9334-22402-1-sm(1)
DESCRIPTION
fdhmkfdnfngTRANSCRIPT
-
KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI SUNGAI PERCUT
KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI
SERDANG SUMATERA UTARA
Macrozoobentos Community in Percut River, Percut Sei Tuan District, Deli
Serdang Regency, North Sumatera
David Putra P Situmorang(1)
, Hasan Sitorus(2)
, Desrita(2)
1Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara (Email: [email protected]) 2Staf Pengajar Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Percut river is one of the rivers that flow in Deli Serdang which release
into Malaka Straits. The objective of the research were to determine the
macrozoobentos community structure and relation of chemical and physical
parameters of water to diversity index and family biotic index of macrozoobentos
in Percut River, Deli Serdang Regency. The research was conducted by using
purposive random sampling method in four stations and four times sampling
period on July until August. Physical and chemical parameters observed were
temperature, flow rate, turbidity, TSS, pH, DO, BOD5, TOM and substrat
structure. Based on the research was found 12 genera of macroozoobenthos as
Branchiura, Tubifex, Penaeus, Scylla, Anadara, Melanoides Thiara, Elimia,
Pleurocera, Filopaludina, Nerita dan Pila. The highest density was obtained at
around of domestic area of 88.1 ind/m2 and the lowest density at around of
agricultural area of 51 ind/m2. The highest diversity index of 1.683 (moderate)
was obtained at around of fish landing area, and the lowest diversity index of
1,263 (moderate) was obtained at around of domestic area. Based on the family
biotic index indicate that the Percut River not suitable for freshwater aquaculture.
Keywords : Makrzoobentos, Community Structure, Percut River
PENDAHULUAN
Sungai Percut merupakan
salah satu sungai yang mengalir di
Kabupaten Deli Serdang yang
bermuara ke Selat Malaka. Air
sungai Percut digunakan untuk
memenuhi kebutuhan irigasi
pertanian (bendungan), bahan baku
air instalasi pengolahan air (WTP
Mini) PDAM Tirtanadi, keperluan
mandi cuci kakus (MCK) serta
sebagai daerah pendaratan kapal
nelayan Percut Sei Tuan.
Adapun limbah yang masuk
ke sungai Percut seperti limbah
industri, limbah domestik, limbah
pertanian, serta limbah perikanan
menambah jumlah limbah yang
masuk ke dalam badan perairan
tersebut. Terdegradasinya kualitas air
sungai tersebut perlu dikaji guna
mengetahui seberapa jauh dampak
peningkatan dan aktivitas penduduk
terhadap kualitas air sungai. Salah
satu biota yang sering dijadikan
-
indikator adalah makrozoobenthos.
Karena makrozoobenthos mampu
menggambarkan tingkat gangguan
dalam jangka panjang. Odum (1971)
menyatakan bahwa perubahan
kualitas air merubah komposisi dan
besarnya populasi makrozoobentos.
Berdasarkan hal tersebut
perlu dilakukan penelitian mengenai
komunitas Makrozoobentos di
Sungai Percut Kabupaten Deli
Serdang Provinsi Sumatera Utara
yang dihubungkan dengan faktor
fisika-kimia perairan tersebut untuk
melihat perubahan komunitas yang
terjadi di Sungai Percut Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang.
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui komunitas
makrozoobentos dan kualitas air
Sungai Percut Kabupaten Deli
Serdang Sumatera Utara berdasarkan
komunitas makrozoobentos di
Sungai Percut.
Manfaat dari penelitian ini
adalah untuk memberikan informasi
mengenai komunitas makrozoo-
bentos di Sungai Percut Kabupaten
Deli Serdang Sumatera Utara dan
memberikan informasi yang berguna
bagi pihak yang membutuhkan
tentang kondisi lingkungan Sungai
Percut berkaitan dalam pelestarian
nya.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada
bulan Juli sampai dengan Agustus
2014. Bertempat di sepanjang Sungai
Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang. Sampel
makrozoobentos diidentifikasi di
Laboratorium Terpadu Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera
Utara, sedangkan sampel air
dianalisa di Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit (BTKLPP) Kelas I Medan.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
penelitian adalah thermometer, pH
meter, botol winkler, gabus, tali,
stopwatch, GPS (Global Positioning
System), surber net, ayakan, tool box,
kantong plastik, toples, kertas label,
kertas grafik, botol sampel, buku
identifikasi jenis makrozoobentos
acuan Pennak (1953), kalkulator, alat
tulis dan kamera digital.
Sedangkan bahan yang
digunakan pada penelitian ini adalah
MnSO4, KOH-KI, H2SO4, Amilum,
Na2S2O3, es, sampel air yang diukur
parameter fisika kimia, makrozoo
bentos dan alkohol 70%.
Prosedur Penelitian
Metode penelitian yang
digunakan adalah Purposive Random
Sampling. Waktu pengambilan
dimulai pagi hari pukul 08.00 11.00 WIB. Pengambilan sampel
dilakukan pada 4 stasiun dengan 3
titik pengambilan sampel
berdasarkan aktivitas pemanfaatan di
sekitar sungai. Pengambilan sampel
masing-masing stasiun dilakukan 3
(tiga) kali ulangan.
Deskripsi Area
Stasiun I terletak di Desa
Bandar Klippa yang merupakan
daerah industri besi dan pencucian
jeans dimana diperkirakan terdapat
buangan limbah yang berasal dari
industri besi dan pencucian jeans
dengan koordinat 336'2.54"LU
9844'42.86"BT.
Stasiun II terletak di Desa
Bandar Klippa merupakan daerah
pembuangan limbah domestik
-
masyarakat dengan koordinat
336'55.37"LU 9844'43.43"BT.
Stasiun III terletak di Desa
Saentis merupakan daerah pertanian
(bendungan) dengan koordinat
340'22.33"LU 9845'36.37"BT.
Stasiun IV terletak di Desa
Pematang Lalang merupakan aliran
limbah mandi, cuci, kakus (MCK)
dan tempat pendaratan ikan (TPI)
dengan koordinat 340'22.33"LU
9845'36.37"BT.
Analisis Data
Parameter Fisika dan Kimia
Data parameter fisika-kimia
air yang telah diukur dan dianalisis,
dibandingkan dengan baku mutu air
yang merujuk pada Peraturan
Pemerintah (PP) RI No. 82 Tahun
2001 tentang pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air,
apakah masih sesuai dengan batas
baku mutu air sedangkan parameter
kecepatan arus, kekeruhan, substrat
dan bahan organik total dibahas
secara deskriptif. Adapun Kriteria
Mutu Air dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Mutu Air
Berdasarkan PP 82 Tahun
2001 Parameter Satuan Kelas II
Fisika
Suhu C Deviasi 3
TSS mg/l 50
Kimia
pH 6-9
BOD mg/l 3
DO mg/l 4
Parameter Biologi
Data makrozoobentos yang
diperoleh dihitung nilai
kepadatan makrozoobentos, indeks
keanekaragaman Shannon-Wienner,
indeks keseragaman, indeks
dominansi dan Family Biotic Indeks
sebagai berikut:
a. Kepadatan (Odum, 1993)
Dimana :
K = kepadatan
makrozobentos
(ind/m2)
a = jumlah
makrozoobentos
b = luas bukaan mulut
surber net
10.000 = konversi dari cm2 ke
m2
b. Kepadatan Relatif (KR) (Barus, 2004)
Suatu habitat dikatakan cocok
dan sesuai bagi perkembangan
suatu organisme, apabila nilai
KR > 10%.
c. Indeks Keanekaragaman Shannon Wienner (H) (Odum, 1993)
Untuk melihat keanekaragaman
jenis makrozoobenthos, maka dapat
ditentukan dengan indeks Shanon-
Wiener sebagai berikut
dimana : = indeks keanekaragaman
Shannon-Wienner
pi = nilai penting dari
spesies ke-i
In = logaritma nature
pi = /N (Perbandingan
jumlah individu
suatu jenis dengan
keseluruhan jenis)
Menurut Krebs (1978)
membagi tingkat nilai indeks
-
keanekaragaman ke dalam tiga
tingkat yaitu:
H < 1,0 : Keanekaragaman Rendah
< 1,0 3,0 : Keanekaragaman Sedang
> 3,0 : Keanekaragaman Tinggi
d. Indeks Keseragaman (E) menurut rumus Pielou diacu
oleh Krebs, 1989
dimana :
= indeks keanekaragaman Shannon-Wienner
Hmaks = keanekaragaman spesies
Maksimum
= In S (dimana S
banyaknya
spesies) dengan nilai E
berkisar antara 0-1
e. Indeks Dominansi (Odum, 1993) Untuk melihat dominansi
makrozoobentos pada setiap
stasiun yang berbeda, maka dapat
ditentukan dengan indeks
dominansi Simpson sebagai
berikut :
(
N)
dimana :
C = indeks Dominansi Simpson
ni = jumlah individu tiap spesies
N = jumlah total individu
Odum (1993) menyatakan
bahwa kriteria dominansi sebagai
berikut:
nilai C ~ 0 (
-
46%
2% 2%
50%
Oligochaeta
Malacostraca
Bivalvia
Gastropoda
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Parameter Fisika dan Kimia
Perairan
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan diperoleh nilai kisaran dan
rata rata parameter fisika kima
perairan pada Tabel 3.
Hasil penelitian yang
dilakukan ditemukan 12 genus
makrozoobenthos yang tersebar pada
4 stasiun pengambilan sampel.
Jumlah makrozoobentos pada lokasi
penelitian yaitu Filum Annellida
yang terdiri atas 2 genus yakni
Branchiura dan Tubifex, Filum
Arthropoda terdiri atas 2 genus yakni
Parameter Biologi
Adapun persentase komposisi
kelas pada bulan Juli hingga Agustus
2014 ditunjukan pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram perbandingan
persentase komposisi
makrozoobentos
Penaeus dan Scylla, Filum Moluska
terdiri atas 8 genus yakni Anadara,
Melanoides, Thiara, Elimia,
Pleurocera, Filopaludina, Nerita,
Pila.
Adapun nilai kepadatan jenis
dan kepadatan relatif terdapat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Kepadatan Jenis (K)
dan Kepadatan Relatif (KR)
pada Setiap Stasiun
Stasiun
Kepadatan
Jenis
(ind/m2)
Kepadatan
Relatif (%)
I 57,4 99,98
II 88,1 99,98
III 51 99,98
IV 53,7 99.95
Tabel 3. Nilai Rata-rata Hasil Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia di Sungai Percut
No. Parameter Satuan
Stasiun
I (Industri) II (Domestik) III
(Pertanian) IV (TPI)
1 Suhu Air oC 28,25 28,75 29,25 29,75
2 Kecepatan Arus m/dtk 0,47 0,86 0,49 0,28
3 Kekeruhan NTU 12,18 7,55 5,26 11,46
4 TSS mg/l 29,25 20 17,25 21,75
5 Substrat % Lempung
berpasir
Pasir
Berlempung
Pasir
Berlempung
Pasir
Berlempung
6 Derajat Keasaman
(pH) - 7,475 7.475 7.6 7,55
7 Oksigen Terlarut
(DO) mg/l 2,175 2,05 3,225 3,425
8 BOD5 mg/l 5,775 6.225 5.125 8.075
9 Bahan Organik
Total (TOM) mg/l 7,347 7,663 6,004 16,353
-
Berdasarkan analisis data
diperoleh nilai indeks keaneka
ragaman, indeks keseragaman dan
indeks dominansi pada masing-
masing stasiun seperti terlihat pada
Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Indeks Keanekaragaman
, Keseragaman (E) dan
Indeks Dominansi (C).
Stasiun H E C
I 1,263 (sedang) 0,911 0,318
II 1,297 (sedang) 0,935 0,293
III 1,282 (sedang) 0,925 0,303
IV 1,683 (sedang) 0,865 0,222
Adapun kategori kualitas air
berdasarkan Family Biotic Indeks
(FBI) ditampilkan pada Tabel 6
sebagai berikut.
Tabel 6. Kategori Kualitas Air
Berdasarkan Family Biotic
Indeks (FBI)
Stasiun FBI Kualitas Perairan
I 8,090 Sangat Buruk
II 8,121 Sangat Buruk
III 7,411 Sangat Buruk
IV 6,180 Agak Buruk [
Pembahasan
Parameter Fisika dan Kimia
Perairan
Nilai rata-rata tertinggi suhu
di perairan Sungai Percut berada di
stasiun IV berkisar 29,750C
sedangkan nilai terendah berada di
stasiun I rata-rata sebesar 28,250C.
Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001
suhu air Sungai Percut masih berada
dalam ambang batas kualitas air
kelas 2. Suhu rata-rata tersebut cocok
bagi pertumbuhan makrozoobentos
seperti dari kelas gastropoda yang
tersebar pada setiap stasiun. Menurut
Edward (1988) diacu oleh Fadhilah
dkk., (2013) bahwa gastropoda dapat
melakukan proses metabolisme
secara optimal pada kisaran suhu
antara 25-320C.
Kecepatan arus tertinggi
terdapat pada stasiun II sebesar 0,86
m/dtk dan kecepatan arus terendah
berada pada stasiun IV 0,28 m/dtk.
Mason (1981) dalam Pelupessy
(2004) menyatakan bahwa
berdasarkan kecepatannya stasiun II
dikategorikan sebagai arus cepat (0,5
- 1 m/s) dan stasiun IV dikategorikan
sebagai arus sedang (0,25 0,50 m/s). Berdasarkan kategori tersebut
arus sungai Percut termasuk dalam
arus sedang hingga cepat.
Kekeruhan yang tertinggi
terdapat pada stasiun I sebesar 12,187 NTU dan terendah sebesar 5,26 NTU
pada stasiun III. Kekeruhan yang
ditemukan pada setiap stasiun masih
sesuai bagi kehidupan makrozoo
bentos. Menurut Alearts dan Santika
(1984) diacu oleh Manalu dkk.,
(2014) mengatakan bahwa nilai
kekeruhan yang diperbolehkan
adalah 5 NTU dan maksimum 25
NTU.
Kandungan rata-rata TSS
tertinggi terdapat pada stasiun I
sebesar 29,25 mg/l dan kandungan
TSS terendah terdapat pada stasiun
III sebesar 17,25 mg/l. Kandungan
TSS yang berada pada Sungai Percut
bila dibandingkan dengan PP No.82
Tahun 2001 masih berada dibawah
ambang batas kualitas air kelas 2.
Substrat dasar perairan yang
ditemukan pada stasiun I merupakan
jenis lempung berpasir sedangkan
pada stasiun II hingga IV adalah
substrat pasir berlempung. Jenis
substrat ini cocok untuk habitat
makrozoobentos seperti dari
beberapa genus dari moluska yang
ditemukan selama penelitian.
Menurut Suartini (2010) bahwa
-
kelompok moluska dari kelas
gastropoda yang merupakan
organisme yang mempunyai kisaran
penyebaran yang luas yaitu pada
substrat berbatu, berpasir maupun
berlumpur.
Nilai pengukuran pH
tertinggi terdapat pada stasiun III
sebesar 7,6 sedangkan terendah
terdapat pada stasiun I dan II sebesar
7,475. Berdasarkan PP No.82 Tahun
2001 nilai pengukuran pH yang
terdapat sungai Percut masih berada
dalam kisaran untuk baku mutu air
kelas II yaitu 6 - 9. Hal ini sesuai
dengan literatur Junaidi dkk., (2010)
bahwa nilai pH < 5 atau > 9 sangat
tidak sesuai bagi kehidupan
makrozoobentos.
Kandungan oksigen terlarut
rata-rata tertinggi terdapat pada
stasiun IV sebesar 3,425 mg/l
sedangkan kandungan oksigen
terendah terdapat pada stasiun II
sebesar 2,05 mg/l. Menurut PP No.
82 tahun 2001 kandungan oksigen
yang berada pada setiap stasiun
pengamatan telah berada dibawah
batas baku mutu kelas II. Rata rata
nilai DO yang ditemukan pada
stasiun I dan II hanya mampu
diadaptasi oleh Oligochaeta dan
gastropoda. Menurut Sastrawijaya
(2000) diacu oleh Rosyadi dkk.,
(2009) hewan makrozoobentos dari
spesies Tubifex sp dan Melanoides
merupakan spesies indikator adanya
oksigen terlarut (DO) rendah dan
partikel tersuspensi tinggi pada
ekosistem perairan sungai.
Nilai BOD tertinggi terdapat
pada stasiun IV sebesar 8,075 mg/l
dan terendah terdapat pada stasiun III
sebesar 5,125 mg/l. Berdasarkan PP
No.82 Tahun 2001 bahwa BOD5
telah melewati ambang batas dari
perairan tersebut. Tingginya nilai
BOD5 pada setiap stasiun
diperkirakan dari masuknya bahan
organik yang berasal dari masing-
masing stasiun yang berbeda
aktivitasnya. Menurut APHA (1989)
bahwa nilai BOD yang besar
menunjukkan aktivitas organisme
yang semakin tinggi dalam
menguraikan bahan organik.
Nilai TOM tertinggi terdapat
pada stasiun IV sebesar 16,252 mg/l
sedangkan terendah terdapat pada
stasiun III sebesar 6,004 mg/l.
Tingginya nilai TOM pada stasiun
IV diindikasikan oleh masuknya
limbah yang berasal dari kegiatan
TPI yang membuang limbahnya ke
sungai. Bahan organik yang tinggi
dalam air bisa mempengaruhi bahan
organik dalam substrat. Menurut
Abel (1989) diacu oleh Setiawan
(2008) adanya peningkatan bahan-
bahan organik yang sangat tinggi
akan berbahaya bagi biota perairan
khususnya keberadaan makrozoo
bentos.
Parameter Biologi
Komunitas Makrozoobentos
Berdasarkan komposisi
komunitas makrozoobentos
Gastropoda memiliki persentase
tertinggi sebesar 50% dan terendah
dimiliki oleh kelas Bivalvia dan
Malacostraca masing - masing
sebesar 2%. Tingginya komposisi
Gastropoda ini disebabkan oleh
kondisi habitat yang cocok bagi
Gastropoda dapat dilihat dari bahan
organik dan BOD5 yang tinggi.
Nilai kepadatan jenis stasiun
II memiliki nilai kepadatan tertinggi
sebesar 88,1 ind/m2 dan kepadatan
relatif sebesar 99,98 %. Kepadatan
tertinggi pada stasiun II tetap dihuni
oleh kelas Oligochaeta. Kepadatan
terendah berasal dari filum moluska.
Terdapatnya moluska diyakini
karena keberadaan substrat yang
-
masih cocok untuk kehidupan
makrozoobentos. Menurut Middleton
(1993) diacu oleh Hidayat (2004)
bahwa Moluska disamping kelompok
cacing banyak ditemukan hidup di
perairan bersubstrat lumpur yang
mengandung bahan organik tinggi,
baik terlarut maupun terendapkan.
Nilai kepadatan jenis Stasiun
III memiliki nilai kepadatan jenis
terendah 51 ind/m2. Kepadatan
tertinggi pada stasiun ini juga berasal
dari kelas Oligochaeta. Kepadatan
terendah berasal dari Gastropoda.
Rendahnya kepadatan gastropoda
pada stasiun III ini diindikasikan
karena terbatasnya kemampuan
gastropoda untuk mampu beradaptasi
dengan faktor lingkungan tersebut.
Keanekaragaman Makrozoobentos
Nilai indeks keanekaragaman
dalam kategori sedang terdapat pada
stasiun IV (daerah Tempat
Pelelangan Ikan atau TPI) sebesar
1,683. Nilai keanekaragaman pada
stasiun IV lebih tinggi dibandingkan
dengan stasiun - stasiun lainnya
meskipun termasuk dalam kategori
sedang. Nilai keanekaragaman yang
lebih baik pada stasiun IV ini
diperkirakan karena tingginya bahan
organik yang masuk pada daerah
stasiun IV diantara stasiun lainnya.
Adapun nilai indeks
keanekaragaman yang terendah
dalam kategori sedang terdapat pada
stasiun I (daerah industri besi)
sebesar 1,263. Rendahnya
keanekaragaman pada stasiun ini
diindikasikan oleh sedikitnya spesies
yang ditemukan pada stasiun ini.
Menurut Anjani dkk., (2012) bahwa
nilai indeks keanekaragaman rendah
menunjukan penyebaran tiap jenis
yang rendah dan kestabilan
komunitas juga rendah.
Indeks Keseragaman (E)
Nilai indeks keseragaman
tertinggi terdapat pada stasiun II
sebesar 0,935. Tingginya nilai indeks
keseragaman pada stasiun II
memperkirakan bahwa penyebaran
jumlah individu spesies cukup
merata. Nilai indeks keseragaman
terendah terdapat pada stasiun IV
sebesar 0,865. Indeks keseragaman
pada stasiun I diperkirakan masih
mendekati angka I memungkinkan
belum terjadinya dominasi yang
begitu besar dari spesies yang
berbeda serta penyebaran yang tidak
merata. Menurut Brower dkk.,
(1971) bila indeks keseragaman
mendekati 1, maka hal ini
menunjukkan bahwa ekosistem
tersebut dalam kondisi yang relatif
mantap/stabil yaitu jumlah individu
tiap spesies relatif sama.
Indeks Dominansi (C)
Nilai indeks dominansi
tertinggi berada pada stasiun I
sebesar 0,318 dan terendah berada
pada stasiun IV sebesar 0,222.
Indeks dominansi pada stasiun I dan
II masih berada dibawa 0,5 dengan
demikian bahwa pada tiap tiap
stasiun belum ada spesies yang
mendominasi sungai terlihat dengan
keanekaragaman yang rendah serta
nilai kepadatannya sehingga nilai
indeks dominansi belum mencapai
0,5. Menurut Fitriana (2005) adanya
dominasi suatu organisme
menandakan bahwa tidak semua
makrozoobenthos memiliki daya
adaptasi dan kemampuan bertahan
hidup yang sama di suatu tempat.
Family Biotic Index
Berdasarkan perhitungan
rata-rata family biotic indeks,
kategori kualitas air lebih baik
terdapat pada stasiun IV (limbah
-
TPI) sebesar 6,180 dengan kualitas
perairan agak buruk atau berdasarkan
tingkat polusinya kemungkinan
terjadi pencemaran bahan organik
substansial dan kualitas air lebih
buruk terdapat pada stasiun II
(limbah domestik) sebesar 8,121
dengan kualitas perairan sangat
buruk atau berdasarkan tingkat
polusinya kemungkinan pencemaran
organik yang parah.
Nilai pada stasiun II tersebut
didapat karena melimpahnya
makrozobentos dari kelas
Oligochaeta seperti Tubifex yang
bersifat toleran terhadap bahan
organik yang tinggi pada stasiun
tersebut. Menurut Ingram dkk.,
(1977) diacu oleh Simamora (2013)
Tubificidae merupakan makro
invertebrata yang sangat toleran
terhadap bahan organik yang tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Komposisi makrozoobentos yang ditemukan di Sungai
Percut terdiri atas 12 genus yang
termasuk ke dalam 4 kelas yaitu
kelas Oligochaeta, Malacostraca,
Bivalvia, Gastopoda dengan
nilai kepadatan jenis (K)
tertinggi yaitu 88,1 ind/m2 di
daerah domestic sedangkan
daerah pertanian memiliki nilai
kepadatan jenis terendah 51
ind/m2.
2. Keanekaragaman stasiun I hingga IV termasuk
dalam kategori keanekaragaman
sedang, Indeks Keseragaman
pada stasiun I hingga IV
cenderung merata (mendekati
angka 1), Indeks dominansi (C)
pada masing masing stasiun tidak terdapat spesies
mendominasi.
3. Berdasarkan Family Biotic Indeks (FBI) kategori kualitas
air Sungai Percut sangat buruk
pada stasiun I (daerah industri
besi dan pencucian jeans),
stasiun II (daerah industri besi
dan pencucian jeans) dan stasiun
III (daerah pertanian) serta agak
buruk pada stasiun IV (TPI).
Saran 1. Perlu adanya penelitian lanjutan
mengenai struktur komunitas
plankton dengan keterkaitan
beban pencemaran yang masuk
ke dalam sungai.
2. Perlu adanya pengawasan yang lebih ketat terhadap limbah-
limbah yang masuk ke Sungai
Percut untuk memperbaiki
kondisi Sungai Percut.
DAFTAR PUSTAKA
Anjani, A., Hasan, Z., Rosidah.,
2012. Kajian Penyuburan
dengan Bioindikator Makro
zoobentos dan Substrat di
Situ Bagendit Kabupaten
Garut Jawa Barat. Jurnal
Perikanan dan Kelautan Vol.
3 (3): 253-262
APHA. 1989. Standart Methods for
the Examination of Water
and Waste Water. United
Book Press Inc. Maryland.
Brower, J.E., J.H. Zar., C.N. Ende,
1998. Field and Laboratory
Methods for General
Ecology, Ed. Ke-4, Mc. Graw
Hill, Boston.
Fadhilah, N., Masrianih,
Sutrisnawati., 2013.
Keanekaragaman Gastropoda
Air Tawar di Berbagai
-
Macam Habitat di Kecamatan
Tanambulava Kabupaten
Sigi. e-Jipbiol Vol. 2 : 13-19
Fitriana, Y. R., 2005.
Keanekaragaman dan
Kelimpahan Makrozoo-
benthos di Hutan Mangrove
Hasil Rehabilitasi Taman
Hutan Raya Ngurah Rai Bali.
Skripsi. Jurusan Manajemen
Hutan. Fakultas Pertanian.
Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Hidayat, J. F., K. Baskoro., R.
Sopiany, 2004. Struktur
Komunitas Moluska Bentik
Berbasis Kekeruhan Di
Perairan Pelabuhan Tanjung
Emas Semarang. Jurnal
Bioma. Vol 6 (2): 53-56
Junaidi, E. Effendi, P. Joko. 2010.
Kelimpahan Populasi dan
Pola Distribusi Remis
(Corbicula sp) di Sungai
Borang Kabupaten
Banyuasin. Jurnal Penelitian
Sains 13 (3): 50-54.
Manalu, I., E. F. Fajri., Adriman.
2014. Determination of
Water Pollution Levels Sibam
River Pekanbaru Based
Biotic Index
Makrozoobenthos.
JOMFAPERIKA. 1 (2): 1-9
Odum EP. 1971. Fundamental of
Ecology. Edisi ke-3.
Philadelphia: W.B Saunders
Co.
Pelupessy, 2004. Struktur Komunitas
Moluska (Gastropoda Dan
Bivalvia) di Muara Sungai
Cimandiri Pelabuhan Ratu
Jawa Barat. Skripsi.
Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian
Bogor.
Rosyadi, Nasution. S., Thamrin.,
2009. Distribusi Kelimpahan
Makrozoobentos Di Sungai
Singingi Riau. Jurnal Ilmu
Lingkungan 3 (1): 58-74
Setiawan, D. 2008. Struktur
Komunitas Makrozoobentos
Sebagai Bioindikator
Kualitas Lingkungan Perairan
Hilir Sungai Musi. Tesis.
Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor.
Simamora, R. L., Achmad. A.,
Yasir., 2013. Kualitas Air
Sungai Bone (Gorontalo)
Berdasarkan
Makroivertebrata. Pusat
Pengelolaan Ekoregion
Sulawesi dan Maluku KLH.
Suartini, N. M., Sudatri, N. W.,
Pharmawati, M., Dalem, A.
A. G. R., 2010. Identifikasi
Makrozoobenthos Di Tukad
Bausan Desa Pererenan
Kabupaten Bandung Bali.
Jurnal Echotropic 5 (1) : 41-
44