paritas daya beli, interest rate differential dan …digilib.unila.ac.id/33680/3/skripsi tanpa bab...
Post on 18-May-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PARITAS DAYA BELI, INTEREST RATE DIFFERENTIALDAN CURRENT ACCOUNT TERHADAP NILAI TUKAR
Skripsi
Oleh
Aulia Frisca
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRACT
PURCHASING POWER PARITY, INTEREST RATE DIFFERENTIALAND CURRENT ACCOUNT ON THE EXCHANGE RATE
By
AULIA FRISCA
Purchasing power parity is a theory that explains the relationship between pricelevel or inflation with exchange rate. This theory often used to test long-termvalidity. This study aims to examine the balance of the Indonesian Rupiah andUS Dollar exchange rates with the inflation ratio through long-term balance.Furthermore, to examine the short-term balance between exchange rate, othervariables are used, such as interest rate differential and current account Theanalysis tool that used on this research Error Correction Model (ECM). Theresults of this research show that there is a long-term balance between theinflation differential and the exchange rate. In the short term, the inflation ratiohas a significant positive effect on the exchange rate. And then, the currentaccount and the interest rate differential have a significant negative effect on theexchange rate
Keywords : current account, exchange rate, interest rate differential andpurchasing power parity
ABSTRAK
PARITAS DAYA BELI, INTEREST RATE DIFFERENTIALDAN CURRENT ACCOUNT TERHADAP NILAI TUKAR
Oleh
AULIA FRISCA
Salah satu teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat harga atau inflasidengan nilai tukar adalah teori paritas daya beli Teori ini merupakan teori yangsering diuji validitasnya dalam jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untukmelihat keseimbangan rasio inflasi terhadap nilai tukar Rupiah Indonesia danDollar Amerika Serikat melalui keseimbangan jangka panjang. Serta melihatkeseimbangan jangka pendek antara nilai tukar dengan menggunakan variabellain yaitu interest rate differential dan current account. Alat analisis yangdigunakan adalah Error Correction Model (ECM) Hasil penelitian menunjukanterdapat keseimbangan jangka panjang antara rasio inflasi dengan nilai tukar.Dalam jangka pendek selisih inflasi memiliki pengaruh positif signifikanterhadap nilai tukar. Sedangkan, current account dan interest rate differentialberpengaruh negatif signifikan terhadap nilai tukar
Kata kunci : Current Account, Interest Rate Differential, Nilai Tukar dan ParitasDaya Beli
PARITAS DAYA BELI, INTEREST RATE DIFFERENTIALDAN CURRENT ACCOUNT TERHADAP NILAI TUKAR
OlehAulia Frisca
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSarjana Ekonomi
Pada
Jurusan Ekonomi PembangunanFakultas Ekonomi Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada hari Rabu 08 Januari 1997 di Bumi Agung Kabupaten
Pesawaran. Penulis merupakan putri pertama pasangan Bapak Hermansyah (alm)
dan Ibu Hindun.
Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak – Kanak Pertiwi, Gunung
Sugih Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2001/2002, SD Negeri 1
Gunung Sugih diselesaikan pada tahun 2007/2008. SMP Negeri 1 Gunung Sugih
diselesaikan pada tahun 2010/2011, adapun bentuk kegiatan yang diikuti yaitu
OSIS, menjabat sebagai sekretaris umum dan aktif dalam ekstrakulikuler seni
tari sekolah. Serta medapat prestasi akademik dengan predikat Juara Umum I
selama tiga tahun menempuh pembelajaran di sekolah. Kemudian penulis
melanjutkan di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar dan diselesaikan pada tahun
ajaran 2013/2014. Adapun kegiatan yang diikuti yakni OSIS dan menjabat
sebagai Sekretaris I periode 2013/2014, dan dipercaya menjadi salah satu
perwakilan Olimpide.
Penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Universitas
Lampung di jurusan Ekonomi Pembangunan, melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2014. Kegiatan
organisasi yang pernah diikuti yakni sebagai Korps Muda BEM Universitas
Lampung tahun 2014/2015 dan aktif di kepengurusan HIMEPA 2015/2016.
Serta pada tahun 2016 Penulis menjadi salah satu Duta Bahasa Provinsi
Lampung, dibawah binaan Kantor Bahasa Provinsi Lampung, yang hingga
sekarang menjabat di bidang Pendidikan dan Kepemimpinan. Kemudian pada
tahun 2017 penulis melaksanakan kegiatan KKL di Badan Kebijakan Fiskal,
Kementerian Keuangan, Kementerian Koperasi dan UKM serta Kemenper. Lalu,
pada tahun 2017 penulis melaksanakan KKN di Desa Karang Endah Kabupaten
Lampung Tengah.
Kegiatan di luar kampus yang aktif dilakukan adalah mengikuti berbagai
kegiatan sosial. Serta pernah bekerja sebagai operator pada sensus ekonomi
tahun 2015 di BPS (Badan Pusat Statistik) Lampung Tengah, menjadi tenaga
magang tahun 2017 di Bank Mandiri Way Jepara, Lampung Timur serta sebagai
surveyor BI (Bank Indonesia) tahun 2018.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin...dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT dan
Nabi Muhammad SAW, ku persembahkan karya sederhana ini untuk:
Ayah Hermansyah (alm) dan Ibu Hindun
Kedua orang tua terbaik yang telah Allah anugerahkan kepadaku. Terima kasih
untuk berkah yang Engkau limpahkan atas restu dari almarhum ayahku, untuk
kasih sayang yang tak terhingga serta segala keajaiban “doa ibu”, dukungan,
kekuatan, dan materi yang selalu ada dalam langkah dan usahaku.
Adikku Anisa Nazwa .H.
Terima kasih telah memberikan warna kehidupan tersendiri. Kebersamaan dibalik
canda, semangat yang terselip dalam keceriaan. Semoga kita bisa sukses serta
membahagiakan kedua orang tua.
Keluarga besar, sahabat dan teman-teman
Terima kasih telah membantu dan menemani hari-hariku.
Dosen – dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan
yang telah memberikan motivasi, arahan, dan nasehat yang sangat membangun.
Serta Almamater tercinta Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung
MOTO
“Challenge your self and don’t stop to find the best of you”
(Aulia Frisca)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(Q.S. Al Baqarah: 286)
"If you are born poor its not your fault, but if you die poor its your fault “
(Biil Gates)
“Limitation is not same as weakness,
Keterbatasan bukan alasan kekuranganmu karena setiap orang memiliki alasan
hidup untuk kebahagiaan dirinya dan orang lain”
(Anonim)
SANWACANA
Alahamdulillahirobil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat
limpahan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Paritas
Daya Beli, Interest Rate Differential dan Current Account Terhadap Nilai
Tukar” yang merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
Berkat bimbingan, bantuan serta arahan, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. Yoke Muelgini., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing dan memberikan arahan sejak semester awal hingga
akhir.
5. Ibu Nurbetty Herlina, S., S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran serta,
memberikan arahan, ilmu, dan saran kepada penulis hingga skripsi ini
terselesaikan.
6. Ibu Irma Febriana MK, S.E., M. Si. dan Bapak Thomas Andrian S.E., M.Si
selaku dosen penguji dan pembahas yang telah memberikan arahan,
tambahan pengetahuan dan masukan kepada penulis dengan penuh
kesabaran dan ketelitian.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan: Prof. Sahala,
Pak Nairobi, Pak Yoke, Pak, Toto, Pak Wayan, Pak Ambya, Pak Husaini,
Pak Imam, Pak Yudha, Pak Asrian, Ibu Betty, Ibu Irma, Ibu Emi, Ibu
Marselina, Ibu Zulfa, Ibu Ratih, serta seluruh Bapak Ibu dosen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan pelajaran yang sangat
bermanfaat selama menuntut ilmu di FEB UNILA.
8. Ibu Yati, Mas Ma’ruf, Pak Rully, Pak Sanudin, Kyai, serta seluruh staf dan
pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung atas seluruh
bantuan yang selama ini diberikan kepada penulis.
9. Ayah dan Ibuku tercinta, Ayah Hermansyah (alm) yang memberiku
kekuatan hidup serta semangat untuk selalu berjuang untuk kebahagiaan
Keluarga. Serta Ibu yang selalu memberikan doa, nasehat dan kasih sayang
tiada tara kepada penulis untuk sabar menikmati proses dan memberikan
yang terbaik. Terimakasih untuk segala doa dan dukungan yang selalu
dicurahkan disepanjang jalanku.
10. Keluarga besar di Gunung Sugih, yang selalu menyayangiku. Terimakasih
untuk Ayah Agustam telah menjadi paman yang menjadi sosok ayah dalam
hidupku. Terimakasih untuk Papah Hasan Basri telah mengembalikan dan
menjaga senyum Ibu dan Nazwa. Serta keluarga besar di Tegineneng selalu
memberi nasehat dan dukungan.
11. Terimakasih Lutfi Zhafran, for being best partner in my life during lectures
and still counting.
12. Sepupu tersayang acik (Shiawlin Ratu Ajeng) dan Duli Anggun (Shinta
Riana Anggraini), terimakasih telah menghadirkan semangat, nasehat dan
motivasi dibalik curhat berkepanjangan. Dan Mba Intan Andya Bellapama
yang selalu ada dan menjadi kakak selama di Asrama Biyabbil.
13. Sahabat- sahabat spesialku, Dewy Astuty, Rahayu Sri Wulan dan Sofie
Maghfira. Terimakasih sudah ada sejak awal, kemudian tau, mau
mengengerti dan tetap bertahan hingga akhir.
14. Sahabat like brother (Keluarga Harapan) M. Afwan Abdillah, Rizzo
Ananditho Ramdhan, Rahmad Santoso, Ridho JN, M.Vickry, Ahmad
Saprudin, Farid Syah Putra, Arnoldi Pradisco. Terimakasih telah memberi
keceriaan dan berjuang bersama, semangat untuk my brothers.
15. Pura-Pura Cantik Squad yang telah mewarnai masa putih abu-abu, Anisa
Fitrianita (Iyot), Dewy Astuty (Dedew), Mutiara Septiani, E.P (Ara
jembewek), Renita Ulfa Alfina (Pinacu), dan Rafika Resty Ningtyas
(Pikacu), terimakasih sister semoga cantiknya tidak pura-pura lagi.
16. Terimakasih untuk rekan-rekan Asrama Biyabbyl yang terus memberikan
semangat dan motivasi, Devi Oktaviani, Dona Sophia, Mutiara V. Gumay,
Ardes, Lisma, Sukma Fatmi, Adelia Martinus, Kanti Rahayu serta Mba-mba
cantik mantan penghuni Biyabbyl lainnya.
17. Osis Galaxy yang tiada habis masanya, terimakasih untuk semangat,
motivasi dan kebersamaan sejak junior osis hingga sekarang. See you on top
guys.
18. Keluarga Duta Bahasa Provisi Lampung 2016/2017. Terimakasih atas
pelajaran dan pengalaman yang telah diberikan melalui sebuah
kebersamaan.
19. Moneter Squad, Mba Intan, Lupita, Jeng, Laila, Febri, Nanang. Selamat
berjuang dan terimakasih kekompakannya.
20. EP Brother ‘14 yaitu Murniati, Indri, Cucu, Indah, Budi, Alfian, Anisa, Safa,
Leny, Soraya, Tiwi, Via, Dawami, Ukhtiya, Ruly dan yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu.
21. Rekan KKN yaitu Budir (Dira), Masha (Tyas), Silvi, Widya, Bang Nuril
Bang Adi, Bang Kelvin dll.
22. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dari awal
sampai dengan skripsi ini terselesaikan.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 08 September 2018
Penulis
Aulia Frisca
NPM. 1411021019
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v
I . PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS .. 11
A. Teori Paritas Daya Beli ........................................................................... 11
1. Paritas Daya Beli Absolut .................................................................. 12
2. Paritas Daya Beli Relatif .................................................................... 12
B. Teori Dampak Fisher Internasional ......................................................... 14
C. Kurva J .................................................................................................... 15
D. Keseimbangan dalam Pasar Valas .......................................................... 17
E. Pergeseran Permintaan Mata Uang Domestik......................................... 18
F. Nilai Tukar .............................................................................................. 21
G. Neraca Transaksi Berjalan dalam Perekonomian Terbuka ..................... 24
H. Interest Rate Differential......................................................................... 26
I. Tinjauan Empiris ..................................................................................... 28
J. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 30
K. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 33
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 34
A. Jenis Data ................................................................................................ 34
B. Sumber Data ............................................................................................ 34
C. Definisi Operasional Variabel ................................................................. 35
D. Metode Analisis ...................................................................................... 37
E. Model Penelitian ..................................................................................... 38
F. Prosedur Analisis Data ............................................................................ 39
1. Uji Stationeritas .................................................................................. 39
2. Uji Kointegrasi Keseimbangan Jangka Panjang ................................. 41
3. Uji Koreksi Kesalahan Jangka Pendek (ECM)................................... 42
G. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 43
1. Uji Heterokedastisitas ......................................................................... 43
2. Uji Multikolinieritas ........................................................................... 44
3. Uji Autokorelasi ................................................................................. 46
H. Uji Hipotesis ........................................................................................... 47
1. Uji t (parsial) ....................................................................................... 47
2. Uji F .................................................................................................... 48
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 50
A. Uji Stationeritas ....................................................................................... 50
B. Uji Kointegrasi Keseimbangan Jangka Panjang ..................................... 51
C. Hasil Jangka Pendek (ECM) ................................................................... 54
D. Interpretasi Hasil Penelitian dan Pembahasan ........................................ 56
1. Pengaruh Selisih Inflasi terhadap Nilai Tukar .................................... 56
2. Pengaruh current account terhadap Nilai Tukar ................................ 58
3. Pengaruh interest rate differential terhadap Nilai Tukar.................... 60
E. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 62
1. Uji Uji Heterokedastisitas ................................................................... 62
2. Uji Multikolinieritas ........................................................................... 63
3. Uji Autokorelasi ................................................................................. 63
I. Uji Hipotesis ........................................................................................... 64
1. Uji t (parsial) ....................................................................................... 64
2. Uji F .................................................................................................... 66
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 68
A. Kesimpulan ............................................................................................. 68
B. Saran ........................................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 . Fluktuasi Current Account tahun 2005:Q1 sampai 2017:Q4 ....................... 2
1.2 Fluktuasi Nilai Tukar dan Bi Rate tahun 2005:Q1 sampai 2017:Q4 ........... 5
2.1 Kurva J ......................................................................................................... 16
2.2 Keseimbangan dalam Pasar Valas ............................................................... 17
2.3 Respon Peningkatan Ekspor Neto terhadap Nilai Tukar ............................. 18
2.4 Respon Peningkatan Interest Rate Differential terhadap Nilai Tukar ......... 19
2.5 Respon Peningkatan Selisih Inflasi terhadap Nilai Tukar ........................... 20
2.6 Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 32
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Tinjauan Empiris ......................................................................................... 28
3.1 Ringkasan Variabel yang Digunakan .......................................................... 35
4.1. Hasil Uji Stationer dengan Uji ADF ............................................................ 51
4.2. Hasil Uji Kointegrasi Keseimbangan Jangka Panjang ................................ 52
4.3 Hasil Estimasi Jangka Panjang .................................................................... 53
4.4 Hasil Estimasi Jangka Pendek (ECM) ......................................................... 54
4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 62
4.6 Hasil Uji Multikolinieritas ........................................................................... 63
4.7 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................................. 64
4.8 Hasil Uji t Pengaruh Selisih Inflasi terhadap Nilai Tukar ........................... 65
4.9 Hasil Uji t Pengaruh Current Account terhadap Nilai Tukar ...................... 65
4.10 Hasil Uji t Pengaruh Interest Rate Differential terhadap Nilai Tukar ......... 66
4.11 Hasil Uji F ................................................................................................... 67
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data variabel Nilai tukar riil ............................................................................. L-1
2. Data dari variabel-variabel yang digunakan ..................................................... L-3
2. Uji Stationeritas variabel-variabel penelitian ................................................... L-5
3. Uji Kointegrasi Keseimbangan Jangka Panjang .............................................. L-8
4. Uji Kointegrasi Keseimbangan Jangka Pendek ................................................ L-9
4 Uji Keseimbangan Jangka Pendek (ECM) ....................................................... L-10
5 Uji Asumsi Klasik ............................................................................................ L-11
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan sistem perekonomian terbuka. Negara
dengan sistem perekonomian terbuka melakukan kegiatan ekonomi dengan
negara lain salah satunya dengan melakukan transaksi internasional. Negara
dengan sistem perekonomian terbuka, menjual sebagian outputnya secara
domestik dan sebagian dijual ke luar negeri. Karena adanya perdagangan luar
negeri ini, maka dalam perekonomian terbuka pasar keuangan dan pasar barang
sangat terkait (Mankiw, 2007).
Model IS-LM (Mundell Fleming Framework) menyatakan adanya hubungan
keseimbangan dalam perekonomian terbuka antara pasar keuangan dan pasar
barang. Model IS-LM juga menyatakan kebijakan moneter memiliki peranan
penting saat sebuah negara menganut sistem kurs mengambang. Selain itu dalam
perekonomian terbuka kecil tingkat bunga suatu negara akan ditentukan oleh
tingkat bunga dunia. Premi resiko juga menyebabkan perubahan suku bunga
dalam negeri dan perubahan nilai tukar yang mempengaruhi transaksi
internasional suatu negara dalam perekonomian terbuka kecil. (Mankiw, 2007).
Seluruh transaksi internasional berupa barang dan jasa tersebut dicatat dalam
neraca pembayaran internasional (Balance of Payments). Neraca pembayaran
internasional memberikan gambaran kondisi perekonomian secara makro, karena
2
berisi tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan barang atau
jasa, transfer keuangan dan transfer moneter antara penduduk suatu negara dengan
negara lain pada suatu periode waktu tertentu (Tambunan,2000).
Terkait dengan pencatatan seluruh transaksi ekonomi tersebut, neraca pembayaran
internasional dapat mengalami defisit atau surplus. Neraca pembayaran defisit
terjadi saat jumlah pembayaran atau pengeluaran lebih besar dibanding jumlah
penerimaan atau apabila transaksi kredit lebih kecil dibandingkan dengan
transaksi debit. Penyebab terjadinya defisit neraca pembayaran salah satunya
karena defisit neraca transaksi berjalan. Berikut ini adalah fluktuasi current
account dari tahun 2005:Q1 sampai 2017:Q4
Sumber: Bank IndonesiaGambar 1.1 Fluktuasi Neraca Berjalan (Current Account) Tahun
2005:Q1 – 2017:Q4
Berdasarkan Gambar 1.1 di atas, diketahui saldo neraca transaksi berjalan
Indonesia dari tahun 2005:Q1 – 2017:Q4 menunjukkan saldo transaksi berjalan
sangat fluktuatif dan pada tahun 2005:1 terjadi penurunan transaksi berjalan ke
2005:Q3. Kinerja transaksi berjalan kembali menurun pada periode 2008:Q2 –
2008:Q4, terlihat dari posisi saldo transaksi berjalan yang defisit. Hal ini karena
-12
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
Q1
2005
Q3
2005
Q1
2006
Q3
2006
Q1
2007
Q3
2007
Q1
2008
Q3
2008
Q1
2009
Q3
2009
Q1
2010
Q3
2010
Q1
2011
Q3
2011
Q1
2012
Q3
2012
Q1
2013
Q3
2013
Q1
2014
Q3
2014
Q1
2015
Q3
2015
Q1
2016
Q3
2016
Q1
2017
Q3
2017
3
dampak krisis global akibat kredit macet yang dialami oleh Amerika Serikat.
Pada periode 2009:Q1-2010:Q3 keadaan transaksi berjalan kembali membaik hal
ini dikarenakan ekspor nonmigas yang tinggi hingga bisa memperbaiki keadaan
transaksi berjalan pada periode sebelumnya. Periode selanjutnya dalam periode
2010:Q4-2014:Q4 kinerja transaksi berjalan semakin menurun bahkan bertahan
pada posisi defisit hingga 2013. Saldo neraca transaksi berjalan terendah pada
tahun 2013:Q2, yaitu sebesar-10,13 milliar. Pelemahan rupiah tidak terlepas dari
pengaruh defisit neraca transaksi berjalan (Current account deficit). Penyebab
utama defisit bertambah ialah impor barang modal untuk infrastruktur sebagai
motor pembangunan dari pemerintah sekarang. Tingginya impor membuat
kebutuhan terhadap USD semakin kuat sehingga melemahkan rupiah. Maka,
perlu penengendalian impor dan peningkatan ekspor (Gerai Info, Bank Indonesia,
2015).
Selanjutnya, pada tahun 2016:Q1 sampai 2016:Q4 saldo neraca transaksi berjalan
mulai mengalami kenaikan namun tetap berada pada posisi defisit bahkan sampai
2017:Q4 neraca transaksi berjalan defisit hingga -5,8 milliar. Defisit neraca
transaksi berjalan menunjukan impor yang lebih besar dibandingkan ekspor,
sehingga terjadi pengurangan investasi di luar negeri. Sedangkan, surplus
transaksi berjalan menunjukkan bahwa ekspor lebih besar dari impor. Negara
mengalami akumulasi kekayaan valuta asing sehingga mempunyai saldo positif
dalam investasi luar negeri. Neraca transaksi berjalan sangat erat hubungannya
dengan penghasilan nasional sebab ekspor dan impor merupakan komponen
penghasilan nasional (Nopirin, 1996). Penelitian yang pernah dilakukan oleh
Machpudin (2013), menyatakan bahwa dalam jangka panjang variabel yang
4
memengaruhi nilai tukar adalah capital account, current account, produk
domestik bruto (PDB) dan dummy krisis. Kenaikan capital account dan PDB
menyebabkan nilai tukar rupiah mengalami apresiasi. Sementara, kenaikan
current account dan adanya dummy krisis menyebabkan nilai tukar rupiah
mengalami depresiasi.
Pemerintah mengintervensi untuk membantu menstabilkan neraca transaksi
berjalan melalui kebijakan moneter. Kebijakan moneter berupa tindakan
pemerintah (melalui Bank Indonesia) untuk mempengaruhi situasi makro yang
dilaksanakan melalui pasar uang, dengan cara mempengaruhi kebijakan nilai tukar
dan tingkat bunga yang berlaku di pasar uang. Semenjak tahun 1997 Indonesia
sudah tidak lagi menganut sistem nilai tukar tetap. Pada tanggal 14 Agustus 1997
secara resmi pemerintah Indonesia mengumumkan sistem nilai tukar yang dianut
adalah mengambang bebas (floating exchange rate system). Namun dalam
pelaksanaannya pemerintah tidak membiarkan nilai tukar benar-benar
mengambang bebas.
Pemerintah melalui Bank Indonesia masih melakukan intervensi di pasar uang.
Peran Bank Indonesia dalam kebijakan moneter juga semakin penting sejak tahun
2005 menetapkan suku bunga acuan. Kenaikan tingkat suku bunga acuan ini
diharapkan diikuti oleh kenaikan tingkat suku bunga lainnya. Menurut Permana
(2014) kenaikan suku bunga acuan ini diharapkan mampu menciptakan stabilitas
nilai tukar dan neraca pembayaran yang sehat. Naiknya suku bunga acuan akan
memicu naiknya suku bunga di dalam negeri. Nilai tukar (kurs) berhubungan
negatif dengan tingkat suku bunga, dimana naiknya tingkat suku bunga akan
5
menyebabkan nilai tukar terapresiasi. Maka masyarakat akan terdorong untuk
menambah jumlah tabungan dengan mengurangi pengeluaran untuk konsumsi,
dan melepas dollar yang mereka miliki. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
keuntungan dari peningkatan bunga tabungan. Peningkatan jumlah tabungan juga
akan berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah uang kuasi. (Mankiw, 2007).
Penelitian Li (2011) menganalisis hubungan antara tingkat suku bunga riil dan
nilai tukar riil dari dua belas negara di dunia dua periode krisis keuangan.
Sembilan dari dua belas negara menyatakan kurs riil dan selisih suku bunga
memiliki perkiraan negative
. Gambar 1.2 dibawah ini menunjukkan hubungan antara nilai tukar dan selisih
suku bunga pada tahun 2005:Q1 sampai 2017:Q4
Sumber: Bank IndonesiaGambar 1.2 Fluktuasi Nilai Tukar Nominal dan BI Rate Pada Tahun
2005:Q1 - 2016:Q4
Pada tahun 2005 nilai USD / Rp sebesar Rp 9.830, selanjutnya nilai tukar
terapresiasi pada tahun 2006 senilai Rp 9.020. Penguatan rupiah pada tahun ini
didukung oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal adalah karena
masih dipengaruhi oleh ekonomi AS yang melemah. Sementara itu, dari sisi
0200040006000800010000120001400016000
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
Q1
2005
Q4
2005
Q3
2006
Q2
2007
Q1
2008
Q4
2008
Q3
2009
Q2
2010
Q1
2011
Q4
2011
Q3
2012
Q2
2013
Q1
2014
Q4
2014
Q3
2015
Q2
2016
Q1
2017
Q4
2017
BIR KURS
6
internal penguatan rupiah dipengaruhi oleh laju inflasi yang berada di bawah 10%
dan menyebabkan suku bunga turun ke level 9,75%. Hal ini menyebabkan
perbankan yang biasanya tidak mau menyalurkan kredit dan menaruh dananya ke
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tidak lagi memiliki alternatif lain.
Pada tahun 2007 hingga 2008 nilai tukar dolar per rupiah kembali terdepresiasi
sebesar Rp. 10.950 hal ini disebabkan besarnya permintaan korporasi terhadap
dolar untuk keperluan pembayaran utang jatuh tempo. Selain itu, suku bunga di
beberapa negara mengalami kenaikan, tingginya harga minyak dunia akibat krisis
ekonomi di AS berlanjut pada krisis kredit perumahan AS yang menjadi
pendorongnya.
Kenaikan suku bunga akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di
Indonesia dengan suku bunga luar negeri. Melebarnya selisih suku bunga tersebut
mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrumen-
instrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena investor akan mendapatkan
tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada
akhirnya akan mendorong apresiasi nilai tukar rupiah (Safitri, 2014)
Selain ditentukan oleh tingkat suku bunga acuan, nilai tukar dalam sistem nilai
tukar mengambang bebas juga ditentukan oleh keseimbangan antara permintaan
dan penawaran di pasar maka pemerintah melalui Bank Indonesia menetapkan
laju inflasi yang rendah dan terkendali sebagai suatu sasaran akhir. Dalam
hubungannya dengan nilai tukar, tingkat inflasi yang tinggi di suatu negara akan
menyebabkan harga barang-barang produksi dalam negeri menjadi lebih mahal,
sehingga barang-barang tersebut kurang kompetitif di pasar internasional.
7
Dengan tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dari luar negeri maka akan
lebih menguntungkan untuk mengimpor barang dari luar negeri yang lebih
murah. Sementara itu, jika dilihat dalam perspektif pendekatan moneter, tingkat
inflasi yang tinggi juga diikuti oleh pertumbuhan jumlah uang beredar yang
tinggi akibat diperlukannya lebih banyak uang untuk kepentingan transaksi.
Pertumbuhan jumlah uang beredar yang berlebihan, ini dapat menimbulkan
ketidakseimbangan dalam pasar uang dan memicu depresiasi nilai tukar. Jadi,
secara singkat dapat dikatakan bahwa perbedaan tingkat inflasi antar negara
dapat mempengaruhi nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang asing.
Salah satu teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat harga atau inflasi
dengan pergerakan nilai tukar adalah teori paritas daya beli (Purchasing Power
Parity Theory). Teori paritas daya beli ini merupakan salah satu teori yang paling
sering diuji validitasnya. Dalam teori paritas daya beli ini dikatakan bahwa nilai
tukar antara dua negara seharusnya sama dengan rasio dari tingkat harga di kedua
negara tersebut. Sehingga jatuhnya daya beli domestik pada suatu mata uang
(meningkatnya tingkat harga domestik atau meningkatnya inflasi) akan diikuti
oleh depresiasi pada mata uang negara tersebut di pasar uang luar negeri. Namun,
jika yang terjadi adalah sebaliknya yaitu daya beli domestik mengalami kenaikan
(tingkat inflasi turun/terjadi deflasi) maka akan diikuti pula oleh apresiasi pada
mata uangnya.
Teori PPP ini terbagi menjadi dua yaitu versi absolut dan versi relatif. Teori PPP
versi absolut sering dikaitkan dengan teori Law of One Price walaupun
sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Teori Law of One Price lebih
8
diterapkan pada satu jenis barang saja sedangkan teori PPP diterapkan pada
tingkat harga secara keseluruhan yaitu dengan menggunakan sekeranjang barang
dan jasa. Sementara versi relatif dari teori PPP muncul karena banyaknya
kelemahan dalam versi absolut yaitu berupa asumsi-asumsi yang tidak realistis
yaitu tidak adanya biaya transportasi dan bebas dari hambatan perdagangan.
Dalam kenyataannya, biaya transportasi maupun hambatan perdagangan tidaklah
dapat diabaikan. Dalam versi relatifnya, teori PPP mengubah pernyataan tingkat
harga dan tingkat kurs keseimbangan menjadi "perubahan harga" dan
"perubahan" kurs keseimbangan (Salvatore, 2009).
Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk melihat hubungan antara tingkat
harga dan nilai tukar yang didasarkan pada teori paritas daya beli versi relatif
yang akan digunakan dalam formulasi kebijakan ekonomi. Mata uang asing yang
dipilih adalah dolar Amerika Serikat mengingat mata uang ini diakui secara
internasional dan paling banyak digunakan dalam transaksi keuangan maupun
perdagangan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode error
correction model (ECM), dimana ECM ini mampu menyelaraskan hubungan
jangka panjang dan jangka pendek. Menyelaraskan disini maksudnya adalah
mampu memasukkan faktor koreksi atas deviasi yang terjadi pada hubungan
jangka pendek antara nilai tukar dan tingkat harga dari keseimbangan jangka
panjangnya. ECM ini dipilih mengingat konsep paritas daya beli ini akan lebih
tepat dilihat dalam konteks jangka panjang.
Namun, dalam jangka pendek perubahan dalam nilai tukar baik itu depresiasi
maupun apresiasi dapat disebabkan oleh banyak hal lainnya baik itu adalah faktor
9
fundamental maupun faktor non fundamental. Faktor nonekonomi yang dapat
mempengaruhi kurs diantaranya adalah faktor psikologis, faktor sosial politik dan
keamanan negara (country risk) dan kegiatan spekulasi mata uang yang semakin
meningkat diera sistem nilai tukar mengambang bebas. Sedangkan, faktor
fundamental yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu itu adalah selisih tingkat
bunga dan current account. Maka berdasarkan uraian penjelasan tersebut,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Paritas Daya Beli,
Interest Rate Differential dan Current Account Terhadap Nilai Tukar”
B. Rumusan Masalah
1. Apakah variabel selisih inflasi memiliki keseimbangan jangka panjang dan
berpengaruh dalam jangka pendek terhadap nilai tukar ($/Rp)?
2. Apakah variabel current account berpengaruh terhadap nilai tukar ($/Rp)
pada jangka pendek?
3. Apakah variabel interest rate differential berpengaruh terhadap nilai tukar
($/Rp) pada jangka pendek?
4. Apakah variabel selisih inflasi, current account, dan interest rate
differential secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai tukar ($/Rp)?
C.Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah variabel selisih inflasi memiliki keseimbangan jangka
panjang dan berpengaruh dalam jangka pendek terhadap nilai tukar ($/Rp)
2. Mengetahui apakah variabel current account berpengaruh terhadap nilai
tukar ($/Rp) pada jangka pendek
10
3. Mengetahui apakah variabel interest rate differential berpengaruh terhadap
nilai tukar ($/Rp) pada jangka pendek
4. Mengatahui apakah variabel selisih inflasi, current account, dan interest
rate differential secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai tukar
($/Rp).
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada;
1. Bagi penulis, sebagai cara mengamalkan ilmu dengan melakukan penelitian
guna menyelesaikan pendidikan dan menambah pengetahuan penulis.
2. Bagi akademisi, diharapkan menjadi pengetahuan tambahan sekaligus
menjadi referensi karya ilmiah lainnya baik dalam rangka tugas maupun
bukan.
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Teori Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity-PPP)
Teori ini diperkenalkan oleh ekonom Swedia, Gustav Cassel, pada tahun 1918.
“Paritas daya beli (Purchasing Power Parity) merupakan suatu teori keuangan
internasional yang terkenal dan kontroversial. Teori ini berupaya untuk melihat
hubungan antara inflasi dan nilai tukar secara kuantitatif” (Madura, 2009). Teori
paritas daya beli ini pada dasarnya adalah sebuah cara untuk meramalkan kurs
keseimbangan, jika suatu negara mengalami suatu ketidakseimbangan neraca
pembayaran. Pada saat laju inflasi suatu negara naik relatif terhadap laju inflasi
negara lain, permintaan atas valutanya menurun karena ekspornya menurun
(menyusul naiknya harga), disisi lain impor meningkat dengan kata lain, inflasi
naik akan berakibat pada tekanan nilai valuta dan meningkatnya impor.
Teori paritas daya beli menyatakan bahwa nilai tukar akan menyesuaikan diri dari
waktu ke waktu untuk mencerminkan selisih inflasi antar dua negara sehingga
daya beli konsumen untuk membeli produk-produk domestik akan sama dengan
daya beli konsumen untuk membeli produk- produk asing (Madura, 2009).
Artinya, nilai tukar suatu mata uang akan berubah sebagai reaksi terhadap
perbedaan inflasi antar dua negara dan daya beli konsumen ketika membeli
produk domestik akan sama dengan daya beli pada saat melakukan impor dari
negara lain. Paritas daya beli menunjukkan secara langsung bahwa perubahan
12
nilai tukar mata uang berhubungan dengan perbedaan-perbedaan inflasi yang
berlaku dari satu negara ke negara lain.
1. Paritas Daya Beli Absolut
Teori paritas daya beli versi absolut pada dasarnya adalah perbandingan nilai
satu mata uang terhadap mata uang lain yang ditentukan oleh tingkat harga
pada masing-masing negara. Paritas daya beli absolut memiliki asumsi bahwa
tanpa adanya hambatan internasional, harga dari sejumlah produk yang sama
pada dua negara yang berbeda seharusnya setara jika diukur dalam mata uang
yang sama. Biaya transportasi, bea masuk dan kuota perdagangan
menyebabkan bentuk absolut dari paritas daya beli ini tidak akan terjadi.
Paritas daya beli bentuk absolut ini menunjukkan nilai tukar yang dihitung
dari perbandingan tingkat harga domestik dengan tingkat harga di luar negeri.
2. Paritas Daya Beli Relatif
PPP relatif menyatakan bahwa perubahan persentase dalam kurs antara dua
mata uang selama periode tertentu sama dengan selisih antara persentase
perubahan atas tingkat harga berbagai negara. Dengan kalimat lain, PPP
relatif menerangkan bahwa harga-harga dan kurs mengalami perubahan
sedemikian rupa sehingga nisbah daya beli domestik dan luar negeri dari
setiap negara tetap bertahan.
PPP relatif ini penting karena ia dapat diterapkan sementara PPP absolut tidak
asalkan faktor-faktor penyebab deviasi PPP absolut dari waktu ke waktu
cukup stabil, perubahan-perubahan persentase tingkat-tingkat harga relatif
13
rnasih dapat memperkirakan perubahan persentase kurs. Selain itu, bentuk
relatif teori paritas daya beli ini merupakan versi alternatif yang mem-
perhitungkan kemungkinan ketidaksempurnaan pasar seperti biaya
transportasi, tarif, dan kuota, sehingga produk yang sama di negara yang
berbeda tidak perlu menjadi sama bila diukur dengan mata uang yang sama.
Dengan dermikian, versi ini menyatakan bahwa tingkat perubahan dalam
harga-harga produk seharusnya sedikit sama bila diukur dengan mata uang
yang sama (Madura,2009).
Madura (2000) mengatakan bahwa: "Country with high inflation rates have
depreciating currencies, and over the long run, the rate of depreciation of the
exchange rate is approximately equal to the differential in national inflation
rates.” Perubahan kurs valuta asing menurut versi relatif ini juga dapat
diformulasikan sebagai berikut:
= (1 + ℎ)(1 + ) − 1…………………… .. (2.1)Dimana:
Ef = persentase (%) perubahan kurs
Ih = tingkat inflasi domestik
If = tingkat inflasi luar negeri
Sehingga dari persamaan diatas, jika tingkat inflasi domestik (Ih) lebih besar
daripada tingkat inflasi luar negeri (If) maka Ef akan positif atau dengan kata
lain kurs valuta asing meningkat (mata uang domestik mengalami depresiasi).
Bila tingkat inflasi domestik (Ih) lebih kecil dari tingkat inflasi luar negeri (If)
maka Ef akan negatif atau dengan kata lain kurs valuta asing menurun. (mata
14
uang domestik mengalami apresiasi). Perkiraan akan apresiasi mata uang luar
negeri (dolar AS) terhadap mata uang domestik (rupiah Indonesia) dapat pula
dipersingkat dengan cara menghitung selisih tingka inflasi antara Indonesia
dan Amerika dengan menggunakan rumus:
= ( ℎ − )………………….. (2.2).
Berdasarkan semua pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
menurut teori paritas daya beli, kurs antara dua mata uang akan berubahn
sebagai reaksi terhadap perbedaan inflasi antara dua negara. Akibatnya, daya
beli mata uang tersebut akan sama. Kurs valuta asing akan cenderung
bergerak menuju rasio daya beli antara dua mata uang dalam jangka panjang.
B. Teori Dampak Fisher Internasional (International Fisher Effect-IFE)
Berlianta (2005), teori International Fisher Effect menunjukkan pergerakan nilai
mata uang satu negara dibanding negara lain disebabkan oleh perbedaan suku
bunga nominal yang ada di kedua negara tersebut. Menurut dampak fisher,
tingkat suku bunga bebas risiko nominal mencakup tingkat pengembalian riil dan
taksiran inflasi. Jika investor dari seluruh negara menginginkan pengembalian
yang sama, perbedaan tingkat suku bunga antar negara mungkin merupakan
akibat dari perbedaan taksiran inflasi.
Implikasi International Fisher Effect adalah orang tidak bisa menikmati
keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana ke negara yang
mempunyai suku bunga nominal tinggi karena nilai mata uang negara yang suku
bunganya tinggi akan terdepresiasi sebesar selisih bunga nominal dengan negara
15
yang memiliki suku bunga nominal lebih rendah. Negara dengan tingkat suku
bunga yang relatif tinggi akan menyebabkan mata uangnya terdepresiasi. Suku
bunga nominal yang tinggi mencerminkan taksiran inflasi dan juga akan
membentuk risiko gagal bayar atas investasi.
Teori dampak fisher internasional (Internasional Fisher Effect Theory-IFE
Theory) adalah teori yang menyatakan tingkat bunga di dua negara yang berbeda
dapat terjadi karena adanya perbedaan tingkat inflasi. Pada dasarnya teori IFE
hampir sama dengan teori IRP yang menggunakan perbedaan tingkat bunga untuk
menjelaskan terjadinya perubahan kurs valuta asing. Teori IFE berhubungan erat
dengan teori PPP karena tingkat suku bunga sering kali berkorelasi erat dengan
laju inflasi, karena itu dapat disimpulkan bahwa perbedaan tingkat bunga yang
terjadi antara beberapa negara dapat disebabkan oleh perbedaan tingkat inflasi.
Pada teori Paritas Suku Bunga dan teori Purchasing Power Parity memungkinkan
kita untuk memperkirakan masa depan nilai tukar diharapkan. Paritas Tingkat
Bunga berhubungan dengan suku bunga bebas risiko sementara teori Purchasing
Power Parity kurs berhubungan dengan tingkat inflasi. Menempatkan mereka
bersama-sama pada dasarnya mengatakan kepada kita bahwa suku bunga bebas
risiko yang terkait dengan tingkat inflasi. Hal ini membawa kita ke International
Fisher Effect.
C. Kurva J (J-Curve)
Pendekatan ini menjelaskan bahwa nilai tukar atau kurs dari dua negara
ditentukan oleh besar kecilnya perdagangan barang dan jasa yang terjadi di antar
kedua negara tersebut. Berdasarkan pendekatan ini, kurs ekuilibrium adalah kurs
16
yang akan menyeimbangkan nilai impor dan ekspor dari suatu negara.
Peningkatan kurs atau penurunan nilai tukar mata uang akan membuat harga
barang ekspor menjadi lebih murah bagi pihak asing, sedangkan harga barang
impor menjadi lebih mahal bagi domestik sehingga mengakibatkan nilai ekspor
mengalami peningkatan dan impor mengalami penurunan sampai pada akhirnya
nilai perdagangan intrnasional mengalami keseimbangan.
Hubungan yang terjadi antara nilai tukar riil dengan neraca perdagangan dapat
dilihat dengan menggunakan pendekatan kurva J. Kurva J adalah kurva yang
menggambarkan hubungan antara nilai tukar riil dengan neraca perdagangan
dalam jangka waktu pendek dan panjang. Pada kurva J dinyatakan asumsi bahwa
depresiasi nilai tukar akan memperbaiki kondisi neraca perdagangan suatu negara
pada jangka panjang. Akan tetapi, hal tersebut akan terjadi dengan syarat
terpenuhinya kondisi Marshall-Lerner. Kondisi Marshall-Lerner merupakan
suatu kondisi dimana jumlah elastisitas impor dan ekspor terhadap nilai tukar riil
lebih dari 1 atau elastis (Nopeline, 2009).
Neraca Perdagangan
Sumber: Jeff Madura, 2000Gambar 2.1 Kurva J
0
Waktu
Kurva J
17
D. Keseimbangan Dalam Pasar Valuta Asing
Dalam analisis penawaran dan permintaan, pasar berada dalam keseimbangan
ketika jumlah asset rupiah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan.
Pada Gambar 2.2, keseimbangan terjadi pada titik B, perpotongan antara kurva
permintaan dan kurva penawaran. Pada titik B, kurs adalah 1 dolar per rupiah.
Sumber: Frederic S. Miskhin, 2011Gambar 2.2 Keseimbangan dalam Pasar Valuta Asing
Misalnya kurs adalah 1,05 dolar per rupiah, lebih tinggi dari pada kurs
keseimbangan. Seperti yang dapat kita lihat pada Gambar 2.2, jumlah penawaran
rupiah lebih besar dari pada jumlah yang diminta, suatu kondisi yang disebut
dengan kelebihan penawaran. Dengan semakin banyak orang yang ingin menjual
rupiah dari pada ingin membelinya, nilai rupiah akan turun. Selama kurs tetap
berada diatas kurs keseimbangan, kelebihan penawaran akan berlanjut, dan rupiah
akan turun nilainya sampai mencapai kurs keseimbangan sebesar 1 dolar per
rupiah.
Sama halnya, jika kurs lebih rendah dari pada kurs keseimbangan pada 0,95 dolar
per rupiah, jumlah rupiah yang diminta akan melebihi jumlah yang ditawarkan,
A
B
C
S
Jumlah RupiahD
Kurs ($/Rp)
1,05
E = 1,00
0,95
18
suatu kondisi yang disebut dengan kelebihan permintaan. Dengan semakin
banyak orang yang ingin membeli rupiah dari pada yang ingin menjualnya, nilai
rupiah akan naik sampai kelebihan permintaan hilang dan nilai rupiah kembali
pada kurs keseimbangan senilai 1 dolar per rupiah (Miskhin, 2011).
E. Pergeseran Permintaan untuk Mata Uang Domestik
Jumlah mata uang domestik bergantung pada perkiraan tingkat pengembalian
relatif atas mata uang luar negeri; − + ( ) ………………………(2.3)
Untuk melihat bagaimana kurva permintaan bergeser, kita perlu mengetahui
bagimana jumlah permintaan berubah, dengan menganggap kurs sekarang
konstan , dan berubah. Di bawah ini menggambarkan pergeseran
permintaan pada current account (X-M), interest rate differential dan selisih
inflasi Indonesia dan Amerika serikat;
1. Ekspor Neto
Gambar 2.3 Respon Peningkatan Ekspor Neto terhadap Nilai Tukar
Berdasarkan Gambar 2.3 dapat menjelaskan jika terjadi peningkatan jumlah
ekspor domestik akan menyebabkan permintaan terhadap mata uang rupiah
Q (Jumlah Rupiah)
Kurs ($/Rp)S
D2D1
E11,00
E21,05
Q2Q1
19
meningkat maka menggeser kurva permintaan untuk mata uang domestik
yaitu rupiah. Kurva bergeser ke kanan atas dari D1 menuju D2 dan akan
menyebabkan kurs dolar per rupiah terapresiasi dari keseimbangan 1,00
($/Rp) menjadi 1,05 ($/Rp). Namun sebaliknya, jika nilai impor lebih besar
dari pada ekspor maka akan terjadi peningkatan jumlah impor, yang artinya
permintaan uang luar negeri (dolar) akan meningkat sedangkan permintaan
uang domestik (rupiah) akan menurun yang akan menggeser kurva
permintaan ke kiri bawah dari titik keseimbangan E1 dan akan menyebabkan
kurs dolar per rupiah mengalami depresiasi. Maka, jika terjadi deficit current
account akan menyebabkan pelemahan mata uang rupiah.
2. Interest Rate Differential
Teori dampak Fisher Internasional menjelaskan perbedaan suku bunga antara
dua negara menyebabkan perubahan terhadap nilai tukar. Dibawah ini
menggambarkan pergeseran permintaan selisih suku bunga antara Indonesia
dan Amerika Serikat;
Gambar 2.4 Respon Peningkatan Selisih Suku Bunga terhadap Nilai Tukar
Kurs keseimbangan dolar per rupiah pada awalnya senilai 1,00 ($/Rp).
Kemudian salah satu negara menurunkan suku bunganya menyebabkan
Q (Jumlah Rupiah)
Kurs ($/Rp)S
D2D1
E11,00
E21,05
Q2Q1
20
melebarnya selisih suku bunga antar kedua negara, dan sebaliknya jika salah
satu negara menaikan suku bunganya maka selisih suku bunga The Fed dan BI
Rate akan menyempit atau menurun. Misalnya BI rate awalnya senilai 5,5%
sedangkan suku bunga The Fed awalnya senilai 1,75% maka diketahui selisih
suku bunga dua negara senilai 3,5%. Jika suku bunga The Fed di naikkan
menjadi 2,00% maka selisih suku bunga berkurang menjadi 3,25% yang
artinya peluang investor mendapatkan keuntungan dalam berinvestasi di
Indonesia menurun dan lebih memilih menarik modal keluar untuk di
investasikan ke negara dengan return yang lebih tinggi di Amerika Serikat.
Hal ini menyebabkan permintaan mata uang rupiah menurun dan kurs dolar
terhadap rupiah terdepresiasi. Sebaliknya, apabila selisih suku bunga
meningkat akan menggeser kurva permintaan dari D1 menuju D2, menyebabkan
kurs dolar per rupiah mengalami apresiasi dari 1,00 ($/Rp) menjadi 1,05
($/Rp) seperti pada Gambar 2.4.
3. Selisih Inflasi
Teori paritas daya beli menyatakan bahwa kurs antara kedua mata uang akan
berubah sebagai reaksi terhadap perubahan inflasi antara dua negara.
Dibawah ini akan menggambarkan pergeseran kurs akibat perubahan inflasi;
Gambar 2.5 Respon Peningkatan Selisih Inflasi terhadap Nilai Tukar
Q (Jumlah Rupiah)
Kurs ($/Rp)
Q1Q2
S
D1D2
E21,00
E11,05
21
Berdasarkan Gambar 2.5, jika inflasi domestik mengalami peningkatan maka
akan di ikuti dengan kenaikan jumlah uang beredar karena akan diperlukannya
lebih banyak uang untuk kepentingan transaksi. Pertumbuhan jumlah uang
beredar yang berlebihan akan menyebakan ketidakseimbangan dalam pasar
uang yang akan menyebabkan permintaan jumlah uang rupiah mengalami
penurunan dalam keseimbangan pasar valuta asing. Penurunan permintaan
jumlah mata uang rupiah ini akan menggeser kurva D1 ke kurva D2,
menyebabkan keseimbangan kurs dolar per rupiah bergeser dari E1 ke E2
maka kurs terdepresiasi sebesar 1,05 ($/Rp) menjadi 1,00 ($/Rp).
F. Nilai Tukar
Menurut Mankiw (2007), nilai tukar mata uang antara dua negara adalah harga
dari mata uang yang digunakan oleh penduduk negara tersebut untuk saling
melakukan perdagangan antara satu sama lain. Para ekonom membagi kurs atas
dua macam (Mankiw, 2007) yaitu :
a. Kurs nominal, yaitu harga relatif dari mata uang dua negara.
b. Kurs rill, yaitu harga relatif dari barang-barang kedua negara, yaitu kurs
rill yang dinyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-
barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain.
Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No.6/41/DPM tanggal 5 Oktober 2004,
kurs tengah dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ℎ = …...................... (2.4)
Nilai tukar mata uang rill ini ditentukan oleh nilai tukar mata uang nominal dan
perbandingan tingkat harga domestik dan luar negeri. Sehingga dapat di
22
simpulkan bahwa nilai tukar mata uang rill bergantung pada harga barang dalam
negeri dan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Menurut
Mankiw (2007) rumus untuk mendapatkan nilai tukar mata uang rill adalah
sebagai berikut ;= × …. (2.5)
Nilai tukar riil suatu negara akan berpengaruh pada kondisi perekonomian makro
suatu negara, khususnya dengan ekspor netto atau neraca perdagangan. Pengaruh
ini dapat dirumuskan menjadi suatu hubungan antara nilai tukar riil dengan ekspor
netto atau neraca perdagangan (Mankiw, 2007). Kurs riil di antara kedua negara
dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga dikedua negara. Jika kurs riil tinggi,
barang-barang luar negeri relatif lebih murah, dan barang-barang domestik relatif
lebih mahal. Jika kurs riil rendah, barang-barang luar negeri relatif lebih mahal,
dan barang-barang domestik relatif lebih murah.
Menurut Madura (2009) sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut
seberapa jauh nilai tukar dikendalikan oleh pemerintah. Sistem nilai tukar
biasanya masuk kedalam salah satu ketegori berikut:
1. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System)
Sistem nilai tukar ini dibuat konstan atau hanya dibiarkan berfluktuasi
dalam batas-batas yang sangat sempit. Jika nilai tukar mulai bergerak
terlalu tajam, pemerintah dapat melakukan intervensi untuk
mempertahankannya dalam batas-batas yang dimaksud.
23
2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Freely Floating Exchange
Rate System)
Nilai tukar dalam sistem ini akan ditentukan oleh kekuatan pasar tanpa
intervensi dari pemerintah, dalam sistem ini, perusahaan-perusahaan
multinasional perlu mencurahkan sumber daya yang subtansial untuk
mengukur dan mengelola resiko valuta asing. Keunggulan sistem nilai
tukar mengambang bebas dari sudut pandang makro, berkenaan dengan
stabilitas global, sistem mengambang bebas lebih menguntungkan dari
pada sistem nilai tukar tetap.
Keuntungan dari sistem nilai tukar mengambang bebas adalah bahwa bank
sentral tidak diwajibkan untuk mempertahankan nilai tukar dalam batas-
batas tertentu. Karenanya bank sentral tidak dipaksa untuk menerapkan
suatu kebijakan intervensi yang mungkin memiliki dampak yang tidak
menguntungkan bagi ekonomi hanya untuk mengendalikan nilai tukar.
Disamping itu, pemerintah dapat mengimplementasikan kebijakan-
kebijakan tertentu tanpa harus mengkahawatirkan pengaruhnya atas
pergerakan nilai tukar . Jika nilai tukar tidak dibiarkan mengambang, para
investor akan menginvestasikan dana di negara-negara yang memiliki suku
bunga paling tinggi.
Bila pertumbuhan permintaan lebih cepat dari pertumbuhan penawaran,
maka mata uang negara tersebut akan semakin mahal (apresiasi). Bila
nilai tukarnya melemah atau mengalami depresiasi, maka artinya
pertumbuhan permintaan lebih lambat dari pertumbuhan penawaran.
24
3. Sistem Nilai Tukar Mengambang terkendali (Managed Float)
Sistem nilai tukar sejumlah valuta ini di antara sistem nilai tukar tetap dan
sistem nilai tukar mengambang bebas. Sistem tersebut menyerupai sistem
mengambang bebas karena nilai tukar dibiarkan berfluktuasi setiap hari
dan tidak ada batasan resmi. Tetapi, menyerupai sistem nilai tukar tetap
dalam hal pemerintah dapat dan kadang-kadang melakukan intervensi
untuk mencegah valuta mereka berfluktuasi terlalu tajam ke satu arah.
Tipe sistem ini dikenal dengan nama sistem mengambang terkendali. Pada
sistem mengambang terkendali, dimana nilai tukar dibiarkan berfluktuasi
tanpa batas-batas yang eksplisit, tetapi bank sentral bisa melakukan
intervensi untuk memengaruhi pergerakan nilai tukar.
G. Neraca Transaksi Berjalan dalam Sebuah Perekonomian Terbuka
Menurut Tambunan (2001) neraca transaksi berjalan (current account) merupakan
bagian dari neraca pembayaran yang berisi arus pembayaran jangka pendek
(mencatat transaksi ekspor impor barang dan jasa). Untuk ekspor barang-barang
dan jasa yang dicatat secara kredit dan impor barang-barang dan jasa dicatat
sebagai debit. Net invesment income, tingkat bunga dan dividen diperlakukan
sebagai jasa karena merepresentasikan pembayaran untuk penggunaan modal.
Net transfer (transfer unilateral) meliputi bantuan luar negeri, pemberian-
pemberian dan pembayaran lain antara pemerintah dan pihak swasta. Net transfer
bukan merupakan perdagangan barang dan jasa. Transaksi berjalan antara lain
merangkum aliran dana antara satu negara tertentu dengan seluruh negara lain
25
sebagai akibat dari pembelian barang-barang atau jasa atas asset financial atau
transfer unilateral.
Nopirin (1997) menyatakan bahwa neraca transaksi berjalan memiliki arti khusus.
Surplus transaksi yang sedang berjalan menunjukan bahwa ekspor lebih besar dari
pada impor, ini berarti bahwa suatu negara mengalami akumulasi kekayaan valuta
asing, sehingga mempunyai saldo positif dalam investasi luar negeri. Sebaliknya,
defisit dalam neraca transaksi berjalan berarti impor lebih besar dari pada ekspor,
sehingga terjadi pengurangan investasi duluar negeri. Neraca transaksi berjalan
dengan demikian sangat erat kaitannnya dengan penghasilan nasional, sebab
ekspor dan impor merupakan komponen penghasilan nasional. Persamaan dari
pendapatan nasional dapat dilihat sebagai berikut:
= + + ( − )……………… (2.6)
Dimana Y adalah pendapatan nasional, C untuk pengeluaran konsumsi, I adalah
untuk pengeluaran investasi (swasta), G adalah pengeluaran pemerintah, dan X-M
adalah neraca perdagangan neto. X-M positif berarti (C+I+G) <Y, artinya bahwa
suatu negara menghasilkan lebih banyak dari yang digunakan sehingga
kelebihannya dijual diluar negeri. X-M negatif berarti negara itu pengeluarannya
lebih besar dari pada pendapatan, selanjutnya ini merupakan penjelasan bahwa
nera transaksi berjalan sangat penting dalam Neraca Pembayaran Internasional.
Krugman (2005) menyatakan pada kenyataannya perdagangan luar negeri suatu
negara jarang seimbang. Selisih antara ekspor barang dan jasa (X) serta impor
barang dan jasa (M) disebut sebagai neraca transaksi berjalan (current account,
dengan simbol CA). Persamaannya dapat ditulis;
26
= − ………………… (2.7)
Berdasarkan persamaan diatas neraca transaksi berjalan sebagai catatan selisih
ekspor dan impor yang merupakan pendapatan nasional. Persamaan tersebut
menunjukan bahwa transaksi berjalan sama dengan selisih antara pendapatan
nasional (Y) dengan pengeluaran penduduk domestik (C + I + G), sehingga
persamaannya sebagai berikut;
− ( + + ) = ………………….(2.8)
Perekonomian tertutup mengasumsikan bahwa tabungan dan investasi harus
senantiasa sama S = I, namun dalam perekonomian terbuka tabungan dan
investasi bisa saja berbeda karena ada suatu perdagangan dengan negara lain.
Persamaan mengenai tabungan nasional S = Y – C – G dan transaksi berjalan
maka dapat membuat suatu persamaan;
− = ………………….(2.9)
Persamaan diatas menunjukan bahwa suatu perekonomian terbuka dapat
menabung baik dengan menumpuk cadangan modalnya atau dengan menciptakan
kekayaan luar negeri dengan investasi atau melalui pinjaman luar negeri.
H. Interest Rate Differential
Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh Bank Indonesia, Suku Bunga Bank
Indonesia merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia melalui rapat
dewan gubernur yang diadakan setiap bulan dan diimplementasikan pada operasi
27
moneter yang dilakukan melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk
mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
Kebijakan pemberian suku bunga yang tinggi dapat menimbulkan dampak negatif
pada kegiatan ekonomi. Tingkat suku bunga tinggi dapat menyebabkan cost of
money menjadi mahal. Hal demikian akan memperlemah daya saing ekspor
dipasar dunia sehingga dapat membuat dunia usaha tidak bergairah melakukan
investasi dalam negeri, produksi akan turun, dan pertumbuhan ekonomi menjadi
stagnan (Boediono, 2000).
Ketika Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuannya akan menyebabkan
terjadinya selisih antara suku bunga Indonesia dengan suku bunga negara lain.
Selisih suku bunga atau Interest Rate Differential (IRD) merupakan ukuran
perbedaan atau selisih tingkat bunga antara dua aset yang berbunga antar harga
mata uang dua negara. Paritas suku bunga merupakan teori yang paling dikenal
dalam keuangan internasional. Paritas suku bunga mendasarkan nilai kurs
berdasarkan tingkat bunga antar negara yang bersangkutan. Dalam negara dengan
sistem kurs valas bebas, tingkat bunga domestik, cenderung disamakan dengan
tingkat bunga luar negeri dengan memperhitungkan perkiraan laju depresiasi mata
uang negara yang bersangkutan terhadap negara lain.
Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan jumlah investasi
di suatu negara, baik yang berasal dari investor domestik maupun investor asing,
khususnya pada investasi portofolio yang umumnya berjangka pendek. Perubahan
tingkat suku bunga ini akan berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan
penawaran di pasar uang domestik. Apabila suatu negara menganut rezim devisa
bebas maka hal tersebut juga memungkinkan terjadinya peningkatan aliran modal
28
masuk (capital inflow) dari luar negeri. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
perubahan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang asing di pasar
valas. Dalam beberapa kasus, bahkan perubahan nilai tukar mata uang antar dua
negara dapat juga dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga yang terjadi di
negara ketiga. Secara teoritis akan terjadi korelasi yang signifikan antara
perbedaan tingkat suku bunga di dua negara dengan nilai tukar mata uangnya
terhadap mata uang negara lain.
I. Tinjauan Empiris
Tabel 2.1 Tinjauan Empiris
No. Judul dan Peneliti Variabel AlatAnalisis
Hasil Penelitian
1. Grisvia Agustin(2009)
Analisis ParitasDaya Beli PadaKurs Rupiahterhadap DollarAmerika SerikatPeriode September1997- Desember2007 denganMenggunakanError CorrectionModel
Nilai tukar, rasiotingkat harga,tingkat bunga,jumalah uangberedar,cadangandevisa, totalnilai impor, dantotal nilai ekspor
ErrorCorrection Model(ECM)
Hasil menunjukan terdapatkeperlakuan teori paritasdaya beli untuk kasus nilaitukar rupiah terhadap dollarterbukti.
Hasil ini menyatakan adanyahubungan negatif antaraperbedaan suku bunga dannilai tukar riil serta tidak adakaitan langsung antara sukubunga dan cadangan devisa.Selain itu terdapat hubungannegatif antara cadangandevisa dan nilai tukar riil.Sedangkan, variabel totalnilai ekspor memilikipengaruh yang tidaksignifikan terhadap nilaitukar.
29
No. Judul danPeneliti
Variabel AlatAnalisis
Hasil Penelitian
2. Kui-Wai Li,Douglas K TWong(2011)
The ExchangeRate and InterestRate DifferentialRelationship:Evidence fromTwo FinancialCrises
Nilai tukarriil daninterest ratedifferential
StructuralVector AutoRegression(SVAR)
Makalah ini meneliti kinerjahubungan kontemporer danantar-temporalantara tingkat suku bunga riildan nilai tukar riil di duabelas negara di duniadua periode krisis keuangan.Model SVAR digunakanuntuk mempelajari antarwaktu kedua variabel ini.Sembilan dari dua belasnegara memiliki perkiraannegatif
3. Yayang OktafianiPutri,Moh.Adenan,Siswoyo Hari S(2015)
HubunganKausalitas NilaiTukar DanNeraca TransaksiBerjalan DiIndonesia Periode2000.I-2014.IV
neracatransaksiberjalan , dannilai tukar
GrengerCausality
Hasil penelitian menyatakantidak terdapat hubungankausalitas antara nilai tukardan neraca berjalan, namunada hubungan searah neracaberjalan terhadap nilai tukar,dan tidak sebaliknya.
4. AlbertHasudungan(2006)
HubunganDinamis InterestRate Differential,Real ExchangeRate, danCadangan Devisadi Indonesiatahun 1995 –2005
Interest RateDifferential, realexchange rate,cadangan devisa
VECM(VectorErrorCorrectionModel)
Hasil penelitian menyatakanadanya hubungan negatifantara perbedaan sukubungan dan nilai tukar riilserta tidak ada kaitanlangsung antara suku bungadan cadangan devisa. Selainitu terdapat hubungan negatifantara cadangan devisa dannilai tukar riil
30
No. Judul danPeneliti
Variabel AlatAnalisis
Hasil Penelitian
5. MuhammadWahyuFirmansyah danNila FirdausiNuzulu(2017)
Pengaruh RasioInflasi dan SukuBunga IndonesiaRelatif terhadapAmerika Serikatpada Nilai TukarRupiah(ImplementasiPurchasingPower Parity danInternationalFisher Effect)
Nilai Tukar,Inflasi dan SukuBunga
AnalisisRegresiLinierBerganda
Rasio inflasi Indonesiarelative terhadap AmerikaSerikat dan rasio suku bungaindonesia relatif terhadapAmerika Serikat berpengaruhsecara simultan terhadapnilai tukar. Rasio inflasiIndonesia berpengaruhpositif signifikan terhadapnilai tukar.
6. Mubeen Mujahid,MuhammadAbdullah Zuberi,MuhammadShazib
PurchasingPower Parity:Implication withrespect toPakistan andUSA
Indeks HargaNegara AsalIndeks HargaNegara Asing,dan nilai tukar
OLS; Hasil penelitian ini menyatakantemuan bahwa nilai tukar (rupeePakistan per dolar) meningkatdengan kenaikan indeks hargadomestik, berarti mata uangdomestik akan terdepresiasiterhadap mata uang asing.Temuan ini diambil berdasarkankoefisien beta yang diperolehdari analisis regresi. Hasilpenelitian menunjukkan bahwaPPP memegang sampai batastertentu yang menunjukkanbahwa diferensial inflasimemiliki dampak yang cukupbesar terhadap pergerakan nilaitukar tetapi itu bukan satu-satunya faktor.
J. Kerangka Permikiran
Dalam penelitian ini variabel – variabel yang digunakan yaitu nilai tukar,selisih
inflasi, current account, dan interest rate differential. yang diduga memengaruhi
nilai tukar. Volatilitas pada nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh kebijakan suku
31
bunga. Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan jumlah
investasi di suatu negara, baik yang berasal dari investor domestik maupun
investor asing, khususnya pada investasi portofolio yang umumnya berjangka
pendek. Perubahan tingkat suku bunga ini akan berpengaruh pada perubahan
jumlah permintaan dan penawaran di pasar uang domestik (Safitri, 2014).
Selain itu, kenaikan suku bunga (BI Rate) akan mendorong kenaikan selisih antara
suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri yang mendorong investor
asing untuk menanamkan modal ke dalam instrumen-instrumen keuangan di
Indonesia seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) karena mereka akan
mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk ini
berdampak pada peningkatan cadangan internasional, yang selanjutnya dapat
memperbaiki kinerja neraca pembayaran yang dibarengi dengan terapresiasinya
nilai tukar uang domestik.
Sedangkan hubungan antara nilai tukar dengan inflasi di dasarkan pada teori
paritas daya beli, dimana teori ini menyatakan bahwa nilai tukar antara dua negara
seharusnya sama dengan rasio dari tingkat inflasi di kedua negara tersebut
sehingga sehingga jatuhnya daya beli domestik pada suatu mata uang
(meningkatnya tingkat harga domestik atau meningkatnya inflasi) akan diikuti
oleh depresiasi pada mata uang negara tersebut di pasar uang luar negeri.
Terjadinya depresiasi nilai tukar ini mengambarkan kenaikan nilai rupiah secara
nominal. Selain melihat pengaruh rasio inflasi dan nilai tukar dalam jangka
panjang, rasio inflasi atau tingkat harga juga sangat fluktuatif. Tingkat harga
terhadap nilai tukar berlangsung cukup cepat atau tingkat harga cenderung bersifat
fleksibel sehingga diduga terdapat pula pengaruh inflasi terhadap nilai tukar
32
dalam jangka pendek. Antara nilai tukar dan selisih inflasi memiliki hubungan
searah atau positif sesuai dengan teori paritas daya beli.
Selanjutnya, pengaruh dari current account dapat digambarkan melalui fenomena
kurca-J, dimana current account sangat erat kaitannya dengan nilai tukar riil,
hubungan antara nilai tukar riil dengan menggunakan kurva J. Kurva J adalah
kurva yang menggambarkan hubungan antara nilai tukar riil dengan neraca
perdagangan dalam jangka waktu pendek dan panjang. Pada kurva J dinyatakan
asumsi bahwa depresiasi nilai tukar akan memperbaiki kondisi neraca
perdagangan suatu negara pada jangka panjang. Ketika kondisi neraca
perdagangan membaik, maka akan berdampak juga bagi neraca berjalan (current
account), yang artinya hal ini akan terjadi jika ekspor lebih tinggi dari pada impor.
Namun pada jangka pendek, ketika depresiasi nilai tukar belum mampu
memperbaiki kinerja neraca perdagangan maka current account tetap dalam
kondisi defisit yang artinya, ekspor lebih kecil dari pada impor. Ketika impor
lebih besar dari pada ekspor maka permintaan akan uang asing terus meningkat
yang pada akhirnya melemahkan nilai tukar rupiah. Maka sebaliknya, dapat
simpulkan dalam jangka pendek ketika current account surplus maka nilai tukar
akan mengalami apresiasi. Hubungan antara variabel- variabel tersebut dapat
digambarkan seperti dibawah ini;
Gambar 2.6 Kerangka pemikiran
(+)Selisih Inflasi
Capital Inflow
Current Account
Interest Rate Differential
Nilai Tukar(-)
(-)
33
Keterangan:
(+) : Variabel independen berpengaruh positif terhadap variabel
dependen
(-) : Variabel independen berpengaruh negative terhadap variabel
dependen
( ) : Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
K. Hipotesis Penelitian
1. Diduga variabel selisih inflasi memiliki keseimbangan jangka panjang dan
berpengaruh positif dalam jangka pendek terhadap nilai tukar ($/Rp).
2. Diduga variabel current account berpengaruh negatif terhadap nilai tukar
($/Rp) pada jangka pendek
3. Diduga variabel interest rate differential berpengaruh negatif terhadap nilai
tukar ($/Rp) pada jangka pendek
4. Diduga variabel selisih inflasi, current account, dan interest rate differential
secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai tukar ($/Rp)
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah
penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta
hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan
dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan atau hipotesis yang
berkaitan dengan fenomena alam.
Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang
artinya, data bukan hasil olahan atau diperoleh langsung dari sumber tententu.
Data selisih inflasi current account interest rate differential dan nilai tukar
bersifat runtun waktu (time series) dengan data quartal pada 2005:Q1 sampai
dengan 2017:Q4
B. Sumber Data
Dalam memperoleh data untuk masing-masing variabel adalah dari sumber
data yang digunakan yaitu situs resmi Bank Indonesia. Untuk mencari studi
pustaka maka peneliti melakukan pengumpulan literatur berupa
kumpulan materi kuliah, jurnal, artikel dan buku-buku yang relevan untuk
dijadikan sebagai sumber penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nilai tukar, neraca berjalan (current account), selisih
35
inflasi dan interest rate diffrential. Data yang digunakan sebagai berikut:
1. Data nilai tukar (kurs) yaitu kurs riil, merupakan data yang diolah dari
data kurs nominal, Indeks Harga Konsumen Indonesia dan Indeks Harga
Konsumen Amerika Serikat. Sumber data : situs resmi Bank Indonesia
www.bi.go.id berupa data bulanan dari tahun 2005 – 2017.
2. Data neraca berjalan (Current Account) yang berupa data quartalan dari
2005:Q1 sampai 2017:4. Sumber data : situs resmi Bank Indonesia
www.bi.go.id
3. Data selisih inflasi menggunakan data tingkat inflasi Indonesia dan
tingkat inflasi Amerika Serikat dari 2005:Q1 sampai 2017:4. Sumber data
: situs resmi Bank Indonesia www.bi.go.id
4. Data interest rate differential menggunakan data dari selisih suku bunga
acuan Indonesia (BI Rate) dan data suku bunga Amerika Serikat (The Fed
fund rate) Sumber data : situs resmi Bank Indonesia ww.bi.go.id dan
Federal Reserve dari tahun 2005 sampai 2017.
Adapun ringkasan tentang data terangkum dalam tabel 4.1.
Tabel 3.1 Ringkasan Variabel yang DigunakanNo Nama Variabel Simbol Sumber
1. Nilai tukar riil RER Bank Indonesia
2. Current Account CA Bank Indonesia
3. Selisih Inflasi SI Bank Indonesia
4. Interest Rate Differential IRD Bank Indonesia dan FederalReserve
C. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mempersempit paparan penelitian ini
berdasarkan definisi operasional variabel sebagai berikut:
1. Nilai.Tukar
Nilai tukar riil menyatakan tingkat, dimana pelaku ekonomi dapat
36
memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang
dari negara lain. Nilai tukar riil di antara kedua mata uang kedua negara
dihitung dari nilai tukar nominal dikalikan dengan rasio tingkat harga di
kedua negara tersebut. Hubungan nilai tukar riil dengan nilai tukar nominal
itu, dapat diformulasikan sebagai berikut, dimana:
= × ..(3.1)
2. Current Account
Transaksi berjalan adalah bagian dari perkiraan neraca pembayaran yang
mencatat pembayaran dan penerimaan yang ditimbulkan dari perdagangan
barang dan jasa. Neraca berjalan, merupakan taksiran internasional
terhadap pertukaran barang dan jasa sebuah negara. Saldo pertukaran
tersebut (balance of trade) merupakan perbedaaan antara jumlah
ekspor dan jumlah impor barang dan jasa. Data neraca transaksi
berjalan juga didapat dari Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia ( SEKI)
selama periode 2005:Q1 – 2017:Q4.
3. Selisih Inflasi
Selisih inflasi merupakan selisih dari tingkat inflasi Indonesia dengan
tingkat inflasi Amerika Serikat. Pemilihan tingkat harga dalam penelitian
ini direpresentasikan dengan tingkat inflasi yang memilki satuan
persentase. Data inflasi Indonesia dan inflasi Amerika Serikat didapatkan
dari Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia ( SEKI) selama periode
2005:Q1 – 2017:Q4.
37
4. Interest Rate Differential
Interest Rate Differential merupakan selisisih suku bunga Indonesia dan
suku bunga luar negeri. Pemilihan suku bunga luar negeri adalah suku
bunga Amerika Serikat, dalam hal ini The Fed rate karena suku bunga
negara tersebut merupakan suku bunga acuan bagi negara di dunia dan
negara ini dipandang sering mengadakan kerja sama ekonomi dengan
Indonesia. Data suku bunga The Fed diperoleh dari Federal Reserve dan
BI rate diperoleh dari situ resmi bank Indonesia
D. Metode Analisis
Dalam penelitian ini, untuk menjawab permasalahan maka metode yang
digunakan pada data time series adalah model koreksi kesalahan atau ECM
(Error Correction Model) dengan syarat utama bahwa data tidak stationer di
tingkat level, dan variabel terkointegrasi. Model ECM ini digunakan untuk
melakukan koreksi keseimbangan jangka pendek menuju jangka panjang.
Sedangkan jangka panjang menggunakan model OLS untuk menjawab
permasalahn apakah terdapat keseimbangan jangka panjang antara variabel
rasio nilai tukar dan nilai tukar. Untuk melakukan regresi dengan OLS, maka
data harus stationer pada ordo yang sama yaitu pada level.
Regresi yang menggunakan data time series sering tidak stationer pada level,
jika tidak stationer pada level kemungkinan besar akan menghasilkan regresi
lancung (spurious regression). Regresi lancung terjadi jika koefisien
determinasi cukup tinggi tapi hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen tidak mempunyai makna. Hal ini terjadi karena hubungan
38
keduanya yang merupakan data time series hanya menunjukan tren saja
(Widarjono, 2013). Untuk itu perlu dilakukan koreksi kesalahan dengan Error
Correction Model (ECM) dengan menggunakan uji kointegrasi Enggle
Granger untuk variabel lain yang memengaruhi nilai tukar dalam jangka
pendek. Selain selisih inflasi, variabel yang digunakan dalam jangka pendek
yaitu, interest rate differential dan current account . Pengolahan data agar
dapat terbentuknya persamaan regresi dalam penelitian ini menggunakan
perangkat lunak (software) yaitu Eviews-10.
E. Model Penelitian
Pada penelitian model yang digunakan adalah dalam bentuk semilog, karena
ada variabel yang tidak dapat digunakan dalam bentuk logaritma. Model dari
persamaan jangka panjang yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:
ln = β + β SI + …………….………..(3.2)
Dimana SI atau selisih inflasi adalah selisih antara inflasi Indonesia dan inflasi
Amerika Serikat, ln RER adalah hasil logaritma natural dari variabel nilai
tukar riil. Selanjutnya, setelah menguji persamaan jangka panjang, maka
dilakukan pengujian terhadap variabel lain yang memengaruhi nilai tukar
dalam jangka pendek. Persamaan yang akan terbentuk dengan menggunakan
metode ECM sebagai berikut:
= − + − + + …………(3.3)
Dimana,
Ln RER : Logaritma natural dari nilai tukar
39
D : Perubahan
CA : Current Account
SI : Selisih Inflasi
IRD : Interest Rate Diffrential
ECT : Variabel gangguan (Error Correction Term)
et : Variabel gangguan
F. Prosedur Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif
kuantitatif dengan menggunakan teori-teori dan data-data yang berhubungan
dengan penelitian. Analisis data digunakan untuk menyederhanakan data
yang telah diperoleh kedalam bentuk yang lebih mudah di baca dan di
interpretasikan. Analisis data menggunakan software Microsoft Excel 2007
dan kemudian di estimasi menggunakan E-views 10. Hal ini dilakukan agar
hasil yang diperoleh lebih dapat terlihat perbedaan pengaruh antara masing-
masing variabel. Adapun tahapan analisis data sebagai berikut;
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas akar unit (Unit Root Test) merupakan uji yang pertama
harus dilakukan sebelum melakukan analisis regresi dari data yang dipakai.
Tujuan uji stasioneritas adalah untuk melihat apakah rata-rata varians data
konstan sepanjang waktu dan kovarian antara dua atau lebih data runtun
waktu hanya tergantung pada kelambanan antara dua atau lebih periode
waktu tersebut. Pada umumnya data time-series sering kali tidak stasioner.
40
Jika hal ini terjadi, maka kondisi stasioner dapat tercapai dengan
melakukan diferensiasi satu kali atau lebih. Terdapat beberapa metode
pengujian unit root, diantaranya yang sering digunakan adalah Dickey-
Fuller dan Phillips-Perron unit root test.
Prosedur uji unit root adalah:
1. Dalam uji unit root yang pertama dilakukan adalah menguji masing-
masing variabel yang kita gunakan untuk penelitian dari setiap level
series.
2. Jika semua variabel adalah stasioner, maka estimasi terhadap model
yang digunakan adalah regresi Ordinary Least Square (OLS).
3. Dan jika seluruh data dinyatakan tidak stasioner, maka langkah
selanjutnya adalah menentukan first difference dari masing-masing
variabel tersebut dan kemudian melakukan uji unit root kembali
terhadap first difference dari series.
4. Jika pada tingkat first difference dinyatakan telah stasioner, maka
estimasi terhadap model tersebut dapat menggunakan metode
kointegrasi.
Jika hasil uji menolak hipotesis yang menyatakan adanya unit root pada
semua variabel, berarti semua variabel adalah stasioner, sehingga estimasi
yang digunakan adalah OLS. Namun, jika hasil uji menerima hipotesis
tersebut, yang berarti bahwa terdapat unit root pada tiap variabel atau data
tersebut tidak stasioner, maka estimasi yang digunakan adalah metode
kointegrasi. Jika Augmented Dickey Fuller test statistic lebih kecil dari
41
nilai kritis MacKinnon maka Ho ditolak dan Ha diterima atau dengan kata
lain data sudah stasioner. Sebaliknya, jika Augmented Dickey Fuller test
statistic lebih besar dari nilai kritis MacKinnon maka Ho diterima dan Ha
ditolak atau dengan kata lain data mengandung unit root (data tidak
stasioner).
2. Uji Kointegrasi (Keseimbangan Jangka Panjang)
Uji ini dilakukan setelah uji stasioneritas dan telah berintegrasi pada derajat
yang sama. Uji kointegrasi dilakukan dengan cara menguji stasioneritas
dari residual, jika ternyata residual tidak mangandung akar unit atau data
stasioner I(0) maka variabel-variabel didalam model terkointegrasi. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya keseimbangan jangka
panjang antar variabel-variabel yg diamati.
Konsep kointegrasi pada dasarnya adalah untuk mengetahui equilibrium
jangka panjang di antra variabel-variabel yang di observasi. Kadangkala
dua variabel yang masing-masing tidak stasioner atau mengikuti pola
random walk mempunyai kombinasi linier diantara keduanya yang bersifat
stasionary. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut
saling terintegrasi atau ber-cointegrated. Namun jika hasil pengujian unit
root menunjukkan bahwa tidak semua variabel nonstasiner, maka teknik
kointegrasi tidak dapat dilakukan karena kointegrasi mensyaratkan seluruh
variabel harus terintegrasi pada orde yang sama (Widarjono, 2008). Seperti
yang sudah dikemukakan diatas, konsep kointegrasi adalah untuk
mengetahui ekuilibrium jangka panjang dari variabel-variabel yang
42
diobservasi. Suatu ciri khusus dari variabel-variabel yang terkointegrasi
adalah jalur waktu nya dipengaruhi oleh deviasi dari equilibrium jangka
panjang. Jangka pendek dari variabel-variabelnya harus menanggapi
besaran dari ketidakseimbangan jangka panjangnya. Hal ini berarti
pergerakan dalam jangka pendek harus dipengaruhi oleh deviasi dari
hubungan jangka panjangnya.
Dalam penelitian ini uji kointegrasi menggunakan uji Engle-Granger
dengan diawali melakukan regresi persamaan antara variabel nilai tukar dan
selisih inflasi, kemudian mendapatkan residualnya. Dari residual ini
kemudian kita uji dengan uji stasionary Augmented Dickey Fuller (ADF
test) Kemudian dari hasil estimasi nilai statistik Augmented Dickey Fuller
dibandingkan dengan nilai kritisnya. Nilai statistik Augmented Dickey
Fuller diperoleh dari koefisien β1. Jika nilai statistiknya lebih besar dari
nilai kritisnya maka variabel-variabel yang diamati saling berkointegrasi
atau mempunyai hubungan jangka panjang dan sebaliknya jika nilai
statistiknya lebih kecil dari nilai kritisnya maka variabel yang diamati tidak
terkointegras, (Widarjono, 2007).
3. Uji Koreksi Kesalahan Jangka Pendek (ECM)
Setelah melakukan uji kointegrasi dan hasil yang ditunjukan oleh model
menerangkan bahwa data memilki hubungan keseimbangan jangka
panjang. Bagaimana dengan jangka pendeknya, sangat mungkin terjadi
atau keduanya tidak mencapai keseimbangan. Teknik untuk mengoreksi
ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang
43
disebut dengan Error Correction Model (ECM), yang dikenalkan oleh
Sargan dan dipopulerkan oleh Engle-Grenger. Model ECM pada
umumnya merupakan suatu konsep model ekonometris yang bertujuan
untuk menyeimbangkan kondisi jangka pendek dengan konsdisi
keseimbangan jangka panjang melalui suatu proses penyesuaian.
Enggle dan Grenger mengemukakan bahwa apabila diantara sejumlah
peubah terdapat kointegrasi, maka diperoleh kondisi yang disebut error
correction representation yang mengindikasikan bahwa perubahan yang
terjadi terhadap variabel terikat tidak hanya dipengaruhi oleh variabel
bebas tetapi juga dipengaruhi oleh keseimbangan dari hubungan
kointegrasi. Ketidakseimbangan dari hubungan kointegrasi ini ditunjukan
oleh error correction term. Selain itu, dalam ekonometrika ECM berguna
untuk mengatasi masalah data time series yang tidak stationer dan masalah
spurious regression.
G. Uji Asumsi Klasik
1. .Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan salah satu penyimpangan terhadap asumsi
kesamaan varians (homoskedastisitas) yang tidak konstan, yaitu varians
error bernilai sama untuk setiap kombinasi tetap dari X1, X2, …, Xp. Jika
asumsi ini tidak dipenuhi maka dugaan OLS tidak lagi bersifat BLUE (Best
Linear Unbiased Estimator).
44
Dimana, untuk uji asumsi heteroskedastisitas dalam penelitian ini
menggunakan Metode White. Hal White mengembangkan sebuah metode
yang tidak memerlukan asumsi tentang adanya normalitas pada variabel
gangguan.
Langkah uji White sebagai berikut :
1. Estimasi persamaan dan dapatkan residualnya
2. Lakukan regresi pada persamaan berikut yang disebut regresi auxiliary,
regresi auxiliary adalah regresi setiap variabel independen X dengan sisa
variabel independen X yang lain. Regresi auxiliary dilakukan dengan
dua cara, yaitu :
a. Regresi auxiliary tanpa perkalian antar variabel independen
b. Regresi auxiliary dengan perkalian antar variabel independen
3. Hipotesis nol dalam uji ini adalah tidak ada heteroskedastisitas. Uji
White didasarkan pada jumlah sampel (n) dikalikan dengan R2 yang
akan mengikuti distribusi chi-squares dengan degree of freedom
sebanyak variabel independen tidak termasuk konstanta dalam regresi
auxiliary Kriteria pengujiannya adalah:
a. H0 ditolak dan Ha diterima, jika nilai (n x R2) > nilai Chi-kuadrat
b. H0 diterima dan Ha ditolak, jika nilai (n x R2) < nilai Chi-kuadrat
2. Uji Asumsi Multikolinieritas
Uji asumsi multikolinieritas adalah untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan problem multikolinieritas. Adanya
multikolinieritas masih menghasilkan estimator yang BLUE, tetapi
45
menyebabkan suatu model mempunyai varian yang besar. Menurut
Widarjono (2007), dampak adanya multikolinieritas di dalam model regresi
jika menggunakan teknik estimasi dengan metode kuadrat terkecil (OLS)
tetapi masih mempertahankan asumsi lain adalah sebagai berikut :
a. Estimator masih bersifat BLUE dengan adanya multikolinieritas namun
estimator mempunyai varian dan kovarian yang besar sehingga sulit
mendapatkan estimasi yang tepat.
b. Adanya varian dan kovarian yang besar sehingga sulit mendapatkan
estimasi yang tepat maka interval estimasi cenderung lebih lebar dan
nilai hitung uji-t akan kecil sehingga membuat variabel independen
secara statistik tidak signifikan mempengaruhi variabel independen.
c. Meskipun secara individu variabel independen tidak terpengaruh
terhadap variabel dependen melalui uji statistik t, namun nilai koefesien
determinasi (R2) masih bisa relatif tinggi.
Dimana deteksi adanya multikolinieritas dalam penelitian ini adalah dengan
melihat nilai Varians Inflation Factor (VIF) dari suatu persamaan. Jika
dalam penelitian memiliki sejumlah k variabel independen tidak termasuk
konstanta di dalam sebuah model, maka varian dari koefisien regresi parsial
dapat ditulis sebagai berikut:= …………………………(3.4)
Dimana,
VIF : Varians Inflation Factor
R2 : R-Squared
46
Sebagai aturan main (rule of thumb) jika nilai VIF melebihi angka 10 maka
dikatakan ada multikolinieritas (terjadi hubungan yang linier). Namun jika
model dalam penelitian mengandung multikolinieritas yang serius yakni
korelasi yang tinggi antar variabel independen, maka ada dua pilihan yaitu
dengan membiarkan model tetap mengandung multikolinieritas atau dengan
memperbaiki model tersebut agar terbebas dari masalah multikolinieritas,
yaitu dengan cara menghilangkan variabel independen, transformasi
variabel, atau dengan penambahan data (Widarjono, 2009). Adapun
kriteria pengujiannya adalah ;
H0 : VIF > 10, terdapat multikolinearitas antar variabel independen
Ha : VIF < 10, tidak ada multikolinearitas antar variabel independen
3. Uji Asumsi Autokorelasi
Tidak adanya korelasi antara antar variabel gangguan satu observasi dengan
observasi lain dikenal dengan istilah autokorelasi yang tidak sesuai dengan
uji asumsi klasik. Konsekuensi dari masalah ini adalah dimana estimator
dari metode OLS masih linear, tidak bias tetapi tidak mempunyai varian
yang minimum
Langkah yang dilakukan untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam
penelitian ini menggunakan Metode Breusch-Godfrey. Breusch dan
Godfrey mengembangkan uji autokorelasi yang lebih umum dan dikenal
dengan uji Langrange Multiplier (LM). Langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
47
a. Estimasi persamaan regresi dengan metode OLS dan dapatkan
residualnya.
b. Melakukan regresi residual et dengan variabel bebas Xt (jika ada lebih
dari satu variabel bebas maka harus memasukkan semua veriabel bebas)
dan lag dari residual et-1, et-2,...et-p. Kemudian dapatkan R2 dari regresi
persamaan tersebut.
c. Jika sampel besar, maka model dalam persamaan akan mengikuti
distribusi chi squares dengan df sebanyak p.
Jika (n – p) R2 yang merupakan chi squares (χ2) hitung lebih besar dari
nilai kritis chi squares (χ2) pada derajat kepercayaan tertentu (α),
ditolak hipotesis (H0). Ini menunjukkan adanya masalah autokorelasi
dalam model. Sebaliknya jika chi squares hitung lebih kecil dari nilai
kritisnya maka diterima hipotesis nol. Artinya model tidak
mengandung unsur autokorelasi karena semua p sama dengan nol.
H0 : Obs*R square ( χ2 -hitung ) > Chi-square (χ2–tabel), Model
mengalami masalah autokolerasi.
Ha : Obs*R square ( χ2 -hitung ) < Chi-square (χ2–tabel), Model
terbebas dari masalah autokolerasi.
H. Uji Hipotesis
1. Uji t (Secara Parsial)
Uji t-stat dilakukan untuk mengetahui signifikansi masing-masing variabel
bebas dalam memengaruhi variabel terikat. Dalam uji ini, suatu koefisien
disebut signifikan jika t-stat berada pada daerah kritis yang dibatasi oleh
48
nilai t-tabel sesuai dengan tingkat signifikansi tertentu. Tahap yang
dilakukan dalam uji t adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Ho dan Ha,
Jika hipotesis positif maka:
Ho : βi = 0, artinya variabel dependen berpengaruh negatif terhadap
variabel dependen
Ha : βi > 0, artinya variabel independen berpengaruh positif terhadap
variabel dependen
Jika hipotesis negatif maka:
Ho : βi = 0, artinya variabel independen berpengaruh positif terhadap
variabel dependen
Ha : βi < 0, artinya variabel dependen berpengaruh negatif terhadap
variabel dependen
2. Menentukan tingkat keyakinan dan daerah kritis (Df = n-k-1)
3. Menentukan nilai t-tabel kemudian membandingkan nilai t tabel dan
nilai statistik.
Adapun kriteria dalam uji t yaitu,;
Ho diterima jika t-hitung < t-tabel, artinya variabel bebas secara
parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
Ho ditolak jika t-hitung > t-tabel, artinya variabel bebas secara parsial
berpengaruh terhadap variabel terikat.
2. Uji F
Untuk mengevaluasi pengaruh semua variabel independen terhadap
variabel dependen digunakan uji F. Pada penelitian ini dalam
49
melakukan uji F peneliti menggunakan tingkat kepercayaan 95%
dengan derajat kebebasan df 1 = (k-1) dan df 2 = (n-k), adapun
langkah-langkah dalam uji F ini yaitu (Widarjono, 2007):
1. Membuat hipotesis sebagai berikut:
Ho : β1 = β 2= ….= βk = 0
Ha : β1 ≠ β2 ≠ …. ≠ βk = 0
Dalam paenelitian ini hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
Ho : β1 = β 2= ….= βk = 0 , artinya keseluruhan variabel
independen secara simultan tidak memiliki pengaruh terhadap
variabel dependen.
Ha : β1 ≠ β2 ≠ …. ≠ βk = 0, artinya paling tidak salah satu variabel
memiliki pengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.
2. Mencari nilai F hitung dan nilai F kritis pada tabel distribusi F. Nilai
F kritis berdasarkan besarnya α dan df dimana besarnya ditentukan
oleh numerator (k-1) dan df untuk denominator (n-k).
3. Keputusan menolak atau menerima H0 sebagai berikut:
a. Jika F hitung > F kritis, maka H0 ditolak
b. Jika F hitung < F kritis, maka H0 diterima
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut;
1. Variabel selisih inflasi memiliki keseimbangan jangka panjang dan
berpengaruh positif signifikan dalam jangka pendek terhadap nilai tukar
dolar per rupiah.
2. Variabel current account berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai
tukar dolar per rupiah pada jangka pendek.
3. Variabel interest rate differential berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap nilai tukar dolar per rupiah pada jangka pendek.
4. Pengujian secara bersama-sama (Uji F) menyatakan bahwa variabel
variabel selisih inflasi, current account, dan interest rate differential
secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai tukar dolar per rupiah.
B. Saran
1. Bagi Bank Indonesia selaku bank sentral Republik Indonesia, diharapkan
terus berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan dalam meningkatkan
tingkat suku bunga dengan tetap memperhatikan laju inflasi. Hal ini
bertujuan untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan kestabilan
69
neraca berjalan (current account) mapun neraca pembayaran Indonesia
demi mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Selain itu,
masyarakat maupun swasta juga dapat turut serta dalam menjaga
kestabilan nilai tukar rupiah dengan mengurangi impor barang modal dan
menggunakan produk-produk dalam negeri.
2. Sebagai perbandingan untuk peneliti selanjutnya disarankan dapat
menggunakan alat analisis lainnya dengan menggunakan variabel lain
ataupun metode penelitian lainnya, seperti Vector Auto Regression (VAR)
atau Vector Error Correction Model (VECM) untuk mengetahui
keterkaitan variabel-variabel makro ekonomi yang mewakili faktor
ekonomi lainnya, dan variabel-variabel pasar modal yang mewakili faktor
finansial dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Grisvia, “Analisis Paritas Daya Beli Pada Kurs Rupiah terhadap DollarAmerika Serikat Periode September 1997 – Desember 2007 denganMenggunakan Metode Error Correction Model”. Jurnal Ekonomi StudiPembangunan. Vol. 1 No. 1 2009
Boediono, (2000). Ekonomi Internasional. BFFE. Yogyakarta
Dominick, Salvatore. 2004. Ekonomi Internasional, Edisi 9. Jakarta: SalembaEmpat
Edwards, Sebastian. 2000. Capital Flows, Real Exchange Rate, Capital ControlsSome Latin American Experience. Univercity of Chicago.
Enggar, Permana. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga BI rate, Jumlah Uang Beredar(JUB), dan Nilai Tukar Rupiah Dolar AS Terhadap Laju Inflasi diIndonesia (Tahun 2008–2012)”. Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan -
Fakultas Ekonomi UM, 2014
Gujarati, N. Domanar dan Porter, C. Dawn. 2005. Dasar-dasar ekonometrika.Salemba Empat, Jakarta
Kappel, Rolf. 2003. Openness, Institutions and Policies: Determinants ofGlobalization and Economic Growth in Developing Countries.The Pakistan Development Review. Part I 2003 pp. 395-416
Krugman R. Paul dan Obstfeld Maurice. 2005. Ekonomi Interasional Teori danKebijakan Jilid 2. Rajawali Pers, Jakarta [penerjemah: Dr. Faisal HBasri,SE. M.Sc]
Li, Kui-Wai dan Douglas K T Wong. “The Exchange Rate and Interest RateDifferential Relationship: Evidence fromTwo Financial Crises”. WorkingPaper. 2011018, Department of Economics and FinanceCity University ofHong Kong. Desember 2011
Machfudin, Asep. “Analisis Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Nilai TukarRupiah”. Jurnal Dinamika Manajemen. Vol. 1. No. 3. September 2013
Madura, Jeff. 2009. Manajemen Keuangan Internasional, alih bahasa oleh EmilSalim Jilid 1Edisi Empat. Jakarta: Erlangga
Mankiw, N Gregory. 2007. Teori Ekonomi Makro. Edisi Keempat. Erlangga.Jakarta
Mishkin, Federic S. 2011. Ekonomi, Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan.Jakarta : Salemba Empat.
Mujahid, Mubeen, Muhammad Abdullah Zuberi, Muhammad Shazib.“Purchasing Power Parity: Implication with respect to Pakistan and USA”.Research Journal of Finance and Accounting. Vol.5, No.17, 2014.
Nopeline, Nancy. 2009. Pengaruh Nilai Tukar Riil Terhadap Neraca PerdaganganBilateral Indonesia (Marshall-Lerner Condition dan PenomenaJ-Curve). Medan: Tesis Universitas Sumatera Utara
Nopirin, 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Neraca Pembayaran Indonesia 1980-1996: Suatu Pendekatan Keynes dan Monetarist. Majalah Kelola FEUGM.
Oktafiani, Yayang Putri, Moh.Adenan, Siswoyo Hari S .2015. “HubunganKausalitas Nilai Tukar Dan Neraca Transaksi Berjalan Di IndonesiaPeriode 2000.I-2014.IV” Karya Ilmiah Civitas Akademika Program StudiEkonomi Pembangunan. 2015
Tambunan, Tulus. Perdagangan Internasional Dan Neraca Pembayaran,LP3ES, PT Pustaka LP3ES Indonesia anggota IKAPI, Jakarta. 2011
Samuelson, dkk, 2003. “Ilmu Makro Ekonomi”, Jakarta:PT Media GlobalEdukasi
Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Usul dan Laporan Skripsi. BandarLampung:Universitas Lampung.
Wahyu Firmansyah, Muhammad. Dan Nila Firdausi Nuzuli. “Pengaruh RasioInflasi dan Suku Bunga Indonesia Relatif terhadap Amerika Serikat padaNilai Tukar Rupiah (Implementasi Purchasing Power Parity dan FisherEffect”. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol.47. No. 2 Juni 2017
Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika: Pengantar dan aplikasinya. Edisi 4.Yogyakarta: UPP STIM YPKN
www.bi.go.id
top related