pertanian tingkat Provinsi Lampung pada tahun 2012
dan menjadi perwakilan SMA Negeri 1 Way Jepara dalam acara Astra Honda Motor
Best Student pada tahun 2012 dan tahun 2013 di Provinsi Lampung.
Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Teknik Geofisika,
Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui Jalur Masuk SNMPTN. Selama
menjadi mahasiswa, Penulis telah terdaftar dan aktif dalam bidang akademik dan
kegiatan kemahasiswaan di Universitas Lampung.
Dalam bidang kemahasiswaan di Universitas Lampung, Penulis terdaftar sebagai
Kepala Bidang Sosial Budaya Masyarakat HIMA TG Bhuwana Periode 2016-2017,
Staff Keuangan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Teknik Universitas
Lampung, Head of Course Division AAPG (American Association Petroleum
Geologist) dan Internal Division Staff SEG (Society Exploration Geophysics)
Student Chapter Lampung University. Penulis juga mengikuti kegiatan Ekternal
Kemahasiswaan Universitas Lampung sebagai Wakil Kepala Divisi Eksternal
Himpunan Mahasiswa Geofisika Indonesia (HMGI) Wilayah 1 (Sumatera) Periode
2016-2017 dan sebagai Wakil Ketua Umum Pusat Himpunan Mahasiswa Geofisika
Indonesia (HMGI) Periode 2017-2018. Penulis juga pernah menjadi Voluenteer
Earth Hour Lampung dan LindungiHutan Lampung di bidang Lingkungan Hidup
pada tahun 2017, Student Volunteer Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Himpunan
Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) di Lampung pada tahun 2016 dan Joint
Convention Malang (JCM) Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) di Malang
pada tahun 2017.
ix
Penulis juga merupakan mahasiswa penerima Beasiswa Karya Salemba Empat
(KSE) dari Tahun 2016 sampai dengan lulus. Di Paguyuban Karya Salemba Empat
(KSE) Universitas Lampung, penulis sebagai Kepala Divisi Komunikasi dan
Informasi Periode 2017-2018. Pada tahun 2019 ini, penulis merupakan Founder
dari Lembaga Gebyar Pelajar Lampung yang bergerak di Bidang Pendidikan,
Founder Geowisata Lampung yang bergerak di Bidang Keilmuan dan Pariwisata.
Owner Lucky Desain yang bergerak di Bidang Desain Grafis. Selain itu, Penulis
merupakan Ambassador BPJS Ketenagakerjaan mewakili Provinsi Lampung.
Dalam bidang akademik, Penulis telah mengikuti Workshop & Fieldtrip Geofisika
di Lapangan Panasbumi Ulubelu pada tanggal 1-9 Mei 2017. Penulis melakukan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Gaya Baru IV, Kecamatan Seputih Surabaya,
Kabupaten Lampung Tengah pada bulan Januari- Februari 2017. Penulis
melakukan Kerja Praktik (KP) di perusahaan JOB Pertamina-Talisman Jambi
Merang, Jakarta Selatan pada bulan Maret tahun 2017 dengan tema “Inversi
Impedansi Akustik (IA) untuk Karakterisasi Reservoar pada Lapangan
“NAMA-09” Sub-Cekungan Jambi”. Pada bulan November hingga Desember
tahun 2018, Penulis melakukan penelitian Tugas Akhir (TA) di Desa Totoharjo,
Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. Akhirnya, Penulis berhasil
menyelesaikan Tugas Akhir (TA) dan Pendidikan Sarjana pada tanggal 19 Februari
2019 dengan judul “Aplikasi Geologi dan Geofisika untuk Pengembangan
Geowisata Pulau Sekepal dan Pulau Mengkudu di Desa Totoharjo,
Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan”.
x
HALAMAN PERSEMBAHAN
Aku persembahkan Karyaku ini untuk
Allah SWT
Kupersembahkan Karya ini untuk kedua Orangtua tercinta yang luar biasa
Ma’mun&
Atiah Erniati
Keluargaku tercinta
Mu’arif Lukmana&
Keluarga Besar Hi. M. Muchtar dan Hi. Syamhudi
xi
MOTTO
“Man Jadda Wajada wa Man Saaro’ Alard-darbi Washola wa Man Shabara
Zafira”“Siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan berhasil, dan Siapa yang berjalan pada
lintasan yang benar, maka dia akan sampai di tujuan yang benar, dan Siapa yang
bersabar, akan beruntung”
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau
telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain). Dan
hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”
(Q.S. Al Insyirah : 6-8)
“Pertama, mereka mengabaikan anda. Kemudian, mereka tertawa pada anda.
Berikutnya, mereka melawan anda. Lalu, anda menang”
(Mahatma Gandhi)
"Hidup itu memang terkadang rumit, namun serumit apapun kehidupan ini tetap
harus kita jalani, karna Tuhan punya rencana dibalik semua ini,"
(Jefri Al Buchori)
“The only way to di great work is to love what you do”
(Steve Paul Jobs)
“Kesenangan dalam sebuah pekerjaan membuat kesempurnaan pada hasil yang dicapai”
(Aritoteles)
“ Buatlah hidupmu lebih berguna bagi lingkungan di sekitarmu! ”
(Nana Maulana, S.T.)
xii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah melimpahkan
segala rezeki, petunjuk, dan ilmu kepada penulis, sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu untuk nabiNya yakni
Muhammad S.A.W.
Skripsi yang berjudul “Aplikasi Geologi dan Geofisika untuk
Pengembangan Geowisata Pulau Sekepal dan Pulau Mengkudu di Desa
Totoharjo, Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan” .
Skripsi ini merupakan syarat untuk menyelesaikan studi Strata-1 (S1)
Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan bermanfaat untuk
penambahan ilmu dimasa yang akan datang. Penulis menyadari bahwa penyusunan
skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Demikianlah kata pengantar yang dapat disampaikan, apabila ada salah
kata, saya mengucapkan mohon maaf dan kepada Allah SWT saya mohon ampun.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
Nana Maulana
xiii
SANWACANA
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Alhamdulillahi Rabbil’alamin, rasa syukur penulis haturkan kepada Allah SWT
asat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Aplikasi Geologi dan Geofisika untuk Pengembangan
Geowisata Pulau Sekepal dan Pulau Mengkudu di Desa Totoharjo,
Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan” dengan baik dan benar.
Banyak pihak yang terlibat dalam memberikan kontribusi ilmiah, spiritual, dan
informasi baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya
Skripsi ini. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Allah S.W.T yang senantiasa memberi nikmat dan berkah dalam
melancarkan segala proses tugas akhirku hingga dapat terselesaikan dengan
baik.
2. Ibu dan Bapakku tercinta, atas segala yang telah diberikan baik dalam
memberikan motivasi, pengorbanan dan menjadi inspirasi terbesarku untuk
dapat menyelesaikan pendidikan ini.
3. Mu’Arif Lukmana, S.T. selaku kakak yang terus memberikan semangat dan
motivasi selama ini.
xiv
4. Keluarga Besar Hi. M. Muchtar dan Hi. Syamhudi yang telah
memberikan dukungan, do’a dan semangat untuk penulis.
5. Bapak Imam Bukhori dan Bapak Sigit Royani selaku Aparut Desa
Totoharjo, Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.
6. Bapak Rahmat Hidayat selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata
(POKDARWIS) Ragom Helau dan Masyarakat di Desa Totoharjo,
Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan yang telah menerima,
membantu serta mendampingi Tim Geowisata Lampung dalam proses
pengambilan data lapangan.
7. Bapak Prof. Drs. Suharno, B.Sc., M.S., M.Sc., Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Lampung.
8. Bapak Bagus Sapto Mulyatno, S.Si, M.T, selaku Dosen Pembimbing I
sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak
arahan dan bimbingan serta membantu penulis selama menempuh pendidikan
di Jurusan Teknik Geofisika Universitas Lampung.
9. Bapak Dr. Muh Sarkowi, S.Si., M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan masukan, motivasi dan bimbingan yang sangat baik dalam
penyusunan skripsi ini.
10. Bapak Syamsurijal Rasimeng, S.Si., M.Si, selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan koreksi yang sangat luar biasa dalam penyusunan
skripsi ini.
11. Bapak Nandi Haerudin, S.Si,. M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknik Geofisika
Fakultas Teknik Universitas Lampung.
xv
12. Dosen-dosen Teknik Geofisika Universitas Lampung, Bapak Prof.Drs.
Suharno, M.Sc., Ph.D., Bapak Dr. Ahmad Zaenudin, S.Si, M.T., Bapak
Dr. Ordas Dewanto, S.Si,. M.Si., Bapak Alimuddin Muchtar, S.Si., M.Si.,
Bapak Karyanto, S.Si, M.T., Bapak Rahmad Catur Wibowo, M.Eng.,
Bapak I Gede Boy, M.Eng, dan Ibu Rahmi Mulyasari, yang telah memberikan
pembelajaran dan bantuan selama menempuh studi di Jurusan Teknik Geofisika
Universitas Lampung.
13. Seluruh Staff Tata Usaha Jurusan Teknik Geofisika Universitas Lampung,
Pak Marsono (Babe), Pak Legino, Pak Pujiono dan Mbak Dhea, yang
telah memberikan bantuan dalam proses administrasi dan perkuliahan.
14. Clara Septyan selaku sahabat terkasih yang selalu menemani untuk
memberikan semangat dengan sepenuh hati.
15. Filza Aupar dan Wahyu Aji Pulungan selaku teman seperjuangan Tugas
Akhir yang telah berjuang bersama dalam suka dan duka serta saling berbagi
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
16. Sahabat dan saudara seperjuangan Teknik Geofisika 2014 yang “ Luar Biasa,
Biasa di Luar Beh!! “, dimana selama ini menjadi orang-orang hebat dan sebagai
tempat saling berbagi suka, duka, ilmu pengetahuan dan pengalaman selama di
kehidupan perkuliahan ini.
17. Teruntuk sobat “Tim Kantin UYE”, yaitu Tri Santoso, Desta Amanda N,
Aulia Huda P, Fitria P, Delvia E, Nur Indah S, Ummi Hanifah, Umi
Imroatun N, Pratiwi A, Sofyan Frida Y, Alfa Ardes A, Morales S, Rizky
Dwi W, Dimas Dwi S, Gaffar RP, Rahmad Iqbal, Rhaka S, Rinaldi Okka
S.A, Fajar IP, Arief Irfan H, M. Farizi, Ghiat M dan M. Faizal.
xvi
18. Anak Kontrakan, yaitu Andri Tri N, Budi Mulyono, Oka Pujianto, Rendi
A, Sherly Raneta, Ekawati Wahyu K, dan Tri Sutisna yang telah berjuang
dari awal masuk kuliah hingga sekarang.
19. Yayasan Karya Salemba Empat dan Paguyuban Karya Salemba Empat
(KSE) Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan moril dan
materiil serta menjadi keluarga baru untuk Sharing, Networking dan
Developing.
20. Tim Geowisata Lampung, yaitu Filza A, Gaffar RP, Morales S, Arief
Irfan H, Aziz Fajar S, Martin Ridwan, Jaka Sura L, yang telah membantu
dalam pengambilan data dan kerjasama dilapangan.
21. Founder Gebyar Pelajar Lampung, yaitu Ramadhan Lil A, Ricky
Rachman N, Lina Afriliani, Ira Syavitri, Shintia Erleni, Arfita Bella P,
dan Tia Ayu A yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
22. Keluarga Besar Teknik Geofisika Universitas Lampung Angkatan 2007,
2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2015 dan 2016 yang telah memberikan
dukungan, do’a dan semangat untuk penulis.
23. Serta semua pihak yang telah terlibat dan ikut serta membantu pelaksanaan
Tugas Akhir hingga selesai.
xvii
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan bantuan dari semua pihak yang
telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran untuk membangun serta berharap skripsi ini dapat membawa manfaat
yang positif bagi kita semua. Aamiin.
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Bandar Lampung, 22 Februari 2019
Penulis,
Nana Maulana
xviii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT.................................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... x
MOTTO .......................................................................................................... xi
KATA PENGANTAR.................................................................................... xii
SANWACANA ............................................................................................... xiii
DAFTAR ISI................................................................................................. xviii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xxii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xxvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1B. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3C. Batasan Masalah ......................................................................... 4
xix
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lokasi Daerah Penelitian ............................................................ 51. Geografis Desa Totoharjo.................................................... 52. Demografi Desa Totoharjo .................................................. 63. Keadaan Sosial Desa Totoharjo........................................... 84. Keadaan Ekonomi Desa Totoharjo ...................................... 85. Keadaan Pemerintahan Desa Totoharjo............................... 106. Aksesibilitas Desa Totoharjo ............................................... 147. Daya Tarik Wisata Desa Totoharjo ..................................... 14
B. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan ........................ 15C. Geologi Regional ........................................................................ 15D. Fisiografi ..................................................................................... 20
III. TEORI DASAR
A. Pariwisata.................................................................................... 21B. Wisatawan................................................................................... 22C. Obyek Wisata.............................................................................. 23D. Sapta Pesona ............................................................................... 24
1. Aman.................................................................................... 252. Tertib.................................................................................... 253. Bersih ................................................................................... 264. Sejuk .................................................................................... 265. Indah .................................................................................... 276. Ramah Tamah...................................................................... 277. Kenangan ............................................................................. 27
E. Geologi........................................................................................ 281. Pengertian Geologi Menurut Para Ahli ............................... 292. Batuan .................................................................................. 303. Geologi Struktur .................................................................. 38
F. Geowisata (geotourism) .............................................................. 441. Sejarah Geowisata (geotourism).......................................... 442. Pengertian Geowisata (geotourism)..................................... 443. Kriteria Daya Tarik Wisata Geologi.................................... 444. Prinsip-prinsip Geowisata.................................................... 465. Parameter Penilaian Geowisata ........................................... 51
G. Metode Resistivitas..................................................................... 541. Teori Resistivitas ................................................................. 542. Resistivitas Batuan............................................................... 553. Konfigurasi Elektroda.......................................................... 56
H. Dinamika Laut ............................................................................ 581. Arus Laut ............................................................................. 582. Pasang Surut Air Laut.......................................................... 613. Gelombang Laut .................................................................. 624. Transport Sedimen............................................................... 62
I. Mitigasi Bencana ........................................................................ 62J. Tanah Longsor ............................................................................ 66
1. Faktor Penyebab Tanah Longsor ......................................... 67
xx
2. Tanda-tanda Tanah Longsor ................................................ 683. Jenis-jenis Tanah Longsor ................................................... 694. Upaya Pencegahan Tanah Longsor...................................... 725. Dampak Tanah Longsor ...................................................... 74
H. Tsunami ...................................................................................... 75
IV. METODELOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat...................................................................... 82B. Alat dan Bahan............................................................................ 82C. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 83
1. Metode Observasi ................................................................ 842. Metode Wawancara ............................................................. 843. Metode Kuisoner/angket...................................................... 85
D. Prosedur Penelitian ..................................................................... 851. Studi Literatur ...................................................................... 852. Persiapan dan Pengumpulan Data ....................................... 85
E. Diagram Alir Penelitian .............................................................. 90F. Jadwal Kegiatan Penelitian ......................................................... 91
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 921. Potensi Situs Geowisata (geosite) dan Geotracking ............ 922. Hasil Pengolahan Data Resistivitas (geolistrik) 1D, 2D
dan 3D.................................................................................. 1053. Data Pendukung Mitigasi Bencana Geologi ........................ 116
B. Pembahasan ................................................................................ 1181. Sejarah Geologi (Proses Pembentukan)............................... 1182. Situs Geowisata (geosite) dan Situs Non Geowisata
(non geosite) ........................................................................ 1203. Geotracking ......................................................................... 1464. Paket Wisata ........................................................................ 1495. Aksesibilitas Lokasi Geowisata (geotourism) ..................... 1516. Geo + (Sejarah Lokasi, Kebudayaan) .................................. 1567. Kegiatan Sosialisasi Geowisata (geotourism) ..................... 1598. Interpretasi Data Resistivitas (geolistrik) ............................ 1619. Manajemen Pariwisata......................................................... 17010. Mitigasi Bencana ................................................................. 17011. Analisis Ekonomi................................................................. 17312. Analisis SWOT.................................................................... 17413. Strategi Pengembangan Pariwisata...................................... 177
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................... 178B. Saran ......................................................................................... 180
xxi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xxii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Peta Lokasi Daerah Penelitian .................................................................. 12
2. Peta Aksesibilitas Lokasi Daerah Penelitian............................................. 13
3. Peta Geologi Regional Tanjungkarang ................................................... 17
4. Peta Geologi Daerah Penelitian .............................................................. 18
5. Peta Topografi Daerah Penelitian ........................................................... 19
6. Peta Fisiografi Daerah Lampung .............................................................. 20
7. Lambang Sapta Pesona ............................................................................. 25
8. Batuan Beku Intrusif dan Ekstrusif........................................................... 30
9. (a) Kekar Gerus dan (b) Kekar Tensional ................................................. 39
10. Jenis-jenis Patahan Geologi ...................................................................... 41
11. Konsep Kotak Geowisata (Geotourism) ................................................... 49
12. Alam dan Ruang Lingkup Geowisata (Geotourism) ................................ 50
13. Teori Resistivitas ...................................................................................... 55
14. Konfigurasi Schlumberger ........................................................................ 58
15. Mekanisme terbentuknya upwelling.......................................................... 60
16. Variasi Densitas Air Laut.......................................................................... 61
17. Siklus Managemen Bencana ..................................................................... 64
18. Tanah Longsor Translasi........................................................................... 69
19. Tanah Longsor Rotasi ............................................................................... 70
20. Pergerakan Blok ....................................................................................... 70
21. Runtuhan Batuan....................................................................................... 70
22. Rayapan Tanah.......................................................................................... 71
23. Aliran Bahan Rombakan........................................................................... 71
24. Peta Desain Akuisisi Data Resistivitas (Geolistrik).................................. 87
xxiii
25. Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 90
26. Peta Persebaran Situs Geowisata (Geosite) Desa Totoharjo..................... 102
27. Geotracking Pulau Sekepal....................................................................... 103
28. Geotracking Pulau Mengkudu .................................................................. 104
29. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 1D pada Titik 1 ...................... 105
30. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 1D pada Titik 2 ...................... 105
31. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 2D pada Lintasan 1 ................ 106
32. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 2D pada Lintasan 2 ................ 106
33. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 2D pada Lintasan 3. ............... 107
34. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 3D pada Target 1 (U-S) ......... 108
35. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 3D pada Target 1 (S-U) ......... 109
36. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 3D pada Target 1 (B-T) ......... 110
37. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 3D pada Target 1 (T-B) ......... 111
38. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 3D pada Target 2 (U-S) ......... 112
39. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 3D pada Target 2 (S-U) ......... 113
40. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 3D pada Target 2 (B-T) ......... 114
41. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 3D pada Target 2 (T-B) ......... 115
42. Peta Percepatan Gerakan Tanah Provinsi Lampung ................................. 116
43. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Lampung Selatan ............................ 117
44. Rekontruksi Evolusi pada Gunung Rajabasa ............................................ 120
45. Geosite 1 Sekepal - Kolam Batu ............................................................... 122
46. Non Geosite 2 Sekepal – Taman Anggrek Hutan ..................................... 123
47. Non Geosite 3 Sekepal – Pohon Bonsai.................................................... 124
48. Geosite 4 Sekepal – Gua Sekepal ............................................................. 125
49. Geosite 5 Sekepal – Tebing Kekar Kolom................................................ 126
50. Geosite 6 Sekepal – Lipatan Geologi........................................................ 127
51. Geosite 7 Sekepal – Patahan Geologi ....................................................... 128
52. Pengukuran Dip/Strike Patahan di Pulau Sekepal..................................... 129
53. Titik Pengukuran Patahan Geologi pada Geosite 7 di Pulau Sekepal....... 130
54. Geosite 8 Sekepal – Hamparan Batu Andesit ........................................... 131
55. Geosite 9 Sekepal – Bukit Kapur (karst) .................................................. 132
56. Geosite 10 Sekepal – Batu Ujung Sekepal ............................................... 133
xxiv
57. Geosite 11 Sekepal – Batu Sedimen Sekepal ........................................... 134
58. Geosite 12 Sekepal – Batu Berdiri ............................................................ 135
59. Geosite 13 Sekepal – Batu Ceper.............................................................. 136
60. Geosite 1 Mengkudu – Pasir Timbul (Tombolo) ...................................... 137
61. Geosite 2 Mengkudu – Batu Karang Kembar........................................... 138
62. Geosite 3 Mengkudu – Batu Gandeng ...................................................... 140
63. Geosite 4 Mengkudu – Batu Sedimen Mengkudu .................................... 141
64. Geosite 5 Mengkudu – Batu Jamak .......................................................... 142
65. Geosite 6 Mengkudu – Batu Lava Bantal ................................................. 143
66. Geosite 7 Mengkudu – Batu Mancing ...................................................... 144
67. Geosite 8 Mengkudu – Pantai Batu Mengkudu ........................................ 145
68. Non Geosite 9 Mengkudu – Pohon Kembar Cinta.................................... 146
69. Peta Persebaran Geosite dan Non Geosite Desa Totoharjo....................... 147
70. Geotrecking di Pulau Sekepal ................................................................... 148
71. Geotrecking di Pulau Mengkudu .............................................................. 148
72. Peta Topografi Daerah Penelitian ............................................................. 151
73. Peta Aksesibilitas Daerah Penelitian ........................................................ 152
74. Akses Perahu di Pantai Belebuk ............................................................... 154
75. Jalur Akses 1 - Bandara ke Pantai Belebuk .............................................. 155
76. Jalur Akses 2 - Terminal ke Pantai Belebuk ............................................. 155
77. Jalur Akses 3 - Pelabuhan ke Pantai Belebuk ........................................... 155
78. Pantai Belebuk .......................................................................................... 156
79. Pulau Sekepal............................................................................................ 157
80. Pulau Mengkudu ....................................................................................... 158
81. Pantai Batu Lapis ...................................................................................... 158
82. Sosialisasi Geowisata kepada Masyarakat ................................................ 160
83. Diskusi dengan Masyarakat ...................................................................... 160
84. Foto bersama acara Sosialisasi Geowisata................................................ 161
85. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 1D pada Titik 1 ...................... 162
86. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 1D pada Titik 2 ...................... 163
87. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 2D Lintasan 1......................... 164
88. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 2D Lintasan 2......................... 165
xxv
89. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 2D Lintasan 3......................... 166
90. Scatter Plot Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 3D ...................... 167
91. Oblique Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 3D............................. 167
92. Isosurface Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 3D......................... 168
93. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 3D pada Target 1 (S-U) ......... 168
94. Penampang Data Resistivitas (Geolistrik) 3D pada Target 2 (S-U) ......... 169
95. Peta Percepatan Gerakan Tanah Lampung ............................................... 171
96. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Lampung Selatan ............................ 172
xxvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Nama-nama Kepala Desa Totoharjo ......................................................... 6
2. Luas Desa Totoharjo ................................................................................. 6
3. Jarak Wilayah Pemerintah Daerah dengan Desa Totoharjo...................... 7
4. Jumlah Penduduk Desa Totoharjo ............................................................ 7
5. Keadaan Pendidikan Desa Totoharjo........................................................ 8
6. Keadaan Pertanian Desa Totoharjo........................................................... 8
7. Keadaan Peternakan Desa Totoharjo ........................................................ 9
8. Keadaan Perikanan Desa Totoharjo.......................................................... 9
9. Keadaan Pekerjaan Masyarakat Desa Totoharjo ...................................... 10
10. Lembaga Pemerintahan Desa Totoharjo ................................................... 10
11. Lembaga Kemasyarakatan Desa Totoharjo .............................................. 11
12. Parameter Kuantifikasi Geowisata ........................................................... 49
13. Data Kejadian Tsunami Selat Sunda......................................................... 80
14. Jadwal Kegiatan Penelitian ....................................................................... 91
15. Dip/Strike Geosite Patahan di Pulau Sekepal ........................................... 92
16. Inventarisasi Situs Geowisata (geosite) di Pulau Sekepal ........................ 93
17. Inventarisasi Situs Geowisata (geosite) di Pulau Mengkudu.................... 95
18. Hasil Kuantifikasi Kelayakan Situs Geowisata (geosite) di Pulau Sekepal 96
19. Hasil Kuantifikasi Kelayakan Situs Geowisata (geosite) di Pulau
Mengkudu ................................................................................................. 99
20. Paket A Geowisata di Desa Totoharjo ...................................................... 149
21. Paket A Geowisata di Desa Totoharjo ...................................................... 150
22. Nilai Ekonomi Pariwisata Pulau Mengkudu-Sekepal di Desa Totoharjo . 173
xxvii
23. Responden Analisis S.W.O.T tentang Situs Geowisata (geosite) Desa
Totoharjo................................................................................................... 175
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata adalah gabungan kegiatan yang timbul baik dari interaksi antara
wisatawan, pemerintah maupun masyarakat. Secara umum, pariwisata
terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu pariwisata alam dan pariwisata buatan
(budaya). Kegiatan kepariwisataan banyak terkait dengan alam, yaitu
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan objek wisata. Indonesia
sendiri merupakan Negara yang sangat luas serta memiliki potensi wisata
yang melimpah terlihat dari bentang alam dengan nuansa geologi yang khas
dan memiliki keunikan.
Istilah Geowisata (geotourism) muncul di Dunia Internasional pada
pertengahan tahun 1990-an. Seorang ahli Geologi dari Buckinghamshire
Chilterns University di Inggris bernama Tom Hose diperkirakan menjadi
orang pertama yang memperkenalkan istilah tersebut. Pada tahun 1996, ia
menulis sebuah makalah yang berjudul “Geotourism, or can tourists
become casual rock hounds: Geology on your doorstep” di Geological
Society (Dirgantara, n.d.). Pada tahun 2005, istilah Geowisata (geotourism)
mulai dikenal di Indonesia. Sedangkan di Lampung sendiri istilah
Geowisata (geotourism) mulai berkembang pada tahun 2018.
2
Geowisata (geotourism) adalah suatu kegiatan wisata alam yang berfokus
pada kenampakan geologis permukaan bumi dalam rangka mendorong
pemahaman akan lingkungan hidup dan budaya, apresiasi dan konservasi
serta kearifan lokal. Geowisata (geotourism) mempunyai beberapa konsep
wisata alam antara lain wisata yang menonjolkan keindahan, keunikan,
kelangkaan dan keajaiban suatu fenomena alam yang berkaitan erat dengan
gejala-gejala geologi (Kusumahbrata, 1999 dalam Hidayat, 2002).
Pengembangan lokasi atau destinasi Geowisata (geotourism) dapat
membantu meningkatkan keragaman jenis wisata yang ada di suatu daerah.
Daya tarik wisata alam maupun buatan yang berkelanjutan dapat tercipta
dengan pengelolaan wisata (managemen wisata) yang baik dan bijak sesuai
dengan daya dukung lingkungan. Desa Totoharjo merupakan sebuah desa
yang berada di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Pada tahun
1932, Desa Totoharjo merupakan desa hasil bentukan dari Kolonisasi
Belanda. Dulunya, masyarakat Desa Totoharjo adalah sekumpulan orang-
orang yang dikirim oleh Penjajah Belanda dari Pulau Jawa yang terdiri dari
orang Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jogyakarta. Kondisi lingkungan desa
memiliki kontur perbukitan dan pegunungan serta kawasan pantai yang
masih sangat alami dan masih terjaga tradisi adat serta budaya oleh
masyarakat setempat. Ditinjau dari aspek geologi, Desa Totoharjo masuk
kedalam Peta Geologi Regional Tanjug Karang, yang terdiri dari batuan
Formasi Alluvial, Formasi Gunung Api Muda Rajabasa, Formasi Lampung,
dan Formasi Andesit,
3
Penelitian mengenai proses-proses pembentukan bentang alam dan
singkapan batuan yang unik dan menarik diperlukan untuk mengembangkan
sebuah lokasi destinasi wisata. Penelitian tersebut diharapkan dapat
memberikan tambahan keilmuan dan pengetahuan dalam pariwisata berbasis
Geologi kepada masyarakat dan wisatawan luas, khususnya para wisatawan
di daerah Lampung. Oleh karena itu, penulis melakukan sebuah penelitian
dengan menggunakan Aplikasi Geologi dan Geofisika untuk
mengembangkan potensi wisata berbasis Geologi di Desa Totoharjo,
Kecamatan Bakauheni, Kapubaten Lampung Selatan.
B. Tujuan
Adapun tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi potensi objek Geowisata (geotourism) Pulau Sekepal
dan Pulau Mengkudu di Desa Totoharjo, Kecamatan Bakauheni,
Kapubaten Lampung Selatan.
2. Menentukan lokasi (site) dan jalur geotrack objek Geowisata
(geotourism) Pulau Sekepal dan Pulau Mengkudu di Desa Totoharjo,
Kecamatan Bakauheni, Kapubaten Lampung Selatan.
3. Mengidentifikasi pendugaan intrusi air laut di Pulau Mengkudu Desa
Totoharjo, Kecamatan Bakauheni, Kapubaten Lampung Selatan.
4. Mengidentifikasi persebaran lapisan air tanah untuk mendukung
pengembangan Geowisata (geotourism) di Desa Totoharjo,
Kecamatan Bakauheni, Kapubaten Lampung Selatan.
4
5. Mengidentifikasi persebaran struktur batuan bawah permukaan di
Desa Totoharjo, Kecamatan Bakauheni, Kapubaten Lampung Selatan.
6. Menentukan strategi pengembangan Geowisata (geotourism) dan
Managemen Pariwisata Pulau Sekepal dan Pulau Mengkudu di Desa
Totoharjo, Kecamatan Bakauheni, Kapubaten Lampung Selatan.
C. Batasan Masalah
Batasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Daerah penelitian berfokus pada daerah Pulau Sekepal dan Pulau
Mengkudu yang teletak di Desa Totoharjo, Kecamatan Bakauheni,
Kapubaten Lampung Selatan.
2. Penelitian ini merupakan penelitian awal untuk mengembangkan
pariwisata berbasis Geowisata (geotourism) di Desa Totoharjo,
Kecamatan Bakauheni, Kapubaten Lampung Selatan.
3. Penelitian ini sebagai bahan untuk menentukan apakah Pulau Sekepal
dan Pulau Mengkudu dapat direkomendasikan sebagai objek
Geowisata (geotourism).
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lokasi Daerah Penelitian
1. Geografis Desa Totoharjo
Secara geografis, Desa Totoharjo terletak pada koordinat -5.828129°
LS, 105.693933° BT. Desa Totoharjo berjarak 10 km dari Kota
Kalianda. Desa Totoharjo memiliki rata-rata curah hujan 3.000 mm
pertahun dan suhu udara rata-rata berkisar 30°C. Luas wilayah Desa
Totoharjo adalah 7,10 km2. Pada tahun 2014, Desa Totoharjo memiliki
12 RT, 6 Dusun dan 620 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah
penduduk berjumlah 2.021 jiwa dengan mayoritas pekerjaan sebagai
petani.
Dahulunya, Desa Totoharjo merupakan sekumpulan orang-orang yang
dikirim oleh Penjajah Belanda dari Pulau Jawa yang terdiri dari Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Jogyakarta. Kemudian orang-orang tersebut
diberikan wewenang oleh Penjajah Belanda untuk membuka lahan
untuk dijadikan sebuah pemukiman atau perkampungan.
6
Desa Totoharjo berbatasan dengan wilayah:
a) Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Semanak
b) Sebelah Selatan : berbatasan dengan Selat Sunda
c) Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Kelawi
d) Sebelah Barat : berbatasan dengan Gunung Rajabasa.
Tabel 1. Nama-nama Kepala Desa Totoharjo
No. Nama Periode Keterangan
1. Wiryo Rejo 1932—1950 Kepala Kampung2. Joyo Sarengat 1950—1960 Kepala Kampung3. Wasio 1960—1965 Kepala Kampung4. Abdul Kadir 1965—1970 Kepala Kampung5. Kromo Dirjo 1970—1978 Kepala Kampung6. Ngadiran 1978—1980 Kepala Kampung7. Yadi Wiyono 1980—1982 Kepala Desa8. Slamet Riyanto 1982—2002 Kepala Desa9. Yahman S. Pejabat Kepala Desa Kepala Desa10. Mutoyo 2003—2008 Kepala Desa11. Imam Bukhori 2008—2014 Kepala Desa12. Erwanto Pejabat Kepala Desa Kepala Desa13. Imam Bukhori 2015—Sekarang Kepala Desa
2. Demografi Desa Totoharjo
2.1. Luas Wilayah Desa
Tabel 2. Luas Desa Totoharjo
No. Wilayah Luas
1. Lahan Pemukiman Penduduk ± 55,325 Ha
2. Lahan Pertanian Sawah ± 55 Ha
3. Lahan Tegalan/Ladang ± 1.500 Ha
4. Lahan Rawa-rawa ± 3 Ha
5. Perkantoran ± 1,5 Ha
7
No. Wilayah Luas
6. Sekolah ± 3 Ha
7. Jalan ± 2 Ha
8. Lapangan Bola ± 1 Ha
9. Tempat Pemakaman Umum ± 1,5 Ha
10. Fasilitas Umum Lainya ± 1,5 Ha
2.2. Orbitasi
Tabel 3. Jarak Wilayah Pemerintah Daerah dengan Desa Totoharjo
No Wilayah Jarak
1. Jarak ke Ibukota Kecamatan terdekat ± 5 Km
2. Lama jarak tempuh ke Ibukota Kecamatan ± 15 Menit
3. Jarak ke Ibukota Kabupaten ± 23 Km
4. Lama jarak tempuh ke Ibukota Kabupaten ± 40 Menit
2.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Totoharjo
No. KependudukanJumlah
Penduduk
1. Jumlah KK 620 KK
2. Jumlah Penduduk Laki-laki 1.174 Jiwa
3. Jumlah Penduduk Perempuan 1.165 Jiwa
4. Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan 2.339 jiwa
8
3. Keadaan Sosial Desa Totoharjo
3.1. Pendidikan
Tabel 5. Keadaan Pendidikan Desa Totoharjo
No. Pendidikan Jumlah
1. SD/MI 365 Orang
2. SLTP/MTs 197 Orang
3. SLTA/MA 67 Orang
4. S.1 / DIPLOMA 9 Orang
5. Putus Sekolah 102 Orang
6. Buta Huruf 110 Orang
3.2 Lembaga Pendidikan
a. Gedung TK / PAUD : 1 buah di Dusun Sumberjaya
b. SD/MI : 3 buah di Dusun Ketileng, Sumberjaya, dan
Melati Indah
c. SLTP / MTs : 1 buah di Dusun Sumberjaya
d. SLTA / MA : tidak ada
e. Lain-lain / TPA : 3 buah di Dusun Sumberjaya dan Karang
Indah
4. Keadaan Ekonomi Desa Totoharjo
4.1. Pertanian
Tabel 6. Keadaan Pertanian Desa Totoharjo
No. Jenis Pertanian Luas Lahan
1. Padi Sawah 53 Ha
2. Padi Ladang 20 Ha
9
No. Jenis Pertanian Luas Lahan
3. Jagung 45 Ha
4. Palawija 12 Ha
5. Kakao/Coklat 46 Ha
6. Sawit 25 Ha
7. Karet 15 Ha
8. Kelapa 15 Ha
9. Kopi 10 Ha
10. Singkong / Ubi 5 Ha
4.2. Peternakan
Tabel 7. Keadaan Peternakan Desa Totoharjo
No. Jenis Ternak Jumlah Ternak
1. Kambing 235 Ekor
2. Sapi 65 Ekor
3. Kerbau 10 Ekor
4. Ayam 450 Ekor
5. Itik 65 Ekor
6. Burung 35 kor
4.3. Perikanan
Tabel 8. Keadaan Perikanan Desa Totoharjo
No. Perikanan Luas
1. Tambak Ikan 1,5 Ha
2. Tambak Udang 2,5 Ha
10
4.4. Keadaan Mata Pencaharian
Tabel 9. Keadaan Pekerjaan Masyarakat Desa Totoharjo
No. Pekerjaan Jumlah Pekerja
1. Petani 513 Orang
2. Pedagang 220 Orang
3. PNS 25 Orang
4. Guru 40 Orang
5. Bidan / Perawat 2 Orang
6. TNI / Polri 1 Orang
7. Pensiunan 8 Orang
8. Sopir / Angkutan 10 Orang
9. Buruh Tani 520 Orang
10. Buruh Pabrik / karyawan 325 Orang
11. Jasa Persewaan 5 Orang
12. Swasta 56 Orang
13. Pertukangan 35 Orang
5. Keadaan Pemerintahan Desa Totoharjo
5.1. Lembaga Pemerintahan
Tabel 10. Lembaga Pemerintahan Desa Totoharjo
No. Jabatan Jumlah
1. Kepala Desa 1 Orang
2. Seketaris Desa 1 Orang
3. Perangkat Desa 24 Orang
4. BPD 5 Orang
11
5.2. Lembaga Kemasyarakatan
Tabel 11. Lembaga Kemasyarakatan Desa Totoharjo
No. Lembaga Jumlah Pekerja
1. LPMD 15 Orang
2. PKK 20 Orang
3. Posyandu 2 Kelompok
4. Pengajian /Majlis Ta’lim 1 Kelompok
5. Arisan 1 Kelompok
6. Simpan Pinjam 8 Kelompok
7. Kelompok Tani 18 Kelompok
8. Gapoktan 16 Kelompok
9. Karang taruna 1 Kelompok
10. Risma 1 Kelompok
11. Ormas/LSM 1 Kelompok
12. Pertukangan 1 Kelompok
5.3.Dusun Desa
Berikut ini pembagian dusun di Desa Totoharjo, sebagai berikut:
a. Dusun Ketileng (01) sebanyak 2 RT;
b. Dusun Sumberjaya (02) sebanyak 2 RT
c. Dusun Sidodadi (03) sebanyak 2 RT
d. Dusun Cirebon (04) sebanyak 2 RT
e. Dusun Karang Indah (05) sebanyak 2 RT
f. Dusun Melati Indah (06) sebanyak 2 RT
12
Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penelitian
13
Gambar 2. Peta Aksesibilitas Lokasi Daerah Penelitian
14
6. Aksesibilitas Desa Totoharjo
Aksesibilitas untuk menuju Desa Totoharjo dengan menggunakan alat
transportasi seperti, kendaraan bermotor, mobil pribadi maupun angkutan
umum (bis, angkot). Kondisi jalan di dalam Desa Totoharjo sudah beraspal
dan lebar jalan sudah memadai sampai dengan arah ke Pantai Belebuk. Akses
menuju Pulau Sekepal dan Pulau Mengkudu melalui Pantai Belebuk dapat
menggunakan perahu. Waktu yang ditempuh dari Pantai Belebuk menuju
Pulau Sekepal selama 10 menit menggunakan Perahu. Sedangkan waktu
tempuh dari Pantai Belebuk menuju Pulau Mengkudu selama 15 menit.
7. Daya Tarik Wisata Desa Totoharjo
Adapun daya tarik wisata Desa Totoharjo adalah sebagai berikut:
7.1. Daya Tarik Alam
Daya tarik alam Desa Totoharjo adalah sebagai berikut:
a. Pantai Belebuk Karang Indah
b. Lereng Pegunungan
c. Pemandangan Pulau (Pulau Sekepal dan Pulau Mengkudu)
d. Perkebunan (Pisang)
e. Ternak Lebah Madu
7.2. Daya Tarik Budaya
Daya tarik budaya Desa Totoharjo adalah sebagai berikut:
a. Ruwat Desa
15
b. Kesenian Tradisional Jawa dan Tari Lampung
c. Kesenian Qosidahan dan Marhaban
d. Kesenian Kendang dan Pencak Kuda Kepang
B. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan
Kabupaten Lampung Selatan adalah salah satu kabupaten yang terletak di
Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan berkantor pusat
pemerintahan di Kota Kalianda. Kabupaten ini memiliki jumlah penduduk
sebanyak 923.002 jiwa dan memiliki luas daratan ± 2.109,74 km2 yang
terbagi dalam 17 kecamatan dan terdiri dari 248 desa dan 3 kelurahan.
Kabupaten Lampung Selatan bagian selatan meruncing dan mempunyai
sebuah teluk besar yaitu Teluk Lampung. Di wilayah ujung Pulau Sumatera,
terdapat sebuah pelabuhan penyeberangan yaitu Pelabuhan Penyeberangan
Bakauheni. Jarak antara Pelabuhan Bakauheni (Lampung Selatan) dengan
Pelabuhan Merak (Provinsi Banten) kurang lebih berjarak 30 km, dengan
waktu tempuh kapal penyeberangan sekitar 2 sampai 2,5 jam.
C. Geologi Regional
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Tanjungkarang, menjelaskan mengenai
urutan stratigrafi daerah penelitian yaitu: Batuan tertua berada pada Zaman
Pliosen (pliocene) adalah Andesit (Tpv), Formasi Kantur (Tmpk) dan
Formasi Sutungbatang (Tmps). Adapun jenis batuannya adalah batuan lava
16
andesit, perselingan tufit, breksi tufan, batulempung dan batupasir. Kemudian
batuan pada Zaman Plistosen (pleistocene) adalah Formasi Lampung (QTl)
dengan jenis batuan terdiri dari tuf berbatuapung, tuf riolit, batupasir dan
batulempung. Batuan termuda yaitu berada pada Zaman Holosen (holocene)
dengan memiliki 2 (dua) variasi jenis batuannya yaitu batuan gunung api
muda (Qhv) Gunung Rajabasa (rb); diantaranya adalah batu lava (andesit-
basal), breksi dan tuf. Batuan endapan permukaan Aluvium (Qa), diantaranya
adalah Endapan Rawa (Qs) dan Aluvium (Qa) yang terdiri dari lumpur, lanau,
pasir kerikil/kerakal, lempung dan gambut.
Statigrafi daerah penelitian oleh Mangga dkk (1993) ditafsirkan pada
(Gambar 3), yaitu:
: Endapan permukaan Aluvium berumur zaman Holosen (holocene)
terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, dan gambut.
: Endapan batuan Gunungapi Muda Gunung Rajabasa (rb) berumur
zaman Plistosen (pleistocene) dan zaman Holosen (holocene)
dengan komposisi lava andesit-basal, breksi dan tuf yang mencapai
ketebalan beberapa ratus meter yang tersebar di dekat gunung dan
menyisip pada formasi-formasi lain.
: Formasi Lampung berumur zaman Plistosen (pleistocene) yang
terdiri dari tuf berbatuapung, tuf riolit, batupasir dan batulempung.
: Batuan gunung api Andesit berumur zaman Pliosen (pliocene) yang
terdiri dari lava andesit-basaltik dan kekar lembar.
Qa
Qhv
QTl
Tpv
17
Gambar 3. Peta Geologi Regional Tanjungkarang (S. Andi Mangga dkk, 1993)
18
Gambar 4. Peta Geologi Daerah Penelitian
19
Gambar 5. Peta Topografi Daerah Penelitian
20
D. Fisiografi
Secara umum daerah ini dapat dibagi menjadi 3 (tiga) satuan morfologi,
yaitu dataran bergelombang di bagian Timur dan Timur Laut, pegunungan
kasar di bagian Tengah dan Barat Daya, dan daerah pantai berbukit sampai
datar. Daerah dataran bergelombang menempati lebih dari 60% luas
lembar dan terdiri dari endapan vulkanoklastika Tersier-Kuarter dan
Aluvium dengan ketinggian beberapa puluh meter di atas muka laut.
Pegunungan Bukit Barisan menempati 25-30 % luas lembar, terdiri dari
batuan beku dan malihan serta batuan Gunungapi Muda. Lereng-lereng
umumnya curam dengan ketinggian sampai dengan 500-1.680 m di atas
muka laut. Daerah pantai bertopografi beranekaragam dan terdiri dari
pebukitan kasar, mencapai ketinggian 500 m diatas muka laut dan terdiri
dari batuan Gunungapi Tersier dan Kuarter serta batuan terobosan.
Gambar 6. Peta Fisiografi Daerah Lampung (Mangga, 1993)
III. TEORI DASAR
A. Pariwisata
Pariwisata berasal dari bahasa Sangsekerta yang terdiri dari 2 (dua) kata
yaitu “pari’ artinya keliling dan “wisata” artinya perjalanan (I. Pitana,
2009).
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah daerah dan pemerintah..
Pengertian potensi wisata menurut Mariotti dalam Yoeti (2002), adalah
segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya
tarik sehingga wisatawan berminat mengunjungi tempat tersebut. Potensi
wisata dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
1. Potensi Alam
Potensi alam adalah keanekaragaman jenis flora dan fauna pada
suatu daerah, seperti pantai, hutan, dan lain-lain. Kelebihan dan
keunikan yang dimiliki oleh bentang alam tersebut akan menarik
minat para wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata tersebut.
22
2. Potensi Budaya
Potensi budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia
baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan
bersejarah dan sebagainya.
3. Potensi Manusia
Potensi Manusia digunakan sebagai daya tarik wisata, seperti
pementasan seni budaya suatu daerah.
B. Wisatawan
Menurut Pitana & Diarta (2009), wisatawan (tourist) merujuk pada orang.
Secara umum, wisatawan menjadi bagian dari traveler atau visitor untuk
dapat disebut wisatawan. Cohen (1984) melakukan klasifikasi wisatawan
berdasarkan tingkat popularitas dari daerah wisata yang akan dikunjungi.
Atas dasar ini Cohen menggolongkan wisatawan menjadi 4 (empat), yaitu:
1) Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama
sekali belum diketahui atau destinasi wisata baru.
2) Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan untuk
mencari hal baru atau objek yang tidak umum (khusus).
3) Individual Mass Tourist, yaitu wisatawan yang menyerahkan
pengaturan perjalanan wisata kepada agen perjalanan dan
mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah dikenal.
23
4) Organized-Mass Tourist, yaitu wisatawan yang mengunjungi daerah
tujuan wisata yang sudah terkenal dan perjalanan wisata selalu
dipandu oleh pemandu wisata (tour guide) dengan jumlah tertentu.
C. Obyek Wisata
Menurut Undang-undang no. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan bahwa
obyek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Obyek
wisata dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu obyek wisata alam, obyek
wisata budaya dan obyek wisata minat khusus. Obyek wisata adalah
perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup manusia, seni budaya serta
sejarah, bangsa dan tempat atau keadaan alam dan mempunyai daya tarik
untuk dikunjungi wisatawan (Chafid Fandeli, 1995).
Menurut Direktorat Jendral Pemerintahan, daya tarik wisata dibagi menjadi 3
(tiga) macam, yaitu:
1. Daya Tarik Wisata Alam
Daya tarik wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta
memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun
setelah ada usaha budidaya. Potensi wisata alam dapat dibagi menjadi 4
(empat) kawasan yaitu:
a. Keunikan dan kekhasan eksosistem, seperti ekosistem pantai dan
ekosistem hutan bakau
b. Gejala alam seperti kawah, sumber air panas, air terjun dan danau.
24
c. Budidaya sumber daya alam, seperti sawah, perkebunan,
peternakan, usaha perikanan.
2. Daya Tarik Wisata Sosial Budaya
Daya tarik wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan
sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan
sejarah upacara adat, seni pertunjukan dan kerajinan tangan.
3. Daya Tarik Wisata Minat Khusus
Daya tarik wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru
dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada
wisatawan yang mempunyai motivasi khusus. Contohnya: berburu,
mendaki gunung, arung jeram, tujuan pengobatan, agrowisata, dan lain-
lain.
D. Sapta Pesona
Lambang Sapta Pesona, yaitu Matahari yang bersinar sebanyak 7 (tujuh)
unsur, yang terdiri atas unsur Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Kesejukan,
Keindahan, Keramahan, dan Kenangan. Tujuan program Sapta Pesona adalah
untuk meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab baik masyarakat,
pemerintah, maupun swasta dalam kehidupan sehari-hari. Sapta Pesona
merupakan kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat
wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau wilayah.
25
Gambar 7. Lambang Sapta Pesona
(Diklat Penerapan Sadar Wisata dan Sapta Pesona, 2009)
Berikut ini penjelasan singkat mengenai Sapta Pesona, antara lain:
1. Aman
Wisatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat apabila merasa aman,
tenteram, tidak takut, terlindungi dan bebas dari :
a. Tindak kejahatan, kekerasan, ancaman, seperti kecopetan, pemerasan,
penodongan, penipuan dan lain sebagainya.
b. Terserang penyakit menular dan penyakit berbahaya lainnya.
c. Kecelakaan yang disebabkan oleh alat perlengkapan dan fasilitas yang
kurang baik, seperti kendaraan, peralalatan perlengkapan rekreasi atau
olah raga.
d. Gangguan oleh masyarakat sekitar lokasi, antara lain berupa
pemaksaan oleh pedagang asongan tangan jahil, ucapan dan tindakan
serta perilaku yang tidak bersahabat dan lain sebagainya.
2. Tertib
Kondisi yang tertib merupakan sesuatu yang sangat diharapkan oleh setiap
wisatawan. Kondisi tersebut tercermin dari suasana yang teratur, rapi dan
26
lancar serta menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua segi kehidupan
masyarakat, misalnya:
a. Lalu lintas tertib, teratur dan lancar, alat transportasi yang tepat pada
waktunya.
b. Penataan bangunan/ obyek rekreasi dan lingkungan yang rapi.
c. Pelayanan dilakukan secara baik dan tepat.
d. Informasi yang benar dan tidak membingungkan.
3. Bersih
Bersih merupakan suatu kondisi lingkungan yang menampilkan suasana
bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran. Wisatawan
akan merasa nyaman bila berada di tempat-tempat yang bersih dan sehat
seperti :
a. Lingkungan yang bersih di tempat-tempat umum, seperti di hotel,
restoran, tempat rekreasi, toilet maupun bersih dari sampah dan
kotoran.
b. Sajian makanan dan minuman yang higenis dan sehat.
c. Penggunaan dan penyajian alat perlengkapan yang bersih.
d. Pakaian dan penampilan petugas bersih, rapi dan tidak mengeluarkan
bau tidak sedap.
4. Sejuk
Lingkungan yang serba hijau, segar, rapi memberi suasana atau keadaan
sejuk, nyaman dan tenteram. Kesejukan yang dikehendaki tidak saja harus
27
berada di luar ruangan atau bangunan, akan tetapi juga di dalam ruangan.
Wisatawan akan merasa sejuk apabila :
a. Turut serta secara aktif memelihara kelestarian lingkungan dan hasil
penghijaun yang telah dilakukan masyarakat maupun pemerintah
setempat.
b. Berperan secara aktif untuk melaksanakan kegiatan penghijauan dan
memelihara kebersihan di lingkungan sekitar.
c. Menghiasi fasilitas umum dengan aneka tanaman hias.
5. Indah
Suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik disebut indah. Indah
dapat dilihat dari berbagai segi, seperti dari segi tata warna, tata letak, tata
ruang bentuk ataupun gaya dan gerak yang serasi.
6. Ramah Tamah
Ramah tamah merupakan suatu sikap dan perilaku seseorang yang
menunjukkan keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan
menarik hati. Sikap ramah tamah ini merupakan satu daya tarik bagi
wisatawan.
7. Kenangan
Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan
perasaan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya.
Kenangan dapat berupa yang indah dan menyenangkan, akan tetapi dapat
28
pula yang tidak menyenangkan. Kenangan yang ingin diwujudkan dalam
ingatan dan perasaan wisatawan dari pengalaman berpariwisata di suatu
tempat wisata. Kenangan yang indah ini dapat pula diciptakan dengan
antara lain :
a. Akomodasi yang nyaman, bersih dan sehat, pelayanan yang cepat,
tepat dan ramah, suasana yang mencerminkan ciri khas daerah dalam
bentuk dan gaya bangunan serta dekorasinya.
b. Atraksi seni budaya daerah yang khas dan mempesona baik itu berupa
seni tari, seni suara dan berbagai macam upacara.
c. Makanan dan minuman khas daerah yang lezat, dengan penampilan
dan penyajian yang menarik. Makanan dan minuman ini merupakan
salah satu daya tarik yang kuat dan dapat dijadikan identitas suatu
daerah.
d. Adanya cenderamata yang mencirikan khas suatu daerah dengan harga
terjangkau mempunyai arti tersendiri dan dijadikan bukti atau
kenangan dari kunjungan seseorang ke suatu daerah wisata.
E. Geologi
Menurut Wikipedia, Geologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu kata (geo)
yang berarti bumi dan kata (logos) yang berarti kata atau alasan. Orang yang
mempelajari ilmu geologi disebut geolog. Geologi adalah suatu ilmu
pengetahuan tentang kebumian yang berkaitan dengan planet bumi, baik
komposisi, sifat fisik, sejarah, komposisi, maupun proses pembentukannya.
29
Istilah geologi dipergunakan pertama kali oleh Ricardh de Bury pada tahun
1473. Akan tetapi, bapak Geologi modern yang terkenal sampai sekarang
adalah James Hutton. Hal tersebut dikarenakan buku Theory of the Earth
yang diterbitkan oleh James Hulton pada tahun 1979.
1) Pengertian Geologi Menurut Para Ahli
Menurut Bates dan Jackson (1987), Geologi merupakan ilmu
pengetahuan yang memang dikhususkan untuk mempelajari planet
bumi, terutama bahan penyusunnya, proses terjadi dan terbentuknya,
hasil daripada proses tersebut, sejarah planet beserta dengan
kehidupan yang ada di atas bumi semenjak planet ini terbentuk.
Sedangkan menurut Written Brooks (1972), juga mengungkapkan
bahwa Geologi merupakan ilmu tentang kebumian yang mencakup
sejarah, asal, komposisi, struktur, proses terbentuknya bumi dari dulu
hingga sekarang termasuk dengan perkembangan kehidupan hingga
saat ini.
Selain itu, menurut Munir (1996), Geologi adalah suatu cabang ilmu
pengetahuan yang mem mempelajari tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan keberadaan bumi, pembentukan bumi termasuk
dengan fenomena alam yang terjadi pada bumi.
Menurut Noer Aziz M., dkk (2002), Geologi merupakan ilmu tentang
bumi yang berkaitan dengan struktur, sejarah, komposisi, asal, proses
alami terbentuknya dan perkembangan kehidupan di bumi baik
sebelum terbentuk, yang sedang berlangsung dan juga saat ini.
30
2) Batuan
Batuan adalah kumpulan mineral-mineral yang sudah dalam kedaan
membeku/keras. Salah satu elemen yang menyediakan mineral-
mineral anorganik melalui pelapukan sehingga menghasilkan tanah.
Batuan mempunyai komposisi mineral, sifat-sifat fisik, dan umur yang
beraneka ragam. Mineral adalah suatu substansi anorganik yang
mempunyai komposisi kimia dan struktur atom tertentu. Secara
umum, jenis batuan dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu batuan beku
(igneus), batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf (malihan).
2.1. Batuan Beku
Batuan beku (igneus) adalah jenis batuan yang terbentuk dari
magma yang telah mengalami pembekuan atau pendinginan baik
di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di
atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
Gambar 8. Batuan Beku Intrusif dan Ekstrusif (Djauhari Noor, 2009)
31
2.1.1. Morfologi Batuan Beku
Morfologi batuan beku dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu batuan beku
intrusif, ekstrusif dan hipabissal.
2.1.1.1.Intrusif
Batuan beku instrusif adalah batuan beku yang proses
pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi. Batuan ini
merupakan bentuk dari pendinginan magma yang ada di dalam
kerak bumi sehingga tekstur batuan beku biasanya bersifat kasar.
Pada batuan beku bahkan bisa dilihat butiran mineral yang sangat
jelas dan dapat dilihat oleh mata. Contoh batuan yang memiliki
tekstur kasar seperti batu granit, diorite atau gabro.
Berdasarkan kedudukan terhadap perlapisan batuan yang diterobos,
struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi 2 (dua), yaitu
konkordan dan diskordan.
a) Konkordan
Konkordan adalah tubuh batuan beku intrusif yang sejajar
dengan perlapisan disekitarnya. Adapun jenis dari tubuh
batuan ini, sebagai berikut:
a) Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar
dengan perlapisan batuan disekitarnya.
b) Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah
(dome), dimana perlapisan batuan yang asalnya datar
menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini,
32
sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolith
berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan
meter.
c) Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan
dari laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke
bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari
laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan
kedalaman ribuan meter.
d) Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau
antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan
paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer
b) Diskordan
Diskordan adalah tubuh batuan beku intrusif yang memotong
perlapisan batuan disekitarnya. Adapun jenis tubuh batuan ini,
sebagai berikut:
a) Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan
disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang.
Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan
kilometer dengan panjang ratusan meter.
b) Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang
sangat besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada
kedalaman yang besar.
c) Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith
tetapi ukurannya lebih kecil.
33
2.1.1.2.Ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Proses pembekuan dari batuan beku ini
lebih cepat dibandingkan dengan proses pencairan batuan beku intrusif
karena proses pembekuannya terjadi diatas permukaan bumi. Magma yang
keluar dari dalam mantel atau kerak bumi ini melalui gunung berapi yang
terdapat lubang dipuncaknya sehingg magma bisa keluar dan membentuk
batuan yang lebih cepat membeku. Oleh karena itu, tekstur dari batuan ini
bersifat halus berpasir. Jenis batuan beku esktrusif yang paling sering
ditemukan adalah batu basalt. Struktur batuan ekstrusif diantaranya:
a) Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang
terlihat seragam.
b) Sheeting Joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai
lapisan.
c) Columnar Joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
d) Pillow Lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-
gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada
lingkungan air.
e) Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada
batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat
pembekuan.
f) Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh
mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.
34
g) Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya
kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran.
h) Xenolitis, merupakan aliran lava yang masuk bersama dengan batuan
lain di dalamnya sehingga menunjukkan sebuah fragmen yang
membentuk pecahan-pecahan.
2.1.1.3.Hipabissal
Batuan beku hipabissal merupakan jenis batuan yang terbentuk diantara
batuan plutonik dan vulkanik. Batuan ini terbentuk karena adanya proses
naik turunnya magma di dalam mantel dan kerak bumi. Batuan hipabissal
antara lain batuan pakolit, dike, sill, lakolit, dan lopolit.
2.2. Tekstur Batuan Beku
Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan
temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan
magma ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut
pada saat pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang
memilki tekstur yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, tekstur batuan
beku dapat dibedakan berdasarkan :
2.2.1. Tingkat kristalisasi
Tekstur batuan beku berdasarkan tingkat kristalisasi, antara lain:
a) Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya
disusun oleh kristal.
35
b) Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal
dan gelas.
c) Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya
tersusun oleh gelas.
2.2.2. Ukuran Butir
Tekstur batuan beku berdasarkan ukuran butir, antara lain:
a) Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya
tersusun oleh mineral-mineral yang berukuran kasar.
b) Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya
tersusun oleh mineral berukuran halus.
2.2.3. Bentuk Kristal
Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop,
antara lain:
a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna.
b) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna.
c) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
Berdasarkan kombinasi bentuk kristal, antara lain:
a) Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya
dibatasi oleh bidang kristal atau bentuk kristal euhedral
(sempurna).
36
b) Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya
berbentuk euhedral dan subhedral.
c) Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya
merupakan kristal yang berbentuk anhedral.
Berdasarkan keseragaman antar butir, antara lain:
a) Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir
sama.
b) Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak
sama.
2.3. Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna,
kimia, tekstur, dan mineraloginya. Berdasarkan tempat terbentuknya,
antara lain:
a) Batuan beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di
perut bumi.
b) Batuan beku Hipabisal, yaitu batuan beku yang terbentuk tidak jauh
dari permukaan bumi.
c) Batuan beku Vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di
permukaan bumi.
Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku antara lain:
a) Mineral mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotit
37
b) Mineral felsic (terang) seperti feldspar, muskovit, kuarsa dan
feldspatoid.
Klasifikasi batuan beku berdasarkan warnanya, antara lain:
a) Leucocratic rock, kandungan mineral mafic < 30%
b) Mesocratic rock, kandungan mineral mafic 30% - 60%
c) Melanocratic rock, kandungan mineral mafic 60% - 90%
d) Hypermalanic rock, kandungan mineral mafic > 90%
Berdasarkan kandungan kimianya, kandungan SiO2-nya batuan beku,
antara lain:
a) Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2
> 65%. Contoh batuan
Granit, Ryolit.
b) Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2
65% - 52%.
Contoh batuan Diorit, Andesit.
c) Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2
52% - 45%. Contoh
batuan Gabro, Basalt.
d) Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2
< 30%.
2.4. Batuan Sedimen
Batuan sedimen (endapan) merupakan jenis batuan yang terbentuk diatas
permukaan bumi pada suhu dan tekanan udara yang rendah yang
dipengaruhi oleh pelapukan dan erosi tanah. Material hasil dari
pelapukan/erosi, kemudian mengalami pengdapan dan membentuk
38
cekungan dan berkumpul menjadi satu. Kemudian material tersebut
mengeras dan mengelami litifikasi sehingga terbentuk batuan sedimen.
2.5. Batuan Metamorf
Batuan metamorf (malihan) merupakan batuan yang mengalami perubahan
atau transformasi dari batuan lainnya yang sudah ada sebelumnya dengan
adanya proses metamorfosa. Proses pembentukan batuan metamorf terjadi
karena adanya tabrakan lempeng benua yang bisa menyebabkan adanya
tekanan horizontal, distorsi dan gesekan pada lempeng tersebut. Batuan
metamorf juga bisa terbentuk karena adanya pemanasan dari magma yang
ada di dalam perut bumi.
3. Geologi Struktur
Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk batuan dari
kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Jenis struktur pada
batuan, antara lain Kekar (fractures) dan Rekahan (cracks), Lipatan
(folding) dan Patahan/Sesar (faulting). Jenis struktur tersebut dapat
dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur struktur, antara lain:
3.1. Kekar (Fractures)
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat
suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami
pergeseran. Adapun cirinya, antara lain:
a) Pemotongan bidang perlapisan batuan;
39
b) Biasanya terisi mineral lain seperti kalsit, kuarsa dan
sebagainya;
c) Kenampakan breksiasi.
(a) (b)
Gambar 9. (a) Kekar Gerus dan (b) Kekar Tensional (Djauhari Noor, 2009)
Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter
retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.
1) Shear Joint (Kekar Gerus) adalah rekahan yang membentuk pola saling
berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis
shear joint umumnya bersifat tertutup.
2) Tension Joint (Kekar Tensional) adalah rekahan yang berpola sejajar
dengan arah gaya utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
3) Extension Joint adalah rekahan yang berpola tegak lurus dengan arah gaya
utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.
40
3.2. Lipatan (Folds)
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya
tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk
lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi 2
(dua), antara lain:
a) Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas.
b) Lipatan Antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas.
Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat
dikelompokkan menjadi 7 (tujuh), antara lain:
a) Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
b) Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan
sumbu utama.
c) Lipatan Harmonik atau Disharmonik adalah lipatan berdasarkan
menerus atau tidaknya sumbu utama.
d) Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.
e) Lipatan Chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.
f) Lipatan Isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.
g) Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh
permukaan planar.
41
3.3. Patahan/Sesar (Faults)
Patahan/sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran.
Adapun indikator suatu sesar/patahan di lapangan dapat dikenali melalui:
a) Gawir sesar atau bidang sesar;
b) Breksiasi, gouge, milonit,
c) Deretan mata air;
d) Sumber air panas;
e) Penyimpangan/pergeseran kedudukan lapisan;
f) Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis,
lipatan dan sebagainya.
Gambar 10. Jenis-jenis Patahan Geologi (Djauhari Noor, 2009)
42
Sesar dapat dibagi beberapa jenis berdasarkan arah pergeserannya, antara lain:
1) Dip Slip Faults
Patahan yang bidang patahannya menyudut (inclined) dan pergeseran
relatifnya berada disepanjang bidang patahannya atau offset terjadi
disepanjang arah kemiringannya. Untuk setiap bidang patahan yang yang
mempunyai kemiringan, maka dapat kita tentukan bahwa blok yang berada
diatas patahan sebagai “hanging wall block” dan blok yang berada
dibawah patahan dikenal sebagai “footwall block”.
2) Normal Faults
Patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional horisontal pada batuan,
dimana “hangingwall block” telah mengalami pergeseran relatif ke arah
bagian bawah terhadap “footwall block”.
3) Horsts & Gabens
Sesar normal yang terjadi sebagai akibat dari tegasan tensional, dimana
bagian dari blok-blok yang turun akan membentuk “graben” sedangkan
blok-blok yang terangkat sebagai “horst”.
4) Half-Grabens
Patahan normal yang bidang patahannya berbentuk lengkungan dengan
besar kemiringannya semakin berkurang ke arah bawah sehingga dapat
menyebabkan blok yang turun mengalami rotasi.
5) Reverse Faults
Patahan hasil dari gaya tegasan kompresional horisontal pada batuan yang
bersifat retas, dimana “hangingwall block” berpindah relatif ke arah atas
terhadap “footwall block”.
43
6) A Thrust Fault
Patahan “reverse fault” yang kemiringan bidang patahannya lebih kecil dari
150 derajat. Pergeseran dari sesar “thrust fault” dapat mencapai hingga
ratusan kilometer sehingga memungkinkan batuan yang lebih tua dijumpai
menutupi batuan yang lebih muda.
7) Strike Slip Faults
Patahan yang pergerakan relatifnya berarah horisontal mengikuti arah
patahan. Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser yang bekerja di dalam
kerak bumi. Patahan jenis “strike slip fault” dapat dibagi menjadi 2 (dua)
tergantung pada sifat pergerakannya.
a) Bidang patahan yang berlawanan, maka jika bidang pada salah satu
sisi bergerak kearah kiri maka disebut sebagai patahan “left-lateral
strike-slip fault”.
b) Jika bidang patahan pada sisi lainnya bergerak ke arah kanan, maka
disebut sebagai “right-lateral strike-slip fault”.
8) Transform-Faults
Patahan “strike-slip faults” yang terjadi pada batas lempeng, dimana dua
lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara horisontal. Jenis patahan
transform umumnya terjadi di pematang samudra yang mengalami
pergeseran (offset), dimana patahan transform hanya terjadi diantara batas
kedua pematang, sedangkan dibagian luar dari kedua batas pematang tidak
terjadi pergerakan relatif diantara kedua bloknya karena blok tersebut
bergerak dengan arah yang sama. Daerah ini dikenal sebagai zona rekahan
(fracture zones).
44
F. Geowisata (geotourism)
1) Sejarah Geowisata (geotourism)
Geowisata (geotourism) muncul pada pertengahan tahun 1990-an.
Menurut beberapa sumber, orang yang pertama aktif memperkenalkan
istilah Geowisata adalah Tom Hose seorang ahli Geologi dari
Buckinghamshire Chilterns University di Inggris. Pada tahun 1996, ia
pernah menulis suatu makalah yang berjudul “Geotourism, or can
tourists become casual rock hounds: Geology on your doorstep” di
Geological Society (Dirgantara, n.d.).
2) Pengertian Geowisata (geotourism)
Geowisata (geotourism) adalah istilah yang berasal dari gabungan 2
(dua) kata yaitu geologi dan pariwisata. Geowisata (geotourism) adalah
suatu kegiatan wisata alam yang berfokus pada kenampakan geologis
permukaan bumi dalam rangka mendorong pemahaman akan
lingkungan hidup dan budaya, apresiasi dan konservasi serta kearifan
lokal. Geowisata (geotourism) menawarkan beberapa konsep wisata
alam yang menonjolkan keindahan, keunikan, kelangkaan dan
keajaiban suatu fenomena alam yang berkaitan erat dengan gejala-
gejala geologi (Kusumahbrata, 1999 dalam Hidayat, 2002).
3) Kriteria Daya Tarik Wisata Geologi
Menurut Darsoprajitno (2002), perbedaan unsur alam, budaya
masyarakat, dan unsur binaan di setiap belahan bumi yang merangsang
45
seseorang atau sekelompok orang untuk berwisata, disebut daya tarik
wisata. Daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang mempunyai
daya tarik, keunikan, dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan
wisatawan datang ke suatu daerah tertentu (Suryadana, 2015).
Daya tarik wisata alam memiliki kriteria sebagai berikut (Sammeng, 2001) :
a. Aspek Informasi
Bagi wisatawan aspek informasi menjadi syarat mutlak bagi
penyelenggaraan wisata alam, karena mereka selalu membutuhkan
informasi tentang gejala alam untuk mengntisipasi timbulnya bahaya.
b. Aspek Keanekaragaman
Destinasi wisata yang baik harus memiliki keanekaragaman baik flora
maupun fauna yang dapat dinikmati oleh para wisatawan.
c. Aspek Keindahan dan Keunikan
Proses fenomena alam serta hanya terjadi pada saat tertentu maka tidak
ada kemiripan antara suatu kawasan dengan kawasan wisata lain, sehingga
atraksi alam memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan atraksi
budaya dan atraksi buatan.
d. Aspek Motif Wisatawan
Motif wisatawan untuk melakukan penelitian, pendidikan, dan konservasi
alam terdapat minat khusus yang bersifat petualangan, sehingga perlu
adanya kawasan yang benar-benar masih alami, tanpa adanya atraksi
buatan.
46
e. Aspek Konservasi
Suatu atraksi alam tetap menyediakan kawasan dengan ekosistem yang
masih alami. Ekosistem yang alami berarti bukan hasil dari sebuah
rekayasa buatan manusia atau artificial.
4) Prinsip-Prinsip Geowisata
Prinsip yang harus diperhatikan dalam mengembangkan Geowisata
(geotourism), adalah sebagai berikut:
a. Berbasis Geologi (Geologically Based)
Wisata yang dijadikan sebagai geowisata merupakan hasil terjadinya
proses geologi. Dalam hal ini berarti alami dan bukan artifisial (buatan
manusia). Aspek fisik yang dapat dijadikan daya tarik wisata tersebut
dapat berupa kondisi tanah, kandungan mineral, jenis batuan dan
lainnya yang masih berhubungan dengan geologi.
b. Berkelanjutan (Suistanable)
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan hidup saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan
generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (World
Commission on Environmenoutal and Development, 1987).
Pengembangan pariwisata berkelanjutan merupakan pariwisata yang
"memaksimalkan potensi pariwisata untuk memberantas kemiskinan
dengan mengembangkan strategi yang tepat dalam kerjasama dengan
semua kelompok utama, masyarakat adat dan masyarakat lokal",
(Komisi PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan 1999).
47
Konsep pariwisata berkelanjutan, antara lain :
a. Kegiatan kepariwisataan dapat memberikan manfaat ekonomi
terhadap masyarakat setempat;
b. Kegiatan kepariwisataan tidak merusak lingkungan;
c. Kegiatan kepariwisataan dapat bertanggung-jawab secara sosial;
d. Kegiatan kepariwisataan tidak bertentangan dengan budaya
setempat.
c. Bersifat Informasi Geologi (Geologically Informative)
Geowisata (geotourism) merupakan pariwisata minat khusus dengan
memanfaatkan seluruh potensi sumber daya alam, sehingga diperlukan
peningkatan pengayaan wawasan dan pemahaman proses fenomena
fisik alam. Geowisata (geotourism) dilengkapi dengan informasi
tentang sejarah, proses terbentuknya geologi dan sebagainya. Tujuan
informasi tersebut diharapkan masyarakat sadar dan tidak merusak
keindahan lingkungan di sekitar objek geowisata (Nainggolan, 2016).
d. Wisata Pendidikan (Education Tour)
Education Tour merupakan suatu perjalanan wisata yang bertujuan
untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan
mengenai tempat wisata yang dikunjungi.
e. Bermanfaat Secara Lokal (Locally Beneficial)
Geowisata (geotourism) diharapkan mampu memberikan manfaat bagi
masyarakat di sekitarnya. Manfaat tersebut dapat berupa ekonomi,
sosial, peningkatan kualitas lingkungan atau lainnya (Hermawan, 2016).
48
f. Kepuasan Pengunjung (Tourist Satisfaction)
Kepuasan wisatawan diperoleh dengan tata kelola wisata yang baik,
mampu memberikan jaminan terhadap keamanan dan keselamatan bagi
wisatawan; serta didukung pelayanan wisata yang baik (Hermawan,
2016).
49
Gambar 11. Konsep Kotak Geowisata (geotourism) (Brahmantyo, 2014)
50
Gambar 12: Alam dan Ruang Lingkup Geowisata (geotourism)
Source: Newsome (2005)
51
5) Parameter Penilaian Geowisata
Berikut ini parameter penilaian Geowisata (geotourism) adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Parameter Kuantifikasi Geowisata (Kubalikova, 2013).
Nilai Pendekatan Ilmiah dan Intrinsik Nilai
Integritas (A)
Situs telah hancur/ rusak parah 0
Situs rusak, tetapi lingkungan abiotic masih
terlihat
0,5
Situs tanpa kerusakan/ masih alami 1
Keunikan/kekhasan
(Jumlah situs yang mirip
dengan situs tersebut) (B)
Lebih dari 5 situs di lokasi tersebut 0
2 sampai 5 situs mirip di lokasi tersebut 0,5
Hanya 1 situs di lokasi tersebut 1
Keanekaragaman, Jumlah
bentuk yang berbeda dan
proses geologi yang dapat
terlihat (C)
Hanya 1 bentuk/ proses yang terlihat 0
2 sampai 4 bentuk/ proses yang terlihat 0,5
Lebih dari 5 bentuk/ proses yang terlihat 1
Apakah situs pernah
dipublikasikan secara ilmiah
(D)
Situs tidak dikenal/diketahui 0
Makalah/paper ilmiah setingkat nasional 0,5
Diketahui secara luas oleh masyarakat 1
Nilai Pendidikan Nilai
Representatif, Kejelasan
bentuk/proses yang ada (A)
Kejelasan bentuk dan proses yang
rendah/tidak jelas
0
Kejelasan bentuk sedang dan dapat
dikenali
0,5
Kejelasan bentuk dan proses yang tinggi
dapat dikenali oleh masyarakat luas
1
52
Nilai Pendidikan Nilai
Apakah ada produk
pendidikan pada situs (B)
Tidak ada produk pendidikan/informasi 0
Ada leaflet, peta, website 0,5
Ada panel informasi situs dilokasi tersebut 1
Penggunaan dari situs untuk
kepentingan pendidikan (C)
Tidak ada penggunaan situs untuk
pendidikan
0
Digunakan untuk kunjungan ekskursi atau
fielftrip khusus untuk pelajar
0,5
Tempat umum untuk dikunjungi
masyarakat
1
Nilai Ekonomis Nilai
Aksesibilitas (A)
Lebih dari 1 km dari tempat parkir 0
Kurang dari 1 km dari tempat parkir 0,5
Lebih dari 1 km dari pemberhentian
transportasi umum
1
Kehadiran infrastruktur
penunjang pariwisata (B)
Lebih dari 10 km dari lokasi fasilitas
wisata yang telah ada
0
5 – 10 km fasilitas wisata yang telah ada 0,5
Kurang dari 5 km fasilitas wisata yang
telah ada
1
Produk Lokal Masyarakat
(C)
Tidak ada produk lokal yang terkait dengan
situs
0
Beberapa produk lokal terkait 0,5
Pusat beberapa produk tertentu 1
Nilai Konservasi Nilai
Ancaman dan Resiko Aktual
(A)
Resiko tinggi secara alami dan buatan 0
Ada resiko yang dapat mengganggu situs 0,5
53
Resiko rendah dan tidak ada ancaman 1
Nilai Konservasi Nilai
Potensi Ancaman dan
Resiko yang belum terjadi
(B)
Resiko tinggi secara alami dan buatan 0
Ada resiko yang dapat mengganggu situs 0,5
Resiko rendah dan tidak ada ancaman 1
Status terbaru dari situs (C)
Proses perusakan terus terjadi 0
Site rusak, tapi ada managemen untuk
mencegahnya
0,5
Tidak ada proses perusakan 1
Perlindungan undang-
undang/ perda tentang situs
(D)
Tidak ada hukum yang melindungi 0
Baru bersifat pengajuan 0.5
Sudah ada perda/hukum untuk
mengkonservasiny1
Nilai Tambahan Nilai
Nilai budaya, agama,
sejarah yang terkait dengan
situs (A)
Tidak ada unsur budaya 0
Ada unsur budaya namun tidak terlalu
berkaitan dengan unsur abiotik0.5
Ada hubungan budaya yang kuat dengan
unsur abiotik, misalnya mistis1
Nilai Ekologi (B)
Tidak ada pengaruh penting karena
kurangnya makhluk hidup0
Ada pengaruh tapi tidak terlalu penting 0.5
Pentingnya pengaruh dari aspek geomorfik
terhadap ekologi di sekitarnya1
Nilai Estetika (C):
Jumlah Warna (D);
1 warna 0
2-3 warna 0.25
Lebih dari 3 warna 0.5
54
Nilai Tambahan Nilai
Struktur Ruang dan
Pemandangan (E)
Hanya 1 pola 0
2 atau 3 Pola yang dapat dibedakan 0.25
Lebih dari 3 pola 0.5
G. Metode Resistivitas
Metode Resistivitas (geolistrik) merupakan salah satu metode geofisika untuk
mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan
tanah. Cara kerja metode ini dengan cara menginjeksikan arus listrik DC
(Direct Current) yang mempunyai tegangan tinggi kedalam tanah
menggunakan 2 (dua) buah elektroda arus A & B yang ditancapkan ke dalam
tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan
menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
Aliran arus listrik tersebut akan menimbulkan tegangan listrik dalam tanah.
Hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang
berbeda dapat digunakan untuk menurunkan variasi harga tahanan jenis
lapisan dibawah permukaan.
1)Teori Resistivitas
Teori resistivitas menjelaskan bahwa apabila arus listrik searah dialirkan
melalui suatu medium, maka perbandingan antara perbedaan potensial (V)
yang terjadi dengan arus (I) yang diberikan adalah tetap. Untuk besaran
nilai tetapan ini dipengaruhi dari suatu medium.
55
Gambar 13. Teori Resistivitas (Adhi, 2003)
Tetapan ini disebut sebagai tahanan (R), yang dinyatakan dalam hubungan
matematis sebagai berikut:
R = V/I .........................................................(1)
dimana :
V : Beda Potensial
I : Kuat Arus
R : Resistivitas
2) Resistivitas Batuan
Aliran arus listrik dalam batuan dan mineral dapat dikelompokkan menjadi
3 (tiga) macam, diantaranya konduksi secara elektronik, konduksi secara
elektrolitik dan konduksi secara dielektrik. Aliran listrik tersebut
56
dipengaruhi oleh sifat atau karakteristik masing-masing batuan. Salah satu
sifat atau karakteristik batuan itu adalah resistivitas yang menunjukkan
kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Semakin
besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut
menghantarkan arus listrik, begitu pula sebaliknya. Konduktor
didefinisikan sebagai bahan yang memiliki resistivitas kurang dari 10-8
Ωm, sedangkan isolator memiliki resistivitas lebih dari 107 Ωm. Secara
umum berdasarkan nilai resistivitas listriknya, batuan dan mineral dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1) Konduktor baik : 10-8 < ρ < 1 Ωm;
2) Konduktor pertengahan : 1 < ρ < 107 Ωm;
3) Isolator : ρ > 107 Ωm.
3) Konfigurasi Elektroda
Jenis-jenis konfigurasi elektroda pada metode geolisrik antara lain,
Konfigurasi Wenner, Konfigurasi Schlumberger dan Konfigurasi Dipole-
Dipole. Prosedur pengukuran untuk masing-masing konfigurasi tersebut
bergantung pada nilia variasi resistivitas terhadap kedalaman yaitu arah
vertical (sounding) atau arah lateral (mapping). Untuk mengetahui
persebaran dan kedalaman lapisan air tanah dapat dilakukan pengolahan
data resistivitas 1D. Sedangkan untuk menampilkan penggambaran
keadaan dibawah permukaan tanah dapat dilakukan pengolahan data
resistivitas 2D dan 3D.
57
Eksplorasi Geolistrik memanfaatkan alat-alat berupa main unit, sumber
daya (DC ataupun AC), kabel serta elektroda. Pemasangan elektroda
dalam metode ini memiliki berbagai konfigurasi yang masing-masing
konfigurasi digunakan untuk fungsi tertentu seperti sounding (mengambil
data secara vertical), mapping (mengambil data secara lateral) dan
imaging (mengambil data secara vertical dan lateral).
Konfigurasi Schlumberger menggunakan dua elektroda arus yang sering
dinamakan A, B dan dua elektroda potensial yang dinamakan M, N. Pada
konfigurasi Schlumberger, dua elektroda potensial (MN) diletakkan di
antara dua elektroda arus (AB). Jarak elektroda potensial (MN/2) dibuat
tetap, tetapi jarak antara elektroda arus (AB/2) diubah-ubah agar diperoleh
banyak informasi tentang bagian dalam bawah permukaan tanah. Untuk
mengetahui struktur bawah permukaan yang lebih dalam, maka jarak
masing-masing elektroda arus (AB/2) dan elektroda potensial (MN/2)
dapat ditambah secara bertahap, sehingga efek penembusan arus ke bawah
semakin dalam. Kelebihan dari konfigurasi Schlumberger adalah
kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan
pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu
ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2.
58
Gambar 14. Konfigurasi Schlumberger (ITB, 1992)
H. Dinamika Laut
Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu
bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan terhadap keadaan. Dinamika
juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara sistem secara
keseluruhan. Berikut ini 4 (empat) faktor yang menjadikan dinamika
lingkungan kawasan pesisir dan laut, antara lain Arus Laut, Gelombang
Laut, Pasang Surut Air Laut, dan Transport Sedimen.
1. Arus Laut
Arus laut adalah gerakan massa air dari suatu tempat (posisi) ke
tempat yang lain. Adanya perbedaan pemanasan matahari terhadap
permukaan bumi menimbulkan perbedaan energi yang diterima
permukaan bumi. Perbedaan ini menimbulkan fenomena arus laut.
59
Sirkulasi dari arus laut terbagi atas 2 (dua) kategori yaitu sirkulasi di
permukaan laut (surface circulation) dan sirkulasi di dalam laut
(intermediate or deep circulation). Arus pada sirkulasi di permukaan
laut didominasi oleh arus yang ditimbulkan oleh angin sedangkan
sirkulasi di dalam laut didominasi oleh arus termohalin. Arus
termohalin timbul akibat adanya perbedaan densitas karena
berubahnya suhu dan salinitas massa air laut. Sirkulasi yang digerakan
oleh angin terbatas pada gerakan horisontal dari lapisan atas air laut.
Sirkulasi termohalin mempunyai komponen gerakan vertikal dan
merupakan agen dari pencampuran massa air di lapisan dalam
(Nining, 2002).
Arus tidak bergerak searah dengan arah angin tetapi dibelokan ke arah
kanan dari arah angin di belahan bumi utara dan arah kiri di belahan
bumi selatan. Pada kedalaman yang cukup besar antara 500 - 2000 m,
kecepatan arus yang ditimbulkan angin ini menjadi nol. Kedalaman
dimana kecepatan arus sama dengan nol disebut kedalaman tanpa
gerakan atau kedalaman Ekman. Transpor massa air ini juga disebut
sebagai transpor Ekman. Pengetahuan tentang transpor Ekman ini
dapat digunakan untuk menjelaskan mekanisme timbulnya fenomena
laut yang dikenal dengan nama "upwelling dan downwelling".
Upwelling adalah naiknya air dingin dari lapisan dalam ke permukaan
laut. Sedangkan downwelling merupakan turunnya air permukaan laut
60
ke lapisan lebih dalam. Mekanisme terbentuknya upwelling
diperlihatkan pada Gambar 15.
Gambar 15. Mekanisme terbentuknya upwelling (Nining, 2002)
Arus laut dapat juga terjadi akibat adanya perbedaan tekanan antara
tempat yang satu dengan tempat yang lain. Perbedaan tekanan ini
terjadi sebagai hasil adanya variasi densitas air laut dan slope
permukaan laut. Densitas air laut bervariasi dengan suhu dan
salinitas. Air tawar yang hangat adalah ringan, sementara air laut yang
dingin adalah berat. Perairan yang densitasnya rendah
(hangat) mempunyai permukaan laut yang lebih tinggi daripada
perairan yang densitasnya tinggi (dingin) akibatnya terdapat slope
(kemiringan) permukaan laut antara daerah densitas rendah
dan tinggi seperti pada Gambar 16. Karena adanya slope permukaan
laut tekanan air di daerah densitas rendah lebih besar daripada tekanan
air di daerah densitas tinggi. Perbedaan tekanan ini menggerakan
massa air di daerah tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah.
61
Gambar 16. Variasi densitas air laut (Nining, 2002)
2. Pasang Surut Air Laut
Permukaan muka air laut akan senantiasa berubah-ubah (naik-turun secara
teratur), bahwa muka air laut naik-turun secara periodic. Pasang surut
adalah perubahan gerak relatif dari materi suatu planet, bintang dan benda
angkasa lainnya yang diakibatkan aksi gravitasi benda-benda angkasa di
luar materi itu berada. Sehingga pasang surut yang terjadi di bumi terdapat
dalam tiga bentuk (Gross, 1997) yaitu:
1) Pasang surut atmosfer (Atmospheric Tide)
Pasang surut atmosfer adalah gerakan atmosfer bumi yang diakibatkan
oleh adanya aksi gravitasi dari matahari dan bulan atau benda langit
lainnya.
2) Pasang surut laut (Ocean Tide)
Permukaan muka air laut akan senantiasa berubah-ubah (naik-turun
secara teratur), bahwa muka air laut naik-turun secara periodik.
3) Pasang surut bumi (Boily Tide)
Pasang surut bumi adalah gangguan akibat gaya gravitasi benda langit
terhadap bagian bumi padat.
62
3. Gelombang Laut
Gelombang laut pada umumnya timbul oleh pengaruh angin, walaupun
masih ada faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan gelombang di laut
seperti aktifitas seismik di dasar laut (gempa), letusan gunung api, gerakan
kapal, gaya tarik benda angkasa (bulan dan matahari) (Nining, 2002).
Berdasarkan perbandingan antara kedalaman perairan (d) dan panjang
gelombang (L), gelombang laut dapat diklasifikasikan (Nesting, 2002)
menjadi:
1) Gelombang perairan dalam (Deep water waves) dimana d/L > ½
2) Gelombang perairan transisi (Transitional waves) dimana 1/20 <
d/L < ½
3) Gelombang perairan dangkal (Shallow water waves) dimana d/L
<l/20
4. Transport Sedimen
Pola sedimentasi dan erosi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti sistem
transpor pasir (sedimen) yang kompleks, yang merupakan akibat dari
interaksi yang kompleks antar angin, pasang surut, gelombang, dan
material (sedimen, pasir, dan lain-lain).
I. Mitigasi Bencana
Berdasarkan UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
63
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Sedangkan menurut International Strategy for Disaster Reduction
(UNISDR), bencana adalah suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau
karena ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga
menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta benda, dan kerusakan
lingkungan, kejadian ini terjadi diluar kemampuan masyarakat dengan
segala kemampuannya.
Pada umumnya, jenis bencana dikelompokkan ke dalam 6 (enam)
kelompok, sebagi berikut:
1) Bencana geologi. Antara lain letusan gunung api, gempa
bumi/tsunami, dan longsor/gerakan tanah.
2) Bencana hidrometeorologi. Antara lain banjir, banjir bandang,
badai/angin topan, kekeringan, rob/air laut pasang, dan kebakaran
hutan.
3) Bencana biologi. Antara lain epidemi dan penyakit tanaman/hewan.
4) Bencana kegagalan teknologi. Antara lain kecelakaan/kegagalan
industri, kecelakaan transportasi, kesalahan desain teknologi, dan
kelalaian manusia dalam pengoperasian produk teknologi.
64
5) Bencana lingkungan. Antara lain pencemaran, abrasi pantai,
kebakaran (urban fire), dan kebakaran hutan (forest fire).
6) Bencana sosial. Antara lain konflik sosial, terorisme/ledakan bom,
dan eksodus (pengungsian/berpindah tempat secara besar-besaran)
(Nurjanah dkk, 2012).
Gambar 17. Siklus Managemen Bencana (Nurjanah dkk, 2012)
Manajemen Bencana (Disaster Management) adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari bencana beserta segala aspek yang berkaitan dengan
bencana, terutama risiko bencana dan bagaimana menghindari risiko
bencana. Cara kerja Manajemen Bencana adalah melalui kegiatan-kegiatan
yang ada pada setiap siklus managemen bencana yaitu pencegahan,
mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, serta pemulihan.
65
Pengkajian risiko terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu penilaian atau
pengkajian ancaman, kerentanan dan kapasitas atau kemampuan.
1) Bahaya (Hazard)
Bahaya adalah suatu fenomena alam atau buatan yang mempunyai
potensi mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda, dan
kerugian harta benda serta kerusakan lingkungan. Akibat proses-proses
dari dalam dan luar bumi, bumi membangun dirinya yang ditunjukkan
dengan pergerakan kulit bumi, pembentukan gunung api, pengangkatan
daerah dataran menjadi pegunungan yang merupakan bagian dari proses
internal. Sedangkan proses internal berupa hujan, angin, serta fenomena
iklim lainnya cenderung melakukan perusakan morfologi melalui
proses degradasi (pelapukan batuan, erosi, dan abrasi)
2) Kerentanan (Vulnerability)
Kerentanan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan masyarakat
dalam menghadapi ancaman. Kerentanan ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor di antaranya adalah fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan.
Tingkat kerentanan dapat ditinjau dari kerentanan fisik (presentase
kawasan terbangun, kepadatan bangunan, presentase bangunan
konstruksi darurat, jaringan listrik, rasio panjang jalan, jaringan
telekomunikasi, jaringan PDAM, dan jalan kereta api),
sosial kependudukan (kepadatan penduduk, laju pertumbuhan
penduduk, dan presentase penduduk usia tua-balita), dan ekonomi
(presentase rumah tangga yang bekerja di sektor rentan dan rumah
tangga miskin).
66
3) Kapasitas (Capacity)
Kapasitas atau kemampuan merupakan kombinasi dari semua
kekuatan dan sumber daya yang ada dalam masyarakat, kelompok, atau
organisasi yang dapat mengurangi tingkat risiko atau dampak bencana.
Kegiatan ini akan mengidentifikasi status kemampuan komunitas di
desa/kelurahan pada setiap sektor (sosial, ekonomi, keuangan, fisik dan
lingkungan) yang dapat dioptimalkan dan dimobilisasikan untuk
mengurangi kerentanan dan risiko bencana.
J. Tanah Longsor
Tanah longsor adalah sebuah peristiwa geologi yang terjadi karena adanya
pergerakan massa batuan atau tanah yang bergerak jatuh ke bawah. Pada
umumnya tanah longsor disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor pendorong
dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor yang mempengaruhi
kondisi material sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan
bergeraknya material tersebut.
Berikut adalah proses terjadinya longsor yang sering terjadi di beberapa
wilayah di Indonesia :
a) Proses Meresapnya Air ke Tanah
Proses pertama terjadinya tanah longsor adalah proses resapan air
hujan ke dalam tanah. Peristiwa meresapnya air akan mempengaruhi
beban dalam tanah sehingga tanah akan berada diambang batas
maksimal dalam menampung air.
67
b) Perubahan Tekstur Tanah
Apabila air yang secara terus-menerus menerjang tanah sampai
menembus ke bagian tanah yang kedap air serta berperan sebagai
bidang gelincir maka tanah akan menjadi licin. Tanah yang licin inilah
nantinya akan akan mengalami pergerakan yang amat cepat menuju ke
bawah apabila hujan deras terjadi.
c) Tanah Mengalami Pelapukan
Tanah yang berada di atas permukaan akan mengalami pelapukan,
begitu juga struktur lapisan tanah yang berada di bawahnya begitu
sampai dasar dari tanah. Pada peristiwa pelapukan ini akan
menyebakan tanah bergerak mengikuti lereng dan kemudian keluar
lereng sehingga terjadilah tanah longsor.
1. Faktor Penyebab Tanah Longsor
Penyebab longsor disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia.
Adapun faktor alam penyebab tanah longsor, antara lain:
a) tingginya tingkat curah hujan yang berlangsung secara terus
menerus,
b) keadaan topografi seperti tingkat kemiringan lereng,
c) kondisi geologi seperti batuan yang mengalami pelapukan,
d) terjadinya gempa bumi, meletusnya gunung berapi yang dapat
menyebabkan pergeseran tanah, lapisan batuan yang lempung,
kemiringan lapisan sisipan,.
68
Adapun faktor manusia penyebab tanah longsor, antara lain:
a) sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi secara aman,
b) sistem drainase daerah lereng yang tidak bekerja dengan baik,
c) adanya penimbunan tanah di daerah yang berlereng,
d) adanya budidaya kolam ikan di atas lereng yang dapat menyebabkan
air menyerap ke tanah dalam jumlah yang banyak,
e) hilangnya kesadaran masyarakat akan menjaga lingkungannya sendiri,
f) pemotongan tebing untuk kepentingan tambang,
g) penebangan hutan secara ilegal,
h) Pembangunan suatu wilayah yang tidak memperhatikan Rencana
Umum Tata Ruang Kota (RUTR) yang baik.
2. Tanda-tanda Tanah Longsor
Tanah longsor memiliki tanda-tanda yang dapat dijadikan patokan untuk
mengetahui akan terjadinya longsor sehingga tanah longsor dapat dicegah.
Berikut adalah penjelasan mengenai tanda-tanda terjadinya tanah longsor:
a) Tebing terlihat rapuh dan kerikil banyak berjatuhan,
b) Banyak pohon dan tiang listrik miring,
c) Muncul retakan tanah pada tebing,
d) Tidak ada lagi air tergenang setelah hujan,
e) Tanah keluar air secara tiba-tiba,
f) Amblasnya bagian luar atau dalam sebuah bangunan.
69
3. Jenis-Jenis Tanah Longsor
Adapun jenis tanah longgsor terbagi menjadi 6 (enam), antara lain:
a) Tanah Longsor Translasi
Tanah longsor translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan
pada bidang gelincir terbentuk merata atau menngelombang landai.
Gambar 18. Tanah Longsor Translasi (Rahmawati, 2009)
b) Tanah Longsor Rotasi
Tanah longsor rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan
pada bidang gelincir berbentuk cekung.
Gambar 19. Tanah Longsor Rotasi (Rahmawati, 2009)
70
c) Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada
bidang gelincir berbentuk rata. Tanah longsor ini disebut juga tanah
longsor translasi blok batu.
Gambar 20. Pergerakan Blok (Rahmawati, 2009)
d) Runtuhan Batuan
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain
bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada
lereng yang terjadi hingga menggantung terutama di daerah pantai.
Gambar 21. Runtuhan Batuan (Rahmawati, 2009)
71
e) Rayapan Tanah
Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat.
Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus.
Gambar 22. Rayapan Tanah (Rahmawati, 2009)
f) Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong
oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng,
volume, tekanan air dan jenis materialnya.
Gambar 23. Aliran Bahan Rombakan (Rahmawati, 2009)
72
4. Upaya Pencegahan Tanah Longsor
Berikut adalah upaya untuk mencegah tanah longsor, antara lain:
a) Jangan Membuat Kolam atau Sawah Di Atas Lereng
Ketika akan membuat kolam atau sawah diatas lereng sangat
diupayakan untuk tidak membuatnya karena akan semakin
meningkatkan peluang terjadinya longsor. Dengan adanya tebing
curam terlebih pada lahan gundul sementara itu diatasnya juga ada
kolam dan sawah yang dipenuhi air tentu membuat daya hidrostatika
semakin kuat menekan permukaan tanah sehingga tanah rentan untuk
tergeser merubah dan mengakibatkan terjadinya longsor.
b) Tidak Mendirikan Rumah Di Bawah Tebing
Untuk masalah pembuatan rumah carilah lokasi yang masih terbilang
aman ketika hendak membangun sebuah rumah. Jika lokasi sekitar
memang berbukit, pilihlah lokasi yang kiranya aman dari jangkauan
luruhan tanah jika terjadi longsor. Usahakan lokasi bangunan sejauh
mungkin dari kaki tebing, contoh jika tinggi suatu tebing 100 meter
maka usahakan lokasi rumah atau angunan berjarak minimal 250
meter dari kaki lereng. Sehingga apabila terjadi tanah longsor tidak
akan mencapai bangunan tersebut.
c) Jangan Menebang Pohon Di Sekitar Lereng
Banyak yang tidak mengetahui bahwa semakin banyaknya pohon
maka semakin kuat dan stabil suatu tanah, karena akar-akar dari
pohon-pohon tersebut menyebar dan saling bersinggungan sehingga
73
bisa membantu tanah tidak mudah longsor karena akan menjadi
penahan tanah.
d) Jangan Memotong Tebing Secara Tegak Lurus
Ketika ingin mengali tanah dalam jumlah besar untuk keperluan
tambang atau lainnya maka sebaiknya jangan langsung memotong
badan lereng secara tegak karena akan mengurangi daya penahan
tanah terhadap tanah yang berada di atasnya. Jika badan tebing sudah
terpotong secara dalam, tanah di bagian bawah akan kehilangan
penopang sehingga menimbulkan tanah longgsor.
e) Tidak Mendirikan Bangunan Di Sekitar Sungai
Semakin tinggi jarak antara bibir tebing terhadap sungai maka akan
semakin besar peluang terjadinya longsor. Terjadinya erosi tanah
tidak langsung namun tanah yang terus tergerus oleh erosi tanah akan
menyebabkan semakin habisnya tanah ada di sekitar sungai.
f) Membuat Terasering
Jika suatu lahan miring terpaksa digunakan untuk membuat sawah
atau ladang maka sebaiknya buatlah sistem bertingkat sehingga akan
memperlambat run off (aliran permukaan) ketika hujan. Jangan lupa
untuk mengatur drainase supaya tidak ada air yang tergenang di
lereng.
g) Lakukan Upaya Preventif
Dengan cara mengecek apakah terdapat retakan pada tanah, jika
ditemukan maka segera tutup celah retakan itu dengan tanah lempung
supaya tidak banyak air masuk kedalam celah retakan tersebut. Selain
74
itu dengan menjaga kelestarian vegetasi di sekitar tebing juga menjadi
salah satu upaya pencegahan yang terbukti efektif.
h) Memberikan penyuluhan kepada Masyarakat
Penyebab rusaknya kawasan hutan sekitar lerang karena dilakukan
penebangan pohon oleh masyarakat sekitar yang memang belum
memiliki kesadaran dan pengetahuan mengenai dampak negatif yang
akan terjadi. Memberikan penyuluhan akan membuka wawasan dan
kesadaran dari masyarakat untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat
memicu terjadinya bencana.
i) Harus Ada Intervensi Dari Pemerintah
Upaya penyuluhan kepada masyarakat sekitar akan semakin tepat
sasaran ketika dibuat peraturan tegas terkait pelanggaran aturan yang
telah ditetapkan. Oleh karena itu, harus ada upaya campur tangan dari
pemerintah atau pihak berwenang untuk membuat aturan dan sanksi
yang tegas untuk setiap pelanggaran.
5. Dampak Tanah Longsor
Banyak dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya tanah longsor baik
dampak terhadap kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan maupun
dampaknya terhadap keseimbangan lingkungan.
1) Dampak terhadap kehidupan
Terjadinya bencana tanah longsor memiliki dampak yang sangat besar
terhadap kehidupan, khususnya manusia. Adapun dampak yang
75
ditimbulkan dengan terjadinya tanah longsor terhadap kehidupan adalah
sebagai berikut:
a. Bencana longsor bantak menelan korban jiwa
b. terjadinya kerusakan infrastruktur publik seperti jalan, jembatan
dan sebagainya.
c. Kerusakan bangunan-bangunan seperti gedung perkantoran dan
perumahan penduduk serta sarana peribadatan.
d. Menghambat proses aktivitas manusia dan merugikan baik
masyarakat yang terdapat di sekitar bencana.
2) Dampak terhadap lingkungan
Adapun dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan akibat
terjadinya tanah longsor adalah sebagai berikut:
a. terjadinya kerusakan lahan
b. hilangnya vegetasi penutup lahan
c. terganggunya keseimbangan ekosistem
d. lahan menjadi kritis sehingga cadangan air di bawah tanah menipis
e. lahan lain seperti sawah, kebun dan lahan produktif lainnya.
H. Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang, yaitu ‘tsu dan ‘nami’ yang mempunyai
arti secara harfiah adalah ombak besar pada sebuah pelabuhan. Secara istilah,
pengertian tsunami secara umum dapat diartikan sebagai perpindahan air yang
76
disebabkan oleh adanya perubahan pada permukaan laut secara vertikal dan
berlangsung secara tiba-tiba. Gelombang tsunami adalah jenis gelombang yang
dapat bergerak ke segala arah dengan jarak hingga beribu-ribu kilometer.
Ciri-ciri tsunami antara lain:
a. Kondisi air di sekitar pantai tiba-tiba surut;
b. Adanya suara gemuruh dari kejauhan yang cukup keras;
c. Perilaku hewan yang aneh seperti burung yang menuju tengah lautan,
hewan ternak yang terlihat stress;
d. Adanya gempabumi sebelum tsunami dengan sumber dasar laut;
e. Terdapat gelombang yang tidak biasa;
f. Keadaan awan yang lebih mendung daripada biasanya;
g. Listrik yang menyala meskipun tidak ada aliran listrik karena adanya
gelombang elektromagnetik.
Faktor penyebab tsunami, antara lain:
1) Gempabumi
Salah satu penyebab terjadinya gempabumi ini adalah pergerakan
lempeng dan adanya sesar aktif.
2) Erupsi Gunung api
Erupsi gunung api memicu terjadinya tsunami karena akan
mengakibatkan gempabumi yang bersifat vulkanik. Salah satu contoh
tsunami yang disebabkan oleh erupsi gunungapi adalah kejadian
tsunami akibat letusan Gunung Krakatau.
77
3) Longsoran Bawah Laut
Tidak hanya gempabumi dan gunung api, longsoran bawah laut yang
disebabkan karena adanya lempeng yang bertabrakan sehingga
menyebabkan bencana tsunami submarine landslide.
4) Meteor
Faktor ini berasal dari luar bumi, yaitu adanya hantaman meteor yang
mengenai laut sehingga memicu terjadinya tsunami.
Jenis-jenis tsunami terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
1) Tsunami Lokal
Tsunami ini dapat menyebabkan kerusakan yang cukup dekat. Penyebab
dari tsunami lokal ini adalah adanya gempabumi yang terjadi pada
kedalaman 100 km. Kedatangan tsunami lokal ini kurang lebih 1 jam dari
datangnya gempabumi, bahkan bisa kurang dari 10 menit.
2) Tsunami Regional
Tsunami Regional memberikan dampak kerusakan dengan lingkup
regional atau lebih luas bisa mencapai 100 – 1000 km. Gelombang
tsunami akan datang ke darat dalam waktu 1 – 3 jam sehingga bisa
dibayangkan dampak akan cukup parah.
3) Tsunami Jarak Jauh
Tsunami jarak jauh ini merupakan jenis tsunami Aceh 2004, biasa juga
disebut dengan tele-tsunami. Tsunami ini mencapai jarak lebih dari 1000
km dari daratan. Kedatangan gelombang tsunami pada jenis ini
mempunyai durasi yang cukup lama namun dampaknya juga sangat besar.
78
Adapun dampak tsunami, antara lain:
1) Dampak Negatif
a. Memakan banyak korban manusia dan hewan;
b. Merusak infrastruktur bangunan, tumbuhan, dan apa saja yang dilalui
oleh gelombang;
c. Mengeluarkan banyak dana pemerintah untuk pembangunan pasca
tsunami;
d. Dapat menambah tingkat kemiskinan;
e. Memakan harta benda.
2) Dampak Positif
a. Rasa gotong royong semakin meningkat;
b. Sebagai bahan pembelajaran jika terjadi tsunami lagi;
c. Dapat melakukan identifikasi seberapa kuat konstruksi bangunan yang
terkena dampak;
d. Lapangan pekerjaan meningkat pasca tsunami;
Adapun cara penanggulangan tsunami, antara lain:
1) Berlari menuju ke tempat tertinggi setelah mendengar adanya gemuruh
yang keras pada perairan didekat pantai.
2) Ikuti himbauan dari pemerintah setempat, jangan kembali ke tempat yang
rendah sebelum pemerintah menyatakan status aman.
3) Ketika sedang terjadi tsunami, saling bantu membantulah meskipun tidak
mengenal, tolonglah korban yang luka-luka.
79
4) Menetap di posko penanggulangan bencana dan jangan panik secara
berlebihan.
Sejarah Tsunami Selat Sunda
Tabel 13. Data Kejadian Tsunami Selat Sunda (Katalog Soloviev dan Go, 1974)
No. Tahun Uraian Kegiatan Tsunami
1. 416 Kitab Jawa yang berjudul "Book of Kings"
(Pustaka Radja), mencatat adanya beberapa kali
erupsi dari Gunung Kapi yang menyebabkan
naiknya gelombang laut dan menggenangi daratan
hingga memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau
Jawa. Gunung Kapi ini diyakini sebagai Gunung
api Krakatau saat ini.
2. Oktober 1722
Pukul 08.00
Terjadi gempa bumi kuat di laut yang dirasakan di
Jakarta dan menyebabkan air laut naik seperti air
mendidih.
3. 24 Agustus 1757
Pukul 02.00
Gempa bumi yang kuat dirasakan di Jakarta
kurang lebih selama 5 menit. Pada pukul 2.05,
selama goncangan yang terkuat, angin dirasakan
berasal dari timur laut. Air sungai Ciliwung
meluap hingga 0,5 meter dan membanjiri Kota
Jakarta.
80
No. Tahun Uraian Kegiatan Tsunami
4. 04 Mei 1851 Di Teluk Betung, di dalam Teluk Lampung di
pantai selatan pulau Sumatera, teramati
gelombang pasang naik 1,5 m di atas air pasang
biasanya.
5. 09 Januari 1852
Pukul 18.00
Dirasakan gempa bumi yang menyebar dari
bagian barat Jawa hingga bagian selatan
Sumatera, dirasakan juga di Jakarta dan gempa-
gempa susulannya dirasakan pula di Bogor dan
Serang. Pada pukul 20.00, terjadi fluktuasi air laut
yang tidak seperti biasanya.
6. 27 Agustus 1883
Pukul 10.02
Terjadi erupsi sangat dahsyat dari gunung api
Krakatau yang diikuti oleh gelombang tsunami.
Ketinggian tsunami maksimum teramati di Selat
Sunda hingga 30 meter di atas permukaan laut, 4
meter di pantai selatan Sumatera, 2-2,5 meter di
pantai utara dan selatan Jawa, 1,5-1 meter di
Samudera Pasifik hingga ke Amerika Selatan. Di
Indonesia sebanyak 36.000 orang meninggal
dunia.
7. 10 Oktober 1883 Di Cikawung di pantai Teluk Selamat Datang,
teramati gelombang laut yang membanjiri pantai
sejauh 75 meter.
81
No. Tahun Uraian Kegiatan Tsunami
8. Februari 1884 Lima bulan setelah kejadian erupsi Gunung Api
Krakatau, tsunami kecil teramati di sekitar Selat
Sunda, diakibatkan oleh suatu erupsi gunung api.
9. Agustus 1889 Teramati kenaikan permukaan air laut yang tidak
wajar di Anyer, Jawa Barat.
10. 26 Maret 1928 Kejadian erupsi gunung api Krakatau diiringi oleh
kenaikan gelombang laut yang teramati di
beberapa tempat di sekitar wilayah gunung api.
11. 22 April 1958
Pukul 05.40
Dirasakan gempa bumi di Bengkulu, Palembang,
Teluk Banten dan Banten yang diiringi dengan
kenaikan permukaan air laut yang meningkat
secara berangsur.
12. 22 Desember 2018
Pukul 22.10
Pesisir Selat Sunda terkena dampak tsunami yaitu
Banten dan Lampung.
IV. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat penelitian ini adalah sebagai berikut:
Waktu : Agustus – November 2018
Tempat : Desa Totoharjo dan Laboratorium Eksporasi
Teknik Geofisika Universitas Lampung
Alamat :
1. Desa Totoharjo
Desa Totoharjo, Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan
2. Laboratorium Eksplorasi Teknik Geofisika
Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1, Gedong Meneng, Rajabasa,
Kota Bandar Lampung, Lampung (35145)
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Data Koordinat
2. Data Topografi (Data DEM)
83
3. Data PGA Provinsi Lampung
4. Data Kemiringan Lereng Kabupaten Lampung Selatan
5. Data Kependudukan
6. Data Resistivitas 1D, 2D dan 3D
7. Palu Geologi
8. Kompas Geologi
9. Global Positioning System (GPS)
10. Automatic Resitivity (ARES)
11. Drone Tipe DJI Phantom 4 Pro
12. Laptop
13. Software Pengolahan Data
13.1 ArcGIS versi 10,
13.2 Surfer versi 11,
13.3 IP2win,
13.4 Res2dinv
13.5 Map Source
13.6 Microsoft Office Excel versi 2007
13.7 Google Earth Pro
13.8 Voxler versi 4
C. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Data Primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri secara
langsung.
84
2. Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh orang lain. Data
ini biasanya berasal dari penelitian lain yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga atau organisasi.
Berikut ini merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan:
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah cara pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang
berlangsung. Data yang diperoleh adalah data yang faktual dan aktual,
dalam artian data yang dikumpulkan diperoleh pada saat peristiwa
berlangsung. Penulis melakukan pengamatan, pengumpulan informasi
dan data yang diperlukan secara langsung ke lokasi daerah penelitian
di Desa Totoharjo, Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung
Selatan. Penelitian yang dilakukan penulis untuk memperoleh
gambaran secara nyata dan jelas yang berkaitan dengan fakta-fakta
yang ada dilapangan khususnya mengenai kondisi alam, potensi dan
pengembangan obyek wisata serta data pendukung seperti sejarah,
proses geologi.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah cara pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara
ini digunakan untuk mengetahui hal-hal lebih terperinci dari
responden. Data yang diperoleh melalui tanya-jawab antara peneliti
85
dan narasumber pemberi informasi dapat berupa tulisan, rekaman
suara atau video.
3. Metode Kuesioner/angket
Metode kuisoner.angket adalah daftar pertanyaan yang disiapkan oleh
peneliti untuk responden dalam bentuk pertanyaan yang berkaitan
dengan penelitian. Peneliti menggali informasi langsung dari
responden melalui beberapa pertanyaan dalam bentuk angket atau
kuesioner. Menurut Silalahi (2012), kuesioner atau angket merupakan
satu mekanisme pengumpulan data yang efesien bila peneliti
mengetahui secara jelas apa yang di isyaratkan dan bagaimana
mengukur variabel yang diminati. Responden dalam penelitian ini
yaitu Kepala Keluarga Desa Totoharjo yang sudah Sesepuh.
D. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Studi literatur dalam penelitian ini dilakukan untuk menentukan fokus
penelitian dan mengumpulkan sumber informasi/referensi dan teori
dasar pada penelitian. Pada tahapan studi literatur, penulis
mempelajari Tatanan Geologi daerah penelitian.
2. Persiapan dan Pengumpulan Data
2.1. Akuisisi Data
Akuisisi data lapangan yang diambil pada penelitian ini adalah
akuisisi data resistivitas (geolistrik), sampel batuan dan data
86
drone (foto dan video). Adapun pengukuran data resistivitas
(geolistrik) berlokasi di Pantai Belebuk, Desa Totoharjo,
Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Konfigurasi
Schlumberger. Alat yang digunakan dalam pengukuran adalah
Automatic Resistivity (ARES). Pengukuran didesain sebanyak 3
lintasan, dimana lintasan 2 tegak lurus dengan lintasan 1 dan 3.
Panjang lintasan yang digunakan adalah 155 m dan 32 elektroda
dengan spasi antar elektroda 5 m. Berikut ini merupakan peta
desain akuisisi data resistivitas:
87
Gambar 24. Peta Desain Akuisisi Data Resistivitas (Geolistrik)
88
2.2. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
pengolahan data resistivitas (geolistrik), data koordinat, data
drone (foto dan video) dengan menggunakan software yang
terdapat pada point B (alat dan bahan). Pengolahan data
geolistrik tahanan jenis dalam penelitian ini diawali dengan
pengolahan data lapangan. Metoda yang digunakan dalam hal
ini adalah perhitungan secara matematis dengan menggunakan
persamaan (2.13), untuk mendapatkan tahanan jenis semu.
Dalam rangka untuk mengetahui model penyebaran resistivitas
di sekitar bidang gelincir (kondisi bawah permukaan di daerah
penelitian) dilakukan pengolahan data dengan menggunakan
perangkat lunak RES2DINV versi 3.54.44. Parameter input
program ini adalah resistivitas semu yang telah dihasilkan dari
perhitungan data lapangan ditambah dengan datadata pendukung
seperti spasi elektroda dan koordinat. Hasil inversi dengan
menggunakan perangkat lunak RES2DINV berupa profil
penampang 2D secara vertikal yang dapat menunjukkan
kedalaman dan sebaran resistivitas sebenarnya. Keluaran
RES2DINV dari hasil inversi juga dapat berupa angka/nilai
dalam bentuk data koordinat (x, y, z). Data yang dimaksud
terdiri atas akumulasi jarak elektroda dari elektroda pertama,
kedalaman penetrasi, nilai resistivitas sebenarnya (true resistivity)
dan konduktivitas material bawah permukaan.
89
Data koordinat (x, y, z) ini dapat dijadikan sebagai data
masukan untuk proses pemodelan kubus/balok resistivitas (3D).
Program yang digunakan dalam pemrosesan ini adalah
perangkat lunak Voxler versi 4. Dengan menggunakan program
ini, dapat pula dibuat sayatan-sayatan, baik ke arah vertikal
(arah z) maupun ke arah horisontal (arah x dan y).
2.3. Interpretasi Data
Interpretasi data dilakukan pada penelitian ini adalah interpretasi
data secara kuantitatif dan kualitatif. Interpretasi data kualitaitif
bertujuan untuk menganalisis dan melakukan inventarisasi
potensi objek Geowisata pada daerah penelitian serta
mengidentifikasi lapisan bawah permukaan dengan
menggunakan data resistivitas (geolistrik). Sedangakan
interpretasi data kuantitatif bertujuan untuk mengetahui apakah
daerah penelitian ini dapat direkomendasikan untuk tahap
pengembangan menjadi daerah wisata berbasis Geowisata
(geotourism) serta melakukan penilaian parameter Geowisata
(geotourism) berdasarkan Kubalikova.
90
E. Diagram Alir Penelitian
Adapun diagram alir penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 25. Diagram Alir Penelitian
91
F. Jadwal Kegiatan Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini ditargetkan berlangsung selama 16 minggu dengan rencana kegiatan yang diusulkan sebagai
berikut:
Tabel 14. Jadwal Kegiatan Penelitian
Jenis KegiatanMinggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Studi Literatur
Desain Akuisisi Lapangan
Akuisisi dan Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data dan Diskusi
Pembuatan Laporan
Seminar
Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, M., Aryono., 2003. Metode Geofisika. Semarang: Universitas NegeriSemarang.
Azis M, Noer., 2002. Geologi Fisik. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Bates, R.L. & Jackson, J.A., 1987. Glossary of Geology, 3rd Edition. AmericanGeological Institute. Virginia.
Brahmantyo, B., 2014. Geowisata Bali Nusa Tenggara. Badan Geologi. 212 pp.
Bronto, S., 2010. Geologi Gunung Api Purba. Publikasi Khusus Badan Geologi,Kementerian ESDM. Bandung. 154pp.
Cohen, E., 1984. The sociology of tourism: approaches, issues, and findings.Annual Review of Sociology. 10 (1). 373–392.
Darsoprajitno, S., 2002. Ekologi Pariwisata. Bandung: PenerbitAngkasa.
Dirgantara, A. R., (n.d.). Peran Interpreter dalam Kegiatan Geowisata:Studi Kasus Gunung Tangkuban Perahu.
Dowling, R. K. and Newsome, D., 2005. Geotourism. Butterworth andHeinemann. London-New York.
Fandeli, Chafid., 1995. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam.Yogyakarta : Penerbit Liberty.
Gross, M. G., 1977. Oceanography a View of the Earth. Prentice-Hall, NewJersey.
Hermawan, H., 2016. Dampak Pengembangan Desa Wisata NglanggeranTerhadap Ekonomi Masyarakat Lokal. Jurnal Pariwisata, III (2).
Hidayat, N., 2002. Analisis Pengelolaan Kawasan Eksokarst Gunung Kidulsebagai Kawasan Geowisata. Institut Pertanian Bogor. IGB, R. U., & Eka.
Hose, T. A., 1995. Selling the story of Britain's stone. EnvironmentalInterpretation 10 (2): 16-17.
Kubalikova, L., 2013. Geomorphosite Assesment for Geotourism Purposes. CzechJournal of Tourism. 80-103.
Mangga, S. A., Amirudin, T., Suwarti, S., Gafoer dan Sidarto. 1993. Peta GeologiLembar Tanjung Karang, Sumatera. Pusat Penelitian dan PengembanganGeologi, Bandung.
Munir., 1996. Geologi dan Mineralogi Tanah. Pustaka Jaya : Jakarta.
Nainggolan, R., 2016. Informasi Geologi Lingkungan Berbasis PartisipasiMasyarakat debagai Kawasan Geowisata Danau Toba di KabupatenSamosir. Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Dan Humaniora, 1 (1), 22–28.
Nining, S. N., 2002. Oseanografi Fisis. Kumpulan Transparansi KuliahOseanografi Fisika, Program Studi Oseanografi, ITB.
Noor, Djauhari., 2009. Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan.
Nurjanah,dkk., 2012. Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta.
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2009No.PM.04/UM.001/MKP/08 tentang Sadar Wisata.
Pitana, I., 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi.Pusat Vulkanologidan Mitigasi Bencana Geologi. 2005. Pengenalan Gerakan Tanah. Jakarta:Mancamedia.
Rahmawati, A., 2009. Pendugaan Bidang Gelincir Tanah LongsorBerdasarkan Sifat Kelistrikan Bumi Dengan Aplikasi Geolistrik MetodeTahanan Jenis Konfigurasi Schlumberger. Skripsi. Jurusan Fisika, FMIPA,Unnes.
Sammeng, A. M., 2001. Cakrawala Pariwisata. Jakarta : Balai Pustaka.
Silalahi, Ulber., 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Soloviev, S. L. dan Go, Ch. N., 1974. A Catalogue of Tsunamis on the WesternShore of the Pacifc Ocean. Moscow, “Nauka” Publishing House, 308h.Terjemahan dalam bahasa Inggris oleh Canada Institute for Scientifc andTechnical Information, National Research Council, Ottawa, Canada KIAOS2.
Stewart, R. H., 2002. Introduction to Physical Oceanography, A & MUniversity. Texas.
Suryadana, M. V. O., 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata. BandungIndonesia: Alfabeta.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan dan ObyekWisata. Sekretariat Negara. Jakarta. Indonesia.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. SekretariatNegara. Jakarta. Indonesia.
Whitten, D.G.A. & J.R.V. Brooks., 1972. Dictionary of Geology. Penguin BooksLtd., Harmondsworth. U.K., 495 p.
World Commission on Environmenoutal and Development. 1987. (Our Common).Oxford University Press.
Yoeti, O. A., 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah TujuanWisata. Jakarta: Pradnya Paramita.