amf-buku2.pmd - pdfmachine from broadgun software, http...
TRANSCRIPT
122 Iptek Tanaman Pangan No. 2 - 2006
1 Ahli Peneliti Utama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Anggota Board of Trustees,International Rice Research Institute
Kualitas Sumber Daya Air di Pantai UtaraWilayah Pengairan Jatiluhur
Achmad M. Fagi1
Ringkasan
Intensifikasi padi sawah mendorong pemakaian pupuk buatan dan insektisidayang dikhawatirkan mencemari air limbah sawah di sungai-sungai dan tambak-tambak. Contoh air limbah dari sembilan desa di Kabupaten Karawang dan tigadesa di Kabupaten Bekasi yang potensial bagi budi daya udang windu dianalisisselama Mei-Oktober 1985. Contoh-contoh air tersebut diambil dari laut, muarasungai, saluran air, sungai, dan/atau tambak. Semuanya menunjukkan konsentrasiresidu insektisida pada tingkat yang aman. Suhu air, pH, kandungan oksigen,salinitas, NO2, NO3, dan NO4 cukup baik untuk pertambakan udang windu. Mulaitahun 1987, pemakaian 57 jenis insektisida untuk padi sawah dilarang, kemudiandiikuti oleh pencabutan subsidi insektisida. Pelarangan itu pasti membuatkonsentrasi residu insektisida di air sawah saat ini jauh lebih rendah daripadasaat analisis pada tahun 1985. Jika konsentrasi residu insektisida akan dipantauterus disarankan agar contoh air dimasukkan ke dalam botol gelas dan disimpandalam ice box sebelum dan pada saat dibawa ke laboratorium untuk analisis.
Intensifikasi padi sawah telah berhasil meningkatkan produksi padi nasionalsampai tingkat swasembada beras. Akan tetapi penerapan teknologiintensif itu telah mendorong kenaikan konsumsi pupuk buatan dan
insektisida. Dikhawatirkan, penggunaan insektisida secara berlebihan, selainakan membunuh musuh alami hama dan menyebabkan kekebalan hama,juga akan mencemari air limbah sawah. Air limbah sawah yang tercemar ituakan tercampur di sungai-sungai, tertuang di saluran pembuangan dan adapula yang tertampung di sumur-sumur dan kolam-kolam ikan air tawar.Kekhawatiran komunitas internasional terhadap penggunaan insektisidasecara berlebihan diujudkan dengan dicanangkannya konsep pengendalianhama terpadu (PHT) pada tahun 1976. Di Indonesia konsep PHT mulaidiperkenalkan pada tahun 1979 (Fagi et al. 2000).
Bersamaan dengan penelitian-penelitian tentang komponen PHT,International Rice Research Institute (IRRI) pada tahun 1970-an dan 1980-anmenginisiasi jaringan penelitian kerja sama internasional berjudul INFER
id15761968 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
123Fagi: Sumber Daya Air di Jatiluhur
(International Network on Fertilizer Evaluation in Rice), disempurnakan menjadiINSFFER (International Network on Soil Fertility and Fertilizer Evaluation inRice), kemudian menjadi INSURF (International Network on Sustainable RiceFarming). Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan ikut aktifberpartisipasi pada berbagai penelitian IRRI tersebut. Jejaring penelitian kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, khusus-nya pupuk nitrogen (urea) dengan cara mengurangi kehilangan nitrogen olehnitrifikasi dan denitrifikasi melalui deep placement concept, dan denganmengurangi takaran pupuk urea melalui pemanfaatan bahan organik (komposatau pupuk hijau) dengan integrated nutrient management concept. Pe-ngurangan takaran dan pembenaman pupuk urea ke lapisan perakarandiharapkan dapat menekan konsentrasi nitrit dan nitrat di air sawah.
Di wilayah pengairan Jatiluhur air limbah sawah yang tertampung disungai-sungai dan saluran-saluran pembuangan mengalir ke pantai utaraKabupaten Bekasi, Karawang, Subang, dan Indramayu. Pemanfaatan airlimbah sawah di kabupaten-kabupaten tersebut untuk ekstensifikasi tanamanpangan dan perikanan air tawar adalah bagian dari upaya meningkatkan dayaguna air, tetapi dapat merugikan apabila tingkat pencemaran air limbah tersebutberada di atas ambang yang membahayakan kesehatan manusia dan hewan.Selain dari itu, terganggunya keseimbangan ekologi.
Berdasarkan masalah tersebut, evaluasi kualitas sumber daya air masukke dalam agenda kerja sama antara Program Nasional Penelitian TatagunaAir, Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi dengan Perum Otorita Jatiluhur(POJ) (Fagi et al. 1987).
Dasar Pertimbangan
Peningkatan produksi sumber protein hewani termasuk program utama pem-bangunan pertanian dalam rangka meningkatkan nilai gizi makanan penduduk.Dalam ekosistem sawah, upaya itu dapat berupa mina-padi, pertambakanikan air tawar dan pertambakan udang windu. Udang windu mendapat perhatiankhusus untuk meningkatkan devisa negara melalui ekspor.
Pantai utara wilayah pengairan Jatiluhur adalah daerah sasaran inten-sifikasi dan ekstensifikasi pertumbuhan udang windu pada PembangunanLima Tahun ke Empat (1983-1987). Masalah utama yang dihadapi dalambudi daya udang windu ialah salinitas air tambak harus berada pada kisaran12-300/00. Ini berarti air laut harus dicampur dengan air tawar yang berasaldari sistem irigasi Jatiluhur.
Air irigasi di wilayah pengairan Jatiluhur berasal dari waduk Jatiluhur dandari sungai-sungai lokal. Berdasarkan asal sumber air, wilayah pengairanJatiluhur dibagi menjadi tiga subwilayah, yaitu:
124 Iptek Tanaman Pangan No. 2 - 2006
� daerah yang menerima air langsung dari waduk Jatiluhur,
� daerah yang menerima air langsung dari sungai-sungai lokal, dan
� daerah yang menerima air campuran dari waduk Jatiluhur dan sungaimelalui saluran induk Tarum Timur, Tarum Tengah, dan Tarum Barat.
Sungai-sungai yang dibendung pada bagian tertentu berfungsi sebagaisaluran pembuangan ke bagian pantai utara wilayah pengairan, tetapi di bagianutara saluran pembuangan berfungsi pula sebagai pendistribusi air.
Sistem pendistribusian air mengalir (continuous flow distribution) yangdipakai oleh POJ memfasilitasi teknik pengairan tergenang mengalir (floodedflowing) dari satu petak ke petak lainnya. Kelebihan air di petakan palingujung (air limbah sawah) ditampung di saluran pembuangan seperti telahdiuraikan. Jadi, dari manapun air tawar itu berasal, yang digunakan untukmencapai salinitas optimal di tambak udang windu, ada kemungkinan akanmengandung residu insektisida yang umumnya dari jenis carbamat danorganofosfat, dan residu pupuk nitrogen dalam bentuk NO
2, NO
3, dan NO
4.
Konsentrasi residu insektisida dan pupuk nitrogen diduga rendah padamusim hujan (MH), karena pengenceran oleh air hujan, tetapi pada musimkemarau (MK) residu tersebut akan tinggi. Sebab itu keadaan lebih kritispada MK, terutama pada saat penyemprotan insektisida.
Prosedur Standar Analisis Air
Lokasi Pengambilan Contoh Air
Daerah pantai utara Kabupaten Karawang dan Bekasi yang potensial bagibudi daya udang windu dipilih sebagai tempat pengambilan contoh air. DiKabupaten Karawang dipilih Desa Tanjung Bungin, Tambak Sumur, Sedari,Cemara Jaya, Sungai Buntu, Pusaka Jaya Utara, Sumber Jaya, Ciparage,dan Muara Baru; di Kabupaten Subang dipilih desa, yaitu Muara Ciasem,Tanjung Tiga, dan Petimban.
Di masing-masing desa contoh, air yang diambil adalah: air laut, air dimuara sungai, di saluran, di sungai dan/atau di tambak jika telah ada tambak.Tempat-tempat pengambilan contoh di tiap desa antara lain ditunjukkan dalamGambar 1, 2 dan 3.
125Fagi: Sumber Daya Air di Jatiluhur
Gambar 1. Lokasi pengambilan contoh air di Desa Tambak Sumur, Kec. BatuJaya, Pantai Utara Kabupaten Karawang.
Gambar 2. Lokasi pengambilan contoh air di Desa Sungai Buntu, KecamatanPedes, Pantai Utara Kabupaten Karawang.
126 Iptek Tanaman Pangan No. 2 - 2006
Gambar 3. Lokasi pengambilan contoh air di Desa Patimban, KecamatanPusaka Negara, Pantai Utara Kabupaten Subang.
Metode Analisis
Parameter kualitas air yang dianalisis adalah: suhu, pH, kandungan oksigen,salinitas, kandungan NO
2, NO
3, dan NO
4. Contoh air diambil pada bulan Mei,
Juni, Juli, Agustus, September, dan Oktober 1985. Residu insektisida(Fenitrothion, Fenthion, Fenthoat, Monocrotophos, Chlopyriphos, Quinalphos,Diazinon, Carbofuran, dan Carbaryl) dianalisis dari contoh air yang diambilbulan Juni, Juli, Agustus, September, dan Oktober.
Suhu, pH, kandungan air dan salinitas dianalisis langsung di lapang,masing-masing dengan termometer, pH meter, DO meter, dan salinometer.Untuk analisis NO
2, NO
3, dan NO
4, contoh air dimasukkan ke dalam jerigen
127Fagi: Sumber Daya Air di Jatiluhur
plastik dan dianalisis di Laboratorium Prosijat (Proyek Irigasi Jatiluhur) denganmenggunakan metode colorimeter.
Contoh air di jerigen plastik volume 1 liter dibawa ke Laboratorium BalittanSukamandi untuk analisis residu insektisida dengan modifikasi metode AOAC(1985). Tahap-tahap analisis adalah sebagai berikut:
Persiapan. Contoh air dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian untukanalisis multiresidu organofosfat, bagian untuk analisis multiresidu organo-fosfat dan bagian untuk analisis multiresidu karbamat (residu insektisidaorganokhlor tidak dianalisis, karena jenis ini tidak dipakai oleh petani).
Proses dalam tahap persiapan analisis residu insektisida organofosfatmeliputi ekstraksi, pembersihan (clean-up) dan evaporasi. Sebanyak 200 mlcontoh air diekstraksi dalam labu pemisah volume 1000 ml dengan 75 mlpelarut (15% dikhlometan dalam petroleum benzene) sebanyak tiga kali. Eluatditampung dalam labu bundar/erlenmeyer yang sebelumnya dilewatkan melaluiNa
2SO
4 anhidris. Selanjutnya eluat dipekatkan dengan rotary evaporator
sampai menjelang kering. Residu yang tertinggal dalam labu erlenmeyerdieluasi dengan 10 ml n-Hexane dan dipindahkan ke dalam test tube. Eluatini siap diinjeksikan ke dalam khromatografi-gas.
Contoh air untuk analisis residu insektisida carbamat diperlakukan samadengan contoh air untuk analisis residu insektisida organofosfat sampai prosesekstraksi. Eluat (dari contoh 250 ml) ditampung dalam labu Erlenmyer yangsebelumnya dilewatkan melalui Na
2SO
4 anhidris. Kemudian eluat dipekatkan
dengan rotary evaporator sampai kering. Residu yang tertinggal di elusi denganaceton 1 ml; kemudian ke dalam labu erlenmeyer ditambahkan 75 ml airdestilasi, 2 ml KOH 0,5 N dan 1 ml 2,4 Dinitro-1-fluorobenzene 1%, dandikocok selama 20 menit. Selanjutnya ditambahkan 10 ml larutan borax 5%,dipanaskan di atas pemanas air pada suhu 80ºC selama 20 menit; didinginkan,dan ekstrak dengan pelarut (campuran n-Hexan + Eter (1+2) sebanyak 10ml). Pelarut campuran tersebut ditampung di dalam test tube, untuk dianalisislebih lanjut dengan khromatografi-gas.
Recovery test digunakan untuk menguji ketepatan metode dan perlakuanitu dan dilaksanakan dengan menambahkan sejumlah tertentu pestisidastandar, yaitu Diazinon 0,5 ppm dan Carbofuran 0,5 ppm ke dalam air yangbebas insektisida. Proses recovery test ini berlansung sesuai dengan prosesseperti tersebut di atas.
Analisa Khromatografi Gas. Alat yang digunakan adalah khromatografigas varian 3700 yang dilengkapi dengan detektor ionisasi nyata (FID) dandetektor penangkap elektoron (ECD) Nikel-63.
Untuk analisis residu pestisida organophospat digunakan detektor FIDdengan suhu kolom 2000ºC dan suhu injektor dan detektor 250ºC. Gas pem-
128 Iptek Tanaman Pangan No. 2 - 2006
bakar H2 dengan kecepatan 30 ml/menit, O
2 dengan kecepatan 400 ml/menit.
Kisaran attenuasinya 10 x 32.
Kolom stainless-steel panjang 2 m, diameter dalam 3 mm, dan berisi10% OV-101 Chromosorb W (HP) 80/100 mesh. Sedangkan untuk analisisresidu insektisida karbamat digunakan detektor ECD-Ni 63 dengan suhu kolom200ºC dan suhu injektor serta detektor 230ºC. Gas pembawa adalah N
2 kering
dengan kecepatan 40 ml/menit. Kisaran attenuasi detektor 10 x 16. Kolomstainless steel panjang 2 m, diameter dalam 3 mm berisi 3% OV-17 ChromosorbW (HP) 80/100 mesh.
Kandungan residu insektisida dalam contoh air dihitung berdasarkan tinggipuncak khromatogram dan dibandingkan dengan kurva standar insektisidayang terdeteksi.
Recovery test. Uji ini perlu untuk mengetahui apakah metode analisisseperti di atas tepat. Ternyata dari uji ini diperoleh temuan residu insektisidadi atas 70% yang berarti metode yang dipakai cukup baik untuk digunakanlebih lanjut dalam analisis residu insektisida di dalam contoh air.
Sintesis Hasil Evaluasi
Residu Insektisida
Hasil analisis contoh air limbah yang diambil pada bulan Juni, Juli, Agustus,September, dan Oktober 1985 menunjukkan bahwa residu insektisidaFenitrothion, Fenthion, Fenthoat, Monocrotophos, Chlopyriphos, dan Quinal-phos umumnya tidak terdeteksi dengan alat khromatografi-gas (Tabel 1). Halini tidak berarti di dalam contoh air tidak terkandung residu insektisida tersebut,tetapi mungkin konsentrasi residu lebih rendah dari kemampuan minimumalat (0,5 nanogram). Jika memang benar demikian konsentrasi residuinsektisida jauh berada di bawah batas yang membahayakan.
Di dalam contoh air limbah sawah yang diambil di Sungai Buntu, PusakaJaya Utara, dan Patrol pada bulan September, dan di Sedari pada bulanOktober, terdeteksi residu Diazinon setelah detektor photometer nyala (FDP)diganti dengan FDP yang dilengkapi filter fosfor 526 mm. Namun demikiankonsentrasi yang terdeteksi berada pada batas aman.
Khromatografi gas tidak mendeteksi nyala residu insektisida golongancarbamat (Carbaryl dan Carbofuran). Hal ini terjadi karena insektisida golongancarbamat cepat terurai. Maka golongan ini tidak membahayakan, apalagidalam konsentrasi yang sangat rendah.
129Fagi: Sumber Daya Air di Jatiluhur
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi akurasi hasil analisis contohair, dan sebab itu perlu perhatian untuk analisis berikutnya:
� Contoh air harus segera dikirim ke laboratorium. Batas maksimumpenyimpanan contoh air untuk dianalisis residu pestisida golonganorganofosfat adalah 7 hari; contoh air ini harus disimpan di ruang dingin.Untuk golongan carbamat, setelah contoh air diambil segera dianalisis.
� Gambaran umum penggunaan insektisida � jenis, takaran, dan waktupemberian � disertakan dalam pengiriman contoh air. Informasi yanglengkap diperlukan untuk mempercepat proses analisis dan menghematbahan kimia.
Parameter Kualitas Air Lainnya
Hasil rata-rata analisis suhu air, pH, kandungan oksigen, salinitas, NO2, NO
3
dan NO4 dari air limbah sawah, muara, laut, dan air tambak di semua lokasi
ditunjukkan dalam Tabel 2-11.
Tabel 1. Kandungan residu insektisida Organophosphat dan Karbamat dalamair irigasi.
Residu (ppb)Pestisida
Juni Juli Agustus September Oktober1234567891011 356711 356711 356711 356711
Fenitrothion nd nd nd nd ndFenthion nd nd nd nd ndFenthoat nd nd nd nd ndMonocrotophos nd nd nd nd ndChlopyriphos nd nd nd nd ndQuinalphos nd nd nd nd ndDiazinon nd nd nd trace traceCarbofuran nd nd nd nd ndCarbaryl nd nd nd nd nd
*) nd = tidak terdeteksitrace = terdeteksi tetapi dalam jumlah yang sangat kecil1. Tanjung Bungin - saluran 17 7. Sumber Jaya - saluran 222. Tambak Sumur - sungai 8 8. Ciparage - sungai 63. Sedari - saluran 5 9. Tanjung Tiga - saluran 194. Cemara Jaya - saluran 4 10. Muara Sevc - sungai 185. Sungai Buntu - saluran 14 11. Patrol - saluran 56. Pusaka Jaya Utara - saluran 14
130 Iptek Tanaman Pangan No. 2 - 2006
Tabe
l 2.
R
ata-
rata
suh
u, p
H,
DO
, da
n sa
linita
s ai
r di
Kec
amat
an B
atu
Jaya
, P
anta
i U
tara
Kar
awan
g, J
awa
Bar
at p
ada
bula
n M
ei-
Okt
ober
198
5.
Suh
u (o
C)
p
H
DO
(pp
m)
Sal
inita
s (o
/ oo)
De
skri
psi
56
78
91
05
67
89
10
56
78
91
05
67
89
10
Tanj
ung
Bu
ngin
Laut
30
30
29
29
29
29
7,3
7,4
7,3
7,4
7,3
7,3
4,9
5,1
4,9
4,8
5,4
4,6
32
28
32
31
33
35
Mua
ra3
03
12
92
93
02
97,
27,
17,
37,
57,
57,
44,
34,
24,
64,
35,
44,
82
21
52
83
12
71
8S
Lalu
ran
31
31
30
29
30
29
7,2
7,2
7,4
7,4
7,5
7,3
4,7
4,8
4,7
4,7
5,1
4,7
23
25
26
18
21
15
Tam
ba
k3
13
13
02
92
92
97,
28,
07,
37,
37,
37,
34,
54,
54,
65,
15,
64,
83
02
22
83
13
24
0
Tam
bak
Su
mu
rLa
ut2
83
12
92
82
82
57,
37,
27,
37,
37,
37,
25,
06,
35,
24,
35,
44,
73
53
43
33
23
53
9M
uara
28
31
30
28
29
29
7,0
7,3
7,3
6,9
7,5
7,1
4,9
5,7
5,0
4,5
5,3
4,7
19
12
111
30
30
Su
nga
i2
93
03
03
02
92
87,
07,
57,
67,
27,
17,
55,
06,
15,
54,
95,
34,
62
91
92
11
62
73
5Ta
mb
ak
29
30
29
28
29
28
7,1
7,1
7,3
7,2
7,3
7,1
5,1
5,9
5,2
4,9
5,2
5,1
26
10
10
52
73
5
131Fagi: Sumber Daya Air di Jatiluhur
Tabe
l 3.
Kan
dung
an N
O2,
NO
3 da
n N
O4
air
di B
atu
Jaya
, Pan
tai U
tara
Kar
awan
g, J
awa
Bar
at p
ada
bula
n M
ei-O
ktob
er 1
985.
NO
2 (m
g/1)
NO
3 (m
g/1)
NO
4 (m
g/1)
De
skri
psi
56
78
91
05
67
89
10
56
78
91
0
Tanj
ung
Bun
gin
Laut
0,00
0,02
0,05
0,19
0,03
0,02
0,84
1,17
1,03
3,62
0,64
0,42
0,10
0,54
0,29
0,32
0,10
5,64
Mua
ra0,
020,
060,
090,
100,
010,
040,
720,
800,
951,
880,
450,
450,
001,
700,
400,
000,
153,
05S
alu
ran
0,09
0,11
0,10
0,24
0,06
0,08
2,23
1,75
1,13
3,05
1,95
0,85
0,05
1,13
1,00
0,38
0,00
3,13
Tam
ba
k0,
060,
090,
090,
160,
070,
082,
872,
332,
503,
753,
470,
520,
131,
180,
300,
320,
033,
08
Tam
bak
Su
mu
rLa
ut0,
070,
000,
010,
030,
030,
030,
001,
301,
403,
020,
000,
454,
100,
200,
030,
077,
505,
90M
uara
0,04
0,03
0,02
0,22
0,04
0,05
0,35
2,15
3,65
7,95
0,40
0,93
3,30
0,63
0,35
0,63
3,83
2,78
Sa
lura
n0,
130,
080,
070,
640,
080,
111,
452,
853,
737,
181,
730,
002,
710,
390,
360,
314,
093,
43Ta
mb
ak
0,07
0,08
0,04
0,30
0,06
0,03
0,43
2,01
1,79
4,86
0,66
0,73
2,43
0,15
0,16
0,10
3,55
3,08
5 =
Mei
; 6
= J
uni;
7 =
Jul
i; 8
= A
gust
us;
9 =
Sep
tem
ber;
10
= O
ktob
er
132 Iptek Tanaman Pangan No. 2 - 2006
Tabe
l 4.
Rat
a-ra
ta s
uhu,
pH
, D
O,
dan
salin
itas
air
di K
ecam
atan
Ped
es,
Pan
tai U
tara
Kar
awan
g, J
awa
Bar
at p
ada
bula
n M
ei-O
ktob
er19
85.
Suh
u (o
C)
p
H
DO
(pp
m)
Sal
inita
s (o
/ oo)
De
skri
psi
56
78
91
05
67
89
10
56
78
91
05
67
89
10
Sed
ari
Laut
30
29
29
28
28
29
7,6
7,6
7,7
7,8
7,7
7,6
5,9
5,3
5,3
5,8
5,1
4,8
33
26
31
33
36
34
Mua
ra3
02
92
92
82
82
97,
57,
47,
57,
47,
47,
25,
44,
84,
84,
45,
44,
711
12
10
10
27
15
Sa
lura
n3
13
13
02
93
02
97,
27,
27,
47,
47,
57,
34,
74,
84,
74,
75,
14,
72
32
52
61
82
11
5S
ung
ai
30
29
28
28
27
29
7,4
7,3
7,3
7,5
7,5
7,3
5,2
4,6
4,6
4,4
5,8
4,0
88
81
02
511
Tam
ba
k3
03
02
92
82
72
97,
57,
57,
67,
67,
07,
74,
54,
54,
65,
15,
64,
83
02
22
83
13
24
0
Cem
ara
Jaya
Laut
30
29
29
30
29
31
7,7
7,6
7,6
7,7
7,6
7,6
5,9
5,3
6,1
6,5
5,0
4,4
33
32
32
34
36
33
Mua
ra3
02
92
93
02
93
17,
37,
27,
17,
27,
57,
36,
15,
66,
06,
74,
94,
33
02
32
53
03
23
4S
alu
ran
31
30
30
30
29
31
7,6
7,7
7,5
7,5
7,3
7,4
6,2
4,7
5,2
6,0
5,0
4,3
19
24
19
23
26
34
Su
nga
i3
02
92
92
92
53
17,
37,
37,
37,
37,
57,
36,
25,
35,
96,
64,
74,
32
12
01
92
22
83
3Ta
mb
ak
31
30
30
30
28
32
7,2
7,4
7,3
7,4
7,5
7,4
6,4
5,8
5,8
6,9
5,0
4,0
28
29
25
25
23
35
Sun
gai
Bu
ntu
Laut
30
30
31
32
30
31
7,7
7,6
7,6
7,7
7,4
7,7
5,7
6,0
5,3
6,3
4,7
4,3
33
32
32
31
35
33
Mua
ra3
03
03
03
13
02
97,
37,
37,
47,
37,
27,
45,
95,
35,
77,
15,
14,
32
12
32
22
62
92
8S
alu
ran
29
30
31
32
30
30
7,3
7,4
7,4
7,4
7,1
7,4
5,9
4,9
5,1
6,5
4,9
4,4
26
27
19
28
28
21
Tam
ba
k3
03
13
13
23
13
07,
57,
87,
67,
87,
37,
66,
15,
04,
96,
55,
84,
52
33
02
73
33
02
6
Pu
saka
Jay
a U
tara
Laut
31
29
30
30
29
29
8,0
7,7
7,9
8,1
7,5
7,5
5,8
5,8
4,9
6,6
4,3
4,4
31
31
32
31
31
28
Mua
ra3
23
02
92
93
03
07,
87,
67,
77,
77,
47,
45,
55,
05,
26,
34,
04,
111
12
13
12
15
14
Sa
lura
n3
03
03
03
02
92
97,
77,
87,
77,
77,
07,
16,
26,
05,
56,
44,
54,
63
111
31
29
9S
ung
ai
31
29
29
29
29
28
7,5
7,5
7,4
7,4
7,1
7,1
5,3
5,5
5,6
6,7
4,1
4,1
56
66
10
5 =
Mei
; 6
= J
uni;
7 =
Jul
i; 8
= A
gust
us;
9 =
Sep
tem
ber;
10
= O
ktob
er
133Fagi: Sumber Daya Air di Jatiluhur
Tabe
l 5.
Kan
dung
an N
O2,
NO
3 da
n N
O4
air
di K
ecam
atan
Ped
es,
Pan
tai U
tara
Kar
awan
g, J
awa
Bar
at p
ada
bula
n M
ei-O
ktob
er 1
985.
NO
2 (m
g/1)
NO
3 (m
g/1)
NO
4 (m
g/1)
De
skri
psi
56
78
91
05
67
89
10
56
78
91
0
Sed
ari
Laut
0,00
0,08
0,02
0,00
0,02
0,11
4,88
5,08
3,04
6,04
0,0
0,40
0,10
0,18
0,16
0,13
0,05
5,63
Mua
ra0,
150,
080,
100,
200,
040,
083,
107,
202,
708,
701,
600,
600,
150,
250,
350,
250,
002,
85S
alu
ran
0,10
0,06
0,06
0,00
0,06
0,14
4,10
4,40
3,83
6,50
2,23
0,05
0,15
0,16
0,20
0,08
0,00
3,27
Su
nga
i0,
100,
090,
100,
160,
100,
122,
406,
805,
608,
380,
600,
100,
200,
300,
400,
300,
152,
70Ta
mb
ak
0,06
0,09
0,09
0,16
0,07
0,08
2,87
2,33
2,50
3,75
3,47
0,52
0,13
1,18
0,30
0,32
0,03
3,08
Cem
ara
Jaya
Laut
0,06
0,02
0,02
0,04
0,11
0,27
2,50
2,48
2,47
4,08
2,52
0,00
0,39
1,16
0,73
0,94
0,22
0,61
Mua
ra0,
140,
060,
080,
100,
100,
382,
832,
002,
533,
670,
230,
481,
451,
351,
802,
200,
400,
50S
alu
ran
0,15
0,07
0,09
0,12
0,18
0,22
2,33
3,88
2,75
6,83
0,83
0,00
0,25
0,13
0,05
0,10
0,43
0,25
Su
nga
i0,
090,
070,
080,
110,
080,
132,
933,
322,
805,
122,
900,
101,
621,
901,
002,
230,
580,
60Ta
mb
ak
0,06
0,08
0,09
0,08
0,11
0,29
3,67
2,68
2,08
6,03
2,52
2,23
0,28
0,38
0,48
0,58
0,33
1,37
Pu
saka
Jay
a U
tara
Laut
0,00
0,01
0,05
0,02
0,10
0,15
5,21
2,96
3,37
5,33
4,32
4,82
0,47
0,11
0,23
0,37
3,40
4,77
Mua
ra0,
220,
080,
620,
220,
150,
163,
001,
482,
033,
184,
354,
750,
500,
600,
150,
182,
302,
35S
alu
ran
0,58
0,12
0,13
0,29
0,15
0,24
4,23
2,64
2,91
4,29
4,65
5,13
0,00
6,51
0,55
0,33
2,14
2,46
Su
nga
i0,
070,
040,
050,
050,
200,
554,
21,
811,
844,
194,
695,
490,
640,
160,
50,
191,
462,
44
5 =
Mei
; 6
= J
uni;
7 =
Jul
i; 8
= A
gust
us;
9 =
Sep
tem
ber;
10
= O
ktob
er
134 Iptek Tanaman Pangan No. 2 - 2006
Tabe
l 6.
Rat
a-ra
ta s
uhu,
pH
, D
O d
an s
alin
itas
air
di K
ecam
atan
Tem
pura
n, P
anta
i U
tara
Kar
awan
g, J
awa
Bar
at p
ada
bula
n M
ei-
Okt
ober
198
5.
Suh
u (o
C)
p
H
DO
(pp
m)
Sal
inita
s (o
/ oo)
De
skri
psi
56
78
91
05
67
89
10
56
78
91
05
67
89
10
Su
mb
er J
aya
Laut
31
27
30
30
32
30
7,6
7,3
7,5
7,9
7,7
7,5
5,0
6,4
4,9
6,2
5,2
4,3
34
17
31
32
36
36
Mua
ra3
02
63
03
03
02
97,
67,
77,
57,
67,
97,
44,
96,
95,
06,
05,
74,
33
00
22
30
34
5S
alu
ran
30
26
29
26
30
29
7,4
7,4
7,5
7,4
7,7
7,5
4,8
6,0
4,7
6,3
5,5
4,1
26
01
31
52
83
Tam
ba
k3
03
13
02
92
92
97,
77,
57,
57,
47,
67,
44,
97,
55,
26,
05,
74,
22
81
42
93
42
74
9
Cip
arag
eLa
ut3
03
03
02
93
12
87,
37,
67,
57,
67,
57,
34,
85,
85,
56,
55,
14,
33
23
13
13
13
53
2M
uara
30
30
29
29
30
28
7,4
7,5
7,4
7,6
7,6
7,5
5,0
5,7
5,9
6,0
5,0
4,2
30
20
18
20
33
25
Su
nga
iTa
mb
ak
31
31
30
31
31
30
7,8
7,9
7,7
7,6
7,9
7,8
5,1
5,4
5,3
5,3
5,1
4,2
30
33
31
36
28
33
135Fagi: Sumber Daya Air di Jatiluhur
Tabe
l 7.
Kan
dung
an N
O2,
NO
3 da
n N
O4 a
ir di
Kec
amat
an T
empu
ran,
Pan
tai U
tara
Kar
awan
g, J
awa
Bar
at p
ada
bula
n M
ei-O
ktob
er 1
985.
NO
2 (m
g/1)
NO
3 (m
g/1)
NO
4 (m
g/1)
De
skri
psi
56
78
91
05
67
89
10
56
78
91
0
Su
mb
er J
aya
Laut
0,05
0,07
0,09
0,13
0,07
0,03
0,27
2,26
2,43
3,47
0,09
1,59
1,25
0,41
0,38
0,13
1,63
4,53
Mua
ra0,
040,
100,
120,
080,
040,
161,
001,
602,
303,
300,
002,
354,
000,
030,
150,
056,
102,
65S
alu
ran
0,11
0,15
0,11
0,17
0,15
0,19
0,80
3,62
2,55
5,03
0,08
2,67
0,67
0,30
0,20
0,22
0,53
2,37
Tam
ba
k0,
150,
160,
150,
400,
140,
151,
252,
032,
293,
480,
381,
890,
340,
830,
430,
410,
242,
66
Cip
arag
eLa
ut0,
060,
070,
070,
120,
120,
251,
342,
182,
143,
010,
030,
011,
100,
090,
060,
031,
034,
21M
uara
0,08
0,20
0,15
0,20
0,08
0,44
1,20
2,40
2,40
4,20
0,45
0,10
0,50
0,15
0,05
0,05
0,10
2,85
Su
nga
i0,
090,
150,
110,
190,
070,
392,
602,
953,
636,
600,
200,
150,
780,
150,
150,
130,
172,
93Ta
mb
ak
0,09
0,17
0,16
0,18
0,10
0,15
1,60
3,10
2,20
4,90
0,53
0,07
0,25
0,38
0,28
0,33
0,23
2,83
5 =
Mei
; 6
= J
uni;
7 =
Jul
i; 8
= A
gust
us;
9 =
Sep
tem
ber;
10
= O
ktob
er
136 Iptek Tanaman Pangan No. 2 - 2006
Tabe
l 8.
Rat
a-ra
ta s
uhu,
pH
, D
O d
an s
alin
itas
air
di K
ecam
atan
Cila
may
a, P
anta
i U
tara
Kar
awan
g, J
awa
Bar
at p
ada
bula
n M
ei-
Okt
ober
198
5.
Suh
u (o
C)
p
H
DO
(pp
m)
Sal
inita
s (o
/ oo)
De
skri
psi
56
78
91
05
67
89
10
56
78
91
05
67
89
10
Mu
ara
Bar
uLa
ut2
93
22
92
63
02
97,
57,
47,
47,
47,
87,
34,
94,
85,
05,
45,
14,
12
73
13
13
12
83
0M
uara
29
32
29
29
29
29
7,5
7,5
7,4
7,5
7,7
7,5
4,9
5,2
5,6
5,2
5,3
4,2
20
23
18
22
81
0S
ung
ai
29
31
28
27
31
29
7,7
7,7
7,7
7,8
7,8
7,6
4,9
4,0
5,6
6,1
5,3
4,3
46
55
40
Tam
ba
k3
03
22
92
93
13
07,
97,
77,
97,
87,
87,
55,
14,
85,
35,
75,
64,
42
72
82
52
33
42
1
Tabe
l 9.
Kan
dung
an N
O2,
NO
3 dan
NO
4 air
di K
ecam
atan
Cila
may
a, P
anta
i Uta
ra K
araw
ang,
Jaw
a B
arat
pad
a bu
lan
Mei
-Okt
ober
198
5.
NO
2 (m
g/1)
NO
3 (m
g/1)
NO
4 (m
g/1)
De
skri
psi
56
78
91
05
67
89
10
56
78
91
0
Mu
ara
Bar
uLa
ut0,
030,
050,
050,
070,
032,
121,
622,
002,
554,
381,
376,
000,
171,
331,
022,
470,
330,
57M
uara
0,07
0,04
0,02
0,00
0,00
0,20
1,25
2,10
3,10
0,05
4,30
7,15
0,10
0,40
0,40
0,60
0,05
0,50
Su
nga
i0,
090,
050,
060,
030,
040,
851,
583,
333,
335,
582,
836,
300,
280,
130,
130,
000,
181,
33Ta
mb
ak
0,07
0,01
0,09
0,06
0,08
0,16
2,38
3,73
2,93
6,13
2,08
7,05
0,23
0,25
0,63
0,28
0,15
0,35
5 =
Mei
; 6
= J
uni;
7 =
Jul
i; 8
= A
gust
us;
9 =
Sep
tem
ber;
10
= O
ktob
er
137Fagi: Sumber Daya Air di Jatiluhur
Tabe
l 10
.R
ata
-rat
a s
uhu
, pH
, D
O,
dan
salin
itas
air
di
Kec
am
ata
n C
iase
m (
Mua
ra T
anju
ng T
iga)
Pus
aka
neg
ara
, P
anta
i U
tara
Sub
ang,
Jaw
a B
arat
pad
a bu
lan
Mei
-Okt
ober
198
5.
Suh
u (o
C)
p
H
DO
(pp
m)
Sal
inita
s (o
/ oo)
De
skri
psi
56
78
91
05
67
89
10
56
78
91
05
67
89
10
Mu
ara
Laut
30
30
29
29
30
30
7,3
7,2
7,4
7,2
7,8
7,2
5,9
5,2
5,5
5,8
5,2
4,7
26
31
31
30
37
22
Mua
ra3
02
92
92
83
13
07,
07,
67,
67,
87,
87,
55,
25,
25,
65,
85,
34,
22
32
23
21
0S
ung
ai
28
28
29
28
28
30
7,4
7,6
7,8
7,7
7,9
7,5
5,9
5,7
6,0
5,9
5,7
4,1
11
11
17
5Ta
mb
ak
30
30
30
28
30
30
7,3
7,8
7,6
7,7
7,9
7,8
5,9
5,7
5,9
6,6
5,5
6,9
23
19
27
24
24
15
Tan
jun
g T
iga
Laut
32
28
29
27
30
30
7,6
7,3
7,3
7,2
7,9
7,2
5,5
5,9
5,9
6,1
6,5
4,4
20
31
31
29
34
32
Sa
lura
n3
12
92
92
72
92
98,
07,
17,
37,
18,
07,
36,
35,
95,
66,
45,
84,
41
32
82
82
92
83
0Ta
mb
ak
31
28
29
27
29
31
7,3
7,4
7,5
7,5
7,9
7,4
5,6
5,5
5,5
5,3
6,0
4,4
20
32
32
34
41
25
Pet
imb
anLa
ut2
92
92
92
92
92
87,
67,
57,
67,
67,
97,
65,
05,
84,
56,
04,
55,
73
23
13
13
03
23
2M
uara
30
29
29
28
29
28
7,7
7,5
7,7
7,6
7,9
7,5
4,6
5,7
4,6
6,1
4,5
5,6
21
15
24
15
31
15
Sa
lura
n3
03
02
92
72
82
87,
77,
87,
48,
17,
68,
04,
45,
64,
35,
84,
35,
32
03
23
22
43
Su
nga
i2
92
92
82
72
82
87,
47,
47,
57,
47,
67,
44,
95,
64,
55,
84,
45,
31
85
20
43
05
Tam
ba
k3
02
92
92
72
92
87,
87,
67,
77,
87,
97,
84,
55,
54,
55,
94,
65,
72
92
23
02
03
12
2
5 =
Mei
; 6
= J
uni;
7 =
Jul
i; 8
= A
gust
us;
9 =
Sep
tem
ber;
10
= O
ktob
er
138 Iptek Tanaman Pangan No. 2 - 2006
Tabe
l 11
. K
andu
ngan
NO
2,
NO
3 d
an N
O4 a
ir d
i K
ecam
atan
Cila
sem
(M
uara
dan
Ta
njun
g Ti
ga)
dan
Kec
amat
an P
usak
aneg
ara
(Pet
imba
n),
Pan
tai U
tara
Kar
awan
g, J
awa
Bar
at p
ada
bula
n M
ei-O
ktob
er 1
985.
NO
2 (m
g/1)
NO
3 (m
g/1)
NO
4 (m
g/1)
De
skri
psi
56
78
91
05
67
89
10
56
78
91
0
Mu
ara
Laut
0,05
0,02
0,04
0,04
0,08
0,14
5,31
4,05
3,65
5,15
1,38
2,83
1,07
1,08
1,38
1,95
0,15
5,68
Mua
ra0,
000,
080,
080,
060,
040,
124,
623,
553,
804,
653,
306,
950,
000,
100,
100,
000,
152,
45S
ung
ai
0,00
0,04
0,09
0,04
0,06
0,24
4,92
2,95
3,75
4,95
2,05
6,75
0,35
0,45
0,36
0,35
0,03
2,73
Tam
ba
k0,
150,
090,
080,
160,
040,
183,
432,
353,
652,
382,
086,
700,
430,
501,
380,
430,
052,
45
Tan
jun
g T
iga
Laut
0,14
0,09
0,09
0,12
0,00
0,04
6,84
3,73
5,03
6,83
0,20
6,60
1,64
1,00
1,35
1,65
0,65
4,55
Sa
lura
n0,
430,
180,
190,
360,
080,
124,
653,
804,
104,
555,
653,
450,
430,
300,
450,
450,
552,
40Ta
mb
ak
0,29
0,17
0,18
0,34
0,12
0,22
5,08
4,18
3,90
5,00
1,95
5,25
0,63
0,30
0,48
0,58
0,23
5,75
Pet
imb
anLa
ut0,
010,
050,
040,
090,
040,
040,
051,
760,
053,
670,
082,
001,
501,
352,
702,
171,
761,
17M
uara
0,07
0,06
0,05
0,10
0,08
0,09
1,70
2,10
2,00
3,93
2,30
2,30
3,10
0,60
2,70
0,68
2,40
0,40
Sa
lura
n0,
070,
130,
060,
680,
060,
161,
233,
653,
657,
762,
184,
651,
880,
552,
450,
832,
350,
00S
ung
ai
0,05
0,09
0,03
0,12
0,09
0,25
1,63
4,38
1,85
5,88
2,32
4,79
1,75
0,55
2,75
0,50
2,61
0,10
Tam
ba
k0,
050,
070,
080,
240,
080,
161,
723,
002,
125,
473,
083,
971,
770,
572,
431,
152,
481,
17
5 =
Mei
; 6
= J
uni;
7 =
Jul
i; 8
= A
gust
us;
9 =
Sep
tem
ber;
10
= O
ktob
er
139Fagi: Sumber Daya Air di Jatiluhur
Tambak tradisional telah ada di Tanjung Bungin, Tambak Sumur, Sedari,Cemara Jaya, Sungai Buntu, Sumber Jaya, Ciparage, Muara Baru, MuaraCiasem, Tanjung Tiga, dan Petimban, walaupun masih belum ekstensif danumumnya belum dikelola secara intensif. Berlanjutnya usaha tambakmenandakan kualitas air tambak cukup baik dan menunjang keberhasilanusaha tambak. Kualitas air tambak dapat dijadikan pembanding terhadapkualitas air laut dan muara, khususnya kualitas air limbah sawah di saluran-saluran. Tampak dalam Tabel 2, 4, 6 (kecuali Pusaka Jaya Utara), 8 dan 10,bahwa suhu air, pH, kandungan oksigen, salinitas, NO
2, NO
3 dan NO
4 dari air
laut, muara, dan air limbah di saluran tidak banyak berbeda dengan apa yangdianalisis dalam air tambak. Jadi, kualitas sumber daya air di pantai utaraKarawang dan Subang cukup baik untuk pertambakan.
Salinitas air laut paling tinggi; umumnya berada di atas 300/00, kecualipada bulan-bulan tertentu di beberapa lokasi: Sedari, Juni, 80/00; Sungai Buntu,Agustus, 200/00; Pusaka Jaya Utara, September-Oktober, 27, 290/00; SumberJaya, Juni-Oktober, 9, 10, 11, 24, 270/00; Muara Baru, September, 20, 290/00;Muara Ciasem, Mei, Agustus, Oktober, 16, 26, 27, 290/00; Tanjung Tiga, Mei,Agustus, 20, 270/00; Petimban, Agustus, 260/00. Dari hasil analisis juga tampakbahwa tidak ada hubungan yang jelas antara salinitas air laut dengan bulanpengamatan.
Salinitas air sungai adalah yang paling rendah; sedangkan salinitas airmuara dan air di saluran-saluran tidak berbeda dengan salinitas air tambak.Dengan kata lain, saluran-saluran berfungsi sebagai pencampur air laut danair sungai, dan campuran ini menghasilkan salinitas yang cocok buatpertambakan. Kriteria kualitas air di saluran sesuai dengan kriteria kualitasair buat pertambakan udang windu (pH 7-8.5; Salinitas 5-300/00), kecuali suhuyang berada di atas suhu optimum (25-28ºC).
Sejauh ini ada dua pendapat tentang cara pengisian air ke tambak. Satupihak menghendaki pembangunan saluran tersendiri yang dilengkapi bakpencampur air laut dan air tawar sebelum air dimasukkan ke dalam tambak.Cara demikian mungkin dapat diterapkan dalam usaha pertambakan intensif,tetapi memerlukan investasi lebih besar. Cara alami yang dievaluasi dalampenelitian ini cocok untuk usaha pertambakan tradisional. Hasil tambakmemang tidak maksimal dengan cara tradisional tetapi terjangkau olehkemampuan modal petani.
Relevansi dengan Kondisi Sekarang
Landasan teknik dan landasan politik digunakan dalam pembahasan tentangrelevansi hasil penelitian analisis kualitas air di pantai utara wilayah pengairanJatiluhur pada MT 1985 dengan kondisi sekarang. Landasan politik me-nyangkut masyarakat internasional dan masuk ke dalam agenda pem-bangunan berkelanjutan.
140 Iptek Tanaman Pangan No. 2 - 2006
Landasan teknik
Walaupun PHT telah disosialisasikan di Indonesia pada tahun 1979, kalanganpenentu kebijakan, penyuluh, dan petani masih memandang PHT sebagaiwacana. Masyarakat petani, khususnya petani padi, saat itu telah terbiasamenggunakan insektisida secara rutin, ada atau tidak ada gejala seranganhama. Kelompok-kelompok penyemprot insektisida dibentuk di mana-mana,bahkan di beberapa sentra produksi padi penyemprotan dilakukan denganpesawat terbang.
PHT mulai dilaksanakan setelah 57 jenis insektisida dilarang digunakanuntuk padi sawah pada tahun 1987. Sejak PHT dicanangkan dan diimplemen-tasikan, konsumsi insektisida menurun drastis, dan serangan hama relatifdapat ditekan. Sekolah Lapang PHT (SLPHT) sangat efektif dalam diseminasipenerapan strategi PHT. Jadi, hasil penelitian ini masih relevan untuk diacusebagai pembanding dengan kondisi saat ini, berdasarkan argumen:
� pada saat penelitian ini diselenggarakan, 57 jenis insektisida masih belumditarik dari peredaran, dan PHT belum diimplementasikan; karena hargainsektisida disubsidi, maka harga insektisida murah dan insektisidadigunakan secara berlebihan,
� pada kondisi sekarang, PHT telah diterapkan secara luas dan hargainsektisida cukup mahal karena tidak disubsidi.
Dengan argumentasi di atas, konsentrasi residu insektisida di air sawahsaat ini dapat dipastikan jauh lebih rendah dari konsentrasi residu insektisidasaat penelitian (MK 1985). Konsentrasi nitrit dan nitrat akan lebih tinggi, karenamakin tingginya penggunaan pupuk urea, sebagai kompensasi dari menurun-nya penggunaan pupuk fosfat (Kasryno 2006). Namun demikian konsentrasinitrit dan nitrat masih rendah (di bawah konsentrasi kritis). Artinya nitrit dannitrat dalam air sawah tidak membahayakan.
Landasan politik
Penurunan kesehatan tanah dan kualitas air pada sistem produksi berbasispadi, karena intensifikasi terus-menerus dengan teknologi Revolusi Hijaumenjadi isu utama global. Maka, rehabilitasi lingkungan menjadi prioritas(FAO, 1996; Rai, 2006). PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dalam goal 7dari the Millenium Development Goals (UN, 2004), menetapkan target 10yaitu sampai akhir tahun 2025 separuh penduduk dunia mempunyai akseske air minum dan sanitasi dasar yang bersih dan aman.
Status kualitas air dipelajari dan kesimpulan dari evaluasi tersebut (UN2004), adalah bahwa baik kualitas maupun kuantitas sumber air utama telahmengalami deteriorasi, karena:
141Fagi: Sumber Daya Air di Jatiluhur
� faktor yang mempengaruhi kualitas sumber air adalah pertumbuhanindustri di perkotaan, polusi dari rumah tangga, pertambangan, limbahindustri dan pestisida (sebagai limbah dari pertanian),
� degradasi lingkungan berpengaruh negatif terhadap kuantitas dan kualitassumber air,
� desentralisasi memperparah pencemaran sumber daya air.
Desentralisasi berpengaruh negatif terhadap pengelolaan daerah aliransungai (DAS). Kalau pemerintah daerah memfasilitasi tanaman hortikultura(sayuran) yang bernilai ekonomi tinggi, agar pendapatan asli daerah (PAD)naik, tanpa perhatian serius terhadap kaidah-kaidah konservasi, erosi akansemakin parah. Aliran air permukaan bersama butiran-butiran tanah akanmenyangkut residu insektisida, nitrit dan nitrat ke perairan di DAS hilir yangmenjadi sumber kehidupan dan penghidupan masyarakat di DAS hilir.Pencemaran air dari DAS hulu dan tengah lebih mengkhawatirkan daripencemaran yang disebabkan oleh intensifikasi padi sawah di DAS hilir.Penelitian ini membuktikan hal tersebut.
Ditingkatkannya status instalasi Kebun Percobaan Jakenan (Pati, JawaTengah) menjadi Loka Penelitian Lingkungan Pertanian, kemudian menjadiBalai Penelitian Lingkungan Pertanian, merupakan langkah yang strategisuntuk mengantisipasi isu-isu internasional tersebut.
Kesimpulan
Sumber daya air di pantai utara wilayah pengairan Jatiluhur sampai tahun1987 berkualitas cukup baik dan dapat dipakai untuk usaha pertambakan,khususnya pertambakan udang windu.
Residu insektisida sangat rendah, bahkan residu insektisida dari golonganorganofosfat tidak terdeteksi dengan alat khromatografi gas yang sensitivitasminimum analisisnya adalah 0,5 nanogram atau 0,5 ppb (part per billion).Residu insektisida dari golongan carbamat juga sangat rendah. Insektisidagolongan carbamat cepat sekali terurai sehingga menjadi senyawa-senyawasederhana yang tidak membahayakan.
Derajat kemasam (pH) air, kandungan oksigen, NO2, NO
3, dan NO
4 dari
air laut, air di muara, sungai, dan saluran-saluran tidak berbeda dengan apayang diamati di tambak-tambak tradisional yang telah ada. Jadi, sumber dayaair tersebut cocok dipakai dalam pertambakan, khususnya pertambakan udangwindu.
Suhu air umumnya berada di atas suhu optimum bagi pertambakan udangwindu. Maka disarankan agar menanam pohon-pohon pelindung di sepanjanggalengan tambak udang windu untuk mengurangi suhu air.
142 Iptek Tanaman Pangan No. 2 - 2006
Jika konsentrasi residu insektisida akan dipantau terus disarankan agarcontoh air dimasukkan ke dalam botol gelas dan botol disimpan di dalam icebox dalam pengangkutannya ke laboratorium.
Pustaka
Fagi, A.M., I. Syamsiah, D. Setyobudi, I Yuliardi, A. Ruhwahyudin dan S.Tarniti. 1987. Hasil-Hasil Penelitian Optimalisasi Air untuk Irigasi, danKualitas Air untuk Irigasi Pantai/Pertambakan. Laporan Kerja samaPenelitian antara Perum Otorita Jatiluhur (Direktorat Pengairan denganProgram Penelitian Tataguna Air (Badan Litbang Pertanian). 164 hal.(tidak dicetak).
Fagi, A.M., I. Las, dan M. Syam. 2002. Penelitian Padi: Menjawab TantanganKetahanan Pangan Nasional. Balai Penelitian Tanaman Padi,Sukamandi. 29 p.
FAO (Food and Agriculture Organization). 1996. Synthesis of the TechnicalBackground Documents. The World Food Summit, Rome (Italy), 13-17 November 1996.
Kasryno, F. 2006. Pemberdayaan Petani dan Kearifan Lokal pada SistemBudi Daya Pertanian Ekologis Berbasis Padi. Prosiding SeminarMembalik Arus, Menuai Revitalisasi Pedesaan YAPADI ~ YayasanPadi Indonesia (in press).
Rai, M. 2006. Rice Culture in Agriculture: An Indian Perspective. Paperpresented at the International Rice Congress, 9-13 October, 2006, NewDelhi, India.
UN (United Nation). 2004. Indonesia Progress Report on the MilleniumDevelopment Goals. United Nation, New York.