analisis dan perancangan ulang leaf trolys yang …
TRANSCRIPT
ANALISIS DAN PERANCANGAN ULANG LEAF TROLYS
YANG MEMENUHI KAIDAH-KAIDAH ERGONOMI
(Studi Kasus di PTP. Nusantara VI Pabrik Teh Danau Kembar)
Emelia Sari
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti
ABSTRACT
Leaf trolys have been utilized in PTPN VI to transfer tea-leaves between workstations. 75%
of operators suffer from manual handling injuries after using leaf trolys mostly on their back and
waist. Rapid Upper Limb Assessment (RULA) method is utilized to analize whether those injuries
caused by working posture. The analysis states all working postures not ideal and need to be
changed immediately (level 4). Ideal working postures achieved by redesigning of leaf trolys i.e.
new handle, hidraulics, changing the wheel size and positition. Compliance of ergonomy
principles is evaluated by RULA. The analysis reports all working postures have degraded from
level 4 to level 1 or 2. Time evaluation reports mostly working postures have reduced the standard
time, especially in tea-leaves transfer activity from leaf trolys to DIBN 1 machine inlet by 62,39%.
Keywords: Manual Material Handling, Redesign, Ergonomic, Rapid Upper Limb Assessment
1. PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam kehidupan sehari-
harinya akan banyak menggunakan berbagai
macam produk atau peralatan untuk
menunjang aktivitas yang dilakukan. Agar
produk yang dipergunakan tersebut dapat
mendukung kegiatan manusia secara
optimal, maka produk tersebut harus
compatible dengan manusia yang akan
menggunakannya. Fokus perhatian dari
kajian ergonomi mengarah kepada upaya
pencapaian suatu rancangan produk yang
memenuhi persyaratan fitting the task to the
man. Hal ini berarti setiap rancangan produk
yang akan dibuat haruslah selalu dipikirkan
untuk kepentingan manusia (dalam arti
keselamatan, keamanan maupun
kenyamanan), tidak semata-mata mengarah
pada aspek teknis-fungsional dari produk,
mesin ataupun fasilitas kerja yang
dirancang. Adapun contoh penerapan
perancangan produk pada sebuah sistem
produksi adalah perancangan peralatan
Korespondensi :
Emelia Sari
material handling, perancangan bangku
kerja, perancangan mesin, perancangan meja
kerja dan lain sebagainya.
Material handling atau penanganan
material merupakan bagian yang paling
banyak menimbulkan biaya pada sebuah
sistem produksi. Oleh karena itu penanganan
material ini harus dilakukan secara efektif
dan efisien, sehingga bisa mereduksi
ongkos yang harus dikeluarkan. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk mereduksi
biaya penanganan material ini adalah
dengan cara menggunakan peralatan
penanganan material yang tepat dan
compatible dengan operator yang akan
menggunakannya.
Setiap perusahaan pada dasarnya akan
menggunakan material handling pada
sistem produksinya, begitu pula dengan
PTP. Nusantara VI Pabrik Teh Danau
Kembar. PTP. Nusantara VI Pabrik Teh
Danau Kembar, merupakan salah satu pabrik
teh yang ada di Indonesia, dimana pabrik ini
E-mail : [email protected]
83
terletak di daerah Kayu Jao kabupaten
Solok. Teh yang diproduksi oleh Pabrik Teh
Danau Kembar ini dipasarkan tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
tetapi juga untuk permintaan luar negeri.
Saat ini, bentuk sistem produksi Pabrik Teh
Danau Kembar masih tradisional, hal ini
dapat dilihat dari pengerjaan proses
produksinya yang sebagian besar masih
ditangani secara manual, dalam artian masih
banyak menggunakan tenaga manusia.
Stasiun kerja penggulungan
merupakan salah satu stasiun kerja yang ada
di Pabrik teh Danau Kembar, dimana pada
stasiun kerja ini terdapat proses penanganan
material yang dilakukan secara manual
dengan menggunakan peralatan yang
dikenal dengan nama “leaf trolys”. Dalam
melakukan proses pemindahan material ini,
operator merasakan kesulitan dan keluhan-
keluhan serta rasa nyeri pada bagian tubuh.
Dari 12 operator, 75% nya merasakan
keluhan ini setiap hari. Kesulitan yang
dialami oleh operator adalah pada saat
mendorong, menarik, membelokkan dan
memposisikan leaf trolys. Keluhan dan rasa
nyeri yang dirasakan oleh operator
umumnya pada semua bagian tubuh,
terutama pada bagian punggung dan
pinggang yang dirasakan oleh 75% operator,
bahu kanan dan bahu kiri 67% serta lengan
atas kanan dan kiri, pergelangan tangan
kanan dan tangan kanan 50%. Hal ini bisa
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
beratnya beban yang dipindahkan, tingginya
frekwensi pemindahan, fasilitas yang
digunakan tidak memenuhi prinsip-prinsip
ergonomis, dan lain sabagainya.
Pada dasarnya operator leaf trolys
telah menggunakan peralatan dalam
melakukan pekerjaanya, namun peralatan
kerja tersebut belum memenuhi prinsip-
prinsip ergonomi, dimana peralatan yang
ada tidak sesuai dengan antropometri
operator walaupun compatible dengan mesin
yang digunakan, sehingga operator tidak
dapat bekerja pada kondisi yang seharusnya,
apalagi operator bekerja selama 8 jam per
hari. Jika hal ini terus dibiarkan, maka akan
dapat memberikan dampak negatif, baik
bagi perusahaan maupun bagi operator
tersebut, misalkan berkurangnya
produktivitas kerja, timbulnya rasa sakit
pada operator baik yang bersifat sementara
maupun permanen, meningkatnya
kemungkinan terjadi kecelakaan dan
kesalahan kerja dan lain sebagainya (Pulat,
1992, hal. 2).
Berdasarkan uraian permasalahan di
atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian
yang dapat menghasilkan suatu rancangan
leaf trolys sebagai peralatan penanganan
material secara manual yang sesuai dengan
prinsip-prinsip ergonomi dan antropometri
operator yang akan mengoperasikan
peralatan tersebut, sehingga akan terciptalah
suatu sistem kerja yang efektif, nyaman,
aman, sehat dan efisien.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui faktor-faktor penyebab
ketidaknyamanan penggunaan leaf
trolys.
2. Mengetahui dan menganalisis posisi
tubuh operator leaf trolys saat
melakukan aktivitas
3. Menentukan posisi tubuh ideal operator
leaf trolys saat melakukan aktivitas
4. Merancang ulang leaf trolys yang sesuai
dengan kaidah-kaidah ergonomi
5. Melakukan evaluasi terhadap leaf trolys
hasil rancangan dari segi posisi kerja,
waktu baku dan ekonomi
1.3 Rencana Pemecahan Masalah
Dalam rangka menyelesaikan
permasalahan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dilakukan tahapan
pemecahan masalah dengan menggunakan
metode atau pendekatan tertentu. Adapun
rencana pemecahan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Proses identifikasi kesulitan dan
keluhan operator leaf trolys dilakukan
84
dengan proses wawancara serta
memberikan lembaran checklist.
Selanjutnya hasil wawancara dan
checklist dianalisis untuk menentukan
fokus perbaikan yang akan dilakukan.
2. Untuk melihat apakah posisi kerja
operator leaf trolys sudah baik atau
belum, maka dilakukan proses analisis
dengan menggunakan metode RULA.
Dari hasil analisis RULA akan keluar
rekomendasi tindakan aksi yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan.
3. Selanjutnya adalah menentukan posisi
kerja ideal operator leaf trolys sehingga
kesulitan dan keluhan yang dirasakan
pada saat proses manual material
handling dapat diminimasi.
4. Untuk mendapatkan posisi ideal
operator leaf trolys maka harus
dilakukan perancangan ulang terhadap
leaf trolys dengan menggunakan
prinsip-prinsip ergonomi dan
antropometri tubuh operator.
5. Setelah hasil rancangan diperoleh, maka
perlu dilakukan proses evaluasi untuk
melihat apakah leaf trolys hasil
rancangan dapat menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi oleh
operator leaf trolys. Evaluasi dilakukan
dengan menganalisis posisi kerja
operator menggunakan leaf trolys hasil
rancangan dengan menggunakan
metode RULA. Evaluasi juga dilakukan
dengan menghitung kembali waktu baku
aktivitas operator dengan menggunakan
leaf trolys hasil rancangan. Tujuan
penelitian akan tercapai ketika level aksi
RULA mengalami penurunan dan waktu
baku yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan semakin
singkat.
2. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Ergonomi
Ergonomi menurut Internasional
Ergonomic Association didefinisikan
sebagai studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau
secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain.
Ergonomi disebut juga sebagai “Human
Factor”, dimana human factor ini adalah
suatu proses desain untuk kepentingan
manusia (Tillman, 1991, hal. 3). Penerapan
ergonomi pada umumnya merupakan
aktivitas rancang bangun (design) ataupun
rancang ulang (redesign) (Nurmianto, 1996,
hal. 1). Hal ini dapat meliputi perangkat
keras seperti perkakas kerja, bangku kerja,
kursi, pegangan alat kerja, sistem
pengendali, alat peraga, jalan/ lorong, pintu,
jendela dan lain-lain.
Ergonomi sangat penting diterapkan
dalam melakukan proses desain. Sehingga,
jika dalam melakukan proses perancangan
para desainer tidak menerapkan prinsip-
prinsip ergonomi, maka dimungkinkan akan
terjadi hal-hal sebagai berikut (Pulat, 1992,
hal. 2):
1. Menurunnya output produksi.
2. Meningkatnya loss time.
3. Tingginya biaya medis yang harus
disediakan.
4. Tingginya biaya material.
5. Meningkatnya ketidakhadiran
karyawan.
6. Rendahnya kualitas kerja.
7. Timbulnya rasa nyeri dan ketegangan
pada karyawan.
8. Meningkatnya kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan kesalahan kerja.
9. Meningkatnya pergantian karyawan.
10. Menurunnya cadangan kapasitas untuk
transaksi-transaksi yang darurat atau
tidak terduga.
1.2 Antropometri
Antropometri secara definitif dapat
dinyatakan sebagai suatu studi yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh
manusia (Bridger, 2002, hal. 71). Data
antropometri akan menentukan bentuk,
ukuran dan dimensi yang tepat yang
berkaitan dengan produk yang akan
dirancang dan manusia sebagai pengguna
produk tersebut. Dalam kaitan ini, maka
perancang produk harus mampu
mengakomodasikan dimensi tubuh dari
populasi terbesar yang akan menggunakan
produk hasil rancangannya tersebut.
85
Manusia pada umumnya akan
berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi
ukuran tubuhnya. Maka menurut Stevenson
(1989) dan Nurmianto (1991) ada beberapa
faktor yang akan mempengaruhi ukuran
tubuh manusia, sehingga sudah semestinya
seorang perancang produk harus
memperhatikan faktor-faktor tersebut, yang
antara lain adalah (Nurmianto, 1996,
hal.48):
1. Keacakan/ random
2. Jenis kelamin
3. Suku bangsa
4. Usia
5. Jenis pekerjaan
6. Pakaian
7. Faktor kehamilan pada wanita
8. Cacat tubuh secara fisik
Data antropometri yang menyajikan
data ukuran dari berbagai macam anggota
tubuh manusia dalam persentil tertentu akan
sangat besar manfaatnya pada saat suatu
rancangan produk ataupun fasilitas kerja
akan di buat. Agar rancangan suatu produk
nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh
manusia yang akan mengoperasikannya,
maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil
di dalam aplikasi data antropometri tersebut
harus ditetapkan terlebih dahulu. Pada
dasarnya ada tiga prinsip umum dalam
menggunakan data antropometri untuk
proses perancangan, yaitu:
1. Perancangan untuk Individu Ekstrim
Prinsip ini digunakan apabila
diharapkan fasilitas yang dirancang
tersebut dapat dipakai dengan ENASE
oleh sebagian besar orang-orang yang
memakainya (biasanya minimal oleh 95
% pemakai), atau produk ini dirancang
agar bisa memenuhi dua sasaran produk
yaitu:
- Bisa sesuai untuk ukuran tubuh
manusia yang mengikuti klasifikasi
ekstrim, dalam artian terlalu besar
atau terlalu kecil bila dibandingkan
dengan rata-ratanya.
- Tetap bisa digunakan untuk
memenuhi ukuran tubuh yang lain
(mayoritas dari populasi yang ada).
Perancangan untuk individu ekstrim ini
terdiri atas dua, yaitu :
- Ekstrim atas
Perancangan dilakukan berdasarkan
nilai persentil yang terbesar, seperti
persentil 90%, persentil 95% atau
persentil 99%.
Contoh penggunaannya adalah pada
penetapan ukuran minimal dari
lebar dan tinggi pintu darurat.
- Ekstrim bawah
Perancangan dilakukan berdasarkan
nilai persentil yang terkecil, seperti
persentil 1%, persentil 5% atau
persentil 10%.
Contoh penggunaannya adalah pada
penetapan jarak jangkauan dari
suatu mekanisme kontrol yang harus
dioperasikan oleh seorang pekerja.
Secara umum aplikasi data antropometri
untuk perancangan produk ataupun
fasilitas kerja, menggunakan persentil
5% untuk dimensi maksimum dan
persentil 95% untuk dimensi
minimumnya.
2. Perancangan Fasilitas yang Dapat
Disesuaikan
Prinsip ini digunakan untuk merancang
suatu fasilitas agar fasilitas tersebut
dapat digunakan dengan ENASE oleh
semua orang yang memerlukan. Di sini
rancangan bisa berubah-ubah
ukurannya, sehingga cukup fleksibel
dioperasikan oleh setiap orang yang
memiliki berbagai macam ukuran tubuh.
Tetapi biaya yang dibutuhkan untuk
perancangan dengan menggunakan
prinsip ini relatif lebih besar.
Contoh yang paling umum dijumpai
adalah perancangan kursi mobil, yang
mana dalam hal ini letaknya bisa digeser
maju atau mundur dan sudut
sandarannyapun bisa berubah-ubah
sesuai dengan yang diinginkan.
Pada perancangan yang menggunakan
prinsip ini, persentil yang umum
diaplikasikan berada dalam rentang
86
nilai persentil 5% sampai dengan
persentil 95%.
3. Perancangan Berdasarkan Nilai Rata-
rata
Prinsip ini digunakan apabila
perancangan berdasarkan prinsip
individu ekstrim tidak mungkin
dilakukan, karena hanya sebagian orang
saja yang akan merasakan ENASE
ketika menggunakan hasil rancangan
tersebut, dan perancangan yang bisa
disesuaikanpun tidak layak untuk
dilaksanakan karena mahalnya biaya
yang dibutuhkan dalam perancangan
produk tersebut.
Agar aplikasi data antropometri yang
diperlukan dalam proses perancangan
produk ataupun fasilitas kerja, dapat
dipergunakan secara baik dan tepat, maka
langkah-langkah yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut (Wignjosoebroto,
2003, hal. 69):
1. Menetapkan anggota tubuh yang akan
difungsikan untuk mengoperasikan hasil
rancangan tersebut.
2. Menentukan dimensi tubuh yang
diperlukan di dalam proses
perancangan. Dalam hal ini juga perlu
diperhatikan apakah data yang
diperlukan adalah data antropometri
dinamis atau data antropometri statis.
3. Langkah selanjutnya adalah,
menentukan populasi terbesar yang
menjadi target utama untuk memakai
hasil rancangan yang akan dibuat, yang
mana hal ini dikenal dengan market
segmentation. Misalkan, produk mainan
untuk anak-anak, peralatan rumah
tangga untuk wanita dan lain
sebagainya.
4. Menetapkan prinsip perancangan yang
akan digunakan, misalkan
menggunakan prinsip perancangan
unutuk individu ekstrim atau yang
lainnya.
5. Menetapkan nilai persentil yang akan
digunakan, misalkan menggunakan
persentil 5%, 95%, atau persentil
lainnya sesuai dengan yang dibutuhkan
dalam proses perancangan.
6. Langkah selanjutnya, untuk setiap
dimensi tubuh yang telah
diidentifikasikan, selanjutnya tetapkan
nilai ukurannya dari tabel data
antropometri yang sesuai. Aplikasikan
data tersebut dan tambahkan faktor
kelonggaran (allowance) bila
diperlukan.
1.3 Desain Produk
Proses desain adalah rangkuman
suatu kegiatan yang dimulai dari observasi
lapangan dan studi pasar, kegiatan penelitian
dan pengembangan, studi banding produk,
dan tahapan-tahapan desain. Dari pengertian
proses desain tersebut, dapat dilihat bahwa
pada dasarnya setiap kegiatan desain akan
berusaha untuk menciptakan sistem (barang
atau produk, proses, dan lain sebagainya)
yang lebih baik dari yang telah ada, dengan
memanfaatkan semua informasi yang telah
diperoleh. Sehingga apabila lebih dicermati,
maka hal ini merupakan aplikasi dari
ergonomi, karena dalam setiap proses desain
yang dilakukan terdapat usaha-usaha untuk
memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi oleh manusia.
Dalam proses desain terdapat
beberapa pertimbangan yang dapat
dilakukan diantaranya adalah
(Prasetyowibowo, 1999, hal. 11):
1. Pertimbangan fungsional
2. Pertimbangan teknis
3. Pertimbangan ergonomi
4. Pertimbangan ekonomi
5. Pertimbangan lingkungan
6. Pertimbangan sosial budaya
7. Pertimbangan visual (estetika)
Pengembangan produk dapat
dikelompokkan menjadi empat tipe, yaitu
(Ulrich dan Eppinger, 2003, hal. 35):
1. New product platforms yaitu
pengembangan golongan baru dari
suatu produk dengan berdasarkan pada
platform produk lama.
2. Derivatives of existing product
platforms yaitu pengembangan produk
berdasarkan pada turunan dari produk
yang sudah ada.
3. Incremental improvements to existing
products yaitu pengembangan ini bisa
saja hanya merupakan penambahan
87
maupun modifikasi dari produk yang
sudah ada dengan tujuan untuk menjaga
lini maupun manajemen perusahaan.
4. Fundamentally new products yaitu
pengembangan produk pada produk
yang benar-benar baru.
1.4 Evaluasi Posisi Kerja Operator
dengan Metode RULA
Metode RULA (Rapid Upper Limb
Assessment) merupakan sebuah metode
yang digunakan untuk mengetahui postur
manusia, beban dan aktivitas otot yang
mengakibatkan penyakit pada anggota tubuh
bagian atas atau yang lebih dikenal dengan
Upper Limb Disorders (ULD). Metode
RULA ini dikembangkan oleh Mc Atamney
dan Corlett pada tahun 1993.
Metode RULA ini akan mengamati
bagian-bagian tubuh bagian atas, leher,
batang tubuh dan kaki. Setiap posisi dari
masing-masing bagian ini akan mempunyai
nilai tertentu, yang mana hal ini dapat dilihat
pada Gambar 1.
Untuk mendapatkan nilai akhir dari
penggunaan metode ini, maka akan
digunakan tiga Tabel, yaitu Tabel A, Tabel
B dan Tabel C, dimana Tabel A dapat dilihat
pada Tabel 1, sedangkan Tabel B dapat
dilihat pada Tabel 2. Adapun tahap-tahap
dalam menggunakan metode ini adalah
sebagai berikut (Corlett, 1999, hal. 665):
1. Tentukan nilai dari masing-masing
bagian tubuh operator dengan melihat
Gambar 1.
2. Masukkan nilai yang telah diperoleh
tersebut ke dalam Tabel A dan Tabel B.
Tabel A digunakan untuk bagian kanan
dan kiri anggota tubuh bagian atas,
sehingga akan diperoleh nilai A.
Sedangkan Tabel B digunakan untuk
bagian leher, batang tubuh dan kaki,
sehingga akan diperoleh nilai B.
3. Setelah didapatkan nilai dari masing-
masing Tabel tersebut, maka nilainya
ditambahkan dengan nilai penggunaan
otot dan nilai penggunaan beban, yang
mana nilainya dapat dilihat pada Tabel 3
dan Tabel 4. Maka nilai A akan menjadi
nilai C, sedangkan nilai B akan menjadi
nilai D.
4. Setelah didapatkan nilai C dan nilai D,
maka selanjutnya nilai-nilai tersebut
dimasukkan ke dalam Tabel C, dan
Tabel ini dapat dilihat pada Tabel 5.
5. Setelah didapatkan nilai akhir untuk
anggota tubuh bagian atas dan leher,
batang tubuh serta kaki, maka dari nilai
yang diperoleh tersebut dapat diketahui
level tindakan korektif yang harus
dilakukan.
Untuk memudahkan dalam
pemakaian metode RULA ini digunakan
score sheet, yang mana bentuk score sheet
ini dapat dilihat pada Gambar 2. Level
tindakan yang harus dilakukan setelah
mendapatkan hasil dari Tabel C adalah
sebagai berikut:
- Level Tindakan 1
Jika pada Tabel C diperoleh nilai satu
atau dua, maka posisi kerja operator
masih diperbolehkan atau dapat diterima
jika hal tersebut tidak dipertahankan
atau diulang untuk periode yang lama.
- Level Tindakan 2
Jika pada Tabel C diperoleh nilai tiga
atau empat, maka perlu dilakukan
penyelidikan atau penelitian terhadap
posisi kerja operator dan perubahan atau
perbaikan perlu dilakukan.
- Level Tindakan 3
Jika pada Tabel C diperoleh nilai lima
atau enam, maka penyelidikan atau
penelitian dan perubahan atau perbaikan
terhadap posisi kerja operator harus
segera dilakukan.
- Level Tindakan 4
Jika pada Tabel C diperoleh nilai tujuh
atau lebih, maka penyelidikan atau
penelitian dan perubahan atau perbaikan
terhadap posisi kerja operator harus
dilakukan sekarang juga
88
Gambar 1. Bagian-Bagian Tubuh yang Diukur (Corlett, 1999, hal. 669)
3. METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab Metodologi Penelitian ini,
akan diuraikan langkah-langkah atau tahap-
tahap penelitian dari awal sampai akhir,
sehingga didapatkan hasil perancangan yang
memenuhi kaidah-kaidah ergonomi. Secara
garis besarnya, penelitian ini terdiri dari
delapan tahap, yaitu tahap persiapan
penelitian, pengumpulan dan pengolahan
data, perancangan ulang, analisis biaya, hasil
rancangan dan evalusi, cara pengoperasian
dan perawatan, analisis hasil rancangan dan
yang terakhir adalah tahap pengambilan
kesimpulan dari penelitian yang telah
dilakukan dan saran untuk penelitian yang
akan datang.
3.1 Tahap Persiapan Penelitian
Hal-hal yang dilakukan pada tahap
persiapan ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Pendahuluan
Pada tahap persiapan penelitian yang
pertama dilakukan adalah penelitian
pendahuluan. Hal ini dilakukan agar dapat
diperoleh gambaran yang jelas mengenai
objek yang akan diteliti.
Adapun hal-hal yang dilakukan pada
tahap ini adalah sebagai berikut:
a. User analysis
b. Function analysis
c. Preliminary task analysis
d. Environment analysis
e. Identify user preferences and
requirements
89
f. Providing Input for System
Specifications
Tabel 1. Evaluasi Postur untuk Memperoleh Nilai A (Corlett, 1999, hal. 671)
2. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan dengan
cara membaca referensi dan literatur-
literatur yang berhubungan dengan
perancangan ulang peralatan material
handling yang akan dilakukan yaitu leaf
trolys, sehingga bisa mendukung dalam
proses pemecahan masalah. Dari tinjauan
pustaka juga akan dapat disusun teori-teori
yang relevan dengan penelitian.
Tabel 2. Evaluasi Postur untuk Memperoleh Nilai B (Corlett, 1999, hal. 671)
Tabel 3. Nilai Penggunaan Otot untuk Memperoleh Nilai C dan Nilai D (Corlett, 1999, hal. 672)
Muscle Use Score
Give a score of 1
if the posture is:
* mainly static, e.g. held
for longer than 1 minute
* repeated more than
4 times/minute
Tabel 4. Nilai Beban untuk Memperoleh Nilai C dan Nilai D (Corlett, 1999, hal. 672)
Nilai Forces or Load Score
90
0
No resistance or less than
2 kg intermittent load or force
1 2 - 10 kg intermittent load or force
2 2 -10 kg static load
2 -10 kg repeated load or force
3 10 kg or more static load
10 kg or more repeated loads or forces
Shock or force with a rapid buildup
Tabel 5. Panduan untuk Mendapatkan Nilai Akhir (Menentukan Level Tindakan) (Corlett, 1999,
hal. 673)
SCORE D (NECK, TRUNK, LEGS)
SCORE C
(UPPER
LIMB)
1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8 5 5 6 7 7 7 7
Gambar 2. Score Sheet Penggunaan Metode RULA (Corlett, 1999, hal. 670)
3. Identifikasi Masalah Berdasarkan penelitian pendahuluan
dan tinjauan pustaka yang dilakukan,
91
diperoleh informasi bahwa operator leaf
trolys merasakan sakit atau
ketidaknyamanan pada saat
menggunakan leaf trolys tersebut dalam
melaksanakan aktivitas, sehingga
apabila hal ini dibiarkan akan dapat
menimbulkan rasa sakit atau nyeri yang
dirasakan berkelanjutan pada beberapa
bagian tubuh operator dan juga akan
menimbulkan kerugian kepada
perusahaan. Maka untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut
perlu dilakukan suatu penelitian yang
akan menghasilkan suatu solusi, yang
nantinya akan menghasilkan suatu
rancangan leaf trolys yang sesuai
dengan kaidah-kaidah ergonomi.
3.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan
Data
Setelah tahap persiapan penelitian
dilakukan, langkah selanjutnya adalah tahap
pengumpulan dan pengolahan data. Pada
tahap ini akan diuraikan mengenai cara
mendapatkan data yang dibutuhkan, sumber
data serta data apa saja yang akan
dikumpulkan berkaitan dengan kepentingan
penelitian yang akan dilakukan.
1. Pengumpulan Data
Adapun data-data yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Data umum tentang operator
b. Fungsi utama produk
c. Task analysis awal
d. Data tentang lingkungan kerja
e. Data pilihan dan keinginan operator
f. Tujuan dan bentuk sistem yang
diinginkan
g. Data fasilitas yang ada
Karena pada penelitian ini akan
dilakukan perancangan ulang
terhadap leaf trolys yang ada, maka
dikumpulkan data-data mengenai
leaf trolys tersebut, baik dari segi
ukuran, kegunaan, biaya
pembuatan, dan data lainnya yang
dibutuhkan untuk proses
perancangan ini.
h. Data keluhan-keluhan operator leaf
trolys
Informasi mengenai keluhan-
keluhan yang dirasakan oleh
operator leaf trolys selama ini
diperoleh melalui penyebaran
checklist dan wawancara. Selain itu,
wawancara juga dilakukan terhadap
mandor stasiun kerja pengulungan.
Dari hasil checklist dan wawancara
diharapkan diketahui bagian leaf
trolys yang sering mengalami
kerusakan, kesulitan dan keluhan
yang sering dialami oleh operator
leaf trolys pada saat bekerja. Data
ini berguna dalam proses
perancangan leaf trolys yang akan
dilakukan, sehingga dapat
dihasilkan sebuah leaf trolys yang
efektif, aman, nyaman, sehat dan
efisien.
i. Data antropometri
Untuk keperluan perancangan leaf
trolys yang berhubungan dengan
dimensi tubuh, maka diperlukan
data antropometri. Adapun data
antropometri yang akan digunakan
adalah data antropometri operator
leaf trolys dan mahasiswa dari
Laboratorium Perancangan Sistem
Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik
Industri Fakultas Teknik
Universitas Andalas tahun 2003.
Hal ini dimaksudkan agar leaf trolys
tidak saja dapat dioperasikan secara
baik oleh operator yang bekerja di
PTPN VI Pabrik Teh Danau
Kembar saat ini, tetapi juga oleh
operator yang ada pada pabrik teh
lainnya yang bekerja pada saat
sekarang, dan juga yang bekerja
pada masa yang akan datang.
j. Pengambilan gambar
Untuk mengetahui secara persis
posisi tubuh operator leaf trolys
pada saat melakukan pekerjaan,
92
maka dilakukan proses pengambilan
gambar menggunakan kamera foto.
k. Layout stasiun kerja penggulungan
l. Waktu Proses
m. Pengukuran denyut jantung
Pengukuran denyut jantung ini
berguna untuk mengukur jumlah
energi yang dikeluarkan oleh
seorang operator ketika melakukan
pekerjaan. Denyut jantung yang
diperoleh dikonversikan keenergi
kemudian dibandingkan dengan
standar Granjean. Dari hasil yang
diperoleh dapat diketahui level
beban kerja operator.
n. Task analysis
Task analysis digunakan untuk
merepresentasikan informasi yang
digunakan dalam perancangan suatu
sistem manusia mesin baru ataupun
di dalam mengevaluasi rancangan
sistem yang ada sekarang ini. Hal ini
dicapai melalui analisis yang
sistematis dari pekerjaan yang
diperlukan oleh operator.
2. Pengolahan Data
Data-data yang telah dikumpulkan
selanjutnya akan diolah sesuai dengan
kebutuhan penelitian.
a. Pengujian Keseragaman Data
Uji statistik ini akan digunakan pada
saat penghitungan dimensi leaf
trolys dengan menggunakan data
antropometri dan pada saat
penghitungan waktu baku aktivitas
operator leaf trolys. Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah
data-data yang ada berada di dalam
atau di luar batas kontrol yang telah
ditetapkan.
b. Pengujian Kecukupan Data
Uji statistik ini akan digunakan pada
saat penghitungan dimensi leaf
trolys dengan menggunakan data
antropometri dan pada saat
penghitungan waktu baku aktivitas
operator leaf trolys Pengujian
kecukupan data dilakukan untuk
mengetahui apakah data yang telah
dikumpulkan telah mencukupi atau
belum untuk melakukan proses
perancangan leaf trolys.
c. Pengujian Hipotesis Dua Sampel
Uji statistik ini digunakan untuk
melihat apakah populasi operator
leaf trolys dengan populasi
mahasiswa TI Unand secara statistik
sama. Uji ini akan menduga
parameter dua populasi, dimana
parameter yang akan diduga adalah
nilai tengah dan ragam. Dari hasil
uji ini, dapat diketahui apakah data
antropometri mahasiswa TI Unand
dapat digabungkan dengan data
operator leaf trolys yang akan
digunakan dalam penentuan
dimensi leaf trolys.
3.3 Tahap Perancangan Ulang
Proses perancangan ini secara garis
besarnya terdiri dari beberapa langkah yaitu:
1. Konseptualisasi Desain
Tahap konseptualisasi desain
merupakan tahap yang penting dalam
proses perancangan, karena pada tahap
ini akan dikumpulkan informasi teknis
yang tepat tentang produk yang akan
dirancang. Adapun langkah-langkah
dalam konseptualisasi desain ini adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan bentuk sistem, apakah
manual, semi otomatis, atau
otomatis.
b. Menganalisis posisi tubuh operator
leaf trolys saat bekerja dengan
menggunakan metode RULA.
c. Identifikasi Fungsi
Pada tahap ini informasi teknis yang
berhubungan dengan produk yang
akan dirancang dikumpulkan,
kemudian dilakukan identifikasi
fungsi berdasarkan data-data yang
diperoleh dari task analysis.
d. Menentukan posisi tubuh ideal
operator leaf trolys ketika
93
melaksanakan aktivitas atau ketika
bekerja.
2. Alternatif Rancangan
Pada tahap ini, akan dirumuskan
berbagai alternatif rancangan yang
mungkin diterapkan. Setelah alternatif
rancangan dibuat, maka selanjutnya
dilakukan analisis terhadap alternatif-
alternatif rancangan tersebut sehingga
dipilih satu alternatif rancangan yang
sesuai dengan tujuan penelitian yang
dilakukan.
3. Pemodelan Produk
Pada tahap pemodelan produk ini akan
disajikan informasi tentang produk
yang akan dirancang secara jelas dan
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Tahap pemodelan ini sangat perlu
dilakukan, karena sebelum suatu sistem
nyata dibuat, maka untuk mendapatkan
hasil rancangan yang baik perlu
dilakukan proses pemodelan. Hal ini
bertujuan untuk dapat meminimasi
kesalahan dan pemborosan pada saat
pembuatan prototipe. Setelah ditentukan
bagian-bagian dari peralatan (leaf
trolys) yang akan dirancang, maka
langkah selanjutnya adalah sebagai
berikut:
- Menentukan jenis segmen badan
yang berkaitan dengan bagian leaf
trolys yang akan dirancang.
- Menentukan persentil data
antropometri yang dipakai.
- Membuat gambar detail leaf trolys.
- Menentukan dimensi masing
masing bagian leaf trolys.
4. Penentuan Material
Pada tahap ini akan dilakukan proses
penentuan material yang akan
membentuk leaf trolys, sehingga
material yang akan digunakan dalam
proses pembuatan leaf trolys adalah
material yang terseleksi dan berdaya
guna. Dalam penentuan material ini,
selain memperhatikan fungsi dari
masing-masing bagian dari leaf trolys,
faktor lingkungan juga perlu menjadi
bahan pertimbangan dan tentunya yang
sangat penting adalah faktor
kenyamanan dan keselamatan operator.
5. Proses Produksi
Pada tahap ini akan ditentukan proses
pembuatan leaf trolys hasil rancangan
yang efektif dan efisien, sehingga dapat
dihasilkan leaf trolys yang ergonomis
dan berkualitas.
3.4 Perhitungan Biaya
Perhitungan biaya bertujuan untuk
melihat berapa biaya yang dibutuhkan untuk
membuat satu unit leaf trolys. Sehingga
dapat diketahui kelayakan leaf trolys yang
dirancang secara ekonomi. Sehingga ketika
perusahaan akan mengimplementasikan
hasil rancangan terlebih dahulu dapat
dihitung benefit cost rationya.
3.5 Hasil Rancangan dan Evaluasi
Rancangan yang dihasilkan adalah
rancangan yang sesuai dengan kaidah-
kaidah ergonomi, dimana dimensi dari
masing-masing bagian leaf trolys sesuai
dengan dimensi segmen tubuh operator.
Dengan dihasilkannya leaf trolys yang
sesuai dengan kaidah-kaidah ergonomi,
maka diharapkan tidak lagi menimbulkan
rasa nyeri pada beberapa bagian tubuh
operator saat bekerja, kelelahan,
ketidaknyamanan dalam melaksanakan
kerja, serta keluhan-keluhan lainnya.
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
melakukan evaluasi terhadap leaf trolys
hasil rancangan, dengan cara mengevaluasi
posisi tubuh operator ketika melakukan
aktivitas menggunakan produk hasil
rancangan.
3.6 Cara Pengoperasian dan Perawatan
Pada bagian ini akan dijelaskan cara
pengoperasian rancangan yang telah
dihasilkan, sehingga operator yang akan
menggunakan hasil rancangan ini dapat
bekerja dengan efektif dan efisien. Pada
tahap ini, juga akan dijelaskan bagaimana
sistem perawatan yang harus diberikan
94
terhadap produk hasil rancangan, sehingga
produk dapat tahan lama dan terhindar dari
kerusakan-kerusakan yang tidak diinginkan.
3.7 Analisis Hasil Rancangan
Pada tahap ini, akan dilakukan
analisis terhadap hasil rancangan peralatan
leaf trolys yang telah dilakukan.
3.8 Kesimpulan dan Saran
Bagian ini berisi tentang kesimpulan
dari penelitian yang telah dilakukan,
sehingga dapat diketahui apakah tujuan
penelitian dapat tercapai. Bab ini juga berisi
tentang saran-saran yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk penelitian lebih lanjut pada masa yang
akan datang.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pendahuluan
Data pendahuluan dikumpulkan
untuk memperoleh informasi tentang
gambaran umum sistem yang akan
dirancang, sehingga diharapkan peralatan
yang akan dirancang dapat dioperasikan
secara optimal dengan sistem kerja dan
lingkungan fisik kerja yang ENASE. Data
yang dikumpulkan antara lain: data umum
operator, fungsi produk dan task analysis
awal.
Operator leaf trolys berjumlah 12
orang laki-laki. Usia operator antara 23
tahun sampai dengan 46 tahun. Tingkat
pendidikan operator juga beragam dari
tamatan SD sampai SLTA. Keadaan fisik
dari semua operator adalah normal.
Analisis fungsi dilakukan untuk
mengetahui kegunaan dari produk yang akan
dirancang. Fungsi dari leaf trolys yang akan
dirancang adalah sebagai peralatan material
handling yang akan memindahkan daun teh
serta bubuk teh dari satu mesin ke mesin
lainnya pada stasiun kerja penggulungan.
Task analysis awal bertujuan untuk
menggambarkan pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan oleh operator leaf trolys.
Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh
operator leaf trolys adalah sebagai berikut:
Memindahkan daun teh dari mesin
Open Top Roller (OTR) ke mesin
Double Indian Breaker Netshort 1
(DIBN 1).
Memindahkan daun teh sisa operasi
pada mesin DIBN 1 ke mesin Press
Cup Roller (PCR).
Memindahkan daun teh dari mesin
PCR ke mesin DIBN 2.
4.2 Analisis Posisi Tubuh Operator Leaf
Trolys Saat Bekerja
Untuk mengetahui posisi tubuh
operator leaf trolys saat bekerja, maka
dilakukan pengambilan gambar operator leaf
trolys dengan menggunakan kamera foto.
Dari hasil pengambilan gambar yang
dilakukan dapat diketahui berbagai macam
posisi operator leaf trolys saat bekerja atau
melakukan aktivitas. Posisi kerja operator
leaf trolys tersebut, kemudian dianalisis
dengan menggunakan metode RULA.
Setelah dilakukan analisis terhadap posisi
kerja operator leaf troyls, maka perlu atau
tidaknya diambil tindakan perbaikan
tergantung kepada hasil yang diperoleh.
Posisi kerja operator terdiri dari 25
posisi. Beberapa contoh gambar posisi kerja
operator dapat dilihat pada Gambar 3, 4, dan
5.
95
Gambar 3. Posisi Kerja Meletakkan Leaf
Trolys Kosong ke Mesin OTR
Gambar 4. Membawa Leaf Trolys yang
Telah Terisi Daun Teh ke Mesin DIBN 1
Gambar 5. Memasukkan Daun Teh ke Mesin PCR
Berdasarkan Gambar 3 di atas, dapat
diperoleh informasi tentang posisi kerja
operator leaf trolys. Dari gambar posisi kerja
operator leaf trolys yang ada, bisa diketahui
posisi dan penggunaan masing-masing item
yang akan dianalisis dengan menggunakan
metode RULA.
Nilai-nilai yang telah diberikan dan
didapatkan dimasukkan kedalam score
sheet, sehingga dapat diketahui level
tindakan dari posisi kerja operator nomor
tersebut. Score shett posisi kerja operator
dapat dilihat pada Gambar 6.
Untuk posisi kerja operator leaf trolys
di atas, maka hasil akhir yang diperoleh
untuk anggota tubuh bagian kanan adalah 7,
dan untuk anggota tubuh bagian kiri juga 7.
Dari hasil tersebut, maka level tindakan
yang harus dilakukan adalah level tindakan
4, dimana penyelidikan atau penelitian dan
perubahan atau perbaikan terhadap posisi
kerja operator harus dilakukan sekarang
juga.
Dengan cara yang sama, maka dapat
dilakukan analisis untuk setiap posisi kerja
yang lainnya. Dimana hasil untuk ke semua
posisi (25 posisi) adalah sama, yaitu level 4.
96
Gambar 6. Score Sheet Posisi Kerja Meletakkan Leaf Trolys Kosong ke Mesin OTR
4.3 Leaf Trolys Hasil Rancangan
Cara paling efektif untuk mengurangi
nyeri atau keluhan pada saat bekerja adalah
dengan mengurangi resiko manual handling
[McKeown, 2008, hal. 153]. Hal ini dapat
dicapai jika peralatan yang digunakan untuk
manual handling memenuhi prinsip-prinsip
ergonomi dan sesuai dengan antropometri
tubuh operator. Maka untuk operator leaf
trolys perlu dirancang sebuah leaf trolys
yang ergonomis.
Untuk merancang leaf trolys perlu
diketahui posisi kerja ideal untuk pekerjaan
yang dilakukan sambil berdiri. Maka hal-hal
yang harus diperhatikan berkaitan dengan
posisi kerjanya adalah sebagai berikut:
- Batang tubuh tidak boleh berputar atau
membungkuk, tetapi diusahakan untuk
tegak dan normal [Kroemer, 2001, hal.
348].
- Posisi leher dan kaki berada dalam
keadaan lurus [Wignjosoebroto, 2003,
hal. 76].
- Tangan dan lengan berada dalam posisi
yang normal (Wignjosoebroto, 2003,
hal. 76).
Berdasarkan ketentuan-ketentuan di
atas, maka posisi kerja ideal operator leaf
trolys pada saat bekerja untuk masing-
masing posisi kerja harus ditentukan.
Untuk menghasilkan rancangan leaf
trolys yang ergonomis atau rancangan yang
sesuai dengan antropometri tubuh operator,
maka diperlukan jenis segmen badan yang
berkaitaan dengan bagian leaf trolys yang
akan dirancang. Jenis-jenis segmen badan
yang berkaitan dengan bagian leaf trolys
adalah sebagai berikut:
1. Pegangan leaf trolys
- Tinggi siku berdiri
- Lebar bahu
2. Bak penampung leaf trolys
97
- Tinggi siku berdiri
Berdasarkan posisi kerja ideal dan
data antropometri, maka leaf trolys hasil
rancangan dapat dilihat pada Gambar 7.
Setelah dilakukan proses perancangan
ulang terhadap leaf trolys, maka terdapat
perubahan dimensi pada bagian-bagian leaf
trolys yang disesuaikan dengan dimensi
tubuh operator dan kondisi ideal pekerjaan
tersebut, yang mana dapat dilihat pada Tabel
6.
(a)
(b)
Gambar 7. Leaf Trolys Hasil Rancangan dan Bagian-bagiannya pada (a) dan (b)
98
Tabel 6. Dimensi Leaf Trolys
4.4 Perhitungan Biaya
Biaya yang akan diperhitungkan
adalah biaya material atau bagian yang
diperlukan untuk membuat satu unit leaf
trolys. Pada dasarnya biaya yang
dibutuhkan untuk membuat satu unit produk
akan lebih besar dari pada biaya rata-rata
satu unit yang diperlukan jika dilakukan
produksi massal. Biaya yang dibutuhkan
untuk membuat satu unit leaf trolys adalah
Rp. 7.659.000. Besarnya biaya ini
disebabkan oleh harga hidrolik yang mahal
yaitu Rp. 6 juta per unitnya.
4.5 Evaluasi Leaf Trolys Hasil
Rancangan
Untuk mengetahui apakah hasil
rancangan leaf trolys lebih baik dari leaf
trolys yang ada sekarang dari sisi ergonomi,
maka dilakukan kembali analisis terhadap
masing-masing posisi kerja menggunakan
RULA. Selain dari sisi ergonomis, evaluasi
juga dilakukan dari segi penghematan waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
proses.
1. Evaluasi Berdasarkan Posisi Kerja
Proses evaluasi dari sisi posisi kerja
dilakukan dengan menganalisis semua posisi
kerja yang menggunakan leaf trolys hasil
rancangan dengan menggunakan metode
99
RULA. Dari 31 posisi kerja, semuanya
mengalami penurunan level aksi dari 4 ke 1
atau 2. Sehingga dapat dikatakan bahwa
hasil rancangan lebih baik dari yang ada
sekarang.
Beberapa contoh posisi kerja operator
menggunakan leaf trolys hasil rancangan
dapat dilihat pada Gambar 8, 9, 10 dan 11.
Gambar 8. Posisi Kerja Meletakkan Leaf Trolys
Kosong ke Mesin OTR
Gambar 9. Posisi Kerja Membawa Leaf Trolys
yang Telah Terisi Daun Teh ke Mesin DIBN 1
Gambar 10. Posisi Kerja Membuka Dinding Bagian
Depan Bak Penampung Leaf Trolys
Gambar 11. Posisi Kerja Menarik Leaf
Trolys Kosong dari Mesin PCR
100
2. Evaluasi Berdasarkan Waktu Proses
Dengan melakukan perancangan ulang
terhadap peralatan yang digunakan oleh
operator saat melakukan aktivitas, maka hal ini
akan memberikan kenyamanan bagi operator
dan juga akan dapat mempersingkat waktu
baku yang diperlukan untuk melaksanakan
aktivitas tersebut.
Waktu baku sebagian besar posisi kerja
mengalami penurunan, yang terbesar adalah
pada saat aktivitas pemindahan daun teh dari
leaf trolys ke corong masuk mesin DIBN 1
yaitu sebesar 62,39%.
5. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah
dilakukan pada bagian-bagian sebelumnya,
maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Faktor penyebab operator merasakan
ketidaknyamanan dalam menggunakan leaf
trolys adalah karena leaf trolys yang ada
tidak sesuai dengan antropometri tubuh
operator dan leaf trolys sulit dioperasikan,
2. Berdasarkan analisis yang dilakukan
terhadap posisi kerja operator dengan
menggunakan metode RULA, maka level
aksi yang diperoleh untuk semua posisi
kerja (25 posisi) adalah level aksi 4,
sehingga semua posisi kerja operator
dengan menggunakan leaf trolys yang ada
sekarang memerlukan perbaikan yang
harus dilakukan sekarang juga.
3. Posisi kerja ideal operator leaf trolys adalah
sebagai berikut:
- Tubuh bagian atas berada dalam
keadaan yang relax.
- Posisi leher lurus.
- Posisi batang tubuh lurus.
- Posisi kaki lurus dengan postur tubuh
yang seimbang.
4. Perbedaan antara leaf trolys yang ada
sekarang dengan leaf trolys hasil rancangan
adalah sebagai berikut:
- Leaf trolys hasil rancangan diberi
tangan dengan dimensi yang
disesuaikan dengan antropometri tubuh
operator.
- Leaf trolys hasil rancangan
menggunakan sistem hidrolik yang
ketinggiannya disesuaikan dengan
antropometri tubuh operator.
- Posisi roda dan ukuran roda leaf trolys.
- Adanya pembuangan bagian-bagian
leaf trolys yang ada sekarang, yaitu
penyangga lengan pendorong,
penopang roda besar, dudukan roda
kecil, penopang roda kecil dan lengan
pendorong.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disarankan hal-hal
sebagai berikut:
1. Material dan hidrolik yang digunakan
untuk pembuatan leaf trolys dapat
dianalisis lebih lanjut pada penelitian
berikutnya, sehingga diperoleh leaf trolys
yang lebih efektif dan efisien.
2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
pembuatan prototipe hasil rancangan serta
pengujiannya secara langsung kepada
operator leaf trolys, sehingga dapat
diperoleh hasil rancangan yang semakin
baik (ergonomis) dari waktu ke waktu.
3. Penelitian ini juga dapat dilanjutkan
dengan melakukan analisis terhadap
manfaat yang dapat diperoleh oleh
perusahaan dengan adanya leaf trolys hasil
rancangan dari segi ekonomi.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Bridger, R. S., 2002, Introduction to
Ergonomics. McGraw-Hill, Singapore.
[2] Corlett, E. Nigel. 1999. The Evaluation
of Posture and Its Effects; di dalam buku
Evaluation of Human Work Practical
Ergonomics Methodology. Taylor &
Francis Ltd.
[3] Kroemer, K. H. E., Kroemer, H. B.,
Elbert, K. E. Kroemer. 2001.
Ergonomics: How to Design for Ease
and Efficiency. Second Edition. Prentice
Hall.
101
[4] McKeown, Celine. 2008, Office
Ergonomics: Practical Applications.
Taylor & Francis Group, LLC, USA.
[5] Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi:
Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi
Pertama. PT. Guna Wydia, Jakarta.
[6] Prasetyowibowo, Bagas. 1999. Desain
Produk Industri. Edisi Kedua. Yayasan
Delapan-Sepuluh, Bandung.
[7] Pulat, Mustafa. 1992. Fundamental
Ergonomics. First Edition. New York:
Mc Graw-Hill.
[8] Tillman, Peggy, Barry. 1991. An
Ergonomics Guide for Designers,
Engineers, Scientists, and Managers. Mc
Graw-Hill, New York.
[9] Ulrich Karl T. dan Eppinger Steven D.,
2004. Product Design and Development.
McGraw-Hill, Singapore.
[10] Wignjosoebroto, S., 2003. Ergonomi,
Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis
untuk Peningkatan Produktivitas Kerja.
PT. Guna Widya, Surabaya.