analisis potensi risiko dan pengembalian hasil...
TRANSCRIPT
ANALISIS POTENSI RISIKO DAN PENGEMBALIAN HASIL DEPOSITO
MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA
SYARIAH MENGGUNAKAN METODE VAR (VALUE AT RISK)
DAN RAROC (RISK ADJUSTED RETURN ON CAPITAL)
TAHUN 2011-2016
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
ABDUL LATIEF FATHI
NIM. 1111046100027
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M/1439 H
v
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Puji Syukur senantiasa penulis curahkan kepada tuhan semesta alam, Allah
SWT. Berkat kehendak dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi terakhir yang juga menjadi
Suri Tauladan bagi ummatnya, Nabi Muhammad SAW.
Dalam penulisan Skripsi ini penulis banyak mendapatkan hambatan dan
cobaan yang harus penulis hadapi dengan ikhtiar dan tawakal. Alhamdulillah atas
berkat do’a orang tua, keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu memberi
motivasi dan inspirasi.
Karena itu pula dari lubuk hati yang dalam penulis mengucapkan rasa
terimakasih yang tulus kepada segenap pihak yang telah membantu dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Diantaranya adalah:
1. Bapak Dr. Asep Saepuddin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ketua Program Studi Muamalat, A.M. Hasan Ali, M.A dan Sekretaris
Program Studi, Bapak Dr. Abdurrauf, Lc., M.A.
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA, selaku Ketua Program Studi
Perbankan Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
5. Bapak AH. Azharuddin Lathif M.Ag., M.H. sebagai Dosen pembimbing
Akademik yang senantiasa memberikan nasihat dan motivasi Penulis selama
selama Perkuliahan.
6. Dosen Pembimbing Bapak Supriyono S.E, M.M yang senantiasa memberikan
waktu, arahan, bimbingan, dan motivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini,
terimakasih sedalam-dalamnya atas semua yang telah bapak berikan.
vi
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang senantiasa memberikan dan mengajarkan ilmunya selama masa
perkuliahan.
8. Segenap Staff Akademik dan Staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Kedua Orang tua tercinta yaitu Muhamad Fathi Syukri dan Ibu Nur’aini yang
senantiasa Mendo’akan, memberikan nasihat dan semangat sehingga dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
10. Keluarga besar penulis, Kak Silvy Shaffana Fathi, Mas Rudi Wijayanto, Bang
Aditya Nugraha Fathi, Kak Lisna, Maharani Ayesha Fathi, Daffa Rahman
Fathi, Fahri Amzar, Fahira Ammara dan Bimo. Yang selalu memberikan
penulis motivasi materiil dan non materiil.
11. Penulis Skripsi Terdahulu, Ka Romi Agung Rizal, Herdian Yusfan dan M.
Iskandar Zulkarnain yang telah banyak memberikan masukan dan arahan
guna membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Kepada Rina Emigayana yang selalu menemani penulis, memberikan
semangat, dan motivasinya sampai penulis menyelesaikan skripsi ini, semoga
Allah SWT membalasnya.
13. Sahabat-sahabat penulis yang selalu mendukung dan memotivasi penulis
untuk segera menyelesaikan skripsi ini, Mu’min, Nasir, Firdaus, Imam,
Achmad, Zakaria, Ijul, Nuril, Ramadan, Akiko, Kemal, Fatah Habibie, Fahmi
dan Rifki yang selalu menyemangati dan memberikan faith kepada penulis.
14. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah A 2011 dan juga seluruh
mahasiswa/i perbankan syariah angkatan 2011 yang selalu menemani hingga
menyelesaikan Skripsi, terimakasih karena telah menjadi keluarga kedua di
masa perkuliahan ini. Semoga silaturahmi antara kita tetap terjaga sampai
kapanpun.
15. Dan temen-teman Lingkar Studi Ekonomi Islam (LISENSI) yang banyak
memberikan kenangan indah penulis selama perkuliahan.
vii
Akhirnya penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman
yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas semua bantuan dan masukan kepada
penulis. Semoga Allah SWT mencatat dan membalas kebaikan yang dilakukan
dengan balasan yang lebih baik. Selain itu penulis akui bahwa skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, besar harapan penulis munculnya saran
untuk menunjang kesempurnaan atas skripsi ini diwaktu mendatang. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan. Amin ya rabbal
alamin.
Jakarta, 10 Juni 2018
Abdul Latief Fathi
viii
ABSTRAK
ABDUL LATIEF FATHI, NIM 1111046100027, Analisis Potensi Risiko
Dan Pengembalian Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Dan
Unit Usaha Syariah Menggunakan Metode VaR (Value At Risk) Dan RAROC
(Risk Adjusted Return On Capital) Tahun 2011-2016, Strata Satu (S1),
Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat potensi risiko (kerugian) investasi
dan imbal hasil yang terdapat pada deposito mudharabah Bank Umum Syariah
(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Penelitian ini menggunakan metode Value
at Risk (VaR) untuk mengukur potensi kerugian deposito mudharabah dan
metode Risk Adjusted Return on Capital (RAROC) untuk mengukur imbal hasil
yang telah disesuaikan dengan risiko pada dana deposito mudharabah perbankan
syariah
Hasil penelitian dengan metode VaR menunjukkan bahwa potensi risiko
terbesar terletak pada deposito 1 bulan, kemudian deposito 6 bulan, kemudian
deposito 12 bulan, dan risiko terendah terletak pada deposito 3 bulan. Hal tersebut
dilihat dari besaran nilai VaR (mean) dan VaR (zero). Sedangkan hasil dari
penggunaan metode RAROC memberikan kesimpulan terdapat potensi kerugian
yang dialami oleh bank di tahun 2011-2016, 2012 menjadi tahun terbaik. Hal
tersebut diakibatkan pendapatan yang diterima lebih kecil dibandingkan dengan
kerugian yang diperkirakan. Ini diketahui dari hasil RAROC yang bernilai negatif
Kata Kunci: Mudharabah, Deposito Mudharabah, Risiko, Value at Risk
(VaR), Risk Adjusted Return on Capital (RAROC).
Pembimbing : Supriyono S.E, M.M
ix
ABSTRACT
ABDUL LATIEF FATHI, NIM 1111046100027, Analysis of Potential
Risks and Returns The result Deposit Mudaraba Sharia Commercial Bank and
Sharia Business Unit Using VaR (Value At Risk) and RAROC (Risk Adjusted
Return On Capital) Period 2011 -2015, Tier One (S1), concentration of Islamic
Banking, Muamalat Studies Program, Faculty of Sharia and Law, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2018.
This study aims to assess the potential risks (losses) on investments and
yields contained in deposits mudaraba Islamic Banks (BUS) and Sharia (UUS).
This study uses the Value at Risk (VaR) to measure the potential loss of deposits
mudaraba and methods Risk Adjusted Return on Capital (RAROC) to measure the
yield on a risk-adjusted deposits of Islamic banking mudaraba
The results of the study showed that the potential VAR method greatest
risk lies in 1-month deposit, then the deposit 6 months, then deposits 12 months,
and the lowest risk lies in the 3-month deposits. It is seen from the magnitude of
the value of VaR (mean) and VaR (zero). While the results of the use of RAROC
method to the conclusion there is a potential loss suffered by the bank in the years
2011-2016, in 2012 the best year. This is due to the income received is smaller
than the expected loss. It is known from the results RAROC is negative
Keywords: Mudaraba, Mudaraba deposits, Risk, Value at Risk (VaR), Risk
Adjusted Return on Capital (RAROC).
Advisor: Supriyono S.E, M.M
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 10
E. Sistematika Penulisan ............................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 13
A. Investasi..................................................................................................... 13
1. Pengertian Investasi ....................................................................... 13
2. Investasi Dalam Islam .................................................................... 14
3. Prinsip Investasi Syari’ah ............................................................... 15
B. Risiko ......................................................................................................... 16
1. Pengertian Risiko ........................................................................... 16
xi
2. Risiko dalam Pandangan Islam ...................................................... 17
3. Manajemen Risiko ......................................................................... 18
4. Mitigasi Risiko ............................................................................... 21
5. Jenis- Jenis Risiko pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah............................................................................................ 27
6. Risk of Return Risk ........................................................................ 29
C. Deposito Mudharabah ............................................................................... 31
1. Pengertian Deposito Mudharabah ................................................. 31
2. Jenis dan Skema Mudharabah dalam Deposito Mudharabah ....... 33
D. Konsep Value at Risk (VaR) ...................................................................... 34
1. Pengertian Value at Risk (VaR) ..................................................... 34
2. Pengukuran Value at Risk (VaR) ................................................... 36
3. Exponentially Weighted Moving Average (EWMA)...................... 38
4. Confidence Level ............................................................................ 39
5. Holding Period ............................................................................... 40
E. Konsep Risk Adjusted Return on Capital (RAROC) ................................. 40
1. Definisi Risk Adjusted Return on Capital (RAROC) ..................... 40
2. Total revenue dan Total cost .......................................................... 41
3. Expected loss .................................................................................. 42
4. Worst Case Loss ............................................................................. 42
5. Pengukuran RAROC ...................................................................... 43
F. K ajian Pustaka (Review Studi Terdahulu) ............................................... 45
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 51
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 51
B. Jenis Penelitian ........................................................................................... 51
C. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 52
D. Tekhnik Pengumpulan Data ....................................................................... 53
E. Tekhnik Pengumpulan Data Return ........................................................... 53
F. Tekhnik Pengukuran data VaR dan RAROC ............................................. 54
1. Tekhnik Pengukuran VaR .............................................................. 54
xii
2. Tekhnik Pengukuran RAROC ....................................................... 55
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ........................................ 59
A. Analisis Deskriptif Data ............................................................................ 59
1. Deposito dan Return ....................................................................... 59
2. NPF (Non Performing Finance)..................................................... 64
B. Perhitungan VaR dan RAROC .................................................................. 66
1. Perhitungan VaR ............................................................................ 66
2. Pengukuran RAROC ...................................................................... 71
C. Hasil Analisis ............................................................................................. 77
1. Analisis Potensi Kerugian Berdasarkan Value at Risk (VaR) ........ 77
2. Analisis Potensi Return Berdasarkan RAROC .............................. 87
3. Analisis Penulis Tentang Hasil Pengukuran Risiko Deposito
Mudharabah ................................................................................... 90
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 94
A. Kesimpulan .............................................................................................. 94
B. Saran ......................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 97
LAMPIRAN ...................................................................................................... 100
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Porsi Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah ........................................ 3
Tabel 2.1. Review Studi Terdahulu ........................................................................ 45
Tabel 4.1. Komposisi Deposito Mudharabah BUS dan UUS tahun 2011-
2016 ..................................................................................................... 58
Tabel 4.2. Data NPF BUS dan UUS tahun 2011-2016 .......................................... 63
Tabel 4.3. Hasil Uji Stasioneritas Data Return Deposito Mudharabah ................. 66
Tabel 4.4. Hasil Pengukuran RMSE Deposito Mudharabah 1 Bulan ................... 67
Tabel 4.5. Hasil Pengukuran RMSE Deposito Mudharabah 3 Bulan ................... 68
Tabel 4.6. Hasil Pengukuran RMSE Deposito Mudharabah 6 Bulan ................... 68
Tabel 4.7. Hasil Pengukuran RMSE Deposito Mudharabah 12 Bulan ................. 69
Tabel 4.8. Hasil Selisih Perhitungan Total Revenue dan Total Cost ..................... 70
Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Expected loss ........................................................... 73
Tabel 4.10. Hasil Olah Data Worst Case Loss ....................................................... 74
Tabel 4.11. Hasil Pengukuran VaR Deposito 1 Bulan ........................................... 76
Tabel 4.12. Hasil Pengukuran VaR Deposito 3 Bulan ........................................... 78
Tabel 4.13. Hasil Pengukuran VaR Deposito 6 Bulan ........................................... 80
Tabel 4.14. Hasil Pengukuran VaR Deposito 12 Bulan ......................................... 82
Tabel 4.15. Perbandingan Hasil Pengukuran VaR Deposito Mudharabah BUS dan
UUS ..................................................................................................... 84
Tabel 4.16. Hasil Pengukuran RAROC BUS dan UUS ......................................... 86
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Pertumbuhan Aset dan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah ........ 2
Gambar 1.2. Non Performing Finance (NPF) Perbankan Syariah .......................... 4
Gambar 2.1. Proses Manajemen Risiko ................................................................. 24
Gambar 2.2. Mudharabah pada Penghimpunan Dana ........................................... 33
Gambar 4.1. Komposisi Deposito Mudharabah BUS dan UUS ............................ 60
Gambar 4.2. Pergerakan Return Deposito Mudharabah BUS dan UUS tahun
2011- 2016 ........................................................................................ 61
Gambar 4.3. Data Equivalent Rate Deposito Mudharabah BUS dan UUS Tahun
2011- 2016 ........................................................................................ 62
Gambar 4.4. Grafik Laba Bus dan UUS tahun 2011-2016 .................................... 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem tatanan keuangan suatu negara tidak luput dari peran perbankan
yang terdapat didalamnya, peran perbankan sangat vital dalam sistem
perekonomian suatu negara. Bank berperan sangat besar dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Semua sektor usaha baik sektor industri,
perdagangan, pertanian, perkebunan, jasa, perumahan, dan lainnya sangat
membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya1.
Tidaklah mengherankan apabila pemerintah dalam suatu negara terus
menerus melakukan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan
dan peningkatan kinerja bank sebagai lembaga keuangan dan lokomotif
pembangunan ekonomi. Lembaga keuangan bank yang mempunyai peranan yang
strategis dalam membangun suatu perekonomian negara2.
Sejak tahun 1992 Indonesia telah menganut dual banking system, dimana
terdapat dua sistem perbankan yaitu Bank Konvensional dan Bank Syariah yang
berjalan berdampingan. Pada tahun yang sama, berdiri bank syariah pertama,
yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI). Namun demikian, sistem perbankan
ganda baru benar-benar diterapkan sejak 1998 pada saat dikeluarkannya
perubahan Undang-Undang Perbankan dengan UU No. 10/1998. Undang-Undang
ini selain memberikan kesempatan bagi investor untuk mendirikan Bank Syariah
baru maupun membuka Unit Usaha Syariah bagi Bank Konvensional. Pemerintah
dan Bank Indonesia memberikan komitmen besar dan menyusun berbagai
kebijakan untuk mengembangkan Bank Syariah.
1 Ismail, Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah, Edisi Pertama, Cetakan ke-2
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 12 2 Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h. 1
2
Bank Syariah menempati tempat tersendiri di masyarakat, Pengembangan
perbankan syariah di Indonesia pada dasarnya bertujuan memenuhi kebutuhan
masyarakat yang belum terlayani jasa perbankan konvensional karena keyakinan
khususnya bahwa bunga bank haram. Disamping itu pengembangan perbankan
syariah juga bertujuan dalam rangka restrukturisasi perbankan untuk peningkatan
ketahanan sistem perbankan serta meningkatkan keragaman jasa dan produk
perbankan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tercatat hingga tahun 2016
terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS) dan 22 Unit Usaha Syariah (UUS), serta
163 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang beroperasi di Indonesia.
Perkembangan Perbankan Syariah selalu mengalami kenaikan setiap
tahunnya, dapat dilihat dari aset perbankan yang terus mengalami kenaikan dari
tahun 2010 hingga tahun 2016 walaupun sifatnya fluktuatif. Kenaikan yang stabil
terlihat pada tahun 2011 hingga tahun 2013 yang memiliki angka pertumbuhan
aset rata-rata tiap tahunnya sebesar 35,82%, pada tahun 2014 hingga tahun 2015
mengalami penurunan masing-masing hanya memiliki angka sebesar 3,48% dan
9,45%.
Gambar 1.1
Pertumbuhan Aset dan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah
Sumber : Statisik Perbankan Syariah, diolah
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Aset
DPK
3
Sedangkan dari sisi Dana Pihak Ketiga mengalami pertumbuhan yang
signifikan pada tahun 2011 sebesar 51,79%. Pada tahun 2012 sampai 2013
memiliki rata-rata nilai pertumbuhan sebesar 26,11%. Namun pada 2014 hanya
memiliki angka pertumbuhan 5,65% dan tahun 2015 sebesar 11,74%.
Dalam kegiatan usahanya bank syariah sangat membutuhkan dana
masyarakat guna menjalankan kegiatan operasional, sebagaimana fungsi bank
yaitu sebagai lembaga perantara antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang
kekurangan dana. Dana pihak ketiga perbankan syariah didominasi oleh produk
deposito mudharabah yang selalu memiliki porsi diatas 50% dari total dana pihak
ketiga dan terus meningkat di setiap tahunnya. Salah satu faktor meningkatnya
dana pihak ketiga dari produk deposito adalah return bagi hasil yang ditawarkan
oleh bank. Disamping kinerja perbankan syariah yang mengesankan, sistem bagi
hasil deposito mudharabah lebih stabil terhadap gejolak ekonomi makro.
Tabel 1.1
Porsi Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah
(Miliar Rupiah)
Sumber : Statisik Perbankan Syariah, data diolah
Hal ini menandakan besarnya kepercayaan masyarakat untuk
menempatkan dananya pada perbankan syariah dalam bentuk investasi jangka
panjang, disamping itu deposito mudharabah memiliki return bagi hasil yang
cukup tinggi dibandingkan giro dan tabungan, sehingga banyak nasabah
menggunakan produk deposito mudharabah.
Namun, merosotnya kinerja perbankan syariah dimulai pada tahun 2013
tidak lain akibat dari kondisi perekonomian global dan Indonesia yang
Tahun Giro Tabungan Deposito
2010 11,91 30,13 57,96
2011 10,40 28,25 61,35
2012 12,00 30,55 57,44
2013 10,09 31,17 58,74
2014 8,44 29,47 62,09
2015 9,39 29,11 61,50
4
memberikan efek negatif pada industri perbankan syariah. Kondisi perekonomian
Indonesia yang melesu berakibat pada tingginya pembiayaan bermasalah yang
dihadapi oleh bank syariah, pembiayaan bermasalah sangat mempengaruhi
kualitas aset bank. Kondisi ini tidak hanya dialami oleh perbankan syariah saja,
namun bank konvensional juga mengalami peningkatan pada besarnya kredit
bermasalah akibat dari kondisi perekonomian yang kurang baik.
Berikut data pembiayaan bermasalah (Non Performing Finance)
perbankan syariah tahun 2010 hingga tahun 2016.
Gambar 1.2
Non Performing Finance (NPF) Perbankan Syariah
(Dalam Persen)
Sumber : Statisik Perbankan Syariah, diolah
Tingkat persentase Non Performing Finance atau kredit bermasalah
perbankan syariah membaik dari tahun 2010 hingga tahun 2012, namun kinerja
baik tersebut kembali memburuk pada tahun 2013 dan terus meningkat hingga
tahun 2015 dengan peningkatan yang cukup signifikan sebesar 45% menjadi
4,06% dan meningkat kembali sebesar 17,24% pada tahun 2015 menjadi 4,76%.
Dan pada tahun 2016 persentase Non Performing Finance masih di angka 4.76%.
Meningkatnya pembiayaan bermasalah memicu kekhawatiran nasabah yang
3.95
3.4
2.72 2.8
4.06
4.76 4.76
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tingkat NPF
Tingkat NPF
5
menempatkan dananya pada perbankan syariah. Idealnya, kinerja yang baik dapat
memberikan return atau pengembalian yang menjanjikan.
Disisi lain, bank tetap memberikan keuntungan kepada nasabah berupa
return dalam produk deposito mudharabah walaupun kinerja bank sedang
memburuk. Tingginya pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh perbankan
syariah menimbulkan risiko yang sangat besar bagi pihak bank. Dalam akad
mudharabah terdapat 3 pihak yang terlibat yaitu bank, nasabah deposito yang
menempatkan dananya, dan nasabah pembiayaan. Mengacu pada pengertian akad
mudharabah, bank harus memberikan keuntungan kepada nasabah berupa return
jika kinerja dan pendapatan bank meningkat, sebaliknya jika bank mengalami
kerugian maka seharusnya nasabah juga mendapatkan kerugian.
Terlebih saat ini bank syariah di Indonesia menggunakan revenue sharing
sebagai sistem bagi hasil dari produk mudharabah, dimana revenue sharing
adalah perhitungan bagi hasil didasarkan pada total keseluruhan pendapatan yang
diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut. Dengan kata lain ketika bank berkedudukan
sebagai pengelola dana dari dana investasi deposito, beban biaya secara
keseluruhan akan ditanggung oleh bank tanpa dibebankan kepada nasabah, hal ini
pula menjadi risiko tersendiri bagi bank dengan harus memberikan bagi hasil
dengan konsep revenue sharing.3
Pada kenyataannya bank harus tetap memberikan return kepada nasabah
dengan persentase nisbah yang telah di sepakati. Hal ini dilakukan oleh bank, agar
bank tidak kehilangan nasabah mereka. Disini lah terdapat risiko yang cukup
besar bagi bank. Return bagi hasil cenderung flat, sedangkan hasil usaha atau
pendapatan bank yang tidak selalu sama atau bersifat fluktuatif. Dengan demikian,
bank harus menyisihkan dana dari modal atau aset mereka untuk menutupi
pemberian return yang kurang.
3 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi ke-5 (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2013), h. 217
6
Risiko imbal hasil atau risk return yang dihadapi bank syariah tidak bisa
dipandang sebelah mata. Hal tersebut telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia
Nomor 13/23/PBI/2011 yang berisi bahwa bank syariah harus menambah dua
penerapan manajemen risiko dimana sebelumnya terdapat delapan manajemen
risiko menjadi sepuluh menajemen risiko, yaitu risiko imbal hasil (rate of return
risk) dan juga risiko investasi (equity investment risk). Terjadinya risk return,
akan mengurangi keuntungan yang di dapat oleh bank sehingga mempengaruhi
tingkat bagi hasil yang di berikan oleh bank kepada nasabah. Akibatnya adalah
nasabah bank akan berpindah kepada lembaga keuangan lainnya yang memiliki
return bagi hasil yang lebih tinggi.
Oleh sebab itu, penulis akan menganalisa lebih jauh risiko bagi hasil
deposito mudharabah bank syariah. Selain mengetahui bagi hasil, penulis juga
ingin mengetahui seberapa besar risiko bank syariah dalam menginvestasikan
dana deposito mudharabah. Banyak cara untuk menganalisis risiko, salah satunya
adalah menggunakan metode VaR (Value at Risk) dan RAROC (Risk Adjusted
Return on Capital).
Metode pengukuran Value at Risk (VaR) memiliki konsep hubungan
dengan teori portofolio Markowitz4, keduanya mengukur risiko secara sederhana,
berupa satu ukuran atas posisi saat ini, menggunakan variance sebagai alat ukur
risiko dan mengukur risiko sisi bawah (downside risk). Pengukuran risiko ini
dikenal dengan nama Risk Metric. Pendekatan ini pada awalnya digunakan untuk
mengukur risiko pasar, namun pada perkembangan selanjutnya dapat
diaplikasikan untuk berbagai jenis risiko seperti risiko kredit, risiko operasional,
dan risiko lainnya.
Sedangkan metode yang digunakan untuk mengukur potensi return
(pengembalian hasil) yang disesuaikan dengan risiko adalah Risk Adjusted Return
on Capital (RAROC). RAROC adalah suatu ukuran profitabilitas yang telah
disesuaikan dengan besarnya risiko bahwa pengelolaan memungkinkan untuk
4 Philippe Jorion, Value at Risk: The New Benchmarking for Managing Financial Risk.
ed.3, (New York: McGraw Hill, 2007), hal.159
7
alokasi modal, menghubungkan biaya dan menyangkut pada risiko kredit, risiko
pasar, dan risiko operasional terhadap berbagai macam transaksi, klien dan jalur
usaha.5
Begitu pentingnya perhitungan return bagi hasil mudharabah bagi bank
syariah dan juga terhadap risk return yang telah penulis jabarkan di atas. Sehingga
penulis menganggap penting permasalahan tersebut untuk dikaji dan ditelaah
secara mendalam untuk menganalisis potensi risiko yang akan terjadi terhadap
penetapan return bagi hasil mudharabah. Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi
ini penulis mengangkat judul “ANALISIS POTENSI RISIKO DAN
PENGEMBALIAN HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK UMUM
SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH MENGGUNAKAN METODE VAR
(VALUE AT RISK) DAN RAROC (RISK ADJUSTED RETURN ON CAPITAL)
TAHUN 2011-2016”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, berikut beberapa identifikasi
masalah yang penulis paparkan melalui poin-poin dibawah ini:
1. Kinerja Perbankan Syariah tahun 2011-2016 bersifat fluktuatif dari sisi
aset dan dana pihak ketiga.
2. Kondisi perekonomian Indonesia yang kurang baik akibat dari pengaruh
kondisi keuangan global yang menyebabkan menurunnya kinerja positif
perbankan syariah.
3. Penurunan kinerja perbankan syariah ditandai dengan meningkatnya
pembiayaan bermasalah yang dimulai pada tahun 2013 hingga tahun
2016 dimana terjadi peningkatan Non Performing Finance (NPF) yang
sangat signifikan sebesar 45% pada tahun 2014 dan 17,24% pada tahun
2015.
5 Yudha Prabowo, Analisis Risiko dan Pengembalian pada Perbankan Syariah: Aplikasi
Metode VaR dan RAROC pada Bank Syariah Mandiri, (La_Riba Jurnal Ekonomi Islam, Vol.III
No. 1, Juli 2009), hal. 96
8
4. Deposito mudharabah menjadi wadah terbesar bank dalam produk
penghimpunan dana, 50% dari penghimpunan dana bank syariah adalah
deposito.
5. Disisi lain bank harus tetap memberikan imbal hasil yang sesuai dengan
kesepakatan walaupun kinerja bank menurun.
6. Berdasarkan pada sistem bagi hasil yang di gunakan bank syariah yaitu
revenue sharing dimana bank sebagai pihak pengelola dana menanggung
beban sendiri.
7. Agar bank syariah tetap dipercaya dalam pilihan investasi masyarakat,
tentunya harus memberikan tingkat return yang menjanjikan, dengan
menurunnya kinerja perbankan syariah hal ini mempengaruhi tingkat
pengembalian (return) yang diberikan oleh bank, dikarenakan tingkat
bagi hasil perbankan syariah didasarkan pada equivalent rate yang
bergantung pada kinerja perbankan syariah.
Dalam Latar Belakang diatas telah disebutkan bahwa kinerja
perbankan syariah pada tahun 2011-2016 mengalami pertumbuhan yang
fluktuatif dari sisi aset dan dana pihak ketiga, namun kondisi ekonomi yang
tidak mendukung industri perbankan menyebabkan menurunnya kinerja
tersebut yang dimulai dari tahun 2013. Tercatat pembiayaan bermasalah
meningkat signifikan hingga tahun 2016.
Hal ini menjadi kekhawatiran pihak investor yang menempatkan
dananya di perbankan syariah khususnya pada produk deposito mudharabah.
Deposito mudharabah selalu menjadi pilihan mayoritas nasabah dalam
menempatkan dananya di perbankan syariah di tahun 2011-2016
dibandingkan dengan produk tabungan dan giro. Komposisi deposito yang
selalu mejadi pilihan mayoritas nasabah perbankan syariah harus selalu
diikuti dengan kinerja perbankan yang baik, agar nasabah tetap mempercayai
bank syariah dalam pilihan investasi dibandingkan dengan lembaga keuangan
lainnya. Tentunya dengan tingkat pengembalian investasi yang menjanjikan
pula, dengan menurunnya kinerja perbankan syariah hal ini mempengaruhi
tingkat pengembalian (return) yang diberikan oleh bank, dikarenakan tingkat
9
bagi hasil perbankan syariah didasarkan pada equivalent rate yang
bergantung pada kinerja perbankan syariah.
Berdasarkan pemaparan tersebut penulis ingin meneliti tentang tingkat
risiko dan tingkat pengembalian dana investasi (return) yang dihadapi oleh
investor yang menempatkan dananya di industri perbankan syariah, dan juga
risiko yang dihadapi oleh bank dalam menyalurkan pembiayaan nya untuk
menghasilkan return yang sesuai sehingga dapat mengembalikan dana
investor berikut dengan imbal hasilnya. Apakah berinvestasi di industri
perbankan syariah masih menguntungkan dari sisi investor dan seberapa besar
risiko yang dihadapi oleh bank dalam mengelola dana investasi tersebut.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan peneltian ini terfokus pada rumusan masalah
yang diajukan, maka penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal, yakni:
a. Penelitian ini hanya membahas tentang risiko dan pengembalian
hasil investasi deposito mudharabah pada perbankan syariah.
b. Penelitian ini hanya membahas tentang risiko dan pengembalian
hasil investasi dana deposito mudharabah yang dikelola perbankan
syariah.
c. Analisis penelitian ini hanya menggunakan statistik deskriptif
dengan melihat tren VaR dan RAROC deposito mudharabah di
Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).
2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah tersebut, perumusan masalah
yang akan dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Seberapa besar risiko investasi deposito mudharabah di perbankan
syariah diukur dengan pendekatan VaR.
b. Seberapa besar tingkat pengembalian hasil investasi bank
menggunakan dana deposito mudharabah diukur dengan
pendekatan RAROC.
10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disamapikan
sebelumnya tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah:
a. Untuk mengetahui risiko investasi deposito mudharabah pada
perbankan syariah jika diukur dengan pendekatan VaR.
b. Untuk mengetahui risiko investasi dana deposito mudharabah
yang dilkukan bank syariah jika diukur dengan pendekatan
RAROC.
2. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini dihaapkan dapat memberti manfaat untuk
berbagai pihak, diantaranya:
a. Bagi Penulis
Memberikan wawasan pengetahuan mengenai resiko investasi dan
sistem perhitungan bagi hasil deposito mudharabah perbankan
syariah di Indonesia.
b. Bagi Akademisi
Menambah literatur mengenai analisa risk and return pada deposito
mudharabah perbankan syariah di Indonesia.
c. Bagi Lembaga/ Perusahaan
Untuk dapat mengetahui perhitungan lebih mendalam dan seberapa
besar risiko return bagi hasil, sehingga dapat mengambil keputusan
dengan lebih tepat dalam menyusun strategi untuk mengurangi risiko
bagi hasil.
d. Bagi masyarakat
Memberikan informasi bagi masyarakat terhadap perhitungan
potensi kerugian dan return bagi hasil perbankan syariah di
11
Indonesia sehingga dapat mempertimbangkan dalam pengambilan
keputusan investasi.
E. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Bab ini membahas mengenai latar belakang, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, review studi terdahulu, dan sistematika
penulisan.
BAB II Landasan Teori
Bab ini berisi penjelasan secara teoritis mengenai Konsep
Investasi, Konsep Risiko pada perbankan syariah,
pengertian dan skema deposito mudharabah, dan konsep
alat ukur penelitian yaitu perhitungan VaR dan RAROC.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini membahas tentang jenis penelitian, sumber data,
teknik analisis data, dan berbagai metode analisis yang
digunakan.
BAB IV Hasil dan Analisa Data
Bab ini menjelaskan tentang deskriptif data penelitian, uji
data penelitian, pengukuran VaR dan RAROC, dan analisis
kualitatif data.
BAB V Penutup
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari
rumusan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Investasi
1. Pengertian Investasi
Menurut Abdul Aziz, Investasi pada umumnya merupakan suatu
istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan
dan ekonomi, to use (money) make more money out of something that
expected to increase in value. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi
suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan di
masa depan.6 Terkadang investasi disebut juga sebagai penanaman
modal.
Definisi lain menurut Eduardus Tandelilin yang dikutip oleh
Nurul Huda, Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber
dana lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh
sejumlah keuntungan di masa datang.7
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah
investasi ini dapat berkaitan dengan berbagai macam aktivitas. Menurut
kamus lengkap ekonomi, investasi dapat di lihat dalam dua macam
aktivitas, yaitu:
a. Pengeluaran untuk pembelian surat-surat berharga, seperti efek
(stocks), deposito, obligasi, saham (shares), dan lain-lain, yang
mengharapkan penerimaan dalam bentuk bunga (interest), bagi hasil,
dividen, atau peningkatan nilai dari surat-surat berharga tersebut.
Disebut juga dengan investasi keuangan (Finansial Investment).
b. Pengeluaran modal untuk pembelian aset fisik, seperti pabrik, mesin,
peralatan, persediaan, dan lain-lain, yang menciptakan aset baru dan
akan menambah kapasitas produksi. Disebut juga investasi nyata
(Real Investment).
6 Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syari'ah, (Bandung : Alfabeta, 2010), h. 45
7 Nurul Huda, Investasi pada Pasar Modal Syariah, ed. revisi, (Jakarta: Kencana, 2008),
h. 5
14
Dari beberapa pengertian investasi tersebut, mengandung juga
tiga unsur yang sama dan menjadi inti dari kegiatan investasi tersebut.
Pertama, pengeluaran atau pengorbanan sesuatu (sumber daya) pada saat
sekarang yang besifat pasti. Kedua, ketidakpastian mengenai hasil
(risiko), dan ketiga, ketidakpastian hasil atau pengembalian di masa
datang.
2. Investasi Dalam Islam
Secara umum, prinsip syari’ah dalam ekonomi harus didasarkan
pada konsep tauhid, al-‘adl wal ihsan, ihktiyar, dan kewajiban
sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Berdasarkan
pada prinsip tauhid, hak milik sepenuhnya atas segala harta kekayaan ada
pada Allah dan manusia hanya diberikan amanah untuk menggunakannya
sesuai dengan yang digariskan oleh syari’ah8. Islam menganjurkan pada
kita agar menggunakan harta secara efektif dan efisien dan mendorong
agar setiap kekayaan yang ada pada kita diinvestasikan di sektor riil.
Islam tidak menyukai adanya tindakan penimbunan harta yang sia-sia
dan membiarkan aset yang menganggur.9
Imam al-Ghazali menyatakan bahwa penimbunan uang (al-
ikhtinaz) merupakan perbuatan zalim dan dapat menghilangkan hikmah
yang terkandung di dalamnya. Allah SWT. telah menjelaskan di dalam
Al-Qur’an pada QS. At-Taubah: 34 tentang larangan bagi umat Islam
untuk tidak menimbun harta atau dana yang menganggur.
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar
8 Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syari'ah, (Bandung : Alfabeta, 2010), h. 45
9 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,
Cet. Kedua, (Jakarta : Granada Press, 2007), h. 128
15
memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-
halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan
emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa
yang pedih (QS. At-Taubah: 34)
Di dalam QS. At-Taubah ayat 34 ini terkandung sebuah himbauan
untuk memutar uang agar tidak beredar pada kalangan tertentu saja.
Salah satu cara memutar uang tersebut adalah dengan menginvestasikan
harta dengan melakukan bisnis yang halal.
Dengan demikian, aktivitas ekonomi maupun bisnis investasi
dalam islam merupakan bentuk ibadah. Oleh karena itu prinsip utamanya
adalah apa yang diusahakan harus halal dan terhindar dari unsur ribawi
sert tidak boleh berlebihan. Artinya, moderat dalam melakukan konsumsi
untuk mengurangi timbulnya kelangkaan dan memenuhi kewajiban
kepada masyarakat dengan membayar zakat. Demikian pula bisnis
investasi pun harus terhindar dari unsur gharar dan semua bentuk dan
jenis spekulasi (maisir).
3. Prinsip Investasi Syari’ah
Penjelasan tentang prinsip syariah dijelaskan dalam dua pasal
pada Undang-Undang Perbankan Syariah, yang pertama tertera dalam
pasal 1 angka 12 UU Perbankan Syariah bahwa “Prinsip syariah adalah
prinsip hukum dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang di
keluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah.” Lembaga yang memiliki kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang syariah selama ini adalah Majelis Ulama
Indonesia (MUI) melalui Dewan Syariah Nasional (DSN).
Kedua, tertera dalam penjelasan pasal 22 UU Perbankan Syariah
bahwa “Kegiatan yang sesuai dengan perinsip syariah antara lain
adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung lima unsur yang dilarang
oleh syari’ah yaitu, Riba, Maisir, Gharar, Haram, dan Dzalim.”
16
Dapat disimpulkan bahwa, kegiatan investasi baik pada pasar
modal maupun dunia perbankan yang berdasarkan syariah akan mengacu
sepenuhnya kepada hukum syariat islam yang berlaku. Perputaran modal
pada kebijakan perbankan syariah tidak boleh disalurkan kepada jenis
industri yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diharamkan.
B. Risiko
1. Pengertian Risiko
Menurut Bank Indonesia, risiko adalah potensi kerugian akibat
terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu. Risiko dalam konteks
perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat
diperkirakan (expected) maupun yang tidak dapat diperkirakan
(unexpected) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan
permodalan bank.10
Risiko dapat dianggap sebagai kendala atau penghambat
pencapaian suatu tujuan. Dengan kata lain, risiko adalah kemungkinan
yang berpotensi memberikan dampak negatif kepada sasaran yang ingin
dicapai, namun risiko juga merupakan peluang dalam mencapai suatu
tujuan.11
Risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak
diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang
memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan
kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif.
Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan peluang
kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan. Sementara
itu, kerugian risiko memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian
risiko baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian sendiri
10
Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 11
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan Syariah: Pemahaman Pendekatan 3
Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Cet.ke-2,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), h. 4
17
dapat berupa kerugian financial dan non financial12
. Dan menurut Bank
Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003
menyatakan bahwa yang dimaksud risiko adalah potensi terjadinya suatu
peristiwa (event) yang dapat menimbulkan kerugian bank.
2. Risiko dalam Pandangan Islam
Konsep ketidakpastian dalam ekonomi islam menjadi salah satu
pilar penting dalam proses manajemen risiko islami. Secara natural,
dalam kegiatan usaha, di dunia ini tidak ada seorangpun yang
menginginkan usaha atau investasinya mengalami kerugian. Bahkan
dalam tingkat makro, sebuah negara juga mengharapkan neraca
perdagangannya yang positif. Kaidah syariah tentang imbal hasil dan
risiko adalah Al ghunmu bil ghurmi, artinya risiko akan selalu menyertai
setiap ekspektasi return atau imbal hasil.13
Dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam surat Luqman ayat 34 yang
berbunyi :
“Dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa-apa
yang diusahakannya esok.” (QS. Luqman : 34).
Ayat tersebut menjadi dasar pemikiran konsep risiko dalam islam,
khususnya dalam usaha dan investasi. Namun, manusia juga
12
Fachmi Basyaib, Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), h. 1 13
Wiku Suryomurti, Konsep Risiko dalam Islam, artikel diakses pada tanggal 22 Maret
2016 dari http://www.wikusuryomurti.com/konsep-risiko-dalam-islam/
18
diperintahkan untuk membuat perencanaan, persiapan atau antisipasi
dalam menghadapi ketidakpastian di masa depan. Seperti yang telah
tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18 yang berbunyi :
“Hai orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18) .
Allah SWT sudah sangat jelas menghimbau kepada hambanya
untuk membuat perencanaan, persiapan atau antisipasi menghadapi
ketidakpastian yang dapat terjadi kapan saja. Jelas terlihat pada kalimat
”Hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat).” Hari esok pada kalimat tersebut dapat
diartikan juga pada masa depan. Manusia adalah makhluk Allah yang
tidak lepas dari kesalahan. Oleh karenanya, manusia diharapkan selalu
introspeksi atas apa yang dilakukan untuk meminimalisir risiko yang
akan terjadi di masa depan.
3. Manajemen Risiko
a. Pengertian Manajemen Risiko
Menurut James A.F Stoner, manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya
anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen juga
19
merupakan suatu ilmu pengetahuan ataupun seni. Seni adalah suatu
pengetahuan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kata lain,
seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan, dan
pelajaran, serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
manajemen.14
Risiko merupakan ketidakpastian yang akan muncul pada setiap
aktivitas organisasi. Dalam hal ini suatu organisasi memerlukan
pengelolaan risiko yang baik melalui manajemen rsiko agar dapat
mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur
yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.15
Menurut PBI No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen
Risiko Bank Indonesia, bank wajib menerapkan manajemen risiko secara
efektif. Penerapan manajemen risiko sekurang-kurangnya mencakup :
1) Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi
2) Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit
3) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko, serta sistem informasi manajemen risiko
4) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh
b. Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko adalah tahapan-tahapan melalui mana
sebuah perusahaan memastikan bahwa risiko yang dihadapinya adalah
14
Khaerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h.41 15
Wangsawidjaya, Pembiayaan Bank Syariah,(Jakarta: Gramedia Pustaka, 2012), h.86
20
sesuai dengan risiko yang diinginkan, dibutuhkan, atau direncanakan
supaya terjadi. Berikut adalah bagan proses dari proses manajemen resiko.
Gambar 2.1
Proses Manajemen Risiko
Pada gambar diatas, tahapan manajemen risiko dimulai dari
(1) Identifikasi risiko dan penentuan besarnya toleransi terhadap
risiko, (2) Pengukuran risiko, (3) Memantau dan melaporkan
risiko, (4) Mengendalikan risiko, (5) dan akhirnnya mengkaji
ulang, mengaudit, menstel, dan meluruskan kembali, kemudian
kembali kepada tahapan (1) dan seterusnya secara
berkesinambungan ibarat cincin yang tidak pernah putus.16
16
Hinsa Siahaan, Manajemen Risiko : Konsep, Kasus, dan Implementasi, (Jakarta: PT.
Gramedia, 2007), h. 59-60
21
Sebagai sebuah proses, kerangka kerja manajemen risiko
pada dasarnya terbagi dalam tiga tahapan kerja.17
a. Identifikasi risiko, adalah rangkaian proses pengenalan
yang seksama atas risiko dan komponen risiko yang
melekat pada suatu aktivitas atau transaksi yang diarahkan
kepada proses pengukuran dan pengelolaan risiko yang
tepat. Identifikasi risiko adalah pondasi dimana tahapan
lainnya dalam proses manajemen risiko dibangun.
b. Pengukuran risiko, adalah rangkaian proses yang dilakukan
dengan tujuan untuk memahami signifikansi dari akibat
yang ditimbulkan suatu risiko, baik secara individual
maupun portofolio, terhadap tingkat kesehattan dan
kelangsungan usaha. Pemahaman yang akurat tentang
signifikansi tersebut akan menjadi dasar bagi pengelolaan
risiko yang terarah dan berhasil guna.
c. Pengelolaan risiko, pada dasarnya adalah rangkaian proses
yang dilakukan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang
dihadapi sampai pada batas yang dapat diterima. Secara
kuantitatif untuk meminimalisasi risiko ini dilakukan
dengan menerapkan langkah-langkah yang diarahkan pada
turunnnya hasil ukur yang diperoleh dari proses
pengukuuran risiko.
4. Mitigasi Risiko
a. Pengertian Mitigasi Risiko
Mitigasi adalah eliminasi atau mengurangi frekuensi, besarnya,
kerasnya atau eksposure dari sebuah risiko, atau meminimalisasi dampak
17
Veithzal Rivai, Islamic Risk Management for Islamic Bank, (Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama), h. 131-132
22
potensial dari ancaman atau peringatan. Tujuan mitigasi risiko adalah
mengeksplorasi strategi respon risiko atas sesuatu yang beresiko,
diidentifikasi dalam analisis risiko kualitatif dan kuantitatif. Mitigasi
merupakan proses mengidentifikasi dan memberikan pihak untuk
bertanggung jawab atas setiap respon risiko. Hal ini memastikan bahwa
setiap risiko yang membutuhkan respon ada pemiliknya. Pemilik risiko
bisa menjadi perencana lembaga, insinyur, atau manajer konstruksi,
tergantung pada titik dalam pengembangan proyek, atau bisa juga
kontraktor swasta atau pasangan, tergantung pada metode kontrak dan
alokasi risiko18
. Menjelaskan manajemen risiko sebagai semua mengenai
pemahaman risiko yang dapat memberikan dampak pada organisasi atau
perusahaan, dan mengimplementasikan strategi untuk memitigasi dan
mengelola risiko tersebut. Untuk memeriksa strategi mitigasi paling umum
yang digunakan dan bagaimana strategi tersebut dapat digunakan untuk
mengelola risiko dengan efektif. Saat memitigasi risiko, ada tiga langkah
yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a. Mengatur tingkat risiko terhadap apa yang ingin dicapai
perusahaan dan risiko yang dapat ditoleransi.
b. Membuat prioritas atau peringkat, pada masing-masing risiko
untuk kemungkinan dan kepentingannya.
c. Menentukan strategi mitigasi risiko yang tepat. Empat strategi
mitigasi yang paling umum adalah menghindari, menerima,
memindahkan, dan melakukan kontrol19
.
b. Mitigasi Risiko Deposito Mudharabah
Banyak akad-akad yang digunakan dalam bank syariah, namun
studi lebih cenderung fokus pada pentingnya pengelolaan pembiayaan
18
Dorian, Lisa. Understansing Risk Mitigation. Industry Insight A Newsletter for CAs in Industry.
Publish by the Institute of Chartered Accountants of British Columbia.Februari 2011.h. 1 19
Dorian, Lisa. Understansing Risk Mitigation. Industry Insight A Newsletter for CAs in Industry.
Publish by the Institute of Chartered Accountants of British Columbia.Februari 2011, h. 3
23
dengan akad mudharabah dan musyarakah sebagai alat mitigasi risiko
bank syariah, karena akad ini dinilai sesuai dengan tujuan dan definisi
bank syariah yang dikemukakan oleh UU Perbankan Tahun 1998 dan UU
Operasional Perbankan Syariah Tahun 2008, yaitu bank syariah adalah
bank yang menggunakan prinsip bagi hasil dalam praktik perbankan.
Selain itu, pada akad mudaharabah dan musyarakah adalah akad yang
paling jelas memperlihatkan karakteristik dari bank syariah yaitu:
kepercayaan yang tinggi, prinsip bagi hasil, kerjasama (partnership),
kesetaraan dalam bisnis, dan ta’awun.
Pada akad mudharabah dijelaskan bahwa akad ini terbagi menjadi
dua yaitu mudharabah muthlaqah suatu akad dimana bentuk kerja sama
antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak
dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam
pembahasan fiqih ulama salafus shaleh seringkali dicontohkan dengan
ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke
mudharib yang memberikan keleluasaan sangat besar. Jenis yang kedua
ialah mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan restricted
mudharabah atau specified mudharabah, yaitu kebalikan dari mudharabah
muthlaqah. Mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau
tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan
kecenderungan umum shahibul maal dalam memasuki jenis usaha. Pada
praktik pembiayaan, Mudharabah diterapkan untuk pembiayaan modal
kerja seperti modal kerja perdagangan dan jasa, dan pada investasi khusus
(mudharabah muqayyadah) dimana sumber dana khusus dengan
penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh
shahibul maal.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya resiko-resiko dalam
deposito mudharabah, maka bank syariah menurut Adiwarman Karim
dapat menerapkan sejumlah batasan-batasan tertentu ketika menyalurkan
24
pembiayaan kepada mudharib20
, yang tujuannya agar mudharib secara
sistematis “dipaksa” untuk berperilaku memaksimalkan keuntungan bagi
kedua belah pihak baik mudharib itu sendiri maupun bagi shahibu al-mal.
Batasan-batasan itu antara lain21
:
1. Penetapan Agunan berupa Fixed Asset dan (atau) Adanya
Lembaga Penjamin
Penerapan jaminan juga akan mencegah mudharib melakukan
penyelewengan karena jaminannya yang sudah diberikannya. Menurut
Chapra untuk mengurangi resiko skema mudharabah, perlu adanya a loan
guarantee scheme under- written partly by the ghoverment and partly by
the commercial banks. Demikian pula pendapat Chudhory, bahwa untuk
menghubungkan sektor riil dengan sector keuangan melalui pembiayaan
mudharabah perlu adanya lembaga penjamin. Keberadaan lembaga ini
sangat menentukan kemampuan bank syariah dalam menggerakan sektor
riil melalui alokasi pembiayaan UKM dan dengan skim mudharabah.
Lembaga ini yang akan melakukan investigasi mengenai perilaku mitera
sehingga dapat dipercaya akan amanah dalam mengelola dana dan
memiliki kemampuan dalam berusaha. Bila amanahnya diragukan dan
kemampuannya rendah tidak akan dijamin dalam memperoleh pembiayaan
dari bank syariah. Untuk nasabah yang masih rendah kemampuannya
lembaga dapat memberikan pelatihan sehingga nasabah yang memenuhi
syarat (eligible) untuk memperoleh pembiayaan dari bank syariah dan
dijamin oleh lembaga tersebut. Bank syariah akan memperoleh kembali
dananya bila terjadi kegagalan nasabah karena negligence ataupun moral
failure, namun bila kegagalan karena normal business loss, maka bank
turut menanggung kerugian tersebut.
20
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisia Fikih dan Keuangan, (Jakarta: IIIT, 2003)
h.186-190,2003 21
Eka Jati Rahayu, Mitigasi Resiko Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah,
Yogyakarta: Jurnal Muqtasid, 2013) h.10-17
25
2. Penetapan Rasio Maksimal Biaya Operasi terhadap
Pendapatan Operasi.
Hal ini dimaksudkan agar mudharib menjalankan operasi bisnisnya
secara efisien. Bila rasio ini mencapai 100%, berarti bisnis mudharib
tidak menghasilkan keuntungan oprasional. Keadaan ini tentunya tidak
menarik pemilik modal untuk investasi karena tidak ada yang dibagi
hasilkan. Bila rasio ini mencapai 80%, berarti ada marjin keuntungan
operasional sebesar 20%, keuntungan inilah yang dapat dibagikan kepada
pemilik modal. Untuk memastikan agat mudharib men jalankan bisnis
mudarabahnya dengan efisien, maka dapat ditetapkan syarat agar
mudharib harus selalu menjaga rasio ini maksimal misalnya 80%. Dengan
tetap berpegang pada komitmen untuk menerapkan prinsip profit and loss
sharing pada akad mudharabah, maka perbankan syariah sebenarnya
sudah bisa memulainya sekarang pada waktu berperan sebagai shahibu al-
mal.
Moral hazard yang dikhawatirkan melekat pada nasabah
penerima pembiayaan mudharabah sebenarnya bisa dikurangi dengan
menyepakati terlebih dahulu biaya-biaya apa saja yang lazimnya ada pada
suatu usaha tertentu yang dikelola mudharib. Pada akad pertama
kemungkinan ada biaya penting yang luput dicantumkan dalam
kesepakatan, namun pada akad-akad berikutnya biaya-biaya yang luput
akan semakin berkurang. Memang di sini diperlukan proses belajar yang
mungkin saja tidak terlalu lama sehingga akhirnya diketemukan standar
biaya yang berlaku untuk suatu usaha tertentu dan demikian juga untuk
usaha-usaha tertentu lainnya. Para ulama telah sepakat membolehkan dan
mengakui syarat syarat atau ketentuan yang ditetapkan shaibu al-mal
dalam menggunakan modal mudharabah dan mewajibkan kepada amil
untuk menepatinya selama bermanfaat bagi kepentingan syarikat dan tidak
bertentangan dengan kaidah dan hukum syariat.
26
3. Kembali kepada Asas Profit Loss Sharing pada Akad
Penyertaan Modal dan Revenue Sharing pada Akad Penghimpunan
Dana.
Permasalahan pilihan profit and loss sharing atau revenue
sharing sebenarnya permasalahan yang khas pada akad penyertaan modal
di perbankan syariah. Masalah ini timbul ketika bank sebagai shahibu al-
mal harus mengahadapi risiko ketika penyaluran dananya kepada
masyarakat pada akad mudharabah dimana bank tidak diperkenankan
turut campur dalam kegiatan sehari-hari usaha pengelola (mudharib).
Penjelasan yang paling banyak diketemukan adalah adanya moral hazard
dipihak penerima dana yang sekaligus bertindak sebagai mudharib.
Sementara itu disisi lain ketika bank bertindak sebagai mudharib, bank
diwajibkan oleh ketentuan yang berlaku untuk bersifat transparan dan
selalu diawasi oleh Bank Sentral. Pilihan mana yang akan diambil antara
profit and loss sharing atau revenue sharing mempunyai konsekuensi
yang berbeda. Apabila profit and loss sharing yang dipilih, maka
konsekuensinya jumlah yang harus dibagihasilkan telah dikurangi terlebih
dahulu dengan semua biaya-biaya yang diperlukan sehingga jumlahnya
menjadi lebih sedikit. Sedang apabila revenue sharing yang dipilih maka
konsekuensinya jumlah yang harus di bagihasilkan lebih banyak, tetapi
bagi mudharib jumlah bagi hasil yang merupakan bagiannya itu menjadi
berkurang karena semua ongkos-ongkos yang telah dipergunakan menjadi
tanggungannya. Dengan demikian pada pilihan revenue sharing pihak
yang selalu diuntungkan adalah shahibu al-mal., sedangkan pada profit
and loss sharing dapat menguntungkan mudharib atau merugikan shahibu
al-mal apabila biaya-biaya usaha tidak dikendalikan.
Semua analisa akademik pun mengambil asumsi bahwa yang
dilakukan lembaga keuangan syariah itu adalah profit and loss sharing
karena secara nyata profit and loss sharing memang mempunyai dampak
postif bagi pembangunan. Namun demikian fakta dilapangan pada sisi
27
penyaluran dana kepada sektor usaha menunjukkan adanya berbagai
macam usaha yang mempunyai karakteristik biaya yang berbeda. Bank
sebagai pemilik modal (shahibu al-mal) tahap kedua menghadapi
kesulitan untuk mengakui biaya-biaya usaha yang dikeluarkan para
nasabah pengusaha sebagai mudharib. Padahal biaya biaya yang sulit di
verifikasi inilah yang kemudian menjadi pengurang seluruh pendapatan
yang akan dibagi hasilkan.
Telah disepakati pada rapat Dewan Syariah Nasional (DSN) dan
Dewan Standar Akuntasi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia tanggal
10 Juni 2000 bahwa revenue sharing dapat dilakukan pada perbankan.
Karena bank mempunyai dua peran ganda yaitu sebagai mudharib dan
juga sebagai shahibu al-mal maka pada waktu bank bertindak sebagai
mudharib, yang akan diuntungkan adalah shahibu al-mal yang dalam hal
ini adalah para pemilik tabungan mudharabah dan deposito mudharabah,
sedangkan pada giliran bank bertindak sebagai shahibu al-mal pada akad
mudharabah, maka bank ada di pihak yang diuntungkan.
5. Jenis- Jenis Risiko pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah
Pada dasarnya jenis-jenis risiko yang dihadapi bank dapat dibagi
atas dua kelompok besar, yaitu risiko finansial dan risiko non finansial.
Risiko finansial terkait dengan kerugian langsung berupa hilangnya
sejumlah uang akibat risiko yang terjadi. Sedangkan risiko non finansial
terkait kepada kerugian yang tidak dapat dikalkulasikan secara jelas
jumlah uang yang hilang.22
Mengacu pada ketentuan Bank Indonesia PBI No.
13/23/PBI/2011 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum
22
Fachmi Basyaib, Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), h. 22
28
syariah dan unit usaha syariah, terdapat sepuluh risiko yang harus
dikelola bank. Kesepuluh risiko tersebut adalah23
:
a. Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain
dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian
yang disepakati.
b. Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain Risiko berupa
perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.
c. Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus
kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan,
tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
d. Risiko Operasional
Risiko Operasional adalah Risiko kerugian yang diakibatkan oleh
proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-
kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.
e. Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau
kelemahan aspek yuridis.
f. Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap Bank.
g. Risiko Stratejik
23
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011
29
Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta
kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
h. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi
dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan yang berlaku, serta Prinsip Syariah.
i. Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk)
Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk) adalah Risiko akibat
perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada
nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima
Bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku
nasabah dana pihak ketiga Bank.
j. Risiko Investasi (Equity Investment Risk)
Risiko Investasi (Equity Investment Risk) adalah Risiko akibat Bank
ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam
pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing.
6. Risk of Return Risk
Pada tahun 2011 Bank Indonesia mengeluarkan peraturan baru
tentang penerapan manajemen risiko yang diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia No. 13/23/PBI/2011, yang sebelumnya manajemen risiko Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah mengacu pada Peraturan Bank
Indonesia No.5/8/PBI/2003. Bank Indonesia menambahkan terdapat 2
risiko bank syariah yang berbeda dengan bank konvensional yang hanya
mempunyai 8 risiko, yaitu risiko imbal hasil (rate of return risk) dan
risiko investasi (equity investment risk).
Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk) adalah Risiko akibat
perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada nasabah,
karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima Bank dari
30
penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak
ketiga Bank.
Risiko ini menjadi salah satu penyebab bank syariah tidak cepat
berkembang menyaingi bank konvensional. Risiko imbal hasil ini terjadi
karena imbal hasil untuk simpanan pada bank syariah fluktuatif
mengikuti kinerja dari pembiayaan, berbeda dengan bank konvensional
yang telah mematok bunga tetap untuk dana pihak ketiga24
. Selain itu,
perubahan ekspektasi tingkat imbal hasil bisa disebabkan oleh faktor
internal seperti menurunnya nilai aset bank atau faktor eksternal seperti
naiknya return/imbal hasil yang ditawarkan bank lain. Perubahan
ekpektasi tingkat bagi hasil tersebut dapat memicu perpindahan dana dari
bank kepada bank lain.
Bank syariah dibebaskan menggunakan metode apapun untuk
menganalisis risiko imbal hasil tersebut. Pada penelitian ini, penulis
menggunakan metode Value at Risk (VaR) dan Risk Adjusted Return on
Capital (RAROC), metode VaR untuk melihat potensi kerugian deposito
mudharabah. Dengan melihat nilai VaR, bank dapat menilai risiko imbal
hasil. Semakin tinggi nilai VaR, maka semakin tinggi pula risiko nasabah
bank akan berpindah ke produk investasi lain yang lebih menguntungkan.
Adapun metode RAROC bertujuan untuk melihat potensi imbal hasil
yang telah disesuaikan dengan risiko. Bank dapat melihat apakah imbal
hasil yang diberikan kepada nasabah sudah terbebas dari risiko atau
belum. Semakin tinggi nilai RAROC, maka nasabah tidak akan ragu
berinvestasi pada bank tersebut dan tidak berpindah ke produk investasi
lain.
24
Mulya Siregar, “BI Siap Keluarkan Aturan Manajemen Risiko Bank Syariah“Artikel
diakses pada 18 Maret 2016 dari http://finance.detik.com/read/2011/09/18/110835/1724879/5/bi-
siap-keluarkan-aturan-manajemen-risiko-bank-syariah.
31
C. Deposito Mudharabah
1. Pengertian Deposito Mudharabah
Menurut UU No.10 tahun 1998 pasal 1 ayat 7, deposito adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.25
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah
penyimpan dengan bank26
. Deposito berjangka adalah simpanan pihak
ketiga (rupiah dan valuta asing) yang diterbitkan atas nama nasabah pada
bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
menurut perjanjian antar penyimpan dengan bank yang bersangkutan.27
Sedangkan menurut UU No. 21 tahun 2008 pasal 1 tentang
perbankan syariah, Deposito adalah Investasi dana berdasarkan Akad
mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan Akad antara Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan/atau
UUS. Sedangkan Investasi adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah
kepada Bank Syariah dan/atau UUS berdasarkan Akad mudharabah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk
Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Dalam prakteknya, bank syariah menggunakan akad mudharabah
pada produk deposito, dimana mudharabah adalah sistem kerja sama
usaha antara dua pihak atau lebih di mana pihak pertama (shahibul maal)
menyediakan seluruh (100%) kebutuhan modal (sebagai penyuntik
sejumlah dana sesuai kebutuhan pembiayaan suatu proyek), sedangkan
nasabah sebagai pengelola (mudharib) mengajukan permohonan
25
Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi ke-5 (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2013), h. 277 26
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi ke-5, (Jakarta: Lembaga
Penerbit FEUI, 2005), h. 284 27
Veithzal Rivai dkk, Bank and Financial Instituation Management Conventional and
Sharia System, Edisi ke-1, (Jakarta: PT Raja Gafindo Persada, 2007), h. 417
32
pembiayaan dan untuk ini nasabah sebagai pengelola (mudharib)
menyediakan keahliannya.28
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak
dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal
kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan.29
Ketentuan tabungan, giro dan deposito berdasarkan mudharabah
dalam masing-masing fatwanya sama. Mengenai deposito diatur dalam
Fatwa DSN No. 03/DSN-MUI/IV/2000.
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 Tahun 2000 menyatakan
bahwa deposito yang dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang
berdasarkan prinsip mudharabah. Dalam transaksi deposito mudharabah,
nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan bank
bertindak sebagai pengelola dana (mudharib). Adapun ketentuannya
adalah sebagai berikut30
:
a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana.
b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan mengembannya, termasuk didalamnya mudharabah
dengan pihak lain.
c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai
dan bukan piutang.
d. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
28
Veithzal Rivai dkk, Bank and Financial Instituation Management Conventional and
Sharia System, Edisi ke-1, (Jakarta: PT Raja Gafindo Persada, 2007), h. 471 29
Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Zikrul
Hakim, 2008), h. 27-28 30
Burhanuddin. S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), h. 61
33
Titip Dana
Bagi Hasil
Penyaluran
Dana
Bagi Hasil
NASABAH BANK MITRA
USAHA
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
f. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan.
Dari beberapa pendapat di atas, maka pengertian deposito
mudharabah adalah simpanan masyarakat yang disimpan kepada bank,
dapat berupa rupiah ataupun valuta asing dimana penarikannya hanya
dapat dilakukan pada jangka waktu yang telah ditentukan dan disepakati
antara nasabah dengan pihak bank dalam baik dengan prinsip syariah (bagi
hasil) dengan akad mudharabah. Biasanya memiliki jangka waktu 1, 3, 6
dan 12 bulan.
2. Jenis dan Skema Mudharabah dalam Deposito Mudharabah
Deposito sebagai salah satu produk perbankan dalam perbankan
syariah menggunakan skema mudharabah. Hal ini sejalan dengan tujuan
dari nasabah menggunakan instrumen deposito yakni sebagai sarana
investasi dalam memperoleh keuntungan.
Terdapat 2 jenis mudharabah, yaitu muthlaqah dan muqayyadah,
mudharabah yang digunakan dalam produk deposito bank syariah adalah
mudharabah muthlaqah, dimana nasabah memberikan hak sepenuhnya
kepada bank untuk menggunakan dananya dan diinvestasikan dalam sektor
manapun. Jenis investasi mudharabah muthlaqah dalam aplikasi
perbankan syariah dapat ditawarkan dalam produk tabungan dan deposito
biasa.
Gambar 2.2
Mudharabah pada Penghimpunan Dana
Dalam skema
mudharabah muthlaqah terdapat beberapa hal yang sangat berbeda secara
34
fundamental dalam hal nature of relationship between bank and customers
pada bank syariah31
. Dijelaskan sebagai berikut :
a. Penabung atau deposan di bank syariah adalah investor dengan
sepenuh-penuhnya makna investor. Dengan demikian, secara prinsip,
penabung dan deposan berhak untuk menanggung risiko dan return
dari hasil usaha bank.
b.Bank memiliki dua fungsi: kepada deposan atau penabung, bank
bertindak sebagai pengelola (mudharib), sedangkan kepada dunia
usaha, bank bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal). Dengan
demikian, baik “ke kiri maupun ke kanan”, bank harus berbagi risk
dan return.
c. Dunia usaha berfungsi sebagai pengguna dan pengelola dana yang
harus berbagi hasil dengan pemilik dana, yaitu bank. Dalam
pengembangannya, nasabah pengguna dana dapat juga menjalin
hubungan dengan bank dalam bentuk jual beli, sewa, dan fee based
services.
D. Konsep Value at Risk (VaR)
1. Pengertian Value at Risk (VaR)
Salah satu teknik pengukuran risiko adalah Value at Risk (VaR).
Value at Risk (VaR) merupakan metode perhitungan market risk untuk
menentukan risiko kerugian maksimum yang dapat terjadi pada suatu
portofolio, baik single-instrument ataupun multi-instruments, pada
Confidence Level tertentu, selama holding period tertentu, dan dalam
kondisi market yang normal.
Menurut Philip Best, Value at Risk (VaR) adalah suatu metode
pengukuran resiko secara statistik yang memperkirakan kerugian
maksimum yang mungkin terjadi atas suatu portofolio pada tingkat
31
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan,
(Jakarta: Bank Indonesia dan Tazkia Institut, 1999), h. 95.
35
kepercayaan (level of confidence) tertentu. Nilai VaR selalu disertai
dengan probabilitas yang menunjukkan seberapa mungkin kerugian yang
terjadi akan lebih kecil daripada nilai VaR tersebut. VaR adalah suatu
nilai kerugian yang mungkin dialami dalam jangka waktu yang telah
ditentukan. Pernyataan ini merupakan definsi formal dari VaR yaitu:
Value at Risk is the maximum amount of money that may be lost on a
portofolio over a given period of time, with a given level of
confidence.”32
Value at Risk (VaR) adalah jumlah maksimum uang yang
mungkin hilang pada portofolio selama periode waktu tertentu, dengan
tingkat kepercayaan tertentu.
Konsep Value at Risk (VaR) ini dipopulerkan oleh J.P Morgan
pada tahun 1994 sebagai alat ukur risiko. Regulator sektor finansial telah
mengadopsi VaR sebagai alat ukur risiko yang dapat digunakan secara
umum.33
VaR menunjukkan seberapa besar sebuah perusahaan dapat
menderita kerugian atau dihadapkan pada suatu ketidakpastian dalam
rentang waktu tertentu. VaR juga merangkum risiko finansial ke dalam
sebuah bilangan yang sederhana. Nilai VaR selalu disertai dengan
probabilitas yang menunjukkan seberapa mungkin kerugian yang terjadi
akan lebih kecil dari nilai VaR tersebut.
VaR memiliki tiga metode untuk melakukan perhitungan, yaitu
Variance-covariance Method, Historical Simulation Method, dan Monte
Carlo Simulation Method. Ketiga metode tersebut meiliki keunggulan
dan kelemahan masing-masing, antara lain:
a. Variance-covariance Method atau disebut juga Delta Normal
Method memiliki keunggulan dari sisi kemudahan komputasi dan
implementasi. Model ini diperkenalkan oleh JP. Morgan pada awal
1990-an. Asumsi yang digunakan dalam Variance-covariance
Method adalah:
32
Philippe Jorion, Financial Risk Manager Handbook, (New York: McGraw Hill, 2007),
h. 145 33
Sunaryo T, Manajemen Risiko Finansial, (Jakarta: Salemba Empat, 2007), h. 15
36
VaR = α * σ * W
1) Portofolio disusun atas aset-aset yang linier. Lebih tepatnya,
perubahan nilai dari suatu portofolio bersifat linier dependen
pada semua perubahan yang terjadi pada nilai asset. Jadi, return
portofolio juga bersifat linier dependen pada return asset.
2) Return aset berdistribusi normal. Selain memiliki keunggulan
dalam hal kemudahan komputasi dan implementasi, metode ini
memiliki kelemahan dalam akurasi (lebih lemah) dibandingkan
dua metode lainnya.
b. Historical Simulation method merupakan metode yang paling simple
dan paling transparan dalam perhitungan. Termasuk dalam
perhitungan nilai portofolionya. Kelemahan metode ini tidak
menggunakan distribusi normal pada return asetnya.
c. Monte Carlo Simulation Method juga merupakan metode
pengukuran yang relatif simple dibandingkan dengan Variance-
covariance model. Monte Carlo Simulation Method memiliki
keunggulan dalam akurasi, namun memiliki kelemahan dalam hal
komputasi yang lebih rumit dibandingkan Historical Simulation
method.
2. Pengukuran Value at Risk (VaR)
Metode pengukuran tingkat risiko dengan pendekatan VaR
merupakan sebuah metode pengukuran tingkat risiko menggunakan
pendekatan waktu dan tingkat kepercayaan dalam menghitungnya.
Bentuk perhitungan VaR secara umum untuk aset tunggal
menurut Jorion menggunakan persamaan sebagai berikut34
:
34
Philippe Jorion, Financial Risk Manager Handbook, (New York: McGraw Hill, 2007),
h. 150
37
VaR (mean) = A0 * α * σ * √𝑡
VaR (zero) = A0 (σ * α * √𝑡 - µ * t)
Dimana :
α = Tingkat kepercayaan (Confidence Level)
σ = Standar Deviasi
W = Nilai posisi aset / nilai yang diinvestasikan
Metode pengukuran bobot bersih risiko dihitung dengan
melakukan estimasi persentase kerugian potensial melalui VaR nilai
absolut dan nilai relatif. Nilai VaR absolut adalah kerugian terhadap nol
(zero) dan nilai VaR relatif adalah kerugian yang dibandingkan dengan
rata-rata nilai pengembalian hasil yang diharapkan/ expected return (µ).35
Estimasi pendekatan VaR tersebut dapat dilihat dengan formulasi
sebagai berikut:
Dimana:
A0 : Nilai eksposur (yang dibiayai)
σ : Standar deviasi
α : Alpha (distribusi standar normal)
√𝑡 : Waktu (dalam hari) atau holding period
µ : Pengembalian hasil yang diharapkan (expected return)
Nilai VaR (zero) menggambarkan adanya selisih antara VaR
(mean) dengan rata-rata nilai gross expected return, dimana jika VaR
(zero) positif dan signifikan terdapat potensi kerugian pembiayaan, jika
nilai VaR (zero) negatif berarti terdapat potensi profitabilitas
pembiayaan.
35
Yudha Prabowo, Analisis Risiko dan Pengembalian pada Perbankan Syariah: Aplikasi
Metode VaR dan RAROC pada Bank Syariah Mandiri, (La_Riba Jurnal Ekonomi Islam, Vol.III
No. 1, Juli 2009), h. 97
38
𝜎 = √∑ = (𝑅𝑖 − 𝑅)2 𝑛𝑖
𝑛 − 1
Standar deviasi digunakan untuk menghitung volatilitas data yang
memiliki distribusi normal. Standar deviasi mengukur penyebaran
distribusi yang merupakan jarak rata-rata perubahan harga terhadap nilai
rata-ratanya/ persamaan untuk menghitung standar deviasi adalah :
Dimana :
𝜎 : Standar Deviasi 𝑅𝑖
𝑅𝑖 : log return pada hari i
𝑅 : Rata-rata return dalam periode sampel
𝑛 : Jumlah return dalam sampel
Perhitungan standar deviasi yang telah dikemukakan diatas
berasumsi bahwa volatilitas data konstan dari waktu ke waktu. Hal ini
jauh dari kenyataan yang ada. volatilitas yang tidak konstan disebut
homoscedastis dan volatilitas yang konstan disebut heteroscedastis.
Banyak ahli yang telah mengembangkan metode perhitungan volatilitas
heteroscedastis. Adapun metode yang sering digunakan saat ini adalah
metode Exponentially Weighted Moving Average (EWMA).
3. Exponentially Weighted Moving Average (EWMA)
Menurut Watini Anggun Pratiwi, metode yang sering digunakan
saat ini adalah Exponentially Weighted Moving Average (EWMA) yang
dikembangkan J.P Morgan.36
Metode ini melakukan estimasi volatilitas
dengan memberikan bobot pengaruh lebih besar terhadap volatilitas data
terbaru. Asumsi dasar dalam metode ini adalah nilai rata-rata adalah nol
dan mengikuti distribusi normal. Metode ini melakukan estimasi
36
Watini Anggun Pratiwi, Analisa Value at Risk Pada Saham Syariah dan Non-Syariah
dengan Model EWMA dan GARCH (Studi Kasus pada BEI Periode 2009-2011), (Skripsi S1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 27
39
𝜎𝑡2 = (1 − 𝜆)∑ 𝜆𝑛−1
𝑛
𝑖=1(𝑅𝑖 − 𝑅)2
volatilitas dengan memberikan bobot pengaruh lebih besar terhadap
volatilitas data terbaru.
Metode ini menggunakan Decay factor (λ) yang memberikan bobot
terhadap perubahan nilai. Rumusan EWMA untuk data return diketahui
persamaan EWMA sebagai berikut:
Dimana :
𝜎𝑡2 = varian dari data imbal hasil (r) pada saat t
𝜆 = parameter (Decay factor)
Nilai λ menunjukkan skala bobot 0 – 1 dari pengamatan data
terbaru dari data sebelumnya. Semakin tinggi nilai λ pada sebuah data
imbal hasil berarti semakin besar pengaruh volatilitas sebelumnya
(persistence) namun semakin tidak reaktif terhadap informasi pasar imbal
hasil terakhir. Sebaiknya semakin kecil nilai λ maka semakin reaktif
volatilitas tersebut terhadap informasi pasar imbal hasil sebelumnya.
4. Confidence Level
Confidence Level merupakan suatu angka tertentu yang tidak akan
dilampaui dengan probabilitas yang telah ditentukan. Tingkat
kepercayaan didasarkan pada nilai distribusi standar normal (α) yang
dapat dicari dari tabel kurva normal. Jika tingkat kepercayaan c 95%
maka besar nilai distribusi yang ada di tabel 1,65 dan untuk kepercayaan
40
99% nilainya sebesar 2,33. Menurut Yudha Prabowo, mengukur VaR
lebih baik menggunakan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi.37
5. Holding period
Menurut Kumalasari yang dikutip oleh Watini Anggun P, Holding
periode didefinisikan sebagai lamanya investasi dipegang.38
Pemilihan
holding periode apakah satu bulan atau satu hari sangat subyektif dan
tergantung pada bisnis bank atau institusi keuangan dan juga tergantung
pada jenis portifolio yang dianalisa. Idealnya, holding periode
dihubungkan dengan periode terpanjang yang diperlukan untuk
melikuidasi portofolio. Semakin lama holding periode maka semakin
besar pula nilai VaR.
E. Konsep Risk Adjusted Return on Capital (RAROC)
1. Definisi Risk Adjusted Return on Capital (RAROC)
Risk Adjusted Return on Capital (RAROC), yang dikembangkan
oleh Bankers Trust pada akhir 1990-an, mengkuantifikasi risiko dengan
mempertimbangkan hubungan timbal balik antara risiko dan return
dalam aset dan aktivitas yang berbeda.39
Pada akhir 1990-an, RAROC
telah dipercaya sebagai sebuah metodelogi pembatasan kredit untuk
mengukur kinerja dalam lembaga keuangan. RAROC memberikan
sebuah basis ekonomi untuk mengukur risiko yang relevan secara
konsisten, dan memberikan alat kepada manajer untuk mengambil
keputusan yang efisien berkenaan dengan adanya hubungan timbal balik
37 Yudha Prabowo, Analisis Risiko dan Pengembalian pada Perbankan Syariah: Aplikasi
Metode VaR dan RAROC pada Bank Syariah Mandiri, (La_Riba Jurnal Ekonomi Islam, Vol.III
No. 1, Juli 2009), h. 97 38
Watini Anggun Pratiwi, Analisa Value at Risk Pada Saham Syariah dan Non-Syariah
dengan Model EWMA dan GARCH (Studi Kasus pada BEI Periode 2009-2011), (Skripsi S1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 23 39
Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 37.
41
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡
antara risiko dan return dalam aset yang berbeda. Sementara modal
ekonomi dapat melindungi lembaga keuangan dari kerugian yang tidak
diharapkan.
RAROC digunakan untuk mengalokasikan modal berdasarkan
kategori aset dan entitas bisnis yang dijalankan nasabah dengan
mengevaluasi faktor risk-return. Dalam keuangan syariah, RAROC
diterapkan untuk mengalokasikan modal untuk berbagai modal
pembiayaannya. Dengan menggunakan data historis dari model
pembiayaan, ekspektasi kerugian dan kerugian maksimum dapat dihitung
dalam tingkat kepercayaan tertentu dengan periode tertentu untuk
masing-masing instrumen keuangan yang berbeda.40
Dalam perhitungan RAROC digunakan beberapa variabel, yaitu
variabel rata-rata keuntungan yang dihasilkan dari selisisih antara jumlah
penerimaan (total revenue) dengan jumlah biaya (total cost), variabel
kerugian terekspektasi atau rata-rata kerugian (expected loss) dan
variabel rata-rata kerugian terburuk atau maksimum (worst case loss).
2. Total revenue dan Total cost
Total revenue (TR) atau total pendapatan dan Total cost (TC) atau
total biaya menunjukkan tingkat efisiensi dan tingkat keuntungan atau
kerugian. Keuntungan merupakan selisih antara TR dengan TC.
Jika TR > TC maka terdapat keuntungan, jika TR < TC maka
akan terdapat kerugian dan jika terjadi TR = TC maka ini berarti impas
(break even).41
40
Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), hal. 160. 41
Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2008),
h. 209.
42
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑁𝑃𝐹 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥 𝑃𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑓𝑎𝑢𝑙𝑡
3. Expected loss
Expected loss (EL) adalah rata-rata statistika (mean) ramalan
tingkat kerugian yang disebabkan oleh kelalaian pada pihak yang
menerima pinjaman kredit atau pembiayaan, juga kerugian nilai modal
dan permasalahan operasional. Expected loss dimasukkan sebagai biaya
atau sebagai provisi atas pinjaman ketika menetapkan return.42
Adapun
dalam penelitian ini variabel Non Performing Financing (NPF) dijadikan
sebagai sumber dari variabel Expected loss (EL), Rumus dari Expected
loss adalah sebagai berikut
Dimana NPF berdasarkan kolektibilitas kurang lancar, diragukan,
dan macet dikalikan dengan probabilitas default yang telah ditetapkan.
4. Worst Case Loss
Worst Case Loss (WL) adalah potensi kerugian terburuk atau
maksimum. Worst case loss dapat diestimasikan dengan tingkat
kepercayaan (Confidence Level c) yang telah ditentukan. Jika Confidence
Level 95%, ini berarti terdapat probabilitas atau peluang yang muncul
sebesar 5% bahwa kerugian aktual (actual loss) akan melebihi modal
ekonomi (economy capital). Suatu kerugian yang tidak ditutupi dengan
Confidence Level merupakan risiko bencana besar (catastrophic risk)
yang akan dihadapi oleh perusahaan.43
Dalam penelitian ini, Worst case
loss (WL) diukur melalui variabel rata-rata maksimum dari pembiayaan
bermasalah atau NPF.
42
Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 38. 43
Ibid., hal.38
43
RAROC = 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡−(𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 ∗ 𝑘)
𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙
RAROC = 𝑅𝑖𝑠𝑘 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛
𝐴𝑙𝑙𝑜𝑐𝑎𝑡𝑒𝑑 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙
RAROC = 𝑅𝑖𝑠𝑘 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛
𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙
5. Pengukuran RAROC
Risk Adjusted Return on Capital (RAROC) formulanya menurut
beberapa pakar sebagai berikut:44
a. Jorion
Keterangan :
Profit = Laba
Capital = Nilai Buku dari Total Pinjaman
k = Discount Rate
b. Koch & McDonald
Keterangan :
Allocated Capital = Alokasi Modal (Untuk Investasi)
c. Djohanputro
Keterangan :
44
Romi Agung Rizal, Analisis Rate of Return Risk Deposito Mudharabah pada Bank
Mega Syariah, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014),
h. 59.
44
Risk Adjusted Return
= Gross Revenues
± Hedging Cost
− Expected Credit Cost
− Operating Cost ± 𝑇𝑎𝑥 𝐶𝑜𝑠𝑡
RAROC = 𝑅𝑖𝑠𝑘 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛
𝑅𝑖𝑠𝑘 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 =
𝑇𝑅− 𝑇𝐶−𝐸𝐿
𝑊𝐿−𝐸𝐿
Capital = Nilai Buku dari Total Pinjaman Ditambah Nilai Buku dari
Modal
Dimana Risk Adjusted Return atau disebut juga Risk Adjusted
Income disini, menurut Jorion RAR adalah penjabaran dari:
Metode pengukuran bobot bersih pengembalian hasil deposito
mudharabah BUS dan UUS dengan formula RAROC dapat dijabarkan
sebagai berikut:
Rasio RAROC menguji faktor Risk Adjusted Return (RAR)
dengan Risk Capital (RC). Dalam rasio ini, besarnya tingkat keuntungan
dan modal telah disesuaikan dengan besarnya risiko, sehingga hal
tersebut dapat memberikan penjelasan mengenai net profitability.
a. Risk Adjusted Return (RAR)
Pada variabel Risk Adjusted Return (RAR) menunjukkan adanya
misleading (kesalahan utama suatu strategi yang digunakan untuk
mempercepat pembayaran utang atau penagihan untuk mengantisipasi
pergerakan nilai tukar mata uang). Bank memasukkan kalkulasi aktual
bahwa kegagalan pembayaran (default) kemungkinan terjadi pada debitur
atau yang menerima pembiayaan.
45
b. Risk capital (RC)
Risk capital adalah modal yang diperlukan untuk menutupi
kebutuhan apabila menghadapi suatu masalah karena risiko menjadi
kenyataan. Validitas Risk captital dipertimbangkan terhadap sesuatu yang
lebih buruk daripada pembayaran rata-rata kerugian (expected loss).
Dimana RC menunjukkan besarnya modal yang disesuaikan dengan risiko.
F. K ajian Pustaka (Review Studi Terdahulu)
Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan return bagi
hasil deposito mudharabah telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Review Studi Terdahulu
No Penulis dan Judul Tujuan
Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1 Yudha Prabowo
(2009). Analisis
Resiko dan
Pengembalian
Hasil pada
Perbankan Syarah:
Aplikasi Metode
VaR dan RAROC
pada Bank Syariah
Mandiri. Jurnal La
Riba Volume. III
No.1
Mencari
potensi risiko
kerugian bagi
hasil dan
profitabilitas
deposito
mudharabah
pada Bank
Syariah
Mandiri
periode 2004-
2006
Penelitian ini
menggunakan
metode VaR
dan RAROC
Pada BSM terdapat
potensi kerugian
investasi deposito
mudharabah,
ditunjukkan dengan
nilai VaR (zero)
negatif, dan juga
terdapat nilai
prospektif pada
deposito mudharabah
dengan jangka waktu 3
bulan, yang artinya
low risk high return.
Sedangkan bobot
bersih pengembalian
46
hasil terhadap RAROC
menunjukan bahwa
adanya tingkat
menunjukan bahwa
adanya tingkat
profitabilitas yang
tinggi terhadap
pemanfaatan dan
produktivitas usaha
investasi
2 Faizal Rakhmat
Tahir (2012).
Analisis
Pendapatan dan
Risiko dari Sisi
Nasabah pada
Bank Syariah
(BMI, BSM,
BMS) ditinjau dari
Laporan Keuangan
Tahun 2008-2010
Menggunakan
Metode: VaR dan
RAROC. Skripsi
Program Ekstensi
Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas
Indonesia
Mengetahui
pendapatan
investasi yang
telah
disesuaikan
dengan risiko
dari deposito
mudharabah
yang dimiliki
nasabah bank
syariah dan
mengetahui
tingkat
kemampuan
bank syariah
dalam
menutupi
risiko yang
dapat
menggerus
modal
Penelitian ini
menggunakan
metode VaR
dan RAROC
Pada setiap bank
syariah yang dijadikan
objek penelitian yaitu
BMI,BSM, dan BMS
memiliki tingkat risiko
dan nilai yang hasil
perhitungan yang
berbeda-beda tiap
tahunnya dengan
menggunakan metode
VaR dan RAROC
untuk mengetahui
tingkat risiko tertinggi
dan tingkat
pengembalian
investasi terbaik.
Disimpulkan bahwa
investasi dalam bentuk
deposito pada bank
syariah memiliki
risiko, akan tetapi
47
risiko yang terdapat
pada instrumen
investasi deposito
relatif aman dan lebih
kecil
3 Ana
Mukarromatun
Islamiyah (2014).
Analisis Risiko
dan Pengembalian
Hasil Investasi
pada Perbankan
Syariah dan
Konvensional
Thaun 2009-2012:
Aplikasi Metode
Value at Risk
(VaR) dan Risk
Adjusted Return
On Capital
(RAROC). Skripsi
Program Studi
Keuangan Islam
Fakultas Syariah
dan Hukum UIN
Sunan Kalijaga
Mengetahui
ukuran dari
risiko
investasi
keuangan dan
pengembalian
hasil pada
perbankan
syariah dan
perbankan
konvensional
dengan
menggunakan
pendekatan
VaR dan
RAROC
Penelitian ini
menggunakan
metode VaR
dan RAROC
Hasil dari penelitian
ini menunjukan bahwa
investasi deposito di
perbankan
konvensional lebih
menguntungkan
dibanding investasi
deposito mudharabah
di perbankan syariah.
Rata-rata gross
expected return
terhadap equivalent
rate dan interest rate
cukup stabil. VaR
(mean) dan VaR (zero)
deposito 1, 3, 6
sepanjang tahun 2009-
2012 memiliki trend
yang sama yaitu
meingkat. Sedangkan
analisis RAROC
menunjukkan bahwa
potensi keuntungan
perbankan
konvensional lebih
besar dibanding
48
perbankan syariah
4 Romi Agung Rizal
(2013). Analisis
Rate Of Return
Risk Deposito
Mudharabah pada
Bank Mega
Syariah. Skripsi
Program Studi
Muamalat Fakultas
Syariah dan
Hukum UIN
Jakarta
Mengetahui
potensi
kerugian dan
imbal hasil
deposito pada
Bank Mega
Syariah
menggunakan
metode VaR
dan RAROC
Penelitian ini
menggunakan
model
metode VaR
menggunakan
Exponentially
Weight
Moving
Average
(EWMA) dan
RAROC
Hasil dari penelitian
menggunakan metode
VaR menunjukan
bahwa potensi
kerugian deposito
mudharabah di BMS
adalah rendah. Karena
nilai VaR (mean) lebih
kecil dari nilai gross
expected return. Hal
tersebut didukung juga
dengan nilai VaR
(zero) yang bertanda
negatif di setiap
bulannya. Sedangkan
pada metode RAROC
memberikan
kesimpulan bahwa
Bank Mega Syariah
menunjukan bobot
bersih pengembalian
hasil (return) sudah
dipertimbangkan oleh
risiko secara rata-rata,
tetapi secara individu
masih terdapat
beberapa bulan yang
tidak dipertimbangkan
oleh risiko dengan
nilai RAROC negatif.
49
5 Herdian Yusfan
(2015).Pengukuran
Risk &Return
pada Pembiayaan
BPRS: Aplikasi
Metode Value at
Risk (VaR) dan
Risk Adjusted
Return on
Capital (RAROC)
pengukuran
potensi risiko
(kerugian) dari
produk
pembiayaan
murabahah,
musyarakah,
mudharabah
dan potensi
return (imbal
hasil) dari
pembiayaan
BPRS
menggunakan
metode Value
at Risk (VaR)
dan Risk
Adjusted
Return on
Capital
(RAROC)
Penelitian ini
menggunakan
metode Value
at Risk (VaR)
untuk
mengukur
potensi
kerugian dan
metode Risk
Adjusted
Return on
Capital
(RAROC)
untuk
mengukur
potensi imbal
hasil yang
telah
disesuaikan
dengan
risiko.
Hasil penelitian
dengan menggunakan
metode VaR
menunjukkan bahwa
potesi
risiko yang paling
tinggi terjadi pada
akad pembiayaan
musyarakah, kemudian
mudharabah
dan yang paling stabil
adalah pembiayaan
murabahah. Hal
tersebut dapat dilihat
dari
besaran nilai VaR
(mean) dan VaR
(zero). Sedangkan
hasil dari penggunaan
metode
RAROC memberikan
kesimpulan bahwa
return pembiayaan
yang disesuaikan
dengan
risiko di BPRS
menunjukkan adanya
potensi kerugian
akibat pendapatan
yang diterima
lebih kecil
50
dibandingkan dengan
kerugian yang
diharapkan dan dapat
mengerus modal
BPRS jika kerugian
menjadi kenyataan. Ini
diketahui dari hasil
RAROC yang bernilai
negatif.
51
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode pada hakikatnya berusaha untuk memberikan pedoman tentang
cara-cara seorang ilmuan untuk mempelajari, menganalisa dan memahami
lingkungan-lingkungan yang terjadi di sekitarnya.
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan empiris. Merupakan suatu
cara penelitian terhadap masalah empiris.45
Artinya, setelah data dikumpulkan,
kemudian dilakukan analisis data secara mendalam dan selanjutnya
menginterprestasikan hasil analisis tersebut dengan memakai skala rasio, yaitu
skala dimana angka mempunyai makna yang sesungguhnya, sehingga angka nol
(0) dalam skala ini diperlakukan sebagai dasar perhitungan dan pengukuran objek
penelitian.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan
oleh seorang yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat
suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan
frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi dan hubungan tertentu
antara gejala dengan gejala lain dengan berusaha memberikan gambaran secara
sistematis.46
Sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian dimana data yang
diukur dalam skala numeric (angka) yang dapat dianalisis dengan menggunakan
45
Robert K. Yin, Studi Kasus Design dan Metode, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008), h. 21. 46
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), h. 14
52
analisis statistik47
. Disini peneliti merupakan instrument kunci, tekhnik
pengumpulan data dilakukan secara gabungan. Data yang dihasilkan bersifat
deskriptif dan analisis data dilakukan secara induktif. Penelitian ini lebih
menekankan makna daripada generalisasi.48
Data diperoleh berupa data yang menunjukkan jumlah dana yang
dihimpun oleh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam bentuk
Deposito Mudharabah. Jenis data dari penelitian ini adalah Data Historis (Time
series), yaitu data yang terdiri atas satu objek tetapi meliputi beberapa periode
waktu49
dalam kurun waktu tahun 2011 sampai 2016.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang
didalamnya termasuk Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS)
yang memiliki produk Deposito Mudharabah. Tercatat pada statistik perbankan
syariah desember 2016 jumlah Bank Umum Syariah (BUS) sebanyak 12 bank dan
Unit Usaha Syariah (UUS) sebanyak 22 bank.
Peneliti memilih judul ini dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar
potensi kerugian yang akan timbul pada produk deposito mudharabah perbankan
syariah di Indonesia menggunakan metode VaR, serta ingin mengetahui juga
potensi kerugian yang akan timbul pada investasi atau penyaluran dana yang
dilakukan bank menggunakan dana produk deposito mudharabah di Indonesia
dengan menggunakan metode RAROC. Data yang digunakan untuk keperluan
penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan publikasi Bank
Indonesia dan Ototitas Jasa Keuangan
47
Mudrajad Kuncoro, Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi,
Cet.2 (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004), h. 23 48
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2008), h. 1 49
Wing Wahyu Winaryo, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews, Edisi 3,
(Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011), h. 24
53
Rt = ln 𝑃𝑡
𝑃𝑡−1
D. Tekhnik Pengumpulan Data
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, dalam pengumpulan data
skripsi ini peneliti menggunakan beberapa tekhnik pengumpulan data yaitu:
a. Penelitian kepustakaan (library research), merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan
berbagai macam material yang ada di perpustakaan.50
b. Dokumentasi, teknik ini digunakan untuk memperoleh data tertulis yang
mengandung keterangan dan penjelasan mengenai fenomena yang akurat
dan sesuai dengan masalah yang diteliti.51
c. Internet Research, yaitu metode pengumpulan data yang diperoleh dari
internet dengan memperhitungkan data yang diambil adalah data yang
relevan dengan tema skripsi dan didapat dari sumber website yang
terpercaya keaslian datanya. Pada penelitian ini, peneliti mengambil
statistik bulanan perbankan syariah yang dipublikasikan oleh Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan melalui website www.bi.go.id dan
www.ojk.go.id.
E. Tekhnik Pengumpulan Data Return
Dalam penelitian ini tekhnik pengumpulan data return yang digunakan
adalah data equivalent rate deposito mudharabah yang selanjutnya digunakan
untuk mencari return deposito mudharabah. Periode data return sebanyak 72 data
dari bulan Januari 2011 sampai Desember 2016.
Return merupakan imbal hasil yang diperoleh dari suatu investasi.
Equivalent rate deposito mudharabah ditransformasikan dalam bentuk natural
logarithmic (ln) dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
50
Mardalis, Metode Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta : Bumi Aksara,
2007), h. 28 51
Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif (Jakarta :
Rajawali Press, 2008), h. 152
54
Dimana:
Rt = Return saham pada saat t
Pt = Harga saham pada saat t
Pt-1 = Harga saham sebelumnya
F. Tekhnik Pengukuran data VaR dan RAROC
1. Tekhnik Pengukuran VaR
Sebelum melakukan pengukuran VaR langkah pertama yang dilakukan
adalah pengujian data untuk mengetahui bagaimana karakteristik data returm
deposito mudharabah. Pengujian yang dilakukan bukan untuk mencari
kesimpulan, tetapi hanya sebagai syarat dalam pengukuran VaR. Pengujian
tersebut adalah Uji stasioner data return.
Uji Stasioner
Uji stasioner pada data time series menunjukan data tersebut memiliki
rata-rata dan variansi yang cenderung konstan. Pergerakan data cenderung
berfluktuasi hanya dikisaran rata-rata data tersebut. Uji stasioner dilakukan
dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller-test (ADF-Test) dengan bantuan
software Eviews 6. Data dapat dikatakan stasioner apabila nilai tes hasil uji ADF
tidak melebihi 5%. Jika data yang didapatkan tidak stasioner maka perlu
dilakukan penyesuaian data dengan melakukan diferensiasi.
Setelah melakukan uji data, langkah selanjutnya adalah menghitung
volatilitas.
Menghitung Volatilitas
Langkah pertama adalah menghitung Decay factor (λ) optimum. Decay
factor optimum ditentukan melalui penghitungan RMSE (Root Mean Square
error) minimal secara trial and error. Langkah selanjutnya dilakukan perhitungan
forecast variance dan volatilitasnya adalah akar dari persamaan tersebut.
55
Menghitung VaR
VaR deposito mudharabah dihitung menggunakan asumsi Confidence
Level 99% yaitu tingkat kepercayaan investor dalam menginvestasikan dananya
pada instrumen tersebut. Dengan variable return deposito mudharabah dan
holding period dalam tahun (sehingga untuk 1 bulan = 1/12). Nilai VaR yang
dihitung adalah nilai VaR bulanan yang menunjukkan besarnya potensi kerugian
yang dihadapi investor dalam 1 bulan. VaR bulanan disajikan untuk satuan Rp 1,-.
Sebagai contoh, jika didapat hasil VaR 0,04 maka artinya terdapat potensi
kerugian 4% dari nilai eksposur per Rp. 1,-. Jika eksposur Rp 100.000,- maka
pada bulan tersebut investor memiliki potensi kerugian maksimal sebesar Rp
4.000,-.
2. Tekhnik Pengukuran RAROC
Setelah perhitungan VaR selesai, kemudian dilanjutkan dengan
menghitung nilai RAROC. untuk menghitung nilai RAROC, dibutuhkan variabel
Non Performing Financing (NPF). Variable NPF adalah pembiayaan bermasalah
dari pembiayaan yang memiliki kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan
macet. Pada skripsi ini, masing-masing kolektibilitas tersebut memiliki
probabilitas default yang telah ditentukan oleh Peraturan Bank Indonesia.
Diantaranya sebagai berikut :
1. Kolektibilitas kurang lancar memiliki probabilitas default 15%.
2. Kolektibilitas diragukan memiliki probabilitas default 50%.
3. Kolektibilitas macet memiliki probabilitas default 100%.
Untuk perhitungan NPF dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
NPF = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑘𝑎𝑛
56
Setelah mendapatkan nilai NPF, kemudian langkah selanjutnya adalah
menghitung Expected loss dan Worst case loss sebagai berikut :
Menghitung Expected loss
Menghitung expected loss menggunakan variable NPF (Non Performing
Financing). Yaitu dengan cara mengkalikan NPF dengan nilai eksposur dan
kemudian dikalikan dengan probabilitas default. Eksposur pada skripsi ini
diasumsikan dari nilai deposito mudharabah yang diterima oleh bank. Sedangkan
probabilitas default dapat mengikuti peraturan yang telah ada ataupun dapat juga
menggunakan ketentuan kolektibilitas yang di buat secara khusus oleh lembaga
keuangan yang bersangkutan. Dalam hal ini, penulis menggunakan probabilitas
default yang telah dibuat oleh Bank Indonesia. Peraturan tersebut tercantum pada
Peraturan Bank Indonesia No. 13/13/PBI2011 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva
Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Menghitung Worst Case Loss
Worst case loss dihitung melalui variabel rata-rata maksimum atau
terburuk dari Pembiayaan Non-Lancar (NPF) pada Bank Umum Syariah (BUS)
dan Unit Usaha Syariah (UUS) dari periode bulanan Januari 2011 – Desember
2016.
Artinya, Worst case loss dihitung sama dengan cara mencari VaR dengan
estimasi tingkat kepercayaan dan variabel yang berbeda dengan VaR sebelumnya.
Tingkat kepercayaan (Confidence Level c) 95% dan menggunakan variabel NPF.
Untuk eksposurnya adalah pembiayaan yang di salurkan oleh Bank Umum
Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).
Menghitung RAROC
Rumus RAROC secara garis besar adalah sebagai berikut:
𝑅𝐴𝑅𝑂𝐶 =𝑅𝐴𝑅
𝑅𝐶=𝑇𝑅 − 𝑇𝐶 − 𝐸𝐿
𝑊𝐿 − 𝐸𝐿
57
Dimana Risk Adjusted Return (RAR) menunjukkan pengembalian hasil
yang disesuaikan dengan besarnya risiko dan Risk Capital (RC) menunjukkan
besarnya risiko yang akan menggerus modal. Dalam penelitian ini, untuk
mengetahui seberapa besar bobot bersih variabel RAR, ada tiga variabel untuk
mengukur RAR yaitu jumlah penerimaan (total revenue), jumlah biaya (total cost)
dan variabel rata-rata kerugian (expected loss). Secara keseluruhan disebut TR,
TC dan EL.
Total revenue (TR) atau total pendapatan dan Total cost (TC) atau total
biaya menunjukkan tingkat efisiensi dan tingkat keuntungan atau
kerugian. Keuntungan merupakan selisih antara TR dengan TC. Jika TR
> TC maka terdapat keuntungan, jika TR < TC maka akan terdapat
kerugian dan jika terjadi TR = TC maka ini berarti impas (break even).
Expected Loss (EL) adalah rata-rata statisik (mean) ramalan tingkat
kerugian yang disebabkan oleh kelalaian pada pihak menerima kredit,
kerugian nilai modal dan permasalahan operasional.
Risk Capital (RC) adalah modal yang diperlukan untuk menutupi
kebutuhan apabila menghadapi suatu masalah karena risiko menjadi kenyataan.
Validitas Risk Capital dipertimbangkan terhadap sesuatu yang lebih buruk
daripada pembayaran rata-rata kerugian (Expected Loss) dimana RC menunjukkan
besarnya modal yang disesuaikan dengan risiko. Ada dua variabel untuk
mengukur RC yaitu kerugian terburuk atau Worst case loss (WL) dan rata-rata
kerugian dari nasabah peminjam / Expected Loss (EL). Risk Capital dapat
dirumuskan sebagai berikut :
𝑅𝐶 = 𝑊𝐿 − 𝐸𝐿
Variabel Worst case loss (WL) menunjukkan keungkinan besar kerugian
terburuk atau maksimum. Dalam penelitian ini, WL diukur melalui variabel rata-
rata maksimum atau terburuk dari NPF pada BUS dan UUS dari periode bulanan
dalam setahun selama kurun waktu tahun 2011-2016. Worst case loss (WL)
diestimasi dengan tingkat kepercayaan (confidence level c) yang telah ditentukan.
58
Jika confidence level 95% hal tersebut terdapat probabilitas atau peluang 5%
bahwa kerugian aktual (Actual Loss) akan melebihi modal ekonomis. Suatu
kerugian yang tidak ditutup dengan confidence level merupakan risiko bencana
besar yang dihadapi oleh bank syariah.
Dalam penelitian ini, confidence level yang digunakan adalah 95% dengan
nilai Z= 1,96. Standar deviasi digunakan untuk mengukur kerapatan jarak atau
fluktuasi dari suatu nilai rata-rata (mean) kerugian atau Expected Loss (EL). Pada
aplikasinya, standar deviasi diukur pada rata-rata NPF dari periode bulanan dalam
setahun selama kurun waktu tahun 2011-2016.
59
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif Data
1. Deposito dan Return
Dalam pengukuran risiko deposito mudharabah yang terdapat
pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) di
Indonesia secara keseluruhan, terlebih dahulu dilihat seberapa besar
jumlah deposito mudharabah yang dikelola oleh BUS dan UUS selama
kurun waktu 5 tahun. Berikut tabel yang menjelaskan total dana deposito
mudharabah Januari 2011 hingga Desember 2016 yang penulis ringkas
per 4 bulan.
Tabel 4.1
Komposisi Deposito Mudharabah BUS dan UUS tahun 2011-2016
(dalam Miliar Rupiah)
No Bulan/
Tahun
Total Deposito Mudharabah
1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 12 Bulan
1 Apr-11 33,141 6,550 2,635 3,636
2 Aug-11 37,756 7,364 4,052 3,712
3 Dec-11 45,196 9,828 4,632 4,719
4 Apr-12 49,247 10,516 4,494 6,243
5 Aug-12 47,809 11,366 3,983 6,333
6 Dec-12 51,485 15,404 5,742 7,236
7 Apr-13 59,732 19,701 6,264 6,687
8 Aug-13 64,586 22,237 6,538 7,179
9 Dec-13 71,397 19,798 7,284 7,295
10 Apr-14 76,517 19,690 5,748 8,514
11 Aug-14 77,913 19,029 9,770 6,880
60
12 Dec-14 88,342 19,599 7,623 4,813
13 Apr-15 91,433 18,414 5,437 5,324
14 Aug-15 90,815 18,424 5,178 5,103
15 Dec-15 94,527 20,145 6,132 5,292
16 Apr-16 100,858 20,171 6,748 5,561
17 Aug-16 100,832 24,332 6,786 5,960
18 Dec-16 108,691 26,715 8,670 6,061
Rata-rata 71,682 17,182 5,984 5,919
Sumber: Statistik Perbankan Syariah (data diolah dengan Ms. Excel)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dana yang ditempatkan
nasabah bank syariah didominasi pada produk mudharabah 1 bulan
dibandingkan jangka waktu yang lainnya. Presentase jumlah dana
deposito 1 bulan sebesar 70,37 % dari total keseluruhan dana deposito
bank umum syariah dan unit usaha syariah, sedangkan deposito 3 bulan
sebesar 17,10%, 6 bulan sebesar 6,14% dan 12 bulan sebesar 6,39%.
Terlihat dari jangka waktu yang dipilih nasabah lebih banyak
menempatkan dananya pada deposito 1 bulan dengan alasan nasabah
memilih risiko yang lebih rendah dengan jangka waktu yang pendek agar
dana bisa digunakan dalam jangka waktu dekat, juga tingkat equivalent
rate dari deposito 1 bulan yang tidak jauh berbeda dengan jangka waktu
lainnya.
Risiko yang ditanggung oleh bank dalam mengelola dana
deposito sangatlah besar, terutama pada deposito 1 bulan yang menjadi
prioritas pilihan nasabah dalam menempatkan deposito berjangka pada
bank syariah. Logikanya bank tidak akan bisa memutar dananya dalam
jangka waktu 1 bulan untuk mengembalikan dana nasabah beserta bagi
hasil yang disertakan oleh bank. Tetapi pada praktiknya bank akan
mengambil dana dari aset mereka untuk menutupi semua dana yang akan
diberikan kepada nasabah untuk bagi hasil, hal ini termasuk dalam risiko
likuiditas yang ditanggung oleh bank. Dalam pengambilan sumber dana
guna menutupi dana imbal hasil ada berbagai alternatif yang digunakan
61
70.94
17.00
5.92
6.14
Komposisi Deposito Mudharabah
Deposito 1 Bulan
Deposito 3 Bulan
Deposito 6 Bulan
Deposito 12 Bulan
oleh bank untuk mendapatkan dana, diantaranya adalah dana dari
primary reserve (giro wajib minimum) dan secondary reserve (pasar
uang dan pasar modal). Jadi bank tetap bisa memberikan imbal hasil
walaupun dengan jangka waktu yang pendek seperti deposito 1 bulan,
sedangkan dana deposito tersebut digunakan oleh bank untuk investasi
atau pembiayaan lainnya.
Berikut grafik komposisi pada deposito mudharabah BUS dan
UUS selama tahun 2011-2016 :
Gambar 4.1
Komposisi Deposito Mudharabah BUS dan UUS tahun 2011-2016
Disamping itu, jika dilihat dari pertumbuhan deposito yang ada
pada BUS dan UUS dimana deposito 1 bulan selalu mengalami
pertumbuhan tiap periode nya, sedangkan deposito 3 bulan
pertumbuhannya bersifat fluktuatif, sesekali mengalami penurunan tetapi
tidak terlalu signifikan, begitu pula dengan deposito 6 bulan dan 12
bulan.
Dari segi return yang diberikan baik pada deposito 1, 3, 6, dan 12
bulan juga bersifat fluktuatif dari waktu ke waktu. Untuk melihat besaran
return yang diterima nasabah dari produk deposito BUS dan UUS dapat
dilihat pada grafik berikut ini :
62
Gambar 4.2
Pergerakan Return Deposito Mudharabah BUS dan UUS tahun 2011-
2016
Sumber: Statistik Perbankan Syariah (data diolah dengan Ms. Excel)
Dari grafik diatas dapat dilihat pergerakan data return deposito
mudharabah BUS dan UUS periode Januari 2011 sampai dengan
Desember 2016 yaitu hasil statistik deskripstif return deposito
mudharabah menunjukkan rata-rata pergerakan return 1 bulan sebesar
-0,02%, 3 bulan sebesar -0,02%, 6 bulan sebesar -0.08%, dan 12 bulan
sebesar -0,28%. Dengan pergerakan return tertinggi sebesar 0,49% pada
deposito 6 bulan di bulan September 2011 dan pergerakan return terkecil
juga terdapat pada deposito 6 bulan di bulan Juli 2011 yaitu sebesar
-0,36%.
Penjelasan statistik deskriptif bulanan dengan periode Januari
2011 – Desember 2016 menggunakan data equivalent rate deposito
mudharabah dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
-0.5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
Jan
-11
Jun
-11
No
v-1
1
Ap
r-1
2
Sep
-12
Feb
-13
Jul-
13
De
c-1
3
May
-14
Oct
-14
Mar
-15
Au
g-1
5
Jan
-16
Jun
-16
No
v-1
6
1 Bulan
3 Bulan
6 Bulan
12 Bulan
63
Gambar 4.3
Data Equivalent rate Deposito Mudharabah BUS dan UUS Tahun
2011- 2016
Sumber: Statistik Perbankan Syariah (data diolah dengan Ms. Excel)
Angka equivalent rate untuk mengetahui besaran return yang
ditawarkan oleh deposito mudharabah BUS dan UUS. Data yang
disajikan pada grafik diatas menggambarkan rata-rata equivalent rate
yang menunjukkan tingkat return deposito mudharabah 1 bulan yaitu
sebesar 6,52%, 3 bulan sebesar 6,83%, 6 bulan sebesar 6,64% dan 12
bulan sebesar 6,41%. Dengan return tertinggi terdapat pada deposito
mudharabah 3 bulan, bulan Oktober tahun 2011 sebesar 9,25% dan
return terendah terdapat pada deposito mudharabah 1 bulan, bulan April
tahun 2013 sebesar 3,34%. Jika melihat besaran pertumbuhan return
deposito mudharabah yang paling stabil adalah deposito 1 bulan, dan
pertumbuhan equivalent rate yang sangat berfluktuatif adalah deposito
12 bulan.
Hal inilah yang menjadi alasan kuat mengapa deposito 1 bulan
menjadi pilihan prioritas nasabah dalam memilih investasi pada produk
deposito BUS dan UUS dengan jangka waktu pendek yang memliki
tingkat risiko yang kecil, disamping itu beberapa tahun belakangan ini
industri perbankan sedang mengalami pasang surut dan mencoba untuk
3
4
5
6
7
8
9
10Ja
n-1
1
Jun
-11
No
v-1
1
Ap
r-1
2
Sep
-12
Feb
-13
Jul-
13
De
c-1
3
May
-14
Oct
-14
Mar
-15
Au
g-1
5
Jan
-16
Jun
-16
No
v-1
6
1 Bulan
3 Bulan
6 Bulan
12 Bulan
64
meningkatkan kinerjanya dengan penyaluran pembiayaan yang sangat
tinggi. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan dana jangka pendek begitu
tinggi untuk memenuhi likuiditas, langkah yang diambil oleh bank adalah
menaikkan equivalent rate untuk menarik nasabah dalam menempatkan
dananya di perbankan syariah, dengan angka equivalent rate yang tinggi
bank menawarkan tingkat return bagi hasil yang kompetitif.
2. NPF (Non Performing Finance)
Pertumbuhan aset dan DPK perbankan syariah tidak diiringi
dengan baiknya nilai NPF atau pembiayaan bermasalah dalam kurun
waktu 2011-2016. Dalam penelitian ini nilai NPF digunakan untuk
menghitung dan mencari nilai RAROC, yaitu dengan menentukan nilai
expected loss dan juga nilai Worst case loss berdasarkan kolektabilitas
kurang lanar, diragukan dan macet. Berikut penulis sajikan besaran nilai
NPF BUS dan UUS secara nominal maupun presentase yang di ringkas
per 4 bulan.
Tabel 4.2
Data NPF BUS dan UUS tahun 2011-2016
No Bulan/ Tahun
Jumlah NPF
(Milyar
Rupiah)
Persentase
NPF (%)
1 Apr-11 2.611,75 3,58
2 Agust-11 3.064,5 3,65
3 Des-11 2.917 2,97
4 Apr-12 2.940,25 2,78
5 Agust-12 3.422,25 2,88
6 Des-12 3.462,25 2,51
7 Apr-13 4.255 2,70
8 Agust-13 4.862 2,83
9 Des-13 5.163,25 2,87
65
10 Apr-14 6.096,75 3,31
11 Agust-14 8.102,5 4,20
12 Des-14 9.197,5 4,65
13 Apr-15 9.662,5 4,85
14 Agust-15 9.869,75 4,81
15 Des-15 9.674,25 4,62
16 Apr-16 10404,75 4.90
17 Agust-16 11194,75 5.09
18 Des-16 10293 4.29
Sumber: Statistik Perbankan Syariah (data diolah dengan Ms. Excel)
Dilihat dari tabel diatas bahwa NPF bank syariah bersifat
fluktuatif hingga tahun 2012, tetapi terus mengalami kenaikan dari tahun
2013 hingga tahun 2016 dari segi jumlah NPF, tetapi berbeda pada
tingkat presentase NPF yang dihitung dari jumlah pembiayaan
bermasalah dibagi dengan total pembiayaan. Nilai presentase bergerak
membaik diakhir tahun 2011 dan bersifat fluktuatif hingga Juli 2014,
namun setelah itu selalu berada diatas angka 4% hingga 2016.
Nilai NPF tertinggi terjadi pada bulan Mei tahun 2016 sebesar
12072 milyar rupiah, dan nilai persentase sebesar 5.54%. Sedangkan
untuk nilai NPF terendah terjadi pada bulan Januari 2011 dengan nilai
NPF berjumlah 2.288 milyar rupiah, nilai presentase sebesar 3,28%.
Nilai NPF yang terus menerus meningkat menandakan bahwa
BUS dan UUS memiliki kinerja yang kurang optimal dan belum dapat
mengontrol pembiaayan yang telah disalurkan. Penyebab lainnya adalah
kondisi perekonomian Indonesia yang kurang baik menyebabkan
tingginya tingkat inflasi. Disisi lain jumlah pembiayaan yang disalurkan
bank syariah terlihat menurun, hal ini disebabkan tidak bertumbuhnya
sektor rill dan perkembangan bisnis para debitur dikarenakan
perlambatan ekonomi tersebut.
66
B. Perhitungan VaR dan RAROC
1. Perhitungan VaR
Sebelum melakukan pengukuran nilai VaR pada Deposito
Mudharabah di BUS dan UUS, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah dengan mengadakan tes atau uji data return dari Deposito
Mudharabah. Uji data ini dilakukan bukan untuk mengambil sebuah
kesimpulan, tetapi hanya digunakan sebagai syarat dalam pengukuran
nilai VaR. Pengujian tersebut sebagai berikut :
a. Pengujian Stasioneritas
Data return Deposito Mudharabah dapat dikatakan stasioner jika
data return bersifat flat, tidak mengandung komponen trend, memiliki
keragaman yang konstan dan tidak terdapat fluktuasi secara periodik.
Untuk mengetahui hal tersebut perlu adanya uji stasioneritas.
Pengujian stasioneritas menggunakan metode Augmented Dickey
Fuller Test (ADF-Test) dengan bantuan software Eviews 6. Cara ujinya
adalah dengan melakukan perbandingan antara nilai ADF-Test Statistic
dengan critical values 1% level.
Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan software Eviews 6
diperoleh nilai dari ADF-Test statistic data return deposito mudharabah 1
bulan yaitu sebesar -10.93650 > test critical values 1% level Mackinnon
sebesar -4.094550 sehingga dapat disimpulkan bahwa data return deposito
mudharabah 1 bulan stasioner. Hasil pengukuran data return deposito
mudharabah 3 bulan juga bersifat stasioner, hasil yang diperoleh nilai dari
ADF-Test statistic sebesar -8.226179 > -4.094550 test critical values 1%
level Mackinnon. Pada deposito mudharabah 6 bulan hasil pengukurannya
adalah -9.163232 > -4.096614 test critical values 1% level Mackinnon,
disimpulkan pula data return mudharabah 6 bulan stasioner. Untuk data
return deposito mudharabah 12 bulan hasilnya -9.875418 > -4.096614 test
critical values 1% level Mackinnon, dikatakan data tersebut stasioner.
67
Hasil pengukuran uji stasioneritas data return deposito mudharabah dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3
Hasil Uji Stasioneritas Data Return Deposito Mudharabah
Return
Pembiayaan ADF Test
Critical
Value
(α=1%)
Keterangan
Deposito 1
Bulan -10.9365 -4.09455
Stasioner pada level 1
%
Deposito 3
Bulan -8.226179 -4.09455
Stasioner pada level 1
%
Deposito 6
Bulan -9.163232 -4.096614
Stasioner pada level 1
%
Deposito 12
Bulan -9.875418 -4.096614
Stasioner pada level 1
%
Sumber : data diolah dari eviews 6
Berdasarkan dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil analisis
menunjukkan semua data return deposito mudharabah bersifat stasioner.
Nilai ADF-Test semua data lebih kecil dibandingkan dengan nilai critical
value dengan tingkat kepercayaan 1%. Dengan demikian tidak perlu
dilakukan proses differencing atau pembedaan.
b. Pengukuran Decay Factor
Setelah dilakukan penentuan metode pengukuran VaR yang akan
digunakan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari nilai
decay factor yang menjadi salah satu faktor dalam menentukan
pengukuran nilai VaR.
68
Dalam penelitian ini penulis menggunakan nilai decay factor
sebesar 99%, hal ini mengacu pada Philippe Jorion yang mengatakan
bahwa mengukur nilai VaR lebih baik menggunakan tingkat kepercayaan
yang lebih tinggi yaitu 99%. Dimana decay factor yang optimal adalah
decay factor yang memiliki hasil Root Mean Square Error (RMSE) yang
paling minimal.
Tabel 4.4
Hasil Pengukuran RMSE Deposito Mudharabah 1 Bulan
Decay Factor
Root Mean
Square Error
(RMSE)
0.99 0.009133
0.98 0.015135
0.97 0.019093
0.96 0.021709
0.95 0.023438
0.94 0.024583
0.93 0.025339
0.92 0.025838
0.91 0.026167
0.90 0.026384
Sumber : data diolah menggunakan Ms. Excel
Dari tabel 4.4 Diatas dapat diketahui bahwa hasil pengukuran Root
Mean Square untuk deposito mudharabah 1 bulan yang paling terkecil
adalah 0,009133 dengan nilai decay factor 99%. Begitu juga dengan hasil
pengukuran deposito 3 bulan, dimana decay factor 99% menghasilkan
nilai terkecil yaitu sebesar 0,006260. Berikut dibawah ini tabel
pengukuran RMSE untuk deposito mudharabah 3 bulan :
69
Tabel 4.5
Hasil Pengukuran RMSE Deposito Mudharabah 3 Bulan
Decay Factor
Root Mean
Square Error
(RMSE)
0.99 0.006260
0.98 0.009762
0.97 0.011745
0.96 0.012891
0.95 0.013568
0.94 0.013979
0.93 0.014236
0.92 0.014400
0.91 0.014508
0.90 0.014580
Sumber : data diolah menggunakan Ms. Excel
Sedangkan untuk deposito 6 bulan hasil pengukuran Root Mean
Square menghasilkan nilai terkecil sebesar 0,016492 yang juga dihasilkan
oleh nilai decay factor sebesar 99%. Dan untuk deposito 12 bulan nilai
Root Mean Square terkecil juga dihasilkan oleh decay factor 99% dengan
hasil pengukuran sebesar 0,005126. Berikut tabel hasil pengukuran untuk
deposito mudharabah 6 bulan dan 12 bulan :
Tabel 4.6
Hasil Pengukuran RMSE Deposito Mudharabah 6 Bulan
Decay Factor
Root Mean
Square Error
(RMSE)
0.99 0.016492
0.98 0.025378
70
0.97 0.030137
0.96 0.032678
0.95 0.034034
0.94 0.034757
0.93 0.035144
0.92 0.035353
0.91 0.035466
0.90 0.035529
Sumber : data diolah menggunakan Ms. Excel
Tabel 4.7
Hasil Pengukuran RMSE Deposito Mudharabah 12 Bulan
Decay Factor
Root Mean
Square Error
(RMSE)
0.99 0.005126
0.98 0.008591
0.97 0.010941
0.96 0.012552
0.95 0.013664
0.94 0.014435
0.93 0.014972
0.92 0.015347
0.91 0.015608
0.90 0.015790
Sumber : data diolah menggunakan Ms. Excel
Sehingga dalam hal ini penulis memilih Decay factor optimal
sebesar 0,99 untuk menghitung nilai Value at Risk (VaR). selanjutnya
71
adalah melakukan pengukuran dan analisis dari hasil pengukuran VaR
deposito mudharabah.
2. Pengukuran RAROC
a. Total Revenue dan Total Cost
Dalam pengukuran RAROC yang dilakukan terlebih dahulu adalah
menghitung total revenue dan total cost. Pengukuran kedua faktor tersebut
dihitung berdasarkan data laporan keuangan BUS dan UUS pada laporan
laba/rugi. Hasil selisih dari total cost dan total revenue akan didapat nilai
yang menentukan apakah perusahaan mendapatkan laba atau mengalami
kerugian.
Total revenue diperoleh dari hasil penjumlahan pendapatan
operasional dan pendapatan non-operasional, selanjutnya dikurangi
dengan bagi hasil untuk para investor. Sedangkan untuk total cost didapat
dari hasil penjumlahan seluruh beban-beban yang ditanggung oleh bank.
Berikut hasil dari selisih antara total revenue dan total cost yang penulis
ringkas per 4 bulan.
Tabel 4.8
Hasil Selisih Perhitungan Total Revenue dan Total Cost
(dalam milyaran rupiah)
No Tanggal Total Revenue Total Cost Laba/Rugi
Sebelum Pajak
1 Apr-11 2,806 2,412 394
2 Aug-11 7,549 6,531 1,017
3 Dec-11 12,957 11,239 1,655
4 Apr-12 3,392 2,857 535
5 Aug-12 8,770 7,128 1,641
6 Dec-12 14,885 12,006 2,766
72
7 Apr-13 4,476 3,503 972
8 Aug-13 12,864 10,557 2,307
9 Dec-13 23,301 19,563 3,598
10 Apr-14 6,549 5,926 758
11 Aug-14 12,610 11,213 1,398
12 Dec-14 20,629 18,749 1,880
13 Apr-15 6,091 4,811 608
14 Aug-15 15,229 12,316 1,362
15 Dec-15 23,162 18,408 2,196
16 Apr-16 6,444 5,701 725
17 Aug-16 16,719 15,170 1,571
18 Dec-16 28,354 25,675 2,752
Sumber : Statistik Perbankan Syariah data diolah menggunakan Ms. Excel
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa keuntungan BUS dan UUS
tiap periodenya cenderung bersifat fluktuatif. selama 5 tahun periode
penelitian BUS dan UUS memiliki nilai rata-rata laba sebesar 1.539 miliar
rupiah. Laba terkecil terdapat pada bulan Januari 2012 yaitu sebesar 163
miliar rupiah dan yang terbesar sebesar 3.871 miliar rupiah yaitu pada
bulan November 2013.
73
Gambar 4.4
Grafik Laba Bus dan UUS tahun 2011-2016
Sumber : Statistik Perbankan Syariah data diolah menggunakan Ms. Excel
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa laba/rugi BUS dan UUS
selalu mengalami penurunan di setiap awal tahun, pada tahun 2014 grafik
menunjukan pertumbuhan laba yang tidak stabil, hal ini dikarenakan
kondisi ekonomi global yang tidak menguntungkan, berbeda dengan tahun
sebelum 2014 dan setelahnya cenderung mengalami tren pertumbuhan
yang positif dari pergerakannya di awal tahun.
b. Perhitungan Expected loss
Langkah yang dilakukan selanjutnya setelah mengukur nilai
laba/rugi dari BUS dan UUS adalah menghitung nilai Expected loss (EL).
Dalam penelitian ini nilai expected loss digunakan untuk sebagai faktor
pengukuran nilai Risk Adjusted Return (RAR) dan Risk Capital (RC). Data
yang digunakan dalam menghitung nilai expected loss adalah Non
Performing Finance selama kurun waktu Januari 2011- Desember 2016.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
Jan
-11
Jul-
11
Jan
-12
Jul-
12
Jan
-13
Jul-
13
Jan
-14
Jul-
14
Jan
-15
Jul-
15
Jan
-16
Jul-
16
Laba BUS dan UUSTahun 2011-2015
74
Nilai pembiayaan bermasalah dibuat bagian masing-masing
berdasarkan penggolongan kolektabilitas. Kolektabilitas tersebut terdapat
3 macam yaitu, kurang lancar, diragukan dan macet. Masing-masing
kolektabilitas tersebut dikaitkan dengan probabilitas default yang diatur
dalam Peraturan Bank Indonesia No. 13/13/PBI2011 Tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Dimana kolektabilitas kurang lancar ditetapkan sebesar 15%,
diragukan sebesar 50%, dan macet sebesar 100%. Berikut adalah hasil
perhitungan expected loss deposito mudharabah BUS dan UUS yang
penulis ringkas per 4 bulan :
Tabel 4.9
Hasil Perhitungan Expected loss
(dalam milyaran rupiah)
No Bulan/
Tahun
Kurang
Lancar Diragukan Macet
Expected
Loss
1 Apr-11 148 190 1,243 2,612
2 Aug-11 160 219 1,559 3,064
3 Dec-11 186 154 1,344 2,895
4 Apr-12 133 322 1,412 2,939
5 Aug-12 183 294 1,616 3,422
6 Dec-12 175 347 1,601 3,462
7 Apr-13 205 332 2,228 4,255
8 Aug-13 247 385 2,444 4,863
9 Dec-13 214 463 2,807 5,163
10 Apr-14 286 461 3,268 6,097
11 Aug-14 415 729 3,877 8,102
12 Dec-14 394 946 4,684 9,200
13 Apr-15 413 937 5,221 9,848
75
14 Aug-15 413 869 5,601 10,089
15 Dec-15 347 571 6,450 9,907
16 Apr-16 432 591 6649 7,672
17 Aug-16 442 700 7067.5 8,209
18 Dec-16 363 653 6786.25 7,802
Sumber : Statistik Perbankan Syariah data diolah menggunakan Ms. Excel
c. Perhitungan Worst case loss (WL)
Worst case loss (WL) menunjukkan kemungkinan besar terjadinya
kerugian terburuk atau maksimum. Worst case loss disebut pula dengan
unexpected loss yaitu kerugian yang tidak diharapkan. Dalam hal ini worst
case loss (WL) digunakan untuk menghitung nilai RC (risk capital),
diukur dengan rata-rata maksimum atau terburuk dari pembiayaan
bermasalah atau NPF.
Pengukuran tersebut dilakukan dengan cara menghitung nilai VaR
dari variabel dan eksposur dari total pembiayaan yang disalurkan. Dalam
penelitian ini worst case loss (WL) tingkat kepercayaannya diestimasikan
sebesar 95%, artinya terdapat probabilitas atau peluang sebesar 5% bahwa
kerugian actual (actual loss) akan melebihi modal ekonomis (economic
capital). Berikut hasil perhitungan dari worst case loss periode 2015-2016,
untuk periode 2011-2014 dapat dilihat pada lampiran :
Tabel 4. 10
Hasil Olah Data Worst Case Loss
(dalam milyaran rupiah)
No Periode
Total
Pembiaya
an
Worst Case
Loss
1 Apr-11 72,788 2,358
76
2 Aug-11 84,083 2,724
3 Dec-11 97,932 3,173
4 Apr-12 105,821 3,428
5 Aug-12 119,073 3,857
6 Dec-12 138,440 4,485
7 Apr-13 157,058 5,088
8 Aug-13 171,877 5,568
9 Dec-13 180,389 5,844
10 Apr-14 184,005 5,961
11 Aug-14 192,722 6,243
12 Dec-14 197,690 6,404
13 Apr-15 199,265 6,455
14 Aug-15 205,167 6,647
15 Dec-15 209,508 6,787
16 Apr-16 212,439 6,882
17 Aug-16 220,157 7,132
18 Dec-16 240,104 7,778
Sumber : Statistik Perbankan Syariah data diolah menggunakan Ms. Excel
Dapat dilihat dari tabel diatas Worst case loss selalu berbanding
lurus dengan besarnya pembiayaan, semakin besarnya pembiayaan
77
semakin besar pula kerugian terburuk atau maksimal yang akan dialami
oleh bank.
C. Hasil Analisis
Dalam sub bab ini akan dijelaskan hasil analisis dari setiap alat
analisis yang penulis gunakan dalam mengukur potensi kerugian dan
risiko dari deposito perbankan syariah, diantaranya adalah hasil
pengukuran metode Value at Risk (VaR) dan Risk Adjusted Return on
Capital (RAROC) yang diperoleh dari hasil pengamatan statistik
perbankan syariah periode 2011-2016.
1. Analisis Potensi Kerugian Berdasarkan Value at Risk (VaR)
Setelah dilakukan perhitungan return deposito mudharabah dan
standar deviasi, maka diperolehlah nilai VaR. Dalam penelitian ini VaR
digunakan untuk mengetahui risiko yang timbul dalam berinvestasi pada
deposito mudharabah bank syariah. Dari hasil pengukuran dengan tingkat
kepercayaan yang digunakan sebesar 99% maka diperoleh nilai VaR
(mean) dan VaR (zero). Berikut hasil olahan data VaR selama periode
2011-2016 pada tabel berikut :
a. Deposito 1 Bulan
Tabel 4.11
Hasil Pengukuran VaR Deposito 1 Bulan
(*dalam milyaran rupiah)
Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Standar
Deviasi 0.028 0.013 0.062 0.025 0.009 0.012
Eksposur 38698 49514 65238 80924 92258 103460
VaR Mean* 724 448 2707 1376 575 835
78
VaR Zero* -20858
-
25966 -24421 -46381 -57810 -54092
VaR Mean
% 0.019 0.009 0.041 0.017 0.006 0.008
VaR Zero % -0.539
-
0.524 -0.374 -0.573 -0.627 -0.523
Sumber : Statistik Perbankan Syariah data diolah menggunakan Ms. Excel
Setelah mendapatkan hasil perhitungan dari VaR deposito 1 bulan,
selanjutnya dapat dilakukan analisis terkait dengan hasil pengukuran VaR
deposito 1 bulan sebagai berikut :
1) Standar deviasi menunjukkan semakin besar nilai standar deviasi
semakin besar pula tingkat risiko dari deposito mudharabah, hal
tersebut terlihat dari besarnya nilai VaR (mean). Nilai standar deviasi
dari deposito mudharabah 1 bulan tiap tahunnya yaitu sebesar 0,028;
0,013; 0,062; 0,025; 0,009 dan 0.012. Nilai standar deviasi terbesar
terletak pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,062 yang menandakan bahwa
pada tahun itu terdapat tingkat perubahan yang paling besar dari
tingkat return yang dihasilkan deposito mudhrabah 1 bulan BUS dan
UUS. Sedangkan pada tahun 2015 memiliki tingkat pengembalian
return yang paling rendah di deposito mudharabah, yaitu sebesar
0,009.
2) VaR (mean) deposito mudharabah 1 bulan dalam nominal milyaran
rupiah di tahun penelitian sebesar 724; 448; 2.707; 1.376; 575 dan
835. Sedangkan dalam bentuk persentase nilai VaR (mean) sebesar
0,019%; 0,009%; 0,041%; 0,017%; 0,006% dan 0.008%. Berdasarkan
pengukuran VaR (mean) secara nominal deposito mudharabah
diketahui potensi risiko terbesar terdapat pada tahun 2013 sebesar
2.707 milyar rupiah dan yang terendah terdapat pada tahun 2012
sebesar 448 milyar rupiah. Sedangkan dalam risiko secara presentase
79
potensi risiko deposito mudharabah 1 bulan yang tertinggi terjadi
pada tahun 2013 sama seperti nominal yaitu sebesar 0,041% dan yang
terendah terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 0,006%.
3) VaR (zero) adalah potensi risiko kerugian terhadap zero (nol), dengan
artian lain merupakan besarnya potensi terjadinya risiko kerugian
yang dihitung pada saat pendapatan dititik nol atau tidak ada
pendapatan. Nilai VaR (zero) deposito mudharabah 1 bulan selama
tahun penelitian dalam milyaran rupiah adalah sebesar -20.858,-
25.966,-24.421,-46.381,-57.810 dan -54.092. Secara nominal potensi
risiko terbesar deposito mudharabah pada saat tidak ada pendapatan
terjadi pada tahun 2015 sebesar -57.810 milyar rupiah dan yang
terendah sebesar -20.858 milyar rupiah pada tahun 2011. Berbeda
pada nilai VaR (zero) dalam bentuk persentase potensi risiko kerugian
yang terbesar justru terletak pada tahun 2015 sebesar -0,627% dan
yang terendah terletak pada tahun 2013 yaitu sebesar -0,374%.
b. Deposito 3 Bulan
Tabel 4. 12
Hasil Pengukuran VaR Deposito 3 Bulan
(*dalam milyaran rupiah)
Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Standar
Deviasi
0.036 0.014 0.023 0.029 0.009 0.012
Eksposur 7914 12429 20579 19439 18994 23739
VaR Mean* 331 205 547 666 198 324
VaR Zero* -14026 -20134 -26372 -35361 -37628 -38677
VaR Mean
%
0.042 0.016 0.027 0.034 0.010 0.014
80
VaR Zero % -1.772 -1.620 -1.282 -1.819 -1.981 -1.629
Sumber : Statistik Perbankan Syariah data diolah menggunakan Ms. Excel
Setelah mendapatkan hasil perhitungan dari VaR deposito 3 bulan,
selanjutnya dapat dilakukan analisis terkait dengan hasil pengukuran VaR
deposito 3 bulan sebagai berikut :
1) Standar deviasi menunjukkan semakin besar nilai standar deviasi
semakin besar pula tingkat risiko dari deposito mudharabah, hal
tersebut terlihat dari besarnya nilai VaR (mean). Nilai standar deviasi
dari deposito mudharabah 3 bulan tiap tahunnya yaitu sebesar 0,036;
0,014; 0,023; 0,029; 0,009 dan 0.012. Nilai standar deviasi terbesar
terletak pada tahun 2011 yaitu sebesar 0,036 yang menandakan bahwa
pada tahun itu terdapat tingkat perubahan yang paling besar dari
tingkat return yang dihasilkan deposito mudharabah 3 bulan BUS dan
UUS. Sedangkan pada tahun 2015 memiliki tingkat pengembalian
return yang paling rendah di deposito mudharabah, yaitu sebesar
0,011, diikuti tahun 2016 sebesar 0.012.
2) VaR (mean) deposito mudharabah 3 bulan dalam nominal milyaran
rupiah di tahun penelitian sebesar 331; 205; 547; 666; 198 dan 324.
Sedangkan dalam bentuk persentase nilai VaR (mean) sebesar 0,042;
0,016; 0,027; 0,034; 0,010 dan 0.014. Berdasarkan pengukuran VaR
(mean) secara nominal deposito mudharabah diketahui potensi risiko
terbesar terdapat pada tahun 2014 sebesar 666 milyar rupiah dan yang
terendah terdapat pada tahun 2015 sebesar 198 milyar rupiah.
Sedangkan dalam risiko secara presentase potensi risiko deposito
mudharabah 3 bulan yang tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu
sebesar 0,042% dan yang terendah terjadi pada tahun 2015 yaitu
sebesar 0,010%.
3) VaR (zero) adalah potensi risiko kerugian terhadap zero (nol), dengan
artian lain merupakan besarnya potensi terjadinya risiko kerugian
81
yang dihitung pada saat pendapatan dititik nol atau tidak ada
pendapatan. Nilai VaR (zero) deposito mudharabah 3 bulan selama
tahun penelitian dalam milyaran rupiah adalah sebesar -14.026, -
20.134, -26.372, -35.361, -37.628 dan -38.677. Secara nominal
potensi risiko terbesar deposito mudharabah pada saat tidak ada
pendapatan terjadi pada tahun 2016 sebesar -38.677 milyar rupiah dan
yang terendah sebesar -14.026 milyar rupiah pada tahun 2011.
Berbeda pada nilai VaR (zero) dalam bentuk persentase potensi risiko
kerugian yang terbesar justru terletak pada tahun 2015 sebesar -1,98%
dan yang terendah terletak pada tahun 2013 yaitu sebesar -1,28%.
c. Deposito 6 Bulan
Tabel 4. 13
Hasil Pengukuran VaR Deposito 6 Bulan
(*dalam milyaran rupiah)
Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Standar
Deviasi
0.067 0.028 0.016 0.026 0.013 0.016
Eksposur 3773 4740 6695 7713 5583 7401
VaR Mean* 417 219 173 328 120 197
VaR Zero* -12024 -15821 -20373 -26656 -19970 -22451
VaR Mean % 0.111 0.046 0.026 0.043 0.021 0.027
VaR Zero % -3.187 -3.338 -3.043 -3.456 -3.577 -3.033
Sumber : Statistik Perbankan Syariah data diolah menggunakan Ms. Excel
Setelah mendapatkan hasil perhitungan dari VaR deposito 6 bulan,
selanjutnya dapat dilakukan analisis terkait dengan hasil pengukuran VaR
deposito 6 bulan sebagai berikut :
82
1) Standar deviasi menunjukkan semakin besar nilai standar deviasi
semakin besar pula tingkat risiko dari deposito mudharabah, hal
tersebut terlihat dari besarnya nilai VaR (mean). Nilai standar deviasi
dari deposito mudharabah 6 bulan tiap tahunnya yaitu sebesar 0,067;
0,028; 0,016; 0,026; 0,013 dan 0.016. Nilai standar deviasi terbesar
terletak pada tahun 2011 yaitu sebesar 0,067 yang menandakan bahwa
pada tahun itu terdapat tingkat perubahan yang paling besar dari
tingkat return yang dihasilkan deposito mudharabah 6 bulan BUS dan
UUS. Sedangkan pada tahun 2015 memiliki tingkat pengembalian
return yang paling rendah di deposito mudharabah, yaitu sebesar
0,013. Tahun 2013 dan 2016 memili tingkat pengembalian return
yang sama yaitu 0.016.
2) VaR (mean) deposito mudharabah 6 bulan dalam nominal milyaran
rupiah di tahun penelitian sebesar 417; 219; 173; 328; 120 dan 197.
Sedangkan dalam bentuk persentase nilai VaR (mean) sebesar 0,111;
0,046; 0,026; 0,043; 0,021 dan 0.027. Berdasarkan pengukuran VaR
(mean) secara nominal deposito mudharabah diketahui potensi risiko
terbesar terdapat pada tahun 2011 sebesar 417 milyar rupiah dan yang
terendah terdapat pada tahun 2015 sebesar 120 milyar rupiah.
Sedangkan dalam risiko secara presentase potensi risiko deposito
mudharabah 6 bulan yang tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu
sebesar 0,111% dan yang terendah terjadi pada tahun 2015 yaitu
sebesar 0,021%.
3) VaR (zero) adalah potensi risiko kerugian terhadap zero (nol), dengan
artian lain merupakan besarnya potensi terjadinya risiko kerugian
yang dihitung pada saat pendapatan dititik nol atau tidak ada
pendapatan. Nilai VaR (zero) deposito mudharabah 6 bulan selama
tahun penelitian dalam milyaran rupiah adalah sebesar -12.024, -
15.821, -20.373, -26.656,-19.942 dan -19.970. Secara nominal potensi
risiko terbesar deposito mudharabah pada saat tidak ada pendapatan
terjadi pada tahun 2014 sebesar -26.656 milyar rupiah dan yang
83
terendah sebesar -12.024 milyar rupiah pada tahun 2011. Berbeda
pada nilai VaR (zero) dalam bentuk persentase potensi risiko kerugian
yang terbesar justru terletak pada tahun 2015 sebesar -3,577% dan
yang terendah terletak pada tahun 2015 yaitu sebesar -3,033%.
d. Deposito 12 Bulan
Tabel 4. 14
Hasil Pengukuran VaR Deposito 12 Bulan
(*dalam milyaran rupiah)
Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Standar
Deviasi
0.018 0.026 0.028 0.038 0.009 0.013
Eksposur 4022 6604 7054 4039 5239 5861
VaR Mean* 172 400 456 360 111 179
VaR Zero* -27196 -42293 -40567 -27050 -34892 -34400
VaR Mean % 0.043 0.061 0.065 0.089 0.021 0.031
VaR Zero % -6.761 -6.404 -5.751 -6.697 -6.660 -5.869
Sumber : Statistik Perbankan Syariah data diolah menggunakan Ms. Excel
Setelah mendapatkan hasil perhitungan dari VaR deposito 12
bulan, selanjutnya dapat dilakukan analisis terkait dengan hasil
pengukuran VaR deposito 12 bulan sebagai berikut :
1) Standar deviasi menunjukkan semakin besar nilai standar deviasi
semakin besar pula tingkat risiko dari deposito mudharabah, hal
tersebut terlihat dari besarnya nilai VaR (mean). Nilai standar deviasi
dari deposito mudharabah 12 bulan tiap tahunnya yaitu sebesar 0,018;
0,026; 0,028; 0,038; 0,009 dan 0.013. Nilai standar deviasi terbesar
terletak pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,038 yang menandakan bahwa
84
pada tahun itu terdapat tingkat perubahan yang paling besar dari
tingkat return yang dihasilkan deposito mudhrabah 12 bulan BUS dan
UUS. Sedangkan pada tahun 2015 memiliki tingkat pengembalian
return yang paling rendah di deposito mudharabah, yaitu sebesar
0,009.
2) VaR (mean) deposito mudharabah 12 bulan dalam nominal milyaran
rupiah di tahun penelitian sebesar 172; 400; 456; 360, 111; dan 179.
Sedangkan dalam bentuk persentase nilai VaR (mean) sebesar 0,043;
0,061; 0,065; 0,089; 0.021 dan 0,031. Berdasarkan pengukuran VaR
(mean) secara nominal deposito mudharabah diketahui potensi risiko
terbesar terdapat pada tahun 2013 sebesar 456 milyar rupiah dan yang
terendah terdapat pada tahun 2015 sebesar 111 milyar rupiah.
Sedangkan dalam risiko secara presentase potensi risiko deposito
mudharabah 12 bulan yang tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu
sebesar 0,089% dan yang terendah terjadi pada tahun 2015 yaitu
sebesar 0,021%.
3) VaR (zero) adalah potensi risiko kerugian terhadap zero (nol), dengan
artian lain merupakan besarnya potensi terjadinya risiko kerugian
yang dihitung pada saat pendapatan dititik nol atau tidak ada
pendapatan. Nilai VaR (zero) deposito mudharabah 12 bulan selama
tahun penelitian dalam milyaran rupiah adalah sebesar -27.196, -
42.293, 40.567, -27.050, -34.892, dan -34.400. Secara nominal potensi
risiko terbesar deposito mudharabah pada saat tidak ada pendapatan
terjadi pada tahun 2012 sebesar -42.293 milyar rupiah dan yang
terendah sebesar -27.196 milyar rupiah pada tahun 2011. Berbeda
pada nilai VaR (zero) dalam bentuk persentase potensi risiko kerugian
yang terbesar justru terletak pada tahun 2011 sebesar -6,761% dan
yang terendah terletak pada tahun 2013 yaitu sebesar -5,751%.
85
e. Perbandingan Antar Deposito
Setelah melihat hasil dari perhitungan VaR dan mendapatkan hasil
nilai potensi risiko dari masing-masing deposito di BUS dan UUS tiap
tahunnya selama periode 2011-2016. Selanjutnya adalah melakukan
perbandingan antara keempat deposito tersebut. Perbandingan ini
bertujuan untuk melihat deposito mana yang memiliki tingkat risiko
terbesar dan tingkat risiko terkecil. Berikut adalah tabel perbandingan hasil
perhitungan VaR tiap deposito :
Tabel 4. 15
Perbandingan Hasil Pengukuran VaR Deposito Mudharabah BUS dan
UUS
(*dalam milyaran rupiah)
Keterangan 1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 12 Bulan
Std. Deviasi σ 0.0666 0.0496 0.0672 0.0549
Ao (Exposure) 71,682 17,182 5,984 6,204
VaR (Mean)* 3,206.23 572.02 270.13 228.59
VaR (Zero)* -2,830.09 -555.96 -247.33 -194.30
VaR (Mean) % 0.045 0.033 0.045 0.037
VaR (Zero) % -0.039 -0.032 -0.041 -0.031
Sumber : Statistik Perbankan Syariah data diolah menggunakan Ms. Excel
Dapat dilihat dari tabel perbandingan hasil perhitungan VaR antar
deposito mudharabah BUS dan USS selama kurun waktu 6 tahun terakhir
tingkat risiko deposito mana yang paling baik yang dimiliki BUS dan UUS
dan deposito mana yang paling besar memiliki risiko dalam hal investasi.
86
Analisis perbandingan hasil pengukuran risiko antar deposito mudharabah
adalah sebagai berikut :
1) Dilihat dari hasil standar deviasi tiap deposito selama 6 tahun terakhir,
nilai yang terbesar terletak pada deposito 6 bulan yaitu sebesar 0,0672.
Nilai standar deviasi deposito mudharabah 6 bulan yang besar
menunjukkan bahwa pada deposito tersebut terdapat tingkat
perubahan yang tinggi dari segi return yang dihasilkan oleh deposito
tersebut. Jika dilihat pada data return deposito, deposito 6 bulan
memiliki sifat yang lebih fluktuatif dibandingkan dengan deposito
lainnya, hal ini juga dikarenakan besarnya minat nasabah untuk
berinvestasi pada deposito mudharabah 6 bulan maka dari itu lebih
banyak terjadi perubahan return yang ditawarkan oleh bank.
Sedangkan standar deviasi terendah terletak pada deposito 3 bulan
yaitu sebesar 0,0496 yang menandakan perubahan tingkat return yang
cenderung stabil dibandingkan dengan yang lainnya.
2) VaR (mean) deposito mudharabah 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12
bulan masing-masing memiliki nilai sebesar 3.206,23; 572,02; 270,13
; dan 194,30 milyaran rupiah, sedangkan dalam bentuk persentase
nilai VaR (mean) sebesar 0,045; 0,032; 0,041; dan 0,031. Berdasarkan
pengukuran risiko VaR deposito mudharabah secara nominal,
deposito 1 bulan memiliki potensi risiko terbesar yaitu nilai maksimal
sebesar 3206,23 milyar rupiah dan potensi risiko terendah terdapat
pada deposito 12 bulan yaitu sebesar 194,30 milyar rupiah. Sama
halnya dengan nilai presentase VaR yang membandingkan antara
nominal risiko deposito dengan pembiayaan yang diberikan, dimana
potensi risiko pembiayaan yang tertinggi secara presentase terdapat
pada deposito mudharabah 1 bulan dan 6 bulan yaitu sebesar 0,045%
dan yang terendah terletak pada deposito mudharabah 12 bulan yaitu
sebesar 0,031%.
87
3) VaR (zero) adalah potensi risiko kerugian terhadap zero (nol), dengan
artian lain merupakan besarnya potensi terjadinya risiko kerugian
yang dihitung pada saat pendapatan dititik nol atau tidak ada
pendapatan. Nilai VaR (zero) antar deposito mudharabah selama
tahun penelitian dalam milyaran rupiah adalah sebesar -2.830,09; -
555,96; -247,33; dan -194,30. Secara nominal potensi risiko terbesar
deposito mudharabah pada saat tidak ada pendapatan terdapat pada
deposito 1 bulan sebesar -2.830,09 milyar rupiah dan yang terendah
terdapat pada depsosito 12 bulan sebesar -194,30 milyar rupiah.
Berbeda pada nilai VaR (zero) dalam bentuk persentase potensi risiko
kerugian yang terbesar justru terletak pada deposito 6 bulan sebesar -
0,041% dan yang terendah terletak pada deposito 12 bulan yaitu
sebesar -0,031%.
4) Dari ketiga poin diatas dapat diketahui bahwa deposito 3 bulan
memiliki risiko paling rendah dan juga stabil, kemudian disusul oleh
deposito 12 bulan di peringkat kedua, selanjutnya deposito 6 bulan di
peringkat ketiga yang memiliki risiko lebih besar dari deposito 12
bulan. Adapun potensi risiko yang paling besar terdapat pada deposito
1 bulan.
2. Analisis Potensi Return Berdasarkan RAROC
Pendekatan RAROC dalam penelitian ini ingin mengetahui
seberapa besar risiko yang ditanggung oleh bank dari pembiayaan yang
sudah mereka salurkan kepada nasabah pembiayaan, hal ini penting bagi
pihak bank untuk mengetahui apakah dana yang mereka salurkan
menghasilkan laba atau bahkan menimbulkan kerugian yang nantinya jika
terjadi kerugian akan memangkas modal bank.
Nilai RAROC menunjukkan bahwa jika semakin besar Risk
Adjusted Return (RAR), maka semakin meningkat pula bobot dari
RAROC, artinya ini berbanding lurus. Sedangkan bila semakin besar Risk
88
Adjusted Capital (RC) maka semakin menurun bobot RAROC, begitu juga
sebaliknya, artinya ini bersifat berbanding terbalik. Berikut ini hasil
perolehan data RAROC yang sudah diolah.
Tabel 4. 16
Hasil Pengukuran RAROC BUS dan UUS
(*dalam milyaran rupiah)
Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
EL (Expected Loss)* 1,734 2,027 3,108 5,020 6,940 7,895
Net Profit (TR-TC)* 1,022 1,647 2,292 1,345 1,389 1,683
WL (Worst Case Loss)* 2,752 3,924 5,500 6,203 6,630 7264
RAR (NP-EL)* -713 -380 -816 -3,674 -5,552 -6,212
RC (WL-EL)* 1,017 1,896 2,392 1,183 -311 -631
RAROC (RAR/RC) -0.70 -0.20 -0.34 -3.10 17.87 9.85
Sumber : Statistik Perbankan Syariah data diolah menggunakan Ms. Excel
Berikut analisis terkait hasil perhitungan RAROC BUS dan UUS :
a. RAR (Risk Adjusted Return) menunjukkan adanya kesalahan strategi
yang digunakan untuk memempercepat pembayaran utang atau
penagihan dari debitur. Nilai RAR yang diperoleh selama periode 2011-
2016 sebesar -713, -380, -816, -3.674, -5.552 dan -6.212 milyaran rupiah.
Hasil RAR secara keseluruhan bernilai negatif dan mengalami penurunan
pada tahun 2011 ke tahun 2012, kemudian terus mengalami kenaikan dari
tahun 2012 hingga tahun 2016. Kenaikan paling signifikan terjadi pada
tahun 2014. Hal ini berarti terdapat risiko atau kerugian dimana total
keuntungan yang ada lebih kecil dari pada expected loss (rata-rata
kerugian). Ini juga mengindikasikan adanya kegagalan manajemen dalam
89
mengelola risiko pembiayaan yang ada di BUS dan UUS. Nilai RAR
terbesar terjadi pada tahun 2016 sebesar -6.212 milyar rupiah dan terkecil
pada tahun 2012 sebesar -380 milyar rupiah.
b. RC (Risk capital) menunjukkan modal yang diperlukan untuk menutupi
kebutuhan apabila menghadapi suatu masalah karena risiko menjadi
kenyataan. RC (Risk capital) ini dipertimbangkan terhadap sesuatu yang
lebih buruk daripada pembayaran rata-rata kerugian (expected loss). Nilai
RC yang diperoleh dari hasil pengukuran dalam milyaran rupiah adalah
sebesar 1017, 1.896, 2.392, 1183, -311 dan -631 dalam milyaran rupiah
selama 6 tahun. Selama kurun waktu 2011-2014 nilai RC (Risk capital)
terus menerus menunjukkan angka positif. Ketika nilai RC (Risk Capital)
positif hal tersebut menunjukkan bahwa BUS memiliki cadangan modal
yang dapat menutupi kerugian bila suatu waktu risiko menjadi kenyataan.
Sedangkan nilai negatif pada RC mencerminkan adanya penaksiran atau
estimasi kerugian alokasi modal bank syariah terhadap risiko kredit atau
pembiayaan. Hasil analisis RC yang bernilai negatif menunjukkan bahwa
expected loss mengalami peningkatan selama periode tersebut. Artinya
modal BUS dan UUS yang sudah disesuaikan dengan besarnya risiko
mengalami potensi peningkatan risiko. Angka negatif Risk Capital terjadi
pada tahun 2015 dan 2016 sebesar -311 dan -631 dalam milyar rupiah .
c. Hasil pengukuran RAROC digunakan sebagai alat analisis dalam menilai
bobot bersih dari keuntungan (net profit) yang diperoleh dari kegiatan
usaha yang dilakukan oleh bank syariah. Bobot bersih dari keuntungan
yang dimaksud adalah nilai pendapatan yang telah disesuaikan apabila
kerugian yang telah di alokasikan benar-benar terjadi. Sehingga dalam
hal ini dapat diketahui net profit yang sebenarnya diperoleh oleh bank
syariah. Adapun pada penelititan ini hasil RAROC selama 6 tahun (2011-
2016) sebesar -0,70; -0,20; -0,34; -3,10; 17.87; dan 9.85 secara berturut-
turut. Nilai RAROC terbesar terjadi pada tahun 2015 yaitu 17,87 dan
yang terendah sebesar -3,10 yang terdapat pada tahun 2014. RAROC
yang bernilai negatif mengindikasikan adanya potensi kerugian karena
90
nilai RAR yang negatif, dimana akan berdampak buruk pada BUS dan
UUS, apabila kerugian terealisasi maka kerugian tersebut akan
menggerus modal dari BUS dan UUS untuk menutupi kerugian tersebut.
Sedangkan RAROC yang bernilai positif seharusnya menunjukkan
adanya perbaikan kinerja bank sehingga bobot bersih pengembalian hasil
(return) yang disesuaikan dengan risiko mengalami peningkatan. Itu
berlaku jika hasil RAR dan RC bernilai positif juga. Dalam penelitian ini
RAR dan RC keduanya bernilai negatif, ini mengindikasikan adanya
kerugian karena nilai expected loss lebih besar daripada keuntungan
yang didapat dan modal tidak mampu menutupi kerugian tersebut.
3. Analisis Penulis Tentang Hasil Pengukuran Risiko Deposito
Mudharabah
Dari pembahasan di atas kita dapat disimpulkan bahwa akad
mudharabah adalah sesuatu yang sangat dianjurkan dalam Islam agar kita
dapat saling membantu dalam menanggung resiko usaha tentu yang sesuai
dengan syariah. Mudharabah termasuk salah satu jenis kerjasama, yang
saat ini memiliki banyak kendala dalam perkembangannya sehingga
shahibul mal/bank enggan memakai skema kontrak ini.
Sistem bagi hasil (mudharabah) merupakan landasan investasi dan
karakteristik umum operasional bank syariah dalam upanya menghindari
praktek ribawi. Tingginya risiko (high risk) dari calon pengelola
(mudharib) karena moral hazard dan kurangnya kesiapan sumber daya
manusia di perbankan syariah inilah di antara faktor yang menjadikan
komposisi penyaluran dana kepada masyarakat lebih banyak dalam bentuk
pembiayaan jual beli (murabahah) dibandingkan penyertaan modal
(mudharabah). Adanya batasan-batasan yang bisa dilakukan untuk
mengoptimalkan pembiayaan mudharabah ini antara lain; keharusan
adanya garansi (jaminan) atau anggunan berupa fixed asset dan
91
menetapkan rasio maksimal bianya operasional serta pembagian
keuntungan berdasarkan proft and loss sharing.
Setelah melakukan pengukuran risiko dan return deposito
mudharabah BUS dan UUS selama kurun waktu 2011-2016 dengan
menggunakan metode VaR dan RAROC kemudian menjelaskan hasil dari
pengukuran risiko dan return yang diperoleh tersebut. Hal yang dilakukan
selanjutnya adalah membuat analisis mengenai hasil pengukuran dan
membahasnya melalui sudut pandang penulis.
Dari penjelasan sebelumnya telah dilakukan perbandingan risiko
antara deposito mudharabah 1 bulan. 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.
Diketahui dari perbandingan tersebut bahwa risiko yang paling besar
terdapat pada deposito 6 bulan sebesar 0,067%, kemudian setelahnya
adalah deposito 1 bulan sebesar 0,066%, kemudian deposito 12 bulan
0,055%, dan risiko terendah adalah deposito 3 bulan sebesar 0,050%.
Risiko terendah yang terdapat pada deposito 3 bulan menunjukkan bahwa
perubahan imbal hasil yang ditawarkan BUS dan UUS pada deposito
tersebut lebih stabil.
Pada dasarnya nasabah cenderung memilih deposito jangka pendek
ketika kondisi perekonomian kurang baik, karena akan terjadi perubahan
terhadap equivalent rate yang ditawarkan bank syariah, sehingga nasabah
bisa memutuskan akan tetap berinvestasi pada deposito mudharabah bank
syariah atau beralih pada instrumen investasi lainnya. Pada penelitian ini
diketahui data deposito 6 bulan dilihat dari equivalent rate cenderung
mengalami ketidak stabilan dengan melakukan pergerakan return yang
sering berubah-ubah secara signifikan. Tetapi besaran dana yang
ditampung oleh bank syariah pada deposito 1 bulan lebih besar
dibandingkan dengan deposito berjangka lainnya dengan presentase
sebesar 70,8% dari seluruh total dana deposito mudharabah BUS dan
UUS. Hal ini menandakan perilaku hati-hati masyarakat dalam
berinvestasi, sehingga memilih jangka pendek.
92
Dari segi VaR (zero) dimana angka positif menunjukkan terdapat
kerugian investasi deposito mudharabah di bank syariah, dikarenakan VaR
(mean) lebih besar dari rata-rata nilai expected return. Sedangkan nilai
VaR (zero) negatif menandakan terdapat potensi profitabilitas investasi
deposito mudharabah di bank syariah, dimana VaR (mean) lebih kecil dari
rata-rata nilai expected return. Dalam penelitian ini seluruh nilai VaR
(zero) menghasilkan nilai negatif, berarti investasi di BUS dan UUS
termasuk dalam kategori aman dan mengasilkan keuntungan.
Perhitungan menggunakan RAROC untuk mengetahui risiko bank
syariah dalam menyalurkan pembiayaan dan untuk mengetahui apakah
terdapat ancaman risiko yang akan menggerus modal bank. Dalam
penelitian ini bobot RAROC mencerminkan adanya ketidak efisienan dan
tingkat output yang kurang optimal disebabkan oleh rasio RAR lebih kecil
dari pada RC. Dalam pengukuran RAR mempertimbangkan selisih antara
rata-rata keuntungan dengan rata-rata kerugian (EL), estimasi yang muncul
dari variabel RAR dapat diartikan, jika nilai RAR positif dan signifikan
berarti terdapat profitabilitas dimana total keuntungan lebih besar dari total
kerugian. Jika nilai RAR negatif berarti terdapat risiko kerugian dimana
total keuntungan lebih kecil daripada rata-rata kerugian (EL).
Dalam penelitian ini nilai RAR menunjukkan angka negatif, dapat
diartikan bahwa terdapat potensi kerugian yang dialami oleh bank, nilai
RAR sempat menurun ditahun 2012 dan kembali meningkat signifikan di
tahun 2014 dan terus meningkat hingga tahun 2016. Peningkatan nilai
pada tahun tersebut disebabkan oleh krisis keuangan global yang berakibat
pada lesunya keuangan Indonesia dan berakibat pada menurunnya kinerja
perbankan syariah.
Dalam pengukuran RC merupakan selisih antara rata-rata kerugian
terburuk atau maksimum (WL) dengan rata-rata kerugian (EL).
Perhitungan RC dalam penelitian ini mencerminkan adanya penaksiran
atau estimasi kerugian alokasi modal bank syariah terhadap risiko
pembiayaan. Hasil analisis RC menunjukkan bahwa expected loss (rata-
93
rata) NPF terus mengalami peningkatan selama periode 2011-2016.
Artinya modal BUS dan UUS yang sudah disesuaikan dengan besarnya
risiko mengalami potensi peningkatan kerugian.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan diatas mengenai
risiko investasi deposito mudharabah setelah diukur menggunakan Value
at Risk (VaR) dan pengembalian hasil Bank Umum Syariah (BUS) dan
Unit Usaha Syariah (UUS) setelah diukur dengan pendekatan Risk
Adjusted Return on Capital (RAROC), dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan perhitungan Value at Risk (VaR) deposito yang memiliki
tingkat risiko terendah adalah deposito berjangka 3 bulan, dengan nilai
VaR (mean) sebesar 0.033% dan VaR (zero) sebesar -0.032%, disusul
dengan deposito 12 bulan nilai VaR (mean) sebesar 0,037% dan nilai
VaR (zero) sebesar -0,031%. Kemudian deposito 6 bulan VaR (mean)
sebesar 0,045% dan VaR (zero) sebesar -0,041%, dan deposito yang
memiliki tingkat risiko tertinggi adalah deposito 1 bulan dengan nilai
VaR (mean) sebesar 0.045% dan VaR (zero) sebesar -0.039%.
Diindikasikan bahwa investasi jangka pendek menggunakan deposito
mudharabah lebih berisiko dibandingkan dengan investasi jangka
panjang, hal ini ditandai dengan tingkat perubahan return bulanan
secara fluktuatif yang bersifat signifikan. Tetapi nasabah lebih memilih
investasi jangka pendek pada deposito muharabah ditandai dengan
jumlah dana deposito 1 bulan yang mencapai 70% dari seluruh total
dana deposito mudharabah yang dikelola bank syariah. Hal ini
menandakan perilaku kehati-hatian masyarakat dalam berinvestasi di
lembaga keuangan. Berinvestasi pada deposito mudharabah BUS dan
UUS cenderung aman dan menguntungkan.
2. Analisa Risk Adjusted Return on Capital (RAROC) menggambarkan
tingkat pendapatan yang diperoleh bank syariah yang telah disesuaikan
dengan risiko yang akan terjadi, hal tersebut menunjukkan pendapatan
95
yang didapat bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS)
belum dapat menutupi kemungkinan potensi kerugian yang akan
terjadi. Hasil RAROC menunjukkan angka berikut tiap tahunnya -0,70;
-0,20, -0,34, -3,10, 17,87, dan 9,85. Nilai RAR menunjukkan angka
negatif secara keseluruhan yang menandakan risiko tersebut berpotensi
menggerus modal bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah
(UUS).
B. Saran
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan, beberapa saran yang penulis
berikan antara lain:
1. Pertama, agar bank syariah di Indonesia menggunakan sistem profit
sharing dalam mekanisme bagi hasilnya, untuk mengurangi risiko
yang akan ditanggung oleh bank dalam mengelola dananya, walaupun
akan berakibat pada kurangnya minat masyarakat dalam menggunakan
bank syariah, tapi hal tersebut lebih baik dilakukan untuk terciptanya
sistem keuangan murni syariah. Kedua, agar pihak bank
memperhatikan tingkat perubahan equivalent rate yang berimbas pada
return, agar lebih kompetitif dan stabil dengan lembaga keuangan
lainnya, terutama pada deposito jangka pendek sehingga nasabah tidak
berpindah ke lembaga lain. Juga terus meningkatkan kualitas
manajemen risiko sehingga dapat mengantisipasi segala risiko-risiko
yang akan muncul dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
2. Untuk nasabah dan masyarakat agar mencoba menggunakan metode
Value at Risk (VaR) dan Risk Adjusted Return on Capital sebelum
menginvestasikan dananya pada bank syariah, agar dapat diketahui
seberapa besar risiko investasi yang akan dihadapi dan dapat melihat
imbal hasil yang sudah disesuaikan denga risiko pada lembaga yang
ditempatkan dananya.
96
3. Peneliti selanjutnya agar menggunakan metode penelitian lainnya yang
sesuai untuk melihat risiko yang ada pada produk-produk yang
terdapat pada bank syariah atau lembaga keuangan lainnya.
97
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
A.Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi ke-5.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013.
Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga
Kontemporer, Cet. Kedua. Jakarta : Granada Press, 2007.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan.
Jakarta: Bank Indonesia dan Tazkia Institut, 1999.
Aziz, Abdul. Manajemen Investasi Syari'ah. Bandung : Alfabeta, 2010
Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2008.
Burhanuddin. S. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010.
Huda, Nuril. Investasi pada Pasar Modal Syariah, ed. Revisi. Jakarta: Kencana,
2008.
Ismail, Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah, Edisi Pertama,
Cetakan ke-2. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Jorion, Philippe. Financial Risk Manager Handbook. New York: McGraw Hill,
2007.
Jorion, Philippe. Value at Risk: The New Benchmarking for Managing Financial
Risk. ed.3. New York: McGraw Hill, 2007.
Khan, Tariqullah dan Habib Ahmed. Manajemen Risiko Lembaga Keuangan
Syariah. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Kuncoro, Mudrajad. Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan
Ekonomi, Cet.2. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004.
Mardalis. Metode Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi
Aksara, 2007.
Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
98
Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif.
Jakarta : Rajawali Press, 2008
N. Idroes, Ferry. Manajemen Risiko Perbankan Syariah: Pemahaman Pendekatan
3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya
di Indonesia, Cet.ke-2. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011.
Rivai, Veithzal, dkk. Bank and Financial Instituation Management Conventional
and Sharia System, Edisi ke-1. Jakarta: PT Raja Gafindo Persada, 2007.
Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Zikrul
Hakim, 2008.
Siahaan, Hinsa, Manajemen Risiko : Konsep, Kasus, dan Implementasi. Jakarta:
PT. Gramedia, 2007
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi ke-5. Jakarta: Lembaga
Penerbit FEUI, 2005.
Sunaryo T. Manajemen Risiko Finansial. Jakarta: Salemba Empat, 2007
Suprayitno, Eko. Ekonomi Mikro Perspektif Islam. Malang: UIN-Malang Press,
2008
Umam, Khaerul, Manajemen Perbankan Syariah. Jakarta: Pustaka Setia, 2013
Wangsawidjaya, Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka, 2012
Winaryo, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Edisi 3, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011
Yin, Robert K. Studi Kasus Design dan Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2007
99
JURNAL DAN SKRIPSI
Anggun Pratiwi, Watini. Analisa Value at Risk Pada Saham Syariah dan Non-
Syariah dengan Model EWMA dan GARCH (Studi Kasus pada BEI Periode
2009-2011). Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2012
Dorian, Lisa. Understansing Risk Mitigation. Industry Insight A Newsletter for
CAs in Industry. Publish by the Institute of Chartered Accountants of British
Columbia.Februari 2011.
Prabowo, Yudha. Analisis Risiko dan Pengembalian pada Perbankan Syariah:
Aplikasi Metode VaR dan RAROC pada Bank Syariah Mandiri. La_Riba
Jurnal Ekonomi Islam, Vol.III No. 1, Juli 2009
Rizal, Romi Agung. Analisis Rate of Return Risk Deposito Mudharabah pada
Bank Mega Syariah, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014.
WEBSITE
www.ojk.go.id
www.bi.go.id
Suryomurti, Wiku. Konsep Risiko dalam Islam. Artikel diakses pada tanggal 22
Maret 2016 dari http://www.wikusuryomurti.com/konsep-risiko-dalam-
islam/
Siregar, Mulya. BI Siap Keluarkan Aturan Manajemen Risiko Bank Syariah.
Artikel diakses pada 18 Maret 2016 dari
http://finance.detik.com/read/2011/09/18/110835/1724879/5/bi-siap-
keluarkan-aturan-manajemen-risiko-bank-syariah
Lampiran 9 : Data Return Deposito Mudharabah BUS dan UUS
No Bulan/
Tahun
LN (Pt/ (Pt-1)) Deposito Mudharabah
1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 12 Bulan
1 Jan-11 - - - -
2 Feb-11 -0.14 -0.07 -0.02 -0.05
3 Mar-11 0.17 0.09 0.01 0.03
4 Apr-11 0.01 0.01 0.01 0.02
5 May-11 0.00 -0.01 -0.05 0.03
6 Jun-11 -0.01 0.02 0.07 -0.08
7 Jul-11 0.01 -0.02 -0.36 -0.01
8 Aug-11 -0.05 0.00 -0.09 0.01
9 Sep-11 0.17 0.32 0.49 0.12
10 Oct-11 0.05 0.02 -0.05 -0.06
11 Nov-11 -0.05 -0.05 -0.04 0.00
12 Dec-11 -0.03 -0.13 0.29 -0.09
13 Jan-12 -0.01 -0.04 -0.01 0.03
14 Feb-12 -0.03 -0.02 -0.27 0.18
15 Mar-12 -0.03 -0.04 0.03 -0.20
16 Apr-12 0.03 0.03 -0.09 -0.01
17 May-12 -0.01 -0.01 0.06 0.02
18 Jun-12 -0.02 -0.05 0.00 -0.01
19 Jul-12 -0.12 -0.13 -0.05 0.00
20 Aug-12 0.03 -0.02 -0.01 -0.03
21 Sep-12 -0.01 -0.02 0.00 0.00
22 Oct-12 0.02 0.02 0.06 -0.02
23 Nov-12 -0.04 0.02 0.01 0.00
24 Dec-12 0.03 0.03 0.01 0.02
25 Jan-13 -0.02 -0.02 -0.01 0.00
26 Feb-13 -0.08 0.01 -0.01 0.05
27 Mar-13 -0.16 -0.12 -0.04 -0.03
28 Apr-13 -0.34 -0.13 -0.09 -0.20
29 May-13 0.35 0.02 0.03 0.16
30 Jun-13 0.01 0.00 0.00 0.01
31 Jul-13 0.04 0.10 0.05 -0.07
32 Aug-13 0.01 0.01 0.01 0.00
33 Sep-13 -0.04 -0.11 -0.05 -0.01
34 Oct-13 0.02 0.00 0.00 0.01
35 Nov-13 -0.06 0.06 -0.02 -0.06
36 Dec-13 0.36 -0.01 -0.12 -0.11
37 Jan-14 -0.21 0.16 0.11 0.22
38 Feb-14 -0.01 0.05 0.02 0.02
39 Mar-14 0.06 0.00 -0.09 -0.21
40 Apr-14 0.08 -0.03 0.07 0.31
41 May-14 0.17 0.19 0.19 0.05
42 Jun-14 0.03 0.02 0.00 0.05
43 Jul-14 -0.06 -0.08 -0.01 -0.06
44 Aug-14 0.14 0.18 0.08 0.06
45 Sep-14 0.03 0.01 0.06 0.02
46 Oct-14 0.07 0.08 0.07 0.02
47 Nov-14 -0.12 -0.12 -0.11 -0.08
48 Dec-14 0.04 0.04 0.04 0.04
49 Jan-15 -0.06 -0.04 -0.13 -0.07
50 Feb-15 0.03 0.03 0.06 0.03
51 Mar-15 0.00 0.00 0.01 0.00
52 Apr-15 -0.03 -0.02 -0.03 -0.02
53 May-15 0.04 0.04 0.08 0.02
54 Jun-15 -0.05 -0.06 -0.06 -0.06
55 Jul-15 0.00 0.00 -0.01 -0.02
56 Aug-15 -0.01 0.00 -0.03 -0.03
57 Sep-15 -0.02 -0.03 -0.02 0.02
58 Oct-15 -0.02 -0.01 -0.05 0.00
59 Nov-15 -0.01 -0.01 -0.02 0.01
60 Dec-15 0.04 0.04 0.03 0.04
61 Jan-16 -0.05 -0.04 -0.08 -0.03
62 Feb-16 -0.05 -0.07 -0.01 -0.02
63 Mar-16 -0.02 -0.03 0.01 -0.01
64 Apr-16 -0.01 -0.02 0.02 0.01
65 May-16 -0.05 -0.05 -0.07 -0.04
66 Jun-16 0.04 0.04 0.06 0.01
67 Jul-16 -0.05 -0.04 -0.07 -0.06
68 Aug-16 -0.02 -0.02 -0.01 -0.01
69 Sep-16 -0.01 -0.01 0.00 -0.01
70 Oct-16 -0.05 -0.03 -0.05 -0.08
71 Nov-16 0.06 0.06 0.09 0.07
72 Dec-16 0.01 -0.01 0.04 0.04
MEAN -0.02% -0.02% -0.08% -0.28%
Lampiran 10 : Data NPF Deposito Mudharabah BUS dan UUS
No Bulan/Tahun Jumlah
NPF
Persentase
NPF
1 Jan-11 2288 3.28
2 Feb-11 2615 3.66
3 Mar-11 2675 3.6
4 Apr-11 2869 3.79
5 May-11 2955 3.76
6 Jun-11 2937 3.55
7 Jul-11 3168 3.75
8 Aug-11 3198 3.53
9 Sep-11 3253 3.5
10 Oct-11 3102 3.11
11 Nov-11 2725 2.74
12 Dec-11 2588 2.52
13 Jan-12 2722 2.68
14 Feb-12 2930 2.82
15 Mar-12 3011 2.76
16 Apr-12 3098 2.85
17 May-12 3304 2.93
18 Jun-12 3384 2.88
19 Jul-12 3533 2.92
20 Aug-12 3468 2.78
21 Sep-12 3575 2.74
22 Oct-12 3499 2.58
23 Nov-12 3506 2.5
24 Dec-12 3269 2.22
25 Jan-13 3725 2.49
26 Feb-13 4197 2.72
27 Mar-13 4434 2.75
28 Apr-13 4664 2.85
29 May-13 4883 2.92
30 Jun-13 4518 2.64
31 Jul-13 4798 2.75
32 Aug-13 5249 3.01
33 Sep-13 4962 2.8
34 Oct-13 5302 2.96
35 Nov-13 5561 3.08
36 Dec-13 4828 2.62
37 Jan-14 5455 3.01
38 Feb-14 6425 3.53
39 Mar-14 5953 3.22
40 Apr-14 6554 3.49
41 May-14 7624 4.02
42 Jun-14 7542 3.9
43 Jul-14 8354 4.3
44 Aug-14 8890 4.58
45 Sep-14 9175 4.67
46 Oct-14 9341 4.75
47 Nov-14 9641 4.86
48 Dec-14 8632 4.33
49 Jan-15 9608 4.87
50 Feb-15 10081 5.10
51 Mar-15 9650 4.81
52 Apr-15 9312 4.62
53 May-15 9707 4.76
54 Jun-15 9755 4.73
55 Jul-15 10010 4.89
56 Aug-15 10007 4.86
57 Sep-15 9851 4.73
58 Oct-15 9852 4.74
59 Nov-15 9752 4.66
60 Dec-15 9248 4.34
61 Jan-16 10264 4.86
62 Feb-16 10477 4.95
63 Mar-16 10439 4.89
64 Apr-16 10439 4.89
65 May-16 12072 5.54
66 Jun-16 11228 5.05
67 Jul-16 10580 4.81
68 Aug-16 10899 4.94
69 Sep-16 10139 4.31
70 Oct-16 10423 4.40
71 Nov-16 10312 4.29
72 Dec-16 10298 4.15
Lampiran 11 : Tabel Net Profit
No Tanggal Total Revenue Total Cost
Laba/Rugi
Sebelum
Pajak
1 Jan-11 1,146 965 181
2 Feb-11 2,144 1,854 289
3 Mar-11 3,369 2,888 481
4 Apr-11 4,565 3,941 623
5 May-11 5,723 4,960 762
6 Jun-11 6,930 5,998 931
7 Jul-11 8,149 7,035 1,113
8 Aug-11 9,395 8,131 1,263
9 Sep-11 10,728 9,290 1,437
10 Oct-11 12,075 10,488 1,587
11 Nov-11 13,613 11,803 1,809
12 Dec-11 15,412 13,375 1,786
13 Jan-12 1,704 1,540 163
14 Feb-12 2,654 2,223 432
15 Mar-12 3,968 3,297 671
16 Apr-12 5,240 4,366 873
17 May-12 6,670 5,453 1,217
18 Jun-12 8,071 6,554 1,516
19 Jul-12 9,453 7,670 1,783
20 Aug-12 10,885 8,835 2,049
21 Sep-12 12,361 9,993 2,367
22 Oct-12 13,967 11,248 2,719
23 Nov-12 15,598 12,591 3,007
24 Dec-12 17,613 14,190 2,971
25 Jan-13 1,713 1,307 405
26 Feb-13 3,411 2,665 746
27 Mar-13 5,431 4,238 1,192
28 Apr-13 7,347 5,803 1,544
29 May-13 9,077 7,309 1,768
30 Jun-13 11,583 9,411 2,171
31 Jul-13 13,830 11,369 2,461
32 Aug-13 16,964 14,138 2,826
33 Sep-13 19,527 16,279 3,247
34 Oct-13 22,046 18,579 3,466
35 Nov-13 24,422 20,549 3,871
36 Dec-13 27,207 22,843 3,808
37 Jan-14 2,420 2,102 318
38 Feb-14 5,305 4,745 560
39 Mar-14 7,888 7,483 947
40 Apr-14 10,583 9,374 1,208
41 May-14 10,549 9,382 1,167
42 Jun-14 11,772 10,386 1,386
43 Jul-14 12,900 11,393 1,507
44 Aug-14 15,219 13,689 1,530
45 Sep-14 16,306 14,503 1,803
46 Oct-14 19,178 17,545 1,633
47 Nov-14 22,319 20,283 2,036
48 Dec-14 24,712 22,663 2,049
49 Jan-15 2,335 1,715 252
50 Feb-15 4,248 3,155 473
51 Mar-15 7,154 5,660 747
52 Apr-15 10,627 8,713 961
53 May-15 12,838 10,420 1,210
54 Jun-15 13,685 11,053 1,194
55 Jul-15 16,245 13,161 1,425
56 Aug-15 18,147 14,629 1,620
57 Sep-15 19,382 15,287 1,944
58 Oct-15 21,297 16,717 2,163
59 Nov-15 24,703 19,617 2,375
60 Dec-15 27,267 22,011 2,301
61 Jan-16 3,695 3,372 311
62 Feb-16 4,729 4,116 595
63 Mar-16 7,552 6,611 923
64 Apr-16 9,800 8,704 1,072
65 May-16 12,616 11,770 851
66 Jun-16 15,550 13,909 1,649
67 Jul-16 18,172 16,361 1,841
68 Aug-16 20,537 18,640 1,944
69 Sep-16 23,563 21,240 2,365
70 Oct-16 27,407 24,964 2,498
71 Nov-16 30,330 27,188 3,194
72 Dec-16 32,114 29,308 2,949
Rata-
rata 12,599 10,765 1,563
Lampiran 12 : Tabel Expected Loss
No Periode Kurang
Lancar Diragukan Macet Expected
Loss
1 Jan-11 120 181 1,130 1,430
2 Feb-11 153 191 1,213 1,557
3 Mar-11 160 180 1,252 1,591
4 Apr-11 161 210 1,377 1,747
5 May-11 158 212 1,480 1,850
6 Jun-11 155 198 1,510 1,863
7 Jul-11 167 232 1,589 1,988
8 Aug-11 162 233 1,655 2,049
9 Sep-11 221 174 1,432 1,827
10 Oct-11 205 140 1,368 1,713
11 Nov-11 158 155 1,361 1,674
12 Dec-11 161 149 1,216 1,526
13 Jan-12 147 244 1,252 1,643
14 Feb-12 121 370 1,384 1,874
15 Mar-12 126 373 1,424 1,923
16 Apr-12 136 303 1,586 2,025
17 May-12 146 305 1,721 2,172
18 Jun-12 188 278 1,579 2,044
19 Jul-12 201 299 1,596 2,096
20 Aug-12 196 296 1,569 2,061
21 Sep-12 198 369 1,519 2,086
22 Oct-12 183 384 1,515 2,081
23 Nov-12 173 370 1,615 2,157
24 Dec-12 147 268 1,753 2,168
25 Jan-13 191 298 1,857 2,346
26 Feb-13 203 358 2,127 2,688
27 Mar-13 203 314 2,450 2,967
28 Apr-13 221 357 2,478 3,055
29 May-13 249 370 2,480 3,099
30 Jun-13 208 365 2,403 2,976
31 Jul-13 247 406 2,339 2,992
32 Aug-13 284 401 2,554 3,239
33 Sep-13 224 450 2,569 3,243
34 Oct-13 218 463 2,924 3,605
35 Nov-13 213 570 3,000 3,783
36 Dec-13 203 370 2,735 3,307
37 Jan-14 262 381 2,948 3,590
38 Feb-14 312 549 3,249 4,110
39 Mar-14 264 398 3,395 4,057
40 Apr-14 306 518 3,480 4,303
41 May-14 399 623 3,718 4,740
42 Jun-14 385 644 3,688 4,717
43 Jul-14 455 719 3,882 5,056
44 Aug-14 422 931 4,218 5,570
45 Sep-14 394 1,226 4,095 5,715
46 Oct-14 419 867 4,812 6,098
47 Nov-14 392 834 5,363 6,589
48 Dec-14 370 855 4,465 5,690
49 Jan-15 411 944 5,173 6,528
50 Feb-15 428 979 5,466 6,872
51 Mar-15 413 976 5,133 6,522
52 Apr-15 400 851 5,112 6,363
53 May-15 452 872 5,166 6,490
54 Jun-15 438 726 5,601 6,765
55 Jul-15 393 927 5,754 7,074
56 Aug-15 366 950 5,884 7,200
57 Sep-15 337 805 6,207 7,349
58 Oct-15 334 535 6,825 7,693
59 Nov-15 356 481 6,634 7,471
60 Dec-15 363 462 6,132 6,957
61 Jan-16 448 498 6553 7,499
62 Feb-16 423 609 6717 7,749
63 Mar-16 430 652 6537 7,618
64 Apr-16 429 607 6789 7,824
65 May-16 544 700 7267 8,511
66 Jun-16 470 642 7030 8,142
67 Jul-16 357 682 7058 8,097
68 Aug-16 398 776 6915 8,089
69 Sep-16 333 653 6831 7,817
70 Oct-16 366 566 7065 7,997
71 Nov-16 301 732 7062 8,094
72 Dec-16 452 663 6187 7,302
Lampiran 14 : Hasil Worst Case Loss
No Periode Total
Pembiayaan Worst Case Loss
1 Jan-11 69,724 2,259
2 Feb-11 71,449 2,315
3 Mar-11 74,253 2,405
4 Apr-11 75,726 2,453
5 May-11 78,619 2,547
6 Jun-11 82,616 2,676
7 Jul-11 84,556 2,739
8 Aug-11 90,540 2,933
9 Sep-11 92,839 3,008
10 Oct-11 96,805 3,136
11 Nov-11 99,427 3,221
12 Dec-11 102,655 3,326
13 Jan-12 101,689 3,294
14 Feb-12 103,713 3,360
15 Mar-12 109,116 3,535
16 Apr-12 108,767 3,524
17 May-12 112,844 3,656
18 Jun-12 117,592 3,810
19 Jul-12 120,910 3,917
20 Aug-12 124,946 4,048
21 Sep-12 130,357 4,223
22 Oct-12 135,581 4,392
23 Nov-12 140,318 4,546
24 Dec-12 147,505 4,779
25 Jan-13 149,672 4,849
26 Feb-13 154,072 4,991
27 Mar-13 161,080 5,218
28 Apr-13 163,407 5,294
29 May-13 167,259 5,419
30 Jun-13 171,227 5,547
31 Jul-13 174,486 5,653
32 Aug-13 174,537 5,654
33 Sep-13 177,320 5,744
34 Oct-13 179,284 5,808
35 Nov-13 180,830 5,858
36 Dec-13 184,120 5,965
37 Jan-14 181,398 5,877
38 Feb-14 181,772 5,889
39 Mar-14 184,964 5,992
40 Apr-14 187,885 6,087
41 May-14 189,690 6,145
42 Jun-14 193,136 6,257
43 Jul-14 194,079 6,287
44 Aug-14 193,983 6,284
45 Sep-14 196,563 6,368
46 Oct-14 196,491 6,366
47 Nov-14 198,376 6,427
48 Dec-14 199,330 6,457
49 Jan-15 197,279 6,391
50 Feb-15 197,543 6,400
51 Mar-15 200,712 6,502
52 Apr-15 201,526 6,529
53 May-15 203,894 6,605
54 Jun-15 206,056 6,675
55 Jul-15 204,843 6,636
56 Aug-15 205,874 6,669
57 Sep-15 208,143 6,743
58 Oct-15 207,768 6,731
59 Nov-15 209,124 6,775
60 Dec-15 212,996 6,900
61 Jan-16 211221 6843
62 Feb-16 211571 6854
63 Mar-16 213482 6916
64 Apr-16 213482 6916
65 May-16 217858 7058
66 Jun-16 222175 7198
67 Jul-16 220143 7132
68 Aug-16 220452 7142
69 Sep-16 235005 7613
70 Oct-16 237024 7679
71 Nov-16 240381 7787
72 Dec-16 248007 8034