analisis potensi ekonomi dan penyusunan grand strategy

16
Aset, September 2011, hal. 123-138 Vol. 13 No. 2 ISSN 1693-928X Analisis Potensi Ekonomi dan Penyusunan Grand Strategy Investasi di Kota Semarang HARDIWINOTO Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang Jl. Kedungmundu Raya No. 18 Semarang email : [email protected] Diterima 6 Februari 2011; disetujui 8 Juni 2011 Abstract: This study aimed to analyze the economic potential and preparation of the grand strategy of investing in the city of Semarang. Analytical methods used were AHP (Analytical Hierarchy Process) and SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). The Data was obtained by conducting in-depth interviews on stakeholders, and then conducted focus group discussions (FGD). Besides using AHP and SWOT analysis as well as the FGDs also conducted a study visit to the city of Surabaya. The study recommends that the city of Semarang needs to be developed center of trade and means of promotion. Keywords: grand strategy, investasi, potensi ekonomi, perdagangan dan jasa PENDAHULUAN Sudah menjadi keyakinan umum bahwa pendorong pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Dengan adanya investasi berarti akan menambah kapasitas produksi sehingga akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang memiliki multiplier effect dan dapat menciptakan growth accelerator. Investasi yang ditanamkan mampu menarik investasi berikutnya sehingga menghasilkan tambahan berganda pada hasil produksi dan pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat akan menambah kemampuan daya beli ( aggregate demand ), kemudian peningkatan daya beli masyarakat akan meningkatkan produksi dan investasi. Namun demikian investasi yang terarah, yaitu terkoordinasi dan terencana dengan memperhatikan hubungan antara wilayah, lokasi industri, pem- bangunan infrastruktur, sehingga tidak terjadi benturan dalam implementasi. Oleh karena itu pemerintah sebagai pemangku kebijakan dituntut untuk membuat kebijakan yang mengarah pada peningkatan daya saing investasi. Artinya bahwa perlu dibuat penyusunan grand strategy investasi di kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk: a. Menganalisa potensi ekonomi dan kendala dalam rangka meningkatkan investasi di Kota Semarang. b. Merumuskan strategi pengembangan investasi di Kota Semarang. c. Merumuskan rekomendasi kebijakan investasi di Kota Semarang. Diharapkan Penelitian ini bermanfaat untuk: a. Membantu pemerintah kota Semarang dalam penyediaan gambaran potensi dan kendala ekonomi dalam kaitan peningkatan investasi di Kota Semarang. b. Membantu pemerintah kota Semarang dalam merumuskan model pengembangan investasi pada sektor-sektor yang menjadi prioritas di Kota Semarang. c. Membantu pemerintah kota Semarang dalam merumuskan model kemitraan pemerintah Kota Semarang dengan investor yang memiliki keber-

Upload: others

Post on 26-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Aset, September 2011, hal. 123-138 Vol. 13 No. 2ISSN 1693-928X

Analisis Potensi Ekonomi dan Penyusunan Grand StrategyInvestasi di Kota Semarang

HARDIWINOTO

Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah SemarangJl. Kedungmundu Raya No. 18 Semarang

email : [email protected]

Diterima 6 Februari 2011; disetujui 8 Juni 2011

Abstract: This study aimed to analyze the economic potential and preparation of thegrand strategy of investing in the city of Semarang. Analytical methods used were AHP(Analytical Hierarchy Process) and SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat).The Data was obtained by conducting in-depth interviews on stakeholders, and thenconducted focus group discussions (FGD). Besides using AHP and SWOT analysis aswell as the FGDs also conducted a study visit to the city of Surabaya. The studyrecommends that the city of Semarang needs to be developed center of trade and meansof promotion.

Keywords: grand strategy, investasi, potensi ekonomi, perdagangan dan jasa

PENDAHULUAN

Sudah menjadi keyakinan umum bahwapendorong pertumbuhan ekonomi adalah investasi.Dengan adanya investasi berarti akan menambahkapasitas produksi sehingga akan meningkatkanlaju pertumbuhan ekonomi yang memiliki multipliereffect dan dapat menciptakan growth accelerator.Investasi yang ditanamkan mampu menarik investasiberikutnya sehingga menghasilkan tambahanberganda pada hasil produksi dan pendapatanmasyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakatakan menambah kemampuan daya beli (aggregatedemand), kemudian peningkatan daya belimasyarakat akan meningkatkan produksi daninvestasi.

Namun demikian investasi yang terarah, yaituterkoordinasi dan terencana dengan memperhatikanhubungan antara wilayah, lokasi industri, pem-bangunan infrastruktur, sehingga tidak terjadibenturan dalam implementasi. Oleh karena itupemerintah sebagai pemangku kebijakan dituntutuntuk membuat kebijakan yang mengarah pada

peningkatan daya saing investasi. Artinya bahwaperlu dibuat penyusunan grand strategy investasidi kota Semarang.Penelitian ini bertujuan untuk:a. Menganalisa potensi ekonomi dan kendala

dalam rangka meningkatkan investasi di KotaSemarang.

b. Merumuskan strategi pengembangan investasidi Kota Semarang.

c. Merumuskan rekomendasi kebijakan investasidi Kota Semarang.

Diharapkan Penelitian ini bermanfaat untuk:a. Membantu pemerintah kota Semarang dalam

penyediaan gambaran potensi dan kendalaekonomi dalam kaitan peningkatan investasi diKota Semarang.

b. Membantu pemerintah kota Semarang dalammerumuskan model pengembangan investasipada sektor-sektor yang menjadi prioritas diKota Semarang.

c. Membantu pemerintah kota Semarang dalammerumuskan model kemitraan pemerintah KotaSemarang dengan investor yang memiliki keber-

124 HARDIWINOTO Aset

langsungan (sustainable).

TINJAUAN TEORITIS

Teori Pertumbuhan Ekonomi. MenurutKuznets (1969) pertumbuhan ekonomi adalahkenaikan kapasitas dalam jangka panjang darinegara yang bersangkutan untuk menyediakanberbagai barang ekonomi kepada penduduknya.Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan olehadanya kemajuan atau penyesuaian teknologi,institusional (kelembagaan), dan ideologi terhadapberbagai tuntutan keadaan yang ada. MenurutKuncoro (2003) menyatakan bahwa pendekatanpembangunan lebih memfokuskan pada pening-katan PDRB suatu provinsi, kabupaten, atau kota.Sedangkan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat daripertumbuhan angka PDRB (Produk DomestikRegional Bruto).

Sesuai dengan teori pusat pertumbuhan (TheGrowth Pole Theory) yang akan digunakan,pengembangan model perdagangan dan jasa diKota Semarang bahwa kegiatan penduduk yangterkonsentrasi pada suatu tempat, yang disebutdengan berbagai istilah seperti: kota, pusatperdagangan, pusat industri, pusat pertumbuhan,simpul distribusi, pusat permukiman, atau daerahmodal (Tarigan, 2004). Keuntungan bertempat didaerah terkonsentrasi adalah terciptanya skalaekonomis (economies of scale) dan economiesof agglomeration (economies of localization).Dikatakan economies of scale, karena dalamberproduksi sudah berdasarkan spesialisasi,sehingga produksi menjadi lebih besar dan biayaper unitnya menjadi lebih efisien. Economies ofagglomeration adalah keuntungan karena ditempattersebut terdapat berbagai keperluan dan fasilitasyang dapat digunakan untuk memperlancar kegiatanperusahaan, seperti: jasa perbankan, asuransi,perbengkelan, perusahaan listrik, perusahaan airbersih, tempat-tempat pelatihan keterampilan,media untuk mengiklankan produk, dan lainsebagainya.

Pembangunan Ekonomi Lokal. Pemba-ngunan ekonomi lokal dimaksudkan untukmenggambarkan proses dimana pemerintah daerahmaupun masyarakat mengorganisir aktifitas bisnismaupun lapangan kerja untuk tujuan bersama.

Pengembangan ekonomi lokal adalah pengemba-ngan ekonomi yang mendasarkan pada pendaya-gunaan sumberdaya manusia, sumberdaya alamdan sumberdaya kelembagaan lokal yang ada padasuatu masyarakat oleh masyarakat itu sendirimelalui pemerintah lokal maupun kelembagaanberbasis masyarakat yang ada.

Pengembangan ekonomi lokal dilakukan olehpara stakeholder (pemerintah, swasta danmasyarakat) dan menitikberatkan pada pening-katan daya saing, pertumbuhan ekonomi yangberkelanjutan, serta penciptaan lapangan kerja yangdirancang dan dilaksanakan secara spesifik untuksetiap komoditas atau wilayah, serta peran aktif atauinsiatif dari para stakeholder.

Konsep Pendekatan Investasi. Dilihat darikepentingan tersebut tujuan investasi dapat di-golongkan menjadi dua yaitu secara mikro danmakro. Secara mikro tujuan investasi dapat dilihatdari kepentingan investor, baik investasi secaralangsung maupun tidak langsung. Tujuan investordalam melakukan investasi lebih banyak didasar-kan kepada pertimbangan dan orientasi yangbersifat ekonomis seperti, antara lain: kesempatanberusaha untuk memperoleh keuntungan,menanamkan modal dengan harapan memperolehnilai tambah yang lebih besar dari modal yangditanamkan.

Tujuan investasi secara makro dapat dilihat darikepentingan pemerintah. Di dalam melaksanakanpembangunannya pemerintah tidak mungkin dapatmelaksanakan sendiri tanpa melibatkan masya-rakat luas, baik individu maupun pihak swastanasional maupun swasta asing. Demikian puladalam investasi untuk pembiayaan kegiatanpembangunan, pemerintah tidak akan mampumenyediakan dana investasi sendiri tanpa adaketerlibatan masyarakat. Oleh karena itupemerintah mengharapkan adanya investasi yangpada gilirannya akan dapat mewujudkankesejahteraan rakyat.

Mengacu pada berbagai pendekatan danmodel teoritis, strategi pengembangan investasidipilih dari beberapa bentuk strategi investasiberikut:a. Strategi pengembangan leading/key industryb. Strategi growth center melalui kawasan industri

terpadu

Vol. 13 No.2, 2011 Aset 125

c. Strategi pengembangan ancillary industryd. Strategi pengembangan kotae. Strategi pengembangan kehidupan lokal

(neighborhood)f. Strategi pengembangan fasilitas umum skala

besarg. Strategi pengembangan agropolitan dan

pertanian terpaduh. Strategi pengembangan perlindungan lingkungan

alamTeori Kelembagaan dan Jasa. Aspek

kelembagaan sangat penting terhadap pengemba-ngan ekonomi. Karena diperlukan untuk meng-koordinasikan semua sumberdaya yang tersedia dantersebar di dalam komunitas masyarakat menjadisatu kekuatan yang utuh yang mempunyaibargaining untuk menghadapi sistem pereko-nomian yang tidak kondusif bagi sebagian besarmasyarakat yang tergolong miskin. (Muslimin,2002). Kemudian Muslimin (2002:85) mengartikankelembagaan sebagai wadah dan norma, yaituseperangkat aturan, prosedur, norma, perilakuindividual dan sangat penting artinya bagipengembangan organisasi. Dradjat (2006:3)menyamakan kelembagaan sebagai organisasidibangun dengan mempertimbangkan tujuh prinsipdasar, sebagai berikut:1. Prinsip kebutuhan, kelembagaan yang dibangun

dibutuhkan secara fungsional dalam setiapsubsistem komponen telah memenuhi kebutuhan.

2. Prinsip efektivitas, kelembagaan hanyalahGambar 1

Ragam Institusi

sebuah alat, bukan tujuan. Sebagai alat makaelemen kelembagaan yang dikembangkan disetiap subsistem haruslah efektif untuk upayapencapaian tujuan yang diinginkan.

3. Prisip efisiensi, penumbuhan elemen kelem-bagaan harus dipilih opsi yang paling efisien,yaitu yang relatif paling murah, mudah, dansederhana namun tetap mampu mendukungpencapaian tujuan.

4. Prinsip fleksibilitas, kelembagaan yang dikem-bangkan disesuaikan dengan sumberdaya yangtersedia dan budaya setempat.

5. Prinsip manfaat, kelembagaan yang dikembang-kan adalah yang mampu memberikan manfaatpaling besar bagi masyarakat.

6. Prinsip pemerataan, kelembagaan yangdikembangkan memberikan pembagian benefit(sharing system) secara proporsional kepadasetiap yang terlibat.

7. Prinsip keberlanjutan, kelembagaan yangdikembangkan sebagai jasa penunjang, yaitulembaga pemerintah daerah dan lembagakeuangan).Model Bisnis dan Ragam Kemitraan. Jika

berkaca dari keberhasilan sejumlah negara dalammengembangkan teknologi informasinya, makaterlihat selalu adanya kemitraan yang solid antaratiga unsur utama yaitu pemerintah, swasta, danperguruan tinggi. Hubungan ketiganya dapat dilihatpada gambar 1.

126 HARDIWINOTO Aset

Berdasarkan segitiga emas kemitraan tersebut,dapat dikembangkan sejumlah tipologi modelkemitraan. Tipologi yang dimaksud secara esensialterdiri dari tiga layer, masing-masing adalah sebagaiberikut:1. Layer Pertama adalah bentuk kemitraan antara

pemerintah dan kalangan industri swasta, dimanamasing-masing terdiri dari tiga jenis. Jenispertama adalah kewenangan yang diberikanpemerintah kepada satu atau sejumlahperusahaan untuk melakukan suatu aktivitastertentu. Jenis kedua adalah satu atau sejumlahindustri swasta yang melakukan investasi padabidang tertentu di domain wilayah sebuah institusipemerintah. Sementara jenis ketiga adalahkesepakatan antara pemerintah dan satu atausejumlah pihak swasta untuk melakukaninvestasi bersama.

2. Layer Kedua terdiri dari organisasi intermedi-ary yang menyediakan jasanya untuk melaku-kan eksekusi terhadap beragam aktivitasdimaksud. Tawaran jasa manajemen pengelola-an ini sifatnya adalah optional, artinya dapatdilibatkan maupun tidak, tergantung konteksprogram yang ada dan kesepakatan entitaspemerintah dan industri yang telah dijalin. Jenisorganisasi eksekutor ini dapat berupa per-usahaan komersial, NGO, yayasan, lembagapendidikan, atau bahkan institusi pemerintahanlainnya.

3 Layer Ketiga merupakan target akhir dariberagam kerjasa yang ada, yaitu masyarakatatau publik itu sendiri yang bersedia membayarpihak-pihak penyedia jasa melalui berbagaimekanisme, seperti : pajak, transaksi jasa, danlain-lain.

METODE

Desain Penelitian. Desain penelitian dalampenyusunan grand strategy investasi memilikiempat kegiatan utama yaitu:a. Identifikasi dan analisis data baik primer maupun

sekunder.b. Untuk mendapatkan kevalidan dan kenyakinan

atas data maka dilakukan konfirmasi denganmelakukan in-depth interview pada stakeholder.

c. Setelah melakukan in-depth interview padastake holder, kemudian diadakan focus groupdiscussion.

d. Untuk melakukan rumusan akhir perlu dilaku-kan pembandingan dan pembelajaran daridaerah lain dengan mekukan studi banding kekota lain.Metode Pengumpulan Data. Data sekunder

berupa potensi ekonomi, daya saing produk,infrastruktur, tata ruang, kelembagaan, ikon-ikonkota dan potensi investasi di kota Semarang yangdiperoleh dengan cara melakukan eksplorasi datadari Badan Pusat Statistik, Master-plan KotaSemarang, RPJM Kota semarang, dan beberapapenelitian pendahulu. Sedangkan data primerdilakukan survei lapangan tentang keadaaninfrstruktur kota, potensi pasar, simpul-simpulkeramaian kota, serta wawancara dengan stakeholder dan melakukan studi banding ke kota lain.

Metode Analisis Data. Metode analisismeng-gunakan AHP (Analytical HierarchyProcess) dan SWOT (Strength,Weakness,Opportunity, Threat). Proses Hierarki Analitik(AHP) adalah salah satu metode dalam pengambilankeputusan. Proses Hierarki Analitik (AHP)dikembangkan oleh Saaty (1993) digunakan untukmenemukan skala rasio baik dari perbandinganpasangan yang diskrit maupun yang kontinyu.Dalam menyelesaikan AHP perlu dipahami yaitudecom-position, comparative judgment,synthesis of priority, dan logical consistency.

Analisis SWOT di dalamnya terdapat MatriksInternal Factor Analysis Summay (IFAS) danMatriks Eksternal Factor Analysis Summary(EFAS). Analisis Matrik IE (Internal dan Eksternal)digunakan untuk memahami seluruh informasi yangterdapat pada suatu kasus yang sedang terjadi danmemutuskan tindakan apa yang harus segeradilakukan untuk memecahkan masalah. Dalampenelitian untuk menentukan strategi pengem-bangan investasi di kota Semarang. Untuk jelasnyadapat dilihat pada tabel 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Ekonomi. Untuk mengetahuipertumbuhan ekonomi kota Semarang dapat dilihatpada tabel 2.

Vol. 13 No.2, 2011 Aset 127

Tabel 2Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Tahun 2005-2009

Tahun Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi per Tahun (%)

2005 5,142006 5,712007 5,982008 5,592009 5,34

Sumber : BPS Semarang Dalam Angka diolah

Gambar 2Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

menurut sektor-sektor unggulan di Kota SemarangTahun 2005 – 2009

Sumber: BPS Kota Semarang, Data Diolah 2010

Tabel 1Kombinasi Strategi Matriks SWOT

Sumber: Rangkuti (2001)

OPPORTUNITIES(O)

THREATS (T)

STRENGTHS (S)

STRATEGI – SOMenciptakanStrategi yang menggunakan

Strength untukmemanfaatkanOpportunity

STRATEGI – STMenciptakanstrategi yang menggunakan

strength untuk mengatasi threat

WEAKNESSES (W)

STRATEGI –WOMenciptakanstrategi yang menanggulangi

weakness denganmemanfaatkanopprtunity

STRATEGI – WTMenciptakanstrategi yang memperkecil

weakness danmenghindari threat

128 HARDIWINOTO Aset

Indeks Perkembangan Produk DomestikRegional Bruto (PDRB) menurut sektor-sektorunggulan di Kota Semarang sesuai dengan visimisinya, yaitu: sektor perdagangan (besar daneceran), sektor industri pengolahan, dan sektorjasa-jasa menunjukkan peningkatan setiaptahunnya. Ini terlihat dari kontribusi ketiga sektortersebut dalam pembentukan Indeks ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2005 –2009.

Daya Saing Produk. Kota Semarang adalahkota dengan sektor industri pengolahan dan sektorindustri perdagangan besar. Menurut Strata Industridan Kecamatan di Kota Semarang Tahun 2008terdapat 377 industri, dengan rincian: 235 industrisedang dan 142 industri besar. Dari data tersebut,Kecamatan Genuk menjadi daerah dengan jumlahindustry terbanyak, yaitu: 91 industri sedang dan35 industri besar.

Produk unggulan di Kota Semarang selainmerupakan wujud dari karakteristik dan ragamproduk, juga merupakan media untuk berkomu-nikasi dengan dunia luar. Eksistensinya sangat layak

Tabel 3Banyaknya Perusahaan / Usaha Menurut Strata Industri dan Kecamatan

di Kota Semarang Tahun 2009

Sumber : BPS Semarang Dalam Angka 2010

untuk ditampilkan, bukan sekedar hanya sebagaiinformasi semata tapi merupakan etalase daerahkepada dunia yang menginformasikan berbagaiproduk unggulan daerah (PUD) dari industri/usahakecil dan menengah yang telah terseleksi di KotaSemarang yang mencakup 8 (delapan) komoditas/produk sebagaimana tercantum dalam KeputusanWalikota Semarang Nomor 510/104 tanggal 12Mei 2004 tentang Penetapan Produk UnggulanDaerah Kota Semarang yang dapat pada tabel 4.

Berdasarkan Penetapan Produk UnggulanDaerah Kota Semarang, maka dapat di ketahuijumlah pedagang atau pengusaha di KotaSemarang dengan rincian sebagai berikut:pedagang Budidaya Tanaman Anggrek/TanamanHias sebanyak 44, pedagang jamu sebanyak67, pedagang sapi perah/daging sebanyak 561,pengusaha pakaian jadi sebanyak 21, pengusahafurniture/kerajinan meubel sebanyak 63, pedagangikan hias sebanyak 90, pengusaha bandeng prestosebanyak 85, pengusaha ikan panggang/ikan asapsebanyak 137.

Vol. 13 No.2, 2011 Aset 129

Ikon Kota terkait Perdagangan dan Jasa.Kota Semarang mempunyai produk unggulan yangsudah dikenal banyak orang, seperti: bandengpresto, wingko babat, dan pusat oleh-oleh lainnyakhas Semarang. Kota Semarang juga telahmempunyai bangunan sebagai “Trade Mark” danidentitas khas Semarang, seperti: Tugu Muda,Lawang Sewu, Kawasan Kota Lama, Simpanglima, dst. Namun demikian ikon kota tidak hanyayang berupa bangunan bersejarah, juga pasar-pasaryang bersejarah, atau pusat-pusat perdaganganyang bersejarah. Dalam menjadikan Kota Semarang

Tabel 4Jumlah Pedagang / Pengusaha

Menurut Jenis Usaha di Kota Semarang Tahun 2010

Sumber: BPS Kota Semarang, Data Diolah 2010 Dinas Kelautan dan Perikanan, Data Diolah 2010

sebagai ikon kota perdagangan dan jasa, harusdimulai dari pembenahan serta revitalisasi per-pasaran di Kota Semarang, dan pusat-pusatperdagangan dan jasa yang telah menjadi ikon KotaSemarang.

Pasar Tradisional. Pasar tradisional di KotaSemarang keseluruhan sebanyak 67 buah dibagiberdasarkan skala pelayanan (kota, wilayah danlingkungan) sebagaimana tabel 5.

Pasar tradisional menjadi cikal bakalpertumbuhan investasi. Hal ini ditunjukkan bahwaawal mula perkembangan keramaian kota adalah

Tabel 5Penyebaran Pasar Tradisional di Kota Semarang Tahun 2010

Sumber : Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 2010

130 HARDIWINOTO Aset

pasar kremyeng, kemudian diformalkan olehpemerintah menjadi pasar pemerintah (pasartradisional), baru kemudian diikuti oleh perkem-bangan sektor lainnya.

Modern. Supermarket dan pasar modern diKota Semarang ada 23 buah dan minimarketberjumlah 244 tersebar di seluruh wilayahkecamatan yang ada di Kota Semarang, seba-gaimana dalam tabel 6.

Pasar modern biasanya keberadaannya lebihakhir, yaitu mengikuti perkembangan kota. Setelahterjadi keramaian kota yang terdapat kerumunanmasyarakat potensi berbelanja, kemudian dipicuoleh banyaknya perkantoran, pusat jasa dan saranahiburan. Sehingga pasar modern hadir lebih akhir,namun selalu menempati lokasi-lokasi strategis.Bahkan sering mengalahkan posisi pasar tradisionalyang awalnya mengembangkan kawasan menjadikota.

Pusat Perdagangan di Kota Semarang.Hasil pantauan lapangan Kota Semarang bagiantengah didominasi oleh pertokoan, mal, hotel dankantor pemerintahan. menunjukkan bahwa terdapatsimpul-simpul perdagangan di kota semarangsebagaimana pada tabel 7.

Tabel 7 menjelaskan bahwa pasar modernmengikuti pergeseran kota. Setelah keramaiankota bergeser ke daerah pinggiran (di perbatasankota Semarang), pasar modern juga mengikutinya.

Tabel 6Penyebaran Pasar Modern di Kota Semarang Tahun 2010

Sumber: Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 2010

Kota Semarang dikepung oleh pertokoan, pasar,ruko dan jasa-jasa pendukung.

Fasilitas Perdagangan dan Jasa sertaPendukungnya. Iklim investasi juga sangatdipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mendorongberkembangnya investasi antar lain fasilitaskeamanan dan ketertiban wilayah, kemudahanproses perjinan, dan ketersediaan sumberdayamanusia yang berkualitas dan mampu bersaing.Dilihat peringkat daya saing investasi, sebagaimanatabel 8.

Faktor pendukung yang sangat erat kaitannyadalam melakukan investasi adalah prosedur dan tatacara perolehan ijin atau pengurusan ijin untukberinvestasi. Proses perijinan dalam berinvestasidilaksanakan dengan pelayanan perijinan satu pintu(One Stop Services), melalui Badan PelayananPerijinan Terpadu (BPPT) Kota Semarang.Kepastian prosedur, waktu dan keamanan perijinanmerupakan kinerja utama pelayanan investasi.Dengan rangka memberikan kemudahan Pelayanankepada masyarakat, Pemerintah Kota telahmelaksanakan pelayanan perijinan sesuai denganSPP (Standar Pelayanan Publik) denganmenjalankan OSS (One Stop Service) secarakonsisten, sehingga tercipta citra yang positifmengenai iklim investasi.

Tersedianya fasilitas perdagangan dan jasa,seperti: hotel dan restoran merupakan capaian

Vol. 13 No.2, 2011 Aset 131

Tabel 7Simpul-Simpul Pusat Perdagangan dan Ikon kota Semarang

Sumber: Data Primer diolah

Tabel 8Aspek Daya Saing Investasi dalam Bidang Peringkat Penghargaan Investasi Daerah Kota

Semarang Tahun 2005-2009

kinerja daya saing bidang perdagangan dan jasa.Pertumbuhan Hotel darn Restoran baru yang terjadiselama ini merupakan salah satu bahwa pertandabahwa potensi ekonomi masyarakat masih akan

terus meningkat seiring dengan meningkatnya tingkatkesejahteraan masyarakat.

Transaksi Perdagangan dan Jasa.Kinerjapembangunan ekonomi di Kota Semarang dalam

132 HARDIWINOTO Aset

hal perdagangan dan jasa, dapat dilihat pelayananurusan penanaman modal. Selama periode 2005-2009 Bidang Penanaman Modal Kota Semarangpada masing-masing indikator sebagaimana tabel10.

Jumlah investor dan investasi selama 5 tahuntelah mengalami kenaikan. Peningkatan tersebutdidukung dengan adanya layanan One Stop Service(OSS) yang memberikan kemudahan dalammengurus perijinan di samping keamanan yangkondusif, infrastruktur meningkat lebih baik, dan

Tabel 9Aspek Daya Saing dalam Bidang Ketersediaan Perdagangan dan Jasa

Kota Semarang Tahun 2005-2009

Tabel 10Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Penanaman Modal Kota Semarang

Tahun 2005-2009

promosi investasi. Upaya peningkatan investasikedepan perlu dukungan peraturan yang jelasmengenai insentif investasi yang dapat diberikan olehPemerintah Daerah guna memacu pertumbuhaninvestasi. Dengan demikian perwujudan Semarangsebagai kota perdagangan dan jasa akan lebihmampu bersaing dengan daerah lain dalam menarikminat investor dalam maupun luar negeri.

Daya Tarik Investasi di Kota Semarang.Sejumlah potensi investasi Kota Semarang pernahditawarkan dalam Gelaran Potensi Investasi Daerah

Vol. 13 No.2, 2011 Aset 133

ditawarkan dalam Gelaran Potensi Investasi Daerah(GPID). Ada 10 investasi yang bakal ditawarkandengan nilai antara Rp 7 triliun - Rp 10 triliunsebagaimana tabel 11.

Nilai investasi ada kenaikan dibanding Sembiz2010 yang mencatat total nilai Rp 2,165 triliun.Peningkatan nilai itu telah membuktikan KotaSemarang layak untuk investasi dan menarik bagiinvestor.

Indikasi cerahnya iklim investasi di kotaSemarang karena adanya kenyamanan berinvestasiitu ditujukan kepada para calon investor. Fakta-fakta keberhasilan kota Semarang antara lain padaBusiness Forum (Sembiz) 2009 sebanyak 13 letterof intent (LOI) ditandatangani mencakup investasisenilai Rp 1,135 triliun, walaupun baru 12,8 persendari seluruh nilai proyek yang ditawarkan dan

Tabel 11Investasi Besar Perpasaran dan Pariwisatayang Akan Direalisasi di Kota Semarang

Sumber: Dari Berbagai Sumber Diolah 2011.

Tabel 12Investasi Hotel, Apartemen dan Pusat Perkantoran

Sumber: Berbagai Sumber Diolah

jumlahnya pun menurun dibandingkan dengan tahun2008 yang mencapai Rp 2,01 triliun. Namun semuaitu tetap pertanda positif bagi iklim investasi di kotaini, juga memberi multimanfaat. Jenis investasinyapun semakin beragam, dari penyediaan danpengembangan air bersih, pembangunan dermaga,tempat rekreasi, sampai apartemen. Gairah ber-investasi itu masih relatif baik, tinggal bagaimanalebih meningkatkan agar semua proyek yangditawarkan dapat terealisasi. Hal-hal yang harus di-lakukan untuk menggairahkan investasi antara lain:a. Menjamin kelancaran realisasi proyek dengan

berbagai pendampingan.b. Terus menawarkan yang belum laku karena

banyak kesempatan yang perlu terus digalakkanprogram promosi investasi melalui berbagaiwahana.

134 HARDIWINOTO Aset

Sumber: Hasil Analisis dengan Expert Choice 9

Hasil Analisa SWOT. Dari analisis tabel diatas. menunjukkan bahwa nilai total skor darimasing-masing faktor dapat dirinci, Strength: 1,81,Weakness: 1,28, Opportunity: 0.89 dan Threat:2,3. Maka diketahui nilai Strength diatas nilaiWeakness selisih (+) 0.53 dan nilai Opportunitydibawah nilai Threat selisih (-) 1,41. Dari nilai totalmasing-masing faktor selain digambarkan dalamdiagram SWOT juga digambarkan dalam rumusanmatrik SWOT, dapat dilihat pada tabel dibawahini.

Gambar 3Hasil Analisis AHP

Alternatif Perencanaan Strategi. Dari hasilpembahasan dengan diagram SWOT pada gambardiatas, menunjukkan bahwa PengembanganPerdagangan dan Jasa di Kota Semarang ada padakuadran IV maka alternatif strategi yang dapatdipakai oleh Pemerintah Kota Semarang adalah: Mengelola perdagangan dan jasa dengan

konsep keunggulan yang dimiliki di KotaSemarang

Memperbaiki semua fasilitas pendukunginvestasi yang ada di Kota Semarang, serta

Vol. 13 No.2, 2011 Aset 135

menciptakan pusat perdagangan dan jasa.- Menyiapkan tempat promosi (Trade Center)

dan sarana promosi.Studi Banding

Alasan Memilih Kota Surabaya· Sama-sama sebagai ibukota provinsi· Memiliki sarana dan prasarana yang hampir sama

Tabel 13Perhitungan SWOT

Sumber:Hasil Analisis

Tabel 14Matriks IFAS dan EFAS

Sumber : Hasil Analisis

dengan Kota Semarang, seperti: Pelabuhan,Bandar Udara, Terminal, Stasiun, dll

· Orientasi pengembangan pada perdagangan danjasa

Hasil Studi Banding· Adanya Political Will dari pimpinan daerah

untuk memajukan perdagangan dan jasa.

136 HARDIWINOTO Aset

· Pengembangan cluster perdagangan dan jasadalam Trade Center.

· Membuat sinergi antara UKM & perdagangandengan Pasar Modern.

· Konsep RTRW yang konsisten, yaitu Pusat kota(growth center) hanya sebagai pusatperdagangan dan jasa, sedangkan industripendukung berada di pinggiran kota.

· Konsep Kemitraan G2G (Government toGovernment) untuk memotong kompas ataumempercepat birokrasi perijinan, terutamakerjasama dengan kota-kota besar perdagangandan jasa, baik dalam negeri maupun luar negerisebagai “sister city”.

· Pemberian insentif dan disinsentif dalammensukseskan program pemerintah terkaitperdagangan dan jasa.

· Pemaparan konsep dalam rangka mensukseskansemua program dari pemerintah kepadamasyarakat dengan break down sampai ketingkat kecamatan.

· Peran media massa sebagai sarana promosi.

SIMPULAN

Setelah dilakukan kajian teori, riset potensiekonomi dan data eksisting yang ada, kemudianmelalui analisis SWOT, EFAS dan IFAS, danfocus group discussion (FGD) serta dilakukannyastudi banding maka grand strategy investasi KotaSemarang adalah meliputi beberapa hal berikut:

Peningkatan Citra dan Ikon Kota. Kotatidak lepas dari pencitraan ikon kota. Citra kotamengindikasikan bersinergi dengan peningkatanperan kota dagang dan jasa. Citra kota memerlukanpusat-pusat pembelanjaan dan pelayanan sertasarana promosi dagang. Oleh karena itu perludilakukan rivitalisasi pasar-pasar tradisional, karenapasar-pasar tradisional sudah terbukti mampumenopang perekonomian kota. Meski demikiankehadiran pasar modern tidak bisa dibendungkehadirannya, maka perlu dilakukan sinergi baiklokasi maupun segmentasinya antara pasartradisional dan modern.

Menyiapkan Trade Center dan SaranaPromosi. Konsisten dengan sebutan Semarangsebagai kota etalase perdagangan, maka kotaSemarang perlu dilengkapi adanya sarana promosi

dan trade center. Diperlukan trade center karenaSemarang sebagai pusat kegiatan baik regional,nasional maupun internasional sebagai tempatberbelanja baik dari masyarakat dalam kotamaupun luar kota, serta luar negeri. Di sampingsebagai pusat kegiatan nasional juga sebagai pusatpendidikan, dan kantor kantor pengendaliankegiatan ekonomi tingkat Jawa Tengah, jugaterdapat fasilitas-fasilitas akomodasi seperti hoteldan pariwisata, serta pusat-pusat organisasi/komunitas masyarakat di tingkat Jawa Tengah.

Kota Semarang juga telah memiliki kawasan-kawasan pembelanjaan sebagai embrio pusatperdagangan (trade center), misalnya makanankhas Kota Semarang di Jl. Pandanaran, juga telahada embrio pusat perdagangan trade centerkomputer/elektronik di Semarang Plaza Simpanglima; pusat pembelanjaan mesin industri di komplekBubakan dan Jurnatan, serta pusat perdaganganikan di Jawa Tengah yang berada di Jl. Pengapon.

Revitalisasi Pasar-Pasar Tradisional. DiSemarang terdapat fasilitas perdagangan yaitupasar tradisional yang berskala regional memilikispirit kota Semarang, walaupun pasar-pasartersebut masih terkesan kumuh, sumpek, bahkantidak layak untuk membuat orang betah. Padahalsampai kini pasar–pasar tersebut masih menjadidaya pikat pengunjung karena kelengkapan jenisbarang dagangan dan harga yang lebih murah. Olehkarena itu perlu segera direvitalisasi beberapapasar antara lain pasar Johar (Yaik), Bulu,Peterongan, Karangayu, Jatingalih, Tugu, Jrakah,dan lainnya. Pasar ini telah terbukti menjadi saranaperdagangan yang efektif, sehingga pembangunanfisik perlu dilengkapi dengan kecukupan tempatparkir, kenyamanan lokasi dan singkronisasi dengansistem transportasi.

Pengembangan Ikon Pariwisata. Meskikota Semarang bukan kota pariwisata, namunbukan berarti tidak memiliki ikon pariwisata. Yangbisa dilakukan adalah bagaimana menciptakankota Semarang sebagai kota tujuan dan sebagaikota kegiatan nasional. Oleh karena itu perlu parapengunjung kota Semarang dibuat lebih krasantinggal di kota Semarang. Dengan tinggal lebih lamadi Kota Semarang, para pengunjung melakukantransaksi di kota Semarang. Dengan harapanbahwa sektor jasa pariwisata dapat meingkatkan

Vol. 13 No.2, 2011 Aset 137

volume transaksi perdagangan.Oleh karena itu perlu pengembangan promosi

pariwisata yang efektif dengan pendekatanprofesional, kemitraan antara swasta, pemerintah,dan masyarakat dan memperkuat jaringankelembagaan. Untuk menciptakan kota Semarangsebagai kota destinasi pariwisata perlumeningkatkan pengelolaan destinasi wisata danaset-aset warisan budaya menjadi obyek daya tarikwisata yang atraktif dengan pendekatan profesional,kemitraan swasta, pemerintah, dan masyarakat danmemperkuat jaringan kelembagaan sertamendorong investasi.

Pengembangan Suprastruktur/Kelemba-gaan Terkait Perdagangan. Untuk tercapainyaiklim investasi yang sehat perlu adanya reformasikelembagaan ekonomi di berbagai tingkatan yangmampu mengurangi praktik biaya ekonomi tinggi.Reformasi dimaksud mencakup upaya untukmenuntaskan sinkronisasi sekaligus deregulasiperaturan antar sektor dan antara pusat dengandaerah serta peningkatan kapasitas kelembagaanuntuk implementasi penyederhanaan prosedurperijinan untuk start up bisnis, penyempurnaansistem perpajakan, penegakan hukum untukmeningkatkan keamanan dan ketertiban berusaha.Untuk mengurangi biaya transaksi dan praktikekonomi biaya tinggi, secara bertahap perludilakukan penuntasan deregulasi (pemangkasanbirokrasi) peraturan dan prosedur perijinan.

Pengembangan Sistem Informasi Inves-tasi. Pengembangan sistem informasi investasiberupa pengembangan pusat data bisnis terpadumeliputi antara lain, sistem informasi lahan, sisteminformasi ekspor impor, sumber-sumber pengadaandan penjualan komoditas. Oleh karena itu juga perlupengembangan kerjasama dan kemitraan dilakukanbaik dalam negeri maupun luar negeri, baik denganswasta maupun institusi Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Adi Suryadi Culla. 2000. Otonomi Daerah DalamTinjauan Politik. Usahawan, No.4, April.

Bambang P.S. Brodjonegoro. 1999. The Impact ofCurrent Asian Economic Crisis to RegionalDevelopment Pattern in Indonesia. MakalahSeminar LPEM-USAID.

Bhenyamin Hoessein. 2000. Otonomi DaerahDalam Negara Kesatuan Sebagai TanggapTerhadap Aspirasi Kemajemukan Masya-rakat dan Tatangan Globalisasi, Usahawan,No 04, April.

Berry, BJL. 1969. Growth Centers and TheirPotentials in Great Upper Lakes Region .Washington D.C.: Upper Great LakesCommission.

BPS Kota Semarang. 2010, Semarang DalamAngka, beberapa terbitan.

Budiharsono, S.2001.Teknik Analisis Pemba-ngunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PradnyaParamita: Jakarta.

Cameron, G. l970. Growth Areas, growth centers,and regional conversion, Scottish Journal ofPolitical Economy 17,19-38.

Djanahar, Irwan.2001.Pengantar Kuliah ManajemenStrategi - Analisa dan Pemilihan Strategies.Magister Manajemen Program Pasca SarjanaUSU, Medan 2001.

Friedmann, J. 1966. Regional Development Policy :A Case Study of Venezeula. Cambridge, Mass.:The MIT Press.

Fred R. David. 1996. Strategic Management. Edisike Enam. Prentice Hall lnternatianal, Inc.,Francis Marian University, 1996

Hadi Setia Tunggal SH. (Ed.). 1999. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 TentangPemerintah Daerah. Jakarta:Harvarindo.

Hansen,N.M. 1970. Growth Centers in RegionalEconomic Development. New York: The FreePress.

Hirschman. A.O. 1958. The Strategy of EconomicDevelopment. New Haven: Yale UniversityPress.

Hoover, Edgar M. 1975. An Introduction to RegionalEconomics. New York: Alfred A. Knopf.

Hofman, B., Kai, K. and Gunther, G.S.,2003.Corruption and Decentralization. Interna-tional conference on ‘Decentralization andits Impact on Local Government and Society’.May 15-17.

Pemerintah Kota Semarang, 2010, Kajian Isu-IsuStrategis Percepatan Investasi di Kotasemarang, Badan pelayanan Perizinan TerpaduKota Semarang.

Kasarda, John D. 1999. Time-Based Competition& Industrial Location in the Fast Century.Real Estate Issues, Winter 1998/1999.

Kuntoro, et.al, 1987. Analisa KeputusanPendekatan Sistem dalam Manajemen Usaha

138 HARDIWINOTO Aset

dan proyek. ITB, Ganeca Exact Bandung,Cetakan ke IV, Maret 1987.

Kuncoro, M, 2000. Ekonomi Pembangunan.YKPN: Yogyakarta

Kuncoro, M, et al, 2003, Indonesia’s CloveCigarette Industri : Scp and Cluster Analysis,5th.IRSA Conference.

Kuznets, 1969, Modern Economic Growth, NewHaven, Yale University Press.

Moriarty, Barry M. 1980. Industrial Location andCommunity Development. Chapel Hill, UNC:The University of North Carolina Press.

Pemerintah Kota semarang, 2010, PenyusunanMasterplan Pengembangan Potensi Ung-gulan Kota Semarang Tahun 2010 – 2035,Badan pelayanan Perizinan Terpadu KotaSemarang.

Pemerintah Kota semarang, 2009, PenyusunanCetak Biru (Masterplan) PengembanganPenanaman Modal Kota Semarang, Badanpelayanan Perizinan Terpadu Kota Semarang.

Porter, Michael E. 1993/1994. Keunggulan Bersaing,Menciptakan dan Mempertahankan KinerjaUnggul. Harvard Businees Review.

Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang2009. Kerjasama Bappeda dan BPS KotaSemarang.

Rangkuti, Freddy. 2001. Analisis SWOT TeknikMembedah Kasus Bisnis, Cetakan Kedua,Penerbit PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.

REDI dan PEG. (2003). Survei: Persepsi PelakuUsaha Tentang Otonomi Daerah danDampaknya Terhadap Iklim Usaha diDaerah. REDI: Surabaya.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD), 2010, Kota Semarang Tahun 2010-2015. Bappeda Kota Semarang.

Regional Economic Development Institute (REDI),Survei Persepsi Perilaku Usaha TentangOtonomi Daerah dan Dampaknya TerhadapIklim Usaha di Daerah (Studi di 23Kabupaten/Kota di Indonesia.

Rodwin, L. 1963 . Choosing regions fordevelopment dalam Friedman dan Alonso.(eds) 1975.

Rostow W.W. 1971. The Stages Of EconomicGrowth. New York:Cambridge UniversityPress.

Robert A. Simanjuntak. 2000. Implikasi FiskalPelaksanaan Otonomi Daerah . Usahawan,No.4, April.

Scott,AJ. 1987. The US semiconductor industry:A locational analysis. Environment PlanningA, Vol.19, pp. 875-912.

Saaty, Thomas L. (2002). Hard Mathematics Appliedto Soft Decisions dalam IndonesianSymposium Analytic Hierarchy Process II.Teknik Industri Universitas Kristen PetraSurabaya. Tidak Dipublikasikan. UniversitasKristen Petra: Surabaya.

Sjafrizal, 1997. Pertumbuhan Ekonomi danKetimpangan Regional Wilayah IndonesiaBagian Barat. Prisma LP3ES, No. 3 Th. XXVI:27-38.

Sumantoro.1983.Peranan Perusahaan Multi-nasional Dalam Pembangunan NegaraSedang Berkembang Dan Implikasinya DiIndonesia. Alumni Bandung.

Tarigan, R. 2004. Ekonomi Regional, Teori danAplikasi. PT.Bumi Aksara, Jakarta.

Utami dan Suryo, 2000, Perdagangan Suatu BentukKehidupan Ekonomi Kota, Sosiohumanika,Vol. 13 (1), hal. 13-28.