379_jurnal-suwoto
DESCRIPTION
379_JURNAL-SUWOTOTRANSCRIPT
-
1
PENJATUHAN SANKSI ADMINISTRASI TERHADAP PELANGGARAN DISIPLIN PNS
DI KOTA SAMARINDA
Oleh: Suwoto1, Sudarsono2, La Sina3
Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
Abstract
In the context of employment law, civil servants as the state apparatus has a central role in bringing the components of policies and governments regulations. Role of Civil Servants as termed in the military "not the gun, the man behind the gun" that means gun is not important but the person who use gun is. Modern weapons do not have any meaning if the person who believed to use weapons do not perform their obligations properly. However, the phenomenon still happen, there are still civil servants with disciplinary offenses, both misdemeanors, infractions, and serious infractions in Samarinda. In general, the process of disciplinary sanctions of civil servants in Samarinda started with calling, checking, imposition and giving the disciplinary decisions of civil servants, with reference to the Government Regulation No. 53 of 2010.
Keyword: Civil Servant, Discipline, Sanction. LATAR BELAKANG
Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintah daerah dalam konteks otonomi
daerah di Indonesia dari pola sentralisasi ke pola desentralisasi membawa konsekuensi
semakin besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah kepada pemerintah daerah,
sehingga pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang besar untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri dalam rangka melayani dan membawa kesejahteraan
masyarakat, termasuk kewenangan daerah dibidang kepegawaian
Pembinaan dan pengawasan manajemen pegawai negeri sipil daerah dikoordinasi
pada tingkat nasional oleh Menteri Dalam Negeri dan pada tingkat daerah oleh Gubernur.
1 Mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya 2 Guru Besar Bidang HAN, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya 3 Doktor pada Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
-
2
Standar, norma, dan prosedur pembinaan pengawasan manajemen pegawai negeri sipil
daerah diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.4
Dalam konteks hukum kepegawaian, Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur
negara memiliki peran sentral dalam membawa komponen-komponen kebijaksanaan-
kebijaksanaan dan peraturan-peraturan pemerintah. Peranan dari Pegawai Negeri Sipil seperti
diistilahkan dalam dunia militer "not the gun, the man behind the gun" yaitu bukan senjata yang
penting melainkan manusia yang menggunakan senjata itu. Senjata yang modern tidak
mempunyai arti apa-apa apabila manusia yang dipercaya menggunakan senjata itu dengan
tidak melaksanakan kewajibannya dengan benar.
Namun demikian fenomena yang terjadi, seringnya Pegawai Negeri Sipil (PNS)
melakukan pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil, baik pelanggaran ringan, pelanggaran
sedang, maupun pelanggaran berat.
Jatah libur dan cuti bersama di momen Idhul Fitri mulai 17 Agustus hingga Rabu
kemarin (22/8/2012) rupanya belum cukup di sebagian abdi negara Pemkot Samarinda.
Sedikitnya 436 dari 3006 pegawai negeri di 48 SKPD tak masuk kerja alias mangkir di hari
pertama kerja setelah masa cuti bersama. Tahun sebelumnya (2011) tingkat kehadiran pasca
cuti bersama mencapai 98 persen, di tahun ini turun drastis menjadi 85 persen.5
Inspeksi yang digelar selama dua kali (16 dan 23 Agustus 2012) lalu oleh pembina
pegawai, menunjukkan banyaknya pegawai di lingkungan Pemkot Samarinda yang tidak
disiplin dengan membolos. Dalam dua kali inspeksi pada Pegawai Negeri Sipil (PNS),
Pegawai Tidak Tetap Bulanan (PTTB), dan Pegawai Tidak Tetap Harian (PTTH) yang
berjumlah 3.006 orang, tercatat 284 dan 346 orang yang tidak hadir.
Instansi yang kurang berhasil membina pegawainya ternyata berjumlah lebih dari sepuluh
SKPD. Diawali tiga instansi yang memiliki alpa tertinggi: Dinas Cipta Karya dan Tata Kota
(Discipkatakot), Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda), serta Dinas Bina Marga dan
Pengairan (DBMP). Disusul Dinas Pendidikan (Disdik), Bagian Humas dan Protokol, Dinas
Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Kantor
4 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet. Ketiga, hlm. 77. 5 Kaltim Post. 23 Agustus 2012. hlm 7.
-
3
Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, serta
Dinas Kesehatan.6
Fakta di atas menunjukkan bahwa pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil Pemkot
Samarinda masih terus terjadi oleh karena itu perlu diambil tindakan yang tegas yang dalam
bentuk penjatuhan sanksi administrasi pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses penjatuhan sanksi administrasi terhadap pelanggaran disiplin pegawai
negeri sipil di Kota Samarinda?
2. Apa kendala dalam penjatuhan sanksi administrasi terhadap pelanggaran disiplin pegawai
negeri sipil di Kota Samarinda dan bagaimana solusi untuk mengatasi kendala tersebut?
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisa penjatuhan sanksi administrasi terhadap pelanggaran disiplin pegawai negeri
sipil di Kota Samarinda. 2. Memahami dan menjelaskan kendala dalam penjatuhan sanksi administrasi terhadap
pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil di Kota Samarinda dan solusi untuk mengatasi
kendala tersebut.
PEMBAHASAN Data Kepegawaian di Kota Samarinda
Secara keseluruhan data Pegawai Negeri Sipil di Kota Samarinda Tahun 2013 adalah
sebagai berikut:
Tabel 1: Jumlah PNS di Kota Samarinda berdasarkan Golongan dan Gender
Golongan Gender (Orang) Jumlah Pria Wanita
IV 1.335 1.753 3.088 III 1.963 2.422 4.385 II 1.577 830 2.407 I 178 8 186
Jumlah 5.053 5.013 10.066
6 http://www.sapos.co.id/index.php/berita/detail/Rubrik/17/40177 diunduh 30 Agustus 2012
-
4
Proses Penjatuhan Hukuman Administrasi Pelanggaran Disiplin PNS di Kota Samarinda
Penjatuhan sanksi administrasi terhadap pelanggaran disiplin PNS di Kota Samarinda
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu berdasarkan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian jo Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian, Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Kepala BKN Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil, Peraturan Walikota Samarinda Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Tunjangan Tambahan
Penghasilan Kepada Pegawai Negeri Sipil, Keputusan Walikota Samarinda Nomor:
801/003/HK-KS/I/2012 tentang Pembentukan TIM Penanganan Pelanggaran Disiplin
(TP2P) Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Samarinda yang terbagi
menjadi Tim Inti, Tim Teknis dan Tim Sekretaris
Data Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Samarinda, jenis/bentuk pelanggaran
disiplin PNS yang sudah dijatuhi hukuman disiplin Tahun 2011 dan Tahun 2012 seperti
dalam Tabel di bawah ini :
Tabel 2: Daftar Jumlah Penjatuhan Hukuman Disiplin PNS di Lingkungan
Pemerintah Kota Samarinda Tahun 2011
No JENIS HUKUMAN JENIS PELANGGARAN JUMLAH KETERANGAN I RINGAN
1. Teguran Lisan - - 2. Teguran Tertulis - - 3. Pernyataan Tidak
Puas - -
II SEDANG 1. Penundaan gaji
berkala selama 1 Tahun
- -
2. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 Tahun
Disiplin Kerja
1
3. Penurunan Pangkat setingkat lebih rendah selama 1 Tahun
Disiplin Kerja 1
III BERAT
-
5
1. Penurunan Pangkat setingkat lebih rendah selama 3 Tahun
Disiplin Kerja 4
2. Pemindahan dalam rangka penurunan Jabatan setingkat lebih rendah
Disiplin Kerja 1
3. Pembebasan dari Jabatan
- Disiplin 1 orang - Tipikor 2 orang
3
4. Diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS
- Menjadi Istri Kedua 1 orang (banding)
- Pidana pencurian dan kekerasan 1 orang
- Narkotika 1 orang (banding PTUN)
- Tipikor 1 orang
4
5. Diberhentikan Tidak Dengan Hormat Sebagai PNS
Narkotika 2 orang (banding Bapek)
2
Jumlah 16
Sumber: BKD Kota Samarinda
Tabel 3: Daftar Jumlah Penjatuhan Hukuman Disiplin PNS di Lingkungan Pemerintah Kota Samarinda Tahun 2012
No JENIS HUKUMAN JENIS PELANGGARAN JUMLAH KETERANGAN
I RINGAN 1. Teguran lisan - - 2. Teguran tertulis - - 3. Pernyataan tidak puas Disiplin kerja 14
II SEDANG 1. Penundaan gaji berkala
selama 1 Tahun - -
2. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 Tahun
-
-
3. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 Tahun
- -
III BERAT 1. Penurunan pangkat
setingkat lebih rendah selama 3 Tahun
- Disiplin Kerja 3 orang
- Tidak melaporkan
4
-
6
pernikahan 1 orang
2. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah
- -
3. Pembebasan dari Jabatan
- -
4. Diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS
- Disiplin 2 orang - Narkoba 3 orang
5
5. Diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS
- Narkoba 3 orang - Nikah siri 1 orang
4
Jumlah 27 Sumber: BKD Kota Samarinda
Secara umum proses penjatuhan sanksi admisitrasi pelanggaran disiplin PNS di Kota
Samarinda dimulai dari pemanggilan, pemeriksaan, penjatuhan dan penyampaian keputusan
hukuman disiplin PNS, Dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian
Negara Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.7
Pertimbangan dalam Penjatuhan Sanksi Administrasi Pelanggaran Disiplin PNS Pertimbangan dalam penjatuhan sanksi administrasi pelanggaran disiplin PNS yaitu:8
1. Hukuman harus bersifat mendidik
2. Hukuman harus sesuai dengan jenis pelanggaran
3. Hukuman berdasarkan faktor penyebab terjadinya pelanggaran disiplin
4. Hukuman disiplin setimpal dengan pelanggaran yang dilakukan.
Kendala Dalam Penjatuhan Sanksi Administrasi Terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kota Samarinda dan Solusinya 7 Hasil Wawancara dengan Arief Rachman, Kepala Bidang Hukum dan Kesejahteraan Pegawai BKD Samarinda Tanggal 3 Desember 2012 8 Hasil wawancara dengan Arief Rachman, Log Cit
-
7
Hukum merupakan suatu sistem di mana hukum adalah suatu keseluruhan yang
terdiri dari dari beberapa bagian yang satu dengan bagian yang lainnya saling berhubungan
dan tidak boleh bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Bagian-bagian atau komponen
dalam sistem hukum seperti yang diungkap oleh Lawrance M. Friedman ada tiga9 yaitu:
1. Substansi hukum, yaitu norma, aturan dan perilaku nyata manusia yang berada dalam
sistem tersebut, termasuk juga Produk yang dihasilkan oleh orang atau kelompok
yang berada dalam sistem hukum. Bentuk substansi ini merupakan perundang-undangan
seperti Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah pengganti
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah.
2. Struktur Hukum, yaitu kerangka bentuk yang permanen dari sistem hukum yang mejaga
proses tetap di dalam batas-batasnya. Struktur hukum merupakan lembaga-lembaga
hukum yang ada dalam pemerintahan, Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman,
Kepengacaraan, dan lain-lainnya.
3. Kultur atau budaya hukum yaitu sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum,
kepercayaan, nilai-nilai, pemikiran serta harapannya. Budaya hukum juga dimaknai
sebagai pemikiran dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan,
dihindari dan disalahgunakan. Pada intinya budaya hukum merupakan gagasan dan
pandangan-pandangan hukum yang bersumbu pada nilai-nilai yang dianut masyarakat.
Kendala dari Faktor Substansi Hukum Di dalam tulisan ini yang dimaksud dengan Undang-Undang adalah10 Hukum
material berupa peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat dan
daerah yang sah. Dengan demikian maka Undang-Undang tersebut mencakup:
1. Peraturan Pusat yang berlaku untuk semua warga negara atau suatu golongan tertentu saja
maupun yang berlaku umum sebagian wilayah negara.
2. Peraturan setempat yang hanya berlaku disuatu tempat atau daerah tertentu saja.
Penjatuhan sanksi administrasi terhadap pelanggaran disiplin Pegawai negeri Sipil (PNS)
di Kota Samarinda penulis menggunakan analisis berdasarkan teori efektivitas hukum
9 Lawrence M. Freidman, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, (Bandung: Nusa Media, 2011), Cet. IV, hlm. 14 - 15. 10 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: Radja Grafindo Persada, 2004), hlm. 11.
-
8
menurut Lawrence M. Friedman ada tiga aspek yaitu: (1) Substansi Hukum, (2) Struktur
Hukum, (3) Kultur atau Budaya Hukum, adalah sebagai berikut:
Substansi Hukum yaitu norma, aturan dan perilaku nyata manusia yang berada dalam
sistem tersebut, termasuk juga Produk yang dihasilkan oleh orang atau kelompok yang
berada dalam sistem hukum. Bentuk substansi ini merupakan perundang-undangan seperti
Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah pengganti Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah.
Untuk melihat sebuah peraturan mempunyai substansi hukum yang baik atau tidak,
maka dapat diuji melalui syarat-syarat pembuatan hukum yang efektif meliputi:
a. Peraturan dirancang dengan baik, kaidahnya jelas, mudah dipahami dan penuh kepastian.
b. Peraturan sebaiknya bersifat melarang (prohibitur) dan bukan
mengharuskan/membolehkan (mandatur).
c. Sanksi harus tepat sesuai tujuan.
d. Beratnya sanksi tidak boleh berlebihan (sebanding dengan pelanggarannya)
e. Mengatur terhadap perbuatan yang mudah dilihat.
f. Mengandung larangan yang bersesuaian dengan moral
g. Pelaksana hukum menjalankan tugasnya dengan baik, sosialisasi peraturan, dan penafsian
seragam dan konsisten.11.
Berdasarkan hal di atas terdapat permasalahan mendasar dalam PP 53 Tahun 2010,
yang mana tidak ada pasal yang mencatumkan secara jelas dengan tentang prosedur
keberatan melalui banding administrasi dan penyelesaian upaya keberatan berkaitan dengan
sanksi pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, padahal sanksi tentang pemberhentian,
membawa akibat yang serius karena hilangnya status PNS.
Banding administrasi merupakan awal terjadinya permasalahan di bidang
kepegawaian. Banding administrasi di bidang kepegawaian bisa berakhir di Peradilan Tata
Usaha Negara , karena kepegawaian merupakan salah satu materi yang pengaturan dan
penyelesaiannya termasuk sengketa PTUN.12
11 Rabert Biersted dalam Tedi Sudrajat, Problematika Penegakan Hukuman Disiplin Kepegawaian Jurnal Dinamika Hukum Vol. 8, No. 3, September 2008, hlm. 52. 12 Sri Hartini, Upaya Keberatan terhadap PNS yang Dijatuhi Hukuman Pemberhentian Tidak dengan Hormat, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 No. 2 Mei 2011, hlm. 346.
-
9
Upaya keberatan melalui banding administrasi, dilakukan melalui Badan
Pertimbangan Kepegawaian (BAPEK), hal tersebut dapat digambarkan pada bagan dibawah
ini.13
Gambar 1: Sengketa Kepegawaian Golongan IV/a ke bawah
berdasarkan PP 53 Tahun 2010
Keterangan Bagan Pejabat yang berwenang mengeluarkan KTUN tentang hukuman berat kepada PNS
Gol IV/a ke bawah. PNS yang dijatuhi hukuman disiplin berat paling lama 14 hari sejak
KTUN tersebut diterima diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan secara tertulis
kepada BAPEK sebagai Peradilan Tingkat I dan sebagai lembaga banding administrasi
Pejabat yang berwenang memutuskan atas keberatan yang diajukan, apabila BAPEK dalam
waktu 90 (sembilan puluh) hari tidak ada keputusan dari BAPEK, maka dapat mengajukan
ke PTTUN.
13 Ibid, hlm. 351.
PTTUN/Peradilan tingkat I
Badan Pertimbangan Kepegawaian (BAPEK)
KTUN Sengketa Kepegawaian (pemberhentian)
Tidak ada
Pasal 48 ayat (1) dan (2)
30 hari
14 hari
-
10
Mengenai prosedur penyelesaian sengketa kepegawaian diatur dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo Undang-Undang
Nomor 9 tahun 2004 Jo Tentang perubahan Atas Undang -Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, Pasal 48 (1), dalam hal suatu
Badan atau Pejabat tata Usaha Negara diberi wewenang oleh atau berdasarkan peraturan
perundang-undangan untuk menyelesaikan secara administratif sengketa Tata Usaha Negara
tertentu, maka sengketa Tata Usaha Negara tersebut harus diselesaikan melalui upaya
administratif yang tersedia. (2) Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaiakan sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika
seluruh upaya administratif yang bersangkutan digunakan.14
Dalam penjelasan Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara jo Undang-Undang Nomor 9 tahun 2004 Tentang perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 bahwa upaya administrasi adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh
seseorang atau badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata
Usaha Negara. Prosedur tersebut dilaksanakan di lingkungan sendiri atas dua bentuk. Dalam
hal penyelesaian itu harus dilakukan oleh instansi atasan atau instansi lain dari yang
mengeluarkan keputusan yang bersangkutan, maka prosedur tersebut dinamakan banding
administrasi
Sedangkan berdasarkan data dari PTUN Samarinda, dari Tahun 2011 - 2012 PNS
Kota Samarinda yang melakukan gugatan ke PTUN Samarinda berkaitan dengan kasus nikah
siri, Narkotika, Penghentian dari jabatan struktural karena berkaitan dengan masa pensiun
pejabat struktural sebanyak (5) lima.15
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1991 memberikan petunjuk kepada
badan Peradilan Tata Usaha Negara dalam penyelesaian sengketa tata usaha negara yang
terdapat upaya administratif, yaitu bahwa apabila dalam peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar dikeluarkannya keputusan tata usaha negara yang mengakibatkan terjadinya
sengketa Tata Usaha Negara, maka upaya administratif yang tersedia adalah keberatan dan
penyelesaian selanjutnya adalah dengan mengajukan gugatan ke PTUN. 14 Hasil wawancara dengan Bagus Darmawan, Hakim PTUN Samarinda Rabu Tanggal 5 Desember 2012. 15 Hasil Wawancara dengan Pejabat PTUN Samarinda, Jihim Tanggal 20 Desember 2012.
-
11
Kendala dari Faktor Struktur Hukum. Struktur Hukum yaitu kerangka bentuk yang permanen dari sistem hukum yang mejaga
proses tetap di dalam batas-batasnya. Struktur hukum merupakan lembaga-lembaga hukum
yang ada dalam pemerintahan, dalam konteks kepegawaian adalah pejabat yang berwenang
menghukum, termasuk Bupati/Walikota, Kepala SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah).
Proses Penjatuhan sanksi administrasi pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil di
Kota Samarinda, untuk pelanggaran ringan ditangani oleh SKPD (Satuan Kerja Pemerintah
Daerah), sedangkan penanganan pelanggaran sedang dan berat ditangani oleh Tim
Penanganan Pelanggaran Disiplin (TP2D) di tingkat BKD Kota Samarinda16 dengan Alur
Penanganan sebagai berikut:
16 Hasil wawancara dengan Arief Rachman, log Cit.
-
12
ALUR PENANGANAN PELANGGARAN DISIPLIN SEDANG DAN BERAT
Gambar 2: Alur Penanganan Pelanggaran Disiplin
Pelanggaran Disiplin
BKD
INSPEKTORAT DAERAH
SKPD
TIM TEKNIS TP2D
TIM INTI TP2D
PEJABAT BERWENANG
PEJABAT BERWENANG
Koordinasi
- Pengaduan - Media Massa - Laporan SKPD: disertai pembinaan di tingkat SKPD (Hukdis
Ringan) khusus untuk Pelanggaran Disiplin tidak masuk Kerja
- dsb
Permohonan Pemeriksaan
Surat Tugas
- Pemanggilan - Pemeriksaan - BAP - LHP
SK Hukdis Tingkat Sedang/Berat
Pertimbangan Hukdis yang akan dijatuhkan
Laporan Pelanggaran Disiplin Tingkat Sedang dan Berat
Surat Pemberitahuan penjatuhan Hukdis Ringan kepada Pejabat yang berwenang
SK Hukdis Tingkat Ringan
-
13
Hasil wawancara dengan Arief Rachman, bahwa kendala utama dalam penjatuhan
hukuman disiplin PNS di Kota Samarinda adalah faktor ketegasan pejabat yang berwenang,
terkadang PNS yang terkena sanksi melakukan pendekatan dengan pejabat yang berwenang.17
Kendala dari Faktor Kultur/Budaya Hukum: a. Adanya anggapan di lingkungan kerja bahwa pelanggaran yang seperti di atas
merupakan hal yang biasa terjadi, (kurang kepedulian terhadap sesama) terserah
masing-masing PNS punya tanggung jawab sendiri-sendiri.
b. Perasaan emosional antara bawahan dan atasan, sehingga penerapan sanksi
pelanggaran disiplin oleh atasan langsung terhadap bawahannya belum menjadi
budaya, ketegasan pimpinan belum menjadi budaya kerja.
Solusi untuk Mengatasi Kendala dalam Penjatuhan Sanksi Administrasi terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kota Samarinda 1. Solusi dari Faktor Substansi
Ditetapkan Peraturan Walikota Samarinda Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Tunjangan
Tambahan Penghasilan Kepada Pegawai Negeri Sipil. Yang pada mengkaitkan antara disiplin
kinerja dengan pemberian tunjangan tambahan penghasilan PNS. Misalnya, Pada Pasal 6 ayat
(2) Peraturan Walikota Samarinda Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Tunjangan Tambahan
Penghasilan Kepada Pegawai Negeri sipil menegaskan bahwa Tunjangan Tambahan
Penghasilan Pegawai Kepada PNS akan dikenakan potongan, apabila:18
a. Terlambat masuk kerja sampai 1 jam tanpa keterangan sah, dikenakan potongan sebesar
1% (satu persen) berlaku kelipatannya dan maksimal potongan 5 % (lima persen) per
hari;
b. Pulang mendahului jam kerja sampai dengan 1 (satu) jam kerja tanpa keterangan yang
sah, dikenakan potongan sebesar 1 % (satu persen) berlaku kelipatannya dan maksimal
potongan 5 % (lima persen) per hari;
c. Izin tidak masuk kerja dikenakan potongan maksimal 5 % per hari;
17 Pak Arif, Log Cit 18 Ibid
-
14
d. Menerima hukuman disiplin ringan, dikenakan hukuman potongan sebesar 50 % (lima
puluh persen) selama 6 (enam) bulan;
e. Menerima hukuman disiplin sedang, dikenakan potongan 75 % (tujuh puluh lima
persen) selama 1 (satu) tahun;
f. Menerima hukuman disiplin berat, tidak menerima selama 2 (dua) tahun.
2. Solusi dari Faktor Struktur Hukum/Penegakan Hukum a. Meningkatkan sistem pengawasan baik pengawasan disiplin Pegawai Negeri Sipil di
Kota Samarinda oleh Pejabat yang berwenang.
b. Meningkatkan kinerja Tim Penanganan Pelanggaran Disiplin (TP2D) Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Samarinda.
3. Solusi dari Faktor Kultur Hukum Solusi dari kultur hukum adalah melakukan sosialisasi Peraturan Pemerintah
Nomor 52 Tahun 2010 Tentang Disiplin PNS.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Proses Penjatuhan Sanksi Administrasi Pelanggaran Disiplin PNS
1. Proses Penjatuhan Sanksi administrasi terhadap pelanggaran disiplin PNS di Kota
Samarinda untuk pelanggaran ringan alur penanganan pelanggaran disiplin ringan sanksi
administrasi dijatuhkan oleh SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) sedangkan untuk
pelanggaran sedang dan berat, alur penanganan pelanggaran di BKD dengan membentuk
Tim Penanganan Pelanggaran Disiplin (TP2D) PNS.
2. Penjatuhan sanksi administrasi pelanggaran disiplin PNS di Kota Samarinda belum
sepenuhnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 Tentang
Disiplin PNS
Kendala-kendala yang Terjadi dalam Penjatuhan Sanksi Administrasi terhadap Pelanggaran
Disiplin PNS di kota Samarinda dan Solusinya
1. Kendala-kendala yang terjadi dalam penjatuhan sanksi administrasi terhadap pelanggaran
disiplin PNS di kota Samarinda.
-
15
a. Kurang tegasnya pejabat berwenang dalam menjatuhkan sanksi terhadap PNS yang
melakukan pelanggaran disiplin PNS.
b. Kurangnya jumlah maupun sumber daya manusia (SDM) baik pada unsur
pengawasan (Inspektorat Kota Samarinda) maupun unsur Sub Bidang Kedudukan
Pegawai Bidang Hukum dan Kesejahteraan Pegawai BKD Kota Samarinda
terutama linier dibidang hukum yang menguasai hukum kepegawaian terutama yang
berkaitan dengan penjatuhan sanksi administrasi disiplin PNS.
2. Solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
Samarinda
a. Pemberian sanksi yang tegas terhadap PNS yang melakukan pelanggaran disiplin
PNS agar menimbulkan efek jera terhadap PNS yang lain.
b. Untuk jangka pendek mengadakan Diklat penanganan pelanggaran disiplin PNS
bagi Tim Teknis penanganan pelanggaran disiplin PNS dari unsur
pengawasan/Inspektorat Kota Samarinda dan Unsur Kepegawaian/BKD Kota
Samarinda.
Saran
1. Pemberian sanksi yang tegas kepada atasan ataupun pejabat yang berwenang
menghukum yang tidak memberikan sanksi administrasi bawahannya yang melakukan
pelanggaran disiplin PNS, sesuai dengan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010, ayat (1) Pejabat yang berwenang menghukum wajib menjatuhkan hukuman
disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin, ayat (2) Apabila Pejabat yang
berwenang menghukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menjatuhkan
hukuman disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin, pejabat tersebut
dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya.
2. Peningkatan sistem pengawasan baik preventif maupun represif, dengan tetap
memberikan rewards bagi PNS yang berprestasi.
a. Peningkatan SDM PNS melalui pelatihan pegawai untuk jangka pendek sedangkan
untuk jangka panjang peningkatan jumlah dan sumber daya manusia (SDM)
terutama linier dibidang hukum melalui pendidikan jenjang magister ilmu hukum,
maupun program doktor ilmu hukum pada PNS di lingkungan Inspektorat Kota
-
16
Samarinda dan Sub Bidang Kedudukan Pegawai Bidang Hukum dan Kesejahteraan
Pegawai BKD Kota Samarinda.
b. Perlu terus diadakan sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin PNS kepada seluruh PNS di Kota Samarinda.
DAFTAR PUSTAKA Buku
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet.
Ketiga.
Lawrence M. Freidman, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, (Bandung: Nusa Media, 2011),
Cet. IV.
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: Radja
Grafindo Persada, 2004).
Hasil Wawancara Hasil wawancara dengan Bagus Darmawan, Hakim PTUN Samarinda Rabu Tanggal 5
Desember 2012.
Hasil Wawancara dengan Pejabat PTUN Samarinda, Jihim Tanggal 20 Desember 2012.
Hasil Wawancara dengan Arief Rachman, Kepala Bidang Hukum dan Kesejahteraan Pegawai
BKD Samarinda Tanggal 3 Desember 2012
Jurnal Sri Hartini, Upaya Keberatan terhadap PNS yang Dijatuhi Hukuman Pemberhentian Tidak
dengan Hormat, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 No. 2 Mei 2011.
Surat Kabar Kaltim Post. 23 Agustus 2012.
Website http://www.sapos.co.id/index.php/berita/detail/Rubrik/17/40177 diunduh 30 Agustus
2012