analisa ekonomi rdf
TRANSCRIPT
-
8/20/2019 Analisa Ekonomi RDF
1/15
1
ANALISA KELAYAKAN PROYEK
I. ANALISIS EKONOMI (BIAYA MANFAAT)
Analisa Manfaat dan Biaya Sosial (AMBS) diwajibkan untuk dibuat untuk proyek PPP di
Indonesia yang merupakan penilaian dari biaya sosial dan manfaat dari proyek dari sudut
pandang masyarakat. Jika dalam suatu proyek manfaat sosial lebih besar daripada biaya
sosial, maka proyek dianggap layak secara ekonomis dan proyek harus dilaksanakan olehpemerintah.
Ukuran pertama yang digunakan dalam menghitung AMBS ialah Nilai bersih Ekonomi Saat
Ini atau Economic Net Present Value (ENPV): jika ENPV positif, maka proyek ini layak
secara ekonomis. Kadang-kadang ENPV disebut "surplus sosial" (jika positif). Tingkat
surplus ini bisa menjadi indikator dari jumlah dukungan pemerintah yang dapat diberikan
kepada proyek. Jika jumlah dukungan pemerintah yang diminta melebihi surplus, maka
akan lebih baik untuk menerapkannya sebagai Project sektor publik atau Proyek yang
dilaksanakan oleh BUMN/BUMD. Ukuran kedua ialah Tingkat ekonomi pengembalian
internal atau Economic Internal Rate of Return (EIRR): jika EIRR lebih besar daripada rate
diskon sosial, maka proyek ini layak secara ekonomis. Ukuran ketifa ialah Rasio Manfaat /
Biaya atau Benefit /Cost Ration (B/C Ratio): jika rasio lebih dari satu, maka proyek ini
layak secara ekonomis.
Dalam menghitung ENPV, EIRR dan B/C ratio, yang SCBA didasarkan pada perbandingan 2
situasi: "With Project – Dengan Proyek" dan "Without Project – Tanpa Proyek” tersebut.
Dengan dasar perhitungan adalah “Tanpa proyek”. Dimana pilihan "Dengan Proyek” adalah
pilihan pertama atau “Pilihan yang Disukai” dan hal ini harus menjadi solusi paling murah
dengan teknologi yang direkomendasikan.
Asumsinya adalah Belanja modal (Capex) dan operasi & pemeliharaan (Opex) harus
diestimasi pada basis keadaan yang optimal. Dan semua biaya / harga yang digunakan
dalam AMBS adalah harga "ekonomi" (kadang-kadang disebut "biaya sumber daya" atau
"biaya akuntansi"). Ini berarti harga dikurangi pembayaran transfer (yaitu subsidi), pajak
-
8/20/2019 Analisa Ekonomi RDF
2/15
2
(misalnya tidak PPN) dan elemen monopoli (ini adalah kekuatan pasar distorsi harga,
sehingga menghasilkan "sewa" yang optimal). Proses memperkirakan harga ekonomi
disebut "shadow pricing". Faktor konversi standar atau Standard Conversion Factor (SCF)
sebagai cara penghitungan yang paling sering digunakan.
Perhitungan Manfaat Sosial adalah Biaya yang tidak jadi dikeluarkan dengan adanya proyek
atau Saving from Existing Cost. Dalam hal TPPAS Nambo ini, Manfaat Sosial adalah Biaya
Pengelolaan Existing terhadap Tempat Pembuangan Akhir Sampah dan proyeksinya.
Sedangkan dalam perhitungan Biaya Sosial adalah Biaya Lingkungan dan Biaya yang harus
ditanggung masyarakat disekitar proyek dalam masalah lingkungan dan kemasyarakatan
serta proyeksinya.
Hasil Perhitungan EIRR adalah 14%, ENPV adalah Rp 240 juta dan B/C Ratio adalah (NPV
Manfaat Sosial) 4 : 3 (NPV Biaya Sosial). Dimana EIRR ini lebih besar dari FIRR dan ENPV
lebih besar daripada FNPV serta Manfaat Sosial lebih besar daripada Biaya Sosial.
II. ANALISIS KEUANGAN
Analisis keuangan terdiri dari Business Analysis, Credit Analysis, Industry Analysis dan
Accounting Analysis. Pada semua Financial Analysis tersebut, didasarkan pada Financial
Model yang memperkirakan Laba/Rugi dalam jangka pendek dan panjang yang berasal dari
Laporan Laba Rugi (Profit & Loss Statement), Posisi Harta Perusahaan yang berasal dari
Laporan Neraca (Balance Sheet), perhitungan Internal Rate of Return (IRR), Net Present
Value and Payback yang berasal dari Laporan Arus Kas (Cash Flow).
Penyusunan Financial Model didasarkan pada Asumsi-asumsi yang digunakan yaitu Costing
Parameter (Capital Expenditure atau Capex dan Operational Expenditure atau Opex),
Capital Parameter (Debt Ratio, Cost of Equity, Interest Rate dan WACC / Weighted Cost ofCapital), Conssession & Regulatory Parameter (Construction Periode, Conssession Periode,
Tax Rate dan Depression Method) dan Revenue & Costing Parameter (Tipping Fee awal dan
pertumbuhannya, RDF price awal dan pertumbuhannya dan Escalasi harga).
Hasil Business Analysis adalah Project Returns yaitu Hasil Analisis berupa Project
IRR,Project NPV, DCSR (Debt Service Coverage Ratio) dan Payback. Hasil Credit Analysis
adalah perbandingan IRR, NPV dan DCSR terhadap Interest dan WACC. Industrial Analysis
ialah memperbandingan IRR dan NPV terhadap Conssession Period dan Revenue Parameter
-
8/20/2019 Analisa Ekonomi RDF
3/15
3
(terutama harga RDF dan pertumbuhannya). Pada Accounting Analysis adalah analysis
terhadap Balance Sheet, Income Statement dan Cash Flow Statement.
4.2.1. Financial Model
Dalam menilai kelayakan proyek, financial model disusun berdasarkan Costing Parameter
(Capital Expenditure atau Capex dan Operational Expenditure atau Opex), Capital
Parameter (Debt Ratio, Cost of Equity, Interest Rate dan WACC / Weighted Cost of
Capital), Conssession & Regulatory Parameter (Construction Periode, Conssession Periode,
Tax Rate dan Depression Method) dan Revenue & Costing Parameter (Tipping Fee awal dan
pertumbuhannya, RDF price awal dan pertumbuhannya dan Escalasi harga).
Costing Parameter yang digunakan dalam TPPAS Nambo ialah
Dimana Costing Parameter ialah input MSW sebesar 1.500 ton per hari atau sekitar 525.000
ton per tahun. Besar MSW sebesar 1.500 ton per hari ini yang akan menentukan skala
Pabrik dan nanti akan digunakann untuk memperkirakan produksi RDF per hari.
Perhitungan Capital Expenditure sebesar Rp 464,5 Milyar dan perhitungan Opex sebesar
61,75 Milyar per tahun yang diperkirakan akan meningkat sebesar inflasi yaitu sekitar 3-4%
per tahun.
4.2.1.1. Revenue Model
Salah satu tolok ukur penting dalam menentukan kelayakan proyek adalah pernyataan
pendapatan atau Revenue Recognition. Pendapatan dari proyek TPPAS Nambo adalah dari
Tipping Fee dan Penjualan RDF. Dimana Revenue Model ini dinyatakan dalam bagan
sebagai berikut:
1.00
..0 000
.10. 000 1 (1,2 )
1.2.0 000 ( )
-
8/20/2019 Analisa Ekonomi RDF
4/15
4
Pendapatan dari Tipping Fee terutama digunakan untuk membiaya pengeluaran
Operational atau OPEX. Saldo dari Pengeluaran Tipping Fee yang telah digunakan untuk
OPEX adalah Free Cash Flow, dan setelah ditambah dengan Pendapatan dari RDF (RDF
Income), maka saldo dan pendapatan RDF digunakan untuk membiayai Pengeluaran
Capital. Dengan adanya Debt dari pihak bank yang mempunyai Interest Rate, maka perlu
dihitung DSCR yang dalam jangka panjang nilainya harus lebih dari 1 (satu), berarti Proyek
mempunyai dana untuk melunasi hutang dan adanya Deviden untuk Investor sebagai
pengembalian Equity-nya.
4.2.1.2. Expenditure Model
Pengeluaran untuk proyek TPPAS Nambo terbagi 3 yaitu Pengeluaran Capital (CAPEX),
Pengeluaran Operational (OPEX) dan Modal Kerja (Working Capital) dimana Modal Kerja ini
diperoleh dari Pinjaman karena Proyek harus beroperasi minimal satu tahun untuk
memperoleh Pendapatan, baik dari Tipping Fee maupun Penjualan RDF.
a. Pengeluaran Capex
Pengeluaran Capex untuk TPPAS Nambo diperkirakan sebesar 464,5 Milyar
digunakan untuk:
No Equipment Cost, IDR (000)
1 Shredder 6.652.659
2 Belt Conveyor sorting 3.441.031
3 Dump Truk 6.882.062
4 Baller 1.223.478
5 Wheel Loaders 13.764.123
6 Drum Screen 3.899.835
7 Blower 53.527
8 Windrow Turner 2.599.890
9 Piping 4.542.161
10 Weigh Bridge 4.588.041
11 Metal separator 2.339.901
12 Biodrying facility and equipment 290.575.930
14 Building, road drainage, utility 77.239.670
-
8/20/2019 Analisa Ekonomi RDF
5/15
5
15 Engineering, design layout 23.399.009
16 Contingency 23.246.074
Jumlah 464.447.390
** Equipment price include mechanical instalation and electrical& instrumentation
b. Pengeluaran Opex
Pengeluaran Opex untuk TPPAS Nambo diperkirakan sebesar 61,75 Milyar digunakan
untuk:
Currency: '000 IDR
No. Position TotalSalary /month
Salary +Benefit 30%
/ year
1 1 15.000 240.000
2 1 10.000 10.000
3 1 10.000 10.000
4 1 10.000 10.000
5 1 10.000 10.000
1 10.000 10.000
1 4.000 4.000
3.000 34.000
10 4 4.500 2.000
11 3.500 44.000
12
4 3.500 224.000
13 4 3.500 224.000
14 12 3.000 5.000
15 2 3.000 .000
1 10 4.000 40.000
1 10 3.500 50.000
1 12 3.500 2.000
-
8/20/2019 Analisa Ekonomi RDF
6/15
1 3 2.050 1.10.00
20 2.050 25.200
21
12 3.000 5.000
Total 1397.268.000
No Item Unit Cost / year
1 50.540
Ltr / year5.05.400
2 Macinery and equipment Maintenance1.01.200
per year1.01.200
3 14.5.500
14.5.500
4 per year313.150
5 per year200.000
per year200.000
220.000
14.53.500
1.140.000
Total cost 54.484.750
Total O&M in a year61.752.750
c. Modal Kerja
Sehubungan dengan perkiraan operasional tahun pertama, setelah konstruksi
selesai, maka proyek akan beroperasi setahun terlebih dahulu dan tahun kedua
proyek baru akan memperoleh Pendapatan dari Tipping Fee dan Penjualan RDF.
Sehingga dengan demikian Proyek harus meminjam Modal Kerja sebesar 1 (satu)
hingga 1,25 (satu seperempat) kali dari besar OPEX yang diperkirakan. Pinjaman ini
bersifat Subsidiary, Jangka Pendek dan harus segera dilunasi oleh proyek
-
8/20/2019 Analisa Ekonomi RDF
7/15
4.2.2. Asumsi-Asumsi
4.2.2.1. Asumsi Perkembangan Produksi RDF
Setelah konstruksi usai pada 2017, TPPAS Nambi akan memulai tahap operasi selama 25
tahun ke depan dan akan berakhir pada 2042. Perkiraan hasil RDF yang dihasilkan dari
1500 ton sampah MSW tersebut adalah berdasarkan 3 situasi berikut:
a. Pesimis
Pada kondisi ini diperkirakan produksi RDF yang dihasilkan adalah 30% dari 1500 ton
sehari atau sekitar 450 ton RDF sehari.
b. Moderat
Pada kondisi ini diperkirakan produksi RDF yang dihasilkan adalah 35% dari 1500 ton
sehari atau sekitar 525 ton RDF sehari
c. Optimis
Pada kondisi ini diperkirakan produksi RDF yang dihasilkan adalah 40% dari 1500 ton
sehari atau sekitar 600 ton RDF sehari
Hasil IRR, NPV, DSCR and Payback dihitung berdasarkan masing-masing kondisi Pesimis,
Moderat dan Optimis diatas.
4.2.2.2. Asumsi Perkembangan Biaya OPEX
Pada Tahap operasional adalah saat proyek mulai menghasilkan pendapatan, dan juga
memikul biaya operasional. Perkiraan biaya operasional adalah berdasarkan 3 situasi
berikut:
a. Pesimis
Pada kondisi ini biaya OPEX akan naik 5% per tahun dari Rp 61,75 Milyar.
b. Moderat
Pada kondisi ini biaya OPEX akan naik 4% per tahun dari Rp 61,75 Milyar.
c. Optimis
Pada kondisi ini biaya OPEX akan naik 3% per tahun dari Rp 61,75 Milyar.
Hasil IRR, NPV, DSCR and Payback dihitung berdasarkan masing-masing kondisi Pesimis,
Moderat dan Optimis diatas.
-
8/20/2019 Analisa Ekonomi RDF
8/15
4.2.2.3. Asumsi Perkembangan Besar Tipping Fee
Salah satu sumber pendapatan Badan Usaha adalah dari Tipping Fee yaitu biaya
Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Perkiraan besar Tipping Fee adalah
berdasarkan 3 situasi berikut:
a. Pesimis
Pada kondisi ini perkembangan Tipping Fee akan naik 1% per tahun dari Tipping Fee
awal sebesar Rp 126.000 per ton Sampah
b. Moderat
Pada kondisi ini perkembangan Tipping Fee akan naik 10% per 3 (tiga) tahun dari
Tipping Fee awal sebesar Rp 126.000 per ton Sampah
c. Optimis
Pada kondisi ini perkembangan Tipping Fee akan naik 5% per tahun dari Tipping Fee
awal sebesar Rp 126.000 per ton Sampah.
Hasil IRR, NPV, DSCR and Payback dihitung berdasarkan masing-masing kondisi Pesimis,
Moderat dan Optimis diatas.
4.2.2.4 Asumsi Perkembangan Harga RDF
Sumber pendapatan Badan Usaha yang lain adalah dari Penjualan RDF, yang berdasarkanharga RDF. Perkiraan besar Harga RDF adalah berdasarkan 3 situasi berikut:
a. Pesimis
Pada kondisi ini Harga RDF awal adalah Rp 250.000 per ton RDF dan perkembangan
harganya adalah 2% per tahun.
b. Moderat
Pada kondisi ini Harga RDF awal adalah Rp 350.000 per ton RDF dan perkembangan
harganya adalah 3% per tahun.
c. Optimis
d. Pada kondisi ini Harga RDF awal adalah Rp 450.000 per ton RDF dan perkembangan
harganya adalah 4% per tahun.
Hasil IRR, NPV, DSCR and Payback dihitung berdasarkan masing-masing kondisi Pesimis,
Moderat dan Optimis diatas.
-
8/20/2019 Analisa Ekonomi RDF
9/15
4.2.3. Hasil Analisis (IRR, PBP, NPV, Tipping Fee)
Berdasarkan 4 (empat) Asumsi diatas yaitu Produksi RDF, Perkembangan Biaya OPEX, Besar
Tipping Fee dan Perkiraan Harga RDF dan berdasarkan 3 (tiga) kondisi diatas yaitu Pesimis,
Moderat dan Optimis.
Hasil Perhitungannya adalah sebagai berikut:
4.2.3.1 Pesimis
Hasil Perhitungan IRR adalah ....%, NPV adalah Rp.......... DCSR sebesar dan Payback
sebesar ...... Berdasarkan kondisi keuangan ini maka dapat dikatakan pada kondisi pesimis
ini, proyek adalah tidak layak.
4.2.3.2 Moderat
Hasil Perhitungan IRR adalah ....%, NPV adalah Rp.......... DCSR sebesar dan Payback
sebesar ...... Berdasarkan kondisi keuangan ini maka dapat dikatakan pada kondisi pesimis
ini, proyek adalah layak.
4.2.3.3 Optimis
Hasil Perhitungan IRR adalah ....%, NPV adalah Rp.......... DCSR sebesar dan Payback
sebesar ...... Berdasarkan kondisi keuangan ini maka dapat dikatakan pada kondisi pesimis
ini, proyek adalah layak.
-
8/20/2019 Analisa Ekonomi RDF
10/15
10
III. MANAJEMEN RESIKO
Manajemen Resiko atau Pengelolaan resiko adalah proses identifikasi sistematis dan
kuantifikasi resiko yang diikuti dengan penerapan strategi yang tepat untuk menghilangkan
atau meminimalkan risiko dan jika mungkin, untuk mengurangi konsekuensi dari peristiwa
resiko yang terjadi.
Sedang Alokasi resiko adalah proses mengalokasikan tanggung jawab mengelola resiko
tertentu dan menyepakati bagaimana konsekuensi dari kegagalan peserta untuk mencegah
peristiwa risiko.
Resiko dialokasikan melalui perjanjian kontraktual oleh pihak proyek. Badan Usaha akan
mencari kompensasi untuk setiap resiko yang diterima melalui tingkat pengembalian atau
pihak yang tidak dapat melakukan mitigasi resiko tertentu tidak boleh diserahkan resiko
tersebut.
4.4.1. Identifikasi Resiko
Secara garis besar untuk TPPAS Nambo ada 4 (empat) macam ketegori utama resiko yang
relevan dengan kontrak tersebut, yaitu:
1. Resiko pembangunan atau penyelesaian proyek, meliputi resiko peningkatan biaya,
resiko keterlambatan penyelesaian, resiko perencanaan, resiko perizinan;
2. Resiko pengoperasian, meliputi resiko biaya pengoperasian, resiko kelalaian Badan
Usaha, resiko ketersediaan Sampah Perkotaan (MSW) dari Kabupaten Bogor, Kota
Bogor dan Kota Depok, dan resiko lingkungan hidup;
3. Resiko keuangan, meliputi resiko pasar, resiko jatuhnya harga RDF, resiko kelalaianmitra kerja sehingga kalori RDF tidak terjaga, resiko inflasi, resiko kurs mata uang
asing, resiko suku bunga dan resiko pembiayaan kembali (refinancing), dan
4. Resiko akibat dari peristiwa yang mengganggu, meliputi resiko politik, resiko
perubahan undang-undang, resiko perubahan peraturan, resiko konvertibilitas dan
repatriasi valuta asing, resiko keadaan kahar alam dan resiko keadaan kahar politik.
-
8/20/2019 Analisa Ekonomi RDF
11/15
11
4.4.2. Alokasi Resiko
Berdasarkan prinsip dan klasifikasi macam resiko yang mungkin timbul dalam kontrak
TPPAS Nambo, maka resiko-resiko yang mungkin timbul perlu dikelola dan dialokasikan
kepada pihak-pihak yang terlibat dalam kerjasama ini. Perkiraan alokasi resiko untukkerjasama Konsesi antara Pemda Provinsi Jawa Barat (sebagai Penanggung Jawab
Proyek/PJP) dengan Badan Usaha adalah seperti pada tabel berikut:
Alokasi Resiko KPS dalam
TPPAS Nambo
N
o
Jenis
Kategori
Resiko
AlokasiRes
ikoMitigasi
InstiusiKoordinasiMitigasi
PEMD
A
Bad
an
Usa
ha
1.
Resiko
Kegagalan
dalam
Pembangu
nan dan
penyelesai
an proyek
A
Resiko
terjadinya
peningkatan
biaya
v
Hedging Diusulkanuntukkerjasama dg PT SMIuntuk
Contract/Invoice Financing
BResiko
perijinanV v
Koordinasi
dengan
BPLHD
Pengurusan Ijin Lingkungan berdasarkan PP 27 / 2012
D
Resiko
kesalahan
perencanaa
n
v
Perencana
yang baik
2.
Resiko
Kinerja
Proyek
A
Resiko
peningkata
n biaya
pengopera
sian
v
Kontrak
Jangka
Panjang
Perjanjian dengan Stake holder (Supplier, Serikat
Buruh LSM Persampahan dll)
-
8/20/2019 Analisa Ekonomi RDF
12/15
12
N
o
Jenis
Kategori
Resiko
AlokasiRes
ikoMitigasi
InstiusiKoordinasiMitigasi
P
EMD
A
Bad
an
Usa
ha
B
Resiko
kelalaian
Badan
Usaha
v
Buat SOP
yang baik
C
Resiko
ketersedia
an
Sampah
Perkotaan
V
Koordinasi
dan kontrak
dengan Pihak
Pemda dan
adanyasangsi bagi
kegagalan
penyediaan
sampah
dibawah
1500 ton per
hari
Dinas Kebersihan Kabupaten Bogor, Kota Bogor
dan Kota Depok
D
Resiko
lingkungan
hidup
V
Ikuti dan teliti
AMDAL yang
baik
Sesuai Ijin Lingkungan berdasarkan PP 27 / 2012
3.
Resiko
kredit
(Keuangan
) proyek
AResiko
Pasarv
Marketing
Plan dan
Survey
Demand
yang baik
Perjanjian jangka panjang dengan Off taker RDF
(Pabrik Semen dll)
BResiko
Sensitifitasv v
Proyeksi
Harga RDF
yang
mendekati
kenyataan
C
Resiko
kelalaian
mitra kerja
(Wanprest
asi)
v
DukunganPih
akke 3
(misalnya
LC)Diusulkanuntukkerjasamadengan Bank untuk
currency hedgingdan PT SMI untuk financing
-
8/20/2019 Analisa Ekonomi RDF
13/15
13
N
o
Jenis
Kategori
Resiko
AlokasiRes
ikoMitigasi
InstiusiKoordinasiMitigasi
P
EMD
A
Bad
an
Usa
ha
D
Resiko
kurs mata
uang asing
v
Hedging dan
Dukungan
Pihak ke 3
scheme serta bentuk dukungan pihak ke 3 yang
lain.
E
Resiko
suku
bunga
v
Hedging dan
Dukungan
Pihak ke 3
F
Resiko
pembiayaan kembali
(Refinanci
ng)
v
Dukungan
Pihak ke 3
G Resiko
Transfer
Asset
v DukunganPih
akke 3
4.
Resiko
peristiwa
menggang
u
AResiko
politikv
Koordinasi
dengan
Pemda, LSM
dan
sosialisasi
masyarakat
KoordinasidenganPemerintahProvinsidanLembaga
Pemerintahterkait
B
Resiko
perubahan
Undang-
Undang
v
Koordinasi
dengan
Pemda, LSM
dan
sosialisasi
masyarakat
C
Resiko
perubahan
peraturan
v
Koordinasi
dengan
Pemda, LSM
dan
sosialisasi
masyarakat
D Resikokonvertibilit
v v Hedging danDukungan
Diusulkanuntukkerjasamadengan Bank untukcurrency hedging
-
8/20/2019 Analisa Ekonomi RDF
14/15
14
N
o
Jenis
Kategori
Resiko
AlokasiRes
ikoMitigasi
InstiusiKoordinasiMitigasi
P
EMD
A
Bad
an
Usa
ha
as dan
repatriasi
valuta
asing
Pihak ke 3
E
Resiko
keadaan
kahar
politik
v
Kontrak yang
solid dengan
Pemda
dengan
jaminanPemerintah
Sumber : Disarikan dari Risk Management Handbook for PPP in the Water Sector, PURSE
Project, 2005
4.4.3. Mitigasi Resiko
4.4.3.1 Resiko Penyelesaian Proyek akibat adanya Peningkatan Biaya
Kemungkinan kenaikan biaya dikurangi dengan jalan melaksanakan penetapan biaya
didepan (Hedging). Dalamrencana budgetyang dibuat sebelum komitmen untuk
proyek, Pihak Swasta dapat melakukan ’hedging’ (perlindungan nilai) yaitu
membayar sejumlah nilai tertentu kepada Pihak ke-3 dan Pihak ke-3 menjamin pada
anggaran yang sudah disepakati (committed ), bila terjadi kenaikan biaya karena
faktor eksternal, maka Pihak ke-3 yang mengganti selisih biaya tersebut.
Salah satu Pihak ke-3 yang menyediakan layanan Hedging adalah Bank BNI
(http://www.ptbni.com.sg/?GPID=16), terutama berupa ’currency hedging’
termasuk hedging nilai tukar yaitu menghindarkan dari resiko perubahan nilai tukar.
4.4.3.2 Resiko Penyelesaian Proyek akibat Keterlambatan Faktor External
Apabila penyebab keterlambatan adalah faktor operasional (kesalahan desain,
masalah kontraktor pelaksana dll) maka resiko seperti ini akan dibebankan ke Badan
Usaha. Badan Usaha dapat melakukan ’Hedging’ kepada pihak ke-3, bila
keterlambatan disebabkan oleh faktor eksternal, seperti keterlambatan pengiriman
bahan bangunan, keterlambatan karena adanya kesulitan transportasi dll.
-
8/20/2019 Analisa Ekonomi RDF
15/15
15
5 Resiko Keuangan akbat Kenaikan Biaya Pengoperasian
Untuk menghindari resiko kenaikan biaya operasi, Badan Usaha harus melaksanakan
Kontrak Jangka Panjang dengan semua pihak Pemangku Kepentingan (Stakeholder ),
misalnya dengan Supplier Bahan Kimia untuk kesepakatan harga jangka panjang.
6 Resiko Keuangan akibat kenaikan Biaya Modal Kerja
Badan Usaha harus mempunyai kemampuan modal kerja yang memadai. Selain itu,
resiko ini dapat di-diversifikasi melalui dukungan pihak ketiga (misalnya; Bank dan
lembaga keuangan lainnya)dengan memberikan Performance Bonds (Jaminan
Pelaksanaan) atau Letter of Credit yang akan menyediakan dana jika Pihak Swasta
mengalami kekurangan modal kerja. Perlu dicatat bahwa penambahan dana
pinjaman(credit enhancement) dapat mengakibatkan peningkatan biaya yang bisa
menambah beban keuangan proyek.
Badan Usaha dapat bekerjasama dengan PT SMI (Sarana Multi Infrastruktur) untuk
Contract Financing (http://www.ptsmi.co.id/financingscheme.php) agar kebutuhan
Modal Kerja dapat terjamin sesuai dengan kemajuan kerjasesuai dengan kesepakatan
dengan Pemberi Kerja (Project Owner).
7 Resiko Keuangan akibat Resiko Pasar
Badan Usaha harus memiliki perencanaan marketing (marketing plan) agar perilaku
konsumen (costumer behaviour ) dapat diidentifikasi (misal: Kontrak Pembelian RDF,
Perkiraan Harga RDF hingga tahun 2042 dll). Badan Usaha juga harus melakukan
survey demand dengan baik dalam melakukan analisa pasar, serta
mempertimbangkan aspek demografi dan daya beli dari target pasar, seluruh aspek
penilaian tersebut sebaiknya dimasukan kedalam proyeksi keuangan selama masa
Konsesi.
8 Resiko Peristiawa yang mengganggu akibat Kahar Bencana Alam dan Kahar Politik
Mitigasi yang dapat dilakukan Badan Usaha dengan menegosiasikan kontrak yangsolid dengan pihak Pemerintah dengan menekankan jaminan pihak Pemerintah pada
setiap butir dalam perjanjian keadaan terburuk (worse case scenario) yang mungkin
terjadi.