5582-14553-1-pb1
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 5582-14553-1-PB1
1/14
Jurnal Penelitian dan Evaluasi PendidikanVolume 19, No 2, Desember 2015 (230-242)
Tersedia Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jpep
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
p-ISSN: 1410-4725, e-ISSN: 2338-6061
MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAKMELALUI SEKOLAH IBU NONFORMAL DI PEDESAAN
Yoyon Suryono, Puji Yanti FauziahUniversitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri [email protected],[email protected]
AbstrakTujuan penelitian ini adalah mengembangkan model pendidikan karakter bagi anak sejak dinimelalui program terpadu Sekolah Ibu PAUD nonformal di pedesaan. Metode penelitianmenggunakan penelitian dan pengembangan dilaksanakan di Kecamatan Pajangan KabupatenBantul terhadap 11 KB dan 11 SPS dengan responden orang tua sebanyak 60 orang. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa KB dan SPS yang diteliti dapat dikembangkan menjadiSekolah Ibu dengan sasaran para orang tua yang putra-putrinya sedang mengikuti kegiatanpembelajaran. Materi pokok yang diberikan mencakup pendidikan karakter bagi anak, pola
pengasuhan anak di rumah, dan model pembelajaran bagi anak usia dini. Hasil penelitiantersebut kemudian dikembangkan dalam satu model konseptual-teoritik pendidikan karakterbagi anak sejak dini melalui Sekolah Ibu PAUD nonformal di pedesaan dengan dilengkapimateri modul pembelajaran pendidikan karakter bagi anak sejak dini.Kata kunci:pendidikan karakter, pendidikan anak usia dini, pendidikan nonformal, Sekolah Ibu
A MODEL OF CHARACTER EDUCATION FOR CHILDRENTHROUGH THE MOTHER SCHOOL NONFORMAL IN RURALAREAS
Yoyon Suryono, Puji Yanti Fauziah
Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri [email protected],[email protected]
AbstractThis study attempted to develop a model of character education for early childhood throughan integrated program Mother School in non-formal PAUD at a countryside. This studyuses the approach of research and development implemented in the district of BantulPajangan to 11 KB and 11 of the SPS with parent respondents of 60 people. The results showthat KB and SPS which were studied can be developed into a Mother Schoolby targetingthe parents whose children were participating in learning activities. The subject matters giveninclude character education for children, parenting at home, and a model for early childhoodlearning. Then, the result of the research was developed in a conceptual-theoretical model of
character education for early childhood through Mother Schoolnon-formal PAUD in thecountryside including learning modules of character education materials for early childhood.Keywords:character education, early childhood education, non-formal education, School Mother
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
7/26/2019 5582-14553-1-PB1
2/14
-
7/26/2019 5582-14553-1-PB1
3/14
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Model Pendidikan Karakter bagi Anak Sejak Dini ... Yoyon Suryono, Puji Yanti Fauziah
231
Pendahuluan
Anak sejak usia dini perlu ditanamkankarakter positif untuk bekal kehidupannyakelak di masa depan, salah satunya adalahmelalui pendidikan karakter bagi anak sejakdini dalam wadah Sekolah Ibu PAUDnonformal di pedesaan. Sejauh ini pendidik-an karakter telah diberikan pada anak-anaksecara langsung, baik di rumah oleh orangtua maupun di lembaga PAUD formal dannonformal seperti Taman Kanak-kanak(TK), Kelompok Bermain (KB), Taman Pe-nitipan Anak (TPA) maupun Satuan Pendi-dikan Sejenis (SPS) oleh pendidik, pendam-ping, dan pengasuh anak di pedesaan dan diperkotaan. Hal menarik dari pelaksanaanpendidikan karakter selama ini adalah ber-kurangnya peran ibu dalam mengkarakter-kan anak di rumah antara lain karena: ibubekerja, berkembangnya lembaga dan layan-an PAUD, kurangnya keterpaduan pendi-dikan karakter anak di rumah dan di lem-baga PAUD. Ketimpangan lain adalah an-tara PAUD di perkotaan dan di pedesaan.PAUD di perkotaan relatif lebih maju di-banding PAUD di pedesaan.
Pengembangan model pendidikan ka-rakter bagi anak sejak dini melalui SekolahIbu PAUD nonformal di pedesaan dilaksa-nakan atas dasar pertimbangan hal-hal beri-kut: Lembaga PAUD nonformal yang sudahada seperti KB, TPA, dan SPS agar lebihdiberdayakan lagi dengan melibatkan paraorang tua dalam melaksanakan pendidikankarakter bagi anak sejak dini melalui wadahSekolah Ibu. Hal ini merupakan pengem-bangan dari KB, TPA, dan SPS yang sudahada yang dikhususkan bagi orang tua untukbersama-sama lembaga PAUD formal dannonformal melaksanakan pendidikan karak-ter bagi anak-anak sejak dini. Dalam kon-teks ini, anak merupakan sasaran utama danorang tua merupakan sasaran perantara bagiterselenggaranya pendidikan karakter bagianak sejak ini. Dalam posisi perantarainilah orang tua perlu dibekali dengan ber-bagai kemampuan untuk dapat melaksana-kan pendidikan karakter bagi anak sejak dinidi rumah sehingga terjalin keterpaduan pen-didikankarakter yang dilaksanakan di rumah
dengan di lembaga PAUD. Prinsip pentingdi sini adalah bahwa keluarga itu pendidikpertama dan utama yang harus secara lebihdini bertanggung jawab dalam mendidikkarakter anak. Bersama keluarga kemudian
lembaga PAUD melaksanakan pendidikankarakter bagi anak sejak dini secara bersamadan terpadu dalam satu kerja sama kemitra-an yang sinergis.
Seiring dengan hal tersebut, melaluipenelitian ini dikembangkan model pendi-dikan karakter bagi anak sejak dini melaluiSekolah Ibu PAUD nonformal di pedesa-an. Mengapa pendidikan karakter bagi anaksejak dini perlu dilaksanakan melalui Seko-lah Ibu PAUD nonformal di pedesaan?
Pendidikan karakter bagi anak sejak diniperlu dilakukan oleh orang tua di rumah, se-lain di lembaga PAUD seperti yang selamaini telah dilaksanakan dengan berbagai kera-gaman pendekatan, metoda, teknik, danbahkan media yang dipergunakan.
Sejauh yang dapat diketahui, pendi-dikan karakter bagi anak sejak dini yang di-laksanakan di rumah masih menemui be-berapa kendala antara lain masih kurangnyapemahaman dan kemampuan orang tua da-
lam melaksanakan pendidikan karakter bagianak sejak dini. Oleh karena itu, untuk me-ningkatkan keberhasilan pelaksanaan pendi-dikan karakter di rumah bagi anak sejakdini kepada orang tua, khususnya Ibu-ibuperlu diberikan pemahaman, penanamansikap baru, dan kemampuan cara-cara me-laksanakan pendidikan karakter bagi anaksejak dini melalui model yang dikembang-kan dalam penelitian ini yaitu SekolahIbu. Model Sekolah Ibu ini akan mem-
bekali orang tua melalui proses pembelajar-an yang akan dilaksanakan suatu pemaham-an, pengembangan sikap, dan kemampuanbaru dalam mendidik karakter anak sejakdiri di rumah bersama institusi PAUD non-formal lain di pedesaan yaitu melalui KB,
TPS, dan SPS secara bersama dan sinergis.Dalam perspektif pendidikan nonfor-
mal, pengembangan program pendidikannonformal dapat dikembangkan setidaknyadari model yang sudah ada dan mengem-
bangkan model baru yang belum ada. Baik
-
7/26/2019 5582-14553-1-PB1
4/14
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
232 Volume 19, Nomor 2, Desember 2015
untuk mengembangkan model yang perta-ma maupun yang kedua terlebih dahuluharus dilaksanakan studi pendahuluan yangberupa need assessment atau identifikasi ke-butuhan yang hasilnya akan menjadi masuk-
an bagi perencanaan dan pengembanganprogram yang dimaksud. Perencanaan danpengembangan program menjadi bagian da-ri manajemen program yang bergerak dalamsuatu siklus bertahap mencakup asessmentkebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, moni-toring, evaluasi, dan pengembangan program(Sudjana, 2005 dan Sumarno, 2011).
Di sisi materi, secara normatif-kon-septual pendidikan karakter bagi anak se-tidaknya berisi: cita Tuhan dan segenap
ciptaannya, kemandirian, disiplin, tanggungjawab, kejujuran amanah dan berkata bijak,hormat dan santun, dermawan, suka meno-long dan kerja sama, percaya diri, kreatif,pantang menyerah, kepemimpinan dan ke-adilan, baik dan rendah hati, toleransi, ke-damaian dan kesatuan. Prinsip pembelajarankarakter setidaknya ada beberapa prinsipdiantaranya adalah memahamkan anak ten-tang karakter yang baik, implementasi ka-rakter melibatkan seluruh komponen dalam
lembaga, melibatkan partisipasi orang tuadan masyarakat, dan menumbuhkembang-kan motivasi intrinsik pada anak. (Lickona1992, p.152)
Pendidikan karakter bagi anak sejakdini merupakan bagian dari pendidikan anakusia dini sebagaimana didefinisikan oleh
Wortham (2005), UNESCO, dan Ojala(Harkonen 1985, 1993). Pendidikan anakusia dini di dalamnya mengandung bagianpenting pemahaman terhadap perkembang-
an anak yang memiliki variasi teori sebagai-mana dikembangkan oleh Froebel dalamkonsep kindergarten, Vygotsky dalam teorizone of proximal development (ZPD), Berk,Piaget, dan Ki Hajar Dewantoro.
Pendidikan karakter bagi anak sejakdini melalui Sekolah Ibu PAUD nonfor-mal di pedesaan yang dikembangkan melaluipenelitian ini memiliki dua sasaran yaitu ibudan anak secara berjenjang. Artinya, ibunyadidik terlebih dahulu kemudian ibu men-
didik anaknya. Oleh karena itu, terjadi dua
proses pembelajaran secara bersama. Pem-belajaran pertama sasarannya ibu dan prosespembelajaran kedua sasarannya anak. Yangpertama berkait dengan teori pembelajaranorang dewasa dan teori pembelajaran pen-
didikan nonformal seperti teori Freire prob-lem posing, Knowles andragogydan self-directivelearning, Mezirov pembelajaran transformatio-nal, Rogers dengan self-actualization, Gagnedengan pemecahan masalah, action knowledgedari Barnes, dan experiential leaning theorydariKolb (Suryono, 2012). Yang kedua berkaitdengan teori perkembangan dan pembel-ajaran anak sebagaimana dikemukakan olehpara ahli perkembangan anak tersebut.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekat-an penelitian dan pengembangan (Borg,1983) yang dilaksanakan dalam kurun waktu3 (tiga) tahun. Pada tahun pertama studieksplorasi dan kajian pustaka. Studi eksplo-rasi bertujuan untuk dapat memetakan per-masalahan yang ada di lapangan serta sum-ber daya dukung berupa potensi lokal. Kaji-an pustaka dilakukan untuk menyusun mo-
del konseptual program terpadu SekolahIbuberdasarkankajianteoritisdan empirik.
Untuk tahun kedua akan dilaksanakanvalidasi model program oleh para ahli di-lanjutkan dengan melaksanakan uji cobamodel program secara terbatas. Pada tahunketiga akan dilaksanakan uji coba modelprogram pada skala yang lebih luas dan se-telah itu dilakukan desiminasi atau penye-barluasan hasil pengembangan model.
Penelitian tahun pertama dilakukan di
laboratorium luar-kampus Jurusan PLS FIPUNY yang berlokasi di Kecamatan Pa-jangan Kabupaten Bantul yang berada di
wilayah pedesaan dengan mengambil sam-pel satuan PNF (KB dan SPS masing-ma-sing 11 lembaga) dan orang tua warga bel-ajar PAUD nonformal sebanyak 60 orang.
Pengumpulan data dilaksanakan de-ngan metoda observasi partisipatif, wawan-cara, dan dialog. Data yang diperoleh dalampenelitian ini berupa data kuantitatif dan
data kualitatif. Berhubung dengan itu maka
-
7/26/2019 5582-14553-1-PB1
5/14
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Model Pendidikan Karakter bagi Anak Sejak Dini ... Yoyon Suryono, Puji Yanti Fauziah
233
analisis data dilakukan dengan dua carayaitu analisis kuantitatif dan kualitatif. Datakuantitatif dianalisis secara deskriptif meng-gunakan statistik deskritif dan hasilnya di-sajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau dia-
gram. Sementara itu data kualitatif dianalisisdengan menggunakan cara-cara analisis ku-alitatif .
Hasil Penelitian
Identitas Lembaga dan Responden
Penelitian ini dilaksanakan di 11 KBdan 11 SPS yang ada di Kecamatan Pa-jangan Kabupaten Bantul sebagai institusi
PAUD nonformal di pedesaan. Respondendalam penelitian ini berjumlah 51 oranghadir yang merupakan orang tua dari anak-anak yang mengikuti kegiatan KB dan SPSdari 60 orang yang diundang. Sebagian be-sar responden adalah perempuan (45%),berpendidikan SD sekitar 9%, SMP 21%,SMA 45%, sisanya sekitar 22% berpendidik-
an diploma dan sarjana. Responden laki-lakisekitar 32%, berpendidikan SD 15%, SMP17%, SMA 51%, dan sisanya perguruantinggi 16%. Dilihat dari pendidikan, sebaranlatar belakang pendidikan responden laki-
laki mendekati sama dengan tingkat pen-didikan responden perempuan.
Dilihat dari tingkat pendapatan res-ponden laki-laki dan perempuan sebarannyahampir sama yaitu sebagian besar berpeng-hasilan di bawah satu juta rupiah per bulan,terdapat sekitar 66% bagi laki-laki dan 48%responden perempuan. Pada kelompokres-ponden laki-laki terdapat sekitar 19% ber-penghasilan di atas satu juta tetapi di bawahlima juta; untuk kelompok responden pe-
rempuan sisanya tidak memiliki penghasilanatau mengikuti suami.
Keterlaksanaan Standar PAUD
Hasil penelitian tingkat pencapaianpelaksanaan standar PAUD pada dua lem-baga itu disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1.Tingkat Pencapaian Standar PAUD pada SPS
Indikiatorcapaian perkembangan anakterdiri dari aspek capaian perkembangan so-sial, emosional, moral, kognitif dan psiko-motorik. Indikator Pendidik dan tenaga ke-pendidikan terdiri dari tingkat pendidikan,pengalaman bekerja, pelatihan yang diikuti
dan kegiatan penunjang lainnya. Dalamstandar isi, proses dan penilaian yang men-
jadi indikator penilaian adalah bagaimanapendidik melakukan proses pembelajarandimulai dari aktivitas pembukaan, inti danpenutupan. Dan indikator sarana prasaranatinggi rendahnya capaian mutu dilihat dariketersediaan pelbagai penunjang sarana
pembelajaran seperti jumlah ruangan, ke-nyamanan ruangan, ketersediaan Alat Per-
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
Rata - Rata Skor Standar TingkatPencapaian Perkembangan
Rata - Rata Skor Standar Pendidikdan Tenaga Kependidikan
Rata - Rata Skor Standar Isi,Proses, dan Penilaian
Rata - Rata Skor Standar Sarpras,Pengelolaan, dan Pembiayaan
-
7/26/2019 5582-14553-1-PB1
6/14
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
234 Volume 19, Nomor 2, Desember 2015
mainan Edukatif , APE luar, kamar mandidan sarana prasarana minimal yang harusadadalam setiap layanan PAUD. Grafik me-nunjukkan tingkat pelaksanaan standarPAUD yang beragam baik pada standar
tingkat pencapaian perkembangan, pendidikdan tenaga kependidikan, isi, proses, danpenilaian maupun standar sarpras, pengelo-laan dan pembiayaan. Kesan umum daridata itu ialah adanya kecenderungan bahwatingginya tingkat pencapaian perkembangananak tidak dengan sendirinya didukung olehtingkat pencapaian standar yang tinggi padastandar-standar lainnya bahkan dapat terjadisebaliknya, artinya tingkat pencapaian per-kembangan anak tinggi atau rendah tidak
dengan sendirinya tingkat pencapaian stan-dar yang lain juga tinggi atau rendah. Be-rikut beberapa kecenderungan yang terjadidi lapangan. Pertama, pada umumnya pen-capaian tingkat perkembangan anak beradadi posisi sedang dan tinggi, tetapi pencapai-an tingkat standar pendidik dan tenaga ke-pendidikan rendah, pencapaian tingkat stan-dar isi, proses, dan penilaian rendah, danpencapaian tingkat standar sarpras, pengelo-laan dan pembiayaan rendah. Kedua, pen-
capaian tingkat perkembangan anak sedangdan tinggi, tingkat pencapaian standar pen-didik adan tenaga kependidikan, rendah,tetapi tingkat pencapaian standar isi, proses,dan penilaian tinggi, diikuti oleh tingkat
pencapaian standar sarpras, pengelolaan danpembiayaan rendah. Ketiga, pola umumyang terjadi adalah pencapaian tingkat per-kembangan anak sedang dan tinggi; pen-capaian tingkat standar pendidik dan tenaga
kependidikan rendah; pencapaian tingkatstandar isi, proses, dan penilaian rendah;dan juga pencapaian tingkat perkembanganstandar sarpras, pengelolaan dan pembiaya-an rendah. Keempat, terdapat dua SPS yaituSPS Among Putro dan SPS Mawar Putihyang menunjukkan adak berbeda denganpola umum yaitu pada dua SPS ini tingkatpencapaian perkembangan anak rendah,tetapi tingkat pencapaian standar pendidikdan tenaga kependidikan serta standar isi,
proses, dan penilaian tinggi, kecuali padapencapaian tingkat standar sarpras, pengelo-laan dan pembiayaan. Kelima, tingkat pen-capaian standar pengelolaan dan pembiaya-an seluruh SPS menunjukkan tingkat pen-capaian yang rendah, tidak ada satupun yangberada dalam posisi sedang apalagi tinggi.Hal ini menunjukkan kemungkinan masa-lahan utama yang dihadapi adalah pada as-pek sarpras, pengelolaan dan pembiayaan.
Data dalam Gambar 2 menunjukkan
bahwa padaumumnya standar tingkat pen-capaian perkembangan anak berada di Ke-lompok Bermain (KB) dalam posisi tinggikecuali.
Gambar 2.
Tingkat pencapaian Standar PAUD pada Kelompok Bermain (KB)
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
Rata - Rata Skor Standar Tingkat
Pencapaian Perkembangan
Rata - Rata Skor Standar Pendidikdan Tenaga Kependidikan
Rata - Rata Skor Standar Isi,Proses, dan Penilaian
Rata - Rata Skor Standar Sarpras,Pengelolaan, dan Pembiayaan
-
7/26/2019 5582-14553-1-PB1
7/14
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Model Pendidikan Karakter bagi Anak Sejak Dini ... Yoyon Suryono, Puji Yanti Fauziah
235
Berbeda dengan itu, tingkat pencapai-an standar pendidik dan tenaga kependidik-an cenderung semuanya rendah. Tingkatpencapaian standar isi, proses, dan penilaianberkecenderungan sama meskipun sedikit
variatif yaitu lebih banyak menunjuk padaposisi rendah. Sementara itu, tingkat penca-paian standar sarana dan prasarana, penge-lolaan, dan pembiyaan seluruhnya beradadalam posisi rendah.
Rentang capaian mutu berada padaskala 1-4. Pola umum yang dapat diketahuidari data tersebut adalah: tingkat pencapaianperkembangan anak pada umumnya sedangdengan rerata skor sekitar 2,5; tingkat pen-capaian standar pendidik dan tenaga kepen-
didikan merata berada pada posisi sedangbergerak pada skor antara 1,5 sampai 3;tingkat pencapaian standar isi, proses, danpenilaian juga menunjukkan kondisi relatifsama berada pada posisi sedang bergerakpada skor sekitar 1,5 sampai 2,5; tingkatpencapaian standar sarana prasarana, penge-lolaan, dan pembiayaan menunjukkan kon-disi sama berada pada posisi rendah padarentang skor 0,5 sampai 3.
Kesimpulan umum yang dapat dike-
mukakan mengenai ketercapaian tingkat pe-menuhan standar PAUD ini adalah tingkatpencapaian perkembangan anak padaumumnya lebih baik dibanding dengan ting-kat pencapaian standar pendidik dan tenagakependidikan, standar isi, proses, dan peni-laian, serta standar sarana prasarana, penge-lolaan, dan pembiayaan.
Pola Pengasuhan Anak dan UsulanSekolah Ibu
Hasil penelitian berikut yang disajikanpada Gambar 3 akan menjelaskan kondisipola pengasuhan anak oleh orang tua yangmenjadi responden penelitian ini. Gambar 3menunjukkan besaran persentase (y) atas 26butir perilaku orang tua (garis x) terhadapanak dalam masa pengasuhan anak yangmuncul dalam beberapa pola asuh yang per-nah atau sering diterapkan orang tua di Ke-camatan Pajangan antara lain butir nomor 2mendampingi kegiatan anak (68%), meng-
ajarkan kata maaf, butir nomor 11 (77%),butir nomor 21 membantu menyiapkan se-
mua keperluan anak (65%) dan butir nomor22 menyuapi anak ketika makan (61%).Berdasarkan data tersebut, yang paling me-nonjol dan paling banyak dilakukan olehsebagian besar orang tua terhadap anaknya
di Kecamatan Pajangan adalah mengajarkankata maaf dengan persentase 77% (butirnomor 11).
Gambar 3.Pola Pengasuhan Anak
Data itu menunjukkan bahwa halterbanyak atau sering dilakukan oleh orang
tua terhadap anak cenderung mengarahpada pola asuh otoriter. Pola asuh otoriteryang diterapkan tersebut tidak sepenuhnyakeras pada anak, namun seiring denganperkembangan dan bertambahnya usia anak,pola tersebut jika tetap diterapkan akanmembuat anak tidak mandiri. Pada dasarnyamengajarkan kata maaf tidak selalu menun-jukkan pola asuh otoriter, namun anak me-minta maaf dengan kesadaran sendiri akanlebih baik dibandingkan meminta maaf
karena disuruh. Membantu menyiapkan se-mua keperluan anak dan menyuapi anak jikadilakukan terus-menerus semakin membuatanak tidak bebas menentukan pilihannyasendiri. Anak cenderung menjadi manja dantidak paham dengan kebutuhan sendiri.Orang tua yang lebih banyak mendampingikegiatan anak sangat bagus untuk memban-tu anak lebih memahami sesuatu yang dila-kukan anak. Anak punya kesempatan untukbertanya kepada orang tua jika mengalami
kesulitan, namun orang tua sebaiknya tidakberperan seperti satpam dan memberi ke-
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Pola Pengasuhan
-
7/26/2019 5582-14553-1-PB1
8/14
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
236 Volume 19, Nomor 2, Desember 2015
leluasaan pada anak. Dengan demikian anaktetap merasa nyaman tetapi tidak merasatakut diawasi orang tua.
Data selanjutnya yang menggambar-kan pola asuh orang tua di Kecamatan
Pajangan Bantul adalah butir nomor 10 me-minta anak untuk membereskan setiap per-mainan (58%), butir nomor 13 mengajarkankata permisi (58%), butir nomor 4 menaik-kan suara bila anak melakukan kesalahan(48%), butir nomor 12 mengajarkan kataminta tolong (45%), butir nomor 9 mem-biarkan anak bereksplorasi (39%), butir no-mor 17 mendidik anak dengan keras untukkebaikannya (39%), butir nomor 20 me-ngontrol semua aktivitas anak (39%), dan
butir nomor 6 mendukung minat atau hobianak yang berbeda dengan anak lain (35%).
Pola asuh pada butir 13,12,9 dan 6merupakan kelompok orang tua yang di-terapkan oleh 39% orang tua terhadap anakdi Kecamatan Pajangan mengarah pada polaasuh cenderung demokratis. Pada kegiatanmeminta anak untuk membereskan setiappermainan, jika dilakukan orang tua diawalanak mengenal permainan sangat bagusuntuk memberikan pengertian pada anak
tentang tanggung jawab. Mengajarkan anakuntuk mengucapkan kata permisi, meng-ucapkan kata minta tolong dan membiarkananak bereksplorasi merupakan salah satu ciripola asuh demokratis. Akan tetapi, orangtua perlu memperhatikan frekuensi perintahtersebut, agar anak mampu melakukan sen-diri karena menyadari kegunaan hal tersebuttanpa sepengetahuan orang tua. Hal lainyang dilakukan sebagain kecil orang tua diKecamatan Pajangan adalah menaikkan su-
ara bila anak melakukan kesalahan dan men-didik anak dengan keras untuk kebaikannya.Pola asuh yang diterapkan tersebut jikadilakukan sesekali saja memberikan dampakpositif terhadap perkembangan psikologisanak. Anak akan memahami maksud orangtersebut adalah bersikap tegas namun tidakdinilai kejam. Pada anak tertentu yang men-dapat perlakukan keras secara terus mene-rus dapat mengakibatkan anak tidak berem-pati terhadap orang lain dan menerapkan
perilaku seperti yang dilakukan orang tuanya
jika bergaul dengan temannya. Sebaiknyaorang tua perlu memprioritaskan kapansaatnya bicara keras dan setelah berbicarakeras perlu memberikan pemahaman padaanak agar anak tidak salah persepsi dengan
maksud orang tuanya.Data selanjutnya jenis perilaku orang
tua dengan persentase kurang dari (di ba-wah) 30% adalah butir nomor 1 menerap-kan aturan dengan konsisten, butir nomor 3mendongeng untuk anak, butir nomor 5memukul/mencubit (member hukuman)anak agar disiplin, butir nomor 15 membiar-kan anak menyelesaikan masalahnya sendiri,butir nomor 17 mendidik anak dengan kerasuntuk kebaikan dirinya, butir nomor 19 ma-
rah jika anak ngeyel, butir nomor 23memberikan apapun yang diminta anak, danbutir nomor 26 membiarkan anak menon-ton TV lebih dari 3 jam sehari.
Permasalahan yang tersirat dari datatersebut adalah: (1) Pada umumnya orangtua (dalam hal ini 30%) selalu memberikanapa yang diinginkan anak sebagai bentukekspresi rasa kasih sayang orang tua, tetapidalam kondisi tertentu sangat penting dibelajarkan pada anak kondisi yang tidak
selamanya orang tua dapat memenuhi ke-inginginan dan permintaan anak, anak di-belajarkan dan dipahamkan bahwa ketikakeinginan anak tidak dipenuhi bukan berartiorang tua tidak menyayangi anak. (2) Orangtua yang menginginkan kebaikan untukanaknya sangat baik, tetapi yang harus di-garisbawahi adalah bentuk kebaikan se-perti apa yang harus diberikan kepada anak,menonton TV lebih dari 3 jam dalampersepsi orang tua adalah baik untuk anak,
orang tua tidak mengetahui dan menyadaridampak negatif dari menonton TV untukanak khususnya untuk anak usia dini. Se-hingga pemahaman orang tua yang berkait-an dengan kebaikan dapat diperkuatkembali melalui skeolah ibu. (3) Hal lainyang perlu diperhatikan adalah inkonsistensiorang tua dalam menghadapi perilaku anak,dalam pernyataan dikatakan bahwa orangtua bertindak keras tetapi disisi lain orangtua selalu mengikuti keinginan anak. Kon-
sistensi sikap orang tua sangat diperlukan
-
7/26/2019 5582-14553-1-PB1
9/14
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Model Pendidikan Karakter bagi Anak Sejak Dini ... Yoyon Suryono, Puji Yanti Fauziah
237
oleh anak untuk meyakinkan bahwa apayang dilakukan adalah benar. Jika orang tuatidak konsisten akan menyebabkan anakbingung, mana yang boleh dan tidak bolehdan pada akhirnya orang tua tidak mendapat
kepercayaan dari anak.Aspek lain yang diungkap dalam pe-
nelitian ini adalah pendapat orang tua ter-hadap materi-materi apa yang perlu disam-paikan kepada anak untuk mengembangkankarakter anak sejak dini dalam program ter-padu Sekolah Ibu. Hasil penelitian yangmengungkap hal tersebut disajikan padaGambar 4 yang berisi tentang (1) tumbuhkembang anak, (2) metoda pendidikan anak,(3) kesehatan anak, (4) pola asuh sehat di
rumah, (5) mendidik kemandirian anak, (6)latihan ke toilet, dan (7) pilihan lain sesuaipendapat orang tua.
Gambar 4.Pilihan Orang Tua terdahapMateri Sekolah Ibu
Data yang diperoleh disajikan pada
Gambar 4, sumbu vertikal menunjuk per-sen, dan sumbu horizontal menunjuk pilih-an materi, menginformasikan bahwa kebu-tuhan orang tua yang paling menonjol da-lam pendidikan anak adalah butir 2 men-dapatkan tambahan wawasan mengenai me-tode pendidikan anak (75%) dan butir no-mor 5 mendidik kemandirian anak (75%).Selanjutnya butir nomor 1 kebutuhan terha-dap materi tumbuh kembang anak (68%),materi butir nomor 3 tentang kesehatan
anak (61%) dan materi butir nomor 4 polaasuh sehat di rumah (61%). Materi yang
selanjutnya dengan persentase paling rendahadalah tentang toilet training, yaitu butirnomor 6.
Berdasarkan data tersebut dapat di-ambil kesimpulan bahwa materi yang sangat
dibutuhkan oleh sebagian besar orang tua diKecamatan Pajangan Bantul adalah materitentang metode pendidikan anak dan caramendidikanakmandiri.Dengandemikianm,orang tua mengetahui dan memahami stra-tegi mendidik anak agar bisa hidup mandiri.Materi selanjutnya yang dibutuhkan orangtua adalah tentang tumbuh kembang (per-kembangan) anak. Dengan mengetahuitumbuh kembang anak, orang tua juga akanmemahami perkembangan fisik dan psiko-
logis anak yang menjadi acuan untuk me-mantau kesehatan anak, pola asuh sehat ser-ta melatih toilet trainingsecara tepat.
Bagian penting ketiga dari penelitianpengembangan model terpadu pendidikankarakter untuk anak sejak dini yang berkaitdengan pola asuh anak adalah seberapabanyak intensitas para ibu dalam satuan
waktu bulan dan minggu mengikuti kegiatanSekolah Ibu yang akan dilaksanakan padasaatdariujicobapengembangan model pen-
didikan karakter untuk anak-anak sejak diniyang informasinya disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5.Intensitas KegiatanSekolah Ibu di Kecamatan
Pajangan
Data hasil penelitian lapangan seperti
ditunjukkan grafik tersebut, menginforma-sikan bahwa pelaksanaan Sekolah Ibu di
0%
10%
20%
30%40%
50%
60%
70%
80%
1 2 3 4 5 6 7
Pilihan Orang Tua terdahap MateriSekolah Ibu
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 2 3 4 5
Intensitas Kegiatan Sekolah Ibudi Kecamatan Pajangan
1
2
3
4
5
-
7/26/2019 5582-14553-1-PB1
10/14
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
238 Volume 19, Nomor 2, Desember 2015
Kecamatan Pajangan lebih banyak dike-hendaki dilaksanakan tiap satu bulan sekali(pilihan 1) oleh sekitar 76% responden yangmenjadi sampel penelitian ini. Data selan-jutnya dapat diketahui bahwa 10% respon-
den menghendaki pelaksanaan kegiatan Se-kolah Ibu diselenggarakan tiap 2 minggu(pilihan 2), 1 minggu (pilihan 3) dan 3 bulansekali (pilihan 5). Hasil penelitian menun-jukkan bahwa tidak ada satu pun respondenyang menghendaki pelaksanaan SekolahIbu tiap 2 bulan sekali (pilihan 4). Atasdasar data itu dapat diambil kesimpulanbahwa pelaksanaan Sekolah Ibu dapat di-lakukan setiap 1 bulan sekali sesuai denganpermintaan sebagian besar orang tua di
Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul.Kapan Sekolah Ibu itu dilaksana-
kan? Pilihan jawaban yang disediakan adalahpilihan 1 pagi hari, pilihan 2 sore hari, danpilihan 3 malam hari. Pilihan respondenmenunjukkan bahwa sore hari merupakanpilihan waktu yang banyak disepakati diban-ding dilaksanakan pada waktu pagi danmalam hari. Hal ini dapat dimaklumi karenakalau pagi hari merupakan waktu untukbekerja di rumah dan di luar rumah, malam
hari untuk beristirahat, dan sore hari meru-pakan waktu senggang dan waktu untukmelaksanakan kegiatan-kegiatan kemasyara-katan.
Gambar 6.Waktu PelaksanaanSekolah Ibu
Bagian terakhir dari hasil penelitian
yang berkait dengan pola pengasuhan anakdan pengembangan model pendidikan ka-
rakter sejak dini melalui model SekolahIbu adalah harapan orang tua terhadap pe-laksanaan Sekolah Ibu yang akan dikem-bangkan modelnya melalui penelitian inidan hasil kajian lapangannya telah disampai-
kan dalam uraian tersebut.Berdasarkan hasil penelitian lapangan
dapat diketahui bahwa harapan orang tuaterhadap Sekolah Ibu antara lain: yangpaling banyak adalah mengharap mempu-nyai keterampilan dan metode pendidikan.Selanjutnya, orang tua mengharap anak bisamandiri, mendapatkan pendidikan yang be-nar dan baik untuk anak baik di rumahmaupun di sekolah. Harapan selanjutnyaagar dapat menambah wawasan, tambah
pengalaman, tambah ilmu, mengetahuitumbuh kembang anak, memotivasi anaklebih rajin belajar serta mengembangkanpendidikan anak yang tepat dan dapat di-praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembahasan
Data yang disajikan tersebut tentanglembaga PAUD nonformal di pedesaanyang telah melaksanakan pendidikan karak-ter sejak dini dalam wadah KB dan SPS dan
telah melaksanakan standar PAUD yangtelah ditetapkan memberi informasi bebe-rapa hal penting yang dapat diringkas se-bagai berikut. Pertama, terdapat dua kelom-pok besar satuan pendidikan nonformal dipedesaan yang sedang melaksanakan layan-an pendidikan anak usia dini yaitu Ke-lompok Bermain (KB) dan satuan pen-didikan sejenis (SPS). Dalam dua kelompokbesar ini terselip juga kegiatan layananPAUD dalam bentuk Taman Penitipan
Anak (TPA) yang sering ditemui menyatubaik dengan KB maupun SPS. Kedua,dilihat dari sejauh mana KB dan SPS inimelaksanakan4(empat)standarPAUDyangtelah ditetapkan (di dalamnya sebenarnyaberisi 8 (delapan) standar PAUD), data yangdiperoleh menunjukkan pengkategoriansecara bertingkat yaitu KB dan SPS beradadi peringkat tinggi, KB dan SPS berada diperingkat sedang, dan terdapat juga KB danSPS berada pada peringkat rendah atas
dasar pensekoran yang digunakan dalampenelitian ini. Ketiga, profil KB dan SPS
0
2
4
6
810
12
14
16
18
1 2 3
Waktu Pelaksanaan Sekolah Ibu
1
2
3
-
7/26/2019 5582-14553-1-PB1
11/14
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Model Pendidikan Karakter bagi Anak Sejak Dini ... Yoyon Suryono, Puji Yanti Fauziah
239
yang telah melaksanakan standar PAUDsecara substansi menunjukkan kecende-rungan bahwa pada umumnya tingkatpencapaian perkembangan anak jauh lebihtinggi perolehan sekornya dibanding dengan
tingkat pencapaian pelaksanaan standarPAUD pada aspek-aspek standar lainnyaseperti pada standar pendidik dan tenagakependidikan, standar isi, proses, dan pe-nilaian, serta pada standar sarana dan pra-sarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Aspekyang terakhir ini berkecenderungan beradapada posisi bawah. Keempat, dalam rumus-an yang singkat, kecenderungan tingkatpencapaian pelaksanaan standar PAUDmenunjukkan bahwa aspek keluaran lebih
tinggi dibanding dengan aspek proses danmasukannya. Apakah hal ini menunjukkanfenomena yang menarik dari sudut pembel-ajaran bahwa di PAUD terjadi prosespembelajaran yang mementingkan keluarandibanding prosesnya? Jawabannya masihmemerlukan kajian lebih mendalam. Ke-lima, posisi KB dan SPS sebagai institusilayanan PAUD nonformal di pedesaan tidakmenunjukkan adanya signifikansi, artinyabaik KB maupun SPS memiliki peran yang
sama dan seimbang dalam melaksanakanlayanan PAUD nonformal di pedesaan.
Hal ini berarti pada keduanya memi-liki sumbangan dan dukungan yang besardalam melaksanakan pendidikan anak usiadini melalui jalur pendidikan nonformal,selaras dengan layanan pendidikan anak usiadini melalui jalur formal dalam wadah Ta-man kanak-kanak (TK). Keenam, meskipunatas dasar data yang diperoleh menunjukkanadanya pengkategorian KB dan SPS dalam
melaksanakan standar PAUD, namun padadasarnya hal itu lebih berkait dengan tingkatperkembangan masing-masing lembaga se-perti berapa lama didirikan, siapa penye-lenggara dan pengelolanya, dan tentu ber-kait juga dengan aspek-aspek kesejarahanlainnya.
Data tentang pola pengasuhan anakoleh orang tua menunjukkan masih domi-nannya pola asuh orotiter, yaitu pola asuhyang memperlihatkan kekuasaan orang
tua terhadap anak-anaknya. Hal ini dapat
dimengerti karena persepsi dan pendapatyang masih berkembang di lingkungan ma-syarakat adalah peran orang tua terhadapanak masih sangat kuat yang tidak jarangmenjadi berlebihan sehingga anak kurang
berkembang kemandiriannya.Ditemukan juga ada pola asuh yang
demokratis, tetapi posisinya berada di ba-wah pola asuh otoriter. Hal ini menunjuk-kan bahwa pada masyarakat telah berkem-bang bentuk pola asuh lain seperti yang se-lama ini berkembang yaitu pola asuh oto-riter. Pola asuh demokratis menempatkanposisi anak pada posisi memiliki banyakkemungkinan untuk berkembang keman-diriannya serta mengembangkan potensi-
potensi lain yang dalam perkembangannyadidorong kuat oleh orang tuanya.
Data tentang perilaku orang tua yangsering dan jarang dilakukan menunjukkankeadaan sebagai berikut. Pertama, hal-halyang sering dilakukan oleh orang tua adalahmendampingi kegiatan anak, meminta anakmembereskan mainan, mengajarkan katamaaf, membiarkan anak bereksplorasi,mengajarkan kata permisi, memberikansaran, membantu mempersiapkan keperluan
anak, dan menyuapi anak ketika makan.Pilihan atas jenis perilaku orang tua sepertiini kurang begitu banyak, padahal jenispilihan perilaku ini mencerminkan pola asuhdemokratis di dalam keluarga. Kedua, hal-hal yang kadang-kadang dilakukan olehorang tua terhadap anak adalah menerapkanaturan dengan konsisten, mendukung mi-nat/hobi anak yang berbeda dengan anaklain, marah jika anak ngeyel, dan me-ngontrol semua aktivitas anak. Jenis pilihan
perilaku orang tua seperti ini menunjukkanpola pengasuhan anak yang berada di posisitengah, antara otoriter dan demokratis.
Apakah pola pengasuhan jenis ini lebihbernuansa permisif? Ketiga, hal-hal yangjarang dilakukan oleh orang tua terhadapanak adalah mendongeng untuk anak, me-mukul/mencubit/memberi hukuman agardisiplin, merasa keberatan jika anak protes,membuat program kegiatan dengan rinciuntuk anak, membiarkan anak menyelesai-
kan masalahnya sendiri, mendidik anak de-
-
7/26/2019 5582-14553-1-PB1
12/14
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
240 Volume 19, Nomor 2, Desember 2015
ngan keras untuk kebaikan dirinya sendiri,dan memberikan apapun yang anak minta.Menentukan batas-batas pasti antara polaasuh otoriter, demokratis, dan permisifkadang tidak begitu mudah karena dalam
praktik pengasuhan anak cenderung polaasuh itu dapat berganti-ganti tergantungpada konteks dan kebutuhannya.
Data lain yang ditemukan adalah se-suatu yang berkait dengan bagaimana me-rancang dan melaksanakan pendidikan ka-rakter sejak dini melalui Sekolah Ibunonformal di pedesaan. Beberapa masukanyang diperoleh di lapangan tentang Se-kolah Ibu sebagai berikut. Pertama, materiyang penting untuk Sekolah Ibu adalah:
(a) tumbuh kembang anak, (b) metode pen-didikan anak, (c) kesehatan anak, (d) polaasuh sehat di rumah, (e) mendidik keman-dirian anak, (f) latihan ke toilet, dan (g)pilihan lain sesuai pendapat orang tua. Ke-dua, masukan yang diperoleh untuk melak-sanakan Sekolah Ibu lebih banyak me-nunjuk pada dilaksanakan setiap bulan dan
waktunya pada sore hari. Masukan ini ma-suk akal karena sesuai dengan kondisi orangtua, lingkungan, dan aktivitas harian lain
yang dilakukan oleh orang tua.Adapun model rancangan konseptual
yang dibuat berdasarkan hasil identifikasikebutuhan di lapangan dapat dilihat dalamGambar 1.
Gambar 7.
Model Konseptual SekolahIbu
Sebagai kesimpulan, beberapa halberikut ini harus menjadi bahan atau materipenting dalam merancang dan melaksana-kan pendidikan karakter sejak dini melaluiSekolah Ibu nonformal di pedesaan: (1)
Model Sekolah Ibu merupakan perluasanpengembangan program yang sifatnya ten-tatif dari satuan pendidikan anak usia diniyang sudah ada yaitu Kelompok Bermain(KB) dan Satuan Pendidikan Sejenis (SPS)yang ada di lokasi penelitian ini yaitu diKecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul,Provinsi DIY; (2) setiap KB dan SPS di-tetapkan 2 (dua) lembaga yang berasal darikelompok tinggi dan rendah secara acak.
Jumlah lembaga KB dan SPS yang akan
terlibat dalam Sekolah Ibu sebanyak 4lembaga; (3) pilihan peserta (orang tua) yangakan mengikuti kegiatan ini berasal darilembaga tersebut dengan memperhatikankebiasaan pola asuh dan latar belakang lainseperti lokasi, ekonomi keluarga, dan pen-didikan formal yang telah diselesaikan, se-hingga peserta ini diharapkan memiliki latarbelakang yang beragam; (4) oleh karena pe-serta pada umumnya adalah orang dewasamaka proses pembelajarannya harus diran-
cang untuk keperluan orang dewasa. Akantetapi, karena orang tua juga harus me-laksanakan pendidikan karakter sejak dinikepada anak-anaknya maka materi pembel-ajaran bagi anak akan diberikan juga kepadapara orang tua, termasuk materi tentangpola pengasuhan anak; (5) materi yang perludiberikan kepada orang tua dan anak adalahmateri tentang pendidikan karakter sejakdini, dan disajikan dalam bentuk modulpembelajaran yang dirancang untuk orang
tua dan anak dengan cara atau metoda yangberbeda; (6) muatan materi untuk pola pe-ngasuhan anak merujuk pada pilihan materiyang dipilih oleh orang tua seperti disajikandalam hasil penelitian tersebut sehingga ma-teri pembelajaran pendidikan karakter bagianak sejak dini merujuk pada pilihan materiyang sudah dipilih oleh orang tua; (7)Sekolah Ibu dilaksanakan sebulan sekaliselama enam bulan dan setiap kali pertemu-an berlangsung selama 2 sampai 3 jam se-
cara variatif dilaksanakan pada waktu sore
-
7/26/2019 5582-14553-1-PB1
13/14
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Model Pendidikan Karakter bagi Anak Sejak Dini ... Yoyon Suryono, Puji Yanti Fauziah
241
hari yang dirancang bersama-sama dengankegiatan bagi anak dalam format KB danSPS; (8) Lokasi dan tempat Sekolah Ibubergantian di tempat KB dan SPS beradayang ditetapkan sebagai satuan PNF yang
mengikuti kegiatan uji coba penelitian ini;(9) Kegiatan pengembangan model pendi-dikan karakter bagi anak sejak dini melaluiSekolah Ibu nonformal di pedesaan inimemerlukan kerja sama kemitraan di tingkatkecamatan dan kalurahan baik dengan pe-merintah setempat, penyelenggara dan pe-ngelola KB dan SPS maupum HIMPAUDIsetempat; (10) format bahan ajar dalam ben-tuk modul yang berisi tentang pendidikankarakter bagi anak disesuaikan dengan teori
pembelajaran dan karateristik anak usia dinipada umumnya, dam pertimbangan lokasipenyelenggaraan kegiatan di pedesaan; (11)kegiatan uji coba pengembangan model inidibantu oleh penyelenggara dan pengelolaKB dan SPS serta tenaga pendidik dan ke-pendidikansetempatyangsebelumnyamem-peroleh pembekalan dan pengayaan materitentang pola pengasuhan, pembelajarananak usia dini, dan materi tentang pendi-dikan karakter bagi anak; (12) sesuai dengan
persyaratan metodologi maka sebelum ujicoba dilaksanakan didahului kegiatan vali-dasi model konseptual-teoritik oleh paraahli pembelajaran dan pendidikan anak ujiadini, termasuh juga ahli pengembangan me-dia pembelajaran dalam konteks pendidikannonformal dan informal.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Pencapaian tingkat perkembangananak (sebagai keluaran hasil belajar) padaumumnya lebih baik dibanding dengan ting-kat pencapaian standar pendidik dan tenagakependidikan, standar isi, proses, dan peni-laian, serta standar sarana prasarana, penge-lolaan, dan pembiayaan.
Temuan itu menunjukkan juga bahwapendidikan karakter bagi anak sejak dinisudah dilaksanakan secara khusus oleh insti-tusi PAUD nonformal yang dikenal dengannama KB dan SPS. Akan tetapi, masih
kurang menunjukkan keterpaduan denganpola pengasuhan anak yang dilakukan olehorang tua di rumah karena masih ditemukanadanya perilaku orang tua masih yang be-ragam, ada perilaku yang sering dilakukan,
kadang-kadang dilakukan, dan juga ada yangsama sekali tidak dilakukan.
Model Sekolah Ibu merupakan per-luasan pengembangan program yang sifat-nya tentatif dari Kelompok Bermain (KB)dan Satuan Pendidikan Sejenis (SPS) yangada di Kecamatan Pajangan, KabupatenBantul, Provinsi DIY. Setiap KB dan SPSditetapkan 2 (dua) lembaga yang berasal darikelompok tinggi dan rendah secara acak.
Jumlah lembaga KB dan SPS yang akan
terlibat dalam Sekolah Ibu se-banyak 4lembaga.
Saran
Untuk lebih meningkatkan lagi pen-capaian perkembangan anak sebagai hasilbelajar, perlu meningkatkan ketercapaianstandar-standar yang lain yaitu standar pen-didik dan tenaga kependidikan, standar isi,proses, dan penilaian, standar sarana danprasarana, pengelolaan, dan pembiayaan se-cara bertahap sesuai kemampuan masing-masing lembaga (SPS dan KB di masing-masing lokasi.
Untuk mengembangkan model kon-septual-teoretik Sekolah Ibu perlu mem-perhatikan beberapa hal berikut yaitu (a)prioritas sasaran peserta dari SPS atau KByang terpilih menjadi lokasi uji coba, (b)tujuan yang perlu dicapai ditekankan padapemahaman para orang tua terhadap polapengasuhan anak yang mendukung pendi-dikan karakter di dalam keluarga, (c) prosespembelajaran untuk orang tua dilaksanakanatas dasar pendekatan andragogik dan pem-belajaran berbasis pada pemecahan masalahdan belajar sambil melakukan, (d) meng-gunakan media pembelajaran yang mudahdidapat di lokasi uji coba atas dasar peman-faatan sumber-sumber yang mudahdidapat,(e) materi pembelajaran ditekankan padapola asuh dan pendidikan karakter untukanak sejak dini, (f) pelaksanaan teknis pem-belajaran hendaknya dibicarakan bersama
-
7/26/2019 5582-14553-1-PB1
14/14
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
242 Volume 19, Nomor 2, Desember 2015
antara peneliti, tenaga pendidik, dan pesertadidik yang akan terlibat dalam uji coba ini,dan (g) sebelum uji coba secara metodologiperlu validasi rancangan ini oleh para ahli.
Daftar Pustaka
Berk, L. E (2003). Child development, sixthedition.USA. Illinois State University.
Biech, E. (1996) Creativity and innovation theASTD trainers source book. New York:McGraw Hills Companies.
Bodrova, E & Leong J.D (1996) Tools and ofthe mind: A case study of implementing theVygotskian approach in American early
childhood and primary classroom. Berau:UNESCO. Online di http://www.ibe.unesco.org/publications/innodata/inno07.pdf (dikases tanggal 8 Maret2010).
Borg & Gall, M.D. (1979). Educational re-search an introduction. New York: Long-man Inc.
Bower, H.G & Earnest R.H (1981). Theoriesof learning. New Jersey: Prentice hall,
Inc. Eanglewood Cliff.Coles Robert (2003)Menumbuhkan kecerdasan
moral pada anak. Jakarta. Gramedia.
Dahlan, M.D 92006) Pendidikan anak usiadini dalam perspektif Al-quran. Ban-dung: Halima.
Dewantaras, S. (1989) 100 tahun Ki HajarDewantara Bapak Pendidikan. Jakarta:Pustaka Kartini.
Djalal, F (2004) Arah kebijakan nasionalpendidikan anak usia dini (jalur pen-didikan non formal) Disampaikanpada acara seminar dan Lokakarya Na-sional Universitas Negeri Jakarta.
Dryden , G & Vios, J (2002) Revolusi carabelajar. Bandung: Kaifa.
Harahap, H.A.H. & Dewantara, S. B. (1980)Ki Hajar Dewantara ditangkap dipenjara-
kan dan diasingkan. Jakarta: GunungAgung.
Harkonen. U (tanpa tahun). Defining earlychildhood Education and through system
theory. Finland: University of Joensuu.http://sokl.joensuu.fi/harkonen/verkot/defining%20early-Article.pdf(diakses Maret 2010).
Harris, et all. (1995) Competency based educa-tion an training: Between a rock and whirl-
pool. Australia: MacMillan EducationAustralia.Ltd.
Hurlock, E (1999) Perkembangan anak jilid 2.Jakarta: Erlangga.
Izzati, R. E. (2005) Peranan aktivitas pengasuh-an pada pembentukan perilaku anak sejakusia dini. Yogyakarta: Tiara Kencana.
Lickona. T (1992).Educating for character. howour schools can teach respect and respon-billity. New York: Bantam Books.
Sudjana, D. (2005) Manajemen programpendidikan luar sekolah. Bandung. Al-Falah
Sumarno. (2010) Pengembangan model life skills(DLS) untuk pengentasan kemiskinan.Makalah: Jurusan PLS FIP UNY.
Suryono, Y. (2010) Pendidikan nonformal danpengurangan kemiskinan di pedesaan(pengembangan model program pen-didikan kecakapan hidup) di PropinsiDIY. Lembaga Penelitian UNY (tidakdipublikasikan).
Tilman Diane (2004). Living values activitieschildren ages 8-14. Jakarta: Grasindo.
Ulwan, A.N 91999). Pendidikan anak dalamislam. jilid 2. Jakarta: Pustaka Amani
Verenikina Irina. Understanding Scaffoldingand the ZPD in Educational Re-search.Http://education.stateuniversity.com.
http://sokl.joensuu.fi/harkonen/verkot/defining%20early-Article.pdfhttp://sokl.joensuu.fi/harkonen/verkot/defining%20early-Article.pdfhttp://sokl.joensuu.fi/harkonen/verkot/defining%20early-Article.pdfhttp://education.stateuniversity.com/http://education.stateuniversity.com/http://education.stateuniversity.com/http://sokl.joensuu.fi/harkonen/verkot/defining%20early-Article.pdfhttp://sokl.joensuu.fi/harkonen/verkot/defining%20early-Article.pdf