eliminasi malaria
Post on 18-Jan-2016
245 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
103 jt terdapat di 6 negara Afrika ( Nigeria, Democratic Republic of Congo, United Republic of Tanzania, Uganda, Mozambique dan Cote dÍvoire.
24 juta estimasi terjadi di India , Indonesia dan Myanmar
LATAR BELAKANG• Komitmen global dalam World Health Assembly
(WHA) ke 60 tahun 2007, tentang eliminasi malaria bagi setiap negara.
• Peringatan Hari Malaria Sedunia I, 25 April 2008 :Presiden RI menginstruksikan untuk terus meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap malaria.
• Malaria merupakan tujuan MDGs ke-6, indikator dalam RPJMN – Renstra Kemkes – Inpres 3
• HMS tahun 2012 : Wapres menyatakan bahwa upaya eliminasi malaria harus bersifat gerakan, konsisten & sasaran yang jelas dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat.
Landasan Hukum Kepmenkes 293/Menkes/SK/IV/2009 tentang
Eliminasi Malaria di Indonesia. Kepmenkes 131/Menkes/SK/III/2012 tentang
Forum Nasional Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria).
Eliminasi malaria adalah
suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat dalam satu wilayah geografis tertentu, dan bukan berarti tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada vektor malaria di wilayah tersebut, sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali.
Indikator
Kabupaten / Kota ”tidak ada riwayat endemis malaria” dalam 5 tahun terakhir.
Tidak ada kasus indigenous selama lebih dari 5 tahun terakhir berturut - turut.
Tersedianya rumah sakit rujukan yang mempunyai sumber daya untuk melakukan diagnosis dan tatalaksana malaria.
Adanya sistem pencatatan dan pelaporan yang baik di Dinas Kesehatan.
I. Instrumen:1. Situasi umum2. Gambaran kasus malaria3. Rekapitulasi kasus malaria dlm 3 tahun terakhir4. Kejadian luar biasa (KLB) malaria5. Jenis vektor & tempat perindukan6. Instrumen Pengetahuan Sikap & Perilaku Penduduk 7. Sumber daya8. Upaya pengendalian malaria pada tahapan
eliminasi & pemberantasan
II. Kajian analisisIII. Kesimpulan dan saran
INSTRUMEN PENGUKURAN
Indikator penilaian
IndikatorTahapan Eliminasi
Pemberantasan
Pre-Eliminas
i
Eliminasi
Pemeliharaan
SPR > 5 % < 5 % < 1 %
API < 1 ‰
Kasus Indigenous
rendah Sangat rendah
Nol
SASARAN INDIKATOR STATUSMENURUNNYA ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT PENYAKIT MENULAR
Menurunnya angka kasus malaria (Annual Parasite Insidence- API)
SITUASI KASUS MALARIA DI INDONESIA 1990-2013
Angka kasus malaria (API) terus mengalami penurunan. Namun akan semakin sulit penurunannya saat kasus semakin rendah. Angka kasus malaria terutama di provinsi-provinsi di kawasan timur Indonesia masih sangat tinggi.
315
1990 2000 2010 2011 2012 20140.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.004.68
3.62
1.961.75 1.69
1.00
Angka Kasus Malaria (Annual Parasite Incidence) API
Target RPJMN
Target dan Capaian
Papua
Papua BaratNTT
Maluku
Bengkulu
Maluku Utara
Kalimantan Tengah
Banka Belitu
ng
Sulawesi T
engah
Kepulauan Riuan
Sulawesi U
tara
Kalimantan Se
latan
Indonesia
GorontaloJambi
Sulawesi B
arat
Kalimantan Tim
ur
Kalimantan Barat
Sumatera Utara NTB
Sulawesi T
enggaraAce
h
Sumatera Barat
Riau
Sumatera Se
latan
Sulawesi S
elatan
Lampung
Yogyaka
rta
Jawa Tengah
Jawa Timur
Banten
Jawa BaratBali
DKI 0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
60.5
6
52.2
719
.41
7.42
5.32
5.08
3.48
2.66
2.49
2.47
2.35
2.06
1.69
1.64
1.29
1.23
1.15
0.85
0.84
0.82
0.79
0.44
0.25
0.20
0.20
0.19
0.18
0.06
0.03
0.02
0.02
0.01
0.00
0.00
Tidak ada laporan
Sebesar 74,5 % kasus berasal dari Papua,
Papua Barat dan NTT
ANGKA KEJADIAN MALARIA(PER 1.000 PENDUDUK) DI INDONESIA TAHUN
2012
API Nasional 1.69
Sumber : Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Kemenkes RI, update Mei 2013 (kelengkapan 80%)
Tahun 2015 : 38 kabupaten/kota
dengan Sertifikasi Eliminasi Malaria
SERTIFIKASI ELIMINASI PROVINSI JAWA TIMUR
MASYARAKAT HARUS TAHU TTG : APA ITU PENYAKIT MALARIA dan APA YANG HARUS DILAKUKAN BILA DI LINGKUNGANNYA ADA ORANG YG DICURIGAI TERKENA PENYAKIT MALARIA............................
UNTUK MENYONGSONG TIM SERTIFIKASI ........
18
E. Instrumen Pengetahuan Sikap dan Perilaku Penduduk Bagaimana pengetahuan masyarakat,
antara lain dalam : Mengenal gejala klinis Mengetahui cara penularan Mengetahui cara mencegah
penularan Mengetahui tempat berobat bila
sakit
Bagaimana perilaku masyarakat dalam :
Kebiasaan berada di luar rumah malam hari
Mencegah penularan secara individu (seperti menggunakan obat nyamuk bakar, repelen, kelambu) maupun secara kelompok (seperti membersihkan lumut, mengalirkan atau menimbun tempat perindukan).
Mencari pengobatan bila sakit malaria
Kepatuhan minum obat sesuai dosis
Bagaimana sikap masyarakat, bila :
Diambil sediaan darahnya waktu demam atau bila ada survei
Diajak bergotong royong membersihkan lumut di lagun,kolam ikan, tambak, dan kolam untuk merendam rumput laut
Rumahnya disemprot insektisida Dibagikan kelambu berinsektisida Harus minum obat sesuai dosis
LS LP 4 MARET
penyakit menular disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria yang bernama Anopheles
1. penyakit MALARIA
Penyebab MALARIA pada manusia : 5 jenis plasmodium
P. Vivax : Malaria vivax ( demam tiap 3 hari)
P. Falciparum : Malaria falsiparum ( demam tiap 24 - 48 jam )
P. Malariae : Malaria malariae/ quartana ( demam tiap 4 hari )
P. Ovale : Malaria ovale ( seperti vivax ) P. knowlesi ( dahulu menginfeksi binatang, demam
tiap hari) )
HENY 2014 1
Gambar 2. Pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis menunjukkan stadium cincin Plasmodium vivax karena sitoplasma dan inti yang besar
PERBANDINGAN BENTUK BEBERAPA JENIS NYAMUK
Aedes aegypty Aedes albopictus
Anopheles sp. Armigeres sp. Qoquiletidia sp.
Culex quinquefasciatus
2. Cara penularan
LS LP 4 MARET
Nyamuk malaria gigit Px
Plasmodium berkembangBiak dlm tubuh nyamukSiap menular 7-14 hr
Penderita Malaria
Orang sehat
Waktu orang digigit sd Gejala timbul ≥ 12 hr
Penderita Malaria baruOrang lain
?
3. GEJALA KLINIS
GEJALA MALARIA:a. MALARIA RINGAN- DEMAM MENGIGIL SCR BERKALA DAN DIIKUTI
SAKIT KEPALA- PUCAT KARENA KURANG DARAH- KADANG-KADANG BADAN LEMAH, MUAL,
MUNTAH DAN TDK ADA NAFSU MAKAN- GEJALA SPESIFIK DAERAH PD ANAK DISERTAI
DG DIARE
3. GEJALA KLINIS
GEJALA MALARIA:b. MALARIA BERAT- KEJANG-KEJANG- KEHILANGAN KESADARAN- KUNING PADA MATA- PANAS TINGGI- KENCING WARNA TEH TUA- NAFAS CEPAT- MUNTAH TERUS- PINGSAN SAMPAI KOMA
4. CARA MEMASTIKAN MENDERITA DAN PENGOBATANNYA Datang ke Pusk utk diperiksa
darahnya Bila (+) ACT (Artemisinin
Combination Theraphy)
5. AKIBAT PENY MALARIA
ANEMIA daya tubuh turun, kerja malas, pertumbuhan otak terhambat, anak tdk masuk sekolah
PADA BUMIL lahir mati, BBLR, anemia, bumil meninggal
PEMBULUH DARAH OTAK TERHAMBAT kejang, kesadaran turun, pingsan, koma, hilang ingatan, meninggal
6. CARA PENCEGAHAN
HINDARI GIGITAN NYAMUK kelambu, obat nyamuk/rempelet, kawat kasa, jauhkan kandang ternak, tdk keluar malam hari, pake pakaian panjang bila keluar
PENGOBATAN PENCEGAHAN 2 hr sblm brgkat, 1 doksisiklin slm 14 hr
MEMBERSIHKAN LINGKUNGAN timbin genangan air, bersihkan lumut, alirkan air yg tergenang
MENEBARKAN IKAN PEMAKAN JENTIK
1. SEBARKAN INFO INI DI SETIAP KESEMPATAN
2. BILA ADA PENDERITA DEMAM, MENGGIGIL TERUTAMA YANG BERASAL DARI LUAR PULAU / PERNAH BEKERJA DI LUAR PULAU, AGAR DISARANKAN PERIKSA KE PUSK
3. MENGINFOKAN KE PETUGAS KESEHATAN TERDEKAT/ PUSKESMAS BILA DITEMUKAN PENDERITA DI ATAS
TUGAS KADER APA ........?????
34
JAWAB PERTANYAAN INI.....
Mengenal gejala klinis Peny Malaria Mengetahui cara penularan Peny Malaria Mengetahui cara mencegah penularan
Peny Malaria Mengetahui tempat berobat bila sakit
Perlu ditanyakan :
Riwayat berkunjung dan bermalam 1 - 4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria.
Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
Riwayat sakit malaria Riwayat minum obat malaria
satu bulan terakhir Riwayat mendapat transfusi
darah
Pemeriksaan Klinis
Demam (pengukuran dengan termometer > 37,5 º C)
Konjungtiva atau telapak tangan pucat
Pembesaran limpa (splenomegali) Pembesaran hati (hepatomegali) Manifestasi malaria berat dapat
berupa : Penurunan kesadaran sampai koma,demam tinggi, anemia berat, ikterik, hipoglikemi, hiperparasitemia, hiperlaktatemia, gagal ginjal akut
MALARIA VIVAX
M. TERTIANA, Benigna, inkubasi 12 - 20 hari Serangan demam sore hari Manifestasi klinis bisa ringan - berat Splenomegali H 4 - 5 Mortalitas rendah, morbiditas tinggi Gejala prodromal ringan Demam ireguler 2-4 hari, menjadi intermiten Herpes pada bibir hilang setelah OAM Anemia sering pada anak-anak Penderita semi-imun gejala tidak spesifik
MALARIA MALARIAE
Malaria Quartana Banyak di Afrika & Amerika Latin Inkubasi 18 - 40 hari Gejala ringan, insidious, nausea, muntah,
herpes labialis, anemia jarang. Parasitemia sebelum gejala demam Splenomegali sering hanya ringan Komplikasi jarang, dapat terjadi sindroma
nefrotik
MALARIA OVALE
Bentuk paling ringan Inkubasi 11 - 16 hari, periode laten 4 tahun Terjadi infeksi ganda, P. ovale tak tampak Gejala klinis seperti vivax, lebih ringan,
puncak panas lebih rendah dan lama demam lebih pendek
Dapat sembuh spontan tanpa obat Menggigil jarang, splenomegali jarang
MALARIA FALSIPARUM
Malaria Tropika, inkubasi 9 -14 hari Bentuk paling berat: sering anemia, panas
ireguler, splenomegali dan parasitemia Sering demam tinggi > 40 C Gejala prodromal lebih sering Sering menimbulkan komplikasi ( M. berat ):
kejang, serebral, ikterus, ggl ginjal. Splenomegali lebih cepat, sering pada
minggu I, nyeri pada perabaan. Hiperparasitemia
PLASMODIUM KNOWLESI Dulu hanya menginfeksi kera (Macaca
Mullata) Sejak th 2004 dilaporkan retrospeksif di
Serawak Vector Anopheles leucosphyrus group (An.
Laten, cracens) Misdiagnosis sebagai malaria malariae,
mikroskopik menyerupai P. malariae Klinis TIDAK seperti malariae, demam tiap
24 jam, diare, nyeri abdomen dan ditemukan hiperparasitemia > 250.000/uL
Dapat memberikan komplikasi ikterik, hipotensi, gagal ginjal, serebral dan gagal pernafasan
Diagnosa pasti identifikasi dengan PCR
Uncomplicated/ Complicated Malaria Kemampuan mendiagnosa Peny.
Malaria Mikroscopik Rapid test ( Antigen )
Pengobatan Baru dengan ACT ( Artemisinin Combination Therapy ) Kemampuan memonitor respon obat
Tujuan Pengobatan Malaria tanpa komplikasi :
Menyembuhkan infeksi Mencegah penyakit menjadi progresif Mencegah komplikasi Mengurangi penularan Mencegah resistensi obat
Malaria berat: Mencegah kematian Mencegah rekrudesensi Menghindari adverse effect minor.
Standard Mono therapyCQ3/SP1/Q7 + PQ1/PQ14
COMBO-THERAPYOld-drug
Combo-therapyNew Drugs/ ACT
1995 - 2000
2001-2003
2005
Copyright ©2005 BMJ Publishing Group Ltd.
Woodrow, C J et al. Postgrad Med J 2005;81:71-78
Figure 1 Q[i]ng h[a]o su or artemisinin 1 and derivatives dihydroartemisinin 2, artemether 3, arteether 4, artesunic acid (artesunate) 5, and artelinate 6. The numbering scheme is that used by
Chemical Abstracts.
ACT yang ada di Indonesia :
Artesunate + amodiaquine (Artesdiaquine, Arsuamoon)
Dihydro-Artemisinin – Piperakuin (ARTEKOM/ ARTEKIN (Duo-Cotexin )
Artemether-lumefantrine ( Co-artem ) Artesunate + Sulfadoksin-Pirimetamin
Golongan ARTEMISININ Artemisinin, Artesunate, Artemether, Arteether, DHA
“Qinghaosu” – Sesquiterpene Lactone Larut dalam air dan diabsorbsi baik Efek bunuh parasit yang cepat Cepat dikonversi ke bahan aktif ( DHA) t1/2 in malaria: 2 hours
Spektrum yang luas untuk semua jenis parasit dan staging
Bila dipakai monotherapy, perlu 7 hari Direkomendasikan penggunaan ACT
Efek Samping Artemisinin mild gastrointestinal disturbances, dizziness, tinnitus,
reticulocytopenia, neutropenia, elevated liver enzyme values,
electrocardiographic abnormalities, including bradycardia and prolongation of the QT interval, although most studies have not found any electrocardiographic abnormalities.
The only potentially serious adverse effect : type 1 hypersensitivity reactions in approximately 1 in 3000 patients
Neurotoxicity reported in animal studies, particularly with very
high doses of intramuscular artemotil and artemether, but has not been substantiated in humans (35–37).
Evidence of death of embryos and morphological abnormalities in early pregnancy demonstrated in animal.
Artemisinin has not been evaluated in the first trimester
The “ideal” ACT combination
Resisten obat pasangan belum terjadi Pasangan obat mempunyai half-life panjang (> 4 hr) Artemisinin membunuh bentuk asexual dgn cepat;
pasangan obat membersihkan parasit lainnya Ditolerensi baik, toksisitas rendah Artemisinin memiliki efek spectrum luas ( termasuk
membunuh gametosit) Bila mungkin dosis tetap (Fixed dose ) Diproduksi secara standar “ Good Manufacturing
Practice (GMP) “ Murah Supply obat cukup
Dosis Obat Antimalaria
Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb Artesunat = 4 mg/kgbb Dihydroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB Piperaquin dosis 16-32 mg/kgBB Kina = 3 x 10mg/kgBB / hari Doksisiklin = 3,5 mg/kgBB (dibagi 2 dosis)
>=15 tahun Tetrasiklin = 4 mg/kgBB/kali diberikan 4 x sehari
Primakuin = 0,75mg/kgBB (P falcifarum untuk hari I) 0,25 mg/kgbb (P vivax selama 14
hari)Primakuin =
Pengobatan dengan Dihydroartemisinin-Piperakuin (DH-P)
Hari Jenis obat
Jumlah tablet menurut kelompok umur(dosis tunggal)
0 - 1 bulan
2 – 11 bulan
1 – 4 tahun
5 – 9 tahun
10 – 14
tahun
> 15 tahu
n
1--3 DHP ¼ ½ 1 1,5 2 3 - 4
F, H1 Primakuin
-- -- ¾ 1 ½ 2 2 - 3
V,H1 – 14
Primakuin
- - ¼ ½ ¾ 1Dihydroartemisinin(DH) : 2-4 mg/kgBB (1tablet = 40 mg)Piperakuin phosphate(P): 16-32 mg/kgBB ( 1tablet = 320 mg)Primakuin : 0.25 mg – 0.75 mg/kg BB (TIDAK BOLEH DIBERIKAN PADA BAYI< 1 TH DAN IBU HAMIL)
Malaria Vivax relaps
Dugaan Relaps pada malaria vivaks adalah apabila: pemberian primakuin dosis 0,25 mg/kg BB/hari sudah diminum selama 14 hari dan penderita sakit kembali dengan parasit positif dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan setelah pengobatan
Pengobatan Malaria Vivax relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps diberikan dengan regimen ACT yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kg BB/hari
Pengobatan Malaria MalariaePengobatan P. malariae cukup
diberikan ACT 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan primakuin
Parasit Malaria Life Cycle
Ookinet
Secondary Prevention
Early Diagnosis and Prompt Treatment
Primary Prevention
Specific Protection
ACT
LLIN
65
HatiHati
Kelenjar LudahKelenjar Ludah
Dalam eritrositDalam eritrosit Lambung NyamukLambung Nyamuk
Sporozoit
HipnozoitSchizont
SchizontMerozoit
Sporozoit
Tropozoit
Gametocyt
Schizont Merozoit
zygot
ookinet
oocyst
MANUSIA NYAMUK ANOPHELES
MALARIA BERATMALARIA SEREBRALMALARIA DGN BILIRUBIN > 3 MG%GAGAL GINJAL AKUT < 400 ml/24 jam & Kreat > 3 mg% HIPOGLIKEMI < 40 mg%SYOK SISTOLIK < 70 mmHg / Anak < 50 mmHgANEMIA BERAT HB < 5 gr% / Ht < 15%EDEMA PARU / ARDSPERDARAHAN SPONTAN / DICKEJANG BERULANGASIDOSIS Ph <7.15 , Plasma Bicarb < 15 mmol/LHAEMOGLOBINURIAHIPERPARASITEMIA > 5 %HIPERTERMIA > 40 C
PENYEBAB / ETIOLOGI
Plasmodium falciparum Mixed plasmodium ( Falciparum+
vivax) Plasmodium vivax Plasmodium knowlesi
Dosis
RECOMMENDED DOSES OF ANTI MALARIAL DRUGS FOR TREATMENT OF SEVERE MALARIA
i.v. 2,4 mg/kg BB pada jam 0, dan jam 12, kemudian dilanjutkan jam 24, 48 dst sampai 7 hari. Dosis total 17 – 18 mg/ 7 hari ( 1 Amp= 60 mg)
3.2 mg/kg im pada hari I dibagi 2 dosis, dilanjutkan 1.6 mg/kg/ hari. TIDAK iv (1 amp = 80 mg)
Suppositories, 10 mg/kg at 0 & 4 hr followed by 7 mg/kg at 24,36,48 & 60 hrs.
Artemeter
DRUGS SIDE EFFECTS
Artemisinin
ARTESUNATE
Neurotoxicity in animal not human
WHO 2006 : AS is the recommended FIRST CHOICE in area low transmission
Dosis ARTEMISININ PADA MALARIA BERAT
48.J
ARTESUNATE I.V/ I.M
* ARTEMETER , hanya I.M , dosis 1,6 mg/kg BB
2.4 Mg/ KgBB
2.4 Mg/KgBB
0 JAM 12.J 24.J 48.J 72.J Max 7 hari
2.4 Mg/KgBB
2.4 Mg/KgBB
2.4 Mg/KgBB
Pengobatan lanjutan
Setelah pasien sadar/KU membaik, tx. Awal parenteral dapat diubah dgn. Tx. Oral
Diteruskan dengan : ACT dosis lengkap (selama 3 hari) Artesunate/artemether tab. (total 7 hari ) + doksisiklin
3-5 Kg BB 1 kali sehari selama 7 hari Kina tab.(total 7 hari) + doksisiklin 7 hari Bagi bumil, anak-anak : doksisiklin diganti dengan
klindamisin 10 mg/Kg BB 2 kali sehari
Pengobatan pre-referal
Dianjurkan sebelum merujuk setidaknya dosis pertama obat antimalaria parenteral sudah diberikan.
Obat yang dipilih :Artemether i.m. atau Artesunate i.m. Artesunate atau artemisinin supositoriaKina i.m. Kina i.v. (didampingi petugas medis ) ??
IBU HAMIL KUNJUNGAN PERTAMA dan Kunjungan berikutnya dengan gejala malaria
PEMERIKSAAN ANC, KONSELING & SKRINING MALARIA
Dengan RDT atau MIKROSKOP
POSITIF P.falcifarum atau P.vivax atau Mix (P.falcifarum dan P.vivax)
NEGATIF
TRIMESTER 1
Kina 3x2 (7 hari)
TRIMESTER 2-3
ACT* (3 hari)DENGAN GEJALA
PERIKSA ULANG SEDIAAN DARAH TEBAL
POSITIF NEGATIF
MEMBAIKTAK ADA PERBAIKAN
• LANJUTKAN ANC• LLIN• ZAT BESI/FOLAT• NUTRISI
RUJUK SEGERA
*Artesunate (4 – 4 -4) + Amodiaquin (4-4-4) atau
Dihydroartemisinin + Piperaquin (DHP) 3-3-3
TANPA GEJALA
• LANJUTKAN ANC• LLIN• ZAT BESI/FOLAT• NUTRISI
MALARIA DALAM KEHAMILAN DAERAH ENDEMIS MALARIA (1)
Semua ibu hamil didaerah beresiko penularan malaria pada kunjungan pertama (K1) di Ante Natal Care dilakukan pemeriksaan laboratory (RDT atau mikroskopis).
Pengobatan Pf Pv atau mix tanpa komplikasi: pada ibu hamil usia < 3 bulan dengan
Kina tablet. pada ibu hamil usia > 3 bulan dgn
Artesunat+Amodiakuin tab atau DHP. Ibu hamil tidak boleh diberikan Primakuin.
MALARIA DALAM KEHAMILAN DAERAH ENDEMIS MALARIA (2)
Pengobatan malaria berat: pada ibu hamil usia < 3 bulan dengan
Kina per infus. pada ibu hamil usia > 3 bulan dengan
Artesunate injeksi intra vena bila di RS atau Artemeter injeksi intra muscular bila dilapangan.
Bila sudah dapat minum dilanjutkan tab Kina atau Artesunat+Amodiakuin tablet atau Dihydroartemisinin Piperaquin.
Pencegahan terhadap gigitan nyamuk diberikan kelambu berinsektisida.
Masalah
Regulasi tingkat provinsi dan kabupaten/kota belum ada
Tim Monitoring dan evaluasi Provinsi belum dibentuk
Jejaring labortaorium dan tatalaksana belum optimal
Persyaratan eliminasi malaria yang lain masih dalam penyiapan. Tenaga laboratorium Rumah Sakit Rujukan Dokter Dll
Belum semua kabupaten/kota yang diusulkan sertifikasi dilakukan review data secara mendalam.
78
Partisipasi kabupaten/kota yang diharapkan : Agar menyiapkan semua kebutuhan yang terkait
dengan sertifikasi malaria Penguatan kinerja program, dokumentasi hasil
kegiatan dan penguatan sistem informasi- surveilans tahap eliminasi
Kegiatan malaria pada daerah endemis dengan reseptif malaria lebih ditekankan pada surveilans migrasi, kemampuan laboratorium, kemampuan tatalaksana dan penanganan faktor lingkungan serta jejaring laboratorium dan fasyankes yang ada di wilayah.
Pada daerah non endemis ditingkatkan surveilans migrasi, kemampuan laboratorium, kemampuan tatalaksana dan jejaring laboratorium dan fasyankes yang ada di wilayah.
79
6 Surveilans PraKondisi Eliminasi Malaria
Malaria, Jatim, 2011
958 kasus
1.Register kasus2.Mutu laboratorium3.Sistem surveilans4.Deteksi dini-tatalaksana kasus impor5. Investigasi setiap kasus 6.Surveilans vektor di daerah reseptif
1.Pemantapan eliminasi malaria
2.Penguatan sumber daya dalam rangka deteksi dini dan respon KLB
3.Kampanye antisipasi perjalanan ke daerah endemis
4.Kerjasama lintas batas
4 Tindakan PraKondisi Eliminasi Malaria
Semua fasyankes mampu mendeteksi kasus malaria (import) & mengobati sesuai pedoman nasional
Register kasus
Pelaporan kasus termasuk notifikasi silang
Kualitas diagnosis
Khusus untuk daerah non reseptif
KEBIJAKAN
1. Eliminasi Malaria dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah bersama mitra kerja pembangunan termasuk LSM, dunia usaha, lembaga donor, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan dan masyarakat.
2. Eliminasi Malaria dilakukan secara bertahap dari kabupaten/kota, provinsi, dan dari satu pulau atau ke beberapa pulau sampai ke seluruh wilayah Indonesia menurut tahapan yang didasarkan pada situasi malaria dan kondisi sumber daya yang tersedia.
Jumlah Desa dan Jumlah kasus indigenous di 8 kabupaten Prov. Jawa Timur tahun 2008 s/d 2013
85
No
Kabupaten
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah
desa indigenou
s
Jumlah kasus
Jumlah desa
indigenous
Jumlah kasus
Jumlah desa
indigenous
Jumlah kasus
Jumlah
desa indigenou
s
Jumlah kasus
Jumlah
desa indigenou
s
Jumlah
kasus
Jumlah
desa indigenou
s
Jumlah
kasus
1Trenggalek 27 156 15 53 0 0 4 12 1 1 1 1
2Sumenep 3 318 14 388 8 9 1 1 0 0 0 0
3Pacitan 11 35 16 43 6 9 4 8 0 0 0 0
4Blitar 0 0 1 7 0 0 0 0 0 0 0 0
5Tulungagung 0 0 0 0 2 7 0 0 0 0 0 0
6Madiun 7 827 7 76 5 8 2 6 2 8 0 0
7Malang 1 1 1 4 3 16 1 5 0 0 0 0
8Banyuwangi 0 0 0 0 0 0 1 106 0 0 0 0
Jumlah 49 1337 54 571 24 49 13 138 3 9 1 1
Capaian Program Malaria di Jawa Timur Tahun 2005 s/d 2013 (Des *)
No INDIKATOR 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (Des*)
1Jumlah Sediaan Darah diperiksa (ribuan)
105,2 88,4 80,3 54,3 50,4 56,1 23,6 35,4 31,934
2 ABER 2,69 2,28 1,85 1,45 1,1 1.06 0,46 0,5 0,1
3 SPR 3.7 3,4
4 Penderita Malaria 2.033 2.403 2.781 3.285 1.489 947 1.222 1.320 1.072
5 API (‰) 0.52 0,62 0.64 0.87 0,33 0,18 0,24 0,2 0,028
6Proporsi 3 Plasmodium falsiparum (%)
44,3 34,04 27,22 22,59 35,1 46,5 50,7 35.5 34,5
7Proporsi Kasus Indigenous (%)
27.9 38.53 42.65 45.84 30,8 10.67 11,7 0,7 0,1
8Proporsi Malaria Import
63.05 47.65 48.04 43.65 74.48 85.4 87,4 93,8 99,9
9 Desa HCI 19 18 18 17 12 2 2 2 0
top related