beberapa upaya untuk mencoba mengatasinya berbagai
Post on 16-Oct-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/273636191
Berbagai Permasalahan Pembelajaran Matematika dalam Kurikulum 2013 dan
Beberapa Upaya untuk Mencoba Mengatasinya
Conference Paper · March 2014
DOI: 10.13140/2.1.1782.4807
CITATIONS
2READS
29,968
1 author:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Mathematical Problem Solving View project
Good amil governance View project
Abdur Rahman Asari
Universitas Negeri Malang, Malang, Jawa Timur, Indonesia
94 PUBLICATIONS 50 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Abdur Rahman Asari on 17 March 2015.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
1 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3
U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4
BERBAGAI PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM KURIKULUM 2013, DAN BEBERAPA UPAYA UNTUK
MENCOBA MENGATASINYA
Abdur Rahman As’ari
Abstrak: Penerapan Kurikulum 2013 masih mengalami beberapa
hambatan, termasuk pembelajaran matematikanya. Mindset guru yang
masih menempatkan diri sebagai sumber belajar utama, buku siswa dan
buku guru yang kurang komunikatif, dan kurang familiarnya penggunaan
pendekatan saintifik dalam pelajaran matematik, serta jarangnya
penerapan penilaian otentik adalah beberapa masalah yang dihadapi guru
dalam melaksanakan pembelajaran matematika dalam konteks kurikulum
2013. Di dalam makalah ini, penulis mencoba menguraikan permasalahan
tersebut dan memberikan sedikit rekomendasi penyelesaian yang mungkin
dilakukan.
Kata-Kata Kunci: Kurikulum 2013, Matematika, Mindset, Pendekatan
Saintifik, Penilaian Otentik.
Kurikulum 2013 telah diluncurkan secara resmi. Beberapa sekolah telah dijadikan
sekolah sasaran, dan guru-guru yang ada di dalamnya telah juga dilatih, termasuk
guru matematika. Siswa pun sudah diberi buku siswa, dan guru matematikanya juga
sudah dilengkapi dengan buku pegangan guru. Namun, dalam perjalanannya ada
banyak hal yang dirasa kurang optimal.
Dalam kesempatan melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kurikulum 2013 di beberapa tempat, pendampingan kepada para guru di beberapa
sekolah, dan mengadakan bimbingan teknis serta mengkaji bahan dan program
pelatihan kurikulum 2013, penulis melihat bahwa ada banyak hal yang dirasa sulit
oleh guru dan sekolah.
2 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3
U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4
BEBERAPA PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM KURIKULUM 2013 Berikut disampaikan beberapa permasalahan pembelajaran matematika dalam
kurikulum 2013 yang sempat penulis identifikasi.
Buku Siswa
Buku siswa kelas 7 yang sempat penulis lihat terdiri dari 12 bab. Semua bab itu
harus dipahami siswa dalam 2 semester. Artinya, kurang lebih 6 bab tiap semester
harus dikuasai oleh siwa. Bagi guru yang terbiasa dengan kurikulum sebelumnya,
banyaknya bab ini lebih banyak dari banyak bab di buku pada kurikulum
sebelumnya. Kalau pada kurikulum sebelumnya banyak guru yang merasa kesulitan
menyelesaikan semua bab yang ada, dengan tambahan bab ini, meskipun alokasi
jam belajarnya juga bertambah, tetapi guru banyak mengalami kesulitan.
Kalau dilihat dari muatan di dalam buku siswa, di dalam buku tersebut, fakta,
konsep, prinsip, dan materi dicoba diuraikan sedetail mungkin. Kalau kita
perhatikan buku pada kurikulum sebelumnya, buku tersebut sering hanya memuat
konsep, contoh, dan latihan, maka dalam buku siswa mata pelajaran matematika
pada kurikulum 2013 ini, uraian tentang prosedur pun terlihat begitu panjang dan
lebar. Pada waktu mencari irisan dari dua himpunan misalnya, di dalam buku itu
diuraikan langkah demi langkah bagaimana menentukan irisan dari dua himpunan.
3 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3
U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4
Keberadaan uraian prosedur yang begitu rinci yang berbeda dengan kebiasaan yang
ada pada buku-buku sebelumnya, tentu membuat guru perlu mengadakan
penyesuaian diri dalam membelajarkannya.
Di dalam buku siswa juga diuraikan masalah, yang menurut pengarangnya adalah
penerapan dari pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning).
Sayangnya, masalah ini dijelaskan secara lengkap. Sepertinya, pengarang buku ini
hanya sekedar memberikan informasi bagaimana proses pemecahan masalanya
saja. Akibatnya, guru tidak memiliki rujukan bagaimana sebenarnya penerapan dari
pembelajaran berbasis masalah itu.
Belum lagi, apa yang dianggap sebagai masalah di dalam buku itu terkadang bukan
merupakan masalah. Kadang hanya soal atau tugas biasa. Karakteristik ill-structured
problems yang menuntut penerapan interdisciplinary approach, yang merupakan
syarat dari jenis masalah dalam pembelajaran berbasis masalah, tidak diperhatikan.
Semua masalah yang disajikan boleh dikatakan merupakan well-structured problems
dan tidak memerlukan interdisciplinary approach untuk memecahkannya.
4 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3
U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4
Bagi guru yang memahami makna dari masalah, buku siswa ini bisa mengakibatkan
mereka kurang senang dan menganggap sebagai buku yang kurang baik. Persepsi
dan sikap mereka negatif. Sikap dan persepsi, sebagai dimensi pertama dari belajar
(Marzano, 1992) sangat menentukan dimensi-dimensi belajar berikutnya. Sikap dan
persepsi yang negatif, cenderung menutup terjadinya dimensi belajar berikutnya,
yaitu: acquire and integrate knowledge, extent and refine knowledge, apply
knowledge meaningfully, dan habits of mind.
Terakhir, soal-soal yang ditampilkan dalam uji kompetensi terkesan langsung
sangat sulit. Soal-soal yang biasanya hanya diberikan kepada siswa berbakat dan
untuk keperluan olimpiade langsung diberikan sebagai bahan uji kompetensi.
Sebenarnya ini sangat bagus karena memberi kesempatan kepada siswa untuk
berkenalan dengan soal-soal non rutin yang menuntut kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Sayangnya, banyak guru yang tidak kenal dengan soal-soal seperti itu.
Bukannya tertantang, para guru malah banyak yang merasa ‘minder” dan takut
membahasnya bersama siswa.
Buku Guru
Kalau diperhatikan buku guru, bagian awal dari buku tersebut memuat deskripsi
singkat tentang model pembelajaran konstruktivistik yang dilengkapi dengan
panduan penyusunan rencana pembelajaran.
Sebenarnya, penjelasan ini memberikan peluang kepada para guru untuk
memahami secara utuh makna dari model pembelajaran. Guru menjadi mengerti
bahwa dalam suatu model pembelajaran, di samping dampak pembelajaran dan
dampak pengiring, ada 4 (empat) hal yang perlu dipikirkan, yaitu: (1) sintaks atau
langkah-langkah pembelajaran, (2) system sosial, (3) prinsip reaksi, dan (4) sistem
pendukung. Hanya saja, penyajiannya memang sangat singkat dan kurang memberi
panduan praktis kepada guru.
Uraian dari bab-bab berikutnya cenderung mengulang apa yang dituliskan dalam
bukku siswa. Petunjuk pembelajaran yang diberikan hanya singkat saja. Itupun
terkesan terselip di tengah-tengah uraian materi untuk siswa.
Gaya penulisan seperti itu mengakibatkan buku guru terkesan tidak beda jauh
dengan buku siswa. Kesan lain yang muncul adalah bahwa guru tersebut sangat
tebal dan menakutkan untuk dibaca.
5 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3
U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4
Pendekatan Saintifik
Di dalam Kurikulum 2013, pendekatan saintifik yang terdiri dari 5M (Mengamati,
Menanya, Menggali Informasi, Mengasosiasi, Mengomunikasikan) merupakan
pendekatan pembelajaran yang perlu atau bahkan wajib untuk diterapkan di semua
mata pelajaran, termasuk matematika. Pendekatan ini lebih mengedepankan
penalaran induktif daripada penalaran deduktif yang menjadi trademark dari
matematika. Karena itu, kebanyakan guru yang membelajarkan matematika dengan
pendekatan deduktif (definisi, contoh, dan latihan) pasti mengalami banyak
hambatan psikologis dan kesulitan teknis untuk melaksanakan pendekatan saintifik.
Para guru matematika perlu mendapatkan banyak waktu dan kesempatan untuk
berlatih menerapkan pendekatan saintifik ini. Sayangnya, kesempatan pelatihan
untuk melaksanakan pendekatan saintifik ini terlalu singkat. Karena itu, para guru,
terutama guru matematika, perlu memperoleh pendampingan yang lumayan
banyak untuk bisa melaksanakan pendekatan saintifik dengan baik.
6 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3
U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4
Guru perlu mendapatkan bimbingan teknis bagaimana mengembangkan tugas yang
mendorong anak untuk melakukan pengamatan yang sungguh-sungguh, tekun,
jujur, obyektif, dan tajam, serta bermanfaat. Guru juga perlu mendapatkan
bimbingan teknis bagaimana membuat siswa mau dan mampu menanya. Guru juga
perlu mendapatkan bimbingan teknis bagaimana guru mendampingi siswanya
belajar (mulai dari memantau kemajuan belajarnya, mempertanyakan apa yang
dipikirkan dan diperoleh siswa, memberikan umpan balik yang baik, dan
mendorong siswa untuk mengembangkan ide kreatifnya secara optimal).
Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu wujud dari pendekatan
saintifik. Pembelajaran ini mendorong siswa untuk mengerjakan tugas untuk
menghasilkan produk. Untuk itu, siswa harus aktif melakukan kegiatan searching
(mencari), exploring (menggali lebih jauh), creating (menciptakan), and sharing
(berbagi). Untuk itu, siswa juga harus pandai melakukan resource locating
(menentukan sumber informasi yang dapat dijadikan dasar untuk menyusun
rencana pengembangan produk), planning product to develop (merancang jenis
produk yang akan dikembangkan), scheduling for implementing plan (membuat
jadwal pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat), monitoring the product progress
(memantau kemajuan hasil kerja), assessing the prototype of the product (mengases
hasil sementara yang diperoleh), and evaluating the quality of the product (menilai
kualitas produk).
Pembelajaran berbasis proyek ini termasuk pembelajaran yang jarang sekali
dilakukan oleh guru. Karena itu, penerapan pembelajaran berbasis proyek yang
sangat dianjurkan oleh kurikulum 2013 merupakan kesulitan tersendiri bagi para
guru. Kebiasaan guru yang menempatkan diri sebagai sumber utama belajar (kalau
bukan malah satu-satunya sumber belajar), menjadikan beliau banyak mengalami
kesulitan dalam menjalankannya. Mindset guru harus diubah menjadi lebih banyak
sebagai fasilitator. Sayangnya, pelatihan dan petunjuk praktis bagaimana
menerapkan pembelajaran berbasis proyek ini dilakukan masih sangat minim.
Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah juga sangat disarankan oleh kurikulum 2013.
Pembelajaran ini dimaksudkan untuk membantu siswa belajar sesuatu melalui
kegiatan memecahkan masalah. Pembelajaran yang menuntut disajikannya masalah
7 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3
U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4
yang bersifat ill-structured dan menuntut pendekatan interdisciplinary juga
termasuk pembelajaran yang sangat jarang dilakukan oleh guru, apalagi guru
matematika.
Sebenarnya, sifat masalah yang menuntut interdisciplinary approach dalam
pembelajaran berbasis masalah sudah memberikan batasan bahwa penerapan
pembelajaran berbasis masalah ini tidak bisa digunakan secara terisolir dalam mata
pelajaran matematika saja. Penerapan pembelajaran berbasis masalah
menghendaki adanya kerjasama antar beberapa guru mata pelajaran. Karena itu,
guru matematika dan beberapa guru mata pelajaran lain perlu duduk bersama
merancang masalah yang dengan memecahkan masalah tersebut siswa juga belajar
beberapa mata pelajaran sekaligus.
Sayangnya, bantuan teknis bagaimana melaksanaan pembelajaran berbasis masalah
ini juga hamper tidak pernah diberikan. Contoh penerapan pembelajaran berbasis
masalah yang ada di dalam buku terkesan kurang sesuai dengan pengertian dari
pembelajaran berbasis masalah itu sendiri.
Penilaian Otentik
Kurikulum 2013 menghendaki dilakukannya penilaian otentik. Otentik dalam
penilaian otentik tersebut menunjukkan bahwa penilaian ini mengukur potensi dan
keadaan asli siswa. Penilaian otentik adalah penilaian yang mengukur kondisi siswa
secara apa adanya, tidak dibuat-buat.
Penilaian dengan paper-and-pencil yang sudah diberitahukan terlebih dahulu
jadwalnya bukanlah penilaian yang otentik. Siswa harus menyiapkan diri terlebih
dahulu untuk dinilai. Karena itu, siswa dituntut untuk secara proaktif menunjukkan
bukti potensinya dengan menggunakan portofolio. Guru juga didorong untuk
menggunakan performance assessment (asesmen kinerja), untuk melihat bagaimana
dalam praktiknya kemampuan siswanya.
Penilaian dengan menggunakan portofolio yang selama ini digunakan oleh guru
kurang begitu terlihat otentiknya. Apa yang dikumpulkan dalam portofolio lebih
banyak berupa LKS yang sudah diberi nilai.
Sebenarnya, siswa perlu diberi kesempatan lebih besar untuk memilih sendiri
potensi apa yang perlu dimasukkan ke dalam portofolio mereka. Siswa perlu
didorong untuk melihat kelebihan dirinya, dan menunjukkan kelebihan itu dari apa
8 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3
U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4
yang sudah dimilikinya. Guru hanya bertugas untuk memberikan pertimbangan dan
menganjurkan apa yang harus dimasukkan ke dalam portofolio mereka. Guru, dan
terutama siswa, tampaknya perlu bantuan bagaimana menjalankan penilaian
portofolio dengan baik.
Terkait dengan masalah penilaian kinerja, sejak di LPTK pun para dosen kurang
banyak memberikan contoh penilaian yang menggunakan penilaian kinerja.
Dukungan bagi guru agar mampu melaksanakan penilaian kinerja terkesan agak
kurang. Tidak banyak pelatihan tentang bagaimana melaksanakan penilaian kinerja
dalam matematika. Hal itu ditambahkan lagi oleh sulitnya guru menemukan terapan
materi matematika dalam kehidupan sehari-hari. Ini membuat guru merasa
kesulitan bagaimana menerapkan penilaian kinerja.
BEBERAPA SOLUSI YANG MUNGKIN BISA DIPERTIMBANGKAN
Terkait dengan Buku Guru dan Buku Siswa
Buku siswa dan buku guru saat ini sudah diperbaiki. Buku siswa sudah dibuat lebih
memuat headings pendekatan saintifik (ayo mengamati, ayo menanya, ayo menggali
informasi, ayo mengasosiasi, dan ayo mengomunikasikan) memberikan peluang
kepada siswa dan guru untuk menerapkan pendekatan saintifik. Buku guru juga
sudah dibuat lebih simpel, sehingga tebalnya sudah berkurang dari tebal buku guru
yang sebelumnya. Saat ini sudah masuk dalam tahap finalisasi. Mari kita tunggu saja
kehadirannya.
Tapi sebagai guru yang profesional, kita tidak sekedar menunggu. Kita harus terus
berusaha agar bisa memahami buku tersebut dengan sebaik-baiknya. Buku siswa
dan buku guru tersebut perlu dipelajari, baik dengan belajar secara mandiri atau
dengan mengaktifkan kegiatan KKG atau MGMP. Fasilitas internet yang sudah
semakin luas juga perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Penulis bahkan sudah
memfasilitasi para guru dan bahkan siswa untuk belajar matematika dan
pembelajarannya dalam forum facebook group yang penulis beri nama Pusat
Pengembangan Pendidikan Matematika Sekolah. Fasilitas ini bisa digunakan untuk
saling berbagi ide, pengalaman, dan hasil karya dalam pendidikan matematika
sekolah.
9 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3
U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4
Terkait dengan Pembelajaran dan Penilaian
Agar mampu menjalankan pembelajaran sebagaimana diharapkan oleh kurikulum
2013, dalam waktu dekat, pemerintah melalui Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidik dn Tenaga Kependidikan (BPSDM PTK) merencanakan pelatihan
kurikulum 2013. Pemilihan instruktur nasional, dan guru inti sudah diperbaiki.
Harapannya, pelatihan bisa berjalan lebih baik, efektif, dan efisien. Meskipun
alokasi waktu pelatihan juga tidak terlalu jauh berbeda, dengan pelatih yang lebih
baik, harapannya penguasaan cara membelajarkan matematika seperti dituntutkan
dalam kurikulum 2013 bisa lebih baik.
Di samping itu, melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar mengembangkan suatu
program yang disebut dengan program Bimbingan Teknis Peningkatan Mutu
Pembelajaran. Program ini dimaksudkan sebagai pelengkap dari apa yang sudah
dilatihkan oleh BPSDM PTK. Materi yang dilatihkan antara lain: (1) kiat
memanfaatkan kebiasaan menerapkan pendekatan saintifik untuk mengembangkan
karakter, (2) kiat mengembangkan penugasan yang baik, (3) kiat mengembangkan
kemampuan menanya siswa, (4) kiat mendampingi belajar siswa, (5) kiat
memanfaatkan TIK (teknologi informasi dan komunikasi) untuk meningkatkan
mutu pembelajaran, dan (6) kiat mengembangkan literasi.
Sebenarnya materi bimbingan teknis ini tidak hanya sesuai untuk guru sekolah
dasar. Materi bimbingan teknis ini juga cocok untuk guru matematika di jenjang
sekolah menengah pertama atau di sekolah menengah atas. Materi yang disajikan
lebih bersifat esensial, bukan hanya bersifat permukaan. Penugasan merupakan
kunci utama dalam pelaksanaan pembelajaran. Apakah menggunakan pembelajaran
berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran kontekstual,
pembelajaran realistic atau pembelajaran apapun, tugas yang diberikan guru adalah
yang utama. Penugasan menentukan pengalaman belajar yang dilalui siswa.
Penugasan menentukan kualitas belajar yang dialami siswa.
Penugasan yang baik
Penugasan yang baik adalah penugasan yang menark dan menantang. Penugasan
yang menarik adalah penugasan yang dipersepsi oleh siswa sebagai sesuatu yang
memiliki nilai manfaat untuk dikaji. Penugasan yang menarik adalah penugasan
yang mungkin sesuai dengan apa yang ingin dimiliki, ingin diketahui lebih jauh oleh
siswa. Karena itu, penugasan yang menarik adalah penugasan yang bersifat
10 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3
U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4
kontekstual, yaitu penugasan yang disesuaikan dengan konteks pengalaman belajar
dan kehidupan siswa. Sementara itu, Penugasan yang menantang adalah penugasan
yang tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlau sulit. Siswa mempersepsi bahwa
tugas yang diberikan itu terjangkau oleh kemampuannya, tetapi ternyata dia tidak
bisa dengan segera mengetahui cara menyelesaikannya.
Penugasan yang baik biasanya memberi peluang kepada siswa untuk menggunakan
daya kreasi mereka sesuai dengan potensinya masing-masing. Untuk itu, guru bisa
saja memberikan tugas yang bersifat open-ended. Sebagai contoh, misalkan kita
memberikan tugas kepada siswa sebagai berikut: “ada sekumpulan bilangan, yaitu:
15, 20, 23, dan 25. Anak-anak, salah satu bilangan harus saya singkirkan karena kata
orang ia tidak cocok dikumpulkan dengan bilangan yang lain. Coba kalian buat
pertimbangan tertulis tentang bilangan yang harus saya singkirkan, dan jangan lupa
berikan pula alasannya”.
Tugas ini memberikan peluang kepada siswa untuk memberikan jawaban yang
bervariasi. SIswa bisa mengusulkan bilangan 15 karena bilangan yang lainnya
memiliki angka puluhan 2. Siswa bisa mengusulkan bilangan 20 karena yang lain
adalah bilangan ganjil. Siswa bisa mengusulkan bilangan 23 karena yang lain adalah
bilangan kelipatan lima. Terakhir, siswa bisa mengusulkan 25 karena yang lain
bukan bilangan kuadrat.
Kemampuan Menanya
Selanjutnya, salah satu hal penting yang ingin dicapai melalui perubahan kurikulum
ini adalah dikembangkannya kemampuan siswa menanya (baca: mempertanyakan).
Kurikulum 2013 mengharapkan agar siswa menjadi pribadi yang curious, selalu
ingin tahu. Guru harus mendorong siswa mau dan mampu menanya, terutama
mengajukan pertanyaan yang bersifat investigatif (pertanyaan yang mendorong
orang yang ditanya untuk melakukan eksplorasi terlebih dahulu sebelum
menjawabnya).
Cara yang bisa dilakukan antara lain dengan membiasakan hal-hal berikut:
Questioning Breakfast. Sarapan pagi “menanya”. Setiap pagi, sebelum dimulai
pelajaran, siswa diminta untuk menuliskan pertanyaan. Guru bisa
mengondisikan agar pertanyaan yang dibuat siswa sesuai dengan tema dan KD
yang sedang dibahas.
11 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3
U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4
Questioning Appraisal. Pemberian penghargaan kepada siswa yang memiliki
kuantitas dan kualitas pertanyaan investigatif yang baik. Dengan begitu, siswa
mempersepsi kegiatan menanya sebagai suatu kegiatan yang bermanfaat,
Completing What if or What if not questions. Siswa diberi tugas untuk
melengkapi pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata What i” yang berarti
“Bagaimana kalau” atau kata What if not yang berarti “bagaimana kalau tidak”.
Words in a question. Siswa diberi beberapa kata atau rangkaian kata, dan mereka
diminta untuk membuat kalimat yang memuat kata-kata tersebut.
Ketika seorang siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa perlu
didampingi. Guru perlu memantau kemajuan belajar yang telah dicapai. Guru perlu
memantapkan pemahaman siswa terhadap apa yang dikerjakan dan dihasilkan
dengan mempertanyakan proses dan hasil kerjanya. Guru perlu memberikan umpan
balik kepada siswa agar siswa juga berhasil memahami dengan baik materi yang
dipelajarinya. Guru perlu mendorong siswa untuk mengembangkan potensi
kreatifnya sehingga siswa belajar secara optimal. Karena itu, guru perlu belajar
bagaimana mendampingi belajar siswanya secara lebih baik.
Guru sangat disarankan untuk tidak duduk ketika siswanya sedang bekerja. Guru
justru harus berada di samping dan memotivasi siswa belajar (ing madya mangun
karso). Guru memantau apa yang telah dikerjakan siswa, mempertanyakan asal usul
pekerjaan siswa tersebut, meminta mereka memeriksa kembali kebenaran dari arah
pekerjaan, proses, dan hasilnya, serta memberikan petunjuk singkat tentang apa
yang mungkin bisa dikembangkan lebih jauh.
Kiat memanfaatkan kebiasaan belajar dengan pendekatan saintifik juga memberi
kesempatan kepada guru untuk mendorong terbentuknya karakter sebagaimana
diharapkan dalam kompetensi inti 1 dan 2. Ketika siswa mengamati, kalau siswa
dibiasakan untuk mencatat hasil pengamatannya dengan jujur, maka karakter jujur
lama kelamaan akan terbentuk. Ketika siswa dibiasakan untuk jeli dan cermat dalam
menggali informasi lebih jauh, karakter jeli dan cermat juga akan terbentuk. Ketika
siswa dibiasakan untuk santun dalam mengomunikasikan ide dan mendengarkan
orang lain mengomunikasikan idenya, maka karakter santun pun akan terbentuk
dengan sendirinya.
Jadi, bimbingan teknis yang dirancang oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar ini
penting sekali. Guru perlu mendapatkan bimbingan teknis agar pelaksanaan
kurikulum 2013 berjalan lebih baik. Sayangnya, tidak semua dinas pendidikan
12 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3
U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4
tingkat kabupaten/kota menganggarkan pelaksanaan bimbingan teknis ini.
Untungnya, bahan workshop ada bisa digunakan secara langsung oleh guru-guru di
KKG atau MGMP umumnya, atau bahkan di KKG dan MGMP tingkat sekolah.
Di dalam forum tersebut, guru bisa saling belajar, saling membantu dalam
mengembangkan tugas proyek dalam pembelajaran berbasis proyek atau
mengembangkan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah. Mendiskusikan
tugas yang bersifat ill structured yang memerlukan interdisciplinary approach
bersama guru-guru bidang studi lain, mengidentifikasi dan merancang sumber dan
bahan ajar yang diperlukan, menyusun skedul atau jadwal pelaksanaan kegiatan
pengembangan proyek atau kegiatna pemecahan masalahnya, mengidentifikasi
jenis bantuan yang perlu diberikan, dan lain-lain akan dapat diidentifikasi lebih
baik. Guru perlu duduk bersama menyusun proyek atau masalah yang akan
diselesaikan dengan pembelajaran berbasis proyek atau pembelajaran berbasis
masalah.
SIMPULAN
Dari uraian di atas, menurut penulis, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
mengatasi permasalahan penerapan kurikulum 2013. Beberapa hal tersebut antara
lain adalah:
1. Mari kita tunggu buku siswa dan buku guru yang sedang diperbaiki oleh
pemerintah, dan sikapi itu semua secara professional. Mari kita kaji secara
lengkap dan siapkan diri kita untuk tidak mengajarkan halaman demi halaman.
2. Mari kita ikuti pelatihan tentang penerapan kurikulum 2013 dengan sungguh-
sungguh. Pahami materi itu dengan baik, dan mari kita hidupkan kegiatan KKG
atau MGMP, baik KKG dan MGMP lintas sekolah, maupun KKG dan MGMP tingkat
sekolah. Mari kita gunakan juga fasilitas internet yang terbuka luas.
3. Mungkin kita perlu memiliki bahan workshop bimbingan teknis dari direktorat
pembinaan sekolah dasar yang telah dikembangkan dan kita manfaatkan untuk
mengadakan workshop secara swadana di tempat kita masing-masing bertugas.
Semoga apa yang bisa disampaikan saat ini bisa memberikan manfaat bagi kita
semua.
13 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3
U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4
BAHAN BACAAN
Kemdikbud, 2013. Matematika Kelas 7: Buku Siswa. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan.
Kemdikbud, 2013. Matematika Kelas 7: Buku Pegangan Guru. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan.
Kemdikbud, 2014. Konsep Bimbingan Teknis Peningkatan Mutu Pembelajaran.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar
View publication statsView publication stats
top related