analisis perilaku pemasaran kakao di kabupaten …eprints.unram.ac.id/5193/1/jurnal.pdfanalisis...

12
1 Artikel Ilmiah : Perilaku Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara ANALISIS PERILAKU PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN LOMBOK UTARA ARTIKEL ILMIAH Oleh NAWAR HASNATUL HAFIFAH C1G113078 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MATARAM 2018

Upload: hoangkhanh

Post on 29-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

Artikel Ilmiah : Perilaku Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara

ANALISIS PERILAKU PEMASARAN KAKAO DI

KABUPATEN LOMBOK UTARA

ARTIKEL ILMIAH

Oleh

NAWAR HASNATUL HAFIFAH

C1G113078

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2018

2

Artikel Ilmiah : Perilaku Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara

ANALYSIS OF COCOA MARKETING BEHAVIOR IN

NORTH LOMBOK DISTRICT

SCIENTIFIC ARTICLES

By

NAWAR HASNATUL HAFIFAH

C1G113078

FACULTY OF AGRICULTURE

UNIVERSITY OF MATARAM

2018

3

Artikel Ilmiah : Perilaku Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara

ANALISIS PERILAKU PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN LOMBOK UTARA

ANALYSIS OF COCOA MARKETING BEHAVIOR IN NORTH LOMBOK

DISTRICT

Nawar Hasnatul Hafifah1)

, Lalu Sukardi2)

, Hayati3)

Mahasiswa1)

, Dosen Pembimbing Utama2)

, Dosen Pembimbing Pendamping3)

Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Mataram

e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui perilaku pemasaran kakao di

Kabupaten Lombok Utara. (2) mengetahui saluran pemasaran kakao di Kabupaten

Lombok Utara. (3) mengetahui efisiensi pemasaran kakao di Kabupaten Lombok Utara.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan unit

analisis petani kakao dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kakao. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa : (1) Perilaku pemasaran kakao di Kabupaten Lombok

Utara yaitu : 1) Petani memproduksi biji kakao kemudian melakukan penjualan biji kakao

dalam bentuk biji kakao kering ke pedagang pengepul desa (PPD) dan ke pedagang antar

pulau (PAP). 2) Pedagang pengepul desa (PPD) membeli hasil produksi kakao petani

kemudian melakukan grading kualitas dan menjual kembali ke pedagang antar pulau

(PAP). 3) Pedagang antar pulau (PAP) membeli kakao petani dan pedagang pengepul

desa (PPD) kemudian melakukan grading kualitas pada biji kakao yang di peroleh dari

petani dan menjual kembali ke luar pulau lombok.

Kata Kunci : Perilaku, Pemasaran, Kakao.

This study aims to: (1) know the behavior of cocoa marketing in North

Lombok regency. (2) to know the cocoa marketing channel in North Lombok regency. (3)

to know the marketing efficiency of cocoa in North Lombok regency. The method used in

this research is descriptive method with cocoa farmer analysis unit and marketing

institution involved in cocoa marketing. The results showed that: (1) Cocoa marketing

behavior in North Lombok regency are: 1) Farmers produce cocoa beans then sell cocoa

beans in the form of dried cocoa beans to village collecting traders (PPD) and to inter

island traders (PAP). 2) Village collecting traders (PPD) buy the cocoa farmer's produce

then do the quality grading and sell back to inter island traders (PAP). 3) Inter-island

traders (PAPs) buy cocoa farmers and village collectors (PPD) and then conduct quality

grading on cocoa beans obtained from farmers and sell back to outside Lombok Island.

Keywords: Behavior, Marketing, Cocoa.

4

Artikel Ilmiah : Perilaku Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara

PENDAHULUAN

Pertanian merupakan penopang perekonomian masyarakat Kabupaten Lombok

Utara. Indikasi tersebut diperkuat oleh sebagian besar penduduk kabupaten Lombok

Utara bekerja di sektor pertanian. Lahan yang luas dan tanah yang subur merupakan

modal yang sangat penting bagi peningkatan pertanian di Kabupaten Lombok Utara.

Sektor pertanian yang menjadi primadona di Kabupaten Lombok Utara adalah pertanian

tanaman pangan dan perkebunan. Sektor lain seperti peternakan, perikanan dan kehutanan

juga cukup memberikan andil yang signifikan terhadap perkembangan perekonomian di

Kabupaten Lombok Utara (Badan Pusat Statistik, 2016)

Kakao (Theobroma Cacao) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang

sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah

sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi

pekebun. Usahatani tanaman perkebunan kakao umumnya ditujukan untuk kepentingan

pasar, sehingga masalah pasar merupakan masalah yang sangat penting untuk

meningkatkan kemauan petani dalam meningkatkan produksinya.

Kabupaten Lombok Utara merupakan sentral produksi kakao terbanyak di NTB.

Terdapat 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Bayan, Kayangan, Gangga, Tanjung dan

Pemenang. Kecamatan Gangga merupakan luas areal terbanyak yaitu 1.485,55 Ha dan

produksi tertinggi sebanyak 577,85 Ton dengan rata-rata produksi 508,58 Kg/Ha (Dinas

Pertanian KLU, 2016).

Pemasaran merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat pendapatan

petani dari semua penjualan produksi usahataninya. Pemasaran atau marketing pada

prinsipnya adalah aliran barang dari produsen ke konsumen. Aliran barang ini dapat

terjadi karena adanya lembaga pemasaran (Soekartawi, 1995).

Dari tahun ketahun produksi kakao terus mengalami peningkatan namun belum

tentu menjamin meningkatkan keuntungan petani karena banyak faktor yang

mempengaruhi salah satu faktor tersebut yaitu faktor pemasaran.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian

tentang : “Analisis Perilaku Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara”

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui perilaku pemasaran

kakao di Kabupaten Lombok Utara, 2) Untuk mengetahui saluran pemasaran kakao di

Kabupaten Lombok Utara, 3) Untuk mengetahui efisiensi pemasaran kakao di Kabupaten

Lombok Utara.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan

unit analisis petani kakao dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kakao.

Daerah penelitian ditentukan secara “purposive sampling” dan ditetapkan tiga desa yaitu

Desa Bentek, Genggelang dan Rempek atas pertimbangan bahwa desa ini merupakan

sentral produksi kakao terbanyak. Penentuan jumlah responden ditentukan secara “quota

sampilng” sebanyak 30 petani responden ditetapkan 10 petani responden dimasing-

masing desa secara “accidental sampling”.

Untuk mengetahui perilaku pemasaran dan saluran pemasaran kakao di analisis

ecara deskriptif, sedangkan efisiensi pemasaran menggunakan rumus sebagai berikut :

5

Artikel Ilmiah : Perilaku Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara

1) Margin Pemasaran

MP = Pr – Pf

Dimana : MP = Margin Pemasaran (Rp)

Pr = Harga jual produk ditingkat konsumen (Rp)

Pf = Harga jual produk ditingkat produsen (Rp)

2) Share Produsen

SP =

x 100%

Dimana : SP = Share Produsen (%)

Pf = Harga ditingkat petani (Rp)

Pr = Harga ditingkat konsumen akhir (Rp)

3) Distribusi Keuntungan

DK =

Dimana : DK =Distribusi Keuntungan

Π =Keuntungan Pemasaran

C =Biaya Pemasaran

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden

No Uraian Petani PPD PAP

Org % Org % Org %

1 Kisaran Umur (Tahun)

a. 15 – 64

b. ≥64

30

0

100

0

4

0

100

0

1

0

100

0

Jumlah 30 100 0 100 1 100

2 Tingkat Pendidikan

a. Tidak Sekolah

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. PT

4

11

4

7

4

13,3

36,7

13,3

23,4

13,3

0

2

1

0

1

0

50

25

0

25

0

0

0

1

0

0

0

0

100

0

Jumlah 30 100 4 100 1 100

3 Jumlah Tanggungan

Keluarga

a. 1-2

b. 3-4

c. >4

7

12

11

23,3

40

36,7

0

1

3

0

25

75

0

0

1

0

0

100

Jumlah 30 100 4 100 1 100

4 Pengalaman Berusaha

a. 1-10

b. 11-20

c. 21-30

1

15

14

3.3

50

46,7

4

0

0

100

0

0

0

1

0

0

100

0

Jumlah 30 100 4 100 1 100

5 Luas Lahan (Ha)

a. 0,50 – 1,00

3

24

10

80

-

-

-

-

6

Artikel Ilmiah : Perilaku Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara

b. 1,00 – 2,00

c. >2,00

3 10 - -

-

-

-

-

-

Jumlah 30 100 - - - -

Sumber : data primer diolah 2017

4.1.1. Umur

Tabel 4.1 pada nomor 1 menunjukkan bahwa secara keseluruhan tergolong dalam

umur produktif. Mengacu pada pendapat Simajuntak (1985) umur produktif berkisar

antara 15–64 tahun, artinya baik secara fisik maupun mental mempunyai kemampuan

untuk menghasilkan barang dan jasa termasuk melakukan kegiatan usahatani itu sendiri.

4.1.2. Tingkat Pendidikan

Ttabel 4.1 pada nomor 2 menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah responden

tergolong pendidikan rendah. Mengacu pada pendapat Soekartawi (2002) maka secara

keseluruhan pendidikan 50% responden rendah yaitu tamat SD ke bawah. Artinya hampir

semua responden tidak melakukan penidikan formal dengan tingkat pendidikan

responden yang kurang baik.

4.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Tabel 4.1 pada nomor 3 menunjukkan bahwa 37,14% responden memiliki kisaran

tanggungan 3-4 orang tergolong keluarga menengah. Mengacu pada pendapat Ilyas

(1988), besar kecilnya rumah tangga keluarga ditentukan oleh jumlah anggota keluarga

yang ditanggungnya.

4.1.4. Pengalaman Berusaha

Tabel 4.1 pada nomor 4 menunjukkan bahwa 29 petani responden (96,7%) pada

kisaran 11-30 tahun dan 4 orang PPD responden pada kisaran 1-10 tahun. Sedangkan

PAP responden berkisar antara 11-20 tahun. Hal ini menunjukkan kisaran pengalaman

petani dan lembaga pemasaran dapat dikatakan sudah memiliki pengalaman yang cukup.

4.1.5. Luas Lahan

Tabel 4.1 pada nomor 5 menunjukkan bahwa yang paling dominan luas lahan

garapan petani responden pada kisaran 1,00-2,00 Ha yaitu sebanyak 24 petani (80%)

tergolong petani lahan luas. Mengacu pada pendapat Hutagalung (2007) lahan luas adalah

petani yang mengusahakan lahan lebih dari 1,00 Ha.

4.2. Perilaku Pemasaran Kakao

4.2.1. Perilaku Petani Dalam kegiatan pemasaran kakao petani melakukan kegiatan penjualan. Petani

merupakan produsen yang melakukan budidaya kakao. Petani memiliki peran sebagai

produsen atau penghasil kakao pada saluran pertama. Hasil penelitian yang diperoleh

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Perilaku Petani pada Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara

2017

No Perilaku Uraian Jumlah

Petani

Persentase

(%)

1 Bentuk Pemasaran Kakao - Biji kakao kering 30 100

2 Sistem penjualan - Langsung

- Langsung + ijon

26

4

86,7

13,3

3 Sistem Transaksi - Tunai

- Keredit

26

4

86,7

13,3

4 Tempat Penjualan - PPD

- PAP

23

7

76,7

23,3

Sumber : data primer diolah 2017

7

Artikel Ilmiah : Perilaku Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara

Dari hasil penelitian sebanyak 30 petani/produsen responden (100%)

memasarkan kakao dalam bentuk biji kakao kering. sistem penjualan yang dilakukan oleh

petani responden, sebayak 26 petani responden (86,7%) menjual biji kakao secara

langsung setiap kali selesai panen dan 4 (empat) petani responden (13,3%) menjual biji

kakao secara langsung dan juga secara ijon. Alasan petani responden menjual secara ijon

adalah petani memiliki kebutuhan ataupun kepentingan yang harus disegerakan dan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Petani memperoleh pembayaran biji kakao dari setiap

lembaga pemasaran secara tunai dari biji kakao yang dijual secara langsung dan dibayar

secara kredit pada biji kakao yang dijual secara ijon.

4.3. Perilaku Lembaga Pemasaran

4.3.1. Perilaku Pedagang Pengepul Desa

Untuk memperoleh keuntungan yang tinggi perilaku PPD dalam memasarkan

kakao yang diterima dari petani sebagai berikut :

Tabel 4.2 Perilaku Pedagang Pengepul Desa pada Pemasaran Kakao di Kabupaten

Lombok Utara 2017

No Uraian PPD

1 2 3 4 Total Rata-

rata

1 Pembelian

a) Bentuk produk

yang dibeli

b) Total volume

(Kg/tahun)

c) Harga beli

(Rp/kg)

d) Tempat beli

e) Sistem

pembelian

f) Sistem

pembayaran ke

petani

Kering

1.620

24.000

Petani

Langsung

Tunai

Kering

1.758

24.000

Petani

Langsung

Tunai

Kering

7.362

22.000

Petani

Langsung

Tunai

Kering

6.438

22.000

Petani

Langsung

+ ijon

Tunai +

kredit

-

17.178

92.000

-

-

-

-

4.295

23.000

-

-

-

2 Perilaku Pemasaran

a) Penjemuran

ulang

b) Grading

kualitas

c) Biaya perlakuan

- Upah buruh

1 hari

Ada

500/kg

1 hari

Ada

500/kg

1 hari

Ada

250/kg

1 hari

Ada

250/kg

4 hari

-

1.500

1 hari

-

375/kg

3 Penjualan

a) Bentuk produk

yang dijual

b) Total volume

Penjualan

(Kg/tahun)

c) Total volume

penyusutan(Kg)

= 5%

d) Harga jual

(Rp/kg)

Kering

1.539

81

26.000

Kering

1.670

88

26.000

Kering

6.994

368

26.000

Kering

6.116

322

26.000

-

16.319

859

104.000

-

4.080

215

26.000

8

Artikel Ilmiah : Perilaku Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara

e) Sistem

penjualan

Langsung Langsung Langsung Langsung - -

Sumber : data primer diolah 2017

Dari hasil penelitian Pedagang pengepul desa (PPD) mengumpulkan kakao dari

petani membeli biji kakao kering. Harga pembelian kakao disetiap desa berbeda-beda

karena banyaknya pembeli dan sedikitnya penjual kakao. Sistem pembayaran dilakukan

antara petani sebagai penjual produk kakao dengan pedagang pengepul desa sebagai

pembeli dilakukan secara kontan atau tunai terhadap petani yang menjual secara

borongan. Petani yang menjual secara ijon dibayar secara kredit atau dikurangi dengan

jumlah hutang, yang berarti dibayar setelah barang ditimbang dan dicek tingkat

kekeringan biji kakao. Perilaku pemasaran ke empat PPD melakukan kegiatan yang

sama. Volume penjualan PPD yaitu Volume setelah dikuarangi dengan volume

penyusutan biji sebesar 5% perkg.

4.3.2. Perilaku Pedagang Antar Pulau

Dalam memasarkan kakao yang diterima oleh PAP dari Petani dan PPD untuk

memperoleh keuntungan yang tinggi melakukan perlakuan sebagai berikut.

Tabel 4.3 Perilaku Pedagang Antar Pulau pada Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok

Utara 2017

No Uraian Sumber Produk Kakao

Petani PPD

1 Pembelian

a) Bentuk produk yang di beli

b) Volume (Kg/tahun)

c) Harga (Rp/kg)

d) Sistem pembelian

e) Sistem pembayaran

f) Biaya Pengangkutan (Rp/Kg)

Kering

7.581

25.357

Langsung dan Ijon

Tunai dan kredit

-

Kering

16.319

26.000

Langsung

Tunai

250

2

Perilaku pemasaran

a) Penjemuran

b) Grading kualitas

c) Biaya pemasaran (Rp/kg)

- Biaya Pengiriman

- Upah buruh

d) Total Biaya

1 hari

Ada

1.500

500

2.000

-

Tidak ada

1.500

500

2.000

3 Penjualan

a) Bentuk produk yang di jual

b) Volume Penjualan (Kg/tahun)

c) Volume penyusutan (kg)

d) Harga jual(Rp/kg)

e) Sistem penjualan

Kering

7.202

379

30.000

Langsung

Kering

16.319

0

30.000

Langsung

Sumber : data primer diolah 2017

Dari hasil penelitian PAP membeli biji kakao kering dari petani dan PPD.

Perbedaan harga pembelian ditingkat petani dan PPD karena tingkat kekeringan dan

kualitas biji kakao yang diperoleh berbeda. Biji kakao yang diterima dari PPD tidak ada

perlakuan pemasaran karena PAP sudah mempercayai bahwa kakao yang diterima dari

PPD sudah memenuhi standar mutu biji kakao yang dinginkan oleh pedagang pengepul

diluar pulau lombok. Sedangkan biji kakao yang diperoleh dari petani dilakukan

9

Artikel Ilmiah : Perilaku Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara

perlakuan pemasaran agar seragam dengan biji kakao yang diperoleh dari PPD. Volume

penjualan PAP yaitu velume penjualan setelah dikurangi volume penyusutan sebesar 5%

perkg untuk kakao yang diperoleh dari petani. sedangkan kakao yang diperoleh dari PPD

volume pembelian sama dengan volume penjualan.

4.4. Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran kakao di Kabupaten Lombok Utara dapat dikatakan terdapata 2

(dua) saluran yaitu:

1. Saluran pemasaran I : Petani PPD PAP

2. Saluran pemasaran II : Petani PAP

Untuk responden petani disini terdapat 30 orang petani responden, 4 orang PPD

dan 1 orang PAP. Ke dua saluran tersebut sebanyak 23 petani responden menggunakan

saluran pemasaran I dan 7 petani lainnya menggunakan saluran pemasaran II. Dari hasil

penelitian apabila produksi kakao petani tinggi maka petani memasarkan kakao melalui

saluran pemasaran II dan apabila produksi kakao rendah petani memasarkan kakao

melalui saluran pemasaran I.

Hasil analisis memperlihatkan bahwa mayoritas petani menggunakan saluran

pemasaran I dalam memasarkan hasil panennya yang melibatkan PPD kemudian ke PAP.

Faktor yang menjadi pertimbangan utama bagi petani dalam memilih saluran pemasaran

yang akan digunakan adalah: 1) Jauhnya jarak antara pusat produksi dengan lokasi tempat

PAP yang membuat mahalnya biaya transportasi 2) Kondisi sarana/prasarana jalanan dan

mobilitas yang kurang mendukung dengan baik dan 3) Jumlah produksi yang dihasilkan

petani relatif kecil.

4.5. Efisiensi Pemasaran

Dalam penelitian ini, untuk menentukan efisiensi saluran pemasaran di gunakan

indikator : Margin Pemasaran, Share Produsen, Distribusi Keuntungan, Volume

Penjualan.

Tabel 4.4 Margin Pemasaran, Share harga, Distribusi keuntungan dan Volume pada

Masing-masing Saluran Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2017.

No

Lembaga Pemasaran

Saluran

Pemasaran I

(Rp/kg)

Saluran

Pemasaran II

(Rp/kg)

1

2

Petani

a. Harga jual

b. Total volume penjualan

Pedagang Pengepul Desa (PPD)

a. Harga beli

b. Harga jual

c. Biaya Pemasaran

a) Bianga Pengangkutan

b) Biaya pengiriman

c) Upah buruh

d. Total biaya = c

e. Margin pemasaran (b-a)

f. Keuntungan pemasaran (b-a-d) =

g. Total volume Ppmbelian

h. Total volume penyusutan (5%)

i. Total volume penjualan

23.000

17.178

23.000

26.000

0

0

375

375

3.000

2.625

17.178

859

16.319

25.357

7.581

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

10

Artikel Ilmiah : Perilaku Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara

3 j.

Pedagang Antar Pulau (PAP)

a. Harga beli

b. Harga jual

c. Biaya pemasaran

a) Biaya pengangkutan

b) Biaya pengiriman

c) Upah buruh

d. Total biaya = c

e. Margin pemasaran (b-a)

f. Keuntungan pemasaran (b-a-d) =

g. Total volume pembelian

h. Total volume penyusutan (5%)

i. Total volume penjualan

j.

7

26.000

30.000

250

1.500

500

2.250

4.000

1.750

16.319

0

16.319

0,77

-

25.357

30.000

0

1.500

500

2.000

4.643

2.643

7.581

379

7.202

1,32

4 Total Margin Pemasaran 7.000 4.643

5 Share Produsen/Share Harga (%) 77 85

6 Distribusi Keuntungan 0,11 1

Sumber : data primer diolah 2017

Margin pemasaran pada saluran I pada PPD yaitu sebesar Rp.3000/kg dan PAP

sebesar Rp.4.000/kg total margin pemasaran sebesar Rp.7.000. Share produsen pada

saluran pemasaran I sebesar 77%, dan distribusi keuntungan sebesar 0,1. Mengingat tidak

adanya nilai batasan tertentu untuk kriteria efisien margin pemasaran.Ketiga indikator

tersebut menunjukkan bahwa saluran pemasaran I efisien.

Pada saluran pemasaran II, yang terlibat hanya PAP saja. Adapun untuk biaya

pemasarannya sebesar Rp.2.000/kg. Sedangkan total margin pemasaran sebesar

Rp.4.643/kg, share produsen sebesar 85% sedangkan distribusi keuntungan sbesar 1.

Sehingga dari ketiga indikator tersebut menjelaskan bahwa saluran pemasaran II efisien.

Total volume penjualan kakao pada saluran pemasaran I dengan jumlah petani 23

orang responden ditingkat PPD sebanyak 16.319 kg/tahun setelah melakukan grading

kualitas. Sedangkan volume penjualan ditingkat PAP tetap yaitu sebesar 16.319 kg/ahun

PAP tidak melakukan apapun setelah menerima biji kakao dari PPD. Sedangkan pada

saluran pemasaran II, dengan jumlah petani responden sebanyak 7 (tujuh) orang volume

pembelian sebanyak 7.581 kg/ahun, volume penjualan setelah melakukan grading

kwalitas sebanyak 7.202 kg/tahun. Total penjualan PAP dari saluran pemasaran I dan II

sebesar 23.521 kg/tahun.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1) Perilaku pemasaran kakao di kabupaten lombok utara yaitu :

11

Artikel Ilmiah : Perilaku Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara

a. Petani memproduksi biji kakao kemudian melakukan penjualan biji kakao dalam

bentuk biji kakao kering ke pedagang pengepul desa (PPD) dan ke pedagang antar

pulau (PAP)

b. Pedagang pengepul desa (PPD) membeli hasil produksi kakao petani kemudian

melakukan grading kualitas dan menjual kembali ke pedagang antar pulau (PAP).

c. Pedagang antar pulau (PAP) membeli kakao petani dan pedagang pengepul desa

(PPD) kemudian melakukan grading kualitas pada biji kakao yang di peroleh dari

petani dan menjual kembali ke luar pulau lombok.

2) Saluran pemasaran kakao di Kabupaten Lombok Utara terdiri atas 2 saluran

pemasaran, yaitu: saluran I: Petani – Pedagang Pengumpul desa – Pedagang antar

Pulau dan saluran II: Petani – Pedagang Antar Pulau. Abila produksi petani tinggi

maka disalurkan melalui saluran pemasaran II, dan apabila produksi biji kakao petani

rendah maka disalurkan melalui saluran pemasaran I. Sebagian besar dari petani

responden menyalurkan barang melalui saluran pemasaran I, sebanyak 23 petani

responden (76,7%) karen hasil produksi biji kakao petani relatif kecil.

3) Efisiensi pemasaran kakao, menujukkan bahwa saluran pemasaran yang memenuhi

keritria efisiensi pada dua indikator yaitu, margin pemasaran, share produsen / share

harga kedua saluran tersebut efisien sedangkan pada indikator distribusi keuntungan

saluran 1 dan 2 di katakan adil karena memenuhi keriteria adil. Volume penjualan

pada saluran I dengan jumlah petani 23 responden sebesar 17.178 Kg/Tahun dengan

harga jual Rp.23.000/Kg. Pada saluran II dengan jumlah petani 7 responden sebesar

7581 Kg/Tahun dengan harga jual Rp.25.357/Kg.

5.2 Saran

1) Diharapkan kepada petani untuk lebih meningkatkan kualitas biji kakao guna

memeproleh harga jual yang lebih tinggi.

2) Penting adanya dukungan dan kerjasama dari pihak pemerintah daerah bagi petani

untuk memberikan informasi harga yang berlaku pada setiap lembaga yang ada supaya

tawar menawar ditingkat petani untuk menjual hasil produksinya lebih kuat dan untuk

menjaga kestabilan harga.

Daftar Pustaka

BPS KLU, 2016. Kabupaten Lombok Utara dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik

KLU, Tanjung.

Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Utara. 2016. Luas Lahan dan Produktifitas Kakao.

Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lombok Utara. Lombok

Utara

Hutagalung,M., 2007. Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Tingkat

Kesejahteraan Petani pada Beberapa Strata Luas lahan. Skripsi. Departemen

Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan

Ilyas B. 1988. Kajian faktor social ekonomi yang mempengaruhi fertilitas pasangan usia

subur dalam rangkaian pengelola kependudukan. Majalah demografi indonesia

Nomor29 tahunXV. Jakarta.

12

Artikel Ilmiah : Perilaku Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara

Simanjuntak P. J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. Jakarta.

Soekarwati, 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press),

Jakarta.

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.