*5 - ijbe-research.com · &«È ¾sÈ /±Í¾«s¤ ± Í «  s« ±«±ª  /Í«...
TRANSCRIPT
I J B E
VOL . 1 NO . 2
EISSN 2549 -3280
PISSN 2549 -5933
JUNE 2017
Facul ty of Economics
Bangka Bel i tung Univers i ty
PUBLISHER
Indones ia
ELECTRONIC PUBLICATION
H T T P : / / I J B E - R E S E A R C H . C O M /
Integrated Journal of
Business and Economics
About
I JBE i s a sc ient i f ic journa l as
a fo rum fo r academic ians
and pract i t ioners in pour ing
the resu l t s of sc ient i f ic
works , both quant i tat i ve
and qual i tat i ve . I JBE i s
publ i shed by Facul ty of
Economics , Bangka Bel i tung
Univers i ty , Indones ia . I JBE
publ i shed with two i s sues
per year in January and
June . The edi tor rece ives
ar t ic les of empir ica l
research , concept , rev iews
in bus iness and economics .
Cons i s tency and qual i ty of
sc ient i f ic work are prefer red
in order to improve the
qual i ty of better educat ion
in the future .
I JBE has been accredi ted by
the Indones ian Minis t ry of
Research , Technology and
Higher Educat ion with a
dec is ion number :
34 /E /KPT /2018 and i s
cur rent ly ranked as SINTA 3 .
The electronic publication is registered by the Indonesian Institute of Sciences: Center for Scientific Documentation and Information.
Registration certificate SK no. 0005.25493280/Jl.3.1/SK.ISSN/2017.02–9
February 2017
Mailing Address:Gedung Timah II, Fakultas Ekonomi, Universitas
Bangka Belitung, 33172, Indonesia
IJBE
Integrated Journal of Business and Economics
June 2017
Chief in EditorEcho Perdana Kusumah, Universitas Bangka Belitung, Indonesia
Executive EditorReniati, Universitas Bangka Belitung, Indonesia
Editorial BoardDevi Valeriani, Universitas Bangka Belitung, IndonesiaNizwan Zukhri, Universitas Bangka Belitung, IndonesiaHamsani, Universitas Bangka Belitung, IndonesiaDarmawan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, IndonesiaSefnedi, Universitas Bung Hatta, IndonesiaIvan Diryana, STIE Ekuitas, Indonesia
A V A I L A B L E O N L I N E A T H T T P S / / I J B E - R E S E A R C H . C O M
Table of contents
Performance of West Bangka Regency General Hospital
Erwin
The Influence of HEdPERF and Student Satisfaction Against Perceived
Service Value and Implication in Institutional Image
Yusuf
Model Vector Auto Regression (VAR) and Vector Error Correction Model
(VECM) Approach for Inflation Relations Analysis, Gross Regional Domestic
Product (GDP), World Tin Price, Bi Rate and Rupiah Exchange Rate
Ineu Sulistiana, Hidayati, Sumar
Effect of Internal Factors and External Factors on Learning Achievement
Intermediate Financial Accounting Course I
Syamsul Huda, Nana Diana
Determinants Identification of Poverty and Human Capital of Fisherman
Household
Aning Kesuma Putri
63-66
67-78
79-94
95-104
Papers Page No.
105-113
IJBE Journal provides
immediate open access to
its content on the principle
that making research
freely available to the
public supports a greater
global exchange of
knowledge.
IJBE work is licensed under a
Creative Commons
Attribution 4.0 International
License
Available online athttps://ijbe-research.com
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Performance of West Bangka Regency General Hospital
Erwin
Departement of Management, Faculty of Economic, University of Bangka Belitung,
Indonesia
Abstract
Keywords: work motivation, job stress, work environment, performance
1. PENDAHULUAN
Persaingan pada dunia usaha jasa yang semakin ketat merupakan sebuah tantangan bagi
perusahaan untuk terus melakukan pengembangan dan inovasi untuk menghadapi persaingan.
Persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan harus terus memiliki kinerja yang lebih
baik. Untuk mencapai kinerja yang lebih baik perusahaan harus dapat mengelola sumber daya
yang ada.
Flippo (2012) menjelaskan manajemen sumber daya manusia adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan,
pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia
agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat. Untuk mencapai hubungan
yang sinergis tersebut, perusahaan harus dapat memperhatikan pola kinerja karyawannya.
Salah satu keberhasilan pimpinan didukung oleh kinerja karyawan. Dalam pekerjaan adanya
peraturan, operasional dan administratif menjadi bagian konstruktif dalam menggerakkan
karyawan, tetapi dengan adanya dukungan motivasi, lingkungan nyaman dan kondusif, dan
pengarahan bimbingan masalah akibat stress pada karyawan akan mendukung pengawasan
dan tercapainya kinerja yang lebih baik seiring dengan perkembangan manajemen dan tenaga
kerja saat ini.
Kinerja kerja karyawan dapat dipengaruhi oleh lingkungan kerja, karena pada
lingkungan kerja merupakan kondisi baik fisik maupun psikis yang diterima karyawan saat
menjalankan pekerjaanya. Bagaimana menilai bahwa perusahaan sudah memperhatikan dan
mendukung untuk membuat lingkungan yang nyaman, kondusif dan aman, agar dapat bekerja
lebih baik, hal ini menjadi tantangan bagi perusahaan tersebut.
2. Landasan Teori
Kinerja Karyawan
Kinerja karyawan merupakan proses sampai hasil kerja yang dilaksanakan untuk pencapaian
tugas sesuai dengan tujuan perusahaan. Suatu keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari
The purpose of this study is to know the work motivation, work environment, job stress on the performance of the hospital by using a quantitative approach. The object of this study were employees at the General Hospital of West Bangka with a total of 74 people. Data collection methods used in this study are questionnaires and interviews. Technique used in
linear regression technique showed that Y = 0,037X1 + 0,192X2 + 0,004X3 + 2,297. This explains that the work motivation, work environment and work stress have a positive effect on employee performance.
this research to get conclusion is doubled linear regression. Data analysis using multiple
63
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
prestasi atau pelaksanaan kerja karyawan karena karyawan merupakan salah satu sumber
daya penggerak perusahaan.
Motivasi Kerja
Maslow dalam Munandar (2004) menjelaskan bahwa suatu pross dimana kebutuhan-
kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke
tercapainya tujuan tertentu. Sehingga jika kebutuhan telah terpenuhi maka individu tersebut
tidak akan lagi memotivasi perilaku. Kebutuhan pada tingkat berikutnya yang lebih tinggi
menjadi dominan. Dua tingkat kebutuhan dapat beroperasi pada waktu yang sama, tetapi
kebutuhan pada tingkat lebih rendah yang dianggap menjadi motivator yang lebih kuat dari
perilaku.
Lingkungan Kerja
Pada dasar nya lingkungan kerja merupakan segala seuatu yang berada disekitar pekerja yang
dapat mempengaruhi mereka dalam menjalankan tugasnya. Menurut Nitisemito (2013)
lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, kualitas pekerjaan,
mengurangi ketenangan mata dan keinginan rohaniah, serta yang terpenting semangat kerja
yang lebih baik dan prestasi yang lebih baik untuk instansi yang bersangkutan.
Stres Kerja
Menurut Luthans (2006) secara tradisional bidang perilaku organisasi membahas stres dan
konflik secara terpisah. Secara konseptual stres dan konflik adalah sama. Interaksi individu,
kelompok dan organisasi lebih nerhubunhan dengan konflik. Pada tingkat individu
(intrapersonal), stres dan konflik dapat dibahas bersama.
3. Metode Penelitian
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Metode
Simple Random Sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.
Selanjutnya dalam menentukan jumlah sampel dari populasi yang ada. Menggunakan rumus
slovin (Husein, 2010) sebagai berikut :
Keterangan: n : jumlah sampel
N : ukuran populasi
d : kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
dapat ditolerir sebesar 10%.
Metode Pengumpulan Data
Wawancara
Metode wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai isu yang ingin
diketahui. Dengan melakukan wawancara dapat mengetahui permasalahan yang harus diteliti,
dan juga dapat pada penelitian ini dilakukan pada bagian kepegawaian, pelayanan dan
keperawatan RSUD Sejiran Setason Bangka Barat untuk mendapatkan data penunjang
penelitian.mengetahui hal-hal mengenai responden dan jumlahnya.
Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
64
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
(Sugiyono, 2015). Angket tersebut diberikan kepada responden dan kemudian diharapkan
masing-masing responden menjawab pertanyaan dalam angket tersebut menurut pendapat
dan persepsi sendiri. Angket dalam penelitian ini terdiri dari pertanyaan tertutup dan terbuka.
4. Hasil
Uji hipotesis
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,167a ,028 -,006 1,198
Hasil di atas menunjukkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,028. Koefisien tersebut
menunjukkan pengaruh variabel motivasi kerja, lingkungan kerja, stres kerja terhadap kinerja
sebesar 2,8%.
Uji F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3,510 3 1,170 ,815 ,000b
Residual 122,018 85 1,436
Total 125,528 88
a. Dependent Variable: Kinerja
b. Predictors: (Constant), motivasi kerja, lingkungan kerja, stres kerja
Hasil diatas menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 0,815 dengan signifikan 0,000,
membuktikan bahwa variabel motivasi kerja, lingkungan kerja, dan stres kerja berpengaruh
signifikan secara simultan .
Nilai beta dan Uji t
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2,297 ,492 4,666 ,000
motivasi kerja ,037 ,106 ,037 ,345 ,000
lingkungan kerja ,192 ,128 ,167 1,499 ,000
stres kerja ,004 ,113 ,004 ,037 ,155
Hasil analisis menunjukkan nilai konstanta besarnya 2,297; harga koefisien motivasi kerja
besarnya 0,037 dan t hitungnya 0,345, nilai koefisien lingkungan kerja besarnya 0,192 dan t
hitung 1,499 dan harga koefisien stres kerja besarnya 0,004 dan t hitungnya 0,037. Semua
variabel tersebut berpengaruh signifikan secara parsial kecuali variabel stres kerja.
Sedangkan, persamaan garis regresinya adalah Y=0,037X1 + 0,192X2 + 0,004X3 + 2,297,
sehingga semua variabel yang diteliti pada penelitian ini berpengaruh positif terhadap kinerja
karyawan.
Dari hasil diatas menunjukkan variabel Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja dan Stres
Kerja berpengaruh positif terhadap pengaruh Kinerja Karyawan di lingkungan Rumah Sakit
Umum Sejiran Setason Bangka Barat. Hal ini sesuai dengan Visi dan Misi dari RSUD
65
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Bangka Barat yaitu menjadi rumah sakit yang mempunyai pelayanan prima untuk pasien dan
masyarakat sekitar. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil peneliti dalam melakukan
observasi dan wawancara pada karyawan, pasien ataupun keluarga pasien. Dalam proses
wawancara tersebut rumah sakit ini memiliki kemajuan dalam hal pelayanan bagi kebutuhan
pasien dan kemimpinan Direktur RSDU Bangka Barat ini sudah banyak melakukan terobosan
yang baik dalam hal melayani ataupun meningkatkan kemajuan karyawan rumah sakit.
5. Kesimpulan
Salah satu keberhasilan pimpinan didukung oleh kinerja karyawan. Dalam pekerjaan adanya
peraturan, operasional dan administratif menjadi bagian konstruktif dalam menggerakan
karyawan, tetapi dengan adanya dukungan motivasi, lingkungan nyaman dan kondusif, dan
pengarahan bimbingan masalah akibat stress pada karyawan akan mendukung pengawasan
dan tercapainya kinerja yang lebih baik seiring dengan perkembangan manajemen dan tenaga
kerja saat ini.
Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja dan Stres Kerja berpengaruh positif terhadap
pengaruh Kinerja Karyawan di lingkungan Rumah Sakit Umum Sejiran Setason Bangka
Barat. Hal ini sesuai dengan Visi dan Misi dari RSUD Bangka Barat yaitu menjadi rumah
sakit yang mempunyai pelayanan prima untuk pasien dan masyarakat sekitar. Hasil penelitian
ini didukung oleh hasil peneliti dalam melakukan observasi dan wawancara pada karyawan,
pasien ataupun keluarga pasien.
Tentunya dalam upaya menciptakan sumber daya manusia dengan melihat sulitnya
untuk selektif memilih tenaga kerja yang bervariasi, perusahaan akan mencari yang terbaik
untuk sumber daya manusianya yang merupakan modal perusahaan yang utama.
Rumah Sakit Umum Sejiran Setason mempunyai visi misi yaitu menjadi rumah sakit
yang mempunyai pelayanan prima, hal ini sudah dibuktikan dalam hasil penelitian ini. Akan
tetapi menurut pandangan peneliti demi mewujudkan pelayanan prima itu harus selalu
didukung oleh strategi atau sistem yang terbaik pula. Strategi tersebut dapat dilihat dari
rumah sakit besar di Indonesia sehingga menjadi acuan manajemen dalam membuat
perencanaan yang baik.
Flippo, B. Edwin. (2012). Principles of Personnel Management. New York: Mc. Graw Hill
Book Company.
Luthans, F. (2006). Perilaku Organisasi, Andi: Yogyakarta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Munandar, Ashar Sunyoto. (2004). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press
Nitisemito, S. Alex. (2008). Manajemen Personalia, Bumi Aksara: Jakarta
Husein, Umar. (2010). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi II. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Referensi
66
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
(Empiric Study on Students Regional Office of Universitas Terbuka at
Pangkalpinang, Indonesia)
Yusuf
Department of Management, Faculty of Economic, Open University [email protected]
Abstract
This study aims to prove empirically the influence of HedPERF or service quality and
student satisfaction on the value of service perceived by students and their
implications on the image of UPBJJ-UT Pangkalpinang institution. Hypothesis
testing, conducted on 238 students scattered in 7 districts or municipalities Kep.
Bangka Belitung. The data used is the primary data from the distribution of
questionnaires with 5 likert scales. Data analysis using quantitative method by using
SEM analysis. HedPERF or service quality has a positive effect on student
satisfaction, student satisfaction has a positive effect on the value of service perceived
by students, and the value of service perceived by the students has a positive effect on
institutional image. While the HedPERF or negative service quality of each influence
on the value of services perceived by students and the image of the institution and
student satisfaction negatively impact on the image of the institution. Intervention
variable testing, through student satisfaction positively mediates the influence of
HedPERF or service quality on perceived service value and through the perceived
value of services positively mediates the effect of student satisfaction on institutional
image. While through the perceived value of service and satisfaction of each student
negatively mediate the influence of HedPERF or service quality on institutional
image.
Keywords: Higher Education Performance (HEdPERF), Service Quality, Customer
Satisfaction, Service Value, Institutional Image.
1. Pendahuluan
Pemasaran pendidikan telah diperkenalkan di lingkungan pendidikan banyak
negara Barat sepanjang tahun 1980 dan 1990, namun topik ini hampir tidak dibahas di
negara-negara Timur meskipun fakta kelangsungan hidup banyak sekolah tergantung
pada kapasitas mereka untuk mempertahankan atau meningkatkan mahasiswa (Li dan
Hung, 2009). Minimnya pengetahuan tentang pemasaran dan pengelolaan sistem
pembiayaan (Santos, 1995), menyebabkan banyak universitas tidak dapat bertahan
hidup. Lembaga-lembaga pendidikan tinggi perlu menemukan cara untuk bersaing
dan bertahan. Menurut Landrum, et al., (1998), citra universitas mungkin merupakan
aset yang berharga dalam lingkungan yang kompetitif (Alves dan Raposo, 2010).
67
The Influence of HEdPERF and Student Satisfaction
Against Perceived Service Value and Implication in
Institutional Image
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Era globalisasi ditandai dengan ketatnya persaingan, perguruan tinggi dituntut
menunjukkan kinerja dan layanan terbaiknya agar mampu bersaing, mempertahankan
eksistensi, berkembang dan maju. Kepuasan pelanggan merupakan salah satu kunci
sukses institusi pendidikan dalam jangka panjang. Pihak pengelola institusi
pendidikan harus melihat apa yang diinginkan oleh pelanggannya. Pengelola institusi
harus memperhatikan kualitas jasa yang diberikan sehingga kebutuhan pelanggan
dapat terpenuhi dengan memuaskan (Sylvana, 2006).
Universitas Terbuka menekankan pada kualitas pelayanan akademik
terstandarisasi ISO 9001:2008 yang diharapkan mampu menciptakan nilai positif bagi
mahasiswa dalam setiap pelayanan sehingga menimbulkan citra positif institusi.
Kualitas pelayanan yang diberikan didasarkan pada berbagai kebutuhan akademik
meliputi, layanan registrasi, bahan ajar, bantuan belajar, ujian, alih kredit dan lulusan
serta tata usaha. Layanan yang diterima bila sesuai dengan harapan akan menciptakan
rasa puas. Mahasiswa menciptakan nilai positif atas layanan yang diberikan. Dengan
integrasi kinerja yang dibangun, akan meningkatkan citra institusi.
Kinerja pelayanan Universitas Terbuka dahulu dengan sekarang tentu berbeda.
Citra yang melekat dahulu sebagai institusi yang sulit bagi mahasiswa untuk cepat
menyelesaikan pendidikan tingginya. Hal ini disebabkan oleh berbagai keterbatasan,
seperti layanan keluhan pelanggan, bantuan belajar, kemudahaan memperoleh bahan
ajar, dan sebagainya. Mahasiswa menganggap sistem belajar jarak jauh sangat sulit,
terlebih fasilitas penunjang belum selengkap seperti sekarang ini. Sejak 2008, secara
bertahap kualitas layanan terus diperbaiki, dilengkapi, dan ditingkatkan, penerapan
sistim jaminan kualitas, audit layanan berstandar ISO 9001:2008, layanan yang
terintegrasi, keramahan, pembangunan sarana belajar mandiri, fasilitas teknologi,
reakreditasi prodi, dan lain-lain.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini
adalah (1) apakah HedPERF/ kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan
mahasiswa, (2) apakah HedPERF/ kualitas pelayanan berpengaruh terhadap nilai
pelayanan yang dirasakan, (3) apakah kepuasan mahasiswa berpengaruh terhadap
nilai pelayanan yang dirasakan, (4) apakah nilai pelayanan yg dirasakan berpengaruh
terhadap citra institusi, (5) apakah HedPERF/ kualitas pelayanan berpengaruh
terhadap citra institusi, (6) apakah kepuasan mahasiswa berpengaruh terhadap citra
institusi, (7) apakah HedPERF/ kualitas pelayanan berpengaruh terhadap nilai
pelayanan yang dirasakan melalui kepuasan mahasiswa, (8) apakah HedPERF/
kualitas pelayanan berpengaruh terhadap citra institusi melalui nilai pelayanan yg
dirasakan, (9) apakah kepuasan mahasiswa berpengaruh terhadap citra institusi
melalui nilai pelayanan yg dirasakan, (10) apakah HedPERF/ kualitas pelayanan
berpengaruh terhadap citra institusi melalui kepuasan mahasiswa.
3. Tinjauan Pustaka
Kualitas Pelayanan
Menurut Kotler dan Keller (2012:131), kualitas pelayanan dilihat dari sudut
pandang pelanggan adalah bagaimana keinginan dan persepsi (perceived
performance) dipertemukan. Menurut Zeithaml dan Bitner (1996:117), menyatakan
Bahwa kualitas pelayanan merupakan pemberian pelayanan yang baik untuk
68
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
memenuhi harapan pelanggan, puncaknya yaitu pelangganlah yang menentukan
kualitas dari pelayanan tersebut menurut persepsi mereka terhadap hasil pelayanan
yang diterima dan dengan cara bagaimana hasil tersebut diberikan.
Higher Education Performance (HEdPERF)
HEdPERF merupakan sebuah pengukuran baru berbasis kinerja yang lebih
komprehensif dengan skala pengukuran yang mencoba menangkap faktor utama pada
kualitas pelayanan untuk sektor pendidikan tinggi (Abdullah, 2006).
Abdullah (2005), mengembangkan item instrumen HEdPERF dengan
menggabungkan item instrumen pertanyaan SERPERF dan item instrumen dari kajian
literatur serta berbagai masukan penelitian pelayanan.Lima dimensi HEdPERF, yaitu :
1. Aspek non-akademik (non-academic aspects). Merupakan item penting yang
memungkinkan siswa untuk memenuhi kewajiban seperti belajar dan berhubungan
dengan tugas yang dilakukan oleh staf non-akademik.
2. Aspek akademik (academic aspects). Merupakan item tanggung jawab dari
akademisi.
3. Reputasi (reputation). Merupakan pentingnya lembaga pendidikan tinggi dalam
memproyeksikan citra profesional.
4. Akses (access). Termasuk item sebagai mendatangi lembaga, kemudahan kontak,
ketersediaan dan kenyamanan.
5. Masalah program (programme issues). Pentingnya menawarkan secara luas dan
reputasi program akademik atau spesialisasi dengan struktur yang fleksibel serta
layanan kesehatan.
Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah perasaan yang dirasakan pembeli dari kinerja
perusahaan yang memenuhi harapan mereka. Produk yang memuaskan adalah produk
yang dapat memberikan nilai yang dicari konsumen pada tingkat yang cukup. Suatu
hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kepuasan pelanggan merupakan strategi
jangka panjang yang membutuhkan komitmen, baik menyangkut dana atau sumber
daya manusia (Schnaars, 1991 dalam Tjiptono 2014:161). Hal ini menyebabkan
perusahaan harus mampu bertahan dan memenangkan persaingan. Pada prinsipnya
strategi kepuasan pelanggan menyebabkan para pesaing harus berusaha keras dan
memerlukan biaya tinggi dalam usahanya merebut pelanggan suatu perusahaan.
Nilai Pelayanan yang Dirasakan
Menurut Rust dan Oliver (1994), nilai yang dirasakan dapat
dikonseptualisasikan sebagai evaluasi keseluruhan pengalaman mengkonsumsi
layanan seperti kualitas dan kepuasan pada kondisi tertentu atau secara umum untuk
di evaluasi. Nilai merupakan trade-off (pertukaran) antara biaya dan manfaat yang
muncul dari kualitas dan harga (Nguyen dan LeBlanc, 1998). Clemes et al., (2013b),
menjelaskan bahwa nilai yang dirasakan oleh pelanggan melibatkan trade-off
(pertukaran) antara apa yang pelanggan terima, seperti kualitas dan utilitas, dan biaya
yang dikeluarkan oleh pelanggan, seperti uang, tenaga, dan waktu.
Nilai yang dirasakan memberikan kontribusi secara langsung pada kepuasan
pelanggan, yang kemudian mengarahkan pada intensitas masa depan. Manfaat yang
dimaksud merupakan sebagian besar hasil dari kualitas layanan yang terbentuk.
69
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Pelanggan akan membeli jasa dalam persepsi mereka yang menawarkan nilai yang
diterima pelanggan paling tinggi.
Citra Institusi
Sutisna (2001:83), menyatakan bahwa citra adalah total persepsi terhadap suatu
obyek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu.
Kotler dan Fox (1995 dalam Sutisna 2001:83), mendefinisikan citra sebagai jumlah
dari gambaran-gambaran, kesan-kesan dan keyakinan yang dimiliki oleh seseorang
terhadap suatu objek. Menurut Grönroos (1984 dalam Clemes et al., 2013b),
menyebutkan citra ditentukan terutama oleh penilaian pelanggan dari bentuk layanan
yang mereka terima.
Proses terbentuknya citra institusi berlangsung dalam 5 tahapan. Tahap 1
(exprosure), objek mengetahui upaya yang dilakukan institusi dalam upaya
membentuk citra institusi. Tahap 2 (attention), memperlihatkan upaya institusi. Tahap
3 (comprehensive), setelah adanya perhatian, objek mencoba memahami semua pada
upaya institusi. Tahap 4 (image), terbentuknya citra pada obyek. Tahap 5 (behavior),
citra institusi terbentuk menentukan perilaku dalam hubungannya dengan institusi.
Konsep Penelitian
Berdasarkan uraian penelitian terdahulu tersebut, dapat di susun konsep
penelitian dengan judul pengaruh HedPERF/ kualitas pelayanan dan kepuasan
pelayanan terhadap nilai layanan yang dirasakan serta implikasinya terhadap citra
institusi, dapat disusun dalam gambar berikut :
4. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah descriptive survey merupakan metode
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang objek penelitian.
Explanatory survey merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
karakteristik, menjelaskan hubungan antar variabel yang diteliti dengan menggunakan
sejumlah sampel.
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan menggunakan
data primer. Pendekatan kuantitatif menurut Musianto (2002), ialah pendekatan yang
didalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan
kesimpulan hingga penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan,
rumus dan kepastian data numerik.
Gambar 1.
Kerangka Konsep
Penelitian Sumber : Abdullah, (2005); Sultan
dan Wong, (2012); Clemes, et al., (2013b); Clemes, et al., (2013a).
70
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Data primer dalam penelitian ini bersumber dari kuesioner yang langsung dari
mahasiswa yang sedang menempuh studi pendidikan tinggi di UPBJJ-UT
Pangkalpinang. Menggunakan pengukuran variabel dengan metode penskalaan model
skala Likert yang menggunakan lima pilihan. Rincian pilihan jawaban 1 untuk sangat
tidak setuju (STS) dan pilihan jawaban 5 untuk sangat setuju (ST).
Operasionalisasi Variabel
Variabel eksogen (independent) terdiri dari dua (2) variabel konstruk yaitu,
variabel HedPERF/ kualitas pelayanan (X1) dan variabel kepuasan pelanggan (X2).
Variabel endogen (dependent) terdiri dari dua (2) variabel konstruk, yaitu variabel
nilai pelayanan yang dirasakan (Y) dan variabel citra institusi (Z).
Populasi dan Teknik Pengumpulan Data
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang menempuh studi
masa registrasi 2017.1 berjumlah 1.171 mahasiswa pendidikan dasar dan 6.766
mahasiswa non pendidikan dasar. Total populasi sebanyak 7.937 mahasiswa. Sampel
dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif dan minimal berada di semester 3 serta
secara aktif mengikuti pelaksanaan Tutorial Tatap Muka. Teknik pengambilan sampel
digunakan Non Probability Sampling. Secara spesifik, teknik pengambilan sampel
menggunakan Aksidental Sampling.
Dengan menggunakan teknik Proportionate Sampling, dapat dihitung secara
proporsional berdasarkan sub populasi pada sebaran mahasiswa. Total ukuran sampel
275 responden diambil dengan penentuan sampel sederhana Malhotra (2005), yaitu
mengalikan total item instrumen dengan 5. Jumlah instrumen kuesioner yang diteliti
sejumlah 55 x 5, total sampel 275. Ukuran sampel didistribusikan secara proporsional
kepada 7 Kab/ Ko. Metode pendistribusianya menggunakan rumus sebagai berikut
(Riduwan, 2007).
nxN
Nn i1
Dimana:
1n = Ukuran sampel proporsional dari setiap Kabupaten/ Kota
iN = Total populasi responden setiap Kabupaten/ Kota
N = Total populasi responden di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
n = Total sampel = 275 responden
Dengan menggunakan rumus di atas terlihat jumlah sampel proporsional
responden berikut ini :
Tabel 1. Distribusi Jumlah Ukuran Sampel Penelitian
71
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Sumber : Data Primer diolah
Asumsi klasik yang digunakan yaitu uji normalitas berguna untuk membuktikan
data dari sampel yang dimiliki terdistribusi dengan normal. Jika setiap varian
membuktikan data dari sampel yang dimiliki terdistribusi dengan normal jika Critical
Ratio (C.R) < 2,58.
Structural Equation Model (SEM)
Setelah model dibuat, data untuk pengujian model telah dikumpulkan dan di
input, tahapan selanjutnya adalah menguji model fit. Berikut secara ringkas, indeks
model yang dapat digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model.
Tabel 2. Tabel Goodness Of Fit
Sumber : Data Primer diolah
5. Hasil Dan Pembahasan
Kuesioner berjumlah 275 eksemplar disebarkan, 244 kuesioner kembali, 31
kuesioner yang tidak kembali, 6 kuesioner pengisian yang tidak lengkap, sehingga
kuesioner yang diolah 238 eksemplar. Persepsi responden terhadap variabel-variabel
tersebut dengan mengajukan 55 buah pernyataan yang berbeda yang terbagi ke dalam
tiap variabel. Persepsi mahasiswa terhadap pernyataan yang diajukan sebagai berikut:
Tabel 3. Tabel Hasil Pengujian Persepsi
Sumber : Data Primer diolah
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa keseluruhan responden
mempersepsikan variabel masih netral. Terlihat dari nilai rata-rata masih bernilai 3
pada skala likert 3 berarti netral sehingga pelayanan harus semakin ditingkatkan.
72
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Pengujian Data
Berdasarkan hasil uji SPSS versi 16, bahwa dari 55 item pernyataan, setelah
dilakukan uji validitas ternyata indikator yang layak sebagai alat ukur variabel
berjumlah 54 item penyataan, sedangkan 1 item pernyataan tidak valid yaitu
pernyataan CI4 dengan nilai r hitung = 0,266. Karena nilai r hitung lebih kecil dari
syarat yang ditentukan yaitu r kritis sebesar 0,30 sehingga hanya terdapat 54 item
pernyataan yang valid dan dapat digunakan untuk proses pengujian selanjutnya.
Reliabilitas masing-masing variabel dinilai dengan menggunakan Cronbach’s
alpha (α). Pada perhitungan diperoleh bahwa keseluruhan nilai Cronbach’s alpha (α)
pada masing-masing variabel > Croncbach’s alpha yang disyaratkan yaitu diatas 0,60
sehingga keseluruhan item pernyataan dapat dinyatakan reliabel.
Uji normalitas pada seluruh item. Keseluruhan menunjukkan nilai C.R < 2,58
maka data dapat dikatakan terdistribusi dengan normal. Analisis hasil pengolahan data
pada tahap full model SEM dilakukan dengan melakukan uji kesesuaian dan uji
statistik
Uji terhadap kelayakan model menunjukkan bahwa model ini sesuai dengan data
atau fit terhadap data yang digunakan dalam penelitian. Secara keseluruhan, model
yang diajukan dalam penelitian telah sesuai dengan data sehingga dapat dikatakan fit
dan dapat diterima sebagai model penelitian.
Tabel 4. Perbandingan Antara Indikator Goodness of Fit yang disyaratkan dan
Goodness of Fit Model Penelitian
Gambar 2.
Hasil Pengujian Full
Model-Structural Equation
Model (SEM) Sumber: Hasil Pengolahan AMOS Versi
22.0
73
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Sumber : Data Primer diolah
Pengujian Hipotesis Pengujian hubungan kedua variabel dapat diterima atau bernilai positif bila
pada koefisien path menunjukkan nilai C.R ≥ 1,96 dengan nilai probailitas sebesar
0,001 (p < 0,05).
Tabel 5. Koefisien Path dan Critical Ratio Per Hubungan Antar Variabel
Sumber : Data Primer diolah
Parameter estimasi H1, hubungan antara HedPERF/ kualitas pelayanan dengan
kepuasan mahasiswa diperoleh sebesar 0,278. Pengujian hubungan menunjukkan nilai
probability 0,001 memenuhi syarat < 0,05 dan nilai C.R 2,610 memenuhi syarat ≥
1,96. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa HedPERF/ kualitas pelayanan
berpengaruh positif terhadap kepuasan mahasiswa.
Parameter estimasi H2, hubungan antara HedPERF/ kualitas pelayanan dengan
nilai layanan yang dirasakan diperoleh sebesar 0,024. Pengujian hubungan
menunjukkan nilai probability 0,799 tidak memenuhi syarat < 0,05 dan nilai C.R
0,254 juga tidak memenuhi syarat ≥ 1,96. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa
kualitas pelayanan berpengaruh negatif terhadap nilai layanan yang dirasakan.
Parameter estimasi H3, hubungan antara kepuasan mahasiswa dengan nilai
pelayanan yang dirasakan diperoleh sebesar 0,656. Pengujian hubungan menunjukkan
nilai probability 0,001 memenuhi syarat < 0,05 dan nilai C.R 5,353 juga memenuhi
syarat ≥ 1,96. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa kepuasan mahasiswa
berpengaruh positif terhadap nilai layanan yang dirasakan.
Parameter estimasi H4, hubungan antara nilai layanan yang dirasakan dengan
citra institusi diperoleh sebesar 0,956. Pengujian hubungan menunjukkan nilai
probability 0,001 memenuhi syarat < 0,05 dan nilai C.R 4,133 juga memenuhi syarat
≥ 1,96. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa kepuasan mahasiswa berpengaruh
positif terhadap nilai layanan yang dirasakan.
Parameter estimasi H5, hubungan antara HedPERF/ kualitas pelayanan dengan
citra institusi diperoleh sebesar 0,148. Pengujian hubungan menunjukkan nilai
probability 0,148 tidak memenuhi syarat < 0,05 dan nilai C.R 1,197 juga tidak
74
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
memenuhi syarat ≥ 1,96. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa HedPERF/ kualitas
pelayanan berpengaruh negatif terhadap citra institusi.
Parameter estimasi H6 hubungan antara kepuasan mahasiswa dengan citra
institusi diperoleh sebesar 0,067. Pengujian hubungan kedua variabel tersebut
menunjukkan nilai probability 0,067 tidak memenuhi syarat < 0,05 dan nilai C.R
0,516 juga tidak memenuhi syarat ≥ 1,96. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa
kualitas pelayanan berpengaruh negatif terhadap nilai layanan yang dirasakan.
Tabel 6. Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Sumber : Data Primer diolah
Tabel 7. Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Sumber : Data Primer diolah
Pengujian hubungan variabel tersebut dilakukan dengan membandingkan nilai
hubungan tidak langsung yang diperoleh dari perkalian dua nilai hubungan langsung
(direct effect). Syarat hipotesis diterima jika nilai perkalian dua hubungan langsung >
nilai hubungan langsung. Bila nilai perkalian dua hubungan langsung ≤ nilai
hubungan langsung maka hipotesis ditolak.
Pengujian H7, dari hasil perkalian pengaruh langsung HedPERF/ kualitas
pelayanan terhadap kepuasan mahasiswa dengan kepuasan mahasiswa terhadap nilai
layanan yang dirasakan didapat (0,212) x (0,754) = 0,160. Nilai pengaruh langsung
kualitas layanan terhadap nilai layanan yang dirasakan sebesar 0,024. Nilai hubungan
tidak langsung 0,160 > nilai hubungan langsung sebesar 0,024. Oleh karena itu
melalui variabel kepuasan mahasiswa, HedPERF/ kualitas pelayanan positif dapat
mempengaruhi nilai layanan yang dirasakan mahasiswa.
Pengujian H8, dari hasil perkalian pengaruh langsung HedPERF/ kualitas
pelayanan terhadap nilai layanan yang dirasakan dengan nilai layanan yang dirasakan
terhadap citra institusi didapat (0,024) x (0,703) = 0,017. Nilai pengaruh secara
langsung HedPERF/ kualitas pelayanan terhadap citra institusi sebesar 0,116. Nilai
hubungan tidak langsung 0,017 < nilai hubungan langsung sebesar 0,116. Oleh karena
itu melalui variabel nilai layanan yang dirasakan mahasiswa, HedPERF/ kualitas
pelayanan negatif dapat mempengaruhi citra institusi.
Pengujian H9 dari hasil perkalian pengaruh langsung kepuasan mahasiswa
terhadap nilai layanan yang dirasakan dengan nilai layanan yang dirasakan terhadap
citra institusi didapat (0,754) x (0,703) = 0,530. Nilai pengaruh langsung kepuasan
mahasiswa terhadap citra institusi sebesar 0,091. Diperoleh nilai hubungan tidak
langsung 0,530 > nilai hubungan langsung sebesar 0,091. Oleh karena itu melalui
variabel nilai layanan yang dirasakan mahasiswa, kepuasan mahasiswa positif dapat
mempengaruhi citra institusi.
75
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Pengujian H10, dari hasil perkalian pengaruh langsung kualitas pelayanan
terhadap kepuasan mahasiswa dengan kepuasan mahasiswa terhadap citra institusi
didapat (0,212) x (0,091) = 0,019. Nilai pengaruh langsung kepuasan mahasiswa
terhadap citra institusi sebesar 0,116. Diperoleh nilai hubungan tidak langsung 0,019
< nilai hubungan langsung sebesar 0,116. Oleh karena itu melalui variabel kepuasan
mahasiswa, kualitas pelayanan negatif dapat mempengaruhi citra institusi.
Tabel 8. Hasil Pengujian Korelasi
Sumber : Data Primer diolah
Nilai layanan menjadi faktor penting untuk menciptakan pengaruh pada citra
institusi. Semakin baik kualitas pelayanan, maka kepuasan konsumen akan semakin
mudah terbentuk. Kepuasan konsumen akan berpengaruh kepada nilai positif atas
pelayanan yang dirasakan dan selanjutnya bila nilai layanan yang dirasakan baik maka
akan menciptakan citra positif dibenak konsumen pada sebuah institusi.
6. Kesimpulan
Pengujian H1, diperoleh bahwa HedPERF/ kualitas pelayanan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepuasan mahasiswa. H2, diperoleh hasil bahwa antara
HedPERF/ kualitas pelayanan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
pembentukan nilai pelayanan yang dirasakan mahasiswa. Pengujian H3, menguji
kepuasan mahasiswa terhadap nilai pelayanan yang dirasakan, dimana pengaruh
positif dan signifikan terjadi. Pengujian nilai pelayanan yang dirasakan terhadap citra
institusi merupakan H4, pengaruh yang terjadi positif dan signifikan.
Pengujian H5, diperoleh hasil antara HedPERF/ kualitas pelayanan berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap pembentukan citra institusi. H6 diperoleh hasil
bahwa antara kepuasan mahasiswa dengan citra institusi berpengaruh negatif dan
tidak signifikan. Pengujian H7, diperoleh hasil pengaruh tidak langsung hubungan
ketiga variabel berpengaruh positif dan signifikan. Pengujian H8, diperoleh hasil
pengaruh tidak langsung hubungan ketiga variabel berpengaruh negatif dan tidak
signifikan. Pengujian H9, diperoleh hasil pengaruh tidak langsung hubungan ketiga
variabel berpengaruh positif dan signifikan. Pengujian H10, didapat hasil pengaruh
tidak langsung pada hubungan ketiga variabel berpengaruh negatif dan tidak
signifikan.
7. Saran
Bagi UPBJJ-UT Pangkalpinang
76
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Institusi harus selalu menjaga kepuasan mahasiswa. Pengaruh yang kuat dari
kepuasan mahasiswa hingga berpengaruh pada nilai layanan yang dirasakan dan
selanjutnya berdampak kepada pembentukan citra institusi UPBJJ-UT Pangkalpinang.
Dalam operasional layanan, UPBJJ-UT Pangkalpinang telah melakukan kontrol
layanan secara ketat, terlihat dari upaya keras pimpinan dan staf untuk memberikan
service excellent. UPBJJ-UT Pangkalpinang mampu mempertahankan sertifikat ISO
9001:2008 dalam kajian mutu layanan dan konsisteni kinerja. Informasi tersebut harus
di informasikan dan di sosialisasi kepada publik atas ketercapaian prestasi kinerja
UPBJJ-UT Pangkalpinang dalam memberikan layanan pendidikan tingginya.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti menyarankan (1) untuk dapat dilakukan penelitian yang sama secara
berkala pada periode selanjutnya. Hal ini sebagai evaluasi dan perbaikan secara
berkelanjutan terkait dengan hubungan hipotesis yang tidak menunjukkan pengaruh
positif dan signifikan. Saran ini juga untuk mengetahui seberapa efektif upaya
perbaikan tersebut dilaksanakan. (2) Perlu dilakukan penambahan dimensi (indikator)
item pertanyaan lain yang merupakan bagian subvariabel untuk mempertajam fokus
pembahasan, (3) mencantumkan pertanyaan terbuka sebagai kritik, saran dan
komentar untuk mengetahui hal-hal lain. (4) Perlu dilakukan penelitian bersama
dengan UPBJJ-UT lainnya sehingga hasil yang didapatkan dapat digeneralisir kepada
UPBJJ-UT lainnya yang ikut berperan dalam penelitian.
Abdullah, Firdaus. (2005). “HEdPERF versus SERVPERF: The quest for ideal
measuring instrument of service quality in higher education sector” . Quality
Assurance in Education. Volume 13 Nomor 4. pp.305-328.
. (2006). “Measuring service quality in higher education: HEdPERF
versus SERVPERF”. Marketing Intelligence & Planning. Volume 24 Nomor 1.
pp.31-47.
Clemes, Michael. D, et. al. (2013a). “Understanding Chinese university students’
experiences: an empirical analysis”. Asia Pacific Journal of Marketing and
Logistics. Volume 25 Nomor 3. pp.391-427.
C l e me s , M i c h a e l D a n i e l , e t . a l . ( 2 0 1 3 b ) . “ M o b i l e c o mmu n i c a t i o n s : a
comprehensive hierarchical modell ing approach” . Asia Pacific Journal of
Marketing and Logistics. Volume 26 Nomor 1. pp.114-146.
Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS . Ed.
4. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. (2012). Marketing Management. Ed. 14.
Prentice Hall Pearson Education. New Jersey.
Li, Chung Kai dan Hung, Chia -Hung. (2009). “Marketing tactics and parents’
loya l t y: the media t i ng ro le of school image” . Journal o f Educat ional
Administration. Volume 47 Nomor 4. pp.477-489.
Referensi
77
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Malhotra, Naresh K. (2005). Riset Pemasara: (Pendekatan Terapan). Alih Bahasa
Indonesia oleh : Soleh Rusyadi M. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.
Musianto, Lukas S. (2002). “Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif
dalam Metode Penelitian”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Volume 4 Nomor 2.
pp.123-136.
Nguyen, Nha dan LeBlanc, Gaston. (1998). “The mediating role of corporate
image on cus tomers’ re tent ion dec is ions : an inves t iga t ion i n financia l
services”. International Journal of Bank Marketing, Volume 16 Nomor 2.
pp.52-65.
Rangkuti, Freddy. (2003). Measuring Customer Satisfaction. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Rust, R. T. dan Oliver, R. L. (1994). Service quality: insights and managerial implications
from the frontier in R. T. Rust and R. L. Olivier (Eds) service quality : New Directions in
Theory and Practice. Sage Publications. Thousand Oaks. CA. Pp. 1-19.
Santoso, Singgih. (2011). Structural Equation Modeling (SEM): Konsep dan
Aplikasi dengan AMOS 18. PT. Alex Media Komputindo. Jakarta.
Sekaran, Uma. (2011). Research Methods For Business. Ed 4. John Wiley. Amerika Serikat.
Sultan, Parves dan Wong, Ho Yin. (2012). “Service quality in a higher education context: an
integrated model”. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics. Volume 24 Nomor 5.
pp.755-784.
Supartomo, et. al. (2013). “Quality Assuranec in Learning Support in Distance
Educat ion Syatem: an Effor t to Provide Qual i f ied Higher Educat ion in
Indonesia”. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Volume 14 Nomor 2.
pp.110-119.
Sutisna. (2001). Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Sylvana, Andi. (2006). “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Mahasiswa
Terhadap Intensi Meregistrasi Ulang Mahasiswa”. Jurnal Organisas i dan
Manajemen, Volume 2 Nomor 1. pp.60-78.
T j i p t o n o , F a n d y . ( 2 0 1 4 ) . M a n a j e m e n J a s a . A n d i . Y o g y a k a r t a .
UT. (2011). Renstra Universitas Terbuka 2010-2021. Senat Universitas Terbuka.
Tangerang Selatan.
Zeithaml, Valarie dan Bitner, Mario Jo. (1996). Service Marketing. Mc Graw Hill
Companies Inc. New York.
78
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Model Vector Auto Regression (VAR) and Vector Error Correction
Model (VECM) Approach for Inflation Relations Analysis, Gross
Regional Domestic Product (GDP), World Tin Price, Bi Rate and
Rupiah Exchange Rate
1Ineu Sulistiana,
2Hidayati,
2Sumar
1Jurusan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bangka Belitung
2Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Bangka Belitung
Abstract
This study aims to analyze the relationship of causality of inflation, Gross Regional Domestic
Product, BI rate, rupiah exchange rate to US dollar and world tin price as one of superior
commodity of Bangka Belitung Province through VAR (Vector Autoregressive) model and VECM
(Vector Error Correction Model), followed by lRF (Impulse Response Fuction) and Variance
Decomposition testing on the model to see the largest contribution of macroeconomic variables
in terms of price stabilization. Based on test, estimation and model examination, VECM (1) is
obtained as the best model to explain inflation causality, BI rate, rupiah exchange rate to US
dollar and world tin price, while VAR (2) is the best model to explain causal relationship of
Gross Regional Domestic Product, BI rate, rupiah exchange rate to US dollar and world tin
price. The model results explain that there is a long-term causality relationship between
variables, whereas the short term causality relationship in the VECM (1) through the Granger
causality test shows that the variable of granger cause inflation cause BI rate, while in VAR (2)
causality between Gross Regional Domestic Product and other macro variables. Structural
analysis on the VECM (1) through the analysis of variance decomposition obtained the result
that the BI rate rate is the dominant variable contributing fluctuations in inflation, whereas in
the VAR (2), the world tin price is the dominant variable contributing fluctuation in Gross
Regional Domestic Product.
Keywords: Inflation, Gross Regional Domestic Product, BI Rate, Rupiah Exchange Rate, World
Tin Price, VAR (Vector Auto Regression), VECM (Vector Error Correction Model).
1. Pendahuluan
Berdasarkan Undang-Undang Bank Indonesia (UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia),
tujuan utama pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia adalah untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Berbagai intrumen pengendalian moneter telah diberlakukan
oleh Bank Indonesia baik intrumen langsung maupun instrumen tidak langsung, dengan tujuan
akhir dari kedua jenis instrumen tersebut ialah untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar
dalam masyarakat. Peredaran jumlah uang dalam masyarakat dicerminkan dengan kondisi yang
dinamakan tingkat inflasi. Infasi merupakan salah satu indikator makro yang sering digunakan
dalam melihat kondisi perekonomian. Selain itu, inflasi dapat memberikan informasi mengenai
stabilitas perekonomian suatu wilayah atau daerah. Selain inflasi, Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator makro yang sering digunakan dalam melihat
kondisi perekonomian. 79
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Kuncoro (2001) menyatakan bahwa pendekatan pembangunan tradisional lebih dimaknai sebagai
pembangunan yang lebih memfokuskan pada peningkatan PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto) suatu provinsi, kabupaten, atau kota. Sedangkan pertumbuhan angka PDRB dapat
digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Lebih lanjut, banyak bukti
empiris melihat bahwa inflasi yang tinggi akan menyebabkan ketidakstabilan dalam
perekonomian dan menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi disuatu negara hanya dapat
dicapai melalui pencapaian inflasi yang rendah. Berikut tingkat inflasi dan pertumbuhan
ekonomi yang terjadi di Bangka Belitung dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2014-2016):
Tabel 1. Tingkat Inflasi dan PDRB Bangka Belitung Tahun 2014 - 2016 untuk Tiap Triwulan
Sumber: Laporan Tahunan BI, diolah, 2017
Pada tabel 1 dapat dilihat secara garis besar bahwa adanya keterkaitan antara tingkat inflasi
dengan PDRB. Terjadinya kenaikan tingkat inflasi dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi
menjadi lambat.
Berkaitan dengan peningkatan PDRB di provinsi Bangka Belitung lebih banyak ditunjukkan
melalui peningkatan kemampuan daya beli masyarakat. Peningkatan kemampuan daya beli
masyarakat ini cenderung disebabkan oleh membaiknya harga komoditas-komoditas unggulan
yang dimiliki oleh Bangka Belitung seperti CPO, karet, lada sampai timah. Berdasarkan data dari
Bank Indonesia, PDRB tanpa timah dengan mengeluarkan sektor pertambangan bijih logam dan
industry logam dasar maka pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tanpa timah pada triwulan
IV tahun 2016 sebesar 4,48% (yoy) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
sebesar 4,33% (yoy). Lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi tanpa timah pada triwulan IV
tahun 2016 mengindikasikan peran sektor timah pada perekonomian Bangka Belitung kembali
meningkat yang disebabkan oleh membaiknya harga timah dunia sejak awal triwulan III tahun
2016. Lebih lanjut, terhadap fluktuasi harga komoditas unggulan sebenarnya pemerintah daerah
dan Bank Indonesia selaku otoritas moneter telah mengeluarkan instrumen-instrumen baik fiskal
maupun moneter untuk mengatasi stabilisasi harga komoditas tersebut. Terkait dengan kebijakan
fiskal dan moneter yang diambil, terdapat sejumlah permasalahan yang dihadapi, antara lain:
fluktuasi harga komoditas dipengaruhi oleh kondisi yang berada diluar kontrol pemerintah,
seperti kondisi iklim ekstrim dan penetapan harga ditingkat internasional. Terjadinya keterkaitan
antara tingkat inflasi dan PDRB, dapat diartikan bahwa adanya konsistensi terhadap perubahan
pada masing-masing variabel makro tersebut. Konsistensi atas perubahan ini dapat dilihat dari
adanya hubungan kausalitas baik jangka panjang maupun jangka pendek antar variabel makro,
yang memberikan asumsi mendasar mengenai adanya hubungan kausalitas yang mungkin terjadi
antar variabel ekonomi makro lainnya.
Penetapan suku bunga BI rate sebagai salah satu kebijakan moneter Bank Indonesia, nilai kurs
rupiah terhadap US dollar dan fluktuasi harga timah dunia sebagai salah komoditas unggulan
Tahun Inflasi PDRB
I II III IV I II III IV
2014 8,24 6,11 6,23 9,04 4,34 4,84 4,78 4,70
2015 6,73 6,90 7,33 3,28 4,10 3,97 3,97 4,28
2016 5,50 6,20 4,26 6,75 3,44 3,85 4,21 4,92
80
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Provinsi Banga Belitung merupakan variabel ekonomi makro lainnya yang akan dilakukan
analisa hubungan kausalitasnya terhadap PDRB dan Inflasi Provinsi Bangka Belitung. Untuk
mengetahui hubungan kausalitas antar variabel ekonomi makro tersebut, dapat dijelaskan dengan
pendekatan model VAR (Vector Autoregressive) dan VECM (Vector Error Correction Model).
Tahapan pengujian pada kedua model ini, diharapkan mampu memberikan kejelasan hubungan
kausalitas baik jangka panjang maupun jangka pendek antar variabel ekonomi makro. Selain itu,
dengan menggunakan tahapan pengujian lanjutan dari kedua model yaitu analisis impulse
response dan variance decomposition, diharapkan mampu melihat kontribusi terbesar dari
variabel ekonomi makro dalam hal penentuan stabilisasi harga.
2. Kajian Pustaka
Proses kenaikan harga yang ditentukan oleh determinannya, baik dalam jangka panjang dan
maupun jangka pendek secara umum digambarkan oleh inflasi.. Otoritas moneter berkoordinasi
dengan pemerintah melaksanakan kebijakan moneter yang disinergikan dengan kebijakan makro
lain dan bertujuan untuk mengendalikan pergerakan inflasi. Stabilitas inflasi dapat terganggu
apabila terjadi perubahan pada variabel-variabel ekonomi yang dapat memicu kenaikan harga
secara umum (Silasa, 2016). Lebih lanjut, berdasarkan teori struktural yang banyak diadopsi oleh
negara berkembang, menjelaskan bahwa inflasi bukan hanya fenomena moneter, tetapi juga
merupakan fenomena struktural. Hal ini disebabkan karena perekonomian negara berkembang
pada umumnya masih rentan terhadap shock internal dan shock eksternal yang menyebabkan
fluktuasi pembentukan harga di pasar domestik. Jadi, menurut kaum strukturalis, inflasi
merupakan sesuatu yang melekat di dalam proses pembangunan ekonomi dan tidak dapat
dihindari oleh perekonomian negara berkembang (Nanga, 2005 dalam Silasa, 2016). Dasar
pemikiran model ini adalah kenaikan tingkat harga yang ditransmisikan melalui supply side atau
produksi. Penyebab lain terjadinya inflasi di negara berkembang adalah akibat dari inflasi luar
negeri (imported inflation). Jika kontribusi impor terhadap pembentukan output domestik sangat
besar, maka kenaikan harga barang impor akan menyebabkan tekanan inflasi domestik yang
cukup besar (Gali, 2002, dalam Silasa, 2016). Rendahnya nilai tukar negara berkembang juga
mempengaruhi pergerakan inflasi domestik. Kecenderungan nilai tukar mata uang negara
berkembang untuk terdepresiasi menyebabkan kenaikan harga barang impor dan semakin
menekan biaya produksi sehingga meningkatkan harga barang secara umum dalam pasar
domestik (Silasa, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Sinai (2014) dengan judul Pendekatan Vector Error Correction
Model untuk Analisis Hubungan Inflasi, BI Rate dan Kurs Dolar Amerika Serikat, bertujuan
untuk memodelkan hubungan antara tingkat inflasi, BI rate, dan nilai tukar USD terhadap IDR
menggunakan metode analisis Vector Error Correction Model yang diterapkan pada data time
series dari tingkat inflasi (X), BI rate (Y), dan nilai tukar USD terhadap IDR (Z). Hasil analisis
model menjelaskan bahwa ada hubungan kausalitas jangka panjang dan jangka pendek antara
tingkat inflasi dengan BI rate dan nilai tukar USD terhadap IDR. Sama halnya dengan penelitian
yang dilakukan oleh Silasa (2016) yang memiliki tujuan untuk menganalisis variabel makro
ekonomi penyebab inflasi dan melihat variabel yang paling mendominasi dalam jangka panjang
dan jangka pendek dengan menggunakan Error Correction Model (ECM) sebagai metode
analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan estimasi Error Correction Model
(ECM), dua variabel indepeden yaitu BI rate dan konsumsi rumah tangga merupakan variabel
81
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
yang memperngaruhi inflasi jangka panjang di Indonesia secara signifikan dan kedua variabel
memiliki pengaruh negatif. Sedangkan dalam jangka pendek, kenaikan BI rate dan konsumsi
rumah tangga memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap tingkat inflasi.
Berdasarkan hasil estimasi model inflasi baik jangka panjang maupun jangka pendek
dipengaruhi oleh kontribusi dari perubahan dari BI rate.
Lebih lanjut, Burhani (2014), dalam penelitiannya yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh
variabel ekonomi moneter seperti suku bunga SBI, jumlah uang beredar (JUB), dan nilai tukar
(KURS) terhadap inflasi dan pengangguran, diperoleh hasil bahwa suku bunga SBI, JUB, dan
nilai KURS memiliki pengaruh yang negatif terhadap inflasi Indeks Harga Konsumen dan
pengaruh positif terhadap pengangguran. Sementara itu, pengangguran secara positif dipengaruhi
oleh inflasi Indeks Harga Konsumen, yang membuktikan bahwa tidak ada trade-off antara
keduanya di Indonesia. Selain itu, suku bunga SBI merupakan variabel moneter yang paling
dominan dalam mempengaruhi inflasi Indeks Harga Konsumen dibandingkan jumlah uang
beredar dan nilai tukar, sedangkan jumlah uang beredar merupakan variabel ekonomi moneter
yang paling dominan dalam mempengaruhi pengangguran. Selanjutnya, penelitian yang
dilakukan oleh Sudarjah dan Yusuf (2008) memiliki tujuan untuk mendapatkan bukti empiris
mengenai pengaruh BI Rate terhadap tingkat inflasi baik dalam jangka pendek dan jangka
panjang menggunakan analisis regresi dengan Error Correction Model (ECM). Dari hasil
penelitiannya, menunjukkan bahwa BI Rate dan Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Rate
berpengaruh signifikan pada jangka pendek, sementara harga impor minyak mentah berpengaruh
secara signifikan pada jangka pendek maupun jangka panjang. Kesimpulan yang diperoleh
berdasarkan penelitian bahwa tingkat inflasi di Indonesia dipengaruhi oleh dari sisi penawaran
(cost-push inflation) dan sisi permintaan (demand-pull inflation) dapat dikendalikan oleh bank
sentral dengan BI Rate sebagai target intermediate utama.
Vector Auto Regression (VAR)
Pada umumnya model ekonometrika time series merupakan model struktural karena didasarkan
atas teori ekonomi yang telah ada. Pada tahun 1980 Christopher A. Sims memperkenalkan model
VAR sebagai alternatif dalam analisis ekonomi makro. Model VAR merupakanmodel non
struktural karena bersifat ateori. Model VAR memiliki struktur model yang lebih sederhana
dengan jumlah variabel yang minimalis dimana semua variabelnya adalah variabel endogen
dengan variabel independennya adalah lag. Model VAR didesain untuk variabel stasioner yang
tidak mengandung trend. Trend stokastik dalam data mengindikasikan bahwa ada komponen
long-run (jangka panjang) dan short-run (jangka pendek) dalam data time series. Penelitian
tentang trend stokastik dalam variabel ekonomi terus berkembang, sehingga pada tahun 1981,
Granger mengembangkan konsep kointegrasi. Pada tahun 1987, Engle bersama Granger
mengembangkan konsep kointegrasi dan koreksi error (error correction). Kemudian, pada tahun
1990, Johansen dan Juselius mengembangkan konsep VECM (Vektor Error Correction Model).
VECM menawarkan suatu prosedur kerja yang mudah untuk memisahkan komponen jangka
panjang (long-run) dan komponen jangka pendek (short-run) dari proses pembentukan data.
Dengan demikian, VECM berbeda dengan VAR dimana VECM dapat digunakan untuk
memodelkan data time series yang terkointegrasi dan tidak stasioner. VECM sering disebut
sebagai bentuk VAR terestriksi (Sinay, 2014).
Inflasi
82
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Menurut Lipsey (1995) inflasi adalah kenaikan rata-rata semua tingkat harga. Kadang-kadang
kenaikannya terus-menerus dan berkepanjangan. Inflasi dapat terjadi karena faktor-faktor yang
datangnya dari sisi penawaran (cost-push inflation) dan karena faktor-faktor dari sisi permintaan
(demand-pull inflation). Inflasi dari sisi penawaran terjadi apabila terdapat penurunan penawaran
terhadap barang-barang dan jasa karena adanya kenaikan dalam biaya produksi (cost push
inflation). Kenaikan biaya produksi ini dapat terjadi karena adanya keinginan kenaikan upah
pekerja dan adanya peningkatan harga bahan bakar minyak bagi sektor industri. Peningkatan
biaya produksi ini akan membuat produsen untuk menurunkan tingkat produksinya di bawah
tingkat produksi optimal (full employment) sehingga akan meningkatkan harga. Sedangkan,
inflasi dari sisi permintaan (demand-pull inflation) terjadi apabila secara agregat terjadi
peningkatan terhadap permintaan barang-barang dan jasa, sehingga menyebabkan pergeseran
kurva permintaan. Kondisi ini secara langsung dapat mengakibatkan inflasi karena menyebabkan
naiknya harga output (Mishkin, 2001, dalam Sudarjah dan Yusuf, 2008).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Secara umum pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan dari suatu perekonomian
dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi
secara nominal dapat digunakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB digunakan
untuk berbagai tujuan tetapi yang terpenting adalah untuk mengukur kinerja perekonomian
secara keseluruhan. Jumlah ini akan sama dengan jumlah nilai nominal dari konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa, serta ekspor netto. Kuncoro (2004) menyatakan
bahwa pendekatan pembangunan tradisional lebih dimaknai sebagai pembangunan yang lebih
memfokuskan pada peningkatan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) suatu provinsi,
kabupaten, atau kota. Lebih lanjut, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Menurut BPS, cara penyajian Produk Domestik
Regional Bruto disusun dalam dua bentuk, yaitu:
a Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan. Jumlah nilai produksi atau
pengeluaran atau pendapatan yang dihitung menurut harga tetap. Dengan cara menilai
kembali atau mendefinisikan berdasarkan harga-harga pada tingkat dasar dengan
menggunakan indeks harga konsumen. Dari perhitungan ini tercermin tingkat kegiatan
ekonomi yang sebenarnya melalui PDRB riilnya.
b Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku. Jumlah nilai tambah bruto
yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Yang dimaksud nilai
tambah yaitu nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit
produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Penambahan nilai ini sama dengan
balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi.
3. Metode Penelitian
Berdasarkan bentuk data penelitian maka model yang digunakan adalah model time series
dengan metode pendekatan Vector Autoregressive (VAR) dan Vector Error Correction Model
(VECM). Dalam metode Vector Autoregressive (VAR), apabila terdapat sejumlah variabel yang
mengandung unit root dan tidak berkointegrasi satu dengan yang lain, maka variabel yang
mengandung unit root harus dideferensikan dan variabel hasil stasioner hasil differensi dapat
digunakan dalam model VAR. Sedangkan dalam keadaan semua variabel mengandung unit root
83
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
namun berkointegrasi, maka dapat digunakan model Vector Error Correction Model (VECM)
(Rosadi, 2012).
Berikut pengujian model secara ekonometrika antara lain:
1 Uji Akar Unit (Uji Stasioner)
Stasioneritas data dapat diamati dengan metode Augmented Dickey Fuller (ADF) dengan
kriteria keputusan pada tingkat signifikansi (1 − 𝛼)100%, 𝐻0 ditolak jika statistik ADF
lebih kecil dari nilai kritis pada saat 𝛼, atau p value lebih kecil dari nilai signifikansi 𝛼 atau
dengan kata lain jika H0 ditolak maka data stasioner.
2 Uji Kointegrasi
Metode uji Engle-Granger dua langkah dan uji Johansen digunakan untuk menguji adanya
kointegrasi (Rosadi, 2012).
3 Estimasi dan Pemeriksaan Model
Prosedur pemilihan lag optimum dalam VECM dapat menggunakan kriteria informasi, yaitu
Akaike Information Criteria (𝐴𝐼𝐶) dan Schwarz Criteria (𝑆𝐶).
4 Analisis Kausalitas
Analisis hubungan kausalitas jangka panjang antara variabel independen dan variabel
dependen dalam pemodelan VECM dapat dilihat pada koefisien dari bentuk koreksi galat
atau error correction term (ECT), yaitu berdasarkan tanda dan hasil uji signifikansi koefisien
menggunakan statistik uji 𝑡 pada metode Ordinary Least Square (OLS). Sementara itu, untuk
analisis kausalitas jangka pendek untuk setiap variabel dapat menggunakan uji kausalitas
Granger.
5 Peramalan dan Analisis Struktural
Analisis struktural pada model VECM mencakup analisis impulse response dan variance
decomposition.
4. Pembahasan Hasil
Uji Akar Unit (Uji Stasioner)
Stasioneritas data dapat diamati dengan metode Augmented Dickey Fuller (ADF) dengan kriteria
keputusan pada tingkat signifikansi (1 − 𝛼)100%, 𝐻0 ditolak jika statistik ADF lebih kecil dari
nilai kritis pada saat 𝛼, atau p value lebih kecil dari nilai signifikansi 𝛼 atau dengan kata lain jika
H0 ditolak maka data stasioner. Berikut output masing-masing variabel:
Tabel 2. Uji Akar Unit
Variabel ADF Tingkat sig.
(𝛼=5%)
IHK -2.033042 -3.464865
PDRB -3.601460 -3.467703
Birate -0.757672 -1.944811
KURS -2.532468 -3.464865
TIN -2.976542 -3.465548 Sumber: Data diolah, 2017
Dari output diatas terlihat bahwa nilai statistik uji ADF variabel PDRB lebih negatif dari nilai
kritis (untuk 𝛼=5%), artinya data tidak mengandung akar unit, sedangkan variabel lainnya
diketahui nilai statistik uji ADF tidak lebih negatif dari nilai kritis (untuk 𝛼=5%), sehingga
hipotesis nol tidak ditolak, atau disimpulkan data mengandung akar unit.
84
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Uji Kointegrasi
Metode uji Engle-Granger dua langkah dan uji Johansen digunakan untuk menguji adanya
kointegrasi (Rosadi, 2012). Berikut hasil pengolahan data metode uji Engle-Granger dua
langkah disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Uji Kointegrasi Variabel ADF Tingkat sig.
(𝛼=5%)
IHK dan Birate -2.212956 -1.944762
IHK dan KURS -2.179617 -1.944762
IHK dan TIN -1.989381 -1.944762 Sumber: Data diolah, 2017
Dari hasil diatas, terlihat bahwa nilai uji statistik ADF lebih negatif dari nilai kritis (untuk
𝛼=5%), sehingga hipotesis nol ditolak, atau disimpulkan residual tidak mengandung akar unit.
Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan IHK dengan Birate, IHK dengan KURS, dan IHK
dengan TIN saling berkointegrasi. Hal ini menyebabkan bahwa hubungan antar variabel dapat
didekati dengan model VECM.
Lebih lanjut, dilakukan uji Johansen untuk variabel yang berkointegrasi. Pada tahapan ini akan
dicari berapa jumlah rank persamaan kointegrasi yang dapat dibentuk. Dengan H0: rank r = 3
versus H1: rank r = 4, diperoleh hasil statistik uji Johansen sebagai berikut:
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, 2017
Dari output statistik Johansen, terlihat bahwa H0: rank r = 3 tidak ditolak karena nilai trace
statistic (0.262308) lebih kecil dibandingkan nilai kritis pada tingkat signifikansi 𝛼=5%
(4.129906).
Estimasi dan Pemeriksaan Model
Pada tahap ini akan dilakukan estimasi model VECM dan pemilihan lag optimum pada model
VECM dengan menggunakan kriteria informasi, yaitu Akaike Information Criteria (𝐴𝐼𝐶) dan
Schwarz Criteria (𝑆𝐶). Berikut rangkuman AIC dan SC untuk model VECM (p):
Tabel 4. Rangkuman nilai AIC dan SC untuk VECM (p) Keterangan p = 1 p = 2 p = 3 p = 4
AIC 37.73712 37.92776 38.04787 38.20172
SC 38.91113 39.58318 40.19169 40.84110
Sumber: Data diolah, 2017
85
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Dari tabel 4 terlihat bahwa order p = 1 memberikan nilai AIC dan SC yang minimal, sehingga
merupakan order optimal untuk model VECM bagi data.
Tahap akhir untuk analisa pemeriksaan model ialah melakukan uji diagnostic terhadap model
VECM (1) dengan menggunakan uji Portmanteau untuk setiap lag pada model. Berikut output
uji Portmanteau pada model VECM (1):
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, 2017
Dari output diatas, terlihat bahwa nilai p-value untuk statistik Q-Stat diperoleh bahwa hipotesis
nol tidak ditolak pada tingkat signifikansi 5%, atau dengan kata lain bahwa model VECM (1)
merupakan model yang baik untuk data.
Analisis Kausalitas Pada tahapan ini akan dilakukan analisis kausalitas jangka pendek dengan menggunakan uji
kausalitas Granger pada variabel yang memiliki unit root dan berkointegrasi. Berikut output uji
kausalitas Granger: i. IHK dan Birate
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, 2017
Dari output diatas, terlihat bahwa hipotesis Birate not granger cause IHK ditolak, sedangkan
hipotesis IHK not granger cause Birate tidak ditolak. Dengan kata lain, hanya terdapat hubungan
jangka pendek atau granger causality satu arah antara IHK dan Birate.
ii. IHK dan KURS
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, 2017
86
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Dari output diatas, terlihat bahwa hipotesis tidak terjadinya Granger causality antara IHK dan
KURS keduanya tidak ditolak, atau dengan kata lain tidak terjadi hubungan jangka pendek dua
arah yakni IHK not granger cause Birate dan sebaliknya, Birate not granger cause KURS.
iii. IHK dan TIN
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, 2017
Dari output diatas, terlihat bahwa hipotesis tidak terjadinya Granger causality antara IHK dan
TIN keduanya tidak ditolak, atau dengan kata lain tidak terjadi hubungan dua arah yakni IHK not
granger cause Birate dan sebaliknya, TIN not granger cause IHK.
Proses Pengolahan Data Transformasi Diferensi
Salah satu jenis transformasi yang sering digunakan dalam analisis runtun waktu adalah
transformasi diferensi. Tujuan dari transformasi ini adalah membentuk barisan data runtun waktu
yang bersifat stasioner, yakni untuk mencari komponen stasioner dari data yag memuat
komponen trend dan/atau komponen musiman (Rosadi, 2012). Transformasi diferensi hanya
akan dilakukan pada variabel Birate, KURS dan TIN. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan
antara Birate, KURS dan TIN dengan PDRB melalui pendekatan model VAR dan VECM.
Berikut hasil pengolahan data berdasarkan langkah-langkah pendekatan model VAR dan VECM
terhadap variabel PDRB, suku bunga BI rate, kurs rupiah terhadap US dollar dan harga timah
dunia:
Uji Akar Unit (Uji Stasioner)
Tabel 5. Uji Akar Unit Variabel ADF Tingkat sig.
(𝛼=5%)
Birate -6.224077 -1.944811
KURS -9.420629 -1.944811
TIN -7.534880 -1.944811 Sumber: Data diolah, 2017
Berdasarkan output diatas, hasil transformasi diferensi orde 1 menunjukkan bahwa variabel
Birate, KURS dan TIN telah stasioner pada diferensi pertama. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
statistik uji ADF untuk ketiga variabel lebih negatif dari nilai kritis (untuk 𝛼=5%), atau dengan
kata lain data tidak mengandung akar unit. Selanjutnya, dalam penelitian ini variabel hasil
transformasi diferensi orde 1 yaitu Birate, KURS dan TIN dinamakan DBirate, DKURS dan
DTIN.
Uji Kointegrasi
Berikut hasil pengolahan data metode uji Engle-Granger dua langkah:
87
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Tabel 6. Uji Kointegrasi Variabel ADF Tingkat sig.
(𝛼=5%)
PDRB dan Birate -0.773970 -1.944862 PDRB dan KURS -0.356074 -1.944862 PDRB dan TIN -0.602016 -1.944881
Sumber: Data diolah, 2017
Dari hasil diatas, terlihat bahwa nilai uji statistik ADF tidak lebih negatif dari nilai kritis (untuk
𝛼=5%), sehingga hipotesis nol tidak ditolak, atau residual mengandung akar unit, atau dengan
kata lain PDRB dan DBirate, PDRB dan DKURS, PDRB dan DTIN tidak berkointegrasi. Lebih
lanjut, berdasarkan tahapan pengujian VECM pada Burhani (2014), hubungan kedua variabel
dapat didekati dengan model VAR pada diferensi orde 1.
Estimasi dan Pemeriksaan Model
Pada tahap ini akan dilakukan estimasi model VAR dan pemilihan lag optimum pada model
VAR dengan menggunakan kriteria informasi, yaitu Akaike Information Criteria (𝐴𝐼𝐶) dan
Schwarz Criteria (𝑆𝐶). Berikut rangkuman AIC dan SC untuk model VAR (p):
Tabel 7. Rangkuman nilai AIC dan SC untuk VAR (p) Keterangan p = 1 p = 2 p = 3 p = 4
AIC 54.01567 53.77615 53.97549 54.09043
SC 54.60267 54.84035 55.52380 56.12996
Sumber: Data diolah, 2017
Dari tabel 7 terlihat bahwa order p = 2 memberikan nilai AIC dan SC yang minimal, sehingga
merupakan order optimal untuk model VAR bagi data.
Tahap akhir untuk analisa pemeriksaan model ialah melakukan uji diagnostic terhadap model
VAR (2) dengan menggunakan uji Portmanteau untuk setiap lag pada model. Berikut output uji
Portmanteau pada model VAR (2):
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, 2017
88
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Dari output diatas, terlihat bahwa nilai p-value untuk statistik Q-Stat menunjukkan hipotesis nol
tidak ditolak pada tingkat signifikansi 5%, atau dengan kata lain bahwa model VAR (2)
merupakan model yang baik untuk data.
Analisis Kausalitas
Pada tahapan ini akan dilakukan analisis kausalitas jangka pendek dengan menggunakan uji
kausalitas Granger pada variabel yang memiliki unit root dan berkointegrasi. Berikut output uji
kausalitas Granger:
i. PDRB dan DBirate
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, 2017
Dari output diatas, terlihat bahwa hipotesis tidak terjadinya Granger causality antara PDRB dan
DBirate keduanya tidak ditolak, atau dengan kata lain tidak terjadi hubungan dua arah yakni
PDRB not granger cause DBirate dan sebaliknya, DBirate not granger cause PDRB.
ii. PDRB dan DKURS
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, 2017
Dari output diatas, terlihat bahwa hipotesis tidak terjadinya Granger causality antara PDRB dan
DKURS keduanya tidak ditolak, atau dengan kata lain tidak terjadi hubungan dua arah yakni
PDRB not granger cause DKURS dan sebaliknya, DKURS not granger cause PDRB.
iii. PDRB dan DTIN
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, 2017
89
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Dari output diatas, terlihat bahwa hipotesis tidak terjadinya Granger causality antara PDRB dan
DTIN keduanya tidak ditolak, atau dengan kata lain tidak terjadi hubungan dua arah yakni PDRB
not granger cause DTIN dan sebaliknya, DTIN not granger cause PDRB.
Peramalan dan Analisis Struktural pada Model VECM (1)
Pada penelitian ini, analisis impulse response dapat digunakan untuk melihat pengaruh
guncangan suku bunga BI rate, kurs rupiah terhadap US dollar dan harga timah dunia terhadap
inflasi dan terhadap dirinya sendiri untuk 12 bulan mendatang. Sedangkan, variance
decomposition digunakan untuk menganalisis variabel mana yang memiliki pengaruh paling
dominan terhadap tingkat inflasi.
Impulse Response
Berikut output impulse response pada model VECM (1):
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, 2017
i. Respon variabel inflasi akibat adanya shock atau guncangan pada dirinya sendiri
menunjukkan respon yang positif. Respon positif ini sudah terjadi pada periode pertama.
Namun pada periode berikutnya terus menunjukkan penurunan, bahkan respon inflasi
terhadap dirinya sendiri cenderung menjadi lemah.
ii. Respon variabel inflasi akibat adanya shock atau guncangan pada suku bunga BI rate dan
nilai tukar rupiah terhadap US dollar sama-sama menunjukkan respon negatif. Dengan
kata lain, jika terjadi shock atau guncangan sebesar 1 standar deviasi pada BI rate dan
nilai tukar rupiah terhadap US dollar, maka tingkat inflasi akan bereaksi negatif.
iii. Respon yang ditunjukkan oleh variabel inflasi akibat adanya shock atau guncangan pada
harga timah dunia sempat menunjukkan respon negatif pada periode kedua, namun pada
periode ketiga dan periode-periode berikutnya menunjukkan respon positif dan
cenderung meningkat. Dengan kata lain, dimulai dari periode ketiga, jika terjadinya shock
atau guncangan sebesar 1 standar deviasi dari harga timah dunia mengakibatkan kenaikan
terhadap variabel inflasi.
Variance Decomposition
Berikut output variance decomposition pada model VECM (1):
90
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, 2017
Dari output dapat dilihat bahwa pada periode pertama, variabel inflasi hanya dipengaruhi oleh
dirinya sendiri tanpa adanya kontribusi fluktuasi dari variabel lain. Sedangkan untuk periode-
periode berikutnya, suku bunga BI rate merupakan variabel yang cukup dominan memberikan
kontribusi fluktuasi dalam inflasi dibandingkan variabel nilai tukar rupiah terhadap US dollar
dan harga timah dunia. Dominannya variabel suku bunga BI rate dbandingkan dengan variabel
lain dimulai dari periode ketiga sampai akhir periode.
Peramalan dan Analisis Struktural pada Model VAR (2)
Pada penelitian ini, analisis impulse response dapat digunakan untuk melihat pengaruh
guncangan suku bunga BI rate, kurs rupiah terhadap US dollar dan harga timah dunia terhadap
PDRB dan terhadap dirinya sendiri untuk 12 bulan mendatang. Sedangkan, variance
decomposition digunakan untuk menganalisis variabel mana yang memiliki pengaruh paling
dominan terhadap tingkat PDRB.
Impulse Response
Berikut output impulse response pada model VAR (2):
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, 2017
Dari output diatas, terlihat bahwa respon variabel PDRB akibat adanya shock atau guncangan
pada dirinya sendiri menunjukkan respon positif dan cenderung mengalami penurunan.
Sedangkan respon variabel PDRB akibat adanya shock atau guncangan pada suku bunga BI rate,
nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan harga timah dunia sama-sama tidak menunjukkan
respon pada awal periode. Respon negatif dan cenderung fluktuatif akibat adanya guncangan
suku bunga BI rate dan kurs rupiah terhadap US dollar dimulai dari periode kedua sampai akhir
periode. Lebih lanjut, respon positif akibat adanya guncangan pada harga timah dunia dimulai
91
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
dari periode kedua sampai akhir periode. Dengan kata lain, jika terjadi shock atau guncangan
sebesar 1 standar deviasi pada harga timah dunia mengakibatkan kenaikan terhadap variabel
PDRB.
Variance Decomposition
Berikut output variance decomposition pada model VAR (2):
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, 2017
Dari output dapat dilihat bahwa pada periode pertama, variabel PDRB hanya dipengaruhi oleh
dirinya sendiri tanpa adanya kontribusi fluktuasi dari variabel lain. Sedangkan untuk periode-
periode berikutnya, harga timah dunia merupakan variabel yang cukup dominan memberikan
kontribusi fluktuasi pada PDRB dibandingkan variabel nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan
suku bunga BI rate. Dominannya variabel harga timah dunia dbandingkan dengan variabel lain
dimulai dari periode kedua sampai akhir periode.
5. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. Berdasarkan tahapan estimasi dan pemeriksaan model, diperoleh model VECM (1) sebagai
model terbaik untuk memodelkan hubungan kausalitas antara variabel suku bunga BI rate,
nilai kurs rupiah terhadap US dollar dan harga timah dunia terhadap inflasi Provinsi Bangka
Belitung. Sedangkan model VAR (2) sebagai model terbaik untuk memodelkan hubungan
kausalitas antara variabel suku bunga BI rate, nilai kurs rupiah terhadap US dollar dan harga
timah dunia terhadap tingkat PDRB Provinsi Bangka Belitung.
2. Analisis kausalitas jangka pendek pada model VECM (1) dengan menggunakan uji kausalitas
Granger, menunjukkan bahwa variabel inflasi granger cause suku bunga BI rate. Sedangkan
analisis kausalitas jangka pendek pada model VAR (2) dengan menggunakan uji kausalitas
Granger, menunjukkan bahwa tidak terjadinya Granger causality antara PDRB dengan
variabel makro lainnya seperti suku bunga BI rate, nilai kurs rupiah terhadap US dollar dan
harga timah dunia.
3. Analisis struktural pada model VECM (1) dan VAR (2) melalui analisis impulse response
diperoleh hasil bahwa respon variabel inflasi dan PDRB akibat adanya shock atau guncangan
pada suku bunga BI rate tidak menunjukkan respon pada awal periode. Respon negatif akibat
adanya guncangan pada suku bunga BI rate dimulai dari periode kedua sampai periode akhir.
Dengan kata lain, jika terjadi shock atau guncangan sebesar 1 standar deviasi pada suku
bunga BI rate, maka variabel inflasi dan PDRB akan bereaksi negatif.
92
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
4. Analisis struktural pada model VECM (1) dan VAR (2) melalui analisis impulse response
diperoleh hasil bahwa respon variabel inflasi dan PDRB akibat adanya shock atau guncangan
pada nilai kurs rupiah terhadap US dollar tidak menunjukkan respon pada awal periode.
Respon negatif akibat adanya guncangan pada nilai kurs rupiah terhadap US dollar dimulai
dari periode kedua sampai periode akhir. Dengan kata lain, jika terjadi shock atau guncangan
sebesar 1 standar deviasi pada nilai kurs rupiah terhadap US dollar, maka variabel inflasi dan
PDRB akan bereaksi negatif.
5. Analisis struktural pada model VECM (1) dan VAR (2) melalui analisis impulse response
diperoleh hasil bahwa respon variabel inflasi dan PDRB akibat adanya shock atau guncangan
pada harga timah dunia tidak menunjukkan respon pada awal periode. Respon variabel inflasi
akibat adanya guncangan pada harga timah dunia menunjukkan respon negatif pada periode
kedua dan pada periode ketiga sampai akhir periode menunjukkan respon positif dan
cenderung meningkat. Dengan kata lain, dimulai dari periode ketiga, jika terjadinya shock
atau guncangan sebesar 1 standar deviasi dari harga timah dunia mengakibatkan kenaikan
terhadap variabel inflasi. Sedangkan respon variabel PDRB akibat adanya guncangan pada
harga timah dunia menunjukkan respon positif pada periode kedua sampai akhir periode.
Dengan kata lain, dimulai dari periode kedua, jika terjadi shock atau guncangan sebesar 1
standar deviasi pada harga timah dunia mengakibatkan kenaikan terhadap variabel PDRB.
6. Analisis struktural pada model VECM (1) melalui analisis variance decomposition diperoleh
hasil bahwa suku bunga BI rate merupakan variabel yang cukup dominan memberikan
kontribusi fluktuasi dalam inflasi dibandingkan nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan
variabel harga timah dunia.
7. Analisis struktural pada model VAR (2) melalui analisis variance decomposition diperoleh
hasil bahwa harga timah dunia merupakan variabel yang cukup dominan memberikan
kontribusi fluktuasi pada PDRB dibandingkan variabel nilai tukar rupiah terhadap US dollar
dan suku bunga BI rate. Dominannya variabel harga timah dunia dbandingkan dengan
variabel lain dimulai dari periode kedua sampai akhir periode.
Saran
1 Suku bunga BI rate merupakan variabel yang cukup dominan memberikan kontribusi
fluktuasi dalam inflasi Provinsi Bangka Belitung dibandingkan nilai tukar rupiah terhadap
US dollar dan variabel harga timah dunia. Hal ini dapat dijadikan bahan acuan oleh otoritas
moneter dan pengambil kebijakan yang ada di Provinsi Bangka Belitung sebagai instrumen
stabilitas inflasi.
2 Harga timah dunia merupakan variabel yang cukup dominan memberikan kontribusi
fluktuasi pada PDRB Provinsi Bangka Belitung dibandingkan variabel nilai tukar rupiah
terhadap US dollar dan suku bunga BI rate. Hal ini dapat dijadikan bahan acuan oleh otoritas
moneter dan pengambil kebijakan yang ada di Provinsi Bangka Belitung sebagai instrumen
stabilitas ekonomi suatu wilayah.
3 Untuk penelitian selanjutnya, sebagai bahan pertimbangan diharapkan dapat memasukan
komoditas unggulan lainnya yang ada di Provinsi Bangka Belitung sebagai variabel makro
lainnya, guna mengetahui konsistensi pengaruhnya terhadap variabel inflasi dan PDRB
Provinsi Bangka Belitung.
93
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Referensi
Bank Indonesia. 2016. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Bangka Belitung.
Bank Indonesia. (n.d.). Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb). Retrieved December 10 , 2016,
from http://www.bi.go.id/id/statistik/metadata/sekda/Documents/8_PDRB_SEKDA_v2.pdf
Boediono, 1998. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE.
Burhani, Halim. 2014. Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Moneter dalam Upaya Menjaga
Stabilitas Harga (Inflasi) dan Mengatasi Pengangguran di Indonesia. Jurnal Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya.
Kuncoro, M, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan,
Strategi dan Peluang. Erlangga, Jakarta.
Lipsey, Richard G, Paul N. Courant, and Christopher T.S. Ragan. 1997. Macroeconomics, Ninth
Canadian Edition. The Addison-Wesley Educational Publishers.
Nopirin, 1987. Ekonomi Moneter. Buku 2. Edisi I. BPFE UGM, Yogyakarta.
Rosadi, D., 2012. Analisis Ekonometrika dan Runtun Waktu Terapan dengan Eviews, ANDI,
Yogyakarta.
Silasa, Husnun Aziza Dg. 2016. Analisis Jangka Panjang dan Jangka Pendek Variabel
Makroekonomi dalam Upaya Menstabilkan Inflasi di Indonesia. Jurnal Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya.
Sinay, Lexy Jansen. 2014. Pendekatan Vector Error Correction Model untuk Analisis Hubungan
Inflasi, Bi Rate dan Kurs Dolar Amerika Serikat. Jurnal Barekeng Vol. 8 No. 2 Hal. 9 –
8.
Sudarjah, Gugum Mukdas dan Yusuf, Anwar. 2008. Kebijakan Moneter (BI Rate) dalam
Pengendalian Harga (Inflasi). Jurnal Trikonomika Vol.7, No.2.
UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
94
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Effect of Internal Factors and External Factors on Learning
Achievement Intermediate Financial Accounting Course I
1Syamsul Huda 1Nana Diana
email: [email protected]
Abstract
The purpose of this study was to determine the effect of internal and external factors of students
on the achievement of intermediate financial accounting courses 1 partially and simultaneously.
This type of research is quantitative, while the data used in this study is primary data in the form
of questionnaires and secondary data in the form of midterm semester exam on intermediate
financial accounting 1 semester odd academic year 2016/2017. Hypothesis testing using multiple
regression analysis. With the result of regression equation is Y = 36,461 + 1,685 X_1-1,362X_2
with significant value less than 0,05. Simultaneously has significance value 0.000 < 0,05 and
value F_count = 28,057 with value F_table 3,23, so value F_count > F_table. Hypothesis
accepted, then internal and external factors have an effect on to learning achievement with R
Square 0,603 or 60,3% dependent variable influenced independent variable and the rest 39,7%
influenced by other factor not included in regression equation in this research. From the result,
it can be concluded that the internal factors of students have a significant positive effect on
learning achievement of intermediate financial accounting 1 and the external factors of students
have a significant negative effect on intermediate financial accounting 1. While simultaneously
there is significant influence between internal factors of students and external factors of students
on intermediate learning achievement financial accounting 1.
Keywords: Internal Factors of Students, External Factors of Students, Learning Achievement
Intermediate financial accounting course 1.
1. Pendahuluan
Kehidupan manusia tidak akan pernah berhenti untuk belajar, lembaga pendidikan dari SD,
SMP, SMA, S1, S2, dan S3 merupakan media manusia untuk belajar secara formal dan diakui
oleh pemerintah. Di Indonesia untuk medapatkan pekerjaan masih dilihat dari jenjang
pendidikannya. Jenjang pendidikan yang semakin tinggi dan memiliki standar kemampuan yang
tinggi akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas menjadi modal dasar dalam bersaing di dunia kerja di era globalisasi, dan
dengan sumber daya manusia yang berkualitas dapat meningkatkan pembangunan nasional.
Elemen penunjang keberhasilan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) adalah lembaga
pendidikan. Perkembangan zaman diharapkan dapat memacu lembaga pendidikan formal dalam
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap bersaing dalam dunia kerja.
Standar dunia kerja yang semakin tinggi menuntut untuk lebih tinggi jenjang pendidikannya.
Universitas merupakan lembaga pendidikan tertinggi untuk maningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
1Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, Universitas Singaperbangsa Karawang
95
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Universitas Singaperbangsa Karawang, merupakan universitas negeri satu-sataunya yang berada
di karawang, diharapkan lulusan Universitas Singaperbangsa Karawang dapat bersaing dengan
lulusan universitas lain dalam persaingan kerja. Terdapat perbedaan dalam kinerja di perusahaan
yang dilihat dari latar belakang pendidikan. Kinerja yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan
bekerja dengan memiliki komunikasi baik, terus belajar, dan keterampilan pengambilan
keputusan (Ali, Kamarudin, Suriani, 2016). Karawang sendiri merupakan kawasan industri yang
memiliki banyak perusahaan yang berpusat berada di Karawang.
Kabupaten Karawang merupakan lokasi dari beberapa kawasan industri, antara lain Karawang
International Industry City, Kawasan Surya Cipta, Kawasan Bukit Indah City atau BIC di jalur
Cikampek (Karawang). Salah satu industri strategis milik negara juga memiliki fasilitasnya di
deretan kawasan industri tersebut, yaitu Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia
yang mencetak uang kertas, uang logam, maupun dokumen-dokumen berharga seperti paspor,
pita cukai, meterai dan lain sebagainya, serta lumbung padi jawa barat
(http://www.karawangkab.go.id). Banyaknya perusahaan yang berada di kawasan Karawang,
akan membuka kesempatan kerja, terutama jurusan keuangan atau akuntansi. Terbukti dari
beberapa lowongan pekerjaan yang ditawarkan, selalu dibutuhkan akuntansi. Keberhasilan
mendidik ditentukan oleh proses belajar mengajar berlangsung di kelas. Proses belajar yang
dikatakan berhasil akan membuat peserta didik mengerti dan memahami setiap materi yang
dijelaskan. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung
kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik (Slameto, 2003).
Banyak masalah yang menghambat prestasi peserta didik atau menghambat proses belajar
mengajar. Menurut Slameto (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak
jenisnya tetapi digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Berbagai macam penelitian mengenai faktor internal dan faktor eksternal terhadap prestasi
belajar, seperti penelitian Sitorus (2016) menyimpulkan terdapat pengaruh positif dan signifikan
antara faktor internal dan eksternal terhadap prestasi belajar pengantar ekonomi dan bisnis siswa
kelas XI SMK Swasta Teladan P.Siantar TA. 2015/2016. Sama seperti penelitian Rachmawati
(2009), menyimpulkan bahwa faktor internal siswa dan faktor eksternal siswa berpengaruh
terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 7 Kediri. Akan tetapi
dalam penelitian ini memasukkan faktor internal menambahkan variabel emotional quotient
(EQ), dan dalam faktor eksternal menambahkan variabel peran dosen. Metode penelitian yang
digunakan metode kuantitatif, sehingga ada deskriptif kuantitatif, uji asumsi klasik, dan uji
hipotesis dengan menggunakan uji regresi berganda. Mata kuliah wajib yang ditempuh oleh
mahasiswa jurusan akuntansi adalah accounting principle 1 dan accounting principle 2 untuk
mahasiswa semester 1&2 merupakan dasar akuntansi; accounting financial intermediate 1 dan
accounting financial intermediate 2 untuk mahasiswa semester 3&4; advance accounting 1 dan
advance accounting 2 merupakan lanjutan atau tahap tertinggi mata kuliah akuntansi untuk
semester 5&6. Mata kuliah jurusan akuntansi yang terpenting adalah dasar-dasar akuntansi, akan
tetapi pada accounting principle 1&2 merupakan mengulang materi dari pelajaran SMA.
Sehingga fokus penelitian ini ingin melihat faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi mahasiswa
dalam mata kuliah accounting financial intermediate 1 semester ganjil tahun ajaran 2016/2017
yang merupakan pengertian lanjutan dari akuntansi yang didapatkan dari bangku SMA dan
merupakan dasar dalam pengertian materi akuntansi selanjutnya.
96
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Berdasarkan hal yang disampaikan di atas, sangat penting untuk dapat melakukan penelitian
tentang apa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah
accounting financial intermediate 1 tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini menguji hubungan
sebab akibat faktor internal dan faktor eksternal terhadap prestasi mata kuliah accounting
financial intermediate 1, secara simultan dan parsial. Hasil dari uraian diatas peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Faktor Internal Dan Faktor Eksternal Terhadap
Prestasi Belajar Mata Kuliah Intermediate Financial Accounting I (Study Kasus Di Universitas
Singaperbangsa Karawang Tahun Ajaran 2016/2017).”
2. Kajian Pustaka
Teori Belajar
Selama manusia hidup di dunia, maka tidak akan berhenti untuk belajar. Belajar bermanfaat
untuk mempertahankan hidup ataupun untuk memenuhi kebutuhan kehidupan, dan belajar tidak
mengenal usia. Pandangan behavioristik (seperti yang dikemukakan Watson dan Skinner) dalam
Djaali (2009:86), belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-
syarat (condition) yang kemudian menimbulkan reaksi. Sebaliknya menurut pandangan kognitif
(seperti Piaget, Robert Glaser, Bruner dan Ausubel) dalam Budiningsih (2005:35), belajar adalah
proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung, yang dimaksud disini adalah perubahan
terjadi dalam kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu,
perubahan dalam tingkah laku hanyalah suatu refleksi dari perubahan internal. Berbeda dengan
aliran behaviorisme, aliran kognitif mempelajari aspek yang tidak dapat diamati seperti
pengetahuan, arti, perasaan, keinginan, kreativitas, harapan dan pikiran. Teori ini dianggap
sebagai tali penghubung antara aliran behaviorisme dan teori kognitif. Berdasarkan dari teori
belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar, mahasiswa dipengaruhi dua
faktor yang berbeda yaitu faktor intern yang bersumber dari dalam diri mahasiswa dengan
pandangan kognitif dan faktor ekstern yang bersumber dari luar diri mahasiswa sesuai dengan
pandangan behaviorisme.
Pengertian Belajar
Menurut Hamalik (2008:27), belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat atau menguasai hasil latihan akan tetapi
perubahan perilaku. Sardiman (2007:20) menyatakan bahwa belajar merupakan tingkah laku atau
penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan sebagainya. Disimpulkan belajar adalah suatu proses untuk
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku agar
mendapatkan pengetahuan atau keterampilan juga pengalaman dalam berbagai aspek ke arah
yang lebih baik.
Karakteristik Mata Kuliah Intermediate Financial Accounting 1
Akuntansi merupakan ilmu atau seni yang mengkaji tentang perhitungan, pencatatan, atau
bahkan melakukan pemecahan masalah. Jusuf (2001:5) mengatakan “Akuntansi dapat
didefinisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan
penganalisaan data keuangan suatu organisasi”. Sedangkan definisi akuntansi menurut buku
Accounting Principles yang dikutip oleh Keiso (2007:4) adalah “Suatu sistem informasi yang
mengidentifikasi, mencatat, dan mengomunikasi peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu
97
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan”. Sehingga akuntansi merupakan kegiatan
pencatatan, penggolongan, peringkasan, mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari
suatu organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan.
Faktor Internal yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor internal terdiri dari minat, motivasi dan emotional quotient (EQ) yang berasal dari dalam
diri mahasiswa dalam meningkatkan prestasi belajar intermediate financial accounting 1.
Menurut Slameto (2010: 180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat seorang mahasiswa akan berpengaruh
besar terhadap proses belajarnya, jika minat mahasiswa tersebut dalam suatu mata kuliah tinggi,
antusiasme dan perhatian untuk mengikuti pembelajaran di kelas akan tinggi pula. Motivasi
adalah suatu pernyataan yang kompleks dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku
terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive) (Purwanto, 2010:61). Sedangkan
motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada mahasiswa-mahasiswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator
atau unsur yang mendukung. Menurut Goleman (2004:56), kecerdasan emosi merupakan aspek
kecenderungan emosional yaitu kecerdasan "sosial" kemampuan untuk memahami orang lain
dan bertindak dalam hubungan antar manusia. Menurut Purwanto (2010:104), sifat-sifat yang
ada dalam diri seseorang sedikit-banyaknya turut pula mempengaruhi sampai di manakah hasil
belajarnya dapat dicapai. Sehingga dapat disimpulkan semua faktor yang berasal dari dalam diri
mahasiswa dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa adalah peran orang tua, peran dosen, dan
lingkungan masyarakat. Karakter mahasiswa cenderung tergantung pada lingkungan masyarakat
atau teman bergaul, misalnya teman bergaul yang baik akan mengajak mahasiswa tersebut ke
pada hal-hal yang baik, seperti belajar bersama, pergi ke perpustakaan, berdiskusi mengenai
pelajaran di sekolah, berangkat sekolah bersama. Sebaliknya, teman yang buruk akan mengajak
kepada hal-hal yang negatif, seperti membolos, pergi ke tempat-tempat yang berpengaruh buruk
bagi mahasiswa, merokok, minum-minuman keras. Lingkungan kampus atau lingkungan
akademik, yang menuntut pengajar atau dosen dapat membantu mahasiswa untuk tercapainya
tujuan belajar. Tercapai atau tidaknya tujuan pembelajar ke mahasiswa, tergantung peran dosen
dalam menyampaikan materi dan kenyamanan dan kenyamanan anak didik dalam belajar sangat
ditentukan oleh kondisi kampus dalam menyediakan lingkungan yang kondusif. Pembelajaran
pertama kali setiap mahasiswa dilakukan di keluarga, kondisi lingkungan keluarga setiap
mahasiswa berbeda. Perbedaan lingkungan keluarga dari segi ekonomi, pendidikan, dan
kebiasaan dalam keluarga semua itu berpengaruh terhadap cara belajar mahasiswa. Suasana
dalam rumah yang tenang dan tentram selain anak kerasan tinggal di rumah, anak juga dapat
belajar dengan baik.
3. Metode Penelitian
Jenis penelitian kuantitatif yang ditinjau dari data yang digunakan, karena data yang digunakan
berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Penelitian ini tergolong penelitian
eksplanasi survei, menurut Bungin (2011:26) eksplanasi survei adalah penelitian yang bertujuan
mencari hubungan sebab-akibat dari variabel-variabel yag diteliti. Jumlah populasinya sebanyak
263 mahasiswa yang akan diambil sampel. Sampelnya berjumlah 100 mahasiswa, pengambilan
98
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
sampel dilakukan secara random. Penggunaan skala likert bertujuan untuk memudahkan dalam
pengambilan data dan menganalisis data. Pengujian keakuratan data menggunakan uji validitas
dan uji reliabilitas. Pengumpulan data adalah cara atau alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan informasi atau keterangan mengenai subyek penelitian (Suharsimi, 2010:203).
Data yang digunakan adalah data dari angket dan dokumentasi, data angket adalah tehnik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan atau pernyataan kepada
responden untuk dijawab (Sugiyono, 2009: 199), sedangkan data dokumentasi adalah hasil ujian
tengah semester mahasiswa mata kuliah intermediate financial accounting 1 semester ganjil
tahun ajaran 2017/2018. Pengelolahan data menggunakan analisis statistik depkriptif, uji asumsi
klasik, dan analisis regresi.
Model Penelitian
Model penelitian atau kerangka berfikir yang menggambarkan hubungan variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Model Penelitian
Pengembangan hipotesis berisi penjelasan logis terkait hubungan antar variabel. Pengembangan
hipotesis juga memuat bagaimana hipotesis dirumuskan dalam penelitian.
Pengaruh Faktor Internal Terhadap Prestasi Belajar Intermediate Financial Accounting 1
Sukmadinata (2007:240), menyatakan bahwa faktor intern kesulitan belajar antara lain
kurangnya minat terhadap materi pelajaran, persepsi terhadap materi pelajaran, kebiasaan cara
belajar dan kesehatan siswa. Sedangkan menurut Semiawan (2007:61), menyatakan bahwa
emotional quotient (EQ) merupakan faktor internal siswa yang lebih menentukan keberhasilan
belajar di sekolah. Minat merupakan langka awal dalam meningkatkan proses belajar, dengan
adanya minat mahasiswa tertarik untuk mengetahui materi dalam proses belajar. Minat yang
tinggi akan mendorong motivasi untuk belajar lebih rajin sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Emotional quotient (EQ) ialah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai dengan keinginan
sehingga memberikan dampat yang positif dalam proses belajar. Menurut Spencer Jr. (dalam
Goleman, 2004:47) menyatakan bahwa kecerdasan emosional lebih berperan nyata bagi
keberhasilan seseorang dalam menampilkan prestasi dan kesuksesan dalam sehari- hari
dibandingkan kecerdasan intelektual. Faktor intern kesulitan belajar yang rendah akan
menyebabkan prestasi yang meningkat, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
99
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
𝐇𝟏: Faktor internal mahasiswa berpengaruh positif terhadap prestasi belajar intermediate
financial accounting 1.
Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Prestasi Belajar Intermediate Financial Accounting 1
Menurut Slameto (2010:60), faktor ekstern kesulitan belajar meliputi faktor keluarga, faktor
lingkungan masyarakat dan faktor lingkungan akademik. Kondisi lingkungan keluarga setiap
individu khususnya siswa memiliki variasi perbedaan dengan berbagai tingkatan baik dari segi
kebudayaan, ekonomi, pendidikan, status maupun kebiasaan yang ada dalam keluarga yang
kesemuanya itu berpengaruh pada cara belajar tiap siswa (Sukmadinata, 2005:240). Lingkungan
akademik atau lembaga pendidikan lainnya merupakan tempat yang strategis untuk belajar, baik
dari dosen sebagai pengajar maupun kelengkapan buku acuan yang ada dalam perpustakaan.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh dosen akan menetukan tercapai tidaknya tujuan
belajar. Berdasarkan uraian tersebut, menunjukkan bahwa faktor ekstern kesulitan belajar yang
meliputi lingkungan akademik (peran dosen), lingkungan keluarga (peran orang tua), dan
lingkungan masyarakat bisa menjadi faktor penentu prestasi belajar mahasiswa khususnya pada
mata kuliah intermediate financial accounting 1. Maka hipotesis kedua yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
𝐇𝟐: Faktor eksternal mahasiswa berpengaruh positif terhadap prestasi belajar intermediate
financial accounting 1.
Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Prestasi Belajar Intermediate Financial
Accounting 1
Pencapaian keberhasilan belajar diperlukan usaha yang optimal baik dari diri mahasiswa itu
sendiri maupun dari luar individu mahasiswa. Djamarah (2010:46), menyatakan bahwa untuk
mendapatkan prestasi belajar mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar dipengaruhi oleh faktor
internal saja namun juga faktor eksternal yang turut mempengaruhi dalam mencapai tujuan
belajar. Sehingga hipotesis terakhir yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
𝐇𝟑: Faktor internal dan faktor eksternal mahasiswa berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
intermediate financial accounting 1.
4. Results / Pembahasan Hasil
Gambaran Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Prestasi Belajar Materi yang diterima oleh mahasiswa dan dujikan oleh dosen, terlihat dari nilai ulangan tengah
semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 yang berada dibawah standar kelulusan yaitu 75. Kondisi
dari faktor internal mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang jurusan akuntansi semester
3 adalah 27% (27 mahasiswa) menyatakan tidak baik, 38% (38 mahasiswa) menyatakan cukup
baik, 25% (25 mahasiswa) menyatakan baik, dan 10% (10 mahasiswa) menyatakan sanyat baik.
Dari data tersebut dapat disimpulkan faktor internal sebagian besar mahasiswa Universitas
Singaperbangsa Karawang jurusan akuntansi semester 3 adalah cukup baik. Sedangkan kondisi
dari faktor eksternal mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang jurusan akuntansi
semester 3 adalah 17 (17 mahasiswa) menyatakan tidak baik, 43% (43 mahasiswa) menyatakan
cukup baik, 27% (27 mahasiswa) menyatakan baik, dan 13% (13 mahasiswa) menyatakan sanyat
baik. Dari data tersebut dapat disimpulkan faktor eksternal sebagian besar mahasiswa Universitas
Singaperbangsa Karawang jurusan akuntansi semester 3 adalah cukup baik.
100
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Tabel 1. Ringkasan Deskripsi Data Hasil Perhitungan Statistik X1 X2 Y
Rata-rata 47,88 30,95 75
Standar Deviasi 3,784 2,736 9,010
Nilai Maksimum 57 38 98
Nilai Minimum 42 26 51
Jumlah Populasi 40 40 40
Jumlah Item Soal 15 10 -
Keterangan:
X1 : Faktor Internal Mahasiswa
X2 : Faktor Eksternal Mahasiswa
Y : Prestasi Belajar
Analisis Data
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
UlanganTengahSemester .088 40 .200* .975 40 .527
FaktoeEksternal .163 40 .090 .955 40 .109
FaktorInternal .140 40 .068 .943 40 .043
Berdasarkan pengolahan data yang didapatkan maka didapatkan uji Normalitas dari data hasil
output, dapat dilihat pada kolom Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa nilai signifikasinya
untuk ulangan harian = 0,200, faktor internal = 0,068, dan faktor eksternal = 0,090. Karena
signifikasi untuk seluruh variabel lebih besar 0,05 maka dapat disimpulkan semua data distribusi
normal. Berdasarkan hasil uji multikolonieritas di atas dapat diketahui bahwa tidak ada korelasi
yang sangat baik antar variabel bebas dan VIF (variance inflation factor) kedua variabel
menunjukkan 1,014 lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance kurang dari 1. Sehingga disimpulkan
tidak terdapat problem multikolonieritas dan akan terbentuk model regresi yang baik dan
keofisien regresi yang dihasilkan adalah tepat untuk memprediksi variabel yang diteliti. Dari
hasil uji heterokedastisitas, 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 adalah 1,246 dan -0,335. Sedangkan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan df = n-2
atau 40-2 = 38, adalah sebesar 2,0244. Karena nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔<𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka dapat disimpulkan tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
Dalam uji hipotesis faktor internal mahasiswa, koefisien regresi faktor internal 𝑏1= 1,685. Besar
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 6,782 dan besar signifikasi t= 0,000. Untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian
diterima atau ditolak, maka dilihat 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔dibandingkan dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙=2,0244 sehingga
diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, atau bisa juga memperhatikan signifikasi t= 0,000 yang berarti <
0,05. Dalam uji hipotesis faktor eksternal mahasiswa, koefisien regresi faktor internal 𝑏2= -
1,362. Besar 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = -3,962 dan besar signifikasi t= 0,000. Untuk mengetahui apakah hipotesis
penelitian diterima atau ditolak, maka dilihat 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔dibandingkan dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙=2,0244
sehingga diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, atau bisa juga memperhatikan signifikasi t= 0,000 yang
berarti < 0,05. Hal ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan faktor
internal dan faktor eksternal mahasiswa terhadap prestasi belajar. Dan secara simultan uji
hipotetsis faktor internal dan eksternal menunjukkan bahwa nilai F= 28,057 dan tingkat
signifikasinya 0,000. Untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak, maka nilai F
hitung dibandingkan dengan F tabel. Dari F tabel = 3,23, dengan demikian tingkat signifikasi
101
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
0,000<0,05 dan F hitung > F tabel dapat disimpulkan hipotesis yang diajukan diterima. Sehingga
dapat diinterpretasikan bahwa faktor internal dan faktor eksternal secara simultan berpengaruh
terhadap prestasi belajar.
Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Mahasiswa Terhadap Prestasi Belajar Secara
Parsial dan Simultan
Tabel 2. Pengaruh Faktor-faktor Internal Terhadap Prestasi Belajar
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 38.253 14.903 2.567 .015
Minat 2.640 .572 .535 4.612 .000
Motivasi 1.327 .540 .282 2.458 .019
Kecerdasan 1.226 .545 .236 2.250 .031
Dalam faktor internal mahasiswa terdapat minat belajar mahasiswa, motovasi bejar mahasiswa,
dan emotional quetient (EQ). Dari hasil tabel diatas dapat diketahui nilai signifikasi minat=
0,000, dengan tingkat signifikasi 0,000<0,05 dan motivasi= 0,019, dengan tingkat signifikasi
0,019<0,05 sehingga dapat disimpulkan minat dan motivasi berpengaruh terhadap prestasi
belajar mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang jurusan akuntansi semester 3. Hal
tersebut diperkuat pendapat Dalyono (2009 :56), “minat dan motivasi adalah aspek yang psikis
yang juga besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar”. Dari hasil tabel diatas dapat
diketahui nilai signifikasi kecerdasan emosional = 0,031, dengan tingkat signifikasi 0,031<0,05
sehingga dapat disimpulkan kecerdasan emosional berpengaruh terhadap prestasi belajar
mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang jurusan akuntansi semester 3. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Sternberg (Goleman, 2004:57), “bahwa kecerdasan sosial berbeda dari
kemampuan akademis dan sekaligus merupakan bagian penting dari apa yang membuat orang
sukses dalam kehisupan sehari-hari”.
Tabel 3. Pengaruh Faktor-faktor Eksternal Terhadap Prestasi Belajar
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 38.253 14.903 2.567 .015
LingKeluarga -2.372 .806 -.309 -2.944 .006
LingSekolah -1.285 .557 -.239 -2.307 .027
LingMasyarakat -1.343 .591 -.240 -2.272 .030
Faktor eksternal mahasiswa terdapat lingkungan keluarga, lingkungan akademik, dan lingkungan
masyarakat. Dari data tabel diatas dapat diketahui nilai signifikasi lingkungan keluarga= 0,006,
dengan tingkat signifikasi 0,006<0,05, lingkugan akademik= 0,027, dengan tingkat signifikasi
0,027<0,05, dan lingkungan masyarakat= 0,030, dengan tingkat signifikasi 0,030<0,05 sehingga
dapat disimpulkan lingkungan keluarga, lingkungan akademik, dan lingkungan masyarakat
berpengaruh terhadap prestasi belajar di Universitas Singaperbangsa Karawang. Secara simultan
faktor internal dan eksternal mahasiswa mempengaruhi prestasi belajar, diketahui dari nilai
102
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
signifikasi 0,000 lebih kecil dari taraf signifikasi yang ditolelir (0,05). Dan dalam bab IV
dijelaskan R square menunjukkan nilai koefisien determinasi atau sumbangan efektif variabel
bebas terhadap variabel terikat, nilai R square sebesar 0,603 yang dapat diartikan 60,3% variabel
terikat yaitu prestasi belajar dipengaruhi variabel bebas (faktor internal dan faktor eksternal
mahasiswa) dan sisanya 39,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam
persamaan regresi dalam penelitian ini.
5. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah diuraikan tentang pengaruh faktor internal
mahasiswa (X1) dan faktor eksternal mahasiswa (X2) tehadap prestasi belajar (Y) mata kuliah
intermediate financial accounting 1 sesmester 3 jurusan akuntansi tahun ajaran 2016/2017
Universitas Singaperbangsa Karawang maka dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) terdapat
pengaruh yang signifikan faktor internal mahasiswa secara parsial terhadap prestasi belajar mata
kuliah intermediate financial accounting 1 sesmester 3 jurusan akuntansi tahun ajaran
2016/2017, (2) terdapat pengaruh yang signifikan faktor eksternal mahasiswa secara parsial
terhadap prestasi belajar mata kuliah intermediate financial accounting 1 sesmester 3 jurusan
akuntansi tahun ajaran 2016/2017, (3) Terdapat pengaruh yang signifikan faktor internal dan
faktor eksternal mahasiswa secara simultan terhadap prestasi belajar mata kuliah intermediate
financial accounting 1 sesmester 3 jurusan akuntansi tahun ajaran 2016/2017. Hasilnya dapat
dipergunakan untuk memperbaiki prestasi belajar mahasiswa, dengan cara membantu mahasiswa
dalam menghadapi kesulitan belajar.
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah sebagai
berikut: (1) orang tua perlu mengadakan pengawasan terhadap anaknya baik dalam belajar
dirumah, mengetahui prestasi belajar di kampus, dan teman sepergaulan anak, (2) dosen perlu
meningkatkan hubungan baik antara dosen dengan mahasiswa sehingga proses belajar mengajar
dalam kelas lebih terbuka, dosen juga hendaknya memperhatikan faktor internal mahasiswa, dan
metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang tepat tidak hanya ceramah dan
pemberian tugas. (3) untuk penelitian selanjutnya hendaknya meneliti variabel lain selain varibel
faktor internal dan faktor eksternal yang diteliti dalam penelitian ini, dapat mengambil sampel
secara lebih random tidak hanya terbatas satu universitas. Saran tersebut dapat membantu orang
tua dan dosen, agar lebih memperhatikan peserta didik atau mahasiswa. Saran yang diberikan
bisa digunakan agar penelitian selanjutnya lebih baik lagi, dan mahasiswa bisa memperbaiki
prestasi belajarnya.
103
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Referensi
Ali, I. M., Kamarudin, K., Suriani N. A. (2015). Perception of Employers and Educators in Accounting
Education. Procedia Economic and Finance, 54-63.
Budiningsih, C. A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bungin, B. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif: komunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik serta ilmu-
ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana.
Dalyono. M. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Djaali, H. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Goleman, D. (2004). Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Himalik, O. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jusuf, H. (2001). Dasar-Dasar Akuntansi. Yogyakarta: STIE YKPN.
Purwanto, N. M. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Rachmawati, M. I. (2009). Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Kelas XI IPS pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 7 Kediri. Skripsi. Universitas Negeri
Malang.
Sardiman, A. M. (2007). Interkasi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Semiawan, Conny, R. (2008). Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta : PT
Macana Jaya Cemerlang.
Sitorus, R. 2016. Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Prestasi Belajar Pengantar
Ekonomi Dan Bisnis Siswa Kelas Xi Smk Swasta Teladan P. Siantar Tahun Ajaran 2015/2016.
Undergraduate Thesis. Universitas Negeri Medan.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi. Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Revisi). Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung
: Alfabeta cv.
Sukmadinata, N. S. (2007). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Potensi Karawang. (n.d.). Situs Resmi Pemerintah Kab Karawang | Kabupaten Karawang. Retrieved
January 15, 2017, from http://www.karawangkab.go.id/
104
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Determinants Identification of Poverty and Human Capital of
Fisherman Household
Aning Kesuma Putri Economic Studies Program, Faculty of Economics, University of Bangka Belitung
Abstract
This research was conducted to see the determinants of poverty and human capital in fishermen
households in Bangka and Pangkalpinang (Bangka Belitung Province, Indonesia). The research
was conducted in Fisherman I and Temberan Village, Air Itam and Sinarbulan. The samples
were 118 fishermen, 59 households in Fisherman I and Temberan Village, Air Itam and
Sinarbulan by distributing questionnaires. The research method used qualitative and
quantitative with SPSS tool. The results show that poverty and human capital are defined as 15%
in Fisherman Environment I and 1.4%, meaning that other variables such as human resources,
fishermen lending, fishermen institutions and other variables have an enormous effect on poverty
and human capital. Further research should be done to look at the pattern of households of
young fishermen and households of elderly fishermen.
Keywords: : Poverty, Human capital
1. Pendahuluan
Fokus penelitian ini adalah identifikasi determinan kemiskinan dan modal manusia yang terjadi
pada rumah tangga nelayan yang berada di Desa Air Itam Kota Pangkal Pinang dan Kampung
Nelayan I di Kabupaten Bangka. Berdasarkan gambar 1, terdapat jumlah penduduk miskin
terbanyak pertama di Kabupaten Bangka dan ke empat di Kota Pangkal Pinang. Berdasarkan
pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, ratusan rumah tangga menghilang
sekitar 50 persen, yaitu dari 1,6 juta nelayan turun menjadi 800 rumah tangga sejak tahun 2003
sampai 2013. Penyebab utamanya adalah nelayan tidak bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga
karena hasil sumber daya laut yang semakin menurun (Tempo.com, 2017). Pembangunan
ekonomi keluarga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga karena
bisa mendukung keberhasilan aktivitas lainnya. Kemiskinan yang menurun disertai dengan
membaiknya kualitas masyarakat,keluarga dan penduduk di Indonesia, maka meningkatkan
peluang dalam keberhasilan pembangunan yang menghilangkan isolasi antara desa dan kota.
(Tjiptoherijanto, 1999).
Modal manusia yang sangat berpengaruh dalam proses pembangunan untuk mengurangi
kemiskinan adalah pendidikan dan kesehatan masyarakat. Pendidikan memberikan sumbangan
terhadap pembangunan sosial ekonomi melalui cara meningkatkan pengetahuan, ketrampilan,
kecakapan, sikap dan produktivitas. (Fattah, 2009) Keuntungan ekonomi (rate of return)
investasi pendidikan lebih tinggi daripada investasi fisik dengan perbandingan rata-rata 15,3%
dan 9,1% (Fattah, 2009). Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
keberhasilan pendidikan adalah tingkat buta huruf. Makin rendah persentase penduduk yang buta
huruf, maka makin berhasil program pendidikan, sebaliknya jika persentase penduduk buta huruf
105
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
tinggi, maka dapat diindentifikai kurang berhasilnya pendidikan (Badan Pusat Statistik, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian, kemiskinan berhubungan dengan angka kesakitan dan kematian.
Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan memperoleh fasilitas
kesejahteraan sosial akan mempengaruhi keperluan pangan bergizi atau kemampuan mengatasi
penyakit, sehingga akan berdampak pada tingginya tingkat angka harapan hidup serta kematian
bayi atau Infant Mortality Rate (Suryawati, 2005). Kemiskinan berhubungan juga dengan tingkat
kalori yang dikonsumsi oleh rumah tangga nelayan perhari, apabila konsumsi kalori tinggi,
indikator miskin dan modal manusia rumah tangga tersebut bisa dikatakan baik (Rahman, 2013).
2. Kajian Pustaka
Kemiskinan
Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan dan kesehatan merupakan arti dari kemiskinan. Garis kemiskinan atau
batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk
memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara (Todaro, 2009).
Kemiskinan terbagi menjadi beberapa jenis:
Kemiskinan Relatif merupakan kemiskinan yang diukur dari proporsi distribusi pendapatan.
Kemiskinan Kultur, yaitu kemiskinan karena faktor budaya, meskipun di sekitar sudah
memberikan bantuan untuk menyelesaikan kemiskinan, bantuan tersebut tidak dihiraukan.
Kemiskinan Absolut, yaitu derajat kemiskinan diukur dari kebutuhan minimum untuk
bertahan hidup hingga tidak terpenuhi
Kemiskinan Struktural, yaitu kemiskinan karena ketimpangan ekonomi, yang tidak
menguntungkan bagi golongan yang lemah.
Kemiskinan Alamiah adalah kemiskinan yang terjadi karena alam yang tidak mendukung.
Modal Manusia
Sejumlah dana yang dikeluarkan dan kesempatan memperoleh penghasilan selama proses
investasi merupakan investasi sumber daya manusia. Imbalan yang diperoleh adalah tingkat
penghasilan yang lebih tinggi untuk mampu mencapai tingkat konsumsi yang lebih tinggi pula
(Mulyadi, 2014).
Pendidikan
Tingkat pendidikan bisa mempengaruhi peningkatan pendidikan sesorang. Jika dilakukan
tambahan satu tahun sekolah, berarti di satu pihak akan meningkatkan kemampuan kerja dan
penghasilan sesorang (Todaro,2009). Pendidikan memaparkan kegiatan manusia yang disengaja
untuk mencapai tujuan tertentu dan merupakan suatu kekuatan dinamis dalam kehidupan setiap
individu yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, sosial dan etikanya.
Bahkan pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya
dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaannya (Sumarsono, 2009).
Kesehatan
Modal kesehatan yang lebih besar dapat meningkatkan laba dari investasi dalam pendidikan. Hal
ini menunjukkan bahwa kesehatan dan pendidikan memiliki kaitan yang sangat erat terhadap
pembangunan ekonomi.
106
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Kesehatan dan pendidikan berkaitan dalam pembangunan ekonomi. Harapan hidup lebih panjang
dapat menaikkan pengembalian atas investasi dalam pendidikan, sementara kesehatan yang lebih
baik akan menyebabkan rendahnya tingkat depresiasi modal pendidikan. Kesehatan berdampak
pada produktivitas seseorang (Sumarsono, 2009)
Tabungan
Menurut kaum klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga dengan hubungan positif.
Tingkat bunga yang semakin tinggi mengakibatkan jumlah tabungan semakin meningkat, karena
terjadi akumulasi aset. Pada kenyataannya kondisi full employment tersebut tidak pernah terjadi.
Selain itu, teori klasik juga melakukan pemisahan antara sektor moneter dan sektor riil, yang
masing-masing sektor tidak saling mempengaruhi (Boediono, 2001). Teori Keynesian
menyatakan tingkat bunga tidak ditentukan oleh interaksi tabungan dan investasi di pasar modal,
tetapi merupakan fenomena moneter. Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi keinginan
untuk investasi sektor perusahaan, karena investasi sangat sensitif terhadap tingkat bunga.
Menurut Keynesian, tabungan ditentukan oleh tingkat pendapatan saat ini (current income).
(Boediono, 2001).
3. Metode Penelitian
Tempat, Waktu dan Jenis Data Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah kepala rumah tangga nelayan di Desa Nelayan I Kecamatan
Sungai Liat Kabupaten Bangka dan Desa/Kelurahan Temberan, Air Itam dan Sinarbulan Kota
Pangkalpinang. Penelitian dilakukan selama enam bulan dengan penggumpulan data melalui
sistem wawancara dan kuisioner yang disebarkan ke 118 sampel, 59 sampel di Desa Nelayan I
Kecamatan Sungai Liat Kabupaten Bangka dan 59 sampel di Desa/Kelurahan Temberan, Air
Itam dan Sinarbulan Kota Pangkalpinang.
Analisis Regresi
Analisis regresi linier berganda digunakan dengan formula sebagai berikut:
Y = b0+ b1E+ b2M+b3As+ b4C+b5S
Keterangan:
Y = Pendapatan
E = Pendidikan
M = Melek Huruf
As = Asuransi BPJS
C = Kalori
S = Tabungan
b0 = intersep
b1,b2,...b6 = koefisien regresi (parameter)
Persamaan tersebut merupakan persamaan tunggal yang berdiri sendiri. Pengujian hipotesis
dinyatakan sebagai berikut:
H0 : tidak ada pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat
Ha : ada pengaruh antara variabel bebas dan terikat
H0 : bn = 0 atau b1=b2=b.....b6=0
Ha : sekurang-kurangnya satu diantara 6 koefisien regresi tidak sama dengan nol
107
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
© 2017 IJBE Publishing. All rights reserved. Available Online at: http://ijbe-research.com
4. Hasil dan Pembahasan
Deskripisi Variabel Pendapatan Pendapatan nelayan di Kabupaten Bangka, khususnya di Lingkungan Nelayan I rata-rata sebesar
Rp5.281.474,58 dengan pendapatan terendah senilai Rp1.675.000 dan sebesar senilai
Rp9.570.000 Pengeluaran rumah tangga yang pertama untuk memenuhi kebutuhan pokok
(pangan), kedua pakaian (sadang), ketiga biaya beli rokok, keempat biaya adat istiadat dan
kelima syukuran, transportasi (minyak, ongkos dan lain-lain). Biaya pendidikan anak masuk ke
dalam urutan ke 6 dalam pengeluaran rumah tangga, diikuti pengeluaran untuk listrik, cicilan
kredit 1, biaya kesehatan, biaya hiburan (minum kopi di warung), tabungan, biaya lainnya dan
cicilan kredit.
Gambar 1. Frekuensi Pendapatan Nelayan Gambar 2. Frekuensi Pendapatan Nelayan di Lingkungan Nelayan I
Kabupaten Bangka di Temberan, Air Itam dan Sinarbulan Kota Pangkalpinang
Rata-rata pendapatan nelayan di Kota Pangkalpinang sebesar Rp7.893.440,68 dengan
pendapatan terendah sebesar Rp2.300.000 dan tertinggi senilai Rp12.950.000 Pengeluaran
terbanyak didominasi oleh pengeluaran trasportasi (minyak, ongkos abi-labi dan lain-lain),
kebutuhan pokook (pangan), pakaian (sandang), pendidikan anak, biaya beli rokok. Pengeluaran
selanjutnya dipergunakan untuk biaya adat-istiadat dan syukuran, biaya listrik, biaya kesehatan,
cicilan kredit 1, biaya hiburan (minum kopi di warung), tabungan, biaya kredit 2 dan biaya
lainnya.
Deskripsi Variabel Pendidikan
Gambar 3. Frekuensi Pendidikan Nelayan Gambar 4. Frekuensi Pendidikan Nelayan di Lingkungan Nelayan di Temberan, Air Itam, dan Sinarbulan
Kota Pangkalpinang
108
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Pendidikan nelayan di Kabupaten Bangka, khususnya di Lingkungan Nelayan I sebagian besar
tamat SD sebanyak 44 orang, yang tidak tamat SD ada sebanyak 7 orang dan yang
menyelesaikan sekolah sampai tingkat SLTP ada sebanyak 6 orang dan SLTA ada 2 orang.
Nelayan di Desa/Kelurahan Temberan, Air Itam dan Sinarbulan yang tamat SD sebanyak 42
orang, yang tidak menyelesaikan pendidikan di jenjang SD sebanyak 4 orang, tamat SLTP 13
orang dan tamat SLTA tidak ada.
Deskripsi Variabel Melek Huruf
Gambar 5. Frekuensi Melek Huruf Nelayan di
Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka
Nelayan di Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka kebanyakan bisah baca dan tulis. Ini
menunjukkan bahwa melek huruf nelayan baik di Kota dan Kabupaten sangat baik.
Deskripsi Variabel Asuransi BPJS
Gambar 6. Frekuensi Penggunaan BPJS Kesehatan Nelayan Gambar 7 Frekuensi Penggunaan BPJS Kesehatan Nelayan
di Lingkungan Nelayan I di Desa/Kelurahan Temberan, Air Itam dan Sinarbulan
Nelayan di Lingkungan Nelayan I ada 3 orang yang tidak menggunakan BPJS kesehatan, 3 orang
yang sering menggunakan BPJS kesehatan, 45 orang jarang menggunakan dan 8 orang belum
pernah menggunakan. Rumah tangga nelayan lebih banyak menggunakan pengobatan tradisional
dibandingkan menggunakan fasilitas kesehatan BPJS. Nelayan di Desa/Kelurahan Temberan, Air
Itam dan Sinarbulan ada 7 orang yang tidak menggunakan BPJS kesehatan, 21 orang yang sering
109
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
menggunakan BPJS kesehatan, 21 orang jarang menggunakan dan 10 orang belum pernah
menggunakan.
Deskripsi Variabel Kalori
Gambar 8. Frekuensi Kalori di Lingkungan Nelayan I Gambar 9. Frekuensi Kalori Kalori di Desa/Kelurahan
Temberan, Air Itam dan Sinarbulan
Rumah tangga nelayan rata-rata mengkonsumsi kalori sebanyak 17.460,75. Jumlah kalori yang
dikonsumsi terendah sebesar 4.206 dan tertinggi sebesar 42.926 Makanan yang dikonsumsi
terbanyak adalah nasi, sedang kan lauk pauk rata-rata mengkonsumsi dari hasil tangkap di laut
dan berkebun. Rata-rata kalori rumah tangga nelayan di Desa/Kelurahan Temberan, Air Itam dan
Sinarbulan sebesar 16.345,63 dengan kalori terendah 6.888 dan tertinggi adalah 20.003,30.
Makanan yang dikonsumsi terbanyak adalah nasi. Lauk pauk kebanyakan mengkonsumsi dari
hasil tangkap nelayan.
Deskrpisi Variabel Tabungan
Gambar 10. Frekuensi Tabungan Nelayan Gambar 11. Frekuensi Tabungan Nelayan
di Lingkungan Nelayan I di Desa/Kelurahana Temberan, Air Itam dan Sinarbulan
Rumah tangga nelayan di Lingkungan Nelayan I rata-rata menyisihkan pengeluaran untuk
menabung rata-rata sebesar Rp 33.898,31 dengan tingkat tabungan terendah sebesar Rp 50.000
dan tabungan tertinggi Rp 600.000. Rumah tangga nelayan di Desa/Kelurahan Temberan, Air
Itam dan Sinarbulan rata-rata menyisihkan pengeluaran untuk menabung rata-rata sebesar Rp
62.711, 86 dengan tingkat tabungan terendah sebesar Rp 50.000 dan tabungan tertinggi Rp
1.000.000. 110
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Analisis Determinan Kemiskinan dan Modal Manusia di Lingkungan Nelayan I
Kabupaten Bangka Y = 8166754,530-346938,112E-3066686,081M-135590,254As+68,371C-0,561S
t (hit) = (4,040) (-0,869) (-1,704) (-0,534) (2,935) (-0,411)
F (hit) = 3,075
t(tabel) = 2,004879
F (tabel) = 2,370977
Adj R
= 0,152
F hitung kemiskian di Lingkungan Neayan I lebih besar dari F tabel, artinya H0 ditolak, Ha
diterima, ada hubungan antara variabel kemiskinan dengan variabel pendidikan, melek huruf,
asuransi, kalori dan tabungan. Hubungan antara variabel terikat dan bebas, R dari hasil SPSS
sebear 0,152% artinya variabel pendidikan, melek huruf, asuransi, kalori dan tabungan hanya
berpengaruh sebesar 15% terhadap kemiskinan. Indikator rumah tinggal, SDM, pinjaman
nelayan dan kelembagaan nelayan serta variabel lainnya mempengaruhi kemiskinan dan modal
manusia sebanyak 85%.
Analisis Determinan Kemiskinan dan Modal Manusia di Desa/Kelurahan Temberan, Air
Itam dan Sinarbulan Kota Pangkalpinang Y = 7561859,359 – 857243,420E + 972790,566M + 758244,252As - 21,796C + 1,314S
t(hit) = (2,533) (-1,265) (0,363) (1,395) (-1,630) (0,409)
F(hit) = 1,169
t(tabel) = 2,004879
F (tabel) = 2,370977
Adj R
= 0,014
F hitung kemiskinan di Desa/Kelurahan Temberan, Air Itam dan Sinarbulan lebih kecil dari F
tabel, artinya H0 diterima, Ha ditolak, tidak ada hubungan antara variabel kemiskinan dengan
variabel pendidikan, melek huruf, asuransi, kalori dan tabungan. Hubungan antara variabel
terikat dan bebas, R dari hasil SPSS sebear 0,014% artinya variabel pendidikan, melek huruf,
asuransi, kalori dan tabungan hanya berpengaruh sebesar 1,4% terhadap kemiskinan. Sedangkan
98,6% bisa dipengaruhi oleh indikator rumah tinggal, SDM, pinjaman nelayan, kelembagaan
nelayan dan variabel lainnya.
5. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. Tidak ada determinan kemiskinan dan modal manusia di Lingkungan Nelayan I dan
Desa/Kelurahan Temberan, Air Itam dan Sinarbulan. Walau tingkat kemiskinan dan modal
manusia rumah tangga nelayan di Desa/Kelurahan Temberan, Air Itam dan Sinarbulan
cenderung lebih baik dari Lingkungan Nelayan I. Penyebabnya adalah banyak faktor lain
selain pendidikan, melek huruf, asuransi, kalori dan tabungan. Variabel yang besar
pengaruhnya terhadap kemiskinan di rumah tangga diantaranya indikator SDM, pinjaman,
kelembagaan nelayan dan lainnya yang tidak diukur dalam penelitian ini.
2. Diantara variabel bebas yaitu pendidikan, melek huruf, asuransi, kalori dan tabungan, hanya
kalori yang berhubungan positif dengan kemiskinan di rumah tangga nelayan di kedua
wilayah sampel, hal ini disebabkan oleh rata-rata rumah tangga nelayan mengkonsumsi
111
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
makanan laut yang kalorinya sangat tinggi, yang mereka dapat dari hasil tangkap ketika
melaut.
Saran
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya mencoba untuk melihat pola rumah tangga nelayan muda
dan rumah tangga nelayan usia lanjut.
2. Pemerintah Kabupaten Bangka sebaiknya memberikan fasilitas terhadap rumah tangga
nelayan misal berupa koperasi sebagai wadah simpan pinjam anggota. Bantuan dari
pemerintah seperti pelatihan kewirausahaan nelayan, bantuan mesin motor dan lain-lain
sangat diharapkan rumah tangga nelayan untuk mensejahterakan hidup mereka.
Referensi
Agunggunanto, E. Y. (2011). Analisis Kemiskinan dan Pendapatan Keluarga Nelayan Kasus Di
Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Indonesia. Dinamika Ekonomi
Pembangunan, 1, 1st ser., 51-60. Retrieved April 4, 2017, from
https://media.neliti.com/media/publications/4983-ID-analisis-kemiskinan-dan-
pendapatan-keluarga-nelayan-kasus-di-kecamatan-wedung-ka.pdf.
Anjayani, E. (2007). Mengenal Beberapa Program Pembangunan. Cempaka Putih: Klaten.
Badan Pusat Statistik. (2017). Kepulauan Bangka Belitung Dalam angka 2016 (Ser. 1403.19, pp.
1-320). Provinsi Kepulauan Bangka Belitung: BPS .
Boediono. (2001). Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2: Ekonomi Makro. Yogyakarta:
BPFEY.
Dartanto, T. (januari 2017). Disaster, Mitigation and Household Welfare in Indonesia. LPEM
FEBUI Working Paper, 006th ser., 13-14. Retrieved October 13, 2017, from
http://www.lpem.org/wp-content/uploads/2017/01/WP-LPEM_06_Jan-2017_Dartanto-
T_rev2.pdf
Fattah, N. (2009). Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung
Junaidi, A. M., & U. P. (2016). KAJIAN STRATEGI PENGENTASAN KEMISKINAN
NELAYAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF MULTI DIMENSI DI KOTA PADANG
(FAKTOR EKSTERNAL KEMISKINAN NELAYAN). Prosiding SNaPP2016 Sosial,
Ekonomi, dan Humaniora, 6, 1st ser., 830-838. Retrieved November 9, 2017, from
http://proceeding.unisba.ac.id/index.php/sosial/article/view/405/pdf
Mulyadi. (2014). Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan. PT.
Rajagrafindo Persada/Rajawali Press: Jakarta.
Rahman*, M. A., Abka, R., Rahman, M. S., & Sarma, P. K. (2013). Poverty and food security
analysis: A study of fishermen households in a selected area of Bangladesh . J.
112
IJBE: Integrated Journal of Business and Economics
e-ISSN: 2549-3280
Bangladesh Agril. Univ., 11, 2nd ser., 293-299. Retrieved October 13, 2017, from
https://ageconsearch.umn.edu/bitstream/209871/2/19928-71294-1-PB.pdf.
Suryawati, C. (2005). MEMAHAMI KEMISKINAN SECARA MULTIDIMENSIONAL. JMPK
,8, 3rd ser., 121-129. Retrieved October 13, 2017, from
https://media.neliti.com/media/publications/22327-ID-memahami-kemiskinan-secara-
multidimensional.pdf.
Sumarsono, S. (2009). Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu:
Jakarta.
Tempo.co. (2017, February 25). Menteri Susi Cemas Ratusan Rumah Tangga Nelayan
Menghilang. Https://www.tempo.co/. Retrieved March 3, 2017, from
https://nasional.tempo.co/read/850286/menteri-susi-cemas-ratusan-rumah-tangga-
nelayan-menghilang
Tjiptoherijanto, P. (1999). Keseimbangan Penduduk, Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Pembangunan Daerah. Pusataka Sinar Harapan: Jakarta.
Todaro, M. P & Stephen C. Smith. (2003). Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Erlangga:
Jakarta.
113
IJBEINTEGRATED JOURNAL OF BUSINESS AND ECONOMICS2 0 1 7 A C COMP L I S HMEN T S
+ 6 2 8 1 2 7 2 0 1 8 9 1 0
h t t p s : / / i j b e - r e s e a r c h . c o m
B a n g k a B e l i t u n g , I n d o n e s i a
e c h o @ i j b e - r e s e a r c h . c o m