analisis usaha sayuran hidroponik pada pt...

Download ANALISIS USAHA SAYURAN HIDROPONIK PADA PT …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64486/1/H13rin1.pdf · biaya investasi dan operasional juga tinggi. Oleh karena itu, pengusahaan

If you can't read please download the document

Upload: trinhhanh

Post on 09-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • i

    ANALISIS USAHA SAYURAN HIDROPONIK PADA PT KEBUN SAYUR SEGAR

    KABUPATEN BOGOR

    SKRIPSI

    RATNA INDRIASTI H34104055

    DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

  • ANALISIS USAHA SAYURAN HIDROPONIK PADAPT KEBUN SAYUR SEGAR KABUPATEN BOGOR

    Ratna Indriasti 1) dan Nunung Kusnadi 2)1) Mahasiswa, Departemen Agribisnis FEM IPB, H34104055

    2) Dosen Pembimbing, Departemen Agribisnis FEM IPB, Dr.Ir., MS

    ABSTRAK

    Hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam tanpa tanah, denganmenggunakan larutan nutrisi di dalam air. Sayuran hidroponik yang dihasilkanlebih higienis, tanpa pestisida, lebih renyah dan segar. Harga jual sayuranhidroponik jauh lebih mahal dibandingkan dengan sayuran konvensional, namunbiaya investasi dan operasional juga tinggi. Oleh karena itu, pengusahaanhidroponik perlu memperhatikan jenis sayuran yang diproduksi yaitu sayuranyang memiliki nilai jual tinggi atau sayuran yang tergolong eksklusif. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk menganalisis struktur biaya, penerimaan, keuntungan,dan efisiensi usaha sayuran hidroponik pada PT KSS. Penelitian dilakukan padaDesember 2012 sampai Februari 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwawalaupun PT KSS memproduksi jenis sayuran yang sama dengan sayurankonvensional (bayam, kangkung, caysim, dan pakcoy), usaha yang dilakukantetap menguntungkan dan efisien dikarenakan harga jual dan produktivitas yangtinggi sehingga dapat menutupi biaya yang dikeluarkan. Nilai R/C rasio yangdiperoleh tiap komoditas berkisar antara 1,3 hingga 2,9. Komoditas kangkunghidroponik merupakan komoditas yang paling efisien dan menguntungkandibandingkan dengan komoditas lainnya.

    Kata kunci : hidroponik, struktur biaya, keuntungan, efisiensi usaha

  • ANALISIS USAHA SAYURAN HIDROPONIK PADAPT KEBUN SAYUR SEGAR KABUPATEN BOGOR

    Ratna Indriasti 1) dan Nunung Kusnadi 2)1) Mahasiswa, Departemen Agribisnis FEM IPB, H34104055

    2) Dosen Pembimbing, Departemen Agribisnis FEM IPB, Dr.Ir., MS

    ABSTRACT

    Hydroponic is a technology of growing plants using mineral nutrientsolutions in water, without soil. Hydroponic technology produces more hygienic,non pesticide, crisper and fresher vegetables. Hydroponic vegetables price is farmore expensive than conventional vegetables, however the investment andoperating costs are higher. Therefore, in hydroponic cultivation need to considerthe type of vegetables produced are high value vegetables or exclusive. The aim ofthis research is to analyze the cost structure, revenue, profit, and efficiency ofhydroponic vegetables business in PT KSS. This research was conducted fromDecember 2012 to February 2013. The results of the research showed thatalthough the PT KSS producing the same type vegetables with conventionalvegetables (such as spinach, water spinach, caysim, and pakcoy), the businessremain profitable and efficient because of the higher price and higherproductivity of hydroponic vegetables that can cover the cost. The R/C ratioobtained by each commodity is ranging from 1,3 to 2,9. Hydroponic waterspinach commodity is the most efficient and profitable commodity compare to theother.

    Keywords : hydroponic, cost structure, profit, efficiency

  • ii

    RINGKASAN

    RATNA INDRIASTI. Analisis Usaha Sayuran Hidroponik Pada PT Kebun Sayur Segar Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI).

    Teknologi hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah, tetapi menggunakan larutan nutrisi di dalam air. Sayuran hidroponik yang dihasilkan lebih higienis, tanpa pestisida, lebih renyah dan segar. Harga jual sayuran hidroponik jauh lebih mahal dibandingkan dengan sayuran konvensional, namun biaya investasi dan operasional juga tinggi. Oleh karena itu, pengusahaan hidroponik perlu memperhatikan jenis sayuran yang diproduksi yaitu sayuran yang memiliki nilai jual tinggi atau sayuran yang tergolong eksklusif.

    PT Kebun Sayur Segar (PT KSS) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang produksi sayuran hidroponik. PT KSS mengusahakan sayuran hidroponik yaitu bayam, kangkung, pakcoy, dan caysim. Sayuran yang diproduksi oleh PT KSS merupakan jenis sayuran yang biasa diproduksi dengan menggunakan teknologi konvensional yang dicirikan dengan harga jual murah di pasaran dan bukan tergolong sayuran yang memiliki nilai jual tinggi (high value).

    Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis struktur biaya, penerimaan, keuntungan, dan efisiensi usaha sayuran hidroponik pada PT KSS. Penelitian ini dilaksanakan di PT KSS yang berada di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Waktu pengambilan dan pengolahan data dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program aplikasi komputer seperti Microsoft Excel. Konsep dan alat analisis yang digunakan yaitu analisis struktur biaya, analisis keuntungan dan efisiensi usaha serta analisis titik impas.

    Berdasarkan analisis struktur biaya, biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari biaya sewa lahan, penyusutan greenhouse persemaian, penyusutan greenhouse pembesaran, penyusutan sarana irigasi, penyusutan peralatan, tenaga kerja tetap, listrik, distribusi. Komponen biaya tetap tertinggi yaitu biaya tenaga kerja dan biaya distribusi. Persentase total biaya tetap terhadap total biaya pada masing-masing komoditas sayuran berkisar antara 60-71 persen. Pada usaha hidroponik biaya investasi yang dibutuhkan tinggi sehingga biaya tetap merupakan komponen terbesar dalam biaya produksi. Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri dari biaya tenaga kerja harian, biaya penggunaan benih, rockwool, nutrisi, dan kemasan. Komponen biaya variabel tertinggi yaitu biaya tenaga kerja harian. Persentase total biaya variabel terhadap total biaya berkisar antara 28-40 persen. Biaya produksi yang paling kecil yaitu pada komoditas kangkung. Penggunaan metode substrat dengan media kerikil pada komoditas kangkung dapat menghemat biaya.

    Jumlah produksi sayuran hidroponik PT KSS tinggi dikarenakan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan konvensional. Harga jual sayuran hidroponik juga memiliki harga premium yaitu Rp 38.000 per kilogram, sementara itu pada pengamatan di lapangan harga jual sayuran konvensional hanya berkisar Rp 5.600 10.000 per kilogram. Apabila sayuran hidroponik

  • iii

    dijual dengan harga konvensional maka PT KSS tidak dapat menutupi biaya yang dikeluarkan. Harga jual yang tinggi juga dikarenakan tingginya kualitas sayuran hidroponik.

    Dari hasil analisis efisiensi usaha (R/C rasio) menunjukkan bahwa usaha sayuran hidroponik PT KSS efisien untuk dijalankan (R/C > 1). Nilai R/C rasio pada komoditas caysim yaitu 1,27, pakcoy 1,49, bayam 1,61, dan kangkung 2,71. Penerimaan kangkung hidroponik paling tinggi dengan penggunaan biaya yang paling rendah sehingga menghasilkan usaha yang sangat efisien. Berdasarkan analisis titik impas memperlihatkan bahwa jumlah minimum sayuran hidroponik yang harus dijual pada tiap komoditas berbeda sesuai dengan besarnya jumlah biaya variabel rata-rata per kilogramnya. Komoditas kangkung memiliki jumlah minimum/titik impas yang paling rendah, sedangkan komoditas caysim memiliki titik impas yang paling tinggi. Pada komoditas kangkung jumlah minimum produksi yaitu 3.473 kg, sedangkan jumlah produksi aktual mencapai 13.300 kg. Semakin jauh nilai titik impas produksi dengan jumlah produksi aktual, maka dapat dikatakan bahwa keuntungan yang diperoleh semakin besar.

    Meskipun sayuran hidroponik yang diproduksi oleh PT KSS merupakan jenis sayuran yang biasa diproduksi dengan konvensional, namun usaha sayuran hidroponik yang dijalankan tetap efisien dan menguntungkan. Hal ini dikarenakan harga jual serta produktivitas sayuran hidroponik yang tinggi. Komoditas kangkung hidroponik merupakan komoditas yang paling efisien dan menguntungkan dibandingkan dengan sayuran hidroponik lainnya. Kangkung hidroponik memiliki jumlah produksi yang tinggi serta penggunaan metode substrat kerikil yang dapat lebih menghemat biaya.

  • iv

    ANALISIS USAHA SAYURAN HIDROPONIK PADA PT KEBUN SAYUR SEGAR

    KABUPATEN BOGOR

    RATNA INDRIASTI H34104055

    Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

    Departemen Agribisnis

    DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

  • v

    Judul Skripsi : Analisis Usaha Sayuran Hidroponik Pada PT Kebun Sayur

    Segar Kabupaten Bogor

    Nama : Ratna Indriasti

    NIM : H34104055

    Disetujui, Pembimbing

    Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

    Diketahui, Ketua Departemen Agribisnis

    Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

    Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

    Tanggal Lulus :

  • vi

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Usaha

    Sayuran Hidroponik Pada PT Kebun Sayur Segar Kabupaten Bogor adalah karya

    sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

    manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

    maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

    dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

    Bogor, Mei 2013

    Ratna Indriasti H34104055

  • vii

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Juni 1989. Penulis adalah anak

    ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Widayat dan Ibu Waltiyah.

    Pendidikan SD ditempuh penulis dari tahun 1994 di SDN Peninggilan 01

    Tangerang sampai pada tahun 2000. Penulis kemudian menempuh pendidikan

    SMP dari tahun 2000 di SMPN 3 Tangerang sampai pada tahun 2003. Penulis

    melanjutkan pendidikan pada tahun berikutnya di SMA Yadika 5 Jakarta dan

    lulus pada tahun 2006 dengan jurusan IPA.

    Penulis diterima di Program Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan

    dan Gizi, Program Diploma Institut Pertanian Bogor, pada tahun 2006 melalui

    jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis pernah melakukan Praktek

    Kerja Lapang (PKL) di RSUD Cibinong Bogor dan Hotel Pangrango 2 Bogor

    pada tahun 2008-2009. Pada tahun 2009-2010, penulis bekerja di Mayapada

    Hospital Tangerang sebagai ahli gizi.

    Penulis melanjutkan studi ke program Sarjana Alih Jenis Agribisnis,

    Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur tes pada

    tahun 2010. Penulis pernah berpartisipasi dalam kepanitiaan acara siang

    keakraban mahasiswa alih jenis agribisnis pada tahun 2011. Pada tahun yang

    sama, penulis juga sempat bekerja pada sebuah CV yang bergerak di bidang

    kuliner.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

    memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi dengan judul Analisis Usaha Sayuran Hidroponik Pada PT Kebun Sayur

    Segar Kabupaten Bogor. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

    memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Agribisnis,

    Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

    Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di PT Kebun Sayur Segar

    sebagai salah satu perusahaan penghasil sayuran hidroponik. Tujuan dari

    penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur biaya, keuntungan, dan efisiensi

    usaha sayuran hidroponik pada PT KSS.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan

    terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Semoga

    skripsi ini dapat bermanfaat dikemudian hari.

    Bogor, Mei 2013

    Ratna Indriasti

  • ix

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan berbagai

    pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada

    kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, ilmu,

    arahan dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis hingga penyusunan

    skripsi ini selesai.

    2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama.

    Terima kasih atas koreksi dan masukan yang telah diberikan.

    3. Ir. Harmini, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji Komisi Pendidikan.

    Terima kasih atas koreksi dan masukan yang telah diberikan.

    4. Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah

    memberikan saran dan masukan untuk penyempurnaan dalam penyusunan

    skripsi ini.

    5. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si yang telah menjadi pembimbing akademik

    selama perkuliahan dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis.

    6. Orangtua (Bapak Widayat dan Ibu Waltiyah), kedua kakak tersayang (Risad

    Yanuar dan Anjar Hermawan S.Kom, MT) dan keluarga tercinta atas setiap

    doa dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.

    7. Pihak PT Kebun Sayur Segar terutama manajer produksi yang telah

    meluangkan waktu, memberikan kesempatan dan berbagai informasi yang

    dibutuhkan penulis.

    8. Sahabat dan teman seperjuangan Agribisnis Alih Jenis 1 terutama Dwi Gama

    dan Tita Nursiah yang telah memberikan dukungan, semangat, serta sharing

    selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.

    9. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

    memberikan berbagai bantuan kepada penulis.

    Bogor, Mei 2013

    Ratna Indriasti

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL .............................................................................. xii

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiv

    I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .............................................................. 5 1.3 Tujuan ......................................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 6

    II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 7 2.1 Keunggulan Teknologi Hidroponik ......................................... 7 2.2 Karakteristik Produk Hidroponik ............................................. 9 2.3 Struktur Biaya dan Produktivitas Sayuran Hidroponik ............. 11

    III KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................ 15 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 15

    3.1.1 Hubungan Struktur Biaya Produksi dengan Harga Jual ...................................................... 15 3.1.2 Analisis Keuntungan dan Efisiensi Usaha Sayuran Hidroponik .......................................................................... 18 3.1.3 Analisis Titik Impas Usaha Sayuran Hidroponik ............... 20

    3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .............................................. 22

    IV METODE PENELITIAN ............................................................ 25 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 25 4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................ 25 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................... 25

    4.3.1 Analisis Struktur Biaya .................................................... 26 4.3.2 Analisis Keuntungan dan Efisiensi Usaha Sayuran Hidroponik ..................................................................... 28 4.3.3 Analisis Titik Impas .......................................................... 30

    V GAMBARAN UMUM USAHA .. 31 5.1 Sejarah Perusahaan ................................................................. 31 5.2 Lokasi dan Kondisi Geografis Perusahaan .............................. 32 5.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perusahaan ........... 32 5.4. Sarana dan Prasarana Budidaya Sayuran Hidroponik .............................................................................. 34 5.5 Proses Budidaya Sayuran Hidroponik ..................................... 37

    5.6 Pemasaran Sayuran Hidroponik ............................................... 41

  • xi

    VI ANALISIS USAHA SAYURAN HIDROPONIK PT KSS 43 6.1 Analisis Struktur Biaya Sayuran Hidroponik ......................... 43 6.1.1 Biaya Tetap .................................................................... 43 6.1.2 Biaya Variabel ................................................................ 47 6.2 Analisis Penerimaan Sayuran Hidroponik ............................. 50 6.3 Analisis Keuntungan, Efisiensi Usaha, dan Titik Impas Sayuran Hidroponik ..................................... 52 6.4 Perbandingan Sayuran Hidroponik dengan Sayuran Konvensional ............................................................ 55 VII KESIMPULAN DAN SARAN 57

    7.1 Kesimpulan ............................................................................. 57 7.2 Saran ........................................................................................... 58

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 59

    LAMPIRAN ........................................................................................... 62

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    1. Nilai PDB Hortikultura di Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2007-2010 ............................................................... 1

    2. Perkembangan Produksi Beberapa Tanaman Sayuran (ton) di Indonesia Tahun 2009-2010 ........................................................ 2

    3. Perbandingan Produktivitas Sayuran Hidroponik dengan Sayuran Non Hidroponik ................................................................... 14

    4. Struktur Biaya Usaha Sayuran Hidroponik PT KSS

    per 500 m2 per tahun ..................................... ................................... 27

    5. Analisis Struktur Biaya, Keuntungan dan Efisiensi Usaha Sayuran Hidroponik per 500 m2 per tahun ........................................ 29

    6. Komponen Biaya Tetap Usaha Sayuran Hidroponik Per 500 m2 dalam Waktu Satu Tahun .............................................. 45

    7. Komponen Biaya Variabel Usaha Sayuran Hidroponik Per 500 m2 dalam Waktu Satu Tahun ............................................ 48

    8. Struktur Biaya Produksi Sayuran Hidroponik .......................... 50

    9. Penerimaan Usaha Sayuran Hidroponik Per 500 m2 dalam Waktu Satu Tahun .................................................................. 51

    10. Keuntungan Usaha Sayuran Hidroponik pada Luasan 500 m2 dalam Waktu Satu Tahun .................................... 52

    11. Efisiensi Usaha Sayuran Hidroponik pada Luasan 500 m2 dalam Waktu Satu Tahun ..................................... 53

    12. Titik Impas pada Tiap Komoditas Sayuran Hidroponik ........... 54

    13. Perbandingan Sayuran Hidroponik dengan Sayuran Konvensional ................................................................................ 55

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    1. Kurva Biaya Tetap Total dan Biaya Variabel Total ....................... 16

    2. Hubungan Antara Kurva Biaya dengan Harga Jual ......................... 17

    3. Titik Impas, Laba, dan Volume Penjualan ................................... 21

    4. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................... 24

    5. Greenhouse Tipe Piggyback dengan Kerangka Bambu .......... 35

    6. Sarana Irigasi Sistem Hidroponik NFT di PT KSS .......................... 35

    7. Bedengan/Rak Tanam Sayuran Hidroponik di PT KSS .................. 36

    8. Media Tanam Rockwool di PT KSS ................................................. 36

    9. Benih Pakcoy Takii ..................................................................... 36

    10. Sistem Budidaya NFT dan NFT Metode Substrat ...................... 37

    11. Proses Persemaian Benih di PT KSS ................................................ 38

    12. Proses Pembesaran Bibit di PT KSS ................................................. 38

    13. Daun Bayam yang Terkena Kutu .................................................. 39

    14. Kegiatan Panen di PT KSS ............................................................... 40

    15. Kegiatan Pengemasan di PT KSS..................................................... 41

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Halaman

    1. Perhitungan Penyusutan Greenhouse Persemaian dan Pembesaran di PT KSS ......................................................... 63

    2. Penyusutan Sarana Irigasi untuk Komoditas Bayam, Caysim, Pakcoy pada Luas Lahan 500 m2 ............................ 64

    3. Penyusutan Sarana Irigasi untuk Komoditas Kangkung Media Kerikil pada Luas Lahan 500 m2 ............................... 65

    4. Join Cost Penyusutan Peralatan untuk Komoditas Bayam, Pakcoy, Caysim, Kangkung .................................... ...... 66

    5. Perhitungan Tenaga Kerja untuk Komoditi Bayam, Caysim, Pakcoy, Kangkung ..................................................... 67

    6. Struktur Biaya, Keuntungan, dan Efisiensi Usaha Sayuran Hidroponik per 500 m2 dalam Waktu Satu Tahun dengan Penggunaan Harga Sayuran Konvensional .................... 68

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi untuk

    dikembangkan. Salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk

    dikembangkan yaitu komoditas hortikultura. Hortikultura merupakan bagian dari

    sektor pertanian yang terdiri atas sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan

    biofarmaka. Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi yang tinggi,

    sehingga usaha agribisnis hortikultura (buah, sayur, florikultura dan tanaman

    obat) dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat. Komoditas hortikultura

    telah memberikan sumbangan yang berarti bagi sektor pertanian maupun

    perekonomian nasional, yang dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto

    (PDB). Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku pada tahun 2007-2010

    dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura di Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2007-2010

    No. Kelompok

    Komoditas

    Nilai PDB (Milyar Rupiah) Laju pertumbuhan (%)

    2007 2008 2009 2010 2008 2009 2010

    1 Buah-buahan 42.362 47.060 48.437 45.482 11,09 2,93 -6,1

    2 Sayuran 25.587 28.205 30.506 31.244 10,23 8,16 2,42

    3 Tanaman Hias 4.741 5.085 5.494 6.174 7,26 8,04 12,38

    4 Biofarmaka 4.105 3.853 3.897 3.665 -6,14 1,14 -5,95

    Total PDB Hortikultura 76.795 84.203 88.334 86.565 9,65 4,91 -2,0

    Kontribusi Sayuran (%) 33,3 33,5 34,5 36,1

    Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

    Tabel 1 memperlihatkan bahwa nilai PDB hortikultura yaitu dari

    kelompok komoditas buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan biofarmaka relatif

    mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2010. Laju pertumbuhan

    komoditas sayuran dan tanaman hias selalu positif pada tiap tahunnya, sedangkan

    buah-buahan dan biofarmaka mengalami pertumbuhan yang negatif pada tahun

    2008 dan 2010. Komoditas sayuran merupakan komoditas yang memiliki nilai

    PDB tertinggi kedua setelah buah-buahan. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas

    sayuran menjadi komoditas yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia.

  • 2

    Komoditas sayuran dapat memberikan kontribusi terhadap PDB hortikultura

    sebesar 33 sampai dengan 36 persen dari total PDB hortikultura pada tahun 2007

    hingga 2010.

    Komoditas sayuran memegang peranan penting dalam pemenuhan

    kebutuhan manusia khususnya dalam hal kecukupan pangan dan gizi yang

    dibutuhkan. Meningkatnya populasi penduduk, kesejahteraan masyarakat, serta

    pengetahuan masyarakat akan kesehatan maka akan berpengaruh terhadap

    peningkatan permintaan sayuran sehingga produksi sayuran harus ditingkatkan.

    Secara umum, produksi sayuran di Indonesia pada tahun 2009-2010 mengalami

    perkembangan produksi yang positif. Perkembangan produksi beberapa tanaman

    sayuran (ton) pada tahun 2009-2010 dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Perkembangan Produksi Beberapa Tanaman Sayuran (ton) di Indonesia Tahun 2009-2010

    No. Jenis Sayuran 2009 2010 Perkembangan (%)

    1 Kembang Kol 96.038 101.205 5,38

    2 Paprika 4.462 5.533 24,00

    3 Jamur 38.465 61.376 59,56

    4 Tomat 853.061 891.616 4,52

    5 Terung 451.654 482.305 6,81

    6 Buncis 290.993 336.494 15,64

    7 Ketimun 583.139 547.141 -6,17

    8 Labu Siam 321.023 369.846 15,21

    9 Kangkung 360.992 350.879 -2,80

    10 Bayam 173.750 152.334 -12,33

    Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

    Perkembangan produksi sayuran di Indonesia secara umum memang

    positif, namun impor sayuran dari luar negeri seperti negara China dan Thailand

    masih terus memasuki pasar dalam negeri. Impor buah dan sayuran mencapai

    angka 1,1 juta ton pada tahun 2010 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 1,6

  • 3

    juta ton. Pada kenyataannya, terdapat banyak penyakit yang ditemukan pada

    produk impor sehingga produk sayuran impor tidak baik untuk dikonsumsi secara

    terus menerus. Sayuran yang diimpor dari luar negeri berbagai macam jenisnya

    seperti bunga kol, brokoli, bayam, pakcoy, seledri, paprika, dan kentang. Sayuran

    impor dinilai memiliki penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan sayuran

    produksi dalam negeri. Daya saing produk hortikultura terutama sayuran harus

    ditingkatkan untuk dapat bersaing dengan produk impor yang ada1.

    Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan, dan pendidikan

    masyarakat, permintaan terhadap komoditas sayuran terutama sayuran segar terus

    meningkat. Konsumsi sayuran di Indonesia menurut Kementrian Pertanian pada

    tahun 2010 sebesar 35 kg/kapita/tahun dan meningkat pada tahun 2011 menjadi

    41,9 kg/kapita/tahun2. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

    saat ini juga menyebabkan adanya pergeseran pola konsumsi dan gaya hidup ke

    arah yang lebih baik. Pergeseran tersebut meningkatkan permintaan terhadap

    sayuran lebih higienis dan tidak menggunakan pestisida. Beberapa tahun terakhir

    sudah bermunculan industri sayuran yang berbeda dengan konvensional. Industri

    ini menghasilkan sayuran yang higienis dengan menggunakan teknologi tinggi

    seperti hidroponik dan aeroponik.

    Teknologi hidroponik dan aeroponik sudah diterapkan oleh berbagai

    perusahaan untuk menangkap peluang besar terhadap permintaan sayuran sehat

    dan higienis. Perusahaan yang cukup besar antara lain PT Kebun Sayur Segar dan

    PT Saung Mirwan di Bogor, PT Amazing Farm di Bandung, dan PT Horti Jaya

    Lestari di Sumatera Utara. Penggunaan teknologi tinggi tersebut membutuhkan

    biaya yang juga tinggi sehingga petani tradisional belum tertarik untuk

    mengusahakan sayuran tersebut. Teknologi aeroponik lebih jarang diusahakan

    dibandingkan dengan teknologi hidroponik.

    Teknologi hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah,

    tetapi menggunakan larutan nutrisi sebagai sumber. Teknologi hidroponik ini

    memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan teknik bertanam secara

    1 www.waspada.co.id. 19 Jenis Penyakit Eksotis Buah dan Sayuran Impor.

    [12 November 2012] 2www.republika.co.id. Masih Rendah, Tingkat Konsumsi Sayuran di Indonesia.

    [15 November 2012]

  • 4

    tradisional. Keunggulan hidroponik antara lain ramah lingkungan, produk yang

    dihasilkan higienis, pertumbuhan tanaman lebih cepat, kualitas hasil tanaman

    dapat terjaga, dan kuantitas dapat lebih meningkat. Sayuran yang diproduksi

    dengan sistem hidroponik juga menjadi lebih sehat karena terbebas dari

    kontaminasi logam berat industri yang ada di dalam tanah, segar dan tahan lama

    serta mudah dicerna3.

    Seiring dengan perkembangan zaman dan peningkatan pengetahuan

    masyarakat akan pentingnya kesehatan, sayuran yang diproduksi dengan tidak

    menggunakan pestisida mulai dipilih untuk dikonsumsi sehari-hari. Peningkatan

    jumlah penduduk dan disertai dengan kesadaran tinggi akan produk yang bersih

    dan higienis menjadi peluang pasar yang amat besar. Saat ini penduduk kota besar

    terutama kalangan atas memiliki kecenderungan untuk memperbaiki kualitas

    hidup mereka. Penggunaan produk-produk berkualitas memberikan rasa nyaman

    bagi penggunanya. Jika 10 persen saja penduduk Indonesia memilih produk yang

    berkualitas dan bersih, berarti ada sekitar 20 juta penduduk yang membutuhkan

    produk hidroponik setiap harinya4.

    Sayuran yang dihasilkan dengan menggunakan teknologi hidroponik

    memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan sayuran konvensional namun

    biaya yang diperlukan tinggi. Oleh karena itu, segmen pasar yang dituju

    umumnya yaitu kalangan ekonomi menengah ke atas. Dengan kualitas yang tinggi

    dan segmen pasar yang khusus tersebut, sayuran hidroponik dapat dijual dengan

    harga premium atau harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga

    pasar. Sayuran hidroponik yang diproduksi dipasarkan ke supermarket, swalayan,

    hotel, dan restoran. Jenis sayuran hidroponik yang dipasarkan biasanya

    merupakan sayuran yang memiliki nilai jual tinggi (high value) seperti paprika,

    timun jepang, cabai jepang, dan lain sebagainya. Melihat hal tersebut,

    pengusahaan hidroponik menjadi penting untuk memperhatikan jenis sayuran

    yang diusahakan.

    3 www.jirifarm.com Keuntungan Budidaya Tanaman Hidroponik [23 September 2012] 4 www.binaukm.com Prospek Pasar Produk Hidroponik dalam Peluang Usaha Budidaya

    Tanaman Secara Hidroponik Murah dan Sederhana [23 September 2012]

  • 5

    1.2 Perumusan Masalah

    Seiring dengan adanya peningkatan pengetahuan konsumen terhadap

    kesehatan, bahaya pestisida, serta isu ramah lingkungan membuat sayuran

    hidroponik mulai diminati masyarakat untuk dikonsumsi sehari-hari. Peningkatan

    konsumsi sayuran hidroponik memberikan peluang besar untuk usaha sayuran

    hidroponik. Usaha sayuran dengan teknologi hidroponik memiliki banyak

    keunggulan dibandingkan dengan sistem konvensional, yaitu ramah lingkungan,

    produk yang dihasilkan higienis dan sehat, pertumbuhan tanaman lebih cepat,

    kualitas hasil tanaman dapat terjaga, dan kuantitas dapat lebih meningkat5.

    Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang produksi sayuran

    hidroponik yaitu PT Kebun Sayur Segar (PT KSS). PT KSS memulai usaha

    hidroponik sejak tahun 2000, dan berbentuk badan hukum PT pada tahun 2003.

    Berdasarkan wawancara dengan manajer produksi diperoleh informasi bahwa

    permintaan sayuran hidroponik rata-rata tiap tahunnya meningkat. Sebagai

    contohnya, pada tahun 2011 permintaan bayam hidroponik PT KSS rata-rata

    sebanyak 220 pack/hari, dan meningkat pada tahun 2012 rata-rata mencapai 240

    pack setiap harinya atau setara dengan 60 kg/harinya. PT KSS memasarkan

    produknya ke berbagai supermarket dan hypermart.

    Teknologi hidroponik memiliki banyak keunggulan, namun

    konsekuensinya usaha sayuran hidroponik membutuhkan biaya yang tinggi dalam

    produksinya. Biaya investasi serta biaya operasional yang dibutuhkan seperti

    tenaga kerja, distribusi, penyediaan sarana irigasi memerlukan biaya yang tidak

    sedikit sehingga jenis sayuran yang diusahakan serta harga jual sayuran

    hidroponik penting untuk diperhatikan oleh pengusaha sayuran hidroponik.

    PT KSS mengusahakan sayuran hidroponik yaitu bayam, kangkung,

    pakcoy, dan caysim. Sayuran yang diproduksi oleh PT KSS merupakan jenis

    sayuran yang biasa diproduksi dengan menggunakan teknologi konvensional yang

    dicirikan dengan harga jual murah di pasaran dan bukan tergolong sayuran yang

    memiliki nilai jual tinggi (high value). Oleh karena itu, menjadi penting untuk

    dipelajari struktur biaya, penerimaan, dan keuntungan usaha sayuran hidroponik

    PT KSS. Apakah usaha sayuran hidroponik PT KSS efisien untuk dijalankan?

    5 www.jirifarm.com. Keuntungan Budidaya Tanaman Hidroponik [23 September 2012]

  • 6

    1.2 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

    tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :

    1. Menganalisis struktur biaya usaha sayuran hidroponik pada PT KSS.

    2. Menganalisis penerimaan usaha sayuran hidroponik pada PT KSS.

    3. Menganalisis keuntungan dan efisiensi usaha sayuran hidroponik PT KSS.

    1.3 Manfaat Penelitian Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

    informasi dan gambaran yang bermanfaat bagi produsen sayuran hidroponik

    khususnya untuk mengambil keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan

    produksi agar memperoleh usaha yang efisien dan menguntungkan. Kegunaan

    penelitian untuk penulis sendiri yaitu bermanfaat dalam melatih kemampuan

    analisis serta latihan di dalam menerapkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari.

    Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi, sebagai bahan

    referensi mengenai analisis usaha berdasarkan struktur biaya dan harga jual serta

    dapat digunakan sebagai perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

    1.4 Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi untuk mengetahui keuntungan

    dan efisiensi usaha yang diperoleh pada usaha sayuran hidroponik dengan

    berdasarkan struktur biaya dan harga jual produk PT KSS. Pada penelitian ini

    biaya investasi tidak dianalisis dengan kriteria investasi jangka panjang. Biaya

    dihitung dalam kerangka waktu jangka pendek, yang dibedakan menjadi biaya

    tetap dan biaya variabel sehingga biaya investasi diperhitungkan sebagai biaya

    penyusutan dan dimasukkan ke dalam komponen biaya tetap.

  • 7

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Keunggulan Teknologi Hidroponik Hidroponik merupakan sebutan untuk sebuah teknologi bercocok tanam

    tanpa menggunakan tanah. Media untuk menanam digantikan dengan media

    tanam lain seperti rockwool, arang sekam, zeolit, dan berbagai media yang ringan

    dan steril untuk digunakan. Hal yang terpenting pada hidroponik adalah

    penggunaan air sebagai pengganti tanah untuk menghantarkan larutan hara ke

    dalam akar tanaman. Hidroponik sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu

    hydroponick. Kata hydroponick merupakan gabungan dari dua kata yaitu hydro

    yang artinya air dan ponos yang artinya bekerja. Jadi dapat dikatakan hidroponik

    merupakan proses pengerjaan dengan air, yaitu merupakan sistem penanaman dgn

    media tanam yang banyak mengandung air (Prihmantoro H dan Indriani YH

    1998; Sameto H 2003).

    Budidaya tanaman hidroponik dilakukan di dalam greenhouse.

    Greenhouse sering diartikan sebagai rumah kaca, namun saat ini penggunaan kaca

    sudah banyak digantikan dengan penggunaan plastik karena harganya yang lebih

    murah dan mudah didapat. Penggunaan greenhouse pada dasarnya untuk

    melindungi tanaman dari faktor alam seperti cuaca yang ekstrim (angin kencang,

    intensitas hujan dan radiasi matahari yang tinggi), gangguan hama, serta

    melindungi tanaman dari kelembaban yang tinggi. Penggunaan greenhouse

    membuat tanaman terlindungi dari serangan hama sehingga penggunaan pestisida

    dapat dihindari dan produk yang dihasilkan menjadi lebih sehat. Menurut

    Prihmantoro H dan Indriani YH (1998), meskipun greenhouse pada dasarnya

    digunakan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang ideal, namun untuk usaha

    komersial pemilihan lokasi juga harus diperhatikan. Beberapa syarat pemilihan

    lokasi pendirian greenhouse yaitu ditempatkan di tempat terbuka, mempunyai

    sirkulasi, dapat mengurangi intensitas cahaya matahari, dapat mengurangi angin,

    serta steril.

    Bertanam secara hidroponik memiliki berbagai keunggulan dibandingkan

    dengan budidaya tanaman menggunakan media tanah. Kelebihan hidroponik

    antara lain (1) serangan hama dan penyakit cenderung jarang, dan lebih mudah

    untuk dikendalikan, (2) penggunaan pupuk dan air lebih efisien, (3) lebih bersih

  • 8

    dan steril, (4) pekerjaan relatif lebih ringan karena tidak harus mengolah tanah dan

    memberantas gulma, (4) larutan nutrisi dapat disesuaikan dengan kebutuhan

    tanaman, (5) hidroponik dapat diusahakan di mana saja, tidak harus diusahakan

    pada lahan luas, (6) tanaman hidroponik dapat dibudidayakan tanpa bergantung

    pada musimnya (Prihmantoro H dan Indriani YH 1998; Suhardiyanto H 2011).

    Dari berbagai keunggulan tersebut, teknologi hidroponik lebih efektif dan efisien

    untuk dijalankan dibandingkan dengan bercocok tanam secara konvensional.

    Penggunaan media air sebagai pengganti media tanah juga merupakan cara untuk

    menghasilkan produk yang lebih bersih, higienis, tanpa adanya kontaminasi dari

    berbagai limbah atau zat berbahaya yang mungkin terdapat di dalam tanah.

    Produk yang lebih higienis dapat menjadi kekuatan utama dari produk hidroponik

    yang dapat menarik minat konsumen untuk memilih produk hidroponik tersebut.

    Produk konvensional yang ditanam dengan media tanah menghasilkan

    pertumbuhan dan kualitas tanaman yang kurang baik karena tanah yang

    digunakan secara terus menerus dan berkelanjutan akan menurun tingkat

    kesuburan serta strukturnya. Teknologi hidroponik merupakan alternatif yang baik

    untuk memperoleh hasil produksi yang lebih baik dari segi kualitas, kuantitas

    serta kontinuitas. Nutrisi yang diberikan pada tanaman hidroponik dapat langsung

    diserap sempurna dan waktu panen lebih cepat. Sebagai contoh, tingkat

    pertumbuhan pakcoy yang ditanam secara hidroponik dan non hidroponik

    berbeda. Pakcoy yang ditanam secara hidroponik memiliki tingkat pertumbuhan

    yang paling tinggi dibandingkan dengan non hidroponik. Pakcoy hidroponik

    ditanam dengan media arang sekam dan hasil produksinya memiliki tinggi

    tanaman, jumlah daun, serta luas daun yang lebih besar. Hal ini membuktikan

    bahwa teknologi hidroponik menghasilkan produk yang lebih baik dari segi

    kualitas dan kuantitas (Permana HW 2001; Savvas D 2003).

    Produk yang dihasilkan dengan teknologi hidroponik memiliki kualitas

    yang lebih baik dibandingkan dengan teknologi konvensional. Sebagai contohnya,

    melon hidroponik kultivar sky rocket dan honeydew memiliki daging buah yang

    lebih banyak dan lebih renyah, rasa yang lebih manis, lebih segar, dan lebih

    harum. Contoh lainnya yaitu lettuce yang dibudidayakan dengan teknologi

    hidroponik memiliki bentuk krop yang lebih besar, lebih bersih dan higienis.

  • 9

    Paprika hidroponik juga berkualitas lebih baik dibandingkan konvensional yaitu

    daging buah yang lebih tebal dan keras, warna buah yang lebih merata dan

    mengkilap serta lebih higienis (Wahendra R 1999; Widia HS 2000; Prihmantoro

    H dan Indriani YH 2002). Dari berbagai contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa

    produk hidroponik memiliki kualitas yang lebih baik dari segi penampilan fisik

    dan rasa.

    Keunggulan dan kualitas yang lebih baik pada produk hidroponik ternyata

    menjadi pertimbangan awal bagi konsumen dalam keputusan pembelian sayuran

    hidroponik. Konsumen memperhatikan kebersihan, kesegaran, warna dan ukuran

    dari sayuran hidroponik yang lebih baik dibandingkan sayuran konvensional.

    Aspek higienis menjadi alasan utama konsumen untuk mengkonsumsi sayuran

    hidroponik. Higienis seringkali menjadi pembeda utama sayuran hidroponik

    dengan sayuran konvensional dikarenakan sayuran hidroponik tidak ditanam pada

    media tanah. Disamping itu, konsumen memperhatikan kandungan gizi yang ada

    pada sayuran hidroponik yang dianggap lebih tinggi. Namun kandungan gizi

    sebenarnya tidak dapat diketahui secara langsung sehingga diragukan apakah

    konsumen benar-benar mengetahui tentang kandungan gizi sayuran hidroponik

    (Halim P 2000). Pada pengamatan di lapangan, sayuran hidroponik yang dijual di

    pasar modern umumnya menggunakan kemasan yang baik dan kedap udara

    sehingga produk dapat terbebas dari kontaminasi kotoran dan bakteri yang ada di

    udara luar.

    Berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa produk hidroponik

    memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan produk konvensional.

    Kualitas yang lebih baik misalnya dari segi rasa, tekstur, aroma, penampilan fisik,

    dan yang paling utama produk yang dihasilkan lebih higienis. Kualitas dan aspek

    higienis menjadi alasan utama konsumen dalam memilih produk hidroponik.

    2.2 Karakteristik Produk Hidroponik Teknologi hidroponik merupakan cara yang tepat untuk menghasilkan

    tanaman yang memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih tinggi dibandingkan

    dengan hasil tanaman yang ditanam secara konvensional. Tanaman yang

    diproduksi dengan teknologi hidroponik biasanya merupakan tanaman yang

    memiliki nilai jual tinggi (high value) atau sering disebut juga dengan sayuran

  • 10

    eksklusif. Sayuran eksklusif ini merupakan kelompok sayuran komersial pilihan

    yang diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen golongan tertentu

    (khusus), sehingga nilai jualnya pun lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran

    lokal lainnya. Jenis sayuran yang tergolong eksklusif dibagi menjadi tiga

    kelompok, yaitu sebagai berikut (Soeseno S 1999).

    1) Sayuran daun yaitu sayuran yang dipungut hasil daunnya, seperti baby kailan

    brokoli, horenzo atau bayam jepang, kubis merah, mithsuba atau seledri

    jepang, tang oh atau tong hao, lettuce yang terdiri dari lettuce head (selada

    berkrop) dan lettuce leaf (selada daun).

    2) Sayuran buah yaitu sayuran yang dipungut buahnya, seperti kaboca atau labu

    jepang, nasubi atau terong jepang, okura atau okra, zucchini atau labu sucini,

    paprika, tomat recento, kyuuri atau mentimun jepang.

    3) Sayuran penyedap masakan yaitu sayuran yang dipungut hasilnya sebagai

    bumbu penyedap, seperti basil atau selasih, chives atau bawang kucai, dill

    atau hades, marjoram, sage, parsley atau peterseli.

    Produk hidroponik yang diusahakan di Indonesia juga beragam jenisnya.

    PT Saung Mirwan yang berada di Mega Mendung Bogor mengusahakan berbagai

    sayuran seperti paprika, tomat apel, tomat cherry, lettuce, shisito atau cabai

    jepang, timun mini, dan timun jepang. Perusahaan lain seperti PT Amazing Farm

    di Lembang Bandung mengusahakan sayuran hidroponik dan aeroponik. Sayuran

    yang paling banyak diproduksi yaitu berbagai macam jenis selada (selada keriting,

    lollorossa, dan romaine). Selain itu, jenis sayuran konvensional juga diproduksi

    dengan aeroponik yaitu caysim, bayam, kangkung, dan pakcoy. PT Horti Jaya

    Lestari di Sumatera Utara mengusahakan paprika dan timun jepang hidroponik

    (Astuti MD 2007; Ginting D 2009; Prawoto B 2012).

    Paprika merupakan sayuran yang paling banyak diusahakan dengan

    teknologi hidroponik. PT ABBAS Agri, PT JORO, dan PT Triple A yang terletak

    di daerah Jawa Barat memproduksi paprika hidroponik. Paprika merupakan

    sayuran yang biasanya hanya dapat ditemukan di pasar swalayan dan supermarket

    dengan harga jual yang cukup mahal. Tidak hanya sayuran, melon hidroponik

    juga diusahakan di Kebun Agrowisata Cilangkap Jakarta Timur, dan di PT Mekar

    Unggul Sari Cileungsi Bogor (Tampubolon SH 2005; Rindyani R 2012).

  • 11

    Dari berbagai penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa komoditas

    sayuran hidroponik yang diusahakan biasanya merupakan komoditas yang

    memiliki nilai jual tinggi (high value) dan juga berupa tanaman sayuran sub tropis

    yang jarang diproduksi dengan teknologi konvensional. Komoditas yang high

    value berpeluang besar untuk diusahakan karena permintaan yang juga tinggi baik

    untuk kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan ekspor.

    2.3 Struktur Biaya dan Produktivitas Sayuran Hidroponik Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, teknologi hidroponik

    merupakan teknologi tinggi dalam memproduksi sayuran. Teknologi tinggi

    umumnya membutuhkan biaya yang juga tinggi baik dari segi biaya investasi

    maupun biaya operasional sehingga mempengaruhi bagaimana struktur biayanya.

    Struktur biaya ditentukan oleh teknologi yang digunakan, besaran skala usaha,

    dan juga komoditas yang diusahakan sehingga struktur biaya suatu usaha berbeda

    dengan usaha lainnya.

    Hidroponik merupakan teknologi tinggi dalam memproduksi sayuran

    sehingga biaya yang dibutuhkan juga tinggi. Penggunaan greenhouse serta

    berbagai sarana dan prasarana penunjang dalam teknologi hidroponik

    menyebabkan dibutuhkannya biaya investasi yang tinggi. Biaya yang tinggi sering

    disebut sebagai kelemahan dalam teknologi hidroponik. Hidroponik

    membutuhkan modal yang besar atau investasi yang dibutuhkan untuk

    penyelenggaraan sistemnya. Penggunaan greenhouse, sarana irigasi, dan peralatan

    menjadi modal utama untuk dapat menjalankan teknologi hidroponik. Terlebih

    lagi apabila dilakukannya peningkatan kualitas sistem yang lebih canggih seperti

    penggunaan aplikasi komputer yang otomatis maka biaya investasi yang

    dibutuhkan akan semakin besar (Rosario AD dan Santos 1990; Chow V 1990;

    Savvas D 2003).

    Seperti yang dilakukan pada penelitian Anggraini A (1999), pada

    komoditas tomat recento hidroponik, biaya tetap merupakan biaya terbesar yang

    harus dikeluarkan. Biaya tetap ini terdiri dari penyusutan greenhouse, instalasi

    NFT, instalasi listrik, kantor, gudang dan peralatan. Besarnya biaya greenhouse

    dengan luas 2600 m2 mencapai 64 persen dari keseluruhan total biaya investasi.

    Biaya variabel terdiri dari polybag, bibit, nutrisi, dan tenaga kerja. Komoditas

  • 12

    tomat recento hidroponik juga diteliti oleh Dahlia E (2002) pada perusahaan yang

    berbeda. Biaya investasi juga merupakan komponen biaya terbesar pada usaha

    tomat recento hidroponik di PT Prima Tani dengan biaya pembangunan

    greenhouse dengan luas 1 Ha mencapai 42 persen dari total biaya investasi yang

    dikeluarkan. Biaya variabel merupakan biaya terbesar kedua setelah biaya

    investasi yang terdiri dari biaya penyediaan input seperti polybag, sekam, bibit,

    nutrisi dan tenaga kerja. Input yang digunakan pada usaha sayuran hidroponik

    memang berbeda dengan konvensional sehingga biaya variabel pada usaha

    hidroponik relatif lebih besar. Dapat disimpulkan bahwa dalam pengusahaan

    sayuran hidroponik, biaya produksi yang dibutuhkan tinggii karena adanya

    penggunaan teknologi tinggi yang berbeda dengan teknik bertanam konvensional.

    Penelitian mengenai struktur biaya sayuran hidroponik juga dilakukan oleh

    Tampubolon SH (2005) yang membandingkan struktur biaya tiga perusahaan (PT

    ABBAS Agri, PT JORO, PT Triple A) untuk menganalisis persaingan usaha.

    Struktur biaya usaha sayuran hidroponik pada ketiga perusahaan berbeda-beda

    dikarenakan adanya perbedaan pada penggunaan inputnya seperti benih, nutrisi,

    media tanam serta perbedaan sewa lahan atau milik sendiri. Biaya tetap yang ada

    berupa biaya penyusutan greenhouse dan penyusutan sarana irigasi. Untuk

    menganalisis persaingan usaha, selain struktur biaya digunakan pula analisis

    pendapatan dan pengeluaran agar diketahui usaha yang menguntungkan.

    Selain biaya investasi, biaya tenaga kerja dan distribusi dalam usaha

    sayuran hidroponik juga tinggi. Pada produksi bayam hidroponik dengan sistem

    NFT media kerikil, biaya tenaga kerja yang dibutuhkan mencapai 35,3 persen dari

    total biaya, sedangkan biaya bahan bakar untuk distribusi mencapai 21,8 persen

    dari total biaya (Anggayuhlin R 2012).

    Dalam teknologi hidroponik, penggunaan lahan untuk menanam lebih

    efisien. Tanaman dapat diatur sedemikian rupa tanpa memerlukan jarak tanam

    yang lebar seperti pada bercocok tanam dengan media tanah. Penggunaan

    pupuk/nutrisi dan penggunaan air lebih efisien karena dengan teknologi

    hidroponik, nutrisi dilarutkan bersama air dan air dialirkan secara sirkulasi serta

    langsung diserap oleh akar tanaman. Selain itu, periode tanam pada teknologi

    hidroponik lebih pendek sehingga tanaman lebih cepat dipanen. Dari pernyataan

  • 13

    tersebut, biaya produksi pada hidroponik bisa saja ditekan dengan penggunaan

    lahan, air dan nutrisi secara efisien serta adanya peningkatan produksi dan hasil

    panen (Rosario AD dan Santos 1990; Chow V 1990; Agustina H 2009).

    Produktivitas sayuran hidroponik juga lebih tinggi bila dibandingkan

    dengan produktivitas sayuran yang ditanam secara konvensional. Produktivitas

    sayuran hidroponik yang tinggi dikarenakan pemberian nutrisi dan air yang

    langsung dapat diserap oleh akar tanaman dan dialirkan ke seluruh bagian

    tanaman serta tanaman tidak terkontaminasi dengan adanya kemungkinan logam,

    bahan kimia, dan zat lain yang ada di dalam tanah. Hal ini dibuktikan dengan

    penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan Collins pada tahun 1985 mengenai

    perbandingan produktivitas beberapa sayuran yang ditanam secara hidroponik dan

    konvensional di Universitas Arizona. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    produktivitas sayuran hidroponik jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

    produktivitas non hidroponik, hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.

    Pada penelitian lain menunjukkan bahwa produktivitas selada keriting

    hidroponik mencapai 12 ton/Ha, sementara produktivitas selada konvensional

    hanya mencapai 3-8 ton/Ha (Prawoto B 2012). Produktivitas sayuran hidroponik

    yang lebih tinggi dibandingkan konvensional diduga dapat menjadi solusi untuk

    menekan biaya hidroponik yang tinggi.

    Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut, dapat

    disimpulkan bahwa struktur biaya memperlihatkan bagaimana komposisi biaya

    yang ada pada tiap usaha berbeda-beda. Struktur biaya dapat dipengaruhi oleh

    teknologi, skala usaha, dan jenis komoditasnya. Pada usaha yang sama, tetapi

    skala usaha berbeda, maka akan menghasilkan struktur biaya yang berbeda pula.

    Pada hidroponik yang menggunakan teknologi yang tinggi umumnya

    membutuhkan biaya yang tinggi terutama dalam hal biaya investasi. Biaya yang

    tinggi mungkin saja dapat ditekan dan ditutupi oleh penggunaan lahan, air, dan

    pupuk secara efisien dan tingginya produktivitas sayuran hidroponik. Oleh karena

    itu, struktur biaya penting diketahui untuk melihat komposisi biaya yang ada pada

    suatu usaha.

  • 14

    Tabel 3. Perbandingan Produktivitas Sayuran Hidroponik dengan Sayuran Non Hidroponik Di Universitas Arizona

    Sumber : Jensen MH dan Collins WL (1985)

    Tanaman

    Hidroponik Non Hidroponik

    (media tanah)

    Hasil panen

    (Ton/Ha)

    Jumlah panen

    per tahun

    Total

    (Ton/Ha/Tahun)

    Total

    (Ton/Ha/Tahun)

    Brokoli 32.5 3 97.5 10.5

    Kubis 57.5 3 172.5 30

    Mentimun 250 3 750 30

    Terong 28 2 56 20

    Lettuce 31.3 10 313 52

    Lada 32 3 96 16

    Tomat 187.5 2 375 100

  • 15

    III. KERANGKA PEMIKIRAN

    3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

    3.1.1 Hubungan Struktur Biaya Produksi dengan Harga Jual

    Biaya adalah semua beban yang harus ditanggung untuk menyediakan

    barang agar siap digunakan oleh konsumen. Biaya dalam arti luas adalah

    pengorbanan yg dilakukan untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa yang

    diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang, melalui tukar

    menukar atau melalui pemberian jasa. Komposisi biaya yang terjadi pada suatu

    usaha disebut struktur biaya (Rony H 1990; Sudarsono 1995).

    Secara umum pengertian produksi adalah kegiatan suatu

    organisasi/perusahaan untuk memproses dan mengubah bahan baku (raw

    material) menjadi barang jadi (finished goods) melalui penggunaan tenaga kerja

    dan fasilitas produksi lainnya. Sukirno (2009) menjelaskan bahwa biaya produksi

    merupakan semua biaya yang dibebankan kepada perusahaan untuk memperoleh

    faktor-faktor produksi dan membeli bahan baku yang akan digunakan untuk

    menciptakan barang-barang yang diproduksi oleh perusahaan tersebut. Menurut

    Rosyidi S (2009), biaya produksi adalah biaya yang dibebankan kepada

    pengusaha untuk dapat menghasilkan output. Dalam penelitian ini, biaya produksi

    dapat diartikan sebagai biaya yang dibebankan kepada PT KSS untuk dapat

    menghasilkan berbagai sayuran hidroponik dari proses awal penanaman,

    pemeliharaan, panen, pasca panen hingga sayuran hidroponik tersebut dipasarkan.

    Biaya produksi merupakan nilai semua faktor produksi yang digunakan

    untuk menghasilkan output. Biaya produksi setiap output tergantung pada dua hal

    yaitu sebagai berikut.

    1) Berapa besar biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk

    mendapatkan input, yakni harga input yang digunakan.

    2) Efisiensi perusahaan atau produsen yang bersangkutan dalam menggunakan

    inputnya. Dua perusahaan yang memiliki input persis sama, tetapi yang satu

    bekerja dengan lebih efisien dari yang lain, maka tentunya perusahaan yang

    dapat bekerja dengan lebih efisien dapat menghasilkan output lebih banyak

    dan biaya per satuan output menjadi lebih murah.

  • 16

    Berdasarkan teori biaya, biaya produksi dianalisa dalam kerangka waktu

    yang berbeda yaitu dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka

    pendek terdapat biaya tetap dan biaya variabel, sedangkan dalam jangka panjang

    semua biaya adalah variabel seperti halnya semua faktor juga variabel dalam

    jangka waktu panjang ini. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak

    tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan. Contoh dari

    biaya tetap yaitu gaji tenaga kerja administratif, penyusutan mesin-mesin, gedung

    dan peralatan lain. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya berubah-ubah

    sesuai dengan perubahan kuantitas produksi yang dihasilkan. Semakin besar

    kuantitas produksi, makin besar pula jumlah biaya variabel. Contoh biaya variabel

    antara lain adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, nutrisi. Biaya

    ini mempunyai hubungan langsung dengan kuantitas produksi. Biaya tetap dan

    biaya variabel dapat dirumuskan ke dalam bentuk kurva, yang dapat dilihat pada

    Gambar 1.

    Rp Rp

    TFC TVC TVC

    TFC

    0 Q 0 Q Keterangan : TFC : Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) TVC : Biaya Variabel Total (Total Variable Cost) Q : Output yang dihasilkan

    Gambar 1. Kurva Biaya Tetap Total dan Biaya Variabel Total

    Selain biaya tetap dan biaya variabel secara total, terdapat juga biaya rata-

    rata. Biaya tetap rata-rata merupakan biaya tetap per satuan produk yang dapat

    diperoleh dengan cara membagi biaya tetap total dengan kuantitas produksi. Biaya

    variabel rata-rata merupakan biaya variabel per satuan produk yang dapat

    diperoleh dengan membagi biaya variabel total dengan kuantitas produksinya.

    Jika output yang dihasilkan oleh suatu perusahaan bertambah, maka bertambah

  • 17

    pula biaya produksinya. Bertambahnya biaya total untuk setiap pertambahan satu

    satuan output disebut biaya marginal.

    Hal yang dipelajari dalam penelitian ini adalah hubungan struktur biaya

    dengan harga jual produk. Biaya produksi yang dibutuhkan dalam usaha sayuran

    hidroponik cukup tinggi. Sementara itu, penjualan sayuran hidroponik juga sangat

    dipengaruhi oleh harga jualnya. Harga jual sayuran hidroponik lebih mahal bila

    dibandingkan dengan sayuran konvensional. Secara teoritik dapat dijelaskan pada

    Gambar 2.

    P Biaya per unit Biaya per unit

    S

    PH

    D

    0 Q QK Q QH Q

    Pasar Konvensional Hidroponik

    Keterangan : S : Penawaran (Supply) sayuran D : Permintaan (Demand) sayuran Q : Jumlah produksi (unit) PH : Harga jual sayuran hidroponik (Rp) PK : Harga jual sayuran konvensional/harga di pasaran (Rp) MC : Biaya Marjinal (Marginal Cost) ATC : Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost) AVC : Biaya Variabel Rata-rata (Average Variable Cost) Gambar 2. Hubungan Antara Kurva Biaya dengan Harga Jual

    Berdasarkan Gambar 2 diperlihatkan hubungan kurva biaya dengan harga

    jual. Harga sayuran hidroponik (PH) dan harga sayuran konvensional (PK)

    diperoleh dari harga keseimbangan pasar dari pasar yang berbeda yaitu sayuran

    konvensional dari pasar tradisional dan sayuran hidroponik dari pasar modern.

    Pada kurva tersebut diasumsikan bagaimana struktur biaya perusahaan secara

    individu. Kurva biaya dengan harga dapat menggambarkan berapa besarnya harga

    jual untuk dapat menutupi biaya yang dikeluarkan. Selain itu, kurva tersebut juga

    dapat memperlihatkan jumlah yang harus diproduksi (Q) untuk dapat menutupi

    MC

    AVC PK

    MC ATC

    AVC

    ATC

  • 18

    biaya yang dikeluarkan. Pada kurva di Gambar 2, diasumsikan bahwa biaya

    variabel (AVC) pada sayuran hidroponik dan konvensional sama besar. Pada

    hidroponik memerlukan biaya investasi yang besar sehingga biaya tetap yang

    dihitung juga semakin besar dikarenakan adanya perhitungan penyusutan. Oleh

    karena itu, biaya total rata-rata (ATC) pada hidroponik jauh lebih tinggi

    dibandingkan pada usaha sayuran konvensional (ATCH > ATCK). Untuk dapat

    menutupi biaya yang tinggi, maka sayuran hidroponik harus dapat memiliki harga

    jual premium atau harga jual yang jauh lebih tinggi dari harga pasar (PH > PK).

    Apabila sayuran hidroponik dijual dengan harga sayuran konvensional

    maka tingginya biaya tidak dapat tertutupi. Usaha sayuran hidroponik tersebut

    hanya mampu menutupi biaya variabel (AVC) saja sedangkan biaya tetap (AFC)

    tidak dapat tertutupi. Biaya tetap dalam usaha sayuran hidroponik merupakan

    biaya penyusutan greenhouse, instalasi irigasi, sarana penunjang lainnya serta

    biaya tenaga kerja tetap. Oleh karena itu, dalam jangka pendek perusahaan masih

    dapat berjalan namun dalam jangka panjang perusahaan tidak dapat melakukan

    reinvestasi sehingga lama kelamaan perusahaan harus menutup usahanya.

    Selain harga jual yang tinggi, jumlah produksi sayuran hidroponik juga

    harus lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran konvensional (QH > QK). Jumlah

    produksi yang tinggi pada hidroponik dapat menutupi tingginya biaya sehingga

    produktivitas sayuran hidroponik juga harus lebih tinggi dibandingkan sayuran

    konvensional. Oleh karena itu, pada usaha sayuran hidroponik yang

    membutuhkan biaya yang besar harus dapat memproduksi sayuran hidroponik

    lebih banyak dan harga jual sayuran hidroponik harus memiliki harga premium

    yang lebih tinggi dari harga pasar. Walaupun sayuran hidroponik yang diproduksi

    oleh perusahaan merupakan jenis sayuran yang sama dengan konvensional, harga

    jual dan produktivitas sayuran hidroponik harus tetap tinggi agar dapat

    menguntungkan.

    3.1.2 Analisis Keuntungan dan Efisiensi Usaha Sayuran Hidroponik

    Keuntungan merupakan selisih dari total penerimaan dengan total biaya.

    Penerimaan didefinisikan sebagai nilai yang diterima dari penjualan produk, yaitu

    hasil kali jumlah produksi total dan harga jual satuan. Biaya didefinisikan sebagai

    jumlah yang dibayarkan atau dikeluarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi

  • 19

    usahatani yaitu berupa nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain yang

    dikeluarkan selama proses produksi (Soekartawi; Dillon JL; Hardaker JB;

    Soeharjo A 2011). Total biaya tersebut dapat dihitung dengan menjumlahkan

    biaya tetap dan biaya variabel. Analisis keuntungan usaha mempunyai dua tujuan

    yaitu untuk menggambarkan keadaan sekarang dari suatu usahatani dan untuk

    menggambarkan keadaan yang akan datang dari suatu perencanaan dan tindakan.

    Analisis keuntungan usaha memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan

    usahatani yang dijalankan pada saat ini berhasil atau tidak.

    Dalam analisis keuntungan, penting untuk mengetahui biaya yang

    dikeluarkan serta harga jual yang digunakan oleh perusahaan. Harga jual dalam

    hal ini adalah nilai yang diperoleh perusahaan pada produk yang dipasarkannya.

    Misal pada penelitian ini, harga jual yang digunakan berarti harga tiap komoditas

    sayuran hidroponik yang dijual kepada konsumen maupun distributor seperti

    supermarket dan hypermart. Biaya yang dirinci terdiri dari biaya tetap dan biaya

    variabel. Biaya tetap seperti biaya penyusutan greenhouse, instalasi irigasi,

    peralatan dan sarana penunjang lainnya, sedangkan biaya variabel seperti biaya

    pembelian benih, nutrisi, media tanam, dan lain sebagainya.

    Keuntungan = penerimaan total biaya total

    = TR TC

    = TR TVC TFC

    = P*Q Q*AVC TFC

    Keterangan :

    TR = total penerimaan usaha sayuran hidroponik PT KSS

    TC = total biaya usaha sayuran hidroponik PT KSS

    Untuk mengukur apakah usaha yang dijalankan efisien dan

    menguntungkan, maka dilakukan dengan mengukur efisiensinya. Efisien berarti

    perusahaan dapat memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki untuk menghasilkan

    output yang melebihi input. Menurut Mubyarto (1989), efisiensi dalam produksi

    yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan

    faktor produksi (input). Dengan kata lain, efisiensi produksi merupakan

    perbandingan output dan input, yaitu berkaitan dengan tercapainya output

    maksimum dengan sejumlah input tertentu atau tercapainya output tertentu

    dengan input yang minimum.

  • 20

    Salah satu cara untuk mengukur efisiensi usaha yaitu dengan mengukur

    imbangan penerimaan dan biaya dengan menggunakan analisis R/C rasio. Analisis

    R/C rasio dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh setiap nilai rupiah

    biaya yang dikeluarkan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai

    manfaatnya. Penerimaan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang

    tinggi, karena bisa saja biaya yang dikeluarkan juga tinggi. Misalkan dua

    komoditas sayuran hidroponik (contohnya bayam dan caysim) memperoleh

    keuntungan yang sama besar, bukan berarti kedua komoditas tersebut sama-sama

    efisien dan menguntungkan, harus dilihat bagaimana imbangan penerimaan dan

    biaya yang dikeluarkan dengan analisis R/C rasio. Nilai yang didapat dari hasil

    analisis R/C rasio tidak memiliki satuan. Nilai dari R/C rasio yang dapat dijadikan

    tolak ukur efisiensi yang memiliki arti sebagai berikut.

    1) R/C rasio > 1, menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan

    dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari satu.

    Jadi dapat dikatakan usaha tersebut lebih efisien.

    2) R/C rasio < 1, menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan

    dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari satu.

    Jadi dapat dikatakan usaha tersebut tidak efisien.

    3) R/C rasio = 1, menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan

    dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan sama dengan satu. Jadi

    penerimaan yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan, dan dapat

    dikatakan efisien.

    Efisiensi suatu usaha bergantung pada penggunaan input secara optimal

    untuk menghasilkan output yang maksimal. Pada penelitian ini, pengukuran

    tingkat efisiensi usaha dapat dilihat dari struktur biaya pada masing-masing

    komoditas sayuran hidroponik yang diusahakan serta penerimaan yang diperoleh.

    3.1.3 Analisis Titik Impas Usaha Sayuran Hidroponik

    Titik impas dianalisis untuk mengetahui jumlah minimum sayuran

    hidroponik yang harus dijual oleh PT KSS sesuai dengan besarnya biaya. Titik

    impas merupakan suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar

    suatu usaha tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum mendapatkan laba. Titik

    impas (Break Even Point) adalah titik pulang pokok dimana total revenue (TR) =

  • 21

    total cost (TC), pada kondisi tersebut perusahaan tidak mengalami untung atau

    rugi. Jika kondisi suatu perusahaan berada di bawah break even point, maka

    perusahaan tersebut masih mengalami kerugian tetapi perusahaan tersebut masih

    mampu menutupi biaya operasional perusahaan. Pada perhitungan titik impas

    terdapat beberapa asumsi pokok, yaitu sebagai berikut.

    1) Biaya harus dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap.

    2) Jumlah yang diproduksi sama dengan jumlah yang dijual. Jadi, tidak terdapat

    persediaan atau sisa produk.

    3) Harga jual per unit tetap walaupun volume penjualan meningkat dan tidak ada

    diskon penjualan.

    Untuk menentukan titik impas, terlebih dahulu biaya-biaya dikelompokkan

    menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Perhitungan

    titik impas (BEP) dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

    BEP (unit) = Total Biaya Tetap

    Harga jual per unit Biaya variabel per unit

    Penentuan titik impas juga bisa dilakukan dengan pendekatan grafis,

    dimana titik impas merupakan pertemuan antara garis biaya dan garis pendapatan

    penjualan. Titik pertemuan antara garis biaya dan garis penerimaan tersebut

    merupakan titik impas (break even). Untuk dapat menentukan titik impas, harus

    dibuat grafik dengan sumbu datar menunjukkan volume penjualan, sedangkan

    sumbu tegak menunjukkan biaya dan pendapatan penjualan. Grafik titik impas,

    laba, dan penjualan dapat dilihat pada Gambar 3.

    BEP1

    B

    A

    0 QBEP1

    TFC

    TVC

    TC

    TR1

    Pendapatan, Biaya

    Volume Penjualan

    TR2

    BEP2

    QBEP2

  • 22

    Keterangan : TR : Penerimaan Total (Rp) TC : Biaya Total (Rp) TVC : Biaya variabel total (Rp) TFC : Biaya tetap total (Rp) Daerah A : Daerah laba atau untung, TR > TC Daerah B : Daerah rugi, TR < TC Q BEP : Volume penjualan pada saat titik impas

    Pada Gambar 3, dapat dilihat dimana titik impas merupakan perpotongan

    dari garis penerimaan total (TR) dan biaya total (TC), saat volume penjualan

    sebesar Q dan memperoleh pendapatan sebesar P. Jika keadaan pada garis

    penerimaan total ada di bawah garis biaya total atau produksi (Q) mengalami

    penurunan, maka menunjukkan kerugian (daerah B). Jika garis penerimaan total

    ada di atas garis biaya total atau jumlah produksi (Q) meningkat, maka

    perusahaan akan memperoleh laba atau untung (daerah A).

    Pada PT KSS, apabila harga jual dan jumlah produksi sayuran hidroponik

    lebih tinggi maka penerimaan (TR) yang diperoleh meningkat sehingga kurva TR

    bergeser ke arah kiri atas (TR1 ke TR2) dan menyebabkan daerah A lebih besar

    sehingga keuntungan yang diperoleh semakin tinggi. Perusahaan juga memiliki

    QBEP yang semakin sedikit (dari QBEP1 ke QBEP2) sehingga jumlah sayuran

    hidroponik yang harus dijual untuk dapat menutupi biaya menjadi lebih sedikit.

    Sebaliknya dari segi biaya yang dikeluarkan, apabila biaya yang dikeluarkan

    semakin besar maka akan menyebabkan kurva TC bergeser ke kiri atas sehingga

    daerah A lebih kecil dan keuntungan yang diperoleh lebih sedikit. Perusahaan

    juga harus memproduksi dan menjual sayuran hidroponik lebih banyak untuk

    dapat menutupi biaya yang dikeluarkan. Volume penjualan pada saat titik impas

    (QBEP) semakin besar jumlahnya.

    3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

    Teknologi hidroponik merupakan teknologi yang tinggi dalam

    memproduksi sayuran dan memiliki banyak keunggulan dibandingkan produksi

    secara konvensional. Kualitas sayuran yang dihasilkan lebih segar, renyah, dan

    higienis untuk dikonsumsi. Adanya permintaan terhadap sayuran yang lebih

    higienis membuka peluang besar bagi usaha sayuran hidroponik. Salah satu

    Gambar 3. Titik Impas, Laba, dan Volume Penjualan Sumber : Mulyadi (2001)

  • 23

    perusahaan yang memproduksi sayuran hidroponik yaitu PT Kebun Sayur Segar

    (PT KSS). Usaha sayuran hidroponik di PT KSS dilakukan secara komersial

    dengan menggunakan sarana greenhouse, instalasi irigasi, dan peralatan yang

    berbeda dengan pengusahaan sayuran secara konvensional. Investasi yang

    dibutuhkan serta biaya yang dikeluarkan cukup besar untuk memproduksi sayuran

    hidroponik yang berkualitas baik. Oleh karena itu, menjadi penting untuk

    dipelajari struktur biaya usaha sayuran hidroponik PT KSS.

    PT KSS mengusahakan sayuran hidroponik yaitu bayam, kangkung,

    pakcoy, dan caysim. Sayuran yang diproduksi oleh PT KSS merupakan jenis

    sayuran yang biasa diproduksi dengan teknologi konvensional yang dicirikan

    dengan harga jual murah di pasaran dan bukan tergolong sayuran yang memiliki

    nilai jual tinggi (high value). Jenis dan jumlah sayuran yang diproduksi akan

    menentukan berapa besar penerimaan yang diperoleh dengan memperhitungkan

    harga jual sayuran hidroponik dan nilai penjualan.

    Struktur biaya dan penerimaan dijadikan informasi untuk menghitung dan

    menganalisis keuntungan yang diterima oleh PT KSS. Selain menganalisis

    struktur biaya, penerimaan dan keuntungan, dilakukan pula analisis R/C rasio

    untuk melihat efisiensi pada usaha sayuran hidroponik yang dijalankan. Analisis

    R/C rasio dapat memberikan informasi seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya

    yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan

    sebagai manfaatnya. Mengukur tingkat efisiensi penting dilakukan untuk

    mengetahui apakah komoditas sayuran hidroponik yang diusahakan telah

    mencapai tingkat yang efisien pada penggunaan biaya-biaya. Analisis titik impas

    juga dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah produk yang harus dijual paling

    sedikit agar dapat menutupi biaya. Dari beberapa analisis yang dilakukan tersebut

    maka dapat diperoleh kesimpulan apakah usaha sayuran hidroponik PT KSS yang

    memproduksi jenis sayuran yang sama dengan konvensional dapat memiliki harga

    premium serta tetap menguntungkan dan efisien untuk dijalankan. Secara singkat

    alur pemikiran operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

  • 24

    Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

    Tren permintaan pasar terhadap sayuran Lebih sehat, tanpa pestisida Lebih higienis

    Penerimaan Harga jual Nilai penerimaan

    Teknologi tinggi hidroponik (PT KSS)

    Komoditas yang paling efisien dan menguntungkan

    - Analisis Keuntungan - Analisis Efisiensi Usaha - Analisis Titik Impas

    - Jenis komoditas sayuran Bayam Kangkung Pakcoy Caysim

    - Jumlah

    Investasi Greenhouse Instalasi irigasi Peralatan

    Struktur Biaya Biaya tetap Biaya variabel

    Operasional Benih Media tanam Nutrisi Tenaga kerja

  • 25

    IV. METODE PENELITIAN

    4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Kebun Sayur Segar (PT KSS),

    Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

    dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT KSS

    merupakan perusahaan yang memproduksi sayuran hidroponik dan memasarkan

    hasil produksinya ke banyak supermarket di area Jabodetabek seperti Giant,

    Carrefour, All Fresh dan Lotte Mart. Waktu pengambilan dan pengolahan data

    dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013.

    4.2 Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini data yang digunakan meliputi data primer dan data

    sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di

    lapangan dan melalui wawancara langsung dengan pihak PT KSS. Data biaya

    yang digunakan sesuai dengan harga pada saat penelitian berlangsung. Data

    sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang bersumber dari

    literatur-literatur yang relevan. Data sekunder yang dikumpulkan yaitu data yang

    berasal dari instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan

    Direktorat Jenderal Hortikultura. Selain itu, dilakukan juga penelusuran melalui

    internet, buku serta penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai

    bahan rujukan.

    4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan metode

    kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk menjelaskan

    gambaran usaha sayuran hidroponik PT KSS. Metode kuantitatif yang dilakukan

    meliputi analisis terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan, penerimaan yang

    diperoleh, keuntungan dan efisiensi dengan menggunakan rasio penerimaan atas

    biaya (R/C rasio) serta perhitungan titik impas (break even point) dengan

    menggunakan program aplikasi komputer seperti Microsoft Excel. Analisis

    kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi untuk menyederhanakan data ke dalam

    bentuk yang mudah dibaca.

  • 26

    4.3.1 Analisis Struktur Biaya Analisis struktur biaya dilakukan dengan merinci komposisi biaya yang

    dikeluarkan pada usaha sayuran hidroponik PT KSS. Struktur biaya tersebut

    dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Di dalam biaya tetap

    terdapat biaya penyusutan yang harus diperhitungkan. Biaya penyusutan terdiri

    dari bangunan greenhouse, sarana irigasi dan sarana penunjang lainnya yang

    dihitung berdasarkan metode penyusutan garis lurus atau rata-rata, yaitu nilai

    pembelian dikurangi prakiraan nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis. Nilai

    akhir dianggap nol jika barang tersebut tidak laku lagi dijual. Rumus yang

    digunakan adalah :

    Penyusutan = Nb Ns n

    Keterangan :

    Nb : Nilai pembelian barang dalam rupiah

    Ns : Prakiraan nilai sisa (harga yang diperoleh apabila barang dijual kembali)

    dalam rupiah

    n : Umur ekonomis barang dalam tahun

    Secara matematis, perhitungan total biaya (total cost) yang merupakan

    jumlah dari biaya tetap (TFC) dan biaya variabel (TVC) dapat dirumuskan seperti

    berikut ini.

    TC = TFC + TVC

    Untuk menghitung total biaya rata-rata (average total cost) adalah penjumlahan

    biaya tetap rata-rata (AFC) dengan biaya variabel rata-rata (AVC). Rumus yang

    digunakan seperti berikut ini.

    ATC = AFC + AVC

    Total biaya rata-rata dapat dijadikan ukuran apakah usaha sayuran hidroponik

    yang dilakukan menguntungkan bila dibandingkan dengan harga jualnya. Struktur

    biaya sayuran hidroponik dapat disajikan dalam bentuk tabulasi seperti yang dapat

    dilihat pada Tabel 4.

  • 27

    Tabel 4. Struktur Biaya Usaha Sayuran Hidroponik PT KSS per 500 m2 pertahun

    Komponen Bayam Kangkung Caysim Pakcoy

    Rp % Rp % Rp % Rp %

    Biaya Tetap:

    - Penyusutan greenhouse

    - Penyusutan sarana irigasi

    - Penyusutan peralatan

    - Upah tenaga kerja tetap

    - Biaya listrik

    Total Biaya Tetap

    Biaya Variabel :

    - Benih - Media tanam - Nutrisi - Biaya kemasan - Upah tenaga kerja

    harian

    Total Biaya Variabel

    Total Biaya

    Keterangan : (%) = persentase terhadap total biaya

    Berdasarkan Tabel 4, struktur biaya atau komposisi biaya sayuran

    hidroponik di rinci atau dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.

    Perhitungan struktur biaya dibentuk ke dalam tabulasi untuk mempermudah

    analisis perhitungannya. Perhitungan pada tiap komoditas dikonversikan menjadi

    luasan lahan yang sama yaitu 500 m2 dan dalam waktu yang sama yaitu satu

    tahun. Komoditas sayuran hidroponik yang diproduksi PT KSS masing-masing

    dilihat bagaimana struktur biayanya dan persentase tiap komponen terhadap total

    biaya yang dikeluarkan. Persentase tersebut dapat dijadikan perbandingan antara

    satu komoditas dengan komoditas lainnya.

  • 28

    4.3.2 Analisis Keuntungan dan Efisiensi Usaha Sayuran Hidroponik Keuntungan merupakan selisih dari total penerimaan dengan total biaya.

    Penerimaan usaha sayuran hidroponik merupakan nilai yang diterima dari

    penjualan produk, yaitu hasil kali jumlah produksi sayuran hidroponik yang

    terjual dengan harga jual sayuran hidroponik tersebut. Perhitungan penerimaan

    dapat dirumuskan sebagai berikut.

    TR = Pi x Qi

    Keterangan :

    TR = Total penerimaan usaha

    Pi = Harga jual sayuran hidroponik

    Qi = Jumlah tiap jenis sayuran hidroponik yang terjual dalam 1 tahun

    Biaya usaha sayuran hidroponik merupakan biaya yang dikeluarkan

    selama proses produksi sayuran hidroponik yaitu berupa biaya variabel dan biaya

    tetap. Biaya variabelnya yaitu benih, media tanam, nutrisi, kemasan, dan upah

    tenaga kerja harian. Biaya tetapnya yaitu biaya penyusutan greenhouse,

    penyusutan sarana irigasi, upah tenaga kerja tetap, dan biaya listrik. Analisis

    keuntungan atas biaya total usaha sayuran hidroponik dapat dianalisis dengan

    rumus :

    Keuntungan () = TR TC

    Keterangan :

    TR = Penerimaan usaha sayuran hidroponik

    TC = Total biaya yang dikeluarkan

    Selain itu dilakukan pula analisis rasio penerimaan dan biaya (R/C rasio).

    Analisis R/C rasio digunakan untuk mengetahui seberapa jauh setiap nilai rupiah

    biaya yang dikeluarkan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai

    manfaatnya. Dengan kata lain, analisis R/C rasio melihat perbandingan antara

    penerimaan yang diterima dari setiap rupiah yang dikeluarkan pada produksi

    sayuran hidroponik. Tujuan menganalisis nilai R/C rasio untuk melihat efisiensi

    suatu usaha. Usaha dikatakan efisien apabila memiliki nilai R/C rasio > 1.

  • 29

    Semakin besar nilai R/C rasio maka usaha tersebut semakin efisien. Rumus yang

    digunakan dalam perhitungan R/C rasio adalah sebagai berikut.

    R/C rasio atas biaya total = TR / TC

    Tabel 5. Analisis Struktur Biaya, Keuntungan dan Efisiensi Usaha Sayuran Hidroponik per 500 m2 per tahun

    Komponen Bayam Kangkung Caysim Pakcoy

    Rp Rp Rp Rp

    A. Total Penerimaan

    - Jumlah produksi (Kg) - Harga satuan

    B. Biaya Tetap:

    - Penyusutan greenhouse

    - Penyusutan sarana irigasi

    - Penyusutan peralatan - Upah tenaga kerja

    tetap - Biaya listrik

    C. Total Biaya Tetap

    D. Biaya Variabel :

    - Benih - Media tanam - Nutrisi - Biaya kemasan - Upah tenaga kerja

    harian

    E. Total Biaya Variabel

    F. Total Biaya C + E

    G. Keuntungan Usaha A - F

    H. Efisiensi usaha (R/C rasio)

    A : F

  • 30

    4.3.3 Analisis Titik Impas Analisis titik impas dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah minimum

    sayuran hidroponik yang harus terjual agar hasil penjualan yang diperoleh sama

    dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Pada kondisi tersebut perusahaan tidak

    memperoleh keuntungan ataupun kerugian. Dalam perhitungan titik impas (BEP),

    biaya variabel dan biaya tetap yang dikeluarkan harus dipisahkan secara jelas.

    Pendekatan untuk perhitungan titik impas dalam usaha sayuran hidroponik ini

    adalah BEP dalam jumlah unit produksi (kg). Perhitungan titik impas dapat

    dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

    BEP (unit) = Total Biaya Tetap

    Harga jual per unit Biaya variabel per unit

    BEP = TFC PH - AVC

  • 31

    V. GAMBARAN UMUM USAHA

    5.1 Sejarah Perusahaan PT Kebun Sayur Segar (PT KSS) merupakan perusahaan yang bergerak di

    bidang agribisnis tanaman dan sayuran segar. Perusahaan berdiri sejak tahun 1998

    dengan pemilik perusahaan yaitu Bapak Soebagyo Karsono. Ide awal pendirian

    usaha yaitu pemilik diperkenalkan teknologi hidroponik oleh BPPT pada

    November 1998, yang pada akhirnya membuat ketertarikan untuk memulai usaha

    sayuran hidroponik. Pada awal usaha, dilakukan terlebih dahulu uji coba pada

    tanaman paprika, tomat recento, mentimun jepang, serta melon pada luasan lahan

    greenhouse 400 m2. Semua modal usaha berasal dari dana pribadi pemiliknya.

    Pada tahun 2000, perusahaan mulai berkembang dan mengusahakan

    sayuran hidroponik secara komersial dengan menjual hasil produksi hidroponik

    tersebut ke supermarket. Pada tahun 2002, perusahaan mulai menambah jenis

    sayuran hidroponik yang diproduksi seperti bayam, kangkung, caysim, kailan, dan

    pakcoy. Perusahaan menambah luasan greenhouse baru dan juga memperluas

    usaha dengan melakukan diversifikasi usaha kebun anggrek yang bekerjasama

    dengan karang taruna setempat.

    Perusahaan resmi berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas pada tahun

    2003. Hasil produksi perusahaan sudah mulai meluas hingga dapat ditemui di

    supermarket dan hypermart yang ada di Jabodetabek. Pengembangan usaha terus

    dilakukan sehingga pada saat ini perusahaan memiliki berbagai unit usaha, seperti

    usaha tanaman buah, kebun anggrek, sayuran organik, dan sayuran hidroponik.

    Sayuran organik diproduksi di kebun yang berada di daerah Cianjur, sedangkan

    sayuran hidroponik, tanaman buah dan kebun anggrek diproduksi di kebun yang

    terletak di Parung.

    Selain kegiatan produksi, perusahaan juga memiliki kegiatan pelatihan

    bagi masyarakat umum yang ingin mempelajari budidaya tanaman hidroponik.

    Umumnya kegiatan pelatihan dilakukan pada hari sabtu dan minggu dan peserta

    yang mengikuti pelatihan biasanya rombongan dari sekolah-sekolah, universitas,

    dan ada juga pihak perorangan.

  • 32

    5.2 Lokasi dan Kondisi Geografis Perusahaan Lokasi PT KSS berada di Jalan Raya Parung-Bogor Nomor 546, Desa

    Parung, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Perusahaan berada

    pada daerah panas dengan suhu udara rata-rata 290 330C. Faktor iklim dan cuaca

    sangat berpengaruh pada budidaya tanaman, tidak semua jenis tanaman dapat

    tumbuh optimal pada kebun Parung sehingga perusahaan memilih untuk

    mengusahakan jenis tanaman sayuran seperti kangkung, bayam, caysim, dan

    pakcoy. Perusahaan terletak di daerah yang cukup strategis yaitu berada di jalan

    raya yang menghubungkan kota Bogor, Tangerang, dan Jakarta sehingga

    memudahkan proses distribusi dan pelanggan juga dengan mudah dapat

    mengakses lokasi tersebut.

    Perusahaan memiliki lahan seluas 3,8 Ha, namun tidak semua lahan

    dipergunakan. Pada lahan tersebut terdapat greenhouse untuk sayuran hidroponik,

    greenhouse kebun anggrek, kolam ikan, ruang pengemasan, bangunan kantor,

    aula pelatihan, rumah peristirahatan, dan masjid. Greenhouse sayuran hidroponik

    digunakan untuk proses persemaian dan pembesaran. Bangunan greenhouse

    diperlukan untuk menjaga tanaman dari cuaca hujan dan juga mencegah

    timbulnya hama dan penyakit.

    5.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perusahaan Perusahaan memiliki tiga unit usaha yaitu unit kebun sayuran segar, unit

    kebun anggrek parung, dan juga unit pendidikan dan pelatihan. Pada setiap unit

    usaha dipimpin langsung oleh manajer unit masing-masing yang bertanggung

    jawab terhadap kegiatan yang berlangsung di unit tersebut. Manajer juga dibantu

    oleh seorang asisten manajer serta penanggung jawab lain yang bertugas di

    lapangan. Setiap manajer bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan, yaitu

    pemilik PT KSS.

    Pada setiap unit usaha atau divisi memiliki manajemen yang terpisah

    dengan unit lainnya sehingga setiap orang yang berada di dalam satu unit dapat

    bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya masing-masing. Hal ini juga

    memudahkan perusahaan untuk mengontrol dan mengkoordinasi pekerja apabila

    terdapat kekurangan dan kesalahan dalam proses produksi.

  • 33

    Struktur organisasi perusahaan secara umum terdiri dari pimpinan

    perusahaan