analysis of factors effecting the performance of …
TRANSCRIPT
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.2 No.2 Mei 2015
58 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
ANALYSIS OF FACTORS EFFECTING THE PERFORMANCE OF DRUG
SWALLOWING CONTROL (PMO) IN ASSISTING PATIENTS WITH
PULMONARY TUBERCULOSIS IN THE WORK AREA OF KAMONJI
COMMUNITY HEALTH CENTER PALU YEARS 2012-2013 Faramita Nurani*, Andriana Daud Laratu**
*Medical Student, Faculty of Medicine and Health Science, Tadulako University
**Academic Lecturer, Faculty of Medicine and Health Science, Tadulako University
ABSTRACT
Background: Pulmonary Tuberculosis (Lungs TB) is chronically infected disease caused
by Mycobacterium tuberculosis. Since the year 1994 Lungs TB curing programs in
Indonesia have already reffered to the Directly Observed Treatment Short Course Strategy
(DOTS) program based on WHO recommendations. Out of DOTS’s five main key
strategies, political commitment, medicine distribution, case detection, recording and
reporting have been conducted. It is only the surveillance by PMO which is still hard to
control due to varies PMO performances. This study aims to analyze factors related to the
performances of PMO in assisting Lungs TB patients in the work area of Kamonji
Community Health Center years 2012-2013.
Method: This study uses a cross-sectional design with the amount of subjects studied as
much as 30 patients and the sampling method used was purposive sampling. Data sources
originated from medical records and data gained from interviews. Then tested by chi-
square test with the alternative of fisher test.
Results: Results of study show two variables having significant relationships namely
variable experience of PMO informed of the Lungs TB with p=0,01 and PMO behavior
with p=0,02 and variables which do not have any relationships which are, home
environment, income, age, attitude and level of education with p>0,05.
Conclusion: There are two variables which have significant relationships which are
variable experience of PMO informed of the Lungs TB with PMO behavior and 5 variables
which do not have any relationships which are home environment, income, age, attitude
and level of education.
Keywords: PMO, Lungs TB, and Performance
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.2 No.2 Mei 2015
59 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
ABSTRAK
LatarBelakang : Tuberkulosis paru (TB paru) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Semenjak tahun 1994 program pengobatan
TB di Indonesia sudah mengacu pada program Directly Observed Treatment Short Course
Strategy (DOTS) yang didasarkan pada rekomendasi WHO. Dari 5 kunci pokok strategi
DOTS, komitmen politik, distribusi obat, deteksi kasus, pencatatan dan pelaporan sudah
dilaksanakan. Hanya saja pengawasan oleh PMO yang masih susah dikendalikan akibat
kinerja PMO yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor
yang berhubungan dengan kinerja PMO dalam mendampingi penderita TB paru di wilayah
kerja Puskesmas Kamonji tahun 2012-2013.
Metode : Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan jumlah subjek yang
diteliti sebanyak 30 penderita dan metode pengambilan sampel yang digunakan ialah
purposive sampling. Sumber data berasal dari rekam medis dan data yang diperoleh dari
wawancara. Kemudian diuji dengan uji chi-square dengan alternatifnya yaitu uji fisher.
Hasil : Hasil penelitian menunjukan 2 variabel mempunyai hubungan bermakna yaitu
variable pengalaman PMO mendapat informasi mengenai TB dengan p=0,01 dan perilaku
PMO dengan p=0,02 serta 5 variabel tidak mempunyai hubungan yaitu tempat tinggal,
pendapatan, umur, sikap dan tingkat pendidikan PMO dengan nilai p>0,05.
Kesimpulan : Terdapat 2 variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna yaitu
pengalaman PMO mendapat informasi dan perilaku PMO serta 5 variabel tidak
mempunyai hubungan yaitu tempat tinggal, pendapatan, umur, sikap dan tingkat
pendidikan PMO.
Kata kunci : PMO, TB paru dan Kinerja.
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu
masalah kesehatan yang harus dihadapi
masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB
menyebabkan hampir 2 juta kematian,
dan diperkirakan saat ini sekitar sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi kuman
TB, yang mungkin akan berkembang
menjadi penyakit TB di masa datang.
(WHO, 2006). Di Indonesia, TB
merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat. Jumlah pasien TB di
Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di
dunia setelah India dan Cina dengan
jumlah pasien sekitar 10% dari total
jumlah pasien TB di dunia [1]. Data
profil Kesehatan Indonesia (2011).
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.2 No.2 Mei 2015
60 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
menunjukkan bahwa case detection rate
(CDR) TB paru di Indonesia mencapai
82,2%, angka ini telah mencapai target
nasional yaitu 70%. Namun, untuk
Sulawesi Tengah masih mencapai
50,53% untuk capaian program pada
tahun 2011 sedangkan CDR untuk kota
Palu sendiri menurut data dari Profil
Kesehatan Sulawesi Tengah (2009 dan
2010) sebesar >70% [2].
Semenjak tahun 1994 program
pengobatan TB di Indonesia sudah
mengacu pada program Directly
Observed Treatment Short Course
Strategy (DOTS) yang didasarkan pada
rekomendasi WHO. [1]. Dari 5 kunci
pokok strategi DOTS, komitmen politik,
distribusi obat, deteksi kasus, pencatatan
dan pelaporan sudah dilaksanakan. Hanya
saja pengawasan oleh PMO yang masih
susah dikendalikan akibat kinerja PMO
yang berbeda-beda. Selain itu belum
adanya perkumpulan PMO yang sudah
terlatih . Pemilihan Puskesmas Kamonji
Kota Palu sebagai tempat penelitian
didasari karena tingginya angka kejadian
TB Paru. Keadaan tersebut di atas
menarik untuk dikaji dengan
menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja PMO dalam
mendampingi pasien TB paru di Wilayah
kerja Puskesmas Kamonji Kota Palu
tahun 2012-2013.
METODE
Pelaksanaan penelitian ini yaitu
menganalisis kinerja PMO dengan
melihat rekam medis dari penderita TB
paru untuk mencari alamat PMO dan
status pengobatan penderita kemudian
melakukan wawancara kepada PMO
terkait kinerjanya. Pengambilan sampel
dengan menggunakan metode purposive
sampling , besarnya sampel yang telah
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eklusi yaitu sebesar 30 sampel. Terdapat
7 variabel penelitian yaitu tempat tinggal,
umur, pendapatan, tingkat pendidikan,
pengalaman PMO mendapatkan
informasi tentang TB paru, sikap dan
perilaku PMO sebagai variabel bebas
serta kinerja PMO sebagai variabel
terikat. Olahan data ini dilakukan dengan
cara editing, coding, entry dan tabulating,
dengan penggunaan software SPSS versi
17. Uji hipotesis atau analisis
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.2 No.2 Mei 2015
61 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
bivariat menggunakan uji chi square
namun karena tidak memenuhi syarat
maka alternatifnya yaitu uji fisher.
Waktu penelitian dilakukan pada bulan
Februari-Maret 2014 untuk melakukan
uji validitas kuesioner di Puskesmas
Siranindi. Setelah kuesioner selesai
diujikan, kemudian dilanjutkan dengan
melakukan penelitian pada bulan April-
Juni 2014 di Puskesmas Kamonji.
HASIL
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa
PMO yang rentang umurnya berada
dikisaran 12-25 tahun dan pengobatannya
berhasil berjumlah 1 orang (4,8%) dan
tidak ada PMO yang pada rentang umur
tersebut dengan status pengobatan
penderitas TB paru yang tidak berhasil.
PMO yang rentang umurnya berada
dikisaran 26-45 tahun dan pengobatannya
berhasil berjumlah 19 orang (90,5%) dan
yang tidak berhasil sebanyak 6 orang
(66,7%). Sementara itu, PMO yang
rentang umurnya berada dikisaran 46-65
tahun dan pengobatannya berhasil
berjumlah 1 orang (4,8%) dan yang tidak
berhasil sebanyak 3 orang (33,3%). Dari
hasil uji fisher menunjukkan tidak adanya
hubungan antara umur PMO dengan
status pengobatan penderita TB paru di
wilayah kerja Puskesmas Kamonji
dengan nilai p 0,06.
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa
PMO yang pendidkan terakhirnya adalah
Sekolah Dasar dan pengobatannya
berhasil berjumlah 2 orang (9,5%) dan
yang tidak berhasil sebanyak 4 orang
(44,4%). PMO yang pendidkan
terakhirnya adalah Sekolah Menegah
Pertama dan pengobatannya berhasil
berjumlah 8 orang (38,1%) dan yang
tidak berhasil sebanyak 2 orang (22,2%).
PMO yang pendidkan terakhirnya adalah
Sekolah Menengah Atas dan
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.2 No.2 Mei 2015
62 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
pengobatannya berhasil berjumlah 4orang
(19%) dan yang tidak berhasil sebanyak 1
orang (11,1%). Sementara itu, PMO yang
pendidkan terakhirnya adalah Perguruan
Tinggi dan pengobatannya berhasil
berjumlah 7 orang (33,3%) dan yang
tidak berhasil sebanyak 2 orang (22,2%).
Dari hasil uji fisher menunjukkan tidak
adanya hubungan antara tingkat
pendidikan PMO dengan status
pengobatan penderita TB paru di wilayah
kerja Puskesmas Kamonji dengan nilai p
0,22.
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa
PMO yang pernah mengikuti pelatihan
dan pengobatannya berhasil berjumlah 15
orang (71,4%) dan pengobatannya tidak
berhasil berjumlah 2 orang (22,2%).
Sementara itu, PMO yang tidak pernah
mengikuti pelatihan dan pengobatannya
berhasil berjumlah 6 orang (28,6%) dan
pengobatannya tidak berhasil berjumlah 7
orang (77,8%). Dari hasil uji fisher
menunjukkan adanya hubungan antara
pengalaman PMO dalam mengikuti
pelatihan dengan status pengobatan
penderita TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Kamonji dengan nilai p 0,01.
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa
PMO berpendapatan rendah dan
pengobatannya berhasil berjumlah 14
orang (66,7%) dan pengobatannya tidak
berhasil berjumlah 7 orang (77,8%).
Sementara itu, PMO yang berpendapatan
tinggi dan pengobatannya berhasil
berjumlah 7 orang (33,3%) dan
pengobatannya tidak berhasil berjumlah 2
orang (22,2%). Dari hasil uji fisher
menunjukkan tidak adanya hubungan
antara pendapatan PMO dengan status
pengobatan penderita TB paru di wilayah
kerja Puskesmas Kamonji dengan nilai p
0,44.
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.2 No.2 Mei 2015
63 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
Dari tabel diatas semua PMO
menunjukkan sikap yang positif . Karena
tidak adanya PMO yang bersikap negatif
sehingga tidak ada pembanding untuk
menunjukkan hubungan antara variabel
terikat yaitu kinerja PMO (status
pengobatan) dan variabel bebasnya.
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa
perilaku PMO baik selama mendampingi
penderita TB paru dan pengobatannya
berhasil berjumlah 18 orang (85,7%) dan
pengobatannya tidak berhasil berjumlah 2
orang (22,2%). Perilaku PMO cukup
selama mendampingi penderita TB paru
dan pengobatannya berhasil berjumlah 2
orang (9,5%) dan pengobatannya tidak
berhasil berjumlah 5 orang (55,6%).
Sementara itu, perilaku PMO kurang
selama mendampingi penderita TB paru
dan pengobatannya berhasil berjumlah
1orang (4,8%) dan pengobatannya tidak
berhasil berjumlah 2 orang (22,2%). Dari
hasil uji fisher menunjukkan adanya
hubungan antara perilaku PMO selama
mendampingi pendertia TB paru dengan
status pengobatan penderita TB paru di
wilayah kerja Puskesmas Kamonji
dengan nilai p 0,02.
PEMBAHASAN
Untuk variabel yang pertama diteliti yaitu
tempat tinggal PMO dengan penderita
didapatkan untuk hasil uji statistik
dengan menggunakan uji fisher, yaitu
nilai p=0,67 (nilai p >0,05) artinya tidak
ada hubungan yang bermakna antara
tempat tinggal PMO dan kinerja PMO
dalam mendampingi penderita TB paru.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat
Nomi Andita Puri[3] yang menyatakan
bahwa :
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.2 No.2 Mei 2015
64 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
Kinerja PMO dipengaruhi hubungan
keluarga dan tempat tinggalnya serumah
dengan penderita. Orang yang
ditunjuk/ditugaskan menjadi PMO adalah
orang yang mempunyai pengetahuan
yang baik tentang penyakit TB paru dan
masih mempunyai hubungan keluarga
dengan penderita TB paru serta serumah
sehingga PMO dapat dengan mudah
mengawasi penderita saat minum obat.
Menurut pedoman nasional
penanggulangan TB paru yang
diterbitkan oleh Departemen Kesehatan
tahun 2007[1], menguraikan beberapa
persyaratan untuk menjadi seorang PMO,
yaitu sebagai berikut :
a. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan
disetujui, baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien, selain itu harus
disegani dan dihormati oleh pasien.
b. Seseorang yang tinggal dekat dengan
pasien.
c. Bersedia membantu pasien dengan
sukarela.
d. Bersedia dilatih dan atau mendapat
penyuluhan bersama-sama dengan
pasien.
Pada variabel kedua yaitu hubungan
umur PMO dengan kinernya
mendapatkan hasil uji statistik dengan
nilai p=0,06 (nilai p>0,05) artinya tidak
ada hubungan antara umur PMO dengan
kinerja sebagai seorang PMO dalam
mendampingi penderita TB paru. Secara
teori menurut Notoatmodjo[4], tidak ada
batasan umur untuk menjadi PMO
penderita TB paru, yang terpenting PMO
dapat melakukan pengawasan terhadap
penderita TB paru pada saat menelan
obatnya. Umur merupakan salah satu
faktor yang dapat menggambarkan
kematangan seseorang ,baik kematangan
fisik, psikis dan sosial,yaitu umur
mempengaruhi baik tidaknya seseorang
pada proses belajar mengajar.
Hasil uji fisher untuk variabel pendidikan
PMO dengan kinerjanya menunjukkan
nilai p=0,22 (nilai p>0,05) artinya tidak
ada hubungan antara kedua variabel.
Tidak seperti teori yang dikemukakan
oleh Bagoes Widjanarto[5] tentang
pendidikan PMO, bahwa hal ini dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan
tentang materi pelayanan dan
pengawasan penderita TB paru. Semakin
tinggi pendidikan PMO maka semakin
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.2 No.2 Mei 2015
65 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
tinggi pula tingkat pengetahuannya,
sehingga secara tidak langsung juga akan
mempengaruhi terjadinya praktik PMO
terhadap penderita TB paru. Untuk
variabel keempat yaitu pengalaman PMO
dalam mencari atau mendapatkan
informasi tentang TB paru dengan
kinerjanya didapatkan hasil uji statistik
dengan nilai p=0,01(nilai p<0,05) yang
artinya bahwa pengalaman mengikuti
pelatihan ini mempengaruhi kinerja PMO
dalam mendampingi pasien TB paru
sampai akhir pengobatan. Pelatihan yang
dilaksanakan merupakan suatu proses
pendidikan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan atau
keterampilan khusus seseorang atau
kelompok orang agar kinerjanya
meningkat.
Pelatihan juga merupakan cara untuk
membekali seseorang yang mempunyai
pendidikan formal sesuai dengan
tugasnya, sehingga dapat meningkatkan
kualitas pekerjaannya dengan harapan
agar seseorang lebih mudah
melaksanakan tugasnya dalam hal ini
mendampingi penderita TB paru sampai
pengobatan berhasil.
Hasil uji statistik untuk variabel kelima
yaitu tingkat pendapatan PMO dengan
kinerja didapatkan nilai p=0,44 (nilai
p>0,05) artinya tidak ada hubungan yang
bermakna antara tingkat pendapatan
PMO dengan kinerja selama
mendampingi penderita TB paru.
Menurut Bagoes widjanarto[5],
pendapatan PMO tidak secara langsung
mempengaruhi kinerjanya karena
program TB paru yang dicanangkan
Indonesia adalah program gratis yang
bertujuan agar penderira TB paru dapat
dengan mudah berobat sehingga penyakit
TB paru baru dapat disembuhkan dan
dikendalikan jumlah penderitanya.
Namun pendapatan sangat mempengaruhi
kualitas hidup penderita karena
pemenuhan-pemenuhan dalam hal
makanan yang bergizi, pemeriksaan rutin,
pengendalian penyakit lain yang diderita
sebagai bentuk faktor resiko dari TB paru
dan lain-lain.
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.2 No.2 Mei 2015
66 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
Untuk variabel keenam yaitu hubungan
sikap PMO dengan kinerjanya tidak
mendapatkan hasil untuk uji statistiknya
karena semua bersikap postif sehingga
tidak bisa dibukti apakah terdapat
hubungan antara keduanya. Namun jika
sesuai teori yang dikemukan Bagoes
widjanarto[5], sikap PMO memiliki
hubungan yang erat terhadap kinerja
PMO. Sikap merupakan reaksi atau
respon emosional seseorang terhadap
stimuli atau obyek diluarnya yang
bersifat penilaian, dan penilaian ini dapat
dilanjutkan dengan kecenderungan untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu
terhadap stimuli atau obyek. Dengan
mengacu pada definisi sikap diatas maka
sebenarnya hasil penelitian ini dapat
bermakna. Disamping itu sikap PMO ini
juga dipengaruhi oleh pandangan bahwa
penderita yang didampingi adalah bagian
dari keluarganya. Dari hal itu seorang
PMO yang mengetahui saudaranya sakit
akan berusaha / bersikap menanggapi
segala hal yang mendukung tentang
kesembuhan pasien/saudaranya. Adapun
variabel ini termasuk dalam Variabel
psikologi yang terdiri dari sub variabel
yaitu persepsi, sikap, perilaku, belajar
dan motivasi. Menurut Trisnawati [6] ,
variabel ini banyak dipengaruhi oleh
keluarga, tingkat sosial, pengalaman
kerja sebelumnya dan variabel
demografis. Variabel psikologi seperti
persepsi, sikap, perilaku, dan belajar
merupakan hal yang komplek dan sulit
diukur, juga menyatakan sulit mencapai
kesepakatan tentang pengertian dari
variabel tersebut, karena seorang individu
masuk dan bergabung dalam organisasi
kerja pada usia, etnis, latar belakang
budaya dan keterampilan berbeda satu
dengan yang lainnya. Untuk variabel
terakhir yaitu hubungan perilaku PMO
dengan kinerjanya didapatkan hasil uji
statistik dengan nilai p=0,02 (nilai
p<0,05) artinya perilaku PMO memiliki
hubungan yang bermakna dengan kinerja
PMO dalam mendampingi pasien TB
baru hingga akhir pengobatan. Seperti
yang dikemukan oleh Rochani
Istiawan[7] dalam penelitiannya, perilaku
individu dipengaruhi oleh pengetahuan,
keyakinan, sikap dan mental, tingkat
kebutuhan, tingkat keterikatan dalam
kelompok serta tingkat kemampuan yang
dimiliki individu. Pengawas minum obat
merupakan faktor eksternal yang ada di
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.2 No.2 Mei 2015
67 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
lingkungan individu yang akan
berpengaruh terhadap perilakunya. Dari
hasil uraian pembahasan di atas, hanya 2
hipotesis yang diterima dari 7 hipotesis
yaitu terdapat kaitan yang erat antara
pengalaman PMO mendapatkan
informasi tentang TB paru serta perilaku
PMO dalam mendampingi penderita TB
paru dengan kinerja PMO yang dilihat
dari status pengobatan penderita TB paru.
Dari beberapa variabel yang diteliti, ada
beberapa variabel yang seharusnya
berhubungan namun pada penelitian kali
ini didapatkan hasil yang berbeda.
Menurut Hedrawati [8] perlu diingat
bahwa tidak selamanya pengobatan
berhasil berdasarkan kinerja PMO yang
baik. Kasus penyakit TB paru sangat
terkait dengan faktor perilaku penderita,
motivasi penderita untuk sembuh dan
lingkungan. Faktor lingkungan, sanitasi
dan higiene terutama sangat terkait bagi
dengan keberadaan kuman, dan proses
timbul serta penularannya. Faktor
perilaku dan motivasi, penderita TB paru
untuk sembuh sangat berpengaruh, yang
dimulai dari perilaku hidup sehat (makan
makanan yang bergizi dan seimbang,
istirahat cukup, olahraga teratur, hindari
rokok, alkohol, hindari stress), kepatuhan
untuk minum obat dan pemeriksaan rutin
untuk memantau perkembangan
pengobatan serta efek samping. dengan
keberadaan kuman, dan proses timbul
serta penularannya. Faktor perilaku dan
motivasi, penderita TB paru untuk
sembuh sangat berpengaruh, yang
dimulai dari perilaku hidup sehat (makan
makanan yang bergizi dan seimbang,
istirahat cukup, olahraga teratur, hindari
rokok, alkohol, hindari stress), kepatuhan
untuk minum obat dan pemeriksaan rutin
untuk memantau perkembangan
pengobatan serta efek samping.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan tujuan penelitian yaitu
mengetahui hubungan antara tempat
tinggal PMO dengan penderita, umur
PMO, pendidikan PMO, pengalaman
PMO mendapatkan informasi tentang TB
paru, tingkat pendapatan PMO, sikap
PMO, serta perilaku PMO dengan kinerja
PMO dengan melihat status pengobatan
penderita TB paru apakah pengobatannya
berhasil atau tidak. Penelitian dilakukan
di Wilayah kerja Puskesmas Kamonji
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.2 No.2 Mei 2015
68 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
pada bulan April-Juni 2014 , dengan
sampel sebanyak 30.
Hasil yang didapatkan adalah dari 7
variabel yang diteliti hanya 2 variabel
yang terbukti berhubungan dengan
kinerja PMO yaitu pengalaman PMO
mendapat informasi tentang TB paru dan
juga perilaku PMO. Serta yang tidak
terbukti memiliki hubungan adalah
variabel tempat tinggal, umur,
pendapatan dan pendidikan. Sedangkan
yang tidak bisa diketahui hubungannya
adalah variabel sikap (karena semua
PMO bersikap positif).
Saran untuk pengembangan penelitian ini
yaitu penelitian selanjutnya bisa
menggunakan metode penelitian lain
seperti cohort maupun case control.
Kemudian bisa juga menambahkan atau
meneliti faktor lain seperti motivasi
seorang PMO dan juga motivasi
penderita untuk sembuh. Dan bagi
instansi terkait seperti Puskesmas
Kamonji , diharapkan untuk membuat
sebuah perkumpulan kader PMO beserta
pelatihan yang diadakan secara rutin,
agar menunjang kemampuan kadernya
dalam mendampingi penderita TB paru
selama berobat.
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.2 No.2 Mei 2015
69 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan, 2007.
Pedoman Penanggulangan
Tuberkulosis 2nd ed. Depkes RI :
Jakarta.
2. Dinas Kesehatan SulTeng, 2011.
Profil Kesehatan Sulawesi Tengah.
DinKes : Palu
3. Puri, AN. 2006 . Hubungan Kinerja
PMO dengan Kesembuhan Pasien TB
Paru Kasus Baru Strategi DOTS .
Diakses dari www.adln.lib.unair.ac.id
pada tanggal 5 Juli 2014.
4. Notoadmodjo. 2005. Ciri-ciri
Pengawas Minum Obat yang
Diharapkan oleh Penderita
Tuberkulosis Paru di Daerah Urban
dan Rural di Yogyakarta. Diakses dari
www.jmpk-online.net. Pada tanggal 4
Desember 2013.
5. Widjanarko et al. 2006. Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Praktik Pengawas Menelan Obat
(PMO) Dalam Pengawasan Penderita
Tuberkulosis Paru Di Kota Semarang
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia
Vol. 1 / No. 1 / Januari 2006. Diakses
dari
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/j
pki/search/titles pada tanggal 4
desember 2013.
6. Trisnawati, S. 2008. “The Moderating
Effects of Hierarchy and Control
sytems on the Relationship between
Budgetary Participation and
Performance”. The International
Journal of Accounting, Vol. 43, h.
268-292
7. Istiawan, R. 2006. Hubungan Peran
PMO oleh Keluarga dan Petugas
Kesehatan Terhadap Pengetahuan,
Perilaku Pencegahan TB Paru.
Diakses dari www.jmpk-online.net.
Pada tanggal 5 Juli 2014.
8. Hendrawati P. A. 2008. Hubungan
antara Partisipasi Pengawas Menelan
Obat Keluarga dengan Sikap
Penderita Tuberkulosis Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas
Banyuanyar Surakarta. Fakultas Ilmu
Kesehatan UMS. Surakarta