378

11
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.5 No.1 Tahun 2008 25 FORMULASI EMULSI GANDA VIRGIN COCONUT OIL (VCO) DENGAN EMULGATOR SPAN 80 DAN TWEEN 60 Yandi Syukri*, Siti Zahliyatu, Maulia Ulfa Laboratorium Teknologi Farmasi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Islam Indonesia *e-mail: [email protected] ABSTRACT Virgin Cocunut Oil (VCO) is a pure coconut oil, it has many advantages in health. It has been circulated in market with unpleasant taste. Therefor, an innovation to find an acceptable formula by consumer should be carried out. The aimed of this research is to find out the influence of mix emulsifier toward physical stability of emulsion. Multiple emulsions w/o/w were made by mix Span 80 with variation concentration 20%, 15%, 10%, and Tween 80. In order to know the physical stability of emulsion w/o/w should be carried out viscosity test, separation in room temperature, separation at 40 º C, separation due to centrifugation, creaming volume, paticle size, homogenity for 4 weeks storage, and respondent survey with 20 person. The test result for 3 formulation emulsion for 4 weeks storage showed that formulation are not homogeneous, but arter the formulas were shaken, it become homogeneous. In various concentration of Span 80, the longer preperations were storage the higher volume sedimentation and viscosity. Moreover, the longer preparations were storage, creaming volume and particle size decrease. Emulsifier combination between Span 80 with variation concentration 20%, 15%, 10%, and tween 60 in multiple emulsion w/o/w influenced physical stability multiple emulsi w/o/w. Moreover, this formulation also would be pleasant by consumen. Keywords: Multiple emulsion w/o/w, Span 80, Tween 60, Virgin Coconut Oil PENDAHULUAN Virgin Coconut Oil merupakan minyak kelapa murni yang terbuat dari daging kelapa segar yang diolah dalam suhu rendah atau tanpa melalui pemanasan, sehingga kandungan yang penting dalam minyak tetap dapat dipertahankan. Minyak tersebut memiliki kandungan asam laurat sebagai lemak jenuh dengan kadar yang sangat tinggi (50,5%). Asam lemak ini mudah diserap oleh tubuh karena ukuran molekulnya tidak terlalu besar seperti pada asam lemak rantai panjang (Anonim, 2006). Kandungan minyak ini memberikan banyak manfaat bagi kesehatan diantaranya radang tenggorokan, infeksi dan memperbaiki proses metabolisme tubuh (Anonim, 2005). Virgin Coconut Oil telah banyak diproduksi dan beredar di pasaran dalam bentuk sediaan sirup, namun sediaan yang ada memberikan aroma yang tidak baik dan rasa yang tidak menyenangkan. Sementara itu penggunaan Virgin Coconut Oil adalah secara per oral. As- Sajdah (2006) telah melakukan studi tentang formulasi awal Virgin Coconut Oil dalam bentuk sirup emulsi tunggal minyak dalam air dengan memodifikasi Hidrophilik-lipophilik Balance (HLB) dalam 3 formula yaitu HLB 10, 11 dan 12 dengan menggunakan emulgator Span 60 dan Tween 80, namun emulsi yang dihasilkan masih belum stabil. Untuk itu dicoba dikembangkan menjadi sediaan sirup

Upload: nurmadella-karobiyyun-w

Post on 11-Aug-2015

58 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: 378

Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.5 No.1 Tahun 2008 25

FORMULASI EMULSI GANDA VIRGIN COCONUT OIL (VCO)DENGAN EMULGATOR SPAN 80 DAN TWEEN 60

Yandi Syukri*, Siti Zahliyatu, Maulia Ulfa

Laboratorium Teknologi Farmasi Jurusan Farmasi FMIPAUniversitas Islam Indonesia

*e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Virgin Cocunut Oil (VCO) is a pure coconut oil, it has many advantages in health. It hasbeen circulated in market with unpleasant taste. Therefor, an innovation to find an acceptableformula by consumer should be carried out. The aimed of this research is to find out theinfluence of mix emulsifier toward physical stability of emulsion. Multiple emulsions w/o/wwere made by mix Span 80 with variation concentration 20%, 15%, 10%, and Tween 80. In orderto know the physical stability of emulsion w/o/w should be carried out viscosity test, separation inroom temperature, separation at 40ºC, separation due to centrifugation, creaming volume,paticle size, homogenity for 4 weeks storage, and respondent survey with 20 person. The testresult for 3 formulation emulsion for 4 weeks storage showed that formulation are nothomogeneous, but arter the formulas were shaken, it become homogeneous. In variousconcentration of Span 80, the longer preperations were storage the higher volume sedimentationand viscosity. Moreover, the longer preparations were storage, creaming volume and particle sizedecrease. Emulsifier combination between Span 80 with variation concentration 20%, 15%, 10%,and tween 60 in multiple emulsion w/o/w influenced physical stability multiple emulsi w/o/w.Moreover, this formulation also would be pleasant by consumen.

Keywords: Multiple emulsion w/o/w, Span 80, Tween 60, Virgin Coconut Oil

PENDAHULUAN

Virgin Coconut Oil merupakan minyak kelapa murni yang terbuat dari daging kelapa

segar yang diolah dalam suhu rendah atau tanpa melalui pemanasan, sehingga kandungan

yang penting dalam minyak tetap dapat dipertahankan. Minyak tersebut memiliki kandungan

asam laurat sebagai lemak jenuh dengan kadar yang sangat tinggi (50,5%). Asam lemak ini

mudah diserap oleh tubuh karena ukuran molekulnya tidak terlalu besar seperti pada asam lemak

rantai panjang (Anonim, 2006). Kandungan minyak ini memberikan banyak manfaat bagi

kesehatan diantaranya radang tenggorokan, infeksi dan memperbaiki proses metabolisme tubuh

(Anonim, 2005).

Virgin Coconut Oil telah banyak diproduksi dan beredar di pasaran dalam bentuk sediaan

sirup, namun sediaan yang ada memberikan aroma yang tidak baik dan rasa yang tidak

menyenangkan. Sementara itu penggunaan Virgin Coconut Oil adalah secara per oral. As-

Sajdah (2006) telah melakukan studi tentang formulasi awal Virgin Coconut Oil dalam bentuk sirup

emulsi tunggal minyak dalam air dengan memodifikasi Hidrophilik-lipophilik Balance (HLB) dalam 3

formula yaitu HLB 10, 11 dan 12 dengan menggunakan emulgator Span 60 dan Tween 80, namun

emulsi yang dihasilkan masih belum stabil. Untuk itu dicoba dikembangkan menjadi sediaan sirup

Page 2: 378

Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.5 No.1 Tahun 2008 26

emulsi ganda a/m/a Virgin Coconut Oil dengan harapan bisa dihasilkan emulsi yang lebih stabil,

memberikan bau, rasa yang lebih menyenangkan, serta memiliki absorpsi dan bioavailabilitas yang

baik sehingga lebih menguntungkan.

Bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang tidak menyenangkan dapat dibuat

lebih enak pada pemberian oral bila diformulasikan menjadi emulsi. Selain itu penggunaan emulsi

yang diberikan secara oral mempunyai keunggulan dibandingkan dengan bentuk sediaan oral yang lain,

yaitu dalam hal absorbsi dan bioavailability (Ansel dkk., 1999).

Emulsi oral bisa bertipe tunggal maupun ganda. Tipe emulsi tunggal antara lain emulsi

minyak dalam air (m/a) dan emulsi air dalam minyak (a/m), emulsi ganda antara lain emulsi air

dalam minyak dalam air (a/m/a) dan emulsi minyak dalam air dalam minyak (m/a/m). Emulsi ganda

a/m/a lebih banyak digunakan dalam sediaan farmasi daripada m/a/m. Emulsi ganda biasanya

stabil bila menggunakan kombinasi surfaktan hidrofilik dan surfaktan hidrofobik. Perbandingan

jumlah surfaktan yang digunakan sangat penting untuk mencapai emulsi ganda yang stabil.

Stabilitas emulsi ganda dapat dilihat dari bermacam-macam uji stabilitas fisik serta uji

responden yang meliputi rasa, bau dan penampilan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

formulasi sediaan Virgin Coconut Oil dalam bentuk sediaan emulsi ganda yang stabil dan disenangi

oleh konsumen dengan menggunakan emulgator Span 80 dan Tween 60.

METODE PENELITIAN

Bahan utama adalah Virgin Coconut Oil (diperoleh dari PT. Patria Wiyata VICO,

Yogyakarta) dan sebagai bahan tambahan adalah Span 80, Tween 60, sakarin, aroma jeruk,

pewarna orange FDC dan aquadest yang semuanya berkualitas farmasi.

Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas dan biuret (Pyrex), timbangan elektrik (Dragon

204), homogenizer, magnetic stirrer (Heidolph MR 3001 K), viscometer stormer, alat sentrifugator

(Himac CT 4 D Hitachi), stopwatch, polarized light microscope yang dilengkapi 3CCD kamera dan

komputer (Olympus DP12).

Tabel 1. Formula uji Virgin coconut Oil

Bahan Formula I Formula II Formula III

Virgin Coconut Oil (g) 46,00 46,00 46,00

Tween 60 (g) 0,10 0,10 0,10

Span 80 (g) 20,00 15,00 10,00

Sakarin (g) 0,06 0,06 0,06

Perasa jeruk (g) 0,10 0,10 0,10

Pewarna Orange FDC (g) 0,02 0,02 0,02

Aquades (ml) 33,72 38,72 43,72

Total 100,00 100,00 100,00

Keterangan:Formula I : Span 20%Formula II : Span 15%Formula III : Span 10%

Page 3: 378

Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.5 No.1 Tahun 2008 27

Emulsi a/m primer dibuat dengan cara Virgin coconut oil ditambah dengan Span 80

(20%, 15%, 10%) kemudian diaduk sampai homogen. Ditambahkan sebagian air (1/3 bagian)

kedalamnya sedikit demi sedikit dan putar dengan magnetik mixer (1000 rpm) selama 15 menit.

Pengadukan dilakukan dalam kecepatan tinggi untuk menghasilkan tetesan yang sangat kecil.

Emulsi a/m primer diemulsikan kembali dengan metode titrasi dalam sisa air yang mengandung

Tween 60 0,1%, sakarin, pewarna orange dan perasa jeruk kemudian putar dengan stirrer (600

rpm) sampai terbentuk multiple globule (Anonim, 2003).

Data berbagai stabilitas fisik emulsi dapat diperoleh dari pengamatan terhadap:

a. Tetesan emulsi yang ditetapkan dengan mengambil photomicrographs dari sampel emulsi.

b. Homogenitas, pengamatan dilakukan secara visual.

c. Volume Pemisahan

Setelah emulsi dibuat, dimasukkan dalam tabung berskala kemudian disimpan dalam suhu

kamar dan dalam suhu 40°C. Diukur volume pemisahan fase pada suhu kamar dan pada suhu

40°C seminggu sekali selama 4 minggu penyimpanan, berikut dihitung volume pemisahannya.

d. Pemisahan karena sentrifugasi

Emulsi dimasukkan ke dalam tabung berskala kemudian diputar dengan alat sentrifugasi

dengan kecepatan 2500 rpm dalam waktu 15 menit. Setelah alat sentrifugasi dimatikan, emulsi

diamati dan dicatat pemisahannya. Hal ini dilakukan setiap satu minggu sekali selama 4

minggu.

e. ViskositasEmulsi yang telah dibuat diukur viskositasnya dengan menggunakan viscometer.

f. Uji responden

Dilakukan dengan mencobakan emulsi yang telah dibuat kepada 20 orang responden dan

kemudian responden diminta untuk mengisi kuisioner yang isinya meliputi rasa, aroma dan

penampilan emulsi yang dibuat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi ukuran partikel emulsi ganda berkisar 10 sampai 50µm. Gambar ukuran partikel

emulsi ganda w/o/w Virgin Coconut Oil pada Formula 1 (konsentrasi Span 20%) selama 4 minggu

penyimpanan dapat diamati pada gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat

adalah emulsi ganda w/o/w karena dalam bola terdapat tetesan-tetesan air kemudian dilingkupi

oleh fase minyak dan fase terluar dibungkus lagi oleh fase air. Semakin lama penyimpanan,

tetesan dalam semakin tidak terlihat karena ukuran partikel kecil.

Page 4: 378

Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.5 No.1 Tahun 2008 28

Gambar 1. Ukuran partikel emulsi ganda w/o/w Virgin Coconut Oil pada Formula 1 (Span 20%) (a)minggu ke-0. (b) minggu ke-1. (c) minggu ke-2. (d) minggu ke-3. (e) minggu ke-4

Dari gambar a sampai gambar e setelah 4 minggu penyimpanan menunjukkan bahwa

emulsi ganda semakin lama disimpan makin terlihat stabil. Hal ini bisa dilihat dari semakin rata

ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel sempit tidak terlalu besar. Sehingga ukuran yang rata

tidak mempunyai kecenderungan untuk mengumpal atau agregrasi. Ukuran partikel tetap berada

pada range kestabilan yaitu berkisar dari 10-50 µm. Pada formula 1 emulsi ganda w/o/w terlihat

stabil mulai minggu ke-3 dan minggu ke-4, di gambar terlihat bentuk hampir sama dan luas

permukaan kecil tetapi tidak merapat atau tidak tumpang tindih.

Dari gambar a sampai gambar e terjadi pengurangan ukuran partikel sehingga

mempunyai kecenderungan untuk menaikkan viskositas. Jika dilihat dari viskositasnya memang

benar semakin lama penyimpanan dan tinggi konsentrasi zat pengemulsi maka viskositas semakin

meningkat. Viskositas yang meningkat akan berpengaruh pada ukuran partikel. Viskositas yang

meningkat sehingga terbentuk tetesan yang kecil dan terlihat stabil karena koalesen terjadi

lebih rendah. Jika konsentrasi Spannya 10 % maka ukuran partikelnya terlihat besar karena terjadi

kehilangan tetesan air dalam menuju fase kontinu secara cepat, sehingga emulsi menjadi kurang

stabil. Emulsi ganda yang stabil akan menjaga jumlah ukuran partikel yang sama dari fase

terdispers persatuan volume berat volume dari fase kontinu.

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Page 5: 378

Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.5 No.1 Tahun 2008 29

Tabel 2. Hasil uji viskositas emulsi ganda Virgin Coconut Oil pada berbagaikonsentrasi Span 80 selama 4 minggu penyimpanan (n=5)

Penyimpanan Poise

Span 20% (F1)(±SD)

Span 15% (F2)(±SD)

Span 10% (F3)(±SD)

Minggu ke 0 0,09 (±0,01) 0,08 (±0,02) 0,04 (±9,2x10 ³־ )

Minggu ke 1 0,09 (±0,02) 0,08 (±0,02) 0,05 (±2,7x10 ³־ )

Minggu ke 2 0,10 (±0,03) 0,09 (±0,01) 0,06 (±6,7x10 ³־ )

Minggu ke 3 0,14 (±0,02) 0,09 (±0,02) 0,07 (±0,02)

Minggu ke 4 0,23 (±0,04) 0,13 (±0,02) 0,13 (±0,2 1)

Tabel 2 menunjukkan hasil pengukuran viskositas dari minggu ke-0 hingga ke-4. Nilai

viskositas mengalami kenaikan seiring dengan waktu penyimpanan. Adanya variasi konsentrasi

Span 80 berpengaruh pada peningkatan viskositas selama 4 minggu penyimpanan. Disini terlihat

Span 80 mempunyai pengaruh terhadap viskositas emulsi ganda Virgin Coconut Oil. Formula 1

mempunyai viskositas paling tinggi, kemudian diikuti oleh formula 2 dan 3. Jika dilihat hubungan

antara variasi konsentrasi Span 80 dengan lama penyimpanan menunjukkan bahwa pada masing-

masing konsentrasi semakin lama penyimpanannya maka viskositas juga akan semakin meningkat.

Biasanya viskositas emulsi ganda meningkat dengan meningkatnya lama penyimpanan (Lachman

dkk., 1986)

Formula 1 mempunyai viskositas paling tinggi karena selain terjadi pembentukan gumpalan

yang tiba-tiba, juga dipengaruhi oleh kenaikan konsentrasi Span. Konsentrasi yang tinggi sehingga

viskositas juga meningkat. Hal ini sesuai dengan teorinya, untuk sistem apa saja makin tinggi

konsentrasi dari zat pengemulsi maka akan semakin tinggi pula viskositasnya.

Meningkatnya konsentrasi diikuti meningkatnya viskositas. Hal ini disebabkan karena

pada konsentrasi Span yang tinggi terjadi penebalan fase kontinu w/o antara tetesan fase air,

menahan gerakan-gerakan partikel dengan membentuk jaringan yang kaku antar fase yang tidak

bercampur, bertindak sebagai suatu penghalang mekanik baik terhadap adhesi maupun

penggabungan tetesan emulsi. Jika agregrasi tidak terjadi maka tetesan tidak punya

kecenderungan yang lebih besar untuk membentuk suatu bulatan-bulatan yang besar atau

terjadinya creaming. Ukuran partikel rata-rata, luas permukaan tetesan tetap maka viskositas akan

meningkat.

Dari uraian di atas maka penambahan konsentrasi Span yang bervariasi pada saat

proses pembuatan emulsi ganda w/o/w sangat berpengaruh pada hasil viskositasnya. Semakin tinggi

konsentrasi maka semakin tinggi viskositas. Kenaikan viskositas yang bermakna maka emulsi

semakin stabil. Tetapi tetap perlu kita perhatikan dalam sedian emulsi ganda w/o/w viskositas

jangan terlalu kental karena dapat menyebabkan sediaan emulsi ganda sulit dituang.

Uji pemisahan pada suhu kamar merupakan salah satu uji stabilitas sediaan emulsi

ganda dalam kondisi tanpa stres. Keuntungan uji ini adalah hasil yang didapat merupakan

gambaran stabilitas emulsi ganda sebenarnya, tetapi uji ini mempunyai kelemahannya yaitu waktu

lama untuk pengamatannya. Karena pemisahan pada suhu kamar sangat dipengaruhi oleh waktu.

Pengukuran volum sedimentasi (F) dengan membandingkan tinggi pemisahan dengan tinggi total

Page 6: 378

Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.5 No.1 Tahun 2008 30

dalam tabung berskala. Pengamatan dilakukan pada suhu kamar 27°C selama 4 minggu

penyimpanan untuk mengetahui terjadinya perubahan secara fisik emulsi ganda.

Tabel 3. Hasil uji sedimentasi (mm) emulsi ganda Virgin Coconut Oil padaberbagai konsentrasi Span 80 selama 4 minggu penyimpanan (n=5)

Penyimpanan Volume Sedimentasi

Span 20% (F1)(±SD)

Span 15% (F2)(±SD)

Span 10% (F3)(±SD)

Minggu ke 0 1,48 (±0.13) 2,14 (±0,055) 2,64 (±0,055)

Minggu ke 1 2,18 (±0,75) 3,00 (±0,071) 4,19 (±0,022)

Minggu ke 2 3,20 (±0,10) 3,24 (±0,054) 4,20 (±0,000)

Minggu ke 3 3,21 (±0,11) 3,46 (±0,055) 4,21 (±0,034)

Minggu ke 4 3,25 (±0,14) 3,54 (±0,055) 4,22 (±0,045)

Tabel 3 menunjukkan pada berbagai konsentrasi diminggu ke-0 sudah terjadi pemisahan

fase. Volum sedimentasi terus mengalami peningkatan sejalan dengan lamanya penyimpanan

atau bertambah umur sediaan. Jika dilihat dari variasi konsentrasinya laju sedimentasi paling kecil

pada formula 1 dan laju sedimentasi paling besar pada formula 3. Jadi semakin kecil konsentrasi

laju sedimentasi semakin besar.

Sedangkan hubungannya dengan lamanya penyimpanan semak in

meningkatnya waktu penyimpanan maka volume sedimentasi juga semakin meningkat. Meskipun

viskositas meningkat sejalan dengan peningkatan umur sediaan, tetapi peningkatan viskositas

tidak mampu menahan terjadinya pemisahan butir-butir tetesan, peningkatan viskositas yang

secara tiba-tiba akan membentuk suatu gumpalan sehingga terjadi pemisahan fase yang semakin

lama semakin meningkat. Pemisahan fase yang dihasilkan meningkat maka volume sedimen juga

akan meningkat.

Pemisahan dengan menggunakan suhu 40ºC merupakan uji stabilitas emulsi dengan

kondisi stress. Panas yang berlebih menjadikan emulsi ganda menjadi kasar dan kadang-kadang

pecah. Kenaikan temperatur akan mengurangi tegangan antar muka dan viskositas kebanyakan

sediaan menjadi lebih encer pada temperatur yang dinaikkan.

Temperatur menentukan shelf-life dari semua tipe sediaan selama penyimpanan berhari-

hari pada temperatur yang lebih tinggi daripada temperatur normal. Karena perubahan temperatur

yang sedikit saja menyebabkan perubahan reaksi baru. Kenaikan temperatur akan mengurangi

tegangan antar muka dan viskositas kebanyakan sediaan menjadi lebih encer pada temperatur

yang dinaikkan.

Page 7: 378

Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.5 No.1 Tahun 2008 31

Tabel 4. Hasil uji sedimentasi (mm) pada suhu 40°C emulsi ganda Virgin Coconut Oil padaberbagai konsentrasi Span 80 selama 4 minggu penyimpanan(n=5)

Penyimpanan Volume Sedimentasi (mm)

Span 20% (F1)(±SD)

Span 15% (F2)(±SD)

Span 10% (F3)(±SD)

Minggu ke 0 8,2 (±0,8) 22,0 (±0,0) 29,3 (±0,4)

Minggu ke1 12,4(±0,5) 25,5(±0,5) 32,0(±0,3)

Minggu ke 2 16,5 (±0,4) 28,0 (±0,3) 34,3 (±0,4)

Minggu ke 3 17,5 (±0,4) 29,1 (±0,4) 35,9 (±0,2)

Minggu ke 4 19,7 (±0,4) 29,3 (±0,4) 37,5 (±0,7)

Minggu ke 5 20,9 (±0,2) 29,4 (±0,4) 38,2 (±0,4)

Minggu ke 6 22,2 (±0,2) 30,3 (±0,4) 39,0 (±0,3)

Minggu ke 7 23,8 (±0,5) 31,4 (±0,5) 41,3 (±0,4)

Tabel 4 menunjukkan hubungan antara lamanya penyimpanan dengan volume

sedimentasi dan variasi konsentrasi Span 80. Semakin lama penyimpanan maka volume

sedimentasi yang dihasilkan juga semakin meningkat. Pada tabel juga menunjukkan pada formula 1

volume sedimennya nilai paling rendah tetapi sejalan lamanya penyimpanan maka volume

sedimennya juga ikut meningkat. Pada formula 3 nilai sedimennya paling tinggi.

Dalam penelitian emulsi ganda w/o/w Virgin Coconut Oil ini juga dilakukan pengukuran

stabilitas emulsi yang dipercepat dengan cara sentrifugasi Cara sentrifugasi ini masih banyak

dilakukan walaupun tidak pernah ditemukan hubungan yang nyata antara kecepatan putar dan

lamanya penyimpanan kondisi riil. Cara ini dilakukan dengan tujuan kontrol kualitas.

Uji sentrifugasi ini merupakan uji stabilitas dalan kondisi stress. Tujuan penggunaan alat

sentrifugasi untuk menaikkan gaya grafitasi sehingga pembentukan krim yang menyebabkan

pemisahan fase dapat dipercepat. Berdasarkan hukum Stokes menunjukkan bahwa pembentukan

krim merupakan suatu fungsi grafitasi, dan karena kenaikan dalam gravitasi akan mempercepat

pemisahan fase.

Tabel 5. Hasil uji sedimentasi karena sentrifugasi (mm) emulsi ganda VirginCoconut Oil pada berbagai konsentrasi Span 80 selama 4 minggu penyimpanan (n=5)

Penyimpanan Volume Sedimentasi (mm)

Span 20% (F1)(±SD)

Span 15% (F2)(±SD)

Span 10% (F3)(±SD)

Minggu ke 0 17,2(±0,7) 17,6(±0,9) 22,2(±0,8)

Minggu ke 1 17,7 (±0,4) 18,5 (±0,5) 22,6(±0,4)

Minggu ke 2 17,8 (±0,4) 18,8 (±0,4) 22,6 (±0,4)

Minggu ke 3 17,9 (±0,2) 20,8 (±0,4) 22,7 (±0,4)

Minggu ke 4 18,0 (±0,0) 21,2 (±0,4) 22,7 (±0,4)

Tabel 5 menunjukkan hubungan antara lama penyimpanan dengan volum sedimentasi

setelah dilakukan sentifugasi. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa lama penyimpanan juga

berpengaruh pada volume sedimentasi setelah disentrifuge. Semakin lama penyimpanan maka

Page 8: 378

Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.5 No.1 Tahun 2008 32

semakin meningkat volume sedimentasi karena sentrifugasi. Pada formula 1 terbentuk volume

sedimentasi terkecil dibandingkan dengan konsentrasi formula 2 dan formula 3. Tetapi pada tabel

ditunjulkan bahwa pada formula 3 rata-rata kenaikan sedikit. Dan pada minggu ke-3 dan ke-4 tidak

terjadi peningkatan volume sedimentasi setelah di sentrifugasi.

Semakin tinggi konsentrasi, volume sedimentasi yang dihasilkan semakin kecil. Hal ini

bisa dikaitkan dengan semakin tinggi konsentrasi maka viskositas juga semakin tinggi. Viskositas

yang tinggi maka volume sedimentasi juga menurun. Hal ini juga dikuatkan oleh pernyataan hukum

stokes semakin tinggi viskositas maka laju sedimentasi kecil.

Sementara semakin bertambahnya waktu penyimpanan maka volume sedimentasi akan

semakin bertambah. Hal ini juga dikaitkan dengan viskositas. Meskipun selama penyimpanan terjadi

peningkatan viskositas tetapi peningkatan viskositas tersebut tidak mampu menahan gerakan tetesan-

tetesan dengan kata lain gerakan tetesan-tetesan tidak terhambat oleh viskositas yang kental

sehingga dengan mudah terjadi pemisahan.

Tabel 6. Hasil uji Volume creaming (mm) emulsi ganda Virgin Coconut Oil padaberbagai konsentrasi Span 80 selama 4 minggu penyimpanan (n=5)

Penyimpanan Volume Creaming (%)

Span 20% (F1)(±SD)

Span 15% (F2)(±SD)

Span 10% (F3)(±SD)

Minggu ke 0 0,0(±0,0) 99,0(±0,0) 99,0(±0,0)

Minggu ke 1 98,7(±0,4) 98,1(±0,2) 96,6(±0,5)

Minggu ke 2 0,0(±0,0) 0,0(±0,0) 0,0(±0,0)

Minggu ke 3 0,0(±0,0) 0,0(±0,0) 0,0(±0,0)

Minggu ke 4 0,0(±0,0) 0,0(±0,0) 0,0(±0,0)

Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat dilihat hasilnya yaitu pada formula 1 hanya terjadi

creaming pada minggu ke-1 pada minggu selanjutnya volume creaming tidak terbentuk. Sehingga

semakin lama penyimpanan volume creaming tidak terlihat ditandai dengan hasil 0. Pada formula

2 dan formula 3 terjadi volume creaming pada minggu ke-0 dan minggu ke- 1. dan semakin lama

penyimpanan nilainya semakin menurun, pada minggu ke-2 juga tidak terlihat terbentuknya

creaming. Semakin lama penyimpanan maka volume creaming semakin menurun.

Terjadinya creaming tergantung pada karakter rheologisnya dan karakteristik

permukaan lapisannya. Dari hasil penelitian ini, emulsi ganda w/o/w Virgin Coconut Oil semakin

lama penyimpanan maka tidak terbentuk volume creaming. Hal ini bisa dikaitkan dengan

viskositasnya. Di dapatkan dari uraian sebelumnya yang menunjukkan bahwa semakin lama

penyimpanan maka viskositasnya semakin meningkat. Dan semakin tinggi konsentrasi maka

viskositasnya juga meningkat. Jika viskositas meningkat maka semakin kecil terbentuknya volume

creaming, karena viskositas yang optimum meningkatkan kestabilan emulsi ganda. Dalam penelitian

ini diperlihatkan jika semakin tidak terbentuk creaming sejalan dengan peningkatan viskositas. Hal

ini juga sesuai dengan pernyataan hukum stokes yaitu viskositas yang tinggi akan meminimalkan laju

creaming, karena laju pembentukan creaming berbanding terbalik dengan viskositas.

Page 9: 378

Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.5 No.1 Tahun 2008 33

Tabel 7. Hasil uji homogenitas emulsi ganda Virgin Coconut Oil pada berbagaikonsentrasi Span 80 selama 4 minggu penyimpanan (n=5)

Penyimpanan Span 20% (F1) Span 15% (F2) Span 10% (F3)

Minggu ke-0 Tidak homogen Tidak homogen Tidak homogen

Minggu ke-1 Tidak homogen Tidak homogen Tidak homogen

Minggu ke-2 Tidak homogen Tidak homogen Tidak homogen

Minggu ke-3 Tidak homogen Tidak homogen Tidak homogen

Minggu ke-4 Tidak homogen Tidak homogen Tidak homogen

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa emulsi ganda w/o/w Virgin Coconut Oil yang

disimpan selama 4 minggu memperlihatkan perubahan homogenitas. Pada minggu ke-0 sampai

ke-4 sediaan tidak homogen. Hal ini dilihat dari terjadinya pemisahan fase setelah sediaan dibuat,

sehingga sediaan tersebut dikatakan tidak homogen, tetapi sediaan setelah dikocok beberapa saat

sediaan menjadi homogen lagi dan mudah untuk didispersikan.

Pada penelitian ini dilakukan uji responden yang meliputi uji rasa, aroma, dan penampilan.

Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang cukup nyata mengenai hasil

yang didapat.

Tabel 8. Hasil uji rasa dan aroma emulsi ganda Virgin Coconut Oil pada Formula 1

Respon Span 20% (F0rmula 1)

Rasa Aroma

∑ Responden ∑ Skor ∑ Responden ∑ Skor

Enak 17 51 18 36

Kurang Enak 3 6 2 4

Tidak Enak 0 0 0 0

Jumlah 20 57 20 40

Rata-rata skor 2.85 2

Keterangan: Nilai untuk kategori Enak = 3Nilai untuk kategori kurang Enak = 2Nilai untuk kategori tidak Enak = 1

Tabel 9. Hasil uji rasa dan aroma emulsi ganda Virgin Coconut Oil pada Formula 2

Respon Span 15% (Formula 2)

Rasa Aroma

∑ Responden ∑ Skor ∑ Responden ∑ Skor

Suka 19 57 19 57Kurang suka 1 2 1 2

Tidak suka 0 0 0 0

Jumlah 20 59 20 59

Rata-rata skor 2.95 2.95

Keterangan: Nilai untuk kategori suka = 3Nilai untuk kategori kurang suka = 2Nilai untuk kategori tidak suka = 1

Page 10: 378

Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.5 No.1 Tahun 2008 34

Tabel 10. Hasil uji rasa dan aroma emulsi ganda Virgin Coconut Oil pada Formula 3

Respon Span 10% (Formula 3)Rasa Aroma

∑ Responden ∑ Skor ∑ Responden ∑ Skor

Suka 15 45 18 54

Kurang suka 5 10 2 4

Tidak suka 0 0 0 0

Jumlah 20 55 20 58

Rata-rata skor 2.5 2.9

Keterangan: Nilai untuk kategori suka = 3Nilai untuk kategori kurang suka =2Nilai untuk kategori tidak suka = 1

Tabel 11. Hasil uji penampilan emulsi ganda Virgin Coconut Oil pada variasikonsentrasi Span 20%, Span 15% dan Span 10%

Respons Span 20% (F1) Span 15% (F2) Span 10% (F3)

Penampilan Penampilan Penampilan

∑Responden

∑Skor

∑Responden

∑Skor

∑Responden

∑Skor

Lebih menarik 20 60 20 60 20 60

Kurang menarik 0 0 0 0 0 0

Tidak menarik 0 0 0 0 0 0

Jumlah 20 60 20 60 20 60

Rata-rata skor 3 3 3

Keterangan: Nilai untuk kategori menarik = 3Nilai untuk kategori kurang menarik =2Nilai untuk kategori tidak menarik = 1

Berdasarkan tabel 8, 9, 10, 11, di atas diperoleh nilai rata-rata untuk rasa dan aroma

pada formula 1 adalah 2.85 dan 2. pada Span 15% nilai rata-rata aroma dan rasa 2,95 dan 2,95.

Pada formula 3 nilai aroma 2.9 dan rasa 2.5. dari nilai tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

sebagian besar responden lebih menyukai rasa dan aroma emulsi ganda yang dibuat dibandingkan

dengan Virgin Coconut Oil yang beredar dipasaran. Dan formula yang paling disukai pada

konsentrasi Span 15% yaitu formula 2, walaupun dengan syarat ditambah dengan pemanis.

Meskipun paling stabil pada formula 1 tetapi kurang disukai karena masih terasa khas dari rasa

dan bau Spannya sendiri.

Pada tabel 11 diperoleh nilai rata-rata untuk penampilan emulsi Virgin Coconut Oil baik

pada formula 1, formula 2, formula 3. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh

responden menganggap bahwa penampilan dari emulsi ganda Virgin Coconut Oil yang dibuat

lebih menarik dibandingkan dengan Virgin Coconut Oil yang beredar dipasaran.

Page 11: 378

Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.5 No.1 Tahun 2008 35

KESIMPULAN

Formula uji sediaan emulsi ganda Virgin Coconut Oil yang paling disukai adalah emulsi

ganda w/o/w yang mempunyai konsentrasi Span 15% walaupun dengan syarat perlu dilakukan

penambahan bahan pemanis, dan dilihat dari penampilannya emulsi ganda w/o/w memiliki

penampilan yang lebih menarik dibanding aslinya.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim, F., UIPress, Jakarta, pp. 376-3 88

Anonim, 2003, Rheology and Stability of Water-in-Oil-in-Water Multiple Emulsions ContainingSpan 83 and Tween 80, http://www.published.org (diakses 8 Agustus 2006)

Anonim, 2005, Virgin Coconut Oil –Minyak Perawan, http://www.trubusonline.com/bacaartikel.php?tatun=2005&nomor=144&UID=2005/211061 92266.249.71.13 (diakses 18 Agustus2006)

As-Sajdah, L. I., 2006, Formulasi Emulsi Virgin Coconut Oil dengan Modifikasi Hidrophilik-LipophilicBalance, Skripsi, Jurusan Farmasi Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan alam,Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 1, pp. 49-52

Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L., 1986, Teori dan Praktek Farmasi Industri II, Edisi III,Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, UI Press, Jakarta, pp. 1029-1088