470-401-3-pb

Download 470-401-3-PB

If you can't read please download the document

Upload: arief-yusuf-effendi

Post on 08-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mbjm,bm

TRANSCRIPT

  • APLIKASI DATA SATELIT RESOLUSI RENDAH DAN SIG UNTUK ANALISA DISTRIBUSI SPATTIAL ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN (ZPPI) DI SELAT

    MAKASSAR PERIODE : JULI - AGUSTUS 2004 Muchlisin Arief

    Peneliti Bidang Aplikasi Penginderaan Jauh, LAPAN

    ABSTRACT

    The distribution spatial analysis of fishing ground potential zone (ZPPI) is an information analysis and mapping of the zone/ region which predicted fishing ground, these information can be derived daily from NOAA and SeaWifs satellite data for the Makassar bay (Balikpapan/Kalimanan Timur region). These Information obtained by analysing Sea Surface Temperature deriving from NOAA satellite and chlorophyle concentration deriving from SeaWifs or MODIS satellite data. The Sea Surface Temperature calculated by applying McMillin and Crosby metode on band 4 and band 5 of NOAA data.

    Based on the observation during 3 month (June until August 2004), The location of fishing ground in the Makasar bay on J u n e 2004 centered arround 116 25 ' 33" BT,1 44' 52" LS and than moving to west-North direction arround 116 15' BT, 1 36' 40" LS on July, at last, on August the location of fishing ground move south-east direction around 117 35 ' 37" BT, 2 30 ' 4 1 " LS or located arround the west of Mamuju city.

    ABSTRAK

    Analisis distribusi spatial Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) merupakan analisis dan memetakan informasi wilayah yang diduga terdapat banyak ikan, yang mana informasi tersebut d i turunkan dari data NOAA dan SeaWifs secara harian un tuk selat Makassar (wilayah Balikpapan/Kalimanan Timur). Informasi ini diperoleh dengan cara menganalisis gabungan informasi Sea Surface Temperature yang di turunkan dari data satelit NOAA dengan konsentrasi khlorofil yang di turunkan dari data satelit SeaWifs a taupun MODIS.

    Suhu Permukaan Laut dihitung menggunakan kombinasi suhu kecerahan kanal 4 dan kanal 5 dengan menggunakan metode McMillin and Crosby.

    Berdasarkan pengamatan selama 3 bulan (Juni s.d Agustus 2004), maka lokasi fishing ground di Selat Makassar pada bulan J u n i 2004 berpusa t di posisi sekitar 116 25 ' 33" BT,1 44 ' 52" LS kemudian bergeser ke arah barat-utara berpusat di sekitar 116 15' BT, 1 36 ' 40" LS un tuk bulan Juli , lalu di bulan Agustus berpindah jauh ke arah timur-selatan pada posisi 117 35 ' 37" BT, 2 30 ' 4 1 " LS atau berada pada perairan bagian barat kota Mamuju.

    1 PENDAHULUAN

    Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dan hampir dua pertiga bagiannya terdiri dari lautan, juga mempunyai garis pantai sepanjang 81.000 km, maka tidak salah kalau bangsa Indonesia dari dulu ter-kenal dengan bangsa pelaut.

    Semenjak berakhirnya pemerin-tahan orde baru, maka pemerintah telah mencanangkan kebijakan pembangunan strategis yang diarahkan kepada pem-bangunan sumber daya alam pesisir dan laut. Alasan pokok kebijakan tersebut, adalah 1) Fakta fisik Indonesia merupa-kan negara kepulauan terbesar di dunia

    218

  • luas laut sekitar 3,1 j u t a km2 a tau 62% dari luas teritorialnya; 2) Semakin me-ningkatnya kegiatan pembangunan dan jumlah penduduk serta semakin menipis-nya sumberdaya alam di daratan; 3) Per-geseran konsentrasi kegiatan ekonomi global dari poros Eropa-Atlantik menjadi poros Asia Pasifik yang diikuti per-dagangan bebas dunia pada tahun 2020 menjadikan kekayaan laut Indonesia menjadi aset nasional; 4) Dalam menuju era industrialisasi, wilayah pesisir dan lautan termasuk prioritas u tama un tuk pusat pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agribisnis, agroindustri, per-mukiman, transportasi dan pelabuhan.

    Perkembangan teknologi pengo-lahan data dan informasi dalam era globalisasi telah berkembang sangat cepat. Begitu pula dengan teknologi Penginderaan jauh (inderaja) satelit/Remote sensing, yang mana saat ini telah berkembang sesuai dengan kebutuhan informasi para pemakai jasa satelit. Pemanfaatan tekno-logi inderaja satelit u n t u k pengelolaan sumberdaya ikan telah dilakukan di be-berapa negara maju, seperti Jepang, Australia dan beberapa negara Eropa. Satelit resolusi rendah yang dapat di-manfaatkan datanya secara gratis dan dapat memberikan informasi secara harian adalah satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), SeaWifs dan MODIS {Moderate Image Spectroradiometer).

    Informasi parameter yang diturun-kan dari ketiga satelit di a tas dan data lapangan lainnya diintegrasikan dengan menggunakan perangkat lunak SIG (Sistem Informasi Geografis) un tuk mendapat-kan informasi posisi dan lokasi suatu wilayah yang diduga terdapat banyak ikan. Distribusi spatial Informasi Zona Harian Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) adalah penelitian untuk memetakan secara spasial letak posisi dan lokasi yang ter-indikasi potensi ikan yang di turunkan dari gabungan informasi yang diperoleh dari satelit NOAA dan SeaWifs serta MODIS.

    Pada makalah ini dibahas tentang analisis, identifikasi dan memetakan daerah-daerah zona potensi penangkapan ikan (ZPPI) periode Jun i sampai dengan Agustus tahun 2004 serta perpindahan-nya yang mana hasil ini diharapkan dapat membantu nelayan dalam mening-katkan produksi penangkapan ikan dalam rangka peningkatan pemberdaya-an dan pengembangan ekonomi masya-rakat nelayan baik di masa kini maupun di masa mendatang.

    2 DATA DAN METODE 2.1 Data Inderaja

    Menurut Sutanto (1994), ada empat komponen penting dalam sistem penginderaan jauh, yakni (1) sumber tenaga elektromagnetik, (2) atmosfer, (3) interaksi an ta ra tenaga dan obyek, (4) sensor. Tenaga panas yang dipancar-kan dari obyek dapat direkam dengan sensor yang dipasang j auh dari obyeknya. Penginderaan obyek tersebut mengguna-kan spektrum inframerah termal (Paine, 1981 dalam Sutanto, 1994).

    Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) meru-pakan satelit cuaca yang berfungsi mengamati lingkungan dan cuaca yang dimiliki Amerika Serikat, diluncurkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) yang mempunyai resolusi spasial 1,1 km x 1,1 km. Sekarang di atmosfer Indonesia melintas setiap hari lima seri NOAA, yaitu NOAA-12, NOAA-14, NOAA-15, NOAA-16 dan NOAA-17. Sensor u tama satelit NOAA adalah AVHRR (Advance Very High Reso-lution Radiometer Model 2) yang mem-punyai 5 band spektral, yang mana salah satu dari band tersebut dapat digunakan untuk pengamatan lingkungan dan cuaca yang dapat memberikan informasi ke-lautan, seperti suhu permukaan laut yang berguna dalam mendeteksi keberadaan ikan.

    Satelit lain yang digunakan untuk menentukan keberadaan ikan, yaitu satelit SeaWifs. Sensor SeaWiFS (Sea-Wide Field

    219

  • Sensor) merupakan sensor satelit Seastar yang diluncurkan pada orbit rendah pada tanggal 1 Agustus 1997 dari pesawat Pegasus. Pembangunan dan pengendalian satelit Seastar dilakukan oleh OSC (Orbital Science Corporation). Satelit ini men-transmisikan dua jenis data yaitu LAC (Local Area Coverage) dan GAC (Global Area Coverage), masing-masing dengan tingkat real time da ta 665,4 Kbps dan 2 Mbps. Kedua da ta di a t a s ditransmisikan melalui band-S dengan frekuensi 2272.5 MHz.

    SeaWiFS mampu memberikan in-formasi distribusi warna permukaan laut yang berkaitan dengan kandungan klorofil di suatu perairan. Data SeaWiFS mem-perlihatkan distribusi klorofil di wilayah pantai dan laut, sehingga sesuai un tuk dipakai menentukan potensi lokasi ikan. Data ini dapat diperoleh seminggu sekali dengan syarat daerah liputan tidak ter-tu tup awan. Data klorofil yang ditampil-kan dalam sa tuan miligram/meterkubik tampak pada Gambar 2-1 ,

    Gambar 2-1: Skala nilai kandungan klorofil (mg/m3)

    2.2 Kondisi Oseanografi Selat Makassar

    Berdasarkan posisinya, perairan Selat Makassar mempunyai nilai suhu yang cukup tinggi terutama pada lapisan permukaan. Akibat pengaruh angin, maka lapisan teratas sampai kedalatnan ter-tentu yakni pada kedalaman 50-100 meter terjadi pengadukan dan pencampuran, sehingga suhu pada lapisan 0-100 meter menjadi homogen. Dengan adanya per-gerakan massa air dan pergantian angin musim, maka lapisan homogen ini dapat bervariasi kedalamannya antara 0-100 meter pada musim barat dan 0-50 meter pada musim timur. Pada lapisan homogen di musim barat s u h u berkisar an t a r a 27-28 C dengan salinitas berkisar antara 32,5 - 33,5 /oo. Pada kedalaman per-airan dimulai dari 300 meter sampai dasar, suhu berkisar antara 5-11"C dengan

    salinitas berkisar an ta ra 34,5 - 34,6 /oo-Pada musim timur, suhu pada lapisan homogen berkisar antara 26-27 C Sali-nitas berkisar antara 34,0 - 34,5 /oo (Wyrtki, 1961).

    Konsentrasi fosfat di perairan Indonesia bagian timur di permukaan pada musim barat berkisar an tara 0,2 -0,3 ng-at P/l , sedangkan pada musim timur naik menjadi 0,3 - 0,4 ng-at P/l. Hal ini disebabkan oleh penaikan massa air di Laut Banda dan Arafura, yang menyebabkan zat ha ra di lapisan per-mukaan meningkat. Hal ini menyebab-kan terjadinya suplai zat ha ra ke per-airan di sekitarnya. Di perairan Selat Makassar bagian selatan terdapat nilai yang lebih tinggi dari k i sa ran 0,3-0,4 ng-at P / l pada musim timur, hal ini juga disebabkan terjadinya penaikan massa air pada musim ini. Sedangkan kandungan nitrat di selat Makassar ber-kisar an tara 0,17 - 1,56 ^g-at N/1. Kandungan tertinggi terdapat di bagian selatan dan u tara Selat Makassar. Hal tersebut diduga karena adanya pengaruh massa air dari Laut Sulawesi di sebelah u tara dan dari Laut Flores di sebelah selatan. Pada kedalaman 25 meter kan-dungan nitrat berkisar 0,12-0,6 ng-at P/l. Konsentrasi silikat permukaan di per-airan Selat Makassar pada bulan Agustus (musim timur) berkisar an ta ra 1,0 - 3,0 |ig-at S/l. Sedangkan pada ke-dalaman antara 2 5 - 5 0 meter berkisar antara 1,0 - 4,0 ng-at S/l. Pada bulan Mei (musim peralihan I) konsentrasi silikat permukaan di perairan Selat Makassar berkisar antara 1,0-3,0 ng-at S/l dan pada kedalaman antara 2 5 - 5 0 meter berkisar an tara 1,0 - 6,0 ng-at S/l. Kandungan oksigen permukaan di Selat Makassar pada bulan April - Mei pada umumnya lebih dari 4,0 ml/1 dan pada kedalaman 30 - 50 meter kurang dari 4,0 ml/1, sedangkan pada bulan Jul i - Agustus (musim timur) kandungan oksigen per-mukaan mendekati 4,5 ml/1 dan pada kedalaman 30-50 meter lebih dari 4,0 ml/1.

    Angin yang berhembus di per-airan Selat Makassar t e ru tama adalah

    220

  • angin musim yang dalam setahun terjadi pembalikan arah dan dikenal sebagai angin musim barat dan angin musim timur. Sirkulasi kedua angin ini ternyata begitu mantap dan tetap di a tas perairan Selat Makassar. Keadaan ini sering dijumpai selama bulan Januar i - Februari dan bulan Juli - September. Pergantian angin musim barat menjadi angin musim timur menimbulkan berbagai macam pengaruh terhadap sifat perairan Selat Makassar. Selama angin musim barat berhembus maka curah hujan akan meningkat dan air sungai banyak yang raasuk ke laut, sehingga menyebabkan pengenceran terhadap air laut. Sebalik-nya selama angin musim timur, terjadi peningkatan salinitas akibat penguapan yang besar, di tambah dengan masuknya massa air yang mempunyai salinitas tinggi dari Samudera Pasifik melalui Laut Sulawesi dan masuk ke perairan Selat Makassar (Wyrtki, 1961).

    Pada musim peralihan (Maret-Mei) arah angin tidak menentu dan kekuatan angin pada umumnya berkurang, periode ini dikenal sebagai muson pancaroba awal tahun. Pola a rus permukaan banyak dipengaruhi oleh angin musim, sehingga pola sirkulasi akan berubah sejalan dengan pola angin. Pada musim barat arus permukaan bergerak dari barat ke timur, sedangkan musim timur a rus permukaan bergerak dari timur ke barat.

    Berdasarkan pola a rus yang dipe-takan oleh Wyrtki, 1961 mengatakan bahwa Samudera Pasilik menyumbang lebih banyak massa air ke perairan Selat Makassar dibandingkan Samudera Hindia. Di Selat Makassar a rus mengalir secara tetap sepanjang tahun menuju ke selatan. Kecepatan terendah terjadi pada bulan Desember, J anua r i dan Mei sedangkan kecepatan tertinggi pada bulan Februari, Maret dan dari bulan Juli sampai September. Perubahan arus permukaan yang sesuai dengan gerakan angin musim tampak pada daerah pertemuan antara massa air Laut Jawa, Laut Flores dan Selat Makassar bagian selatan.

    Pada Musim Barat arah a rus berasal dari Laut Cina Selatan ke Laut

    Jawa di sebelah Timur Sumatera melalui proses pengenceran sehingga air yang bersalinitas tinggi terdorong ke sebelah Timur, demikian pula sebaliknya perairan sebelah Timur Laut Jawa berasal dari Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang bersalinitas tinggi sehingga kadar air yang bersalinitas rendah terdorong ke bagian barat. Musim Timur ini di sekitar Laut Banda dan Selat Makassar bagian selatan terjadi upwelling, sehingga daerah sekitarnya menjadi subur. Kesuburan perairan tersebut terbawa a rus hingga ke Laut Jawa sehingga mengakibatkan Laut Jawa selama dan sesudah musim Timur ini menjadi subur (Wyrtki, 1961).

    Gambar 2-2: Daerah upwelling di per-airan Indonesia

    Upwelling di perairan Indonesia dijumpai di Laut Banda, Laut Arafura, selatan Jawa hingga selatan Sumbawa, Selat Makassar, Selat Bali dan diduga terjadi di Laut Maluku, Laut Halmahera, barat Sumatera ser ta di Laut Flores dan Teluk Bone. Upwelling di perairan Indonesia bersifat musiman terjadi pada Musim Timur (Mei-September), hal ini menun-jukkan adanya hubungan yang erat antara upwelling dan musim timur (Nontji, 1993) yang dapat dilihat pada Gambar 2-2. Hidrologi di perairan Laut Jawa sangat dipengaruhi oleh musim Barat (Desember-Februari) yang memiliki curah hujan tinggi dan musim Timur (Juni-Agustus) yang terjadi musim kemarau, serta musim peralihan I (Maret-Mei) dan musim per-alihan II (September-November). Pada musim Timur massa air dari Selat Makassar bertemu dengan massa air dari Laut Flores di daerah Selat Makassar bagian Selatan, keduanya bergabung dan mengalir ke Barat menuju Laut Jawa.

    221

  • 2.3 Metode 2.3.1 Algorithma penentuan zona po-

    tensi penangkapan ikan Penentuan Zona Potensi Penang-

    kapan Ikan (ZPPI), d i turunkan dari dua data satelit (NOAA dan SeaWifs). Algo-rithma tersebut secara garis besar dibagi dalam 2 bagian, yaitu Pertama adalah penentuan wilayah yang akan diobser-vasi yang biasa dikenal dengan Cropping data (pemotongan data), kemudian dila-kukan proses perhitungan guna menen-tukan parameter-parameter yang akan digunakan dalam penentuan ZPPI yaitu parameter suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature) dan cuaca serta kandungan khlorofil yang di turunkan dari satelit SeaWifs dan MODIS. Kedua adalah proses koreksi geometrik agar hasil-hasil tersebut di a tas sesuai dengan Base Map wilayah Indonesia. Kemudian dila-kukan pengintegrasian parameter yang dihasilkan tersebut di atas dengan meng-ikutsertakan sifat/karakteristik ikan dan cuaca. Setelah itu dilakukan analisis penentuan ZPPI, dengan cara menentu-kan/memilih wila-yah/zona yang mem-punyai suhu relatif lebih panas dari sekitarnya disertai dengan kandungan khlorofil yang relatif lebih besar.

    Diagram alir penentuan ZPPI ditampilkan pada Gambar 2-3.

    2.3.2 Perhitungan laut

    suhu permukaan

    Data u t ama yang diperoleh dari data NOAA-AVHRR adalah suhu per-mukaan laut yang selanjutnya disingkat dengan SPL. Untuk melakukan pengo-lahan suhu permukaan laut digunakan perangkat lunak perhitungan SPL yang merupakan pengembangan LAPAN. Per-hitungan suhu permukaan laut dilaku-kan secara komputerisasi, dengan meng-hitung nilai masing-masing pixel kanal 4 dan kanal 5. Perhitungan SPL terdiri atas beberapa langkah sebagai berikut.

    a. Mengubah nilai pixel menjadi nilai radiansi menggunakan formula:

    (2-1)

    N= nilai radiansi masing-masing band 4 dan 5

    G= koefisien gain X= nilai keabuan pixel I = koefisien intercept, I = indeks i menunjukkan kanal 4 dan 5.

    Nilai gain dan intercept un tuk kanal 4 dan 5 diperoleh dari perhitungan header da ta NOAA yang diproses u n t u k tiap lintasan.

    b.Menghitung suhu kecerahan

    Suhu kecerahan (brightness temperature) dihitung menggunakan formula:

    (2-2)

    Gambar 2-3: Diagram alir penentuan zona potensi penangkapan ikan

    dengan

    Tb = suhu kecerahan Ci = konstanta C2 = konstanta 0 = central wave number N = radiansi, 1 = indeks kanal 4 dan 5

    Central wave number adalah bilangan gelombang pusa t un tuk kanal 4 dan 5 secara berurutan adalah 929.5878 dan 835.3740 (parameter NOAA-14, range suhu 290-330 K)

    222

  • c. Menghitung suhu permukaan laut

    Suhu permukaan laut dihitung menggunakan kombinasi suhu kecerah-an kanal 4 dan kanal 5. Ada beberapa formula, di antaranya McMillin and Crosby yang akan digunakan dalam perhitungan ini.

    Keempat formula di atas, (2-1) sampai (2-4), dapat digabungkan menjadi 1 formula ER. Mapper un tuk memper-cepat proses pengolahan data. Proses pengolahan data lanjut ini dilakukan menggunakan Program SPL yang di-bangun menggunakan Delphi 6.0 (SPL Format Dundee v. 4), kecuali untuk koreksi geometrik dan pembuatan kontur suhu permukaan laut menggunakan ER. Mapper.

    3 HASIL DAN PEMBAHASAN

    Zona Potensi Penangkapan Ikan untuk selat Makassar mencakup wilayah perairan antara 101 BT - 109 BT dan 05 LU-1 LS. Wilayah ZPPI selat Makassar dapat dilihat pada Gambar 3-1.

    Gambar 3-1: Area ZPPI di selat Makassar

    Data NOAA yang diterima oleh Instalasi Lingkungan dan Cuaca yang meliput selat Makassar dan dapat di-proses menjadi informasi suhu per-

    mukaan laut un tuk bulan Jun i relatif sedikit, karena wilayah tersebut hampir setiap hari ter tutup awan. Oleh karena itu, pada bulan Jun i da ta yang diproses sebanyak 85 data. Untuk memperoleh informasi mengenai sebaran Suhu Per-mukaan Laut (SPL) da ta NOAA tersebut diolah lebih lanjut dengan menggunakan software Dundee. Keseluruhan data yang diolah selama periode J u n i 2004 meru-pakan gabungan dari data NOAA 12, 15, 16 dan 17. Dari data tersebut yang dapat diolah lebih lanjut menjadi peta ZPPI sebanyak 14 data (Lampiran 1). Karena wilayah tersebut ter tutup awan, maka analisa Peta ZPPI selama bulan Jun i 2004 hanya menghasilkan 14 peta ZPPI. Hal ini di-sebabkan karena sebagian data citra yang diperoleh tertutup awan sehingga tidak memungkinkan un tuk diolah lebih lanjut menjadi peta ZPPI. seperti Gambar 3-2 (Lampiran).

    Berdasarkan peta ZPPI di selat Makassar yang diperoleh dari data citra NOAA dan SeaWiFS selama bulan Jun i 2004 (Gambar 3-3a), memperlihatkan bahwa pola distribusi fishing ground menyebar di Selatan perairan Selat Makassar, terutama pada area 116 35' 59" BT - 117 22' 07" BT dan 2 57' 29" LS - 1 46' 17" LS dengan konsen-trasi kepadatan Waypoint (WPT) sebanyak 20 WPT ZPPI (lingkaran merah), seleng-kapnya informasi mengenai kondisi perairan daerah fishing ground ditampil-kan pada Tabel 3-1 (Lampiran).

    Klorofil-a merupakan zat hijau daun yang terkandung di dalam tum-buhan laut misalnya fitoplankton. Kadar klorofil-a dalam volume air laut tertentu merupakan suatu ukuran bagi biomassa tumbuhan yang terdapat dalam air laut tersebut. Proses fotosintesis yang ber-langsung akan mempengaruhi produk-tivitas dari perairan. Pengaruh suhu secara langsung terhadap kehidupan di laut adalah dalam laju fotosintesis tumbuhan dan proses fisiologi hewan, khususnya aktivitas metabolisme dan siklus produksi. Suhu juga berhubungan dengan intensitas cahaya matahari yang

    223

  • masuk ke perairan, hal ini disebabkan karena fitoplankton tidak dapat menga-tur suhu tubuhnya sendiri.

    Sebaran konsentrasi klorofil-a harian untuk project area Selat Makassar berdasarkan citra klorofil-a AQUA-MODIS (http:\\seaunfs.gsfc.nasa.gou\cgi\level3.pl) berkisar antara 1 . 5 - 3 0 m g / m 3 (Gambar 3-4.a dan 3-7b), sedangkan konsentrasi klorofil-a bulanan pada bulan Jun i 2004 antara 0.2-4.0 mg/m 3 . Kandungan klorofil-a pada daerah fishing ground berkisar antara 0.3-3.0 m g / m 3 (Gambar 3-4.b). Tingginya kandungan klorofil-a tersebut disebabkan banyaknya sungai-sungai besar di pesisir Selat Makassar yang bermuara ke Perairan Selat Makassar. Selain itu tingginya kandungan klorofil-a di perairan dangkal juga disebabkan adanya proses pengadukan massa air sampai ke permukaan oleh faktor angin.

    Untuk bulan Juli 2004, data NOAA yang diterima sebanyak 78 data. Akan tetapi da ta yang dapat diproses menjadi sebaran suhu permukaan laut (SPL) se-banyak 13 data (Tabel 3-2, Lampiran 1). Hal ini disebabkan karena sebagian data citra yang diperoleh ter tutup awan sehingga tidak memungkinkan un tuk diolah lebih lanjut menjadi peta ZPPI. (Gambar 3-5a).

    Berdasarkan peta ZPPI Selat Malaka yang diperoleh dari data citra NOAA dan SeaWiFS selama bulan Juli 2004 (Gambar 3-5a), memperlihatkan bahwa pola distribusi fishing ground menyebar di perairan Selat Makassar (tidak ter-bentuk pola penyebaran fishing ground secara khusus). Hal ini diduga karena dari data citra NOAA yang berhasil dianalisis lebih lanjut di temukan sebagian besar area masih ter tutup oleh awan.

    Kondisi perairan daerah fishing ground ditampilkan pada Tabel 3-2. Suhu permukaan laut berkisar antara 26,1-32.0C dengan rata-rata 28,85C dan rata-rata j a rak front adalah 2.44 dengan jarak front mulai dari 1.78 sampai dengan 3,00 km pada kedalaman perairan berkisar antara 20-2000 m (Gambar 3-3a).

    Analisa pendugaan daerah WPT salah satunya menggunakan kisaran SPL, sehingga dapat dilihat adanya pem-bentukan front yaitu daerah pertemuan dua massa air yang memiliki karakteristik berbeda. Daerah ini ditandai dengan gradien suhu permukaan laut yang sangat jelas antara kedua sisi front. Daerah front diduga memiliki produktivitas tinggi karena merupakan perangkap bagi zat hara dari kedua massa air yang bertemu sehingga merupakan "feeding ground" bagi jenis ikan pelagis, hal ini menyebab-kan daerah front menjadi daerah penangkapan yang baik untuk jenis-jenis ikan pelagis. J a rak front rata-rata per-airan Selat Makassar selama bulan Juli adalah sebesar 2,44 km dan kisaran suhu permukaan laut antara 26,1 - 32.0C.

    Konsentrasi klorofil-a harian untuk wilayah selat Makassar berdasarkan citra klorofil-a AQUA-MODIS (http:\\seawifs. gsfc.nasa.gov\cgi\level3.pl) berkisar an-tara 0.5 - 25 m g / m 3 (Gambar 3-5b), ter-u tama di daerah pesisir pada kedalaman antara 0 - 100 m (Gambar 3-6a). Tingginya kandungan klorofil-a tersebut disebab-kan banyaknya sungai-sungai besar di pesisir Kalimantan Timur yang bermuara ke Perairan Selat Makassar salah satunya adalah Sungai Mahakam.

    Keseluruhan da ta NOAA yang diterima oleh Instalasi Lingkungan dan Cuaca yang mencakup Selat Makasar pada bulan Agustus 2004 sebanyak 81 data. Akan tetapi, data yang dapat diolah lebih lanjut menjadi Peta Zona Potensi Penangkapan Ikan sebanyak 17 data (selengkapnya informasi mengenai kondisi perairan daerah fishing ground ditampil-kan pada Tabel 3-3, Lampiran) dan integrasi ke 17 Peta ZPPI dapat dilihat pada Gambar 3-6a.

    Gambar tersebut menunjukkan bahwa pola distribusi fishing ground menyebar di perairan Selat Makassar dan pola penyebaran fishing ground terkon-sentrasi di perairan arah barat Mamuju yaitu pada koordinat 117 37' 39.0"-118 40' 35.7" BT dan 2 54' 34.6" - 2 6' 49.3" LS dengan kepadatan 27 titik WPT,

    224

  • Suhu permukaan laut berkisar antara 24.78- 30.81C dengan rata-rata 28,23C dan rata-rata jarak front adalah 2.39 dengan jarak front mulai dari 1.87 sampai dengan 2,89 km pada kedalaman perairan berkisar an tara 20-2000 m. Hal ini didukung dengan peta sebaran khlorofil-a u n t u k bulan Agustus yang diturunkan dari data a AQUA-MODIS (http:\\ seawifs.gsfc. nasa.gov\cgi\level3. pi) berkisar antara 0.5 - 25 mg/m 3 ter-utama di daerah pesisir pada kedalaman antara 0 - 100 m (Gambar 3-7a).

    Analisa pendugaan daerah WPT salah satunya menggunakan kisaran SPL, sehingga dapat dilihat adanya pem-bentukan front yaitu daerah pertemuan dua massa air yang memiliki karak-teristik berbeda. Daerah ini ditandai dengan gradien suhu permukaan laut yang sangat jelas an tara kedua sisi front. Daerah front diduga memiliki produktivitas tinggi karena merupakan perangkap bagi zat hara dari kedua massa air yang bertemu sehingga merupakan "feeding ground' bagi jenis ikan pelagis, hal ini menyebabkan daerah /ront menjadi daerah penang-kapan yang baik (Gambar 3-7b).

    Untuk mengetahui pergeseran bulanan wilayah ZPPI dapat diperoleh dengan cara mengintegrasikan ketiga peta bulanan ZPPI. Integrasi area fishing ground bulan Jun i , Juli dan Agustus dapat dilihat pada Gambar 3-8.

    Gambar 3-8 menunjukkan bahwa pada bulan Jun i 2004 berada di sekitar posisi sekitar 11635'59" BT-11722'00" BT dan 0146'17" LS - 0257'29" LS (ber-pusatnya pada posisi 116 25 ' 33" BT, 1 44' 52" LS), kemudian bulan Juli 2004 pusat area fishing ground posisi bergeser ke arah barat -utara sekitar 11630'00" BT - 117 OO'OO" BT dan 01 30'00" LS -02 50'00" LS (berpusat pada posisi 116 15' BT, 1 36 ' 40" LS)dan akhirnya pada bulan Agustus pusa t area fishing ground berpindah j auh ke posisi sekitar 117 37'39" BT - 118 40'35.7" BT dan 02 54'34.6" LS - 02 06'49.30" (berpusat pada posisi 117 35 ' 37" BT, 2 30 ' 41" LS atau berada pada perairan bagian barat

    kota Mamuju). Hal ini berarti pada musim ini (biasa disebut musim timur) pola ZPPI bergerak dari sebelah selatan kota Balikpapan ke arah selatan-timur sampai ke arah kota Mamuju (Sulawesi)

    5 KESIMPULAN

    Aplikasi data satelit penginderaan j auh dan Sistem Informasi Geografis sudah dipergunakan di berbagai kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang salah satunya un tuk menentukan distri-busi ZPPI di selat Makassar

    Informasi distribusi spatial ZPPI merupakan informasi di suatu lokasi tertentu yang diduga terdapat banyak ikan. Informasi ini diperoleh dengan cara menganalisa gabungan informasi Sea Surface Temperature yang diturunkan dari data satelit NOAA dengan konsentrasi khlorofil yang diturunkan dari data satelit SeaWifs a t aupun MODIS.

    Pada area fishing ground periode Jun i sampai dengan Agustus suhu per-mukaan laut secara keseluruhan terjadi kenaikan dari 27C sampai 30C, sedang-kan kandungan klorofil pada daerah fishing ground pada musim barat relatif tetap terletak pada kisaran 0.2-0.3 mg/m3. Rata-rata jarak front sebesar 2,45 Km dengan Gradien Thermal Front (GTF) se-besar 0.25 C/Km dan kedalaman per-airan berkisar antara 20 - 100 meter.

    Berdasarkan pengamatan selama 3 bulan (Juni sampai dengan Agustus), maka lokasi fishing ground di Selat Makassar pada bulan Jun i 2004 berpusat di posisi sekitar 11625' 33" BT, 1 44 ' 52" LS kemudian bergeser ke arah barat-utara berpusat di sekitar 11615' BT, 1 36' 40" LS un tuk bulan Jul i , lalu di bulan Agustus berpindah j a u h ke arah timur-selatan pada posisi 117 35 ' 37" BT, 2 30' 41" LS atau berada pada perairan bagian barat kota Mamuju.

    DAFTAR RUJUKAN Amri, K., 2002. Hubungan Kondisi Osea-

    nografi (SPL, Klorofil-a, Arus) Dengan Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil

    225

  • di Selat Sunda. Thesis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

    Brown et. al., 1989. Application of Remote Sensing Technology to Marine Fisheries An Introductory Manual FAO. Fisheries Paper 295. Rome.

    Birowo dan Arief, 1983. Upwelling atau Penaikan Massa Air. Pewarta Oceana. Vol 2 (3). LON-LIPI. Jakar ta .

    DISHIDROS, 1995. Informasi Lingkungan Perairan Laut Jawa. J a k a r t a

    Hela. I. dan T. Laevastu, 1970. Fisheries Oceanography. Fishing News (Books) LTD. London.

    Prasetiahadi. K, 1994. Kondisi Oseano-grafi Perairan Selat Makassar pada Juli 1992 (Musim Timur). Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan.

    Komnas Kajiskanlaut, 1998. Potensi Pe-manfaatan dan Peluang Pemba-ngunan Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Kerja sama Ko-misi Nasional Pengkajian Sumber daya Perikanan Laut dan Labora-torium Manajemen Sumberdaya Perikanan J u r u s a n Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Jakar ta .

    Kristiadi, P., 2002. Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Berdasarkan Jumlah Hasil Tangkapan Purse Seine Pada Musim Barat dan Timur di Perairan Utara Jawa. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang.

    Nontji, A., 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakar ta .

    Nontji, 1993. Pengolahan Sumberdaya Kelautan Indonesia Dengan Tekanan

    Utama Pada Perairan Pesisir. Prosiding Seminar Dies Natalis Universitas Hang Tuah. Surabaya.

    Robinson, 1991. Satellite Oceanography, An Introduction for Oceanographer and Remote Sensing Scientist. Ellis Horwood Limited. John Wiley and Sons. New York.

    Sutanto, 1994. Penginderaan Jauh, jilid 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

    Tomascik et. al, 1997. A Multi-Parameter Extension of Termperature/Salinity Diagram Technique For The Analysis of Non-Isopycnal Mixing. In M.V. Angel and J. O' Brian (editor). Progress in Oceanography. Vol 10. Pergamon Press. Oxford.

    Widodo, J.; K. A. Aziz; B. E. Priyono; G. H. Tampubolon; N. Naamin dan A. Djamali (Eds)., 1998. Potensi dan Penyebaran Sumber Daya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan Laut di Indonesia, LIPL251 halaman.

    Wyrtki, K., 1961. Physical Oceanography of The South East Asian Waters. Naga Report. Vol. 2. Scripps Institution of Oceanography. The University of California. La Jolla. California.

    Yusuf. N., 2000. Daerah Penangkapan Ikan (Fishing Ground). Program Peman-faatan Sumberdaya Perikanan. J u r u s a n Perikanan. Fakultas Per-ikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang.

    SeaWiFS Interactive Region Selection. The World at 4 Kilometers : http://seawifs.gsfc.nasa.gov/cgibrs / seawifs_subreg_12 .pi.

    226

  • LAMPIRAN

    Tabel 3-1: ANALISA ZPPI WILAYAH SELAT MAKASSAR BULAN JUNI 2004

    No.

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    Tanggal

    KLT ZPPI 040605

    KLT ZPPI 040609

    KLT ZPPI 040615

    KLT ZPPI 040615

    KLT ZPPI 040615

    KLT ZPPI 040615

    KLT ZPPI 040616

    KLT ZPPI 040616

    KLT ZPPI 040616

    KLT ZPPI 040622

    KLT ZPPI 040622

    KLT ZPPI 040622

    KLT ZPPI 040623

    KLT ZPPI 040623

    KLT ZPPI 040623

    KLT ZPPI 040624

    KLT ZPPI 040624

    KLT ZPPI 040624

    KLT ZPPI 040627

    KLT ZPPI-040630

    POSISI Koord. X

    11709'33"BT

    11707'08"BT

    117"04'59"BT

    11659'33" BT

    11650,05" BT

    11712'55" BT

    11708'01" BT

    11701'51 "BT

    11708'52" BT

    116053'17" BT

    11644'16"BT

    11653'32"BT

    11651'20"BT

    116,45'35"BT

    11655'00"BT

    11653'49" BT

    11650'24" BT

    117o15'03"BT

    116"4178" BT

    118*53'34"BT

    Koord. Y

    242'45" LS

    228'33" LS

    1 54'33" LS

    205,23" LS

    227'05" LS

    234,51" LS

    2"21'12" LS

    224'39" LS

    2"44'25" LS

    217'08" LS

    233'13" LS

    2"49'45" LS

    155'00"LS

    232'40" LS

    249'54" LS

    200'04" LS

    21S'43"LS

    2"46'57" LS

    201'52"LS

    150'53" LS

    NOAA

    0406041357N16

    0406141344N16

    0406141344N16

    0406141344N16

    0406141344N16

    0406151332N16

    0406151332N16

    0406151332N16

    0406211405N16

    0406211405N16

    0406211405N16

    0406221358N16

    0406221358N16

    0406221358N16

    0406231342N16

    0406231342N16

    0406231342N16

    0406261308N16

    0406291605N12

    Kisaran SPL (C)

    29,3 - 29,8

    27,4 - 28,0

    28,3 - 28,9

    28,6 - 29,1

    28,8 - 29,3

    28,8 - 29,3

    30,6-31,1

    30,3 - 30,9

    30,4 - 30,9

    27,8 - 28,3

    27,4 - 28,0

    27,6 - 28,1

    28,0 - 28,6

    29,4 - 30,0

    29,3 - 29,9

    28,9 - 29,5

    28,9-29,5

    28,8 - 29,5

    28,7 - 29,3

    30,4 - 30,9 RATA-RATA

    SPL (C)

    29,36

    27,50

    28,38

    28,78

    29,01

    28,94

    31,07

    30,34

    30,61

    27,95

    27,54

    27,77

    28,25

    29,65

    29,51

    29,11

    29,12

    28,98

    28,87

    30,55 29.06

    Jarak Front

  • Tabel 3-2: ANALISA ZPPI WILAYAH SELAT MAKASSAR BULAN JULI 2004

    No.

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57

    Tanggal

    BPP ZPPI 040702

    BPP ZPPI 040703

    BPP ZPPI 040704

    LBPP ZPPI 040712

    BPP ZPPI 040714

    BPP ZPPI 040716

    BPP ZPPI 040718

    BPP ZPPI 040721

    BPP ZPPI 040722

    BPP ZPPI 040727

    BPP ZPPI 040728

    BPP ZPPI-040731

    Koord. X

    118*18'08"BT 118*03'1S"BT 117*29'11"BT 117*0879" BT 116*30'17"BT 117*48'12"BT 117*2479" BT 116*40'32"BT 118*01'31" BT 118*01'35" BT 116*52'13" BT 116'43'57"BT 11712'09"BT 11654'21"BT 116*41'27" BT 118*34'58" BT 11745'51" BT 117*06'49" BT 117*48'07" BT 116'33'56"BT 116"29'36"BT 117*43'51"BT 11756'18"BT 118*00'00"BT 117*45'02"BT 117*57'26"BT 117*45'05"BT 118*36'52"BT 118"35'02"BT 11728'46"BT 11818'38"BT 117*43'13"BT 117*1777" BT 117*10'03" BT 117"03'51" BT 116*58'48" BT 117*56'51"BT 11645'25"BT 116*41'11"BT 11646'51"BT 118*11 '05" BT 118*34'14"BT 118*51 '39" BT 118*42'20" BT 118*20'04" BT 118*06'52"BT 118*47'28"BT 118*31'52" BT 118'39'00"BT 118*01'08" BT 116*46'44" BT 118*54'46" BT 116'45'02"BT 118*34'31"BT 118*04'43"BT 11659'32" BT 116*48'34"BT

    Koord. Y

    1*29'42" LS 2'18'39"LS 2"19'40"LS 235'05" LS 249'10" LS 100'15"LS 1*15'52"LS 1*4274" LS 2*1076" LS 2*2273" LS 249'47" LS 1*48'34"LS 159'15"LS 2*01'40" LS 2*2773" LS 2*34'09" LS 2*38'36" LS 1*41'47"LS 225'09" LS 243'43" LS 2*5076" LS 0*55'11"LU 0*5970" LU 1 06'59" LS 006'56" LU 0*15'06"LU 0*2678" LU 2*22'57" LS 2*22'46" LS 2*51'58" LS 2*56'13"LS 040'02" LU 2*05'30" LS 2*17'45"LS 2*34'55" LS 2*3973" LS 0*53'53" LU 1*32'19"LS 2*37'51" LS 1*4375" LS 0*51'57" LU 1"35'36"LS 2'22'42" LS 2'29'06" LS 2*4179" LS 2*54'55" LS 2*0572" LS 2*12'53"LS 2*20'51" LS 1*23'11"LS 1*33'39"LS 1*57'41"LS 202'02" LS 2*33'48" LS 2*41'12" LS 2*52'45" LS 2*53'01" LS

    NOAA

    0407011351N16

    0407021340N16

    0407031328N16

    0407121522N12

    0407131315N16

    0407151253N16

    0407171410N16

    0407201335N16

    0407211329N16

    0407261408N16

    04072713S6N16

    0407301322N16

    Kisaran SPL (-C) 287 - 28,8 287 - 28,7 29,5 - 30,1 28,6 - 29,3 28,9 - 29,5 28,1 - 28,7 28,5 - 29,1 28,4 - 29,0 28,3 - 28,8 28,3 - 28,8 28,4 - 28,9 30,1 - 30,6 30,9-31,4 30,2 - 30,7 29,5 - 30,0 29,4 - 29,9 29,0-29,6 31,5-32,0 31,5-32,0 31,4-31.9 31.5-32,0 30.4 - 30,9 30,5-31,1 30,8 - 31,3 28,4 - 29,1 28,9 - 29,5 28,7 - 29,3 27.5 - 28,0 25,1 -25,7 24,6 - 25,2 24,8 - 25,3 29,8 - 30,4 29,4 - 29,9 28.9 - 29,5 28,1 -28.7 28,2 - 28,7 29,5 - 30,0 29,0-29,5 28,7 - 29,2 28,9 - 29,4 26,1 - 26,6 27,1 - 27,6 27,3 - 27,8 27,4 - 28,0 27.2 - 27,7 26,4 - 26,9 27,1 - 27,6 27,4 - 27,9 27,7 - 28,2 29.3 - 29,8 28,7 - 29.2 29,8 - 30,4 28,2 - 28,7 29,6-30,1 29,2 - 29,7 28,1 -28,6 28,3 - 28,9

    Rata-rata

    SPL CO 28,45 28,22 29,60 28.68 29,05 28,18 28,66 28,62 28,55 28,60 28,56 30,19 31,09 30,28 29,57 29,52 29,20 31,60 31,65 31.73 31,78 30.67 30,84 31,11 28,61 29,04 28,85 27.67 25,27 24,65 25,04 29,86 29.59 29.00 28,34 28,41 29,62 29,32 28,91 29,15 26,17 27,31 27.50 27.59 27,40 26,62 27,26 27,70 27,94 29.54 28,85 29,85 28,48 29,90 29.49 28,30 28,69 28,85

    Jarak Front(Km)

    2,54 2.49 2,44 2,53 2,96 2,89 2,92 3,00 2,01 2,25 1.90 2,82 2,96 1,80 2,61 2,89 1,91 2,97 2,11 2,48 2,38 3,00 2.17 3,21 2,75 2,62 2,76 2,57 2,32 2,12 2,14 2,49 2,36 2,26 2,04 2.28 2.38 2,91 2,73 1,84 2,52 1,95 2,68 2,36 2,43 2,43 3,00 2,70 2,20 1.99 2,38 2,58 2,16 1,78 1.95 2,39 1,80 2,44

    GTF CC/Km)

    0,24 0,20 0,25 0,28 0,20 0,21 0,21 0,20 0,25 0,22 0,26 0.18 0.17 0,28 0,19 0,17 0,31 0,17 0,24 0,20 0,21 0,17 0,28 0,16 0,25 0,23 0,22 0,19 0,26 0,28 0,23 0,24 0,21 0,27 0,29 0,22 0,21 0,17 0.18 0,27 0,20 0,26 0,19 0,25 0,21 0.21 0,17 0,19 0,23 0,25 0.21 0,23 0,23 0,28 0,26 0,21 0.33 0,23

    228

  • Tabel 3-3: ANALISA ZPPI PROJECT AREA BALIKPAPAN BULAN JULI 2004

    No.

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

    , 25 26 27

    Tanggal

    BPP ZPPI 040801 BPP ZPPI 040801 BPP ZPPI 040801 BPP ZPPI 040802 BPP ZPPI 040807 BPP ZPPI 040807 BPP ZPPI 040807 BPP ZPPI 040807 BPP ZPPI 040811 BPP ZPPI 040811 BPP ZPPI 040811 BPP ZPPI 040811 BPP ZPPI 040811 BPP ZPPI 040813 BPP ZPPI 040819 BPP ZPPI 040819 BPP ZPPI 040819 BPP ZPPI 040822 BPP ZPPI 040822 BPP ZPPI 040822 BPP ZPPI 040822 BPP ZPPI 040824 BPP ZPPI 040825 BPP ZPPI 040825 BPP ZPPI 040826 BPP ZPPI 040826 BPP ZPPI 040831

    POSISI Koord. X

    11748'3l" BT 11811'08" BT 11740'13" BT 11809'43" BT 11819'16" BT 11834'30" BT 11830'00" BT 11815'43" BT 11819'36" BT 11756'59" BT 11835'2l"BT 11746'11" BT 11743'41" BT 11744'19" BT 11826'09" BT 11809'51" BT 11814'29" BT 11824'5l" BT 11804'S8" BT 11811'19" BT 11827'02" BT 11807'39" BT 11816'33" BT 11821'08" BT 11814'11" BT 11838'13" BT 11827'07" BT

    Koord.Y

    223'44" LS 229'24" LS 231'35" LS 245'21" LS 227'55" LS 2o28'30" LS 240'23" LS 243'00" LS 213'00" LS 229'41" LS 231'18" LS 231'26" LS 238'22" LS 224'57" LS 218'58" LS 245'27" LS 204774"

    LS

    217'25" LS 222'03" LS 225'56" LS 232,47" LS 246'25" LS 209'07" LS 212'38" LS 233'21" LS 234'12" LS 226'43" LS

    NOAA

    0407311311N16 0407311311N16 0407311311N16 0408011300N16 0408061342N16 0408061342N16 0408061342N16 0408061342N16 0408101258N16 0408081320N16 0408081320N16 0408081320N16 0408081320N16 0408121415N16 0408181307N16 0408181307N16 0408181307N16 0408211412N16 0408211412N16 0408211412N16 0408211412N16 0408231349N16 0408231349N16 0408231349N16 0408251327N16 0408251327N16 0408301410N16

    Rata-rata

    SPL (C)

    28.65 29.38 28.72 28.07 28.88 29.47 29.07 28.53 28.55 27.79 29.47 27.77 27.85 24.78 30.81 28.68 29.13 27.42 26.81 26.93 26.81 28.03 28.77 28.99 28.76 29.16 24.91 28.23

    Jarak Front (Km) 2.58 2.12 2.46 2.21 2.55 2.25 2.57 2.61 2,89 2,69 2,25 2.50 2.71 2.05 2.18 2.61 2.05 1.87 2.81 2.64 1.92 2.24 2.28 1.95 2.76 2.68 2.05 2.39

    GTF (C/Km)

    0.194 0.236 0.203 0.271 0.392 0.222 0.195 0.192 0.208 0.223 0.222 0.200 0.185 0.293 0.229 0.192 0.244 0.214 0.178 0.189 0.260 0.268 0.219 0.256 0.181 0.187 0.244 0.226

    Gambar 3-3a: Peta ZPPI selat Makassar bulan Gambar 3-3b: Peta bathymetri dan WPT Jun i 2004 ZPPI bulan Jun i 2004 selat

    Makassar

  • Gambar 3-4a: Sebaran harian klorofil-a perairan selat Makassar tanggal 12 J u n i 2004

    Gambar 3-4b: Sebaran harian klorofil-a perairan selat Makassar bulan J u n i 2004

    Gambar 3-5a: Peta ZPPI wilayah selat Makassar Bulan Juli 2004

    Gambar 3-5b: Sebaran klorofil-a perairan selat Makassar tanggal 2 Juli 2004

    230

  • Gambar 3-6a: Peta bathymetri dan Gambar 3-6b: Peta ZPPI selat Makassar WPT ZPPI bulan Juli bulan Agustus 2004 2004 selat Makassar

    Gambar 3-7a: Sebaran klorofil-a per- Gambar 3-7b: Peta bathymetri dan WPT airan selat Makassar ZPPI wilayah selat Makassar Agustus 2004 bulan Agustus 2004

    231

  • Gambar 3-8: Distribusi ZPPI selat Makassar untuk bulan Juni, Juli dan Agustus 2004