addison dissease kel vii b16 pagi.pdf

Upload: miftachul-jannah

Post on 10-Oct-2015

49 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    1/56

    40

    MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

    PADA PASIEN DENGAN HIPOFUNGSI KORTEKS ADRENAL

    PENYAKIT ADDISON DAN CRISIS ADDISON

    OLEH : KELOMPOK VII AJ-A B16

    IMAM TRI SUTRISNO 131311123064

    RIFANTIKA PUSPITASARI 131311123068NOVIE PRAWITANINGSIH 131311123069

    APRILIYA PUSPITA SARI 131311123070

    MIFTACHUL JANNAH 131311123071

    ENGGAR RATNA KUSUMA 131311123072

    RAFIKA ROSYDA 131311123073

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

    FAKULTAS KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SURABAYA

    2013

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    2/56

    41

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Insufisiensi adrenal adalah sekresi yang tidak adekuat dari

    adrenokortikosteroid, dapat terjadi sebagai hasil dari sekresi ACTH yang tidak

    cukup atau karena kerusakan dari kelenjar adrenal dapat sebagian atau seluruhnya.

    Manifestasi yang terjadi dapat bermacam-macam, dapat terjadi tiba-tiba dan

    mengancam jiwa atau dapat juga berkembang secara bertahap dan perlahan lahan

    (Smeltzer Susan C, Brenda G. Bare. 2002).

    Insufisiensi adrenal dibagi menjadi 3 tipe, tergantung dari dimana

    terjadinya masalah pada kelenjar hipothalamik pituitary-adrenal dan seberapa

    cepat turunnya hormon-hormon tersebut.1. Cronic primary adrenal insufficiency (Addison disease)

    Adalah suatu kondisi penyakit yang terjadi akibat gangguan penurunan fungsi

    kelenjar adrenal. Addison adalah insufisiensi adrenal yang berat dengan

    ekserbasi yang tiba-tiba. Hal ini dapat menimbulkan kematian bila tidak

    segera ditangani.

    2. Cronic secondary adrenal insufisiensi

    Kegagalan pituitary menyekresi ACTH (sekresi aldosteron intak karena

    dikendalikan oleh sumbu rennin-angiotensin). Adanya penyebab

    hipopituitarisme primer atau sekunder.

    3. Acute adrenal insufficiency (krisis adrenal)

    Adalah suatu keadaan insufisiensi adrenal akut, tanpa tanda klinis yang khas.Diagnosis krisis adrenal hanya berdasarkan kemungkinan saja dan

    pengobatannya harus segera diberikan tanpa menunggu hasil laboratorium.

    (Price, Sylvia Anderson, 2006)

    Penyakit Addison disebabkan oleh defisiensi hormon kortikal. Kondisi ini

    terjadi jika fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan

    pasien akan hormone kortikal. Autoimun atau atrofi idiopati dari kelenjar adrenal

    bertanggung jawab terhadap 75% dari kasus ini. Penyebab lainnya termasuk

    pengengkatan pembedahan kedua kelenjar adrenal atau infeksi (tuberculosis atau

    histoplasmosis) kelenjar adrenal. Penyakit Addison adalah terjadi bila fungsi

    korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan

    hormonhormon korteks adrenal (Smeltzer Susan C, Brenda G. Bare. 2002)

    Krisis adrenal terjadi bila kebutuhan fisiologis terhadap hormon tersebut

    melebihi kemampuan kelenjar adrenal untuk menghasilkan hormon tersebut, yaitu

    pada penderita dengan kekurangan hormon kelenjar adrenal yang kronis yang

    terkena stress atau penyakit. Etiologi dari krisis Addison ini antara lain adalah

    infeksi, trauma, tindakan pembedahan, luka bakar, kehamilan, anestesi umum dan

    keadaan hipermetabolik.

    Harus dibedakan antara krisis addison dan penyakit Addison. Penyakit

    Addison adalah suatu kondisi dimana kelenjar adrenal tidak dapat memproduksi

    dengan cukup beberapa jenis hormon. Kondisi tersebut dikenal setelah DR.

    Addison pada tahun 1855 mengemukakan tentang penyakit tersebut.

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    3/56

    42

    Perbedaan penyakit Addison dengan krisis Addison adalah dalam

    gejalanya, pada penyakit Addison gejala berkembang secara lambat mulai dari

    beberapa bulan sampai dengan tahun ditandai dengan : lemah badan, lekas lelah,anoreksia, penurunan berat badan dan hiperpigmentasi, sedangkan krisis adrenal

    terjadi secara akut yaitu muntah muntah dan nyeri abdominal dan syok

    hipovolemik.

    Penyakit Addison jarang dijumpai dan memiliki prevalensi 4 dari 100.000

    orang; dua pertiga pasien adalah perempuan. Diagnose ditegakkan antara usia 20

    dan 50 tahun. Dahulu, tuberkolosis adalah penyabab utama penyakit Addison.

    Saat ini, dengan kemoterapi yang lebih baik, hanya sedikit pasien tuberkolosis

    yang mempunyai insufisiensi adrenal. Kerusakan korteks adrenal merupakan

    akibat dari proses autoimun pada lebih dari 50% pasien penyakit Addison.

    Autoantibodi adrenal ditemukan dalam titer tinggi pada sebagian pasien dengann

    penyakit Addison. Antibody ini bereaksi dengan antigen dikorteks adrenal,termasuk enzim 21 hidroksilase dan menyebabkan reaksi peradangan yang

    akhirnya menghancurkan kelenjar adrenal. Biassanya lebih dari 80% dari kedua

    kelenjar harus rusak sebelum timbul gejala dan tanda insufisiensi. Penyakit

    Addison dapat timbul bersama dengan penyakit endokrin lain yang memiliki dasar

    autoimuitas. Diantaranya adalah tiroiditis hashimoto, beberapa kasus diabetes

    mellitus type 1, dan hipoparatiroidisme. Juga tampaknya terdapat predisposisi

    familial untuk penyakit endrokin autoimun, yang mungkin berkaitan dengan

    kelainan reaktifitas system imun pasien. Penyebab penyakit Addison yang lebih

    jarang adalah pendarahan yang disebabkan oleh pemakaian antikoogulan jangka

    panjang terutama heparin, penyakit granulomatosa non perkijuan, infeksi

    sitomegalovirus (CMV) pada pasien dengan sindrom imonodefisiensi didapat

    (AIDS), dan neuplasma metastatic yang mengenai kedua kelenjar adrenal. Pernah

    dilaporkan kasus-kasus jarang yaitu, insufisiensi korteks adrenal primer terjadi

    akibat mutasi di gen-gen yang mengode protein yang mengendalikan

    perkembangan adrenal atau steroidogenesis.( Price, Sylvia. 2006)

    Selama krisis addisonian, tekanan darah rendah, glukosa darah rendah, dan

    tingkat kalium tinggi dapat mengancam kehidupan. Terapi standar melibatkan

    suntikan intravena hidrokortison, saline (air garam), dan dekstrosa (gula).

    Perawatan ini biasanya membawa perbaikan yang cepat. Ketika pasien dapat

    minum cairan dan obat melalui mulut, jumlah hidrokortison menurun sampai

    dosis pemeliharaan tercapai. Jika aldosteron kekurangan, terapi pemeliharaan jugamencakup dosis oral fludrocortisone acetate.

    Dengan pengobatan yang tepat, terutama terapi penggantian hormon, pasien

    dapat berharap untuk hidup relatif normal. Orang-orang dengan insufisiensi

    adrenal harus selalu membawa identifikasi yang menyatakan kondisi mereka

    dalam keadaan darurat. Kartu identifikasi tersebut harus selalu dibawa untuk

    mengingatkan petugas darurat tentang perlunya menyuntikkan 100 mg kortisol

    jika pembawa yang ditemukan terluka parah atau tidak mampu menjawab

    pertanyaan. Kartu ini juga harus menyertakan nama dokter dan nomor telepon dan

    nama dan nomor telepon dari kerabat terdekat untuk diberitahu.

    Pengobatan penyakit Addison dilakukan dengan melakukan transplantasi,

    mengganti hormon yang kelenjar adrenal tidak mengalami disufisiensi. Kortisol

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    4/56

    43

    diganti secara oral dengan tablet hydrocortisone, glukokortikoid sintetik, sekali

    atau dua kali sehari. Jika mengalami kekurangan aldosteron, diganti dengan dosis

    oral dari fludrocortisone acetate mineralokortikoid disebut (Florinef), yangdiminum sekali sehari. Pasien yang menerima terapi penggantian aldosteron

    biasanya disarankan untuk meningkatkan asupan garam. Karena pasien dengan

    insufisiensi adrenal sekunder biasanya mempertahankan produksi aldosteron,

    maka pasien tidak memerlukan terapi penggantian aldosteron.

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Bagaiamana fisiologi kelenjar adrenal

    2. Bagaimana proses terjadinya Addison disease

    3. Bagaimnana proses terjadinya Krisis Addison

    4. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien addison disease dan

    Krisis adrenal

    1.3 Tujuan

    1.3.1 Tujuan UmumSupaya mahasiswa atau para pembaca mampu mengerti dan memahami

    tentang penyakit addison serta menerapkan dari penatalaksanaan pada saat di

    Rumah Sakit.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Mahasisa mampu menjelaskan anatomi fisiologi kelenjar adrenal

    2. Mahasiswa menjelaskan addison disease dan krisis adrenal

    3. Mahasiswa mampu menguasai asuhan keperawatan pada penderita yg

    terkena addison.

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    5/56

    44

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anatomi Fisiologi Kelenjar Adrenal

    2.1.1 Anatomi adrenal

    Secara anatomis kelenjar adrenal berbentuk triangular kecil, terletak di ekstra

    peritoneal pada ujung atas kedua ginjal dan mempunyai berat masing-masing 4-14 gram.

    Kelenjar adrenalsebelah kanan berbentuk piramidal atau triangular, bagian posterior

    berbatasan dengan diafragma, bagian superior dengan tepi posterior inferior lobus kanan

    hepar, bagian medial dengan tepikanan

    vena kava inferior. Alas piramida terletakpada permukaan anteromedial ujung atas

    ginjalkanan. Kelenjar adrenal kiri

    berbentuk semilunar sedikit lebih besar

    daripada kelenjar yangkanan. Bagian

    medial berbatasan dengan lateral aorta

    abdominal, bagian posterior

    berbatasandengan diafragma dan nervus

    splanknikus. (Sloane, 2003).

    Kelenjar adrenal (kelenjar

    suprarenal) adalah dua massa

    triangular pipih berwarna kuning yang

    tertanam pada jaringan adiposa. Organ

    ini berada di kutub atas ginjal. Masing-masing kelenjar adrenal terdiri dari korteks

    bagian luar dan medula di bagian dalam.

    a. Korteks mensekresi hormon steroid. Korteks terbagi menjadi tiga lapisan,

    dari luar ke dalam : zona glomerulosa, zona fasikulata, dan zona

    retikularis.

    b. Medula, yang secara embriologik berasal dari jenis neuroektodermis sama

    (sel-sel krista saraf) yang menjadi asal neuron simpatis. Sel medula

    sebenarnya adalahneuron postganglionik simpatis yang bermodifikasi

    (Sloane, 2003).

    Gb. 2.1 Anatomi Adrenal

    www.uvahealth.com

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    6/56

    45

    2.1.2 Fungsi kelenjar adrenal

    Hormon kelenjar adrenal terdiri dari :

    1. Hormon medular disekresi oleh sel-sel kromafin medula adrenal untuk

    merespon stimulus preganglionik simpatis. Hormon ini meliputi katekolamin,

    epinefrin (80%), dan norepinefrin (20%). Epinefrin dan norepinefrin memilikiperbedaan efek fisiologis yang berkaitan dengan kedua jenis reseptornya, alfa

    dan beta, yang terletak pada membran sel target. Secara keseluruhan, fungsi

    hormon ini adalah untuk mempersiapkan tubuh terhadap aktivitas listrik yang

    merepon stress, kegembiraan, cedera, latihan, dan penurunan kadar gula

    darah. (Sloane, 2003)

    a. Efek epinefrin :

    - Frekuensi jantung ,metabolisme, dan konsumsi oksigen meningkat.

    - Kadar gula darah meningkat melalui stimulasi glikogenolisis pada hati

    dan simpanan glikogen otot.

    -

    Pembuluh darah pada kulit dan organ-organ viseral berkonstriksi

    sementara pembuluh di otot rangka dan otot jantung berdilatasi.b.

    Efek norepinefrin adalah untuk meningkatkan tekanan darah dan untuk

    menstimulasi otot jantung.

    2. Hormon kortikal adrenal, berlawanan dengan hormon medular, sangat

    penting untuk kehidupan.

    a. Meniralokortikoid, disintesis dalam zona glomerulosa.

    - Aldosteron, mineralokortikoid terpenting, mengatur keseimbangan air

    dan elektrolit melalui pengendalian kadar natrium dan kalium dalam

    darah.

    - Kendali sekresi. Sekresi aldosteron diatur oleh kadar natrium darah,

    tetapi terutama oleh mekanisme renin-angiotensin.

    Gb. 2.2 Anatomi Melintang Adrenal

    www.wikivet.net

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    7/56

    46

    b.

    Glukokortikoid disintesis dalam zona fasikulata. Hormon ini meliputi

    kortikosteron, kortisol, dan kortison. Hormon yang terpenting adalah

    kortisol.1. Efek fisiologis

    - Glukokortikoid mempengaruhi metabolisme glukosa, protein dan

    lemak untuk membentuk cadangan molekul yang siap dimetabolisme.

    - Hormon ini meningkatkan sintesis glukosa dari sumber non-

    karbohidrat (glukoneogenesis), simpanan glikogen di hati

    (glikogenesis), dan peningkatan kadar glukosa darah.

    - Hormon ini juga meningkatkan penguraian lemak dan protein serta

    menghambat ambilan asam amino dan sintesis protein.

    - Hormon ini juga menstabilisasi membran lisosom untuk mencegah

    kerusakan jaringan lebih lanjut.

    2.

    Kendali sekresi glukokortikoid adalah melalui kerja ACTH dalammekanisme umpan-balik negatif. Stimulus utama dari ACTH adalah

    semua jenis stress fisik dan emosional.

    -

    Stress misalnya trauma, infeksi, atau kerusakan jaringan, akan

    memmicu impuls saraf ke hipotalamus.

    -

    Hipotalamus kemudian mensekresi hormon pelepas kortikotropin

    (CRH), yang melewati sistem portal hipotalamus-hipofisis, menuju

    kelenjar pituitari anterior, yang melepas ACTH.

    - ACTH bersirkulasi dalam darah menuju kelenjar adrenal dan

    mengeluarkan sekresi glukokortikoid.

    -

    Glukokortikoid mengakibatkan peningkatan persediaan asam amino,

    lemak, dan glukosa dalam darah untuk membantu memperbaiki

    kerusakan yang disebabkan stress dan menstabilkan membran lisosom

    untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

    c. Gonadokortikoid (steroid kelamin), pada zona retikularis dalam jumlah

    yang relatif sedikit. Steroid ini berfungsi terutama sebagai prekursor

    untuk pengubahan testosteron dan estrogen oleh jaringan lain

    (Sloane, 2003).

    Tabel 2.1 Hormon Kelenjar Adrenal

    Kelenjar Hormon Aksi

    Korteks

    Medulla

    Mineralcortikoid

    Glukokortikoid

    Epinefrin

    Norepinefrin

    Reabsorbsi sodium

    Eliminasi potassium

    Respon terrhadap stres

    Mengurangi inflamasi

    Pengubahan metabolism protein dan lemak

    Menstimulasi system simpatis

    Peningkatan resistensi perifer

    Morton and Fontaine. 2009, Critical Care Nursing : A Holistic Approach. 9th

    Edition. Lippincott Williams & Wilkins : States.

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    8/56

    47

    Tabel 2.2 Aksi Glukokortikoid

    Pengaruh Utama Efek Pada Tubuh

    Metabolisme

    Glukosa

    Metabolisme Protein

    Metabolisme Lemak

    Anti-Inflamasi

    Efek Psikologi

    Efek Lain

    Stimulasi glukoneogenesis

    penggunaan glukosa ke jaringan

    penguraian protein

    Protein plasma

    peemindahan asam lemak

    penggunaan asam lemak

    Menstabilkan lisosom dalam sel radang, pencegahanpelepasan mediator inflamasi

    permeabilitas capiler untuk mencegah pembengkakaknpada radang

    fagositosis dari sel darah putih untuk mengurangimediator inflamasi

    Menekan respon imun

    Karena atrofi jaringan timfoid

    eosinofil

    formasi antibodi

    perkembangan mediasi sel imunpanas

    Menghambat aktivitas fibroblas

    Ketidakstabilan emosi bisa saja terjadi

    Memudahkan respon jaringan humoral dan pengaruh

    syaraf, seperti cetokolamin, selama trauma dan stres

    berat.

    Morton and Fontaine. 2009, Critical Care Nursing : A Holistic Approach. 9th

    Edition. Lippincott Williams & Wilkins : States

    2.1.3 Mekanisme hormon adrenal

    a. Korteks

    1.Glukokortikoid

    Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada

    protein, menyebabkan penurunan kemampuan sel-sel pembentuk protein

    untuk menyintesis protein. Sebagai akibatnya terjadi kehilangan protein

    pada jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah dan tulang. Secara kllinis

    kulit mengalami atrofi dan mudah rusak, luka-luka sembuh dengan lambat.

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    9/56

    48

    Ruptur serabut-serabut elastic pada kulit menyebabkan tanda regang

    berwarna ungu (Murray Robbert K,dkk.2003)

    Otot-otot juga mengalami atrofi dan menjadi lemah. Penipisandinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan penyokong

    perivaskuler menyebabkan mudah timbul luka memar. Keadaan ini dapat

    cukup parah sehingga menimbulkan petekie atau ekimosis yang luas pada

    lengan atas bila pasien diukur tekanan darahnya. Tulang juga terpengaruh.

    Matriks protein tulang menjadi hilang dan menyebabkan keadaan

    osteoporosis. Keadaan ini mungkin merupakan komplikasi serius dari

    kelebihan glukokortikoid karena menyebabkan tulang menjadi rapuh dan

    terjadinya fraktur patologis. Osteoporosis paling sering terjadi pada tulang

    belakang dan menyebabkan kolaps vertebra dan disertai nyeri punggung

    dan pengurangan tinggi badan. (Murray Robbert K,dkk.2003)

    Metabolisme karbohidrat juga dipengaruhi oleh kenaikan kadarglukokortikoid yang tinggi. Glukokortikoid merangsang glukoneogenesis

    dan mengganggu kerja insulin pada selsel perifer. Sebagai akibatnya,

    penderita dapat mengalami hiperglikemia. Pada seorang dengan kapasitas

    produksi insukin yang normal, efek glukokortikoid akan dilawan dengan

    meningkatkan sekresi insulin, sehingga menormalkan t oleransi glukosa.

    Sebaliknya, penderita dengan kemampuan sekresi insulin yang menurun

    tidak mampu menompensasi keadaan tersebut , dan toleransi glukosa,

    hiperglikemia puasa, dan manifestasi klinis diabetes mellitus. (Murray

    Robbert K,dkk.2003)

    Kadar glukokortikoid yang berlebihan juga memengaruhi distribusi

    jaringan adipose yang terkumpul di daerah sentral tubuh dan menyebabkan

    obesitas, wajah bulan (moon face), memadatnya fosa supraklavikularis,

    dan tonjolan servikodorsal (punuk kerbau) obesitas trunkus dengan

    ekstremitas ata s dan bawah yang kurus akibat atrofi otot memberi

    penampilan klasik berupa penampilan cushingoid. (Murray Robbert

    K,dkk.2003)Glukokortikoid mempunyai efek minimal pada kadar

    elektrolit serum. Akan tetapi, kalau diberikan atau dihasilkan dalam kadar

    yang terlalu besar , dapat menyebabkan retensi natrium dan pembuangan

    kalium, mengakibatkan edema, hipokalemia, dan alkalosis metabolik.

    (Murray Robbert K,dkk.2003)

    Glukokortikoid dapat menghambat respons kekebalan. Ada 2 tipeutama respons kekebalan yang pertama menyebabkan pembentukan

    antibody humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat rangsangan

    antigen; yang lainnya bergantung pada reaksi-reaksi yang diperantarai oleh

    limfosit T yang tersensitisasi. Glukokortikoid mengganggu pembentukan

    antibody humoral dan memghambat proliferasi pusat-pusat germinal limpa

    dan jaringan limfoid pada respon primer terhadap antigen.gangguan

    respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini : (1).

    Pemrosesan awal antigen oleh sel-sel system monosit makrofag, (2)

    induksi dan proliferasi limfosit immunokompeten serta pelepasan sitokin,

    (3) produksi antibody, dan (4) reaksi peradangan. Glukokortikoid juga

    menekan reaksi hipersensitivitas lambat. Misalnya, glukokortikoid dapat

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    10/56

    49

    mengubah tes kulit tuberculosis dari positif menjadi negative . Selain itu,

    hambatan terhadap kekebalan seluler yang diperantarai glukokortikoid

    mungkin penting dalam menekan penolakan cangkokan (Murray RobbertK,dkk.2003)

    Aktivitas sekresi lambung ditingkatkan oleh glukokortikoid.

    Sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat meningkat pada individu

    tertentu yang mendapat glukokortikoid. Juga diduga bahwa factor-faktor

    protektif mukosa diubah oleh steroid dan faktor0faktor ini dapat

    mempermudah pembentukan ulkus (Murray Robbert K,dkk.2003)

    Perubahan psikologik juga sering dijumpai pada pasien dengan

    kelebihan glukokortikoid, yang ditandai oleh ketidakstabilan emosi,

    euphoria, insomniua dan episode depresi singkat. Manifestasi

    neuropsikiatri dari kelebihan glukokortikoid terlihat pada pasienpasien

    dengan sindrom Cushing spontan dan pada mereka yang mendapatglukokortikoid dosis farmakologik. Perubahan-perubahan ini akan kembali

    normal bila kadar kortisol kembali normal (Murray Robbert K,dkk.2003)

    Glukokortokoid menyebabkan involusi jsringsn limfosi,

    merangsang pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoeisis. Efek

    farmakologik glukokortikoid yang paling Penting dan bermanfaat secara

    kllinis adalah kemampuannya menekan reaksi peradangan. Banyak

    penelitian in vivo dan in vitro memperlihatkan bahwa glukokortikoid

    dapat menghambat hyperemia, ekstravasasi sel, migrasi sel, dan

    permeabilitas kapiler. Glukokortikoid juga menghambat pele[asan kinin

    yang bersifat vasoaktif dan menekan fagositosis. Glukokortikoid

    menghambat sintesis histamine dan menekan reaksi anafilaktik akut yang

    didasarkan pada hipersensitivitas disebabkan oleh antibody. Sifat

    antiinflamasi glukokortikoid telah menempat kan glukokortikoid dalam

    barisan terdepan agen terapeutik yang tersedia untuk pengobatan berbagai

    gangguan, seperti penyakit vaskuler kolagen, yaitu penyakit yang sangat

    memerlukan penekan peradangan (Murray Robbert K,dkk.2003)

    Akan tetapi, terdapat suatu keadaan klinis ketika penekanan

    kekebalan dan efek antiinflamasi glukokortikoid merugikan merugikan

    penderita. Pada infeksi akut, tubuh mungkin tidak mampu melindungi diri

    sebagaimana layaknya seperti bila menerima dosis farmakologik

    glukokortikoid (Murray Robbert K,dkk.2003)

    2. Mineralkortikoid

    Mineralokortikoid mempunyai dua kerja penting: regulator utama

    cairan ekstraseluler danmetabolisme kalium. Efek ini diperantarai ikatan

    aldosteron dengan reseptor glukokortikoid (mineralokortikoid) tipe I di

    jaringan target. Volume cairan diatur melalui efek langsung pada

    collecting tubule, dimana aldosteron menyebabkan penurunan ekskresi

    natrium dan peningkatan ekskrtesi kalium. Reabsorbsi ion natrium

    menyebabkan penurunan potensial

    transmembran, peningkatan aliran ion

    positif, seperti kalium, keluar dari sel kedalam lumen. Ion natrium yang

    direabsorbsi diangkut keluar epitel tubulus dikirim kedalam

    cairan

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    11/56

    50

    interstisial ginjal dan dari sana kedalam sirkulasi kapiler ginjal. Air secara

    pasif mengikutipemgangkutan natrium. (Murray Robbert K,dkk.2003)

    - Efek ginjal dan sirkulasi dari aldosteron

    Efek pada reabsorbsi natrium dan sekresi kalium dalam tubulus

    ginjal.Aldosteron akan menyebabkan pengangkutan pertukaran natrium

    dan kalium, yakni absorbsi natrium bersama-sama dengan ekskresi kalium

    oleh sel-sel epitel tubulus terutama dalam tubulus distal dan duktus

    koligentes. Oleh karena itu, aldosteron menyebabkan natrium disimpan

    dalam cairan ekstraseluler sedangkan kalium diekskresikan kedalam urin.

    Bila konsentrasi aldosteron dalam plasma tinggi maka keadaan ini akan

    mengurangi jumlah natrium yang hilang kedalam urin sebegitu kecilnya

    sehingga hanya beberapa miliekuivalen tiap hari. Pada saat yang sama,

    kalium yang hilang dalam urin meningkat berlipat ganda.Oleh karena itu,

    hasil akhir efek aldosteron dalam plasma adalah untuk meningkatkan

    jumlah total natrium dalam cairan ekstraseluler sementara menurunkan

    jumlah kalium ekstraseluler. (Murray Robbert K,dkk.2003)

    Selain itu, aldosteron juga berpengaruh pada volume cairan

    ekstraseluler dan tekanan arteri. Peningkatan volume cairan ekstraseluler

    yang berlangsung selama 1 sampai 2 hari dapat mengarah kepada

    peningkatan tekanan arteri. Peningkatan arteri kemudian akan

    menyebabkan peningkatan eksresi air dan garan yang sangat besar melalui

    ginjal, yang merupakan suatu fenomena yang disbut sebagai dieresis

    tekanan. (Murray Robbert K,dkk.2003)Kelebihan aldostteron dapat menyebabkan hipokalemia dan

    kelemahan otot. Terlalu sedikit aldosteron menyebabkan hiperkalemia dan

    keracunan jantung. Selain itu juga, aldosteron juga mempunyai efek

    terhadap peningkatan sekresi ion hydrogen tubulus dengan akibat alkalosis

    ringan. (Murray Robbert K,dkk.2003)

    - Efek aldosteron pada kelenjar keringat, kelenjar liur, dan absorbsi intestinal

    Pengaruh aldosteron terhadapo kelenjar keringat dan kelenjar liur

    hampir mirip dengan pengaruhnya terhadap tubulus ginjal. Kedua kelenjar

    ini mengeluarkan sekresi yang terutama mengandung banyak sekali

    natrium klorida, tetapi sewaktu melewati duktus ekskretorius sebagian

    besar natrium klorida direabsorbsi sedangkan ion kalium dan ionbikarbonat akan disekresikan. Aldosteron sangat meningkatkan reabsorbsi

    natrium klorida dan sekresi kalium oleh duktus tersebut. Efek aldosteron

    terhadap kelenjar keringat penting untuk menyimpangaram tubuh dalam

    lingkungan yang panas dan efeknya terhadap kelenjar liur adalah

    menyimpan garam sewaktu liur hilang secara berlebihan. (Murray Robbert

    K,dkk.2003)

    Aldosteron juga sangat meningkatkan absorbs natrium oleh usus,

    terutama didalam kolon yang mencegah hilangnya natrium didalam tinja.

    Sebaliknya, bila tidak ada aldosteron, absorbsi natrium akan menjadi

    sangat buruk yang menuju pada kegagalan absorbsi klorida dan anion lain

    juga air. Natrium klorida dan air yang tidak diabsorbsi kemudian

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    12/56

    51

    menyebabkan diare dengan kehilangan garam lebih lanjut darah tubuh.

    (Murray Robbert K,dkk.2003)

    3. Androgen

    Beberapa hormone kelamin pria yang cukup aktif yang disebut

    androgen adrenal (yang paling penting adalah dehidroepiandrosteron)

    secara terus-menerus disekresikan oleh korteks adrenal terutama selama

    kehidupan fetus. Selain itu,progesterone dan estrogen yang merupakan

    hormone kelamin wanita disekresikan dalam jumlah sangat sedikit.

    (Murray Robbert K,dkk.2003)

    Biasanya pada manusia normal, androgen adrenal mempunyai efek

    yang lemah. Mungkin sebagian perkembangan awal dari organ kelamin

    pria dihasilkan dari sekresi androgen adrenal semasa kanak-kanak.

    Androgen adrenal juga

    mencetuskan efek

    yang ringan pada wanita, bukanhanya pada masa sebelum masa pubertas tetapi juga

    selama hidup.

    Sebagian besar pertumbuhan rambut aksila pada wanita disebabkan oleh

    kerja dari hormone-hormon ini. Beberapa adrenal androgen juga akan

    diubah menjadi testosterone yang merupakan hormone kelamin utama

    pada pria, didalam

    jaringan ekstra-adrenal, yang mungkin

    mempunyai

    aktivitas androgenik yang besar. (Murray Robbert K,dkk.2003)

    b. Medula

    Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom.

    Stimulasi serabut saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung kedalam sel-sel pada medulla adrenal aka menyebabkan pelepasan hormon

    katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine. Katekolamin mengatur

    lintasan metabolic untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar yang

    tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen

    terpenuhi.(Sudoyo, 2006)

    Efek utama pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam

    persiapan untuk memenuhi suatu tantangan (respon Fight or Fligh).

    Katekolamin juga menyebabkan pelepasan asam-asam lemak bebas,

    meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR) dan menaikkan kadar

    glukosa darah. (Murray Robbert K,dkk.2003)

    2.1.4 Disfungsi Adrenal

    Disfungsi kelenjar adrenal merupakan gangguan metabolic yang

    menunjukkan kelebihan / defisiensi kelenjar adrenal (Price, 2006).

    Hipofungsi adrenal adalah sekresi yang inadekwat dari

    adrenokortikosteroid, dapat terjadi sebagai hasil dari sekresi ACTH yang

    tidak cukup atau karena kerusakan dari kelenjar adrenal dapat sebagian

    atau seluruhnya. Manifestasi yang terjadi dapat bermacam macam , dapat

    terjadi tiba tiba dan mengancam jiwa atau dapat juga berkembang secara

    bertahap dan perlahan lahan (Speiser PW, 2003).

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    13/56

    52

    Klasifikasi Disfungsi Kelenjar Adrenal (Hariyadie, 2012)

    a. Hiperfungsi kelenjar adrenal

    1) Sindrom CushingSindrom Cushing disebabkan oleh sekresi berlebihan steroid

    adrenokortikal, terutama kortisol. Gejala klinis bisa juga ditemukan

    oleh pemberian dosis farmakologis kortikosteroid sintetik

    2) Sindrom Adrenogenital

    Penyakit yang disebabkan oleh kegagalan sebagian atau

    menyeluruh, satu atau beberapa enzim yang dibutuhkan untuk

    sintesis steroid

    3) Hiperaldosteronisme

    a) Hiperaldosteronisme primer (Sindrom Cohn)

    Kelaianan yang disebabkan karena hipersekresi aldesteron

    autoimunb) Aldosteronisme sekunder

    Kelainan yang disebabkan karena hipersekresi rennin primer,

    ini disebabkan oleh hiperplasia sel juksta glomerulus di ginjal.

    b. Hipofungsi Kelenjar Adrenal

    Insufisiensi Adrenogenital :

    1) Insufisiensi Adrenokortikal Akut (krisis adrenal)

    Kelainan yang terjadi karena defisiensi kortisol absolut atau relatif

    yang terjadi mendadak sehubungan sakit / stress.

    2) Insufisiensi Adrenokortikal Kronik Primer (penyakit Addison)

    Kelainan yang disebabkan karena kegagaln kerja kortikosteroid

    tetapi relatif lebih penting adalah defisiensi gluko dan

    mineralokortikoid.

    3) Insufisiensi Adreno Kortikal Sekunder

    Kelainan ini merupakan bagian dari sinsrom kegagalan hipofisis

    anterior respon terhadap ACTH terhambat atau menahun oleh

    karena atrofi adrenal.

    Gb. 2.3 Disfungsi Korteks Adrenalwww. khaidirmuhaj.blogspot.com

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    14/56

    53

    2.2 Addison Disease

    2.2.1 Definisi

    Penyakit Addison adalah ketidakadekuatan sekresi kortikosteroid dari

    cortex adrenal, yang diakibatkan kerusakan cortex adrenal (Digiulio, 2007).

    Addison disease adalah ketidakmampuan adrenal karena atrofi dan kerusakan

    kelenjar itu sendiri karena proses autoimun atau penyakit lainnya (Henberg,

    2009).

    2.2.2 Etiologi

    Addisons disease dapat muncul karena sejumlah penyebab: suatu

    kerusakan autoimun dari korteks adrenal, sebagai respon terhadap tuberkulosis

    (TB), amiloidosis, homoechomatosis, berikut insufisiensi adrenal (Ahmed et al,

    2007).

    Menurut Cihakova (2001), Addisons disease terjadi ketika lapisan luar

    kelenjar adrenal (korteks adrenal) rusak, dan mengurangi kadar hormon yang

    dihasilkannya:

    1. Masalah dengan sistem kekebalan tubuh

    Di Inggris, masalah dengan sistem kekebalan tubuh adalah penyebab

    paling umum dari addisons disease, sebanyak 70-90 % kasus.

    Addisons disease dapat berkembang jika sistem kekebalan tubuhmenyerang kelenjar adrenal dan merusak korteks adrenal. Ketika 90 %

    dari korteks adrenal rusak, kelenjar adrenal tidak akan mampu

    menghasilkan cukup hormon steroid kortisol dan aldosteron. Setelah

    kadarnya mulai menurun maka seseorang dapat mengalami gejala

    addisons disease.

    2. Genetika

    Penelitian telah menunjukkan beberapa orang dengan gen tertentu lebih

    mungkin untuk mengalami gangguan autoimun. Tidak jelas bagaimana

    gen ini menyebabkan addisons disease. Tetapi tidak berarti resiko terkena

    addisons disease meningkat jika Anda atau anggota keluarga dekat

    memiliki kondisi autoimun lain, seperti : vitiligo - kondisi kronis yangmenyebabkan bercak putih untuk pada kulit, diabetes tipe 1,

    hipotiroidisme.

    3. Penyebab lain

    Tuberkulosis (TB) adalah penyebab paling umum addisons disease di

    seluruh dunia. TB adalah infeksi bakteri yang kebanyakan mempengaruhi

    paru-paru tetapi juga dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh Anda. Hal

    ini dapat menyebabkan addisons disease jika bakteri menyerang kelenjar

    adrenal. Hasil penyakit tuberkulosis Addison dari penyebaran hematogen

    dari infeksi dari tempat lain di tubuh dan penyakit extraadrenal biasanya

    terlihat. Adrenal awalnya diperbesar dengan granuloma epiteloid luas dan

    kaseasi, dan kedua korteks dan medula terpengaruh. Fibrosis terjadi

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    15/56

    54

    kemudian dan adrenal menjadi normal atau lebih kecil dalam ukuran

    dengan kalsifikasi jelas dalam 50 % kasus (Cihakova, 2001).

    Adrenal sering terlibat pada pasien dengan acquired immunodeficiencysyndrome ; adrenalitis dapat terjadi setelah infeksi cytomegalovirus atau

    mycobacterium atipikal , dan sarkoma Kaposi dapat mengakibatkan

    penggantian adrenal. Onset sering berbahaya, tetapi jika diuji, lebih dari

    10 % pasien dengan AIDS akan menunjukkan respon kortisol subnormal

    mengikuti tes Synacthen singkat. Insufisiensi adrenal dapat diendapkan

    melalui administrasi seiring antiinfeksi yang tepat seperti ketoconazole

    (menghambat sintesis kortisol) atau rifampisin (meningkatkan

    metabolisme kortisol ). Jarang pasien dengan AIDS dan fitur insufisiensi

    adrenal ditemukan mengalami peningkatan beredar ACTH dan kortisol

    konsentrasi yang gagal untuk menekan secara normal setelah pemberian

    deksametason dosis rendah. Hal ini diduga mencerminkan " diakuisisi "bentuk resistensi glukokortikoid karena berkurangnya afinitas GR, tetapi

    penyebab yang mendasari masih belum diketahui (www.

    WilliamsTextbookofEndocrinology.com).

    4. Kemungkinan penyebab lain dari addisons disease meliputi :

    a.

    Infeksi - seperti yang terkait dengan AIDS, atau infeksi jamur

    b. perdarahan - perdarahan sangat berat kelenjar adrenal, sepsis berat

    c. Kanker - jika sel-sel kanker dari tempat lain di tubuh Anda menyebar

    ke kelenjar adrenal

    d. amiloidosis - suatu penyakit dimana amiloid, protein yang dihasilkan

    oleh sel-sel sumsum tulang menumpuk di kelenjar adrenal dan

    merusaknya

    e.

    operasi pengangkatan kelenjar adrenal (adrenalektomi), misalnya

    untuk menghilangkan tumor

    f. cacat genetik dengan kelenjar adrenal, yang berarti kelenjar tidak

    berkembang dengan baik atau tidak dapat menghasilkan hormon

    Tabel 2.3 Etiologi Insufisiensi Adrenokortikal

    PRIMARY: ADDISON'S DISEASE

    AutoimmuneSporadic

    Autoimmune polyendocrine syndrome type I (Addison's disease, chronic

    mucocutaneous candidiasis, hypoparathyroidism, dental enamel hypoplasia,

    alopecia, primary gonadal failure)

    Autoimmune polyendocrine syndrome type II (Schmidt's syndrome)

    (Addison's disease, primary hypothyroidism, primary hypogonadism,

    insulin-dependent diabetes, pernicious anemia, vitiligo)

    Infections

    Tuberculosis

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    16/56

    55

    Fungal infections

    Cytomegalovirus

    HIV

    Metastatic tumor

    Infiltrations

    Amyloid

    Hemochromatosis

    Intra-adrenal hemorrhage (Waterhouse-Friderichsen syndrome) after

    meningococcal septicemia

    Adrenoleukodystrophies

    Congenital adrenal hypoplasia

    DAX-1mutations

    SF-1mutations

    ACTH resistance syndromes

    Mutations inMC2-R

    Triple A syndrome

    Bilateral adrenalectomy

    SECONDARY

    Exogenous glucocorticoid therapy

    Hypopituitarism

    Selective removal of ACTH-secreting pituitary adenoma

    Pituitary tumors and pituitary surgery, craniopharyngiomas

    Pituitary apoplexy

    Granulomatous disease (tuberculosis, sarcoid, eosinophilic granuloma)

    Secondary tumor deposits (breast, bronchus)

    Postpartum pituitary infarction (Sheehan's syndrome)

    Pituitary irradiation (effect usually delayed for several years)

    Isolated ACTH deficiency

    Idiopathic

    Lymphocytic hypophysitis

    TRIT gene mutations

    POMC processing defect

    POMC gene mutations

    ACTH,Adrenocorticotropic hormone;HIV,human immunodeficiency virus;

    POMC,pro-opiomelanocortin.

    www. WilliamsTextbookofEndocrinology.com

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    17/56

    56

    2.2.3 Klasifikasi

    Klasifikasi/tipe Addisons disease diantaranya Mayo Clinic (2012) :1.

    Insufisiensi adrenal primer

    Kegagalan kelenjar adrenal untuk memproduksi hormon adrenocortical

    adalah paling umum akibat dari tubuh menyerang dirinya sendiri

    (penyakit autoimun). Untuk alasan yang tidak diketahui, sistem

    kekebalan tubuh memandang korteks adrenal sebagai asing. Penyebab

    lain kegagalan kelenjar adrenal mungkin termasuk : Tuberkulosis,

    infeksi lain dari kelenjar adrenal, penyebaran kanker ke kelenjaradrenal, perdarahan ke kelenjar adrenal.

    2. Insufisiensi adrenal sekunder

    Insufisiensi adrenal juga dapat terjadi jika kelenjar pituitari Anda

    terkena penyakit. Kelenjar pituitari produksi hormon yang disebuthormon adrenokortikotropik (ACTH), yang merangsang korteks

    adrenal untuk memproduksi hormon-hormon tersebut. Produksi yang

    tidak memadai dari ACTH dapat menyebabkan kurangnya produksi

    hormon biasanya diproduksi oleh kelenjar adrenal, meskipun kelenjar

    adrenal tidak rusak. Penyebab lain yang lebih umum dari insufisiensi

    adrenal sekunder terjadi ketika orang-orang yang mengkonsumsi

    kortikosteroid untuk pengobatan kondisi kronis, seperti asma atau

    radang sendi, namun tiba-tiba berhenti mengkonsumsi kortikosteroid.

    3. Addisonian crisis

    Jika Addisons disease tidak diobati, krisis addisonian dapat terjadi

    karena stres fisik, seperti cedera, infeksi atau penyakit.

    2.2.4 Patofisiologi

    Hipofungsi adrenokortikal menghasilkan penurunan level

    mineralokortikoid (aldosteron), glukokortikoid (cortisol), dan androgen.

    Penurunan aldosteron menyebabkan kebanyakan cairan dan ketidakseimbangan

    elektrolit. Secara normal, aldosteron mendorong penyerapan Sodium (Na+) dan

    mengeluarkan potassium (K+) (Hanberg, 2009).

    Penurunan aldosteron menyebabkan peningkatan ekskresi sodium,

    sehingga hasil dari rantai dari peristiwa tersebut antara lain: ekskresi air

    meningkat, volume ekstraseluler menjadi habis (dehidrasi), hipotensi, penurunan

    kardiak output, dan jantung menjadi mengecil sebagai hasil berkurangnya beban

    kerja. Akhirnya, hipotensi menjadi memberat dan aktivitas kardiovaskular

    melemah, mengawali kolaps sirkulasi, shock, dan kematian. (Hanberg, 2009)

    Meskipun tubuh mengeluarkan sodium berlebih, ini mempertahankan

    kelebihan potassium. Level potassium lebih dari 7 mEq/L hasil pada aritmia,

    memungkinkan terjadinya kardiak arrest (Hanberg, 2009).

    Penurunan glukokortikoid menyebabkan meluasnya gangguan metabolic.

    Ingat bahwa glukokortikoid memicu glukoneogenesis dan memiliki efek anti-

    insulin. Sehingga, ketika glukokortikoid menurun, glukoneogenesis menurun,

    sehingga hasilnya hipoglikemia dan penurunan glikogen hati. Klien menjadi

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    18/56

    57

    lemah, lelah, anorexia, penurunan BB, mual, dan muntah. Gangguan emosional

    dapat terjadi, mulai dari gejala neurosis ringan hingga depresi berat. Di samping

    itu, penurunan glukokortikoid mengurangi resistensi terhadap stress. Pembedahan,kehamilan, luka, infeksi, atau kehilangan garam karena diaphoresis berlebih dapat

    menyebabkan krisi Addison (insufisiensi adrenal akut). Akhirnya, penurunan

    kortisol menghasilkan kegagalan untuk menghambat sekresi ACTH dari pituitary

    anterior (Hanberg, 2009).

    MSH menstimulasi melanosit epidermal, yang menghasilkan melanin,

    pigmen warna gelap. Penurunan sekresi ACTH menyebabkan peningkatan

    pigmentasi kulit dan membrane mukosa. Sehingga klien dengan penyakit Addison

    memiliki peningkatan level ACTH dan warna keperakan atau kecokelatan pun

    muncul. (Hanberg, 2009)

    Defisiensi androgen gagal untuk menghasilkan beberapa macam gejala

    pada laki-laki karena testes menyuplai adekuat jumlah hormone seksual. Namun,pada perempuan tergantung pada korteks adrenal untuk mensekresi androgen

    secara adekuat (Hanberg, 2009). Hormon-hormon tersebut disekresi oleh korteks

    adrenal yang penting bagi kehidupan. Orang dengan penyakit Addison yang tidak

    diobati akan berakhir fatal. (Hanberg, 2009)

    Kerusakan pada korteks adrenal mempengaruhi insufisiensi kortisol yang

    menyebabkan hilangnya glukoneogenesis, glikogen hati menurun yang

    mengakibatkan hipoglikemia, insufisiensi kortisol mengakibatkan ACTH dan

    sehingga merangsang sekresi melanin meningkat sehingga timbul MSH

    hiperpigmentasi. (Hanberg, 2009)

    Pada sekitar 70% dari semua kasus, atrofi ini diduga terjadi karena adanya

    gangguan autoimun. Dalam gangguan autoimun, sistem kekebalan tubuh,

    bertanggung jawab untuk mengidentifikasi penyerbu asing seperti virus atau

    bakteri dan membunuh mereka, sengaja dimulai untuk mengidentifikasi sel-sel

    dari korteks adrenal sebagai asing, dan menghancurkan mereka. Pada sekitar 20%

    dari semua kasus, perusakan korteks adrenal disebabkan oleh tuberkulosis. Itu sisa

    kasus penyakit Addison dapat disebabkan oleh infeksi jamur, seperti

    histoplasmosis, coccidiomycosis, dan kriptokokosis, yang mempengaruhi adrenal

    kelenjar dengan memproduksi merusak, massa tumor seperti disebut Granuloma;

    penyakit amiloidosis disebut, di zat tepung yang disebut amiloid diendapkan pada

    abnormal tempat seluruh tubuh, mengganggu fungsi struktur kelenjar adrenal oleh

    kanker (Camera, 2011).Pada sekitar 75% dari semua pasien, penyakit Addison cenderung menjadi

    sangat bertahap, perlahan-lahan berkembang penyakit. gejala signifikan tidak

    dicatat sampai sekitar 90% dari korteks adrenal telah dihancurkan. Yang paling

    umum termasuk gejala kelelahan dan hilangnya energi, penurunan nafsu makan,

    mual, muntah, diare, sakit perut, penurunan berat badan, lemah otot, pusing ketika

    berdiri, dehidrasi, tidak biasa bidang gelap (pigmen) kulit, dan freckling gelap.

    Dalam penyakit ini, kulit pasien tampak berwarna perunggu, dengan penggelapan

    lapisan mulut, vagina, dan rektum, dan gelap pigmentasi daerah sekitar puting

    susu (aereola). Sebagai dehidrasi menjadi lebih parah, tekanan darah akan terus

    untuk drop dan pasien akan merasa semakin lemah dan pusing. Beberapa pasien

    memiliki gejala kejiwaan, termasuk depresi dan mudah tersinggung.Perempuan

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    19/56

    58

    kehilangan kemaluan dan rambut ketiak, dan berhenti setelah menstruasi normal

    periode (Camera, 2011).

    Ketika pasien menjadi sakit dengan infeksi, atau ditekankan oleh cedera,penyakit ini tiba-tiba dan kemajuan pesat, menjadi hidup mengancam. Gejala dari

    krisis "Addisonian" termasuk jantung abnormal irama, rasa sakit parah di

    punggung dan perut, tak terkendali mual dan muntah, penurunan drastis dalam

    darah tekanan, gagal ginjal, dan pingsan. Tentang 25% dari pasien penyakit semua

    Addison diidentifikasi karena terhadap perkembangan krisis Addisonian (Camera,

    2011).

    2.2.5 Manifestasi KlinikPenyakit Addison ditandai dengan gejala awal mendadak progresif

    lambat seperti kelelahan, anoreksia, kelemahan, mual dan muntah, berat badan

    turun, pigmentasi kutaneus dan mukosa, spektrum bervariasi, tergantung pada

    durasi dan derajat hipofungsi adrenal, dari keluhan kelelahan kronik ringansampai syok fulminan. (Isselbacher, 2000).

    Biasanya pada waktu stress dan fungsi adrenal menjadi lebih terganggu,

    kelemahan berkembang sampai pasien terus kelelahan, yang mengharuskan

    istirahat di tempat tidur (Isselbacher, 2000).

    Hiperpigmentasimungkin mencolok, tetapi jika gejala ini tidak tampak

    tidak menyingkirkan diagnosis. Gejala ini biasanya nampak sebagai bagian yang

    menghitam seperti perunggu, coklat atau coklat terkena sinar matahari pada

    bagian yang terpajan dan tidak terpajan seperti siku, atau lipatan tangan dan area

    yang berpigmen normal seperti areola payudara. Bercak hitam kebiruan mungkin

    tampak pada membran mukosa. Beberapa pasien mempunyai bintik hitam dan

    area ireguler vitiligo tampak secara paradoksal. Sebagai tanda awal, pasien dapat

    Gb. 2.4 Tanda dan Gejala Addison Disease

    www. medicastore.com, 2012

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    20/56

    59

    memperhatikan warna kecoklatan yang menetap setelah terpajan sinar matahari.

    (Isselbacher, 2000).

    Hipotensi arterialdengan aksentuasi postural sering terjadi dan tekanan

    darah 80/50 atau kurang. Hipotensi ortostatik terjadi karena status cairan sedikitakibat defisiensi aldosteron. (Isselbacher, 2000).

    Abnormalitas fungsi gastrointestinal sering merupakan keluhan yang

    muncul. Gejala bervariasi dari anoreksia ringan dengan berat badan turun sampai

    nausea fulminan, vomitus, diare dan nyeri abdomen, yang mungkin sangat parah

    sehingga diragukan dengan abdomen akut. Selain itu pasien sering mengalami

    perubahan kepribadian, biasnya iritabilitas eksesif dan resah. Rambut pubis dan

    aksilaris mungkin berkurang pada perempuan akibat hilangnya produksi adrogen

    adrenal (Isselbacher, 2000).

    Tabel 2.4 Manifestasi Klinik Addison Disease

    Symptom, Sign, or Laboratory Finding Frequency (%)

    SYMPTOM

    Weakness, tiredness, fatigue 100

    Anorexia 100

    Gastrointestinal symptoms 92

    Nausea 86

    Gb 2.5 Pigmentasi pada penyakitAddison.

    A, Tangan seorang wanita 18

    tahun dengan sindrom

    polyendocrine autoimun dan

    penyakit Addison. Pigmentasi pada

    pasien dengan penyakit Addisonsebelum (B) dan sesudah (C)

    pengobatan dengan hidrokortison

    dan fludrocortisone. Perhatikan

    keberadaan tambahan vitiligo. D,

    perubahan serupa juga terlihatpada seorang pria 60 tahun dengan

    penyakit tuberkulosis Addison

    sebelum dan setelah terapi

    kortikosteroid. E, bukal pigmentasi

    pada pasien yang sama. (B dan C

    milik Profesor C.R.W. Edwards.)

    www.WilliamsTextbookofEndocrinol

    ogy.com

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    21/56

    60

    Vomiting 75

    Constipation 33

    Abdominal pain 31

    Diarrhea 16

    Salt craving 16

    Postural dizziness 12

    Muscle or joint pains 6-13

    SIGN

    Weight loss 100

    Hyperpigmentation 94

    Hypotension (

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    22/56

    61

    Penyakit addison predileksinya tidak berkaitan dengan ras tertentu.

    Sedangkan penyakit addison idiopatik autoimun cenderung lebih sering pada

    wanita dan anak-anak (Gugum, 2011).Usia paling sering pada penderita addison disease adalah orang dewasa

    antara 30-50 tahun. Tapi, penyakit ini tidak dapat timbula lebih awal pada pasien

    dengan sindroma polyglanduler autoimun, congenital adrenal hyperplasia (CAH),

    atau jika onset karena kelainan metabolisme rantai panjang asam lemak (Gugum,

    2011).

    2.2.7 Pemeriksaan Penunjang

    Pada fase awal destruksi adrenal bertahap, tidak terdapat kelainan pada

    parameter laboratorium rutin, tetapi cadangan adrenal berkurang, seperti keluaran

    steroid basal mungkin normal, tetapi peningkatan subnormal terjadi setelah stress.Berikut hasil pemeriksaan diagnostik yang dapat ditemukan pada pasien dengan

    penyakit Addison (Doenges, 2000) :

    a) Kadar hormon

    - Kortisol plasma : menurun dengan tanpa respons pada pemberian ACTH

    secara IM (primer) atau ACTH secara IV.

    -

    ACTH : meningkat secara mencolok (pada primer) atau menurun

    (sekunder).

    - ADH : meningkat.

    - Aldosteron : menurun.

    b)

    Elektrolit : kadar dalam serum mungkin normal atau natrium sedikit menurunsedangkan kalium sedikit meningkat. Walaupun demikian, natrium dan

    kalium yang abnormal dapat terjadi sebagai akibat tidak adanya aldosteron

    dan kekurangan kortisol (mungkin sebagai akibat dari krisis).

    c) Glukosa : hipoglikemia.

    d)

    Ureum/kreatinin : mungkin meningkat (karena terjadi penurunan perfusi

    ginjal).

    e) Analisa gas darah : asidosis metabolik.

    f) Sel darah merah : normositik, anemia normokromik (mungkin tidak

    nyata/terselubung dengan penurunan volume cairan) dan hematokrit

    meningkat (karena hemokonsentrasi). Jumlah limfosit mungkin rendah,

    eosinofil meningkat.g)

    Urine (24 jam) : 17-ketosteroid, 17-hidroksikortikoid, 17-ketogenik steroid

    menurun. Kadar kortisol bebas menurun.

    Catatan : kegagalan dalam pencapaian atau peningkatan kadar steroid urie

    setelah pemeriksaan dengan pemberian ACTH merupakan indikasi dari

    penyakit Addison primer (atrofi kelenjar adrenal yang permanen), walaupun

    peningkatan kadar (ACTH) memberikan kesan penyebab supresi hormon

    sekunder. Natrium urine meningkat.

    h)

    Sinar X : jantung kecil, klasifikasi kelenjar adrenal, atau TB mungkin akan

    ditemukan.

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    23/56

    62

    Tabel 2.5 Hasil Laboratorum Addison Disease

    LABORATORY FINDING (%)

    Electrolyte disturbances 92

    Hyponatremia 88

    Hyperkalemia 64

    Hypercalcemia 6

    Azotemia 55

    Anemia 40

    Eosinophilia 17

    2.2.8 Penatalaksanaan

    Semua pasien dengan penyakit Addison harus menerima penggantian

    hormon spesifik. Karena kelenjar adrenal menunjukkan 3 kelas hormon umum,

    diantaranya glukokortikoid dan mineralokortikoid mempunyai kepentingan klinis

    primer, terapi penggantian harus mengkoreksi kedua defisiensi. Kortison (atau

    kortisol) adalah terapi utama. Dosis kortison bervariasi dari 12,5 sampai 50

    mg/hari, dengan mayoritas pasien menerima 25 sampai 37,5 mg dalam dosis

    terbagi. Kortisol 30 mg/hari atau prednison 7,5 mg/hari dalam dosis terbagi juga

    dapat diberikan untuk terapi pengganti. Pasien dianjurkan menerima penggantian

    terapi pengganti glukokortikoid dengan makanan atau jika tidak praktis dengan

    susu atau antasid karena obat mungkin meningkatkan adisitas lambung. Hal ini

    penting karena jika steroid secara biologis aktif seperti kortisol, prednisolon, dan

    deksametason, dapat menggunakan efek lokal pada mukosa lambung. Selain itu,

    proporsi dosis yang lebih besar (seperti 25 mg kortison) diminum pada pagi hari,

    dan sisanya (12,5 mg kortison) diminum pada malam hari untuk merangsangirama adrenal diurnal normal. Beberapa pasien memperlihatkan insomnia,

    iritabilitas dan rangsangan mental setelah awal terapi, pada keadaan ini dosis

    harus dikurangi. Indikasi lain untuk dosis yang lebih kecil adalah hipertensi,

    diabetes mellitus atau tuberkulosis aktif. (Isselbacher, 2000)

    Jika jumlah kortison atau kortisol gagal menggantikan komponen

    mineralokortikoid kelenjar adrenal, hormon suplementasi biasanya diperlukan.

    Suplemen ini dilengkapi dengan pemberian fludrokortison oral harian dengandosis 0,05 sampai 0,1 mg. Pasien harus juga diinstruksikan untuk menerima

    asupan natrium yang cukup (3 sampai 4 g/hari). Adekuasi terapi

    mineralokortikoid dapat dinilai dengan pengukuran tekanan darah dan elektrolit

    www. WilliamsTextbookofEndocrinology.com

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    24/56

    63

    serum, tekanan darah normal dan tanpa perubahan posisi, kadar nitrogen urea,

    kreatinin, kalium, natrium serum harus juga normal (Isselbacher, 2000).

    Tabel 2.6 Jadwal terapi steroid untuk pasien Addisonian yang menjalani operasi mayor

    Infus kortisol,

    kontinu,

    mg/jam

    Kortisol (oral) Fludrokortison

    (oral), 8 pagi8 pagi 3 sore

    Terapi harian rutin

    Sehari sebelum operasi

    Hari operasi

    Paska operasi :

    - Hari ke-1

    -

    Hari ke-2- Hari ke-3- Hari ke-4

    - Hari ke-5- Hari ke-6- Hari ke-7

    10

    5-7,5

    2,5-52,5-5 atau2,5-5 atau

    2020

    4040

    4020

    20

    1010

    2020

    2020

    10

    0,10,1

    0,10,1

    0,10,1

    0,1

    Isselbacher, Kurt et al. 2000.Harrison Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :

    EGC

    Tabel 2.7 Penatalaksanaan Addison Disease

    Kolaborasi Keperawatan (HE)

    1. Glukokortikoid harian

    (hidrokortison) penggantian

    (dua per tiga di pagi hari,

    sepertiga di sore hari

    2. Mineralkortikoid harian

    (fludrocortisone) di pagi

    hari

    3. aditif garam untuk

    kelebihan panas ataukelembaban

    4. Peningkatan dosis kortisol

    untuk situasi buruk

    (pembedahan atau rawat

    inap)

    1. gejala overdosis dan underdosis

    2. kondisi yang memerlukan peningkatan obat

    (trauma, infeksi, pembedahan, krisis

    emosional)

    3. Untuk mengambil tindakan relatif terhadap

    perubahan dalam pengobatan

    peningkatan dosis corticosteroid

    pemberian dosis besar intramuskuler

    kortikosteroid, termasuk demonstrasidan kembali demonstrasi

    konsultasi dengan penyedia layanankesehatan

    4. pencegahan infeksi dan kebutuhan

    pengobatan yang tepat dan kuat infeksi

    yang ada

    5. perlu untuk terapi penggantian hormon

    (kortikosteroid) seumur hidup

    6. perlu untuk pengawasan medis seumur

    hidup

    7.

    perlu untuk perangkat identifikasi medis

    Camera, Ian. M. 2011. Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of Clinical

    Problems. Elsevier : Missouri

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    25/56

    64

    2.2.9 Komplikasi

    Pasien dengan insufisiensi adrenal berisko tinggi menjadi krisis Addison, dimana

    keadaan ini mengancam jiwa karena insufisiensi hormone adrenokortikol ataupenurunan mendadak hormone ini(Camera,2011).

    Pemicu Krisis Addison menurut Camer (2011) adalah :

    1. Stress

    Contohnya seperti infeksi, pembedahan, trauma, perdarahan, atau distress

    psikologi.

    2. Penggantian mendadak terapi hormone kortikosteroid

    Dimana sering sekali terjadi pada pasien yang kurang pengetahuan tentang

    penggantrian terapi.

    3. Setelah pembedahan adrenal

    4. Kerusakan kelenjar pitiutari

    Terjadinya krisis adrenal, gejala dari penurunan glukokortikoid dan mineral

    kortikoid hipotensi, takikardi, dehidrasi, hiponatremi, hiperkalemia, hipoglikemia,

    demam, kelemahan, kebingungan. Hipotensi bisa menyabakan syok. Kolaps

    berhubungan dengan insufisiensi adrenal sering terjadi karena tidak ada respon

    dari penggantian pengobatan (vasopresan dan penggantian cairan). Gejala dari

    saluran pencernaan bisanya terjadi muntah, diare, nyeri abdomen. Nyeri mungkin

    juga terjadi di punggung bawah atau kaki (Camera,2011).

    Krisis adrenal sering terjadi pada keadaan klinis seperti tercantum. Seperti

    telah disinggung pada pasien ddengan insufisiensi adrenokoterks kronis dapat

    mengalamai krisis akut setelah stress apapun yang menguras cadangan fisiologikmereka yang terbatas. Pasien yang mendapatkan terapi pemeliharaan

    kortikosteroid eksopgen, penghen tian mendadak kortikosteroid atau kegagalan

    meningkat dosis steroid sebagai respon terhadap suatu stres akut dapat memicu

    krisis adrenal serupa karena ketidakmampuan adrenal yang atrofik untuk

    menghasilkan hormone glukokortikoid (Kumar, 2007).

    Perdarahan adrenal massif dapat menghancurkan korteks adrenal

    sedemikian banyak sehingga terjadi insufisiensi adrenal korteks akut. Keadaan ini

    dapat terjadi pada pasien yang mendapat terapi pemeliharaan antikoagulan, pada

    pasien pasca operasi yang mengalami koagulasi intravaskuler diseminata, selama

    kehamilan, dan pada pasien yang menderita sepsis berat (syndrome waterhouse-

    friderichsen). syndrome waterhouse- friderichsen adalah perdarahan adrenalhebat dengan sepsis berat yang mengakibatkan Krisis adrenal. Pathogenesis

    syndrome ini belum jelas tetapi kemungkinan berkaitan denngan cedera vaskuler

    akibat endotoksin disertai koagulasi intravaskuler diseminata (Kumar, 2007).

    Syndorm katastrortik ini secara klasik dikaitkan dengan septicemia

    neurameningitis, tetapi juga dapat disebakan oleh organism lain, termasuk sepsis

    psedomnonas, pneumokokus, dan hemofilis influenza (Camera,2011).

    1. Hiponatremia

    Hiponatremia (natrium dalam serum rendah) merupakan akibat logis dari

    gangguan reabsorbsi natrium dalam tubulus ginjal (Guyton & hall. 2008). Pada

    penyakit Addison kelenjar adrenal, hiponatremia diakibatkan oleh hilangnya

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    26/56

    65

    natrium ke dalam urin (akibat defisiensi aldosteron) dan gerakan menuju

    kompartemen intraseluler (Isselbacher, 2000).

    2.

    HiperkalemiaHiperkalemia diakibatkan oleh kombinasi defisiensi aldosteron, gangguan filtrasi

    glomeruler, dan asidosis (Isselbacher, 2000). Kelenjar adrenal tidak dapat

    menghasilkan hormon yang merangsang pembuangan kalium oleh ginjal dalam

    jumlah cukup sehingga sering menyebabkan hiperkalemia (Guyton & hall. 2008).

    3. Diabetes mellitus

    Terapi glukokortikoid yang lama dapat menunjukkan atau memperburuk diabetes

    mellitus. Adanya diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa dapat

    mempengaruhi keputusan untuk memberikan terapi hormon adrenal (Isselbacher,

    2000).

    4. Syok hipovolemik

    Defisiensi aldosteron dimanifestasikan dengan peningkatan kehilangan natriummelalui ginjal dan peningkatan reabsorpsi kalium oleh ginjal, kekurangan garam

    dapat dikaitkan dengan kekurangan air dan volume, sehingga hal tersebut dapat

    mengakibatkan syok hipovolemik (Guyton & hall. 2008).

    2.2.10 Asuhan Keperawatan

    a. Pengkajian

    AKTIVITAS/ISTIRAHAT

    Gejala :

    Lelah, nyeri/kelemahan pada otot (terjadi perburukan setiap hari).

    Tidak mampu beraktivitas atau bekerja.

    Tanda :

    Peningkatan denyut jantung/denyut nadi pada aktivitas yang minimal.

    Penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.

    Depresi, gangguan konsentrasi, penurunan inisiatif/ide.

    Letargi.

    SIRKULASI

    Tanda :

    Hipotensi termasuk hipotensi postural

    Takikardia, disritmia, suara jantung melemah.

    Nadi perifer melemah. Pengisian kapiler memanjang.

    Ekstremitas dingin, cyanosis, dan pucat. Membran mukosa hitam keabu-

    abuan (peningkatan pigmentasi).

    INTEGRITAS EGO

    Gejala :

    Adanya riwayat faktor stress yang baru dialami, termasuk sakit

    fisik/pembedahan, perubahan gaya hidup.

    Ketidakmampuan mengatasi stress.

    Tanda :

    Ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.

    ELIMINASI

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    27/56

    66

    Gejala :

    Diare sampai dengan adanya konstipasi.

    Kram abdomen. Perubahan frekuensi dan karakteristik urine.

    Tanda :

    Diuresis yang diikuti dengan oliguria.

    MAKANAN/CAIRAN

    Gejala :

    Anoreksia berat (gejala utama), mual/muntah.

    Kekurangan zat garam.

    Berat badan menurun dengan cepat.

    Tanda :

    Turgor kulit jelek, membran mukosa kering.

    NEUOSENSORIGejala :

    Pusing, sinkope (pingsan sejenak), gemetar.

    Sakit kepala yang berlangsung lama yang diikuti oleh diaforesis.

    Kelemahan otot.

    Penurunan toleransi terhadap keadaan dingin atau stress.

    Kesemutan/lemah.

    Tanda :

    Disorientasi terhadap waktu, tempat dan ruang (karena kadar natrium

    rendah), letargi, kelelahan mental, peka rangsang, cemas, koma (dalam

    keadaan krisis).

    Parastesia, paralisis, astenia (pada keadaan krisis).

    Rasa kecap/penciuman berlebihan, ketajaman pendengaran meningkat.

    NYERI/KENYAMANAN

    Gejala :

    Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala.

    Nyeri tulang belakang, abdomen, ekstremitas (pada keadaan krisis).

    PERNAPASAN

    Gejala :

    Dispnea.

    Tanda :

    Kecepatan pernapasan meningkat, takipnea. Suara nafas ronkhi padakeadaan infeksi

    KEAMANAN

    Gejala :

    Tidak toleran terhadap panas.

    Tanda :

    Hiperpigmentasi kulit (coklat, kehitaman karena kena sinar matahari atau

    hitam seperti perunggu) yang menyeluruh atau berbintik-bintik.

    Peningkatan suhu ; demam yang diikuti dengan hipotermia (keadaan

    krisis).

    Otot menjadi kurus.

    Gangguan tidak mampu berjalan.

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    28/56

    67

    SEKSUALITAS

    Gejala :

    Adanya riwayat menopause dini, amenorea. Hilangnya tanda-tanda seks sekunder (misal : berkurangnya rambut-

    rambut pada tubuh) terutama pada wanita.

    Hilangnya libido.

    PENYULUHAN/PEMBELAJARAN

    Gejala :

    Adanya riwayat keluarga DM, TB, kanker.

    Adanya riwayat tidoiditis, DM, TB, anemia pernisiosa.

    Pertimbangan rencana pemulangan :

    Membutuhkan bantuan dalam hal obat, aktivitas sehari-hari

    (Doenges, 2000)

    b.

    Diagnosa1.

    Kekurangan volume cairan b.d kekurangan natrium dan kehilangan

    cairan melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran gastrointestinal (karena

    kekurangan aldosteron).

    2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d defisiensi glukokortikoid.

    3.

    Intoleransi aktivitas b.d kelelahan akibat penurunan produksi

    metabolisme; ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan glukosa.

    4. Resiko terhadap penurunan curah jantung b.d menurunnya aliran darah

    vena/volume sirkulasi; berubahnya kecepatan, irama dan konduksi

    jantung (akibat ketidakseimbangan elektrolit).

    5.

    Resiko tinggi harga diri rendah b.d adanya kondisi fisik yang

    memerlukan terapi sepanjang hidup; perubahan pada pigmentasi kulit.

    6.

    Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d

    kurang pemajanan; kesalahan interpretasi informasi; keterbatasan

    kognitif.

    (Doenges, 2000)

    c. Intervensi

    DX KEP. INTERVENSI RASIONAL

    1.

    Kekuranganvolume cairan

    b.d kekurangan

    natrium dan

    kehilangan

    cairan melalui

    ginjal, kelenjar

    keringat, saluran

    gastrointestinal

    (karena

    kekurangan

    1.

    Kaji riwayat yangberhubungan dengan

    lama, intensitas dari

    gejala yang muncul

    seperti : muntah,

    pengeluaran urine

    berlebih.

    2.Pantau tekanan darah,

    catat perubahan TD

    pada perubahan posisi,

    kekuatan nadi perifer.

    1.

    Membantu memperkirakanpenurunan volume total

    cairan.

    2.Hipotensi postural

    merupakan bagian

    hipovolemia akibat

    kekurangan hormon

    aldosteron dan penurunan

    curah jantung sebagai

    akibat penurunan kortisol.

    Nadi mungkin

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    29/56

    68

    aldosteron). 3.Kaji pasien mengenai

    adanya rasa haus,

    kelelahan, nadi cepat,pengisian kapiler

    memanjang, turgor kulit

    jelek, membran mukosa

    kering.

    4.Anjurkan cairan oral

    diatas 3000ml/hari

    sesegera mungkin sesuai

    dengan kemampuan

    klien.

    5.Observasi adanya tanda-

    tanda kelelahan, krekels,edema, peningkatan

    frekuensi jantung.

    6.Kolaborasi pemberian

    cairan NaCl 0,9% dan

    larutan glukosa.

    7.Pasang kateter urine dan

    NGT sesuai indikasi.

    8.Pantau pemeriksaan

    laboratorium

    (ureum/kreatinin).

    melemah/hilang.

    3.Untuk mengindikasikan

    berlanjutnya hipovolemiadan mempengaruhi

    kebutuhan volume

    pengganti.

    4.

    Adanya perbaikan pada

    saluran cerna dan

    kembalinya fungsi saluran

    cerna tersebut

    memungkinkan untuk

    memberikan cairan dan

    elektrolit melalui oral.

    5.

    Penggantian cairan yangcepat dapat menimbulkan

    GJK pada adanya

    regangan jantung.

    6.Dengan memberikan

    cairan NaCl 0,9% melalui

    IV sebanyak 500-

    1000ml/jam dapat

    mengatasi kekurangan

    natrium. Larutan glukosa

    untuk menghilangkanhipoglikemia.

    7.Memfasilitasi pengukuran

    haluaran yang akurat.

    8.Peningkatan kadar ureum

    dan kreatinin merupakan

    indikasi terjadinya

    kerusakan tingkat sel

    karena dehidrasi.

    2. Perubahan nutrisi

    kurang dari

    kebutuhan b.ddefisiensi

    glukokortikoid.

    1. Auskultasi bising usus

    dan kaji apakah ada

    nyeri perut, mual,muntah.

    2. Catat adanya kulit

    dingin/basah,

    perubahan tingkat

    kesadaran, nadi cepat,

    nyeri kepala

    sempoyongan.

    3. Pantau pemasukan

    makanan dan timbang

    berat badan.

    4.

    Catat muntah

    1.Kekurangan kortisol dapat

    menyebabkan gejala

    gastrointestinal berat yangmempengaruhi pencernaan

    dan absorbsi makanan.

    2.

    Gejala hipoglikemia

    dengan timbulnya tanda

    tersebut mungkin perlu

    pemberian glukosa dan

    mengindikasi pemberian

    tambahan glukokortikoid.

    3.Anoreksia, kelemahan dan

    kehilangan pengaturan

    metabolisme oleh kortisol

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    30/56

    69

    mengenai jumlah

    kejadian, atau

    karakteristik lainnya.5. Berikan informasi

    mengenai menu

    pilihan.

    6.

    Kolaborasi

    memberikan glukosa

    IV dan obat-obatan

    sesuai indikasi.

    7. Kolaborasi pemberian

    glukokotikoid.

    terhadap makanan dapat

    mengakibatkan mal nutrisi.

    4.

    Menentukan derajatabsorpsi makanan.

    5.Menu yang disukai dapat

    merangsang nafsu makan.

    6.

    Memperbaiki

    hipoglikemia.

    7.

    Merangsang

    glukoneogenesis.

    3.

    Intoleransi

    aktivitas b.d

    kelelahan akibat

    penurunan

    produksi

    metabolisme;

    ketidakseimbanga

    n cairan, elektrolit

    dan glukosa.

    1.

    Diskusikan tingkat

    kelemahan klien dan

    identifikasi aktivitas

    yang dapat dilakukan

    klien.

    2.Pantau tanda vital

    sebelum dan setelah

    melakukan aktivitas.

    Observasi adanya

    takikardi, hipotensi,

    dan perifer yang

    dingin.3.

    Diskusikan kebutuhan

    aktivitas dan

    rencanakan jadwal

    aktivitas dengan klien.

    Identifikasi aktivitas

    yang dapat

    menyebabkan

    kelelahan.

    4.Sarankan pasien untuk

    menentukan

    masa/periode antaraistirahat dan

    melakukan aktivitas.

    5.

    Diskusikan cara

    menghemat tenaga,

    misal lebih baik

    beraktivitas sambil

    duduk dari pada

    berdiri.

    1.

    Pasien biasanya telah

    mengalami penurunan

    tenaga, kelelahan otot.

    2. Kolapsnya sirkulasi

    dapat terjadi sebagai

    akibat stress aktivitas

    jika curah jantung

    berkurang.

    3. Memberikan harapan

    bahwa kemampuan

    untuk melakukan

    aktivitas yang baik akankembali seperti semula.

    4. Mengurangi kelelahan

    dan mencegah

    ketegangan pada

    jantung.

    5. Pasien akan dapat

    melakukan lebih banyak

    kegiatan dengan

    mengurangi

    pengeluaran tenaga

    pada setiap kegiatanyang dilakukannya.

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    31/56

    70

    2.3 Krisis Adrenal

    2.3.1 DefinisiKrisis Adrenal (juga dikenal sebagai krisis Addisonian, insufisiensi

    adrenal akut) adalah konstelasi gejala yang mengindikasikan insufisiensi adrenal

    parah yang disebabkan oleh kadar cukup kortisol (ULCA, 2004). Ini mungkin

    hasil baik yang sebelumnya tidak terdiagnosis atau penyakit yang tidak diobati

    Addison, proses penyakit tiba-tiba mempengaruhi fungsi adrenal (seperti

    perdarahan adrenal), atau masalah kambuhan (misalnya infeksi, trauma) pada

    seseorang diketahui memiliki penyakit Addison. Ini adalah keadaan darurat medisdan berpotensi situasi yang mengancam jiwa yang memerlukan perawatan darurat

    (ULCA, 2004).

    2.3.2 EpidemiologiInsidensi dari krisis adrenal sangat jarang yaitu : sekitar 4 dari 100.000 orang

    (Kirkland, 2006)

    2.3.3 Etiologi

    Menurut Kummar, dkk (2007), penyebab terjadinya insufisiensi akut ini

    dikarenakakn beberapa hal, antara lain :

    a. Sindrom Waterhouse-Friderichsen

    Perdarahan adrenal massif dapat menghancurkan korteks adrenal sedemikian

    banyak sehingga terjadi insufisiensi adrenal korteks akut. Keadaan ini dapat

    terjadi pada pasien yang mendapat terapi pemeliharaan antikoagulan, pada pasien

    pasca operasi yang mengalami koagulasi intravaskuler diseminata, selama

    kehamilan, dan pada pasien yang menderita sepsis berat (syndrome waterhouse-

    friderichsen). syndrome waterhouse- friderichsen adalah perdarahan adrenal

    hebat dengan sepsis berat yang mengakibatkan Krisis adrenal. Pathogenesis

    syndrome ini belum jelas tetapi kemungkinan berkaitan denngan cedera vaskuler

    akibat endotoksin disertai koagulasi intravaskuler diseminata (Kumar, 2007).

    b. Penghentian mendadak terapi kortikosteroid jangka panjang

    Pasien yang mendapatkan terapi pemeliharaan kortikosteroid eksopgen, penghen

    tian mendadak kortikosteroid atau kegagalan meningkat dosis steroid sebagai

    respon terhadap suatu stres akut dapat memicu krisis adrenal serupa karena

    ketidakmampuan adrenal yang atrofik untuk menghasilkan hormoneglukokortikoid (Kumar, 2007)

    c. Stres pada pasien yang sudah mengidap insufisiensi adrenal kronis

    Krisis adrenal sering terjadi pada keadaan klinis seperti tercantum. Seperti telah

    disinggung pada pasien ddengan insufisiensi adrenokoterks kronis dapat

    mengalamai krisis akut setelah stress apapun yang menguras cadangan fisiologik

    mereka yang terbatas. (Kumar, 2007)

    Pemicu Krisis Addison menurut Camer (2011) adalah :

    1. Stress

    Contohnya seperti infeksi, pembedahan, trauma, perdarahan, atau distress

    psikologi.

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    32/56

    71

    Gb. 2.6 Pathway Krisis Addison

    http://pages.zdnet.com/nana200 3/id129,html

    2.

    Penggantian mendadak terapi hormone kortikosteroid

    Dimana sering sekali terjadi pada pasien yang kurang pengetahuan tentang

    penggantrian terapi.3. Setelah pembedahan adrenal

    4. Kerusakan kelenjar pitiutari

    2.3.4 Patofisiologi

    Kortek adrenal memproduksi 3 hormon steroid yaitu hormon

    glukokortikoid (kortisol), mineralokortikoid (aldosteron, 11-deoxycoticosterone)

    dan androgen (dehydroepiandrosterone). Hormon utama yang penting dalam

    kejadian suatu krisis adrenal adalah produksi dari kortisol dan adrenal aldolteron

    yang sangat sedikit (McPhee SJ, 2003)

    Kortisol meningkatkan glukoneogenesis dan menyediakan zat - zat melalui

    proteolisis, penghambat sintesis protein, mobilisasi asam lemak,dan meningkatkanpengambilan asam amino di hati. Kortisol secara tidak langsung meningkatkan

    sekresi insulin untuk mengimbangi hiperglikemi tetapi juga menurunkan

    sensitivitas dari insulin. Kortisol juga mempunyai efek anti inflamasi untuk

    mestabilkan lisosom, menurunkan respon leukositik dan menghambat produksi

    sitokin. Aktivitas fagositik dipertahankan tetapi sel mediated imunity hilang pada

    keadaan kekurangan kortisol dan mensupresi sintesis adrenokortikotropik hormon

    ( ACTH) (Joan Hoffman,2002).

    Aldosteron di keluarkan sebagai respon terhadap stimulasi dari angiotensin

    II melalui system renin angiotensin, hiperkalemi, hiponatremi dan antagonis

    dopamin. Efek nya pada target organ primer. Ginjal meningkatkan reabsorpsi dari

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    33/56

    72

    natrium dan sekresi dari kalium dan hidrogen. Mekanismenya masih belum jelas,

    peningkatan dari natrium dan kalium mengaktivasi enzim adenosine

    triphosphatase ( Na/K ATPase) yang bertangung jawab untuk trasportasi natrium

    dan juga meningkatkan aktivitas dari carbonic anhidrase, efek nya adalah

    meningkatkan volume intravaskuler. System renin angiotensin-aldosteron tidak

    dipengaruhi oleh glukokortikoid eksogen dan kekurangan ACTH mempuyai efek

    yang sangat kecil untuk kadar aldosteron kekurangan hormon adrenokortikal

    menyebabkan efek yang berlawanan dengan hormon ini dan menyebabkan gejala

    klinis yang dapat ditemukan pada krisis adrenal. (McPhee SJ, 2003)

    2.3.5 Manifestasi Klinik

    Gambaran klinis berhubungan dengan tingkat onset dan keparahan

    kekurangan adrenal. Dalam banyak kasus, penyakit ini memiliki onset berbahaya

    dan diagnosis hanya dibuat ketika pasien menyajikan dengan krisis akut selama

    penyakit kambuhan. Insufisiensi adrenal akut atau krisis adrenal atau Addisonian

    adalah keadaan darurat medis yang bermanifestasi sebagai hipotensi dan

    kegagalan sirkulasi akut. Anoreksia mungkin merupakan gambaran awal, yang

    berkembang menjadi mual, muntah, diare, dan, kadang-kadang sakit perut.

    Demam mungkin hadir dan hipoglikemia dapat terjadi. Pasien menyajikan akut

    dengan perdarahan adrenal memiliki hipotensi, perut, panggul atau nyeri dada

    yang lebih rendah, anoreksia, dan muntah. Kondisi ini sulit untuk mendiagnosa

    tetapi bukti perdarahan okultisme (jatuh cepat hemoglobin), hiperkalemiaprogresif, dan shock harus waspada dokter untuk diagnosis

    (www.WilliamsTextbookOfEndocrinology.com).

    Tabel 2.7 Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Diagnostik Krisis Adrenal

    Manifestasi Klinis Krisis Adrenal

    Defisiensi Aldosteron

    Hiperkalemi

    Hiponatremi

    Hipovolemi

    BUN

    Defisiensi Kortisol

    Hipoglikemi

    bising usus

    Tanda dan Gejala

    Anoreksia

    Mual muntah

    Diare

    Takikari

    Hipotensi Ortostatik

    Sakit Kepala

    Fatigue

    http://www.williamstextbookofendocrinology.com/http://www.williamstextbookofendocrinology.com/
  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    34/56

    73

    tonus vaskuler

    Hiperkalsemi

    Camera, Ian. M. 2011. Medical Surgical Nursing : Assessment and Management

    of Clinical Problems. Elsevier : Missouri

    2.3.6 Pemeriksaan Penunjang

    1. Kadar Glukosa

    Data laboratorium memperlihatkan kadar glukosa darah yang rendah.

    Biasanya kadar natrium plasma juga rendah tetapi jarang dibawah 120 meq/L dan

    kadar kalium dalah meningkat, tetapi jarang diatas 7 meq.L. Penderita biasanya

    mengalami asidosis dengan kadar bikarbonat plasma antara 15-20 meq /L. Kadar

    ureum juga meningkat (Kirkland, 2005).

    2. Kadar ACTH dan Kortisol

    Kemungkinan diagnosa juga dapat di lihat dari adanya eosinofilia dan

    limpositosis pada SADT, dan adanya gangguan kadar serum tiroid 4. Diagnosa

    paling spesifik yaitu dengan memeriksa kadar ACTH dan kortisol, jika terdapat

    banyak waktu. Serum kotisol biasanya kadarnya kurang dari 20 mcg/dl tetapi kita

    dapat menunggu untuk melakukan pemeriksaan ini bila pasien sudah dapat

    distabilkan. Jika akan dilakukan test untuk menstimulasi ACTH setelah memulai

    stess dose steroid, pastikanlah steroid sudah diganti ke dexametason karena tidakakan mempengaruhi test (Martin, 2008).

    Cara melakukan ACTH test adalah pertama tetapkan kadar kortisol plasma

    baseline, kemudian berikan ACTH 250 mcg intavena yang diberi tekanan

    kemudian pantau serum kortisol 30-60 menit setelah diberikan ACTH. Kenaikan

    kurang dari 9 mcg dapat dipikirkan sebagai insuficiensi adrenal. Pada foto thorax

    harus dicari tanda tanda tuberculosis, histoplasmosis, keganasan, sarkoid dan

    lymphoma (Hoffman, 2002).

    3. CT Scan

    Pada pemeriksaan CT scan abdomen menggambarkan kelenjar adrenalmengalami perdarahan, atropi, gangguan infiltrasi, penyakit metabolik.

    Perdarahan adrenal terlihat sebagai bayangan hiperdens, dan terdapat pembesaran

    kelenjar adrenal yang bilateral (Hoffman, 2002).

    4. EKG

    Pada pemeriksaan EKG mempelihatkan adanya pemanjangan dari interval

    QT yang dapat mengakibatkan ventikular aritmia, gelombang t inverted yang

    dalam dapat terjadi pada akut adrenal krisis (Hoffman, 2002).

    Pemeriksaan histologis tergantung dari penyebab kegagalan adrenal. Pada

    kegagalan adrenokotikal yang primer, terlihat gambaran infeksi dan penyakit

    infiltratif.Pada kegagalan adrenokotikal yang sekunder dapat menyebabkan atrofi

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    35/56

    74

    kelenjar adrenal. Gambaran dari perdarahan adrenal bilateral mungkin hanya

    ditemukan gambaran darah saja (Hoffman, 2002).

    2.3.7 Penatalaksanaan

    Tujuan immadiate terapi adalah untuk mengelola teh hormon yang

    diperlukan dan mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit.

    Hidrokortison, 100 mg intravena, diberikan segera, diikuti oleh 100 mg setiap 6

    sampai 8 jam. Resusitasi cairan juga segera dengan normal saline dan larutan

    dekstrosa 5%. Tingkat penggantian cairan dan elektrolit oleh tingkat deplesi

    volume, kadar elektrolit serum, dan respon klinis terhadap terapi (Morton, et al,

    2009).

    Masalah medis atau bedah yang terkait dapat mengindikasikan kebutuhanuntuk tekanan darah invasif dan pemantauan hemodinamik. Tujuan manajemen

    lain adalah untuk mencegah komplikasi. Ini termasuk tanda dan gejala

    ketidakseimbangan elektrolit (hiponatremi dan hiperkalsemi). Monitor pernafasan

    dan fungsi kardiovaskuler. Perawat mencari perubahan tekanan darah, denyut

    jantung dan irama, warna kulit dan temprature, CRT, dan CVP. Ini adalah risiko

    hipotensi ortostatik, bradikardia, dan dysrthmias. Perawat juga memantau tanda

    neuromuskuler, seperti kelemahan, berkedut, neuromuskuler, dan parasthesia

    (Morton, et al, 2009).

    Dukungan emosional, penjelasan sederhana, dan lingkungan yang cukup

    efektif dalam membantu pasien secara emosional melalui krisis fisiologis. Setelah

    krisis akut berakhir, pendidikan pasien adalah tujuan perawatan. Pasienpendidikan sangat diperlukan karena prognosis akhir tergantung pada kemampuan

    pasien untuk memahami dan menindaklanjuti dengan perawatan diri. Perawatan

    diri termasuk mengetahui rejimen pengobatan, faktor stres dan efeknya pada

    penyakit, dan tanda-tanda krisis yang akan datang, mengenakan tanda medis tag

    atau gelang, atau membawa kartu dompet, dan minum obat yang diresepkan

    (Morton, et al, 2009).

    Krisis adrenal , pasien membutuhkan suntikan langsung dari hidrokortison

    melalui pembuluh darah ( intravena ) atau otot ( intramuskular ) . Anda mungkin

    menerima cairan infus jika Anda memiliki tekanan darah rendah . Anda akan

    perlu pergi ke rumah sakit untuk perawatan dan pemantauan . Jika infeksi yang

    disebabkan krisis , Anda mungkin perlu terapi antibiotik(ULCA).

    Terapi Kolaboratif menurut Huetther (2005) :

    1. Cairan isotonik seperti NaCl 9% diberikan untuk menambah volume dan

    garam.

    2. Jika penderita hipoglikemi dapat di berikan cairan dextrose 50%

    3.

    Steroid IV secepatnya : dexametason 4 mg atau hydrokortisone 100 mg.

    4. Setelah penderita stabil lanjutkan dengan dexametasone 4 mg IV tiap 12

    jam atau hydrokortison 100 mg IV tiap 6-8 jam.

    5. Obati penyakit dasarnya seperti infeksi dan perdarahan, untuk infeksi

    dapat diberikan antibiotik.

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    36/56

    75

    6.

    Untuk meningkatkan tekanan darah dapat diberikan dopamin atau

    norepineprin.

    7.

    Terapi pengganti mineralokortikoid denganfludricortisone

    2.3.8 Asuhan Keperawatan Krisis Addison

    a. Pengkajian

    Intervensi AKTIVITAS/ISTIRAHAT

    Gejala :

    Lelah, nyeri/kelemahan pada otot.

    Tidak mampu beraktivitas atau bekerja.

    Tanda :

    Takikardi, Penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.

    Letargi.SIRKULASI

    Tanda :

    Hipotensi postural

    Takikardia, disritmia, suara jantung melemah.

    Nadi perifer melemah.

    Pengisian kapiler memanjang.

    Ekstremitas dingin, cyanosis, dan pucat

    INTEGRITAS EGO

    Gejala :

    Adanya riwayat faktor stress yang baru dialami, termasuk sakit

    fisik/pembedahan, perubahan gaya hidup.

    Ketidakmampuan mengatasi stress.

    Tanda :

    Ansietas

    ELIMINASI

    Gejala :

    Diare

    Kram abdomen.

    Tanda :

    Diuresis yang diikuti dengan oliguria.

    MAKANAN/CAIRANGejala :

    Anoreksia berat (gejala utama), mual/muntah.

    Kekurangan zat garam.

    Berat badan menurun dengan cepat.

    Tanda :

    Turgor kulit jelek, membran mukosa kering.

    NEUROSENSORI

    Gejala :

    Pusing, sinkope (pingsan sejenak), gemetar.

    Sakit kepala yang berlangsung lama yang diikuti oleh diaforesis.

    Kelemahan otot.

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    37/56

    76

    Penurunan toleransi terhadap keadaan dingin atau stress.

    Kesemutan/lemah.

    Tanda : Disorientasi terhadap waktu, tempat dan ruang (karena kadar natrium

    rendah), letargi, kelelahan mental, peka rangsang, cemas, koma (dalam

    keadaan krisis).

    Parastesia, paralisis, astenia (pada keadaan krisis).

    NYERI/KENYAMANAN

    Gejala :

    Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala.

    Nyeri tulang belakang, abdomen, ekstremitas (pada keadaan krisis).

    PERNAPASAN

    Gejala :

    Dispnea.Tanda :

    Kecepatan pernapasan meningkat, takipnea. Suara nafas ronkhi pada

    keadaan infeksi

    KEAMANAN

    Gejala :

    Tidak toleran terhadap panas.

    Tanda :

    Hiperpigmentasi kulit

    Peningkatan suhu ; demam yang diikuti dengan hipotermia (keadaan

    krisis).

    Otot menjadi kurus.

    Gangguan tidak mampu berjalan.

    SEKSUALITAS

    Gejala :

    Adanya riwayat menopause dini, amenorea.

    Hilangnya tanda-tanda seks sekunder (misal : berkurangnya rambut-

    rambut pada tubuh) terutama pada wanita.

    Hilangnya libido.

    PENYULUHAN/PEMBELAJARAN

    Gejala :

    Adanya riwayat keluarga DM, TB, kanker. Adanya riwayat DM, TB, anemia pernisiosa.

    Pertimbangan rencana pemulangan :

    Membutuhkan bantuan dalam hal obat, aktivitas sehari-hari

    b. Diagnosa1)Kekurangan volume cairan b.d kekurangan natrium dan kehilangan

    cairan melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran gastrointestinal (karena

    kekurangan aldosteron).

    2)

    Resiko terhadap penurunan curah jantung b.d menurunnya aliran darah

    vena/volume sirkulasi; berubahnya kecepatan, irama dan konduksi

    jantung (akibat ketidakseimbangan elektrolit).

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    38/56

    77

    3)

    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d defisiensi glukokortikoid.

    c.

    DX KEP. INTERVENSI RASIONAL

    4. Kekurangan

    volume cairan

    b.d kekurangan

    natrium dan

    kehilangan cairan

    melalui ginjal,

    kelenjar keringat,

    saluran

    gastrointestinal(karena

    kekurangan

    aldosteron).

    9.Kaji riwayat yang

    berhubungan dengan

    lama, intensitas dari

    gejala yang muncul

    seperti : muntah,

    pengeluaran urine

    berlebih.

    10.

    Pantau tekanan

    darah, catat perubahanTD pada perubahan

    posisi, kekuatan nadi

    perifer.

    11. Kaji pasien

    mengenai adanya rasa

    haus, kelelahan, nadi

    cepat, pengisian kapiler

    memanjang, turgor kulit

    jelek, membran mukosa

    kering.

    12.

    Anjurkan cairanoral diatas 3000ml/hari

    sesegera mungkin sesuai

    dengan kemampuan

    klien.

    13. Observasi adanya

    tanda-tanda kelelahan,

    krekels, edema,

    peningkatan frekuensi

    jantung.

    14.

    Kolaborasipemberian cairan NaCl

    0,9% dan larutan

    glukosa.

    15. Pasang kateter

    urine dan NGT sesuai

    indikasi.

    16. Pantau

    pemeriksaan

    laboratorium

    (ureum/kreatinin).

    9.Membantu memperkirakan

    penurunan volume total

    cairan.

    10. Hipotensi postural

    merupakan bagian

    hipovolemia akibat

    kekurangan hormon

    aldosteron dan penurunan

    curah jantung sebagaiakibat penurunan kortisol.

    Nadi mungkin

    melemah/hilang.

    11. Untuk

    mengindikasikan

    berlanjutnya hipovolemia

    dan mempengaruhi

    kebutuhan volume

    pengganti.

    12. Adanya perbaikan

    pada saluran cerna dankembalinya fungsi saluran

    cerna tersebut

    memungkinkan untuk

    memberikan cairan dan

    elektrolit melalui oral.

    13.

    Penggantian cairan

    yang cepat dapat

    menimbulkan GJK pada

    adanya regangan jantung.

    14.

    Dengan memberikancairan NaCl 0,9% melalui

    IV sebanyak 500-

    1000ml/jam dapat

    mengatasi kekurangan

    natrium. Larutan glukosa

    untuk menghilangkan

    hipoglikemia.

    15. Memfasilitasi

    pengukuran haluaran yang

    akurat.

    16.

    Peningkatan kadar

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    39/56

    78

    ureum dan kreatinin

    merupakan indikasi

    terjadinya kerusakantingkat sel karena

    dehidrasi.

    2. Resiko terhadap

    penurunan curah

    jantung b.d

    menurunnya aliran

    darah vena/volume

    sirkulasi;

    berubahnya

    kecepatan, irama

    dan konduksi

    jantung (akibat

    ketidakseimbangan

    elektrolit).

    1.

    Auskultasi

    TD.Bandingkan kedua

    tangan dan ukur dengan

    posisi tidur, duduk, dan

    berdiri bila bisa.

    2.

    Evaluasi kualitas dan

    kesamaan nadi.

    3.

    Catat terjadinya S3, S4.

    4.

    Auskultasi bunyi napas.

    5.Pantau frekuensi

    jantung dan irama. Catat

    disritmia.

    6.Kolaborasi berikan

    oksigen tambahan

    sesuai indikasi.

    7.Observasi ulang seri

    EKG.

    8.Pantau data

    laboratorium : contohGDA, elektrolit.

    1.

    Hipotensi ortostatik

    terjadi karena status

    cairan sedikit akibat

    defisiensi aldosteron.

    2.Penurunan curah jantung

    mengakibatkan

    menurunnya

    kelemahan/kekuatan nadi.

    Ketidakteraturan diduga

    disritmia, yang

    memerlukan evaluasi

    lanjut.

    3.S3 biasanya dihubungkan

    GJK.

    4.

    Krekels menunjukkan

    kongesti paru mungkin

    terjadi karena penurunan

    fungsi miokardia.

    5.

    Frekuensi dan iramajantung berespon terhadap

    obat dan aktivitas sesuai

    dengan terjadinya

    komplikasi/disritmia yang

    mempengaruhi fungsi

    jantung atau

    meningkatkan kerusakan

    iskemik.

    6.Kelebihan latihan

    meningkatkan konsumsi /

    kebutuhan oksigen.Meningkatkan jumlah

    sediaan oksigen untuk

    menurunkan disritmia

    lanjut.

    7.Memberikan informasi

    sehubungan dengan

    kemajuan/perbaikan,

    keseimbangan elektrolit

    dan efek teraphi obat.

    8.

    Adanya hipoksia

    menunjukkan kebutuhan

  • 5/20/2018 ADDISON dissease KEL VII B16 PAGI.pdf

    40/56

    79

    tambahan oksigen.

    Keseimbangan elektrolit,

    misal : hiperkalemiasangat besar berpengaruh

    pada jantung.

    3. Perubahan nutrisi

    kurang dari

    kebutuhan b.d

    defisiensi

    glukokortikoid.

    8. Auskultasi bising usus

    dan kaji apakah ada

    nyeri perut, mual,

    muntah.

    9.

    Catat adanya kulit

    dingin/basah,

    perubahan tingkat

    kesadaran, nadi cepat,

    nyeri kepala

    sempoyongan.

    10.Pantau pemasukan

    makanan dan timbang

    berat badan.

    11.

    Catat muntah

    mengenai juml