1 ca mamae fix
Post on 16-Oct-2015
42 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
1/33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari epitel duktus atau
lobulus payudara. Kanker payudara adalah keganasan paling sering pada
wanita di negara maju dan nomor dua setelah kanker servik di negara
berkembang juga merupakan 29% dari seluruh kanker yang di diagnosis setiap
tahun. Secara keseluruhan kanker payudara merupakan penyebab kematian
nomor dua karena kanker setelah kanker paru.
Kanker payudara di Indonesia terdapat kecendrungan untuk meningkat
dari tahun ke tahun seperti halnya di negara barat. Angka kejadian kanker
payudara di Amerika Serikat 92/100.000 wanita pertahun dengan mortalitas
yang cukup tinggi, yaitu 27/100.000 atau 18% dari kematian yang dijumpai
pada wanita. Di Indonesia, berdasarkan Pathological Based Registration
kanker payudara mempunyai insidens relatif 11,5%. Diperkirakan di Indonesia
mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru pertahun.
Penyebab kanker payudara ini masih belum diketahui secara pasti. Tetapi
terdapat beberapa faktor risiko untuk terjadinya kanker payudara, seperti jenis
kelamin wanita, usia 60-79 tahun, riwayat keluarga menderita kanker
payudara, usia melahirkan anak pertama lebih dari 30 tahun, riwayat terpapar
radiasi, perubahan gaya hidup yang tidak baik, pengaruh hormonal, dan lain
sebagainya.
Kanker payudara masih merupakan masalah kesehatan karena penyebab
yang belum diketahui secara pasti dan kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai penyakit ini, yang mengakibatkan penderita datang dalam keadaan
stadium lanjut, hal ini juga mungkin disebabkan karena kurangnya informasi
terutama mengenai sadari (pemeriksaan payudara sendiri), letak geografis,
pendidikan, serta kurangnya alat diagnosis seperti mammografi.
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
2/33
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk lebih mengerti dan
memahami tentang kanker payudara serta untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu
Bedah Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umum agar dapat mengetahui dan memahami kanker payudara.
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
3/33
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari epitel duktus atau
lobulus payudara.
2.2. Epidemiologi
Jumlah penderita kanker payudara di seluruh dunia terus mengalami
peningkatan, baik pada daerah dengan insiden tinggi di negara-negara barat
maupun pada insiden rendah seperti di banyak daerah di Asia. Di Indonesia
angka kejadian 36,2 per 100.000 perempuan, Inggris 89,1 per 100.000
perempuan, Australia 84,8 per 100.000 perempuan, Singapura 59,9 per
100.000 perempuan, Malaysia 37 per 100.000 perempuan, Myanmar 32,5 per
100.000 perempuan, Timor Leste 29,6 per 1000.000 perempuan.
Kanker payudara adalah keganasan yang paling sering pada wanita.
Walaupun jarang, laki-laki pun bisa terkena kanker payudara. Perbandinganterjadinya kanker payudara pada pria dan wanita, yaitu 1: 100. Insiden kanker
payudara pada laki-laki di Amerika Serikat adalah 1,09 per 100.000 laki-laki
sedangkan insiden rate pada wanita adalah 125,10 per 100.000 wanita. Hasil
penelitian Nourma Yenti L. Gaol di RS Dr. Pirngadi Medan, proporsi kanker
payudara pada laki-laki adalah 2% dari 148 kasus.
Karena kanker payudara jauh lebih umum pada wanita, banyak pria
tidak menyadari bahwa mereka bisa mendapat penyakit ini. Hal ini
menyebabkan penundaan diagnosis dan akibatnya kanker tidak ditemukan
sampai berkembang ke tahap selanjutnya. Perjalanan penyakit kanker
payudara pada pria lebih cepat karena jaringan sekitar payudara tidaklah
setebal pada wanita sehingga pada tahap dini sudah melekat ke jaringan
sekitarnya. Pada perabaan jelas terdapat perlekatan. Tindakan terapi dan
prognosis sama seperti pada wanita.
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
4/33
Angka kejadian kanker payudara terbanyak setelah umur 50 tahun dan
jarang pada umur sebelum 30 tahun. Pada golongan umur lebih lanjut seolah-
olah kanker ini jarang dijumpai karena populasi wanita pada golongan umur
lebih lanjut tersebut menurun.
2.3. Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab secara pasti belum diketahui. Namun resiko untuk
menderita kanker payudara meningkat pada wanita yang mempunyai faktor
risiko. Yang termasuk faktor risiko kanker payudara adalah :
a. Jenis kelamin wanitaInsiden kanker payudara pada pria dibanding wanita sekitar 1:100.
Secara umum 1 dari 9 wanita Amerika akan menderita kanker payudara
sepanjang hidupnya.
b. UsiaResiko meningkat dari 1 : 5900 ke 1 : 290 antara dekade ketiga dan
dekade kedelapan. Wanita usia 60-79 mempunyai kemungkinan menderita
kanker payudara 1 : 14 dibanding wanita usia kurang dari 39 tahun.
c. Riwayat keluargaPasien dengan riwayat keluarga tingkat pertama (ibu dan saudara
kandung) mempunyai resiko 4-6 kali dibanding wanita yang tidak punya
faktor resiko ini. Usia saat terkena juga mempengaruhi faktor resiko,
pasien dengan ibu didiagnosis kanker payudara saat usia kurang dari 60
tahun resiko meningkat 2 kali. Pasien dengan keluarga tingkat pertama
premenopouse menderita kanker payudara bilateral, mempunyai resiko 9
kali. Pasien dengan keluarga tingkat pertama post menopause menderita
kanker payudara bilateral mempunyai resiko 4-5,4 kali.
d. Usia melahirkan anak pertamaJika melahirkan anak pertama dengan usia di atas 30 tahun berisiko 2
kali lebih besar dibandingkan wanita yang melahirkan usia kurang dari 20
tahun.
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
5/33
e. Riwayat menderita kanker payudaraMerupakan faktor risiko untuk payudara kontralateral. Risiko ini
tergantung pada usia saat diagnosis. Risiko ini meningkat pada wanita usia
muda.
f. Predisposisi genetikalRisiko ini berjumlah kurang dari 10% kanker payudara. Autosomal
dominant inheritance terlihat pada Li-Fraumeni syndrome, Muir-Torre
syndrome, Cowden disease, Peutfz-Jeghers syndrome dan mutasi BRCA-1
dan BRCA-2. Risiko untuk menderita kanker payudara mendekati 50%
bila usia kurang dari 50 tahun dan lebih 80% sebelum usia 65 tahun.
g. Ductal carcinoma in situ (DCIS) dan Lobular carcinome in situ (LCIS).Hal ini merupakan marker untuk terjadinya lesi invasif.
h. Proliferasi benigna dan hiperplasia atipikalFaktor ini meningkatkan risiko 4 kali. Atipikal dan hiperplasia disertai
adanya riwayat keluarga risiko meningkat 10 kali. Pada tumor jinak yang
menunjukkan ekspresi reseptor estrogen dan progesteron resikonya 3,2
kali (Kahn). Hiperplasia atipikal terlihat pada 10% spesimen biopsi.
i. RadiasiRadiasi pada usia dibawah 16 tahun mempunyai risiko 100 kali, radiasi
sebelum umur 20 tahun mempunyai risiko 18 kali, usia 20-29 tahun risiko
6 kali, radiasi setelah usia 30 tahun risiko tidak bermakna. Lebih kurang
0,1% pasien yang diradiasi akan timbul sarkoma setelah 5 tahun.
j. Perubahan gaya hidupDiet tinggi kalori, diet tinggi lemak, konsumsi alkohol dan merokok
dan obesitas pada menopause.
k. HormonalMenarche dibawah 12 tahun resiko 1,7-3,4 kali. Menopause usia diatas
55 tahun resiko 1,5 kali. Penggunaan oral kontrasepsi lebih dari 8-10 tahun
juga meningkatkan resiko.
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
6/33
2.4. Patogenesis
Proses perubahan sel normal menjadi neoplastik memerlukan suatu
proses karsinogenesis yang menyebabkan perubahan pada tingkat gen.
Karsinoma payudara herediter melibatkan perubahan pada gen ER, RAS,
HER2/neu yang merupakan protoonkogen, mutasi pada gen ini menyebabkan
sel mempunyai kemampuan menghasilkan sinyal pertumbuhan secara
autokrin ataupun parakrin. Perubahan pada gen BRCA 1, BRCA 2, ataupun
p53 yang merupakan tumor suppressor gen, menyebabkan sel lolos dari siklus
DNA serta gangguan pada proses perbaikan DNA dan apoptosis (Kumar V.,
Abbas, A.K., Fausto, N., 2005).
Terdapat beberapa kemampuan sel yang didapatkan lebih awal pada
proses neoplastik, seperti kemampuan sel untuk menghindari sinyal
penghambat pertumbuhan, kemampuan menghindari apoptosis, dan
kemampuan menghasilkan sinyal pertumbuhan sendiri, yang kemudian secara
bertahap sel ini mendapat akumulasi kesalahan genetik yang berakhir pada sel
neoplasma yang invasif (Kumar V., Abbas, A.K., Fausto, N., 2005).
Salah satu tumor suppressor gen yang berperan penting adalah gen
BRCA1 dan BRCA2, keduanya berperan dalam proses perbaikan DNA yang
mengalami kerusakan. Kerusakan DNA awalnya akan dideteksi oleh gen
ATM (Ataxia-Telangiectasia Mutated), ATM kemudian akan memfosforilasi
BRCA1 sehingga ia akan bermigrasi ke lokasi kerusakan, BRCA2 berperan
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
7/33
membawa gen RAD51 yang merupakan suatu enzim yang berperan dalam
proses penyambukan kerusakan pada double stranded DNA (Kumar V.,
Abbas, A.K., Fausto, N., 2005).
Hormon steroid terutama estrogen mempunyai efek yang signifikan
terhadap pertumbuhan, diferensiasi, dan fungsi dari jaringan payudara. Sel
stroma payudara mempunyai kemampuan modulasi pertumbuhan sel epitelpayudara dengan sekresi faktor pertumbuhan dengan terlebih dahulu
diinduksi oleh hormon estrogen. Jaringan payudara pada wanita usia tua
memiliki kandungan lemak lebih tinggi, sehingga konversi estradiol pada
jaringan perifer menjadi lebih tinggi, hal ini yang menyebabkan usia tua
menjadi suatu faktor risiko terbentuknya neoplasma. Polimorfisme pada
reseptor estrogen berperan pada prognostik neoplasma pada payudara.
Penggunaan kontrasepsi hormonal jangka panjang, menarche dini,
menopause terlambat, tidak mempunyai keturunan, menghasilkan risiko
karsinoma payudara dengan penjelasan yang sama (Abdulkareem, I.H.,
2013). Paparan radiasi, makanan, zat kimia, rokok yang merupakan faktor
lingkungan dapat memicu kerusakaan.
2.5. Anamnesis
Sebagian besar pasien yang memiliki kelainan pada payudara datang
dengan keluhan berupa benjolan dengan atau tanpa rasa nyeri. Nyeri yang
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
8/33
dirasakan pada satu atau kedua payudara yang lumayan sering terjadi
(biasanya berhubungan dengan siklus menstruasi) kemungkinan keganasan
lebih kecil walaupun masih mungkin. Nyeri lokal payudara unilateral
mengindikasikan suatu kelainan jinak maupun ganas sehingga wajib
dievaluasi lebih lanjut. Kita juga harus menanyakan apakah ada keluhan lain
pada pasien, terutama di sekitar payudara yang dapat berupa ulkus, kelainan
pada kulit seperti kulit tertarik, penebalan kulit, perubahan warna atau berupa
eksema (Haryono, 2010).
Selanjutnya ditanyakan apakah ada perubahan pada puting susu
misalnya tertarik ke dalam, keluar cairan bening bercampur darah, seperti
susu atau kuning kehijauan dan berbau. Kemudian ditanyakan juga apakah
terdapat benjolan di daerah aksila dan leher, yang merupakan tanda apakah
sudah terjadi metastasis pada kelenjar limf regional. Selain itu, juga harus
ditanyakan keluhan-keluhan yang menandakan sudah terjadi metastasis jauh
seperti sesak nafas, batuk, nyeri pada tulang belakang (Haryono, 2010).
Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan timbulnya kelainan
payudara juga perlu ditanyakan, seperti, usia menarche yang lebih dini (30 tahun,
jumlah anak, usia menopause yang lebih lambat (>55 tahun), menyusui atau
tidak (terutama menyusui selama 27-52 minggu), penggunaan obat
kontrasepsi dan penggunaan hormon pengganti estrogen (terutama bila
penggunaan >8 tahun), apakah ada riwayat keluarga yang menderita kelainan
payudara seperti kanker payudara, apakah pernah operasi tumor jinak pada
payudara atau mendapat terapi radiasi di daerah payudara. Pola hidup pasien
selama ini juga perlu ditanyakan, seperti apakah pasien merokok, minum
alkohol, berolahraga, ataupun banyak makan makanan berlemak (Haryono,
2010).
2.6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik payudara terdiri dari inspeksi dan palpasi. Selain
pada daerah payudara, perlu juga dilakukan pemeriksaan di daerah aksila,
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
9/33
infra dan supraklavikula. Inspeksi dilakukan pada saat pasien duduk, dengan
posisi kedua lengan disisi tubuh, mengangkat lengan ke atas, dan kacak
pinggang. Saat inspeksi, perlu diamati ukuran dan bentuk kedua payudara,
benjolan ada atau tidak, perubahan warna kulit, tarikan pada kulit, luka/ulkus,
peau de orange (gambaran seperti kulit jeruk), nodul, puting susu tertarik,
eksema, keluar cairan dari puting, dan apakah ada benjolan lain pada aksila,
infaklavikula atau supraklavikula. Cekungan kulit akan terlihat lebih jelas bila
pasien diminta untuk mengangkat lengannya ke atas (Haryono, 2010).
Palpasi dilakukan dengan menggunakan kedua tangan bagian volar
distal jari 2, 3, dan 4 yang digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan pada
setiap kuadran payudara dengan alur melingkar atau zig-zag. Posisi pasien
dalam keadaan berbaring dengan pundak diganjal bantal kecil dan lengan
berada di atas kepala. Posisi seperti ini memudahkan pemeriksaan karena
payudara terbentang rata. Palpasi dilakukan terlebih dahulu pada payudara
yang tanpa keluhan. Hal yang harus diamati bila ada benjolan yaitu, lokasi,
konsistensi, permukaaan, mobilitas, batas, nyeri, dan ukuran. Benjolan yang
berukuran
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
10/33
payudara. Posisi pasien dalam keadaan duduk, pemeriksa berdiri di depan
pasien, misalnya bila ingin memeriksa aksila kanan, lengan kanan pasien
ditopang dengan lengan kanan pemeriksa, diabduksikan, lalu lakukan palpasi
pada daerah aksila dengan lembut dan cermat. Lakukan hal yang sama untuk
memeriksa aksila kiri. Untuk memeriksa daerah infra dan supraklavikula,
pasien diposisikan dalam keadaan duduk, pemeriksa berdiri dibelakang
pasien, lalu lakukan palpasi dengan kedua tangan secara bersamaan
(Haryono, 2010).
2.7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk membantu
diagnosis karsinoma payudara yaitu (Haryono, 2010):
a. Pemeriksaan LaboratoriumDilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat penyulit
pada kanker pasien dan juga untuk mengetahui persiapan terapi yang akan
dilakukan, baik bedah maupun medik. Diantaranya: darah lengkap, urin
lengkap, faal hati, faal ginjal, kadar gula darah, faal hemostatik, protein
serum, alkali fosfatase, elektrolit serum, LDH, asam urat, serum
imunoglobulin, dll.
Pemeriksaan tumor markerdilakukan untuk melihat apakah ada suatu
jenis zat kimia yang ditemukan pada darah, urin atau jaringan tubuh.
Dengan adanya jumlah tumor marker yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah dari nilai normalnya, mengindikasikan adanya suatu proses yang
tidak normal di dalam tubuh akibat kanker. Pada kanker payudara tumor
marker yang biasanya dilakukan adalah CA 153 dengan mengambil
sampel darah.
b. PemeriksaanImaging- Mammografi
Mammografi adalah pemeriksaan radiologi khusus menggunakan
sinar-X dosis rendah untuk mendeteksi kelainan pada payudara,
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
11/33
bahkan sebelum adanya gejala yang terlihat pada payudara seperti
benjolan yang dapat dirasakan (Timp, 2006).
Suatu tehnik pemeriksaan soft tissue untuk melihat tanda primer
berupa fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata
ukuran klinik dan rontgenologik dan adanya perbedaan yang nyata
ukuran klinik dan rontgenologik dan adanya mikrokalsifikasi. Tanda
sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi,
perubahan posisi papila dan areola. Mammografi ini dapat mendeteksi
tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk
diagnosis dini dan skrining.
(a) (b)Gambar 1. (a) posisi cranio-caudal (b) posisi medio-lateral oblique
Secara mammografi, kanker payudara dikenali dengan keberadaan lesi
massa atau biasa disebut massa, atau keberadaan mikrokalsifikasi
(Timp, 2006).
Lesi massa.Sebagian besar tumor payudara, baik yang tidak ganas maupun
berpotensi kanker tampak sebagai massa. Sebuah massa adalah area
terdapatnya lesi yang tampak dari dua proyeksi foto mammografi yang
berbeda.
Mikrokalsifikasi.Ciri lainnya dari kanker adalah keberadaan mikrokalsifikasi.
Mikrokalsifikasi berbentuk seperti noda berukuran kecil dan terkadang
berupa titik-titik, terdapat di dalam lobula atau ductal.
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
12/33
(a) (b)
Gambar 2.(a) citra massa (b) citra mikrokalsifikasi
Mamografi sebagai skrining telah menunjukkan pengurangan
mortalitas dari kanker payudara pada wanita berusia sekitar 50-74tahun yaitu 26% (Harris,1997). Dari guideline American Cancer
Society untuk skrining mamografi dilakukan pertama kali pada usia
40 tahun, mamografi setiap 1 sampai 2 tahun pada usia antara 40 dan
49 tahun, dan mamografi pertahun setelahnya (Fink dan Mettlin,
1995).
Wanita dengan resiko familial yang tinggi untuk perkembangan
kanker payudara atau dengan BRCA 1/2 positive, pasien harus
melakukan momogram rutin dimulai dari 5 tahun usia sebelum
anggota keluarga terdekat yang terdiagnosa kanker payudara
(Tripathy, 1999).
- UltrasonografiSuatu pemeriksaan ultrasound adalah menggunakan gelombang
bunyi dengan frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan
pada payudara. Gelombang bunyi yang tinggi ini bisa membedakan
suatu masa yang padat, yang kemungkinan kanker, dan kista yang
berisi cairan, yang kemungkinannya bukan kanker. Dan juga dapat
digunakan untuk melihat apakah adanya metastase jauh pada organ
lain dan juga guide untuk biopsi.
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
13/33
Gambar 3. USG pada payudara, gambaran maligna: lesi hipoechoic
dengan margin irregular
- Magnetic Resonance Imaging (MRI)MRI merupakan magnetic, bukan X-ray, untuk memproduksi
gambaran detail dari tubuh. Apabila seorang wanita telah didiagnosis
mempunyai kanker payudara maka cara lain untuk memeriksa
payudara dapat digunakan MRI. Tetapi ini tidaklah mutlak karena
dapat digunakan untuk screening saja. Menurut American Cancer
Society (ACS), wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker
payudara, seperti pada wanita dengan mutasi gen BRCA atau banyak
anggota keluarganya terkena kanker payudara, sebaliknya juga
mendapatkan MRI, bersamaan dengan mammografi. MRI biasanya
lebih baik dalam melihat suatu kumpulan masa yang kecil pada
payudara yang mungkin tidak terlihbat pada saat USG atau
mammogram. Khususnya pada wanita yang mempunyai jaringan
payudara yang padat.
Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan padat yang terlihat
pada saat MRI bukan kanker, atau bahkan MRI tidak dapat
menunjukkan suatu jaringan yang padat itu sebagai in situ breast
cancer maka untuk memastikan lagi harus dilakukan biopsy (Swart
dkk., 2010).
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
14/33
- Foto ThoraxUntuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran ke paru-paru.
- BonescanUntuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke tulang.
Pasien disuntikan radioactive tracer pada pembuluh vena yang akan
berkumpul di tulang yang menujukkan kelainan karena kanker. Jarak
antara suntikan dan pelaksanaan bonescankira-kira 3-4 jam. Selama
itu pasien dianjurkan minum sebanyak-banyaknya. Hasil yang terlihat
adalah gambar penampang tulang lengkap dari depan dan belakang.
Tulang yang menunjukkan kelainan akan melihat warnya lebih gelap
dari tulang normal.
- Computed Tomography (CT) ScanUntuk melihat secara detail letak tumor. Pasien juga disuntik
radioactive tracer pada pembuluh vena, tetapi volumenya lebih
banyak sehingga sebenarnya sama benar dengan infus. Setelah
disuntik CT-Scan dapat segera dilakukan.CT-scan akan membuat
gambar tiga dimensi bagian dalam tubuh yang diambil dari berbagai
sudut. Hasilnya akan terlihat gambar potongan melintang bagian dari
tubuh yang di scan 3 dimensi.
- Positron Emission Tomograpy (PET) ScanUntuk melihat apakah kanker sudah menyebar. Dalam PET scan,
cairan glukosa yang mengandung radioaktif disuntikan pada pasien.
Sel kanker akan menyerap lebih cepat cairan glukosa tersebut
dibandingkan sel normal. Sehingga akan terlihat warna kontras pada
PET scan. PET scan biasanya digunakan sebagai pelengkap data dari
hasil CTscan, MRI, dan pemeriksaan secara fisik.
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
15/33
Tabel 1. Pemeriksaan Imaging pada kanker Payudara
(Swart dkk., 2010)
Modalitas Indikasi
Mammografi Sebagai deteksi awal pada kasus yang simptomatis untuk wanita
berusia lebih dari 35 tahun dan sebagai skrining; pilihan untuk kasus
mikrokalsifikasi
Ultrasonografi Sebagai deteksi awal pada kasus lesi yang dapat dipalpasi untuk wanita
berusia kurang dari 35 tahun
MRI Scarred breast, implants, lesi multifokal, dan lesi yang borderline
untuk konservasi payudara; berguna untuk skrining pada wanita yang
beresiko tinggi
Scintiography Lesi >1 cm dan axilla assessment;berguna untuk prediksi resistensi obat
PET Axilla assessment, scarred breast, dan lesi multifokal
c. Pemeriksaan Patologi Anatomi- Image guided biopsy
Digunakan ketika suatu benjolan yang mencurigakan tidak teraba.
Dapat dilakukan dengan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB,
menggunakan jarum kecil untuk mengambil sampel jaringan).
Stereotactic Core Biopsy (menggunakan X-ray untuk menentukan
jaringan yang akan diambil) atau Vacuum Assisted Biopsy
(menggunakan jarum yang tebal untuk mengambil beberapa macam
jaringan inti yang luas). Dalam melakukan prosedur ini, jarum biopsy
untuk menuju area yang dimaksud, dibantu oleh mammografi. USG
atau MRI. Metal klip kecil dapat diletakkan pada bagian dari payudara
yang akan dilakukan biopsy. Dalam kasus ini apabila jaringan itu
membuktikan adanya kanker secara sitologi, maka segera diadakan
operasi tambahan. Keuntungan teknik ini adalah bahwa pasien hanya
butuh sekali operasi untuk menentukkan pengobatan dan
menentukkan stadium (Swart dkk., 2010).
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
16/33
- Core BiopsyDapat menentukkan jaringan FNAB dapat menentukkan sel dari
suatu massa yang berada dan ini semua kemudian dapat dianalisa
secara histologis untuk menentukkan adanya sel kanker.
- Surgical BiopsyBiopsi dengan cara operasi, mengambil sejumlah besar jaringan.
Biopsi ini biasa dikenal dengan biopsy incisional (mengambil
sebagian dari benjolan biasanya pada kasus tumor yang non-operable
atau tumor-tumor dengan ukuran yang sangat besar >3 cm) atau
excisional (mengambil seluruh benjolan atau tumor pada kasus yang
operable atau kasus dengan tumor berukuran kecil < 3 cm) (Harris,
1997).
Jaringan yang didapat dari biopsi digunakan untuk melihat:
Ciri-ciri tumor.Apakah tumor itu invasif (biasanya menyebar) atau in situ (biasanya
tidak menyebar), Ductal (dalam saluran susu) atau lobular (dalam
kelenjar susu), Grade (seberapa besar perbedaan kanker itu dari sel
sehat) dan apakah sel kanker telah menjalar ke pembuluh darah atau
pembuluh getah bening. Margin dari tumor juga diamati.
Receptor Estrogen (ER) dan Receptor Progestron (PR) tes.Apabila diketahui positif mengandung receptor ini [ER (+) dan PR
(+)], kanker ini berkembangnya karena hormon-hormon tersebut.
Biasanya diadakan terapi hormon.
Tes HER2 neu. (C-erb2).Adanya protein HER2 yang berlebihan. Rata-rata pada 25% penderita
kanker. Dengan mengetahui status HER2 (positif atau negatif), maka
dapat ditentukan apakah pasien akan diterapi dengan menggunakan
obat yang disebut trastuzumab (HERCEPTIN) atau tidak.
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
17/33
Genetic Desription of the Tumor.Tes dengan melihat unsur biologi dari tumor, untuk memahami lebihdalam mengenai kanker payudara. Oncotype DX adalah tes untuk
mengukur resiko seberapa jauh kekambuhannya(Swart dkk., 2010).
2.9. Klasifikasi Stadium
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan sistem TNM dari
American Joint Committee on Cancer (AJCC). Dibagi menjadi 4 stadium
berdasarkan sistem TNM, dengan ukuran tumor (T), status kelenjar getah
bening (N), Metastasis jauh (M).
Klasifikasi dan stadium Definisi
Tumor Primer (T)
TX Tumor primer tidak bisa di nilai
T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in Situ
Tis (DCIS) Ductal carcinoma in situ
Tis (LCIS) Lobular carcinoma in situ
Tis (Paget) Penyakit Paget di puting susu tanpa
tumor
T1 Ukuran diameter terbesar tumor < 2cm
T1mic Ukuran diameter terbesar mikroinvasi
5cm
T4 Tumor dengan ukuran apapun yang
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
18/33
membesar langsung ke (a) dinding dada
atau (b) kulitT4a Membesar ke dinding dada, tidak
termasuk otot pectoralis
T4b Edema ( Termasuk peau d orange) atau
ulserasi atau nodul kulit satelit pada
payudara yang sama
T4c T4a dan T4b
T4d Karsinoma Inflamasi
Regional Lymph node (N)
NX Regional Lymph node tidak bisa dinilai
N0 Tidak ada regional lymph node
metastasis
N1 Metastasis bisa digerakakan, lymph
node axila ipsilateral
N2 Metastasis di ipsilateral axila lymph
node terfiksasi, atau secara klinis
tampak ipsilateral internal mammary
node pada kasus absennya tanda
metastasis axila lymph node metastasis
N2a Metastasis di ipsilateral axila lymph
node terfiksasi satu dengan yang lain
atau struktur sekitar
N2b Metastasis hanya pada kasus ipsilateral
internal mammary node dan pada kasus
absennya tanda metastasis di axila
lymph node
N3 Metastasis di ipsilateral infraklavikula
lymph node, atau secara klinis tampak
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
19/33
ipsilateral internal mammary lymph
node dan dijumpainya axila lymph nodemetastasis atau metastasis di ipsilateral
supraklavikula lymph node
N3a Metastasis di ipsilateral Infraklavikula
lymph node dan axillary lymph node
N3b Metastasis pada ipsilateral internal
mammary lymph node dan axila lymph
node
N3c Metastasis pada ipsilateral
supraklavikula lymph node
Metastasis Jauh (M)
MX Metastasis jauh tidak bisa dinilai
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
Pengelompokan Stadium AJCC 2002
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium 1 T1 N0 M0
Stadium II A T0
T1
T2
N1
N1
N0
M0
M0
M0
Stadium II B T2
T3
N1
N0
M0
M0
Stadium III A T0
T1
T2
T3
N2
N2
N2
N1
M0
M0
M0
M0
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
20/33
T3 N2 M0
Stadium III B T4T4
T4
N0N1
N2
M0M0
M0
Stadium III C Setiap T N3 M0
Stadium IV Setiap T Setiap N M1
2.10. Penatalaksanaan
Pengobatan stadium dini akan memberikan harapan kesembuhan dan
harapan hidup yang baik. Secara umum, pengobatan pada penderita kanker
meliputi 2 tujuan, yaitu:
a. Terapi KuratifTerapi kuratif adalah tujuan utama terapi pada pasien kanker untuk
menghilangkan kanker tersebut. Dalam pelaksanaannya, terapi pada pasien
kanker tidak dapat mempertahankan asas primum non nocere karena
dalam pemberian terapi kuratif, akan diberikan sejumlah zat kemoterapi
tertentu atau radiasi yang bersifat toksik terhadap bagian tubuh yang lain
yang tidak terkena kanker. Terapi kuratif dapat berupa bedah radikal,
kemoterapi, radiasi, imunoterapi atau kombinasi dari keempat modalitas
tersebut (Harrisons, 2006).
b. Terapi PaliatifTerapi paliatif diberikan jika tujuan utama terapi kuratif tidak tercapai.
Tujuan terapi paliatif adalah untuk mengurangi gejala, dan meningkatkan
kualitas hidup pasien dengan kanker pada pasien yang tidak mungkin
sembuh. Ketika tujuan terapi adalah sebagai paliatif, maka efek toksisitas
kemoterapi atau radiasi harus diminimalisir (Harrisons, 2006).
Terapi pada kanker payudara tergantung dari stadiumnya. Adapun
jenis-jenis terapinya adalah:
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
21/33
a. Pembedahan (Swart, 2014)Pada stadium I, II, dan III, dan terapi bersifat kuratif. Semakin dini
terapi dimulai, semakin tinggi akurasinya. Pengobatan pada stadium I, II,
dan III adalah operasi primer, sedangkan terapi lain bersifat adjuvant.
Untuk stadium I dan II, pengobatan adalah radikal mastektomi atau
radikal mastektomi modifikasi dengan atau tanpa radiasi atau sitostatika
adjuvant. Terapi radiasi dan sitostatika adjuvant diberikan jika kelenjar
getah bening aksila mengandung metastasis.
- Mastektomi RadikalYaitu pengangkatan puting dan areola, serta kulit diatas tumor dan 2
cm di sekitarnya, glandula mammae (seluruh payudara), fasis M.
Pectoralis Mayor, M. Pectoralis mayor, M. Pectoralis minor disertai
diseksi aksila. Diseksi aksila adalah pengangkatan semua isi rongga
aksila kecuali arteri, vena dan saraf yang bermakna. Teknik operasi ini
dapat pula dimodifikasi menjadi mastektomi radikal modifikasi Madden,
dimana M.pektoralis mayor tidak diangkat. Operasi ini bersifat kuratif
dan dilakukan untuk tumor yang berada pada stadium operable yaitu
stadium I, II, dan III awal. Mastektomi radikal dapat diikuti dengan atau
tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant tergantung dari keadaan KGB
aksila.
- Mastektomi sederhanaYaitu pengangkatan puting dan areola, serta kulit diatas tumor dan 2
cm di sekitarnya, dan glandula mammae. Pada stadium IIIa, operasi
berupa mastektomi sederhana. Teknik operasi ini hampir sama dengan
teknik pada operasi mastektomi radikal, namun pada teknik ini tidak
dilakukan diseksi aksila. Setiap mastektomi sederhana harus diikuti oleh
radiasi (radioterapi) untuk mengatasi mikrometastasis atau metastasis
kelenjar getah bening. Kombinasi mastektomi sederhana dengan radiasi
mempunyai efektivitas yag sama dengan mastektomi radikal.
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
22/33
- Breast Converting Treatment (Swart, 2014)Yaitu pengangkatan tumor dengan batas sayatan bebas
(tumorektomi, segmentektomi, atau kwadrantektomi) dan diseksi aksila
diikuti dengan radiasi kuratif. Operasi ini dilakukan untuk tumor stadium
dini yaitu stadium I dan II dengan ukuran tumor 3 cm; untuk yang lebih
besar belum dikerjakan dan mempunyai prognosis yang lebih buruk
daripada terapi radikal.
b. Kemoterapi (Abdulmuthalib, 2006)Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama
diberikan pada kanker payudara yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi
dapat pula diberikan pada kanker payudara yang sudah dilakukan operasi
mastektomi, yang bersifat adjuvant.
Kanker payudara stadium IV, pengobatan yang primer adalah
bersifat sistemik. Terapi ini berupa kemoterapi dan terapi hormonal.
Radiasi kadang diperlukan untuk paliatif pada daerah-daerah tulang yang
mengandung metastasis.
Pilihan terapi sistemik dipengaruhi pula oleh terapi lokal yang dapat
dilakukan, keadaan umum pasien, reseptor hormon dan penilaian klinis.
Karena terapi sistemik bersifat paliatif, maka harus dipikirkan toksisitas
yang potensial terjadi.
Kanker payudara dapat berespon terhadap agen kemoterapi, antara
lain anthrasikin, agen alkilasi, tanxane, dan anti metabolit. Kombinasi dari
agen tersebut dapat memperbaiki respon namun hanya memiliki efek yang
sedikit untuk meningkatkan survival rate. Pemilihan kombinasi agen
kemoterapi tergantung pada kemoterapi adjuvant yang telah diberikan dan
jenisnya. Jika pasien telah mendapat kemoterapi adjuvant dengan agen
Cyclophosphamide, Methotrexat, dan 5-fluorouracil (CMF), maka pasien
ini tidak mendapat agen yang sama dengan yang didapat sebelumnya.
Untuk pasien dengan kanker payudara dapat diberikan kemoterapi
intravena (IV). Cara pemberian kemoterapi IV bervariasi, tergantung jenis
obat.
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
23/33
c. Radioterapi (Abdulmuthalib, 2006)Merupakan terapi utama untuk kanker payudara stadium IIIb
(locally advanced), dan diikuti oleh modalitas lain yaitu terapi hormonal
dan kemoterapi. Radiasi terkadang diperlukan untuk paliasi didaerah
tulang weight bearing yang mengandung metastase atau pada tumor bed
yang berdarah difus dan berbau yang mengganggu sekitarnya.
Prinsip dasar radiasi adalah memberikan stress fisik pada sel
kanker yang berada pada keadaan membelah sehingga terjadi kerusakan
DNA dan menyebabkan terbentuknya radikal bebas dari air yang dapat
merusak membran, protein, dan organel sel. Tingkat keparahan radiasi
tergantung pada oksigen. Sel yang hipoksia akan lebih resisten terhadap
radiasi dibandingkan dengan sel yang tidak hipoksia. Hal ini terjadi
karena radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel berasal dari
oksigen. Oleh karena itu,pemberian oksigen dapat meningkatkan
sensitivitas radiasi.
d. Terapi hormonal (Abdulmuthalib, 2006)Terapi hormonal diberikan pada kanker payudara stadium IV.
Prinsip terapi ini berdasarkan adanya reseptor hormon yang menjadi
target dari agen terapi kanker. Ketika berikatan dengan ligand, reseptor
ini mengurangi transkripsi gen dan menginduksi apoptosis.
Jaringan payudara mengandung reseptor estrogen. Kanker
payudara primer atau metastasis juga mengandung reseptor tersebut.
Tumor dengan reseptor estrogen tanpa ada reseptor progesteron memiliki
respon sebesar 30%, sedangkan jika memiliki reseptor estrogen dan
progesteron, respon terapi dapat mencapai 70%.
Pemilihan terapi endokrin atau hormonal berdasarkan toksisitas
dan ketersediaan. Pada banyak pasien, terapi endokrin inisial berupa
inhibitor aromatase. Untuk wanita dengan reseptor estrogen yang positif,
respon terhadap inhibitor aromatase lebih besar dibandingkan dengan
tamoxifen.
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
24/33
Tamoxifen paling sering digunakan sebagai terapi adjuvant pada
perempuan dengan kanker payudara yang telah direseksi. Penggunaan
tamoxifen harus diteruskan selama 5 tahun. Pada pasien dengan kanker
payudara yang telah metastasis, lebih sering digunakan inhibitor
aromatase. Namun, bagi pasien yang memburuk setelah mendapat
inhibitor aromatase, tamoxifen dapat memberikan manfaat. Selain itu,
tamoxifen juga bermanfaat sebagai kemopreventif kanker payudara.
Dosis standard tamoxifen adalah 20 mg, dengan pemberian 1 kali
sehari karena waktu paruh yang panjang. Efek samping yang dapat
ditimbulkan antara lain hot flushes, kelainan sekresi cairan vagina dan
toksisitas retina, walaupun tidak mengancam penglihatan. Efek samping
yang harus diperhatikan adalah bahwa tamoxifen dapat menyebabkan
penurunan densitas tulang pada wanita premenopause dan kanker
endometrium.
Pemberian terapi hormonal dibedakan tiga golongan penderita
menurut status mensturasi:
PremenopauseTerapi hormonal yang diberikan berupa ablasi yaitu bilateral
oopharektomi
PostmenopauseTerapi hormonal yang diberikan berupa pemberian obat anti
estrogen
1-5 tahun menopauseJenis terapi hormonal tergantung dari aktifitas efek estrogen.
Efek estrogen positif dilakukan terapi ablasi, jika efek estrogen
negatif maka dilakukan pemberian obat-obatan anti estrogen.
2.11. Komplikasi
Komplikasi yang berhubungan dengan kanker payudara sering
disebabkan oleh efek samping daripada tipe pengobatan yang dilakukan dan
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
25/33
berbeda respon antara pasien yang satu dengan yang lain. Tipe pengobatan
yang dijalani pasien antara lain (Burkhead, 2010) :
a. KemoterapiSering mempengaruhi traktus digestivus (mual dan muntah) dan
menganggu proses pembentukan sel darah merah pada sumsum tulang
belakang.
Pada wanita pre-menopause, komplikasi terseringnya adalah
kerusakan ovari yang menyebabkan produksi hormon terganggu bahkan
terhenti sehingga menimbulkan gejala seperti menopause (keringnya vagina,
osteoporosis), periode mens terganggu dan sulit untuk hamil.
b. Radiasi terapi dan hormonSering menyebabkan komplikasi berupa peningkatan risiko
osteoporosis sehingga monitoring densitas mineral tulang menjadi hal yang
wajib dilakukan.
c. MastektomiKomplikasi yang sering terjadi cenderung mengarah ke psikologis
pasien di mana pasien merasa tidak nyaman kehilangan satu atau kedua
payudara.
2.12. Prognosis
Banyak prognosis dan faktor predisposiss untuk kanker payudara yang
telah diidentifikasi College of American Pathologistsebagai petunjuk dalam
tatalaksana wanita dengan kanker payudara, antara lain (NICR, 2011) :
a. Axial lymph node statusb. Ukuran tumorc. Invasi limfati/vaskulard. Usia pasiene. Tingkatan histologik
f. Subtipe histologik (tubular, musinus atau papiler)g. Respon pada terapi neoadjuvan
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
26/33
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Isdariyah br Panjaitan
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Batak
Agama : Kristen
Status : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Tamat SMP
Alamat : Jl Perintis Kemerdekaan Dusun IV Tanjung Morawa
Anamnesis Utama
Keluhan utama : Benjolan pada payudara kanan
Telaah : Hal ini dialami oleh pasien sejak 3 tahun yang lalu. Awalnya
benjolan pada payudara kanan pasien sebesar kelereng dan semakin lama bertambah
besar. Satu tahun terakhir benjolan sudah sebesar telur ayam. Benjolan teraba keras
dan terasa nyeri dimana nyeri bersifat hilang timbul, terlokalisisasi, dan berdenyut.
Perubahan warna kulit dijumpai, keluar cairan dari puting tidak dijumpai, luka pada
payudara tidak dijumpai, penarikan puting tidak dijumpai, dan benjolan di leher dan
ketiak dijumpai. Benjolan di ketiak dan leher terasa keras dan nyeri. Saat sedang
mensturasi pasien tidak mengeluhkan benjolan di payudara terasa lebih nyeri. Riwayat
penurunan berat badan pasien 6 bulan yang lalu dari 60 kg sekarang 52 kg. Riwayat
demam tidak dijumpai. Haid pertama pasien pada usia 12 tahun. Pasien sudah menikah
dengan satu anak dan melahirkan anak pertama pada usia 31 tahun. Riwayat menyusui
dijumpai selama 3 bulan. Riwayat pemakaian KB suntik 3 bulan. Riwayat trauma
tidak dijumpai. Riwayat merokok tidak dijumpai. Riwayat minum alkohol tidak
dijumpai. Riwayat operasi sebelumnya dijumpai (operasi sesar). Riwayat keluarga
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
27/33
(ibu, kakak, dan anak) yang menderita penyakit keganasan tidak dijumpai. Riwayat
batuk dan sesak nafas tidak dijumpai. Namun, pasien mengeluhkan nyeri pada perut
sebelah kanan yang tidak menyebar dan dirasakan terus menerus. Pada bulan
September tahun 2013 sudah dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan hasil
invasive duct carsinoma mammae grade I. Pasien kemudian menjalani kemoterapi
siklus pertama di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada bulan September tahun 2013.
Namun, pasien tidak datang lagi untuk melanjutkan siklus kedua pada bulan
berikutnya.
Riwayat penyakit terdahulu : kanker payudara
Riwayat penggunaan obat : obat-obat kemoterapi
Pemeriksaan Umum
Status presens :
Karnofsky scale : 70
VAS : 4
Tanda Vital :
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92 x/i
Suhu : 36,7oC
Pernafasan : 22 x/i
Pemeriksaan Fisik
Mata : Konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
RC(+/+), pupil isokor, diameter 3 mm
T/H/M : dalam batas normal
Leher : teraba benjolan KGB di regio supraklavikula kanan,konsistensi
keras, permukan rata, immobile, berbatas tegas, nyeri (+), ukuran
2 cm x 2 cm
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
28/33
Paru : I : simetris fusiformis
P : SF kanan=kiri, kesan normal
Pr : sonor kedua lapangan
A : SP : vesikuler
ST : ronki (-/-)
Jantung : S1, S2 normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : I : simetris
P : soepel, teraba benjolan pada regio hypochondrium kanan,
konsistensi keras, permukaan kasar, immobile, berbatas
tidak tegas, nyeri (+)
Pr : beda pada regio hypochondrium kanan
A : peristaltik (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2
Status lokalisata ( Payudara):Inspeksi:
Posisi duduk dengan kedua lengan disamping:
Payudara tampak tidak simetris. Payudara kiri tidak dijumpai kelainan. Tampak
benjolan pada kuadran medial bawah payudara kanan, sewarna dengan kulit.
Pemekaran pembuluh darah (-), tarikan pada kulit dan puting (-), peau d orange
(+), ulkus (-), ekzema (-), warna kemerahan pada kulit (-), fistel (-), sikatriks (+).
Posisi duduk dengan kedua lengan di atas kepala:
Benjolan/ tanda-tanda radang di aksila kanan (+)
Posisi duduk dengan kacak pinggang:
Benjolan supraklavikula kanan(+)
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
29/33
Palpasi:
Payudara kiri : Tidak teraba massa
Payudara kanan: teraba massa pada kuadran medial bawah, konsistensi keras,
permukaan berbenjol-benjol, batas tegas, immobile, nyeri (+), diameter terbesar
8 cm, cairan dari putting (-)
KGB aksila: teraba pembesaran KGB
KGB supra klavikula : teraba pembesaran KGB
KGB infra klavikula: tidak teraba pembesaran KGB
Berat badan : 52 kg
Tinggi badan : 142 cm
Diagnosis Kerja : Kanker Payudara Kanan T4bN3cMx
Terapi : IVFD RL 20 gtt/i
Threeway terpasang
Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam
Rencana : DL, LFT, RFT, KGD, Foto thorax PA, USG liver
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 12 April 2014
Darah Lengkap :
Hemoglobin : 10,50 gr%
Eritrosit : 3,40 x 106/mm3
Hematokrit : 30,3%
Leukosit : 7.740 /mm3
Trombosit : 312.000 /mm3
Neutrofil absolut : 5,24x103/uL
Kimia Klinik :
KGD ad random : 82,3 mg/dL
Ureum : 19,20 mg/dL
Kreatinin : 1,05 mg/dL
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
30/33
SGOT : 42 U/L
SGPT : 11 U/L
Hasil Pembacaan Foto Thorax Tanggal 12 April 2014
Kesimpulan :Tidak tampak metastasis paru
Pemeriksaan USG Liver pada Tanggal 17 April 2014 :
Kesimpulan :Nodul di liver lobus kanan ukuran 3 cm x 2 cm, gambaran sesuai
metastasis liver
Diagnosis Definitif : Kanker Payudara kanan T4bN3cM1 (liver)
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
31/33
BAB IV
PEMBAHASAN
Sesuai dengan teori, dari anamnesis didapatkan pasien memiliki beberapa
faktor resiko terjadinya kanker payudara yaitu wanita, usia diatas 40 tahun,
melahirkan anak pertama pada usia 31 tahun, riwayat penurunan berat badan
pasien >10% selama 6 bulan ini.
Pasien merupakan pasien lama RS HAM Medan, datang dengan keluhan
terdapat benjolan pada payudara kanan pasien sudah dialami sejak 3 tahun yang
lalu, awalnya berukuran seperti kelereng dan satu tahun terakhir ini berukuran
seperti telur ayam. Benjolan teraba keras dan terasa nyeri yang bersifat hilang
timbul, terlokalisasi, dan berdenyut. Perubahan warna kulit dijumpai. Saat
mensturasi pasien tidak ada mengeluhkan benjolan di payudara terasa lebih nyeri.
Riwayat demam tidak dijumpai. Riwayat trauma tidak dijumpai. Pada bulan
september 2013, pasien sudah dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan hasil
invasive duct carcinoma mammae grade 1. Dan pasien dikemoterapi siklus
pertama di RS HAM Medan. Namun pasien tidak melanjutkan kemoterapi siklus
kedua pada bulan berikutnya.
Pasien sekarang datang ke RS HAM dengan keluhan yang sama terdapat
benjolan pada payudara kanan, dan terdapat benjolan di leher dan ketiak, benjolan
tersebut terasa keras dan nyeri. Pada inspeksi tampak benjolan pada kuadran
medial bawah payudara kanan, sewarna dengan kulit. Pemekaran pembuluh darah
(-), tarikan pada kulit dan puting (-), peau d orange (+), ulkus (-), ekzema (-),
warna kemerahan pada kulit (-), fistel (-), sikatriks (+). Pada palpasi terababenjolan pada payudara kanan pada kuadran medial bawah payudara kanan
berkonsistensi keras, permukaan berbenjol-benjol, batas tegas, immobile, nyeri
(+), diameter terbesar 8 cm, cairan dari putting (-). Pasien juga mengeluhkan
nyeri pada perut kanan tidak menyebar dan dirasakan terus menerus. Riwayat
batuk dan sesak nafas tidak dijumpai. Dan pada pemeriksaan fisik teraba benjolan
KGB di regio supraklavikula kanan ,konsistensi keras, permukan rata, immobile,
berbatas tegas, nyeri (+), ukuran 2 cm x 2 cm. Pada abdomen saat palpasi
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
32/33
teraba benjolan pada regio hypochondrium kanan, konsistensi keras, permukaan
kasar, immobile, berbatas tidak tegas, nyeri (+). Maka disangkakan pasien
mengalami regional metastasis ke KGB di aksila dan regio supraklavikula dan
distant metastasis ke Liver. Maka dilakukan pemeriksaan Foto Thorax dan USG
Liver untuk menilai apakah sudah terdapat metastasis ke Paru dan Liver. Dari
hasil foto thorax tidak dijumpai kelainan. Dari USG Liver didapatkan Nodul di
liver lobus kanan ukuran 3 cm x 2 cm, gambaran sesuai metastasis liver.
Menurut staging AJCC 2002 dengan sistem TNM, pasien distaging
T4bN3cM1(liver). Dikatakan T4b karena tampilan benjolan pada payudara kanan
pasien terdapat peau d orange dan tidak ada tarikan pada putting maka ekspansi
sel kanker hanya kekulit tidak ke dinding dada. Dikatakan N3c karena pasien
terdapat metastasis pada ipsilateral supraklavikula lymph node. Dikatakan
M1(Liver) karena dari hasil pemeriksaan USG Liver didapatkan tanda metastasis
ke liver.
Pasien didiagnosa dengan kanker payudara kanan T4bN3cM1(Liver),
pasien sudah masuk stadium IV menurut pengelompokan stadium AJCC 2002.
-
5/26/2018 1 ca mamae fix
33/33
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kareem, I.H., 2013.A Review on Aetio-Pathogenesis of Breast Cancer.J
Genet Syndr Gene Ther 2013, 4:5. Available online from:
http://dx.doi.org/10.4172/2157-7412.1000142.
Abdul Muthalib., Prinsip Dasar Terapi Sistemik pada Kanker, Dalam : Aru W
Sudoyo, dkk. Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta:
2006.
Burkhead, S. Breast Cancer Complications in Healthline Editorial Team. 2010.
Northern Ireland Cancer Registry (NICR).Cancer Survival Online
Statistics. Breast.Accessed September 2011.
Fink DJ, Mettlin CJ.American Cancer Society Textbook of Clinical Oncology.
2nd ed. 1995;128-193.
Harris J, et al. Cancer: Principles & Practice of Oncology.5th ed. 1997;1557-
1616.
Harrisons. T. R., Princinciples of Internal Medicine, 16th ed, McGraw-Hill Book
Co. Inc, New York, 2006.
Haryono, Samuel J., 2010. Payudara. In: Sjamsuhidajat, R.,Buku Ajar Ilmu Bedah
Sjamsuhidajat-De Jong Edisi 3. Jakarta: EGC, 471-497.
Kumar V., Abbas, A.K., Fausto, N., 2005. Robbins and Cotran Pathologic Basis
of Disease. 7thed. Saunders : Philadelphia.
Swart. R, et.al., Breast Cancer: Treatment. Diundah dariwww.medscape.com.
Diakses tanggal: 22 april 2014.
Timp, Sheila., Analysis of Temporal Mammogram Pairs to Detect and
Characterise Mass Lesions, Groningen, 2006. Available from:
www.breastcancer.org[Accessed 22 April 2014].
Tripathy D, Henderson IC. Current Cancer Therapeutics.3rd ed. 1999;123-129.
Swart, R., Downey, L., Lang, J., Thompson P. A., Livingston, R. B., and
Stopeck, A. T., 2010.Breast Cancer. Available from:
http://emedicine.medscape.com[Accessed 22 April 2014].
http://www.qub.ac.uk/research-centres/nicr/CancerData/OnlineStatistics/http://www.qub.ac.uk/research-centres/nicr/CancerData/OnlineStatistics/http://www.medscape.com/http://www.medscape.com/http://www.medscape.com/http://www.breastcancer.org/http://www.breastcancer.org/http://emedicine.medscape.com/http://emedicine.medscape.com/http://emedicine.medscape.com/http://www.breastcancer.org/http://www.medscape.com/http://www.qub.ac.uk/research-centres/nicr/CancerData/OnlineStatistics/http://www.qub.ac.uk/research-centres/nicr/CancerData/OnlineStatistics/
top related