teknologi sistem pakar kesehatan hewan ternak …
Post on 22-Nov-2021
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TEKNOLOGI SISTEM PAKAR KESEHATAN HEWAN TERNAK SAPI
SEBAGAI USAHA MELESTARIKAN KEARIFAN LOKAL USAHA
BETERNAK SAPI DI DESA SIDOMULYO, KECAMATAN TAMBAN
CATUR, KABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Enny Dwi Oktaviyani1, Sherly Christina2, Licantik3
1,2,3Universitas Palangka Raya 1enny.obrien@gmail.com, 2sherly.christina.upr@gmail.com,
3herbayuli_2005@gmail.com
ABSTRACT
One of local wisdom must be safeguarded in cattle farming is keep cattle healt to maintain the quality
of beef production as a food is worth consuming so that the business productivity of cattle sales to
increase. Problems with livestock farmer groups in Sidomulyo Village, Tamban Catur Subdistrict,
Kapuas Regency, Central Kalimantan Province are a lack of information and insights regarding
cattle health care, disease prevention, early treatment of cattle disease, because veterinarians
location so far from partner locations and limited number of Veterinarians, and there is no animal
health facilities at partner locations. The implementation method consists of collecting data, making
expert systems, testing expert systems, mentoring, and evaluate service results. Service activities
results are expert system availability on cattle livestock health, mentoring process for livestock farmer
groups, and activities results evaluation that are useful for activities service sustainability. Based on
the activity results, it can be concluded that this service activity contributes to preserving the local
wisdom of cattle farming business so as to produce superior quality beef that is well consumed
through health care efforts, disease prevention, and early handling of cattle disease using cattle
animal health expert system technology.
Keywords: Expert System, Cattle Health, Local Wisdom
ABSTRAK
Salah satu bentuk kearifan lokal yang harus tetap dijaga dalam usaha peternakan sapi adalah menjaga
kesehatan sapi untuk mempertahankan kualitas produksi daging sapi sebagai kebutuhan pangan yang
layak dikonsumsi agar produktivitas usaha penjualan sapi terus meningkat. Permasalahan yang
dialami oleh kelompok tani ternak di Desa Sidomulyo, Kecamatan Tamban Catur, Kabupaten Kapuas,
Provinsi Kalimatan Tengah adalah kurangnya informasi dan wawasan mengenai pemeliharaan
kesehatan sapi, pencegahan penyakit, dan penanganan dini terhadap penyakit sapi karena lokasi
Dokter Hewan yang cukup jauh dan keterbatasan jumlah Dokter Hewan, serta tidak adanya fasilitas
kesehatan hewan dilokasi mitra. Metode pelaksanaan terdiri dari pengumpulan data, pembuatan sistem
pakar, pengujian sistem pakar, pendampingan, dan evaluasi hasil pengabdian. Hasil kegiatan
pengabdian adalah tersedianya sistem pakar kesehatan hewan ternak sapi, proses pendampingan
kepada kelompok tani ternak, dan evaluasi hasil kegiatan yang berguna untuk keberlanjutan kegiatan
pengabdian. Berdasarkan hasil kegiatan dapat disimpulkan kegiatan pengabdian ini memberikan
kontribusi untuk melestarikan kearifan lokal usaha peternakan sapi sehingga menghasilkan kualitas
daging sapi unggulan yang baik dikonsumsi melalui usaha-usaha pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan penangan dini terhadap penyakit sapi menggunakan teknologi sistem pakar kesehatan
hewan ternak sapi
Kata Kunci: Sistem Pakar, Kesehatan Sapi, Kearifan Lokal
Hal 310
A. Pendahuluan
Beternak sapi merupakan salah
satu sektor matapencaharian
masyarakat di pedesaan yang dapat
diandalkan karena desa mempunyai
potensi alam yang baik yaitu padang
rumput alami sebagai sumber pakan
yang melimpah dan lahan yang luas
untuk usaha peternakan sapi. Salah
satu bentuk kearifan lokal yang harus
tetap dijaga dalam usaha beternak sapi
adalah menjaga kesehatan sapi untuk
mempertahankan kualitas produksi
daging sapi sebagai kebutuhan pangan
yang layak dikonsumsi agar
produktivitas usaha penjualan sapi
terus meningkat.
Lokasi pengabdian yang dipilih
untuk pengabdian kepada masyarakat
adalah Desa Sidomulyo, Kecamatan
Tamban Catur, Kabupaten Kapuas,
Provinsi Kalimantan Tengah dengan
luas wilayah 8,94 km2 dan jumlah
penduduk 1.488 jiwa yang mayoritas
mata pencaharian masyarakat desa
adalah sektor pertanian dan peternakan
sapi jenis sapi Bali. Untuk
menjalankan usahanya, masyarakat
Desa Sidomulyo biasanya secara
individu atau membentuk suatu
kelompok yang disebut sebagai
kelompok tani ternak yang anggotanya
terdiri dari para peternak sapi.
Kelompok-kelompok tani ternak ini
sebagai kelompok mitra dalam
kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini. Gambar 1
menunjukkan kelompok tani ternak
yang ada di desa Sidomulyo.
Gambar 1. Kelompok Tani Ternak di
Desa Sidomulyo
Bibit-bibit sapi biasanya
diperoleh melalui bantuan program
pengembangan ternak dari dinas
peternakan setempat. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh
kelompok tani ternak ini adalah
mengembangbiakan sapi dengan
pemberian pakan yang baik, dan
pemeliharaan kesehatan untuk
Hal 311
mempertahankan kualitas daging sapi
sehingga baik dikonsumsi. Setelah
sapi dipelihara dengan baik dan
dianggap siap jual, maka sapi-sapi
tersebut akan dijual ke wilayah
Kalimantan Selatan, Kabupaten
Kapuas dan daerah-daerah Sekitar
yang berdekatan dengan lokasi mitra.
Permasalahan yang sering
dialami oleh kelompok tani ternak
adalah jika ditemukan sapi dengan
kondisi sakit, maka kelompok tani
ternak akan memanggil atau
mendatangi Dokter Hewan yang
berada di Kabupaten Kapuas yang
letaknya cukup jauh dari Desa
Sidomulyo. Hal ini disebabkan karena
kelompok tani ternak di Desa
Sidomulyo kurang mendapatkan
informasi dan wawasan mengenai
kesehatan, pencegahan penyakit, dan
penanganan dini penyakit sapi.
Keadaan tersebut mengakibatkan
kelompok tani ternak memiliki
ketergantungan yang tinggi terhadap
Dokter Hewan yang ahli dalam
menangani penyakit sapi, tetapi karena
jumlah Dokter Hewan sangat terbatas,
maka untuk satu Dokter Hewan dapat
menangani lebih dari satu desa
sekaligus. Selain itu, biaya untuk
mendatangkan Dokter Hewan relatif
cukup mahal. Beberapa kasus yang
seringkali terjadi adalah kelompok tani
ternak tidak dapat dilayani secara
cepat sehingga tidak ada penanganan
dini terhadap sapi yang sakit.
Akibatnya sapi yang mengalami sakit
akan semakin parah bahkan dapat
meyebabkan kematian.
Sapi-sapi yang mengalami sakit
dan tidak mendapatkan penanganan
dini tentu saja akan sangat
mengganggu lingkungan sekitar
karena virus atau bakteri yang
ditimbulkan dari sapi yang sakit
berdampak buruk terhadap kesehatan
lingkungan. Selain itu cara
pemeliharaan sapi merupakan hal yang
penting sehingga dapat mencegah sapi
terserang penyakit. Berdasarkan uraian
diatas maka dapat disimpulkan fokus
utama permasalahan yang dialami
kelompok tani ternak adalah
kurangnya informasi dan wawasan
mengenai pemeliharaan kesehatan
sapi, pencegahan penyakit, dan
penanganan dini terhadap penyakit
sapi karena lokasi Dokter Hewan yang
cukup jauh dan keterbatasan jumlah
Dokter Hewan, serta tidak adanya
fasilitas kesehatan hewan dilokasi
mitra. Untuk mengatasi hal ini
diperlukan usaha-usaha untuk tetap
Hal 312
melestarikan kearifan lokal usaha
peternakan sapi di Desa Sidomulyo
agar tetap mempunyai daya saing
dipasaran. Peran kearifan lokal dari
para kelompok tani ternak ini wajib
dipertimbangkan karena akan sangat
mempengaruhi keberhasilan usaha
peternakan di Desa Sidomulyo.
Berdasarkan permasalahan
tersebut maka dilakukan pengabdian
kepada masyarakat yang bertujuan
untuk memberikan suatu teknologi
inovasi baru bagi kelompok-kelompok
tani ternak yang ada di Desa
Sidomulyo untuk melestarikan
kearifan lokal dan potensi usaha
peternakan sapi di desa Sidomulyo.
Teknologi ini adalah Aplikasi Sistem
Pakar Kesehatan Hewan Ternak sapi
berbasis website yang dapat
memberikan manfaat bagi kelompok
tani ternak di Desa Sidomulyo.
Fokus utama pengabdian
kepada masyarakat ini adalah
pemeliharaan kesehatan sapi,
pencegahan penyakit, dan penanganan
dini penyakit sapi yang bertujuan
melestarikan kearifan lokal usaha
peternakan sapi di desa Sidomulyo
melalui teknologi sistem pakar yang
dapat mendiagnosa penyakit
berdasarkan gejala-gejala nyata yang
dialami oleh sapi yang dapat dilihat
oleh peternak, kemudian dapat
memberikan cara penanganan dini
berupa informasi pengobata, cara
pencegahan penyakit, dan cara
pemeliharaan kesehatan berupa
informasi penyebab penyakit, dan cara
penularan penyakit. Sumber
pengetahuan untuk sistem pakar ini
adalah pengetahuan langsung dari
seorang Dokter Hewan dan sumber
dari buku mengenai kesehatan sapi.
B. Kajian Pustaka
1. Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah pandangan
hidup dan ilmu pengetahuan serta
berbagai strategi kehidupan yang
berwujud aktivitas yang dilakukan
oleh masyarakat lokal dalam
menjawab berbagai masalah dalam
pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam
bahasa asing sering juga
dikonsepsikan sebagai kebijakan
setempat local wisdom atau
pengetahuan setempat “local
knowledge” atau kecerdasan setempat
local genious (Fajarini 2014:123)
2. Sistem Pakar
Secara umum expert sistem
adalah sistem yang berusaha
mengadopsi pengetahuan manusia ke
Hal 313
komputer, agar komputer dapat
menyelesaikan masalah seperti yang
biasa dilakukan oleh para ahli. Expert
system yang digunakan adalah
MYCIN yaitu diagnosa penyakit.
Gambar 2 menunjukkan struktur dari
sistem pakar
Gambar 2. Struktur Sistem Pakar (Sri
Kusuma Dewi, 2003)
3. Basis Pengetahuan (Knowledge
base)
Merupakan salah satu aturan
bentuk representasi pengetahuan yang
banyak digunakan dalam
pengembangan sistem pakar.
Representasi pengetahuan dengan
Penalaran Berbasis Aturan rule-based
reasoning, berupa aturan (rule) yang
menerapkan IF-THEN.
4. Mesin Inferensi
Pada perancangan ini mesin
inferensi yang diterapkan adalah
Forward Chaining. Forward Chaining
adalah teknik yang dimulai dengan
fakta yang diketahui, kemudian
mencocokan fakta-fakta tersebut
dengan bagian IF kemudian
mendapatkan sebuah kesimpulan
dengan bagian THEN dari rules IF-
THEN.
5. Metode Dempster-Shafer
Teori Dempster-Shafer ini
merupakan pembuktian yang
berdasarkan atas belief function and
plausible reasoning (fungsi
kepercayaan dan pemikiran yang
masuk akal) yang digunakan untuk
mengkombinasikan potongan
informasi yang terpisah (bukti) untuk
mengkalkulasikan kemungkinan dari
suatu peristiwa. Belief merupakan
ukuran kekuatan evidence dalam
mendukung himpunan proposisi. Jika
bernilai 0 maka mengidentifikasikan
bahwa tidak ada bukti dan jika bernilai
1 maka akan menunjukkan adanya
kepastian, nilai 1 sama dengan 100%
6. Ternak Sapi Potong
Sapi potong merupakan
komoditas subsector peternakan yang
sangat potensial. Hal ini bias dilihat
dari tingginya permintaan akan daging
sapi. Sehingga banyak juga para
peternak hewan memelihara hewan
ternak sapi ini. Ada banyak sekali
bangsa sapi potong, di Eropa paling
tidak ada 45 bangsa sapi potong.
Hal 314
Sementara di Asia dan Afrika, terdapat
puluhan bangsa sapi potong. Secara
umum ada 3 rumpun ras sapi, yaitu
Bos Taurus (berrasal dari Inggris dan
Eropa), Bos indicus (Berasal dari Asia
dan Afrika), serta Bos sondaicus
(terdapat di Semenanjung Malaya dan
Indonesia).
7. Sapi Bali
Merupakan keturunan banteng
yang telah dijinakan. Sapi ini banyak
terdapat di pulau Bali. Berat jantan
dewasa mencapai 800 lbs (363 kg),
sedangkan yang betina sekitar 600 lbs
(272 kg). sapi bali merupakan ternak
yang sangat bagus dan digunakan
untuk tujuan yang bermacam-macam.
Anak sapi berwarna cokelat muda.
Sapi jantan yang telah dewasa berubah
menjadi hitam, sedangkan betina tetap
berwarna cokelat muda.
8. Penyakit Pada Sapi Bali
Penyakit pada ternak dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,
endo dan ekto parasit, dan gangguan
metabolisme. Berbagai penyakit yang
sering menyerang ternak sapi Potong
(jenis sapi bali) di Indonesia besrta
penyebab, gejala dan pengobatannya
adalah sebagai berikut:
1. Anaplasmosis, Penyebab :
Anaplasma marginale, Anaplasma
centrale (Parasit darah).
Cara Penularan : Lalat
penghisap darah (Tabanus,
Stomoxis), lalat Aedes dan
Psorophora, jarum suntik dan
lain-lain.
Gejala Klinis :
a. Demam (40°C),
b. Tidak mau makan,
c. lesu,
d. sembelit,
e. tinja bercampur darah dan
lendir,
f. selaput lendir pucat atau
menguning,
g. pernafasan cepat,
h. air kencing warna gelap dan
kelenjar limfe membengkak,
Di sekitar mata-punggung-
leher dapat terjadi busung
terutama umur 1-2 tahun.
Dapat menyebabkan kematian
dan keguguran pada hewan
dewasa.
Pengendalian : Hewan yang
sakit diasingkan, sedangkan
hewan rentan dilakukan
pecelupan (dipping) atau
disemprot dengan insektisida dan
vaksinasi. Pengobatan : Antibiotik
spektrum luas (Tetrasiklin/
oksitetrasiklin, imidokarb).
Hal 315
2. Babesiosis
Penyebab : Babesia bigemina,
Babesia bovis (Parasit darah)
Cara Penularan : gigitan caplak
Boophilus microplus, B.
decoloratus, B. annulatus
Gejala Klinis :
a. Demam (41°C atau lebih),
b. tidak mau makan,
c. selaput lendir pucat atau
kuning,
d. pernafasan cepat,
e. dapat mengalami gejala syaraf,
f. urine merah,
Apabila tidak segera mendapat
pengobatan akan mengalami
kematian dalam waktu 2-3
hari. Penyakit ini dapat
menahun maka hewan akan
kolik, diare dan mati.
Pengendalian : Pemberantasan
caplak, pengendalian lalu lintas
ternak, vaksinasi
Pengobatan : Pirevan, Fenamidin,
Imidokarb injeksi subkutan.
Hewan yang sembuh memiliki
antibodi selama 4 tahun
3. Theileriosis
Penyebab : Theileria parva, T.
annulata, T. mutan (Parasit darah)
Cara Penularan : Gigitan caplak coklat
Rhipicephallus appendiculatus.
Gejala :
a. Demam (41,5°C),
b. lesu,
c. pembengkakan kelenjar limfe
di bawah telinga dan bahu,
d. batuk,
e. mengeluarkan cairan jernih dan
encer dari hidung,
f. Selaput lendir gusi bagian
bawah,
g. lidah bagian bawah dan vulva
terjadi perdarahan titik
Pengendalian : Pencelupan
akarisida setiap 1 minggu sampai
penyakit terkontrol, pengendalian
populasi caplak
Pengobatan : Halofuginone,
Parvoquinone (efektif apabila
diberikan pada awal penyakit).
4. Berak Putih (White Scours,
Colibacillosis) Pedet
Penyebab : Bakteri Escherecia
coli yang secara normal berada
dalam usus sapi jumlahnya akan
jauh di atas normal serta bersifat
patogen (menyebabkan penyakit)
karena adanya faktor-faktor
predisposisi (pakan jelek, kurang
colostrum, kurang hijauan pada
ransum induk, stress, berada
bersama sapi dewasa di padangan.
Gejala Klinis:
Hal 316
a. Tinja putih atau kekuningan
dengan bau yang spesifik,
b. lesu,
c. lemah,
d. dehidrasi,
e. dapat terjadi batuk menahun,
sering diikuti infeksi virus
(Reovirus) atau bakteri lain
(Salmonela), kematian pedet
dapat terjadi dalam satu minggu
dan yang sembuh akan boros
pakan (konversi pakan tinggi),
Pengendalian : Meniadakan serta
meminimalkan faktor-faktor
predisposisi, sanitasi kandang dan
lingkungan
Pengobatan : 1) Susu induk
dihentikan minimal 24 jam
kemudian diberi air susu lagi
sedikit demi sedikit, diberi cairan
rehidrasi (a). 1 bungkus oralit
dicampur 1 liter air hangat, (b).
Gula merah 6 sendok teh + garam
0,5 sendok teh + soda kue 0,25
sendok teh + air bersih hangat 1
liter. Cairan rehidrasi a atau b
diberikan sebanyak 0,5 liter setiap
kali pemberian selama 4 kali/ hari
dengan jarak 6 jam selama 3-4
hari. 2) pemberian antibiotik
(Sulfaguanidine bolus, neomycin
sulfa bolus, terramycin powder,
streptomycin powder,
chloramphenicol powder), (3)
letakkan penderita di tempat yang
kering, hangat serta terhindar dari
sinar matahari.
5. Brucellosis (Bang Disease)
Penyebab : Bakteri Brucella sp.
Cara Penularan : Bibit penyakit
masuk ketubuh hewan melalui
saluran pencernaan, saluran
kelamin, dan selaput lendir, dapat
juga melalui kontak seksual,
melalui kawin suntik, melalui
gigitan serangga dapat
menularkan penyakit ini.
Gejala klinis :
a. Keguguran dapat terjadi 1, 2
atau 3 kali pada umur
kebuntingan 5 – 8 bulan,
b. kemudian melahirkan normal,
c. dapat diikuti kemajiran
temporer atau permanen,
d. cairan yang dikeluarkan dari
keguguran atau kelahiran
terlihat keruh dan,
e. susu yang keluar mengandung
kuman brucella, sehingga
sangat potensial dalam
penularan ke manusia.
Pengendalian : Eliminasi, potong
paksa penderita bersyarat (test and
slaughter policy), vaksinasi
Hal 317
dengan vaksin S-19 atau RB-51,
serta tindakan biosekuriti ketat.
Pengobatan : Belum ada
pengobatan terhadap brucellosis.
6. Antraks (Radang Limpa)
Penyebab : Bakteri Baccilus
anthracis
Cara Penularan : Melalui luka,
pernafasan, pencernaan/ tertelan
Gejala Klinis :
a. Kematian mendadak,
b. perdarahan di lubang alamiah,
c. sulit bernafas,
d. demam tinggi,
e. gemetar,
f. sempoyongan,
g. lemah ambruk.
Pengendalian : laporan ke dokter
hewan yang berwenang, hewan
penderita langsung dimusnahkan
dan dikubur, hewan yang masih
sehat divaksinasi.
Pengobatan : penisilin, tetrasiklin,
dan obat-obat sulfa. Hewan
penderita biasanya tidak diobati
tetapi langsung dimusnahkan
karena dapat menular ke manusia.
7. Septicemia epizootica (SE,
penyakit Ngorok)
Penyebab : Bakteri Pasteurella
multocida.
Cara Penularan : Melalui
pernafasan, selaput lendir dan
saluran pencernaan.
Gejala Klinis :
a. Demam tinggi,
b. gangguan radang alat
pernafasan,
c. sulit bernafas,
d. terdengar seprti ngorok
(penyakit ngorok),
e. gemetar,
f. sempoyongan,
g. lemah ambruk,
h. akhirnya hewan mati.
Pengendalian : laporan ke dokter
hewan yang berwenang, hewan
penderita langsung diisolasi dan
diobati, hewan yang masih sehat
divaksinasi.
Pengobatan : penisilin, tetrasiklin,
dan obat-obat sulfa.
8. Belatungan atau Myasis
Penyebab : lalat Chrysomia
bezziana yang bertelur karena
adanya luka luar (gigitan serangga
atau caplak, tali pust, pemasangan
ear tag, dll) yang tidak segera
diobati
Gejala Klinis :
a. Kerusakan kulit dan daging,
b. abses dan berbau busuk,
c. gelisah,
d. nafsu makan turun,
Hal 318
e. kurus.
Pengendalian : sanitasi kandang
dan pemberian obat lalat (contoh
Snip) untuk mengurangi populasi
lalat, menjaga keamanan ternak
dari kemungkinan luka.
Pengobatan : Keluarkan larva
dengan pinset dan bersihkan luka,
kemudian obati dengan Stol-5,
Gusanex, atau secara tradisional
dengan rendaman air tembakau.
C. Metode Pelaksanaan
Kegiatan pengabdian kepada
masyarakat dilakukan di Desa
Sidomulyo, Kecamatan Tamban
Catur, Kabupaten Kapuas, Provinsi
Kalimantan Tengah dengan
melibatkan kelompok tani ternak
Karya Bersama sebagai kelompok
sample untuk pendampingan. Metode
pelaksanaan dilakukan dalam
beberapa tahap yaitu :
1. Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan survey,
wawancara, dan observasi ke lokasi
untuk mencari informasi mengenai
permasalahan yang terjadi.
2. Pembuatan Sistem Pakar
Pada tahap ini dilakukan
pembuatan aplikasi sistem
pakarkesehatan hewan ternak sapi
sebagai solusi dari permasalahan
mitra.
Gambar 3 menunjukkan struktur
sistem pakar kesehatan hewan ternak
sapi yang digunakan untuk pembuatan
sistem pakar pada kegiatan
pengabdian.
Gambar 3. Struktur Teknologi Sistem
Pakar Kesehatan Sapi
Berikut adalah penjelasan tiap tahap.
a. Memasukan pengetahuan atau
memperluas pengetahuan dalam
basis pengetahuan. Dimana
pengetahuan tersebut diperoleh dari
ahli, dalam hal ini adalah Dokter
Hewan dan Buku mengenai
kesehatan sapi.
b. Mempresentasikan data kedalam
basis pengetahuan. Merupakan
salah satu aturan bentuk
representasi pengetahuan yang
banyak digunakan dalam
pengembangan sistem pakar.
Representasi pengetahuan dengan
Hal 319
Penalaran Berbasis Aturan rule-
based reasoning, berupa aturan
(rule) yang menerapkan IF-THEN.
Berikut ini adalah contoh
representasi pengetahuan dengan
rule-based reasoning:
Rule 1
IF selaput lendir pucat atau
menguning
AND pernafasan cepat
AND air kencing warna gelap
dan kelenjar limfe membengkak
AND Demam (40°C)
AND Tidak mau makan
AND lesu
AND sembelit
AND tinja bercampur darah dan
lendir
THEN Anaplasmosis
Data-data sumber pengetahuan
dari pakar dan buku dimasukkan
kedalam tabel-tabel. Tabel 1
menunjukkan contoh data gejala
penyakit yang dialami sapi, tabel 2
menunjukkan contoh data penyakit
dengan gejala yang dialami sapi, tabel
3 menunjukkan contoh data relasi
penyakit dari masing-masing gejala,
dan tabel 4 menunjukkan contoh data
penyakit berdasarkan gejala.
Tabel 1. Tabel Gejala
Kode Gejala
G1 Selaput lendir pucat atau
menguning
G2 Pernafasan cepat
Tabel 3. Tabel Penyakit dengan
Gejalanya
Kode Penyakit Gejala
P1 Anaplasmosis Demam (40°C),
Tidak mau makan,
lesu, sembelit,
tinja bercampur
darah dan lender,
selaput lendir
pucat atau
menguning,
pernafasan cepat,
air kencing warna
gelap dan kelenjar
limfe membengkak
P2 Babesiosis Demam (41°C atau
lebih), Tidak mau
makan, pernafasan
cepat, selaput
lendir pucat atau
menguning, dapat
mengalami gejala
syaraf, urine merah
Tabel 4. Relasi Penyakit dari masing-
masing Gejala
No. Gejala Relasi Penyakit
1. G1 P1,P2
2. G2 P1, P2, P9
Tabel 5. Penyakit berdasarkan gejala
c. Motor Inferensi, berisi metodologi
yang digunakan untuk melakukan
penalaran terhadap informasi-
informasi dalam basis pengetahuan
serta digunakan untuk
memformulasikan konklusi. Dalam
Hal 320
hal ini yang diterapkan adalah
metode Forward Chaining.
P
1
P
2
P
3
P
4
P
5
P
6
P
7
P
8
P
9
P
1
0
P
1
1
Nil-
ai
De-
nsit
as
G1 * * 0,75
G2 * * * 0,7
d. Proses perhitungan nilai keyakinan
dengan menerapkan teori dempster-
shafer.
e. Hasil Kesimpulan
Berisi kesimpulan penyakit
yang diderita beserta solusi
pencegahan penyakit, penanganan
dini, dan cara pemeliharaan
kesehatan sapi
3. Pengujian Sistem Pakar
Pada tahap ini dilakukan
pengujian terhadap aplikasi sistem
pakar sebelum melakukan
pendampingan kepada kelompok
tani ternak di desa Sidomulyo.
4. Pendampingan
Pada tahap ini dilakukan
pendampingan kepada kelompok
yang telah dipilih untuk sample
yaitu kelompok Tani ternak karya
bersama untuk memberikan
pendampingan cara menggunakan
Sistem Pakar
5. Evaluasi Hasil Kegiatan
Tahap terakhir yaitu melakukan
evaluasi terhadap hasil kegiatan
pengabdian kepada masyarakat untuk
mengetahui apakah sistem pakar dapat
digunakan sebagai solusi
permasalahan mitra untuk
keberlanjutan kegiatan pengabdian.
D. Hasil dan Pembahasan
Hasil dari kegiatan pengabdian
masyarakat ini adalah tersedianya
produk sistem pakar kesehatan hewan
ternak sapi, pendampingan kepada
kelompok mitra tentang bagaimana
menjalankan aplikasi tersebut, dan
evaluasi terhadap hasil kegiatan
pengabdian.
1. Pembuatan Sistem Pakar Kesehatan
Hewan Ternak Sapi
Berikut adalah interface dari
sistem pakar kesehatan hewan ternak
sapi yang dihasilkan pada kegiatan
pengabdian kepada masyarakat.
Sistem Pakar ini menampilkan
beberapa pertanyaan mengenai
mengenai gejala-gejala penyakit yang
dialami sapi. Peternak harus
menjawab pertanyaan tersebut sesuai
dengan gejala saat ini oleh sapi sesuai
dengan pengamatan mereka. setelah
peternak selesai menjawab pertanyaan
maka akan diperoleh diagnosa
Hal 321
penyakit apa yang diderita, penyebab
penyakit, cara penularan, cara
pencegahan, dan pengobatannya.
Gambar 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11
menunjukkan Halaman konsultasi
yang menggambarkan simulasi dari
proses konsultasi pada alur penyakit
P5 (Brucellosis). Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
a. G5 Pilih TIDAK
b. G12 Pilih TIDAK
c. G17 Pilih TIDAK
d. G21 Pilih YA
e. G22 Pilih YA
f. G23 Pilih YA
Gambar 3. Halaman Konsultasi
Gambar 4. Konsultasi G5 pilih Tidak
Gambar 5. Konsultasi G12 pilih Tidak
Gambar 6. Konsultasi G17 pilih Tidak
Gambar 7. Konsultasi G21 pilih YA
Gambar 8. Konsultasi G22 pilih YA
Gambar 9. Konsultasi G22 pilih YA
Gambar 10. Hasil Konsultasi
2. Pendampingan
Setelah Sistem Pakar Kesehatan
hewan ternak sapi selesai dibuat,
Hal 322
langkah selanjutnya adalah melakukan
pendampingan kepada kelompok tani
ternak tentang cara menggunakan
sistem pakar ini. Dengan
mempertimbangkan efisiensi dan
intensitas pelaksanaan program, maka
proses pendampingan dilakukan hanya
kepada dua kelompok tani ternak yang
telah dipilih, yaitu kelompok tani
ternak karya bersama dan kelompok
tani ternak Sidodadi. Proses
pendampingan dilaksanakan
berdasarkan pengalaman dari
kelompok tani ternak ketika sapi
mengalami sakit. Dari hasil
pendampingan diperoleh kesimpulan
sistem pakar membantu pelompok tani
ternak untuk melakukan penanganan
dini terhadap penyakit sapi karena
diagnosa penyakit pada sistem pakar
sesuai dengan diagnosa Dokter Hewan
beserta cara penanganan dan
pengobatan. Kelompok tani ternak
juga dapat mencari informasi tentang
bagaimana cara pencegahan penyakit,
vaksinasi, dan pemeliharaan kesehatan
sapi.
3. Evaluasi Hasil Kegiatan
Setelah melakukan
pendampingan, maka dilakukan
evaluasi terhadap hasil kegiatan. Hasil
evaluasi yang diperoleh yaitu
kemampuan kelompok tani ternak
dalam menggunakan sistem pakar
sangat baik serta mempunyai minat
yang tinggi untuk menggunakan
sistem pakar. Kelompok tani ternak
juga berharap agar kedepannya dapat
dilakukan kegiatan-kegiatan serupa
untuk terus melestarikan kearifan
lokal dibidang yang lain.
Berdasarkan hasil evaluasi dapat
disimpulkan bahwa Sistem pakar
dapat memberikan solusi untuk
penanganan dini, cara pemeliharaan
kesehatan dan informasi-informasi
mengenai kesehatan sapi.
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh
berdasarkan hasil kegiatan pengabdian
adalah kegiatan ini memberikan
kontribusi untuk mempertahankan
kearifan lokal usaha peternakan sapi
sehingga menghasilkan kualitas
daging sapi unggulan yang baik
dikonsumsi melalui usaha-usaha
pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan penangan dini terhadap
penyakit sapi melalui teknologi sistem
pakar kesehatan hewan ternak sapi.
Hal 323
DAFTAR PUSTAKA
Aiello et al. (2000). The Merck
Veterinary Manual. Edisi ke-8.
USA : white house station.
Buaton, R., Pardede, M. A.,
Ardiansyah. A. (2014).
Perancangan Sistem Pakar
Diagnosa Penyakit Pada Hewan
Ternak Sapi Berbasis Web.
STMIK Kaputama.
Fajarini, U. (2014). Peran Kearifan
Lokal Dalam Pendidikan
Karakter. Social Science
Education Journal Vol. I No. 2,
123-130
Kadir, A. (2002). Dasar
Pemrograman WEB Dinamis
Menggunakan PHP.
Yogyakarta. Penerbit: ANDI
Kusumadewi, S. (2003). Artificial
Intelligence (Teknik dan
Aplikasinya). Penerbit : Graha
Ilmu
Nugroho, A. (2011). Perancangan dan
Implementasi Sistem Basis Data.
Yogyakarta. Penerbit: ANDI.
Oktaviyani, D.E., Christina, S.,
Licantik, & Eliaser, F. (2018).
Sistem Pakar Diagnosa Hewan
Ternak Sapi Pada Kelompok
Tani Ternak Karya Bersama.
Jurnal Teknika, vol 2 No 1
Oktober 2018.
Rianto, E., Purbowati, E., (2011).
Panduan Lengkap Sapi Potong.
Penerbit: Penebar Swadaya/
Sibagariang, S. (2015). Sistem Pakar
Diagnosa Penyakit Sapi Dengan
Metode Certainty Factor
Berbasis Android. Dalam Jurnal
TIMES , Vol. IV No 2 : 35-39.
Tjahajati, I & Husniyati. (2012).
Berbagai Penyakit Pada Sapi.
Yogyakarta : PT Citra Aji.
Hal 324
top related