pengaruh environmental performance dan …digilib.unila.ac.id/22769/4/skripsi tanpa bab...
Post on 29-Jun-2019
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN
ENVIRONMENTAL DISCLOSURE TERHADAP ECONOMIC
PERFORMANCE
(Skripsi)
Oleh
FEBI SAPUTRA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2016
ABSTRACT
THE EFFECT OF ENVIRONMENTAL PERFORMANCE
AND ENVIRONMENTAL DISCLOSURE ON ECONOMIC
PERFORMANCE
By
FEBI SAPUTRA
This study aimed to examine the effect of environmental performance and
environmental disclosure on economic performance. The independent variables in
this research are environmental performance, measured based on PROPER
ratings, and environmental disclosure is scored using an index developed by
Sembiring (2006). The dependent variable in this research is economic
performance, reflected by cumulative abnormal return. This study has control
variables are leverage, measured based on debt equity ratio and firm size. Samples
of 10 mining, wood industries, and pulp paper companies are chosen for each
period during the year 2009-2013 to form a total of 50 observations. This research
adopts multiple linear regression method using SPSS as an analytical tool.
The results show that environmental performance negatively affects
economic performane and environmental disclosure positively affects economic
performance.
Key Words:environmental performance, hard environmental disclosure,
economic performance.
ABSTRAK
PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN
ENVIRONMENTAL DISCLOSURE TERHADAP ECONOMIC
PERFORMANCE
Oleh
FEBI SAPUTRA
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh environmental
performance (kinerja lingkungan) dan environmental disclosure (pengungkapan
lingkungan) terhadap economic performance yang diproksikan pada return saham.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah environmental performance yang
diukur berdasarkan pada peringkat PROPER, dan environmental disclosure yang
dinilai menggunakan Indeks Sembiring (2006). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah return saham yang dicerminkan dengan cumulative abnormal
return. Penelitian ini memakai variabel kontrol dimana variabel kontrolnya adalah
leverage yang diproksikan pada debt equity ratio serta Ukuran Perusahaan.
Sampel yang dipilih dalam penelitian ini berjumlah 10 perusahaan pertambangan
dan industri kayu dan kertas dengan tahun pengamatan 2009-2013, sehingga total
sampel yang diamati sejumlah 10. Data yang ada dianalisis menggunakan
Statistical Package for Social Science (SPSS) dengan metode analisis regresi
linear berganda.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa environmental performance
berpengaruh negatif terhadap economic performance dan environmental
disclosure berpengaruh positif terhadap economic performance.
Kata Kunci: environmental performance, environmental disclosure,
economic performance
PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN
ENVIRONMENTAL DISCLOSURE TERHADAP ECONOMIC
PERFORMANCE
Oleh
FEBI SAPUTRA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 03 Februari 1992, sebagai anak ketiga
dari Bapak Zulhanif dan Ibu Elvidarnis
Penulis menyelesaikan pendidikan kanak-kanak di TK Aisyiah Kotabumi tahun 1998,
kemudian dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SD Negeri 4 Tanjung Aman dan
lulus pada tahun 2004. Selanjutnya, penulis menempuh pendidikan menengah
pertama di SMP Negeri 1 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2007, kemudian
penulis melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMK Negeri 1 Kotabumi Jurusan
Akuntansi hingga lulus pada tahun 2010.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui jalur SNMPTN Tertulis. Selama
menjadi mahasiswa, penulis aktif dibanyak organisasi organisasi diantaranya:
1. Pernah menjadi Kepala Bidang 1 ( Keilmuan ) Himpunan Mahasiswa
Akuntansi (HIMAKTA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
periode 2012/2013
2. Pernah menjadi Kepala Dinas 1 ( Pendidikan dann Kajian Ekonomi ) Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung periode 2013/2014
3. Pernah menjadi Kepala Bidang Keilmuan Ikatan Mahasiswa Akutansi
Indonesia (IMAI) Simpul Lampung periode 2013/2014
4. Pernah menjadi Kepala Departemen Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Cabang Bandarlampung Komisariat Ekonomi Unila periode 2013/2014
5. Pernah menjadi Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang
Bandarlampung Komisariat Ekonomi Unila perioder 2014/2015
Penulis pernah bekerja sebagai Provincial Support Staff di Madrasah Development
Centre (MDC) Wilayah Lampung dari bulan Mei 2014 sampai Januari 2015.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk orang-orang yang selalu mencintaiku,
mengasihiku, dan melindungiku.....
1. Pertama-tama aku persembahkan kepada Kedua Orang Tuaku yang selalu
mendukung secara Moril maupun Materil. Mama tercinta yang selalu
memberikan nasihat banyaknya, Papa tersayang yang selalu memberikan
nafkahnya yang tak terhitung jumlahnya. Pengorbanan kalian akan aku
kenang sampai akhir hayatku.
2. Kedua aku persembahkan kepada Uniku tercinta, wanita kedua yang luar
biasa setelah ibuku, banyak sekali dukungan yang selalu beliau berikan
yang tak tak terhitung olehku dan Udaku terkasih, walau uda selalu
mendorong secara paksa supaya aku selesai studiku itulah cara dia
walaupun beliau tidak tahu apa yang sebenarnya aku rasakan.
3. Ketiga aku persembahkan kepada seluruh Keluarga Besar Datuk Sanin,
dari Makwo Husna, Papa Muslim, Etek Yarnis, Papa Heri, dan Bunda
Rosmiarti. Semoga keluarga ini selalu menjadi tempat aku pulang ketika
aku sedang terpuruk.
4. Sahabat-sahabat terbaiku yang sangat luar biasa selalu mendukung
semuanya
5. Almamaterku tercinta
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Environmental Performance dan
Environmental Disclosure terhadap Economic Peformance”.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, bantuan, dan kerja
sama semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaiannya. Untuk itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si.,Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
4. Bapak Drs. A. Zubaidi Indra, M.M., C.P.A selaku Dosen Pembimbing
Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberi saran, kritik,
bimbingan, dan nasihatnya dalam menyelesaikan skripsi ini;
5. Ibu Ninuk Dewi K, S.E., M.Sc., Akt., selaku Dosen Pembimbing Kedua
yang telah banyak membantu dalam memberikan masukan, bimbingan,
perhatian, kesabaran, dan kesediaan meluangkan waktu selama proses
penyelesaian skripsi ini;
6. Ibu Susi, S.E., M.B.A., Ph.D., Akt., selaku Dosen Penguji Utama yang
telah memberikan saran-saran yang membangun, diskusi yang sangat luar
biasa pengetahuan yang saya tidak tahu dan bermanfaat;
7. Ibu Reni Oktavia,S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik;
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuan yang bermanfaat selama penulis menyelesaikan
pendidikan di Universitas Lampung;
9. Bapak Sobari, Mas Yana, Mas Leman, Mbak Sri, Mpok, Mas Rully, Mas
Yogi, Mba Tina, Mba Atun serta Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, atas bantuannya selama
penulis bergabung bersama civitas akademika Universitas Lampung;
10. Kedua Orang Tuaku, Ayahanda Zulhanif, dan Ibunda Elvidarnis sebagai
motivator terbesar dalam menyelesaikan pendidikanku. Walaupun
membesarkan anakmu sampai anakmu ini sukses adalah kewajiban kalian,
sampai kapanpun aku tidak akan melupakan semuanya sehingga aku rindu
ingin pulang;
11. Uniku Prima Kurniati dan Udaku Maha Putra, Walaupun kalian tidak
pernah merasakan apa yang aku rasakan selama menjadi mahasiswa, ini
adalah buktiku bahwa dikeluarga kita ada yang berpendidikan tinggi
sampai mendapat gelar yang Insya Alla Berkah.
12. Adikku, Otrianus dan Al-Penher yang telah banyak bersabar, memaklumi
dan memberi dukungan selama ini;
13. Sahabat-sahabatku semasa perkuliahan, Jevri Afrizal, Yoga Pratama,
Maria Ansela, Fransiska Jeni Oemar, Feny Sagita, Pungki Hartandi,
Yudastio, Esti Eka Faridayani, Endang Sri, Tina Sih Panglipur, M.Firaz
Zakiy, Syarief Hidayat, Citra Permata, Iga Amalia, Tya Marsela, Mila
A.B, Deny Rahmawati, dan Ivonna Nurfhyasa Hanum thank you for
making my journey beautiful. You all are the kindest, smartest, most
inspiring and helpful friends I have ever met. I wish everyone the best!;
14. Teman-teman seperjuangan akuntansi 2010, Ario, Diki, Bram, Dianti,
Echa, Mei Rizky, Arlenti, Rere, Iqbal, Egha, Devri, Santo, Eka, Surya,
Anas, Teja, Satria, Mahmut, , Latifa, Marlina, Tiwi, Novia, Tiaraku,
Yasni, Ira, Dwi, Rossy, Mareta, Fery, Ben, Rika, dan semua teman-teman
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas
kebersamaannya selama ini, merupakan suatu kebanggaan bertemu dengan
kalian semua. Semoga sukses dan keberkahan meliputi kita;
15. Keluarga besar HIMAKTA ( Himpunan Mahasiswa Akuntansi ) 12/13,
sebagai tempat mengembangkan diri, belajar berorganisasi, bertanggung
jawab, bekerja keras, bekerja sama, belajar menghargai perbedaan dan
mengerti sesama, serta sebagai tempat yang telah memberikan pengalaman
yang sangat berarti. Terima kasih Satria, Citra, Ira, Yesi, Ivonna ,
Andriani, Mahmud, Iqbal, Ana, Ani, Aulia (Cewek) , Teja, Irvia, Aulia
(Cowok), Aziz.;
16. Keluarga besar HMI ( Himpunan Mahasiswa Islam ) Cabang
Bandarlampung Komisariat Ekonomi Unila sebagai rumahku kedua
setelah rumahku dikotabumi, terima kasih buat abang-abangku dari
angkatan 2006, 2007, 2008, dan 2009, teman seangkatanku Komek 2010,
adik-adikku dari angkatan 2011, 2012, 2013, 2014, dan terakhir 2015.
Banyak sekali pengalaman yang aku dapat dari rumah ini sampai aku tidak
bisa meninggalkan rumah yang telah membesarkan nama ini. Terima kasih
semuanya.;
17. Kawan-kawan KKN Desa Taman Baru, Kecamatan Penengahan,
Kabupaten Lampung Selatan, Gusti, Gusma, Nyoman, Mba Anis, Fitri,
Iid, Restia, Aldo, Indah, Friska. Terima kasih telah pernah hadir dalam
mewarnai semuanya;
18. Terima kasih buat orang terkasih yang terkadang melihat dia selalu
membuat diri ini semangat. (Jangan Kepo Siapa Orangnya)
19. Serta kepada semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu
persatu, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah
diberikan.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis, pembaca, dan pihak-pihak lainnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Bandarlampung, 8 Juni 2016
Penulis,
Febi Saputra
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... .... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... .... 6
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... .... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... .... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ........................................................................................... .... 8
2.1.1 Teori Legitimasi .............................................................................. .... 8
2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory) ...................................................... ....10
2.1.3 Teori Stakeholder . .......................................................................... ....11
2.1.4 Konsep Akuntansi Lingkungan ........................................................ ....12
2.1.5 Environmental Performance ............................................................ ....14
2.1.6 Environmental Disclosure ................................................................ ....17
2.1.7 Economic Performance .................................................................... .... 18
2.1.8 Return Saham ................................................................................... .... 19
2.1.9 Return Tidak Normal (Abnormal Return) ........................................ .... 21
2.2 Kerangka Penelitian dan Pengambangan Hipotesis .................................. .... 24
2.2.1 Pengaruh Environmental Performance Terhadap Return Saham .... .... 26
2.2.2 Pengaruh Hard Environmental Disclosure Terhadap Return Saham .... 26
2.3 Penelitia Terdahulu ................................................................................... .... 28
ii
III. METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian .................................................................................... .... 30
3.2 Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian................................................ .... 31
3.2.1 Populasi ............................................................................................ .... 31
3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... .... 32
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ .... 33
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ........................................ .... 33
3.5.1 Variabel Bebas (Independen) ........................................................... .... 33
3.5.1.1 Environmental Performance ............................................... .... 33
3.5.1.2 Environmental Disclosure ................................................... .... 35
3.5.2 Variabel Terikat (Dependen)............................................................ .... 36
3.5.2.1 Economic Performance ....................................................... .... 36
3.5.3 Variabel Kontrol .............................................................................. .... 38
3.5.3.1 Firm Size ............................................................................. .... 38
3.5.3.2 Leverage .............................................................................. .... 39
3.6 Metode Analisis ....................................................................................... .... 40
3.6.1 Statistik Deskriptif .............................................................................. .... 40
3.6.2 Uji Asumsi Klasik .............................................................................. .... 41
a. Uji Normalitas ................................................................................ .... 41
b. Uji Heteroskedastisitas................................................................... .... 42
c. Uji Multikolinearitas ...................................................................... .... 42
d. Uji Autokorelasi ............................................................................. .... 43
3.6.3 Uji Kelayakan Model ......................................................................... .... 43
3.6.3 Koefisien Determinasi (R2) ....................................................... .... 43
3.4.4 Pengujian Hipotesis ............................................................................ .... 43
3.4.4.1 Uji Statistk F .......................................................................... .... 44
3.4.4.2 Uji Statistik T ......................................................................... .... 45
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ..................................................... .... 47
4.2 Uji Asumsi Klasik ..................................................................................... .... 50
4.2.1 Uji Normalitas ................................................................................... .... 50
4.2.2 Uji Heterokedastisitas ........................................................................ .... 51
iii
4.2.3 Uji Mulkolinearitas ............................................................................ .... 53
4.2.4 Uji Autokorelasi ................................................................................ .... 54
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis .......................................................................... .... 55
4.3.1 Koefisien Determinasi ....................................................................... .... 55
4.3.2 Pengujian Statistik F (Uji Simultan) ................................................. .... 57
4.3.3 Pengujian Parsial (Uji Statistik t) ...................................................... .... 58
4.4 Pembahasan ................................................................................................ .... 59
4.4.1 Pengujian Hipotesis 1 ........................................................................ .... 59
4.4.2.Pengujian Hipotesis 2 ........................................................................ .... 60
4.4.2.Pengujian Variabel Kontrol............................................................... .... 60
4.4.4 Pengaruh Environmental Performance Terhadap Economic Performance
..................................................................................................................... 60
4.4.5 Pengaruh Environmental Disclosure Terhadap Economic Performance
..................................................................................................................... 62
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... .... 64
5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. .... 65
5.3 Saran .......................................................................................................... .... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu……………………..……………………... 28
Tabel 3.1 Penyaringan Populasi dan Sample...............…………………... 32
Tabel 3.5 Peringkat PROPER..................………………………………... 33
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ………………………... 47
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas……………………………………………. 50
Tabel 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas…………………………......……. 52
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas.……………………………..........… 53
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi....................………………………….… 54
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determiasi tanpa Varibel Kontrol…....…… 55
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determiasi dengan Varibel Kontrol…….... 56
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik F.……………………………………………. 57
Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik T ..………………………………………...… 58
Tabel 4.10 Hasil Penelitian........................................................................... 59
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Model Penelitian……………………………………………… 25
Gambar 4.1 Grafik Normal P-Plot of Regression Standardized Residual.… 51
Gambar 4.2 Grafik Scatterplot.…………………………………………….. 52
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan
Lampiran 2. Daftar Indikator Environmental Disclosure
Lampiran 3. Data Perolehan Peringkat Proper 2010-2014
Lampiran 4. Data Indeks Pengungkapan ED (IED)
Lampiran 5. Data Harga Saham Individual dan Gabungan Perusahaan Sample
2010-2014
Lampiran 6. Ringkasan Daftar Cumulative Abnormal Return
Lampiran 7. Variabel Kontrol
Lampiran 8. Hasil Pengolahan Data Menggunakan SPSS 23.0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kegiatan perusahaan tidak bisa lepas dari lingkungannya. Aktivitas
perusahaan dapat menimbulkan dampak pada lingkungan hidup sehingga
perusahaan tidak hanya dihadapkan pada perolehan laba saja tetapi juga
memperhatikan baik terhadap lingkungan hidup dalam pelaksanaan
aktivitasnya. Namun perusahaan sering kali mengabaikan lingkungan dalam
aktivitasnya.
Peristiwa kebakaran lahan dan hutan setiap tahun terjadi yang mengakibatkan
kabut asap dalam waktu yang lama sampai ke Negara tetangga seperti
Malaysia dan Singapura. Tahun 2013, kebakaran lahan yang terjadi adalah
akibat dari aktivitas salah satu perusahaan asal Malaysia yaitu PT Adei
Plantation and Industry (GoRiau.com, 2014). Pada 27 Maret 2014, DetikNews
(2014) Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) berkata bahwa terdapat 100 orang dan satu
korporasi yaitu PT NSP yang merupakan tersangka pembakaran lahan.
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) sebanyak 45
2
perusahaan perkebunan dan Hutan Tanaman Industri (HTI) juga terindikasi
terlibat pembakaran lahan.
Begitu pula peristiwa yang terjadi di Indonesia dengan adanya tingkat
pencemaran lingkungan menjadi semakin parah akibat dari kurangnya
perhatian perusahaan terhadap dampak lingkungan dan yang ditimbulkan oleh
aktivitas industri ketika memperoleh bahan baku, proses produksi, maupun
hasil produksi. Berdasarkan data terakhir dari Kementerian Lingkungan Hidup
(KLH) Indonesia, pada 2012 sudah ada 300 kasus pencemaran lingkungan
hidup seperti kebakaran hutan, pencemaran lingkungan, pelanggaran hukum,
dan pertambangan. Tercatat ada penurunan kualitas lingkungan yakni pada
2009 sebesar 59,79 persen, 2010 sebesar 61,7 persen, dan pada 2011 sebesar
60,84 persen. Hal ini juga diperkuat dengan data terakhir menuju Indonesia
Hijau dimana Indonesia hanya memiliki luas tutupan hutan sebesar 48,7
persen seluruh indonesia.
Dengan data yang didapat dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) dapat
diasumsikan bahwa saat ini perusahaan yang menggunakan alam sebagai
sumber produksinya adalah salah satu penyebab kerusakan lingkungan hidup.
Dengan adanya penilaian yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup
ini dapat diukur sebagai Kinerja Lingkungan bagi para stakeholder dalam
mengambil keputusan dalam berinvestasi atau dipakai dalam penelitian.
Sejak bulan April tahun 2012, pemerintah telah meresmikan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan. Dalam pasal 6 disebutkan bahwa pelaksanaan tanggung jawab
3
sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan tahunan perusahaan dan
dipertanggungjawabkan kepada RUPS. Dijelaskan pula pada pasal 7 bahwa
perusahaan yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Untuk
menanggapi aturan tersebut, perusahaan telah meningkatkan pengungkapan
lingkungannya baik dalam laporan tahunan (annual report) serta laporan
pengungkapan lingkungan yang berdiri sendiri atau laporan keberlanjutan
(sustainability reports) (Gladia, 2013). Dengan disusunnya suatu kerangka
kerja untuk konservasi lingkungan serta standar pengungkapan akuntansi
lingkungan berbasis laporan keberlanjutan (sustainability reporting)
perusahaan diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam pencegahan kerusakan
lingkungan serta memikirkan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dari
aktivitas perusahaan terhadap lingkungan.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa pengelolaan lingkungan yang baik
dapat menghindari klaim masyarakat dan pemerintah serta meningkatkan
kualitas produk yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan keuntungan
ekonomi. Sebagian besar perusahaan dalam industri modern menyadari
sepenuhnya bahwa isu lingkungan juga merupakan bagian penting dari
perusahaan. Permasalahannya saat ini, pelaporan lingkungan dalam annual
report di sebagian besar negara masih bersifat sukarela, termasuk Indonesia.
Penelitian mengenai hubungan antara environmental performance dan
environmental disclosure telah mempertimbangkan kekuatan hubungan
diantara variabel-variabel tersebut.
4
Hal ini dibuktikan oleh Suratno, dkk (2006) telah menemukan hubungan
positif dan signifikan secara statistik pengaruh environmental performance
terhadap environmental disclosure dan pengaruh environmental performance
terhadap economic performance. Beberapa penelitian terdahulu mendapatkan
hasil yang beragam dalam mengukur hubungan antara kinerja dan
pengungkapan lingkungan terhadap kinerja ekonomi perusahaan, seperti
Sarumpaet (2005) memberikan bukti empiris bahwa tidak ada hubungan
antara environmental performance dan economic performance perusahaan,
akan tetapi ukuran perusahaan berhubungan secara signifikan terhadap
environmental performance sama halnya dengan penelitian yang dilakukan
oleh Anggraini (2008) yang mendapatkan hasil bahwa environmental
performance tidak berpengaruh signifikan terhadap environmental disclosure,
tetapi untuk variabel environmental performance dan environmental
disclosure berpengaruh positif terhadap return saham.
Ada perbedaan kembali yang dilakukan oleh Lindrianasari (2007) dimana
menemukan secara statistik environmental performance berpengaruh positif
signifikan terhadap environmental disclosure dan economic performance
dengan yang dilakukan oleh Almilia (2007) menguji environmental
performance dan environmental disclusure terhadap economic performance
pada perusahaan pertambangan dan HPH/HPHTI hasilnya adalah tidak
terdapat pengaruh signifikan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Almilia dan Wijayanto
(2007) yang meneliti tentang pengaruh environmental performance dan
5
environmental disclosure terhadap economic performance pada perusahaan
pertambangan dan pemegang HPH/HPHTI ( Industri Kayu dan Kertas ).
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan pertambangan karena
kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan langsung sumber daya
alam serta memiliki risiko tinggi akan kerusakan lingkungan
(Ramadhan, 2012). Selain sektor pertambangan merupakan salah satu
bidang yang dimaksud dalam UU Nomor 40 pasal 74 ayat (1) tahun
2007, pemanfaatan hutan juga memanfaatkan nilai ekonomis dari sumber
daya alam yang terdapat di bumi. Kegiatan kedua industri baik
pertambangan dan pemanfaatan hutan akan berdampak pada koversi lahan,
perubahan struktur vegetasi, gangguan habitat hutan, keanekaragaman hayati,
dan proses - proses ekologi serta topografi alam dimana kegiatan tersebut
dilaksanakan (Octavia, 2012). Perbedaan penelitian ini terdapat pada objek
penelitian dan periode tahun pengamatan, dimana pada penelitian ini objek
penelitian merupakan perusahaan pertambangan dengan periode pengamatan
2009-2013, selain itu pengembangan penelitian terdapat pada proyeksi dari
economic performance, dimana dalam penelitian ini penulis menggunakan
return saham sebagai proyeksi dari variabel dependen. Isu penelitian yang
diangkat adalah usaha perusahaan pertambangan dalam mendapatkan
legitimasi dari para stakeholder seiring dengan meningkatnya tekanan akan
kelestarian lingkungan hidup.
Penelitian ini merupakan studi empiris pada perusahaan pertambangan dan
pemegang HPH/HPHTI yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
diharapkan dapat memberikan kontribusi mengenai praktik pengungkapan
6
lingkungan terhadap economic performance perusahaan. Selain itu, penelitian
ini diharapkan dapat merepresentasikan keadaan sekarang.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk
membuat judul, “Pengaruh environmental performance dan environmental
disclosure terhadap economic performance pada perusahaan
pertambangan dan pemegang HPH/HPHTI”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan permasalahan dalam
penelitian ini yaitu :
1. Apakah environmental performance berpengaruh positif terhadap
economic performance?
2. Apakah environmental disclosure berpengaruh positif terhadap economic
performance?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh environmental
performance dan environmental disclosure terhadap economic performance
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya
dimana hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk:
7
1. Pihak Akademisi
Penelitian ini adalah sarana untuk menerapkan teori yang telah peneliti
peroleh selama kuliah dan dapat menjadi bahan referensi kepada
pihak-pihak lain yang berkepentingan mengenai tingkat pengungkapan
pada laporan tahunan perusahaan mereka.
2. Pihak Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran perusahaan
akan pentingnya melaksanakan tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungannya akan mempengaruhi nilai perusahaan dan dapat
memberikan masukan tentang kebijakan/pengaturan mengenai
pengungkapan tanggung jawab sosial di dalam laporan keuangan
perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Teori Legitimasi
Legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa
tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan yang
diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan
dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995 dalam Kirana,
2009).
Teori Legitimasi menyatakan bahwa organisasi/perusahaan secara
berkesinambungan harus memastikan apakah mereka telah beroperasi di di
dalam norma–norma yang dijunjung masyarakat dan memastikan bahwa
aktivitas mereka bisa diterima pihak luar (dilegitimasi). Postulat dari teori
legitimasi adalah organisasi bukan hanya harus terlihat memperhatikan hak-
hak investor namun secara umum juga harus memperhatikan hak-hak publik
(Deegan dan Rankin, 1996).
9
Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa hal yang mendasari teori
legitimacy adalah “kontrak sosial” antara perusahaan dengan masyarakat
dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Shocker
dan Sethi (1974) dalam Ghozali dan Chariri (2007) memberikan penjelasan
tentang konsep kontrak sosial bahwa
“Semua institusi sosial tidak terkecuali perusahaan beroperasi di masyarakat melalui kontrak
sosial, baik eksplisit maupun impliit, dimana kelangsungan hidup dan pertumbuhannya
didasarkan pada hasil akhir yang secara sosial dapat diberikan kepada masyarakat luas dan
distribusi manfaat ekonomi, sosial atau politik kepada kelompok sesuai dengan power yang
dimiliki.”
Jadi pada dasarnya setiap perusahaan dalam melakukan segala sesuatu yang
berhubungan dengan operasional perusahaan harus sesuai dengan norma-
norma dan dengan apa yang diinginkan masyarakat sesuai dengan budaya dan
kultur masyarakat setempat agar aktivitas perusahaan diterima oleh
masyarakat atau pihak luar lainnya. Oleh karena itu, perusahaan berusaha
mendapatkan legitimasi dari masyarakat dengan cara membuat
pertanggungjawaban sosial terhadap lingkungan yang harus dilakukan oleh
perusahaan sehinggga perusahaan dapat diterima di masyarakat baik secara
eksplisit maupun implisit. Bentuk nyata dari pertanggungjawaban itu adalah
melalui program CSR yang diungkapkan dimana memilki tiga poin yaitu
sosial,lingkungan, dan ekonomi yang dapat dilaporkan di annual report
perusahaan sebagai bentuk informasi yang dibutuhkan oleh investor dalam
10
pengambilan keputusannya yang sesuai dengan norma-norma yang ada di
masyarakat.
2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Ross (1977) yang menyatakan bahwa pihak
eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai perusahaannya
akan terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada calon investor
agar harga saham perusahaannya meningkat.
Teori Sinyal menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi
merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi
pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk
keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi
kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya.
Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan
oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan
investasi (Nurrohman, 2013).
Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Apabila pengumuman tersebut mengandung nilai positif,
maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu setelah pengumuman
tersebut diterima oleh pasar.
11
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat
menjadi sinyal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor
adalah laporan tahunan perusahaannya. Informasi yang diungkapkan dalam
laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang
berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu
informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan
hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi
yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak
dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk
mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan
diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang
diinginkan. Salah satu informasi yang dicari oleh para investor masa kini
adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), karena bagi
perusahaan yang melakukan dan melaporkan kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR) dalam laporan tahunannya dianggap sebagai perusahaan
yang baik dan bertanggungjawab terhadap lingkungan sekitarnya. Jika suatu
perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus
melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan.
2.1.3 Teori Stakeholder
Menurut Fredman (1984) Stakeholder merupakan individu atau kelompok
yang bisa mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh organisasi sebagai
dampak dari aktivitas-aktivitasnya. Teori Stakeholder adalah teori manajemen
12
organisasi dan etika bisnis yang membahas moral dan nilai-nilai dalam
mengelola organisasi. (Fredman, 1985).
Stakeholder theory menyatakan bahwa semua stakeholder mempunyai hak
memperoleh informasi mengenai aktivitas perusahaan yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan mereka. Para stakeholder dapat
memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan tidak dapat
memainkan peran secara langsung dalam suatu perusahaan (Deegan, 2004).
Maka dapat ditarik suatu penjelasan dengan teori di atas bahwa dalam suatu
aktivitas perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar dan dari dalam,
yang kesemuanya dapat disebut sebagai stakeholder. Kelangsungan hidup
perusahaan sangat bergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan
tersebut harus dicari sehingga segala aktivitas perusahaan tujuannya adalah
untuk mencari dukungan tersebut. Semakin powerful stakeholder, maka akan
semakin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi dengan para stakeholders.
Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan
dengan stakehoders-nya (Chariri dan Ghazali, 2007).
2.1.4 Konsep Akuntansi Lingkungan
Konsep akuntansi lingkungan sebenarnya sudah mulai berkembang sejak
tahun 1970-an di Eropa. Akibat tekanan lembaga-lembaga bukan pemerintah
dan meningkatnya kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat yang
mendesak agar perusahaan-perusahaan menerapkan pengelolaan lingkungan
13
bukan hanya kegiatan industri demi bisnis saja (Djogo, 2006 dalam Almilia,
2007).
Lindrianasari (2007) berpendapat akuntansi lingkungan adalah suatu istilah
yang berupaya untuk menspesifikasikan pembiayaan yang dilakukan
perusahaan dan pemerintah dalam melakukan konservasi lingkungan ke dalam
pos “lingkungan” di dalam praktek bisnis perusahaan dan pemerintah. Dari
kegiatan konservasi lingkungan ini pada akhirnya akan muncul biaya
lingkungan (environment cost) yang harus ditanggung perusahaan. Akuntansi
lingkungan dianalogikan sebagai suatu kerangka kerja pengukuran yang
kuantitatif terhadap kegiatan konservasi lingkungan yang dilakukan oleh
perusahaan.
Pada pertengahan tahun 1990-an ketika istilah environmental accounting
belum banyak dikenal hanya beberapa perusahaan saja yang menerapkannya
mula-mula dengan mengungkapkan masalah lingkungan. Hal ini berkaitan
dengan keterbukaan perusahaan untuk mengungkapkan informasi lingkungan
sebagai dampak dari aktivitas industri atau bisnis mereka. Namun kemudian
jumlah perusahaan yang menerapkan environmental accounting meningkat
dari 10.4 persen pada tahun 1998 menjadi 20.9 persen di tahun 1999 dan 27.0
persen di tahun 2000. Dari jumlah ini 17.3 persen sudah menerapkan dan
memperkenalkan environmental accounting dan 34 persen sedang
mempertimbangkan akan segera menerapkannya. Hal ini berkaitan dengan
dikeluarkannya The Environmental Accounting Guideline yang diterbitkan
14
oleh The Environmental Agency yang kemudian berubah menjadi Ministry of
Environment (MOE) pada Mei 2000. Kemudian draft ini diperbaiki lagi pada
Maret tahun 2002 sebagai Petunjuk Pelaksanaan Akuntasi Lingkungan Edisi
2002 (Environmental Accounting Guidelines, 2002 Edition) dalam Almilia
(2007).
Di Indonesia Environmental Performance di Indonesia telah diatur dan dinilai
oleh Kementrian Lingkungan Hidup berdasarkan warna dan dicantum dalam
bentuk kuantitas atau angka untuk memberikan kepada masyarakat dan
investor dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengambil keputusan dan
menilai perusahaan tersebut baik untuk lingkungan atau tidak.
2.1.5 Environmental Performance
Porter & Van der Linde, 1995 menyatakan bahwa peningkatan Environmental
Performance adalah sumber informasi penting agar perusahaan dapat
mencapai tingkatan produksi yang efisien, perbaikan produktivitas sesuai
dengan standar keamanan, penekanan biaya yang disebabkan karena
kerusakan lingkungan dan kesempatan memperoleh pasar baru.
Suratno, dkk (2006) dalam menyatakan bahwa environmental performance
adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (green).
Pengukuran kinerja lingkungan merupakan bagian penting dari sistem
manajemen lingkungan. Hal tersebut merupakan ukuran hasil dari sistem
manajemen lingkungan yang diberikan terhadap perusahaan secara riil dan
15
kongkrit. Selain itu, kinerja lingkungan adalah hasil yang dapat diukur dari
sistem manajemen lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek
lingkungannya. Pengkajian kinerja lingkungan didasarkan pada kebijakan
lingkungan, sasaran lingkungan dan target lingkungan (ISO 14004, dari ISO
14001).
Environmental Performance menurut Ali (2004) adalah mekanisme bagi
perusahaan untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap
lingkungan ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang
melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Environmental
Performance diungkapkan ke dalam Environmental Disclosure.
Di indonesia Environmental Performance dapat diukur dengan PROPER
(Program Penilaian Peringkat Kinerja Penaatan dalam Pengelolaan
Lingkungan ) yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia. PROPER bermaksud agar para stakeholder dapat menyikapi secara
aktif informasi tingkat penaatan ini, dan mendorong perusahaan untuk lebih
meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungannya. Sehingga pada akhirnya
dampak lingkungan dari kegiatan perusahaan dapat diminimalisasi. Dengan
kata lain, PROPER merupakan Public Disclosure Program for Environmental
Compliance.
Tujuan penerapan PROPER adalah untuk mendorong peningkatan kinerja
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui penyebaran informasi
16
kinerja penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Guna mencapai
peningkatan kualitas lingkungan hidup. Peningkatan kinerja penaatan ini
dapat terjadi melalui efek insentif dan disinsentif reputasi yang timbul akibat
pengumuman peringkat kinerja PROPER kepada publik. Para pemangku
kepentingan (stakeholders) akan memberikan apresiasi kepada perusahaan
yang berperingkat baik dan memberikan tekanan dan atau dorongan kepada
perusahaan yang belum berperingkat baik.
Peringkat kinerja penaatan perusahaan PROPER dikelompokkan dalam 5
(lima) peringkat warna dengan 7 (tujuh) kategori. Masing-masing peringkat
warna mencerminkan kinerja perusahaan. Kinerja penaatan terbaik adalah
peringkat emas, dan hijau, selanjutnya biru, biru minus, merah, dan merah
minus dan kinerja penaatan terburuk adalah peringkat hitam. Berdasarkan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2008 Tentang
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup telah menerapkan PROPER
sebagai alat untuk memeringkat kinerja lingkungan perusahaan-perusahaan
yang ada di Indonesia. Perusahaan dapat dikategorikan peringkat Hijau atau
Biru dalam PROPER PROKASIH, padahal perusahaan tersebut belum
melakukan pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dan
pengendalian pencemaran udara dengan baik. Karena kurang kondusifnya
situasi di Tanah Air akibat krisis ekonomi dan politik dalam kurun waktu
17
1998-2001, pelaksanaan PROPER pernah terhenti. Guna memberikan
gambaran kinerja penataan perusahaan lebih menyeluruh, maka sejak tahun
2002 aspek penilaian kinerja penataan dalam PROPER diperluas. Kinerja
penataan yang dinilai dalam PROPER mencakup: penataan terhadap
pengendalian pencemaran air, udara, pengelolaan limbah B3, dan penerapan
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Sedangkan penilaian
untuk aspek upaya lebih dari taat meliputi penerapan sistem manajemen
lingkungan, pemanfaatan limbah dan konservasi sumber daya, dan
pelaksanaan kegiatan pengembangan masyarakat (community development).
Penilaian ini dapat mengukur penerapan CSR.
2.1.6 Environmental Disclosure
Hendriksen (2000) dalam Nurdin (2006) menyatakan bahwa dalam pengertian
luasnya, pengungkapan berarti penyampaian informasi (release of
information). Mattews (1997) dalam Nurdin (2006) menyatakan bahwa
pengungkapan lingkungan sebagai pengungkapan informasi sukarela, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif yang dibuat oleh organisasi untuk
menginformasikan aktivitasnya, di mana pengungkapan kuantitaif berupa
informasi keuangan maupun non keuangan
Bethelot, (2002) dalam Al Tuwaijri, (2004) mendefinisikan environmental
disclosure sebagai kumpulan informasi yang berhubungan dengan aktivitas
pengelolaan lingkungan oleh perusahaan di masa lalu, sekarang dan yang akan
18
datang. Informasi ini dapat diperoleh dengan banyak cara, seperti pernyataan
kualitatif, asersi atau fakta kuantitatif, bentuk laporan keuangan atau catatan
kaki. Bidang environmental disclosure meliputi hal-hal sebagai berikut:
pengeluaran atau biaya operasi untuk fasilitas dari peralatan pengontrol polusi
di masa lalu dan sekarang
Ghozali dan Chariri (2007) berpendapat bahwa perusahaan akan
mengungkapkan semua informasi yang diperlukan dalam rangka berjalannya
fungsi pasar modal. Pendukung pendapat tersebut menyatakan bahwa jika
suatu informasi tidak diungkapkan hal ini disebabkan informasi tersebut tidak
relevan bagi investor atau informasi tersebut telah tersedia di tempat lain.
2.1.7 Economic Performance
Almilia (2007) menyatakan bahwa economic performance adalah kinerja
perusahaan secara relatif (berubah-berubah dari tahun ke tahun) dalam suatu
industri sejenis (industri yang bergerak dalam usaha yang sama) yang ditandai
dengan return tahunan perusahaan tersebut.
Menurut Suratno, dkk (2006) economic performance adalah kinerja ekonomi
secara makro dari sekumpulan perusahaan dalam suatu industri. Pengukuran
kinerja ekonomi dapat dihitung menurut accounting based measures maupun
capital market based. Pada accounting based measures dapat menggunakan
analisis rasio keuangan sebagai pengukuran secara financial.
19
Bragdon dan Malin (1972) dalam Al Tuwaijri, et al (2004) menggunakan
accounting based measures (earnings per share dan ROE). Sedangkan Spicer
(1978) dalam Al Tuwaijri, et al (2004) menggunakan keduanya baik
accounting based measures maupun capital market based (profitability dan
price earning ratio)
Kelemahan menggunakan berbagai macam pengukuran economic
performance adalah mereka cenderung untuk fokus pada satu aspek kinerja
ekonomi suatu perusahaan. Net income mengukur tingkat profitabilitas tanpa
mempertimbangkan ukuran perusahaan, kelemahan ini dapat dilengkapi
dengan menggunakan pengukuran seperti ROA dan skala profitabilitas
investasi perusahaan berdasarkan aset mereka. Namun hal ini akan menjadi
bias apabila sampel tersebut meliputi perusahaan dari berbagai industri (Al
Tuwaijri, et al., 2004).
2.1.8 Return Saham
Return saham adalah sejumlah tingkat keuntungan yang diharapkan oleh
investor melalui harga yang telah diinvestasikan melalui saham.
Pengertian return saham pada penelitian ini sama dengan capital gain, karena
belum ada pembagian deviden. Capital gain (loss) merupakan selisih dari
harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Jika harga
saham invetasi sekarang lebih tinggi dari harga saham investasi periode lalu
20
ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), jika sebaliknya maka
terjadi kerugian modal (capital loss) (Hartono, 2008).
Dalam melakukan investasi pada pasar modal, khususnya saham, perubahan
harga pasar menjadi perhatian penting bagi para investor, selain kondisi
emiten dan keadaan perekonomiannya. Saham biasanya diperdagangkan di
lantai bursa dengan harga pasar yang akan berbeda-beda pada tiap-tiap
waktunya, hal ini akan berkaitan dengan nilai dari suatu saham tersebut.
Hartono (2008) mengungkapkan bahwa dalam penilaian saham dikenal
adanya empat jenis nilai yaitu:
1. Nilai nominal (Nominal Value)
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum dalam sertifikat saham dan
pencantumannya berdasarkan keputusan dan dari hasil pemikiran
perusahaan yang mempunyai saham tersebut. Jadi nilai nominal sudah
ditentukan pada waktu saham itu diterbitkan.
2. Nilai Buku (Book Value)
Nilai buku menunjukan nilai bersih kekayaan perusahaan, artinya nilai
buku merupakan hasil perhitungan dari total aktiva perusahaan yang
dikurangkan dengan hutang serta saham preferen kemudian dibagi dengan
jumlah saham yang beredar. Nilai buku sering kali lebih tinggi daripada
nilai nominalnya.
21
3. Nilai Intrinsik (Intrinsic Value)
Nilai intrinsik merupakan nilai yang mengandung unsur kekayaan
perusahaan pada saat sekarang dan unsur potensi perusahaan untuk
menghimpun laba dimasa yang akan datang.
4. Nilai Pasar (Market Value)
Nilai pasar adalah harga saham biasa yang terjadi di pasar. Harga
selembar saham biasa adalah harga yang dibentuk oleh penjualan dan
pembelian ketika mereka memperdagangkan saham.
Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan
penawaran, harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham
mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan
penawaran.
2.1.9 Return Tidak Normal (Abnormal Return)
Perhitungan terhadap perubahan harga saham dapat diukur dengan
menggunakan abnormal return. Hartono (2008) menjelaskan bahwa abnormal
return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya
terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi
(return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian abnormal return
adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return
ekspektasi. Menurut Samsul (2006), abnormal return diklasifikasikan menjadi
4 kelompok, yaitu:
22
1. Abnormal Return (AR)
Abnormal return adalah selisih dari actual return dengan expected return
yang dihitung secara harian. Dengan demikian dapat diketahui abnormal
return tertinggi dan terendah serta reaksi yang paling kuat pada hari-hari
di periode jendela.
2. Average Abnormal Return (AAR)
Average abnormal return merupakan rata-rata dari semua jenis saham
secara harian. Dengan menghitung average abnormal return maka dapat
dilihat reaksi yang paling kuat dari seluruh jenis saham pada hari-hari di
periode jendela.
3. Cumulative Abnormal Return (CAR)
Cumulative abnormal return adalah akumulasi abnormal return harian
untuk semua jenis saham. Cumulative abnormal return digunakan untuk
membandingkan setiap jenis saham yang berpengaruh pada sebelum dan
sesudah peristiwa terjadi.
4. Cumulative Average Abnormal Return (CAAR)
Cumulative average abnormal return adalah akumulasi dari average
abnormal return. Cumulative average abnormal return digunakan untuk
mengetahui kecenderungan dampak positif atau negatif dari suatu
peristiwa. Untuk mengetahui kecenderungan dampak dari suatu peristiwa
maka cumulative average abnormal return sebelum peristiwa
23
dibandingkan dibandingkan dengan cumulative average abnormal return
sesudah peristiwa.
Abnormal return digunakan untuk mengetahui seberapa besar reaksi pasar
terhadap suatu informasi dari suatu pengumuman. Terdapat beberapa
model perhitungan abnormal return menurut Brown dan Warner (1985)
dalam Hartono (2008), yaitu:
1. Model Disesuaikan Rata-Rata (Mean-Adjusted Model)
Model disesuaikan rata-rata menganggap bahwa return yang
diharapkan (expected return) bernilai konstan yang sama dengan rata-
rata return realisasi sebelumnya pada periode estimasi.
2. Model Pasar (Market Model)
Model pasar melakukan perhitungan return yang diharapkan (expected
return) dengan dua tahap, yaitu:
a. Membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi
selama periode estimasi.
b. Menggunakan model ekspektasi tersebut untuk mengestimasi
return yang diharapkan di periode jendela.
Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS
(Ordinary Least Square) atau regresi sederhana.
24
3. Model Disesuaikan Pasar (Market-Adjusted Model)
Model disesuaikan pasar beranggapan bahwa estimasi yang terbaik
untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar.
Return sekuritas yang diestimasi sama dengan return indeks pasar.
2.2 Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis
Informasi mengenai kinerja perusahaan merupaka hal yang sangat berharga bagi
stakeholder khususnya investor. Bagi stakeholder, pengungkapan informasi
mengenai aktivitas atau kinerja perusahaan menjadi hal yang sangat dibutuhkan
untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan yang akan menjadi tempat bagi para
investor dalam menanamkan investasinya.
Perusahaan yang memiliki environmental performance atau kinerja lingkungan
yang baik merupakan suatu good news bagi investor dan calon investor.
Perusahaan yang memiliki good news yang baik cenderung akan meningkatkan
environmental disclosure dalam laporan tahunannya. Perusahaan yang memiliki
tingkat environmental performance yang tinggi akan direspon secara positif oleh
investor melalui fluktuasi harga saham perusahaan. Harga saham secara relatif
dalam industri yang bersangkutan merupakan cerminan pencapaian economic
performance perusahaan. Sedangkan perusahaan dengan pengungkapan
lingkungan yang tinggidalam laporan keuangannya akan lebih dapat diandalkan.
Laporan keuangan yang handal tersebut akan berpengaruh secara positif terhadap
25
economic performance, dimana investor akan merespon secara positif dengan
fluktuasi harga pasar saham yang semakin tinggi.
Gambar 2.2 Model Penelitian
+
Skema di atas adalah hasil penggambaran hubungan antar variabel dalam
penelitian. Terdapat dua variabel independen yaitu Environmental Performance
dan Environmental Disclosure , yang mengarah pada Cumulative Abnormal
Return Saham Perusahaan sebagai variabel dependen, yang diwakili oleh garis
lurus menandakan adanya pengaruh dan membentuk hipotesis dalam penelitian
ini. Kemudian ada dua variabel kontrol yang diwakili garis putus-putus, yaitu
ukuran perusahaan dan leverage.
PROPER
Environmental
Disclosure
Cumulative
Abnormal Return
Ukuran
Perusahaan
Leverage
26
2.2.1. Pengaruh Enviromental Performance terhadap Economic Performance
Beberapa penelitian memberikan sebuah hasil bahwasanya Environmental
Performance memiliki pengaruh terhadap Economic Performance. Seperti
yang ditemukan oleh Suratno, dkk (2006) bahwasanya adanya pengaruh yang
sigifikan antara Environmental Performance terhadap Economic
Performance. Berdasarkan teori stakeholder dan signalling bahwasanya
stakeholder akan memberikan sinyal yang baik apabila perusahaan
memberikan informasi yang baik/diungkapkan kepada stakeholder artinya
perusahaan dengan sukarela memberikan informasi secara terbuka sehingga
stakeholder dapat mengambil keputusannya dalam berinvestasi khususnya
para investor dengan melihat fluktuasi harga-harga saham perusahaan.
Perusahaan yang memiliki Environmental Performance yang baik juga
merupakan good news bagi investor dan calon investor sehingga akan
direspon secara positif oleh investor melalui fluktuasi harga saham
perusahaan. Maka hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah:
H1 : Environmental Performance berpengaruh positif terhadap Economic
Performance pada perusahaan di Indonesia
2.2.2. Pengaruh Environmental Disclosure terhadap Economic Performnace
Konsep environmental disclosure sesuai dengan model discretionary
disclosure menurut Verrecchia (1983) dalam Suratno, dkk (2006), bahwa
pelaku lingkungan yang baik percaya bahwa mengungkapkan performance
27
mereka menggambarkan good news bagi pelaku pasar. Informasi mengenai
aktivitas atau kinerja perusahaan adalah hal yang sangat penting bagi
stakeholder khususnya investor sebab pengungkapan informasi mengenai hal
tersebut merupakan kebutuhan bagi stakeholder (Suratno, dkk., 2006).
Perusahaan yang memiliki good news yang lebih cenderung akan
meningkatkan environmental disclosure dalam laporan tahunannya.
Berdasarakan teori stakeholder yang menyatakan menyatakan bahwa semua
stakeholder mempunyai hak memperoleh informasi mengenai aktivitas
perusahaan yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan mereka. Para
stakeholder dapat memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan
bahkan tidak dapat memainkan peran secara langsung dalam suatu perusahaan
(Deegan, 2004). Hubungan antara environmental disclosure dengan economic
performance bahwasanya dapat dikaitkan dengan teori sinyal dimana
perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang lengkap akan
memberikan sinyal tentang kinerja perusahaan dan aktivitas sosialnya.
Informasi berisi di dalam annual report memiliki peranan penting dalam pasar
modal, bagi investor atau pasar secara keseluruhan. Bagi investor, informasi
untuk berinvestasi sangat penting dalam mengambil keputusan, sementara
pasar memanfaatkan informasi untuk mencapai keseimbangan pasar yang
baru. Maka dalam penelitian ini hipotesis keduanya adalah:
H2 : Environmental Disclosure berpengaruh positif terhadap Economic
Performance pada perusahaan pertambangan dan pemanfaatan hutan
28
2.3 Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Tahun Topik Penelitian Hasil Penelitian
1 Al Tuwaijri 2004 Environmental
disclosure,
environmental
performance dan
economic performance
Environmental performance,
economic performance dan
environmental disclosure
secara statiatik signifikan,
namun hanya hubungan
economic performance
dengan environmental
performance yang
mempunyai interelasi
potensial.
2 Susi Sarumpaet 2005 Hubungan antara The
Environmental
Performance dan
Financial Performance
pada perusahaan di
Indonesia
tidak ada hubungan yang
signifikan antara kinerja
lingkungan dan kinerja
keuangan perusahaan, akan
tetapi ukuran perusahaan,
listing di BEJ dan ISO
14001 berhubungan secara
signifikan terhadap kinerja
lingkungan.
3 Suratno, Darsono,
Mutmainah
2006 Environmental
disclosure, economic
performance, terhadap
environmental
performance.
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa
environmental performance
berpengaruh positif
signifikan terhadap
environmental disclosure
dan environmental
performance juga
berpengaruh secara positif
signifikan terhadap
economic performance.
4 Lindrianasari 2007 Hubungan antara kinerja
lingkungan dan kualitas
pengungkapan
lingkungan dengan
kinerja ekonomi
perusahaan di Indonesia
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa
hubungan positif antara
environmental performance
dan kualitas environmental
disclosure serta hubungan
positif antara economic
performance dan
environmental performance
5 Almilia dan
Wijayanto
2007 Pengaruh Environmental
Performance Dan
Environmental
Environmental Performance,
Dan Variable Unexpected
Earning, Pre- Disclosure
29
Disclosure Terhadap
Economic Performance
Environment, Growth
Opportunities, Profit Margin
Menunjukkan Tidak Adanya
Pengaruh Yang Signifikan
Baik Dari Masing-Masing
Variabel Tersebut Maupun
Secara Keseluruhan
Terhadap Variable
Economic Performance Dari
Perusahaan Industri
Pertambangan Umum Dan
Pemegang HPH/HPHTI.
6 Anggraini 2008
Environment disclosure,
environment
performance, return
saham
Hasil penelitiannya adalah
environment performance
tidak berpengaruh signifikan
terhadap environmental
disclosure tapi berpengaruh
positif signifikan terhadap
return saham, environmental
disclosure mempunyai
pengaruh positif signifikan
terhadap return saham
7 Eiffeliena Nuraini
F
2010 Environmental
Performance Dan
Environmental
Disclosure Terhadap
Economic Performance
environmental performance
tidak berpengaruh terhadap
economic performance.
environmental disclosure
tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap
economic performance.
8 Titisari 2012 Environmental
Performance Terhadap
Economic Performance
tidak menemukan pengaruh
environmental performance
terhadap kinerja keuangan
pada perusahaan PROPER
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Variabel dependen, merupakan tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini Economic
Performance yang diproksikan dalam Cumulative Abnormal Return.
2. Variabel independent, merupakan tipe variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lain, variabel independent dalam penelitian ini adalah
Environmental Performance yang diproksikan dalam PROPER dan adalah
Environmental Disclosure
3. Variabel kontrol, merupakan variabel yang dikendalikan / dibuat konstan
sehingga pengaruh variabel Independen terhadap variabel dependen, tidak dapat
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam
penelitian ini memakai Firm Size dan Leverage
31
3. 2 Penentuan Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor pertambangan
dan pemanfaatan hutan yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2010-2014. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Berdasarkan data yang diperoleh, perusahaan
pertambangan dan industri kayu dan kertas yang terdaftar di BEI sebanyak 207
perusahaan pada tahun 2010-2014. Dari jumlah tersebut, hanya 10 perusahaan
yang memenuhi kriteria sampel penelitian yang telah ditetapkan. Periode
pengamatan dalam penelitian ini adalah tahun 2010-2014 sehingga jumlah
laporan tahunan yang diobservasi adalah 50 laporan tahunan. Dalam penelitian
ini perusahaan yang menjadi sampel dipilih berdasarkan purposive sampling
(kriteria yang dikehendaki). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan pertambangan dan pemanfaatan hutan yang terdaftar di BEI tahun
2010-2014.
2. Perusahan yang memperoleh peringkat pada Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan (PROPER) pada tahun 2010-2014.
3. Perusahaan menerbitkan laporan tahunan selama periode 2009-2013.
4. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan.
32
Tabel 3.1
Penyaringan Populasi dan Sampel Penelitian
KETERANGAN JUMLAH
Jumlah perusahaan pertambangan dan pemanfaatan hutan yang
terdaftar di BEI pada tahun 2010-2014 207
Jumlah perusahaan yang tidak memperoleh Peringkat PROPER
pada tahun 2010-2014 -197
Jumlah perusahaan penerima PROPER yang tidak menerbitkan
laporan tahunan selama periode 2009-2013 0
Jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria 10
Sumber: Data yang telah diolah (2016)
3. 3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
laporan tahunan perusahaan periode 2010-2014. Penelitian ini menggunakan
sektor pertambangan perusahaan sebagai objek untuk diteliti. Data mengenai
variabel kinerja lingkungan diperoleh dari database Kementrian Lingkungan
Hidup ( http:// www.menlh.go.id ). Data mengenai variabel Environmental
Disclosure diperoleh dari laporan tahunan perusahaan yang telah dipublikasi dan
tersedia di situs resmi Bursa Efek Indonesia (http://www.idx.co.id) dan sumber
lain, kemudian data untuk pencarian data saham sebagai proksi varibel dependen
didapatkan dari web (http://finance.yahoo.com). Untuk varibael kontrol didapat
dari Fact Book BEI (www.idx.co.id)
33
3. 4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data penelitian ini diambil dari data Laporan Tahunan di
Bursa Efek Indonesia. Data kriteria PROPER diambil dari situs Kementerian
Lingkungan Hidup http://www.menlh.go.id. Data mengenai pengungkapan
diperoleh dari laporan tahunan perusahaan tahun 2009-2013.
3. 5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.5.1. Variabel Independen
3.5.1.1 Environmental Performance
Environmental performance adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan
lingkungan yang baik (green). Environmental performance perusahaan diukur
dari prestasi perusahaan dalam mengikuti PROPER yang merupakan salah
satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk
mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui
instrument informasi. Sistem peringkat kinerja PROPER mencakup
pemeringkatan perusahaaan dalam lima warna yang diberi skor secara
berturut-turut. Sistem penilaian yang diatur berdasarkan sistem gugur. Sistem
peringkat kinerja PROPER mencakup pemeringkatan perusahaan dalam lima
(5) warna yang akan diberi skor dari yang terendah 1 untuk hitam dan yang
tertinggi 5 untuk emas. Warna berikut skor untuk tiap-tiap warna yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
34
Peringkat Proper Penjelasan
Peringkat emas diberi skor 5 untuk usaha dan atau kegiatan yang telah berhasil
melaksanakan upaya pengendalian pencemaran
dan atau kerusakan lingkungan hidup dan atau
melaksanakan produksi bersih dan telah mencapai
hasil yang sangat memuaskan.
Peringkat hijau diberi skor 4 untuk usaha dan atau kegiatan yang telah
melaksanakan upaya pengendalian pencemaran
dan atau kerusakan lingkungan dan mencapai hasil
lebih baik dari persyaratan yang ditentukan
sebagaimana diatur dalam perundang-undangan
yang berlaku.
Peringkat biru diberi skor 3 untuk usaha dan atau kegiatan yang telah
melaksanakan upaya pengendalian pencemaran
dan atau kerusakan lingkungan hidup dan telah
mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan
minimum sebagaimana diatr dalam peraturan
35
perundang-undangan yang berlaku.
Peringkat merah diberi skor 2 untuk usaha dan atau kegiatan yang telah
melaksanakan upaya pengendalian pencemaran
dan atau kerusakan lingkungan hidup tetapi belum
mencapai persyaratan minimal sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Peringkat hitam diberi skor 1 untuk usaha dan atau kegiatan yang belum
melaksanakan upaya pengendalian pencemaran
dan atau kerusakan lingkungan hidup yang berarti
Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup
3.5.1.2 Environmental Disclosure
Enviromental Disclosure adalah pengungkapan informasi yang bekaitan
dengan lingkungan di dalam laporan perusahaan (Ignatius Bondan Suratno,
Darsono, Siti Mutmainah,2006). Terdapat 78 indkator yang harus
diungkapkan di laporan tahunan perusahaan untuk perusahaan industri
pertambangan umum berdasarkan sembiring. Indikator tersebut dapat dilihat
dilampiran yang sudah diolah.
36
∑
Dimana:
IEDj : Indeks Environmental Disclosure perusahaan j
∑Xyj : Dummy variabel; nilai 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item
i tidak diungkapkan
nj : Jumlah item untuk perusahan j, nj ≤ 78
3.5.2 Variabel Dependen
3.5.2.1 Economic Performance
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah return saham perusahaan yang
tercermin pada cumulative abnormal return (CAR). Cumulative Abnormal
Return (CAR) adalah jumlah persentase dari semua abnormal return selama
periode waktu tertentu. CAR dihitung dengan menggunakan market-adjusted
model yang menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi
return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut (Hartono,
2008). Dengan demikian, tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk
membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah
sama dengan return indeks pasar. Abnormal return (ARit) diperoleh melalui
dua tahap. Tahap pertama merupakan selisih dari return aktual (Rit) yang
kemudian dikurangi dengan return market (Rmt) yang diperoleh dari tahap
kedua. Rumusnya sebagai berikut:
37
Dimana:
ARjt : Abnormal return untuk perusahaan j pada hari ke-t.
Rjt : Return harian perusahaan j pada hari ke-t.
Rmt : Return indeks pasar pada hari ke-t.
Pt : Harga saham individual perusahaan j pada waktu t.
Pt-1 : Harga saham individual perusahaan j pada waktu t-1.
IHSGt : Harga saham Gabungan pada waktu t.
IHSGt-1 : Harga Saham Gabungan pada waktu t-1.
Periode jendela yang digunakan untuk menghitung abnormal return adalah 11
hari melibatkan 5 hari sesudah dan sebelum dan 1 hari pada saat
dipublikasikannya peringkat PROPER masing-masing perusahaan. Hartono
(2008) megatakan bahwa lama dari jendela yang umum digunakan berkisar 3
hari sampai dengan 121 hari untuk data harian. Periode 11 hari dipilih karena
sinyal berupa peringkat PROPER dan Penerbitan Laporan Keuangan yang
didapatkan perusahaan adalah sinyal yang mudah diukur nilai ekonomisnya
sehingga investor tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bereaksi.
Periode jendela ini melibatkan periode sebelum pengumuman peringkat
PROPER dan Sebelum diterbitkannya laporan keuangan.
38
Menurut Hartono (2008), Periode jendela yang melibatkan hari sebelum
peristiwa digunakan untuk mengetahui apakah terjadi kebocoran informasi.
Investor diduga telah mengetahui peringkat PROPER yang didapat
perusahaan melalui media lain sebelum pengumuman peringkat PROPER
secara resmi. Untuk dapat menguji nilai abnormal return selama 11 hari,
maka AR diakumulasikan (CAR). Perhitungan CAR (cumulative abnormal
return) untuk masing-masing perusahaan merupakan akumulasi dari rata-rata
abnormal return selama periode 11 hari periode jendela yang dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut:
∑
Dimana
CARit : Cumulative Abnormal Return perusahaan i pada waktu t.
3.5.3. Variabel Kontrol
3.5.3.1 Firm Size
Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokan perusahaan
kedalam beberapa kelompok, diantaranya perusahaan besar, sedang, dan kecil.
Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk mencerminkan besar
kecilnya perusahaan yang didasarkan kepada total aset perusahaan (Suwito
dan Herawaty, 2005).
39
Perusahaan yang berukuran besar mempunyai berbagai kelebihan dibanding
perusahaan berukuran kecil. Kelebihan tersebut yang pertama adalah ukuran
perusahaan dapat menetukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh
dana dari pasar modal. Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan
tawar-menawar (Bergaining Power) dalam kontrak keuanga. Dan ketiga, ada
kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan
yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba (Sawir, 2004).
Penelitian ukuran perusahaan dapat menggunakan tolak ukur aset. Karena
total aset perusahaan bernilai besar maka hal ini dapat disederhanakan dengan
mentransformasikan ke dalam logaritma natural (Ghozali, 2006) sehingga
dapat dihitung dengan:
Ukuran Perusahaan= (Ln) Total Aset
3.5.3.2 Leverage
Leverage mencerminkan risiko keuangan suatu perusahaan yang dapat
menggambarkan struktur modal dan mengetahui risiko tak tertagihnya utang
perusahaan. perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki
kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan
dengan rasio leverage yang rendah, semakin tinggi leverage, kemungkinan
besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka
stakeholder akan berusaha untuk konservatif dalam pengambilan
keputusannya untuk berinvestasi. Dalam penelitian ini Leverage diukur dari
40
rasio hutang terhadap ekuitas dimana Debt to Equity Ratio merupakan
perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri
(ekuitas) (Martono dan Harjito, 2005) dalam Utomo, Dkk (2016).
Semakin besar DER menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak
memanfaatkan hutang dibandingkan ekuitas, hal ini mencerminkan
solvabilitas perusahaan semakin rendah sehingga kemampuan perusahaan
membayar hutang rendah, hal ini berarti risiko perusahaan relatif tinggi.
Risiko tinggi menyebabkan investasi saham kurang menarik (Ghesa
Ramadhani, 2012) dalam Utomo, Dkk (2016). Rumus yang sering digunakan
dalam pengukuran DER sebagai berikut (Meygawan dan Irene, 2012):
DER: Total Hutang
Total Ekuitas
3. 6 Metode Analisis
3.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2009).
41
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi.
Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary
Least Square-OLS) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator
linear tidak bias yang terbaik (Best Linear Unbias Estimate-BLUE). Keadaan
ini akan terjadi apabila beberapa asumsi klasik berikut ini dipenuhi (Ghozali,
2013):
a. Uji Normalitas
Tujuan dari dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah
suatu variabel normal atau tidak. Normal artinya distribusi data yang normal.
Normal atau tidaknya berdasar patokan distribusi normal dari data dengan
mean dan standar deviasi yang sama. Jadi uji normalitas pada dasarnya
melakukan perbandingan antara data penelitian dengan data berdistribusi
normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan data
penelitian. Model regresi yang baik adalah jika distribusi data normal atau
mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan melalui uji
statistik yaitu dilakukan dengan pendekatan Kolmogorov-Smirnov. Suatu
variabel dikatakan normal jika nilai Sig. atau probabilitas pada uji
Kolmogornov-Sirnov > 0,05. Selain itu uji normalitas juga diuji dengan grafik
Probability Plot. Dari grafik tersebut apabila titik-titik menyebar di sekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang artinya data dalam
penelitian ini terdistribusi secara normal ( Imam Ghazali, 2013 ).
42
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menunjukkan varians variabel dalam model tidak sama
(konstan). Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian
dilakukan melalui uji glejser. Jika nilai sig. pada uji glejser > 0,05 maka tidak
terjadi heterokedastisitas, sedangkan jika nilai Sig. pada uji glejser < 0,05
maka terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2013).
Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heterokedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen)
dengan residualnya. Dasar analisis grafik plot adalah sebagai berikut :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka diindikasikan telah
terjadi heterokedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik yang menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
c. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2013) uji multikolinearitas memiliki tujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel independennya. Selanjutnya dijelaskan bahwa deteksi adanya
43
multikolinearitas dapat dilihat dari besaran Variance Inflation Factor (VIF)
dan tolerance, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10, terjadi multikolinearitas
b. Jika nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10, tidak terjadi multikolinearitas
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2013), uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah
dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya), dimana jika
terjadi korelasi, maka ada indikasi masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul
karena observasi yang beruntun sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.
Untuk melakukan pengujian ada tidaknya masalah autokorelasi, penulis
menguji dengan Runs Test. Suatu model dinyatakan bebas autokorelasi dalam
pengujian Runs Test apabila tingkat signifikansi residual yg diuji berada
diatas tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2013)
3.6.3 Uji Kelayakan Model
3.6.3.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
44
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali,2013). Menurut Gujarati
(2003) jika terdapat nilai adjusted R2
bernilai negatif, maka nilai adjusted R2
dianggap bernilai nol.
3.7 Pengujian Hipotesis
3.7.1 Uji Statistik F
Menurut Ghozali (2013) bahwa Uji signifikansi simultan (uji statistik F)
bertujuan untuk mengukur apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Pengujian secara simultan ini dilakukan dengan cara
membandingkan antara tingkat signifikansi F dari hasil pengujian dengan nilai
signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini. Cara pengujian simultan
terhadap variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Jika tingkat signifikansi F yang diperoleh dari hasil pengolahan nilainya lebih
kecil dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5 persen maka dapat
disimpulkan bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh
terhadap variabel dependen dan model dalam penelitian ini dapat dilanjutkan
untuk penelitian selanjutnya.
45
b. Jika tingkat signifikansi F yang diperoleh dari hasil pengolahan nilainya
lebih besar dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5 persen maka
dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.7.1 Uji Statistik t
Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan analisis regresi untuk mengetahui
pengaruh variabel independen secara individual. Dalam analisis regresi, selain
mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan
arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Uji yang
dilakukan adalah uji t. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan
perbandingan tingkat signifikansi dimana yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 5%. Jika tingkat signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak. Jika tingkat
signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima. (Ghozali, 2013).
Model Regresi:
CAR = a + b1PROPER + b2ED + b3Size + b4Leverage + e
Keterangan:
CAR : Cumulative Abnormal Return
PROPER : Penilaian Kinerja Lingkungan oleh Kementrian Lingkungan
ED : Environmental Disclosure
Size : Ukuran Perusahaan yang dinilai dari Total Aset perusahaan
Leverage : Rasio antara hutang dan ekuitas
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, PROPER bukanlah
sebagai salah satu faktor dalam pengambilan keputusan investasi para investor
dengan data dan hasil yang ada. Investor akan bergerak berinvestasi ketika
informasi yang didapat dari perusahaan adalah informasi yang baik (good news)
dan juga perusahaan akan mengungkapkan informasi yang baik saja didalam
laporan keuangan untuk disampaikan pada para pemangku kepentingan. Ketika
ada informasi yang tidak baik tidak akan diungkapkan oleh perusahaan sebagai
acuan dan pertimbangan para pemangku kepentingan dalam mengambil
keputusan. Dan untuk Environmental Disclosure salah satu faktor dalam
pengambilan keputusan para pemangku kepentingan karena yang disampaikan
pada perusahaan terhadap pemnagku kepentingan adalah informasi yang baik.
Informasi yang tidak baik tidak diungkapkan oleh perusahaan sebagai acuan
dalam pengambilan keputusan para pemnagku kepentingan.
65
5.2. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Penelitian ini dilakukan dengan metode content analysis dimana metode
tersebut dilakukan dengan penelaahan terhadap kandungan informasi di dalam
Annual Report sangat mempengaruhi penilaian tingkat Environmental
Disclosure.
2. Indeks standar penilaian Environmental Disclosure menggunakan
sembiring dilakukan secara manual dan memungkinkan kesalahan
dalam proses penilaian kinerja.
3. Penelitian berfokus pada pengujian pengaruh terhadap Economic Performance
sehingga dan tidak melakukan penelitian tentang hubungan Environmental
Performance terhadap Environmental Disclosure
4. Kesulitan memperoleh data yang lebih representatif karena sebab-sebab diluar
kendali peneliti dan menggunakan periode pengamatan yang relatif masih
pendek yaitu tahun 2010-2014
5.3. Saran
Peneliti memiliki beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian-
penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode lain yang lebih
terperinci untuk menghindari adanya bias dan tidak memiliki tingkat
subyektivitas yang tinggi.
2. Penelitian ini menggunakan standar indeks yang belum tentu sesuai
dengan kondisi luas pengungkapan di Indonesia. Sehingga perlu
66
digunakan suatu standar yang bisa mewakili luas pengungkapan perusahaan
di Indonesia.
3. Penelitian selanjutnya dapat memperluas pengujian dengan menguji pengaruh
Economic Performance terhadap Environmental Disclosure.
4. Melakukan penelitian ulang di masa mendatang dengan menggunakan sampel
yang lebih luas dan representatif dan memperpanjang periode pengamatan
sehingga jumlah sampel penelitian juga lebih banyak. Hal ini dapat
meningkatkan distribusi data yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Darwin. 2004. Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia, Makalah
Konvensi Nasional Akuntansi V Yogyakarta
Almilia, L. S., & Wijayanto, D. (2007, November). Pengaruh environmental
performance dan environmental disclosure terhadap economic
performance. In Proceedings The 1st Accounting Conference. Depok
(pp.7-9).
Al-Tuwaijri, S.A., T.E. Christensen, and K.E. Hughes II. 2004. The Relations
Among Environmental Disclosure, Environmental Performance, and
Economic Performance: A Simultaneous Equations Approach.
Accounting, Organizations, and Society, 29, 447-471.
Anggraini, Yunita. 2008. Hubungan Antara Environmental Performance,
Environmental Disclosure dan Return Saham. Skripsi Perpustakaan
Ekstensi Undip. Semarang
Chariri, Anis dan Ghozali, Imam, 2013, Teori Akuntansi. Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.
Cheng dan Christiawan.2011. Pengaruh CSR Terhadap Abnormal Return. Jurnal
Akuntansi
Deegan, C dan Rankin, M. 1996. “The Materiality of Environmental Information
to Users of Annual Report”. Accounting, Auditing and Accountibility
Journal, Vol. 10, No. 4, Hal. 562-58
Deegan, Craig. 2004. Financial Accounting Theory. Australia: McGraw-
HillAustralia Pty Limited
DetikNews. 27 Maret 2014. 45 Perusahaan Terindikasi Terlibat Pembakaran
Lahan dan Hutan di Riau. http://news.detik.com/read/2014/03/27/032942/
2537947/10/45 -perusahaan-terindikasi-terlibat-pembakaran-lahan-dan-
hutan-di-riau. Diakses pada 20 desember 2015
Fredman, R. Edward (1984). Strategic Management: A stakeholder approach.
Boston: Pitman. ISBN 0-273-01913-9.
Gladia, Prima. 2013. Pengaruh Environmental Performance terhadap
Environmental Disclosure dan Hard Environmental Disclosure. Skripsi.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.
Ghozali, I dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi, Edisi 3. Semarang: Badan
Penerbit. Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
GoRiau. 11 Februari 2014. Perusahaannya Terlibat Kasus Pembakaran Lahan
Riau, Malaysia Tolak Minta Maaf.
http://www.goriau.com/berita/peristiwa/ perusahaannya-terlibat-kasus
pemakaran-lahan-riau-malaysia-tolak-minta
maaf.html?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook. Diakses pada 20
desember 2015
Gujarati, D. 2003. Basis Econometrics. Mc-Grawhill. New York
Hartono, Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta:
BPFE Edisi Kedua
Ikhsan, Arfan. 2008. Akuntansi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Kirana, R. S. 2009. Studi Perbandingan Pengaturan Tentang Corporate Social
Responsibility Di Beberapa Negara Dalam Upaya Perwujudan Prinsip
Good Corporate Governance. Tesis Program Studi Magister Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (tidak
dipublikasikan).
Lindrianasari. 2007. Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas
Pengungkapan Lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan di
Indonesia. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, 11 (2).
Martono dan D. Agus Harjito. 2005. Manajemen Keuangan. Penerbit Ekonisia:
Yogyakarta.
Meygawan dan Irene, 2012. “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Price
Earning Ratio (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufktur yang Terdaftar
di Bursa efek Indonesia 2007 – 2010).” Diponegoro journal Of
Management Vol.1 No. 1 Tahun 2012 Hal. 382 – 391
Natalia, Yessica. 2013. The Effect of Environmental Performance and Corporate
Social Responsibility Disclosure on Financial Performance.
Nuraini, Effieliena. 2010. Pegaruh Environmental Performance dan
Environmental Disclosure terhadap Economic Performance
Nurdin, Emilia. 2006. Pengungkapan Tema-Tema Sosial dan Lingkungan dalam
Laporan Tahunan Perusahaan terhadap Reaksi Investor. Thesis.
Bandung: Universitas Padjajaran
Nurrohman, Muhammad Husni. 2013. Pengaruh Earning Per Share, Return
Saham, Kualitas Audit, Dan Hasil Laba Terhadap Return Saham Satu
Tahun Ke Depan ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bei Tahun 2010-2011 ). Universitas Diponegoro. Semarang
Porter. M dan Van der Linde. 1995. Green and Competitive: Ending The
Stalemate” www.sciencedirect.com. Diakses pada 30 Desember 2014
Ramadhani, Gesha, 2012. “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Price
Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa efek
Indonesia 2007 – 2011”
Ross, S.A. 1977. “ The Determination of Financial Structure: The Incentive
SignalingApproach”. Bell Journal of Financial Economics. 8:23-40;
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Penerbit
Erlangga, Jakarta
Sarumpaet, S. (2005). The relationship between environmental performance and
financial performance of Indonesian companies. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, 7(2), pp-89.
Sawir, Agnes. 2004. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Simon Fraser University. (n.d). Security analysis and portfolio management.
Lecture. Published PDF. Retrieving from http://www.sfu.ca/poitras/html.
Diakses pada 20 Desember 2015
Suchman, L. (1995) Making Work Visible. Communications of the ACM, 38 (9).
pp. 56–61+.
Suchman, L. (1995) Representations of Work (Special Report). Communications
of the ACM, 38 (9). pp. 33–68.
Suratno, Darsono, dan Mutmainah, S, 2006. Pengaruh Environmental
Performance Terhadap Environmental Disclosure dan Economic
Performance. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang, 23-26
Agustus 2006 Publik Sektor Manufaktur. Konferensi Nasional
Akuntansi. Jakarta, 24 September.
Suwito dan Herawaty. 2005. ”Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan
terhadap Tindakan Perataan Laba yang dilakukan oleh Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. SNA VIII Solo. September
Titisari, Kartika Hendra dan Khara Alviana. 2012. PENGARUH
ENVIRONMENTAL PERFORMANCE TERHADAP ECONOMIC
PERFORMANCE. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Volume
9. No1.Juni 2012
Utomo, Wawan, Rita Andini, dan Kharis Raharjo. 2016. PENGARUH
LEVERAGE (DER), PRICE BOOK VALUE (PBV), UKURAN
PERUSAHAAN (SIZE), RETURN ON EQUITY (ROE), DEVIDEN
PAYOUT RATIO (DPR) DAN LIKUIDITAS (CR) TERHADAP PRICE
EARNING RATIO (PER) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG LISTING di BEI TAHUN 2009 – 2014. Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Pandanaran Semarang. Journal Of
Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016.
www.menlh.go.id. Diakses pada 20 November 2015
http://www.idx.co.id. Diakses pada 23 Desember 2015
www.finance.yahoo.com . Diakses pada 20 Oktober 2015
top related