379_jurnal-suwoto

16
  1 PENJATUHAN SANKSI ADMINISTRASI TERHADAP PELANGGARAN DISIPLIN PNS DI KOTA SAMARINDA Oleh: Suwoto 1 , Su darsono 2 , La S ina 3  Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas B raw ij aya  A b s t rac t In the co ntext of em ploym ent law , ci vi l servants as the state a ppara tus has a central rol e in brin g ing the components of pol ici es a nd g ov ernme nt ’s reg ulatio ns. Rol e of Civil S erva nts a s terme d in t he mili tary "not t he g un, the ma n behind the gu n" that me ans g un is not impo rtant but the person who use g un is. Modern w ea pon s do not have a ny mea ning if the person wh o beli eved to use w ea pons do not perfo rm their ob li g a ti on s properly. However, the phen ome non sti ll ha ppen, there a re still civi l serva nts with discipli na ry off ens es , both misdem ea nors, infra ction s, and s erio us inf ra cti on s in Sa ma rinda. In g enera l, the process of discip li nary sa ncti on s of ci vi l serva nts in S am arinda started w it h ca ll ing, checking , impo sition a nd g iv ing the disciplinary de cisio ns of civi l se rvants, with refere nce to the Governme nt Reg ulation No . 53 of 2010. Ke yword: Civ il Se rvant, Di scipl ine, S anction. LATAR BELAKANG Perubahan para digma penyeleng ga raan pemerintah daera h dalam ko nteks o to no mi dae rah di Indo nesia da ri pola sentralisasi ke po la dese ntr alisasi memba wa kon sekue nsi semakin b esarnya penyerahan w ewena ng dari pemeri ntah kep ada pemerin tah daerah, sehi ngg a pemerin tah daerah mem puny ai kewenang an yang besar unt uk menga tur d an mengurus rumah tangg anya sendi ri dalam rangka melayani dan membaw a kesejaht eraan masya rakat, termasuk kewenanga n daerah di bi dang kepega wa ian Pembi naa n dan penga wa san ma najemen peg aw ai neg eri sip il dae rah di ko o rdin asi pada ti ngka t nasional ol eh Me nteri Dalam Negeri da n pada ti ngka t daera h o leh Gubernur. 1  Mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum U niversi tas B rawijaya 2  Guru Besar Bidang HAN, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya 3  Doktor pada Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

Upload: vanny-resi

Post on 05-Nov-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

379_JURNAL-SUWOTO

TRANSCRIPT

  • 1

    PENJATUHAN SANKSI ADMINISTRASI TERHADAP PELANGGARAN DISIPLIN PNS

    DI KOTA SAMARINDA

    Oleh: Suwoto1, Sudarsono2, La Sina3

    Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

    Abstract

    In the context of employment law, civil servants as the state apparatus has a central role in bringing the components of policies and governments regulations. Role of Civil Servants as termed in the military "not the gun, the man behind the gun" that means gun is not important but the person who use gun is. Modern weapons do not have any meaning if the person who believed to use weapons do not perform their obligations properly. However, the phenomenon still happen, there are still civil servants with disciplinary offenses, both misdemeanors, infractions, and serious infractions in Samarinda. In general, the process of disciplinary sanctions of civil servants in Samarinda started with calling, checking, imposition and giving the disciplinary decisions of civil servants, with reference to the Government Regulation No. 53 of 2010.

    Keyword: Civil Servant, Discipline, Sanction. LATAR BELAKANG

    Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintah daerah dalam konteks otonomi

    daerah di Indonesia dari pola sentralisasi ke pola desentralisasi membawa konsekuensi

    semakin besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah kepada pemerintah daerah,

    sehingga pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang besar untuk mengatur dan

    mengurus rumah tangganya sendiri dalam rangka melayani dan membawa kesejahteraan

    masyarakat, termasuk kewenangan daerah dibidang kepegawaian

    Pembinaan dan pengawasan manajemen pegawai negeri sipil daerah dikoordinasi

    pada tingkat nasional oleh Menteri Dalam Negeri dan pada tingkat daerah oleh Gubernur.

    1 Mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya 2 Guru Besar Bidang HAN, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya 3 Doktor pada Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

  • 2

    Standar, norma, dan prosedur pembinaan pengawasan manajemen pegawai negeri sipil

    daerah diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.4

    Dalam konteks hukum kepegawaian, Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur

    negara memiliki peran sentral dalam membawa komponen-komponen kebijaksanaan-

    kebijaksanaan dan peraturan-peraturan pemerintah. Peranan dari Pegawai Negeri Sipil seperti

    diistilahkan dalam dunia militer "not the gun, the man behind the gun" yaitu bukan senjata yang

    penting melainkan manusia yang menggunakan senjata itu. Senjata yang modern tidak

    mempunyai arti apa-apa apabila manusia yang dipercaya menggunakan senjata itu dengan

    tidak melaksanakan kewajibannya dengan benar.

    Namun demikian fenomena yang terjadi, seringnya Pegawai Negeri Sipil (PNS)

    melakukan pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil, baik pelanggaran ringan, pelanggaran

    sedang, maupun pelanggaran berat.

    Jatah libur dan cuti bersama di momen Idhul Fitri mulai 17 Agustus hingga Rabu

    kemarin (22/8/2012) rupanya belum cukup di sebagian abdi negara Pemkot Samarinda.

    Sedikitnya 436 dari 3006 pegawai negeri di 48 SKPD tak masuk kerja alias mangkir di hari

    pertama kerja setelah masa cuti bersama. Tahun sebelumnya (2011) tingkat kehadiran pasca

    cuti bersama mencapai 98 persen, di tahun ini turun drastis menjadi 85 persen.5

    Inspeksi yang digelar selama dua kali (16 dan 23 Agustus 2012) lalu oleh pembina

    pegawai, menunjukkan banyaknya pegawai di lingkungan Pemkot Samarinda yang tidak

    disiplin dengan membolos. Dalam dua kali inspeksi pada Pegawai Negeri Sipil (PNS),

    Pegawai Tidak Tetap Bulanan (PTTB), dan Pegawai Tidak Tetap Harian (PTTH) yang

    berjumlah 3.006 orang, tercatat 284 dan 346 orang yang tidak hadir.

    Instansi yang kurang berhasil membina pegawainya ternyata berjumlah lebih dari sepuluh

    SKPD. Diawali tiga instansi yang memiliki alpa tertinggi: Dinas Cipta Karya dan Tata Kota

    (Discipkatakot), Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda), serta Dinas Bina Marga dan

    Pengairan (DBMP). Disusul Dinas Pendidikan (Disdik), Bagian Humas dan Protokol, Dinas

    Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Kantor

    4 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet. Ketiga, hlm. 77. 5 Kaltim Post. 23 Agustus 2012. hlm 7.

  • 3

    Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, serta

    Dinas Kesehatan.6

    Fakta di atas menunjukkan bahwa pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil Pemkot

    Samarinda masih terus terjadi oleh karena itu perlu diambil tindakan yang tegas yang dalam

    bentuk penjatuhan sanksi administrasi pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana proses penjatuhan sanksi administrasi terhadap pelanggaran disiplin pegawai

    negeri sipil di Kota Samarinda?

    2. Apa kendala dalam penjatuhan sanksi administrasi terhadap pelanggaran disiplin pegawai

    negeri sipil di Kota Samarinda dan bagaimana solusi untuk mengatasi kendala tersebut?

    Sedangkan tujuan penelitian ini adalah:

    1. Menganalisa penjatuhan sanksi administrasi terhadap pelanggaran disiplin pegawai negeri

    sipil di Kota Samarinda. 2. Memahami dan menjelaskan kendala dalam penjatuhan sanksi administrasi terhadap

    pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil di Kota Samarinda dan solusi untuk mengatasi

    kendala tersebut.

    PEMBAHASAN Data Kepegawaian di Kota Samarinda

    Secara keseluruhan data Pegawai Negeri Sipil di Kota Samarinda Tahun 2013 adalah

    sebagai berikut:

    Tabel 1: Jumlah PNS di Kota Samarinda berdasarkan Golongan dan Gender

    Golongan Gender (Orang) Jumlah Pria Wanita

    IV 1.335 1.753 3.088 III 1.963 2.422 4.385 II 1.577 830 2.407 I 178 8 186

    Jumlah 5.053 5.013 10.066

    6 http://www.sapos.co.id/index.php/berita/detail/Rubrik/17/40177 diunduh 30 Agustus 2012

  • 4

    Proses Penjatuhan Hukuman Administrasi Pelanggaran Disiplin PNS di Kota Samarinda

    Penjatuhan sanksi administrasi terhadap pelanggaran disiplin PNS di Kota Samarinda

    berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu berdasarkan Undang-Undang

    Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian jo Undang-Undang Nomor 43

    Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang

    Pokok-Pokok Kepegawaian, Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

    Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Kepala BKN Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Ketentuan

    Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri

    Sipil, Peraturan Walikota Samarinda Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Tunjangan Tambahan

    Penghasilan Kepada Pegawai Negeri Sipil, Keputusan Walikota Samarinda Nomor:

    801/003/HK-KS/I/2012 tentang Pembentukan TIM Penanganan Pelanggaran Disiplin

    (TP2P) Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Samarinda yang terbagi

    menjadi Tim Inti, Tim Teknis dan Tim Sekretaris

    Data Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Samarinda, jenis/bentuk pelanggaran

    disiplin PNS yang sudah dijatuhi hukuman disiplin Tahun 2011 dan Tahun 2012 seperti

    dalam Tabel di bawah ini :

    Tabel 2: Daftar Jumlah Penjatuhan Hukuman Disiplin PNS di Lingkungan

    Pemerintah Kota Samarinda Tahun 2011

    No JENIS HUKUMAN JENIS PELANGGARAN JUMLAH KETERANGAN I RINGAN

    1. Teguran Lisan - - 2. Teguran Tertulis - - 3. Pernyataan Tidak

    Puas - -

    II SEDANG 1. Penundaan gaji

    berkala selama 1 Tahun

    - -

    2. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 Tahun

    Disiplin Kerja

    1

    3. Penurunan Pangkat setingkat lebih rendah selama 1 Tahun

    Disiplin Kerja 1

    III BERAT

  • 5

    1. Penurunan Pangkat setingkat lebih rendah selama 3 Tahun

    Disiplin Kerja 4

    2. Pemindahan dalam rangka penurunan Jabatan setingkat lebih rendah

    Disiplin Kerja 1

    3. Pembebasan dari Jabatan

    - Disiplin 1 orang - Tipikor 2 orang

    3

    4. Diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS

    - Menjadi Istri Kedua 1 orang (banding)

    - Pidana pencurian dan kekerasan 1 orang

    - Narkotika 1 orang (banding PTUN)

    - Tipikor 1 orang

    4

    5. Diberhentikan Tidak Dengan Hormat Sebagai PNS

    Narkotika 2 orang (banding Bapek)

    2

    Jumlah 16

    Sumber: BKD Kota Samarinda

    Tabel 3: Daftar Jumlah Penjatuhan Hukuman Disiplin PNS di Lingkungan Pemerintah Kota Samarinda Tahun 2012

    No JENIS HUKUMAN JENIS PELANGGARAN JUMLAH KETERANGAN

    I RINGAN 1. Teguran lisan - - 2. Teguran tertulis - - 3. Pernyataan tidak puas Disiplin kerja 14

    II SEDANG 1. Penundaan gaji berkala

    selama 1 Tahun - -

    2. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 Tahun

    -

    -

    3. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 Tahun

    - -

    III BERAT 1. Penurunan pangkat

    setingkat lebih rendah selama 3 Tahun

    - Disiplin Kerja 3 orang

    - Tidak melaporkan

    4

  • 6

    pernikahan 1 orang

    2. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah

    - -

    3. Pembebasan dari Jabatan

    - -

    4. Diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS

    - Disiplin 2 orang - Narkoba 3 orang

    5

    5. Diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS

    - Narkoba 3 orang - Nikah siri 1 orang

    4

    Jumlah 27 Sumber: BKD Kota Samarinda

    Secara umum proses penjatuhan sanksi admisitrasi pelanggaran disiplin PNS di Kota

    Samarinda dimulai dari pemanggilan, pemeriksaan, penjatuhan dan penyampaian keputusan

    hukuman disiplin PNS, Dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun

    2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian

    Negara Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah

    Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.7

    Pertimbangan dalam Penjatuhan Sanksi Administrasi Pelanggaran Disiplin PNS Pertimbangan dalam penjatuhan sanksi administrasi pelanggaran disiplin PNS yaitu:8

    1. Hukuman harus bersifat mendidik

    2. Hukuman harus sesuai dengan jenis pelanggaran

    3. Hukuman berdasarkan faktor penyebab terjadinya pelanggaran disiplin

    4. Hukuman disiplin setimpal dengan pelanggaran yang dilakukan.

    Kendala Dalam Penjatuhan Sanksi Administrasi Terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kota Samarinda dan Solusinya 7 Hasil Wawancara dengan Arief Rachman, Kepala Bidang Hukum dan Kesejahteraan Pegawai BKD Samarinda Tanggal 3 Desember 2012 8 Hasil wawancara dengan Arief Rachman, Log Cit

  • 7

    Hukum merupakan suatu sistem di mana hukum adalah suatu keseluruhan yang

    terdiri dari dari beberapa bagian yang satu dengan bagian yang lainnya saling berhubungan

    dan tidak boleh bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Bagian-bagian atau komponen

    dalam sistem hukum seperti yang diungkap oleh Lawrance M. Friedman ada tiga9 yaitu:

    1. Substansi hukum, yaitu norma, aturan dan perilaku nyata manusia yang berada dalam

    sistem tersebut, termasuk juga Produk yang dihasilkan oleh orang atau kelompok

    yang berada dalam sistem hukum. Bentuk substansi ini merupakan perundang-undangan

    seperti Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah pengganti

    Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah.

    2. Struktur Hukum, yaitu kerangka bentuk yang permanen dari sistem hukum yang mejaga

    proses tetap di dalam batas-batasnya. Struktur hukum merupakan lembaga-lembaga

    hukum yang ada dalam pemerintahan, Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman,

    Kepengacaraan, dan lain-lainnya.

    3. Kultur atau budaya hukum yaitu sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum,

    kepercayaan, nilai-nilai, pemikiran serta harapannya. Budaya hukum juga dimaknai

    sebagai pemikiran dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan,

    dihindari dan disalahgunakan. Pada intinya budaya hukum merupakan gagasan dan

    pandangan-pandangan hukum yang bersumbu pada nilai-nilai yang dianut masyarakat.

    Kendala dari Faktor Substansi Hukum Di dalam tulisan ini yang dimaksud dengan Undang-Undang adalah10 Hukum

    material berupa peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat dan

    daerah yang sah. Dengan demikian maka Undang-Undang tersebut mencakup:

    1. Peraturan Pusat yang berlaku untuk semua warga negara atau suatu golongan tertentu saja

    maupun yang berlaku umum sebagian wilayah negara.

    2. Peraturan setempat yang hanya berlaku disuatu tempat atau daerah tertentu saja.

    Penjatuhan sanksi administrasi terhadap pelanggaran disiplin Pegawai negeri Sipil (PNS)

    di Kota Samarinda penulis menggunakan analisis berdasarkan teori efektivitas hukum

    9 Lawrence M. Freidman, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, (Bandung: Nusa Media, 2011), Cet. IV, hlm. 14 - 15. 10 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: Radja Grafindo Persada, 2004), hlm. 11.

  • 8

    menurut Lawrence M. Friedman ada tiga aspek yaitu: (1) Substansi Hukum, (2) Struktur

    Hukum, (3) Kultur atau Budaya Hukum, adalah sebagai berikut:

    Substansi Hukum yaitu norma, aturan dan perilaku nyata manusia yang berada dalam

    sistem tersebut, termasuk juga Produk yang dihasilkan oleh orang atau kelompok yang

    berada dalam sistem hukum. Bentuk substansi ini merupakan perundang-undangan seperti

    Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah pengganti Undang-

    Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah.

    Untuk melihat sebuah peraturan mempunyai substansi hukum yang baik atau tidak,

    maka dapat diuji melalui syarat-syarat pembuatan hukum yang efektif meliputi:

    a. Peraturan dirancang dengan baik, kaidahnya jelas, mudah dipahami dan penuh kepastian.

    b. Peraturan sebaiknya bersifat melarang (prohibitur) dan bukan

    mengharuskan/membolehkan (mandatur).

    c. Sanksi harus tepat sesuai tujuan.

    d. Beratnya sanksi tidak boleh berlebihan (sebanding dengan pelanggarannya)

    e. Mengatur terhadap perbuatan yang mudah dilihat.

    f. Mengandung larangan yang bersesuaian dengan moral

    g. Pelaksana hukum menjalankan tugasnya dengan baik, sosialisasi peraturan, dan penafsian

    seragam dan konsisten.11.

    Berdasarkan hal di atas terdapat permasalahan mendasar dalam PP 53 Tahun 2010,

    yang mana tidak ada pasal yang mencatumkan secara jelas dengan tentang prosedur

    keberatan melalui banding administrasi dan penyelesaian upaya keberatan berkaitan dengan

    sanksi pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, padahal sanksi tentang pemberhentian,

    membawa akibat yang serius karena hilangnya status PNS.

    Banding administrasi merupakan awal terjadinya permasalahan di bidang

    kepegawaian. Banding administrasi di bidang kepegawaian bisa berakhir di Peradilan Tata

    Usaha Negara , karena kepegawaian merupakan salah satu materi yang pengaturan dan

    penyelesaiannya termasuk sengketa PTUN.12

    11 Rabert Biersted dalam Tedi Sudrajat, Problematika Penegakan Hukuman Disiplin Kepegawaian Jurnal Dinamika Hukum Vol. 8, No. 3, September 2008, hlm. 52. 12 Sri Hartini, Upaya Keberatan terhadap PNS yang Dijatuhi Hukuman Pemberhentian Tidak dengan Hormat, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 No. 2 Mei 2011, hlm. 346.

  • 9

    Upaya keberatan melalui banding administrasi, dilakukan melalui Badan

    Pertimbangan Kepegawaian (BAPEK), hal tersebut dapat digambarkan pada bagan dibawah

    ini.13

    Gambar 1: Sengketa Kepegawaian Golongan IV/a ke bawah

    berdasarkan PP 53 Tahun 2010

    Keterangan Bagan Pejabat yang berwenang mengeluarkan KTUN tentang hukuman berat kepada PNS

    Gol IV/a ke bawah. PNS yang dijatuhi hukuman disiplin berat paling lama 14 hari sejak

    KTUN tersebut diterima diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan secara tertulis

    kepada BAPEK sebagai Peradilan Tingkat I dan sebagai lembaga banding administrasi

    Pejabat yang berwenang memutuskan atas keberatan yang diajukan, apabila BAPEK dalam

    waktu 90 (sembilan puluh) hari tidak ada keputusan dari BAPEK, maka dapat mengajukan

    ke PTTUN.

    13 Ibid, hlm. 351.

    PTTUN/Peradilan tingkat I

    Badan Pertimbangan Kepegawaian (BAPEK)

    KTUN Sengketa Kepegawaian (pemberhentian)

    Tidak ada

    Pasal 48 ayat (1) dan (2)

    30 hari

    14 hari

  • 10

    Mengenai prosedur penyelesaian sengketa kepegawaian diatur dalam Undang-

    Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo Undang-Undang

    Nomor 9 tahun 2004 Jo Tentang perubahan Atas Undang -Undang Nomor 5 Tahun 1986

    tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, Pasal 48 (1), dalam hal suatu

    Badan atau Pejabat tata Usaha Negara diberi wewenang oleh atau berdasarkan peraturan

    perundang-undangan untuk menyelesaikan secara administratif sengketa Tata Usaha Negara

    tertentu, maka sengketa Tata Usaha Negara tersebut harus diselesaikan melalui upaya

    administratif yang tersedia. (2) Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus dan

    menyelesaiakan sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika

    seluruh upaya administratif yang bersangkutan digunakan.14

    Dalam penjelasan Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang

    Peradilan Tata Usaha Negara jo Undang-Undang Nomor 9 tahun 2004 Tentang perubahan

    Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 5

    Tahun 1986 bahwa upaya administrasi adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh

    seseorang atau badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata

    Usaha Negara. Prosedur tersebut dilaksanakan di lingkungan sendiri atas dua bentuk. Dalam

    hal penyelesaian itu harus dilakukan oleh instansi atasan atau instansi lain dari yang

    mengeluarkan keputusan yang bersangkutan, maka prosedur tersebut dinamakan banding

    administrasi

    Sedangkan berdasarkan data dari PTUN Samarinda, dari Tahun 2011 - 2012 PNS

    Kota Samarinda yang melakukan gugatan ke PTUN Samarinda berkaitan dengan kasus nikah

    siri, Narkotika, Penghentian dari jabatan struktural karena berkaitan dengan masa pensiun

    pejabat struktural sebanyak (5) lima.15

    Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1991 memberikan petunjuk kepada

    badan Peradilan Tata Usaha Negara dalam penyelesaian sengketa tata usaha negara yang

    terdapat upaya administratif, yaitu bahwa apabila dalam peraturan perundang-undangan yang

    menjadi dasar dikeluarkannya keputusan tata usaha negara yang mengakibatkan terjadinya

    sengketa Tata Usaha Negara, maka upaya administratif yang tersedia adalah keberatan dan

    penyelesaian selanjutnya adalah dengan mengajukan gugatan ke PTUN. 14 Hasil wawancara dengan Bagus Darmawan, Hakim PTUN Samarinda Rabu Tanggal 5 Desember 2012. 15 Hasil Wawancara dengan Pejabat PTUN Samarinda, Jihim Tanggal 20 Desember 2012.

  • 11

    Kendala dari Faktor Struktur Hukum. Struktur Hukum yaitu kerangka bentuk yang permanen dari sistem hukum yang mejaga

    proses tetap di dalam batas-batasnya. Struktur hukum merupakan lembaga-lembaga hukum

    yang ada dalam pemerintahan, dalam konteks kepegawaian adalah pejabat yang berwenang

    menghukum, termasuk Bupati/Walikota, Kepala SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah).

    Proses Penjatuhan sanksi administrasi pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil di

    Kota Samarinda, untuk pelanggaran ringan ditangani oleh SKPD (Satuan Kerja Pemerintah

    Daerah), sedangkan penanganan pelanggaran sedang dan berat ditangani oleh Tim

    Penanganan Pelanggaran Disiplin (TP2D) di tingkat BKD Kota Samarinda16 dengan Alur

    Penanganan sebagai berikut:

    16 Hasil wawancara dengan Arief Rachman, log Cit.

  • 12

    ALUR PENANGANAN PELANGGARAN DISIPLIN SEDANG DAN BERAT

    Gambar 2: Alur Penanganan Pelanggaran Disiplin

    Pelanggaran Disiplin

    BKD

    INSPEKTORAT DAERAH

    SKPD

    TIM TEKNIS TP2D

    TIM INTI TP2D

    PEJABAT BERWENANG

    PEJABAT BERWENANG

    Koordinasi

    - Pengaduan - Media Massa - Laporan SKPD: disertai pembinaan di tingkat SKPD (Hukdis

    Ringan) khusus untuk Pelanggaran Disiplin tidak masuk Kerja

    - dsb

    Permohonan Pemeriksaan

    Surat Tugas

    - Pemanggilan - Pemeriksaan - BAP - LHP

    SK Hukdis Tingkat Sedang/Berat

    Pertimbangan Hukdis yang akan dijatuhkan

    Laporan Pelanggaran Disiplin Tingkat Sedang dan Berat

    Surat Pemberitahuan penjatuhan Hukdis Ringan kepada Pejabat yang berwenang

    SK Hukdis Tingkat Ringan

  • 13

    Hasil wawancara dengan Arief Rachman, bahwa kendala utama dalam penjatuhan

    hukuman disiplin PNS di Kota Samarinda adalah faktor ketegasan pejabat yang berwenang,

    terkadang PNS yang terkena sanksi melakukan pendekatan dengan pejabat yang berwenang.17

    Kendala dari Faktor Kultur/Budaya Hukum: a. Adanya anggapan di lingkungan kerja bahwa pelanggaran yang seperti di atas

    merupakan hal yang biasa terjadi, (kurang kepedulian terhadap sesama) terserah

    masing-masing PNS punya tanggung jawab sendiri-sendiri.

    b. Perasaan emosional antara bawahan dan atasan, sehingga penerapan sanksi

    pelanggaran disiplin oleh atasan langsung terhadap bawahannya belum menjadi

    budaya, ketegasan pimpinan belum menjadi budaya kerja.

    Solusi untuk Mengatasi Kendala dalam Penjatuhan Sanksi Administrasi terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kota Samarinda 1. Solusi dari Faktor Substansi

    Ditetapkan Peraturan Walikota Samarinda Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Tunjangan

    Tambahan Penghasilan Kepada Pegawai Negeri Sipil. Yang pada mengkaitkan antara disiplin

    kinerja dengan pemberian tunjangan tambahan penghasilan PNS. Misalnya, Pada Pasal 6 ayat

    (2) Peraturan Walikota Samarinda Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Tunjangan Tambahan

    Penghasilan Kepada Pegawai Negeri sipil menegaskan bahwa Tunjangan Tambahan

    Penghasilan Pegawai Kepada PNS akan dikenakan potongan, apabila:18

    a. Terlambat masuk kerja sampai 1 jam tanpa keterangan sah, dikenakan potongan sebesar

    1% (satu persen) berlaku kelipatannya dan maksimal potongan 5 % (lima persen) per

    hari;

    b. Pulang mendahului jam kerja sampai dengan 1 (satu) jam kerja tanpa keterangan yang

    sah, dikenakan potongan sebesar 1 % (satu persen) berlaku kelipatannya dan maksimal

    potongan 5 % (lima persen) per hari;

    c. Izin tidak masuk kerja dikenakan potongan maksimal 5 % per hari;

    17 Pak Arif, Log Cit 18 Ibid

  • 14

    d. Menerima hukuman disiplin ringan, dikenakan hukuman potongan sebesar 50 % (lima

    puluh persen) selama 6 (enam) bulan;

    e. Menerima hukuman disiplin sedang, dikenakan potongan 75 % (tujuh puluh lima

    persen) selama 1 (satu) tahun;

    f. Menerima hukuman disiplin berat, tidak menerima selama 2 (dua) tahun.

    2. Solusi dari Faktor Struktur Hukum/Penegakan Hukum a. Meningkatkan sistem pengawasan baik pengawasan disiplin Pegawai Negeri Sipil di

    Kota Samarinda oleh Pejabat yang berwenang.

    b. Meningkatkan kinerja Tim Penanganan Pelanggaran Disiplin (TP2D) Pegawai

    Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Samarinda.

    3. Solusi dari Faktor Kultur Hukum Solusi dari kultur hukum adalah melakukan sosialisasi Peraturan Pemerintah

    Nomor 52 Tahun 2010 Tentang Disiplin PNS.

    KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Proses Penjatuhan Sanksi Administrasi Pelanggaran Disiplin PNS

    1. Proses Penjatuhan Sanksi administrasi terhadap pelanggaran disiplin PNS di Kota

    Samarinda untuk pelanggaran ringan alur penanganan pelanggaran disiplin ringan sanksi

    administrasi dijatuhkan oleh SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) sedangkan untuk

    pelanggaran sedang dan berat, alur penanganan pelanggaran di BKD dengan membentuk

    Tim Penanganan Pelanggaran Disiplin (TP2D) PNS.

    2. Penjatuhan sanksi administrasi pelanggaran disiplin PNS di Kota Samarinda belum

    sepenuhnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 Tentang

    Disiplin PNS

    Kendala-kendala yang Terjadi dalam Penjatuhan Sanksi Administrasi terhadap Pelanggaran

    Disiplin PNS di kota Samarinda dan Solusinya

    1. Kendala-kendala yang terjadi dalam penjatuhan sanksi administrasi terhadap pelanggaran

    disiplin PNS di kota Samarinda.

  • 15

    a. Kurang tegasnya pejabat berwenang dalam menjatuhkan sanksi terhadap PNS yang

    melakukan pelanggaran disiplin PNS.

    b. Kurangnya jumlah maupun sumber daya manusia (SDM) baik pada unsur

    pengawasan (Inspektorat Kota Samarinda) maupun unsur Sub Bidang Kedudukan

    Pegawai Bidang Hukum dan Kesejahteraan Pegawai BKD Kota Samarinda

    terutama linier dibidang hukum yang menguasai hukum kepegawaian terutama yang

    berkaitan dengan penjatuhan sanksi administrasi disiplin PNS.

    2. Solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang dilakukan oleh Pemerintah Kota

    Samarinda

    a. Pemberian sanksi yang tegas terhadap PNS yang melakukan pelanggaran disiplin

    PNS agar menimbulkan efek jera terhadap PNS yang lain.

    b. Untuk jangka pendek mengadakan Diklat penanganan pelanggaran disiplin PNS

    bagi Tim Teknis penanganan pelanggaran disiplin PNS dari unsur

    pengawasan/Inspektorat Kota Samarinda dan Unsur Kepegawaian/BKD Kota

    Samarinda.

    Saran

    1. Pemberian sanksi yang tegas kepada atasan ataupun pejabat yang berwenang

    menghukum yang tidak memberikan sanksi administrasi bawahannya yang melakukan

    pelanggaran disiplin PNS, sesuai dengan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 53

    Tahun 2010, ayat (1) Pejabat yang berwenang menghukum wajib menjatuhkan hukuman

    disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin, ayat (2) Apabila Pejabat yang

    berwenang menghukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menjatuhkan

    hukuman disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin, pejabat tersebut

    dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya.

    2. Peningkatan sistem pengawasan baik preventif maupun represif, dengan tetap

    memberikan rewards bagi PNS yang berprestasi.

    a. Peningkatan SDM PNS melalui pelatihan pegawai untuk jangka pendek sedangkan

    untuk jangka panjang peningkatan jumlah dan sumber daya manusia (SDM)

    terutama linier dibidang hukum melalui pendidikan jenjang magister ilmu hukum,

    maupun program doktor ilmu hukum pada PNS di lingkungan Inspektorat Kota

  • 16

    Samarinda dan Sub Bidang Kedudukan Pegawai Bidang Hukum dan Kesejahteraan

    Pegawai BKD Kota Samarinda.

    b. Perlu terus diadakan sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010

    Tentang Disiplin PNS kepada seluruh PNS di Kota Samarinda.

    DAFTAR PUSTAKA Buku

    Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet.

    Ketiga.

    Lawrence M. Freidman, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, (Bandung: Nusa Media, 2011),

    Cet. IV.

    Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: Radja

    Grafindo Persada, 2004).

    Hasil Wawancara Hasil wawancara dengan Bagus Darmawan, Hakim PTUN Samarinda Rabu Tanggal 5

    Desember 2012.

    Hasil Wawancara dengan Pejabat PTUN Samarinda, Jihim Tanggal 20 Desember 2012.

    Hasil Wawancara dengan Arief Rachman, Kepala Bidang Hukum dan Kesejahteraan Pegawai

    BKD Samarinda Tanggal 3 Desember 2012

    Jurnal Sri Hartini, Upaya Keberatan terhadap PNS yang Dijatuhi Hukuman Pemberhentian Tidak

    dengan Hormat, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 No. 2 Mei 2011.

    Surat Kabar Kaltim Post. 23 Agustus 2012.

    Website http://www.sapos.co.id/index.php/berita/detail/Rubrik/17/40177 diunduh 30 Agustus

    2012