9334-22402-1-sm(1)

10
KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI SUNGAI PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA Macrozoobentos Community in Percut River, Percut Sei Tuan District, Deli Serdang Regency, North Sumatera David Putra P Situmorang (1) , Hasan Sitorus (2) , Desrita (2) 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (Email: [email protected]) 2 Staf Pengajar Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara ABSTRACT Percut river is one of the rivers that flow in Deli Serdang which release into Malaka Straits. The objective of the research were to determine the macrozoobentos community structure and relation of chemical and physical parameters of water to diversity index and family biotic index of macrozoobentos in Percut River, Deli Serdang Regency. The research was conducted by using purposive random sampling method in four stations and four times sampling period on July until August. Physical and chemical parameters observed were temperature, flow rate, turbidity, TSS, pH, DO, BOD 5 , TOM and substrat structure. Based on the research was found 12 genera of macroozoobenthos as Branchiura, Tubifex, Penaeus, Scylla, Anadara, Melanoides Thiara, Elimia, Pleurocera, Filopaludina, Nerita dan Pila. The highest density was obtained at around of domestic area of 88.1 ind/m 2 and the lowest density at around of agricultural area of 51 ind/m 2 . The highest diversity index of 1.683 (moderate) was obtained at around of fish landing area, and the lowest diversity index of 1,263 (moderate) was obtained at around of domestic area. Based on the family biotic index indicate that the Percut River not suitable for freshwater aquaculture. Keywords : Makrzoobentos, Community Structure, Percut River PENDAHULUAN Sungai Percut merupakan salah satu sungai yang mengalir di Kabupaten Deli Serdang yang bermuara ke Selat Malaka. Air sungai Percut digunakan untuk memenuhi kebutuhan irigasi pertanian (bendungan), bahan baku air instalasi pengolahan air (WTP Mini) PDAM Tirtanadi, keperluan mandi cuci kakus (MCK) serta sebagai daerah pendaratan kapal nelayan Percut Sei Tuan. Adapun limbah yang masuk ke sungai Percut seperti limbah industri, limbah domestik, limbah pertanian, serta limbah perikanan menambah jumlah limbah yang masuk ke dalam badan perairan tersebut. Terdegradasinya kualitas air sungai tersebut perlu dikaji guna mengetahui seberapa jauh dampak peningkatan dan aktivitas penduduk terhadap kualitas air sungai. Salah satu biota yang sering dijadikan

Upload: kurniawan

Post on 16-Sep-2015

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fdhmkfdnfng

TRANSCRIPT

  • KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI SUNGAI PERCUT

    KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI

    SERDANG SUMATERA UTARA

    Macrozoobentos Community in Percut River, Percut Sei Tuan District, Deli

    Serdang Regency, North Sumatera

    David Putra P Situmorang(1)

    , Hasan Sitorus(2)

    , Desrita(2)

    1Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,

    Universitas Sumatera Utara (Email: [email protected]) 2Staf Pengajar Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,

    Universitas Sumatera Utara

    ABSTRACT

    Percut river is one of the rivers that flow in Deli Serdang which release

    into Malaka Straits. The objective of the research were to determine the

    macrozoobentos community structure and relation of chemical and physical

    parameters of water to diversity index and family biotic index of macrozoobentos

    in Percut River, Deli Serdang Regency. The research was conducted by using

    purposive random sampling method in four stations and four times sampling

    period on July until August. Physical and chemical parameters observed were

    temperature, flow rate, turbidity, TSS, pH, DO, BOD5, TOM and substrat

    structure. Based on the research was found 12 genera of macroozoobenthos as

    Branchiura, Tubifex, Penaeus, Scylla, Anadara, Melanoides Thiara, Elimia,

    Pleurocera, Filopaludina, Nerita dan Pila. The highest density was obtained at

    around of domestic area of 88.1 ind/m2 and the lowest density at around of

    agricultural area of 51 ind/m2. The highest diversity index of 1.683 (moderate)

    was obtained at around of fish landing area, and the lowest diversity index of

    1,263 (moderate) was obtained at around of domestic area. Based on the family

    biotic index indicate that the Percut River not suitable for freshwater aquaculture.

    Keywords : Makrzoobentos, Community Structure, Percut River

    PENDAHULUAN

    Sungai Percut merupakan

    salah satu sungai yang mengalir di

    Kabupaten Deli Serdang yang

    bermuara ke Selat Malaka. Air

    sungai Percut digunakan untuk

    memenuhi kebutuhan irigasi

    pertanian (bendungan), bahan baku

    air instalasi pengolahan air (WTP

    Mini) PDAM Tirtanadi, keperluan

    mandi cuci kakus (MCK) serta

    sebagai daerah pendaratan kapal

    nelayan Percut Sei Tuan.

    Adapun limbah yang masuk

    ke sungai Percut seperti limbah

    industri, limbah domestik, limbah

    pertanian, serta limbah perikanan

    menambah jumlah limbah yang

    masuk ke dalam badan perairan

    tersebut. Terdegradasinya kualitas air

    sungai tersebut perlu dikaji guna

    mengetahui seberapa jauh dampak

    peningkatan dan aktivitas penduduk

    terhadap kualitas air sungai. Salah

    satu biota yang sering dijadikan

  • indikator adalah makrozoobenthos.

    Karena makrozoobenthos mampu

    menggambarkan tingkat gangguan

    dalam jangka panjang. Odum (1971)

    menyatakan bahwa perubahan

    kualitas air merubah komposisi dan

    besarnya populasi makrozoobentos.

    Berdasarkan hal tersebut

    perlu dilakukan penelitian mengenai

    komunitas Makrozoobentos di

    Sungai Percut Kabupaten Deli

    Serdang Provinsi Sumatera Utara

    yang dihubungkan dengan faktor

    fisika-kimia perairan tersebut untuk

    melihat perubahan komunitas yang

    terjadi di Sungai Percut Kecamatan

    Percut Sei Tuan Kabupaten Deli

    Serdang.

    Tujuan dari penelitian ini

    adalah untuk mengetahui komunitas

    makrozoobentos dan kualitas air

    Sungai Percut Kabupaten Deli

    Serdang Sumatera Utara berdasarkan

    komunitas makrozoobentos di

    Sungai Percut.

    Manfaat dari penelitian ini

    adalah untuk memberikan informasi

    mengenai komunitas makrozoo-

    bentos di Sungai Percut Kabupaten

    Deli Serdang Sumatera Utara dan

    memberikan informasi yang berguna

    bagi pihak yang membutuhkan

    tentang kondisi lingkungan Sungai

    Percut berkaitan dalam pelestarian

    nya.

    METODE PENELITIAN

    Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian dilakukan pada

    bulan Juli sampai dengan Agustus

    2014. Bertempat di sepanjang Sungai

    Percut Kecamatan Percut Sei Tuan

    Kabupaten Deli Serdang. Sampel

    makrozoobentos diidentifikasi di

    Laboratorium Terpadu Manajemen

    Sumberdaya Perairan Fakultas

    Pertanian Universitas Sumatera

    Utara, sedangkan sampel air

    dianalisa di Balai Teknik Kesehatan

    Lingkungan dan Pengendalian

    Penyakit (BTKLPP) Kelas I Medan.

    Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam

    penelitian adalah thermometer, pH

    meter, botol winkler, gabus, tali,

    stopwatch, GPS (Global Positioning

    System), surber net, ayakan, tool box,

    kantong plastik, toples, kertas label,

    kertas grafik, botol sampel, buku

    identifikasi jenis makrozoobentos

    acuan Pennak (1953), kalkulator, alat

    tulis dan kamera digital.

    Sedangkan bahan yang

    digunakan pada penelitian ini adalah

    MnSO4, KOH-KI, H2SO4, Amilum,

    Na2S2O3, es, sampel air yang diukur

    parameter fisika kimia, makrozoo

    bentos dan alkohol 70%.

    Prosedur Penelitian

    Metode penelitian yang

    digunakan adalah Purposive Random

    Sampling. Waktu pengambilan

    dimulai pagi hari pukul 08.00 11.00 WIB. Pengambilan sampel

    dilakukan pada 4 stasiun dengan 3

    titik pengambilan sampel

    berdasarkan aktivitas pemanfaatan di

    sekitar sungai. Pengambilan sampel

    masing-masing stasiun dilakukan 3

    (tiga) kali ulangan.

    Deskripsi Area

    Stasiun I terletak di Desa

    Bandar Klippa yang merupakan

    daerah industri besi dan pencucian

    jeans dimana diperkirakan terdapat

    buangan limbah yang berasal dari

    industri besi dan pencucian jeans

    dengan koordinat 336'2.54"LU

    9844'42.86"BT.

    Stasiun II terletak di Desa

    Bandar Klippa merupakan daerah

    pembuangan limbah domestik

  • masyarakat dengan koordinat

    336'55.37"LU 9844'43.43"BT.

    Stasiun III terletak di Desa

    Saentis merupakan daerah pertanian

    (bendungan) dengan koordinat

    340'22.33"LU 9845'36.37"BT.

    Stasiun IV terletak di Desa

    Pematang Lalang merupakan aliran

    limbah mandi, cuci, kakus (MCK)

    dan tempat pendaratan ikan (TPI)

    dengan koordinat 340'22.33"LU

    9845'36.37"BT.

    Analisis Data

    Parameter Fisika dan Kimia

    Data parameter fisika-kimia

    air yang telah diukur dan dianalisis,

    dibandingkan dengan baku mutu air

    yang merujuk pada Peraturan

    Pemerintah (PP) RI No. 82 Tahun

    2001 tentang pengelolaan kualitas air

    dan pengendalian pencemaran air,

    apakah masih sesuai dengan batas

    baku mutu air sedangkan parameter

    kecepatan arus, kekeruhan, substrat

    dan bahan organik total dibahas

    secara deskriptif. Adapun Kriteria

    Mutu Air dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Kriteria Mutu Air

    Berdasarkan PP 82 Tahun

    2001 Parameter Satuan Kelas II

    Fisika

    Suhu C Deviasi 3

    TSS mg/l 50

    Kimia

    pH 6-9

    BOD mg/l 3

    DO mg/l 4

    Parameter Biologi

    Data makrozoobentos yang

    diperoleh dihitung nilai

    kepadatan makrozoobentos, indeks

    keanekaragaman Shannon-Wienner,

    indeks keseragaman, indeks

    dominansi dan Family Biotic Indeks

    sebagai berikut:

    a. Kepadatan (Odum, 1993)

    Dimana :

    K = kepadatan

    makrozobentos

    (ind/m2)

    a = jumlah

    makrozoobentos

    b = luas bukaan mulut

    surber net

    10.000 = konversi dari cm2 ke

    m2

    b. Kepadatan Relatif (KR) (Barus, 2004)

    Suatu habitat dikatakan cocok

    dan sesuai bagi perkembangan

    suatu organisme, apabila nilai

    KR > 10%.

    c. Indeks Keanekaragaman Shannon Wienner (H) (Odum, 1993)

    Untuk melihat keanekaragaman

    jenis makrozoobenthos, maka dapat

    ditentukan dengan indeks Shanon-

    Wiener sebagai berikut

    dimana : = indeks keanekaragaman

    Shannon-Wienner

    pi = nilai penting dari

    spesies ke-i

    In = logaritma nature

    pi = /N (Perbandingan

    jumlah individu

    suatu jenis dengan

    keseluruhan jenis)

    Menurut Krebs (1978)

    membagi tingkat nilai indeks

  • keanekaragaman ke dalam tiga

    tingkat yaitu:

    H < 1,0 : Keanekaragaman Rendah

    < 1,0 3,0 : Keanekaragaman Sedang

    > 3,0 : Keanekaragaman Tinggi

    d. Indeks Keseragaman (E) menurut rumus Pielou diacu

    oleh Krebs, 1989

    dimana :

    = indeks keanekaragaman Shannon-Wienner

    Hmaks = keanekaragaman spesies

    Maksimum

    = In S (dimana S

    banyaknya

    spesies) dengan nilai E

    berkisar antara 0-1

    e. Indeks Dominansi (Odum, 1993) Untuk melihat dominansi

    makrozoobentos pada setiap

    stasiun yang berbeda, maka dapat

    ditentukan dengan indeks

    dominansi Simpson sebagai

    berikut :

    (

    N)

    dimana :

    C = indeks Dominansi Simpson

    ni = jumlah individu tiap spesies

    N = jumlah total individu

    Odum (1993) menyatakan

    bahwa kriteria dominansi sebagai

    berikut:

    nilai C ~ 0 (

  • 46%

    2% 2%

    50%

    Oligochaeta

    Malacostraca

    Bivalvia

    Gastropoda

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil

    Parameter Fisika dan Kimia

    Perairan

    Berdasarkan penelitian yang

    dilakukan diperoleh nilai kisaran dan

    rata rata parameter fisika kima

    perairan pada Tabel 3.

    Hasil penelitian yang

    dilakukan ditemukan 12 genus

    makrozoobenthos yang tersebar pada

    4 stasiun pengambilan sampel.

    Jumlah makrozoobentos pada lokasi

    penelitian yaitu Filum Annellida

    yang terdiri atas 2 genus yakni

    Branchiura dan Tubifex, Filum

    Arthropoda terdiri atas 2 genus yakni

    Parameter Biologi

    Adapun persentase komposisi

    kelas pada bulan Juli hingga Agustus

    2014 ditunjukan pada Gambar 1.

    Gambar 1. Diagram perbandingan

    persentase komposisi

    makrozoobentos

    Penaeus dan Scylla, Filum Moluska

    terdiri atas 8 genus yakni Anadara,

    Melanoides, Thiara, Elimia,

    Pleurocera, Filopaludina, Nerita,

    Pila.

    Adapun nilai kepadatan jenis

    dan kepadatan relatif terdapat pada

    Tabel 4.

    Tabel 4. Nilai Kepadatan Jenis (K)

    dan Kepadatan Relatif (KR)

    pada Setiap Stasiun

    Stasiun

    Kepadatan

    Jenis

    (ind/m2)

    Kepadatan

    Relatif (%)

    I 57,4 99,98

    II 88,1 99,98

    III 51 99,98

    IV 53,7 99.95

    Tabel 3. Nilai Rata-rata Hasil Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia di Sungai Percut

    No. Parameter Satuan

    Stasiun

    I (Industri) II (Domestik) III

    (Pertanian) IV (TPI)

    1 Suhu Air oC 28,25 28,75 29,25 29,75

    2 Kecepatan Arus m/dtk 0,47 0,86 0,49 0,28

    3 Kekeruhan NTU 12,18 7,55 5,26 11,46

    4 TSS mg/l 29,25 20 17,25 21,75

    5 Substrat % Lempung

    berpasir

    Pasir

    Berlempung

    Pasir

    Berlempung

    Pasir

    Berlempung

    6 Derajat Keasaman

    (pH) - 7,475 7.475 7.6 7,55

    7 Oksigen Terlarut

    (DO) mg/l 2,175 2,05 3,225 3,425

    8 BOD5 mg/l 5,775 6.225 5.125 8.075

    9 Bahan Organik

    Total (TOM) mg/l 7,347 7,663 6,004 16,353

  • Berdasarkan analisis data

    diperoleh nilai indeks keaneka

    ragaman, indeks keseragaman dan

    indeks dominansi pada masing-

    masing stasiun seperti terlihat pada

    Tabel 5 berikut.

    Tabel 5. Indeks Keanekaragaman

    , Keseragaman (E) dan

    Indeks Dominansi (C).

    Stasiun H E C

    I 1,263 (sedang) 0,911 0,318

    II 1,297 (sedang) 0,935 0,293

    III 1,282 (sedang) 0,925 0,303

    IV 1,683 (sedang) 0,865 0,222

    Adapun kategori kualitas air

    berdasarkan Family Biotic Indeks

    (FBI) ditampilkan pada Tabel 6

    sebagai berikut.

    Tabel 6. Kategori Kualitas Air

    Berdasarkan Family Biotic

    Indeks (FBI)

    Stasiun FBI Kualitas Perairan

    I 8,090 Sangat Buruk

    II 8,121 Sangat Buruk

    III 7,411 Sangat Buruk

    IV 6,180 Agak Buruk [

    Pembahasan

    Parameter Fisika dan Kimia

    Perairan

    Nilai rata-rata tertinggi suhu

    di perairan Sungai Percut berada di

    stasiun IV berkisar 29,750C

    sedangkan nilai terendah berada di

    stasiun I rata-rata sebesar 28,250C.

    Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001

    suhu air Sungai Percut masih berada

    dalam ambang batas kualitas air

    kelas 2. Suhu rata-rata tersebut cocok

    bagi pertumbuhan makrozoobentos

    seperti dari kelas gastropoda yang

    tersebar pada setiap stasiun. Menurut

    Edward (1988) diacu oleh Fadhilah

    dkk., (2013) bahwa gastropoda dapat

    melakukan proses metabolisme

    secara optimal pada kisaran suhu

    antara 25-320C.

    Kecepatan arus tertinggi

    terdapat pada stasiun II sebesar 0,86

    m/dtk dan kecepatan arus terendah

    berada pada stasiun IV 0,28 m/dtk.

    Mason (1981) dalam Pelupessy

    (2004) menyatakan bahwa

    berdasarkan kecepatannya stasiun II

    dikategorikan sebagai arus cepat (0,5

    - 1 m/s) dan stasiun IV dikategorikan

    sebagai arus sedang (0,25 0,50 m/s). Berdasarkan kategori tersebut

    arus sungai Percut termasuk dalam

    arus sedang hingga cepat.

    Kekeruhan yang tertinggi

    terdapat pada stasiun I sebesar 12,187 NTU dan terendah sebesar 5,26 NTU

    pada stasiun III. Kekeruhan yang

    ditemukan pada setiap stasiun masih

    sesuai bagi kehidupan makrozoo

    bentos. Menurut Alearts dan Santika

    (1984) diacu oleh Manalu dkk.,

    (2014) mengatakan bahwa nilai

    kekeruhan yang diperbolehkan

    adalah 5 NTU dan maksimum 25

    NTU.

    Kandungan rata-rata TSS

    tertinggi terdapat pada stasiun I

    sebesar 29,25 mg/l dan kandungan

    TSS terendah terdapat pada stasiun

    III sebesar 17,25 mg/l. Kandungan

    TSS yang berada pada Sungai Percut

    bila dibandingkan dengan PP No.82

    Tahun 2001 masih berada dibawah

    ambang batas kualitas air kelas 2.

    Substrat dasar perairan yang

    ditemukan pada stasiun I merupakan

    jenis lempung berpasir sedangkan

    pada stasiun II hingga IV adalah

    substrat pasir berlempung. Jenis

    substrat ini cocok untuk habitat

    makrozoobentos seperti dari

    beberapa genus dari moluska yang

    ditemukan selama penelitian.

    Menurut Suartini (2010) bahwa

  • kelompok moluska dari kelas

    gastropoda yang merupakan

    organisme yang mempunyai kisaran

    penyebaran yang luas yaitu pada

    substrat berbatu, berpasir maupun

    berlumpur.

    Nilai pengukuran pH

    tertinggi terdapat pada stasiun III

    sebesar 7,6 sedangkan terendah

    terdapat pada stasiun I dan II sebesar

    7,475. Berdasarkan PP No.82 Tahun

    2001 nilai pengukuran pH yang

    terdapat sungai Percut masih berada

    dalam kisaran untuk baku mutu air

    kelas II yaitu 6 - 9. Hal ini sesuai

    dengan literatur Junaidi dkk., (2010)

    bahwa nilai pH < 5 atau > 9 sangat

    tidak sesuai bagi kehidupan

    makrozoobentos.

    Kandungan oksigen terlarut

    rata-rata tertinggi terdapat pada

    stasiun IV sebesar 3,425 mg/l

    sedangkan kandungan oksigen

    terendah terdapat pada stasiun II

    sebesar 2,05 mg/l. Menurut PP No.

    82 tahun 2001 kandungan oksigen

    yang berada pada setiap stasiun

    pengamatan telah berada dibawah

    batas baku mutu kelas II. Rata rata

    nilai DO yang ditemukan pada

    stasiun I dan II hanya mampu

    diadaptasi oleh Oligochaeta dan

    gastropoda. Menurut Sastrawijaya

    (2000) diacu oleh Rosyadi dkk.,

    (2009) hewan makrozoobentos dari

    spesies Tubifex sp dan Melanoides

    merupakan spesies indikator adanya

    oksigen terlarut (DO) rendah dan

    partikel tersuspensi tinggi pada

    ekosistem perairan sungai.

    Nilai BOD tertinggi terdapat

    pada stasiun IV sebesar 8,075 mg/l

    dan terendah terdapat pada stasiun III

    sebesar 5,125 mg/l. Berdasarkan PP

    No.82 Tahun 2001 bahwa BOD5

    telah melewati ambang batas dari

    perairan tersebut. Tingginya nilai

    BOD5 pada setiap stasiun

    diperkirakan dari masuknya bahan

    organik yang berasal dari masing-

    masing stasiun yang berbeda

    aktivitasnya. Menurut APHA (1989)

    bahwa nilai BOD yang besar

    menunjukkan aktivitas organisme

    yang semakin tinggi dalam

    menguraikan bahan organik.

    Nilai TOM tertinggi terdapat

    pada stasiun IV sebesar 16,252 mg/l

    sedangkan terendah terdapat pada

    stasiun III sebesar 6,004 mg/l.

    Tingginya nilai TOM pada stasiun

    IV diindikasikan oleh masuknya

    limbah yang berasal dari kegiatan

    TPI yang membuang limbahnya ke

    sungai. Bahan organik yang tinggi

    dalam air bisa mempengaruhi bahan

    organik dalam substrat. Menurut

    Abel (1989) diacu oleh Setiawan

    (2008) adanya peningkatan bahan-

    bahan organik yang sangat tinggi

    akan berbahaya bagi biota perairan

    khususnya keberadaan makrozoo

    bentos.

    Parameter Biologi

    Komunitas Makrozoobentos

    Berdasarkan komposisi

    komunitas makrozoobentos

    Gastropoda memiliki persentase

    tertinggi sebesar 50% dan terendah

    dimiliki oleh kelas Bivalvia dan

    Malacostraca masing - masing

    sebesar 2%. Tingginya komposisi

    Gastropoda ini disebabkan oleh

    kondisi habitat yang cocok bagi

    Gastropoda dapat dilihat dari bahan

    organik dan BOD5 yang tinggi.

    Nilai kepadatan jenis stasiun

    II memiliki nilai kepadatan tertinggi

    sebesar 88,1 ind/m2 dan kepadatan

    relatif sebesar 99,98 %. Kepadatan

    tertinggi pada stasiun II tetap dihuni

    oleh kelas Oligochaeta. Kepadatan

    terendah berasal dari filum moluska.

    Terdapatnya moluska diyakini

    karena keberadaan substrat yang

  • masih cocok untuk kehidupan

    makrozoobentos. Menurut Middleton

    (1993) diacu oleh Hidayat (2004)

    bahwa Moluska disamping kelompok

    cacing banyak ditemukan hidup di

    perairan bersubstrat lumpur yang

    mengandung bahan organik tinggi,

    baik terlarut maupun terendapkan.

    Nilai kepadatan jenis Stasiun

    III memiliki nilai kepadatan jenis

    terendah 51 ind/m2. Kepadatan

    tertinggi pada stasiun ini juga berasal

    dari kelas Oligochaeta. Kepadatan

    terendah berasal dari Gastropoda.

    Rendahnya kepadatan gastropoda

    pada stasiun III ini diindikasikan

    karena terbatasnya kemampuan

    gastropoda untuk mampu beradaptasi

    dengan faktor lingkungan tersebut.

    Keanekaragaman Makrozoobentos

    Nilai indeks keanekaragaman

    dalam kategori sedang terdapat pada

    stasiun IV (daerah Tempat

    Pelelangan Ikan atau TPI) sebesar

    1,683. Nilai keanekaragaman pada

    stasiun IV lebih tinggi dibandingkan

    dengan stasiun - stasiun lainnya

    meskipun termasuk dalam kategori

    sedang. Nilai keanekaragaman yang

    lebih baik pada stasiun IV ini

    diperkirakan karena tingginya bahan

    organik yang masuk pada daerah

    stasiun IV diantara stasiun lainnya.

    Adapun nilai indeks

    keanekaragaman yang terendah

    dalam kategori sedang terdapat pada

    stasiun I (daerah industri besi)

    sebesar 1,263. Rendahnya

    keanekaragaman pada stasiun ini

    diindikasikan oleh sedikitnya spesies

    yang ditemukan pada stasiun ini.

    Menurut Anjani dkk., (2012) bahwa

    nilai indeks keanekaragaman rendah

    menunjukan penyebaran tiap jenis

    yang rendah dan kestabilan

    komunitas juga rendah.

    Indeks Keseragaman (E)

    Nilai indeks keseragaman

    tertinggi terdapat pada stasiun II

    sebesar 0,935. Tingginya nilai indeks

    keseragaman pada stasiun II

    memperkirakan bahwa penyebaran

    jumlah individu spesies cukup

    merata. Nilai indeks keseragaman

    terendah terdapat pada stasiun IV

    sebesar 0,865. Indeks keseragaman

    pada stasiun I diperkirakan masih

    mendekati angka I memungkinkan

    belum terjadinya dominasi yang

    begitu besar dari spesies yang

    berbeda serta penyebaran yang tidak

    merata. Menurut Brower dkk.,

    (1971) bila indeks keseragaman

    mendekati 1, maka hal ini

    menunjukkan bahwa ekosistem

    tersebut dalam kondisi yang relatif

    mantap/stabil yaitu jumlah individu

    tiap spesies relatif sama.

    Indeks Dominansi (C)

    Nilai indeks dominansi

    tertinggi berada pada stasiun I

    sebesar 0,318 dan terendah berada

    pada stasiun IV sebesar 0,222.

    Indeks dominansi pada stasiun I dan

    II masih berada dibawa 0,5 dengan

    demikian bahwa pada tiap tiap

    stasiun belum ada spesies yang

    mendominasi sungai terlihat dengan

    keanekaragaman yang rendah serta

    nilai kepadatannya sehingga nilai

    indeks dominansi belum mencapai

    0,5. Menurut Fitriana (2005) adanya

    dominasi suatu organisme

    menandakan bahwa tidak semua

    makrozoobenthos memiliki daya

    adaptasi dan kemampuan bertahan

    hidup yang sama di suatu tempat.

    Family Biotic Index

    Berdasarkan perhitungan

    rata-rata family biotic indeks,

    kategori kualitas air lebih baik

    terdapat pada stasiun IV (limbah

  • TPI) sebesar 6,180 dengan kualitas

    perairan agak buruk atau berdasarkan

    tingkat polusinya kemungkinan

    terjadi pencemaran bahan organik

    substansial dan kualitas air lebih

    buruk terdapat pada stasiun II

    (limbah domestik) sebesar 8,121

    dengan kualitas perairan sangat

    buruk atau berdasarkan tingkat

    polusinya kemungkinan pencemaran

    organik yang parah.

    Nilai pada stasiun II tersebut

    didapat karena melimpahnya

    makrozobentos dari kelas

    Oligochaeta seperti Tubifex yang

    bersifat toleran terhadap bahan

    organik yang tinggi pada stasiun

    tersebut. Menurut Ingram dkk.,

    (1977) diacu oleh Simamora (2013)

    Tubificidae merupakan makro

    invertebrata yang sangat toleran

    terhadap bahan organik yang tinggi.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    1. Komposisi makrozoobentos yang ditemukan di Sungai

    Percut terdiri atas 12 genus yang

    termasuk ke dalam 4 kelas yaitu

    kelas Oligochaeta, Malacostraca,

    Bivalvia, Gastopoda dengan

    nilai kepadatan jenis (K)

    tertinggi yaitu 88,1 ind/m2 di

    daerah domestic sedangkan

    daerah pertanian memiliki nilai

    kepadatan jenis terendah 51

    ind/m2.

    2. Keanekaragaman stasiun I hingga IV termasuk

    dalam kategori keanekaragaman

    sedang, Indeks Keseragaman

    pada stasiun I hingga IV

    cenderung merata (mendekati

    angka 1), Indeks dominansi (C)

    pada masing masing stasiun tidak terdapat spesies

    mendominasi.

    3. Berdasarkan Family Biotic Indeks (FBI) kategori kualitas

    air Sungai Percut sangat buruk

    pada stasiun I (daerah industri

    besi dan pencucian jeans),

    stasiun II (daerah industri besi

    dan pencucian jeans) dan stasiun

    III (daerah pertanian) serta agak

    buruk pada stasiun IV (TPI).

    Saran 1. Perlu adanya penelitian lanjutan

    mengenai struktur komunitas

    plankton dengan keterkaitan

    beban pencemaran yang masuk

    ke dalam sungai.

    2. Perlu adanya pengawasan yang lebih ketat terhadap limbah-

    limbah yang masuk ke Sungai

    Percut untuk memperbaiki

    kondisi Sungai Percut.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anjani, A., Hasan, Z., Rosidah.,

    2012. Kajian Penyuburan

    dengan Bioindikator Makro

    zoobentos dan Substrat di

    Situ Bagendit Kabupaten

    Garut Jawa Barat. Jurnal

    Perikanan dan Kelautan Vol.

    3 (3): 253-262

    APHA. 1989. Standart Methods for

    the Examination of Water

    and Waste Water. United

    Book Press Inc. Maryland.

    Brower, J.E., J.H. Zar., C.N. Ende,

    1998. Field and Laboratory

    Methods for General

    Ecology, Ed. Ke-4, Mc. Graw

    Hill, Boston.

    Fadhilah, N., Masrianih,

    Sutrisnawati., 2013.

    Keanekaragaman Gastropoda

    Air Tawar di Berbagai

  • Macam Habitat di Kecamatan

    Tanambulava Kabupaten

    Sigi. e-Jipbiol Vol. 2 : 13-19

    Fitriana, Y. R., 2005.

    Keanekaragaman dan

    Kelimpahan Makrozoo-

    benthos di Hutan Mangrove

    Hasil Rehabilitasi Taman

    Hutan Raya Ngurah Rai Bali.

    Skripsi. Jurusan Manajemen

    Hutan. Fakultas Pertanian.

    Universitas Lampung. Bandar

    Lampung.

    Hidayat, J. F., K. Baskoro., R.

    Sopiany, 2004. Struktur

    Komunitas Moluska Bentik

    Berbasis Kekeruhan Di

    Perairan Pelabuhan Tanjung

    Emas Semarang. Jurnal

    Bioma. Vol 6 (2): 53-56

    Junaidi, E. Effendi, P. Joko. 2010.

    Kelimpahan Populasi dan

    Pola Distribusi Remis

    (Corbicula sp) di Sungai

    Borang Kabupaten

    Banyuasin. Jurnal Penelitian

    Sains 13 (3): 50-54.

    Manalu, I., E. F. Fajri., Adriman.

    2014. Determination of

    Water Pollution Levels Sibam

    River Pekanbaru Based

    Biotic Index

    Makrozoobenthos.

    JOMFAPERIKA. 1 (2): 1-9

    Odum EP. 1971. Fundamental of

    Ecology. Edisi ke-3.

    Philadelphia: W.B Saunders

    Co.

    Pelupessy, 2004. Struktur Komunitas

    Moluska (Gastropoda Dan

    Bivalvia) di Muara Sungai

    Cimandiri Pelabuhan Ratu

    Jawa Barat. Skripsi.

    Departemen Manajemen

    Sumberdaya Perairan.

    Fakultas Perikanan dan Ilmu

    Kelautan. Institut Pertanian

    Bogor.

    Rosyadi, Nasution. S., Thamrin.,

    2009. Distribusi Kelimpahan

    Makrozoobentos Di Sungai

    Singingi Riau. Jurnal Ilmu

    Lingkungan 3 (1): 58-74

    Setiawan, D. 2008. Struktur

    Komunitas Makrozoobentos

    Sebagai Bioindikator

    Kualitas Lingkungan Perairan

    Hilir Sungai Musi. Tesis.

    Sekolah Pascasarjana. Institut

    Pertanian Bogor.

    Simamora, R. L., Achmad. A.,

    Yasir., 2013. Kualitas Air

    Sungai Bone (Gorontalo)

    Berdasarkan

    Makroivertebrata. Pusat

    Pengelolaan Ekoregion

    Sulawesi dan Maluku KLH.

    Suartini, N. M., Sudatri, N. W.,

    Pharmawati, M., Dalem, A.

    A. G. R., 2010. Identifikasi

    Makrozoobenthos Di Tukad

    Bausan Desa Pererenan

    Kabupaten Bandung Bali.

    Jurnal Echotropic 5 (1) : 41-

    44