alan pintas menjadipustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_tesis/3_anita_adinda_1… · process...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MODUL ALJABAR 2
BERBASIS KONSTRUKTIVISME
UNTUK MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA
STKIP TAPANULI SELATAN PADANGSIDIMPUAN
ALAN PINTAS MENJADI
TESIS
Oleh
ANITA ADINDA
NIM 19595
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
Mendapatkan gelar Magister Pendidikan
KONSENTRASI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
ABSTRACT
Anita Adinda, 2012. “Developing Module Algebra 2 by Constructivism in
STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan”. A Thesis on Math Education of Post-
Graduate Program in State University of Padang.
A textbook used for Algebra 2 in STKIP Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan has not been enough to construct the students‟ knowledge. The
students need a source which can help them easier in the class and increase their
activities and motivations. Therefore, it is very important to develop a valid,
practical, and effective source developing module algebra 2 by constructivism in
STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan.
This is a development research by using model 4-D. The steps of this
research are defining, designing and developing, they are: 1) defining is to analyze
syllabus and textbook by reviewing literature, interviewing other lecturers and
analyzing students‟ characters; 2) designing is to organize module; and 3)
developing is for validity, practicality and affectivity. Then, the module is tested
to the students at the sixth semester of math education study program in STKIP
Tapanuli Selatan Padangsidimpuan in 2011/2012 academic year. Practicality is
tested by observing learning process, giving questioners to students, and
interviewing them. Affectivity is tested by observing students‟ activities and
motivations.
The research shows that 1) the module is already valid with relevance to
based competence, 2) the module is already practice with relevance to the learning
process based on plan and time efficient, the instructions are clear, the module
content is relevance to students‟ needs, and 3) module is already effective with
relevance to the highlight of students‟ activities and motivations in study.
i
ABSTRAK
Anita Adinda, 2012. “Pengembangan Modul Aljabar 2 Berbasis Konstruktivisme di
STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan”. Tesis. Pendidikan Matematika Program
Pasacasarjana Universitas Negeri Padang.
Buku teks yang digunakan untuk perkuliahan Aljabar 2 di STKIP Tapanuli
Selatan Padangsidimpuan belum mampu mengkonstruksi pengetahuan
mahasiswa. Mahasiswa membutuhkan suatu bahan perkuliahan yang dapat
membantu dan memudahkan mereka dalam perkuliahan, serta dapat
meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar. Karena itu, perlu dikembangkan
bahan perkuliahan dalam bentuk lain, yakni modul berbasis konstruktivisme yang
valid, praktis dan efektif untuk perkuliahan Aljabar 2 di STKIP Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan
model 4-D. Tahapan penelitian ini adalah mendefinisikan, mendesain, dan
mengembangkan. Pada tahap mendefenisikan dilakukan analisis silabus dan buku
teks, merevieu literatur, wawancara dengan teman sejawat dan menganalisis
karakteristik mahasiswa. Pada tahap mendesain dilakukan perancangan modul.
Tahap mengembangkan terdiri atas tahap validasi, praktikalitas, dan efektivitas.
Kemudian, modul diuji cobakan kepada mahasiswa semester VI Program Studi
Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan pada semester
genap 2011/2012. Praktikalitas diselidiki melalui observasi pelaksanaan
pembelajaran, pemberian angket kepada mahasiswa, dan wawancara dengan
mahasiswa. Efektivitas diselidiki melalui observasi aktivitas dan motivasi
mahasiswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan 1) modul sudah valid, yakni modul
sudah sesuai dengan kompetensi dasar yang ditetapkan. 2) modul sudah praktis,
terlihat dari pelaksanaan perkuliahan yang sesuai rencana dan efesien waktu,
petunjuk jelas, isi modul sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. 3) modul sudah
efektif, ditunjukkan oleh peningkatan aktivitas dan motivasi belajar mahasiswa.
ii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, dzat yang kepada
siapa kita dan seluruh alam ini paling pantas bersujud. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurah kepada idola kita Muhammad SAW, pembawa risalah
Allah yang mengorbankan seluruh waktunya semata-mata untuk berjuang dijalan
Nya, juga kepada keluarga dan sahabatnya selaku contoh teladan yang utama bagi
kita semua. Atas berkat rahmad Allah penulis dapat menyelesaikan penulisan
Tesis ini dengan judul “Pengembangan Modul Aljabar 2 Berbasis
Konstruktivisme di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan”. Tesis ini
diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Magister
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Padang.
Terwujudnya penulisan Tesis ini banyak mendapat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor UNP, Direktur Program Pascasarjana, Ketua Proram Studi Teknologi
Pendidikan, Ketua Konsentrasi Pendidikan Matematika yang telah
memberikan fasilitas pada penulis dalam mengikuti perkuliahan.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd., M.Sc., sebagai pembimbing I yang
telah meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan, memberikan
motivasi dan konstribusinya kepada penulis hingga selesainya pelaksanaan
penelitian dan penulisan tesis ini.
vi
3. Bapak Prof. Dr. Hasanuddin WS, M. Hum., sebagai pembimbing II yang
telah meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan, memberikan
motivasi dan konstribusinya kepada penulis hingga selesainya pelaksanaan
penelitian dan penulisan tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. I Made Arnawa M.Si sebagai dosen penguji yang telah
memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran melalui saran dan kritik
dalam rangka penyempurnaan tesis ini
5. Bapak Dr. Ridwan sebagai validator sekaligus dosen penguji yang telah
memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran melalui saran dan kritik
dalam rangka penyempurnaan tesis ini.
6. Ibu Dr. Yuni Ahda, M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan
sumbangan pengetahuan dan pemikiran melalui saran dan kritik dalam rangka
penyempurnaan tesis ini
7. Bapak Dr. H. Zulfadli, M.Pd., Ibu Almira Amir, M.Si., Bapak M. Toha,
M.Si., Ibu Hennilawati, SS., S.Pd., M.Hum, sebagai validator yang telah
memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran melalui saran dan kritik
dalam rangka penyempurnaan tesis ini.
8. Bapak H. Sahrul Hadi Lubis dan Bapak Mara Amin Harahap, S.Pd., M.Hum
selaku Ketua Yayasan dan Ketua STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan
yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian
di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan.
9. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Konsentrasi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang 2010.
vii
10. Mahasiswa/Mahasiswi semester VI Program Studi Pendidikan Matematika
STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan T.P 2011/2012.
11. Teristimewa untuk Suami tercinta Hamka, anakku tersayang Abdullah, Ayah,
Ibu, Kakak, Adik serta keluarga besar yang telah memberikan dorongan,
do‟a dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan Tesis ini.
Semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal ibadah
yang diridhoi Allah SWT. Mudah-mudahan tesis ini dapat memberikan
sumbangan yang berarti demi kemajuan pendidikan pada umumnya dan kepada
penulis khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik Hidayah-
Nya, Amin.
Padangsidimpuan, Juli 2012
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .............................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................. ii
PERSETUJUAN AKHIR TESIS ............................................................... iii
PERSETUJUAN KOMISI UJIAN TESIS ................................................. iv
SURAT PERNYATAAN........................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ........................................................... 7
D. Rumusan Masalah .............................................................. 8
E. Tujuan Pengembangan ........................................................ 8
F. Manfaat Pengembangan ....................................................... 8
G. Spesifikasi Produk ............................................................ 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ....................................................................... 11
1. Pembelajaran di Perguruan Tinggi ............................... 11
2. Sistem Pembelajaran Modul ......................................... 13
3. Mata Kuliah Aljabar 2 ................................................... 19
4. Teori Konstruktivisme .................................................. 20
5. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika ...... 22
6. Modul Berbasis Konstruktivisme ................................. 23
7. Aktivitas Belajar .......................................................... 25
8. Motivasi Belajar ............................................................ 28
9. Validitas, Praktikalitas, dan Efektifitas
Modul Pembelajaran .................................................... 30
B. Penelitian yang Relevan ..................................................... 33
C. Kerangka Pemikiran .......................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................. 38
B. Prosedur Penelitian ............................................................ 38
C. Defenisi Operasional ......................................................... 44
D. Instrumen Penelitian .......................................................... 46
E. Teknis Analisis Data ........................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Tahap Pendefenisian ................................................................... 52
B. Tahap Perancangan .................................................................... 56
C. Tahap Validasi ............................................................................ 62
D. Praktikalitas Modul ..................................................................... 67
E. Efektifitas Modul ........................................................................ 72
F. Pembahasan ................................................................................ 80
G. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 87
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 88
B. Implikasi ..................................................................................... 88
C. Saran ........................................................................................... 89
DAFTAR RUJUKAN .......................................................................... .. 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... .. 93
ix
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Rekap Nilai Mata Kuliah Aljabar 2 ................................................. 2
2 Kisi-kisi Indikator Motivasi Belajar Matematika ............................. 30
3. Validasi Modul ................................................................................ 42
4. Indikator Praktikalitas dan Efektifitas Modul................................... 43
5 Kriteria Keberhasilan Aktivitas Belajar Matematika ....................... 50
6 Kriteria Interpretasi Skor Motivasi Penilaian ................................... 51
7 Unsur-unsur Konstruktivisme ........................................................... 57
8 Hasil Validasi Aspek Materi Modul ................................................. 62
9 Hasil Validasi Aspek Penyajian Modul ........................................... 63
10 Hasil Validasi Aspek Bahasa dan Keterbacaan Modul .................... 64
11 Hasil Validasi SAP ........................................................................... 66
12 Hasil Angket Praktikalitas Modul .................................................... 69
13 Data Hasil Pengamatan Observer terhadap Aktivitas ....................... 72
14 Kisi-kisi Motivasi Belajar ................................................................. 74
15 Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa terhadap Minat ............. 74
16 Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa terhadap Relevansi ....... 76
17 Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa terhadap Harapan ......... 77
18 Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa terhadap Kepuasan ....... 79
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir ................................................................... 37
Gambar 2. Prosedur Penelitian .................................................................. 44
Gambar 3. Struktur Materi Perkuliahan Aljabar 2 ..................................... 54
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah kajian ilmu pasti yang diangkat dari fenomena
sosial yang secara umum menjadi tolak ukur dalam menentukan sesuatu
khususnya dalam mengambil keputusan. Atas dasar itulah, ilmu matematika
sebagai dasar pengetahuan harus di tanamkan secara fundamental atau
istilah awam dikatakan secara mendasar. Meskipun demikian, tidak tertutup
kemungkinan bahwa dalam memahami ilmu matematika, sering
menghadapi masalah-masalah yang real jika kita kaitkan pada masalah-
masalah yang ada di hadapan para pembelajarnya. Terkadang meski kita
katakan sesuatu itu nyata secara wujud, tetapi ada juga yang mempunyai
wujud tetapi penjelasan dan pemahamannya abstrak.
Dalam ilmu matematika, kita dihadapkan pada kajian Aljabar.
Aljabar 2 merupakan salah satu cabang matematika abstrak, yang umumnya
lebih sulit dibandingkan dengan cabang matematika lain yang lebih konkret.
Di dalam Aljabar 2 dibicarakan tentang himpunan dengan satu operasi dan
dua operasi yang berupa Grup dan Ring (Gelanggang) yang merupakan
suatu Aljabar 2 modern yang standar.
Aljabar 2 menurut Wahyudin (1989) adalah ilmu yang mempelajari
suatu himpunan dengan satu atau lebih operasi biner yang diberlakukan
pada sistem Aljabar 2 tersebut. Misalkan S adalah suatu himpunan yang
1
dilengkapi dengan sekelompok operasi biner o dan #, maka S menjadi satu
Aljabar 2 dengan satu operasi biner yang dinotasikan dengan (S,o) atau
(S,#), atau dua operasi biner yang dinotasikan (S,o,#) atau (S,#,o).
Tujuan kurikuler dalam mata kuliah Aljabar 2 berdasarkan silabus
Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Ilmu pendidikan
(STKIP) Tapanuli Selatan Padangsidimpuan adalah agar mahasiswa
memahami lebih dalam tentang Aljabar 2 dan dapat menerapkannya dalam
menyelesaikan masalah Aljabar 2 sederhana, serta mampu berpikir logis dan
bernalar secara matematis dalam menyelesaikan suatu masalah. Tujuan
kurikuler mata kuliah Aljabar 2 dalam tiga tahun terakhir ini dapat
dikatakan belum tercapai, karena berdasarkan Daftar Nilai Akademik
mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan, masih banyak mahasiswa yang mendapat nilai kurang
dari 70 (kategori: C). Hal ini dapat dilihat dari rekap nilai tiga tahun terakhir
pada Tabel 1.
Tabel 1
Rekap Nilai Mata Kuliah Aljabar 2 Tiga Tahun Terakhir
Tahun
Akademik
Nilai Nilai Mahasiswa
A % B % C % D % E %
2010/2011 20 10,15 100 50,76 75 38,07 1 0,51 1 0,51
2009/2010 21 10,99 80 41,88 90 47,12 - - - -
2008/2009 20 9,09 130 59,09 65 29,55 5 2,27 - -
Sumber : DPNA Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan
2
Berdasarkan pengamatan dan wawancara informal yang dilakukan
terhadap dosen dan mahasiswa program studi pendidikan matematika
STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan, pada umumnya mahasiswa
belum memiliki sumber perkuliahan yang memadai. Dalam perkuliahan
selama ini, bahan ajar yang digunakan belum efektif karena jumlah
referensi banyak dan sifatnya heterogen. Pada proses pembahasan satu
soal bisa memerlukan beberapa buku sebagai penunjangnya sehingga
belum ada satupun bahan ajar yang bisa dipelajari sendiri oleh mahasiswa.
Tentu hal ini memaksa mahasiswa untuk memiliki buku-buku pegangan
yang beragam tersebut. Sementara belum ada satupun bahan ajar yang
praktis dari dosen sebagai pegangan mahasiswa dalam perkuliahan
tersebut. Realitasnya hal ini sangat sulit untuk mencapai proses
pembelajaran yang efektif seperti yang diharapkan. Keragaman
kemampuan pemahaman mahasiswa menyebabkan tingkat kesulitan yang
sangat bervariasi. Hal ini membuat mereka hanya bergantung untuk
mencatat soal dan pembahasan yang diberikan dosen selama perkuliahan
dan cenderung menunggu copian bahan dari dosen yang pada dasarnya
adalah kopian dari buku matematika yang terbatas sumber dan materinya.
Mahasiswa mengungkapkan bahwa bahan ajar yang selama ini
digunakan belum memadai untuk mendukung proses pembelajaran. Buku-
buku yang digunakan selama ini tidak memperhatikan keragaman latar
belakang asal sekolah, sehingga mahasiswa tidak dapat memanfaatkan
buku secara maksimal. Mereka berharap ada suatu usaha membuat bahan
3
ajar yang dapat menjembatani keragaman kemampuan mereka, bahan ajar
yang komplit dan mudah dipahami/dipakai, menarik serta efektif bagi
mahasiswa.
Apabila diamati lebih lanjut, ditemukan selama proses perkuliahan
gejala yang kurang mendukung tercapainya pembelajaran yang kondusif.
Gejala-gejala tersebut diantaranya adalah mahasiswa selalu berhenti
mengerjakan soal apabila menemui hambatan, tidak tekun menghadapi
tugas atau cepat putus asa. Selain itu sumber belajar yang ada selama ini
tidak mendukung. Keterbatasan sumber belajar yang ada selama ini
menyebabkan mahasiswa hanya mengandalkan catatan dari dosen dan
selalu bergantung pada penjelasan dosen, tidak ada usaha/ keinginan
mencari solusi sendiri. Hal ini menyebabkan mahasiswa cepat bosan
dengan pembahasan soal-soal, berhenti sebelum waktu kuliah habis,
mudah melepaskan hal yang diyakini atau tidak dapat mempertahankan
pendapatnya. Keterbatasan sumber belajar ini juga menyebabkan
mahasiswa cenderung menyelesaikan soal bersama-sama, mahasiswa tidak
responsive dalam kegiatan pemecahan masalah dan hanya bergantung
pada jawaban rekannya yang berkemampuan tinggi.
Semua gejala-gejala di atas menunjukkan kualitas pembelajaran
yang tidak baik. Motivasi dan aktivitas belajar mahasiswa dalam
pembelajaran tersebut tergolong rendah. Motivasi belajar yang rendah
akan berimplikasi terhadap hasil belajar, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Sardiman (2006:84) adanya motivasi yang baik dalam pembelajaran
4
akan menunjukkan hasil yang baik pula. Jika seseorang belajar didasarkan
adanya motivasi yang tinggi maka seseorang yang belajar itu akan dapat
melahirkan prestasi yang baik. Hal ini juga dipertegas oleh Ngalim
(2004:105) betapapun baiknya kemampuan mahasiswa untuk belajar tetapi
kalau mereka tidak termotivasi, maka pembelajaranpun tidak terwujud
dengan baik.
Salah satu hal untuk mencapai peningkatan hasil dan motivasi
belajar matematika, akan diberikan suatu cara sebagai alternatif
pemecahan masalah di atas yaitu dengan mengembangkan suatu media
pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu sumber belajar
digunakan untuk memudahkan menyalurkan pesan yang ingin
disampaikan oleh dosen kepada mahasiswa. Dalam hal ini penulis ingin
mengembangkan media dalam bentuk fisik. Media pembelajaran yang
dimaksud adalah sebuah produk bahan ajar yang membantu mahasiswa
dalam memahami materi dengan karakteristik tertentu. Sahertian (2004;1)
menyatakan hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang
mempengaruhinya, salah satu faktor yang ada di luar individu adalah
tersedianya bahan ajar yang memberi kemudahan bagi individu untuk
mempelajarinya, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Dengan
adanya bahan ajar, mahasiswa diharapkan akan mampu
mengkonstruksikan pengetahuannya. Bahan ajar yang dimaksud adalah
Modul Matematika khusus bidang Aljabar 2 berbasis konstruktivisme.
5
Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang
memperhatikan fungsi pendidikan. Modul dapat membantu siswa
menyiapkan belajar mandiri, memiliki rencana kegiatan pembelajaran
yang dapat direspon secara maksimal, memuat isi pembelajaran yang
lengkap dan mampu memberikan kesempatan belajar kepada siswa, dapat
memonitor kegiatan belajar siswa, dan dapat memberikan saran dan
petunjuk serta informasi balikan tingkat kemajuan belajar siswa.
Belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif
mengkonstruksi pengetahuan matematika (Cobb, 1992). Para ahli
konstruktivis setuju bahwa belajar matematika melibatkan manipulasi aktif
dari pemaknaan bukan hanya bilangan dan rumus-rumus saja. Mereka
menolak paham bahwa matematika dipelajari dalam 1 koleksi yang
berpola linier. Setiap tahap dari pembelajaran melibatkan suatu proses
penelitian terhadap makna dan penyampaian keterampilan hafalan dengan
cara yang tidak ada jaminan bahwa siswa akan menggunakan keterampilan
intelegensinya dalam setting matematika.
Menurut paham konstruktivisme, mahasiswa membangun sendiri
pengetahuan atau konsep secara aktif berasaskan pengetahuan dan
pengalaman yang telah ada. Dalam proses ini, mahasiswa akan
menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang sudah
ada untuk membangun pengetahuan baru.
6
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian yang
bertujuan mengembangan bahan ajar yang disebut Modul Aljabar 2
berbasis konstruktivisme.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, diantaranya:
1. Mahasiswa belum memiliki bahan ajar Aljabar 2 yang cukup.
2. Mahasiswa belum mampu mengkonstruksi pengetahuannya tentang
Aljabar 2.
3. Motivasi belajar mahasiswa masih rendah.
4. Aktivitas belajar mahasiswa masih rendah
5. Belum ada bahan ajar yang bisa dipelajari mahasiswa secara mandiri.
C. Pembatasan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah diidentifikasi, maka ada beberapa
pembatasan dalam penelitian, yaitu:
1. Penelitian difokuskan pada pengembangan modul. Hal ini dilakukan
karena peneliti melihat bahwa dengan adanya modul dapat
meningkatkan motivasi, dan aktivitas.
2. Keefektifan modul dilihat dari aspek aktivitas dan motivasi saja. Hal
ini dilakukan karena keterbatasan waktu.
7
D. Rumusan Masalah
Mengingat fokus masalah dan keterbatasan peneliti, maka peneliti
membatasi pada permasalahan tentang Pengembangan Modul Aljabar 2 untuk
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan TA. 2011/2012 yang terinci sebagai berikut:
1. Bagaimana validitas modul Aljabar 2 berbasis Konstruktivisme?
2. Bagaimana pratikalitas modul Aljabar 2 berbasis Konstruktivisme?
3. Bagaimana efektifitas modul Aljabar 2 berbasis Konstruktivisme?
E. Tujuan Pengembangan
Tujuan pengembangan ini adalah untuk menghasilkan modul aljabar 2
yang digunakan Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli
Selatan Padangsidimpuan. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui bagaimana validitas, kepraktikalitasan, dan untuk
mendeskripsikan efektifitas modul Aljabar 2 di Program Studi Pendidikan
Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:
1. Mahasiswa, agar mudah memahami mata kuliah Aljabar 2.
2. Dosen, sebagai salah satu alternatif alat bantu yang dapat digunakan agar
pembelajaran lebih efisien, efektif, dan relevan.
3. Peneliti, sebagai sumber ide dan referensi dalam pengembangan sumber
belajar dalam bentuk lain.
8
9
4. Pembaca, untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, serta sebagai
landasan untuk melanjutkan penelitian ini.
G. Spesifikasi Produk
Penelitian ini diharapkan menghasilkan produk yang spesifik, yaitu modul
dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Pada setiap modul diberikan kompetensi utama, kompetensi pendukung
berupa capaian-capaian yang harus dicapai siswa selama perkuliahan dan
deskripsi singkat modul.
2. Modul disusun berdasarkan analisis kebutuhan mahasiswa Program Studi
Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan dalam
memahami materi matematika khususnya bidang aljabar 2.
3. Modul disusun sesuai dengan basis konstruktivisme yaitu dengan contoh
permasalahan yang ada, mahasiswa bisa menemukan cara mereka sendiri
untuk menyelesaikan permasalahan.
4. Setiap defenisi akan diberikan contoh soal dan setiap teorema akan
diberikan bukti yang jelas beserta contoh penerapan teorema tersebut.
5. Contoh-contoh soal yang diberikan akan dapat menuntun mahasiswa
untuk menkonstruksi pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan soal-
soal latihan yang diberikan. Dengan menyelesaikan soal-soal latihan yang
diberikan membuat mahasiswa bekerja dan mengalami sendiri
pengetahuan tersebut. Akhirnya, mahasiswa memahami materi perkuliahan
yang diberikan dan memperoleh pengetahuan baru.
9
6. Setiap akhir kegiatan belajar akan dibuat rangkuman singkat yang
merangkum isi dari kegiatan belajar tersebut.
7. Setiap akhir kegiatan belajar akan diberikan soal-soal latihan beserta kunci
jawaban.
8. Setiap akhir modul akan diberikan tes formatif beserta kunci jawaban.
9. Bahasa dan isi materi dibuat sesuai dengan tingkat kemampuan mahasiswa
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan yang heterogen yang memungkinkan mereka untuk
belajar sendiri (independent).
10. Isi modul diketik dengan huruf Tahoma agar lebih terkesan formal,
sederhana, dan mudah dibaca.
11. Modul disajikan dengan cover bergambar dan berwarna.
10
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran di Perguruan Tinggi
Istilah pembelajaran terkait dengan makna mengajar. Hal ini
disebabkan karena pembelajaran hakikatnya merupakan kegiatan yang
bertujuan, yaitu membelajarkan siswa (Sanjaya, 2006:49). Pembelajaran
merupakan suatu upaya untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan
siswa untuk belajar. Dengan kata lain pembelajaran adalah penciptaan
sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Perbuatan mengajar yang kompleks dapat diterjemahkan sebagai
penggunaan secara integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam
perbuatan mengajar itu untuk menyampaikan pesan pengajaran (Pupuh
dan M. Sobry, 2007:8). Sejumlah komponen yang dimaksudkan berarti
sistem lingkungan yang membantu dalam proses menyampaikan pesan
pengajaran.
Proses pembelajaran di peguruan tinggi berbeda dengan proses
pembelajaran di sekolah. Hisyam (2004: 4) menyatakan dari segi apapun,
mahasiswa telah dianggap dewasa dibandingkan dengan siswa sekolah
menengah. Secara umum, dapat dikatakan bahwa mahasiswa telah
memiliki kematangan dalam berpikir dan menentukan pilihan dalam
proses pembelajaran.
11
Dalam proses pembelajaran, hendaknya mahasiswa diperlakukan
sesuai dengan karakteristiknya yaitu dewasa. Hisyam (2002;7)
mengatakan orang dewasa itu biasanya mampu mengarahkan dirinya
sendiri, mempunyai pengalaman yang beragam, siap belajar akibat
kebutuhan dirinya. Kemp (1994:67-68) menjelaskan berdasarkan
penelitian yang intensif telah diketahui sejumlah rambatan tentang orang
dewasa dan penyesuaian diri dalam proses pendidikan, yaitu: orang
dewasa memasuki program dengan motivasi dan kesiapan belajar yang
tinggi, mereka meyukai program yang tersusun baik, yang unsurnya terinci
dengan jelas. Lebih lanjut ia menegaskan mahasiswa sebagai orang
dewasa ingin berperan serta dalam pengambilan keputusan, mereka ingin
bekerja sama dengan pengajar dan menilai kebutuhan tujuan, memilih
kegiatan, dan menentukan bukti untuk menilai pembelajaran, sebagian
besar dari mereka lebih suka ikut serta dengan aktif dalam kegiatan belajar
mereka sendiri. Selain itu mahasiswa lebih suka kalau pengajar bertindak
sebagai nara sumber tak resmi untuk membimbing, membantu, mendorong
mereka bila diperlukan, mereka ingin mengetahui dengan pasti bahwa
tujuan kegiatan pembelajaran ada manfaatnya bagi mereka. Karena itu,
bagi mahasiswa kegiatan yang tersusun rapi dan mempunyai tujuan yang
jelas merupakan hal yang penting.
Erman (2004:2) menyatakan bahwa setiap mahasiswa adalah
individu yang memiliki potensi untuk belajar mandiri, baik dari sumber
tertulis, media masa atau lingkungannya. Dosen lebih bersifat
12
memfasilitasi dan menciptakan iklim belajar yang kondusif sehingga
potensi tersebut bisa berkembang secara optimal. Oleh sebab itu, dalam
proses pembelajaran/perkuliahan diharapkan dosen harus berusaha
menciptakan sistem lingkungan perkuliahan yang memungkinkan
mahasiswa belajar dari pengetahuan dan pengalamannya masing-masing.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran di perguruan tinggi menginginkan proses pembelajaran yang
terprogram dengan rapi. Artinya mempunyai tujuan dan langkah/ kegiatan
yang jelas, sistematis. Peran dosen sebagai pengajar tidak intervensi,
hanya sebagai fasilitator. Dalam proses pembelajaran, mahasiswa lebih
suka ikut serta dengan aktif dalam kegiatan belajar mereka sendiri.
2. Sistem Pembelajaran dengan Modul
Sunardi (2002: 422) menjelaskan ”perhatian terhadap pengajaran
yang memberikan kesempatan bagi individu semakin dikembangkan”.
Artinya pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi individu untuk
belajar dengan caranya sendiri dan berdasarkan azas perbedaan individu
semakin dikembangkan. Pembelajaran yang berprinsip demikian salah
satunya adalah sistem pembelajaran dengan modul.
Lebih lanjut Sunardi (2002:422) menjelaskan pembelajaran modul
adalah suatu satuan program pembelajaran yang dapat dipelajari
mahasiswa secara mandiri dengan bantuan yang minimal dari dosen.
Dengan menggunakan modul, proses pembelajaran tidak berpusat pada
dosen, melainkan pada mahasiswa. Suryosubroto (1983:9) menjelaskan
13
bahwa ”Sistem pengajaran dengan modul adalah suatu sistem
penyampaian yang dipilih dalam rangka mengembangkan sistem
pendidikan yang lebih efisien, relevan, dan efektif. Sehingga prinsip utama
dari sistem pembelajaran dengan modul adalah meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pembelajaran dalam hal penggunaan waktu, dana, fasilitas dan
tenaga secara tepat”. Jadi, pembelajaran dengan modul bertujuan selain
memberikan kesempatan kepada individu untuk belajar dengan cara dan
kemampuannya sendiri, juga bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi dalam pembelajaran.
Secara prinsip tujuan pembelajaran adalah agar mahasiswa berhasil
menguasai bahan pelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
Karena dalam setiap kelas berkumpul mahasiswa dengan kemampuan
yang berbeda-beda (kecerdasan, bakat dan kecepatan belajar) maka perlu
diadakan pengorganisasian materi, sehingga semua mahasiswa dapat
mencapai dan menguasai materi pelajaran sesuai dengan yang telah
ditetapkan dalam waktu yang disediakan, misalnya satu semester. Di
samping pengorganisasian materi pembelajaran yang dimaksud di atas,
juga perlu memperhatikan cara-cara mengajar yang disesuaikan dengan
pribadi individu. Bentuk pelaksanaan cara mengajar seperti itu adalah
dengan membagi-bagi bahan pembelajaran menjadi unit-unit pembelajaran
yang masing-masing bagian meliputi satu atau beberapa pokok bahasan.
Bagian-bagian materi pembelajaran tersebut disebut modul.
14
14
Modul disusun dengan berdasar kepada konsep yang menekankan
bahwa mahasiswa harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang
disajikan dalam modul. Prinsip ini mengandung konsekuensi bahwa
mahasiswa tidak diperbolehkan mengikuti program berikutnya sebelum ia
menguasai paling sedikit 75% dari bahan tersebut (Vemrianto, 1981: 64).
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sistem
pembelajaran dengan modul adalah adalah suatu satuan program
pembelajaran yang dapat dipelajari mahasiswa secara mandiri dengan
bantuan yang minimal dari dosen. Pembelajaran dengn modul merupakan
pembelajaran yang menggunakan prinsip memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan/kemampuan mereka
sendiri. Sehingga prinsip utama dari sistem pembelajaran dengan modul
adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran dalam hal
penggunaan waktu, dana, fasilitas dan tenaga secara tepat.
Kemp (1994:163) menjelaskan definisi dan karakteristik pembelajaran
modul yaitu: Modul adalah paket yang membahas pokok bahasan tunggal
atau satuan pelajaran dari bahan ajar. Ia terdiri dari atas pedoman belajar
yang mengandung semua informasi yang diperlukan mahasiswa untuk
mempelajari bahan yang ditugaskan. Komponen penting sebuah modul
terdiri dari: (1) pengarahan yang ditulis secara cermat, (2) sejumlah
sasaran belajar yang harus diselesaikan, (3) uraian sejumlah kegiatan, (4)
daftar sumber belajar, dan (5) satu ujian atau lebih disertai jawaban
sehingga siswa dapat mengecek kemajuan belajar mereka.
15
Definisi yang dikembangkan oleh Kemp tersebut di atas sejalan
dengan batasan mengenai modul yang dikembangkan oleh Badan
Pengembangan Pendidikan Depdikbud dalam Vembrianto yang
memberikan batasan dengan modul sebagai berikut: yang dimaksud
dengan modul adalah “ satu unit program belajar terkecil yang secara
terperinci menggariskan : a) Tujuan-tujuan instruksional umum yang akan
ditunjang pencapaiannya; b) Topik yang akan dijadikan pangkal proses
belajar mengajar; c) Tujuan-tujuan instruksional khusus yang akan dicapai
oleh siswa; d) Pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan; e)
Kedudukan dan fungsi satuan (modul) dalam kesatuan program yang lebih
luas; f) Alat-alat dan sumber yang akan dipakai; g) Kegiatan-kegiatan
belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan; h)
Lembaran-lembaran kerja yang harus diisi anak; i) Program evaluasi yang
akan dilaksanakan selama berjalannya proses pembelajaran”.
Pelaksanaan Pembelajaran dengan Modul di dalam kelas menurut
Vembrianto (1981: 64) melalui tahap-tahap sebagai berikut: (1) Guru
mempersiapkan segala perlengkapan yang diperlukan; (2) Guru
memberikan pengarahan singkat tugas siswa dalam mengerjakan modul;
(3) Siswa mempelajari lembaran kegiatan dan melakukan tugas-tugas
dalam lembaran kerja; (4) Siswa memeriksa hasil pekerjaannya dan
memperbaiki kesalahan-kesalahannya; (5) Kepada siswa yang telah
menyelesaikan modul inti dengan baik diberikan modul pengayaan; (6)
16
Guru memberikan tes kepada siswa untuk mengevaluasi penguasaan siswa
atas modul yang telah dipelajari.
Dalam pembelajaran modul, peran dosen hanya sebagai
organisator kondisi-kondisi yang memungkinkan mahasiswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam modul yang
dipelajari. Dengan menyajikan modul dan melengkapi peralatan yang
diperlukan untuk mempelajarinya dan meciptakan kondisi yang diperlukan
itu, proses belajar mahasiswa akan dirangsang.
Pelaksanaan pembelajaran bermodul memiliki perencanaan
kegiatan sebagai berikut: (1) Modul dibagikan kepada siswa paling lambat
seminggu sebelum pembelajaran; (2) Penerapan modul dalam
pembelajaran menggunakan metode diskusi model pembelajaran
konstruktivistik; (3) Pada setiap akhir unit pembelajaran dilakukan tes
penggalan, tes sumatif dan tugas-tugas latihan yang terstruktur; (4) hasil
tes dan tugas yang dikerjakan siswa dikoreksi dan dikembalikan dengan
feedback yang terstruktur paling lambat sebelum pembelajaran unit materi
ajar berikutnya; (5) memberi kesempatan kepada siswa yang belum
berhasil menguasai materi ajar berdasarkan hasil analisis tes penggalan
dan sumatif, dipertimbangkan sebagai hasil diagnosis untuk
menyelenggarakan program remedial pada siswa diluar jam pelajaran.
Keuntungan yang diperoleh dari pembelajarn dengan penerapan
modul adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan motivasi siswa, karena
setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan
17
sesuai dengan kemampuan; (2) Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa
mengetahui benar pada modul mana siswa telah berhasil dan pada bagian
modul yang mana mereka belum berhasil; (3) Siswa mencapai hasil sesuai
dengan kemampuannya; (4) Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam
satu semester; (5) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran
disusun menurut jenjang akademik.
Dari penjelasan di atas, penulis kembangka modul yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah:
1) Modul merupakan unit (paket) pengajaran terkecil dan lengkap dan
memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematik;
terdiri dari Tujuan-tujuan/kompetensi yang akan ditunjang
pencapaiannya; Topik dan Pokok-pokok materi yang akan dipelajari;
kedudukan dan fungsi satuan (modul) dalam kesatuan program yang
lebih luas; Alat-alat dan sumber yang akan dipakai; Kegiatan-kegiatan
belajar yang harus dilakukan secara berurutan; Lembaran-lembaran
kerja; Program evaluasi.
2) Materi merujuk dari materi dosen pengampu mata kuliah.
3) Modul yang disiapkan disesuaikan dengan tingkat pemahaman
mahasiswa (modul inti, pengayaan). Pola kombinasi modul inti dengan
pengayaan menggunakan pola ke-tiga yaitu kombinasi modul inti
dengan kegiatan pengayaan berupa membantu teman lain dalam
menyelesaikan modulnya.
18
3. Mata Kuliah Aljabar 2
Mata kuliah Aljabar 2 dipelajari pada semester VII (tujuh) pada
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan. Dalam hal ini karakteristik mahasiswa yang ada dalam
kelas sangat heterogen.
Mahasiswa diharapkan untuk mengambil terlebih dahulu mata
kuliah Himpunan dan Logika, Aljabar Elementer, dan Aljabar I agar lebih
mudah memahami mata kuliah ini. Aljabar 2 merupakan materi tentang
matematika abstrak, maka dalam hal ini tidak dilakukan perhitungan,
tetapi belajar tentang konsep abstrak, fakta serta prinsip yang saling
berkaitan.
Jadwal mata kuliah Aljabar 2 di STKIP Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan, ada yang pagi dan sore. Oleh karena itu metode
pembelajaran dalam mata kuliah Aljabar 2 disesuaikan dengan jadwal
kuliah mahasiswa, sehingga diharapkan mahasiswa yang dapat jadwal sore
bisa menerima materi dengan baik.
Tujuan kurikuler mata kuliah Aljabar 2 adalah setelah mengikuti
mata kuliah Aljabar 2 diharapkan mahasiswa memahami lebih dalam
tentang Aljabar 2 dan dapat menerapkannya dalam menyelesaikan masalah
sederhana aljabar, serta mampu berpikir logis dan bernalar secara
matematis dalam menyelesaikan suatu masalah.
Sedangkan tujuan umum dari mata kuliah Aljabar 2, diharapkan
setelah mengikuti mata kuliah Aljabar 2 mahasiswa semester VI (enam)
19
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan dapat:
1) Memahami pengertian himpunan dan dasar-dasar himpunan, serta
mampu menggunakannya sebagai pengembangan lebih lanjut.
2) menggunakan operasi pada himpunan untuk memecahkan masalah
dan mengidentifikasi suatu himpunan terhadap suatu operasi biner
3) memahami konsep pemetaan, kesamaan dua pemetaan, macam-
macam pemetaan, pemetaan komposisi, dan pemetaan invers.
4) mengidentifikasi dan memahami konsep dari Semigrup dan Monoid
5) mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup
6) mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Grup Siklik, Grup
Permutasi dan Homomorfisma Grup
7) mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat dari Grup Faktor
8) mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat suatu Ring, Integral Domain
dan Field
9) mengidentifikasi suatu Ring merupakan Sub Ring dan Ideal
10) mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Faktor dan
Homomorfisma Ring
11) mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Polinom
4. Teori Konstruktivisme
Menurut pandangan Konstruktivisme, belajar merupakan proses
aktif dari subjek belajar untuk mengkonstruksi makna sesuatu, entah
berupa teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain sehingga
20
belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman
atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki,
sehingga pengertiannya akan berkembang.
Dalam kelas konstruktivis seorang dosen tidak mengajarkan
kepada mahasiswa bagaimana menyelesaikan persoalan, namun
mempresentasikan masalah dan mendorong mahasiswa untuk menemukan
cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika
mahasiswa memberikan jawaban, dosen mencoba untuk tidak mengatakan
bahwa jawaban itu benar atau tidak benar, namun dosen mendorong
mahasiswa untuk setuju atau tidak setuju kepada ide seseorang. Saling
tukar menukar ide sampai persetujuan dicapai akan apa yang dapat masuk
akal siswa. Para mahasiswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang
berada dalam diri mereka. Aktivitas matematika dalam kelas konstruktivis
diwujudkan dalam tantangan masalah, kerja dalam kelompok kecil dan
diskusi kelas menggunakan apa yang „biasa‟ muncul dalam materi
kurikulum dalam kelas „biasa‟. Evaluasi dalam pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan konstruktivisme terjadi sepanjang proses
pembelajaran berlangsung.
Prinsip-prinsip yang sering diambil dari konstruktivisme menurut
Trianto (1997:73), antara lain:
1) Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif
2) Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa
3) Mengejar adalah membantu siswa belajar
21
4) Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil
akhir
5) Kurikulum menekankan partisipasi siswa
6) Guru sebagai fasilisator
5. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika
Belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun
(mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada
pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya (Dempelan, 2010).
Dalam pandangan konstruktivisme „Belajar‟ bukanlah semata-mata
mentransfer pengetahuan yang ada diluar dirinya, tetapi belajar lebih pada
bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang
baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam form yang baru.
Proses pembangunan ini bisa melalui Asimilasi atau Akomodasi.
Sementara yang kita lihat saat ini sebagaian besar pola pembelajaran
matematika saat ini masih bersifat transmisif, pengajar mentransfer dan
menggerojokkan konsep-konsep secara langsung pada peserta didik.
Dalam pandangan ini, siswa secara pasif “menyerap” struktur matematika
yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran.
Pembelajaran hanya sekedar penyampaian fakta, konsep, prinsip dan
keterampilan kepada siswa. Kurikulum matematika sekolah di Indonesia
dalam pengajarannya selama ini terpatri kebiasaan dengan urutan sajian
pembelajaran sebagai berikut: (1) diajarkan teori/teorema/definisi, (2)
diberikan contoh-contoh dan (3) diberikan latihan soal-soal.
22
Pembelajaran matematika dalam pandangan konstruktivis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) siswa terlibat aktif dalam
belajarnya. Siswa belajar materi matematika secara bermakna dengan
bekerja dan berpikir, dan (b) informasi baru harus dikaitkan dengan
informasi sebelumnya sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki
siswa.
Implikasi ciri-ciri pembelajaran matematika dalam pandangan
konstruktivis adalah penyediaan lingkungan belajar yang konstruktif.
Lingkungan belajar yang konstruktif adalah lingkungan belajar yang (1)
menyediakan pengalaman belajar yang mengaitkan pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga belajar merupakan
proses pembentukan pengetahuan, (2) menyediakan berbagai alternatif
pengalaman belajar, (3) mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi
realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkret, (4)
mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi
dan kerja sama antara siswa, (5) memanfaatkan berbagai media agar
pembelajaran lebih menarik, dan (6) melibatkan siswa secara emosional
dan sosial sehingga matematika lebih menarik dan siswa mau belajar.
6. Modul Berbasis Konstruktivisme
Modul disusun dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme,
dimana mahasiswa membangun/menemukan sendiri bagaimana konsep
Aljabar 2. Dengan adanya soal-soal latihan yang diberikan menuntut
23
23
mahasiswa bekerja dan mengalami sendiri pengetahuan tersebut. Akhirnya,
mahasiswa memahami materi perkuliahan yang diberikan dan memperoleh
pengetahuan baru.
Modul berbasis Konstruktivisme memuat unsur-unsur sebagai berikut:
1) Orientasi, artinya modul memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik.
Mahasiswa diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap
topik yang hendak dipelajari.
2) Elisitasi, artinya dengan menggunakan modul mahasiswa dibantu
mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis,
membuat poster, dan lain-lain. Mahasiswa diberi kesempatan untuk
mendiskusikan apa yang diobservasikan, dalam wujud tulisan, gambar,
ataupun poster.
3) Restrukturisasi ide. Dalam hal ini ada tiga hal.
a) Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau teman
lewat diskusi ataupun lewat pengumpulan ide. Berhadapan dengan ide-
ide lain, seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi gagasannya
kalau tidak cocok atau sebaliknya, menjadi lebih yakin bila gagasannya
cocok.
b) Membangun ide yang baru ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya
bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman.
24
c) Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau memungkinkan
ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk untuk diuji dengan suatu
percobaab atau persoalan yang baru.
4) Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang telah
dibentuk oleh mahasiswa perlu diaplikasikan dalam macam-macam
situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan mahasiswa
lebih lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam
pengecualiannya.
5) Review, bagaimana ide itu berubah. Dapat terjadi dalam aplikasi
pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, seseorang perlu
merevisi gagasannya entah dengan menambahnya dengan suatu
keterangan atau mungkin mengubahnya menjadi lebih lengkap.
7. Aktivitas Belajar
Aktivitas adalah merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di
dalam interaksi belajar-mengajar, karena pada prinsinya belajar adalah
berbuat. Aktivitas dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang dilakukan
mahasiswa selama proses pembelajaran. Sanjaya (2007:131) menyatakan
bahwa aktivitas tidak terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi
aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Jadi, proses berpikir juga
merupakan aktivitas belajar.
Sardiman (2007: 96-97) menjelaskan ”segala pengetahuan itu harus
diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan
25
sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik
secara rohani maupun teknis”. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar
harus aktif sendiri. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi.
Sardiman (2006: 97) menegaskan bahwa ruang kelas haruslah diatur
sedemikan rupa menjadi laboratorium pendidikan sehingga memungkinkan
mahasiswa untuk bekerja sendiri. Dengan pengaturan kelas yang kondusif
dapat membantu mahasiswa dalam meningkatkan proses pembelajaran.
Silbermen (1996:4) mengemukakan:
When learning is passive the learners comes to the encounter without
curiosity, without questions, and without interest in the outcome
(except, perhaps, in the grade he or she will receive). When learning
is active, the learne is seeking something. He or she wants an answer
to a questions, needs information to solve a problem, or is searching
for a way to do job.
Banyak aktivitas yang dapat dilakukan mahasiswa dalam belajar, tidak
cukup hanya mendengar dan mencatat saja seperti lazim terdapat disekolah-
sekolah tradisional. Sardiman (2006;101) membuat suatu daftar yang berisi
kegiatan siswa yang dapat dikelompokkan menjadi delapan macam aktivitas,
yaitu: Visual Activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; Oral
activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi;
Listening activities, sebagai contoh mendengarkan; uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato; Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan,
laporan, angket; menyalin, Drawing activities, misalnya: menggambar,
membuat grafik, peta, diagram; Motor activities, yang termasuk di dalamnya
26
antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi,
bermain, berkebun, beternak; Mental activities, sebagai contoh: menganggapi,
mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan,
mengambil keputusan; Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Dari pendapat-pendapat di atas, tampak jelas bahwa banyak aktivitas
yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dalam proses pembelajaran matematika.
Menurut Erman (2004:299) ”Belajar matematika tidak sekedar learning to
know, melainkan harus ditingkatkan meliputi learnig to do, learning to be,
hingga learning to live together”. Belajar tidak hanya sekedar mengetahui,
namun lebih untuk berbuat, belajar untuk menjadi sesuatu, dan belajar untuk
hidup bersosialisasi (kebersamaan).
Berdasarkan jenis-jenis aktivitas di atas, aktivitas yang akan diamati
dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar mahasiswa yang diamati selama
proses pembelajaran modul Aljabar 2 yang terdiri dari:
a. Membaca modul
b. Bertanya
c. Mengerjakan latihan soal dalam modul
d. Membuat gambar/tabel
e. Mahasiswa menanggapi, memecahkan soal, menganalisis, dan
menyimpulkan perkuliahan
f. Mengganggu teman, melamun, atau bermain.
27
27
8. Motivasi Belajar
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan
kesiapannya untuk melakukan serangkaian tingkah laku atau perbuatan.
Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif
menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu. (Uzer, 2004:28). Menurut Rosjidan dkk (2001:60) menjelaskan
bahwa motivasi mempunyai tiga fungsi di antaranya ialah : ” Mendorong
manusia untuk berbuat,..... menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan
yang hendak dicapai…..”. Jadi motivasi merupakan daya penggerak dari
dalam diri seseorang untuk mau melakukan dalam mencapai suatu tujuan.
Definisi motivasi juga dikemukakan oleh Keller (1983:389), yaitu:
Motivation, by definition, refers to the magnitude and direction
of behaviour. In other words ferers to the choices people make
as to what experiences or goals they will approach or avoid
and degrre of effort they will exert in the respect.
Dari pengertian tersebut dimaksudkan bahwa motivasi berhubungan
dengan pilihan-pilihan yang dibuat oleh manusia sebagai pengalaman atau
tujuan yang akan mereka dekati atau hindari dan tingkat usaha yang akan
mereka gunakan untuk banyak hal. Jadi motivasi adalah serangkaian usaha
untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan
ingin untuk melakukan sesuatu. Dalam hal kegiatan belajar, motivasi adalah
28
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan
sikap dan prilaku seseorang untuk belajar.
Ciri-ciri motivasi yang ada pada seseorang menurut Sardiman (2006:83)
adalah sebagai berikut: (1) tekun dalam melaksanakan tugas (dapat bekerja
terus menerus dalam waktu yang lama, tidak perlu berhenti sebelum selesai);
(2) ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin. Tidak cepat puas atas
prestasi yang telah dicapai; (3) menunjukkan minat besar terhadap bermacam-
macam masalah belajar; (4) lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung
pada orang lain; (5) tidak cepat bosan pada tugas-tugas rutin; (6) dapat
mempertahankan pendapatnya; (7) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini;
(8) senang mencari dan menyelesaikan soal-soal.
Cara yang dapat dilakukan dosen dalam memotivasi mahasiswa antara
lain dengan meningkatkan mutu pembelajaran dan mempengaruhi harapan
mahasiswa sehingga mereka percaya bahwa keterlibatan mereka dalam
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan suatu mata kuliah akan
mengantarkan pada keberhasilan dalam pencapaian tujuan (Mustafa 2001:14).
Erman (2004:236) mengemukakan hal-hal yang perlu dilakukan dosen dalam
memotivasi mahasiswa untuk belajar matematika sebagai berikut: ”
.....menggunakan teknik, metode dan pendekatan pembelajaran matematika
yang tepat dan sesuai dengan karakteristik topik yang disajikan,
memanfaatkan teknik, metode dan pendekatan yang bervariasi dalam
pembelajaran matematika agar tidak monoton”. Jadi, harapan mahasiswa,
29
29
mutu pembelajaran, dan metode dan teknik yang tepat perlu diperhatikan oleh
dosen dalam proses pembelajaran.
Dari beberapa teori motivasi di atas, maka dalam penelitian ini penulis
dapat merumuskan motivasi belajar matematika adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan, menjamin
kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar matematika dengan kisi-
kisi indikator motivasi seperti pada Tabel 2 berikut sehingga diharapkan
tujuan pembelajan matematika dapat dicapai.
Tabel 2. Kisi-kisi Indikator Motivasi Belajar Matematika
No Indikator/butir
1 Ulet menghadapi masalah
2 Menunjukkan minat terhadap matematika khusunya Aljabar 2
3 Percaya diri
4 Penghargaan
5 Tujuan yang jelas dan diakui
9. Validitas, Praktikalitas, dan Efektifitas Modul Pembelajaran
a. Validitas Modul Pembelajaran
Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes
telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas sebuah modul selalu
dibedakan menjadi dua macam yaitu validitas logis dan validitas empiris.
Validitas logis sama dengan kualitatif terhadap sebuah modul, yaitu untuk
menentukan berfungsi tidaknya suatu modul berdasarkan kriteria yang
ditentukan yang dalam hal ini adalah kriteria materi, konstruksi dan bahasa.
Validitas modul perlu ditentukan untuk mengetahui kualitas modul dalam
kaitannya dengan mengukur dalam hal yang seharusnya diukur. Surapranata
30
30
(2009;50), menyatakan bahwa pengertian validitas senantiasa dikaitkan
dengan penelitian empiris dan pembuktian-pembuktiannya bergantung pada
macam validitas yang digunakan. Validitas juga dapat dikatakan sebagai
suatu tingkatan yang menyatakan bahwa suatu alat ukur telah sesuai dengan
apa yang diukur, atau validitas berkaitan dengan hasil suatu alat ukur,
menunjukkan tingkatan, dan bersifat khusus sesuai dengan tujuan
pengukuran yang akan dilakukan. Para pengembang modul pembelajaran,
memiliki tanggung jawab dalam membuat tes yang benar-benar valid. Oleh
karena itu, validitas dapat digunakan dalam memeriksa secara langsung
seberapa jauh suatu alat telah berfungsi.
1. Validitas Isi
Validitas isi sering juga dinamakan validitas kurikulum yang
mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai
dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Dalam dunia pendidikan
sebuah modul dikatakan memiliki isi apabila dapat mengukur dari
domain tujuan khusus tertentu yang sama kurikulum pelajaran yang
akan diberikan. Modul Matematika dikatakan valid apabila hanya
mengukur kemampuan Matematika, bukannya mengukur kemampuan
biologi.
2. Validitas Konstruk
Konstruk adalah sesuatu yang berkaitan dengan fenomena dan
objek yang abstrak, tatapi gejalanya dapat diamati dan diukur. Validitas
konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid
31
apabila telah cocok dengan konstruksi teoritik dimana tes itu dibuat.
Dengan kata lain sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi
apabila soal-soalnya mengukur setiap aspek berpikir seperti yang
diuraikan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun
indiktor yang terdapat dalam kurikulum.
b. Praktikalitas Modul Pembelajaran
Setelah modul pembelajaran divalidasi dan hasilnya sudah valid,
maka tahap selanjutnya dilakukan praktikalitas, untuk menjawab
bagaimana parktikalitas dari modul pembelajaran Aljabar 2 di STKIP
Tapanuli Selatan Padangsidimpuan dilakukan secara deskripsi dari analisis
data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan
perkuliahan dengan modul, angket kepraktisan oleh mahasiswa, dan
wawancara dengan mahasiswa yang dapat menggambarkan secara umum
praktikalitas modul pembelajaran Aljabar 2 berbasis Konstruktivisme
tersebut.
c. Efektivitas Modul Pembelajaran
Efektivitas modul pembelajaran dilihat dari kompetensi mahasiswa.
Kompetensi (competence) menurut Hall dan Jones (1976) adalah
pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tetentu
secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan
kemampuan yang dapat diamati dan diukur. Sedangkan Mardapi, dkk
(2001) merumuskan bahwa kompetensi merupakan perpaduan antara
32
pengetahuan, kemampuan, dan penerapan kedua hal tersebut dalam
melaksanakan tugas di lapangan kerja. Kompetensi (competence) adalah
pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu
secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan
kemampuan yang dapat diamati dan diukur.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Anny (2012) dengan penelitian yang berjudul “Pengembangan Buku Kerja
Berbasis Konstruktivisme untuk Perkuliahan Kalkulus Peubah Banyak 2
di STKIP PGRI Sumatera Barat”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
buku kerja valid, praktis, dan efektif.
2. Refnywidialistuti (2012) dengan penelitian yang berjudul “Pengembangan
Bahan Ajar Berbasis Problem Based Learning (PBL) pada Materi Pecahan
di Kelas IV SD Negeri 14 Pematang Panjang Kecamatan Sijunjung”.
Hasil penelitian ini berupa bahan ajar materi Pecahan yang valid, praktis,
dan efektif. Buku kerja berbasis konstruktivisme ini dapat mempermudah
siswa dalam belajar dan dapat meningkatkan motivasi belajar.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah penelitian ini akan mengembangkan modul berbasis
Konstruktivisme untuk perkuliahan Aljabar 2 yang akan di pakai di STKIP
Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. Penggunaan modul ini diharapkan
dapat meningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasil belajar mahasiswa.
33
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya di atas disimpulkan bahwa modul
berbasis konstruktivisme cocok untuk menyelesaikan permasalahan perkuliahan
untuk meningkatkan hasil belajar, motivasi, efektifitas, dan kemandirian
mahasiswa dalam menyelesaiakn permasalahan. Berdasarkan penelitian-penelitian
di atas dirancang dan disusun modul berbasis konstruktivisme untuk mata kuliah
Aljabar 2.
C. Kerangka Pemikiran
Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang yang mencakup
penerapan proses yang komplek dan terpadu dalam menganalisis dan
memecahkan masalah pendidikan. Pemecahan masalah ini menjelma dalam
bentuk semua sumber belajar yang didisain dan digunakan dalam keperluan
pembelajaran. Salah satu permasalahan dalam proses pembelajaran
matematika di jurusan pendidikan matematika STKIP Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan yang perlu ditelaah lebih lanjut adalah keterbatasan dalam
hal ketiadaan bahan ajar yang efektif. Belum tersedianya bahan ajar yang
efektif tersebut berimpilikasi pada hasil belajar Aljabar 2, aktivitas dan
motivasi belajar mahasiswa.
Pembelajaran modul adalah suatu sistem penyampaian pengajaran
yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar sendiri tanpa terlalu
bergantung pada dosen yang selama ini selalu bertugas sebagai penyampai
informasi. Mahasiswa merupakan orang yang dianggap dewasa dalam
pemikiran, sehingga pembelajaran haruslah cocok dengan minatnya.
34
Pembelajaran modul sangat dimungkinkan cocok untuk untuk mahasiswa
karena cocok dengan kepentingan, kemampuan dan minatnya masing-masing.
Modul ditulis dan disusun sedemikian rupa sehingga materi pelajaran
selalu terarah kepada tujuan yang sudah ditetapkan. Modul disusun
berdasarkan kebutuhan yang diperoleh dari analisis kesulitan pemahaman
mahasiswa.
Lebih jauh lagi dengan menggunakan modul dapat memupuk sikap
dinamis dan aktif, karena mahasiswa dituntut lebih giat untuk memahami
materi dan mengerjakan kegiatan serta latihan yang ada. Dalam pembelajaran
modul ini, mahasiswa belajar tanpa terikat oleh gaya mengajar dosen, karena
materi pembelajaran telah disiapkan dalam modul tersebut telah diatur.
Dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk yang ada dalam modul, maka
mahasiswa dapat bekerja sendiri. Dengan kata lain, dalam proses
pembelajaran mahasiswa benar-benar menjadi titik pusat kegiatan
pembelajaran, dosen hanya berfungsi sebagai fasilitator dan organisator.
Selain itu, dalam pembelajaran modul mahasiswa dapat menilai
kemajuannya sendiri sebab tiap langkah kegiatan belajar dapat dikontrol
sendiri. Dengan begitu hasil belajar dapat diketahui dan ini membuat proses
pembelajaran lebih efektif. Dengan menggunakan modul, mahasiswa
terhindar dari kegiatan yang tidak berguna, sebab materi dalam modul serta
petunjuk-petunjuk kegiatannya sangat terarah.
Modul disusun dengan berdasar kepada konsep yang menekankan
bahwa mahasiswa harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang
35
disajikan dalam modul. Prinsip ini mengandung konsekuensi bahwa
mahasiswa tidak diperbolehkan mengikuti program berrikutnya sebelum ia
menguasai paling sedikit 75% dari bahan tersebut.
Selain itu pembelajaran dengan modul memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk bekerja dan belajar sesuai dengan kecepatannya.
Sehingga dengan kata lain dengan menggunakan modul dapatlah dicapai
perkembangan mahasiswa secara optimal, yakni perkembangan yang sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya.
Modul yang dikembangkan perlu divalidasi berdasarkan validitas isi
dan konstruk, diuji praktikalitas dan efektifitasnya yang dilakukan dengan uji
coba di kelas yaitu dengan mengamati aktivitas dan hasil belajar mahasiswa.
Modul yang sudah divalidasi dan dipraktikalisasi digunakan untuk
mengetahui apakah modul yang dirancang sudah cocok dan mudah digunakan
oleh mahasiswa STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan.
36
Secara ringkas kerangka berpikir dari penelitian ini dapat
digambarkan melalaui diagram berikut ini:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Buku Teks belum efektif untuk membantu mahasiswa
agar dapat memahami materi Aljabar 2
Buku Teks belum efektif untuk membantu mahasiswa
agar dapat memahami materi Aljabar 2
Modul Aljabar 2 di STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan belum ada
Modul Aljabar 2 yang valid, praktis dan efektif
Modul membantu dan mempermudah mahasiswa dalam perkuliahan
Meningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasil belajar
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan
(Research and development / R&D). Menurut Sugiyono (2008:407), “R&D
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu,
dan menguji keefektifan produk tersebut”. Produk yang akan dikembangkan
dalam penelitian ini adalah alat bantu perkuliahan yang berupa modul.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan
dengan model pengembangan 4-D rancangan Thiagarajan, Semmel, dan
Semmel (Trianto, 2009: 190). Model pengembangannya terdiri atas 4 tahap
yang meliputi : pendefenisian (define), perancangan (design), pengembangan
(develop), dan penyebaran (desseminate). Tahap-tahap yang akan dilalui
peneliti hanya sampai tahap develop, karena mengingat keterbatasan waktu
dan biaya. Secara lengkap prosedur yang akan dilakukan adalah :
1. Tahap pendefenisian (define)
Tahap ini dilakukan guna melihat gambaran kondisi di lapangan yang
berkaitan dengan proses belajar mengajar Aljabar 2 di STKIP Tapanuli
Selatan Padangsidimpuan, kemudian menganalisis permasalahan. Proses
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
38
1) Menganalisis silabus, hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah
materi yang diajarkan sudah sesuai dengan kompetensi utama dan
kompetensi pendukung mata kuliah.
2) Menganalisis buku-buku teks Aljabar 2, untuk melihat kesesuaian
isi buku dengan kompetensi utama dan kompetensi pendukung
yang harus dicapai mahasiswa. Buku-buku yang telah sesuai akan
digunakan sebagai acuan penyusunan konsep dan contoh soal serta
latihan soal pada modul yang akan dikembangkan.
3) Merevieu literatur yang terkait dengan pengembangan modul.
Proses perkuliahan yang merupakan realisasi pengakuan perbedaan
individual adalah pengajaran dengan modul. Pengembangan modul
harus sesuai dengan prinsipnya, yaitu suatu satuan program
pembelajaran yang dapat dipelajari mahasiswa secara mandiri
dengan bantuan yang minimal dari dosen. Artinya, modul yang
dihasilkan harus mudah dipahami oleh mahasiswa.
4) Wawancara dengan teman sejawat dan dosen pengampu dilakukan
untuk mengetahui masalah atau fenomena yang dihadapi di kelas
sehubungan dengan perkuliahan. Interview dilakukan untuk
mendapatkan sarandalam pengembangan modul selanjutnya.
5) Mempelajari karakteristik mahasiswa, untuk memudahkan
menyusun tingkat bahasa, dan kesukaran soal.
39
2. Perancangan (design)
Setelah menganalisis kebutuhan dilanjutkan dengan perancangan.
Pada tahap ini yang akan dilakukan adalah merancang format modul
Aljabar 2. Aljabar 2 mempunyai beban 4 SKS. Materi Aljabar dimulai
dengan materi himpunan, dasar-dasar himpunan, grupoida, semigrup dan
monoida, grup dan subgrup, grup simetri dan grup siklik, koset, subgrup
normal dan sifat-sifatnya, homomorfisma dan isomorfisma, ring dan sifat-
sifat ring serta ring faktor. Materi Aljabar 2 sampai setengah semester
adalah grup simetri dan grup siklik. Modul Aljabar 2 yang dirancang
terdiri dari 4 modul yang dapat dipergunakan untuk setengah semester,
bagian-bagiannya yaitu : Modul 1 mengenai himpunan; modul 2
mengenai operasi grupoida, semigrup dan monoida; modul 3 mengenai
dasar grup dan subgrup; modul 4 mengenai grup simetri dan grup siklik.
Masing-masing modul terdiri dari dua kegiatan belajar dan setiap
kegiatan belajar berisi kompetensi utama, kompetensi khusus, deskripsi
singkat, materi pokok, contoh soal, rangkuman, soal latihan, kunci
jawaban dan tes formatif. Dalam setiap modul bisa terdiri atas beberapa
kali pertemuan yang sudah disesuaikan dengan silabus.
3. Pengembangan (develop)
Pada tahap ini tindakan yang dilakukan adalah memvalidasi,
menguji praktikalitas dan efektifitas modul.
40
a) Tahap Validasi
Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai
dengan keadaan sebenarnya. Proses validasi disertai dengan diskusi
atau wawancara langsung dengan pakar mengenai perbaikan yang
harus dilakukan yaitu dengan cara rancangan Modul Aljabar 2
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada pakar atau ahlinya dan
pembimbing, kemudian rancangan tersebut dinilai oleh orang-orang
yang berkompeten (validator) yang telah memahami prinsip
pengembangan modul, yaitu dosen, teman sejawat sesama mahasiswa
Pascasarjana UNP, dosen pengasuh mata kuliah. Validasi Modul ini
ada 2 macam, yaitu :
1) Validasi isi yaitu apakah modul yang telah dirancang sesuai
dengan silabus mata kuliah
2) Validitas Konstruk yaitu Kesesuaian komponen-komponen
modul dengan unsur-unsur pengembangan yang sudah
ditetapkan.
Kegiatan validasi dilakukan dalam bentuk mengisi lembar
validasi modul dan diskusi sampai tercapai suatu kondisi dimana
validator berpendapat bahwa modul yang dikembangkan sudah
valid dan layak untuk digunakan. Adapun aspek-aspek yang
divalidasi dapat dilihat dari Tabel 3.
41
Tabel 3. Validasi Modul
No. Aspek Metode Pengumpulan
Data Instrumen
1 Materi dalam modul Diskusi dengan pakar
Aljabar 2 dan pakar
pendidikan matematika,
serta dosen Aljabar 2
Lembar
validasi 2 Penyajian
3 Bahasa dan
Keterbacaan
b) Tahap Praktikalitas
Setelah divalidasi, modul ini direvisi dan selanjutnya diujicobakan
untuk mengetahui tingkat praktikalitas (keterpakaian) modul. Modul
Aljabar 2 dikatakan memiliki praktikalitas yang tinggi apabila bersifat
praktis, mudah pengadministrasiannya. Dalam arti mudah digunakan,
mudah pemeriksaannya serta lengkap dengan petunjuk yang jelas.
Ujicoba dilakukan terbatas di satu kelas Program Studi Pendidikan
Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan yang
mengambil mata kuliah Aljabar 2 semester genap tahun akademik
2011/2012.
c) Tahap Efektifitas
Tahap ini dilakukan untuk menilai apakah modul yang
dikembangkan dapat digunakan sesuai harapan untuk meningkatkan
kualitas dan prestasi belajar siswa. Pada uji coba ini akan diamati
motivasi dan aktivitas belajar mahasiswa untuk mengetahui tingkat
efektifitas modul yang telah dikembangkan.
Adapun indikator praktikalitas dan efektifitas modul dapat
dilihat pada Tabel 4 berikut.
42
Tabel 4. Indikator praktikalitas dan efektifitas modul
No Aspek yang dinilai
Metode
Pengumpulan
Data
Instrumen
1 Praktikalitas :
a. Pelaksanaan perkuliahan
dengan modul
b. Petunjuk modul
c. Isi modul
d. Waktu untuk mengerjakan
latihan
a. Observasi
kelas
b. Wawancara
mahasiswa
c. Angket
a. Lembar
observasi
b. Lembar
angket
2 Efektifitas :
a. Dampak terhadap aktivitas
belajar
b. Dampak terhadap motivasi
belajar
a. Observasi
b. Angket
motivasi
a. Lembar
observasi
b. Angket
43
Secara garis besar, prosedur penelitian dapat digambarkan dalam diagram berikut.
Tidak
Ya
Analisis
Tidak
Ya
Gambar 2. Prosedur Penelitian
C. Defenisi Operasional
1. Modul, merupakan unit (paket) pengajaran terkecil dan lengkap dan
memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematik;
terdiri dari Tujuan-tujuan/kompetensi yang akan ditunjang pencapaiannya;
Tahap Pendefenisian Analisis Kebutuhan dan Permasalahn
Analisis silabus dan buku teks
Review kurikulum dan literatur
Wawancara dengan teman sejawat
Mempelajari karakteristik mahasiswa
Merancang Modul Matematika Aljabar 2
(Rancangan awal)
Validasi Modul
Valid? Revisi
Uji coba modul
Praktis?
Efektif?
Revisi
Perangkat Modul Matematika Aljabar 2
yang valid, praktikal dan efektif
T
a
h
a
p
p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n
44
Topik dan Pokok-pokok materi yang akan dipelajari; kedudukan dan
fungsi satuan (modul) dalam kesatuan program yang lebih luas; Alat-alat
dan sumber yang akan dipakai; Kegiatan-kegiatan belajar yang harus
dilakukan secara berurutan; Lembaran-lembaran kerja; Program evaluasi
(tes dan kunci jawaban).
2. Teori konstruktivisme, merupakan proses aktif dari subjek belajar untuk
mengkonstruksi makna sesuatu, berupa teks, kegiatan dialog, pengalaman
fisik dan lain-lain, sehingga belajar merupakan proses mengasimilasi dan
menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan
pengertian yang sudah dimiliki, dengan demikian pengertiannya menjadi
berkembang.
3. Validitas, artinya kesahihan, sifat benar menurut bahan bukti yang ada,
logika berpikir/semestinya (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2002).
Validitas yang dikaji meliputi validitas isi dan validitas konstruk. Validasi
isi melihat apakah modul yang telah dirancang sesuai dengan silabus mata
kuliah. Validitas Konstruk melihat kesesuaian komponen-komponen
Modul dengan unsur-unsur pengembangan yang sudah ditetapkan.
4. Praktikalitas, bersifat praktis, artinya mudah dan senang memakainya
(Kamus Besar Bahasa Indonesia,2002). Praktikalitas berkaitan dengan
sifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Dalam arti mudah digunakan,
mudah pemeriksaannya serta lengkap dengan petunjuk yang jelas.
45
5. Efektifitas berkaitan dengan modul yang dikembangkan dapat digunakan
sesuai harapan untuk meningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasil belajar
mahasiswa.
6. Aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang dilakukan
mahasiswa selama proses pembelajaran. Aktivitas yang akan diamati
dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar mahasiswa yang diamati
selama proses pembelajaran modul Aljabar 2
7. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
mahasiswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan
arah kegiatan belajar seperti ulet menghadapi masalah, minat terhadap
matematika khususnya Aljabar 2, percaya diri, dll.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini ada yang merupakan
hasil modifikasi dari instrumen dari pakar Modul yaitu: lembar validasi
modul, lembar observasi, angket dan tes.
1. Lembar validasi
Lembar validasi digunakan untuk mengetahui apakah modul yang
telah dirancang valid atau tidak. Lembar validasi modul berisi aspek-aspek
yang telah dirumuskan pada tabel 2. Masing-masing aspek dikembangkan
menjadi beberapa pernyataan. Skala penilaian untuk lembar validasi
menggunakan skala Likert.
46
2. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui pelaksanaan
perkuliahan dengan modul dan aktivitas mahasiswa selama perkuliahan
berlangsung. Aktivitas mahasiswa yang diamati dalam penelitian ini
adalah :
a. Membaca modul
b. Bertanya
c. Mengerjakan latihan soal dalam modul
d. Membuat gambar/tabel
e. Mahasiswa menanggapi, memecahkan soal, menganalisis, dan
menyimpulkan perkuliahan
f. Mengganggu teman, melamun, atau bermain.
3. Angket
Pada penelitian ini angket bertujuan mengungkapkan praktikalitas
dan motivasi belajar mahasiswa pada perkuliahan Aljabar 2. Pengisian
angket ini menggunakan skal Likert. Sebelum digunakan, angket
divalidasi oleh validator instrumen. Hasil validasi oleh kedua validator
menunjukkan bahwa instrumen angket ini sudah sangat valid, artinya
sudah dapat digunakan. Hasil validasi angket dapat dilihat pada Lampiran
8.
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh melalui berbagai instrumen dianalisis secara
kuantitatif dan kulitatif, informasi yang diperoleh dari hasil observasi dan
47
wawancara mengenai praktikalitas modul dianalisis secara kualitatif. Data
dari hasil lembar validasi modul, lembar validasi SAP, angket
praktikalitas, lembar observasi aktivitas dan angket motivasi, secara
kuantitatif, kemudian digunakan teknik deskriptif untuk menarik
kesimpulan yang bersifat kualitatif. Teknik analisis data dari setiap
instrumen digambarkan sebagai berikut :
1. Lembar Validasi
Hasil validasi dari validator terhadap seluruh aspek yang dinilai,
disajikan dalam bentuk tabel. Selanjutnya dicari rerata skor tersebut
dengan menggunakan rumus :
n
VR
i
Dengan :
R = rerata hasil penilaian dari para validator
Vi = skor hasil penilaian ke – i
n = banyak validator
Kemudian rerata yang didapatkan dikonfirmasikan dengan kriteria
yang ditetapkan. Cara mendapatkan kriteria tersebut adalah sebagai
berikut :
a) Rentangan skor mulai dari 0 sampai 4
b) Kriteria dibagi atas lima tingkatan. Istilah yang digunakan
disesuaikan dengan aspek-aspek yang bersangkutan.
c) Rentangan rerata dibagi menjadi lima kelas interval.
48
Lalu dihitung rerata semua aspek untuk modul. Untuk menentukan
tingkat kevalidan modul digunakan kriteria berikut :
1) Bila rerata > 3,20 maka modul dikategorikan sangat valid
2) Bila 2,40 < rerata 3,20 maka modul dikategorikan valid
3) Bila 1,60 < rerata 2,40 maka modul dikategorikan cukup valid
4) Bila 0,80 < rerata 1,60 maka modul dikategorikan kurang valid
5) Bila rerata 0,80 maka modul dikategorikan tidak valid
2. Lembar Observasi
a) Observasi praktikalitas pelaksanaan perkuliahan modul
Hasil observasi dipisah-pisahkan menurut kelompok data.
Untuk menggambarkan data hasil observasi digunakan teknik
deskriptif.
b) Observasi aktivitas mahasiswa
Data observasi diperoleh dengan cara menghitung jumlah
mahasiswa yang melakukan aktivitas sebagaimana terdapat pada
lembar observasi. Data tersebut dianalisis dengan teknik persentase
yang dinyatakan sebagai berikut :
Keterangan :
P = persentase aktivitas
f = frekuensi aktivitas
N = jumlah mahasiswa
49
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan aktivitas belajar
mahasiswa, Dimyati (1999:125) memberikan kriteria sebagai berikut :
Tabel 5. Kriteria Keberhasilan Aktivitas Belajar mahasiswa
Kriteria Tingkat
Keberhasilan
Range Persentase
Sedikit sekali
Sedikit
Banyak
Banyak sekali
Tidak berhasil
Kurang berhasil
Berhasil
Sangat berhasil
1-25
26-50
51-75
76-100
Sumber : Dimyati dan Mujiono (1999:125)
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui jika persentase mahasiswa
yang aktif adalah antara 1% - 25% maka dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa yang beraktivitas sedikit sekali dan proses perkuliahan tidak
berhasil megaktifkan mahasiswa. Aktivitas mahasiswa diamati setiap
pertemuan, sehingga dapat diketahui perkembangan aktivitas
mahasiswa dalam perkuliahan yang menggunakan modul.
3. Angket
Data angket praktikalitas modul dan angket motivasi belajar
diperoleh dengan cara menghitung skor mahasiswa yang menjawab
masing-masing item sebagaimana terdapat dalam angket. Data hasil
tanggapan mahasiswa melalui angket yang terkumpul, kemudian
ditabulasi. Hasil tabulasi tiap item item dicari persentasenya, dengan
rumus :
Hasil yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan
kriteria berikut :
50
Tabel 6. Kriteria Interpretasi Skor Motivasi Penilaian
(%) Kriteria
0-20
21-40
41-60
61-80
81-100
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
(Riduwan, 2005:89)
4. Hasil Wawancara
Teknik deskriptif digunakan untuk mengambarkan data hasil
wawancara dengan mahasiswa mengenai praktikalitas modul. Miles
dan Huberman dalam Nyimas (2007:62) menyatakan ”bahwa hasil
wawancara dari para pakar menghasilkan data kualitatif berdasarkan
transkripsi tertulis dan catatan yang dibuat saat wawancara
berlangsung”.
Miles menyatakan cara menganalisis data kualitatif terdiri dari
tiga tahap, yaitu mereduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Mereduksi data merupakan proses menyeleleksi,
memfokuskan, dan mengabstraksi, dan mentransformasi data mentah
yang diperoleh melalui observasi.
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian, diperoleh modul berbasis konstruktivisme
untuk perkuliahan Aljabar 2 dengan hasil sebagai berikut.
A. Tahap Pendefinisian (define)
Modul Aljabar 2 dirancang berdasarkan analisis muka-belakang. Kegiatan
ini dimulai dari melakukan wawancara dengan teman sejawat, menganalisis
silabus Aljabar 2, menganalisis dan merevieu buku referensi Aljabar 2 serta
mempelajari karakteristik mahasiswa. Berikut ini diuraikan hasil analisis muka-
belakang yaitu:
1. Hasil Wawancara dengan Teman Sejawat
Wawancara dengan teman sejawat (dosen pengampu mata kuliah Aljabar
2) bertujuan untuk mengetahui masalah/hambatan/femomena apa saja yang
dihadapi di lapangan sehubungan dengan perkuliahan Aljabar 2. Wawancara
dilakukan dengan dosen pengampu mata kuliah Aljabar 2 STKIP Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan. Kegiatan wawancara tidak formal ini dilakukan tanggal 25 Juli
2010.
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kurang
memahami konsep dari Aljabar 2, karena buku teks yang digunakan belum dapat
membantu mahasiswa dalam proses perkuliahan. Pelaksanaan perkuliahan belum
dapat membuat mahasiswa aktif karena buku yang digunakan dosen belum dapat
mengkonstruksi pengetahuan mahasiswa. Kegiatan perkuliahan yang ada masih
52
bersifat teacher centered. Untuk itu dirancang bahan ajar atau modul berbasis
konstruktivisme sebagai sumber belajar dengan harapan mahasiswa dapat
beraktivitas secara aktif dan bisa belajar mandiri.
2. Hasil Analisis Silabus Mata Kuliah Aljabar 2
Berdasarkan analisis silabus mata kuliah Aljabar 2 yang ada pada Program
Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan, Aljabar
2 mempunyai beban 4 SKS. Perkuliahan Aljabar 2 dimulai dengan materi dasar-
dasar himpunan, operasi pada himpunan, grupoida, semigrup dan monoida,
kemudian grup, subgrup, grup simetri dan yang terakhir grup siklik. Kompetensi
utama yang harus dicapai mahasiswa adalah sebagai berikut:
1) Memahami pengertian himpunan dan dasar-dasar himpunan, serta mampu
menggunakannya sebagai pengembangan lebih lanjut.
2) Memahami operasi pada himpunan dan mampu menggunakannya dalam
matematika, dan dalam mata kuliah lain.
3) Memahami konsep grupoida, sifat-sifat grupoida, dan mampu
menggunakannya dalam struktur tertentu.
4) Memahami konsep grup dan mampu menggunakannya dalam struktur
tertentu.
5) Memahami konsep grup dan mampu menggunakannya dalam berbagai
masalah masalah matematika.
6) Memahami konsep subgrup dan mampu menggunakannya dalam grup
tertentu.
54
7) Memahami konsep grup simetri serta mampu menggunakan sifat-sifatnya
untuk menyelesaikan soal.
8) Memahami konsep grup siklik dan subgrupnya, serta mampu
menggunakannya sifat-sifatnya untuk menyelesaikan soal.
Kedelapan kompetensi utama terbagi pada empat modul. Materi pertama
sangat berguna untuk materi kedua, materi kedua sangat berguna untuk materi
ketiga dan seterusnya. Sehingga dibentuklah struktur materi perkuliahan seperti
gambar berikut ini.
Gambar 3. Struktur Materi Perkuliahan Aljabar 2
Hasil analisis diperoleh bahwa materi perkuliahan tersebut telah sesuai
dengan kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa. Urutan materi yang
diberikan juga sudah pas.
Peneliti melihat bahwa kompetensi yang harus dicapai mahasiswa cukup
banyak. Untuk itu perlu bahan perkuliahan pendukung agar tujuan perkuliahan
tercapai, yaitu suatu bahan perkuliahan yang memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, seperti modul yang
memuat latihan.
Himpunan
Grupoid, Semigrup, dan
Monoida
Grup dan
Subgrup
Grup Simetri dan Grup
Siklik
54
3. Menganalisis dan Merevieu Buku Referensi Aljabar 2
Analisis buku referensi Aljabar 2 bertujuan untuk melihat kesesuaian isi
buku teks dengan kompetensi utama. Buku teks yang diamati diantaranya adalah
buku, Pengantar Aljabar Abstrak karangan Sukirman, Materi Pokok Struktur
Aljabar karangan Soebagio dan Pengantar Struktur Aljabar I: Pendahuluan
Teori Grup karangan Zaky Riyanto dan A Book Of Abstract Algebra karangan C.
Pinter. Buku-buku teks yang ada disesuaikan dengan silabus, kompetensi utama
dan kompetensi pendukung mata kuliah Aljabar 2 yang ada di STKIP Tapanuli
Selatan Padangsidimpuan. Setelah disesuaikan dengan silabus, kompetensi utama
dan kompetensi pendukung maka buku-buku teks digunakan sebagai acuan
penyusunan konsep, contoh soal dan latihan yang ada pada modul.
4. Hasil Analisis Karakteristik Mahasiswa
Karakteristik mahasiswa perlu menjadi dasar dalam pengembangan bahan
ajar Aljabar 2 berbasis konstruktivisme. Tujuan penelitian mempelajari
karakteristik mahasiswa secara umum. Hal ini dilakukan selain untuk menentukan
subjek uji coba penggunaan bahan ajar juga untuk sebagai acuan dalam
mengembangkan alat tes/tingkat kesulitan soal seta penggunaan bahasa dalam
pengembangan bahan ajar.
Wawancara dengan mahasiswa dilakukan untuk mendapatkan informasi
tentang bahan ajar seperti apa yang mereka harapkan dalam perkuliahan di kelas.
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 3 Agustus 2010 diperoleh informasi bahwa
bahan ajar yang ada selama ini belum sederhana, sehingga mereka sulit
memahaminya. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak bisa menyelesaikan
55
permasalahan yang baru. mahasiswa mengharapkan bahan ajar yang bisa
membangkitkan pengetahuan mereka. Mereka berharap tanpa penjelasan dari
dosen, mereka bisa menemukan sendiri penyelesaian permasalahan yang baru
berdasarkan dari contoh-contoh permasalahan yang ada. Mereka juga berharap
bahan ajar gambar yang menarik, tulisan yang jelas, dan jawaban dari contoh-
contoh soal yang bisa membimbing mereka belajar mandiri di rumah.
Dalam tahap ini, seperti yang diuraikan sebelumnya dilakukan proses
wawancara/intervieu dengan dosen pengampu mata kuliah Aljabar 2 STKIP
Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. Selain wawancara dengan dosen, juga
melakukan analisis dokumen yaitu daftar hasil studi mahasiswa mata kuliah
Aljabar 2 semester VI TA. 2010/2011. Sebagai hasil mempelajari karakteristik
mahasiswa.
B. Tahap Rancangan (design)
Dari hasil analisis muka-belakang yang telah dilakukan, dirancang modul
berbasis konstruktivisme yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik mahasiswa.
Menurut paham konstruktivisme, mahasiswa membangun sendiri pengetahuan
atau konsep secara aktif berasaskan pengetahuan dan pengalaman yang telah ada.
Sesuai dengan karakteristik mahasiswa yang ada di STKIP Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan, pengetahuan yang akan dikonstruk pada modul ini adalah
mengenai sifat-sifat matematika.
Modul berbasis konstruktivisme dirancang menjadi 4 modul. Tiap modul
terdiri dari 2 kegiatan belajar. Tiap kegiatan belajar dirancang untuk 1 kali
pertemuan (4 SKS).
56
Modul memuat unsur-unsur konstruktivisme. Berikut ini diuraikan
karakteristik modul berbasis konstruktivisme yang dirancang.
Tabel 7. Unsur-unsur Konstruktivisme
Unsur
Orientasi Elisitasi Restrukturisasi
Ide
Penggunaan
Ide dalam
banyak situasi
Revieu
Bagian
Cover √
Materi √
Contoh Soal √ √
Latihan
√ √ √
Kunci Jawaban
√
Rangkuman
√
a) Cover
Setiap modul diberi cover yang berbeda. Salah satu unsur modul berbasis
konstruktivisme adalah orientasi, yakni memberikan kesempatan pada
mahasiswa untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik.
Untuk itu, pada setiap halaman cover terdapat judul modul, dan gambar yang
berkaitan dengan judul modul. Gambar pada halaman cover merupakan
visualisasi dari isi modul. Keterangan di bawah gambar adalah kilasan materi
yang terkait dengan modul. Secara umum, cover modul dirancang untuk
memotivasi mahasiswa agar membaca modul. Dengan gambar yang menarik
dan kilasan materi dapat menumbuhkan rasa penasaran mahasiswa untuk
membaca dan mempelajari modul lebih lanjut. Berikut ini adalah contohnya.
57
Cover di atas adalah contoh dari cover modul 2. Berdasarkan contoh cover
tersebut, terlihat bahwa cover tersebut mempunyai gambar mesin penjual, dan
disebelahnya keterangan dari gambar tersebut. Mesin Penjual merupakan
contoh dari penerapan dari grupoida. Hal ini akan sangat memotivasi
mahasiswa untuk mengetahui isi dari modul tersebut.
b) Materi
Setiap modul terdiri dari dua kegiatan belajar. Setiap kegiatan belajar
mengandung materi yang dirancang untuk satu kali pertemuan. Materi yang
disajikan dirancang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk
mempelajari suatu topik (unsur orientasi) yang dapat dijadikan pengetahuan
58
awal bagi mahasiswa. Setiap defenisi dari materi diberi kotak berwarna ungu
muda dengan garis pinggir berwarna merah (menunjukkan bagian ini penting
untuk diperhatikan). Berikut ini salah satu contoh defenisi pada modul.
Ternyata A merupakan bagian B sehingga A B= A
1) Jika A = (a, u) maka A A = {a, i, u) = A dan bila A = { }berarti tidak ada
anggotanya. J a d i A A = A d a n A = 0 .
2) Jika S = {1,2,3,4, 5} dan A = {1,2,3}maka A S = (1,2,3)
S = himpunan semesta. Jadi A S = A.
Setelah anda membahas contoh soal diatas, coba anda tuliskan pengertian dari gabungan
dua himpunan berikut.
A irisan B ditulis dengan A∩B adalah
Berdasarkan contoh materi yang ada diatas terlihat bahwa materi tersebut
menyatakan mahasiswa membuat defenisi sendiri dalam kotak menurut
pengetahuan masing-masing, sehingga jika ada permasalahan yang baru,
mereka akan bisa menyelesaikan sendiri.
c) Contoh soal
Contoh soal berisi soal-soal yang sudah ada pembahasannya. Contoh soal
dapat dijadikan pengetahuan awal mahasiswa selain dari materi dan juga
dapat membantu mengkonstruksi pengetahuan mahasiswa. Pada bagian ini
mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan idenya dengan
berdiskusi (elisitasi). Berikut ini salah satu contoh soal yang ada pada modul.
59
Contoh 2
𝑀 = 𝑎 𝑏𝑐 𝑑
𝑎,𝑏, 𝑐, 𝑑 ∈ 𝑅, 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 ≠ 0
Penjumlahan matriks anggota M tidak tertutup.
Ambil 𝑝 = 1 20 3
dengan 1.3 − 2.0 ≠ 0
Ambil 𝑞 = 3 42 0
dengan 3.0 − 4.2 ≠
𝑝 + 𝑞 = 1 20 3
+ 3 42 0
= 4 62 3
dengan 4.3 − 6.2 = 0
Sehingga penjumlahan matriks anggota M tidak tertutup
Berdasarkan contoh soal diatas, disamping materi contoh soal akan
membantu mengkonstruksi pengetahuan mahasiswa. Selain itu, pada tahap
contoh soal, mahasiswa akan diberi kesempatan untuk mengungkapkan
idenya tentang contoh soal dengan berdiskusi.
d) Latihan
Bagian ini memuat unsur konstruktivisme (restruktur ide) yakni menyusun
gagasan baru dengan cara dihadapkan dengan ide yang sudah ada. Mahasiswa
diberikan kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan dalam
wujud tulisan ataupun gambar/tabel. Setiap soal diberikan langkah
penyelesaian yang tidak lengkap. Hal ini bertujuan membimbing mahasiswa
membentuk pengetahuannya (menyusun gagasan baru). Berikut ini salah satu
contoh latihan yang ada pada modul.
1) 𝐺 = 0, 1, 2, 3 yaitu himpunan bilangan bulat modulo 4 dengan operasi penjumlahan.
Selidiki apakah 𝐺, +4 merupakan semigrup atau monoida?
2) 𝑀 = 𝑎 𝑏𝑐 𝑑
𝑎, 𝑏, 𝑐,𝑑 ∈ 𝑅 dengan operasi perkalian matriks. Apakah 𝑀,× merupakan
semigrup atau monoida? Jelaskan!
3)
LATIHAN
60
Contoh latihan di atas dapat mendorong mahasiswa untuk mengembangkan
jawabannya berdasarkan pemahaman baru yang terbentuk ketika menjawab
latihan. Mahasiswa juga diharapkan memperoleh pengalaman belajar.
e) Kunci Jawaban
Setiap akhir kegiatan belajar diberikan kunci jawaban. Kunci jawaban
memuat kunci jawaban dari latihan. Ini bertujuan agar mahasiswa punya
pedoman ketika mengerjakan latihan, sehingga menjadi lebih bersemangat
untuk menyelesaikannya. Berikut ini salah satu contoh kunci jawaban.
1) 𝐺 = 0, 1, 2, 3
𝐺, +4 merupakan semigrup yang komutatif dan juga merupakan monoida yang komutatif
dengan elemen identitas 0.
2) Perkalian matriks bujursangkar assosiatif
Jadi 𝑀,× merupakan semigrup yang tidak komutatif
KUNCI JAWABAN
Berdasarkan Kunci jawaban di atas, maka mahasiswa bisa mengevaluasi
dirinya sendiri dan belajar untuk mengetahui kesalahan sendiri.
f) Rangkuman
Rangkuman merupakan hasil konstruksi mahasiswa terhadap materi
perkuliahan yang telah dipelajari. Pada bagian ini mahasiswa dapat
mengulang kembali secara ringkas mengenai materi perkuliahan tiap satu
kegiatan belajar. Berikut salah satu contoh rangkuman yang ada pada modul.
RANGKUMAN
1. Misalkan S adalah suatu himpunan sebarang yang tak kososng, maka pemetaan 𝑆 × 𝑆 → 𝑆
disebut operasi biner
2. Sifat operasi biner (*) pada suatu himpunan 𝑆 disimbolkan dengan 𝑆,∗
a) Tertutup, Misalkan 𝑎 dan 𝑏 adalah suatu anggota himpunan tak kosong 𝑆, maka a dan b
tertutup terhadap himpunan S bila 𝑎 ∗ 𝑏 ∈ 𝑆
b) Komutatif, Misalkan 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆, maka 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑏 ∗ 𝑎
3.
61
C. Tahap Validasi (Develop)
Hasil rancangan modul perlu divalidasi kepada 4 orang validator yang
terdiri dari 1 orang pakar pendidikan, 2 orang pakar pendidikan matematika, dan 1
orang pakar bahasa. Nama-nama validator terdapat pada lampiran 1. Setelah
modul divalidasi, kemudian dilakukan diskusi dengan validator, tentang kevalidan
modul dan meminta saran untuk perbaikan modul. Berdasarkan saraan-saran
tersebut dilakukan perbaikan terhadap modul bahan ajar dan kembali didiskusikan
dengan validator. Proses validasi oleh validator dilakukan selama 1 bulan. Dari
hasil diskusi, validator menyetujui bahwa modul tersebut telah dapat diujikan
kepada mahasiswa. Berikut diuraikan hasil validasi modul yang telah dirancang.
1. Hasil Validasi Modul
Proses validasi modul dilakukan pada ahli rancangan dan ahli isi
matematika. Rancangan modul direvisi menurut komentar dan saran ahli
rancangan dan ahli isi. Rancangan tersebut menjadi modul awal.
Data hasil validasi modul dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 2.
Angka yang tercantum pada tabel-tabel membahas hasil validasi menunjukkan
banyaknya validator. Secara garis besar hasil validasi modul dapat dilihat pada
Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Hasil Validasi Aspek Materi Modul
No. Indikator Rerata Kategori
1 Materi memuat unsur kontruktivisme 2,67 Valid
2 Materi memuat konsep, defenisi, prosedur,
simbol, dan sifat-sifat untuk menunjang
konsep
3,00 Valid
3 Materi memuat penjelasan, contoh dan
soal-soal untuk menunjang pemahaman 3,33 Sangat Valid
62
konsep
4 Konsep-konsep dipertegas dengan gambar,
tabel, grafik/skema dan ilustrasi 3,33 Sangat Valid
5 Materi dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran 3,00 Valid
6 Materi meuat gambar yang membantu
mahasiswa memahami materi 2,67 Valid
7 Contoh soal-soal dapat mendorong
kreativitas berpikir mahasiswa 3,00 Valid
8 Contoh dan latihan sesuai dengan masalah
yang diberikan 3,00 Valid
Hasil yang disajikan dalam tabel 4.2 menggambarkan bahwa validasi
modul untuk aspek materi yang dirumuskan tergolong valid dan tuntutan yang
terkandung di dalamnya jelas sekali. Dapat disimpulkan bahwa materi yang
disajikan pada modul memuat indikator, materi memuat konsep, defenisi,
prosedur, simbol, dan sifat-sifat, materi dapat mengkonstruksi pengetahuan,
materi memuat penjelasan, contoh dan soal-soal, konsep-konsep dipertegas
dengan gambar, tabel, grafi/skema, dan ilustrasi, materi dapat meningkatkan
kualitas perkuliahan, materi memuat gambar, contoh dan latihan sesuai dengan
masalah yang diberikan.
Rekapitulasi hasil validasi untuk aspek penyajian dapat dilihat pada tabel
4.3 berikut.
Tabel 9. Hasil Validasi Aspek Penyajian Modul
No. Indikator Rerata Kategori
1 Memuat indikator pembelajaran dan urutan
penyajian materi 3,33
Sangat
Valid
2 Memuat petunjuk penyajian 2,67 Valid
3 Menyajikan materi dan kemampuan prasyarat
yang telah dimiliki mahasiswa 3,33
Sangat
Valid
4 Penyajian materi melibatkan mahasiswa
secara aktif menemukan konsep matematika 2,67 Valid
5 Penyajian materi membuat mahasiswa 3,00 Valid
63
termotivasi untuk bertanya
6 Secara visual penyajian dan penulisan konsep,
ide, istilah, rumus, dan kesimpulan disajikan
dengan jelas
2,67 Valid
7 Penyajian materi tidak memberi kesan bahwa
matematika merupakan kumpulan rumus dan
soal-soal
2,67 Valid
8 Penyajian gambar jelas dan menarik 3,00 Valid
Hasil yang disajikan dalam Tabel 9 menggambarkan bahwa validasi
modul untuk aspek penyajian yang dirumuskan tergolong valid. Dapat
disimpulkan bahwa penyajian modul sudah memuat indikator perkuliahan dan
urutan penyajian materi, petunjuk penyajian, menyajikan materi dan kemampuan
prasyarat yang telah dimiliki mahasiswa, penyajian materi melibatkan mahasiswa
secara aktif menemukan konsep matematika, membuat mahasiswa termotivasi
mahasiswa untuk bertanya, secara visual visual penyajian dan penulisan konsep,
ide, istilah, rumus, dan kesimpulan disajikan dengan jelas, tidak memberi kesan
bahwa matematika merupakan kumpulan rumus dan soal-soal, penyajian gambar
jelas dan menarik, dan gambar yang disajikan adalah gambar yang dikenal
mahasiswa.
Rekapitulasi hasil validasi untuk aspek bahasa dan keterbacaan modul
dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Hasil Validasi Aspek Bahasa dan Keterbacaan Modul
No Indikator Rerata Kategori
1 Kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah
Bahasa
Indonesia
3,25 Sngat Valid
2 Kalimat-kalimat melibatkan kemampuan
berpikir logis
3,00 Valid
3 Struktur kalimat sesuai dengan intelektual
mahasiswa
3,00 Valid
4 Kalimat yang digunakan komunikatif 3,00 Valid
5 Menggunakan bentuk dan ukuran huruf yang
sesuai
dengan karakteristik mahasiswa
3,25 Sangat Valid
64
6 Kalimat yang digunakan membantu
mengonstruksi
pengetahuan mahasiswa
3,00 Valid
Pada Tabel 10 dilihat bahwa hasil validasi modul untuk aspek bahasa dan
keterbacaan yang dirumuskan tergolong valid dan tuntutan yang terkandung
didalamnya jelas sekali. Dapat disimpulkan bahwa kalimat yang digunakan sesuai
dengan kaidah Bahasa Indonesia, melibatkan kemampuan berpikir logis, sesuai
dengan intelektual mahasiswa, komunikatif, bentuk dan ukuran huruf yang sesuai
dengan karakteristik mahasiswa, dan kalimat yang digunakan membantu
mengonstruksi pengetahuan mahasiswa.
Validator juga menyarankan beberapa catatan untuk perbaikan modul
diantaranya:
1) Evaluasi tambah soal pilihan ganda
2) Sampul modul kurang menarik
3) Perbanyak contoh soal
4) Perbaiki penulisan simbol-simbol matematika
Untuk itu perlu perbaikan pada modul yang telah dirancang. Untuk lebih
jelasnya, perbaikan apa saja yang dilakukan berdasarkan saran-saran dari validator
dapat dilihat pada Lampiran 9.
2. Hasil Validasi Satuan Acara Perkuliahan (SAP)
Data hasil validasi SAP dapat dilihat pada Lampiran 3,
rekapitulasinya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 11. Hasil Validasi Satuan Acara Perkuliahan
No Aspek yang dinilai Rerata Kategori
1 Kompetensi Pendukung mengacu kepada
Kompetensi Utama 3,00 Valid
65
2 Kesesuaian sumber, latihan/ bahan pelajaran
dengan materi pembelajaran 2,25
Cukup Valid
3 Kegiatan inti mencakup proses
konstruktivisme yaitu apersepsi, eksplorasi,
diskusi dan penjelasan konsep, pengembangan
dan aplikasi
2,75 Valid
4 Langkah–langkah pembelajaran disesuaikan
dengan model pembelajaran berorientasi
konstruktivisme
2,50 Valid
5 Kesesuaian kegiatan dengan alokasi waktu 2,25 Cukup Valid
Valid 6 Penggunaan kalimat pada SAP sesuai
dengan keadaan EYD 2,75 Valid
Tabel 11 menunjukkan bahwa menurut validator SAP yang dirancang
pada umumnya sudah valid. Aspek komponen SAP perkuliahan yang dirancang
sudah sesuai dengan tujuan perkuliahan, model perkuliahan dengan konsep yang
diberikan, urutan kegiatan perkuliahan dengan sintaks model perkuliahan
Perkuliahan berbasis Konstruktivisme, sumber, latihan/bahan perkuliahan dengan
materi perkuliahan, alokasi waktu dengan materi perkuliahan, penilaian hasil
belajar dengan tujuan perkuliahan, melibatkan mahasiswa secara aktif, dan
penggunaan kalimat pada SAP sesuai dengan kaidah EYD.
Setiap SAP telah memenuhi kategori dan dapat digunakan dengan revisi
sedikit dan telah berbasis Konstruktivisme. Pada SAP telah terdapat
identitas mata kuliah, kompetensi utama, kompetensi penndukung, materi
perkuliahan, kegiatan perkuliahan, media perkuliahan, evaluasi, dan
sumber.
Validator juga menyarankan beberapa perbaikan pada SAP, diantaranya:
1) Setiap pertemuan dibuat lembar baru
2) Penulisan waktu dibuat tiap SKS
66
Untuk itu perlu dilakukan beberapa perbaikan. Untuk lebih lengkap dan
jelasnya, perbaikan apa Baja yang telah dilakukan berdasarkan saran-saran
validator dapat dilihat pada Lampiran 10.
D. Praktikalitas Modul
Uji praktikalitas perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang
keterpakaian modul. Uji praktikalitas menjawab apakah modul dapat digunakan
atau tidak. Untuk melihat praktikalitas modul berbasis konstruktivisme di STRIP
Tapanuli Selatan Padangsidimpuan yaitu pada mahasiswa pendidikan matematika
semester VI yaitu kelas VIB dengan jumlah 34 orang. Uji coba modul berbasis
konstruktivisme ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan (modul 2 dan 3).
Selama uji coba, peneliti dibantu oleh observer. Observer memperoleh tugas
mengamati pelaksanaan perkuliahan dengan modul berbasis konstruktivisme dan
mengamati aktivitas mahasiswa.
Data praktikalitas modul berbasis konstruktivisme diperoleh dari observasi
pelaksanaan perkuliahan dan wawancara dengan mahasiswa. Hasil praktikalitas
yang diperoleh diuraikan sebagai beriku.
a). Hasil observasi pelaksanaan perkuliahan dengan modul berbasis
konstruktivisme
Observasi pelaksanaan perkuliahan difokuskan untuk melihat apakah
perkuliahan denbgan modul mudah dipahami dan dimegerti, mudah digunakan
dan waktu yang dirancang sesuai. Observasi dilakukan oleh satu orang observer.
Hasil observer yang dilakukan oleh observer terhadap pemakaian modul pada
perkuliahan Aljabar 2 dapat dilihat pada lampiran 6.
67
Berikut hasil observasi pelaksanaan perkuliahan dengan modul berbasis
konstruktivisme.
1. Materi pokok : Grupoida
Perkuliahan berjalan lancar sesuai dengan silabus, mulai dari tahap
pemahaman konsep sampai tahap pengerjaan latihan. Mahasiswa
terlihat semangat mengerjakan latihan. Waktu yang desediakan juga
sesuai. Tidak ada kendala yang ditemui pada pertemuan ini.
2. Materi Pokok : Semigrup dan Monoida
Perkuliahan berjalan lancar seperti pertemuan selanjutnya. Mahasiswa
terlihat kompak sewaktu diskusi. Waktu yang disediakan sudah sesuai.
Kendala yang dihapai masih ada kelompok mahasiswa yang tidak
aktif.
3. Materi Pokok : Grup dan Sifat-sifatnya
Perkuliahan berjalan sesuai dengan silabus. Mahasiswa bersemangat
untuk mengerjakan latihan. Kendala yang dihadapi yaitu waktu yang
direncanakan tidak mencukupi sehingga latihan tidak terselesaikan
dengan tuntas.
Untuk melihat apakah penggunaan modul dalam proses perkuliahan dapat
dikatakan praktis, maka dilakukan pengamatan oleh observer. Pengamatan
dilakukan terhadap kemudahan dosen dan mahasiswa dalam menggunakan dan
memahami modul.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dituangkan observer dalam catatan
lapangan/ lembar observasi terbuka diperoleh keterangan bahwa penggunaan
68
modul Aljabar 2 dapat dikatakan praktis. Selama proses perkuliahn dengan 4
kali tatap muka terlihat tidak terdapat banyak permasalahan yang berarti.
Mahasiswa mudah menggunakan modul Aljabar 2 yang digunakan. Hal ini
terlihat dengan sedikit mahasiswa yang bertanya mengenai isi dan tampilan atau
format penulisan modul. Mahasiswa yang menemukan kesulitan dalam
menggunakan dan memahami modul merupakan mahasiswa dengan tingkat
kemampuan rendah. Rata-rata kesulitan yang mereka peroleh adalah dalam
menyelesaikan atau memahami contoh dan soal latihan yang diberikan. Namun
deikian rata-rata mahasiswa dapat menyelesaikan/mempelajari suatu kegiatan
belajar untuk setiap kali tatap muka (4 SKS)
b). Angket Praktikalitas Mahasiswa
Angket praktikalitas ini diisi oleh 34 mahasiswa yang telah belajar
menggunakan modul berbasis konstruktivisme. Berikut hasil angket tersebut.
Tabel 12. Hasil Angket Praktikalitas Modul
NO. Pernyataan % Kesimpulan
1 Materi yang terdapat dalam modul
berbasis konstruktivisme mudah untuk
saya menger
81,62 Sangat Praktis
2 Perkuliahan dengan modul berbasis
konstruktivisme membantu saya untuk
belajar mandiri
84,56 Sangat Praktis
3 Penyajian materi dalam modul berbasis
konstruktivisme membantu saya lebih
cepat memahami Aljabar 2
77,21 Praktis
4 Perkuliahan dengan modul berbasis
konstruktivisme membantu saya berpikir
kreatif
80,15 Sangat Praktis
69
5 Modul berbasis konstruktivisme
memberikan kesempatan saya
mengulang belajar di rumah
81,62 Sangat Praktis
6 Modul berbasis konstruktivisme membuat
saya menjadi paham mengenai konsep
Aljabar 2
80,88 Sangat praktis
7 Waktu yang disediakan dalam perkuliahan
dengan modul berbasis konstruktivisme
sesuai dengan waktu perkuliahan
76,47 Praktis
8 Dengan adanya materi pada modul
berbasis konstruktivisme, kapanpun saya
bisa belajar
79,41 Praktis
Skor rata-rata praktikalitas 81,25 Sangat praktis
Berdasarkan Tabel 12 hasil uji praktikalitas dengan menggunakan angket
praktikalitas memberikan nilai praktikalitas 81,25%. Berdasarkan kriteria yang
telah dibuat, maka praktikalitas modul berbasis konstruktivisme dinyatakan sangat
praktis. Untuk lebih jelasnya hasil angket praktikalitas untuk mahasiswa dapat
dilihat pada Lampiran 4.
c). Hasil Wawancara dengan Mahasiswa Mengenai Praktikalitas
Modul Berbasis Konstruktivisme
Wawancara dengan mahasiswa dilakukan setelah mahasiswa selesai
mengerjakan latihan. Mahasiswa yang diwawancarai diambil dari mahasiswa
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah berdasarkan nilai IPK dan nilai harian
mahasiswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa, maka modul ini
sudah praktis digunakan. Hal ini tampak dari basil wawancara dengan
mahasiswa yang menunjukkan bahwa pemahaman materi dengan modul
sesuai dengan waktu yang tersedia sudah dapat dipahami. Hasil wawancara
sebagai berikut:
70
Cuplikan hasil wawancara kelompok mahasiswa berkemampuan rendah,
menengah dan kemampuan tinggi memiliki jawaban yang sama adalah :
Peneliti : Apakah kamu senang mempelajari pendalaman materi Aljabar
2 dengan menggunakan modul seperti ini? mengapa?
Mahasiswa : Ya, karena ini merupakan hal yang baru bagi saya, sebelumnya
tidak ada bahan ajar berupa modul terutama untuk materi
pembahasan aljabar. Jadi belajar lebih mudah karena ada
modul, isinya lengkap sesuai dengan yang saya butuhkan, ada
materi, contoh soal dan latihan-latihannya.
Peneliti : Apakah materi yang ada pada modul berguna atau
sesuai dengan tujuan?
Mahasiswa ya, sangat sesuai
Peneliti : Bagaimana bahasa yang digunakan dalam modul ini?
Mahasiswa : Mudah dipahami, tidak berbelit-belit.
Cuplikan hasil wawancara kelompok mahasiswa berkemampuan rendah,
menengah dan kemampuan tinggi memiliki jawaban yang berbeda adalah :
Peneliti : Apakah modul ini mudah kamu pahami?
Mahasiswapintar : ya, sangat membantu dan memudahkan saya dalam belajar,
saya bisa lanjut terus belajar dan membahas soal-soalnya.
Mahasiswa sedang : ya, saya mudah memahaminya meskipun pelan-pelan tapi
saya bisa mempelajarinya.
Mahasiswa lemah : saya bisa mempelajarinya walaupun kadang-kadang saya
per lu ber tanya dengan kawan dan dosen t en tang
pembahasan soal yang tidak ditulis mendetail dalam modul.
Secara umum hasil wawancara yang diperoleh dari mahasiswa bahwa
modul yang digunakan dalam proses perkuliahan sudah praktis. Hasil wawancara
terhadap tiga kelompok yang berbeda kemampuannya, menunjukkan bahwa
kecepatan dalam memahami modul dan mengerjakan soal -soal latihan
pendapatnya berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
E. Efektifitas Modul
Uji efektifi tas perlu dilakukan untuk mengetahui manfaat
penggunaan modul. Aspek efektivitas yang diamati dalam proses
perkuliahan dengan menggunakan modul berbasis konstruktivisme di kelas uji
coba adalah aktivitas mahasiswa dan motivasi belajar mahasiswa. Karena
71
kendala waktu, tahap melihat praktikalitas dan efektifitas modul berbasis
konstruktivisme dilaksanakan secara serentak. Berikut ini data aktivitas dan
motivasi belajar mahasiswa yang telah diperoleh.
a). Aktivitas mahasiswa
Data aktivitas mahasiswa diperoleh dari hasil pengamatan
observer dengan mengisi instrumen aktivitas mahasiswa yang
disediakan (Lampiran 7). Hasil pengamatan oleh observer ditunjukkan pada Tabel
13 seperti berikut.
Tabel 13. Data Hasil Pengamatan Observer terhadap Aktivitas
Aktivitas yang
Diamati
Pertemuan
Rerata
I II III Tingkat
Keberhasilan
f % f % f %
Visual Activities 33 97,06 32 94,12 34 100,00 97,06 Sangat
Berhasil
Oral Activities 6 17,65 8 23,53 7 20,59 20,59 Tidak
Berhasil
Writing Activities 30 88,24 32 94,12 32 94,12 92,16 Sangat
Berhasil
Drawing Activities 31 91,18 30 88,24 24 70,59 83,33 Berhasil
Mental Activities 28 82,35 28 82,35 29 85,29 83,33 Berhasil
Motor Activities 4 11,76 3 8,82 2 5,88 8,82 Tidak
Berhasil
Dari data yang disajikan pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa Visual
Activities (membaca modul) yang dilakukan mahasiswa adalah 97,06% dan
Writing Activities (mahasiswa mengerjakan latihan) adalah 92,16%. Ini berarti
banyak sekali dan sangat berhasil pada aktivitas ini.
Drawing Activities (mahasiswa membuat gambar/tabel) sebesar 83,33%,
72
Mental Activities (mahasiswa menanggapi, memecahkan soal, menganalisis,
melihat hubungan, dan menyimpulkan perkuliahan) adalah 83,33%. Kedua
aktivitas tersebut banyak muncul di dalam kelas. Sehingga perkuliahan dengan
modul berbasis konstruktivisme berhasil mengaktifkan mahasiswa untuk
drawing activities dan mental activities.
Oral activities (mahasiswa bertanya pada dosen atau mahasiswa) adalah
20,59% dan motor activities (mengganggu teman, melamun, atau bermain)
sebesar 8,82%. Kedua aktivitas ini sedikit sekali muncul di dalam kelas karena
mahasiswa disibukkan dengan melengkapi modul. Jadi, proses perkuliahan
dengan modul berbasis konstruktivisme tidak berhasil mengaktifkan mahasiswa
untuk kedua aspek ini.
b). Motivasi Belajar mahasiswa
Untuk melihat motivasi belajar mahasiswa terhadap perkuliahan dengan
menggunakan modul berbasis konstruktivisme, mahasiswa diberi angket
motivasi (dapat dilihat pada Lampiran 8). Angket tersebut berisikan
pemyataan-pernyataan yang berkaitan dengan minat, relevansi, harapan,
dan kepuasan dalam menggunakan modul. Masingmas ing in d ika to r
memuat p e rn ya t aan pos i t i f dan nega t i f . Penggolongannya dapat dilihat
pada Tabel 14 berikut ini.
Tabel 14. Kisi-kisi Motivasi Belajar Mahasiswa
No. Indikator Jenis Pernyataan
Positif Negatif
1 Minat (1-14) 1, 2, 3, 4, 7, 8,
9, 11, 12, 14
5, 6, 10, 13
2 Relevansi (15-21) 15, 17, 18, 20 16, 19, 21
73
3 Harapan (22-27) 22, 23, 25, 27 24, 26
4 Kepuasan (28-37) 28, 29, 30, 32,
33, 35, 36
31, 34
Rekap skor yang diberikan mahasiswa terhadap masing-masing pernyataan
dalam angket motivasi mahasiswa dibuat dengan ketentuan sebagai berikut.
i. Pernyataan dengan kriteria positif: 0 = sangat tidak setuju (TS), 1 = tidak
setuju (KS), 2 = setuju (S), dan 3 = sangat setuju (SS)
ii. Pernyataan dengan kriteria negatif, 0 = sangat tidak setuju (TS), 1
tidak setuju (KS), 2 = setuju (S), dan 3 sangat setuju (SS).
Hasil skor motivasi mahasiswa dapat dilihat secara lengkap pada
Lampiran 8. Secara garis besar dijelaskan pada Tabel 15 sebagai berikut
ini.
Tabel 15. Data Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa terhadap Minat
Mahasiswa terhadap Modul Aljabar 2 berbasis Konstruktivisme
Skor
No.
3 2 1 0 Jumlah
f F % f % f % f %
1 10 29,4 24 70,6 0 0 0 0 34 100
2 11 32,4 22 64,7 1 2,94 0 0 34 100
3 11 32,4 18 52,9 5 14,7 0 0 34 100
4 8 23,5 24 70,6 2 5,88 0 0 34 100
5 13 38,2 21 61,8 0 0 0 0 34 100
6 18 52,9 16 47,1 0 0 0 0 34 100
7 8 23,5 25 73,5 1 2,94 0 0 34 100
8 6 17,6 20 58,8 8 23,5 0 0 34 100
9 13 38,2 20 58,8 1 2,94 0 0 34 100
10 12 35,3 17 50 5 14,7 0 0 34 100
11 6 17,6
%
20 58,8 8 23,5 0 0 34 100
12 7 20,6 23 67,6 4 11,8 0 0 34 100
13 16 47,1 15 44,1 2 5,88 1 2,94 34 100
14 4 11,8 22 64,7 7 20,6 1 2,94 34 100
74
Berdasarkan Tabel 15 diperoleh persentase terbesar untuk
pernyataan pertama yaitu pada awal membaca modul ini ada sesuatu yang
menarik bagi saya adalah 70,6% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase
terbesar untuk pernyataan yang kedua yaitu materi dalam modul ini menarik
perhatian adalah 64,7% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar
untuk pernyataan yang ketiga yaitu modul memuat gambar yang sangat membantu
saya dalam memahami materi dan mengerjakan soal adalah 52,9% (mahasiswa
menyatakan setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang keempat yaitu
tulisannya membuat saya tertarik untuk belajar adalah 70,6% (mahasiswa
menyatakan setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang kelima yaitu
materi dalam modul ini sangat abstrak sehingga sulit bagi saya untuk tetap
mempertahankan perhatian saya adalah 61,8% (mahasiswa menyatakan kurang
setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang keenam yaitu setiap
halaman modul ini biasa saja dan tidak menarik adalah 52,9% (mahasiswa
menyatakan tidak setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang ketujuh yaitu
modul menambah semangat belajar saya adalah 73,5% (mahasiswa menyatakan
setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang kedelapan yaitu cam
penyusunan informasi pada halaman membuat saya tetap bertahan dengan modul
adalah 58,8% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar untuk
pernyataan yang kesembilan yaitu cover modul merangsang rasa ingin tahu saya
adalah 58,8% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar untuk
pernyataan yang kesepuluh yaitu jumlah pengulangan kata pada modul ini
kadang-kadang membuat saya bosan adalah 58,8% (mahasiswa menyatakan
75
kurang setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang kesebelas yaitu isi
dan gaya penulisan pada modul ini memberi kesan bahwa isinya bermanfaat untuk
diketahui adalah 58,8% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar
untuk pernyataan yang keduabelas yaitu keanekaragaman pada bacaan, soal,
ilustrasi, dan lainlainnya pada modul ini menarik perhatian saya adalah 67,6%
(mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang
ketigabelas yaitu gaya tulisannya membosankan adalah 47,1 (mahasiswa
menyatakan tidak setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang
keempatbelas yaitu Isi modul ini sesuai dengan minat saya adalah 64,7%
(mahasiswa menyatakan setuju).
Tabel 16. Data Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa terhadap
Relevansi Modul Aljabar 2 berbasis Konstruktivisme
Skor
No.
3 2 1 0 Jumlah
F % f % f % F % f %
15 7 20,6 20 58,8 6 17,6 1 2,94 34 100
16 13 38,2 19 55,9 2 5,88 0 0 34 100
17 7 20,6 21 61,8 5 14,7 1 2,94 34 100
18 11 32,4 21 61,8 1 2,94 1 2,94 34 100
19 11 32,4 19 55,9 4 11,8 0 0 34 100
20 7 20,6 25 73,5 2 5,88 0 0 34 100
21 12 35,3 21 61,8 1 2,94 0 0 34 100
Dari Tabel 16, persentase terbesar yang diperoleh untuk
pernyataan kelimabelas yaitu modul yang diberikan sesuai dengan kemampuan
saya adalah 58,8% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar
yang diperoleh untuk pernyataan keenambelas yaitu soal-soal pada modul ini
sulit dipahami yaitu 55,9% (mahasiswa menyatakan kurang setuju). Persentase
76
terbesar yang diperoleh untuk pernyataan ketujuhbelas yaitu modul diberikan
sesuai dengan kebutuhan saya adalah 61,8% (mahasiswa menyatakan setuju).
Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan kedelapanbelas yaitu
soal-soal yang ada dalam modul sesuai dengan materi yang diberikan adalah
61,8 (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar yang diperoleh
untuk pernyataan kesembilanbelas yaitu modul ini tidak relevan dengan
kebutuhan saya sebab sebagian besar isinya tidak saya ketahui adalah 55,9%
(mahasiswa menyatakan kurang setuju). Persentase terbesar yang d ipero l eh
un tuk pernya taan keduapu luh ya i tu saya dapa t menguhubungkan
soal dalam modul ini dengan teori yang ada dalam modul adalah 73,5%
(mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk
pernyataan keduapuluhsatu yaitu pada setiap halaman banyak kata yang tidak
sesuai dengan penempatannya adalah 61,8% (mahasiswa menyatakan kurang
setuju).
Tabel 17. Data Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa terhadap
Harapan Modul Aljabar 2 berbasis Konstruktivisme
Skor
No.
3 2 1 0 Jumlah
f % F % f % F % f %
22 9 26,5 20 58,8 4 11,8 1 2,94 34 100
23 12 35,3 17 50 5 14,7 0 0 34 100
24 10 29,4 21 61,8 3 8,82 0 0 34 100
25 11 32,4 20 58,8 3 8,82 0 0 34 100
26 15 44,1 19 55,9 0 0 0 0 34 100
27 13 38,2 17 50 2 5,88 2 5,88 34 100
Dari Tabel 17, persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan
keduapuluhdua yaitu pertama kali saya membaca modul ini, saya percaya bahwa
77
belajar dengan modul ini akan lebih mudah bagi saya adalah 58,8% (mahasiswa
menyatakan setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan
keduapuluhtiga yaitu modul ini lebih mudah dipahami daripada yang saya
harapkan adalah 50% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar
yang 4iperoleh untuk pernyataan keduapuluhempat yaitu banyak halaman-
halaman yang mengandung informasi sehingga sulit bagi saya untuk mengambil
ide-ide penting dan mengingatnya adalah 61,8% (mahasiswa menyatakan kurang
setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan keduapuluhlima
yaitu selagi saya bekerja dengan modul ini, saya percaya bahwa saya dapat
mempelajari isinya adalah 58,8% (mahasiswa menyatakan setuju).
Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan keduapuluhenam
yaitu latihan-latihan pada modul ini terlalu sulit adalah 55,9% (mahasiswa
menyatakan kurang setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk
pernyataan keduapuluhtujuh yaitu setelah mempelajari modul ini, saya
percaya bahwa saya akan berhasil dalam tes adalah 50% (mahasiswa
menyatakan setuju).
Tabel 18. Data Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa terhadap
Kepuasan Modul Aljabar 2 berbasis Konstruktivisme
Skor 3 2 1 0 Jumlah
N o . f % f % f % F % f %
28 12 35,3 19 55,9 3 8,82 0 0 34 100
29 16 47,1 18 52,9 0 0 0 0 34 100
30 16 47,1 15 44,1 3 8,82 0 0 34 100
31 23 67,6 8 23,5 2 5,88 1 2,94 34 100
32 11 32,4 21 61,8 2 5,88 0 0 34 100
33 8 23,5 26 76,5 0 0 0 0 34 100
34 16 47,1 18 52,9 0 0 0 0 34 100
78
35 11 32,4 22 64,7 1 2,94 0 0 34 100
36 12 35,3 21 61,8 0 0 1 2,94 34 100
Dari Tabel 18, persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan
keduapuluhdelapan yaitu belajar dengan menggunakan modul membuat saya
lebih konsentrasi dalam belajar adalah 55,9% (mahasiswa menyatakan setuju).
Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan
keduapuluhsembilan yaitu saya senang kuliah dengan menggunakan
modul adalah 52,9% (mahasiswa menyatakan setuju) . Persentase
terbesar yang diperoleh untuk pernyataan ketigapuluh yaitu ada
kepuasan tersendiri jika dapat menyelesaikan modul adalah 47,1 (mahasiswa
menyatakan sangat setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan
ketigapuluhsatu yaitu perkuliahan dengan menggunakan modul membuat saya
malas datang kuliah 67,6% (mahasiswa menyatakan tidak setuju). Persentase
terbesar yang diperoleh untuk pernyataan ketigapuluhdua yaitu saya lebih
paham materi perkuliahan setelah mengerjakan latihan pada modul 61,8%
(mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk
pernyataan ketigapuluhtiga yaitu saya senang belajar dengan modul sehingga
saya ingin mengetahui lebih lanjut isi modul ini adalah 76,5% (mahasiswa
menyatakan setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan
ketigapuluhempat yaitu sedikitpun saya tidak memahami materi yang ada
dalam modul ini adalah 52,9% (mahasiswa menyatakan kurang setuju).
Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan ketigapuluhlima yaitu hal
yang sangat menyenangkan apabila menggunakan modul yang dirancang dengan
79
baik adalah 64,7% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar yang
diperoleh untuk pernyataan ketigapuluhenam yaitu modul ini bermanfaat
bagi saya adalah 61,8% (mahasiswa menyatakan setuju).
Tabel 18 menunjukkan bahwa persentase sebaran skor hasil angket
motivasi belajar mahasiswa adalah 74,2%. Menurut Tabel 3.3 kriteria interpretasi
skor motivasi belajar mahasiswa diperoleh bahwa tingkat motivasi belajar
mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan dengan modul berbasis
konstruktivisme termasuk kategori tinggi.
F. Pembahasan
1. Validitas Modul Berbasis Konstruktivisme
Pertanyaan penelitian "bagaimanakah validitas modul Aljabar 2
berbasis konstruktivisme untuk mahasiswa semester VI STKIP Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan? Telah terjawab, berdasarkan deskripsi hasil validasi
modul oleh validator. Deskripsi hasil validasi diatas menunjukkan bahwa modul
yang dirancang valid, berarti modul tersebut telah mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dengan melakukan perbaikanperbaikan sesuai dengan
saran validator. Validator juga memberikan beberapa saran perbaikan pada
modul berbasis konstruktivisme. Berikut ini dibahas mengenai tanggapan validator
terhadap tiap-tiap perangkat yang dikembangkan.
Hasil validasi modul untuk aspek penyajian yang dirumuskan
tergolong valid. Dapat disimpulkan bahwa penyajian modul sudah memuat
indikator perkuliahan dan urutan penyajian materi, petunjuk penyajian,
80
menyajikan materi dan kemampuan prasyarat yang telah dimiliki mahasiswa,
penyajian materi melibatkan mahasiswa secara aktif menemukan
konsep matematika, membuat mahasiswa termotivasi untuk bertanya, secara
visual penyajian dan penulisan konsep, ide, istilah, rumus, dan kesimpulan
disajikan dengan jelas, tidak memberi kesan bahwa matematika merupakan
kumpulan rumus dan soal-soal, penyajian gambar jelas dan menarik, dan gambar
yang disajikan adalah gambar yang dikenal mahasiswa.
a. Modul
Modul yang dikembangkan sudah valid berdasarkan hasil
penilaian dari validator. Penilaian modul terbagi dari aspek, yaitu aspek
materi, aspek penyajian, dan aspek bahasa dan keterbacaan.
Hasil validasi modul untuk aspek materi yang dirumuskan
tergolong valid. Dapat disimpulkan bahwa materi yang disajiakn pada modul
memuat indikator, memuat unsur konstruktivisme, materi memuat
konsep, memuat penjelasan dan contoh-contoh soal, konsepkonsep
d iper tegas dengan gambar , t abe l , g ra f ik / t abel dan
cerita/ilustrasi, materi dapat meningkatkan kualitas perkuliahan, contoh dan
soal-soal dapat mendorong kreativitas berpikir mahasiswa serta contoh dan
latihan sesuai dengan masalah yang diberikan.
Hasil validasi modul untuk aspek penyajian yang dirumuskan
tergolong valid.begitu juga untuk hasil validasi modul untuk aspek
bahasa dan keterbacaan yang dirumuskan tergolong valid dan tuntutan yang
terkandung didalamnya jelas sekali. Dapat disimpulkan bahwa kalimat yang
digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia, melibatkan
81
kemampuan berfikir logis mahasiswa, sesuai dengan intelektual
mahasiswa, komunikatif, dan menggunakan bentuk dan ukuran huruf
sesuai dengan karakteristik mahasiswa.
b. Satuan Acara Perkuliahan (SAP)
SAP yang dikembangkan sudah valid berdasarkan hasil penilaian dan
validator ditelaah lagi dari segi komponen SAP dan aspek kegiatan
perkuliahan.
2. Praktikalitas Modul Berbasis Konstruktivisme
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan perkuliahan dengan modul
berbasis konstruktivisme, angket praktikalitas untuk mahasiswa dan hasil
wawancara dengan mahasiswa, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
berbasis konstruktivisme sudah praktis. Berikut ini dipaparkan tentang
praktikalitas modul berbasis konstruktivisme di kelas uji coba.
a. Hasil Observasi Pelaksanaan Perkuliahan
Lem b ar o bs e rv a s i h an ya d i gu n ak an u n tu k m el i ha t
keterlaksanaan SAP sesuai dengan rencana yang telah dirancang oleh peneliti,
apakah sudah sesuai dengan SAP yang dirancang dan juga apa ada kendala
yang ditemui sewaktu pelaksanaanya.
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan perkuliahan dengan
menggunakan modul berbasis konstruktivisme telah sesuai dengan rancangan
SAP yang dikembangkan. Keterpakaian modul pada pertemuan pertama
Perkuliahan berjalan lancar sesuai dengan silabus, mulai dari tahap
pemahaman konsep sampai tahap pengerjaan latihan. Pertemuan kedua,
82
perkuliahan berjalan sesuai denganrencana hanya saja masih ada kelompok
mahasiswa yang tidak aktif Pertemuan ketiga, perkuliahan berjalan sesuai
dengan silabus. Mahasiswa bersemangat untuk mengerjakan latihan. Kendala
yang dihadapi yaitu waktu yang direncanakan tidak mencukupi sehingga
latihan tidak terselesaikan dengan tuntas.
Secara umum kendala yang ditemukan pada saat pelaksanaan adalah
waktu yang disediakan tidak mencukupi. Untuk mengatasi kekurangan waktu
maka perlu diberikan waktu tambahan agar semua modul bisa terlaksana
dengan baik di kelas.
b. Hasil Angket Praktikalitas untuk Mahasiswa
Berdasarkan hasil angket p raktikali tas yang diisi oleh
mahasiswa, diperoleh modul berbasis konstruktivisme sangat praktis untuk
digunakan. Menurut mahasiswa modul ini membuat mereka berkemauan tinggi
untuk belajar, menarik minat mereka untuk belajar,
dan materi yang ada pada modul membuat mereka mudah mengerti.
c. Hasil Wawancara dengan Mahasiswa Mengenai Praktikalitas Modul
Berbasis Konstruktivisme
Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa terhadap penggunaan
modul secara umum dapat dinyatakan bahwa: penggunaan bahan ajar praktis dan
menarik, karena contoh-contoh soal yang dapat dijadikan pedoman dalam
pengerjaan soal, serta rangkuman, ilustrasi/gambar yang menarik.
Dengan menggunakan modul, siswa lebih bersemangat dalam belajar, tanpa ada
83
paksaan karena diberikan kesempatan untuk belajar dengan kemampuannya
masing-masing.
3. Efektifitas Modul Berbasis Konstruktivisme
Efektifitas modul berbasis konstruktivisme dilihat dari segi aktivitas dan
motivasi belajar mahasiswa.
a. Aktivitas Mahasiswa
Untuk menjawab pertanyaan "bagaimanakah aktivitas
mahasiswa selama perkuliahan dengan menggunakan modul berbasis
konstruktivisme? Telah dilakukan deskripsi dan analisis data tentang aktivitas
mahasiswa. Berdasarkan hasil observasi aktivitas mahasiswa selama
perkuliahan menunjukkan bahwa modul berbasis konstrukt ivisme dapat
memunculkan aktivitas posit if dan mengurangi munculnya aktivitas
negatif mahasiswa.
Akt iv i t as yang pal ing ser ing muncul dan berhas i l
dilaksanakan di kelas adalah membaca modul dan mengerjakan latihan-
latihan pada modul. Kegiatan ini dominan muncul pada setiap pertemuan.
Menurut Sardiman (2001:95) "pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak
ada belajar jika tidak ada aktivitas". Jadi dengan adanya aktivitas mahaiswa
seperti bersemangat dalam membaca dan mengerjakan latihan, menunjukkan
interaksi dalam perkuliahan di kelas. Sedangkan aktivitas mahasiswa lainnya,
seperti mengajukan pertanyaan, sedikit sekali dalam perkuliahan.
Secara umum modul berbasis konstruktivisme sudah dapat mengaktifkan
mahasiswa, mahasiswa tidak hanya menggunakan penjelasan dosen. Mereka
belajar mengemukakan pendapat, menjelaskan jawaban kepada temannya,
84
bertanya dan menjawab pertanyaan teman. Oleh karena itu, tanpa adanya
aktivitas proses belajar dalam kelas tidak akan terlaksana dengan baik. Seperti
yang diungkapkan Sardiman (2007: 97) bahwa dalam belajar sangat diperlukan
aktivitas, karena tanpa aktivitas proses bbelajar tidak mungkin berlangsung
dengan baik.
b. Motivasi Mahasiswa
Pertanyaan "Bagaimana motivasi mahasiswa setelah
mengikuti perkuliahan Aijabar 2 dengan menggunakan modul
b e r b a s i s k o n s t r u k t i v i s m e d i S T K I P T a p a n u l i S e l a t a n
Padangsidimpuan?" telah terjawab, berdasarkan deskripsi dan analisis
data tentang motivasi belajar mahasiswa. Pernyataan yang terdapat dalam
angket motivasi belajar dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu minat dalam
belajar menggunakan modul, relevansi soal yang ada pada modul dengan
materi, harapan mahasiswa setelah menggunakan modul, dan kepuasan.
Berikut ini pembahasan masing-masing kelompok angket motovasi
belajar mahasiswa.
a) Minat dalam belajar menggunakan modul
Angket motivasi menunjukkan minat mahasiswa dalam belajar
dengan menggunakan modul tergolong tinggi. Pada Pada awal membaca
modul ada sesuatu yang menarik bagi mereka, karena modul juga memuat
gambar yang juga dapat membantu dalam memahami materi dan
mengerjakan soal, gaya tulisan modul tidak membosankan, keanekaragaman
soal mampu menarik perhatian mahasiswa.
Hampir sebagian mahasiswa mengatakan bahwa mereka
85
bersemangat dalam belajar. Bagi mahasiswa pintar, dengan adanya
kunci jawaban untuk latihan membuat mereka tertantang untuk
mengerjakannya (seperti diungkapkan saat wawancara dengan
mahasiswa). Namun, menurut mahasiswa yang berkemampuan
rendah materi dalam modul masih bersifat abstrak yang membuat mereka
sulit untuk bertahan dengan modul.
b) Relevansi soal pada modul dengan materi perkuliahan
Menurut mahasiswa, mereka dapat menghubungkan materi yang ada
pada modul dengan soal yang ada. Modul juga relevan dengan kebutuhan dan
kemampuan mahasiswa, sehingga jarang soal pada modul yang susah
dipahami.
c) Harapan mahasiswa setelah menggunakan modul
Harapan mahasiswa pada umumnya, dengan menggunakan modul
dalam perkuliahan dapat membantu mereka dalam perkuliahan,
dengan demikian mereka dapat berhasil dalam tes. Untuk mencapai hasil tes
yang baik tersebut mereka bersungguhsungguh dan konsentrasi dalam belajar.
Dengan adanya modul, mereka semakin paham mata kuliah Aljabar 2. Karena
mahasiswa paham dengan materi perkuliahan, mereka mampu membuat
kesimpulan setelah menggunakan modul.
d) Kepuasan
Seseorang akan termotivasi jika pekerjaan yang dilakukan sukses.
Begitu juga dengan mahasiswa, ia merasa puas dan semakin termotivasi jika
soal yang ada pada modul bisa dikerjakan. Perilaku mahasiswa yang
86
motivasinya baik adalah ia selalu hadir setiap pertemuan dan jarang malas-
malasan ketika perkuliahan berlangsung. Disamping itu, kepuasan mahasiswa
setelah menggunakan modul terlihat pada paham atau tidaknya dengan tentang
Aljabar 2.
F. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian pengembangan ini adalah pelaksanaan
modul yang dilakukan pada satu lokal. Ada beberapa keterbatasan dalam
pengembangan modul antara lain:
1. Observer tidak dapat mencatat secara detail aktivitas apa saja yang
dilakukan oleh mahasiswa
2. Waktu pelaksanaan yang kurang memadai dalam penggunaan modul
berbasis konstruktivisme
3. Modul berbasis konstruktivisme belum tentu sesuai dengan perguruan
t inggi l ain karena penel i t i merancangnya berdasarkan
kemampuan mahasiswa STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan.
4. Proses menvalidasi modul hanya dilakukan satu kali.
5. Angket motivasi tidak divalidasi untuk tiap pertanyaan, hanya divalidasi
secara keseluruhan (aspek minat, relevansi, harapan dan kepuasan).
87
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan pada modul
berbasis konstruktivisme untuk mahasiswa di prodi pendidikan matematika
STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. Dari hasil pembahasan hasil
penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Hasil validasi dari para validator menunjukkan bahwa modul berbasis
konstruktivisme yang dikembangkan sudah valid. Yakni, isi modul telah
sesuai dengan kompetensi utama dan silabus yang dirancang, serta
komponen modul telah sesuai dengan unsur pengembangan yang
ditetapkan.
2. Modul berbasis konstruktivisme untuk perkuliahan Aljabar 2 sudah
praktis. Hal ini terlihat dari pelaksanaan perkuliahan dengan modul sudah
sesuai rencana, isi modul sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, dan
perkuliahan dengan modul lebih efesien waktu.
3. Modul berbasis konstruktivisme dapat dikatakan efektif. Ini dilihat dari
adanya peningkatan aktivititas dan motivasi belajar mahasiswa selama
perkuliahan berlangsung.
B. Implikasi
Penelitian ini telah menghasilkan modul Aljabar 2 di prodi Pendidikan
Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. Pada dasar penelitian
88
ini juga dapat memberikan gambaran dan masukan khususnya kepada.
Dengan menggunakan model pembelajaran ini maka mahasiswa akan aktif
selama proses pembelajaran berlangsung karena mahasiswa dapat
menemukan sendiri jawaban dari rumusan masalah yang diberikan.
C. Saran
Berdasar kesimpulan dan Implikasi di atas, dapat disarankan hal sebagai
berikut:
1. Pembelajaran Matematika sebaiknya bervariasi dan tidak monoton,
sehingga hasil pembelajaran lebih maksimal.
2. Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, maka seorang
dosen harus mampu membuat modul pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik mahasiswanya, dan hendaknya dosen berperan sebagai
fasilitator dan motivator dalam pembelajaran sehinggga mahasiswa
dituntut untuk aktif dalam pembelajaran dan mampu menemukan
sendiri konsep matematika tersebut.
3. Para dosen dapat mengembangkan modul pembelajaran berbasis
Konstruktivisme pada materi atau mata kuliah yang lainnya.
89
DAFTAR RUJUKAN
Dina, Mustafa. 2001. Memotivasi Mahasiswa Untuk Kuliah dan Belajar
Sepanjang Hayat. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Erman, Suherman dkk. 2004. Common Textbook Strategi Pembelajaran
Matematika Kotemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.
Hall, Gene and Jones, H.L . (1976). Competency-Based Education: A process for
the improvement of education. New Jersey: Englewood Cliffs. Inc dalam
Muslich, M. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Hisyam, Zaini dkk. 2002. Desain Pembelajaran di Perguruan tinggi. Yogyakarta:
Center For Teching Staff Development (CTSD) IAIN Sunan Kalijaga.
Keller JM. 1993. Motivational design of Instruction. Dalam Reigulth, Charles M.
(Ed.), Instructional Design Theories and Model: An Overview of Their
Current status. London: Law Rence erldaum Associaties Publishers.
Kemp, Jerrol E. 1994. Proses Perancangan Pengajaran. Bandung: ITB Bandung.
MI Al Amin Dempelan. 2010. “Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Matematika”.(http://midempelan.wordpress.com/2010/11/14/konstru
ktivisme-dalam-pembelajaran-matematika, diakses Juni 2012)
Pupuh F dan Sobry MS. 2007. Strategi Belajar Mengajar melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam. Bandung: Aditama.
Refnywidialistuti. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Problem
Based Learning (PBL) pada Materi Pecahan di Kelas IV SD Negeri
14 Pematang Panjang Kecamatan Sijunjung. Tesis Program
Pascasarjana Universitas Negeri Padang. (tidak dipublikasikan).
Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan
penelitian Pemula. Bandung: Alfabeta
Rosjidan dkk. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri
90
Malang.
Sahertian CDW. 2004. "Pengaruh Penggunaan Bahan ajar dan Gaya Belajar
terhadap Hasil Belajar". (www.pendidikan.net diakses 15 Agustus 2011).
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sardiman AM, 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Silbermen, Melvin L. 1996. Active Learning: 101 Strategies to Teach Any
Subject. Boston: Allyn an Bacon.
Sovya, Anni. 2012. Pengembangan Buku Kerja Berbasis Konstruktivisme
untuk Perkuliahan Kalkulus Peubah Banyak 2 di STKIP PGRI
Sumatera Barat. Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
(tidak dipublikasikan).
Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan-Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunardi H. 2002. "Pengaruh sistem pengajaran dengan Modul Terhadap Hasil
Belajar Dan Kaitannya Dengan Status Pekerjaan Mahasiswa Pendidikan
Matematika Universitas PGRI Adi Buana Surabaya": Jurnal Prosiding
Konferensi Nasional Matematika, XI (VII Edisi Khusus): 421-
426. Universitas Negeri Malang.
Surapranata, S. (2009). Analisis, Valisitas, Reliabilitas dan Interpretasi
Hasil Tes. Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset.
Suryosubroto. 1983. Sistem Pengajaran dengan Modul. Yoyakarta: Bina
Aksara.
Trianto, 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Uzer, Usman. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosyda
Karya, Vembrianto ST. 1981. Pengajaran Modul. Yogyakarta: Paramita.
Wahyudin. 1989. Aljabar Modern. Bandung: Tarsito.
Yasmin Nyimas. 2007. "Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
91
Berbasis RME (Realistic Mathematics Education). Dilaksanakan secara
terbatas di SD Negeri 24 Padang", Tesis tidak diterbitkan. Padang:
Pascasarjana UNP.
92